Fisiologi Kala III

21
ASUHAN IBU BERSALIN KALA III 1. Fisiologi kala III Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi . Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dindng uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini : Perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan) Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld) Semburan darah mendadak dan singkat Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi . apabila kumpulan darah dalam ruang di antara dinding uterus

Transcript of Fisiologi Kala III

Page 1: Fisiologi Kala III

ASUHAN IBU BERSALIN KALA III

1. Fisiologi kala III

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah

lahirnya bayi . Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan

plasenta. Karena tempat perlekatan semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah

maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dindng uterus. Setelah lepas,

plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini :

Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan

tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong

ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus

berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)

Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld)

Semburan darah mendadak dan singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar

dibantu oleh gaya gravitasi . apabila kumpulan darah dalam ruang di antara dinding

uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah

tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

Kala III terdiri dari 2 fase :

a. Fase Pelepasan Uri

Cara lepasnya uri ada beberapa macam :

Schultze

Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling sering terjadi (80%).

Yang lepas duluan adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang

menolak uri mula-mula bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini,

perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.

Page 2: Fisiologi Kala III

Duncan

- Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan (20%). Darah akan

mengalir keluar antara selaput ketuban.

- Serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

b. Fase Pengeluaran Uri :

Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim, kemudian melalui

serviks, vagina dan dikeluarkan ke introitus vagina.

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya Uri

Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atas simfisis,tali pusat ditegakkan,maka

bila tali pusat masuk berarti belum lepas atau diam atau maju berati sudah lepas.

Klien

Sewaktu ada his,rahim kita dorong sedikit,bila tali pusat kembali berarti belum lepas.Diam

atau turun berarti lepas.

Strassman

a. Tegakkan tali pusat dan ketok pada fundus,bila tali pusat bergetar berarti belum

lepas,tak bergetar berarti sudah lepas.

b. Rahim menonjol diatas simfisis.

c. Tali pusat bertambah panjang.

d. Rahim bundar dan keras.

e. Keluar darah secara tiba-tiba.

2. Manajemen aktif kala III

Tujuan :

a. Untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif

b. mempersingkat waktu

c. Mencegah perdarahan

d. Menurunkan angka kejadian retensio plasenta

Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:

Page 3: Fisiologi Kala III

1) Pemberian suntikan oksitosin

a. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI.

b. Letakkan kain bersih di atas perut ibu.

Alasan: kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang

sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada

perut ibu.

c. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain. (undiagnosed twin).

Alasan: oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat

menurunkan pasokan oksigen kepada bayi. Hati-hati jangan menekan kuat pada

korpus uteri karena dapat terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan

pengeluaran plasenta.

d. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik.

e. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM

pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis)

Alasan : oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan

efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan

darah. Aspirasi sebelum penyuntikkan akan mencegah penyuntikkan oksitosin ke

pembuluh darah.

Catatan: jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan

stimulasi puting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan

dengan segera sehingga oksitosin akan lepas secara alamiah.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

a. Berdiri disamping ibu.

b. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali

pusat sekitar 5-20 cm dari vulva.

Alasan: memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi.

c. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas

simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan

uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi

yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada

dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial).

Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.

Page 4: Fisiologi Kala III

d. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua

atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat

terkendali.

e. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali

pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin

menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas

dan dapat dilahirkan.

f. Tetapi jika langkah 5 di atas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta

tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada

tanda-tanda yang menunjukan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali

pusat.

Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi

berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perinium saat tali pusat

memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.

Pada saat kontraksi berikutnya terjasi, ulangi penegangan tali pusat

terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak.

Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa

plasenta terlepas dari dinding uterus.

g. Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong

keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar

lantai (mengikuti poros jalan lahir).

Alasan: segera melepaskan plasenta yg telah terpisah dari dinding uterus akan

mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.

Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso-

kranial secara serentak pada bagian bawah uterus (di atas simfisis pubis)

h. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya

untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek,

pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin menjadi satu.

i. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput

ketuban.

Alasan: melahirkan plasenta dengan hati-hati akan membantu mencagah

tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.

Page 5: Fisiologi Kala III

j. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta,

dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari

tangan anda atau klem DTT atau steril atau porsef untuk keluarkan selaput

ketuban yang teraba.

Catatan: jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit

oksitosin IM dosis kedua. Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan

teknik aseptik untuk memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau

steril untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penengangan tali

pusat dan tekanan dorso-kranial seperti yang diuraikan di atas. Nasehati keluarga

bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir dalam waktu 30

menit. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan

penegangantali pusat untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidka lahir, rujuk

segera. Ingat, apabila plasenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk

melepaskan dan segera lakukan rujukan.

Perhatikan: jika sebelum plasenta lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan

maka segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan

kavum uteri. Jika setelah manual masih terjadi perdarahan maka lakukan

kompresi bimanual internal/eksternal atau kompresi aorta. Beri oksitosin 10 IU

dosis tambahan atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Tunggu hingga uterus

berkontraksi kuat dan perdarahan berhenti, baru hentikan tindakan kompresi.

3) Rangsangan taktil (masase) fundus uteri

a. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri

b. Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak

nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas

dalam dan perlahan serta rileks

c. Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada

fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam

waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri.

d. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan

utuh:

Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk

memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang

hilang)

Page 6: Fisiologi Kala III

Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk

memastikan tidak ada bagian yang hilang

Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan

tidak adanya kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata)

Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya

e. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan

uterus berkontraksi. Jika uterus masih berkontraksi baik , ulangi masase

fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase uterus

sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi

baik.

f. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama

pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan.

3. Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban dan tali pusat

Pemeriksaan Plasenta, meliputi:

a. Selaput ketuban utuh atau tidak.

b. Plasenta : ukuran plasenta

- Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon.

- Bagian fetal : utuh atau tidak.

c. Tali pusat : jumlah arteri dan vena, adakan arteri atau vena yang terputus untuk

mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal serta

panjang tali pusat.

d. Diameter plasenta.

4. Pemantauan (kontraksi, robekan jalan lahir dan perinium serta tanda vital:

hygiene)

1) Perdarahan. Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak.

2) Kontraksi uterus: bentuk uterus, intensitas.

3) Robekan jalan lahir/laserasi, rupture perineum.

4) Tanda vital:

a. Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan

b. Nadi berrtambah

c. Temperatur bertambah tinggi

Page 7: Fisiologi Kala III

d. Respirasi: berangsur normal

e. Gastrointestinal: normal, pada awal persalinan mungkin muntah

5) Personal hygiene

Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perinium yang menimbulkan

perdarahan aktif, bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,segera lakukan

penjahitan. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan.

Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan

tanda vital ibu : 2-3 kali dalam 10 menit pertama; setiap 15 menit pada 1 jam pertama;

setiap 20-30 menit pada jam kedua; pastikan kontraksi uterus, bila kontraksi uterus tidak

baik, lakukan masase uterus dan beri metil ergometrin 0,2 mg IM.

Mengajarkan pada ibu/keluarga untuk merasakan/memeriksa uterus yang memiliki

kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan masase uterus apabila kontraksi uterus

tidak baik.

Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi kemudian memeriksakan tekanan darah

dan nadi ibu, kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

Perdarahan pada atonia uteri : ujung pembuluh darah di tempat implantasi akan terbuka

sesaat setelah plasenta dilepaskan, sekitar 350-500 ml darah permenit akan keluar

melalui ujung pembuluh darah tersebut, penghentian perdarahan dari bekas tempat

implantasi plasenta hanya dapat terjadi jika anyaman miometrium menjepit pembuluh

darah yang berjalan diantara anyaman tersebut, atonia atau hipotonia membuat

mekanisme penjepitan tersebut gagal berfungsi.

Atonia uteri berkaitan dengan: kapasitas uterus jauh lebih besar dari normal

(polihidramnion, hamil kembar, makrosomia), kala I atau kala II yang memanjang, partus

presipitatus, induksi atau akselerasi persalinan, infeksi intrapartum, grande multipara,

penggunaan tokolitik (mis: MgSO₄)

Ingat!

Sekitar 60% dari perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa risiko yang dapat

dikenali sebelumnya, senantiasa siap untuk menghadapi atonia uteri/perdaahan

pascapersalinan, manajemen aktif kala III merupakan upaya profilaksis komplikasi

perdarahan.

5. Pendokumentasian kala III

Page 8: Fisiologi Kala III

Tanggal 8 desember 2010 pukul 08.10 wita

Subjektif:

ibu merasa senang dengan kelahiran putranya, ibu merasakan mules kembali, ibu terlihat

sedikit lelah namun ibu senang.

Objektif:

keadaan umum ibu: baik, TFU setinggi pusat, globuler dan keras serta tidak ada bayi

kedua.

Assasement:

Diagnosa: ibu G1 P2 A0, normal

Planning:

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu dan bayinya dalam

keadaan baik, plasenta belum lahir dan bidan akan membantu untuk melahirkannya. Ibu

mengerti dan telah mengetahui keadaanya.

Melakukan manajemen aktif kala III, yaitu: menyuntikkan oksitosin 10 IU sebelum 1

menit secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar kemudian melakukan PTT (peregangan

tali pusat terkendali)

Setelah uterus berkontraksi , renggangkan tali pusat, merenggangkan tali pusat kearah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial)

secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir-lahir setelah

30-40 detik. Hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,

suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. Setelah uterus

berkontraksi, meregangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong

uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion

uteri). Dan peregangan tali pusat pun telah dilakukan dan plasenta bisa dilahirkan

lengkap dengan kontraksi yang baik.

Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu

untuk meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial),

jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

dan lahirkan plasenta, melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga

plasenta terlepas.

Page 9: Fisiologi Kala III

Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang

dan putar plasenta, memegang dan memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin

kemudian lahirkan plasenta dan tempatkan pada tempat yang sudah di sediakan.

Melakukan masase uterus, segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras), masase pun

telah dilakukan dan fundus teraba keras.

Memeriksa kedua sisi plasenta bagian maternal maupun fetal dan pastikan selaput

ketuban lengkap dan utuh, memasukkan plasenta ke dalam kantong plastik, plasenta pun

lahir lengkap dengan berat kurang lebih 500 gram, panjang tali pusat 50 cm dan tebal

plasenta kurang lebih 2 cm.

Meletakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu dan kulit bayi, melakukan IMD

(imunisasi menyusui dini).

Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi dan biarkan

bayi selama 1 jam sertil, tunda pemberian vitamin K dan tetes mata.

Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perinium, hasilnya ada laserasi

vagina dan perinium derajat 1 dan dilakukan 2 penjahitan simpul.

Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam,

bayi berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30 menit.

Membiarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil

menyusu. Hasilnya bayi pun tetap berada di dada ibu dan selama 30 menit bayi berhasil

melakukan inisiasi menyusui dini.

6. Tanda bahaya pada kala III

1) Atonia uteri

Atonia Uteri adalah suatu keadaan dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan

bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi

tidak terkendali. Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik

setelah dilakukan ransangan taktil (masase) fundus uteri dan untuk mengatasinya segera

dilakukan kompresi bimanual internal (KBI) dan kompresi bimanual eksternal (KBE).

a. Cara melakukan Kompresi bimanual internal (KBI):

Page 10: Fisiologi Kala III

1. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi/steril, dengan lembut masukkan

secara obstetrik (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina

ibu.

2. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada

kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara

penuh.

3. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding

anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding

posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan

belakang.

4. Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uteri ini memberikan tekanan

langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di

dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.

5. Evaluasi keberhasilan.

b. Kompresi bimanual eksternal (KBE)

1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan

di atas simfisis pubis.

2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri,

sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang

bagian belakang uterus seluas mungkin.

3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan

belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit

secara manual. Cara ini dapat menjepit pembulkuh darah uterus dan membantu

uterus untuk berkontraksi.

2) Retensio plasenta

Keadaan ini terjadi apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir dan

penyebabnya antara lain: plasenta belum lepas akan tetapi belum dilahirkan. Jika plasenta

belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian terjadi perdarahan

yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas sama sekali dari

dinding uterus karena:

a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)

Page 11: Fisiologi Kala III

b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus

desidua sampai miometrium sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-

perkreta)

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan

oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III.

Akibatnya terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi

keluarnya plasenta (in karserio plasenta).

3) Perlukaan jalan lahir

a. Luka pada vulva

Akibat persalinan terutama pada primipara bisa timbul luka pada vulva yang biasanya

tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak khususnya luka

dekat klitoris

b. Robekan perineum

Dibagi menjadi:

Derajat I: mukossa vagina, fauchette posterior, kulit perineum

Derajat II: mukosa vagina, fouchette posterior, kulit perineum, otot perineum

Derajat III: mukosa vagina, fouchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot

spinchter ani externa.

Derajat IV: mukosa vagina, fouchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot

spinchter ani exeterna, dinding rectum anterior.

c. Perlukaan vagina

d. Robekan serviks

4) Ruptura uteri

Merupakan peristiwa yang snagat berbahaya yang umumnya terjadi pada persalinan

kadang-kadang juga pada kehamilan tua. Robekan uterus yang sering terjadi adalah

robekan bagian bawah uterus apabila terjadi robekan pada vagina bagian atas hal ini

dinamakan kolpaporeksis dan kadang-kadang sulit untuk membedakannya. Kalau terjadi

ruptur uteri dan peritoneum pada permukaan uterus ikut robek ini dinamakan rupturan

uteri komplota; kalau tidak dinamakan ruptura uteri inkompleta. Pinggir ruptur biasanya

tidak rata, letaknya pada uterus melintang atau membujur atau miring ke kiri atau ke kanan

kemungkinan pula terdapat robekan dinding kandung kencing.

Page 12: Fisiologi Kala III

DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Azrul.2008.Asuhan persalinan normal dan Inisiasi menyusui dini

Rukiyah,ai yeyeh,dkk.2009.Asuhan kebidanan II persalinan.Jakarta.transfor media

Sumarah, dkk. 2009. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta. Fitramaya.

Page 13: Fisiologi Kala III

ASUHAN IBU BERSALIN KALA III

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

Asbid II (Persalinan)

Dosen Pembimbing: Hj.Chairiyah,S.H, S.Si.T,M.Kes

DISUSUN OLEH :

DWI LIS STIANI

PO7124009046

Semester III B

POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN

JURUSAN KEBIDANAN

2010/2011

Page 14: Fisiologi Kala III

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat karuniaNya saya dapat

menyelesaikan penyusunan makalah “Asuhan Ibu Bersalin Kala III” ini dengan baik.

Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua yang ikut

membantu pembuatan makalah ini.

Akhirnya saya menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan.

Banjarmasin, desember 2010

Penulis