118108821-ABORTUS-HABITUALIS

22
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT Juni 2010 ABORTUS HABITUALIS OLEH : IRWAN ASHARI C 111 04 126 PEMBIMBING Dr. LILIANI O. T. D KONSULEN Dr. EDDY R. MOELJONO Sp. OG (K)

Transcript of 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

Page 1: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT

Juni 2010

ABORTUS HABITUALIS

OLEH :

IRWAN ASHARI

C 111 04 126

PEMBIMBING

Dr. LILIANI O. T. D

KONSULEN

Dr. EDDY R. MOELJONO Sp. OG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010

Page 2: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

ABORTUS HABITUALIS

A. PENDAHULUAN

Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi kehamilan pada usia kehamilan

dibawah 20 minggu. Abortus memiliki gejala pendarahan, keluarnya konsepsi, dan

mengalami kontraksi. Hal ini terjadi akibat adanya pembukaan dari mulut rahim atau

cervix. Penyebabnya antara lain adalah karena adanya kelainan kromosom dan

inkompeten cervix, dan konsepsi yang tidak baik. Hasil konsepsi yang tidak baik akan

dianggap sebagai benda asing oleh rahim dan akan dibuang. Usia sang ibu juga

nampaknya sedikit berpengaruh. Dari data yang ada, semakin tua usia sang ibu, maka

resiko untuk mengalami abortus juga semakin tinggi.1,2

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih

berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sukar hamil, tetapi kehamilannya berakhir

sebelum 28 minggu. Angka kejadian jenis abortus ini ialah 0,4% dari semua kehamilan.

Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak mendapat kesulitan untuk

menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti

sebelum waktunya, biasanya pada trimester pertama tetapi kadang-kadang pada

kehamilan yang lebih tua.3,4

Walaupun terjadinya abortus berturut-turut mungkin kebetulan, namun wajar

untuk memikirkan adanya sebab dasar yang mengakibatkan peristiwa berulang ini.

Sebab dasar ini kurang lebih 40% tidak diketahui; yang diketahui, dapat dibagi 3

golongan : a) kelainan pada zigot; b) gangguan fungsi endometrium, yang menyebabkan

gangguan implantasi ovum yang dibuahi dan/atau gangguan dalam pertumbuhan

mudigah; c) kelainan anatomik pada uterus yang dapat menghalangi berkembangnya

janin di dalamnya dengan sempurna.4

Bila menghadapi seorang ibu dengan riwayat abortus berulang maka harus

mempelajari kasus ini dengan baik dengan melakukan pendataan tentang riwayat suami

istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomis maupun laboratorik Perhatikan

apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau trimester kedua. Bila terjadi pada

trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari sesuai kemungkinan etiologi

atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka

faktor – faktor penyebab lebih cenderung pada faktor anatomis terjadinya inkompetensi

serviks dan adanya tumor (mioma uteri) serta infeksi yang berat pada uterus atau

serviks.1

Page 3: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

B. INSIDEN

Bishop melaporkan frekuensi 0,41% abortus habitualis pada semua kehamilan.

Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita

yang mengalami abortus habitualis ialah 73% dan 83,6%. Sebaliknya, Warton dan

Fraser dan Llewellyn-Jones member prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.3

C. ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang

sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 - 7,5 cm, lebar di tempat yang paling

lebar 5,25 cm dan tebal 2,5 cm. uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan

serviks uteri (1/3 bagian bawah).4

Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka keluar

melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang

terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang

berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan

serviks masih ada bagian yang disebut isthmus uteri.4

Bagian atas uterus disebut fundus uteri. Di situ tuba fallopii kanan dan kiri

masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri atas miometrium, yang merupakan otot polos

berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara

kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi

dan berelaksasi.4

Gambar 1.

Di kutip dari kepustakaan 5

Page 4: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut

endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma

dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkelok-kelok. Di korpus uteri

endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-kelenjar itu bermuara

di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi

sekali oleh hormon steroid ovarium.4

Uterus ini sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dan jaringan ikat dan

ligamentum yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamentum yang

memfiksasi uterus adalah :3

1. Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum (Mackenrodt) yakni ligamentum yang

terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan

berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya

ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteri uterina.

2. Ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang

menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian

belakang, kiri dan kanan, ke arah os sakrum kiri dan kanan.

3. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan

uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke

daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang terasa sakit di

daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat, dan

ligamentum rotundum menjadi kencang serta mengadakan tarikan pada daerah

inguinal. Pada persalinan ia pun teraba kencang dan terasa sakit bila dipegang.

4. Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi tuba,

berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.

Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian peritoneum viserale yang meliputi uterus

dan kedua tuba dan berbentuk segitiga lipatan. Di bagian dorsal ligamentum ini

ditemukan indung telur (ovarium sinistrum et dekstrum). Untuk memfiksasi uterus,

ligamentum latum ini tidak banyak artinya.

5. Ligamntum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba Falloppii

berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat

saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.

Disamping ligamentum tersebut di atas ditemukan pada sudut kiri dan kanan

belakang fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan yang menahan

ovarium. Ligamentum ovarii ini embriologis berasal dari gubernakulum; jadi

Page 5: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

sebenarnya asalnya seperti ligamentum rotundum yang juga embriologis berasal dari

gubernakulum.3

Gambar 2.

Di kutip dari kepustakaan 6

Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam

anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang

korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120o-130o dengan serviks uteri. Di

Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang)

yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.4

Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam

pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1:2, sedangkan pada wanita dewasa

2:1.4

Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke dalam

ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan

endometrium.4

Page 6: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

Gambar 3.

Di kutip dari kepustakaan 7

Pasokan darah :

Uterus mendapat darah dari arteria uterine (cabang a.iliaka interna). Arteri ini

berjalan dalam ligamentum latum dan setinggi os interna, menyilang ureter pada sudut

kanan untuk mencapai dan memasok darah ke uterus sebelum melakukan anastomosis

dengan arteri ovarika (cabang aorta abdominalis).8

Gambar 4.

Di kutip dari kepustakaan 9

Batas-batas :

Uterus dan serviks berbatasan dengan kavum uretrovesikalis dan permukaan atas

kandung kemih di anterior. Kavum retrouterina (douglasi), yang meluas ke bawah

sejauh forniks posterior vagina, merupakan batas posteriornya. Ligamentum latum

adalah batas lateral utama dari uterus.8

Page 7: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

Gambar 5.

Di kutip dari kepustakaan 10

Drainase limfatik :

Pembuluh limfe dari fundus menyertai a.ovarika dan mengalir menuju kelenjar

getah bening para-aorta. Pembuluh limfe dari korpus dan serviks mengalir ke kelenjar

getah bening iliaka interna dan eksterna.8

Kadang-kadang pada persalinan terjadi perdarahan banyak oleh karena robekan

serviks ke lateral, sehingga mengenai cabang-cabang a.uterina. Robekan ini disebabkan

antara lain pimpinan persalinan yang salah, persalinan dengan alat misalnya ekstraksi

dengan cunam yang dilakukan dengan cermat dan sebagainya. Dalam hal ini harus

berhati-hati dalam menjahit robekan serviks; kadang-kadang disangka robekan sudah

dijahit dengan baik oleh karena tidak tampak adanya perdarahan lagi, padahal

perdarahan tetap berlangsung terus ke dalam parametrium. Timbullah hematom di

parametrium yang sukar di diagnosis dan dapat mengakibatkan ibu yang baru bersalin

jatuh dalam syok dan jika hematom di parametrium tidak dipikirkan, wanita itu

mungkin tidak tertolong lagi.3

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh

bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi

plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya

kontraksi uterus dan mengawali proses abortus.11

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu :

Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi

chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi

masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam

terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.11

Pada kehamilan 8 – 14 minggu:

Page 8: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu

dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam

cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih

melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan

pervaginam yang banyak.11

Pada kehamilan minggu ke 14 – 22:

Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat

kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga

menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang

banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. 11

D. ENDOKRINOLOGI KEHAMILAN

Dari segi endokrinologi, maka kehamilan dibagi atas tiga masa, yaitu :4

- Kehamilan muda

Masa ini ditandai oleh meningkatnya pembentukan HCG dari sel-sel trofoblas

dan perubahan korpus luteum menjadi korpus luteum graviditatis. Korpus luteum

graviditatis memproduksi estrogen dan progesterone.4

- Kehamilan pertengahan triwulan pertama

Pada masa ini produksi HCG yang semula meningkat mulai menurun. Estrogen

dan progesterone tidak dihasilkan lagi oleh korpus luteum graviditatis, melainkan oleh

plasenta.4

- Kehamilan triwulan kedua dan ketiga

Pada masa ini plasenta menghasilkan steroid seks dalam jumlah yang sangat

besar. Selain itu terjadi pula peningkatan sekresi hormon PRL (Prolaktin) dari hipofisis

anterior. Plasenta juga membentuk human chorionic somatomammotropin (hCS),

human placental lactogen (hPL), atau human chorionic thyrotropin (hCt).4

Pembentukan HCG meningkat pada awal kehamilan dan mencapai puncaknya

pada hari ke 50 hingga hari ke 80 kehamilan. Hormon khorionik ini memicu sintesis

steroid seks tidak hanya di korpus luteum, melainkan juga di plasenta. Jumlah

progesterone yang dibentuk oleh plasenta mencapai 200 ng sehari atau lebih.

Progesterone ini dapat dibuktikan dengan memeriksa pregnandiol dalam urine 24 jam

atau dalam serum secara teraradioimun (TRI).4

Pada pihak lain, produksi estrogen meningkat perlahan-lahan dan mencapai

puncaknya pada akhir kehamilan. Kadar estrogen yang dibentuk oleh plasenta dapat

mencapai 40 ng sehari. Telah dibuktikan bahwa kadar estradiol serum yang sangat

Page 9: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

tinggi dapat menunjukkan kemungkinan adanya kehamilan ganda, sedangkan kadar

estradiol yang rendah menunjukkan adanya anensefalus atau gawat janin.4

Dalam kehamilan dijumpai pula peningkatan aktivitas adrenal. Ini tampak dari

pengeluaran 17-ketosteroid dan 17-hidroksisteroid. Peningkatan kortikosteroid ini

menimbulkan striae pada wanita hamil. Selain itu, berat kelenjar tiroid ternyata

meningkat dalam kehamilan. Telah diketahui di bawah pengaruh estrogen terjadi

peningkatan kapasitas pengikatan iodium oleh protein plasma.4

Di bawah pengaruh steroid seks uterus bertambah besar. Pada kehamilan 36

minggu beratnya mencapai 1000 gram (20 kali lipat). Pembesaran uterus itu sementara

dipicu oleh estrogen. Selain meningkatkan jumlah aktin dan myosin, estrogen juga

meningkatkan membrane potensial sel-sel otot tersebut. Progesterone menyebabkan

relaksasi otot-otot uterus. Relaksasi otot ini dibantu pula oleh enzim oksitosinase yang

menginaktifkan hormon oksitosin.4

Selain progesteron dan estrogen, korpus luteum juga menghasilkan relaksasin,

suatu hormon polipeptida. Hormon ini menyebabkan relaksasi tulang-tulang panggul.

Pembesaran payudara pada kehamilan dipengaruhi oleh steroid seks; dan pigmentasi

putting susu disebabkan oleh pengaruh estrogen yang merangsang melanin.4

E. ETIOLOGI

Resiko berulangnya abortus setelah abortus I adalah 20% ; resiko setelah abortus

II adalah 25% dan resiko setelah abortus III adalah 30%.10

Tabel 1.

Di kutip dari kepustakaan 11

Page 10: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

Defisiensi progesterone dan fase luteal

Faktor endokrin terlibat dalam RPL (Recurrent Pregnancy Loss) atau abortus

berulang sekitar 15% sampai 30% dari waktu. Cacat fungsional korpus luteum, atau

reseptor progesteron endometrium, dapat menyebabkan RPL. Pada pasien dengan

defisiensi fase luteal, kerugian umumnya terjadi sangat awal, di 4-7 minggu.

Progesteron dari korpus luteum diperlukan untuk mendukung kehamilan sampai

produksi progesterone di plasenta dimulai pada minggu kedelapan.12

Gangguan fase luteal dapat menjadi sebab infertilitas dan abortus muda yang

berulang. Gangguan fase luteal bisa menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat

transport ovum terlalu cepat, motilitas uterus yang berlebihan, dan kesukaran dalam

nidasi karena endometrium tidak dipersiapkan dengan baik.4

Progesteron yang dihasilkan dari korpus luteum sangat diperlukan untuk

keberhasilan implantasi dan pemeliharaan dari awal kehamilan sampai produksi

progesteron diambil alih oleh plasenta. Defek fase luteal telah digambarkan sebagai

penyebab keguguran. Klasiknya, diagnosis diperoleh setelah biopsi endometrium pada

hari ke 26 atau hari ke 27 dari siklus yang lebih dari 2 hari keluar dari fase, dan baru-

baru ini, kadar konsentrasi progesteron midluteal <10 ng / mL telah diusulkan untuk

menegakkan diagnosis. Wanita dengan out-of-fase biopsi endometrium tidak mampu

menjaga reseptor pregesterone endometrium abnormal dan memiliki αvβ3 integrin, yang

merupakan sebuah penanda penerimaan uterus. αvβ3 integrin biasanya muncul dalam

kelenjar endometrium pada hari siklus 20-21 selama implantasi. Sebagian besar pasien,

ketika diobati dengan progesteron atau suplemental dosis rendah clomiphene sitrat, akan

memiliki restorasi histologis endometrium yang normal dan αvβ3 normal. Implantasi

embrio yang lambat juga telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat keguguran.13

Hormon tiroid yang abnormal

Pada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi glandula

tiroidea kurang sempurna. Oleh sebab itu, pemeriksaan fungsi tiroid pada wanita-wanita

abortus berulang perlu dilakukan; pemeriksaan ini hendaknya dilakukan di luar

kehamilan.4

Sindrom polikistik ovarium

Wanita dengan PCOS (Polycystic Ovarian Symdrome) memiliki kesulitan

mencapai kehamilan dibandingkan dengan populasi umum, tetapi sifat hubungan antara

PCOS dengan keguguran berulang belum jelas.14

Page 11: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

Wanita dengan sindrom polikistik ovarium (PCOS) telah diamati mengalami

peningkatan kadar hormone luteinizing, hormone androgen, dan resistensi insulin.

Meskipun etiologi masih belum jelas, peningkatan kejadian keguguran telah di catat

pada wanita yang telah didiagnosis dengan PCOS. Hiperinsulinemia telah diusulkan

sebagai penyebab yang mungkin. Beberapa bukti menunjukkan bahwa resistensi insulin

dikaitkan dengan peningkatan kadar homosistein plasma.12

Hiperinsulinemi pada PCOS adalah hipotesis untuk berkontribusi pada awal

keguguran selama kehamilan, dan dalam suatu siding, pemberian metformin selama

kehamilan untuk wanita dengan riwayat perdarahan menunjukkan dapat mengurangi

angka keguguran pada trimester pertama pada wanita dengan PCOS. Dalam

persidangan yang lebih besar, dari 2000 wanita dengan riwayat perdarahan berulang,

prevalensi PCOS adalah 40,7%. Kriteria yang cukup untuk menentukan wanita dengan

PCOS mempunyai prognosis yang baik atau buruk adalah kehamilan di masa depan.14

Diabetes mellitus

Diabetes melitus secara tradisional disebutkan dalam hubungan dengan

peningkatan tingkat aborsi, tetapi telah ditetapkan bahwa diabetes terkontrol dengan

baik dengan kontrol glukosa (dengan diet atau insulin) tidak meningkatkan risiko aborsi

spontan. Pasien dalam kontrol yang baik dengan pengobatan oral sebelum pembuahan

akan mungkin juga mendapatkan hasil yang meningkat. Diabetes dengan kontrol

glikemik yang kurang baik dihubungkan dengan meningkatnya risiko kehilangan

kehamilan, dan ada hubungannya langsung antara kadar hemoglobin A1C (HbA1C) dan

tingkat aborsi.14

F. DIAGNOSIS

Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis.

Khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensi menunjukkan gambaran

klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks

tanpa disertai mules yang selanjutnya diikuti oleh pengeluaran janin yang biasanya

masih hidup dan normal. Apabila penderita datang dalam triwulan pertama, maka

gambaran klinik tersebut dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap

minggu. Penderita tidak jarang mengeluh bahwa ia mengeluarkan banyak lendir dari

vagina. Di luar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan

histerosalpingografi (HSG) yaitu ostium internumuteri melebar lebih dari 8 mm.3

Bila menghadapi seorang ibu dengan riwayat abortus berulang maka harus

mempelajari kasus ini dengan baik dengan melakukan pendataan tentang riwayat suami

Page 12: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomis maupun laboratorik Perhatikan

apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau trimester ke dua. Bila terjadi pada

trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari sesuai kemungkinan etiologi

atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka

faktor – faktor penyebab lebih cenderung pada faktor anatomis terjadinya inkompetensi

serviks dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi yang berat pada uterus atau serviks.

Ikutilah langkah – langkah investigasi untuk mencari faktor – faktor yang potensial

menyebabkan terjadinya abortus spontan yang berulang sebagai berikut :1,2

a. Riwayat penyakit terdahulu1,2

1. Kapan abortus terjadi. Apakah pada trimester pertama atau pada trimester

berikutnya adakah penyebab mekanis yang menonjol.

2. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat (naza).

3. Infeksi ginekologi dan obstetri.

4. Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome (thrombosis,

autoimmune phenomena, false-positive tests untuk sifilis)

5. Faktor genitik antara suami istri ( consanguinity ).

6. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan

sindroma yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus prematurus

yang kemudian meninggal.

7. Pemeriksaan diagnostik yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.

b. Pemeriksaan fisik1,2

1. Pemeriksaan fisik secara umum

2. Pemeriksaan ginekologi

c. Pemeriksaan laboratorium1,2

1. Kariotipe darah tepi kedua orang tua

2. Biopsi endometrium pada fase luteal

3. Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid

4. Antibodi antiphospholipid ( cardiolphin, phosphatidylserine )

5. Lukpus antilogulan ( “a partial thromboplastin time or Russell Viper Venom “ )

6. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit

7. Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, chlamdia) bila diperlukan.

G. DIAGNOSA BANDING

Page 13: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

95% perdarahan uterus pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus, namun

perlu diingat diagnosa banding dari perdarahan pervaginam pada kehamilan muda

yaitu : 11

1. Kehamilan ektopik

2. Perdarahan servik akibat epitel servik yang mengalami eversi atau erosi

3. Polip endoservik

4. Mola hidatidosa

5. Karsinoma servik uteri (jarang)

6. Mioma submukosa pedunkularis

H. KOMPLIKASI

1. Perdarahan (hemorrhage)

2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh

tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.

3. Infeksi dan tetanus

4. Payah ginjal akut

5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh :

- Perdarahan yang banyak disebut syok septik

- Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik.15

I. PENATALAKSANAAN

Biasanya wanita dengan abortus habitualis datang ke dokter tidak lama setelah ia

mengalami abortus untuk sekian kalinya. Jika ia belum hamil lagi, hendaknya waktu itu

digunakan untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang

mungkin menyebabkan abortus habitualis itu.4

Di samping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk bahan

penderita, dilakukan pula pemeriksaan suami-istri, antara lain pemeriksaan darah dan

urine rutin, pemeriksaan golongan darah, faktor Rh, dan tes terhadap sifilis, selanjutnya

pada istri dibuat kurve harian glukosa darah dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami

diperiksa fungsi sperma.4

Page 14: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

Pada wanita dengan abortus habitualis, yang datang dalam keadaan sudah hamil

lagi, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan seperti di atas, kecuali yang dapat

mengganggu kehamilan.4

Selain terapi yang bersifat kausal, maka penderita dengan abortus habitualis, jika

ia hamil, perlu mendapat perhatian khusus. Ia harus banyak istirahat, hal ini tidak berarti

bahwa ia harus tinggal terus di tempat tidur, akan tetapi perlu dicegah usaha-usaha yang

melelahkan.4

Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus adekuat

mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya dalam masa

organogenesis pemberian obat-obat harus dibatasi, dan obat-obat yang diketahui dapat

mempunyai pengaruh jelek terhadap janin, dilarang. Khususnya di mana faktor

emosional memegang peranan penting, pengaruh dokter sangat besar untuk mengatasi

ketakutan dan keresahan.4

Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi tiroid,

atau gangguan fase luteal.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. Abortus (Revisi 1). [on line] 2009 [cited 2009 November 13]. Available

from : URL : http://yamachiyo.wordpress.com

2. Hariadi R. Abortus Spontan Berulang. Dalam : Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi

Perdana. Surabaya : Penerbit Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan

Obstetri dan Ginekologi Indonesia.; 2004. Hal. 326-34.

3. Wiknjosastro H. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Dalam : Ilmu Kebidanan.

Edisi 3. Jakarta : Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007. Hal. 309-10.

4. Wiknjosastro H. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam : Ilmu

Kandungan. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.

Hal. 246-50

5. Vorvick L. Uterus. [on line] 2009 [cited 2009 November 1]. Available from : URL :

http://www.healthcentral.com/sexual-health/

Page 15: 118108821-ABORTUS-HABITUALIS

6. Brotherlim. Anatomi dan Fisiologi Sister Reproduksi Wanita.[on line] 2008 [cited

2009 November 1]. Available from : URL :

http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/f35.html

7. Anonym. Uterus and Uterine Tubes. [on line] 2008 [cited 2009 Oktober 30].

Available from : URL :

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/66/illu_cervix.jpg

8. Faiz O, Moffat D. Visera Pelvis. Dalam : At a Glance Series Anatomi. Jakarta :

Penerbit Erlangga; 2002. Hal. 56-7.

9. Anonym. File : Gray589.png [on line] 2007 [cited 2009 Oktober 30]. Available

from : URL : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d4/gray589.png

10. Anonym. Uterus. [on line] 2007 [cited 2009 oktober 29]. Available from : URL :

http://www.wikipedia.com

11. Widjanarko B. Abortus. [on line] 2009 [cited 2009 November 3]. Available from :

http://reproduksiumj.com

12. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. Recurrent Pregnancy Loss. In :

Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. 3rd ed. Lippincott Williams &

Wilkins. 2007. P.3-6

13. Carr BR, Blackwell RE, Azziz R. Recurrent Pregnancy Loss. In : Essential

Reproductive Medicine. New York : McGraw-Hill. 2005. P. 586.

14. Curtis MG, Overholt S, Hopkins MP. Infertility and Recurrent Pregnancy Loss. In :

Glass Ofice Gynecology, 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2006. P.6-7.

15. Mochtar R, Lutan D. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan. Dalam: Sinopsis

Obstetri. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;1998. Hal. 214-15.