12_227Laporan Kasus-Impetigo Vesikobulosa Pada Bayi

3
280 LAPORAN KASUS CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015 ABSTRAK Impetigo vesikobulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang mengenai epidermis superfisial, disebabkan oleh Staphylococcus aureus, dan bersifat sangat menular. Dilaporkan kasus seorang bayi perempuan 10 bulan dengan keluhan kelainan kulit berupa lepuh, koreng dan terkelupas di daerah punggung. Pada regio punggung ditemukan beberapa lesi diskret berukuran kira-kira numular dengan batas tegas, sebagian besar kering. Terdapat bula hipopion, krusta medikamentosa, krusta serosa, plak eritema dengan skuama kolaret, dan erosi. Gambaran tersebut mengarah pada impetigo vesikobulosa. Pasien diterapi dengan kompres terbuka, antibiotik oral, dan antibiotik topikal. Kata kunci: ABSTRACT Vesicobulous impetigo is an acute pyogenic skin infection of the superficial layers of epidermis, caused by Staphylococcus aureus, and highly contagious. This is a report of a 10-month old infant with crust and vesicles on her back. Physical examination in region of the back revealed some discrete, numular, circumscript, mostly dry lesions. There are hypopion bullae, serous crust, erythematous plaque with collarette scaling, and erosion. Those findings confirmed the diagnosis of vesicobulous impetigo. Patient treated with open wound dressing, oral and topical antibiotics. Ervinaria Uly Imaligy. Vesicobullous Impetigo in an Infant: Case report Keywords: Impetigo Vesikobulosa pada Bayi Ervinaria Uly Imaligy Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha, Bandung, Jawa Barat, Indonesia Alamat korespondensi email: [email protected] TINJAUAN PUSTAKA Definisi Impetigo vesikobulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang mengenai epidermis superfisial, bersifat sangat menular. Impetigo sering menyerang anak- anak terutama di tempat beriklim panas dan lembap. Ditandai oleh lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. 1,2,4,5 Epidemiologi Impetigo dapat terjadi pada semua ras. Lebih sering dijumpai pada laki-laki, dan pada usia 2 sampai 5 tahun. Impetigo bulosa paling sering dijumpai pada neonatus dan bayi, 90% kasus anak di bawah 2 tahun. 2,4,5 Etiologi Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus, paling sering tipe 71. Strain ini memiliki toksin yang dapat menyebabkan Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS). 2 Faktor predisposisi antara lain higiene buruk, malnutrisi, lingkungan kotor dan musim panas dengan banyak debu, serta kerusakan epidermis. 1 Patofisiologi Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh eksotoksin Staphylococcus aureus yang masuk melalui kulit terluka menyebabkan lepasnya adhesi dermis superfisial yang menimbulkan lepuh dan menyebabkan ter- kelupasnya kulit dengan membelahnya sel granular epidermis. 2 Gambaran Klinis Pada bayi, impetigo vesikobulosa sering ditemukan di daerah selangkangan, ekstre- mitas, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian. 2 Kelainan kulit diawali dengan makula eritematosa yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula hipopion. 3 Impetigo bulosa berisi cairan jernih ke- kuningan berisi bakteri S.aureus dengan halo eritematosa. Bula bersifat superfisial di lapisan epidermis, mudah pecah karena Gambar 1. Tampak vesikel dan bula hipopion berisi cairan kekuningan yang disebabkan Staphylococcus aureus Gambar 2. Tampak erosi eritematosa ukuran plakat berbatas tegas

description

j

Transcript of 12_227Laporan Kasus-Impetigo Vesikobulosa Pada Bayi

Page 1: 12_227Laporan Kasus-Impetigo Vesikobulosa Pada Bayi

280

LAPORAN KASUS

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015

ABSTRAKImpetigo vesikobulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang mengenai epidermis superfi sial, disebabkan oleh Staphylococcus aureus, dan bersifat sangat menular. Dilaporkan kasus seorang bayi perempuan 10 bulan dengan keluhan kelainan kulit berupa lepuh, koreng dan terkelupas di daerah punggung. Pada regio punggung ditemukan beberapa lesi diskret berukuran kira-kira numular dengan batas tegas, sebagian besar kering. Terdapat bula hipopion, krusta medikamentosa, krusta serosa, plak eritema dengan skuama kolaret, dan erosi. Gambaran tersebut mengarah pada impetigo vesikobulosa. Pasien diterapi dengan kompres terbuka, antibiotik oral, dan antibiotik topikal.

Kata kunci:

ABSTRACTVesicobulous impetigo is an acute pyogenic skin infection of the superfi cial layers of epidermis, caused by Staphylococcus aureus, and highly contagious. This is a report of a 10-month old infant with crust and vesicles on her back. Physical examination in region of the back revealed some discrete, numular, circumscript, mostly dry lesions. There are hypopion bullae, serous crust, erythematous plaque with collarette scaling, and erosion. Those fi ndings confi rmed the diagnosis of vesicobulous impetigo. Patient treated with open wound dressing, oral and topical antibiotics. Ervinaria Uly Imaligy. Vesicobullous Impetigo in an Infant: Case report

Keywords:

Impetigo Vesikobulosa pada BayiErvinaria Uly Imaligy

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Alamat korespondensi email: [email protected]

TINJAUAN PUSTAKADefi nisiImpetigo vesikobulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang mengenai epidermis superfisial, bersifat sangat menular. Impetigo sering menyerang anak-anak terutama di tempat beriklim panas dan lembap. Ditandai oleh lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.1,2,4,5

EpidemiologiImpetigo dapat terjadi pada semua ras. Lebih sering dijumpai pada laki-laki, dan pada usia 2 sampai 5 tahun. Impetigo bulosa paling sering dijumpai pada neonatus dan bayi, 90% kasus anak di bawah 2 tahun.2,4,5

EtiologiImpetigo vesikobulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus, paling sering tipe 71. Strain ini memiliki toksin yang dapat menyebabkan Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS).2

Faktor predisposisi antara lain higiene buruk, malnutrisi, lingkungan kotor dan musim panas dengan banyak debu, serta kerusakan epidermis.1

Patofi siologiImpetigo vesikobulosa disebabkan oleh eksotoksin Staphylococcus aureus yang masuk melalui kulit terluka menyebabkan lepasnya adhesi dermis superfi sial yang menimbulkan lepuh dan menyebabkan ter-kelupasnya kulit dengan membelahnya sel granular epidermis.2

Gambaran KlinisPada bayi, impetigo vesikobulosa sering ditemukan di daerah selangkangan, ekstre-mitas, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian.2 Kelainan kulit diawali dengan makula eritematosa yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula hipopion.3

Impetigo bulosa berisi cairan jernih ke-kuningan berisi bakteri S.aureus dengan halo eritematosa. Bula bersifat superfisial di lapisan epidermis, mudah pecah karena

Gambar 1. Tampak vesikel dan bula hipopion berisi cairan

kekuningan yang disebabkan Staphylococcus aureus

Gambar 2. Tampak erosi eritematosa ukuran plakat

berbatas tegas

Page 2: 12_227Laporan Kasus-Impetigo Vesikobulosa Pada Bayi

281

LAPORAN KASUS

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015

letaknya subkorneal, meninggalkan skuama anular dengan bagian tengah eritema (koleret), dan cepat mengering. Lesi dapat melebar membentuk gambaran polisiklik.3,4,5 Sering kali bula sudah pecah saat berobat, sehingga yang tampak ialah lesi koleret dengan dasar eritematosa. Pasien berusia di bawah 1 tahun atau bayi, akan tampak rewel karena rasa nyeri di kulit membuat pasien merasa tidak nyaman. Keadaan umum biasanya baik.2,3,4

Diagnosis BandingJika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema, akan tampak mirip dermatofi tosis. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan riwayat adanya lepuh, yang mengarah pada diagnosis impetigo bulosa. Impetigo vesikubulosa juga ter-kadang mirip dengan pemfi gus vulgaris. Etiologi pemfi gus ialah autoimun, sehingga tidak ditemukan kuman pada pemeriksaan gram. Penyakit ini juga mirip varisela; akan tetapi pada stadium awal varisela terdapat gejala demam tinggi sebelum muncul vesikel, dan bila vesikel pecah tidak me-nimbul kan koleret seperti pada impetigo bulosa.1-4

Pemeriksaan Penunjang1. Pewarnaan Gram: adanya bakteri S. aureus, tampak kuman coccus berkelompok seperti anggur2. Kultur Cairan: adanya Staphylococcus beta hemolyticus grup A3. Histopatologi: vesikel formasi sub-korneum atau stratum granulosum, sel akantolisis, edema papila dermis, serta infi ltrat limfosit dan neutrofi l di sekitar pem-buluh darah pada pleksus superfi sial.2,3,4

TatalaksanaNon-medikamentosa:1-4

1. Menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh2. Menghindari faktor predisposisi3. Memperkuat daya tahan tubuh

Medikamentosa:1-4

1. Topikal: mupirocin krim 2%, asam fusidat krim 2%, atau tetrasiklin krim atau salep, kompres NaCl 0,9%2. Oral: eritromisin 2 x 500 mg pada dewasa, pada anak 40 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis; atau amoksisilin-klavulanat 3 x 500 mg pada dewasa, pada anak 25 mg/KgBB/hari dibagi

3 dosis; atau cephalexin 2 x 500 mg pada dewasa, pada anak 25 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis

PrognosisImpetigo vesikobulosa bukan penyakit yang mengancam nyawa jika faktor risiko di-hindari dan segera diobati. Jika ada faktor risiko seperti higiene atau daya tahan tubuh rendah, angka kekambuhan cukup tinggi. Prognosis umumnya baik.2,4

KASUSImpetigo vesikobulosa merupakan salah satu pioderma yang paling sering dite-mukan di masyarakat pada anak di bawah 2 tahun, pembahasan kasus ini untuk membantu diagnosis dan tatalaksana pada pasien impetigo di bawah 2 tahun.

Bayi perempuan usia 10 bulan, suku Melayu, tinggal di Bandung dibawa oleh ibunya dengan keluhan kelainan kulit berupa lepuh, koreng, juga kulit terkelupas di daerah punggung.

Satu minggu sebelumnya, pasien pergi ke luar kota. Pasien dimandikan menggunakan air PAM yang ada di desa itu. Menurut ibu pasien, air tersebut membuat tanaman layu jika digunakan untuk menyirami. Satu hari kemudian muncul banyak lepuh seukuran jarum pentul berisi cairan di bagian punggung pasien. Kira-kira tiga hari berikutnya lepuh membesar menjadi seukuran jagung. Lalu lepuh pecah dengan sendirinya. Tidak ada demam. Pasien pergi ke dokter, diberi sirup amoksisilin, salep nistatin, salep betametason, dan salep mometason furoat. Ibu pasien juga memberikan obat salep tradisional Cina yang tidak diketahui namanya. Akan tetapi keluhan memburuk, timbul koreng-koreng kehitaman. Riwayat menggaruk badan, riwayat luka kulit, dan riwayat digigit nyamuk disangkal. Pem be saran di daerah leher, ketiak, dan selangkang an juga disangkal.

Saat ini kulit pasien tampak merah, bersisik, mengelupas di tepi, mengering, dan timbul koreng hitam. Pasien juga tampak rewel karena penyakitnya.

Pasien lahir cukup bulan di usia kehamilan ibu 40 minggu, persalinan spontan, posisi kepala, langsung menangis dengan berat

lahir 3,4 kg, panjang 50 cm, dan belum pernah menderita penyakit serupa. Kakak pasien berusia 4 tahun menderita gatal-gatal setelah mandi tetapi tidak keluar lepuh.

PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKesadaran compos mentis, tampak sakit ringan, afebris, berat badan: 8 kg, panjang badan: 74 cm. Gizi baik, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening. Peme-riksaan fi sik dalam batas normal.

Status DermatologisPada regio punggung terdapat beberapa lesi diskret berukuran kira-kira numular dengan batas tegas, sebagian besar kering. Terdapat bula hipopion, krusta medikamentosa, krusta serosa, plak eritema dengan skuama kolaret, dan erosi (gambar 3).

PEMERIKSAAN PENUNJANGPewarnaan Gram: Ditemukan kuman coccus berkelompok seperti anggur

DIAGNOSIS KERJAImpetigo vesikobulosa

DIAGNOSIS BANDINGImpetigo vesikobulosa + Impetigo krustosa

TATALAKSANANonmedikamentosa1. Menjaga higiene tubuh dengan baik, seperti mengganti baju tiap berkeringat dan mandi dengan air bersih2. Memperkuat daya tahan tubuh, seperti mengonsumsi buah-buahan, multivitamin, dan beristirahat cukup3. Menjaga agar kulit pasien tidak terluka

Gambar 3. Lesi kulit

Page 3: 12_227Laporan Kasus-Impetigo Vesikobulosa Pada Bayi

282

LAPORAN KASUS

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015

agar terhindar dari infeksi sekunder pada kulit pasien

Medikamentosa1. Amoksisilin-klavulanat tetes 3 x 66 mg2. Kompres NaCl 0,9% setiap 10 menit 3. Asam fusidat krim 2% 2 kali sehari se-telah lesi kering

PROGNOSISQuo ad vitam: bonam; quo ad functionam: bonam; quo ad sanationam: dubia ad bonam.

PEMBAHASAN KASUSPasien bayi perempuan RM berusia 10 bulan didiagnosis impetigo vesikobulosa berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fi sik, dan pemeriksaan penunjang. Impetigo bulosa paling sering dijumpai pada neo-natus dan bayi, dapat mengenai laki-laki ataupun perempuan; 90% kasus ialah anak di bawah 2 tahun. Di kulit bagian punggung didapatkan beberapa lesi diskret berukuran kira-kira numular dengan batas tegas, se-bagian besar kering. Terdapat bula hipopion, krusta medikamentosa, krusta serosa, plak eritema dengan skuama kolaret, dan erosi. Tidak ada demam. Riwayat menggaruk

badan disangkal.

Pemeriksaan penunjang pewarnaan gram menunjukkan adanya kuman coccus yang berkelompok seperti anggur.

Diagnosis diferensial kasus ini ialah impetigo vesikobulosa disertai impetigo krustosa. Pada pasien ini terdapat lesi kulit berupa krusta medikamentosa, yaitu krusta akibat pemberian obat topikal, sedangkan pada impetigo krustosa, krusta tebal berwarna kuning disebabkan oleh pecahnya vesikel di kulit.

Pasien diberi kompres NaCl 0,9% terbuka dan asam fusidat sebagai antiseptik topikal setelah lesi kering. Pengobatan sistemik berupa amoksisilin-klavulanat 25 mg/kg/hari dibagi 3 dosis karena waktu paruh obat ini berkisar 8 jam, obat ini diberikan karena dapat membunuh bakteri gram positif. Orangtua pasien juga diedukasi untuk menjaga higiene pasien dengan baik, seperti mengganti baju tiap berkeringat dan mandi dengan air bersih.

Prognosis pasien ini, ad vitam baik karena penyakit ini tidak mengancam nyawa, ad

sanationam dubia ad bonam karena penyakit ini dapat kambuh bila keadaan kesehatan menurun, higiene buruk, atau adanya luka yang merusak epidermis. Ad functionam pasien ini adalah bonam karena fungsi kulit pasien tidak terganggu saat remisi.

SIMPULAN Impetigo vesikobulosa merupakan pioderma yang kerap dijumpai pada anak di bawah usia 2 tahun. Telah dilaporkan satu kasus impetigo vesikobulosa pada seorang bayi perempuan. Faktor predisposisi berperan penting dalam patogenesis infeksi tersebut, pada pasien ini ialah higiene buruk dan kemungkinan ada bagian kulit yang tidak intak. Ciri – ciri lesi sesuai dengan impetigo vesikobulosa, yaitu bula hipopion, krusta medika mentosa, krusta serosa, plak eritema dengan skuama kolaret, dan erosi. Pasien di beri obat topikal kompres NaCl, asam fusidat krim, serta pengobatan sistemik dengan amoksisilin-klavulanat. Ibu pasien juga diedukasi untuk menjaga kebersihan, memperkuat daya tahan tubuh, dan men-cegah luka kulit agar terhindar dari infeksi sekunder. Dengan prinsip tersebut penyakit impetigo vesikobulosa dapat diobati dan di-jaga agar tidak kambuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011.p.57-63.

2. Lewis LS. Impetigo [Internet]. 2014 Sept 10. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview#a0156.

3. Harahap M. Infeksi bakteri kulit stafi lokok dan streptokok. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. pp. 46-9.

4. Craft N. Superfi cial Cutaneous Infection and Pyodermas. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leff ell DJ, et al (eds). FitzPatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed..

USA: McGraw Hill Co; 2007.pp.1694-8.

5. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology. 7th ed. USA: McGraw Hill Co. pp.525-29.