10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

37
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Dalam beberapa hal, organisasi sektor publik memiliki kesamaan dengan sector swasta. Keduanya menggunakan sumber daya yang sama dalam mencapai tujuannya dan memiliki kemiripan dalam proses pengendalian. Akan tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan. Menurut Indra Bastian (2010 : 6) mendefinisikan Akuntansi Sektor Publik sebagai berikut : “Akuntansi Sektor Publik adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta”.

Transcript of 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

Page 1: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Sektor Publik

2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik

Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai

suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan

barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Dalam beberapa hal, organisasi sektor publik memiliki kesamaan dengan sector

swasta. Keduanya menggunakan sumber daya yang sama dalam mencapai

tujuannya dan memiliki kemiripan dalam proses pengendalian. Akan tetapi, untuk

tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh sektor swasta,

misalnya fungsi birokrasi pemerintahan.

Menurut Indra Bastian (2010 : 6) mendefinisikan Akuntansi Sektor Publik

sebagai berikut :

“Akuntansi Sektor Publik adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi

yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga

tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah

daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial pada proyek-proyek

kerjasama sektor publik dan swasta”.

Page 2: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

11

Sedangkan menurut Mardiasmo (2007 : 14) mendefinisikan Akuntansi

Sektor Publik sebagai berikut :

“Akuntansi Sektor Publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah

sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik”.

Sedangkan menurut Abdul Halim (2004:18) mendefinisikan Akuntansi

Sektor Publik sebagai berikut :

“Akuntansi Sektor Publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka

penyediaan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dari

entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari

pihak-pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan”.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Akuntansi

Sektor Publik merupakan mekanisme teknik, alat informasi akuntansi yang

diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat informasi baik bagi pemerintah

sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik.

2.1.2 Tujuan Akuntansi Sektor Publik

American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) yang dikutif

yang dikutip oleh Indra Bastian (2010 : 77) menyatakan bahwa tujuan akuntansi

pada organisasi sektor publik adalah untuk :

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,

efisien dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang

dipercayakan kepada organisasi.

Page 3: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

12

2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manjer untuk

melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan

efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya

dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada

publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik.

Akuntansi Sektor Publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan

informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Dimana, bagi pemerintah,

informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari

perencanaan stratejik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan

pelaporan kinerja.

2.2 Anggaran Sektor Publik

2.2.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

Menurut Government Accounting Standards Board (GASB) yang dikutip

oleh Indra Bastian (2010 : 79), definisi anggaran adalah :

“Rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi yang diusulkan dan

sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode

tertentu”.

Anggaran menjadi penghubung antara sumber daya keuangan dengan

perilaku manusia dalam rangka pencapaian tujuan keuangan sehingga tujuan

utama anggaran kemudian adalah untuk mengalokasikan dan menggunakan

sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuan baik di dalam organisasi sektor

swasta maupun publik.

Page 4: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

13

Anggaran sektor publik yang mempunyai fungsi yang berbeda dengan

anggaran sektor swasta, karena anggaran sektor publik merupakan instrumen

akuntabilitas atas dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai

dengan uang publik. Anggaran sektor publik lebih banyak batasan dari pada

anggaran sektor swasta.

2.2.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2007 : 63) Anggaran Sektor Publik mempunyai

beberapa fungsi utama, yaitu :

1. Alat Perencanaan

2. Alat Pengendalian

3. Alat Kebijakan Fiskal

4. Alat Politik

5. Alat Koordinasi dan Komunikasi

6. Alat Penilaian Kinerja

7. Alat Motivasi

8. Alat menciptakan Ruang Publik

Fungsi anggaran sektor publik diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Alat Perencanaan, merupakan alat perencanaan manajemen untuk

mencapai tujuan organisasi, apa yang akan dilakukan, berapa biayanya dan

berapa hasilnya.

Page 5: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

14

2. Alat Pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan

dan pengeluaran pemerintah. Anggaran merupakan alat untuk memonitor

kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program.

3. Alat Kebijakan Fiskal, melalui anggaran dapat diketahui arah kebijakan

fiskal pemerintah dapat digunakan untuk menstabilkan dan mendorong

pertumbuhan ekonomi.

4. Alat Politik, anggaran sebagai bentuk kesepakatan antara eksekutif dan

legislatif atas penggunaan dana publik.

5. Alat Koordinasi dan Komunikasi, yang menghubungkan berbagai unit

kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.

6. Alat Penilaian Kinerja, kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan

pencapaian target dan efisiensi pelaksanaan anggaran.

7. Alat Motivasi bagi pemerintah untuk bekerja secara ekonomis, efektif dan

efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi.

8. Alat menciptakan Ruang Publik, kelompok masyarakat bisa terlibat dalam

proses penganggaran publik.

2.2.3 Jenis-Jenis Anggaran

Menurut Nafarin (2008:38), anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa

sudut pandang, antara lain:

1. Menurut dasar penyusunan

Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari anggaran variabel dan

anggaran tetap.

Page 6: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

15

2. Menurut cara penyusunan

Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari anggaran periodik dan

anggaran kontinu

3. Jangka waktu dan menurut bidangnya.

Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari anggaran jangka pendek dan

anggaran jangka panjang. Sedangkan menurut bidangnya, anggaran terdiri dari

anggaran

2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD )

2.3.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Seperti halnya Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pengurusan

keuangan daerah juga diatur dengan membaginya menjadi pengurusan umum dan

pengurusan khusus.

Dengan demikian pada Pemerintah Daerah terdapat Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) dalam “pengurusan umum”nya dan kekayaan milik

daerah yang dipisahkan pada “pengurusan khusus”nya Penyusunan APBD bukan

hanya untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang dimaksud dalam Undang-

Undang 1945 akan tetapi dimaksudkan pula sebagai rencana kerja yang akan

dilaksanakan oleh pemerintah dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Berdasarkan pasal 64 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 tahun 1974

tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah APBD di definisikan sebagai berikut :

“Rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, di mana di suatu

pihak menggambarkan perkiraan setinggi-tingginya guna membiayai

Page 7: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

16

kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam 1 tahun anggaran

tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan

sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-

pengeluaran dimaksud”.

Dalam melaksanakan pengurusan keuangan Negara ini Pemerintah

menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang nomor 33 tentang Perimbangan

Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah dinyatakan dalam pasal 1 butir (17):

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat

APBD adalah suatu rencana keuangan daerah tahunan Pemerintahan

Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan

Daerah”.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut Peraturan Pemerintah

No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban keuangan

Daerah dinyatakan dalam pasal 1 butir (2):

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD

adalah suatu rencana Keuangan tahunan daerah yang ditetapkan

berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD”.

Page 8: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

17

APBD adalah suatu Anggaran Daerah. Kedua definisi APBD diatas

menunjukan bahwa suatu Anggaran Daerah, termasuk APBD, memiliki unsur-

unsur sebagai berikut :

1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.

2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk

menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan

adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-

pengeluaran yang akan dilaksanakan

3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.

4. Periode Anggaran, yaitu biasanya 1 (satu) tahun.

Rancangan APBD terbagi dalam tiga pos yaitu pos satu adalah Pendapatan

dan pos dua adalah Belanja Daerah dan pos tiga Pembiayaan. Pendapatan Daerah

diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan yang berasal dari

pemberian pemerintah/instansi yang lebih tinggi yang sekarang dikenal dengan

nama Dana Perimbangan, dan Dana Pinjaman Daerah. Pengeluaran dana atau

Belanja dalam APBD ini secara garis besar dikelompokan ke dalam empat

kelompok yaitu : Belanja Aparatur, Belanja Publik, Belanja Bagi Hasil dan

Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Tersangka, salah satu pengeluaran dalam

APBD yang di anggarkan yaitu Anggaran Belanja Publik.

Anggaran Belanja Publik disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat

No.903/2735/SJ perihal “Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD

Tahun anggaran 2001, penyusunan APBD hendaknya mengacu pada norma dan

prinsip anggaran sebagai berikut :

Page 9: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

18

1. Transportasi dan Akuntabilitas Anggaran

Transparansi tentang anggaran daerah merupakan salah satu persyaratan

paling utama untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, dan

bertanggungjawab.

Mengingat anggaran daerah merupakan salah satu sarana evaluasi

pencapaian kinerja dan tanggungjawab pemerintah mensejahterakan

masyarakat, maka APBD harus dapat memberikan informasi yang jelas

tentang tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari

suatu kegiatan/proyek yang dianggarkan.

2. Disiplin Anggaran

Anggaran yang disusun harus dilakukan berlandaskan atas asas efisiensi,

tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Keadilan Anggaran

Pembiayaan pemerintah daerah dilakukan melalui mekanisme pajak dan

retribusi yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat untuk itu perintah

wajib mengalokasikan penggunaan secara adil agar dapat dinikmati oleh

seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian

pelayanan.

4. Efisiensi dan efektivtias Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk

dapat menghasilakn peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang

maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat

mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam

Page 10: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

19

perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan

manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan / proyek yang

diprogamkan.

5. Format Anggaran

Pada dasarnya APBD disusun berdasarkan format Anggaran Defisit

(Defisit Budget Format). Selisih antara Pendapatan dan Belanja

mengakibatkan terjadinya surplus dan defisit anggaran, apabila terjadi

surplus, daerah dapat membentuk dana cadangan. Sedangkan bila terjadi

defisit, dapat ditutupi melalui sumber pembiayaan pinjaman dan atau

penerbitan obligasi daerah sesuai pembiayaan pinjaman perundang-

undangan yang berlaku.

2.3.2 Karakteristik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Karakteristik APBD di era reformasi menurut Abdul Halim (2004 : 16)

antara lain adalah :

a. APBD disusun oleh DPRD bersama-sama Kepala Daerah (Pasal 30

Undang-undang Nomor 5/1975).

b. Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan anggaran adalah pendekatan

line-item atau pendekatan tradisional. Dalam pendekatan ini anggaran

disusun berdasarkan jenis penerimaan dan pengeluaran. Pendekatan ini

merupakan pendekatan yang paling tradisional (tertua) di antara berbagai

pendekatan penyusunan anggaran. Pendekatan yang lebih maju misalnya

adalah :

Page 11: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

20

1. Program Budgeting

Anggaran disusun berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan

dijalankan. Pendekatan ini mengutamakan efektivitas.

2. Performance Budgeting

Penekanan pendekatan ini ada pada pengukuran hasil pekerjaan

(kinerja) sehingga output (keluaran)dapat dibandingkan dengan

pengeluaran dana yang telah dilakukan. Pendekatan ini memperhatikan

efisiansi.

3. Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)

Pendekatan ini merupakan variasi dari performance budgeting. PPBS

menggabungkan 3 unsur, yaitu perencanaan hasil, pemrograman

kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan penganggaran

(alokasi dana) untuk mencapai hasil yang diinginkan.

4. Zero Base Budgeting

Pendekatan penganggaran dasar nol juga merupakan variasi dari

performance budgeting yang menitikberatkan kepada efisiensi

anggaran. Oleh karenanya, menurut pendekatan ini, penyusunan

anggaran dengan didasarkan pada anggaran tahun lalu mengandung

resiko tersusunnya anggaran yang tidak efisien. Karena tidak dapat

menggunakan anggaran tahun lalu sebagai dasar penyusunan anggaran

tahun berjalan, maka pendekatan ini menuntut perencanaan yang baik.

Hal ini dapat dicapai melalui pengkoordinasian bagian perencanaan

dan penganggaran dalam satu wadah organisasi.

Page 12: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

21

c. Siklus APBD terdiri atas perncanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pemeriksaan, dan penyusunan dan penetapan perhitungan APBD.

Penyusunan dan penetapan perhitungan APBD merupakan

pertanggungjawaban APBD. Pertanggungjawaban itu dilakukan dengan

menyampaikan perhitungan APBD kepada Menteri Dalam Negeri untuk

Pemerintah Daerah Tingkat I dan kepada Gubernur untuk Pemerintah

Daerah Tingkat II. Jadi, pertanggungjawaban bersifat vertikal.

d. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan dan tahap penyusunan dan

penetapan perhitungan APBD, pengendalian dan pemeriksaan / audit

terhadap APBD bersifat keuangan. Hal ini tampak pada pengawasan

APBD berdasarkan objek yang meliputi pengawasan pendapatan daerah

dan pengawasan pengeluaran daerah. Pengawasan tersebut tidak

memperhitungkan pertanggungjawaban dari aspek lain, misalnya dari

aspek kinerja.

e. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan

terhadap tiga unsur utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan

perundangan yang berlaku, unsur kehematan dan efisiensi,dan hasil

program (untuk proyek-proyek daerah).

f. Sistem akuntansi keuangan daerah menggunakan stelsel cameral (tata

buku anggaran). Menurut stelsel (system pembukuan ) ini, penyusunan

anggaran dan pembukuan saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Dasar pemilihan stelsel kameral dan bukannya stelsel komersial (tata buku

kembar/berpasangan) adalah tujuan pembukuan. Karena tujuan

Page 13: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

22

pembukuan keuangan daerah di era pra reformasi adalah pembukuan

pendapatan, maka stelsel yang cocok digunakan adalah stelsel komersial.

Pada stelsel kameral, diperolehnya pendapatan adalah pada saat

penerimaan, sedangkan pembiayaan terjadi pada saat dilakukan

pembayaran. Oleh karena itu stelsel kameral ini disebut juga tata buku kas

2.3.3 Proses Penyusunan dan Penetapan APBD

Proses penyusunan APBD menurut Laporan Kemajuan Kegiatan

Implementasi Otonomi Daerah Tahun 2000 yang disusun oleh Departemen Dalam

Negeri dan Otonomi Daerah pada Bab III tentang penyusunan dan penetapan

APBD pasal 21 dijelaskan proses penyusunan APBD sebagai berikut :

(1) Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah

bersama-sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD.

(2) Berdasarkan arah dan kebijakan umum APBD sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), pemerintah Daerah menyusun strategi dan prioritas APBD.

(3) Berdasarkan strategi dan prioritas APBD sebagaiman dimaksud dalam

ayat (2) dan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan Keuangan

Daerah, Pemerintah Daerah menyiapkan rancangan APBD.

Sedangkan Proses Penetapan APBD menurut Laporan Kemajuan Kegiatan

Implementasi Otonomi Daerah Tahun 2000pada Bab III pasal 22, dijelaskan

sebagai berikut :

(1) Kepala Daerah menyampaikan rancangan APBD kepada DPRD untuk

mendapatkan persetujuan

Page 14: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

23

(2) Apabila rancangan APBD tidak disetujui DPRD, Pemerintah Daerah

berkewajiban menyempurnakan rancangan APBD tersebut.

(3) Penyempurnaan rancangan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),

harus disampaikan kembali kepada DPRD.

(4) Apabila rancangan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak

disetujui DPRD, pemerintah Daerah menggunakan APBD tahun

sebelumnya sebagai dasar pengurusan Keuangan Daerah.

2.4 Anggaran Berbasis Kinerja

Menurut Sony Yuwono,dkk. (2005 : 34) mendefinisikan Anggaran Kinerja

sebagai berikut :

“Anggaran Kinerja adalah sistem anggaran yang lebih menekankan pada

pendayagunaan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal”.

Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup

kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk

mencapai tujuan dan sasaran program. Dengan anggaran kinerja akan terlihat juga

hubungan yang jelas antara input, output dan outcome yang akan mendukung

terciptanya sistem pemerintahan yang baik. Untuk dapat mengukur anggaran

berbasis kinerja, pemerintah daerah terlebih dahulu harus memiliki Renstra.

Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

mendefinisikan rencana stratejik sebagai berikut :

Page 15: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

24

“Perencanaan stratejik merupakan suatu proses yang berorientasi pada

hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu taun sampai dengan lima

tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala”.

Jadi Renstra merupakan kegiatan dalam mencari tahu dimana organisasi

berada pada saat ini, arahan kemana organisasi harus menuju, dan bagaimana cara

(strategi) untuk mencapai tujuan itu. Oleh karena itu, Renstra merupakan analisis

dan pengambilan keputusan strategi untuk masa depan organisasi untuk

menempatkan dirinya pada masa yang akan datang. Pada prinsipnya, terdapat

beberapa langka h yang lazim dalam melakukan perencanaan stratejik yaitu,

merumuskan visi dan misi, memutuskan tujuan dan sasaran, dan merumuskan

stratejik-stratejik untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Menurut Sony Yuwono,dkk. (2005 : 37) menjelaskan bahwa untuk dapat

melaksanakan anggaran kinerja dengan baik di lembaga pemerintah daerah

diperlukan syarat utama, yaitu:

1. Keterlibatan DPRD dalam perencanaan anggaran DPRD sebagai wakil

masyarakat peran yang sangat penting dalam ikut menyusun perencanaan

anggaran.

2. Adanya desentralisasi wewenang hingga ke level unit kerja sebagai pusat

pertanggungjawaban.

Menurut Darise (2008:146), penganggaran berbasis kinerja merupakan

metode penganggararan yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara

keluaran dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi

Page 16: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

25

dalam pencapaian keluaran dari hasil tersebut. Siklus anggaran meliputi empat

tahap yang diungkapkan menurut Mardiasmo (2009:70) yang terdiri atas:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar

taksiran pendapatan yang tersedia. Yang didasari oleh visi, misi, dan tujuan

organisasi. Terkait dengan hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa sebelum

menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya dilakukan penaksiran pendapatan

terlebih dahulu.

2. Tahap Ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit.

Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta kesiapan mental yang

tinggi. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus

mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang

rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak legislatif.

3. Tahap Implementasi

Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan oleh

manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan

sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini

bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan

handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati,

dan bahkan diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya.

Page 17: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

26

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi

Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek

operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan

aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem

akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan

tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemui banyak masalah.

2.5 Penilaian Kinerja

Menurut Indra Bastian (2010:329) mendefinisikan Kinerja sebagai berikut:

“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi

dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu

organisasi”.

Sedangkan menurut Mardiasmo (2007:122) menjelaskan bahwa Penilaian

Kinerja memiliki tujuan atau manfaat bagi manajemen untuk :

a) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai

kinerja manajemen ;

b) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang tela ditetapkan ;

c) Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan

membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan

korektif untuk memperbaiki kinerja ;

Page 18: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

27

d) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward &

punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai

dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati ;

e) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka

memperbaiki kinerja organisasi ;

f) Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi

2.6 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi perlunya

sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Hal ini

baru dapat dicapai jika seluruh tingkat pimpinan menyelenggarakan kegiatan

pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing.

Dengan demikian maka penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi

Pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan

pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan

efektif. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan

memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah dapat

mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan

negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan. Sistem ini dikenal sebagai Sistem Pengendalian

Intern yang dalam penerapannya harus memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan

fungsi Instansi Pemerintah tersebut.

Page 19: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

28

Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara memerintahkan pengaturan lebih lanjut ketentuan

mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan

Peraturan Pemerintah.

Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi pada

pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan,

dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang

memadai, bukan keyakinan mutlak.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dikembangkan unsur Sistem

Pengendalian Intern yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolok

ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern.

Pengembangan unsur Sistem Pengendalian Intern perlu mempertimbangkan aspek

biaya-manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan kriteria

pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi serta dilakukan

secara komprehensif.

2.6.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Dijelaskan oleh Mahmudi (2010: 20) bahwa sistem akuntansi berkaitan

erat dengan sistem pengendalian internal organisasi. Sistem akuntansi yang baik

adalah sistem akuntansi yang di dalamnya mengandung sistem pengendalian yang

memadai.

Pengertian sistem pengendalian intern adalah proses yang integral dari

tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen (eksekutif) dan jajarannya

untuk memberikan jaminan atau keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan

Page 20: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

29

organisasi dalam melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan

keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan.

Menurut PP No. 60 tahun 2008 dijelaskan bahwa Sistem Pengendalian

Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP,

adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di

lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2.6.1.1 Tujuan Pengendalian Internal

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan

bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan. Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan berpedoman pada

SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini. SPIP sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai

bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan

Page 21: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

30

pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,

dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan penyelenggaraan tersebut adalah untuk menentukan apakah

pengendalian telah berjalan seperti yang dirancang dan apakah orang yang

melaksanakan memiliki kewenangan serta kualifikasi yang diperlukan untuk

melaksanakan pengendalian secara efektif, sedangkan tujuan dibangunnya sistem

pengendalian intern menurut Mahmudi (2010:20) adalah :

1. Untuk melindungi aset (termasuk data) negara

2. Untuk memelihara catatan secara rinci dan akurat

3. Untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan andal

4. Untuk menjamin bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku (Standar Akuntansi Pemerintah/SAP)

5. Untuk efisiensi dan efektifitas operasi

6. Untuk menjamin ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan perundangan

yang berlaku.

2.6.1.2 Unsur-Unsur Pengendalian Internal

Menurut PP No 60 tahun 2008 bahwa SPIP terdiri atas unsur:

1. Lingkungan pengendalian;

2. Penilaian risiko;

3. Kegiatan pengendalian;

4. Informasi dan komunikasi; dan

5. Pemantauan pengendalian intern.

Page 22: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

31

Penerapan unsur SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah .

1. Lingkungan Pengendalian

Pada PP No. 60 tahun 2008 pasal 4 di jelaskan bahwa Pimpinan Instansi

Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang

menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian

Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:

a. Penegakan integritas dan nilai etika;

b. Komitmen terhadap kompetensi;

c. Kepemimpinan yang kondusif;

d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM

2. Penilaian Risiko

Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan Instansi Pemerintah dapat

menetapkan tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan. Penilaian risiko ini terdiri atas:

a. Penetapan tujuan instansi secara keseluruhan

b. Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan

c. Identifikasi risiko

d. Analisi risiko

e. Mengelola risiko selama perubahan

Page 23: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

32

3. Kegiatan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian

sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dari sifat, tugas dan fungsi yang

bersangkutan. Kegiatan pengendalian sebagaimana yang dimaksud pada PP NO.

60 tahun 2008 pasal 18 ayat (3) terdiri atas:

a. Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;

b. Pembinaan sumber daya manusia;

c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

d. Pengendalian fisik atas aset;

e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

f. Pemisahan fungsi;

g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

k. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan

kejadian penting.

Menurut Mahmudi (2010:22) Komponen penting yang terkait dengan sistem

pengendalian internal khususnya kegiatan pengendalian antara lain:

a. Sistem dan prosedur akuntansi

b. Otorisasi

c. Formulir, dokumen dan catatan

d. Pemisahan tugas

Page 24: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

33

4. Informasi dan Komunikasi

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat dan

mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Komunikasi

atas informasi sebagaimana dimaksud wajib diselenggarakan secara efektif.

Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya:

a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan

b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus

menerus.

5. Pemantauan

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem

Pengendalian Intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi

terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

Pemantauan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2)

diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,

rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

2.6.1.3 Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Internal

Menurut Jalu Aribowo (2009) peran dan tanggung jawab orang-orang

dalam organisasi terhadap SPIP adalah:

a. Manajemen

Page 25: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

34

Dalam hal ini adalah Menteri/Pimpinan, lembaga, Gubernur, dan

bupati/walikota serta jajaran manajemen di lingkungannya. Para pimpinan

inilah yang paling bertanggungjawab menyelenggarakan SPIP dilingkungan

kerjanya. Disamping itu pimpinan memegang peranan penting dalam

penerapan SPIP yang memerlukan keteladanan dari pimpinan yang

mempengaruhi integritas, etika dan faktor lainnya dari lingkungan

pengendalian yang positif.

b. Seluruh pegawai SPIP dengan berbagai tingkatan, menjadi tanggungjawab

semua pegawai dalam suatu instansi dan seharusnya ada dalam uraian

pekerjaan setiap pegawai. Setiap pegawai menghasilkan informasi yang

digunakan dalam sistem pengendalian intern atau melakukan tindakan lain

yang diperlukan untuk mempengaruhi pengendalian.

Setiap pegawai juga harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan

masalah dalam pelaksanaan kegiatan instansi, ketidakpatuhan terhadap aturan

prilaku, serta pelanggaran kebijakan atau tindakan-tindakan yang illegal

lainnya.

c. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memiliki peran yang penting

untuk mengevaluasi efektivitas penerapan SPIP, dan memberikan kontribusi

terhadap efektivitas SPIP yang sedang berlangsung. Karena posisi organisasi

APIP independen dari manajemen serta otoritas yang disandangnya, APIP

sering berperan dalam fungsi pemantauan.

d. Auditor Eksternal dan Pihak Luar Instansi

Page 26: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

35

Sejumlah pihak luar sering memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan

instansi. Auditor eksternal membawa pandangan yang objektif dan

independen, mengkontribusikan langsung melalui pernyataan audit atas

laporan keuangan dan tidak langsung menyediakan informasi penting untuk

manajemen dalam menjalankan tanggung jawabnya termasuk sistem

pengendalian intern. Pihak lain yang juga memberikan pengaruh kepada

instansi adalah legislator, regulator dan stakeholders lainnya yaitu pihak-pihak

yang berkepentingan atau terkait dengan instansi. Namun pihak luar tidak

bertanggung jawab atau tidak menjadi bagian dalam sistem pengendalian

intern.

2.6.1.4 Keterbatasan Pengendalian Internal

Menurut Hiro Tugiman (2006:9) menyatakan bahwa permasalahan

pengendalian yang merupakan keterbatasan, antara lain:

1. Banyak pengendalian yang ditetapkan memiliki tujuan yang tidak jelas.

2. Pengendalian lebih diartikan sebagai tujuan akhir yang harus dicapai

bukan sebagai atau sasaran untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Pengendalian ditetapkan terlalu berlebihan (over controlling) tanpa

memperhatikan sisi manfaat dan biayanya

4. Penerapan yang tidak tepat dari pengendalian juga mengakibatkan

berkurangnya atau hilangnya inisiatif dan kreatifitas setiap orang.

Page 27: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

36

5. Pengendalian tidak memperhitungkan aspek perilaku (behavioral ) padahal

faktor manusia merupakan kunci utama untuk berhasilnya suatu

pengendalian.

2.6.1.5 Efektivitas Pengendalian Internal

Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang

dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengendalian internal dikatakan

efektif bila memahami tingkat sejauh mana tujuan operasi entitas tercapai, laporan

keuangan yang diterbitkan dipersiapkan secara handal, hukum, dan regulasi yang

berlaku dipatuhi.

Menurut Mardiasmo (2010: 134) pengertian efektivitas adalah sebagai

berikut:

“Efektivitas adalah ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan, maka

organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Hal terpenting yang

perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang besar

biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh

jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar

daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu

program atau kegiatan telah mncapai tujuan yang telah ditetapkan.”

Page 28: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

37

Berdasarkan pengertian diatas jika dikaitkan dengan penerapan

pengendalian internal dapat dikatakan bahwa tercapainya tujuan suatu organisasi

ditetapkan oleh pihak manajemen melalui penerapan sistem pengendalian internal.

Tujuan sistem pengendalian internal pemerintah sendiri memiliki tujuan

untuk mencapai kegiatan pemerintahan yang efektif dan efisien, perlindungan aset

negara, keterladanan laporan keuangan, dan kepatuhan pada perundang-undangan

dan peraturan serta kebijakan yang berlaku

2.7 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1

Penelitian sebelumnya

No Penulis Judul Hasil penelitian Perbedaan

1 Komang Sri

Endrayani,

I Made

Pradana

Adiputra,

Nyoman Ari

Surya

Darmawan

(2014)

Pengaruh

Penerapan

Anggaran

Berbasis Kinerja

Terhadap

Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah

(Studi Kasus pada

Dinas Kehutanan

UPT KPH Bali

penerapan

anggaran berbasis

kinerja

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

akuntabilitas

kinerja instansi

pemerintah.

Variabel

dependen pada

penelitian ini

yaitu

Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah.

Sedangkan yang

penulis lakukan

adalah Sistem

Pengendalian

Page 29: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

38

Tengah

Kota Singaraja)

Internal

Pemerintah

2 Sumantri,2013 Penerapan

Anggaran

Berbasis Kinerja

Badan Layanan

Umum

Berdasarkan

Kualitas SDM

Secara statistik

tidak terjadi

pengaruh kualitas

sumber daya

manusia dan

penerapan

anggaran berbasis

kinerja, tetapi

secara teknis

berpengaruh.

Variabel

dependen pada

penelitian ini

yaitu kualitas

sumber daya

manusia.

Sedangkan yang

penulis lakukan

adalah Sistem

Pengendalian

Internal

Pemerintah

3 Bakrie Wahid,

(2015)

Pengaruh

Efektivitas

Pengendalian

Anggaran

Terhadap

Pelaksanaan

Anggaran

Berbasis Kinerja

Pada Dinas

Hasil penelitian

menunjukkan

bahwa Efektifitas

Pengendalian

Anggaran (X)

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

Anggaran

Berbasis Kinerja

dijadikan

sebagai variabel

dependen,

pengendalian

anggaran

sebagai variabel

independen.

Page 30: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

39

Pendidikan

Kabupaten

Boalemo

Pelaksanaan

Anggaran

Berbasis Kinerja

(Y)

Sedangkan yang

penulis lakukan

adalah Sistem

Pengendalian

Internal

Pemerintah

variabel

dependen

Anggaran

Berbasis Kinerja

4

Venni

Avionita, 2013

Pengaruh

Anggaran

Berbasis Kinerja

Terhadap Kinerja

Program

Peningkatan

Disiplin Aparatur

Instansi

Pemerintah

Daerah

Hasil pengujian

menunjukkan

bahwa

implementasi

anggaran berbasis

kinerja

berpengaruh

positif terhadap

kinerja program

peningkatan

disiplin aparatur

instansi

pemerintah

Variabel

dependen pada

penelitian ini

yaitu kinerja

program

peningkatan

disiplin aparatur

instansi

pemerintah

daerah.

Sedangkan yang

penulis lakukan

adalah Sistem

Page 31: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

40

daerah. Pengendalian

Internal

Pemerintah

5 Haspiarti

(2012)

Pengaruh

Penerapan

Anggaran

Berbasis Kinerja

Terhadap

Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah (Studi

Pada Pemerintah

Kota Parepare)

Penerapan

anggaran

berbasis kinerja

berpengaruh

positif

terhadap

akuntabilitas

kinerja instansi

pemerintah

Variabel

dependen:

Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah

Variabel

independen:

Penerapan

Anggaran

Berbasis Kinerja

2.8 Kerangka Pemikiran

Pemerintah Daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

segi internal, yaitu peningkatan kinerja yang optimal dan segi eksternal yaitu

adanya tuntutan masyarakat yang menghendaki agar pemerintah daerah mampu

menciptakan tujuan masyarakat daerah yang sejahtera sebagai suatu implikasi dari

penerapan otonomi daerah yang mengedepankan akuntabilitas kinerja dan

peningkatan pelayanan publik (Abdul Halim, 2007).

Pemerintah dalam sebuah negara demokrasi mewakili kepentingan rakyat,

uang yang dimiliki pemerintah adalah uang rakyat, dan anggaran yang

Page 32: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

41

menunjukkan rencana pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat tersebut

(Indra Bastian, 2010).

Menurut Deddi Nordiawan (2007), kegunaan anggaran adalah sebagai alat

penilaian kinerja, artinya anggaran merupakan suatu ukuran yang bisa menjadi

patokan apakah suatu bagian atau unit kerja telah memenuhi target, baik berupa

terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dialokasikan ke unit

organisasi pemerintah daerah berupa SKPD (Mahmudi, 2011). APBD merupakan

amanat rakyat kepada Pemerintah Daerah untuk mewujudkan aspirasi dan

kebutuhan masyarakat dalam satu tahun fiskal tertentu yang dinyatakan dalam

satuan mata uang.

Perwujudan amanat rakyat di sisi pemerintah daerah ini dinyatakan dalam

bentuk rencana kerja yang akan dilaksanakan pemerintah daerah dengan

menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Dengan demikian, penyusunan

anggaran daerah harus berorientasi pada kepentingan masyarakat/ publik (Indra

Bastian, 2006)

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan reformasi anggaran daerah

dan reformasi dalam pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.

Reformasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan pola penganggaran

berbasis kinerja dan laporan pertanggungjawaban yang juga bersifat kinerja.

Page 33: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

42

Melalui sistem penganggaran berbasis kinerja ini, penetapan besarnya

alokasi anggaran daerah lebih mempertimbangkan nilai uang dan nilai uang yang

mengikutifungsi sesuai dengan kebutuhan nyata setiap unit kerja. Hal ini karena

APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari program kebijakan serta usaha

pembangunan yang dituangkan dalam bentuk aktifitas yang dimiliki oleh unit

kerja terkecil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah dibebankan dalam

setiap tahun.

Setiap pemerintah daerah akan diketahui kinerjanya dengan menggunakan

anggaran berbasis kinerja. Kinerja ini akan tercermin pada laporan

pertanggungjawaban dalam bentuk laporan prestasi kerja SKPD. Ketentuan

penerapan anggaran berbasis kinerja telah dinyatakan dalam Permendagri No. 59

Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan ini disebutkan tentang penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). Adanya RKA-SKPD ini berarti

telah terpenuhinya kebutuhan tentang anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas,

dimana anggaran berbasis kinerja menuntut adanya output optimal atau

pengeluaran yang dialokasikan sehingga setiap pengeluran harus berorientasi atau

bersifat ekonomi, efisien, dan efektif didalam pelaksanaannya dan mencapainya

suatu hasil (outcome).

Instansi dituntut untuk membuat standar kinerja pada setiap anggaran

kegiatan sehingga jelas tindakan apa yang akan dilakukan, berapa biaya yang

dibutuhkan, dan berupa hasil yang diperoleh (fokus pada hasil). Anggaran

berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada output

Page 34: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

43

organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, dan rencana strategis

organisasi. Anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan

dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun (Indra Bastian, 2006).

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, pengertian anggaran

berbasis kinerja adalah suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang

didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin dicapai. Penerapan dengan

pendekatan kinerja didalam kegiatan rencana kinerjanya, instansi pemerintah

harus mematuhi unsur-unsur anggaran kinerja yang bisa dipahami dengan baik

oleh semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.

Secara umum unsur-unsur yang harus dipahami menurut Badan

Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK, 2008) diantaranya: pengukuran

kinerja, penghargaan dan hukuman, kontrak kinerja, kontrol eksternal dan

internal, serta pertanggungjawaban manajemen agar bisa dilaksanakan sesuai

tujuan pelaksanaan kinerjanya.

Pengendalian internal pemerintah daerah diatur dalam Peraturan

Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah. Pada dasarnya pengendalian intern merupakan suatu proses yang

dijalankan dan dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang

pencapaian tiga golongan tujuan yaitu, a) efektifitas dan efisiensi operasi, b)

keandalan laporan keuangan, c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku menurut Coso dalam Bastian (2009).

Page 35: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

44

Definisi di atas memberikan pengertian bahwa pengendalian internal

adalah proses yang dapat dipengaruhi manajemen dan karyawan dalam

menyediakan secara layak suatu kepastian mengenai prestasi yang diperoleh

secara objektif dalam penerapannya tentang bagian laporan keuangan yang dapat

dipercaya, diterapkannya efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan operasi

perusahaan dan diterapkannya peraturan dan hukum yang berlaku agar ditaati oleh

semua pihak.

Masih ditemukannya penyimpangan dan kebocoran di dalam laporan

keuangan oleh BPK, menunjukkan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

belum memenuhi karakteristik nilai informasi yang disyaratkan.

Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk opini itu sendiri dengan

mempertimbangkan kriteria kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP); kecukupan pengungkapan; kepatuhan terhadap peraturan perundang -

undangan dan efektivitas pengendalian intern ( BPK, 2009).

BPK memberikan opini Disclaimer diantaranya disebabkan oleh

kelemahan sistem pengendalian internal. Permasalahan penting yang masih

ditemukan BPK dalam pemeriksaan LKPD mengenai pengendalian intern antara

lain adalah:

1. Pengendalian atas pengelolaan pendapatan daerah belum memadai, di

antaranya penatausahaan piutang pajak dan retribusi daerah tidak tertib,

penggunaan langsung atas pendapatan daerah, adanya kekurangan

penetapan dan penerimaan pajak dan retribusi daerah, penyetoran

retribusi daerah tidak dilakukan secara tepat waktu, dan piutang pajak

Page 36: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

45

yang telah kadaluarsa serta tunggakan pajak yang berpotensi tidak

tertagih

2. Sistem pengendalian intern yang lemah atas pengelolaan hibah, bantuan

sosial dan bantuan keuangan yang pada umumnya belum didukung

dengan laporan pertanggungjawaban dari para penerima hibah, bantuan

sosial dan bantuan keuangan.

Dalam penyusunan keuangan daerah yang baik, selain SKPD harus

memiliki sumber daya manusia yang kompeten, SKPD juga harus memiliki sistem

pengendalian intern yang baik. Lemahnya sistem pengendalian intern dapat

mempengaruhi kualitas laporan keuangan daerah yang dihasilkan. Dan salah satu

tolak ukur apakah sudah tercapainya tujuan SPIP terhadap keandalan laporan

keuangan adalah ditaatinya peraturan perundang-undangan yang berlaku yang

dicerminkan melalui opini BPK yang menjadi ukuran lain mengenai kualitas

laporan keuangan pemerintah.

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Anggaran BerbasisKinerja

Efektivitas SistemPengendalian Internal

Pemerintah

Page 37: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 ...

46

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis berdasarkan kajian teori maka hipotesis yang ingin dibuktikan dari

penelitian ini adalah:

H0:Tidak ada Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah.

Ha:Ada Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah.