07.Kasus Graves Ophtalmopathy
-
Upload
meldina-filia-simatupang -
Category
Documents
-
view
12 -
download
3
description
Transcript of 07.Kasus Graves Ophtalmopathy
LAPORAN KASUS
Grave’s Ophtalmopathy
Disusun Oleh:
Meldina Sari Simatupang
112014329
Pembimbing :
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 27 APRIL – 30 MEI 2015
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI - BOGOR
I. IDENTITAS
Nama : Ny. U Agama : Islam
Umur : 40 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Bogor
II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 05 Mei 2015 pukul 13.30 WIB
Keluhan Utama
Mata terasa menonjol keluar sebelah kanan sejak 7 bulan SMRS.
Keluhan Tambahan
pasien merasa berdebar-debar, gelisah, suka berkeringat (tidak tahan panas),
pembengkakan di leher, tangan suka gemetaran.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Ciawi dengan keluhan mata kanan terasa menonjol
keluar sejak 7 bulan SMRS. Sebelumnya penglihatan pasien pandangan double
saat melihat TV, liat cahaya silau dan tidak adanya mata kanan menonjol serta
mengaku ada rasa khawatir (gelisah), suka berkeringat (tidak tahan panas), berat
badan menurun, pembengkakan di leher serta pasien cek ke bagian penyakit
dalam, kemudian oleh dokternya di diagnosa ada hipertiroid sejak 3 tahun SMRS.
Setelah 1 tahun minum obat anti hipertiroid secara teratur, pasien merasa lebih
nyaman dan gejala-gejala tersebut tidak ada serta menghentikan minum obat anti
hipertiroid. Setelah ±10 bulan tidak minum obat anti hipertiroid, mata pasien
mengeluh terasa keluar sebelah kanan, oleh dokter penyakit bagian dalam di rujuk
ke bagian penyakit mata.
Pada tanggal 10 Oktober 2014 pasien datang ke poli mata RSUD Ciawi untuk
di periksa oleh dokter mata karena pasien mengeluh mata kanan keluar, ada silau,
berair, saat melihat TV pandangan double. Keluahan adanya rasa mengganjal,
gatal, keluar kotoran mata yang lengket, mata merah, nyeri, pusing, mual-muntah,
demam disangkal oleh pasien.
Kurang lebih 6 bulan kemudian pasien kontrol ke dokter mata, pengobatan
anti hipertiroid masih tetap dianjurkan dan pemberian obat oral untuk mata juga.
Pada taggal 05 Mei 2015 ibu datang kontrol ke poli mata karena ± 2 minggu tidak
minum mata karena takut over dosis karena selain minum obat antu hipertiroid
ada minum buat bisul juga. Tapi kali ini mata kanan tidak silau, tidak berair,
pandangan tidak double lagi saat liat TV.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal serupa. Riwayat alergi dan asma disangkal
oleh pasien. DM (-), asma (-), alergi obat (-), HT (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lainnya yang mengalami keluhan serupa.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg; Nadi : 85 kali/menit
Kepala/Leher : ada pembesaran difuse kelenjar tiroid
Thorax, Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Status Ophtalmologi
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus 20/40 20/20
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Kaca mata lama - -
- Persepsi warna + +
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus + -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Ada batasan Baik ke segala arah
- Strabismus - -
- Nystagmus - -
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema + -
- Nyeri tekan - -
- Ektropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Trikiasis - -
- Sikatriks - -
- Punctum lakrimal Normal Normal
- Fissure palpebral - -
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis - -
- Folikel - -
- Papil - -
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva - -
- Injeksi Siliar - -
- Perdarahan
Subkonjungtiva/kemosis
- -
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Flikten - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
7. SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
8. KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran 10 mm 10 mm
- Sensibilitas Baik Baik
- Infiltrat - -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis - -
- Edema - -
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Cukup Cukup
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall - -
10. IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Kripta - -
- Sinekia - -
- Kolobama - -
11. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung + +
- Refleks Cahaya Tidak Langsung + +
12. LENSA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow Negatif Negatif
13. BADAN KACA
- Kejernihan - -
14. FUNDUS OCCULI
- Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Warna
- Ekskavasio
- Rasio arteri : vena
- C/D rasio
- Makula lutea
- Retina
- Eksudat
- Perdarahan
- Sikatriks
- Ablasio
15. PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Masa tumor - -
- Tensi Occuli - -
- Tonometry Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi + +
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan adanya hipertiroidisme
adalah pengukuran kadar TSH dan kadar hormon tiroid, yaitu FT3 dan FT4. Biasanya hanya
dilakukan pemeriksaan kadar TSH saja untuk menghemat biaya.10 Apabila manifestasi klinis
tidak cukup untuk menegakkan diagnosis oftalmopati tiroid, atau apabila perlu membedakan
dengan penyebab yang lain, maka dapat dilakukan pencitraan dengan USG
(Ultrasonography) orbita, CT (computed-tomography) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging). USG dapat melihat adanya penebalan otot atau pembesaran vena oftalmika
superior. CT scan dan MRI diambil dari potongan aksial dan koronal. MRI lebih sensitif
untuk melihat adanya kompresi nervus optik, sedangkan CT scan lebih baik untuk melihat
adanya dekompresi pada struktur tulang.10 Pada pencitraan tiroid oftalmopati terlihat
penebalan otot tanpa melibatkan tendon. Musculus rectus superior dan musculus rectus
medialis adalah otot yang paling sering terlibat. Biasanya penebalan otot terjadi secara
bilateral. Pada kasus unilateral ditemukan keadaan yang asimetris, namun tetap melibatkan
kedua mata.10 Keterlibatan pada hanya musculus rectus lateral saja, adalah suatu hal yang
tidak biasa pada oftalmopati tiroid, sehingga harus dicurigai ke arah yang lain, misalnya
miositis orbita. Pada miositis orbita juga ditemukan keterlibatan tendon. Pada selulitis orbita
biasanya didapatkan gambaran opak pada sinus-sinus paranasal.10
V. RESUME
Pasien perempuan berusia 40 tahun datang ke poli mata RSUD Ciawi dengan keluhan
mata kanan terasa keluar disertai mata berair, silau, pandangan double saat melihat TV
sejak 7 bulan SMRS. Sebelumnya pasien juga merasa berdebar-debar, gelisah, suka
berkeringat (tidak tahan panas), BB turun, pembengkakan di leher, tangan suka gemetaran
di diagnosa oleh dokter penyakit dalam mengalami hipertiroid sejak 3 tahun SMRS,
pengobatan hipertiroid dihentikan ± 10 bulan karena pasien merasa membaik, pasien
mengeluhkan adanya mata kanan menonjol keluar.
Pada pemeriksaan fisik didapati status generalis : dalam batas normal, kecuali pada
leher teraba pembesaran kelenjar tiroid difuse, Status Ophtalmologi :
OD OS
Visus 20/40 20/20
TIO N/palpasi N/palpasi
Cts Edema Tenang
Cti Edema Tenang
Cb Eksoftalmus Tenang
C Jernih Jernih
CoA Cukup Cukup
P Bulat, Ø 3mm, RC + Bulat Ø, 3mm, RC +
I Kripta +, Sinekia - Kripta +, Sinekia -
L Jernih Jernih
F Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VI. DIAGNOSIS KERJA
Grave’s Ophtalmopathy
VII. DIAGNOSIS BANDING
selulitis orbita dan selulitis preseptal
VIII. PENATALAKSANAAN
Metylprednisolon tab 16 gr No. XXX
S 1 dd 2 tab
IX. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Bonam Bonam
Ad Fungsionam : Bonam Bonam
Ad Sanationam : Bonam Bonam
X.
GRAVE’S OFTALMOPATI
I. PENDAHULUAN
Istilah penyakit Graves menggambarkan kombinasi hipertiroidisme dengan tanda
mata. Pasien dengan kelainan mata penyakit Graves tetapi tanpa bukti klinis hipertiroidisme
dinyatakan mengidap penyakit Graves oftalmik. Pasien mungkin memperlihatkan miksedema
pratibia dan jari-jari gada, apabila timbul bersamaan dengan tanda-tanda mata, kelainannya
disebut akropaki (acrophacy) tiroid.1-3
II. DEFINISI
Tiroid oftalmopati (Graves thyroid-associated atau dysthyroid orbitopathy) adalah
suatu kelainan inflamasi autoimun yang menyerang jaringan orbital dan periorbital mata,
dengan karakteristik retraksi kelopak mata atas, edema, eritem, konjungtivitis, dan
penonjolan mata (proptosis).3,4
III. EPIDEMIOLOGI
Dari berbagai macam penelitian berpendapat bahwa tiroid oftalmopati mengenai
wanita 2,5-6 kali lebih sering daripada pria tetapi kasus berat lebih sering dijumpai pada pria.
Tiroid oftalmopati mengenai penderita dengan usia 30-50 tahun dan kasus berat lebih sering
dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun.3-5
IV. PATOGENESIS
Autoantibodi menyerang fibroblast pada otot mata, dan fibroblast tersebut dapat
berubah menjadi sel-sel lemak (adiposit). Sel-sel lemak dan pembesaran otot serta menjadi
radang. Vena-vena terjepit, dan tidak dapat mengalirkan cairan, menyebabkan edema.3-5
Gambaran utama adalah distensi nyata otot-otot okular akibat pengendapan
mukopolisakarida. Mukopolisakarida bersifat sangat higroskopik sehingga meningkatkan
kandungan air didalam orbita.1
Sekarang diperkirakan terdapat dua komponen patogenik pada penyakit Graves:
1. Kompleks imun tiroglobulin-antitiroglobulin berikatan dengan otot-otot ekstraokular
dan menimbulkan miositis
2. Zat-zat penyebab eksoftalmos bekerja dengan imunoglonulin oftalmik untuk
menyingkirkan thyroid stimulating hormone dari membran retro-orbita, yang
menyebabkan peningkatan lemak retro-orbita.1,3,4,5
V. GAMBARAN KLINIS
Tanda mata penyakit Graves mencakup retraksi palpebra, pembengkakan palpebra
dan konjungtiva, eksoftalmos dan oftalmoplegia. Pasien datang dengan keluhan nonspesifik
misalnya mata kering, rasa tidak enak, atau mata menonjol.1,2
The American Thyroid Association membuat penentuan derajat tanda okular
berdasarkan peningkatan keparahan1:
Kelas Tanda
0
1
2
3
4
5
6
Tidak ada gejala atau tanda
Hanya tanda, yang mencakup retraksi kelopak mata atas, dengan atau tanpa lid
lag, atau proptosis sampai 22 mm. Tidak ada gejala
Keterlibatan jaringan lunak
Proptosis > 22 mm
Keterlibatan otot ekstraokuler
Keterlibatan kornea
Kehilangan penglihatan akibat keterlibatan saraf optikus
Retraksi kelopak mata patognomonik untuk penyakit tiroid, terutama apabila
berkaitan dengan eksoftalmos. Mungkin unilateral atau bilateral dan mengenai kelopak mata
atas dan bawah. Kelainan ini sering disertai oleh miopati restriktif, yang mula-mula mengenai
rektus inferior dan menimbulkan gangguan elevasi mata.1-6
Patogenesis retraksi kelopak mata bermacam-macam, antara lain:
1. Hiperstimulasi sistem saraf simpatis
2. Infiltrasi peradangan langsung pada otot levator
3. Miopati restriktif otot rektus inferior dapat menimbulkan retraksi kelopak mata akibat
peningkatan stimulasi levator sewaktu mata mencoba melihat ke atas.1
A. Eksoftalmos
Kelainan ini biasanya asimetrik dan mungkin unilateral, dan secara klinis perlu
dilakukan perkiraan resistensi terhadap retropulsi bola mata secara manual. Peningkatan isi
orbita yang menimbulkan eksoftalmos sebagian besar disebabkan oleh peningkatan massa
otot-otot okular.1-4,6
B. Oftalmoplegia
Kelainan ini lebih sering dijumpai pada penyakit Graves oftalmik, biasanya mengenai
orang tua dan asimetrik. Keterbatasan elevasi adalah kelainan yang paling sering dijumpai,
terutama disebabkan oleh adhesi antara otot rektus inferior dan oblikus inferior. Kelainan ini
dapat dikonfirmasi dengan mengukur tekanan intraokular sewaktu elevasi, di mana terjadi
peningkatan tekanan intraokular yang mengisyaratkan adanya pertautan. Sering terjadi
pembatasan-pembatasan gerakan mata pada semua posisi menetap. Pasien mengeluhkan
diplopia.1-4,6
C. Kelainan Saraf Optikus dan Retina
Kompresi bola mata oleh isi orbita dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular dan strie retina atau koroid. Diskus optikus dapat membengkak dan menyebabkan
gangguan penglihatan akibat atrofi optikus. Neuropati optikus yang berkaitan dengan
penyakit Graves kadang-kadang terjadi akibat penekanan dan iskemia saraf optikus sewaktu
saraf ini menyeberangi orbita yang tegang, terutama di apeks orbita.1,3,6
D. Kelainan Kornea
Pada sebagian pasien, dapat ditemukan keratokonjungtivitis limbik superior. Pada
eksoftalmos yang parah, dapat terjadi pemajanan dan ulserasi kornea.1,3,4,6
VI. DIAGNOSIS
Grave’s oftalmopati secara klinis di diagnosa dengan munculnya tanda dan gejala
pada daerah mata, tetapi uji antibodi yang positif (anti-tiroglobulin, anti-mikrosomal, dan
anti-tirotropin reseptor) dan kelainan kadar hormon-hormon tiroid (T3, T4 dan TSH)
membantu menegakkan diagnosa.3,4
Pemeriksaan pencitraan dapat membantu menegakkan diagnosa, antara lain:
1. CT Scan dan MRI
CT scan dan MRI memberikan gambaran yang sangat baik dari otot-otot ekstraokular,
perlekatan otot, lemak intrakonal, dan anatomi apeks orbital. Pembesaran otot muncul dalam
berbagai bentuk diantara perut otot, dan penebalan biasanya lebih dari 4 mm. Penonjolan
lemak intrakonal dapat menyebabkan proptosis. Kedua pemeriksaan ini dapat mendiagnosa
tiroid oftalmopati dengan atau tanpa penekanan saraf optik.3-5
2. Ultrasonografi Orbital
Pemeriksaan ini sangat baik untuk diagnosa tiroid oftalmopati, dan kekhasan
reflektivitas internal otot-otot ekstraokular dari sedang sampai tinggi, sama halnya dengan
pembesaran perut otot. Perlekatan dari otot ekstraokular dapat digambarkan dengan mudah.
Pasien dengan tiroid oftalmopati menunjukkan peak-systolic rendah dan percepatan end-
diastolic yang dapat dinilai dengan pencitraan Doppler.3-5
3. Pencitraan Nuklir
Infiltrasi orbital dengan sel-sel mononuklaer pada tiroid oftalmopati dapat
diidentifikasikan oleh reseptor pencitraan dengan octreotide, sebuah analog somatostatin
teradiasi. Pasien dengan tiroid oftalmopati aktif menunjukkan pengambilan octreotide yang
tinggi dan merespon pengobatan lebih baik, misalnya dengan kortikosteroid atau terapi
radiasi. Pasien dengan kelainan inaktif, tidak merespon pengobatan ini.5
Pemeriksaan histologis memberikan gambaran:
1. Infiltrasi sel limfositik
2. Pembesaran fibroblas
3. Penumpukan mukopolisakarida
4. Edema interstisial
5. Peningkatan produksi kolagen
6. Fibrosis dengan perubahan degeneratif pada otot-otot mata.3
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Selulitis Orbital : infeksi yang serius dari jaringan mata dengan keluhan demam,
proptosis, pergerakan mata terbatas, kelopak mata merah dan
berair.
2. Selulitis Preseptal : inflamasi dan infeksi dari kelopak mata dan bagian kulit
disekitar mata dengan gejala mata berair, mata merah, kotoran
mata, nyeri, injeksi konjungtiva dan demam.3
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Pengobatan Medis
1. Kontrol adekuat terhadap hipertiroidisme
2. Terapi untuk pemaparan kornea (karena penutupan palpebra tak adekuat malam hari)
harus dengan tetes mata metilselulosa sepanjang hari dan salep kloramfenikol malam
hari
3. Tetes mata guanetidin dapat menghasilkan perbaikan retraksi kelopak temporer, yang
mungkin berguna secara kosmetik
4. Prisma yang diselipkan pada kacamata penderita bisa membantu mengoreksi setiap
diplopia
5. Kasus-kasus parah dengan gejala hilangnya penglihatan, edema diskus, atau ulserasi
kornea yang harus diterapi segera dengan kortikosteroid dosis tinggi (mis.
Prednisolon 100-120 mg per hari) selama tiga sampai empat hari dan kemudian
dikurangi. Jika tidak ada perbaikan dalam beberapa hari, maka harus dipertimbangkan
dekompresi bedah dan radioterapi orbita.1-6
B. Pengobatan Bedah
Dekompresi orbita biasanya dilakukan dengan mengangkat dinding medial dan
inferior melalui pendekatan etmoidal. Dekompresi apeks orbita perlu dilakukan agar hasil
akhir baik. Dekompresi bedah orbita bertujuan menghilangkan tekanan intraorbita.
Pembedahan pada otot-otot yang menggerakkan bola mata mungkin perlu dilakukan
untuk meluruskan pandangan pada penderita yang sudah lama mengidap diplopia.1-6
IX. KOMPLIKASI
Dengan tiroid eksoftalmos, dapat terjadi infeksi atau keterlibatan kornea.3
X. PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik. Kebanyakan pasien tidak memerlukan tindakan
pembedahan. Faktor-faktor resiko untuk tiroid oftalmopati yang progresif dan berat yang
membuat prognosis menjadi buruk antara lain:
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Usia lebih dari 50 tahun
3. Onset gejala cepat dibawah 3 bulan
4. Merokok
5. Diabetes
6. Hipertiroidisme berat atau tidak terkontrol
7. Kemunculan miksedema pretibia
8. Kadar kolesterol tinggi (hiperlipidemia)
9. Penyakit pembuluh darah perifer.3,4
Gambar 1. Gambar 2.
Ket.: Gambar 1.: Proptosis berat dan retraksi kelopak mata dari tiroid oftalmopati.
Pasien ini juga memiliki kerusakan saraf penglihatan dari tiroid
oftalmopati.
Gambar 2.: CT scan potongan axial dari orbital. Tampak pembesaran perut otot
yang memisahkan perlekatan otot dari bola mata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. G., Asburry T., Riordan-Eva P., Suyono Y. J. (ed), Penyakit Endokrin;
Gangguan Kelenjar tiroid: Penyakit Graves, Oftalmologi Umum, Widya Medika,
Jakarta, 2000, (14): 330-332.
2. Glasspool M. G., Andrianto P. (alih bahasa), Penyakit Thyroidea, Atlas Berwarna
Oftalmologi, Widya Medika, Jakarta, 1990: 106-108.
3. Thyroid Ophthalmopathy available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1218444-overview.htm
4. Grave’s Ophthalmopathy available from:
http://en.wikipedia.org/wiki/Graves’_ophthalmopathy
5. Ophthalmopathy, Thyroid available from:
http://emedicine.medscape.com/article/383412-overview.htm
6. Elkington A. R., Khaw P. T., Waliban (alih bahasa), Penyakit Mata Distiroid,
Petunjuk Penting Kelainan Mata, EGC, Jakarta, 1996.