04 2013_2 Fenomena Kecemasan Pada Siswa Saat Menghadapi Ujian Nasional (Sulis Winurini)

4
KESEJAHTERAAN SOSIAL - 9 - Vol.V, No. 08/II/P3DI/April/2013 Info Singkat © 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 FENOMENA KECEMASAN PADA SISWA SAAT MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Sulis Winurini *) Abstrak Ujian Nasional (UN) yang sempat mengalami pro kontra beberapa tahun lalu, kini kembali menimbulkan masalah yaitu pelaksanaan teknis yang kacau akibat keterlambatan percetakan naskah soal dan lembar jawaban serta pendistribusiannya. Pada tahun ajaran ini, ada 11 provinsi yang mengalami penundaan pelaksanaan UN hingga beberapa kali. Pihak yang paling dirugikan adalah siswa sebagai peserta UN. Peristiwa ini mempengaruhi psikis siswa dan dikhawatirkan menghambat keberhasilan dalam mengerjakan UN. Kehandalan UN sebagai alat ukur prestasi akademik siswa kembali dipertanyakan. Banyak siswa diasumsikan terhambat mengeluarkan kemampuan mereka yang sesungguhnya akibat permasalahan psikis yang mereka rasakan. A. Pendahuluan Ujian Nasional (UN) Tahun Ajaran 2012/2013 seharusnya dilaksanakan serentak pada hari Senin, 15 April 2013. Namun sejumlah permasalahan teknis menyebabkan UN ditunda di beberapa tempat sampai hari Kamis, 18 April 2013, dan kembali ditunda hingga Jumat, 19 April 2013. Beberapa media menyebutkan, pelaksanaan UN tahun ini adalah yang terburuk. UN tidak dapat digelar secara serentak karena sebagian soal terlambat dicetak. Harian Detik Pagi Online melaporkan, tak kurang dari 1.1 juta siswa di 3.601 SMA/MA dan 1.508 SMK di 11 provinsi tidak dapat mengerjakan UN pada 15 April 2013 dan terpaksa menunggu hingga Kamis, 18 April 2013. Permasalahan teknis lainnya juga muncul, misalnya soal yang tertukar dan distribusi soal yang kacau. Ada naskah soal yang seharusnya untuk siswa SMA ternyata dikirim ke SMK, ada naskah soal yang seharusnya Bahasa Inggris ternyata tertukar dengan naskah soal Bahasa Indonesia. Ada pula naskah soal yang seharusnya tertuju ke Bali dan Sulawesi Tengah ternyata terkirim ke Sulawesi Tenggara. Kemudian, kondisi soal dan lembar jawaban juga kurang bagus. Lembar jawaban yang terlalu tipis dan hasil cetakan yang kurang bagus menyebabkan peserta mengalami kesulitan mengisi lembar jawaban. Baik peserta maupun pengawas menjadi khawatir lembar jawaban tidak dapat dipindai dengan baik. *) Peneliti bidang Studi Psikologi pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

description

Salah satu kebijakan pemerintah di bidang pendidikan adalah penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Namun dalam perjalanannya, pelaksanaan RSBI telah menimbulkan pro dan kontra hingga akhirnya diajukan untuk dilakukannya uji materi oleh Mahkamah Konstitusi (MK). MK mengabulkan gugatan tersebut dan label RSBI sudah tidak dapat digunakan lagi. Kemudian, penyusunan regulasi serta formula baru bagi eks RSBI harus terus dikawal agar tetap sesuai dengan amanah konstitusi.

Transcript of 04 2013_2 Fenomena Kecemasan Pada Siswa Saat Menghadapi Ujian Nasional (Sulis Winurini)

Page 1: 04 2013_2 Fenomena Kecemasan Pada Siswa Saat Menghadapi Ujian Nasional (Sulis Winurini)

KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 9 -

Vol. V, No. 08/II/P3DI/April/2013

Info Singkat© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

FENOMENA KECEMASAN PADA SISWA SAAT

MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Sulis Winurini*)

Abstrak

Ujian Nasional (UN) yang sempat mengalami pro kontra beberapa tahun lalu, kini kembali menimbulkan masalah yaitu pelaksanaan teknis yang kacau akibat keterlambatan percetakan naskah soal dan lembar jawaban serta pendistribusiannya. Pada tahun ajaran ini, ada 11 provinsi yang mengalami penundaan pelaksanaan UN hingga beberapa kali. Pihak yang paling dirugikan adalah siswa sebagai peserta UN. Peristiwa ini mempengaruhi psikis siswa dan dikhawatirkan menghambat keberhasilan dalam mengerjakan UN. Kehandalan UN sebagai alat ukur prestasi akademik siswa kembali dipertanyakan. Banyak siswa diasumsikan terhambat mengeluarkan kemampuan mereka yang sesungguhnya akibat permasalahan psikis yang mereka rasakan.

A. Pendahuluan

Ujian Nasional (UN) Tahun Ajaran 2012/2013 seharusnya dilaksanakan serentak pada hari Senin, 15 April 2013. Namun sejumlah permasalahan teknis menyebabkan UN ditunda di beberapa tempat sampai hari Kamis, 18 April 2013, dan kembali ditunda hingga Jumat, 19 April 2013. Beberapa media menyebutkan, pelaksanaan UN tahun ini adalah yang terburuk.

UN tidak dapat digelar secara serentak karena sebagian soal terlambat dicetak. Harian Detik Pagi Online melaporkan, tak kurang dari 1.1 juta siswa di 3.601 SMA/MA dan 1.508 SMK di 11 provinsi tidak dapat mengerjakan UN pada 15 April 2013 dan terpaksa menunggu

hingga Kamis, 18 April 2013. Permasalahan teknis lainnya juga muncul, misalnya soal yang tertukar dan distribusi soal yang kacau. Ada naskah soal yang seharusnya untuk siswa SMA ternyata dikirim ke SMK, ada naskah soal yang seharusnya Bahasa Inggris ternyata tertukar dengan naskah soal Bahasa Indonesia. Ada pula naskah soal yang seharusnya tertuju ke Bali dan Sulawesi Tengah ternyata terkirim ke Sulawesi Tenggara. Kemudian, kondisi soal dan lembar jawaban juga kurang bagus. Lembar jawaban yang terlalu tipis dan hasil cetakan yang kurang bagus menyebabkan peserta mengalami kesulitan mengisi lembar jawaban. Baik peserta maupun pengawas menjadi khawatir lembar jawaban tidak dapat dipindai dengan baik.

*) Peneliti bidang Studi Psikologi pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Page 2: 04 2013_2 Fenomena Kecemasan Pada Siswa Saat Menghadapi Ujian Nasional (Sulis Winurini)

- 10 -

Pelaksanaan UN susulan di hari Kamis, 18 April 2013, ternyata juga bermasalah dalam hal distribusi dan kekurangangan naskah soal serta lembar jawabannya. Banyak sekolah terpaksa menggandakan naskah soal dan lembar jawaban supaya UN tetap terselenggara di hari Kamis, 18 April 2013. Akibatnya, siswa terpaksa menunggu beberapa jam untuk dapat mengerjakan UN. Selain itu, banyak sekolah lainnya bersikukuh tidak menyelenggarakan UN hingga naskah soal dan lembar jawaban tersedia, tanpa harus digandakan. Kasus demikian terjadi di Samarinda. Walikota Samarinda dengan tegas melarang sekolah di wilayahnya menggandakan naskah soal dan lebih memilih menunda kembali pelaksanaan UN. Banyak sekolah di kota lain mengalami hal yang sama, misalnya di Kota Kupang dan Kota Bitung.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, persiapan UN memberikan tekanan besar baik kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai penyelanggara, sekolah, maupun bagi siswa. Padahal Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: 1) Pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan; 2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; 3) Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan dan; 4) Pembinaan serta pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

UN jelas menimbulkan permasalahan psikologis bagi para peserta atau calon peserta UN. UN dianggap kurang sahih menilai pencapaian akhir siswa karena banyak siswa kesulitan mengeluarkan kemampuan yang maksimal pada saat UN akibat kekhawatiran yang berlebih. Akibatnya, hasil yang diperoleh saat UN tidak menggambarkan kemampuan yang sebenarnya. Contoh kasus, ada siswa yang memiliki prestasi bagus di sekolah, bahkan sudah mendapat tawaran masuk perguruan tinggi tanpa tes, justru mengalami kegagalan pada saat UN. Selain itu, kasus bunuh diri di Semarang serta Situbondo yang disinyalir terjadi karena para pelaku tidak mampu menanggung beban psikologis setelah gagal dalam UN. Ada lagi kasus ratusan siswa SMAN 1 Sambung Macan, Sragen yang histeris saat diberikan motivasi menjelang pelaksanaan UN. Mereka menangis karena khawatir tidak lulus UN, bahkan ada dua siswa jatuh pingsan akibat tidak kuat menahan emosi.

Atas permasalahan UN, pemerintah telah melakukan beberapa perbaikan. Pemerintah membuat formula pembobotan nilai akhir kelulusan yang baru. Nilai akhir kelulusan siswa merupakan kombinasi dari nilai sekolah dan nilai UN, yaitu dengan bobot 40% untuk nilai sekolah dan bobot 60% untuk UN. Sementara nilai sekolah diperoleh dari gabungan 40% nilai rapor dan 60% nilai Ujian Sekolah (US). Pembobotan ini dibuat untuk menunjukkan adanya keseimbangan antara peran sekolah dan peran pemerintah. Jadi, UN akan bermanfaat, baik bagi sekolah maupun pemerintah. Bagi sekolah, UN akan menjadi acuan untuk menunjukkan prestasi pembelajaran, sedangkan bagi pemerintah, UN akan menjadi acuan untuk perbaikan kualitas sekolah terkait sarana prasarana, sumber daya manusia, dan sejenisnya. Formula tersebut mulai digunakan pada Tahun Ajaran 2010/2011 dan tetap digunakan pada Tahun Ajaran 2012/2013.

Berbeda dengan UN Tahun Ajaran 2010/2011, pada Tahun Ajaran 2012/2013, pemerintah tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengikuti ujian ulangan apabila gagal UN. Ujian ulangan akan diberikan kepada siswa apabila siswa tersebut sakit atau berhalangan hadir ketika UN berlangsung. Selain itu, hasil UN dan nilai akhir akan menjadi syarat wajib bagi siswa SMA jika ingin mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN) 2013. Artinya, meskipun kelulusan siswa tidak hanya mengacu pada UN, namun UN tetap memiliki peran penting bagi siswa yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Oleh karenanya, siswa akan tetap memberi perhatian yang serius terhadap pelaksanaan UN.

Selain perbaikan-perbaikan tersebut, pada tahun ini pemerintah juga telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar Rp331,8 triliun atau naik 6.7% dibanding anggaran 2012. Dengan begitu, pemerintah berharap bisa meningkatkan kualitas pendidikan serta memperluas jangkauan pemerataan pendidikan.

Melalui berbagai perbaikan, pemerintah dan masyarakat berharap agar UN bisa direspon secara wajar oleh siswa. Artinya, siswa bisa tetap serius mengerjakan UN tanpa harus merasa cemas berlebihan hingga mengalami sakit fisik atau melakukan tindak kecurangan. Lebih dari itu, siswa bisa mengeluarkan kemampuan yang maksimal pada saat UN sehingga hasil

Page 3: 04 2013_2 Fenomena Kecemasan Pada Siswa Saat Menghadapi Ujian Nasional (Sulis Winurini)

- 11 -

yang diperoleh benar-benar menggambarkan kemampuan mereka yang sesungguhnya. Tampak bahwa respon siswa terhadap UN merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena menyangkut hasil akhir yang akan mereka peroleh.

B. Pelaksanaan UN Tahun Ajaran 2012/2013

Setidaknya ada empat kendala yang menghambat pelaksanaan UN tahun ini, yaitu: 1) Soal yang tertukar; 2) Soal tidak sampai di tempat ujian tepat pada waktunya; dan 3) Kualitas naskah soal dan lembar jawaban yang buruk.

Situasi dan kondisi penyelenggaraan UN ini menjadi salah satu sumber stres bagi siswa. Hill (1980) pernah melakukan penelitian yang melibatkan 10.000 siswa Sekolah Dasar dan Menengah di Amerika. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar peserta tes gagal mengeluarkan kemampuan yang sesungguhnya karena kecemasan yang dipicu oleh situasi dan suasana tes. Sebaliknya, para siswa memperlihatkan hasil yang lebih baik ketika unsur-unsur yang menyebabkan mereka berada di bawah tekanan psikologis dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Hasil penelitian ini mengisyaratkan, siswa yang menguasai materi yang diujikan berpeluang gagal memperlihatkan kemampuan yang sesungguhnya karena kecemasan yang dialami saat menghadapi tes.

Ketika kesalahan teknis terjadi maka kekhawatiran berlebih bisa muncul dalam diri peserta, yang akhirnya membuat konsentrasi mereka menjadi buyar. Misalnya kasus lembar jawaban yang tipis. Selain harus hati-hati dan memakan waktu yang lama di dalam proses pemindahan jawaban, peserta menjadi takut untuk menghapus jawaban apabila ada kesalahan. Situasi dan kondisi ini membuat mereka semakin tegang dan akan semakin terasa bagi mereka yang awalnya sudah mengalami kecemasan akibat beban pikiran dan bayangan mengenai kemungkinan yang akan terjadi apabila gagal di dalam UN. Hal ini bisa dipahami karena ada banyak risiko yang ditanggung oleh peserta apabila gagal di dalam UN, antara lain tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, merasa malu, mengalami

kerugian waktu, dan kerugian biaya karena harus mengikuti ujian lagi.

Terkait penundaan UN pada tahun ini, banyak peserta merasa kecewa dan mengalami stres, contoh siswa di Pulau Wakatobi. Mereka berharap bisa mengikuti UN sesuai jadwal karena sudah melakukan persiapan untuk itu. Pada kenyataannya, harapan mereka tidak terpenuhi dan masa stres mereka menjadi lebih panjang karena adanya jeda waktu penundaan. Selain mengganggu konsentrasi, perasaan-perasaan seperti kecewa dan kesal akan mempengaruhi kepercayaan mereka terhadap penyelenggaraan UN. Suasana dan kondisi UN menjadi tidak kondusif dan terkesan kurang serius karena penundaan dan kesalahan teknis yang terjadi berkali-kali. Hal ini mengganggu antusiasme peserta dalam mengerjakan UN. Persepsi mereka terhadap keseluruhan penyelenggaraan UN juga menjadi negatif. Akibatnya, perasaan khawatir akan terus menghantui mereka hingga hasil UN diumumkan.

Selain permasalahan tersebut, banyak kalangan meragukan keamanan soal ujian karena adanya perbedaan waktu pelaksanaan ujian. Perbedaan “treatment” yang diberikan oleh pemerintah menimbulkan persepsi tidak adil bagi siswa, baik yang mengalami penundaan maupun yang tidak. Siswa yang mengalami penundaan akan terbebani karena adanya banyak dugaan kebocoran soal. Persepsi mengenai ketidakadilan juga muncul di dalam benak siswa yang tidak mengalami penundaan karena adanya peluang pelanggaran di dalam penyelenggaraan UN susulan.

C. Penutup

Hasil UN berguna untuk membandingkan kemampuan akademik siswa di sekolah secara nasional. Oleh karena itu kesalahan dalam pengukuran harus diminimalisir, salah satunya dengan mensterilkan penyelenggaraan UN dari hal-hal yang bisa mengganggu pengerjaan UN. Stres dan kecemasan berlebih adalah hal-hal yang bisa menghambat siswa dalam mengeluarkan kemampuan mereka yang sesungguhnya di dalam UN. Salah satu sumber stres di dalam UN adalah situasi dan kondisi penyelenggaraan UN.

Pemerintah berperan untuk memastikan penyelenggaraan UN berjalan sebagaimana

Page 4: 04 2013_2 Fenomena Kecemasan Pada Siswa Saat Menghadapi Ujian Nasional (Sulis Winurini)

- 12 -

mestinya. Namun dalam kenyataan, UN pada tahun ini mengalami banyak kendala, salah satunya penundaan UN di 11 provinsi. Beberapa implikasi negatif bisa dirasakan oleh siswa karena situasi dan kondisi seperti ini mengganggu konsentrasi siswa dan bisa memperbesar peluang kesalahan di dalam pengukuran.

Menanggapi permasalahan ini, Komisi X DPR-RI yang bermitra dengan Kemendikbud, melalui Panja UN, perlu menjalankan fungsi pengawasannya, yaitu dengan mengundang Mendikbud ke DPR-RI untuk dimintai penjelasan. Upaya ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja Mendikbud terkait pelaksanaan UN sehingga permasalahan dapat teridentifikasi dengan jelas dan solusi bisa ditemukan.

Pihak-pihak terkait harus bertanggung jawab dan mekanisme penyelenggaraan UN harus ditelaah secara dalam supaya tidak terjadi kesalahan yang sama di masa mendatang. Keinginan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap UN perlu dilakukan agar kisruh pelaksanaan UN yang berimplikasi merugikan siswa, sekolah, orang tua, dan negara tidak lagi terjadi.

Rujukan:1. Alawiyah, Faridah. (2010). Evaluasi dan

Pemetaan Mutu Pendidikan Melalui Ujian Nasional. Jurnal Aspirasi Vol. 1 No. 2 2010. Jakarta: P3DI.

2. Maisaroh, Ekka Nur, Falah, Falasifatul. (2011). Religiusitas dan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) Pada Siswa Madrasah Aliyah. Jurnal Proyeksi Vol. 6 No. 2 2011, 78-88. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung.

3. Trisandhya, Mitra. (2005). Psikosomatis Pada Mahasiswa Yang Akan Menempuh Ujian Skripsi Ditinjau Dari Kecemasan

Menghadapi Ujian. Jurnal Psikologi Sosial Vol. 11 No. 3 2005, 22-29. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

4. “Sosialisisi UN 2013,” http://www.slideshare.net/qeyoto/bsnp-sosialisasiun2013, diakses 3 April 2013.

5. “Ujian Nasional Jalan Terus…” h t t p : / / e d u k a s i . k o m p a s . c o m / r e a d /xml/2009/11/25/18595698, diakses 3 April 2013.

6. “Motivator Bikin Ratusan Siswa Menangis Takut UN,” http://www.metrotvnews.com/metronews/video/2013/03/02/6, diakses 3 April 2013.

7. “Semrawutnya UN Hari Pertama,” h t t p : / / k a m p u s . o k e z o n e . c o m /r e a d / 2 0 1 3 / 0 4 / 1 5 / 3 7 3 / 7 9 1 9 7 3 /semrawutnya-un-hari-pertama, diakses 16 April 2013.

8. “Mengurung Diri Setelah Gagal UN, Edy Akhirnya Bunuh Diri,” http://nasional.kompas.com/read/2008/12/01, diakses 3 April 2013.

9. “Yang Tetap dan Yang Berubah Dalam UN 2013,” http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/31, diakses 3 April 2013.

10. “Formula,” http://www.ujian-nasional.info/p/kelulusan.html, diakses 3 April 2013.

11. “Menteri Nuh Didesak Mundur,” http://edisi.harian.detik.com, Selasa, 16 April 2013 Edisi No. 797/Tahun ke-2, h. 1, diakses 16 April 2013.

12. “Meski sudah ditunda ujian nasional masih kacau, apa sebabnya?” http://fokus.news.viva.co.id/news/read/406327, diakses 19 April 2013.

13. “Siswa-siswa Wakatobi Stres UN Ditunda,” http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/04/18, diakses 20 April 2013.

14. “DPR Segera Panggil Mendikbud Soal UN,” http://www.indonesiaheadlines.com/news, diakses 20 April 2013.