16. Komplikasi Kala III-
Transcript of 16. Komplikasi Kala III-
MATA KULIAH
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi Adanya Komplikasi Persalinan
Kala III Dan Cara Mengatasinya
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 1
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang Perdarahan pada kala III
2. Menjelaskan tentang atonia uteri
3. Menjelaskan tentang retensio plasenta
4. Menjelaskan tentang perlukaan jalan lahir
1. Christina, Y. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta. Hipokrates; 2001.
2. Kurnianingsih S, Monica E. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta;2004.3. Departemen Kesehatan RI. Asuhan Persalinan Normal. 2007
4. Benett, V.R Myles textbook for midwives 12th edition. United Kingdom :
Churchill Livingstone, 1996
5. Farrer, Helen.Perawatan maternitas, Jakarta: EGC;1999
6. Manuaba. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC; 1998.
7. Mochtar R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1
Edisi 2, Jakarta : EGC; 1998.
8. Moore, Hacker. Esensial Obstetri & Ginekologi, Jakarta : Hipokrates; 2001
9. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP; 2002
10. Pusdiknakes. Asuhan Intrapartum. WHO-JHPIEGO; 2003
11. Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal,
Jakarta : JNPKKR; 2001
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
SUB TOPIK
Perdarahan pada kala III
Atonia Uteri
Retensio Plasenta
Perlukaan Jalan Lahir
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
REFERENSI
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 2
12.
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pascapersalinan dalam waktu
kurang dari satu jam! Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan
pascapersalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999).
Sebagian besar kematian akibat perdarahan pascapersalinan terjadi pada beberapa
jam pertama setelah kelahiran bayi (Li, et al., 1996). Karena alasan ini,
penatalaksanaan persalinan kala tiga sesuai standar dan penerapan manajemen aktif
kala tiga merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian ibu.
I. Perdarahan post partum
Perdarahan kala III adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah kelahiran
plasenta.
Perdarahan yang banyak dalam waktu yang pendek dapat segera diketahui, tapi bila
perdarahan sedikit dalam waktu yang lama tanpa kita sadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya.
Normal : pelepasan plasenta à perdarahan à robeknya sinus marginalis di
tempat insersi plasenta dengan dinding uterus
Normal : perdarahan tidak banyak oleh karena kontraksi dan retraksi otot-otot
uterus menekan pembuluh darah yang terbuka
Terdiri dari 2 :
1) Perdarahan primer à terjadi dalam 24 jam pertama
2) Perdarahan skunder à terjadi setelah 24 jam
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
PENDARAHAN KALA III
PENDAHULUAN
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 3
II. Penyebab perdarahan kala III
Perdarahan kala III persalinan paling sering disebabkan oleh atonia uteri
sehingga diagnosis dini sangat penting untuk mengurangi dampak tersebut.
Atonia uteri adalah perdarahan yang disebabkan tidak berkontraksinya
uterus sehingga ujung pembuluh darah di tempat implantasi plasenta tidak
dapat dihentikan yang menyebabkan perdarahan tidak terkendali. Diagnosis
atonia uteri dapat ditegakkan dengan melakukan palpasi uterus.
Tanda-tanda atonia uteri :
a. Kontraksi uterus yang lembek dan lemah
b. Fundus uteri masih tinggi
Asuhan Atonia Uteri
Kontraksi miometrium dan perdarahan kala tiga
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800
cc/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran
plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/menit dari
bekas tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka miometrium
akan menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot
tadi. Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya palsenta menjadi tidak terkendali.
Dimasa lampau, sebagian besar penolong persalinan menatalaksana persalinan
kala tiga dengan cara menunggu plasenta lahir secara alamiah (fisiologis).
Intervensi hanya dilakukan jika terjadi penyulit atau jika kemajuan persalinan
kala tiga tidak berjalan normal. Manajemen aktif kala tiga hampir tidak
menjadi perhatian karena melahirkan plasenta secara konvensional dianggap
cukup memadai dan fisiologis. Paradigma proaktif (pencegahan) dianggap
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
1. ATONIA UTERI
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 4
berlebihan karena mengacu pada masalahnya yang belum terjadi sehingga
tindakan yang diberikan dianggap pemborosan.
Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan
pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri adalah:
a. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan,
diantaranya:
o jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidramnion)
o kehamilan gemeli
o janin besar (makrosomia)
b. Kala satu dan/atau dua yang memanjang
c. Persalinan cepat (partus presipitatus)
d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
e. Infeksi intrapartum
f. Multiparitas tinggi
g. Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklampsia/eklampsia
Pemantauan melekat pada semua ibu pascapersalinan serta mempersiapkan diri
untuk menatalaksana atonia uteri pada setiap kelahiran merupakan tindakan
pencegahan yang sangat penting. Meskipun beberapa faktor-faktor telah
diketahui dapat meningkatkan risiko perdarahan pascaperdarahan, dua per tiga
dari semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa faktor
risiko yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana
yang akan mengalami atonia uteri atau perdarahan pasca persalinan. Karena
alasan tersebut maka manajemen aktif kala tiga merupakan hal yang sangat
penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu akibat
perdarahan pascapersalinan.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 5
Gambar : Penatalaksanaan Atonia Uteri
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
YaUterus berkontraksi?
Tidak
YaUterus berkontraksi
?
Tidak
Tidak
YaUterus
berkontraksi?
1. Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
Evaluasi rutin. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa apakah perineum, vagina dan serviks mengalami laserasi Jahit atau segera rujuk (Lampiran 4).
2. Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks. 3. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh atau dapat dipalpasi,
lakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik
4. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Teruskan KBI selama dua menit. Keluarkan tangan perlahan-lahan. Pantau kala empat. dengan ketat.
5. Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan kompresi bimanual eksternal. 6. Keluarkan tangan perlahan-lahan 7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal.
Ergometrin tidak untuk ibu hipertensi8. Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc
Ringer Laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin.9. Ulangi KBI.
Pantau ibu dengan seksama selama persalinan kala empat.
10. Segera rujuk 11. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 12. Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju
500cc/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1.5 L infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minuman untuk rehidrasi.
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 6
Langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri
No. Langkah Alasan
1 Masase fundus uteri segera setelah
lahirnya plasenta (maksimal 15
detik)
Masase merangsang kontraksi uterus.
Sambil melakukan masase sekaligus
dapat dilakukan penilaian kontraksi
uterus.
2 Bersihkan bekuan darah dan/atau
selaput ketuban dari vagina dan
lubang serviks
Bekuan darah dan selaput ketuban
dalam vagina dan saluran serviks akan
dapat menghalangi kontraksi uterus
secara baik
3 Pastikan bahwa kandung kemih
kosong. Jika penuh dan dapat
dipalpasi, lakukan kateterisasi
menggunakan teknik aseptik
Kandung kemih yang penuh akan
menghalangi uterus berkontraksi secara
baik.
4 Lakukan kompresi bimanual internal
selama 5 menit
Kompresi ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah dinding
uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi. Jika
kompresi bimanual tidak berhasil
setelah 5 menit, diperlukan tindakan
lain.
5 Anjurkan keluarga untuk mulai
membantu kompresi bimanual
eksternal.
Keluarga dapat meneruskan proses
kompresi bimanual secara eksternal
selama penolong melakukan langkah-
langkah selanjutnya.
6 Keluarkan tangan perlahan-lahan
7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM
(kontraindikasi hipertensi) atau
misoprostol 600-1000 mcg.
Ergometrin dan misoprostol akan
bekerja dalam 5-7 menit dan
menyebabkan uterus berkontraksi.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 7
8 Pasang infus menggunakan jarum
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500
cc Ringer Laktat + 20 unit oksitosin.
Habiskan 500 cc pertama secepat
mungkin.
Jarum besar memungkinkan perberian
larutan IV secara cepat atau untuk
transfusi darah. Ringer Laktat akan
membantu memulihkan volume cairan
yang hilang selama perdarahan.
Oksitosin IV dengan cepat merangsang
kontraksi uterus.
9 Ulang kompresi bimanual internal KBI yang digunakan bersama dengan
ergometrin dan oksitosin atau
misoprostol akan membuat uterus
berkontraksi.
10 Rujuk segara Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 1 sampai 2 menit, hal ini bukan
atonia sederhana. Ibu membutuhkan
perawatan gawatdarurat di fasilitas
yang mampu melaksanakan tindakan
bedah dan transfusi darah.
11 Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Teruskan melakukan KBI.
Kompresi uterus ini memberikan
tekanan langsung pada pembuluh darah
dinding uterus dan merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
12 Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20
unit oksitocin dalam 500 cc larutan
dengan laju 500/jam hingga tiba di
tempat rujukan atau hingga
menghabiskan 1,5 L infus.
Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika
tidak tersedia cairan yang cukup,
berikan 500 cc kedua dengan
kecepatan sedang dan berikan
Ringer Laktat akan membantu
memulihkan volume cairan yang
hilang selama perdarahan. Oksitosin
IV akan dengan cepat merangsang
kontraksi uterus.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 8
minimum untuk rehidrasi.
Ingat:
Seorang ibu dapat meninggal dalam satu jam pertama
setelah melahirkan disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan. Penilaian dan penatalaksanaan yang
cermat selama kala tiga dan empat persalinan dapat
menghindarkan ibu dari komplikasi tersebut
1. Pengertian
2. Retensio plasenta adalah jika plasenta tidak lahir setelah waktu tertentu
biasanya ½ sampai dengan 1 jam setelah kelahiran bayi
( Fraser, 2003:524 ).
3. Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifudin, 2003:178).
4. Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir setengah jam setelah janin
lahir (Wiknjosastro, 2002:656).
Pada keadaan yang normal, plasenta sudah terlepas dari implantasinya dalam
waktu 15 menit setelah bayi lahir. Apabila dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir plasenta belum lahir maka keadaan ini disebut dengan Retensio
Plasenta.
2. Etiologi
Jika plasenta belum lepas sama sekali dari tempat implantasinya, maka tidak
akan terjadi perdarahan, tetapi jika telah lepas sebagian maka akan terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk pengeluarannya.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
2. RETENSIO PLASENTA
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 9
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
a. Kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai miometrium – sampai bawah peritoneum
(plasenta akreta – perkreta)
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya suatu usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
Retensio Plasenta disebabkan karena:
1. Sebab fungsional ialah his yang kurang kuat atau plasenta sulit lepas
karena tempat melekatnya kurang menguntungkan seperti di sudut tuba
atau karena bentuknya luar biasa seperti Plasenta Membranasea.
2. Sebab patologi anatomik termasuk Plasenta akreta.
Plasenta akreta adalah keadaan dimana plasenta yang implantasinya
abnormal hingga menembus dinding uterus. Dibagi menjadi :
a. Acreta vera, plasenta menembus batas miometrium tetapi tidak
kedalam ototnya.
b. Increta, invasi ke dalam miometrium.
c. Percreta, invasi ke seluruh ketebalan dinding uterus dan struktur
pelvis lain, yang paling sering adalah kandung kencing.
3. Penyebab lain yaitu kandung kemih penuh atau rectum penuh
Hal-hal diatas akan memenuhi ruang pelvis sehingga dapat menghalangi
terjadinya kontraksi uterus yang efisien. Karena itu keduanya harus
dikosongkan.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 10
3. Pemeriksaan
1. Perdarahan segera dari jalan lahir, tetapi kadang ada yang tanpa disertai
perdarahan.
2. Pemeriksaan fisik, kadang-kadang pasien febris, nadi cepat dan syok
3. Pemeriksaan obstetric, fundus uteri masih tinggi, sub involusi
4. Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir
5. Kadang disertai putusnya tali pusat akibat traksi yang berlebihan
6. Uterus lembek dan nyeri tekan bila ada infeksi, teraba sisa plasenta dalam
cavum uteri.
4. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta adalah sebagai berikut :
i. Manejemen aktif kala III
Peregangan tali pusat terkendali (PTT)
1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
2. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis.
3. Tangan kanan memegang tali pusat.
4. Saat uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan
dan uterus ditekan kearah dorsokranial dengan tangan kiri.
Ingat!!...
“Hindari tarikan tali pusat yang kuat dan hindari tekanan pada
fundus uteri karena tindakan tersebut dapat menyebabkan
inversio uterus”.
Jika dengan PTT tali pusat bertambah panjang dan terasa ada
pelepasan plasenta, maka lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat
kearah bawah kemudian keatas sesuai dengan kurva jalan lahir.
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 11
ii. Bila plasenta belum lepas dalam 15 menit
Berikan oksitosin ke-2, 10 unit secara IM.
“jangan memberikan ergometrin pada kasus retensi plasenta
karena ergometrin menyebabkan kontraksi uterus kuat sehingga
memperlambat pengeluaran plasenta”
Periksa kandung kemih, kateterisasi bila penuh.
Lakukan kembali peregangan tali pusat terkendali (PTT ke-2) selama
15 menit.
Bila tidak lahir lakukan manual plasenta
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 12
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini!
PENANGANAN RETENSIO PLASENTA
MENEJEMEN AKTIF KALA III
Apakah plasenta sudah lepas ?
Ya Belum
Lahirkan plasenta Beri oksitosin ke-2, 10 unit secara IM
Lakukan PTT
(pastikan rectum dan kandung kemih kosong)
Tidak berhasil Berhasil
Plac. Lahir spontan
Manual plasenta
Berhasil Tidak berhasil
plasenta lahir RUJUK KE RS (BAKSOKUDA)
HISTEREKTOMI
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 13
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Retensio plasenta tersebut
disebabkan oleh sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal. Diagnosa ini
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan plasenta dan selaputnya. Tanda-tanda
retensio plasenta apabila pada pemeriksaan tersebut terdapat area robekan
plasenta tidak lengkap atau tercabik-cabik.
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum
dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum, lihat Lampiran 4 untuk informasi dan
instruksi mengenai penjahitan laserasi atau episiotomi. Laserasi diklasifikasikan
berdasarkan luasnya robekan.
Derajat Satu Derajat dua Derajat Tiga Derajat Empat
Mukosa Vagina
Komisura
posterior
Kulit perineum
Mukosa Vagina
Komisura
posterior
Kulit perineum
Otot perineum
Mukosa Vagina
Komisura
posterior
Kulit perineum
Otot perineum
Otot sfingter ani
Mukosa Vagina
Komisura
posterior
Kulit perineum
Otot perineum
Otot sfingter ani
Dinding depan
rektum
Tak perlu dijahit jika
tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik.
Jahit menggunakan
teknik yang dijelaskan
pada Lampiran 4.
Penolong APN tidak dibekali keterampilan
untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga
atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
3. MEMERIKSA PERDARAHAN DARI PERINEUM
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 14
1. Tanda-tanda atonia uteri adalah...
a. Kontraksi uterus baik
b. Terdapat robekan plasenta
c. Fundus uteri mengecil
d. Kontraksi uterus lembek dan lemah
e. Darah tidak membeku > 7 menit
Jawaban : D
2. Tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi dari 30 menit
setelah bayi lahir merupakan perdarahan yang disebabkan oleh...
a. Laserasi jalan lahir
b. Retensio plasenta
c. Kelainan pembekuan darah
d. Infeksi nifas
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
EVALUASI
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 15
e. Atonia uteri
Jawaban : B
3. Adanya laserasi jalan lahir dapat dideteksi dengan melakukan...
a. Pemeriksaan plasenta
b. Palpasi uterus
c. Pemeriksaan pembekuan darah
d. Pemeriksaan protein urine
e. Pemeriksaan inspekulo
Jawaban : E
4. Kontraksi uterus baik dan darah yang keluar berwarna merah merupakan tanda-
tanda perdarahan yang disebabkan...
a. Laserasi jalan lahir
b. Atonia uteri
c. Kelainan pembekuan darah
d. Retensio plasenta
e. Sepsis puerperalis
Jawaban : A
5. Tidak berkontraksinya uterus setelah kelahiran plasenta merupakan perdarahan
yang disebabkan...
a. Retensio plasenta
b. Laserasi jalan lahir
c. Kelainan pembekuan darah
d. Atonia uteri
e. Sepsis puerperalis
Jawaban : D
6.Pengertian dari retensio plasenta, adalah....
a. Tertahannya bayi dan plasenta setelah 30 menit di pimpin mengejan
b. Tertahannya plasenta hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi lahir
c. Tertahannya plasenta hingga atau melebihi waktu 1 jam setelah bayi lahir
d. Tertahannya plasenta hingga atau melebihi 2 jam setelah bayi lahir
7. Plasenta melekat dan menembus sebagian ke dalam miometriun disebut dengan
plasenta…..
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kala III dan cara mengatasinya dan pendokumentasian kala III 16
a. Adhesive
b. Inkreta
c. Akreta
d. Perkreta
8. Penarikan talipusat yang terlalu kuat dan penekanan pada fundus yang terlalu
kuat pada saat PTT akan menyebabkan…
a. Inversio uteri
b. Prolapsus uteri
c. Atonia uteri
d. Inertia uteri
9. Di bawah ini adalah penyebab dari retensio plasenta kecuali…
a. Plasenta akreta
b. Vesika urinaria penuh
c. His yang kurang kuat
d. Inertia uteri
10. Bagaimanakah penanganan dari retensio plasenta…
a. KBI/KBA
b. Manual Plasenta
c. Manual aid
d. Kuretase
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin