18. Tindakan Kala III-

17
MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Enny Yusriani, SST Tindakan-tindakan kala III

Transcript of 18. Tindakan Kala III-

Page 1: 18. Tindakan Kala III-

MATA KULIAH

WAKTU

DOSEN

TOPIK

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Enny Yusriani, SST

Tindakan-tindakan kala III

Page 2: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 1

Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :1. Menjelaskan tentang Kompresi bimanual internal dan eksternal; kompresi

aorta; manual plasenta

1. JPPK-KR. 2004. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. USAID. .Jakarta.2. Sastrawinata.S, 1983, Obstetri Fisiologis, Eleman, Bandung 3. Mochtar.R, 1998, Sinopsis Obstetri, Buku Kedoktern EGC, Jakarta4. Cunningham, dkk. 2006. Obstetri Williams edisi 21. EGC : Jakarta. 5. Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta6. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Buku Asuhan Intrapartum , Jakarta. 20037. Llewellyn, Derek & Jones. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi.

Jakarta : Hipokrates.8. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBP-SP : Jakarta. Hal 45-

509. DEPKES RI, MNH, JNPK-KR. 2007. Buku Acuan Pelatihan Asuhan

Persalinan Normal. Jakarta 10. Januadi E, Judi. 2002. Mempersiapkan Persalinan Sehat. Puspa Swara :

Jakarta 11. Mander. R. 2003. Nyeri Persalinan. EGC : Jakarta 12. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku Asuhan Antenatal. Jakarta

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

SUB TOPIK

Kompresi bimanual internal dan eksternal; kompresi aorta;

manual plasenta

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

REFERENSI

Page 3: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 2

Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri:

1. Segera lakukan kompresi bimanual internal

a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut

masukkan secara obstetrik (menyatukan kelima hujung jari) melalui introitus

ke dalam vagina ibu.

b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada

kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi

secara penuh

c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding

anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding

posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan

belakang

d. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan

tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi

plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk

berkontraksi.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

KOMPRESI BIMANUAL INTERNA

Page 4: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 3

Gambar: Kompresi Bimanual Internal

Sumber: Gabbe et al, 1991.

e. Evaluasi keberhasilan:

i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan

KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan

pantau ibu secara melekat selama kala empat.

ii. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang

perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian,

segera lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan.

iii. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga

untuk melakukan kompresi bimanual eksternal. kemudian lakukan

langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga

untuk mulai menyiapkan rujukan.

Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI, jika KBI tidak

berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.

2. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Jangan

berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat

menaikkan tekanan darah.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Page 5: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 4

3. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan

500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.

Alasan: Jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian larutan IV secara

cepat dan dapat dipakai untuk transfusi darah(jika perlu). Oksitosin secara IV

cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat diberikan untuk restorasi

volume cairan yang hilang selama perdarahan.

4. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.

Alasan: KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus

berkontraksi

5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu

karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan

gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan

operasi dan transfusi darah.

6. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan

hingga ibu tiba di tempat rujukan.

a. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit.

b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga

jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam

jumlah 125 cc/jam.

c. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus

dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral

untuk rehidrasi.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Page 6: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 5

1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan

di atas simfisis pubis (Gambar 6-7).

2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri,

sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang

bagian belakang uterus seluas mungkin.

3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan

belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit

secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu

uterus untuk berkontraksi..

Gambar: Kompresi Bimanual Eksternal

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA

Page 7: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 6

1. Baringkan ibu di atas ranjang penolong menghadap sisi kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien berada pada ketinggian yang sama dengan pinggul penolong.

2. Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak menggunakan penopang kaki) dangan sedikit fleksi pada artikulasio koksae.

3. Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakkan ujung telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat paha, yaitu pada perpotongan garis lipat paha dengan garis horisontal yang melalui titik 1 sentimeter di atas dan sejajar dengan tepi atas simfisis ossium pubis. Pastikan pulsasi arteri tersebut teraba dengan baik.

4. Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari dari tilik pulsasi tersebut

5. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jail telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada umbilikus ke arah kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus.

6. Dorongan kepalan tangan kanan akan mengenai bagian yang keras di bagian tengah/sumber badan ibu dan apabila tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominalis maka pulsasi arteri femoralis (yang dipantau dengan ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan) akan berkurang/tcrhenti (tergantung dari derajat tekanan pada aorta).

7. Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam (kaitkan dengan perubahan pulsasi arteri femoralis).

Perhatikan: Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus tidak

berkontraksi dengan baik, usahakan pemberian preparat prostaglandin. Bila bahan tersebut tidak tersedia atau uterus tetap tidak dapat berkontraksi setelah pemberian prostaglandin, pertahankan posisi demikian hingga pasien dapat mencapai fasilitas rujukan.

Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih berlangsung maka lakukan kompresi eksternal dan pertahankan posisi demikian hingga pasien mencapai fasilitas rujukan.

Bila kompresi sulit untuk dilakukan secara terus menerus maka lakukan pemasangan tampon padat utero-vaginal, pasang gurita ibu dengan kencang dan lakukan rujukan.

Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi dengan baik.

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS

Page 8: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 7

PROSEDUR SEMENTARA ALTERNATIF

- pada kondisi dimana rujukan tidak memungkinkan dan semua upaya menhentikan perdarahan tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan maka alternative yang mungkin dapat dilakukan adalah:

H. PEMASANGAN TAMPON UTEROVAGINAL

1. Atur ibu dalam posisi litotomi

2. lakukan tindakan aseptic-aseptik pada vulva dan vagina

3. Pasang Spekulum bawah dan atas, presentasikan porsio dengan baik

4. Jepit bibir dengan porsio dengan klem ovum, minta asisten untuk menahan furdus uteri dengan telapak tangan.

5. Jepit bagian tengah kasa gulung (panjang) dengan kocher panjang dan minta asisten anda untuk memegang kocher tersebut, kemudian dekatkan ujung kasa di depan vulva.

6. Pegang klem ovum dengan tangan kiri, naikkan bibir dengan porsio (hingga kanalis servisis tampak dengan jelas) kemudian masukkan ujung kasa ke dalam uterus hingga mencapai furdus.

7. Jepit kembali kasa yang berada di dekat porsio kemudian dorongkan kembali ke dalam kavum uteri (perhatikan juluran kasa agar tidak mengenai bagian-bagian terbuka dari tubuh ibu maupun penolong)

8. lekukan berulang kali hingga semua kavum uteri dan vagina dipenuhi oleh kasa (lakukan penyambungan dengan kasa baru apabila kavum uteri belum penuh)

9. Sisakan 15 cm kasa bagian ujung, untuk ekstraksi kemudian. Pasang keteter menetap apabila kasa didalam vagina, menekan uterus.

10. Lakukan kompresi luar dengan jalan memasang gurita kencang pada perut ibu.

11. Segera keluarkan tampon apabila perdarahan masih telah sangat berkurang.- Pastikan pemberian infuse dan uterotonika tetap diberikan.- Beri antibiotika kombinasi (ampisilin 3x1 g dan metronidazol 3 x 500 mg)- Tampon tidak boleh lebih dari 24 jam

I PENCEGAHAN INFEKSI PASCATINDAKAN

J. PERAWATAN LANJUTAN

1. Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus tiap 10 menit dalam 2 jam

2. tuliskan intruksi perawatan lanjutan. Buat catatan kondisi pasien dan pemantauan pasca tindakan

3. jelaskan pada yang merawat tentang pengobatan yang diberikan, jadwal pemantauan dan gejala-gejala yang harus diwaspadai

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Page 9: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 8

Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual

(menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya

keluar dari kavum uteri.

Gambar: melepaskan plasenta dari tempat implantasinya

Sumber: Danforth’s Obstetrics & Gynecology, 1999

Prosedur manual plasenta

Persiapan

1. Pasang set dan cairan infus

2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan

3. Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal

4. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi

Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

1. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

MANUAL PLASENTA

Page 10: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 9

2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan

satu tangan sejajar lantai

3. Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke

bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat

4. Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong lain untuk

memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan

fundus uteri

5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri

sehingga mencapai tempat implantasi plasenta

6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari

merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)

Melepas plasenta dari dinding uterus

7. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.

Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas

dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus

dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)

Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan

sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana

punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu)

8. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka

perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri

sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas

dari dinding uterus

Catatan:

Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama

tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena

hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).

Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian

lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal

tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Page 11: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 10

uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke

fasilitas kesehatan rujukan

Mengeluarkan plasenta

9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk

menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal

10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus)

kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan

dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah)

11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus kearah

dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah

yang telah disediakan

Pencegahan infeksi pascatindakan

12. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang

digunakan

13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit

14. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

15. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering

Pemantauan pascatindakan

16. Periksa kembali tanda vital ibu

17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan

lanjutan

19. Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwwa tindakan telah selesai tetapi ibu

masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan

20. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pascatindakan sebelum dipindah ke ruang

rawat gabung

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Page 12: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 11

1. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam .......detik setelah

dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri:

a. 5 detik

b. 10 detik

c. 15 detik

d. 20 detik

Jawab C

2. Melakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan

dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat

dijepit secara manual, merupakan teknik:

a. Kompresi bimanual interna

b. Kompresi bimanual eksterna

c. Manual plasenta

d. Episiotomi

Jawab B

3. Tindakan untuk melepas plasenta dengan menggunakan tangan dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri, merupakan:

a. Kompresi bimanual interna

b. Kompresi bimanual eksterna

c. Manual plasenta

d. Episiotomi

Jawab C

4. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah

yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga

merangsang miometrium untuk berkontraksi.

a. Kompresi bimanual interna

b. Kompresi bimanual eksterna

c. Manual plasenta

d. Episiotomi

Jawab A

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

EVALUASI

Page 13: 18. Tindakan Kala III-

Tindakan-tindakan kala III 12

5. Pencegahan infeksi pascatindakan, kecuali:

a. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain

yang digunakan

b. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit

c. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih dalam waskom

d. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering

Jawab C

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin