18 Selasa, 31 Oktober 2017 -...

2
Selasa, 31 Oktober 2017 18

Transcript of 18 Selasa, 31 Oktober 2017 -...

Page 1: 18 Selasa, 31 Oktober 2017 - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/3603/f960b942_Sep17-BankBukopinTbk.pdf · LKM Syariah Bankwakaf Alpansa, Klaten; LKM Syariah Almuna Berkah

Selasa, 31 Oktober 201718

Page 2: 18 Selasa, 31 Oktober 2017 - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/3603/f960b942_Sep17-BankBukopinTbk.pdf · LKM Syariah Bankwakaf Alpansa, Klaten; LKM Syariah Almuna Berkah

19 Selasa, 31 Oktober 2017

�LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

2017, Pemberian Izin LKM Melambat JAKARTA — Kendati jumlahnya terus bertambah,

pertumbuhan lembaga keuangan mikro atau LKM yang memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan melambat

sepanjang 2017.

Oktaviano DB [email protected]

Hingga akhir September 2017, data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan sudah ada 167 LKM, baik berbentuk koperasi, perseroan terbatas (PT), ma-upun berbasiskan syariah, yang telah mendapatkan izin penuh dan izin usaha bersyarat dari otoritas.

Jika dirincikan, maka sekitar 149 LKM itu berbentuk koperasi, dengan 20 LKM di antaranya diselenggarakan dengan prinsip syariah. Selebihnya berbentuk PT.

Namun, sepanjang 2017 tercatat baru sekitar 41 LKM yang mendapatkan izin. Realisasi itu lebih rendah ketimbang jumlah LKM yang meraih izin pada 2016.

Pada tahun lalu, tercatat sekitar 106 izin diberikan kepada LKM dari sejumlah wilayah. Bahkan, hingga akhir September 2016 tercatat sudah ada 68 LKM yang mendapatkan izin dari OJK.

Moch. Muchlasin, Direktur Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Syariah OJK, mengatakan pihaknya terus memacu jumlah LKM yang memperoleh izin dari otoritas, khususnya yang koperasi yang berbentuk syariah. Menurutnya, terdapat banyak koperasi dan Baitul Mal wa Tam-wil (BMT) yang menyelenggarakan jasa LKM dengan berdasarkan prinsip syariah.

Dia mengatakan baru-baru ini bertemu dengan pihak Pimpinan Pusat Muhama-diyah yang menginfokan adanya delapan BMT di bawah naungannya. “Sebetulnya masih banyak BMT dan koperasi yang sudah menjadi jasa keuangan LKM, bu-kan koperasi simpan pinjam,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (27/10).

Muchlasin menjelaskan hingga saat ini baru ada sekitar 28 LKM syariah (LKMS) yang mendapatkan izin dari OJK. Oleh karena itu, dia mengatakan otoritas bakal mendorong peningkatan jumlah LKMS melalui pendekatan kepada komunitas-komunitas masyarakat muslim.

Strategi itu akan didorong ke sejumlah daerah potensial, seperti Pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan. Di sisi lain, dia menilai realisasi rencana itu tentunya membutuhkan dukungan politik yang signifi kan di setiap daerah. “Ke depan, kami melihat yang penting sebetulnya keterlibatan dari komunitas. Namun, harus ada political will yang lebih besar.”

Sebagai informasi, pemberian izin LKM, sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK No. 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Ke -uangan Mikro, sebenarnya memberikan batas akhir pada 8 Januari 2016 atau dua tahun setelah disahkannya Undang-Undang No. 1/2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro (LKM).POJK tersebut mewajibkan berbagai

lembaga keuangan berskala mikro yang telah berdiri dan telah beroperasi sebelum berlakunya UU No. 1/2013, serta belum mendapatkan izin usaha berdasarkan per-aturan perundang-undangan yang berlaku, untuk memperoleh izin usaha melalui pengukuhan sebagai LKM kepada OJK.

Namun, hingga tenggat akhir yang ditentukan jumlah lembaga yang men-dapatkan izin masih terbilang minim. Oleh karena itu, otoritas memberikan relaksasi dengan terbitnya aturan yang termuat dalam Peraturan OJK No. 61/POJK.05/2015 tentang Perubahan atas POJK No.12/POJK.05/2014.

Regulasi yang diundangkan pada 29 Desember 2015 itu secara umum memuat penyederhanaan syarat perizinan, antara lain proyeksi laporan keuangan empat bulanan diubah menjadi tahunan, pro-yeksi neraca laba rugi 2 tahun pertama dikecualikan bagi LKM dengan cakupan wilayah usaha desa.

Dari sisi permodalan, perizinan usa-ha dibagi dalam dua kelompok, yaitu permohonan izin usaha dengan setoran modal secara tunai dan secara nontunai. Bagi permohonan izin usaha dengan setoran modal secara nontunai, dengan mempertimbangkan ekuitas bersih setelah memperhitungkan penyisihan pengha-pusan pinjaman/pembiayaan.

Bagi LKM yang mengajukan izin usaha dengan setoran modal secara nontunai yang belum memenuhi persyaratan secara lengkap dan benar diberikan izin usaha bersyarat. Hal itu akan berlaku bagi LKM yang telah memenuhi persyaratan modal disetor minimum sebagaimana ditetapkan

otoritas. Data OJK menunjukkan dari 167 LKM yang berizin hingga akhir September 2017, sekitar 105 lembaga di antaranya mendapatkan izin usaha bersyarat.

LKM SYARIAHSementara itu, OJK terus mendorong

LKM Syariah guna memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di pesantren dan sekitarnya. Otoritas pun memberikan izin usaha kepada 10 LKM syariah.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan pendirian LKM Sya-riah juga menjadi bagian dari program inklusi keuangan yang mengikutsertakan tokoh panutan, seperti ulama pengasuh pesantren sehingga diharapkan dapat meningkatkan akses keuangan kepada masyarakat kecil.

Menurutnya, LKM Syariah merupakan salah satu upaya untuk mengatasi ketim-pangan dan kemiskinan di masyarakat yang sejalan dengan program pemerintah saat ini. “LKM Syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pem-berdayaan masyarakat di lingkungan pe-santren,” ujarnya saat seremoni peresmian LKM Syariah KHAS Kempek dan LKM Syariah Pesantren Buntet Cirebon oleh Presiden Joko Widodo, Jumat (20/10).

Wimboh menjelaskan karakteristik uta-ma LKM adalah adanya pendampingan dan pendekatan kelompok, tidak meng-himpun dana dari masyarakat, sumber dana berasal dari para donatur, dan me-nyalurkan pembiayaan dengan imbal hasil rendah, setara 3%.

Para calon nasabah LKM Syariah, jelasnya, akan mendapatkan pelatihan dasar terlebih dahulu sebelum menerima

pembiayaan. Calon nasabah juga akan diberikan pendampingan secara berkala mengenai pengembangan usaha disertai dengan pendidikan agama yang dilakukan setiap kali pertemuan kelompok.

Sumber dana LKM Syariah berasal dari para donatur yang memiliki kepedulian dalam program pemberdayaan masyarakat melalui program pendirian LKM Syariah di pesantren.

“OJK akan terus mendorong program LKM Syariah ke pesantren-pesantren lainnya di seluruh Indonesia. Program pemberda-yaan masyarakat melalui LKM Syariah di lingkungan pesantren merupakan usulan kami untuk menjadi program unggulan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang diketuai oleh Presiden.”

Adapun, 10 LKM Syariah di lingkungan pondok pesantren yang sudah berizin OJK, yaitu LKM Syariah KHAS Kempek, Cirebon; LKM Syariah Buntet Pesantren, Cirebon; LKM Syariah Berkah Bersama Ba-iturrahman, Bandung; LKM Syariah Ranah Indah Darussalam, Ciamis; LKM Syariah Amanah Berkah Nusantara, Purwokerto; LKM Syariah Bankwakaf Alpansa, Klaten; LKM Syariah Almuna Berkah Mandiri, DIY; LKM Syariah Berkah RizqiLirboyo, Kediri; LKM Syariah Denanyar Sumber Barokah, Jombang; dan LKM Syariah An Nawawi, Banten.

�Sepanjang 2017 tercatat baru sekitar 41 LKM yang mendapatkan izin. Sementa-ra itu, hingga akhir Septem-ber 2016 tercatat sudah ada 68 LKM yang mendapatkan izin dari OJK.

�PERESMIAN LOGO SIGNAGE

Bisnis/Abdullah Azzam

Komisaris Utama Mandiri Inhealth Sentot A. Sentausa (dari kiri) bersama Direktur Bank Mandiri Royke Tumilaar dan Direktur Utama Mandiri Inhealth Iwan Pasila saat acara peresmian logo Signage di Ja karta, Senin (30/10). PT Asuransi Jiwa Inhealth

Indonesia (Mandiri Inhealth) meresmikan logo Sig -nage yang terpasang di gedung Menara Palma kan tor pusat Mandiri Inhealth. Acara ini juga menjadi ajang temu dengan jajaran Direksi & Komisaris Mandiri Inhealth periode sebelumnya 2008-2015.

�INSTITUSI KEUANGAN

OJK Pelajari Proposal Merger PD BPR Jateng

SEMARANG — Otoritas Jasa Ke uangan (OJK) tengah meng-godok rencana penggabungan 29 perusahaan daerah Bank Perkreditan Rakyat/Badan Kre-dit Kecamatan (PD BPR BKK) milik Pemerintah Jawa Tengah.

Kepala OJK Kantor Regional III Bambang Kiswono menga-takan telah menerima pro posal penggabungan BPR BKK milik Pe mprov Jawa Tengah.

“Kami masih dalam proses pem bahasan. Karena kewenangan terkait merger ada di pusat,” kata Bambang, Jumat (27/10).

Pemprov Jawa Tengah telah mengeluarkan peraturan dae-rah untuk menggabungkan unit usaha keuangan yang ber ukuran aset kecil-kecil itu.

Saat ini terdapat 29 BKK di 33 kabupaten/kota yang akan digabungkan. Upaya ini seba-gai sarana memberi ke mudahan kepada masyarakat khususnya pedagang kecil untuk menga-jukan kredit demi memajukan usaha yang digelutinya.

Ketua DPRD Provinsi Jateng Rukma Setyabudi menuturkan upa ya penggabungan ini un-tuk meningkatkan pengawasan terhadap BKK dan membantu rakyat. Namun demikian, konso-lidasi kali ini masih menyisakan banyak masalah karena tidak se mua BKK mempunyai kondisi fi nansial yang sehat.

“Kami di Jateng ada 29 BKK dan setelah dilakukan audit ba -ru 14 BKK yang sehat, sisa nya bermasalah. Contohnya, di BKK

Pringsurat Temangung men catat-kan kredit macet sebesar 90% dan di BKK Tayu Pati yang nonperforming loan atau kredit bermasalah 64%,” katanya.

Nantinya 15 BKK yang berma-salah akan dilakukan pembinaan terlebih dahulu sebelum dilaku-kan penggabungan dan Pemprov akan membina 14 BKK yang sehat karena cenderung lebih mu dah mengatur semuanya.

MEMBAGI PERANSetelah semua siap, bank pe-

merintah lainnya seperti Bank Jateng tidak lagi menangani kredit kecil di bawah Rp500 juta karena sudah beralih ke PT BPR BKK Provinsi Jateng.

BPR–BKK hanya memberikan bunga kredit sebesar 9% setiap tahunnya. Hal itu diharapkan bisa meringankan beban rakyat kecil yang mengajukan kredit di BPR BKK. “Kami berikan kredit murah. Masyarakat bisa meminjam uang sebesar Rp1 juta karena biasanya nasabah adalah pedagang kecil yang ada di sejumlah pasar tradisional.”

Sebelumnya, OJK KR III menca-tat, BPR telah mengucurkan kredit Rp20,4 triliun di Jawa Tengah. Kepala OJK KR III Bambang Kiswono mengatakan capaian ini naik 11,94% dibandingkan dengan Agustus 2016.

Sementara itu, dana pihak keti-ga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp20 triliun. “Untuk aset mencapai Rp26,8 triliun atau naik 12,86%,” kata Bambang di

Semarang, pekan lalu.Dia mengatakan dari jumlah

tersebut, rasio kredit bermasalah mencapai 7,36%, naik dibanding-kan dengan posisi akhir tahun yang hanya 6,99%.

Bambang mengakui, angka ini di atas rata-rata nasional. “Rata-rata kondisi BPR bagus, kalau ada yang perlu perhatian khusus satu dua itu biasa. Oleh karena itu, setelah kami monitor le bih ketat maka akan kembali bagus,” katanya.

Bambang mengucapkan untuk BPR yang kredit bermasalahnya tinggi, otoritas akan meminta tahapan rencana agar perusa-haan da pat menurunkan kredit bermasalahnya. Dia menyebutkan saat ini sudah tidak ada lagi BPR yang diawasi khusus oleh otoritas.

“Untuk wilayah Jawa Tengah jumlah BPR mencapai 280, se-dang kan Yogyakarta 66. Jadi di bawah KR III ada 346 BPR.”

Selain BPR, perusahaan pembi-ayaan di Jawa Tengah memiliki pros pek yang bagus. Hal itu dia-lami PT Andalan Finance Indone-sia (AFI) yang mengatakan pasar Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyumbang 55% total pembiayaan perusahaan. Sedangkan sisanya tersebar di wilayah kerja perusahaan.

Dia mengatakan ke depan porsi pembiayaan diharapkan terus berimbang seiring ekspansi yang dilakukan AFI. “Kami target-kan [tiap tahun] dapat tumbuh 25%,” katanya. (Anggara Pernando/

Alif Nazzala Rizqi)

A S U R A N S I & F I N A N S I A L