194-264-1-PB
Click here to load reader
-
Upload
adriano-joshua -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of 194-264-1-PB
1
PDK
PUBLIKASI
PENELITIAN DASAR KEILMUAN
KETIDAKPAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP HUKUM LOKAL
MERUPAKAN WUJUD LAIN DARI KESADARAN HUKUM MASYARAKAT
OLEH :
Sidik Sunaryo, SH.M.Si
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
APRIL 2009
2
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP HUKUM LOKAL
(Studi Pemahaman Masyarakat Terhadap Perda Tentang Retribusi Dan Bangunan Di Kota Malang)
Oleh : Sidik Sunaryo
Tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang sangat rendah menjadi salah satu tolok ukur rendahnya tingkat kepedulian mereka terhadap upaya penegakan Perda tentang Retribusi dan Bangunan.. Menurut masyarakat aturan apapun seharusnya sifatnya membantu mengurangi beban masyarakat tidak justru membuat masyarakat semakin apatis terhadap pemerintah.
Perda tentang retribusi dan bangunan dibuat hanya untuk kepentingan pemerintah kota Malang, khususnya menaikkan PAD nya. Sementara masyarakat tidak pernah menjadi pertimbangan dalam pembuatan dan tujuan Perda tersebut. Bahkan masyarakat menjelaskan bahwa masalah ukuran bangunan, tinggi kamar, ventilasi, penangkal petir dan lain-lain, adalah tidak diatur dalam Perda, karena masyarakat lebih tahu akan kebutuhan sebuah bangunan yang dibangun dan dimanfaatkan.
Mengukur tingkat kesadaran/ketaatan masyarakat terhadap Perda tentang Retribusi dan Bangunan, bisa juga dilihat dari rendahnya perpsesi dan respon masyarakat terhadap perda tentang retribusi dan Bangunan tersebut.
Kesadaran masyarakat terhadap Perda tentang retribusi dan Bangunan juga memberikan gambaran lain, bahwa membuat hukum harus sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat. Tidak akan bisa efektif sebuah hukum kalau proses dan substansinya tidak sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat.. Seharusnya fenomena masyarakat yang rendah tingkat kesadarannya tersebut, dipahami oleh birokrasi sebagai masalah dalam penegakan hukum tentang Perda tersebut. Ketidak patuhan masyarakat terhadap substansi Perda tidak bisa dipandang sebagai pembangkangan social masyarakat terhadap pemkot Malang. Tetapi lebih dari itu rendahnya kesadaran hukum masyarakat kota Malang terhadap Perda tentang Retribusi dan Bangunan lebih disebabkan oleh ketidaktahuan dan hahekat urgensitas dibuatnya Perda tersebut.
Faktor-faktor penyebab masyarakat tidak taat pada Perda tentang retribusi dan Bangunan, juga menunjukkan betapa masalah substansi dan penegakan hukum tentang Perda tersebut banyak mengalami kendala. Melihat banyaknya faktor tersebut harus dipahami sebagai upaya menunjukkan kepada hakekat kesadaran hukum masyarakat kota Malang terhadap Perda tentang retribusi dan Bangunan. Tidak dalam konteks menunjukkan bahwa Perda-Perda tersebut harus dicabut dan atau diganti dengan yang baru sama sekali. Ibarat penyakit, maka faktor-faktor tersebut adalah gejalanya dan segera harus dilakukan pengobatan dan pencegahannya agar tidak semakin kronis dan menimbulkan banyak dampak sosial, hukum, ekonomi, politik dan budaya di masyarakat kota Malang.
Kata Kunci : pemahaman, respon, kesadaran hukum, hukum lokal.
3
SOCIAL UNDERSTANDING TOWARD LOCAL LAW (A Study of social understanding toward Perda about Retribution and Developed
at Malang City)
By Sidik Sunaryo
Knowing and understanding of social is lowest be one of their low attention to law enforcement Perda about retribution and developed. According of respondent, any regulation must be help to social problem. Perda about retribution and developed to make for Malang Government interest only, that is to increase of income (PAD). Social of Malang not urgent in making process. People/ social of Malang, to explaining that the Law over regulated. And the Law not describe of social needed which to entry into the Law. Knowing to understanding of social at Malang, can be also of lowest of perception and response toward the Local Law. Social understanding must be harmony with social needed oaf the Law. There are many problem and not effective when the Law not harmony with the social needed. Offender of law by People/ social of Malang, is caused by lowest of people/ social to knowing about the Law. Many factors, why the local law (Perda) not effective. So to showing of many problems of law enforcement toward the local law (Perda). The problems must be reason of to reformation process and law enforcement toward the local law. Keyword : understanding, response, law aware, local law.
1. Pendahuluan
Adagium klasik menyatakan : ubi ius ibi societas, dimana ada hokum (ius)
pasti ada masyarakat (societas). Hokum dan masyarakat adalah bagian integral
dari system social. Hokum lahir karena dibutuhkan dan untuk meregulasi
kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Antara hokum dan masyarakat telah
menjalin pola hubungan simbiosis mutualisme. Masyarakat dapat melangsungkan
kehidupan tertib social secara teratur, aman, nyaman, karena ada bingkai hokum.
Hokum menjadi mempunyai ruh dan nyawa ketika di situ ada masyarakat. Hokum
merupakan kaedah dan nilai tentang keadilan belaka, dan baru menjadi hidup
sebagai norma, ketika di dalamnya ada masyarakat. Demikianlah seterusnya
tentang makna adagium tersebut.
Adagium diatas, memberikan ajaran pada kita bahwa hokum adalah inherent
di dalam masyarakat. Membuat hokum sangat tergantung dari kebutuhan kuktural,
4
social, ekonomi, rasa adil masyarakatnya secara tipikal. Peraturan Daerah (Perda)
adalah bagian integral dari system hokum yang dibuat dan diberlakukan untuk
masyarakat. Perda adalah wujud hokum local yang seharusnya mempunyai watak
dan karakter dari kebutuhan hokum masyarakatnya. Perda juga menjadi alat untuk
yang cukup efektif dari Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karenanya Perda secara substantive
harus menjadi hokum yang benar-benar mencerminkan kristalisasi nilai-nilai yang
ada di masyarakat, yang sekaligus mencerminkan kebutuhan hokum
masyarakatnya. Menurut penulis (2003), sebagian besar Perda kota Malang yang
dibuat pada era reformasi yakni pada tahun 2001, isinya belum memenuhi dan
belum menggambarkan kebutuhan hokum masyarakatnya. Substansi Perda kota
Malang yang dibuat pada tahun 2001, masih menggambarkan kebutuhan dan
kepentingan dari para elit penguasa dan pembuat Perda. Lebih lanjut menurut
penulis (2002) mengatakan bahwa Tipologi Hukum Perda Kota Malang, masih
bersifat Represif dan sebagian kecil bersifat Otonom.
Masyarakat kota Malang yang seharusnya menjadi bagian terpenting dari
proses dan substansi Perda kota Malang, seringkali tidak mempunyai akses yang
baik untuk sekedar mengetahui tentang nama, ruang lingkup pengaturan, isi,
bentuk dari Perda-Perda yang dibuat dan diberlakukan di kota Malang.
Berdasarkan pengamatan dan studi awal yang dilakukan pada 2007, terdapat
beberapa factor yang menyebabkan masyarakat kota Malang, tidak mengetahui
tentang nama, isi, bentuk, ruang lingkup Perda yang dibuat dan berlaku di kota
Malang, yakni : a). akses masyarakat untuk mendapatkan Perda sulit, b).
sosialisasi sangat kurang (dari mulai proses pembuatan sampai dengan
pemberlakuannya), c). masyarakat umumnya pasif dan cuek—tidak peduli, d).
stake holder Perda tersebut tingkat pendidikan rendah, e). persepsi masyarakat
terhadap keberadaan Perda negative, yakni terbangun opini isi Perda adalah
Retribusi dan beban bagi masyarakat, e). stakeholder lebih suka mentaati janji
dengan kolega bisnisnya daripada mentaati Perda, dan f). apabila mentaati Perda
birokrasinya berbelit, memakan waktu lama, dan biaya mahal.
5
Fakta empiris tersebut memang menjadi salah satu informasi yang masih
membutuhkan kajian mendalam khususnya masalah: pengetahuan, pemahaman,
persepsi dan respon, kesadaran, serta factor-faktor penyebabnya masyarakat kota
Malang untuk taat atau tidak taat terhadap Perda khususnya tentang Retribusi dan
Bangunan.
2. Pengetahuan Dan Pemahaman Masyarakat Kota Malang Terhadap Perda Tentang Retribusi Dan Bangunan Di Kota Malang
Berdasarkan penjelasan dan gambaran yang ada dapat dikemukakan
bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat kota adalah sangat
rendah. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat, lebih
disebabkan mereka tidak tahu ada ketentuan Perda sebagaimana dikemukakan
diatas. Sekalipun masyarakat kota Malang sebagaian besar berpendidikan
cukup, tetapi atensi masyarakat Malang tidak begitu peduli dengan aturan atau
Perda sebagaimana yang menjadi fokus kajian ini. Mereka hampir semua
mengatakan bahwa mereka tidak begitu peduli terhadap Perda tersebut, karena
dari namanya saja yakni tentang Retribusi, yang tergambar dalam pikiran
mereka adalah pasti uang dan masyarakat wajib membayarnya.
Tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang sangat rendah
tersebut juga menjadi salah satu tolok ukur rendahnya tingkat kepedulian
mereka terhadap upaya penegakan Perda dimaksud. Bahkan dalam keterangan
beberapa masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak mau tahu ada Perda
tentang Retribusi, karena bagi mereka tahu Perda tentang Retribusi malah
justru tidak menguntungkan. Mereka pasti kalau sudah mengetahui ada Perda
tentang Retribusi dan Bangunan diwajibkan untuk mematuhinya. Padahal
untuk mematuhinya mereka harus membayar, sementara bangunan dan usaha
mereka masih baru merintis sehingga belum bisa modalnya dan
keuntungannya dipergunakan untuk mengurus ijin tersebut. Secara lugas
masyarakat juga ada yang pernah memberikan penjelasan bahwa dia pernah
suatu ketika bermaksud menghardik petugas yang datang ketempat usahanya
dengan alasan mau memungut retribusi. Kemudian pengusaha kecil dan home
6
industri tersebut bilang...”mestinya pemerintah memberi penghargaan saya
karena saya sudah membantu pemerintah mengentas kemiskinan dengan
menyediakan lapangan pekerjaan bagi para penganggur. Masyarakat tersebut
dengan lantang menjelaskan bahwa dia siap untuk dipanggil dan sekaligus
siap untuk tidak mau membayar dan mengurus ijin. Kalau dipaksakan maka
usahanya akan ditutup dan yang rugi adalah pekerja yang bekerja pada
usahanya”.
Penjelasan jawaban masyarakat sebagaimana yang tergambar juga
menjukkan bahwa masyarakat sebenarnya kurang berkenan apabila ada Perda
yang isinya selalu membebani masyarakat. Tidak pada tempatnya apabila
pemerintah membebani masyarakat yang jelas-jelas beritikad baik untuk
berusaha demi kelangsungan hidup mereka. Menurut masyarakat aturan
apapun seharusnya sifatnya membantu mengurangi beban masyarakat tidak
justru membuat masyarakat semakin apatis terhadap pemerintah.
3. Persepsi Dan Respon Masyarakat Kota Malang Terhadap Perda
Tentang Retribusi Dan Bangunan Di Kota Malang.
Menurut masyarakat, persepsi dan respon mereka terhadap substansi Perda
tentang Retribusi dan Bangunan kurang baik. Mereka memahami bahwa
Perda-Perda tersebut isinya hanya memberikan beban dan masalah ekonomi
kepada masyarakat. Mereka mengatakan Perda tentang Retribusi dan
Bangunan isinya pasti bayar uang ke pemerintah. Menurut mereka Perda
tentang retribusi dan bangunan dibuat hanya untuk kepentingan pemerintah
kota Malang, khususnya menaikkan PAD nya. Sementara masyarakat tidak
pernah menjadi pertimbangan dalam pembuatan dan tujuan Perda tersebut.
Mereka mengatakan demikian karena mereka tidak dilibatkan dalam
membuat Perda tersebut. Tidak pernah dijelaskan dahulu, tidak diajak dialog
dahulu, tiba-tiba masyarakat diharuskan memenuhi ketentuan yang dalam
7
Perda. Bahkan masyarakat menjelaskan bahwa masalah ukuran bangunan,
tinggi kamar, ventilasi, penangkal petir dan lain-lain, adalah tidak diatur dalam
Perda, karena masyarakat lebih tahu akan kebutuhan sebuah bangunan yang
dibangun dan dimanfaatkan. Perda terlalu bertele-tele dalam membuat aturan
dan ketentuan. Hal-hal yang seharusnya tidak perlu diatur dan cukup menjadi
wilayah kebebasan masyarakat untuk menentukannya, malah dalam Perda
menjadi larangan dan kewajiban.
Perspesi dan respon masyarakat terhadap Perda retribusi dan Bangunan,
jelas bahwa Perda tersebut belum perlu dibuat dan apalagi diterapkan. Karena
tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat rendah terhadap isi Perda
tersebut, maka respon masyarakat untuk mematuhi ketentuan Perda tersebut
juga rendah sekali. Mereka merasa tidak perlu tahu dan tidak perlu merespon
isi Perda tersebut karena menurut mereka Perda tersebut isinya asing dan
berlebihan. Fakta empiris tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat
banyak masalah terkait dengan substansi hukum Perda maupun penegakannya.
4. Ketaatan (Kesadaran) Masyarakat Kota Malang Terhadap Perda
Tentang Retribusi Dan Bangunan Di Kota Malang
Melihat dari gambaran yang ada, maka dapat dikemukakan bahwa tingkat
ketaatan masyarakat kota Malang terhadap Perda tentang Retribusi dan
Bangunan sangat rendah. Hal ini lebih disebabkan oleh factor rendahnya
tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap substansi Perda.
Rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap
substansi Perda karena mereka tidak pernah dilibatkan dalam proses
pembuatannya dan sosialisinya sangat kurang. Hampir semua masyarakat
mengatakan tidak pernah ada sosialisasi terhadap Perda tersebut.
Mengukur tingkat kesadaran/ketaatan masyarakat terhadap Perda tentang
Retribusi dan Bangunan, bisa juga dilihat dari rendahnya perpsesi dan respon
masyarakat terhadap perda tentang retribusi dan Bangunan tersebut.
8
Masyarakat bersikap acuh tak acuh terhadap ketentuan Perda tersebut. Bukti
lainnya adalah sangat sedikitnya masyarakat yang mengurus ijin sebagaimana
yang ditentukan dalam Perda tentang Retribusi dan Bangunan.
Kesadaran masyarakat terhadap Perda tentang retribusi dan Bangunan juga
memberikan gambaran lain, bahwa membuat hukum harus sesuai dengan
kebutuhan hukum masyarakat. Tidak akan bisa efektif sebuah hukum kalau
proses dan substansinya tidak sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat.
Kenyataan ini dibuktikan dengan jawaban masyarakat yang menjelaskan
bahwa Perda tentang Retribsi dan Bangunan dipahami sebagai beban dan
pengaturannya berlebihan. Susbtansi hukum yang demikian jelas sulit untuk
bisa ditegakkan. Masyarakat pun juga akan sangat berat untuk bisa menyadari
pentingnya serta tujuan pokok dibuatnya Perda tersebut.
Masyarakat dalam konteks demikian masih diposisikan sebagai obyek dari
Perda dan bukan menjadi subyek dalam Perda. Seharusnya masyarakat harus
diposisikan sebagai subyek dalam proses pembuatan sampai dengan proses
penegakannya. Dengan demikian Perda tersebut akan tidak mengalami
masalah dalam penegakaknnya di masyarakat.
Proses pemahaman dan sosialisasi seara sistemik, akan menjadi media
yang baik bagi masyarakat untuk bisa mengetahui dan memahami substansi
Perda tersebut, dibandingkan dengan tindakan aparatur Negara yang langsung
memberikan punishment terhadap masyarakat yang tidak mematuhi Perda
tersebut. Masyarakat kota Malang dengan tingkat pendidikan dan ekonomi
yang relative cukup, tidak bisa dipandang sebagai obyek dalam proses
pembuatan dan penegakan Perda tersebut. Potensi social, pendidikan dan
ekonomi yang relative baik tersebut seharusnya menjadi media efektif bagi
aparatur Negara dalam upaya menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya
Perda tersebut. Karena ketidakpatuhan masyarakat terhadap Perda tentang
Retribusi dan Bangunan tersebut merupakan wujud lain dari kesadaran
hukum masyarakat.
9
5. Faktor-Faktor Yang Mendorong Ketaatan Masyarakat Kota Malang
Terhadap Perda Tentang Retribusi Dan Bangunan Di Kota Malang
Berdasarkan pada hasil kajian, dapat dikemukakan bahwa factor-faktor yang
menjadi penyebab masyarakat tidak taat atau taat terhadap Perda tentang
Retribusi dan Bangunan adalah sebagai berikut :
1. Faktor Pengetahuan dan Pemahaman yang rendah
2. Faktor tidak dilibatkan dalam proses pembuatannya.
3. Faktor biayanya mahal.
4. Faktor prosedurnya rumit dan tidak mudah
5. Faktor waktu pengurusan lama.
6. Faktor sosialisasi tidak ada.
7. Faktor kegunaan ijin dan retribusi tidak jelas.
8. Faktor Substansi Perda berlebihan dan njlimet.
9. Faktor bahwa Perda tersebut dibutuhkan bagi masyarakat.
10. Faktor bahwa kepentingan ekonomi masyarakat wajib diperhatikan
11. Faktor menghambat peluang usaha secara mandiri dengan modal dan akses
pasar mandiri.
Berbagai macam faktor tersebut memang masih perlu mendapat kajian
secara mendalam. Karena bisa jadi faktor-faktor tersebut adalah faktor yang
berlaku secara alternatif dan bukan secara imperatif. Sebab tingkat kesadaran
dan ketaatan masyarakat kota Malang terhadap Perda tentang retribusi dan
Bangunan, tidak cukup hanya dilihat dari adanya banyak faktor tersebut.
Tetapi juga harus didalami pula mengapa Perda tersebut perlu dibuat oleh
pemkot Malang sementara masyarakat merasa belum membutuhkan adanya
aturan dan ketentuan sebagaimana dalam substansi Perda tersebut.
Dua pandangan baik dari masyarakat maupun dari pemerintah, tetap harus
menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya sistematis pembenahan substansi,
proses, dan penegakan Perda tersebut. Faktor-faktor tersebut bisa saja
sebagian sudah diakomodasi dalam substansi Perda tetapi tetap harus menjadi
entry point dalam melakukan revisi Perda sampai dengan upaya
10
penegakannya. Penempatan masyarakat sebagai subyek dalam proses sampai
dengan penegakaknnya adalah pilihan yang tepat untuk mendudukan masalah
ketaatan masyarakat kota Malang terhadap Perda tentang retribusi dan
Bangunan.
Faktor-faktor penyebab masyarakat tidak taat pada Perda tentang retribusi
dan Bangunan sebagaimana tersebut di atas, juga menjukkan betapa masalah
substansi dan penegakan hukum tentang Perda tersebut banyak mengalami
kendala. Melihat banyaknya faktor tersebut harus dipahami sebagai upaya
menunjukkan kepada hakekat kesadaran hukum masyarakat kota Malang
terhadap Perda tentang retribusi dan Bangunan. Tidak dalam konteks
menunjukkan bahwa Perda-Perda tersebut harus dicabut dan atau diganti
dengan yang baru sama sekali. Ibarat penyakit, maka faktor-faktor tersebut
adalah gejalanya dan segera harus dilakukan pengobatan dan pencegahannya
agar tidak semakin kronis dan menimbulkan banyak dampak sosial, hukum,
ekonomi, politik dan budaya di masyarakat kota Malang.
PUSTAKA RUJUKAN
Abdurrahman, Muslan: Ketidakpatuhan TKI terhadap Peraturan Perundangan tentang Penempatan TKI ke luar negeri, Disertasi PSIH Undip Semarang, 2006.
Craib. Ian: Teori-teori Sosial Modern dari Parson sampai Habermas, Rajawali
Press, 1994. Doyle, Paul Johnson, I-II, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Gramedia, 1990. Friedmann, Lawrence: Law and Society, An Introduction, 1977. Howard, CC, and Mummers: Law : Its Nature and Limits, New Jersey, Prentice-
Hall, 1965. Peters, AAG dan Koesriani, I,II,III, Hukum dan Perkembangan Sosial. Raharjo, Satjipto: Hukum dan Perubahan Sosial, Alumni, 1979
11
Soekanto, Soejono: Kesadaran hokum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Press,
1982. Soekanto, Soejono: Penagakan Hukum, Bina Cipta, 1983. Sunaryo, Sidik: Kebutuhan Hukum Perda Pendidikan Kota Malang, DPP UMM,
2003. Sunaryo, Sidik, Tipologi Hukum Perda Era Reformasi Kota Malang, DPP-UMM,
2002. Sunaryo, Sidik: Penegakan Hukum Pendaftaran Tanah, Studi Kasus Tentang
Masalah-masalah yang timbul dari Struktur dan Kultur di Kecamatan Deket kabupaten Lamongan, Tesis PPS UMM, 1996.
Sulardi, Karakteristik Perda Kota Pasuruan, DPP-UMM, 2001. PERDA :
a. Perda kota Malang nomor 11 tahun 2004 tentang Retribusi Perijinan
Bangunan
b. Perda kota Malang nomor 5 tahun 1990 tentang Pemberian Ijin Tempat
Usaha dan Ijin Undang-Undang Gangguan (HO) Dalam Kotamadya
Daerah Tingkat II Malang.
c. Perda kota Malang nomor 7 tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Bangunan
d. Perda kota Malang nomor 12 tahun 2001 tentang Pengaturan dan
Retribusi Bidang Industri dan Perdagangan e. Perda kota Malang nomor 1 tahu 2004 tentang Penyelenggaraan
Bangunan.
12
BIODATA SIDIK SUNARYO, SH.MSi LAMONGAN, 4 JULI 1965 JL.MT.HARYONO XI/456 A MALANG, TELP. 0341-577436-08123210343 ISLAM DOSEN TETAP FAK.HUKUM UNMUH MALANG PENATA/LEKTOR/ III C JL.RAYA TLOGOMAS 246 TELP. 0341-464318.Ex.126. Fax. 0341-460782. E-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN SDN Rejosari
Lulus 1980 Di Lamongan
SMP N 2 Lulus 1983 Di Lamongan SMA N 2 Lulus 1986 Di Lamongan Sarjana Hukum Pidana Lulus 1990 Fak.Hukum Unmuh Malang Magister Sosiologi Lulus 1996 PPs Unmuh Malang
RIWAYAT PEKERJAAN DAN JABATAN Dosen Tetap Fak.Hukum Unmuh Malang 1991 – sekarang Ketua Center Law and Development Studies (CLDS)
Fak.Hukum Unmuh Malang 1993 – 1994
13
Wakil Pimred Majalah Legality FH-UMM 1993-1996 Dewan Redaksi Majalah Legality FH-UMM 1996-1998 Staf ahli Majalah Legality FH-UMM 1999-2000 Redaksi Pelaksana Majalah Legality FH-UMM 1998-1999 Redaksi Pelaksana Majalah Legality FH-UMM 2002-sekarang Pimpinan Redaksi Jurnal Ilmiah Hukum Legality
Fak.Hukum Unmuh Malang 1994 – 1997
Ketua Lab.Hukum Fak.Hukum Unmuh Malang 1995 – 1998 Direktur Lab.Konsultasi dan Pelayanan Hukum (LKPH)
Fak.Hukum Unmuh Malang 1995 – 1998
Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiwaan
Fak.Hukum Unmuh Malang 1998 – 2001
Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fak.Hukum Unmuh Malang 2001 – 2005
Dekan Fak.Hukum Unmuh Malang 2005 – 2009 Ketua satuHAM FH-UMM 2007 – sekarang
PENGALAMAN ORGANISASI Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unmuh Malang 1986 – 1987 Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unmuh Malang 1987 – 1988 Pimpinan Redaksi Majalah Mahasiswa KUSUMA HUKUM
Fakultas Hukum Unmuh Malang 1987 – 1989
Pengurus Badan Perwakilan Mahasiswa
Fakultas Hukum Unmuh Malang 1987 – 1988
Pengurus Badan Perwakilan Mahasiswa
Fakultas Hukum Unmuh Malang 1988 – 1989
Ketua Majelis Waqaf Kehartabendaan
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lowokwaru
2001 – sekarang
Anggota Badan Pengembangan SDI
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang
2000 –sekarang
Anggota Tim Perumus Qaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah
2001 – 2002
Anggota Tim Majelis Eksaminasi Publik atas Putusan Hakim Kasus Terorisme DPRD Kota Surabaya
ICW, MARAKS, ASIA FOUNDATION, USAID
2004
Anggota Tim Advokasi Penyelesaian Sengketa Amal Usaha Muhammadiyah di Mojokerto
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur
2003 – sekarang
PENGALAMAN PENELITIAN 6 TAHUN TERAKHIR Perlindungan Hukum Penempatan TKI ke Luar Negeri DIKTI 2003 Alternatif Sistem Peradilan Pidana (Studi Sistem Ganda Sistem Peradilan Pidana),
DPP.UMM dan DIKTI
2003, 2004
Kebutuhan Hukum Perda kota Malang dalam Bidang Pendidikan
DPP.UMM 2003
Penguatan Peran TKW dalam Bidang Hukum dan Ekonomi (Kajian Gender)
DIKTI 2003
Penguatan Peran dan Kedudukan TKW di Sektor Publik DIKTI 2003 Tipologi Hukum Perda Kota Malang
DPP.UMM 2003
14
Model Sistem Peradilan Korupsi DPP.UMM 2004 Model Penyidikan Tindak Pidana Korupsi KUT di Malang DPP.UMM 2004 Penguatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi : Analisis Peran Serta Masyarakat dalam Peraturan Perundang-undangan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dari Perspektif Asas Good Governance
DPP.UMM 2005
Tipologi Hukum Permasalahan Perumusan Tindak Pidana Korupsi
DPP UMM 2006
Tipologi Model Modus Bom Bunuh Diri Dalam Tindak Pidana Terorisme (Perbandingan Beberapa Negara)
DPP UMM 2006
Model Magang Profesi Kewirausahaan pada Law Firm DIKTI 2006 Studi Perbandingan Model Pelembagaan Bantuan Hukum di Beberapa Negara
DPP UMM 2007
Profil Putusan Hakim di wilayah hukum Pengadilan Tinggi Jawa Timur
KY 2008
Tipe Hukum Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Korupsi di Jawa Timur
DPP UMM 2008
Pemahaman Masyarakat Terhadap Hukum Lokal (Studi Pemahaman Masyarakat Kota Malang Terhadap Perda tentang Retribusi dan Bangunan
DPP UMM 2009
KARYA ILMIAH BUKU/ ARTIKEL YANG DITERBITKAN Memahami Karakter Hukum dalam Pemilihan Kepala Daerah kota Malang
Jurnal Konstitusi Mahkamah Konstitusi RI
2008
Independensi dan Pertanggungjawaban Kekuasaan Kehakiman
Komisi Hukum Nasional RI 2008
Bantuan Hukum YLBHI -AUSAID 2007 Transaksi Hukum dan Transaksi Ekonomi Dalam Putusan Hakim
Jurnal Yudisial Komisi Yudisial RI
2007
Ideologi Tipologi Hukum Tindak Pidana Terorisme
Suara Muhammadiyah 2007
Buku : Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana
UMM Press 2004
Buku : Undercover: Peradilan Skandal Korupsi Di DPRD Kota Surabaya (Salah satu Penulis)
ICW,MARAKS, ASIA FOUNDATION,USAID
2004
Kebutuhan Hukum Perda Pendidikan Kota Malang
Legality, vol.12.nomor 1, Maret-Agustus
2004
Quo Vadis Kejaksaan RI KHN News Letter Jakarta 2003
Malang, 1 Mei 2009. Ttd Sidik Sunaryo