15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

20
PEMANFAATAN LIMBAH BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN EKSTRAK LIDAH BUAYA SEBAGAI BAHAN AKTIF LOSIO TABIR SURYA Ika Yuni Astuti , Didik Setiawan Fakultas Farmasi, Universitas Muhamadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 Email: [email protected] RINGKASAN Ekstrak biji alpukat dan lidah buaya memiliki aktivitas antioksidan. Namun aktivitasnya sebagai tabir surya belum diketahui. Dalam penelitian ini kedua jenis ekstrak diformulasikan menjadi sediaan losio. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formula losio yang memiliki aktivitas antioksidan dan tabir surya secara in vitro serta sifat fisik yang baik. Ekstrak biji alpukat dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut isopropil alkohol. Sedangkan ekstrak lidah buaya dibuat dari jus lendir lidah buaya yang dikeringkan dengan metode pengeringan beku. Ekstrak diformulasikan dengan 3 variasi kombinasi konsentrasi ekstrak, yaitu ekstrak alpukat 100% (F I), ekstrak alpukat:ekstrak lidah buaya 50%:50% (F II) dan ekstrak lidah buaya 100% (F III). Losio diuji sifat fisiknya meliputi uji pH, viskositas, homogenitas, kestabilan dan daya sebarnya. Losio kemudian diuji aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode FTC (Feri tiosianat) dan diukur nilai SPF-nya. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode simplex lattice design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa losio yang mengandung ekstrak alpukat 100% mempunyai sifat fotoprotektif terhadap sinar UVC dengan kategori perlindungan yang minimal. Dilihat dari karakteristik fisik, nilai SPF dan aktivitas antioksidan maka formula yang optimum adalah formula losio yang mengandung ekstrak alpukat 100%. Kata kunci: ekstrak biji alpukat, ekstrak lidah buaya, antioksidan, tabir surya, losio.

description

lkjhgfds

Transcript of 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

Page 1: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

PEMANFAATAN LIMBAH BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN EKSTRAK LIDAH BUAYA SEBAGAI BAHAN AKTIF

LOSIO TABIR SURYA

Ika Yuni Astuti, Didik Setiawan

Fakultas Farmasi, Universitas Muhamadiyah Purwokerto

Jl. Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 Email: [email protected]

RINGKASAN

Ekstrak biji alpukat dan lidah buaya memiliki aktivitas antioksidan. Namun aktivitasnya

sebagai tabir surya belum diketahui. Dalam penelitian ini kedua jenis ekstrak diformulasikan menjadi sediaan losio. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formula losio yang memiliki aktivitas antioksidan dan tabir surya secara in vitro serta sifat fisik yang baik.

Ekstrak biji alpukat dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut isopropil alkohol. Sedangkan ekstrak lidah buaya dibuat dari jus lendir lidah buaya yang dikeringkan dengan metode pengeringan beku. Ekstrak diformulasikan dengan 3 variasi kombinasi konsentrasi ekstrak, yaitu ekstrak alpukat 100% (F I), ekstrak alpukat:ekstrak lidah buaya 50%:50% (F II) dan ekstrak lidah buaya 100% (F III). Losio diuji sifat fisiknya meliputi uji pH, viskositas, homogenitas, kestabilan dan daya sebarnya. Losio kemudian diuji aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode FTC (Feri tiosianat) dan diukur nilai SPF-nya. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode simplex lattice design.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa losio yang mengandung ekstrak alpukat 100% mempunyai sifat fotoprotektif terhadap sinar UVC dengan kategori perlindungan yang minimal. Dilihat dari karakteristik fisik, nilai SPF dan aktivitas antioksidan maka formula yang optimum adalah formula losio yang mengandung ekstrak alpukat 100%. Kata kunci: ekstrak biji alpukat, ekstrak lidah buaya, antioksidan, tabir surya, losio.

Page 2: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

SUMMARY

The avocado and aloe vera extract have antioxidant activity. However, their activity as sunscreen agent was not known. In this study, both of the extracts was preparated as lotion. One of the lotion base was lanolin, which contain cholesterol so it stabilized by antioxidant adding. The aim of this research was to know the lotion formulation which have in vitro antioxidant and sunscreen activity and good physical characteristic.

The avocado kernel was extracted with maceration method using isopropyl alcohol as solvent. Whereas aloe vera juice was dried with freeze drying method. The extracts was formulated in three combination of extract concentration, i.e the avocado kernel extract 100% (F I), avocado kernel extract:aloe vera extract 50%:50% (F II) and aloe vera extract100% (F III). The physical characteristics of the lotions were studied, i.e pH, viscosity, homogenity, stability and spreading property. Then the in vitro antioxidant activity of the lotions were studied with FTC (Ferric Thiocyanate) method and their SPF was measured. The result analized by simplex lattice design method.

The result showed that the antioxidant activity of F I has a photoprotection characteristic from UVC rays with protection category was minimal. From the physical characteristic, the SPF value and antioxidant activity, the optimum formulation was FI.

Keywords: avocado kernel extract, aloe vera extrac, antioxidant, sunscreen, lotion. Pendahuluan

Pada benda yang diterpa sinar ultraviolet secara terus-menerus, elektron atom benda

tersebut akan meloncat dari orbitnya, dan terciptalah radikal bebas. Efek oksidatif radikal bebas

dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar

tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga

mempercepat penuaan. Kanker kulit pun disebabkan oleh oksigen reaktif yang intinya memacu

zat karsinogenik, sebagai faktor utama kanker kulit. Untuk menetralisir radikal bebas ini, tubuh

kita memerlukan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal

bebas dan meredam dampak negatifnya. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan

melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi

berantai pembentukan radikal bebas.

Kita dapat melindungi diri kita secara alami dari efek merugikan sinar matahari dengan

menghindari senyawa kimia toksik dalam tabir surya, menggunakan senyawa alami. Dalam

sediaan tabir surya, disamping senyawa yang bersifat fotoprotektif, diperlukan juga senyawa

antioksidan dan pelembab. Tabir surya adalah suatu sediaan yang mengandung senyawa yang

dapat menyerap, menghamburkan atau memantulkan sinar matahari yang mengenai kulit

Page 3: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

sehingga dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan struktur kulit manusia dari kerusakan

akibat sinar surya. (Depkes RI, 1979: 19). Dalam formulasi sediaan tabir surya, dapat digunakan

kombinasi senyawa tabir surya untuk mendapatkan manfaat yang lebih optimal.

Biji alpukat merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan. Menurut

Soong, ekstrak etanol biji alpukat mempunyai aktivitas antioksidan secara in vitro. Zat aktif yang

paling berperan dalam aktivitas antioksidan ekstrak etanol biji alpukat adalah senyawa

fenolatnya (Soong, 2004). Beberapa tanaman yang mempunyai manfaat sebagai antioksidan juga

diketahui mempunyai khasiat sebagai tabir surya, misalnya tanaman lidah buaya (Heinrich et all,

2010; Ismail, 2010). Sedangkan ekstrak etanol biji alpukat belum diketahui aktivitasnya sebagai

tabir surya.

Salah satu bentuk sediaan tabir surya yang banyak digunakan adalah losio, yaitu sediaan

cair berupa suspensi atau emulsi minyak dalam air, digunakan sebagai obat luar. Sediaan losio

mempunyai keuntungan antara lain kemampuan sebarnya secara cepat dan merata pada daerah

kulit yang luas, serta meninggalkan selapis tipis bahan aktif setelah mengering.

Dalam formulasi sediaan tabir surya, umumnya senyawa tabir surya dikombinasikan

untuk mendapatkan manfaat yang lebih optimal. Demikian juga dalam penelitian ini, untuk

mengetahui formula yang paling potensial sebagai antioksidan dan tabir surya, maka perlu

dilakukan optimasi formula ekstrak tersebut yang dikombinasikan dengan ekstrak tanaman lidah

buaya. Parameter optimasi meliputi sifat antioksidan dan sifat fotoprotektif.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengetahui sifat fotoprotektif ekstrak etanol biji alpukat dan ektrak lidah buaya.

2. Mengetahui komposisi optimum ekstrak etanol biji alpukat yang dikombinasikan

dengan ekstrak lidah buaya.

3. Mengetahui formulasi ekstrak etanol biji biji alpukat sebagai losio tabir surya yang mempunyai

karakteristik fisik, nilai SPF, aktivitas antioksidan dan stabilitas losio yang baik.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan nilai ekonomi biji alpukat yang banyak

terdapat di Indonesia sepanjang tahun dan yang selama ini terbuang. Disamping itu juga

Page 4: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

bermanfaat bagi pengembangan teknologi farmasi khususnya kosmetika yang berbahan baku

tanaman.

Tinjauan Pustaka

Uraian tentang Tanaman Alpukat

1. Morfologi tanaman Alpukat

Klasifikasi tanaman Alpukat adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Ranunculales

Suku : Lauraceae

Marga : Persea

Jenis : Persea gratissima Gaertn

Sinonim : Persea americana Mill (Depkes RI, 2001)

Di Indonesia dikenal dengan nama apokat. Secara umum, tanaman alpukat berupa pohon

dengan tinggi kurang lebih 10 meter, batangnya berkayu, daunnya tunggal, bulat telur,

bertangkai, berbulu, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm dan berwarna hijau. Bunganya

majemuk, bentuk malai, tumbuh di ujung ranting, warna putih kekuningan. Buahnya

berbentuk buni, bulat telur, panjang 5-20 cm, berbintik-bintik, daging buah jika sudah masak

akan lunak, warnanya hijau atau kuning keunguan. Bijinya bulat dengan diameter 2,5-5 cm,

keping biji putih kemerahan (Depkes RI, 2001).

2. Kandungan kimia

Buah dan daun P. Gratissima mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Di samping itu

buahnya mengandung tannin, asam oleat dan asam linoleat serta daunnya mengandung

polifenol (Depkes RI, 2001; Retief, 2009). Biji alpukat mengandung senyawa fenolat

(Soong, 2004), vitamin A, B, D dan lesitin (anonim,

http://www.cranberrylane.com/soapmaking.html).

3. Khasiat

Page 5: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

Buah alpukat berkhasiat sebagai sebagai obat sariawan, sedangkan daunnya berkhasiat

sebagai peluruh air seni. Untuk obat sariawan, dipakai kurang lebih 100 gram buah masak P.

Gratissima, diambil daging buahnya dan dimakan (Depkes RI, 2001). Biji alpukat berkhasiat

sebagai antioksidan (Soong, 2004) sedangkan minyak biji alpukat berkhasiat sebagai nutrisi

kulit dan antijerawat, serta mengurangi penguapan air dari kulit atau sebagai pelembab

(Pramono, 2010 dan Subakat, 2010).

Tanaman Lidah Buaya

Tanaman lidah buaya (Aloe vera (L) Burm.f) memiliki daun berair dan tanpa serat

dengan panjang 30-40 cm, beridameter hingga 5 cm dan membentuk roset terminal yang tidak

memiliki tangkai. Ekstrak daun berdaging mengandung polisakarida yang terutama terdiri atas

glukomanan, glikoprotein seperti aloktin, enzim-enzim seperti karboksipeptidase dan glikosida

antrakuinon dalam jumlah yang bervariasi (Heinrich, 2010).

Untuk sediaan dermatologi, diperoleh beberapa bukti adanya efek antibakteri,

antiradang, emolien dan melembabkan. Polisakaridanya berperan penting sebagai bahan

pelembut dan imonostimulan. Beberapa glikoprotein memiliki efek serupa, sedangkan turunan

antrakuinonnya bersifat antibakteri. Enzim yang diekstraksi dari gel lidah buaya terbukti bersifat

analgesik serta menghambat kerusakan termal dan permeabilitas vaskular pada tikus. Bubur daun

segar bersifat antioksidan (Heinrich, 2010).

Tabir Surya

Tabir surya adalah suatu sediaan yang mengandung senyawa kimia yang dapat menyerap,

menghamburkan atau memantulkan sinar surya yang mengenai kulit sehingga dapat digunakan

untuk melindungi fungsi dan struktur kulit manusia dari kerusakan akibat sinar surya (FDA,

2003).

Mekanisme tabir surya sebagai penyerap adalah sebagai berikut:

• Molekul bahan kimia tabir surya menyerap energi dari sinar UV, kemudian mengalami eksitasi

dari ground state ketingkat energi yang lebih tinggi.

• Sewaktu molekul yang tereksitasi kembali ke kedudukan yang lebih rendah akan melepaskan

energi yang lebih rendah dari energi yang semula diserap untuk menyebabkan eksitasi.

Page 6: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

• Maka sinar UV dari energi yang lebih tinggi, setelah diserap energinya oleh bahan kimia maka

akan mempunyai energi yang lebih rendah

• Sinar UV dengan energi yang lebih rendah akan kurang atau tidak menyebabkan efek sunburn

pada kulit (FDA, 2003).

Sinar UV terdiri dari:

1. Sinar UV-A: disebut juga radiasi UV gelombang panjang, yang mempunyai panjang

gelombang 320 – 400 nm dengan puncak pada 340 nm. Daerah UV ini bertanggung jawab

terhadap perubahan warna kulit secara langsung menjadi lebih gelap tanpa diawali oleh

inflamasi, yang disebabkan karena fotooksidasi bentuk leuco dari melanin yang ada di

lapisan kulit yang lebih luar; tetapi sinar ini menyebabkan eritema.

2. Sinar UV-B: juga disebut sebagai radiasi sengatan matahari (sunburn) atau radiasi UV

sedang, mempunyai daerah panjang gelombang 290 – 320 nm dengan puncak efektif pada

297,6 nm. Ini adalah daerah UV eritemogenik yang bertanggung jawab terhadap reaksi

sengatan seperti iritasi yang menyebabkan pembentukan melanin sehingga kulit menjadi

lebih gelap.

3. Sinar UV-C: juga disebut gelombang radiasi UV pendek atau radiasi germisidal, mempunyai

panjang gelombang dari 200 – 290 nm. Meskipun merusak jaringan, sinar ini sebagian besar

disaring oleh ozon di atmosfer. Tetapi sinar ini dapat dipancarkan oleh sumber UV buatan.

Meskipun tidak merangsang pencoklatan kulit, tetapi dapat menyebabkan eritema.

Losio

Losio adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar.

Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang

cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok (Depkes RI, 1979: 19).

Pada umumnya pembawa dari losio adalah air. Losio dimaksudkan untuk digunakan pada

kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya

memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Losio

dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari

komponen obat pada permukaan kulit (Howard C Ansel, 1989: 519).

Kriteria Kosmetik Tabir Surya Yang Baik

Page 7: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

1. Mudah digunakan

2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan

3. Bahan aktif kompatibel dengan bahan tambahan lain.

4. Bahan dasar dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (FDA, 2003).

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah biji alpukat, daun lidah buaya; bahan kimia yang digunakan

adalah etanol 96% p.a, isopropil alkohol, asam linoleat, bufer fosfat, air suling, amonium

tiosianat p.a., besi (II) klorida p.a., asam klorida p.a., lanolin, malam putih, asam stearat, propil

paraben, trietanolamin, metil paraben, propilen glikol, dinatrii edetat

Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu type 1601), alat-alat gelas (Iwaki pyrex), mortir dan

stemper, magnetik stirer timbangan analitik (Shimadzu type AY220), seperangkat alat maserasi,

pH meter (Metrohm 744), alat uji titik leleh (Stuart Scientific R000103280), Rotary evaporator,

(Hanna Instrument type 300N), oven (Memmert), viskometer Rion VT-04E..

Batasan variabel operasional

Variabel bebas : konsentrasi ekstrak isopropil alkohol biji alpukat dan ekstrak lidah

buaya.

Variabel tergantung : nilai SPF, viskositas, pH, kestabilan, homogenitas, daya sebar, daya

lengket, aktivitas antioksidan losio.

Variabel terkendali : Suhu penyimpanan, pelarut dan waktu, panjang gelombang pada

spektrofotometer.

Cara kerja

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman alpukat dan lidah buaya dilakukan dilaboratorium Morfologi dan

Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

2. Pengumpulan dan pengeringan bahan

Bahan dicuci dengan air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Biji

alpukat diiris-iris tipis kemudian dikeringkan dengan lemari pengering.

3. Pembuatan ekstrak

Page 8: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

Daun lidah buaya disayat, dikeluarkan gel dari daging daunnya, lalu diblender sehingga

menjadi jus lidah buaya. Jus tersebut disaring dengan menggunakan corong buchner,

kemudian dikeringkan dengan menggunakan metode freeze drying hingga menjadi serbuk.

Sedangkan simplisia biji alpukat diserbuk. Serbuk diekstraksi dengan teknik maserasi

menggunakan isopropil alkohol. Maserat diuapkan penyarinya hingga diperoleh ekstrak

kental isopropil alkohol.

4. Pembuatan losio

Tabel 1. Formula losio antioksidan

Bahan Komposisi

I II III Kn Kp Bahan A : Ekstrak biji alpukat Ekstrak lidah buaya

4% -

2% 2%

- 4 %

- 0,2% (Vit E)

Lanolin 3% 3% 3% 3% 3% Malam Putih 2.5% 2.5% 2.5% 2.5% 2.5% Asam Stearat 4% 4% 4% 4% 4% Propil Paraben 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% Bahan B : Metil Paraben 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% Disodium Edetat 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% 0,05% Propilen Glycol 5% 5% 5% 5% 5% Trietanolamin 1% 1% 1% 1% 1% Aquadest 80,3% 80,3% 80,3% 80,3% 80,3% Oleum Rose qs Qs qs qs qs Jumlah 100ml 100ml 100ml 100ml 100ml

Bahan-bahan A dan bahan-bahan B dipanaskan secara terpisah pada suhu 70-

82oC, dengan pengadukan, hingga tiap bagian isi dapat dilarutkan. Tambahkan bahan A

ke bahan B secara perlahan sambil diaduk. Lanjutkan pengadukan sampai terbentuk

emulsi pada suhu ruangan (15-30oC). Lalu tambahkan aquabidest secukupnya untuk

mendapatkan 100 g dari losio (FDA, 2003)

5. Evaluasi sediaan

a. Pengukuran pH

Pengukuran pH menggunakan alat pH stick. pH stick dicelupkan kedalam sediaan losio.

di diamkam sesaat warna yang timbul sesuaikan dengan warna pada alat. Pengukuran dilakukan

pada suhu ruang selama 4 minggu setiap 1 minggu sekali (Jufri et al, 2006).

b. Pengukuran viskositas losio

Page 9: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

Pengukuran dilakukan dengan Viscotester Rion VT-04E. Pengamatan viskositas

dilakukan selama 1 bulan pada minggu 1 dan minggu ke IV (Afidah, 2008).

c. Uji kestabilan losio

Losio diuji kestabilanya dengan cara penyimpanan pada suhu kamar (27oC), suhu

rendah/freeze-thaw (4oC) dan amati creaming, kejernihan, bau, warna. Pengamatan kestabilan

dilakukan selama 4 minggu setiap 1 minggu sekali (Jufri et al, 2006).

d. Uji homogenitas losio

Diambil losio pada masing - masing formula secukupnya dan oleskan pada plat kaca,

diraba dan digosokkan massa losio harus menunjukkan susunan homogen yaitu tidak terasa

adanya bahan padat pada kaca (Trilestari, 2002).

e. Uji daya sebar

Sebanyak 0,5 g losio letakkan ditengah alat dengan diameter 15 cm kaca yang satu

diletakkan diatasnya dibiarkan selama 1 menit. Ukur diameter losio yang menyebar, kemudian

tambahkan 50 g beban tambahan diamkan selama 1 menit dan ukur diameter losio yang

menyebar. Hal tersebut dilakukan berulang sampai didapat diameter sebar yang konstan.

Dilakukan dengan replikasi 3 kali (Trilestari, 2002).

f. Uji daya lekat

Losio diambil sebanyak 1 mg kemudian dioleskan pada sebuah plat kaca, Tempelkan

kedua plat sampai plat menyatu tekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit setelah itu

beban dilepas, lalu diberi beban pelepasan 80 r untuk pengujian. dicatat waktu sampai kedua plat

saling lepas. dilakukan replikasi 3 kali (Trilestari, 2002).

6. Penentuan Sifat Fotoprotektif

Pengukuran Absorbansi

Setelah itu serapannya dibaca pada spektrofotometri UV dan dicari panjang gelombang

yang menghasilkan absorbansi 0,05. Pemeriksaan dilakukan dalam pelarut etanol dan

pengukuran diawali dengan panjang gelombang 290 nm kemudian secara bertahap ditingkatkan

hingga diatas 320 nm dimana mempunyai nilai serapan minimal 0,05.

Perhitungan Nilai SPF

Metode Petro mempersyaratkan bahwa untuk menghitung SPF kadar sampel dalam kuvet

harus ekuivalen dengan 0,001% atau 0,01 g/L atau 10 mg/L bahan aktif. Dengan demikian nilai

serapan yang diperoleh diubah ke dalam bentuk serapan dalam 10 mg/L. Selanjutnya angka

Page 10: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

dimasukkan dalam rumus AUC, yaitu jumlah serapan pd λn dan serapan λ1 dibagi 2. Nilai SPF

dihitung dengan rumus seperti pada persamaan:

1λλn

AUClogSPF

−= x 2

Keterangan :

AUC : Jumlah serapan pd λn dan serapan λn-1 dibagi 2.

λn : Panjang gelombang yang menghasilkan serapan 0,05

λ1 : 290 nm

Yaitu membagi jumlah seluruh area dibawah kurva dengan selisih panjang gelombang

terbesar dan terkecil lalu dikalikan dua, selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi nilai SPF

(Petro, 1981).

c. Penentuan Aktivitas Antioksidan

Pembuatan natrium tiosianat 30%

Sebanyak 3 g amonium tiosianat larutkan dalam etanol 70% secukupnya, pindahkan pada

labu ukur 10 mL dan tambahkan etanol 70% hingga batas tanda.

Pembuatan FeCl3 0.02 M dalam HCl 3.5%

Sebanyak 0,03244 g FeCl3.4H2O larutkan dalam HCl 3,5% secukupnya, pindahkan pada

labu ukur 10 mL, tambahkan dengan HCl 3,5% hingga batas tanda.

Penetapan panjang gelombang maksimum

Larutan vitamin E 4 mL ditambahkan etanol 5 mL homogenkan masukkan dalam kuvet

dibaca absorbansinya pada 400 – 800nm.

7. Uji Antioksidan

Dalam penelitian ini digunakan metode besi tiosianat (ferric thiocyanate, FTC) dari

Kikuzaki dan Nakatani (1993). Metode ini mengukur jumlah peroksida pada tahap awal

peroksidasi lemak. Peroksida bereaksi dengan besi (III) klorida membentuk besi (II) klorida yang

berwarna merah. Dalam hal ini, konsentrasi peroksida berbanding terbalik dengan aktivitas

antioksidan sampel.

Dari masing-masing larutan sampel diambil 4 mL, tambahkan 4,1 asam linoleat 2,52%

dalam etanol absolut, 8 mL bufer fosfat 0,05 M (pH 7.0) dan 3.9 mL air diletakan dalam vial

bertutup, kemudian ditempatkan dalam oven bersuhu 40oC yang terlindung dari cahaya. Pada 0,1

mL campuran tersebut ditambahkan 9.7 mL etanol 75% dan 0,1 mL amonium tiosianat 30%.

Page 11: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

Tepat 3 menit setelah penambahan 0,1 mL besi (II) klorida 0,02 M dalam asam klorida 3,5%

kedalam campuran, ukur absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm. Pengukuran

absorbansi ini dilakukan setiap 24 jam sekali sampai larutan kontrol memberikan absorbansi

konstan.

8. Analisis Data

Untuk mengetahui profil efek campuran terhadap suatu parameter digunakan metode simplex

lattice design. Metode ini dapat diterapkan pada pembuatan formula dengan menggunakan dua

campuran atau lebih, campuran yang paling sederhana menggunakan dua komponen bahan.

Prinsip dasar simplex lattice design adalah untuk mengetahui profil efek campuran terhadap

suatu parameter. Dasar dari metode ini adalah adanya dua variabel bebas, A dan B. Rancangan

ini dibuat dengan memilih tiga kombinasi dari campuran dua variabel tersebut dan dari setiap

kombinasi diamati respon yang didapat. Respon yang diharapkan haruslah yang paling

mendekati tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik maksimum atau minimum (Bolton, S.

1997 dan Amstrong and James, 1996).

Hasil Dan Pembahasan

Determinasi

Setelah dideterminasi dengan menggunakan buku Flora of Java (Backer dan Bakhuizen

van den Brink, volume II tahun 1963 dan volume III, tahun 1968), benar bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitian ini adalah lidah buaya (Aloe barbadensis Mill sinonim Aloe vera (L.)

Webb dan alpukat (Persea americana Mill). Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium

Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan hasil

determinasi menyatakan benar bahwa tanaman yang diteliti adalah benar alpukat (Persea

americana) (lampiran 1).

Pengumpulan Bahan

Biji alpukat yang telah dipanen kemudian dicuci dengan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran yang menempel dalam tanaman, tiriskan sampai semua sisa-sisa air

pencucian tidak ada lagi pada tanaman. Biji dirajang setebal ± 3 mm untuk mempermudah

pengeringan. Proses pengeringan dilakukan selama ± 3 hari atau sampai biji alpukat benar-benar

Page 12: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

kering. Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air yang

dikandung dalam tanaman sehingga kandungan bahan aktif dapat terjaga dari kerusakan,

mencegah reaksi enzimatis yang ada pada tanaman dan penjamuran yang dikarenakan adanya

bakteri serta mencegah perubahan kimia. Setelah didapatkan simplisia biji alpukat yang kering

kemudian diblender dan diayak dengan pengayak no 40 untuk mendapatkan serbuk simplisia.

Dari 1,5 kg biji alpukat, dihasilkan 507 gram serbuk kering biji alpukat.

Pembuatan Ekstrak Isopropil Alkohol Biji Alpukat

Sebelum maserasi, simplisia diserbuk untuk memperkecil ukuran partikel dan

meningkatkan efektifitas penyarian. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas

permukaannya dan akan semakin luas pula permukaan yang kontak dengan cairan penyari

sehingga penyarian akan lebih efektif. Ukuran partikel yang semakin kecil juga akan mengurangi

tebal lapisan batas dari cairan penyari. Semakin kecil tebal lapisan batas maka cairan penyari

akan mempunyai jarak yang lebih kecil untuk menarik senyawa aktif yang ada dalam sel keluar

sel dan terlarut dalam cairan penyari. Keluarnya zat aktif dalam sel tersebut karena perbedaan

konsentrasi di dalam sel dan diluar sel.

Pembuatan ekstrak isopropil alkohol biji alpukat dilakukan dengan metode maserasi.

Metode ini dipilih karena alat yang digunakan sederhana dan baik untuk senyawa yang tidak

tahan terhadap pemanasan. Pertama kali, dilakukan pembasahan serbuk agar zat aktif dapat

dengan mudah tersari. Pembasahan dilakukan selama satu jam, lalu dilakukan perendaman

selama lima hari dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 2000)

supaya zat aktif yeng terlarut bisa dalam jumlah yang banyak. Setelah maserasi, rendaman

diperas dan diuapkan sampai terbentuk ekstrak yang kental. Ekstrak isopropil alkohol biji

alpukat yang didapatkan berwarna cokelat kemerahan dengan rendemen 2,46 %.

Pembuatan Ekstrak Kering Lidah Buaya

Lidah buaya dikeringkan dengan menggunakan metode freeze drying dari gel lidah buaya

yang berada di bagian bawah kulit daun lidah buaya. Metode freeze drying dipilih karena jika

dikeringkan dengan pengovenan, ekstrak lidah buaya yang terbentuk berupa lembaran yang

sangat sulit diserbuk. Hasil pengeringan dengan metode freeze drying berupa ekstrak berbentuk

Page 13: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

mirip serat-serat kecil yang sangat higroskopis dan mudah menggumpal, berwarna krem

kekuningan dan berbau khas. Rendemen ekstrak kering lidah buaya adalah 0,25%.

Pembuatan Losio

Dari hasil pembuatan losio biji alpukat diperoleh suatu bentuk emulsi minyak dalam air

dengan emulgator sabun trietanolamin stearat. Sabun trietanolamin stearat terbentuk sebagai

hasil reaksi antara Trietanolamin dan Asam stearat.

Evaluasi Sediaan

1. Organoleptis

Tabel 5.1. Data sifat organoleptis sediaan losio ektrak alpukat-ekstrak lidah buaya

Formula Warna Bau Konsistensi I Coklat kemerahan Khas ekstrak alpukat Kental II Agak coklat

kemerahan Kurang tercium bau

ekstrak Lebih kental

III Krem kekuningan Khas ekstrak lidah buaya Sangat kental KN Putih Tidak berbau Agak encer KP Putih kekuningan Tidak berbau Agak encer

2. Pengukuran pH

Pengukuran pH dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat pH sediaan yang

berpengaruh terhadap sifat iritasi kulit. Idealnya, pH sediaan topikal adalah sesuai dengan

pH kulit, yaitu 5,0 – 7,0. Jika pH sediaan terlalu basa atau terlalu asam maka bisa

menyebabkan iritasi kulit. Hasil pengukuran pH adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2. Hasil pengukuran pH sediaan losio ektrak alpukat-ekstrak lidah buaya

Formula pH

I 7 II 7 III 7 KN 8 KP 8

Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa pH tiga formula yang berisi

ekstrak adalah netral, sedangkan dua formula yang tidak berisi ekstrak cenderung basa.

pH basis losio tanpa ekstrak cenderung basa karena basis ini ditambah dengan trietanolamin

yang bersifat basa. Sedangkan ekstrak alpukat maupun lidah buaya mengandung senyawa

Page 14: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

yang bersifat asam yaitu asam fenolat dan asam-asam amino, yang menyebabkan turunnya

pH menjadi netral.

3. Viskositas Losio

Pengujian terhadap viskositas dimaksudkan agar sediaan yang telah dibuat mudah dituang sehingga memudahkan dalam pemakaiannya. Viskositas tersebut diuji dengan menggunakan Viskotester Rion VT-04E, kecepatan putar 100 rpm dan menggunakan spindel no. 4. Data yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 5.3. Hasil pengukuran viskositas sediaan losio ektrak alpukat-ekstrak lidah buaya Formula Viskositas

(Poise) I 39,5 II 28 III 45,5 KN 19 KP 18,5

Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak

dapat mempengaruhi viskositas losio. Jadi semakin tinggi konsentrasi ekstrak lidah buaya

maka losio akan semakin kental.

Berdasarkan data uji sifat fisik di atas, maka didapatkan persamaan SLD sebagai

berikut:

Yviskositas = 39,5 (A) + 45,5 (B) – 228 (A) (B)

Dari persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa koefisien persamaan dari fraksi

ekstrak lidah buaya lebih tinggi daripada ekstrak alpukat. Hal ini berarti ekstrak lidah

buaya lebih dominan dalam meningkatkan viskositas dibandingkan dengan ekstrak

alpukat. Sedangkan kombinasi kedua ekstrak mempunyai koefisien persamaan negatif,

yang artinya akan menurunkan viskositas sediaan.

4. Homogenitas losio

Uji homogenitas losio dilakukan untuk mengetahui apakah pencampuran masing

– masing komponen dalam pembuatan losio setelah tercampur merata. Hal tersebut untuk

Page 15: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

menjamin bahwa zat aktif yang terkandung didalamnya telah terdistribusi secara merata.

Data yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 5.4. Hasil uji homogenitas sediaan losio ektrak alpukat-ekstrak lidah buaya

Formula Homogenitas I Homogen II Homogen III Homogen KN Homogen KP Homogen

Masing – masing formula telah tercampur dengan baik sehingga losio terlihat

homogen dan teksturnya tidak kasar.

5. Kestabilan losio

Penyimpanan pada suhu kamar (27°C) dan suhu rendah (4oC) menunjukkan

bahwa kelima formula sediaan losio tersebut tetap stabil dan tidak menunjukkan

perubahan fisik yang berarti. Kelima formula losio tersebut tetap homogen, tidak terjadi

creaming, bau dan warnanya juga tidak berubah. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sediaan losio yang terbentuk stabil secara termodinamik.

6. Daya sebar losio

Uji daya menyebar losio dilakukan untuk mengetahui kualitas losio yang dapat

menyebar pada kulit dan dengan cepat pula memberikan efek terapinya dengan asumsi

bahwa semakin luas daya sebar suatu formula losio maka dengan cepat melepaskan efek

terapi yang diinginkan di kulit. Daya sebar yang baik dapat menjamin pelepasan bahan

obat yang memuaskan (Voight, 1989:313). Data yang diperoleh dari penelitian dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.5. Hasil uji daya sebar losio sediaan losio ektrak alpukat-ekstrak lidah

buaya

Formula Diameter rata-rata (cm) ± SD I 7,75 ± 0,21 II 6,13 ± 0,30 III 5,95 ± 0,16 KN 7,93 ± 0,11 KP 9,15 ± 0,23

Page 16: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

Berdasarkan data uji sifat fisik di atas, maka didapatkan persamaan SLD sebagai

berikut:

Ykoefisien sebar = 7,75 (A) + 5,95 (B) – 30,28 (A) (B)

Dari persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa koefisien persamaan dari fraksi

ekstrak alpukat lebih tinggi daripada ekstrak lidah buaya. Hal ini berarti ekstrak alpukat

lebih dominan dalam meningkatkan daya sebar dibandingkan dengan ekstrak lidah buaya.

Dari viskositas dan daya sebar ini, dapat dilihat bahwa ekstrak lidah buaya yang

mempunyai viskositas lebih tinggi, mempunyai daya sebar yang lebih kecil. Hal ini

berarti, semakin tinggi viskositas (kekentalan) sediaan, semakin kecil daya sebarnya.

Daya sebar formula yang mengandung ekstrak ini lebih kecil dibandingkan

dengan formula kontro positif maupun negatif, karena konsentrasi zat aktifnya yang lebih

kecil atau nol.

Penetapan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang dimana terjadi eksitasi

elektronik yang memberikan absorbansi maksimum. Penetapan panjang gelombang maksimum

ini bertujuan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapakah larutan vitamin E dapat

menghasilkan absorbansi maksimum pada spektrofotometer Ultraviolet-Visibel. Setiap

pengukuran harus dilakukan pada panjang gelombang maksimum. Hal ini berkenaan dengan

kepekaan analisis, dimana perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang

paling besar pada panjang gelombang maksimum sehingga akan diperoleh kepekaan analisis

yang maksimum. Pada penetapan panjang gelombang maksimum ini, digunakan larutan yang

mengandung vitamin E dan dibaca pada spektrofotometer Ultraviolet – Visibel. Dari scanning

ini, didapatkan panjang gelombang maksimum untuk vitamin E pada panjang gelombang 483nm

dengan absorban 0,3042 dan hasil spektrumnya dapat dilihat pada gambar 5.

Page 17: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

Gambar 5.1 Scaning panjang gelombang maksimal

Panjang gelombang yang dihasilkan tidak termasuk dalam range (490-500nm)

perbedaan tersebut dikarenakan etanol 96% yang dapat menyebabkan pergeseran

hipsokromik atau pergeseran biru. Pergeseran hipsokromik adalah pergeseran serapan

kearah panjang gelombang yang lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh

pelarut (Sastrohamidjojo, 2007)

Aktivitas Antioksidan dengan Metode Ferri Tiosianat.

Pengukuran absorbansi dilakukan selama 7 hari pada semua seri kadar konsentrasi

dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada λ 500nm. Metode ini adanya aktivitas

antioksidan ditandai penurunan absorbansi, kontrol positif yang digunakan adalah vitamin E

karena vitamin E sudah terbukti aktivitas antioksidannya. Kerja antioksidan dari vitamin E yaitu

sebagai pendonor ion hidrogen yang mampu mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lipid)

menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak

(Winarsi, 2007).

Hidroperoksida yang terbentuk mengalami dekomposisi membentuk radikal lain seperti

radikal peroksil, alkoksida, dan peroksil. Radikal peroksil akan mengalami dekomposisi yang

manghasilkan O2 dan akan mangoksidasi ion ferro (Fe2+) menjadi ferri (Fe3+) yang selanjutnya

dengan amonium tiosianat (NH4SCN) membentuk ferritiosianat [Fe(SCN)3] yang berwarna

Page 18: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

merah dan dapat dibaca pada spektrofotometer UV

berikut :

ROO RO + O

ROOH ROH + O

On + Fe 2+ Fe3+ + O

O + O O2

Fe3+ + NH4SCN

Warna merah dari pembentukan

mana menunjukan adanya senyawa radikal. Semakin tinggi intensitas warna yang terbentuk

maka semakin tinggi radikal yang terbentuk. Dengan pedoman ini maka efektifitas antioksidan

dapat diukur.

Pada metode tiosianat ini sampel di inkubasi (pada oven) pada suhu 40

berfungsi untuk mempercepat terbentuknya radikal, dan juga untuk menyesuaikan dengan suhu

tubuh yaitu 37o C dan dapat sesuai dengan kondisi yang ada pada tubuh manusia (Muzamilah,

2006).

Data absorbansi dari masing

Gambar 5.2. Histogram daya a

Berdasarkan data uji sifat fisik di atas, maka didapatkan persamaan SLD sebagai berikut:

Grafik Daya Antioksidan Losio Ekstrak Alpukat -

16,92

05

10152025303540

1

Per

sen

day

a an

tio

ksid

an

merah dan dapat dibaca pada spektrofotometer UV-Vis. Adapun reaksinya adalah sebagai

RO + O

ROH + On

+ O

[Fe(SCN)3] (warna merah)

Warna merah dari pembentukan kompleks warna Fe3+ dengan tiosianat pada sampel yang

mana menunjukan adanya senyawa radikal. Semakin tinggi intensitas warna yang terbentuk

maka semakin tinggi radikal yang terbentuk. Dengan pedoman ini maka efektifitas antioksidan

de tiosianat ini sampel di inkubasi (pada oven) pada suhu 40

berfungsi untuk mempercepat terbentuknya radikal, dan juga untuk menyesuaikan dengan suhu

C dan dapat sesuai dengan kondisi yang ada pada tubuh manusia (Muzamilah,

Data absorbansi dari masing-masing formula dapat ditunjukan pada gambar

Gambar 5.2. Histogram daya antioksidan losio biji alpukat- lidah buaya

Berdasarkan data uji sifat fisik di atas, maka didapatkan persamaan SLD sebagai berikut:

Grafik Daya Antioksidan Losio Ekstrak Alpukat - Lidah Buaya

16,92

11,288,34

0

1 2 3 4

Formula

Vis. Adapun reaksinya adalah sebagai

dengan tiosianat pada sampel yang

mana menunjukan adanya senyawa radikal. Semakin tinggi intensitas warna yang terbentuk

maka semakin tinggi radikal yang terbentuk. Dengan pedoman ini maka efektifitas antioksidan

de tiosianat ini sampel di inkubasi (pada oven) pada suhu 40o C yang mana

berfungsi untuk mempercepat terbentuknya radikal, dan juga untuk menyesuaikan dengan suhu

C dan dapat sesuai dengan kondisi yang ada pada tubuh manusia (Muzamilah,

dapat ditunjukan pada gambar 2.

lidah buaya

Berdasarkan data uji sifat fisik di atas, maka didapatkan persamaan SLD sebagai berikut:

Grafik Daya Antioksidan Losio Ekstrak Alpukat -

37,68

5

Page 19: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

Ydaya antioksidan = 16,92 (A) + 8,34 (B) – 55,92 (A) (B)

Dari persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa koefisien persamaan dari fraksi ekstrak

alpukat lebih tinggi daripada ekstrak lidah buaya. Hal ini berarti ekstrak alpukat lebih dominan

dalam meningkatkan daya antioksidan dibandingkan dengan ekstrak lidah buaya.

Uji SPF Sediaan

Dari uji SPF, kesemua formula hanya menunjukkan serapan di daerah panjang

gelombang 200 – 222 nm yang merupakan daerah serapan sinar UV C. Dari perhitungan,

didapatkan SPF Formula I sebesar 2,00, sedangkan Formula II sebesar 1,32 dan Formula III

sebesar 1,11.

Berdasarkan data uji sifat fisik di atas, maka didapatkan persamaan SLD sebagai berikut:

YSPF = 2 (A) + 1,11 (B) – 7,16 (A) (B)

Dari persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa koefisien persamaan dari fraksi ekstrak

alpukat lebih tinggi daripada ekstrak lidah buaya. Hal ini berarti ekstrak alpukat lebih dominan

dalam meningkatkan SPF dibandingkan dengan ekstrak lidah buaya.

Nilai SPF yang lebih kecil dibandingkan dengan 2 tergolong dalam efek perlindungan

yang sangat kecil, sehingga hanya Formula I yang mempunyai efek tabir surya. Namun efek

protektifnya terhadap sinar UVC tergolong minimal.

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Losio yang mengandung ekstrak alpukat tanpa ekstrak lidah buaya mempunyai sifat

fotoprotektif terhadap sinar UVC dengan kategori perlindungan yang minimal. Dilihat dari

karakteristik fisik, nilai SPF dan aktivitas antioksidan maka formula yang optimum adalah

formula losio yang mengandung ekstrak alpukat tanpa ekstrak lidah buaya.

Saran

Perlu dilakukan penyempurnaan terhadap formula losio yang memberikan karakteristik fisik

yang lebih baik.

Page 20: 15 Bahan Antibakteri, Radang, Analgetik

DAFTAR PUSTAKA Anonim, Making Natural Soap from Scratch, diakses dari

http://www.cranberrylane.com/soapmaking.htm pada tanggal 30 Oktober 2010 Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia ed III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III) ,

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal 139-140 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid

2, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal 265-266 Food and Drug Administration (FDA). 2003. Guidance for Industry Photosafety Testing,

Pharmacology Toxycology Coordinating Committee in the Centre for Drug Evaluation and Research (CDER) at the FDA.

Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons. S., and Williamson, E.M., 2010, Farmakognosi dan Fitoterapi, diterjemahkan oleh Winnie R. Syarief, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 305-306

Ismail, Z and Sidiqi, J., 2010, Developing Herbs for Cosmetics, Makalah dalam Seminar Nasional Kosmetika Alami dan Presentasi Hasil Penelitian, Yogyakarta, 12 Juni 2010

Petro, A. J. 1981. Correlation of Spectrophotometric Data With Sunscreen Protection Factors. International Journal. Cos. Sci.

Pramono, S., 2010, Khasanah dan Kekayaan Ramuan Tradisional Indonesia untuk Kecantikan, Makalah dalam Seminar Nasional Kosmetika Alami dan Presentasi Hasil Penelitian, Yogyakarta, 12 Juni 2010

Retief, L., McKenzie, J. M. and Koch, K. R., 2009, A Novel Approach to The Rapid Assignment of 13C NMR Spectra of Major Components of Vegetable Oils Such As Avocado, Mango Kernel and Macadamia Nut Oils, Magnetic Resonance in Chemistry Journal, 47: 771–781. doi: 10.1002/mrc.2463

Rowe RC, Paul JS dan Paul JW. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 4thedition. London: Chicago Pharmaceutical Press.

Soong, Y.Y and Barlow, P. J., Antioxidant activity and phenolic content of selected fruit seeds, Food Chemistry Journal, Volume 88, Issue 3, December 2004, Pages 411-417

Subakat, N., 2010, Teknologi Formulasi dan Pengembangan Produk Kosmetika, Makalah dalam Seminar Nasional Kosmetika Alami dan Presentasi Hasil Penelitian Yogyakarta, 12 Juni 2010