16_213Berita Terkini-BCAA Dapat Mencegah Kejadian Berulang Karsinoma Hepatoseluler Pada Pasien...

1
134 BERITA TERKINI CDK-213/ vol. 41 no. 2, th. 2014 BCAA dapat Mencegah Kejadian Berulang Karsinoma Hepatoseluler pada Pasien dengan Resistensi Insulin REFERENSI: 1. Yoshiji H, Noguchi R, Namisaki T, Moriya K, Kitade M, Aihara Y, et al. Branched-chain amino acids suppress the cumulative recurrence of hepatocellular carcinoma under conditions of insulin-resistance. Oncol Rep. 2. Miuma S, Ichikawa T, Arima K, Takeshita S, Muraoka T, Matsuzaki T, et al. Branched-chain amino acid deficiency stabilizes insulin-induced vascular endothelial growth factor mRNA in hepatocellular carcinoma cells. J Cell Biochem. 2012;113(10):3113-21. 3. Yoshiji H, Noguchi R, Ikenaka Y, Kaji K, Aihara Y, Yamazaki M, et al. Combination of branched-chain amino acids and angiotensin-converting enzyme inhibitor suppresses the cumulative recurrence of hepatocellular carcinoma: A randomized control trial. Oncol Rep. 2011;26(6):1547-53. S aat ini, karsinoma hepatoseluler (HCC) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di dunia. HCC berperingkat nomor 6 penyebab kematian yang disebabkan kanker. Pasien sirosis hati memiliki risiko tinggi menderita HCC. Salah satu penyebab buruknya prognosis HCC adalah tingginya angka rekurensi (recurrence) yang tidak bergantung pada penyebab utama (etiologi), seperti hepatitis virus C (HCV). Angka kejadian berulang tetap tinggi, meskipun dengan terapi kuratif, karena metastasis intrahepatik. Karena kelompok risiko HCC sangat jelas jika dibandingkan dengan tipe tumor lainnya, obat golongan kemopreventif dapat berguna dalam meningkatkan prognosis HCC. Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor angiogenik dan neovaskularisasi, seperti VEGF (vascular endothelial cell growth factor), kadarnya sangat tinggi dalam sampel HCC manusia. Selain itu, kondisi resistensi insulin (IR), yang umumnya merupakan karakteristik pasien diabetes (DM) tipe 2 dan obesitas, berhubungan sangat ketat dengan kejadian HCC. Pasien DM memiliki risiko 2-3x lebih tinggi mengidap HCC, tanpa memperhitungkan penyakit hati kronik lain. Sebuah studi menunjukkan kondisi DM merupakan faktor kontribusi terjadinya HCC pada pasien hepatitis C kronik. Beberapa terapi pencegahan kerusakan hati lebih lanjut adalah modifikasi pola makan, salah satunya adalah terapi BCAA (branched- chain amino acid). BCAA terdiri dari 3 asam amino, leucine, isoleucine, dan valine. Studi terbaru menunjukkan pemberian BCAA granul (oral) dapat meningkatkan status nutrisi pasien hypoalbuminemia, dan meningkatkan harapan hidup pasien sirosis hati. Selain itu, studi juga menunjukkan BCAA dapat menekan kejadian hepatokarsinogenesis pada pasien sirosis akibat HCV dan obesitas, yang sering dikaitkan dengan kejadian resistensi insulin. Selanjutnya, BCAA juga diketahui dapat memodulasi signaling insulin. BCAA menginduksi ambilan (uptake) glukosa dan meningkatkan metabolisme glukosa pada penelitian pre-klinik pada tikus sirosis hati. Seperti sebelumnya telah dilaporkan, kondisi resistensi insulin memiliki peranan bermakna terhadap VEGF dan neovaskurisasi hepatik. Sebuah studi terbaru menunjukkan efek BCAA terhadap kejadian berulang HCC pada pasien resisten insulin. Sejumlah 93 pasien HCC dibagi menjadi 2 kelompok kontrol dan kelompok BCAA. Pada kelompok BCAA, pasien menerima BCAA 12 g/hari selama 60 bulan. Kedua kelompok besar ini dibagi menjadi masing-masing 2 kelompok kecil (total 4 kelompok), yaitu kelompok dengan kadar gula darah puasa >110 (kontrol IR (G1) & BCAA IR (G3)) dan ≤110 (kontrol (G2) & BCAA (G4)). Berikut hasil studi tersebut: 1. Angka kejadian berulang HCC sekunder lebih rendah bermakna pada kelompok BCAA jika dibandingkan dengan kontrol (p<0,01). 2. Angka kejadian berulang HCC sekunder pada kelompok resistensi insulin lebih rendah bermakna pada kelompok BCAA jika dibandingkan dengan kontrol (p<0,01). 3. Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok untuk parameter VEGF dan sVEGFR1 jika dibandingkan dengan basal dan juga antara kelompok (p>0,05). 4. VEGF turun pada kelompok BCAA dalam 12 bulan, akan tetapi meningkat pada kelompok kontrol, akan tetapi tidak bermakn secara statistik jika dibandingkan dengan basal untuk masing-masing kelompok (p>0,05). 5. sVEGFR2 secara bermakna lebih rendah pada kelompok BCAA dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,01). Simpulannya, terapi BCAA secara bermakna menurunkan kejadian HCC berulang selama terapi 60 bulan setelah terapi kuratif pada pasien resistensi insulin. BCAA secara bermakna dapat menurunkan VEGF, sVEGFR2, serta memperbaiki keadaan resistensi insulin. (MAJ)

description

insulin

Transcript of 16_213Berita Terkini-BCAA Dapat Mencegah Kejadian Berulang Karsinoma Hepatoseluler Pada Pasien...

Page 1: 16_213Berita Terkini-BCAA Dapat Mencegah Kejadian Berulang Karsinoma Hepatoseluler Pada Pasien Dengan Resistensi Insulin

134

BERITA TERKINI

CDK-213/ vol. 41 no. 2, th. 2014

BCAA dapat Mencegah Kejadian Berulang Karsinoma Hepatoseluler pada Pasien dengan Resistensi Insulin

REFERENSI:

1. Yoshiji H, Noguchi R, Namisaki T, Moriya K, Kitade M, Aihara Y, et al. Branched-chain amino acids suppress the cumulative recurrence of hepatocellular carcinoma under conditions of

insulin-resistance. Oncol Rep.

2. Miuma S, Ichikawa T, Arima K, Takeshita S, Muraoka T, Matsuzaki T, et al. Branched-chain amino acid defi ciency stabilizes insulin-induced vascular endothelial growth factor mRNA in

hepatocellular carcinoma cells. J Cell Biochem. 2012;113(10):3113-21.

3. Yoshiji H, Noguchi R, Ikenaka Y, Kaji K, Aihara Y, Yamazaki M, et al. Combination of branched-chain amino acids and angiotensin-converting enzyme inhibitor suppresses the cumulative

recurrence of hepatocellular carcinoma: A randomized control trial. Oncol Rep. 2011;26(6):1547-53.

Saat ini, karsinoma hepatoseluler (HCC) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di dunia. HCC

berperingkat nomor 6 penyebab kematian yang disebabkan kanker. Pasien sirosis hati memiliki risiko tinggi menderita HCC. Salah satu penyebab buruknya prognosis HCC adalah tingginya angka rekurensi (recurrence) yang tidak bergantung pada penyebab utama (etiologi), seperti hepatitis virus C (HCV). Angka kejadian berulang tetap tinggi, meskipun dengan terapi kuratif, karena metastasis intrahepatik. Karena kelompok risiko HCC sangat jelas jika dibandingkan dengan tipe tumor lainnya, obat golongan kemopreventif dapat berguna dalam meningkatkan prognosis HCC.

Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor angiogenik dan neovaskularisasi, seperti VEGF (vascular endothelial cell growth factor), kadarnya sangat tinggi dalam sampel HCC manusia. Selain itu, kondisi resistensi insulin (IR), yang umumnya merupakan karakteristik pasien diabetes (DM) tipe 2 dan obesitas, berhubungan sangat ketat dengan kejadian HCC. Pasien DM memiliki risiko 2-3x lebih tinggi mengidap HCC, tanpa memperhitungkan penyakit hati kronik lain. Sebuah studi menunjukkan kondisi DM merupakan faktor kontribusi terjadinya HCC pada pasien hepatitis C kronik.

Beberapa terapi pencegahan kerusakan hati lebih lanjut adalah modifi kasi pola makan, salah satunya adalah terapi BCAA (branched-chain amino acid). BCAA terdiri dari 3 asam amino, leucine, isoleucine, dan valine. Studi terbaru menunjukkan pemberian BCAA granul (oral) dapat meningkatkan status nutrisi pasien hypoalbuminemia, dan meningkatkan harapan hidup pasien sirosis hati. Selain

itu, studi juga menunjukkan BCAA dapat menekan kejadian hepatokarsinogenesis pada pasien sirosis akibat HCV dan obesitas, yang sering dikaitkan dengan kejadian resistensi insulin. Selanjutnya, BCAA juga diketahui dapat memodulasi signaling insulin. BCAA menginduksi ambilan (uptake) glukosa dan meningkatkan metabolisme glukosa pada penelitian pre-klinik pada tikus sirosis hati. Seperti sebelumnya telah dilaporkan, kondisi resistensi insulin memiliki peranan bermakna terhadap VEGF dan neovaskurisasi hepatik.

Sebuah studi terbaru menunjukkan efek BCAA terhadap kejadian berulang HCC pada pasien resisten insulin. Sejumlah 93 pasien HCC dibagi menjadi 2 kelompok kontrol dan kelompok BCAA. Pada kelompok BCAA, pasien menerima BCAA 12 g/hari selama 60 bulan. Kedua kelompok besar ini dibagi menjadi masing-masing 2 kelompok kecil (total 4 kelompok), yaitu kelompok dengan kadar gula darah puasa >110 (kontrol IR (G1) & BCAA IR (G3)) dan ≤110 (kontrol (G2) & BCAA (G4)).

Berikut hasil studi tersebut:1. Angka kejadian berulang HCC sekunder lebih rendah bermakna pada kelompok BCAA jika dibandingkan dengan kontrol (p<0,01).

2. Angka kejadian berulang HCC sekunder pada kelompok resistensi insulin lebih

rendah bermakna pada kelompok BCAA jika dibandingkan dengan kontrol (p<0,01).

3. Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok untuk parameter VEGF dan sVEGFR1 jika dibandingkan dengan basal dan juga antara kelompok (p>0,05).4. VEGF turun pada kelompok BCAA dalam 12 bulan, akan tetapi meningkat pada kelompok kontrol, akan tetapi tidak bermakn secara statistik jika dibandingkan dengan basal untuk masing-masing kelompok (p>0,05).5. sVEGFR2 secara bermakna lebih rendah pada kelompok BCAA dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,01).

Simpulannya, terapi BCAA secara bermakna menurunkan kejadian HCC berulang selama terapi 60 bulan setelah terapi kuratif pada pasien resistensi insulin. BCAA secara bermakna dapat menurunkan VEGF, sVEGFR2, serta memperbaiki keadaan resistensi insulin. � (MAJ)