Psikosis Dan Depresi Post Partum

download Psikosis Dan Depresi Post Partum

of 21

Transcript of Psikosis Dan Depresi Post Partum

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    1/21

    1

    DEPRESI DAN PSIKOSIS POSTPARTUM

    I.PENDAHULUAN

    Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah

    melahirkan. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi dan psikosis.

    Gangguan emosional selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan

    yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara.(1)

    Sebagian perempuan menganggap bahwa masamasa setelah melahirkan

    adalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara

    emosional. Kelahiran seorang bayi dapat menimbulkan stress berat pada sang ibu. Ia

    bertanggung jawab atas perawatan bayi yang tak berdaya itu, ia harus pula

    memberikan perhatian terhadap suami atau pasangannya, malam hari sering

    terganggu, ia merasa tidak mampu atau tidak yakin akan kemampuannya menjadi

    seorang ibu. Gangguan-gangguan psikologis yang muncul tersebut akan mengurangi

    kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan

    ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau

    berupa serangan yang sangat berat selama berbulanbulan atau bertahun-tahun

    lamanya.(1)

    Ada 3 tipe gangguan jiwa pascapersalinan, diantaranya adalah postpartum

    blues,postpartum depression danpostpartum psikosis.(1,3,4,5)

    Postpartum blues atau sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu

    kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara. Postpartum depression yaitu

    depresi pasca persalinan yang berlangsung saat masa nifas, dimana para wanita yang

    mengalami hal ini kadang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminyamerupakan penyakit. Postpartum psikosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan

    jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu

    kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.(1,2,3)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    2/21

    2

    II. EPIDEMIOLOGI

    Secara epidemiologi, depresi postpartum dapat terjadi pada semua golongan

    umur persalinan dan di berbagai daerah di dunia, maupun di Indonesia. Berdasarkan

    laporan WHO (1999) diperkirakan wanita melahirkan yang mengalami depresi

    postpartum ringan berkisar 10 per 1000 kelahiran hidup dan depresi postpartum

    sedang atau berat berkisar 30 sampai 200 per 1000 kelahiran hidup. Beberapa

    penelitian juga mengemukakan bahwa depresi postpartum bervariasi disetiap daerah

    penelitian. Hasil penelitian OHara dan Swain (1996) menemukan kejadian depresi

    postpartum di Belanda sekitar 2%-10%, di AmerikaSerikat 8%-26%, di Kanada 50%-

    70%.(5)

    Hasil penelitian lain yang dilakukan Wratsangka (1996) di RSUP. Hasan

    Sadikin Bandung mencatat wanita yang mengalami depresi dan psikosis postpartum

    pada wanita primipara sekitar 50-80%. Dan yang mengalami depresi dan psikosis

    pada multipara sekitar 33%. Hasil penelitian yang dilakukan Alfiben (2000) di

    Rs.Cipto Mangunkusumo tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh

    Wratsangka, 70% wanita primipara mengalami depresi dan psikosis postpartum dan

    30 % pada wanita multipara.(5)

    III. DEFINISI

    DEPRESI

    Depresi adalah merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang

    dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap

    individu. Gangguan yang paling sering terjadi adalah depresi postpartum.(5)

    Menurut Hawan (2001), depresi adalah gangguan perasaan (mood) yang

    ditandai dengan kemurungan , kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga

    hilang gairah hidup, apatis, pesimisme, kemudian dapat diikuti gangguan perilaku.(6)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    3/21

    3

    Menurut Chaplain (2005), depresi adalah gangguan kemurungan, kesedihan,

    patah semangat yang ditandai dengan perasaan gelisah, menurunnya kegiatan,

    pesimisme menghadapi masa yang akan datang.(3,5)

    Beberapa faktor penyebab depresi adalah sebagai berikut :

    1. Kehilangan orang yang dicintai misalnya karena kematian.2. Peristiwa traumatik.3. Penyakit fisik yang kronis.4. Adanya penyakit mental.5. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung akan mengalami

    peningkatan resiko depresi 8-18%.(5,6)

    Menurut Muslim (2000) gejala-gejala yang dapat terlihat dari seorang yang

    mengalami depresi adalah sebagai berikut :

    a). Konsentrasi dan perhatian yang kurang.

    b). Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.

    c). Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

    d). Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

    e) Nafsu makan yang berkurang.(5)

    Depresi menurut Caplain (2005) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Depresi ringan.Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi, ditambah sekurang-

    kurangnya dua gejala sampingan (yang tidak boleh ada gejala berat

    diantaranya) lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya

    sekitar dua minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan

    sosial yang bisa dilakukannya.

    2. Depresi sedang.Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama, ditambah sekurang-kurangnya

    empat dari gejala lainnya, seluruh episode berlangsung minimal dua minggu,

    menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan

    urusan rumah tangga, tanpa gejala somatik, atau dengan gejala somatik.

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    4/21

    4

    3. Depresi berat tanpa gangguan psikotik.Semua gejala utama harus ada, ditambah minimal empat dari gejala lainnya,

    dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat, sangat tidak mungkin

    pasien untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah

    tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

    4. Depresi berat dengan gangguan psikotik.Memenuhi seluruh kriteria depresi berat tanpa gejala psikotik, disertai waham,

    halusinasi atau stupor depresi.(3,5)

    DEPRESI POSTPARTUM

    Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt

    Regina dkk (2001), depresi postpartum adalah depresi pasca persalinan yang mulai

    terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan dan berlangsung sampai berminggu-

    minggu atau bulan yang dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental ringan

    dengan menunjukkan kelelahan, perasaan sedih, mudah marah, gangguan tidur,

    gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan

    dengan suami). Masih menurut Pitt Regina dkk (2001), tingkat keparahan depresi

    postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami

    kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini

    disebut dengan baby blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling

    berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem

    tersebut terdapat keadaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang

    disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.(1,5)

    Menurut Duffet-Smith (1995), depresi postpartum bisa berkaitan dengan

    terjadinya akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi.

    Depresi adalah pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tampak tidak

    terpecahkan. Persoalan juga tidak akan terpecahkan dengan berpikir lebih positif,

    tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat dikendalikan. Masih menurut

    Duffet-Smith, faktor kunci dalam depresi pasca persalinan adalah kecapaian yang

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    5/21

    5

    menjadi kelelahan total. Kepercayaan diri ibu dapat luntur jika ibu merasa tidak

    mampu menanganinya dan menjadi frustasi karena kelemahan fisiknya.(1,5)

    Inwood (Regina dkk, 2001) menghubungkan fenomena depresi postpartum

    dengan gangguan perasaan mayor seperti kesedihan, perasaan tidak mampu,

    kelelahan, insomnia dan anhedonia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sloane dan

    Bennedict (1997), depresi postpartum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan,

    mungkin seorang ibu baru akan merasa benarbenar tidak berdaya dan merasa serba

    kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya,

    tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.(5)

    Wilkinson, (1995) Depresi postpartum dapat berlangsung sampai 3 bulan atau

    lebih dan berkembang menjadi depresi lain yang lebih berat atau lebih ringan.

    Gejalanya sama saja tetapi disamping itu ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan

    bayinya dan kemampuannya sebagai seorang ibu.(5)

    Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan

    problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada

    ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Sloane dan Bennedict (1997)

    menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa

    setelah melahirkan dan berlangsung terus 12 minggu.(5)

    LewellynJones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara

    klinis pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah

    melahirkan. Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara

    sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian

    hidupnya.(1,5)

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum

    adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari

    pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus menerus sampai 6 bulan

    bahkan sampai satu tahun.(5)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    6/21

    6

    POST PARTUM BLUE SYNDROME

    Sekitar 70 hingga 80 persen mengalami depresi sementara setelah melahirkan,

    biasanya tiga hari post partum dan menghilang beberapa hari. Sindrom blues

    bersifat sementara dengan gejala mood yang labil, gampang menangis, fikiran

    negative dan sering pada ibu-ibu yang melahirkan anak pertama. Aktifitas sering

    kelihatan normal dan perawatan bayi dapat dilihat. Penanganan pada pasien ini sering

    adalah bersifat konservatif dengan dukungan social.(2,3)

    PSIKOSIS POSTPARTUM

    Psikosis postpartumialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi berat dan

    waham. Umumnya terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.

    Perempuan yang menderita bipolar disorder atau masalah psikotik lainnya yang

    disebut Skizoafektif disorder mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena

    postpartum psikosis. Gejalanya antara lain mengalami delusi, halusinasi, gangguan

    saat tidur dan obsesi mengenai bayinya. Penderita dapat terkena perubahan mood

    secara drastis, dari depresi ke gusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu yang

    singkat.(2)

    IV. PENYEBAB BLUE SYNDROME, DEPRESI dan PSIKOSIS

    POST PARTUM

    Penyebab depresi postpartum hampir sama penyebabnya dengan psikosis

    postpartum. Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan empat faktor penyebeb depresi

    dan psikosis postpartum sebagai berikut :(1,4,5,6)

    a. Faktor konstitusional.Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri

    pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada

    komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih

    banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues

    karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi,

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    7/21

    7

    kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak

    paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap

    dirawat.(1,4,5,6)

    b. Faktor fisik.

    Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental

    selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan

    dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon

    secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara

    kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada

    keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara

    cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.(1,4,5,6)

    c. Faktor psikologis.Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan

    menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian

    psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan

    pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai

    hubungan baik antara ibu dan anak.(1,4,5,6)

    d. Faktor sosial.Paykel dan Regina dkk (2001), mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak

    memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu, selain kurangnya

    dukungan dalam perkawinan.(1,4,5,6)

    Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita 2001), menyatakan terjadinya

    depresi pascapersalinan dipengaruhi oleh faktor :

    a. Biologis.Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar

    hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau

    terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut

    terlalu cepat atau terlalu lambat.(1,4,5,6)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    8/21

    8

    b. Karakteristik ibu, yang meliputi :

    1.) Faktor umur.

    Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang

    perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini

    mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang

    ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan

    seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk

    menjadi seorang ibu.(1,4,5,6)

    2.) Faktor pengalaman.

    Beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Paykel

    dan Inwood (Regina dkk 2001), mengatakan bahwa depresi pascapersalinan

    ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa

    peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan

    situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.

    Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami

    istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari

    mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.(1,4,5,6)

    3.) Faktor pendidikan.

    Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik

    peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk

    bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka

    sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka (Kartono,

    1992).(1,4,5,6)

    4.) Faktor selama proses persalinan.Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan

    selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang

    ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis

    yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan

    menghadapi depresi pascapersalinan.(1,4,5,6)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    9/21

    9

    5.) Faktor dukungan sosial.

    Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan

    pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak

    berkurang.(1,4,5,6)

    V. PATOGENESIS

    1) Faktor Hormon

    Kadar hormon estrogen dan progesteron menurun drastis saat

    persalinan. Perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron pada saat

    kehamilan memicu peningkatan ikatan pada reseptor dopamin dan penurunan

    kadar hormon saat persalinan menyebabkan terjadinya suatu supersensitivitas

    reseptor dopamin yang mencetuskan terjadinya psikotik postpartum.(1,4,5,6)

    Tidak ada hubungan yang konsisten, kadar estrogen dan perubahan

    pada estrogen dengan depresi post partum yang benar-benar terbukti. OHara

    dkk menemukan hubungan kadar estradiol pada usia kehamilan 36 minggu

    dan depresi postpartum pada penelitian terhadap 182 perempuan. Penelitian

    lain terhadap blue syndrome dan depresi postpartum menemukan kadarestrogen yang sama pada ibu-ibu yang mengalami gangguan mood dan yang

    tidak mengalami gangguan mood. Ada bukti menunjukkan interaksi estrogen

    dengan neurotransmitter (Joffe & Cohen 1988). Sebagian data mendapatkan

    estradiol mungkin memberi efek pada system transmitter dan menganggu

    fungsi kognitif dan proses emosional. Reseptor estrogen menyebar luas dalam

    otak pada manusia (Osterlund et al. 2000a, 2000b). Efek estrogen yang paling

    di akui adalah interaksinya dengan reseptor dopamine terutama efek

    menghambat. Estrogen juga memberi efek terhadap reseptor norepinephrine,

    adrenalin dan serotonin.(11)

    Penelitian sebelumnya menyatakan aktifitas dopamine mungkin

    berkurang pada pasien depresi.(10)

    Hormon ovarium ditemukan memberi

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    10/21

    10

    perubahan pada aktifitas dopamine, primernya pada nigrostriatal dan jalur

    mesolimbik. Thompson dkk telah melakukkan penelitian yang serial

    menyatakan estrogen menghambat uptake dopamine pada area ini, sehingga

    mekanisma pasti masih ditelusuri. Ada bukti menyatakan perubahan aktifitas

    dopamine oleh estrogen akibat berubahnya protein G pada reseptor D2

    dopamin.(9)

    Norepinefrin juga dipercaya berperanan sebagai faktor utama

    patofisiologi depresi. Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara

    regulasi reseptor B-andrenergic postsinaps dengan respons antidepresan, yang

    mana menunjukkan efektivitas antidepresan dengan efek norandrenergik.

    Selain itu, terjadi peningkatan densitas reseptor a2-andrenergik dilaporkan

    pada pasien depresi dan cubaan bunuh diri. Peningkatan regulasi ini juga

    mungkin disebabkan kekurangan relative norepinefrin di sinaps.(10)

    Banyak dari penelitian gangguan mood, secara umumnya difokuskan

    ke system serotonergik, yang mana system ini mengalami efek pada korteks

    prefrontal, system limbic, aktifitas pituitary, dan perilaku seks. Sistem

    serotonergik telah diketahui sensitive terhadap estrogen dan progestron.

    Bethea dkk melakukkan penelitian lanjut terhadap primate bukan manusia atas

    hormone ovarian dengan system serotonergik, dengan hasil terjadi pada

    system serotonergik, akibat efek perubahan dari hormone ovarium dalam

    susunan saraf pusat.(9)

    Kadar prolaktin yang rendah dan berkurangnya respon prolaktin

    terhadap test D-fenfl uramine ditemukan pada pasien depresi. Ini mungkin

    hubungannya dengan depressi post partum yang mana kadar prolkatin rendah

    pada saat kelahiran. (10) Abou Salah dkk menyatakan ibu postpartum yang

    mengalami depresi menunjukkan penurunan kadar prolaktin plasma yang

    signifikan dibanding ibu yang tidak mengalami depresi. Dan pada ibu-ibu

    yang melakukkan Inisiasi menyusu Dini mendapatkan skor mood yang lebih

    baik dan kadar prolaktin lebih tinggi.(9)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    11/21

    11

    2) Faktor Psikososial

    Penelitian psikodinamik menunjukkan bahwa pada gangguan

    postpartum terdapat konflik antara sang ibu dengan tugasnya sebagai ibu yang

    harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya yang baru dengan

    suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas

    dirinya sebagai seorang ibu yang tak dapat berkomunikasi dengan bayinya,

    menghambat ibu ini menemukan jati dirinya dan ini merupakan hambatan dini

    hubungan timbal balik antara ibu dan anak. Walaupun wanita ini mempunyai

    pengalaman dengan ibunya, tetapi pengalaman masa kanak-kanak

    memaksanya menolak figur ibunya untuk ditiru dan didentifikasi. Penolakan

    ini mengakibatkan seorang ibu kehilangan arah dan menjadi bingung.

    Gangguan identifikasi ini menyebabkan perasaan terganggu, mereka sebagai

    ibu yang tidak tahu bagaimana seharusnya bertindak, dan melahirkan anak

    tetapi tidak tahu bagaimana merawatnya.(1,4,5,6)

    3)

    Faktor Biologis

    Wanita dengan riwayat psikosis cenderung untuk terjadi rekurensi

    sebanyak 90%.(1,4,5,6)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    12/21

    12

    VI. FAKTOR RESIKO

    Seorang wanita kemungkinan akan mengalami depresi dan psikosis

    postpartum, jika ia memiliki:1. Riwayat mengidap depresi atau penyakit mental lainnya2. Pernah mengalami depresi postpartum. Wanita yang pernah menderita depresi

    postpartum setelah melahirkan memiliki resiko kekambuhan sekitar 25%.

    3. Riwayat keluarga yang mengidap depresi4. Mengalami stress di rumah atau tempat kerja selama hamil. Perempuan yang

    berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara

    tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja tau

    melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu

    rumah tangga dan orang tua dari anak-anaknya.

    Estrogen/Pro

    Serotonin

    Menghambat uptake

    dopamine (mengubah

    receptor dopamine)

    Korteks

    profrontal

    Sistem

    serotonergik

    Sistem

    Limbik

    Aktifitas

    Pituatari

    Perilaku

    seksual

    DEPRESI

    POSTPARTUM

    NorepinefrinDopamin

    Merubah protein G pada

    resptor D2 Dopamin

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    13/21

    13

    5. Kurang mendapat dukungan emosional. Banyaknya kerabat keluarga yangmembantu pada saat kehamilan, persalinan, dan pascasalin, beban seorang ibu

    karena kehamilannya akan semakin berkurang.

    6. Memiliki masalah pernikahan atau masalah hubungan. (1,4,5,6)VII. GEJALA DEPRESI & PSIKOSIS POST PARTUM

    Gejala Post Partum Blue Syndrome

    1. Kelelahan2. Perasaan sedih3. Mudah menangis4. Cemas5. Labil6. Bingung7. Sangat sensitive8. Susah tidur9. Perasaan sendiri(2,3,8)

    Gejala depresi postpartum

    1. Merasa tidak berharga, merasa tidak mampu mengatasi kehidupannya.2. Mengalami perubahan cepat tingkatan suasana hati dari sedih jadi marah3. Tidur kurang baik atau terlalu banyak tidur4. Selalu merasa lelah sepanjang waktu5. Hanya tertarik sedikit pada bayi.6. Tidak menikmati hidup lagi7. Mengalami perubahan nafsu makan (makan terlalu sedikit atau terlalu banyak

    makan)

    8. Kesulitan untuk berkonsentrasi9. Menarik diri dari keluarga atau teman10.Pernah berfikir untuk mencelakai diri sendiri atau bayinya.(5)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    14/21

    14

    Gejala psikosis postpartum

    Pada psikosis postpartum gejala dapat terjadi dalam jangka waktu setahun

    setelah melahirkan anak. namun awalnya sering terjadi pada minggu kedua atau

    minggu ketiga setelah persalinan. Gejala yang khas pada psikosis postpartum yaitu:

    1. Agitasi.2. Gelisah.3. Emosi yang labil.4. Kegembiraan yang berlebihan.5. Insomnia.6. Menangis.7. Bingung.8. Dan lama-kelamaan akan timbul episode psikotik yang gawat dengan

    gambaran mania dan delirium.(2)

    VIII. DIAGNOSIS

    Menurut DSM-IV-TR, tidak ada kriteria bagi gangguan depresi dan psikosis

    pada postpartum, namun diagnosis bisa ditegakkan apabila depresi dan psikosisyang terjadi mempunyai hubungan dengan persalinan dan perlangsungannya hanya

    sementara.(4,5,6)

    Sedang menurut PPDGJ-III, maka pedoman diagnostik untuk gangguan

    psikiatrik padapostpartum (F.53) yaitu:(7)

    F.53.1 Gangguan Mental dan Perilaku Berat yang Berhubungan dengan Masa Nifas

    YTK

    Termasuk : psikosis masa nifas YTT.

    Menurut Regina(2001) diluar negeri skrinning utnuk mendetekasi gangguan

    mood depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca persalinan yang rutin

    dilakukkan. Untuk skrinning depresi postpartum dapat dipergunakan kuesioner

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    15/21

    15

    Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas

    yang terujiyang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama tujuh

    hari pasca persalinan. Pertanyaannya berhubungan dengan lailitas perasaan,

    kecemasan, perasaan bersalah, keingginan bunuh diri, serta hal-hal lain yang terdapat

    pada depresi post partum. Kuesioner EPDS (terlampir) terdiri dari sepuluh

    pertanyaan di mana setiap pertanyaan memiliki empat pilihan jawaban yang

    mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai gradasi perasan yang dirasakan

    ibu postpartum. Pertanyaan harus dijawab oleh ibu sendiri oleh ibu dan rata dapat

    diselesaikan dalam waktu 5 menit. Jumlah skor dari sepuluh pertanyaan yang

    diajukan dalam EPDS 30 skor, semakin besar jumlah skor gejala depresi semakin

    berat. Skor di atas 12 memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% utnuk

    mendiagnosis kejadian depresi postpartum.(5)

    IX. PENATALAKSANAAN

    Postpartum Blue Syndrome

    Pasien dengan postpartum blue syndrome tidak perlu penanganan atau

    pengobatan khusus. Penanganan pada pasien ini sering adalah bersifat konservatif

    dengan dukungan social.(3,8)

    Depresi postpartum

    Tingkat keparahan penyakit akan menentukan terapi yang tepat. Strategi

    pengobatan yang sering digunakan yaitu pengobatan non-farmakologis dan

    pengobatan farmakologis.(1,2,3,4,5,6,7)

    NON FARMAKOLOGIS

    Pengobatan ini berguna untuk wanita dengan gejala depresi ringan sampai

    sedang. Pengobatan non farmakologis ini seperti :

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    16/21

    16

    1. Psikoterapi individu atau kelompok (kognitif-perilaku dan terapiinterpersonal) .

    2. Psychoeducational atau dukungan kelompok juga dapat membantu. Modalitasini dapat sangat menarik bagi ibu yang menyusui dan yang ingin menghindari

    minum obat

    FARMAKOLOGIS

    Pengobatan ini diindikasikan untuk gejala depresi sedang sampai berat atau

    ketika seorang wanita tidak merespon pengobatan non-farmakologis. Obat juga dapat

    digunakan dalam hubungannya dengan terapi non-farmakologis.(1)

    Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah agen lini pertama dan

    efektif pada wanita dengan depresi pasca-melahirkan. Gunakan dosis antidepresan

    standar, misalnya, fluoxetine (Prozac) 10-60 mg/hari, sertraline (Zoloft) 50-200

    mg/hari, paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari, citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari , atau

    escitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Efek samping obat kategori ini termasuk

    insomnia, mual, penurunan nafsu makan, sakit kepala, dan disfungsi seksual.(1)

    Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), seperti venlafaxine

    (Effexor) 75- 300 mg/hari atau duloxetine (Cymbalta) 40-60 mg/hari, juga sangat

    efektif untuk depresi dan kecemasan.(1)

    Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari) mungkin

    berguna bagi wanita dengan gangguan tidur, walaupun beberapa studi menunjukkan

    bahwa perempuan lebih merespon obat kategori SSRI. Efek samping dari

    antidepresan trisiklik termasuk mengantuk, berat badan bertambah, mulut kering,

    sembelit, dan disfungsi seksual.Biasanya, gejala mulai berkurang dalam 2-4 minggu.

    Dan penyembuhan total dapat berlangsung beberapa bulan. Pada sebagian responden,

    meningkatkan dosis dapat membantu. (1)

    Obat anxiolytic seperti lorazepam dan clonazepam mungkin berguna sebagai

    pengobatan adjunctive pada pasien dengan kecemasan dan gangguan tidur. Data awal

    menunjukkan bahwa estrogen, sendiri atau kombinasi dengan antidepresan, mungkin

    bermanfaat, namun tetap antidepresan menjadi lini pertama pengobatan.(1)

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    17/21

    17

    Jika ini adalah episode pertama dari depresi, pengobatan selama 6-12 bulan

    dianjurkan. Untuk wanita dengan depresi mayor berulang, diindikasikan perawatan

    pengobatan jangka panjang dengan antidepresan.Kegagalan untuk mengobati atau

    pengobatan yang tidak adekuat dapat mengakibatkan memburuknya hubungan antara

    ibu dan bayi atau pasangan. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko morbiditas pada

    ibu dan bayi, serta kompromi sosial dan pengembangan pendidikan sang bayi.

    Semakin cepat pengobatan maka semakin baik prognosisnya. Rawat Inap mungkin

    diperlukan untuk depresi pascamelahirkan yang parah.(1,2,3,4,5,6,7,)

    Psikosis postpartum

    Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi emergensi dan memerlukan

    perhatian dan penanganan segera. Pasien mungkin akan membutuhkan terapi obat

    untuk jangka waktu tertentu, seperti haloperidol atau flufenazin, keduanya diberikan

    dalam dosis 2-5 mg per os 3 kali perhari. Bila agitasi maka pasien membutuhkan anti

    psikotika berpotensi tinggi dan diberikan IM. Mood stabilizer seperti lithium,

    valproid acid, carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang dikombinasi dengan

    obat anti psikotik dan benzodiapezine.(4)

    Indikasi pemakaian ECT sama seperti psikosis tanpa persalinan tetapi

    dianjurkan ditunda sampai satu bulan postpartum untuk menghindari terjadinya

    emboli(4)

    X. PROGNOSIS

    Hampir pada semua kasus depresi postpartum prognosisnya adalah baik,

    kebanyakan sembuh dalam waktu 3 bulan, 70% dalam waktu 6 bulan dan 30%

    kemungkinan rekurensi pada kehamilan yang berikutnya. Prognosis pada serangan

    pertama relatif lebih baik, seperti juga pada skizofrenia yang mempunyai penyakit

    fisik sebagai faktor presipitasi. Kira-kira 90% penderita ini sembuh dari keadaan

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    18/21

    18

    psikotik dalam waktu relatif singkat dan kemungkinan terjadinya lagi diperkirakan

    berkisar antara 15-30%.(1,2,3,4,5)

    Prognosis psikosis postpartum relatif lebih jelek dibanding gangguan psikotik

    pada postpartum lainnya.(1,2,3,4,5)

    XI. PENCEGAHAN

    Berikut adalah beberapa cara pencegahan dari terjadinya gangguan psikotik

    dan depresi pada postpartum :

    1.

    Wanita yang beresiko tinggi untuk terjadinya gangguan psikotik dan depresipada postpartum harus diidentifikasi sebelum persalinan. Deteksi dini

    psikosis dan depresi post partum dapat dilaksanakan melalui pelayanan

    kesehatan ibu hamil dan imunisasi.

    2. Psikosis dan depresi post partum dapat dicegah dengan memberikanpemahaman kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang faktor resiko

    terjadinya depresi.

    3. Pengobatan farmakologis dan non-farmakologis sangat diperlukan bagiwanita atau ibu dengan psikosis dan depresi post partum. Wanita dengan

    gangguan bipolar atau dengan riwayat psikosis dan depresi postpartum dapat

    diberikan lithium yang diberikan pertama kali sebelum atau 24 sebelum

    persalinan.(1,2,3,4,5,6,7)

    XII. DAMPAK DEPRESI DAN PSIKOSIS POSTPARTUM

    Depresi dan psikosis postpartum mengakibatkan dampak yang luar biasa bagi

    penderitanya. Setidaknya, depresi berdampak pada biaya, emosi, fisik, dan social.

    1. Dampak biaya; kinerja menurun, istirahat, cuti, tidak produktif, biayapengobatan, bahkan hilangnya potensi penghasilan karena penderita merasa

    ingin bunuh diri.

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    19/21

    19

    2. Dampak emosi; hidup dipenuhi dengan perasaan yang tidak nyaman, tidakberdaya, penyesalan mendalam, sedih, putus asa, cemas.

    3. Dampak fisik; tubuh sakit, psikosomatis, jika ada sakit lebih cenderungmengalami komplikasi, kecepatan pemulihan kondisi kesehatan lebih lama

    dan lambat.

    4. Dampak sosial; sering timbul konflik dalam keluarga, ketidakmampuanmenjalankan fungsi dan peran sebagai orangtua yang baik, perceraian,

    putusnya persahabatan, perilaku yang merugikan diri sendiri, dan atau orang

    lain. Seperti mabuk, penggunaan obat-obatan terlarang.

  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    20/21

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bambang Sumantri, S.kep. Depresi Postpartum. [cited March 2012].Available from: URL:http://www.mantrinews.medical world.blogspot.com.

    2. Riordan, Jan. EdD, Prof: Postpartum Depression in Breastfeeding and HumanLactation , Third Edition. Jones and Bartlett publishers.London . 2004. Hal.

    476-484.

    3. Kaplan. Usmle Step 2 CK Obsetriccs and Gynecology Lecture Notes.Edisi2005-2006. Kaplan medical. 2006.Hal.98-100.

    4. Harms,Roger.W.M.D. Mayo Clinical guide to a Healthy Pregnancy.HarperCollinse-books.2009.Hal.261-264.

    5. Soep. Pengaruh Intervensi Psikoedukasi dalam Mengatasi Depresi Postpartumdi RSU Dr. Pirngandi Medan. Univ. Sumatra Utara, Medan.2009

    6. Cockburn,Jayne. And Michael E.P. Psychological Challenges in Obstetricsand Gynecology The Clinical Management. Springer.London.2007. Hal.140-

    154.

    7. Rusdi maslim.Dr, Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta. 2002. Hal 125-126

    8. Hibbert C. G. Postpartum Mood Disorders [cited March 2012].Available from: URL:http://www/psychotherapy.com/mom.html

    9. Zonana J, Gorman J M. The Neurobilogy of Postpartum Depression. CNSSpectrum. Vol 10. October 2005.

    10.Suttajit S. Roles Of Neurotransmitters, Hormones And Brain-DerivedNeurothrophic Factors In Pathogenesis Of Depression. Chiang Mai Medical

    Journal. 2009. Chiang Mai University.11.Jossefson A. Post Partum Depression-Epidemiological and Biological Aspect.

    Linkoping University Medical Dissertation No. 781. University of Linkoping.

    2003. Sweden.

    http://www.mantrinews.medical/http://www.mantrinews.medical/
  • 7/22/2019 Psikosis Dan Depresi Post Partum

    21/21

    21