131444998-Analisis-Cr
Transcript of 131444998-Analisis-Cr
-
7/30/2019 131444998-Analisis-Cr
1/6
ANALISIS Cr(VI) MENGGUNAKAN DIPHENILCARBAZID
ANALISIS Cr(VI) MENGGUNAKAN DIPHENILCARBAZID SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN1. Memahami metode analisis kandungan Cr(VI) menggunakan diphenilcarbazid
2. Menentukan kandungan Cr(VI) dalam sempel perairan
II. PENDAHULUANKromium merupakan logam industri yang penting karena rerupakan polutan utama,
yang bersifat karsinogen, mutagenik, dan sangat beracun. Kromium memiliki dua bentuk
oksidatif dalam lingkungan perairan. Pertama adalah Cr(VI) yang diketahui sebagai bentuk
Cr yang sangat beracun, dan yang lain adalah Cr(III) yang sedikit pergerakannya, tidak
beracun, dan bahkan merupakan unsur yang esensial bagi manusia dan hewan (Liu et
al,2006).
Kromium dalam lingkungan umumnya berada dalam bentuk Cr(III) atau Cr(VI).
Cr(III) terdapat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak pada bebatuan dan tanah dalam
bentuk senyawa Cr2O3. Sedangkan Cr(VI) secara alami jarang terdapat di alam.
Kehadirannya dalam bentuk kromat (CrO42-) dan dikromat (Cr2O7
2-) dalam lingkungan
biasanya disebabkan oleh limbah maupun emisi dari kegiatan industry dan rumah tangga.
Cr(VI) banyak digunakan dalam industry logam seperti pembuatan logam Cr, aloi Cr, dan
pelapisan logam serta industry kimia sebagai agen pengoksidasi. Cr(III) terutama sebagai
garamnya umumnya digunakan dalam industry tekstil, industry penyamakan, industry
keramik dam gelas serta fotografi (Anonim, 2011).
Distribusi senyawa yang mengandung Cr(III) dan Cr(VI) tergantung pada potensial
redoks, pH, adanya senyawa oksidator atau reduktor, kinetika reaksi redoksnya, pembentukankompleks Cr(III) atau garam Cr(III) tak larut, dan konsentrasi kromium total (WHO, 1996).
Beberapa teknik analisis yang digunakan untuk menentukan kadar Cr terutama Cr(VI)
menggunakan spektrofotometri sinar tampak umumnya menggunakan reagen organik yang
dapat dioksidasi dan pembentukan ion asosiasi. Reagen yang paling umum digunakan untuk
menentukan kadar Cr(VI) secara spektofotometri sinar tampak yaitu 1,5 difenilkarbazida.
Akan tetapi gangguan dari Fe(III), No(VI), Cu(II), dan Hg(II) sangat mempengaruhi hasil
yang diperoleh dan hanya membentuk kompleks yang stabil selama 30 menit dengan adanya
buffer fosfat (Marchart, 1964).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
III. 1 AlatAlat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi timbangan analitik, labu ukur,
pipet ukur, pH meter, filler, spektrofotometer UV-Vis, spatula, dan pipet tetes
III. 2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi sempel air limbah, kalium dikromat, bubuk
1,5-diphenylcarbazid, H2SO4 pekat, aseton, dan aquades.
III. 3 Sekema Kerjaa. Pembuatan larutan induk Cr(VI) 100 ppm
Dilarutkan dalam labu takar 100 mL Ditambahkan aquades sampai tanda batas
b. Pembuatan larutan1,5-diphenylcarbazid 0.5%
Dilarutkan dalam labu takar 50 mL
-
7/30/2019 131444998-Analisis-Cr
2/6
Ditambahkan aseton sampai tanda batas
c. Penentuan panjang gelombang optimum pada pH 1.5
ilmasukkan dalam labu takar 25 mL
itambahkan H2SO4 p sampai pH 1.5
ikompleks dengan 1,5-Difenilkarbazida
Dikocok dan didiamkan 20 menit Diukur absorbansinya pada =520-570 nm Dibuat blanko
d. Penentuan waktu kesetabilan kompleks pada pH 1.5
ilmasukkan dalam labu takar 25 mL
itambahkan H2SO4 p sampai pH 1.5
ikompleks dengan 1,5-Difenilkarbazida
Dikocok
Diukur absorbansinya pada max Diukur setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit
e. Pembuatan kurva standar
ilmasukkan dalam labu takar 25 mL
itambahkan H2SO4 p sampai pH 1.5
ikompleks dengan 1,5-Difenilkarbazida
Dikocok Diukur absorbansinya pada max Dibuat grafik absorbansi vs konsentrasi Cr(VI)
f. Penentuan konsentrasi Cr(VI) dalam sempel
ilmasukkan dalam labu takar 25 mL (fp = 5 kali)
itambahkan aquades 15 mL
itambahkan H2SO4 p sampai pH 1.5
ikompleks dengan 1,5-Difenilkarbazida
iencerkan sampai tanda batas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Data Pengamatana. Panjang gelombang maksimum = 543 nm
b. Waktu kesetabilan komplekswaktu A
-
7/30/2019 131444998-Analisis-Cr
3/6
5 0.391
10 0.391
15 0.392
20 0.392
25 0.39230 0.392
35 0.392
40 0.393
45 0.392
50 0.391
55 0.391
60 0.392
c. Kurva standar
Konsentrasi(ppm)
A
0.1 0.204
0.2 0.251
0.3 0.292
0.4 0.328
0.5 0.386
d. Absorbansi sempel = 0.250
IV. 2 Perhitungan
IV. 3 PembahasanHal yang dilakukan pertama dalam percobaan ini adalah membuat larutan induk
Cr(VI) 100 ppm. Larutan induk di buat dengan melarutkan 0.0283 gram kristal kalium
dikromat dalam labu takar 100 mL kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas.
Kristal kalium dikromat akan terdisosiasi menjadi ion-ion kromat yang berwarna kuning.
Langkah selanjutnya membuat larutan 1,5-difenilkarbazida 0.5%. Larutan ini
berfungsi sebagai larutan pengkomplek dalam analisis Cr(VI). Larutan ini dibuat dengan
melarutkan 0.25 gram serbuk 1,5-difenilkarbazid dalam labu takar 50 mL kemudian
ditambahkan aseton sampai tanda batas sebagai pelarutnya.
Analisis Cr(VI) dalam percobaan kali ini menggunakan metode spektrofotometri sinar
tampak dengan reagen1,5-difenilkarbazida. Sebelum menganalisis kadar krom dalam sempel
terlebih dahulu menentukan panjang gelombang maksimum, waktu kesetabilan kompleks danpembuatan kurva standar. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan cara
membuat larutan Cr(VI) 0.5 ppm dalam labu takar 25 ml. larutan dibuat dengan memipet 125
L larutan induk Cr(VI) 100 ppm kemudian ditambahkan 1-2 tetes asam sulfat pekat sampai
diperoleh pH 1.5. penambahan asam sulfat ini berfungsi untuk mengubah ion-ion kromat
menjadi dikromat sesuai dengan reaksi berikut :
(Vogel, 1979).
Mardiana (1998), Pada pH lebih besar dari 6,5 kadar kromat (CrO42-) lebih dominan
sedangkan HCrO4-mendominasi pada rentang pH lebih kecil dari 6,5. Pembentukan dikromat
(Cr2O72-) berlangsung pada kondisi asam dengan adanya konsentrasi Cr(VI) yang
tinggi. Selain fungsi diatas penambahan asam sulfat juga berfungsi untuk memberikan
suasana asam pada larutan, hal ini karena reaksi pengkomplekskan Cr(VI) oleh 1,5-
-
7/30/2019 131444998-Analisis-Cr
4/6
difenilkarbazid berlangsung pada kondisi asam. Setelah diperoleh pH 1.5 larutan ditambah
dengan 0.5 mL larutan1,5-difenilkarbazid. Larutan ini berfungsi untuk mengomplek Cr(VI)
membentuk komplek berwarna ungu. Reaksi dikromat akan direduksi menjadi Cr(II) dan
kemudian terbentuk menjadi difenilkarbazon, hasil reaksi yang terjadi menghasilkan
kompleks dengan warna ungu. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Vogel, 1979):
Reaksi Kompleks Cr-Difenilkarbazida (Vogel, 1979).
Larutan yang di peroleh dikocok kemudian diukur diukur absorbansinya pada panjang
gelombag 520-570 dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis. Sebelum larutan mulai
diukur absorbansinya, terlebih dahulu digunakan larutan blanko agar absorbansi mulai dari
nilai 0. Larutan blanko ini harus memiliki nilai absorbansi 0, hal ini berarti larutan blanko
tidak menyerap radiasi dari sinar tampak atau memiliki transmitansi 100%. Larutan blanko
dibuat dengan cara yang sama tanpa penambahan Cr(VI). Berdasarkan hasil pengukuran,
didapatkan bahwa panjang gelombang maksimum dari senyawa kompleks Cr-difenilkarbazon
adalah 543 nm (A = 0,391). Panjang gelombang maksimum yang diperoleh tidak berbeda
jauh dengan Vogel (1979) yang menyatakan bahwa panjang gelombang senyawa kompleks
Cr-difenilkarbazon adalah 540 nm. Panjang gelombang ini juga menunjukan bahwa
kompleks Cr-difenilkarbazon menyerap pada daerah warna hijau dari spektrum sinar tampak
yang mana warna hijau ini merupakan warna komplementer dari warna ungu larutan
(Effendy, 2006).
Penentuan waktu kesetabilan kompleks dilakukan dengan mengukur absorbansi
larutan Cr(VI) yang telah dikompleks dengan 1,5-difenilkarbazid pada panjang gelombang
543 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum setiap selang waktu 5 menit selama
60 menit. Penentuan stabilitas kompleks Cr(VI) bertujuan untuk mengetahui kestabilan
Cr(VI) dalam bereaksi dengan difenilkarbazida dalam rentang waktu 0-60 menit.Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa penentuan stabilitas kompleks Cr(VI) terhadap
waktu reaksi dengan difenilkarbazida dapat dilihat pada gambar berikut:
-
7/30/2019 131444998-Analisis-Cr
5/6
Gambar tersebut menunjukkan bahwa kestabilan ion Cr2O72-
dalam bereaksi dengan
difenilkarbazida dalam rentang waktu 0-60 menit relatif stabil. Kestabilan tersebut dapat
dilihat dari nilai absorbansi yang dihasilkan perubahannya tidak terlalu jauh yaitu antara0.391-0.393.
Pembuatan kurva standar dilakukan dengan cara membuat seri larutan standar Cr(VI)
0.1; 0.2; 0.3; 0.4; 0.5 ppm yang diasamkan menggunakan H2SO4 pekat sampai pH 1.5
kemudian dikomplekskan dengan 0.5 mL larutan 1,5-difenilkarbazida 0.5% dalam labu takar
25 mL. larutan kemudian diukur pada panjang gelombang 543 nm. Hasil pengukuran yang
diperoleh dibuat kurva kalibrasi sebagai berikut :
Berdasarkan kurva kalibrasi tersebut diperoleh persamaan garis yaitu y = 0.441x + 0.1599
dengan nilai R= 0.997.
Setelah pembuatan kurva kalibrasi kemudian dilakukan pengukuran absorbansi
sampel. Nilai absorbansi yang diperoleh sebesar 0.250. Nilai absorbansi yang diperolehdisubtitusikan pada persamaan garis dari kurva kalibrasi yang mengacu pada hokum
Lambert-Beer. Konsentrasi sampel Cr yang diperoleh sebesar 0.204 ppm. Karena sempel
diencerkan dengan factor pengenceran 5 kali maka diperoleh konsentrasi Cr(VI) dalam
sempel sebesar 1.02 ppm.
V. KESIMPULAN1. Analisis kandungan Cr(VI) menggunakan diphenilcarbazid akan menghasilkan kompleks Cr-
diphenilcarbazid berwarna ungu yang kemudian dapat diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis
2. kandungan Cr(VI) dalam sempel sebesar 1.02 ppm
-
7/30/2019 131444998-Analisis-Cr
6/6
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2011, Metode Spesiasi dan Analisis Kuantitatif Kromium, [online] diunduh dari
:http://repository.usu.ac.id[diakses pada 25 februari 2013].Effendy, 2006, Teori VSEPR Kepolaran dan Gaya Antar Molekul, Malang Jawa Timur: Bayumedia.
Liu Y, Deng L, Chen Y, Wu F, and Deng N., 2006, Simultaneous photocatalytic reduction of Cr(VI)
and oxidation of bisphenol A induced by Fe(III)-OH complexes in water, Journal Of
Hazardous Materials 139:399-402.
Marchart, H., 1964, Uber die Reaktion von Crommit Diphenylcarbazid and diphenylcarbazon, Anal.
Chim, Acta 30, 11-17.
Mardiana, D. Ismuyanto dan T. Setianingsih, 1998,Kajian Mekanisme dan Kinetika reaksi reduksi
Limbah di Lingkungan Industri Elektroplating, Malang: Universitas Brawijaya.
WHO (World Health Organization), 1996, Guidelines for Drinking-Water Quality, 2nd edn, vol.
2,Health Criteria and Supporting Information, WHO, Geneva.
http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/