150627495 Depresi Post Partum

24
BAB I PENDAHULUAN Kehamilan, melahirkan dan menjadi seorang ibu merupakan fisiologis wanita. Peristiwa tersebut merupakan masa transisi kehidupan wanita. Banyak yang menganggap bahwa hal tersebut merupakan proses masa transisi yang menyenangkan dari kehidupannya. Namun, pada sebagian wanita, masa transisi tersebut menimbulkan stres sehingga menimbulkan hal negatif dan merasa takut dan cemas dengan kehidupan barunya. Pada masa ini wanita akan mempunyai risiko terhadap kesehatan fisik maupun psikis. Gangguan psikis pada ibu pasca melahirkan dikenal dengan depresi postpartum. Depresi postpartum merupakan suatu depresi yang relatif berat dan timbul setelah melahirkan (Seminum, 2006). Depresi merupakan salah satu penyakit gangguan mood. Sebanyak dua pertiga orang dengan depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit yang dapat disembuhkan sehingga tidak mencari pengobatan. Selain itu, kebodohan dan mispersepsi penyakit oleh masyarakat, termasuk penyedia kesehatan, sebagai suatu kelemahan pribadi atau kegagalan yang dapat menyebabkan stigmatisasi yang menyakitkan dan menghindari diagnosa sehingga banyak dari mereka yang terkena dampak (Halverson, 2011). 1

description

depresi pp

Transcript of 150627495 Depresi Post Partum

Page 1: 150627495 Depresi Post Partum

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan, melahirkan dan menjadi seorang ibu merupakan fisiologis

wanita. Peristiwa tersebut merupakan masa transisi kehidupan wanita. Banyak

yang menganggap bahwa hal tersebut merupakan proses masa transisi yang

menyenangkan dari kehidupannya. Namun, pada sebagian wanita, masa transisi

tersebut menimbulkan stres sehingga menimbulkan hal negatif dan merasa takut

dan cemas dengan kehidupan barunya. Pada masa ini wanita akan mempunyai

risiko terhadap kesehatan fisik maupun psikis. Gangguan psikis pada ibu pasca

melahirkan dikenal dengan depresi postpartum. Depresi postpartum merupakan

suatu depresi yang relatif berat dan timbul setelah melahirkan (Seminum, 2006).

Depresi merupakan salah satu penyakit gangguan mood. Sebanyak dua

pertiga orang dengan depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit

yang dapat disembuhkan sehingga tidak mencari pengobatan. Selain itu,

kebodohan dan mispersepsi penyakit oleh masyarakat, termasuk penyedia

kesehatan, sebagai suatu kelemahan pribadi atau kegagalan yang dapat

menyebabkan stigmatisasi yang menyakitkan dan menghindari diagnosa sehingga

banyak dari mereka yang terkena dampak (Halverson, 2011).

Depresi postpartum ditandai dengan perasaan depresi dan adanya ide

bunuh diri. Pada kasus yang berat depresi dapat menjadi psikotik, dengan

halusinasi, waham dan pikiran untuk membunuh bayi atau infanticide. Sekitar

20% sampai 40% wanita melaporkan adanya suatu gangguan emosional atau

disfungsi kognitif pada masa pasca persalinan. Banyak yang melaporkan banyak

mengalami kesedihan pasca persalinan atau yang disebut postpartum blue. Pada

satu sampai dua dalam 1.000 kelahiran ditemukan adanya suatu depresi

postpartum (Kaplan, 2010).

Sekitar 10%-15% ibu postpartum pada tahun pertama mengalami depresi

postpartum. Ibu dengan usia muda lebih rentan mengalami hal ini. Berdasarkan

hasil dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) prevalensi depresi

postpartum berkisar antara 11.7% sampai 20.4% pada tahun 2004-2005 (Barclay,

1

Page 2: 150627495 Depresi Post Partum

2008). Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, maka dapat berkembang

menjadi psikosis postpartum dengan prevalensi 0.1-0.2% (Joy, 2010).

Pada suatu penelitian yang dilakukan di Osaka, Jepang, pada tahun 2010

dengan jumlah responden sebanyak 771 orang yang menghubungkan pekerjaan,

penghasilan, dan pendidikan dengan kejadian depresi postpartum mendapat hasil

prevalensi postpartum sebanyak 13.8% (Miyake, dkk, 2010). Suatu penelitian

tentang perbedaan risiko depresi postpartum antara ibu primipara dengan

multipara yang dilakukan di RSIA ‘Aisyiyah Klaten tahun 2010, dengan jumlah

responden sebanyak 44 orang didapati hasil angka kejadian risiko depresi

postpartum ibu primipara dan multipara berbeda berdasarkan usia. Ibu primipara

rentan dengan risiko depresi postpartum pada usia yang lebih muda dibandingkan

ibu multipara (Sari, 2010).

Penelitian yang dilakukan di Boyolali pada tahun 2008 dengan mengambil

sampel sebanyak 30 responden tentang dukungan sosial dengan kejadian depresi

postpartum didapatkan hasil bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diterima

ibu maka semakin menurun tingkat depresi (Dewi, 2008). Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan tahun 2009 pada 50 orang ibu postpartum spontan di

bangsal rawat inap RSUP. Haji Adam Malik Medan didapatkan hasil wanita

postpartum yang mendapatkan sindrom depresi postpartum sebanyak 16% dan

yang tidak mengalami depresi postpartum sebanyak 84% (Sari, 2009).

2

Page 3: 150627495 Depresi Post Partum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEPRESI

2.1.1. Definisi dan Epidemiologi

Depresi merupakan suatu perasaan sedih tertekan (Baihaqi, dkk, 2007).

Depresi termasuk dalam gangguan mood yang utama. Pada pasien depresi akan

merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi,

hilangnya nafsu makan dan berpikir tentang kematian atau bunuh diri (Kaplan,

2010).

Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering ditemukan,

dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15%, kemungkinan setinggi 25% pada

wanita. Prevalensi berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa depresi pada

wanita dua kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan usia rata-

rata onset untuk gangguan depresi berat sekitar 40 tahun, 50% dari pasien

memiliki onset antara usia 20-50 tahun. Prevalensi gangguan mood tidak berbeda

dari satu ras dengan ras yang lain. Pada umumnya, depresi paling sering terjadi

pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang

bercerai (Kaplan, 2010).

2.1.2. Etiologi

Dasar umum pada gangguan depresi berat tidak diketahui. Faktor

penyebab dapat dibagi sebagai berikut (Kaplan, 2010):

1. Faktor Biologis

Sejumlah besar penelitian telah melaporkan adanya berbagai kelainan di

dalam metabolit amin biogenik. Dari amin biogenik, norepinefrin dan serotonin

merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi

gangguan mood.

2. Faktor Genetika

3

Page 4: 150627495 Depresi Post Partum

Data genetik dengan kuat menyatakan genetika merupakan suatu faktor

penting di dalam perkembangan gangguan mood. Pola penurunan genetika

melalui suatu mekanisme penurunan yang kompleks, bukan tidak mungkin untuk

menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor nongenetik kemungkinan memiliki

peranan kausatif yang berperan dalam gangguan mood pada beberapa orang.

3. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan merupakan peranan primer

dalam terjadinya depresi. Data yang paling mendukung menyatakan bahwa

peristiwa kehidupan paling berhubungan dengan perkembangan depresi adalah

kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling

berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan.

2.1.3. Gejala Psikis dan Somatis

Yang termasuk dalam gejala psikis adalah merasa sedih, susah, tidak

berguna, gagal, putus asa, tidak mempunyai harapan. Yang termasuk gejala

somatis adalah anoreksia, kulit lembab, tekanan darah dan nadi naik turun, tidak

semangat dan sulit tidur. Ada depresi yang disertai dengan penarikan diri dan ada

pula dengan kegelisahan dan agitasi (Baihaqi, dkk, 2007).

2.2. POSTPARTUM

2.2.1 Definisi

Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut

puerperium, yaitu dari kata puer yang berarti bayi dan parous yang artinya

melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi (Bahiyatun, 2009).

Masa nifas (puerperium) menurut Sarwono Prawirohardjo dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti ketika

sebelum hamil, berlangsung kira-kira enam minggu (Syafrudin dan Hamidah,

2009).

4

Page 5: 150627495 Depresi Post Partum

2.2.2. Periode

Nifas (pueperium) dibagi dalam tiga periode, yaitu (Bahiyatun, 2009):

1. Pueperium dini, adalah kepulihan ketika ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan.

2. Pueperium intermedial, adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genital.

3. Remote pueperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila masa hamil dan melahirkan terdapat komplikasi.

2.2.3 Perubahan Fisiologis

Perubahan fisiologis pada masa post partum adalah sebagai berikut

(Leveno et al 2009):

A. Uterus

Setelah persalinan, kaliber pembuluh ekstrauterus berkurang hingga

hampir mencapai keadaan sebelum hamil. Lubang serviks berkontraksi secara

perlahan, dan selama beberapa hari setelah persalinan lubang ini massih mudah

dimasuki dengan dua jari. Pada akhir minggu pertama, serviks menebal dan

kanalis terbentuk kembali. Os eksternus tidak pulih secara total ke bentuk

pragravidanya. Os eksternus tetap melebar dan cekungan bilateral di tempat

laserasi menetap hingga menjadi tanda serviks para. Setelah dua hari pertama,

uterus mulai menciut, dalam dua minggu uterus telah turun ke dalam rongga

panggul sejati. Ukuran uterus kembali seperti pada keadaan prahamil dalam waktu

sekitar empat minggu.

Tabel 2.1. Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi fundus

uterus

Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat

simfisis

500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas 350 gram

5

Page 6: 150627495 Depresi Post Partum

simfisis

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Afterpains

Pada multipara, uterus sering berkontraksi dengan kuat pada interval-

interval tertentu dan menimbulkan afterpains. Afterpains terutama dirasakan jika

bayi menyusui karena adanya pelepasan oksitosin, kadang, nyeri ini terasa sangat

hebat hingga pasien memerlukan analgesik, tetapi pada umumnya nyeri akan

berkurang pada hari ketiga postpartum.

Lokia

Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan

pengeluaran rabas vagina dengan jumlah bervariasi, rabas ini disebut dengan

lokia. Selama beberapa hari setelah persalinan, lokia mengandung cukup banyak

darah sehingga berwarna merah (lokia rubra). Setelah tiga atau empat hari, lokia

menjadi pucat (lokia serosa). Setelah sekitar hari ke-10 karena adanya leukosit

dan penurunan kandungan air, lokia berwarna putih atau putih kekuningan (lokia

alba). Lokia dapat menetap hingga empat minggu.

Subinvolusi

Kata ini menerangkan penghentian atau retardasi involusi, proses saat

uterus secara normal pulih ke ukuran semula pada masa nifas. Hal ini disertai oleh

perdarahan uterus yang ireguler atau berlebihan. Kausa subinvolusi diantaranya

adalah retensi potongan plasenta dan endometritis.

B. Saluran kemih

Kehamilan normal berkaitan dengan peningkatan bermakna air ekstrasel

dan diuresis setelah kehamilan merupakan proses fisiologis untuk membalikkan

keadaan tersebut. Diuresis biasa terjadi antara hari kedua dan kelima postpartum.

6

Page 7: 150627495 Depresi Post Partum

C. Vagina

Sama seperti seviks, vagina dan pintu keuar vagina jarang pulih ke

dimensi nulipara. Selain itu, perubahan pada penyangga panggul selama

persalinan mungkin mempermudah timbulnya prolaps uterus dan inkontinensia

urin.

D. Peritoneum dan Dinding Abdomen

Ligamentum latum dan teres memerlukan waktu yang cukup lama untuk

pulih dari peregangan dan pelonggaran yang terjadi selama masa kehamilan.

Dinding abdomen lunak dan lembek karena ruptur serat elastik di kulit. Pemulihan

struktur ini ke keadaan normal membutuhkan waktu beberapa minggu.

E. Darah

Selama beberapa hari pertama postpartum, konsentrasi hemoglobin dan

hematokrit berfluktuasi dalam tingkat sedang. Pada waktu satu minggu setelah

melahirkan, volume darah hampir kembali ke tingkat nonhamil. Leukositosis dan

trombositosis yang mencolok terjadi selama dan setelah melahirkan. Kadang-

kadang hitung leukosit mencapai 30.000/l.

F. Penurunan Berat Badan

Terjadi penurunan berat badan sekitar 5-6 kg karena evakuasi uterus dan

pengeluaran darah normal. Selain itu, terjadi penurunan berat badan sekitar 2-3 kg

melalui diuresis. Sebagian besar wanita mencapai berat badan pada saat sebelum

hamil dalam waktu enam bulan.

G. Payudara

Pada waktu 24 jam pertama setelah melahirkan terjadi sekresi lakteal,

payudara mengalami distensi, menjadi padat, dan nodular.

7

Page 8: 150627495 Depresi Post Partum

2.3. DEPRESI POSTPARTUM

2.3.1. Definisi dan Epidemiologi

Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul mulai 1-2 dan 4

minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum sangat umum terjadi pada ibu

yang baru melahirkan, khususnya melahirkan anak pertama (Minirth dan Meier,

2001). Namun dapat terjadi pada anak kedua dan ketiga. Wanita yang mengalami

depresi postpartum memiliki risiko untuk mendapatkan episode berulang pada

persalinan selanjutnya (Tomb, 2004).

Depresi postpartum serupa dengan depresi mayor atau minor lainnya yang

dapat timbul kapan saja. Dianggap depresi postpartum jika mulai dalam tiga

sampai enam bulan setelah melahirkan (Lenovo et al, 2009).

Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan bipolar

postpartum berkisar dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup (Strigtht, 2005).

Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari semua ibu baru (Curtis, 2000).

Beberapa kelompok wanita memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar

mengalami depresi selama masa nifas. Remaja dan wanita yang memiliki riwayat

penyakit depresif memiliki risiko depresi postpartum sekitar 30%. Hampir 70%

wanita yang memiliki riwayat depresi postpartum akan kembali mengalami

gangguan ini. Jika seorang wanita memiliki riwayat depresi postpartum dan saat

ini mengalami blues, kemungkinan wanita tersebut menderita depresi mayor akan

meningkat menjadi 85% (Leveno et al, 2009).

2.3.2. Etiologi

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya depresi postpartum adalah

sebagai berikut:

1. Faktor-faktor predisposisi meliputi riwayat psikosis puerperium, gangguan

bipolar (sebelumnya disebut sebagai manik-depresif), delirium dan

halusinasi, perubahan suasana hati yang cepat agitasi atau bingung dan

potensial bunuh diri atau membunuh anaknya.

2. Depresi postpartum dengan atau tanpa psikosis dilihat dari tiga perspektif,

yaitu:

8

Page 9: 150627495 Depresi Post Partum

• Teori biologis, meliputi perubahan fungsi hipotalamus, kemungkinan

berhubungan dengan pengaruh hormonal yang berubah.

• Teori psikologis, meliputi sistem pendukung yang buruk, stres

psikologis atau memiliki hubungan yang kurang baik dengan

pasangannya.

• Teori sosiokultural, meliputi tingkat kepuasan sosial yang rendah,

dukungan, dan kontrol baik di rumah maupun peran sebagai sebagai

orang tua (Strigtht, 2005).

3. Sensitivitas individual ibu terhadap perubahan hormon juga dapat menjadi

faktor penyebab. Penyebab lain yang mungkin adalah adanya riwayat

keluarga tentang depresi, kurang dukungan keluarga setelah melahirkan,

isolasi dan keletihan kronis (Curtis, 2000).

4. Faktor demografi yaitu umur ibu saat kehamilan dan melahirkan yang

sering dikaitkan dengan kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu.

5. Faktor pengalaman, depresi postpartum lebih sering ditemukan pada

perempuan yang baru pertama kali melahirkan (primipara)

6. Faktor pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi

tekanan sosial dan konflik peran antara dorongan untuk bekerja dengan

peran sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anak-anak

(Kruckman, 2001 dalam Soep, 2009)

2.3.3. Gambaran Klinis

Gejala pada depresi postpartum adalah sebagai berikut (Leveno et al,

2009; Syafrudin dan Hamidah, 2009; Stevens, 2002):

• Merasa sedih

• Suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat hampir sepanjang hari

• Penurunan atau peningkatan berat badan

• Kehilangan nafsu makan

• Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

• Rasa lelah dan tidak bersemangat

• Iritabilitas dan kemurungan

9

Page 10: 150627495 Depresi Post Partum

• Tidak memperhatikan bayi

• Merasa tidak berharga atau merasa bersalah

• Berkurang kemampuan untuk berpikir dan mengambil keputusan

• Pikiran bunuh diri atau membunuh bayi

2.3.4 Perjalanan penyakit

Perjalanan alami penyakit adalah dengan adanya perbaikan bertahap dalam

waktu enam bulan setelah persalinan. Kemungkinan untuk pulih sempurna

umumnya baik. Hampir 15% wanita mengalami perjalanan penyakit monofasik

disertai pemulihan total, dan separuhnya memperlihatkan perjalanan multifasik

dengan rata-rata 2,5 episode depresi per pasien dan akhirnya pulih sempurna.

Pada sebagian kasus depresi postpartum dapat bersifat asimtomatik sampai

berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun, keadaan ini dapat mempengaruhi

kualitas hubungan antara ibu dan anaknya. Ibu yang mengalami depresi terbukti

kurang berinteraksi sosial dan bermain dengan anaknya (Leveno et al, 2009)

2.3.5. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua

dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasa muncul

pada 6-12 minggu pertama postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk

mengisi kuesioner setelah melahirkan (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

Ibu yang rentan mengalami depresi postpartum adalah sebagai berikut

(Syafrudin dan Hamidah, 2009):

• Mempunyai riwayat keluarga atau riwayat pribadi yang mengalami

depresi.

• Tidak mempunyai pengalaman merawat orang lain; misalnya saudara

kandung, di masa anak-anak atau remaja.

• Memiliki keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anak-anak atau

remaja.

• Tidak memiliki dukungan positif dari suami selama dan setelah

melahirkan.

10

Page 11: 150627495 Depresi Post Partum

• Pernah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan.

• Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat bayi dari

waktu ke waktu.

Skrining rutin untuk depresi postpartum dapat menggunakan alat

pemeriksaan psikiatrik yang disebut Edinburgh Postnatal Depression Scale

(EPDS) yang didisain oleh Cox, Holden dan Sagovsky. Edinburgh Postnatal

Depression Scale dapat digunakan pada ibu yang sedang rawat inap, home visit,

atau pada 6-8 minggu setelah melahirkan. Edinburgh Postnatal Depression Scale

terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit (Cox,

Holden dan Sagovsky, 1987).

Sepuluh pertanyaan pada EPDS adalah cara yang bernilai dan efisien

untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko untuk depresi postpartum,

mudah dijalankan dan telah terbukti menjadi alat skrining yang efektif (Cox,

Holden dan Sagovsky, 1987). Setiap pertanyaan memiliki empat respon yang

mungkin, yang dinilai dari 0 sampai 3. Nilai skor maksimum EPDS adalah 30,

jika skor rendah maka lebih baik. Di United Kingdom, jika skor EPDS 9-10 maka

direkomendasikan untuk menjalani skrining selanjutnya. Pada wanita yang

mendapatkan total skor EPDS lebih dari 10, berisiko tinggi untuk terjadinya

depresi postpartum (Wisner, Parry, dan Piontek, 2002).

Edinburgh Postnatal Depression Scale sudah di-translate dalam berbagai

bahasa dan di validasi di berbagai negara diantaranya Arab, Cina, Belanda,

Perancis, Jerman, Jepang, Norwegia, Vietnam, Malaysia. Edinburgh Postnatal

Depression Scale dalam bahasa Indonesia sudah diterjemahkan (Department of

Health Government of Western Australia, 2006).

Penerjemahan EPDS ke dalam bahasa Indonesia sudah dilakukan dan telah

divalidasi di Jakarta. Hasil studi tersebut membuktikan bahwa instrumen dalam

bahasa Indonesia lebih sahih dan reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia

(Kusumadewi, Sari, 2009).

11

Page 12: 150627495 Depresi Post Partum

2.3.6 Penatalaksanaan

Secara umum ada dua jenis pengobatan untuk depresi (Joy, Saju. 2010):

Talk Therapy

Melibatkan pembicaraan dengan seorang psikolog, terapis, atau pekerja

sosial untuk belajar mengubah cara pasien depresi dalam berpikir, merasa, dan

bertindak.

Terapi Medis

Dokter akan memberikan resep obat antidepresan. Obat-obatan ini dapat

membantu meredakan gejala depresi. Pemberian obat antidepresan juga terbukti

bekerja untuk pengobatan depresi postpartum, tetapi penting untuk dicatat bahwa

obat ini akan mempengaruhi ASI yang dikonsumsumsi oleh si bayi. Ada beberapa

antidepresan yang tersedia saat ini dengan efek samping minimal pada bayi.

Metode-metode pengobatan dapat digunakan sendiri atau secara

bersamaan. Jika ibu mengalami depresi, maka akan sangat memengaruhi bayinya.

Pengobatan yang ditangani dengan segera sangat penting bagi ibu maupun bayi.

Menyembuhkan ibu hamil dari depresi pasca melahirkan, bukan saja

memerlukan terapi kelompok dengan panduan psikiater yang benar. Tapi juga

membutuhkan asupan nutrisi yang dapat membuat pemulihan tubuh ibu

berlangsung lebih cepat dan tepat. Menurut Jill Mallory, ibu hamil di Amerika

kekurangan lemak omega-3. Asam lemak omega-3 adalah DHA atau

docosahexaenoic acid yang dapat ditemukan umumnya pada ikan tuna dan

salmon, maupun ganggang laut.

Dalam penelitian lain yang jauh sebelumnya dilakukan, plasenta terbukti

mendorong perpindahan DHA dari ibu pada bayi. Menurut Mallory, hal ini terjadi

karena lemak tersebut diserap bayi untuk pertumbuhan otak dan mata, sehingga

pada wanita pasca melahirkan perlu mengembalikan kadar tersebut dalam tubuh.

Hal ini mejeleaskan bagaimana penurunan depresi dapat dilakukan dengan

menaikkan asupan DHA pada ibu, dan jumlah DHA dalam ASI berhubungan

dengan depresi postpartum dan terutama mengkonsumsi ikan yang bermanfaat

(Joy, Saju. 2010).

12

Page 13: 150627495 Depresi Post Partum

Tanda-tanda yang perlu diawasi selama dan setelah melahirkan

Ketika hamil, atau setelah melahirkan, mungkin saja ibu merasa depresi

tapi tidak menyadarinya. Beberapa perubahan normal selama dan setelah

melahirkan dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi. Namun jika ibu

mengalami gejala berikut lebih dari 2 minggu, maka harus dihubungi dokter untuk

penanganan segera.

Beberapa wanita tidak memberitahu siapa pun tentang gejala-gejala

mereka. Mereka merasa malu atau bersalah karena merasa tertekan ketika mereka

seharusnya bahagia. Mereka khawatir akan dipandang sebagai orang tua tidak

layak (Joy, Saju. 2010).

13

Page 14: 150627495 Depresi Post Partum

BAB III

KESIMPULAN

Depresi merupakan suatu perasaan sedih tertekan. Depresi termasuk dalam

gangguan mood yang utama. Pada pasien depresi akan merasakan hilangnya

energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi, hilangnya nafsu makan

dan berpikir tentang kematian atau bunuh diri.

Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul mulai 1-2 dan 4

minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum sangat umum terjadi pada ibu

yang baru melahirkan, khususnya melahirkan anak pertama.

Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan bipolar

postpartum berkisar dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup. Depresi postpartum

mengenai sekitar 10% dari semua ibu baru.

Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua

dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasa muncul

pada 6-12 minggu pertama postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk

mengisi kuesioner setelah melahirkan

14

Page 15: 150627495 Depresi Post Partum

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Baihaqi, MIF.dkk, 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: PT. Refika Aditama.

Barclay, Laurie., 2008. Medscape Medical News: Prevalence of Self-Reported Postpartum Depresisive Symptoms Ranges From 11,7to 20,4%, 57 (14); 361-366.

Cox, J.L., Holden, J.M., & Sagovsky, R., 1987. British Journal of Psychiatry: Detection of Postnatal Depression. Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. Volume 150: 782-786.

Curtis, Glade B., 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan.

Department of Health, Government of Western Australia, 2006. Using the Edinburgh Postnatal Depression Scale EPDS Translated into languages Other Than English.

Dewi EP. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kejadian Depresi Pada Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/438/ [Accesed April 2013].

Halverson, Jerry L., 2011. Depression. Available from: http://emedicine. medscape.com/article/286759-overview. [Accesed 22 April 2013].

Joy, Saju. 2010. Postpartum Depression. Available from: www.medscape.com [Accesed April 2013].

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Kruckman., 2001. Maternity Nursing: Family, Newborn and Womens Health Care, Education (18th ed). Philadelpia: Lippincott.

Miyake, Yoshihiro., Tanaka, Keiko., Sasaki, Satosi & Hirota, Yoshio. 2010. Employment, income, and education and risk of postpartum depression: The Osaka Maternal and Child Health Study. Journal of Affective Disorder. Volume: 130 h-133-137.

Nielsen, D., Videbech, P., Hedegaard, M., Dalby, J. & Secher, N.J., 2000. Postpartum depression: identification of women at risk. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 107: 1210–1217.

Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2003. Synopsis Psychiatry. Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.

15

Page 16: 150627495 Depresi Post Partum

Sari, Laila Sylvia., 2009. Sindroma Depresi Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6370 [Accesed April 2013].

Sari, Maya Eka., 2010. Perbedaan Risiko Depresi Postpartum Antara Ibu Primipara Dengan Multipara Di RSIA ‘Aisyiyah Klaten. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/9449/ [Accesed Maret 2013].

Seminum, Yustinus., 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Stevens, Lise M., 2002. The Journal of the American Medical Assosiation.Volume: 287. No. 6.

Syafrudin., Hamidah., 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Tomb, David A., 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Wisner, K.L., Parry, B.L., & Piontek, C.M., 2002. New England Journal of Medicine: Postpartum Depression.Volume 347:194-199.

16