1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

70
BAB I PENDAHULUAN Dalam Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan disebutkan bahwa Sistem Informasi Kesehatan perlu dimantapkan dan dikembangkan untuk menunjang pelaksanaan manajemen dan pengembangan upaya kesehatan. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan mulai dari tingkat pusat sampai ke Kabupaten/Kota, untuk itu ditetapkan visi pembangunan kesehatan Indonesia adalah “Indonesia Sehat 2010” Di era desentralisasi atau otonomi daerah, kualitas Sistem Informasi Kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten /Kota, termasuk didalamnya produk informasi kesehatan yaitu Profil Kesehatan. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan di Propinsi, yang berisikan gambaran situasi kesehatan di wilayah Propinsi Jawa Timur yang diterbitkan satu tahun sekali didalamnya memuat berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung yang lain yang berhubungan dengan program Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006 1

Transcript of 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Page 1: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan disebutkan bahwa Sistem

Informasi Kesehatan perlu dimantapkan dan dikembangkan untuk menunjang

pelaksanaan manajemen dan pengembangan upaya kesehatan.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka tersebut, pembangunan

kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan mulai dari tingkat pusat

sampai ke Kabupaten/Kota, untuk itu ditetapkan visi pembangunan kesehatan Indonesia

adalah “Indonesia Sehat 2010”

Di era desentralisasi atau otonomi daerah, kualitas Sistem Informasi

Kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten

/Kota, termasuk didalamnya produk informasi kesehatan yaitu Profil Kesehatan.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu produk Sistem

Informasi Kesehatan di Propinsi, yang berisikan gambaran situasi kesehatan di wilayah

Propinsi Jawa Timur yang diterbitkan satu tahun sekali didalamnya memuat berbagai

data tentang kesehatan dan data pendukung yang lain yang berhubungan dengan program

kesehatan, adapun dasar acuan pembuatan Profil Kesehatan adalah Indikator Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dan Indikator Indonesia Sehat (IIS)

.Pembuatan Profil Kesehatan Propinsi, dimaksudkan untuk menyediakan data

dan informasi kesehatan dari cakupan pelaksanakan program kesehatan yang lengkap,

akurat dan up to date sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan

kegiatan atau program serta sebagai acuan kegiatan monitoring, pengendalian dan

evaluasi dari berbagai program.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya buku Profil Kesehatan

Propinsi adalah sebagai wahana penilaian (evaluasi) dari program maupun permasalahan

kesehatan yang ada juga sarana evaluasi keberhasilan program kesehatan secara

menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian, monitoring dan evaluasi program

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

1

Page 2: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

kesehatan masyarakat, diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi

stake holder.

Dengan kedudukan yang cukup strategis, maka penyusunan Profil Kesehatan

perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat didalamnya dan

diharapkan agar data dan informasi yang terkandung didalamnya konsisten, valid, reliabel

dan dapat dipertanggung jawabkan.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

2

Page 3: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

BAB II

VISI, MISI, MOTO DAN NILAI

A. VISI

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara

pembangunan kesehatan mempunyai visi :

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebagai Penggerak Pembangunan Kesehatan

dalam mewujudkan upaya kesehatan dengan aksesibilitas dan kualitas tinggi

Melalui :

1. Peningkatan Pelayanan kesehatan yang berkualitas, dengan indikator kinerja

Puskesmas, akreditasi RS.

2. Penyediaan Tenaga Kesehatan, dengan indikator penempatan bidan didesa

3. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, dengan indikator standar

puskesmas, standar Rumah Sakit

4. Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat, indikator Posyandu Purnama Mandiri

Pembangunan kesehatan diselenggarakan berlandaskan pada dasar-dasar

pembangunan kesehatan, yaitu : perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemadirian, adil

dan merata, serta pengutamaan dan manfaat Pembangunan Kesehatan tersebut

diselenggarakan untuk mencapai Visi Jawa Timur Sehat.

Visi tersebut dimaksudkan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur mampu mendorong

pembangunan berwawasan kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam mewujudkan

lingkungan hidup dan berperilaku sehat serta mampu menggerakan semua potensi yang

ada untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan bermutu bagi semua orang,

guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan hak

asasi manusia dibidang kesehatan.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

3

Page 4: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

B. MISI

Berdasarkan Visi Dinas Kesehatan Propinsi sebagai penggerak Jawa Timur

sehat, maka penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Jawa Timur didasarkan pada

Misi :

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta

berkesinambungan, khususnya bagi masyarakat miskin

2. Mendorong pemberdayaan masyarakat untuk terciptanya perilaku hidup bersih dan

sehat

3. Meningkatkan pencegahan, pengamatan, pengendalian penyakit dan lingkungan sehat

4. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan yang

memenuhi standar mutu

5. Meningkatkan pemerataan dan mutu tenaga kesehatan

6. Mendorong keluarga sehat dan sadar gizi

C. MOTO

Sehat itu adalah hak asasi, gaya hidup dan investasi, artinya bahwa sehat

merupakan hak setiap orang sehingga setiap orang bisa mendapatkan pelayanan

kesehatan. Sehat harus diupayakan setiap hari dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-

hari. Setiap orang harus menjaga kesehatannya agar dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya yang lain.

D. NILAI

a. Pengabdian

b. Keunggulan

c. Profesionalisme

d. Etos kerja tinggi

e. Kemitraan

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

4

Page 5: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

BAB III

GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA TIMUR

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu Propinsi yang terletak di Pulau

Jawa, dengan posisi berada pada 111,0’ hingga 114,4’ Bujur Timur dan 7,12’ hingga

8,48’ Lintang Selatan. Batas daerah disebelah utara berbatasan dengan Pulau Kalimantan

Selatan , disebelah Timur berbatasan dengan Pulau Bali, sebelah selatan dengan perairan

terbuka yaitu Samudra Indonesia dan disebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa

Tengah.

Secara umum wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian besar,

yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura, dimana luas wilayah Jawa Timur

daratan hampir mencakup 90 persen dari seluruh wilayah Propinsi Jawa Timur,

sedangkan luas Kepulauan Madura hanya sekitar 10 persen.

B. WILAYAH ADMINISTRASI

Luas wilayah Propinsi Jawa Timur mencapai 46.428,57 km, berupa daratan

dan luas lautan 110.000 km dengan jumlah pulau 74 buah, yang habis terbagi menjadi 38

Kabupaten/Kota dengan 29 Kabupaten dan 9 Kota. Terdapat 5 daerah dengan wilayah

terluas, yaitu Kabupaten Banyuwangi, Malang, Jember, Sumenep dan Kabupaten Tuban.

Propinsi Jawa Timur terdiri dari 657 Kecamatan dan 8.486 Desa/Kelurahan.

C. KEPENDUDUKAN

Data kependudukan sangat penting dan mempunyai arti yang sangat strategis

dalam pembangunan pada umumnya dan bidang kesehatan pada khususnya, hampir

semua kegiatan pembangunan kesehatan obyek sasarannya adalah masyarakat atau

penduduk. Jumlah penduduk dari hasil proyeksi penduduk berdasarkan P4B yaitu

sebesar 37.071.731 jiwa dengan pertumbuhan sebesar 2,39 persen, dengan kepadatan

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

5

Page 6: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

penduduk sebesar 798 jiwa setiap 1 km, dengan rasio rata-rata jiwa/kk adalah 4 jiwa,

kepadatan penduduk di kota umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan

penduduk di kabupaten.

D. PEREKONOMIAN

Dana pembangunan daerah dilingkungan Badan Pemberdayaan Masyarakat

Propinsi Jawa Timur yang bersumber dari APBD Propinsi pada tahun 2005 mencapai

Rp. 77.992,03 Milyar, yang terbagi menjadi dua jenis pengeluaran yaitu belanja aparatur

dan belanja publik.

Program Gerdu Taskin mencapai 70,36 persen dari total pengeluaran belanja

publik, kemudian disusul oleh program pengembangan ekonomi wilayah desa potensial

berbasis cluster (8,99 %) dan program gerdu taskin kerja sama dengan PT/LSM (4,26 %).

Untuk belanja aparatur mencapai 7,38 %, sedangkan untuk belanja publik mencapai

92,62 % dari total APBD Propinsi Jawa Timur tahun 2005.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2005 terutama didukung oleh

pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mampu tumbuh sebesar

9,15 %, sektor industri 4,61 %, sedangkan sektor pertanian tumbuh sebesar 3,16 %. Dari

PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi

Jawa Timur selama tiga tahun terakhir masing-masing 4,48 % (tahun 2003), 5,83 %

(tahun 2004) dan 5,84 % (tahun 2005) (Sumber : Jawa Timur Dalam Angka 2006).

Untuk penggalian dana sektor kesehatan diperoleh dari sumber dana APBD,

APBN atau sumber lain. Dana yang bersumber dari APBD Propinsi tahun 2006 untuk

kesehatan sebesar Rp. 170.332.933.000 (6,96 % dari total APBD Propinsi tahun 2006

Rp. 2.448.712.621.974). Untuk dana APBN sebesar Rp. 412.858.622.000, sedangkan

dana total APBD tahun 2006 di 38 Kabupaten/Kota kurang lebih Rp. 250.000.000.000

(Sumber : SKP Jawa Timur 2007).

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

6

Page 7: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

BAB IV

PENCAPAIAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN

A. DERAJAT KESEHATAN

Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1992.

Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari

indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, angka kesakitan serta

status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan

(fasility based) dan dari masyarakat (community based).

Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian

kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu kewaktu. Disamping itu kejadian

kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya

dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui

survei, karena sebagaian besar kematian terjadi dirumah, sedangkan data kematian pada

fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian

Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber yaitu Sensus Penduduk,

Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih

merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat.

Propinsi Jawa Timur Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2004 sebesar

39,60 per 1000 kelahiran hidup dan turun menjadi 36,65 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2005, sedangkan pada tahun 2006 turun lagi menjadi 34 per 1000 kelahiran

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

7

Page 8: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

hidup(BPS). Secara Nasional pada tahun 2010 akan diproyeksikan menjadi 25,7 per 1000

kelahiran hidup (Sumber : Rencana Pembangunan Kesehatan Tahun 2005-2009)

Selama tahun 2006 dilaporkan terjadi 640.271 kelahiran. Dari seluruh

kelahiran, tercatat 2.939 kasus lahir mati dan kasus kematian bayi sebesar 3.506 (Tabel

IIS 5). AKB sangat penting, karena tingginya AKB menunjukan rendahnya kualitas

perawatan selama masa kehamilan, saat persalinan dan masa nifas, status gizi dan

penyakit infeksi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk

menemukan faktor yang paling dominan. Salah satu penyebab mengapa Angka Kematian

Bayi di Jawa Timur masih cukup tinggi karena sebagian besar masyarakat enggan

membawa bayinya yang masih berumur dibawah 1 (satu) bulan kefasilitas kesehatan

untuk pemeriksaan kesehatannya.

Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan

dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan

tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang

sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu

terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan

kesehatan masyarakat.

2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) diperoleh berbagai survei yang dilakukan

secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian

AKI menjadi lebih luas dibanding survei sebelumnya.

Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi bahkan tertinggi diantara

negara tetangga. AKI dilaporkan telah menurun dari 408 pada tahun 1990, menjadi 304

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 dan menurun lagi menjadi 262 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2005. Penyebab kematian ibu disarana pelayanan kesehatan,

pada umumnya disebabkan karena 3 T (terlambat mengambil keputusan, terlambat

mendapatkan transportasi dan terlambat penanganan disarana pelayanan kesehatan).

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

8

Page 9: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Berdasarkan hasil Sensus tahun 2000, Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) di

Jawa Timur sebesar 168 per 100.000 kelahiran hidup, masih cukup tinggi dibandingkan

dengan AKI secara nasional maupun dengan target yang akan dicapai pada tahun 2010.

Di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2006 terdapat 690.282 jumlah ibu hamil,

dari sejumlah kelahiran, tercatat 354 kasus kematian ibu maternal, yang terjadi pada saat

kehamilan 65 orang, kematian pada saat persalinan 221 orang dan kematian ibu nifas 68

orang .(Tabel IIS 6).

Menurut LB.3 KIA tahun 2006 penyebab terbesar kematian ibu berturut-turut

adalah perdarahan 34,62 % diikuti keracunan kehamilan (Pre eklamsi) 14,01 %, infeksi

3,02 % dan penyebab yang lainnya 40,11 %, bila dilihat dari hasil laporan tersebut, perlu

dicermati bahwa masyarakat masih belum memahami secara benar penanganan ibu

hamil, masyarakat masih menganggap perdarahan yang dialami bumil merupakan suatu

hal yang biasa, keadaan ini berdampak pada keterlambatan merujuk ke fasilitas kesehatan

terdekat serta persiapan rujukan yang dilakukan oleh keluarga serta penanganan

perdarahan di fasilitas kesehatan perlu dilakukan secara adequat sehingga kesiapan

peralatan yang memadai serta ketrampilan petugas merupakan sesuatu yang wajib ada di

fasilitas pelayanan kesehatan.

Kasus kematian maternal yang terjadi selama 3 tahun berturut-turut dari tahun

2004 sampai dengan tahun 2006, dapat dilihat pada diagram berikut .

Jumlah Ibu Mati di Prop. Jawa Timur, 2004-2006

354

446446

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2004 2005 2006

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

9

Page 10: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Dari diagram tersebut, terlihat terjadi penurunan kematian pada ibu maternal

diwilayah Propinsi Jawa Timur. Penurunan tersebut tidak lepas dari upaya-upaya yang

telah dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB antara lain melalui peningkatan

cakupan, mutu pelayanan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dilakukan

melalui pelatihan tenaga, serta pemenuhan sarana dan sarana, peningkatan kerjasama

lintas sektor dan lintas program serta peningkatan pemberdayaan masyarakat, dimana

salah satu upaya pemberdayaan yang saat ini dilakukan adalah program desa siaga dan

yang tidak kalah penting adalah dukungan dana yang dikucurkan kepada Kabupaten/

Kota untuk menurunkan AKI dan AKB.

Banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya kematian ibu dan bayi seperti

tingkat ekonomi dan pendidikan ibu yang rendah, sarana transportasi yang kurang

memadai, sehingga penanganan terhadap kasus kematian bayi dan ibu sangat

komperhensif yang melibatkan lintas sektor, perlu adanya evaluasi terhadap upaya yang

telah dilakukan untuk keberhasilan program tersebut.

3. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)

Salah satu pilar penting dari IPM adalah kesehatan yang diukur dengan umur

harapan hidup. Umur harapan hidup waktu lahir dalam empat dekade cenderung

meningkat dari 41 tahun pada tahun 1960 menjadi 66,2 tahun pada tahun 1999, diprediksi

meningkat lagi menjadi 69 tahun pada tahun 2005 dan 70,8 pada tahun 2010. Kondisi ini

memberikan gambaran bahwa kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat

meningkat.

Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan umur

harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka Kematian Bayi sangat peka terhadap

perubahan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat

kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan Umur Harapan Hidup (UHH)

pada waktu lahir, meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi

gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.

Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Propinsi Jawa Timur pada tahun 2004

sebesar 67,20 tahun, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 67,90 sedikit lebih tinggi

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

10

Page 11: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

dari hasil SDKI tahun 2002 , tahun 2006 menjadi 68,25 tahun (Sumber : BPS Tahun

2006)

B. Morbiditas/ Angka Kesakitan

Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga dihadapkan pada transisi

epidemiologi yang menyebabkan beban ganda (double burden). Di satu sisi masih

dihadapi masih tingginya penyakit infeksi (baik re-emerging maupun new emerging)

serta gizi kurang, namun disis lain dihadapi pula meningkatnya penyakit non infeksi dan

degeneratif. Bagi kelompok usia produktif, kesakitan sangat mempengaruhi produktivitas

dan pendapatan keluarga, yang pada akhirnya menyebabkan kemiskinan

Angka kesakitan diperoleh dari laporan yang ada pada sarana pelayanan

kesehatan baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas melalui pencatatan dan pelaporan

maupun dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilance).

1. Demam Berdarah Dengue

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) ada kecenderungan meningkat dan

semua Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur telah melaporkan kasusnya. DBD tidak

lagi hanya menyerang anak-anak, namun juga orang dewasa. Pada tahun 2006 merupakan

puncak kasus DBD, hal yang sama juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Jumlah penderita DBD

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

tahun

N JumlahpenderitaDBD

Gambar 1. Kasus DBD di Jawa Timur dari tahun 1998-2007 (bulan Juli)

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

11

Page 12: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Kalau kita melihat insidens, maka angka yang didapatkan sangat tinggi di

tahun-tahun terakhir. Angka seharusnya adalah kurang dari 20/100.000 penduduk. Yang

agak menggembirakan adalah angka kematiannya (CFR) yang tidak terlalu besar, namun

masih di atas batas maksimum yang ditetapkan, yaitu kurang dari 1%.

Upaya pencegahan telah dilakukan dengan gerakan pemberantasan sarang

nyamuk. Keberhasilan gerakan ini dapat dilihat dari angka bebas jentik (ABJ) maupun

jumlah kasus yang terjadi. Tampaknya Jawa Timur kurang berhasil dalam melakukan

gerakan pemberantasan sarang nyamuk ini.

Incidence Rate, Case Fatality Rate & Angka Bebas Jentik di Jawa Timur, 1998-2007

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

IR CFR ABJ

Gambar 5. Angka Bebas Jentik di Jawa Timur tahun 1998-2006

Kalau melihat angka bebas jentik yang masih rendah, sangat wajar kalau Jawa

Timur masih menghadapi masalah dengan demam berdarah. Angka yang diharapkan

adalah minimal 95% (Sumber : Subdin P2)

2. MALARIA

Kasus malaria di Jawa Timur masih di temukan terutama di wilayah selatan

Jawa Timur. Pembukaan jalur lintas selatan dikhawatirkan akan menyebabkan malaria

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

12

Page 13: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

menyebar ke wilayah tengah dan utara Jawa Timur. Antisipasi perlu dilakukan dengan

memetakan vektor dan surveilans yang baik.

Jumlah Positif Malaria di Jawa Timur, 1998-2006

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Gambar 6. Kasus Positif Malaria di Jawa Timur tahun 1998-2006 (Sumber : P2)

Perkembangan penyakit malaria dipantau melalui jumlah penderita yang

menunjukan gejala klinis sebesar 66.724 penderita, yang dinyatakan positif 2.848

penderita (4,27 %), dengan penderita yang diobati 54.463 ( tabel SPM 31).

3. TUBERKULOSIS (TB)

Pengendalian TB di Jawa Timur memakai strategi Directly Observed

Treatment Shortcourse (DOTS). Dengan program ini kita berusaha mencapai target

penemuan penderita sebesar 70% dari perkiraan penderita TB BTA positif kasus baru

dengan tingkat kesembuhan sebesar 85 %. Target tersebut diharapkan dapat tercapai pada

tahun 2005. Akan tetapi Jawa Timur belum berhasil mencapai target tersebut.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

13

Page 14: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Case Detection Rate & Cure Rate Penderita Tb di Jawa Timur 1998-2006

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

CDR CR

Gambar 7. Case Detection Rate (CDR) dan Cure Rate Penderita TB di Jawa Timur

Tahun 1998-2006

Penemuan penderita mulai meningkat tajam sejak tahun 2001. Hal ini terjadi

karena diadakannya program pelatihan yang intensif dengan target seluruh Puskesmas di

Jawa Timur telah terlatih. Pada tahun 2004, diperkirakan kasus yang ditemukan sudah

mencapai titik puncak, karena hampir semua Puskesmas telah dilatih. Untuk tetap pada

kinerja yang diharapkan, maka dilakukan langkah ekstensifikasi program dengan melatih

rumah sakit untuk program TB. Kekhawatiran rumah sakit akan menurunkan angka

kesembuhan, tidak terbukti. Karena ternyata Jawa Timur dapat mempertahankan angka

kesembuhan yang tinggi.

Pemberantasan penyakit tuberculosis paru dilaksanakan mengacu pada

komitmen nasional yaitu menggunakan pendekatan Directly Observe Treatment

Shortcourse (DOTS) atau pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh

pengawas menelan obat (PMO). Pada tahun 2006, jumlah penderita TB Paru yang

menunjukan gejala klinis sebesar 79.658, penderita dengan TB Paru Positif sebesar

34.204 dan yang sembuh 16.458. (IIS 7)

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

14

Page 15: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Dari data program P2 diperoleh gambaran penemuan penderita baru BTA

Positif (CDR) sebesar 59 %, sedangkan angka kesembuhan mencapai (CR) 81 % (pada

tahun 2005) dan angka kesembuhan penderita TB BTA positif sebesar 58,32 % pada

tahun 2006.

4. HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)

Salah satu new emerging disease yang sudah ada sebelumnya adalah HIV/AIDS

dan dimungkinkan pula akan timbulnya penyakit infeksi baru yang tidak terduga dan

penularannya sangat cepat, kematian yang tinggi, keadaan tersebut dapat menimbulkan

pandemi di masa datang.

Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukan peningkatan, meskipun

berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan.

Sejak ditemukan kasusnya pada tahun 1989, kasus HIV terus meningkat.

Sampai saat ini Jawa Timur telah mencapai concentrate epidemic level, dimana kasus

pada kelompok risiko tinggi telah mencapai prevalensi lebih dari 5%. Kasus kematian

pada pasien HIV terus meningkat, namun diharapkan dengan pemberian anti retrovirus,

kematian pasien HIV dapat ditekan dan diharapkan usia hidup serta kualitas hidup akan

meningkat.

Jumlah Penderita AIDS & Meninggal (Kumulatif) di Jawa Timur, 1998-2007

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

AIDS Kum AIDS Mati Kum

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

15

Page 16: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Gambar 8. Jumlah Penderita AIDS dan Jumlah Penderita AIDS meninggal di

Jawa Timur tahun 1998-2007 (Sumber : P2)

Jumlah pertambahan penderita AIDS paling tajam terjadi pada tahun 2004.

Sosialisasi yang luas serta dibukanya beberapa unit layanan VCT (Voluntary Counseling

and Testing) merupakan sebab dari banyaknya kasus yang tercatat. Tapi bila

dibandingkan dengan estimasi, maka masih jauh dari kasus yang seharusnya ada.

ODHA Ditangani dan Darah Donor Discreening di Jawa Timur, 2004-2006

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

2004 2005 2006

ODHA Ditangani Darah di Screening

Gambar 9. ODHA Dit ngani & Darah Donor Discreening

di Jawa Timur tahun 2004-2006

Kasus HIV yang mendapatkan layanan, baru pada tahun 2004 tercatat dengan

baik. Layanan yang diberikan adalah Care Support and Treatment. Dengan layanan ini

diharapkan kualitas hidup penderita HIV AIDS akan tetap terjaga dengan baik.

Jumlah kasus AIDS pertahun pada tahun 2006 sebesar 363 orang, sedangkan

jumlah kumulatif penderita AIDS 1.442 orang, jumlah penderita AIDS pertahun pada

tahun 2006 sebanyak 78 penderita sedangkan jumlah kumulatif penderita AIDS

meninggal sebesar 306 penderita.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

16

Page 17: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Sebagai salah satu cara untuk memantau situasi HIV di masyarakat, sekaligus

upaya pencegahan penularan adalah penapisan darah donor di Unit Transfusi Darah.

Upaya yang dilakukan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV/AIDS disamping

ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan diarahkan pada upaya pencegahan

yang dilakukan melalui skrening HIV/AIDS terhadap darah donor dan upaya

pemantauan dan pengobatan penderita penyakit menular seksual (PMS). Darah donor

disekrining terhadap HIV-AIDS tahun 2006 sebesar 91,07 %. (Sumber : Subdin P2)

Kalau kita melihat masih ada darah donor yang belum diperiksa, maka upaya

pencegahan penularan HIV masih terkendala.

Infeksi menular seksual (IMS) adalah salah satu pintu untuk memudahkan

terjadinya penularan HIV. Upaya pengobatan IMS telah berjalan baik, ini ditunjukkan

dari persentase kasus IMS yang diobati 90,75 %. (Sumber : Subdin P2)

Proporsi Penderita IMS Diobati di Jawa Timur, 2004-2006

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

2004 2005 2006

Gambar 11. Persentase kasus IMS yang diobati di Jawa Timur tahun 2004-2006

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

17

Page 18: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

5. AFP (Acute Flaccid Paralysis)

Erapo dilaksanakan melalui gerakan Pekan Imunisasi (PIN) dan merupakan

wujud dari kesepakatan global dalam membasmi penyakit polio di Indonesia. Kejadian

AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai indikator untuk menilai program eradikasi polio

(erapo). Upaya memantau keberhasilan erapo adalah dengan melaksanakan surveilans

secara aktif untuk menemukan kasus AFP sebagai upaya mendeteksi secara dini

munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat agar dapat segera dilakukan

penanggulangan, cakupan vaksinasi polio rutin yang tinggi dan sanitasi lingkungan yang

memenuhi syarat kesehatan.. Jumlah kasus AFP di Jawa Timur sebesar 244 kasus (Tabel

IIS 7). Dengan jumlah kasus AFP < 15 tahun sebanyak 234 kasus, dengan AFP rate per

100.000 penduduk < 15 tahun sebesar 2,66 % (Sumber : Subdin P2)

6. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita yang utama, selain

diare. Penyakit ini merupakan bagian dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA). ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena

pnemonia dan merupakan penyakit yang akut dan kualitas penata laksanaannya masih

belum memadai. Upaya pemberantasan penyakit ISPA dilaksanakan dengan fokus

penemuan dini dan tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan

melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Jumlah penderita dari tahun ketahun

masih cukup tinggi.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

18

Page 19: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Jumlah Penderita, Incidence Rate & Case Fatality Rate ISPA di Jawa Timur, 2001-2006

0

0

1

10

100

1.000

10.000

100.000

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Penderita IR CFR

Gambar . Jumlah Penderita, IR & CFR ISPA di Jawa Timur Tahun 2001-2006

Namun jumlah yang tercatat tersebut belum seluruh penderita yang ditemukan.

Baru pada tahun 2006 kasus yang ditemukan bisa mencakup 92,85% dari perkiraan

kasus, sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar dibawah.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

19

Page 20: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Proporsi Balita Pneumonia Ditangani di Jawa Timur, 2001-2006

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Balita Pneumonia

Gambar 13. Proporsi Balita Pneumoni yang ditangani di Jawa Timur, 2001-2006

Insidens Rate untuk kasus pneumoni masih cukup tinggi. Sebagaimana data

yang ditunjukkan pada gambar di bawah. Insidens Rate yang cenderung naik pada 2

tahun terakhir perlu mendapatkan perhatian. Kecepatan keluarga dalam membawa

penderita ke unit pelayanan kesehatan serta keterampilan petugas dalam menegakan

diagnosis pneumoni merupakan kunci dari penemuan kasus. Oleh karena itu insiden yang

meningkat yang disertai dengan cakupan penemuan penderita yang meningkat

merupakan indikasi yang baik dari sisi program pengendalian.

Kalau dilihat dari kematian yang terjadi, terdapat kecenderungan yang semakin

menurun sebagaimana ditunjukkan pada gambar 15.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

20

Page 21: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Incidence Rate & Case Fatality Rate Pneumonia di Jawa Timur, 2001-2006

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

2001 2002 2003 2004 2005 2006

IR CFR

Gambar 14. Insidens Pneumoni di Jawa Timur tahun 1998-2006

Upaya pemberantasan penyakit ISPA dilaksanakan dengan fokus penemuan dini

dan tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan melalui

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Jumlah penderita pnemonia keseluruhan sebesar 114.858, dengan jumlah balita

penderita pnemonia yang dilaporkan di Jawa Timur tahun 2006 sebanyak 98.050, yang

dapat ditangani 93.215 (95,07 %), dibandingkan pada tahun 2005 terjadi kenaikan

dimana jumlah penderita pnemonia pada balita pada tahun 2005 sebesar 89.410, yang

mendapatkan penanganan sebesar 62.629 (70,05 %), , namun demikian prosentase balita

yang ditangani hampir mencapai target yang telah ditentukan yaitu mencapai 100%

seluruh penderita.

7. Diare

Angka kesakitan diare hasil survei tahun 1996 yaitu 280 per 1000 penduduk

dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Menurut hasil SKRT dalam beberapa survei

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

21

Page 22: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

dan Surkesnas 2001, penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan

balita.

Jumlah penderita diare di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2006 sebesar

837.724, dengan penderita pada balita 346.297, balita dengan diare yang ditangani 41,33

%, sedangkan CFR 0,03 % (sumber : Subdin P2)

8. Penyakit Kusta

Propinsi Jawa Timur jumlah penderita baru tahun 2006 yang dilaporkan

sebanyak 5.360 orang, dengan rincian jumlah PB. 732 dan MB.4.628, yang telah

selesai menjalani pengobatan (RFT) tahunan 5.236, dengan CDR per 10.000 sebesar 1,45

%, sedangkan prevalensi rate sebesar 1,7 % (Sumber : Subdin P2).

Kusta merupakan penyakit lama yang diharapkan dapat dieliminasi pada tahun

2000. Secara nasional, kondisi tersebut telah tercapai di tahun 2000, namun untuk tingkat

Provinsi, Jawa Timur masih belum dapat mencapai eliminasi. Gambaran penderita kusta

di Jawa Timur tampak pada gambar berikut:

Prevalence Rate & Case Detection Rate Kusta di Jawa Timur, 1998-2006

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Prevalensi Rate CDR

Gambar 14. Prevalensi dan CDR Kusta di Jawa Timur tahun 1998-2007

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

22

Page 23: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Prevalensi kusta masih di atas 1 per 10.000 penduduk, itu artinya kita masih

belum bisa mencapai eliminasi. Bahkan terjadi kecenderungan meningkat, dikarenakan

upaya pencarian lebih intensif. Setelah kasus yang ditemukan semakin banyak dan

diobati, maka diharapkan pada tahun-tahun berikutnya prevalensi kusta akan menurun

sampai dengan terjadi eliminasi.

Proporsi Penderita Kusta Anak & Proporsi Cacat II di Jawa Timur, 1998-2007

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Proporsi penderita anak proporsi cacat II

Gambar 15. Proporsi Penderita Kusta pada Anak dan Cacat II, di Jawa Timur, 1998-2007

Kalau dilihat proporsi cacat II yang masih tinggi, maka dapat dikatakan masih

terjadi keterlambatan dalam menemukan kasus kusta. Sehingga pada saat ditemukan,

penderita telah mengalami kecacatan. Proporsi kasus anak yang tinggi (>5%)

menunjukkan masih ada penularan yang terjadi. Proporsi cacat II menurun menjadi 10 %

pada tahun 2006, dibandingkan pada tahun 2005 proporsi cacat II sebesar 11 %,

demikian juga dengan proporsi penderita anak menjadi 12 %. Pada tahun yang akan

datang diharapkan kasus kusta anak dan cacat II berkurang proporsinya.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

23

Page 24: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

C. PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI

(PD3I)

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan

pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit tetanus

neonatorum, campak, difteri, pertusis dan hepatitis B.

1. Tetanus Neonatorum

Jumlah kasus tetanus neonatorum di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2006

hasil dari kompilasi data /informasi 38 Kabupaten/Kota sebanyak 23 kasus, dimana kasus

terbanyak terdapat di Kab. Jember (5 kasus), Kab. Tuban (3 kasus) dan Kab. Malang,

Kab. Lumajang, Kab. Probolinggo dan Kab. Sumenep (2 kasus).(Sumber : SPM 35)

2. Tetanus

Jumlah kasus tetanus di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2006 hasil dari

kompilasi data /informasi 38 Kabupaten/Kota sebanyak 175 kasus, dimana kasus

terbanyak terdapat di Kab. Bangkalan 81 kasus, Kota. Malang 38 kasus, Kab. Jember 24

kasus dan Kab. Situbondo 11 kasus .(Sumber : SPM 35)

3. Campak

Untuk jumlah kasus campak di Propinsi Jawa Timur tahun 2006, hasil dari

kompilasi data/informasi di 38 Kabupaten/Kota sebanyak 5.598 kasus, dengan penderita

terbanyak di Kota. Surabaya 579 kasus, Kab. Sidoarjo 514, dan Kab. Kediri 455 kasus.

4. Difteri

Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah,

rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi.

Jumlah kasus penyakit difteri di Propinsi Jawa Timur tahun 2006 sebesar 39 kasus,

dengan rincian jumlah terbanyak Kota Surabaya 8 Kasus, Kab. Sidoarjo 7 kasus, Kab.

Sumenep 4 kasus dan Kota Probolinggo 4 kasus (SPM 35).

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

24

Page 25: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

5. Hepatitis B

Jumlah kasus Hepatitis B pada tahun 2006 di Jawa Timur hasil dari kompilasi

data /informasi dari 38 Kabupaten/Kota, sebanyak 1.070 kasus , penderita terbanyak

adalah Kab. Jember 320 orang (29,91%), Kab. Jombang 188 orang (17,57%) dan Kab.

Sidoarjo 157 orang (14,67%).

6. Polio

Gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dalam rangka Eradikasi Polio dan

wujud dari kesepakatan global dalam rangka pembasmian penyakit polio. Keberhasilan

dari program tersebut dilaksanakannya surveilance secara aktif untuk dapat menemukan

kasus secara dini terhadap munculnya virus polio liar yang mungkin terdapat

dimasyarakat sehingga dapat segera dilakukan penanggulangan.

Total kasus polio di Jawa Timur tahun 2006 sebanyak 45 kasus, tertinggi di

Kab. Bondowoso dengan 15 kasus, diikuti Kab. Jombang 10 kasus, Kota Mojokerto 7

Kasus dan Bangkalan 4 kasus (SPM 35)

D. KEADAAN LINGKUNGAN

Keadaan lingkungan yang sehat tercipta dengan terwujudnya kesadaran individu

dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), untuk mencapai

tujuan tersebut dijabarkan dalam sasaran meningkatkan kesadaran dan kemandirian

masyaakat untuk hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat, institusi kesehatan

yang berperilaku sehat , institusi pendidikan yang sehat, tempat kerja yang sehat, tempat-

tempat umum yang sehat, posyandu purnama dan mandiri.serta meningkatkan

kemandirian masyarakat sebagai peserta jaminan pemeliharaan kesehatan.

1. Rumah Sehat

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan,

yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan

sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian

rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak berbuat dari tanah.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

25

Page 26: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Propinsi Jawa

Timur tahun 2006, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun yang lalu, dimana

rumah sehat sebesar 65,17 %, dari seluruh jumlah rumah 8.113.958, jumlah rumah yang

diperiksa sebanyak 3.223.386 (39,73 %), dan jumlah rumah yang dinyatakan yang sehat

2.100.758, sedangkan pada tahun 2005 prosentase rumah sehat sebesar 61,86 % dari

jumlah rumah sehat 2.342.425, persentase rumah yang diperiksa 3.786.741 (64,98 %).

Sedangkan target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80 %. Dari rumah yang diperiksa tidak

terdapat penjelasan, misalnya rumah yang diperiksa berlokasi di pedesaan atau perkotaan.

Perlu upaya program terkait untuk meningkatkan persentase rumah sehat, dengan

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pemeliharaan dan perbaikan lingkungan.

(Tabel IIS 9).

2. Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan

Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan

(TPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi

tempat penyebaran penyakit. Oleh karena itu tujuan penyehatan TTU adalah

mewujudkan kondisi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar

masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit terhadap

kesehatan masyarakat sekitarnya.

TTU meliputi hotel, pasar, terminal, stasiun, kolam renang, rumah sakit, tempat

ibadah dan pondok pesantren. Sedangkan TPM sehat adalah tempat umum dan tempat

pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki

sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi

yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan

memiliki pencahayaan ruang yang memadai.

Data yang diperoleh dari rekapitulasi Profil Kabupaten/Kota tahun 2006 jumlah

TTU yang ada 50.742 dan jumlah yang diperiksa 33.447 (65,92 %), sedangkan jumlah

yang sehat 23.626 (70,64 %) dibandingkan pada tahun 2005 mengalami peningkatan

yang tajam, memperlihatkan bahwa dari jumlah TTU yang ada sebanyak 15.323 buah, ,

jumlah TTU yang diperiksa pada tahun 2005 sebesar 36.305 buah, jumlah TTU yang

sehat 23.229 (63,98 %).

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

26

Page 27: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Jumlah TPM di Jawa Timur Tahun 2006 yang ada sebanyak 35.509 buah

sedangkan yang diperiksa 23.749, yang menunjukan TPM sehat sebesar 16.349 buah

(68,84 %). Untuk TP Pestisida yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 64,28 %

(Sumber : Subdin P2)

Dari 3 jenis TPM diluar TPM lainnya, (Hotel, Restoran/Rumah Makan dan

Pasar) berturut-turut, jumlah Hotel yang diperiksa 543 buah dan yang sehat 497 (91,53

%) dari jumlah rumah yang ada 695 buah, Restoran/Rumah Makan yang ada 6.435,

sedangkan yang diperiksa 4.350 buah dan yang menunjukan sehat 3.034 (69,75 %),

sedangkan jumlah Pasar yang ada 1.494 buah, yang diperiksa 1.329, menunjukan sehat

779 (58,62 % ) (Tabel IIS 10).

3. Institusi Yang Dibina

Beberapa institusi yang dibina di Jawa Timur yang mendapat pembinaan

kesehatan lingkungan oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas antara lain sarana

kesehatan 283.692, yang dibina 150.584 dan memenuhi syarat kesehatan 53,08 %, sarana

kesehatan tersebut terdiri dari sarana kesling 215.136, dibina 102.918, yang memenuhi

syarat kesehatan 47,84 %, sarana pendidikan 26.606 dan yang dibina 19.279 (72,46 %),

sarana ibadah 28.888, yang dibina 19.832 (68,65 %), Perkantoran 6.181, yang dibina

4.192 (67,82 %), sarana lain 6.881, yang dibina 4.363 (63,41 %), SPM 15.

4. Akses terhadap Air Minum

Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air

kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung,

mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya. Data dari hasil kompilasi

Profil Kabupaten/Kota pada tahun 2006 seperti dapat dilihat pada tabel SPM 36, dari

jumlah keluarga yang ada sebanyak 10.207.372, jumlah keluarga yang diperiksa

5.415.710 ( 74,86 % ). Sedangkan yang dapat mengakses air bersih sebanyak 5.650.080

( 55,35 %) keluarga dengan rincian berturut-turut yang terbanyak menggunakan SGL

3.074.261 ( 30,12 %) diikuti Ledeng 1.649.231 ( 16,16 % ). Sisanya adalah SPT

583.359 ( 5,72 % ), PAH 93.431 ( 0,92 %), lain-lain 152.100 ( 1,49 %) dan air

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

27

Page 28: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

kemasan 97.698 ( 0,96 %). Tabel IIS 37, namun demikian cakupan yang diperoleh dari

Subdin Program P2 di Propinsi hasilnya lebih tinggi

5. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga (Tabel SPM 36)

meliputi persediaan air bersih (PAB), jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah

(PAL). Dari 10.207.372 KK yang ada, tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan

sumber daya yang ada. Selain itu, jumlah KK yang diperiksa berbeda untuk setiap jenis

pemeriksaan : PAB, Jamban, Tempat Sampah atau PAL. Semestinya, pemeriksaan

dilakukan satu kali untuk semua jenis sarana sanitasi dasar.

Untuk PAB, jumlah KK yang diperiksa sebesar 5.415.710 dan KK yang

memiliki sebanyak 4.054.349 (74,86 %). Untuk Jamban, jumlah KK diperiksa sebanyak

6.904.166 dan yang memiliki Jamban sebanyak 3.753.604 atau sebesar 54,37 %. Untuk

Tempat Sampah, jumlah KK yang diperiksa sebanyak 4.486.268 dan yang memilikinya

sebanyak 3.171.819 atau sebesar 70,70 %. Sedangkan untuk PAL, jumlah KK yang

diperiksa sebanyak 3.697.187 dan yang memiliki PAL sebanyak 1.956.888 atau sebesar

52,93 %.

6. Pemeriksaan Jentik Nyamuk

Jumlah rumah/bangunan di Jawa Timur tahun 2006 sebanyak 8.439.461

bangunan. Rumah/bangunan yang diperiksa sejumlah 2.642.199 (31.31 %) bangunan.

Hasil pemeriksaan rumah/bangunan yang bebas jentik 2.161.336 (81,80 %) (Tabel SPM

16). Pemeriksaan Jentik Nyamuk pada rumah/bangunan perlu dilakukan mengingat

dengan makin pentingnya digalakan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

melalui gerakan 3 M (Menutup, Menguras, Mengubur) dan meningkatkan pengetahuan

masyarakat untuk hidup bersih agar dapat menurunkan incidence rate penyakit DBD.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh

terhadap derajat kesehatan masyarakat, disajikan dalam beberapa indikator yaitu

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

28

Page 29: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan,

persentase penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat, persentase anak 2-4

tahun yang pernah disusui, kebiasaan merokok, persentase penduduk yang melakukan

aktivitas fisik, dan kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan sehat.

1. Rumah Tangga Sehat

Dari tabel SPM 11 menunjukkan bahwa di Jawa Timur, terdapat Rumah Tangga

Sehat (RTS) pada tahun 2006 sebesar 16,88 % dari 32 Kab/Kota yang masuk datanya,

jumlah yang dipantau 1.138.461 dan yang ber PHBS 192.167, jumlah tersebut menurun

dibanding tahun 2005, dimana Rumah Tangga Sehat sebesar 27,77% dari 1.135.923

rumah tangga yang dipantau dan yang ber PHBS sebesar 315.415. Jika dibandingkan

dengan target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80 %, masih cukup besar kesenjangannya

(16,88 %). Cakupan rumah tangga sehat diharapkan akan meningkat dengan adanya

kesinambungan intervensi dari berbagai komponen baik lintas sektor, swasta, LSM dan

tokoh masyarakat dalam memberikan motivasi dan keteladanan tentang budaya perilaku

hidup bersih dan sehat sehingga berkembang dan membudaya di masyarakat.

2. ASI Ekslusif

ASI Ekslusif adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0 – 6 bulan dalam rangka

mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi

Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari

sisi/aspek gizi (kolostrum yang mengandung imunoglobulin A/IgA, whei-casein,

decosahexanoic/DHA dan arachidonic/AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik

(selain IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan 3 jenis leucosit yaitu brochus-associated

lymphocyte/BALT, Gut associated lymphocyte tissue/GALT, mammary associated

lymphocyte tissue/MALT serta faktor bifidus), aspek psikologik (interaksi dan kasih

sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI

bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan

kehamilan (metode amenorea laktasi/MAL). Selain Aspek-aspek tersebut, dengan ASI

juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak (sudden infant

death syndrome/SIDS).

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

29

Page 30: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2006 sebesar 278.601 (38,73 %)

dengan jumlah bayi 719.332, dibandingkan dengan jumlah tahun 2005 mengalami

kenaikan.

Pada tahun 2005 jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif 245.019 ( 27,71% ),

sedangkan seluruh jumlah bayi sebesar 867.678 bayi, untuk target tahun 2006 sebesar

60 %. Sebanyak 5 Kabupaten/Kota yang telah melampaui target (Kab. Nganjuk,

Magetan, Ngawi, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya ), sedangkan sisanya 33 Kab/Kota

masih dibawah target yang ditentukan. (Tabel SPM 19).

3. Posyandu

Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan pada masyarakat, advokasi

kesehatan dan pengawasan sosial dalam pembangunan kesehatan belum banyak

berkembang . Sementara itu kemampuan masyarakat dalam pembangunan kesehatan

belum banyak berkembang. Sementara itu kemampuan masyarakat dalam

mengemukakan pendapat dan memilih dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan

juga masih terbatas.

Potensi masyarakat baik berupa organisasi, upaya, tenaga, dana , sarana, teknologi,

maupun dalam mekanisme pengambilan keputusan belum secara optimal dimanfaatkan

untuk percepatan pencapaian program kesehatan.

Perkembangan peranserta masyarakat di bidang kesehatan, antara lain dimulai dengan

tumbuhnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat dan Desa) dan sekarang

berkembang menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM).

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di

masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM), untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui

wadah keterpaduan lintas sektor dan masyarakat.

Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Posyandu di

kelompokan menjadi 4 strata. Jumlah posyandu dari tahun ke tahun semakin meningkat

dimana pada tahun 2006, jumlah posyandu 44.355. Jumlah posyandu pada tahun 2005

menunjukan peningkatan sebesar 2,04 %, yaitu dari 42.799 pada tahun 2004 menjadi

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

30

Page 31: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

43.672 pada tahun 2005 (sumber : Laporan tahunan). Hal ini disebabkan adanya peran

serta Pimpinan daerah mulai tingkat Propinsi hingga Kelurahan dalam pelaksanaan

Revitalisasi Posyandu. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dengan jumlah

posyandu, maka ratio penduduk perposyandu mencapai 813 jiwa/posyandu. Ratio ini

belum memenuhi ketentuan ratio nasional sebesar 750 jiwa/posyandu. Oleh karena itu

kegiatanrevitalisasi posyandu diarahkan untuk meningkatkan jumlah dan mutu posyandu

dengan cara memperbaiki kinerja petugas kesehatan disetiap jenjang.

Posyandu Purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih

dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih pertahun. Prosentase Posyandu Pratama

33,19 %, Posyandu Madya 38,51 %, Posyandu Purnama 25,86 % dan Posyandu Mandiri

2,44% (Data Subdin PSD). Perkembangan jumlah posyandu dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan, hanya saja tidak diimbangi dengan tingkat perkembangan

stratanya, sehingga diperlukan pembinaan baik dari segi frekuensi maupun kualitasnya

dan anggaran yang memadai untuk pengembangan posyandu.

Perkembangan posyandu sangat dipengaruhi oleh upaya kader dalam mengelola

posyandu. Pada tahun 2006 jumlah kader sebanyak 200.034, namun yang aktif sebanyak

147.088 (74,97 %). Perbandingkan antara jumlah posyandu dengan jumlah kader maka

rata-rata setiap posyandu ditangani oleh 5 orang kader, hal ini sesuai dengan standar

bahwa setiap posyandu ditangani oleh 5 kader.

4. Polindes

Pondok Bersalin Desa (Polindes) didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesehatan ibu dan anak, merupakan upaya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat,

khususnya diwilayah pedesaan yang masih jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan.

Jumlah polindes pada tahun 2006 sebanyak 5.269, dengan rincian jumlah

Polindes Pratama 37,78 %, Madya 29,49 %, Purnama 27,83 % dan Polindes Mandiri 4,88

%. Jumlah desa yang mempunyai polindes pada tahun 2005 baru mencapai 58, 11 %

(4.647 desa) yang berarti masih 41,89 % desa yang belum dapat menyediakan polindes,

masih cukup banyaknya desa yang belum memiliki polindes disebabkan karena

keterbatasan dana masyarakat untuk pendirian polindes, selain itu disebabkan tidak

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

31

Page 32: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

adanya bidan disuatu daerah karena telah selesai masa tugasnya. (Sumber : Profil

UKBM)

5. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat

Sumber biaya kesehatan berasal dari Pemerintah Pusat, Propinsi dan

Kabupaten/Kota, sedangkan biaya kesehatan bersumber swasta terdiri dari masyarakat

dan pihak swasta. Dari tinjauan yang ada pembiayaan kesehatan lebih banyak berasal dari

masyarakat, yang tampaknya belum dikelola dengan baik, masih bersifat out of pocket,

sehingga belum efektif dan efisien. Sistem pembiayaan kesehatan yang sedang berjalan di

Indonesia masih sangat tergantung pada mekanisme pembayaran fee for service,

sedangkan mekanisme asuransi masih sedang dalam proses dikembangkan, mengingat

jumlah penduduk yang memiliki asuransi masih sangat rendah. Ke depan sistem

pembiayaan kesehatan diarahkan kepada sistem jaminan kesehatan sosial atau sistem

asuransi sosial yang diharapkan dapat lebih efektif dan efisien

Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan

kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan

bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan

praupaya, yaitu dana sehat, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja (Astek)/Jamsostek,

JPKM dan asuransi kesehatan lainnya, serta Kartu Sehat untuk penduduk miskin. Di Jawa

Timur target cakupan kepesertaan adalah 40 % .

Dari hasil tabel SPM 25, jumlah seluruh peserta pembiayaan kesehatan sebesar

9.929.659, dengan rincian jumlah peserta Askes sebesar 2.219.728, Bapel dan Pra Bapel

JPKM 1.022.406, Jamsostek 209.215, Kartu Sehat 4.216.982, Dana Sehat 841.421,

lainnnya 1.419.907.

6. Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan oleh Dinas kesehatan

Kab/Kota di Jawa Timur tahun 2006 yang merupakan kegiatan penyuluhan pencegahan

dan penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (P3NAPZA)

berbasis masyarakat, dimana seluruh kegiatan penyuluhan di Jawa Timur sejumlah

242.630 dan kegiatan penyuluhan NAPZA 12.414 (5,12 %) kegiatan, apabila

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

32

Page 33: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

dibandingkan dengan target SPM sebesar 11 %, maka target penyuluhan NAPZA tahun

2006 masih jauh dibawah target. (SPM 22)

F. STATUS GIZI

Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan

kesehatan secara umum, disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat

memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh status

gizi ibu hamil atau ibu menyusui.

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Status gizi janin ditentukan oleh kesehatan ibu waktu hamil, sehingga akan

berpengaruh pada berat badan waktu lahir, berat badan lahir bayi akan berpengaruh pada

bayi .

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu

faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR

dibedakan dalam 2 katagori yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena intrauterine

growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya

kurang. Dinegara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi

buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular sexual (PMS) sebelum konsepsi

atau pada saat kehamilan. Sementara itu jumlah BBLR yang dilaporkan di Propinsi Jawa

Timur sebanyak 12.922 (2,02 %) dari 640.271 bayi lahir hidup. Bayi dengan BBLR yang

ditangani sebesar 10. 625 (82.22 %) (Tabel SPM 2), dibandingkan dengan target BBLR

yang ditangani pada tahun 2006 sebesar 90 % masih belum dapat mencapai target yang

ditentukan. Dibandingkan dengan tahun 2005 (13,85 %) terjadi penurunan yang cukup

tajam, hal ini disebabkan makin tingginya kesadaran masyarakat dalam upaya

peningkatan kesehatan ibu hamil dan janin sehingga risiko tinggi terjadinya BBLR dapat

ditanggulangi sedini mungkin.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

33

Page 34: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

2. Status Gizi Balita.

Kekurangan gizi terutama pada anak-anak balita dapat

menyebabkanmeningkatnya risiko kematian, terganggunya pertumbuhan fisik dan

perkembangan mental serta kecerdasan. Dalam beberapa hal dampak kekurangan gizi

bersifat permanen yang tidak dapat diperbaiki walaupun pada usia berikutnya kebutuhan

gizinya terpenuhi.

Berdasarkan hasil Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2006 diketahui

bahwa di Jawa Timur terdapat 17,5 % balita yang menderita Kurang Energi Protein

(KEP) terdiri dari 2,6 % balita gizi buruk dan 14,96 % balita gizi kurang (Sumber :

Subdin Kesga).

Jumlah balita yang ditimbang tahun 2006 sebesar 2.193.958, jumlah berat badan

naik 1.560.784 (71,14 %), yang BGM 65.277 (2,98 %) dan balita gizi buruk yang

mendapat perawatan 10.227 (78,65 %) dari seluruh jumlah balita gizi buruk 13.066

(Tabel. IIS 8)

3. Pemberian Vitamin A Pada Balita

Upaya penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) perlu untuk mendapatkan

perhatian, mengingat 50,2 % dari anak balita yang disurvey mempunyai kadar serum

vitamin A dalam darah kurang dari standar kecukupan (20 ug/dl). Cakupan distribusi

kapsul vitamin A selain pada kebutaan juga berperan pada tingginya kematian bayi dan

balita. Jumlah balita yang mendapatkan vitamin A 2 kali di Jawa Timur tahun 2006

sebanyak 2.129.401 (64,36 %) balita dari seluruh balita yang ada 3.308.461. (SPM 8)

4. WUS yang mendapat kapsul Yodium

Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah gangguan akibat

kekurangan yodium (GAKY). GAKY dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik

dan keterbelakangan mental. Gangguan pertumbuhan fisik meliputi pembesaran kelenjar

tiroid (gondok), bisu , tuli, kretin (kerdil), gangguan motorik, bisu, tuli, dan mata juling.

Pemberian kapsul Yodium dimaksudkan untuk mencegah lahirnya bayi kretin, karena itu

sasaran pemberian kapsul yodium adalah Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil

dan ibu nifas. Angka prevalensi gondok atau Total Goiter Rate (TGR) dihitung

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

34

Page 35: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

berdasarkan seluruh stadium pembesaran kelenjar, baik yang teraba (pallable) maupun

yang terlihat (visible). GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena

secara umum prevalensinya masih diatas 5,00%.

Dari hasil Survey Kajian Data Anemia pada WUS di Jawa Timur tahun 2005 di

7 (tujuh) Kabupaten, diketahui rata-rata prevalensi anemia pada WUS sebesar 20,9 %,

lebih rendah dari tahun 2004 sebesar 31,9 %. (Sumber : Subdin Kesga)

Jumlah WUS di Propinsi Jawa Timur sebanyak 6.176.503 orang dengan WUS

yang mendapatkan kapsul yodium sebanyak 2.255.716 (36,52 %). Sementara itu,

desa/kelurahan yang dilaporkan dengan garam beryodium baik di Propinsi Jawa Timur

tahun 2006 sebesar 43,94 % (Subdin Kesga), sedangkan desa/kelurahan endemis

sebanyak 3.434 (Tabel SPM 29)

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

35

Page 36: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan

masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan khususnya pada

tahun 2004.

Pelayanan Kesehatan Dasar

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat

penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian

pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah

kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang

dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Kunjungan Ibu Hamil (K4) dan Bumil Risti

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat)

kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman

pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif.

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran

besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan

kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran

besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar

serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester

pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ke tiga. Angka ini dapat

dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 Propinsi Jawa Timur pada tahun

2006 menurut tabel SPM 1, sebesar 564.616 (81,79 %) dari seluruh ibu hamil sebanyak

690.282 orang. Untuk tahun 2005 jumlah absolut K4 sebesar 524.243 (71,82 %) dari

seluruh jumlah ibu hamil 729.978. Sedangkan target cakupan kunjungan ibu hamil K4

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

36

Page 37: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

untuk target tahun 2006 sebesar 90 % (Tabel SPM 1). Kunjungan K4 pada tahun 2006

mengalami peningkatan, hal ini disebabkan makin tingginya kesadaran masyarakat

terutama mengenai kesehatan ibu dan bayi.

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan Puskesmas,

beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam kasus risiko tinggi (risti) dan

memerlukan pelayanan kesehatan rujukan.

Jumlah ibu hamil risti di Propinsi Jawa Timur tahun 2006 sebesar 151.380,

dengan risti dirujuk 59.286 (39,16 %). Jumlah ibu risti di Jawa Timur pada tahun 2005

sebesar 160.170 (21,94 %), dengan bumil risti yang dirujuk 143.192 (89,40 %), untuk

tahun 2006 cakupan bumil risti yang dirujuk jauh dari target 2006 sebesar 85 %

Target Indonesia Sehat 2010 untuk ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk

sebesar 100 %. Untuk mencapai target tersebut Propinsi Jawa Timur perlu untuk bekerja

keras, mengingat masih banyak Kabupaten / Kota cakupannya masih rendah.

Rendahnya cakupan ini akan dapat berkontribusi pada meningkatnya kematian ibu

maternal.

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pertolongan persalinan juga merupakan salah satu kualiatas pelayanan di

fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Hal ini dapat menggambarkan bahwa masyarakat

mau dan tahu tentang pentingnya keamanan dalam pertolongan persalinan oleh nakes

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi

pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Pesan kunci

MPS yaitu persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, maka keadaan

ini belum sepenuhnya dapat dilakukan di Jawa Timur, karena dilakukan kemitraan antara

bidan dan dukun, namun demikian kondisi tersebut mampu menurunkan angka kematian

bayi selain itu juga didukung dana untuk pelatihan APN.

Hasil pengumpulan data/indikator kinerja tabel SPM 1 di 38 Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Timur pada tahun 2006 menunjukan bahwa jumlah ibu bersalin yang

ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 542.030 (84,66 %). Dari 38 Kabupaten/Kota

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

37

Page 38: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

yang ada, 14 (36,84 %) diantaranya dengan cakupan melebihi target 87 %. Dan sisanya

63,16 % masih belum mencapai target (Tabel SPM 1).

Sedangkan pada tahun 2005 jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan sebesar 487.855 (80,90 %), dengan terget tahun 2005 sebesar 86 %, terdapat

16 Kab/Kota yang melebihi target diatas 86 %

3. Kunjungan Neonatus

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang

paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan

yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-

28 hari). Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping

melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi

kepada ibu.

Bila dilihat menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2006, dengan

cakupan kunjungan neonatus tertinggi Kab. Madiun (106,00%), Kota Mojokerto 102,63

%, sedangkan cakupan kunjungan neonatus terendah adalah Kota Pasuruan (54,79 %).

Secara keseluruhan, cakupan KN2 mencapai 88,13 % dari seluruh neonatus sejumlah

625.894. Artinya, bahwa masih terdapat 11,87 % bayi neonatus yang tidak melakukan

kunjungan kedua ke sarana pelayanan kesehatan setempat (Tabel SPM 2).

Sedangkan pada tahun 2005 jumlah kunjungan neonatus (KN2) sebesar

480.042 (83,62 %) dari seluruh jumlah neonatus yang ada 574.054, adapun target tahun

2005 cakupan kunjungan neonatus 87 %

4. Kunjungan Bayi

Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari 38

Kabupaten/Kota menunjukan cakupan kunjungan bayi di Propinsi Jawa Timur pada tahun

2006 sebesar 649.952 (90,35 %) dari seluruh junlah bayi yang ada 719.332, sedikit turun

dibandingkan dengan cakupan tahun 2005 yang mencapai 96,43%. Cakupan tersebut

melebihi target pada tahun 2006 sebesar 87 %. Namun data ini belum mencakup semua

kunjungan bayi yang tercatat di sarana pelayanan kesehataan swasta (Tabel SPM 2).

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

38

Page 39: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

5. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja

dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan

pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta

pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun

peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan Dokter kecil.

Dari hasil pengumpulan data tabel SPM 3 dari 38 Kabupaten/Kota menunjukan

bahwa cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah sebesar 45,99%,

siswa SD/MI yang diperiksa sebesar 64,51 % dan pelayanan kesehatan remaja sebesar

38,25 % .

6. Pelayanan Keluarga Berencana

Peserta Keluarga Berencana terbagi menjadi peserta KB Baru dan Peserta KB

Aktif. Jumlah Peserta KB Baru 843.104 (10,63 %) dan Jumlah Peserta KB Aktif

4.582.691 (57,77 %) dari jumlah PUS yang ada 7.931.998 (Tabel SPM 36).

Peserta keluarga berencana aktif dibagi menjadi peserta KB dengan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang jenisnya adalah IUD, MOP/MOW, implant

dan peserta KB Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang jenisnya

suntik, pil, kondom, obat vagina dan lainnya. Peserta KB Aktif di Propinsi Jawa Timur

tahun 2006, yang paling banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

jenis IUD sebesar 13,62 %, sedangkan KB Non. MKJP yang paling banyak dipilih adalah

jenis suntik sebesar 50,84 % dari 3.824.832.

7. Pelayanan Imunisasi

Pencapaian universal child immunization pada dasarnya merupakan suatu

gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara

lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam

wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap

penularan PD3I. Target cakupan UCI menurut indikator Standart Pelayanan Minimal

(SPM) sebesar 95 %.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

39

Page 40: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Pada tahun 2006 dilaporkan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur telah

mencapai desa/kelurahan UCI sebesar 66,11 % dari 8.486 desa/kelurahan yang ada. Dari

38 Kabupaten/Kota yang telah mencapai UCI 100,00% adalah Kab. Gresik, Kota

Mojokerto dan Kota Kediri, sedangkan capaian cakupan terendah adalah Kab. Malang

(21,59%) dan Kab. Jombang (27,45 %) untuk capaian SPM pada tahun 2010 adalah

100,00% (Tabel SPM 5). Banyaknya Kabupaten/Kota yang belum mencapai target

dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kurang lengkapnya pencatatan dan pelaporan

dari Puskesmas, selain itu banyaknya masyarakat memilih memberikan imunisasi pada

anaknya ke Bidan Praktek Swasta, Balai Pengobatan (BP) atau Klinik maupun Rumah

Sakit sehingga tidak terlaporkan.

8. Pelayanan Kesehataan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut

Cakupan pelayanan kesehatan pra usila (45-59 th) dan usia lanjut (> 60 th) pada

tahun 2006 sebesar 4.783.664, yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 1.428.788

(29,87 % ), yang terbagi dalam pra usila (45-59 th) yang mendapatkan pelayanan

kesehatan sebesar 700.955 (26,34 %) dari 2.661.538 pra usila yang ada dan jumlah usila

(>60 th) yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 627.991 (29,05 %) dari jumlah

usila yang ada 2.161.513. (Tabel SPM 28), jumlah tersebut lebih tinggi pada tahun 2006

dibandingkan pada tahun 2005, dimana cakupan pra usila dan usila yang dilayani 574.024

(20,03 %) dari jumlah seluruhnya 2.865.142, namun demikian dari target SPM tahun

2006 sebesar 50 %,.masih jauh dibawah target.

9. Pemanfaatan Obat Generik

Kebutuhan akan akan jenis obat dan jenis obat generik yang tersedia cukup

bervariasi pada setiap Puskesmas. Perbedaan kebutuhan baik untuk jenis dan jumlah obat

tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat dan lingkungan disekitar pelayanan

kesehatan. Jumlah jenis obat yang dibutuhkan 64. 012 jenis, obat yang tersedia 64.350

jenis (100,53 %) dan jenis obat generik yang tersedia 58.824 (91,41 %). (Tabel IIS 15).

Untuk penulisan resep obat generik, jumlah resep 17.196.480 dan resep obat generik

13.961.523 (81,19 %)

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

40

Page 41: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

10. Pemberian Tablet Besi

Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, selain pemeriksaaan kehamilan juga

disertai dengan pemberian tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia besi pada bumil.

Tujuan pemberian tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia besi pada ibu hamil.

Ibu hamil di Propinsi Jawa Timur tahun 2006 yang mendapatkan tablet Fe

526.456 (76.27 %) dari jumlah bumil 690.282, jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan pada tahun 2005.

Sedangkan pada tahun 2005 jumlah ibu hamil menunjukan sedikit kenaikan

menjadi 729.978 namun yang mendapatkan pemberian tablet besi jumlahnya menurun

menjadi 472.679 (64,75 %) bumil, adapun target pencapaian SPM untuk tahun 2006

sebesar 70 %. (Tabel SPM 8)

11. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di 38 Kab/Kota di Jawa Timur pada tahun

2006, dapat dilihat pada tabel IIS 23. Pelayanan dasar gigi meliputi tumpatan gigi tetap

97.628, pencabutan gigi tetap 252.981, sedangkan jumlah murid SD yang diperiksa

1.293.784 (43,69 %) dan jumlah yang mendapatkan perawatan 200.944 (55,32 %) dari

jumlah murid SD yang memerlukan perawatan 363.211 .

12. Pelayanan Kesehatan pada Pekerja Formal

Pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal di Jawa Timur pada tahun 2006

sebesar 1.305.530 sedangkan jumlah pekerja formal yang dilayani sebesar 741.519 (56,80

%), diharapkan pelayanan kesehatan pada pekerja formal selalu dapat ditingkatkan,

sehingga akan dapat meningkatkan derajat kesehatan pada pekerja formal, sesuai dengan

situasi dan kondisi tempat kerja yang ada. (Tabel IIS 24)

13. Keluarga Miskin yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dapat diperoleh dengan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin di sarana kesehatan baik Puskesmas maupun

Rumah Sakit. Jumlah keluarga miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan di

Propinsi Jawa Timur sebesar 7.180.921 Kepala Keluarga, namun jumlah kepala keluarga

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

41

Page 42: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan masih 50,97 % atau 3.659.761 kepala

keluarga, sesuai dengan target, seharusnya keluarga miskin yang mendapatkan pelayanan

100 %, hal ini disebabkan pencatatan dan pelaporan yang masih belum tertata dengan

baik dan masih ada perbedaan persepsi tentang keluarga miskin.

14. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat

Sarana Kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang meliputi Rumah

Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Khusus, Puskesmas serta sarana kesehatan

yang lainnya seperti Rumah Sakit Bersalin di Jawa Timur tahun 2006 dari 8.219 sarana

yang ada, yang mempunyai kemampuan gadar 297 buah (3,61 %). Sarana kesehatan

yang mempunyai kemampuan gawat darurat merupakan bagian dari fasilitas pelayanan

kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan dimasyarakat.

15. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit

Jumlah total kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit di Jawa

Timur Tahun 2006 sebanyak 9.109.793, dengan rincian rawat inap 1.584.682 dan

kunjungan rawat jalan 7.525.111, sedangkan kunjungan gangguan jiwa 69.453 (0,76 %).

Untuk kunjungan rawat inap dan rawat jalan di Puskesmas dengan total

kunjungan 20.094.942, dengan jumlah kunjungan rawat inap 754.084, rawat jalan

19.340.858, sedangkan kunjungan gangguan jiwa 487.837 (2,43 %), bila dilihat dari

pemanfaatan sarana kesehatan di puskesmas, lebih dari 50 % masyarakat telah

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas (Tabel IIS 13, SPM 6

&7)

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

42

Page 43: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokan dalam sajian

data dan informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai sarana kesehatan diantaranya Puskesmas,

Rumah Sakit, sarana upaya kesehatan baik yang Pemerintah maupun Swasta yang berada

diwilayah tersebut

1. Puskesmas

Pada tahun 2004 jumlah Puskesmas di Jawa Timur sebanyak 924 buah,

meningkat menjadi 927 buah pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi

931 buah. Dari total 931 buah dengan jumlah Puskesmas dengan tempat tidur sebanyak

357 buah (38,35 %). Secara konseptual, Puskesmas menganut konsep wilayah dan

diharapkan dapat melayani sasaran penduduk rata-rata 30.000 penduduk. Dengan jumlah

Puskesmas tersebut berarti 1 puskesmas di Jawa Timur rata-rata melayani sebanyak

39.425 jiwa.

Sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu pada tahun 2004 berjumlah 2.260

buah, pada tahun 2005 turun menjadi 2.255 buah dan pada tahun 2006 masih tetap 2.255.

Rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas pada tahun 2004 rata – rata 2,4 : 1,

artinya setiap Puskesmas didukung oleh 2 sampai 3 Puskesmas Pembantu dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, dalam menjalankan

tugas operasionalnya didukung oleh Puskesmas Keliling sejumlah 955 buah.

2. Rumah Sakit

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit

(RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur

dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

43

Page 44: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

Propinsi Jawa Timur sampai saat ini telah memiliki 45 RS.Pemerintah, RS.

ABRI 20 buah, RS. BUMN 11 buah, Rumah Sakit Umum Swasta 69 buah, Rumah Sakit

Khusus Pemerintah 7 buah dan Rumah Sakit Khusus milik swasta 54 buah.

3. Sarana Produksi dan Distribusi Farmasi dan Alat Kesehatan

Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat

kesehatan.

Data yang berhasil dikumpulkan tahun 2006 adalah jumlah Apotik di Propinsi

Jawa Timur sebanyak 1.643 buah, Pedagang Besar Farmasi 402 buah, Gudang Farmasi

38 buah, Industri Alat Kesehatan 67 buah, Industri Obat 42 buah, Industri Kosmetika

145 buah, Industri Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga 95 buah, Industri Kecil Obat

Tradisional 443 buah dan Industri Makanan Rumah Tangga 20.787.

4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di

masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah

posyandu, polindes, Pos Obat Dese (POD).

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat.

Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,

keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk

memantau perkembangannya posyandu dikelompokan menjadi 4 strata, yaitu posyandu

pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri.

Jumlah posyandu di Jawa Timur menurut hasil kompilasi dari Profil Kesehatan

tahun 2006, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebesar 44.355 buah, dengan

rincian posyandu pratama 33,19 %, posyandu madya 38,51 %, posyandu purnama 25,86

%, dan posyandu mandiri 2,44 %. (Sumber : UKBM)

Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka

mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan

dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pada tahun 2006

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

44

Page 45: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

jumlah polindes di Propinsi Jawa Timur berjumlah 5.269 buah, yang terbagi menjadi

beberapa tingkatan yaitu polindes pratama 37,78 %, Madya 29,49 %, Purnama 27,83 %

dan Mandiri 4,88 %

B. TENAGA KESEHATAN

Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya

dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran

situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja disektor pemerintah maupun

swasta perlu diketahui. Data ketenagaan ini diperoleh dari hasil pengumpulan data

sumber daya kesehatan yang ada di 38 Kab/Kota, yang meliputi tenaga yang ada di

Puskesmas, Rumah Sakit maupun yang ada pada Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Tenaga yang ada di sarana pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas di

Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2006 seluruhnya 27.788 orang yang tersebar

pada 931 Puskesmas, yang meliputi Tenaga Medis 3.278 orang, Perawat dan Bidan

15.617 orang, Farmasi 796 orang, Kesehatan Masyarakat 288 orang, Sanitasi 756 orang,

Gizi 658 dan Teknis Medis 354 orang, lain-lain 6.041 orang. (Tabel IIS 27 )

Sedangkan Sumber Daya Kesehatan yang terdapat pada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota di Jawa Timur seluruhnya 4.665, yang terdiri dari Tenaga Medis 518

orang, Perawat dan Bidan 928 orang, Farmasi 223 orang, Gizi 112 orang, Teknis Medis

92 orang, Sanitasi 240 orang, Kesehatan Masyarakat 314 orang dan lain-lainnya 2.238

orang. (Tabel IIS 29)

Untuk Sumber Daya Kesehatan yang terdapat pada RSUD di Kabupaten/Kota di

Jawa Timur seluruhnya 17.551, yang terdiri dari Tenaga Medis 2.702 orang, Perawat dan

Bidan 7.191 orang, Farmasi 484 orang, Gizi 282 orang, Teknis Medis 837 orang,

Sanitasi 153 orang, Kesehatan Masyarakat 221 orang, Lain-lain 5.681 orang. (Tabel IIS

31)

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

45

Page 46: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan untuk Dinas Kesehatan maupun UPT diperoleh dari APBD maupun

APBN, PLN/BLN dan lainnya yang sah. Dinas Kesehatan ada tahun 2006 mendapatkan

anggaran sebesar Rp. 497.435.164 Anggaran tersebut meningkat dibandingkan pada

tahun 2005

Anggaran tahun 2006 terdiri dari APBN sebanyak Rp.368.719.422 (dalam

ribuan)) dan APBD sebesar Rp. 84.576.542 (dalam ribuan). Anggaran tersebut termasuk

anggaran untuk Rumah Sakit Propinsi maupun Kab/Kota dan Dinas Kesehatan Kab/Kota.

Perencanaan penganggaran dilakukan secara rutin setiap tahun dengan mengacu kepada

kebijakan dan aturan yang berlaku yang disusun secara koordinasi lintas program.

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi masyarakat , secara pra bayar

meningkat dari 12,60 % tahun 1998 menjadi 35,27 % tahun 2006, secara umum badan

pengelola jaminan pemeliharaan kesehatan tersebut berupa PT. Askes, PT. Jamsostek,

PT. Asabri, Asuransi Kesehatan Komersial, Bapel JPKM, Dana Sehat. Program JPKM

yang dimulai tahun 1998 mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam

meningkatkan cakupan tersebut Cakupan JPKM 100 % dari masyarakat miskin. Cakupan

jaminan kesehatan pra bayar pada tahun 2006 mencapai 35,27 %, dibandingkan pada

tahun 2004 dan 2005 mengalami peningkatan dari 25,60 % menjadi 30,87 %.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

46

Page 47: 1203398829_NarasiProfilKesehatanPropinsiJatim2006.docx

BAB VI

P E N U T U P

Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan

organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data dan informasi yang

berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan.

Dibidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem

informasi kesehatan. Salah satu luaran utama dari penyelenggaraan dari sistem informasi

kesehatan , sejak tahun 1998 telah dikembangkan paket sajian data dan informasi oleh

Pusat Data Kesehatan RI, merupakan kumpulan informasi yang sangat penting, karena

dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat.

Namun sangat disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih

belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi

dalam era desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Kabupaten/Kota menjadi

relatif lebih sulit . Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan

dalam Profil Kesehatan Propinsi yang diterbitkan saat ini belum sesuai dengan harapan.

Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Propinsi dapat memberikan gambaran

secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat

yang telah dicapai. Walaupun Profil Kesehatan Propinsi sering kali belum mendapatkan

apresiasi yang memadai, karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai

dengan harapan, namun ini merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang

meliputi data capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Indikator Indonesia Sehat

2010. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Propinsi,

perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat

untuk mengisi kekosongan data agar dapat tersedia data dan informasi khususnya yang

bersumber dari Kabupaten/Kota.

Surabaya, Nopember 2007.

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2006

47