173646167-CSS-Neuro-Hemifacial-Spasm-Nopan.pdf
-
Upload
fajar-hidayat-ramadhan -
Category
Documents
-
view
72 -
download
2
Transcript of 173646167-CSS-Neuro-Hemifacial-Spasm-Nopan.pdf
REFERAT
HEMIFACIAL SPASM
Diajukan Oleh:
INOVAN HASAN INDRYAN
0618011019
Pembimbing:
dr. Roezwir Azhary, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK SMF SARAF
RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
HEMIFACIAL SPASM
PENDAHULUAN
Hemifacial Spasm termasuk dalam golongan movement disorders yang secara karakteristik
ditandai dengan adanya kontraksi involunter otot wajah yang dipersarafi oleh saraf VII
( N.facialis), bersifat paroksismal, timbul secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah.
Kontraksi bersifat tonik klonik dengan variasi derajat keparahannya.Umumnya kontraksi
dimulai pada daerah sekitar mata ( m. orbicularis oculi), menjalar secara bertahap ke otot
daerah pipi dan akhirnya ke daerah mulut.
Prevalensi spasme hemifasial dilaporkan oleh Auger dan Whisnat ( 1990 ) adalah 14,5 per
100.000 populasi wanita dan 7,4 per 100.000 populasi pria. Spasme hemifasial ini timbul
pada usia dekade limapuluhan dan lebih banyak dijumpai pada wanita.Di Indonesia belum
ada data yang pasti tentang penderita spasme hiemifasial. Pada penelitian oleh Jusuf Misbach
( agt 1999 – 31 jan 2001) tentang penggunaan injeksi toksin botulinum pada spasme
hemifasial dari 20 pasien yang ada terdapat 19 pasien laki-laki ( 95%) dan 1 pasien wanita
( 5% )
DEFINISI
Kejang hemifacial (Hemifacial Spasm) adalah kejang tidak disadari yang tidak terasa sakit
pada salah satu bagian wajah disebabkan kerusakan syaraf cranial VII (N. Facialis). Saraf ini
menggerakkan otot wajah, merangsang kelenjar ludah dan air mata, dan memungkinkan
bagian depan lidah untuk mengetahui rasa.
Kejang hemifacial (Hemifacial spasm) mempengaruhi pria dan wanita tetapi lebih sering
terjadi pada usia pertengahan dan wanita yang lebih tua.
Kejang tersebut kemungkinan disebabkan oleh kelainan posisi arteri atau simpul pada arteri
yang menekan syaraf cranial VII dimana terdapat batang otak.
ANATOMI
Nukelus fasialis menerima serabut-serabut yang menyilang dan tidak menyilang melalui
traktus kortikobulbaris. Otot-otot wajah dibawah dahi menerima persarafan korteks
kontralateral (hanya serabut kortikobulbaris yang menyilang). Apabila terdapat suatu lesi
rostral dari nukleus fasialis akan menimbulkan paralisis dari otot-otot fasialis kontralateral
kecuali otot frontalis dan orbikularis okuli. Karena otot frontalis dan orbikularis okuli
menerima persarafan dari kortikal bilateral, maka otot-otot tersebut tidak akan dilumpuhkan
oleh lesi yang mengenai satu korteks motorik atau jaras kortikobulbarisnya.
Saraf kranial N. VII (fasialis) mengandung 4 macam serabut, yaitu :
1. Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali M. Levator
palpebra (N. III)), M. Platisma, M. Digastrikus bagian posterior, M. Stilohioid dan M.
Stapedius di telinga tengah.
2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivatorius
superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga
hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual dan lakrimalis.
3. Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3 bagian
depan lidah.
4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari
sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus trigeminus. Daerah
overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih)) ini terdapat di lidah,
palatum, meatus akustikus elsterna dan bagian luar gendang telinga.
Nervus fasialis terutama merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot ekspresi
wajah. Disamping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah, kelenjar air
mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung. Dan ia juga menghantarkan berbagai
jenis sensasi eksteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi 2/3 depan lidah, dan sensasi
viseral umum dari kelenjar ludah, mukosa hidung, dan faring. Dan sensasi proprioseptif dari
otot-otot yang disarafinya.
Sel sensorik terletak di ganglion genikulatum, pada lekukan saraf fasialis di kanal fasialis.
Sensasi pengecapan dari 2/3 depan lidah dihantar melalui saraf lingual ke korda timpani dan
kemudian ke ganglion genikulatum. Serabut yang menghantar sensasi eksteroseptif
mempunyai badan selnya di ganglion genikulatum dan berakhir pada akar desenden dan inti-
inti akar desenden dari saraf trigeminus.
Inti motorik N. VII terletak di pons. Serabutnya mengitari inti N. IV dan keluar di bagian
lateral pons. N. VII bersama N. Intermedius dan N. VIII kemudian memasuki meatus
akustikus internus. Disini N. VII bersatu dengan N. Intermedius dan menjadi satu berkas
saraf yang berjalan dalam kanalis fasialis dan kemudian masuk ke dalam Os mastoid. Ia
keluar dari tulang tengkorak melalui foramen stilomastoid dan bercabang untuk mensarafi
otot-otot wajah.
Gambar 1. Anatomi nervus facialis
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan hemifacial spasm adalah :
• Idiopatik
• Vascular compression
• Facial nerve compression by mass
• Brainstem lesion such as stroke or multiple sclerosis plaque
• Secondary to trauma or Bell palsy
Usia setengah baya atau lebih tua adalah faktor resiko pada hemifacial spasm. Jika orang
yang lebih muda dari 40 tahun terkena penyakit ini, mungkin ada penyakit neurologis yang
mendasarinya (misalnya multiple sclerosis).
Hemifacial spasm bisa disebabkan cedera pada saraf kranial ketujuh (N. Facialis). Sebuah
tumor atau pembuluh darah yang menekan saraf atau Bell’s Palsy. Penyebabnya mungkin
juga tidak diketahui. Salah satu pemicu yang paling umum adalah pembuluh darah menekan
nervus facialis, yang menyebabkan otot-otot sekitarnya untuk kedutan atau kejang.
PATOFISIOLOGI
Pertama dijelaskan oleh Gowers pada tahun 1884 , Hemifacial Spasme (HFS) merupakan
suatu mioklonus otot segmental yang diinervasi oleh nervus facialis. Gangguan ini terjadi
dalam dekade kelima atau keenam dari kehidupan, hampir selalu unilateral, meskipun
gangguan bilateral dapat terjadi jarang pada kasus yang berat. Hemifacial spasm biasanya
dimulai dengan gerakan klonik singkat dari otot orbicularis oculi dan menyebar dalam
beberapa tahun ke otot wajah lainnya (corrugator, frontalis, orbicularis
oris, platysma,zygomaticus).
Gerakan klonik berlangsung untuk kontraksi tonik berkelanjutan dari otot yang terlibat. Iritasi
kronis pada nervus facialis atau nukleus facialis merupakan penyebab yang mungkin dari
Hemifacial Spasm, mungkin timbul dari kondisi dari penyakit dasar yang dimiliki.
Iritasi dari nucleus nervus facialis diyakini menyebabkan hipereksitabilitas dari nucleus
nervus facialis, sementara iritasi pada segmen proksimal saraf dapat menyebabkan ephatic
transmisi dalam nervus facialis. Mekanisme lain menjelaskan involunter ritmik kontraksi
mioclonic diobservasi pada hemifacial spasm.
Lesi kompresi (misalnya tumor, arteriovenous malformation, paget disease) dan lesi non
kompresi (misalnya stroke, multiple sclerosis plaque, basilar meningitis) mungkin dapat
timbul sebagai hemifacial spasm. Sebagian besar kasus hemifacial spasm sebelumnya yang
dianggap idiopatik itu mungkin disebabkan oleh pembuluh darah yang menyimpang
( misalnya cabang distal dari arteri anterior inferior cerebellar atau arteri vertebralis)
mengompresi nervus facialis dalam cerebellopontine angle.
GEJALA KLINIS
Gerakan involunter pada wajah hanya sebuah gejala. Lelah, anxietas, dan membaca mungkin
merangsang gerakan tersebut. Otot pada salah satu bagian wajah tidak sengaja kejang,
biasanya diawali dengan kelopak mata, kemudian menyebar menuju pipi dan mulut. Kejang
kemungkinan sementara pada awalnya tetapi bisa jadi hampir berlanjut. Gangguan tersebut
pada hakekatnya tidak menyakitkan tetapi bisa memalukan.
Gejala dari hemifacial spasm, yaitu :
• Berkedut intermitten dari otot kelopak mata
• Penutupan mata secara paksa
• Spasme otot-otot wajah bagian bawah
• Mulut menarik ke satu sisi
• Kejang terus menerus yang melibatkan semua otot di satu sisi wajah
Gambar 2. Hemifacial spasm
DIAGNOSIS
Hemifasial spasme secara karakteristik ditandai adanya kontraksi involunter otot wajah yang
dipersarafi N.VII ( N. facialis ) , bersifat paroksismal, timbil secara sinkron dan intermitten
pada satu sisi wajah.Biasanya timbul pada usia dekade limapuluhan dan banyak dijumpai
pada wanita.
Pada spasme hemifasial typical kontraksi dimulai pada musculus orbicularis oculi dan
menjalat secara bertahap ke otot daerah pipi dan menyebar ke daerah mulut, meliputi
musculus orbicularis oris,buccinator dan platysma. Spasme hemifasial atypical lebih jarang
ditemukan. Pada spasme hemifasial typikal kontraksi dimulai pada musculus orbicularis oris
dan buccinator, dan menyebar ke musculus orbicularis oculi. Madjid Samii dkk menemukan
dari 143 pasien spasme hemifasial , kasus typical ditemukan pada 95,9% dan atypical 4,1%.
Beberapa hal yang dapat mencetuskan timbulnya spasme hemifasial antara lain :
stress,kelelahan fisik,kecemasan dan cahaya yang terang.1
Pola timbulnya spasme hemifasial pada pasien ini sesuai dengan typical hemifasial spasm,
dimana mula-mula pasien merasakan kedutan pada bagian bawah mata kanan yang kemudian
secara bertahap menjalar ke daerah pipi dan mulut. Serangan makin sering saat pasien stress
dan kelelahan.
Spasme hemifasial harus dibedakan dengan tics, blepharospasm dan facial myokimia. Secara
klinis karakteristik facial myokimia berupa suatu gerakan menyerupai getaran otot muka
yang menetap dan berlanjut. Gambaran EMG berupa salah satu cetusan (discharge)
Spontan yang asinkron dari motor unit yang berdekatan.
Pada tic”s gerakan biasanya bersifat tiba-tiba, sesaat,stereotipik dan terkoordinasi serta
berulang dengan interval yang tidak teratur. Penderita biasanya merasakan keinginan untuk
melakukan gerakan-gerakan tersebut. Dengan demikian penderita merasa lega. Penderita
tic”s biasanya berhubungan dengan penyakit obsesive compulsive.
Pemeriksaan EMG pada hemifasial spasm secara karakteristik ditandai timbulnya irama
gelombang frekuensi tinggi ( 150-400 Hz ), dengan sinkronisasi. Sedangkan pada blink
refleks dengan perekaman elektrofisiologis dapat terlihat sinkinesis dari otot-otot yang
dipersarafi oleh cabang-cabang N.VII secara jelas.
Diagnosa pasti penyebab spasme hemifasial sulit ditegakkan. Ada beberapa penyebab yang
dapat menimbulkan spasme hemifasial, yaitu tumor, malformasi pembuluh darah dan proses
infeksi lokal yang semuanya dapat menimbulkan penekanan pada nervus VII.
Sebagai penyebab terbanyak dan telah dibuktikan yaitu adanya penekanan oleh pembuluh
darah . Dari 143 kasus spasme hemifasial yang dilakukan tindakan mikrovaskular dekompresi
didapatkan copressing vessel yang paling sering adalah Anterior Inferior Cerebellar Artery
( AICA) pada 73 kasus ( Madjid S.dkk,1998).
Terdapat 2 teori yang menerangkan terjadinya kontraksi tonik-klonik involunter pada otot-
otot wajah yang dipersarafi N.VII yaitu eksitasi ektopik dan transmisi epatik.
Gambar 3. Pasien hemifacial spasm saat tidak kejang dan saat kejang.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• Tics
Facial tics yang singkat, berulang, terkoordinasi, gerakan semipurposeful dari otot-
otot wajah dan leher yang dikelompokkan. Tics dapat terjadi secara fisiologis atau
dalam hubungan dengan encepalopati difus. Beberapa obat (misalnya antikonvulsan,
kafein, metilpenidate, antiparkinson agent) berhubungan dengan produksi tics.
Tunggal, berulang, gerakan stereotipe (misalnya meringis berulang, throat clearing,
vokalisasi) mendefinisikan gangguan tics sederhana.
• Hemimasticatory spasm
Hemimasticatory spasm hampir sama denga hemifacial spasm dan terjadi dengan
iritasi pada saraf motorik trigeminal.
Kondisi yang jarang adalah myoclonus segmental dan muncul dengan kontraksi
involunter unilateral dari trigeminal yang diinervasi otot pengunyah ( biasanya
masseter). Mirip dengan Hemifacial spasm, Hemimasticatory spasm merespon
pengobatan dengan obat-obatan dan toksin botulinum. Namun, sedikit bukti yang
mengeksplor manfaat pembedahan pada pasien dengan penyakit ini.
• Myoclonic movement
Gerakan myoclonic mempengaruhi otot-otot wajah juga bisa muncul dari lesi pada
level otak atau batang otak. Ini dibedakan dari hemifacial spasm oleh distribusi
gerakan abnormal (lebih umum dan mungkin bilateral) dan mungkin dengan
pemeriksaan electrodiagnostic. Central myoclonus merespon anticonvulsant
management.
• Craniofacial Tremor
Craniofacial tremor mungkin terjadi dalam hubungan dengan tremor esensial,
parkinson disease, thyroid disfunction, atau gangguan elektrolit. Kejang focal motor
harus dibedakan dari gangguan gerakan wajah. Terutama hemifacial spasm.
Kelemahan postictal dan keterlibatan yang lebih besar dari wajah bagian bawah
adalah hal yang membedakan dengan kejang focal motor.
• Facial myokimia
Facial myokimia muncul sebagai vermikular twitching dibawah kulit, sering dengan
penyebaran seperti gelombang. Hal ini dibedakan dari gerakan wajah abnormal
lainnya dengan karakteristik electromyogram. Facial myokimia dapat terjadi dengan
beberapa proses di batang otak. Pada kasus yang berat mungkin bermanfaat jika
diberikan toksin botulinum. Kebanyakan kasus adalah idiopatik dan sembuh tanpa
pengobatan dalam beberapa minggu.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada spasme hemifasial sebaiknya diobati terlebih dulu dengan medika
mentosa dengan pemberian Carbamazepin dengan dosis 600-1200 mg/hr. Jesel dkk (1982)
memberikan carbamazepin pada 46 kasus spasme hemifasial dan ternyata didapatkan
perbaikan pada 16 kasus (35%) dan hilangnya gejala pada 10 pasien (22%).Pada hasil
penelitian lain dikatakan carbamazepin efektif pada lebih dari 50% kasus. Dapat pula
diberikan pelemas otot (baclofen). Bila dengan kedua macam obat tersebut kurang berhasil
maka dapat digunakan Botulinum Toxin injeksi (BOTOX). Toksin botulinum merupakan
neurotoksin hasil produksi Clostridium Botulinum yang menghambat pelepasan asetilkolin di
muscular junction. Cara kerjanya yaitu menimbulkan efek paralisis pada otot yang disuntik
dengan jalan memblokade secara irreversibel transmisi kolinergik pada terminal saraf
presinap. Dosis yang digunakan tergantung dari daerah otot yang akan disuntik. Obat
suntikan ini merupakan hasil pengolahan toksin botulinum serotipe A. Secara klinis
kelemahan akan tampak 1-3 hari setelah pemberian toksin ini dan akan berakhir 3-6 bulan
kemudian tergantung dosis dan kepekaan individu. Adapun aplikasi toksin botulinum dalam
klinik selain untuk spasme hemifasial adalah untuk : blepharospasm, tortikolis, tremor, tics
dan mioklonus palatal.
Operasi dekompresi terhadap pembuluh darah juga merupakan suatu cara pengobatan
terhadap spasme hemifasial. Operasi ini memiliki efek samping yang cukup serius. Menurut
penelitian Janneta dkk dekompresi mikrovaskuler merupakan terapi pilihan bagi spasme
hemifasial disamping botox.
PROGNOSIS
Prognosis dari hemifacial spasme tergantung pada pengobatan dan bagaimana respon pasien
terhadap pengobatan. Beberapa individu akan relatif bebas dari gejala, beberapa mungkin
membutuhkan pembedahan. Lainnya mungkin hanya dapat diobati dengan toksin botulinum
atau obat-obatan dan akan harus hidup pada tingkat yg lebih besar atau kecil dari kejang pada
wajah pada hari-hari dikehidupan mereka.
Hemifacial spasme adalah kondisi progresif dimana lebih dari waktu pasien akan mengalami
gejala yang lebih parah. Kurang dari 10 % pasien mengalami kambuh kembali dari gejala
mereka. Pada kasus yang berat, hemifacial spasme menyebabkan penutupan kelopak mata
secara tiba-tiba yang membuat mata melihat menjadi sangat sulit. Meskipun prognosis buruk,
harus diingat hemifacial spasme adalah kondisi yang dapat diobati.
DAFTAR PUSTAKA
• Carpenter D. O., Hemifacial spasm, HANDBOOK OF PATHOPHYSIOLOGY, 1st
edition, Pennsylvania: Springhouse, 2001
• Lumbantobing S. M., Nervus Fasialis, NEUROLOGI KLINIK PEMERIKSAAN
FISIK DAN MENTAL, ed. 4, Jakarta: FKUI, 2004.
• Mardjono M., Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, NEUROLOGI KLINIS
DASAR, ed. 9, Jakarta: Dian Rakyat, 2003
• http://emedicine.medscape.com/article/1170722
• http://www.medlink.com/medlinkcontent.asp
• http://www.mountsinai.org/patient-care/health-library/diseases-and-
conditions/hemifacial-spasm
• http://medicastore.com/penyakit/3160/Kejang_hemifacial_Hemifacial_Spasm.html