029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

17
KONSEP TEOLOGI PEMBEBASAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN GEREJAWI BAGI MASYARAKAT MISKIN DI PEDESAAN Skripsi Diajukaii Kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi Oleh: MUSRAN 1010711041 997 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG JAKARTA 2011 -.iRPUSTAKAAN

Transcript of 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

Page 1: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

KONSEP TEOLOGI PEMBEBASAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN

GEREJAWI BAGI MASYARAKAT MISKIN DI PEDESAAN

Skripsi

Diajukaii Kepada

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi

Oleh:

MUSRAN

1010711041

997

029934

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNGJAKARTA

2011

-.iRPUSTAKAAN

Page 2: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI

AMANAT AGUNG

Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

konsep teologi fembebasan dan implikasinya terhadapPELAYANAN GEREJAWI BAGI MASYARAKAT MISKIN DI PEDESAAN

Dinyatakan lulus setelah diuji oleh Tim Penguji pada tanggal 1 Desember 2011.

Dosen Penguji

1. Lotnatigor Sihombing, Th.M.

2. Astri Sinaga, S.S., M.Th.

3. Paulus Kumia, Th.M., D.Min.

Tanda Tangan

Jakarta, 1 Desember 2011

Andreas

Ketua

Page 3: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

DAFTARISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI ix

BAB L PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 4

1.3.Tujuan Penulisan 7

1.4. Pembatasan Masalah 8

1.5. Metodologi Penelitian 8

1.6. Sistematika Penulisan 9

BAB 11. SEJARAH PERKEMBANGAN TEOLOGI PEMBEBASAN 10

II. 1. Latar Belakang Munculnya Teologi Pembebasan Amerika Latin 10

II.2.Tahap Perkembangan Teologi Pembebasan Amerika Latin 14

11..1. Pemikiran dan Metode Berteologi Para Tokoh Teologi Pembebasan

Amerika Latin p

11.3.1. Gustavo Gutierrez I ̂

11.3.2. Juan Luis Segundo 25

11.3.3. Leonardo Boff 29

11.3.4. Paolo Freire ^2

11.4. Pengaruh Marxisme Dalam Teologi Pembebasan 35

11.5. Evaluasi Terhadap Teologi Pembebasan 38

11.6. Kesimpulan 45

IX

Page 4: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

BAB UI. KONSEP KEMISKINAN DAN FEMETAANNYA

DALAM SITUASI PEDESAAN DI EVDONESIA 47

III. 1. Makna Kemiskinan Dalam Perspektif Alkitab 47

III. 1 .A. Peijanjian Lama 47

III. 1.8. Peijanjian Baru. 50

ITI.2. Akar Permasalahan Utama Kemiskinan 52

111.3. Peta Kemiskinan di Indonesia 55

111.3.1. Defmisi dan Situasi Umum Pedesaan di Indonesia 55

111.3.2. Definisi Kemiskinan 57

111.3.3. Indikator Kemiskinan 59

111.3.4. Jenis-Jenis Kemiskinan ^4

111.4. Karakteristik Kemiskinan Pedesaan di Indonesia 67

BAB IV. PRINSIP-PRINSIP TEOLOGIPEMBEBASAN DAN APLIKASINYA

BAG! PELAYANAN DIAKONIA TRANSFORMATIF GEREJA

DALAM USAHA MENGENTASKAN KEMISKINAN

MASYARAKAT DI PEDESAAN 72

IV. A. Prinsip-Prinsip dalam Teologi Pembebasan 73

IV. A. I Pelayanan Gereja yang Kontekstual 74

IV.A.2. Pelayanan yang Memprioritaskan Solidaritas dan

Komitmen

IV.A.3. Pelayanan Untuk Membangkitkan Kesadaran 77

IV.B. Fungsi Diakonia Gereja Sebagai Wadah Pembebasan 77

IV.B. I. Diakonia Karitatif 32

Page 5: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

IV.B.2. Diakonia Reformatif 82

IV.B.3. Diakonia Transformatif Sebagai Pelayanan yang

Membebaskan 84

IV.C. Keterlibatan Gereja Injili Dalam Pelayanan Diakonia Sosial 85

IV.D. Diakonia Transformatif Sebagai Penerapan Prinsip-Prinsip

Teologi Pembebasan g7

IV.D. l.Pemberdayaan Sebagai Perwujudan Diakonia

Transformatif gg

IV.D. I a. Pendidikan Sebagai Upaya Penyadaran 89

IV.D. 1 .b. Pemberdayaan Ekonomi Jemaat 93

IV.D.I.e. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas

Politik 94

BAB V. PENUTUP 99

DAFTAR PUSTAKA JO2

XI

Page 6: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

BABl

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Latar belakang penulisan skripsi ini diawali dengan keprihatinan penulis

melihat bagaimana kemiskinan masih merupakan suatu realita yang masih terns ada

dan menjadi permasalahan sosial yang perlu untuk dicarikan solusi untuk

mengatasinya. Keprihatinan yang disertai kerinduan untuk terUbat dalam pelayanan

sosial untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih manusiawi terutama

bagi masyarakat miskin yang ada di pedesaan.

Kemiskinan yang teijadi dalam kehidupan masyarakat pedesaan tentunya tidak

dapat dipisahkan dengan situasi dan kondisi yang teijadi di Indonesia. Secara umum,

permasalahan kemiskinan akibat ketidakadilan sosial merupakan masalah yang cukup

serius dan masih terns ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebagai salah satu

negara yang sedang berkembang. Negara yang telah mengecap kemerdekaan selama

65 tahun ini temyata masih belum bisa melepasakan diri dari masalah kemiskinan.*

Permasalahan kemiskinan yang masih terns ada tentunya disebabkan berbagai faktor

yang mendukung, baik faktor politik, ekonomi dan juga sosial budaya yang ada dalam

seluruh aspek kehidupan masyarakat yang ada di pedesaan.

1. M. Fadjroel Rachman, "Jangan Peraah UtihMencintai Indonesia," dalam Rindu Pancasila(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), 267. M. Fajroel Rachman Halam tulisannya di harianKompas memapaikan bahwa setelah 65 tahun merdefca ada 35 juta penduduk miskin( menunit data BiroPusat Stati^, I juli 2008) sedangkan jika gms kemiskinan dipatok 2 dollar AS perhari maka jumlahorang miskin yang ada di Indonesia mencapai 52 p^sen populasi. Sedangkan dibidang Pendidikansangat meminiliatinkan dengan jumlah 11 juta anak buta hunif tidak peraah bersekolah, ada 4.370.492anak putus SD dan 18.296 anak putus SMP. Beliau membuat kesinqjulan bahwa masalah tersebutdiakibatkan oleh ketidakadilan sosial yang terjadi dalam sistim negara.

Page 7: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

Berbagai usaha penanganan masalah kemiskinan ini telah mendapat perhatian

yang serius dari berbagai pihak untuk dicari solusinya dengan nielakukan perbaikan

kebijakan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, termasuk peran gereja Tuhan

untuk terlibat memberikan solusi bagi masalah kemiskinan ini. Gereja sebagai

representatif Kristus di tengah dunia ini juga bertanggung jawab untuk memberikan

kontribusi untuk mengentaskan kemiskinan yangteijadi di sekitarnya. Gereja berperan

untuk membawa suatu pembebasan terhadap masyarakat yang hidup dalam

kemiskinan serta membawa sebuah pembaharuan hidup yang lebih baik sama seperti

kehadiran Kristus yang datang ke dunia untuk mendatangkan perubahan besar dalam

kehidupan orang banyak pada masa itu.^

Namun dalam realitanya, menurut pengamatan penulis, masih banyak gereja,

termasuk gereja-gereja Injili memiliki kecenderungan mementingkan kehidupan

spiritual umat dalam pelayanan yang diberikan sehingga pada akhirnya hanya

memperhatikan masalah internal namun mengabaikan masalah ekstemal gereja, terlalu

mementingkan masalah spiritual dan mengabaikan kehidupan yang bersifat material.

Sedangkan kedua hal ini memiliki korelasi mengingat bahwa dosa telah membawa

dampak kedalam berbagai sisi kehidupan manusia seperti ekonomi, politik dan

budaya. Tidak mungkin teijadi suatu transformasi hidup dalam bidang material jika

tidak teijadi transformasi spiritual. Oleh sebab itulah dibutuhkan sebuah transformasi

spiritual yang membawa kepada satu transformasi yang bersifat material.

Kurangnya perhatian gereja terhadap permasalahan kemiskinan bisa

disebabkan karena pemahaman teologis yang berbeda yang dianut oleh setiap gereja

dalam hal memandang masalah ini. Gereja lebih cenderung mengurus hal-hal yang

2. Abraham Kuyper, Iman Kristen dan Problema Sosial (Surabaya; Momentum, 2004), 45.

2

Page 8: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

bersifat rohani dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan di alam baka.

Hal ini, menunit Newbigin seperti yang dikutip oleh Bryant L. Myers, dipengaruhi

oleh pandangan modem yang menyatakan bahwa "dunia spiritual dan dunia material

mempakan dua bagian yang berbeda yang memiliki areanya masing-masing yang

keduanya tidak saling berhubungan."^ Pandangan modem ini juga masuk dalam

pemahaman gereja yang memberikan batasan dengan memisahkan kehidupan iman

pribadi dengan masalah-masalah sosial yang teijadi di sekitar gereja.'* Myers

memaparkan bahwa "kebanyakan gereja mengalah dan mengikuti apa yang telah

menjadi pandangan tersebut dengan hanya menekankan aspek spiritual dan

membiarkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek material kepada institusi lain yang

bertanggung jawab untuk menanganinya".^ Sedangkan di pihak lain ada pemahaman

teologi yang dianut oleh gereja yang memandang bahwa kemiskinan merupakan

kutukan dan akibat dosa. Pemahaman ini juga mengajarkan bahwa setiap orang yang

menjadi pengikut Tuhan pasti akan mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya.®

Minimnya kesadaran gereja untuk memperhatikan masalah sosial ini bisa disimpulkan

karena pemahaman teologi yang berbeda dalam menyikapi hal tersebut.

Gereja memang memiliki bidang diakonia yang menjalankan pelayanan sosial

terhadap lingkungan sekitamya, tetapi masih sebatas program yang tidak

berkesinambungan. Program diakonia yang dilakukan pada akhiraya tidak menyentuh

akar persoalan yang mampu untuk membawa sebuah pembahaman dalam kehidupan

3. Biyant L. Myers, WaMng With The Poor: Principles and Practice of TransformationalDevelopment (New Yoik: Oibis Books, 1996), 6.

4. Baskaia T. Waidaya, Spiritualitas Pembebasan: Refleksi atas Iman Kristiani dan PraksisPastoral (Yogyakarta: Peneibit Kanisius, 1995), 29.

5 Myers, Walking With The Poor: Principles and Practice of Transformational Development,6.

6 . Herlianto, Teologi Sukses: Antara Allah dan Mamon (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),1.

Page 9: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

masyarakat itu sendiri.^ Sebab itulah, perlu dilakukan sebuah tindakan yang bersifat

komprehensif karena jika penanganan yang dilakukan hanya bersifat situasional tidak

akan banyak membantu untuk mengatasi masalah ini karena tidak menyentuh apa

yang menjadi akar persoalan yang menyebabkan terjadinya kemiskinan.

Permasalahan iniiah yang menjadi keprihatinan penulis, yaitu bagaimana

gereja dalam situasi seperti ini dengan pemahaman teologi yang dianutnya dapat

memberikan solusi dalam usaha membantu mengentaskan kemiskinan yang dialami

oleh masyarakat pedesaan dengan dinamika sosial yang ada didalamnya.

Pokok Permasalahan

Pemahaman teologi yang dianut atau diyakini oleh gereja memengaruhi sikap

gereja dalam mengimplementasikan kebenaran firman ke dalam realita yang terjadi

dalam konteks dimana gereja berada. Menurut David Clark " Teologi seharusnya

tidak hanya sekedar menginformasikan kebenaran tentang Allah tetapi lebih dari pada

itu teologi harus mampu mengaplikasikan kebenaran untuk membawa suatu

transformasi bagi masyarakat dan komunitasnya." ® Pemyataan yang sama dipaparkan

oleh Eka Darmaputera yang mengatakan bahwa" teologi adalah upaya untuk

memmuskan penghayatan iman kristiani pada konteks ruang dan waktu tertentu

sehingga teologi harus memperhitungkan kedua-duanya".^ Namun realita yang teijadi

seringkali teologi hanya berhenti pada tatanan sebuah pengetahuan padahal seharusnya

7. A. A Yewangoe, Tidak Ada Penumpang Gelap: fVarga Gereja, Warga Bangsa (Jakarta;BPK Gunung Mulia, 2009), 135. Pelayanan Gereja tidak hai^a bersifat diakonia karitatif yaitupelayanan yang hanya merefleksikan betas kasih Allah kepada orang-orang yang menderita namun jugaharus bersi^t diakonia transformatif yaitu diakonia yang tidak hanya mempeilihatkan betas kasihannamun berusaha untuk membawa perubahan hidup bagi orang-orang yang mengalami penderitaan.

8. David K.Clark, To Know and Love God (Illinois: Crossway Books, 2003), xxix.9. Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual di Indonesia dalam '^Konteks Berteologi di

Indonesia, ed. Eka Darmaputera (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997),10.

Page 10: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

teologi menjadi sebuah hikmat untuk mengaplikasikan kebenaran itu ke dalam konteks

kehidupan dimana kebenaran itu dinyatakan.

Salah satu teologi yang memberikan perhatian kepada konteks dimana gereja

eksis untuk memperhatikan masalah kemiskinan adalah teologi pembebasan yang

muncui sebagai reaksi terhadap realita kemiskinan yang dialami oleh sebahagian besar

masyarakat Amerika Latin akibat eksploitasi yang dilakukan oleh orang kaya yang

memiliki sebagian besar lahan, eksploitasi terhadap kelas sosial dalam masyarakat.

Sementara keberadaan gereja Katolik pada masa itu tidak memberikan perhatian

kepada permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan lebih ironis, gereja berpihak

kepada pihak yang menindas."

Kontribusi yang diberikan oleh teologi pembebasan dapat dirasakan

pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Amerika Latin. Tidak bisa di pungkiri

bahwa teologi pembebasan mempengaruhi wacana berteologi para teolog dan gereja-

gereja di dunia untuk memikirkan masalah kemiskinan sebagai masalah teologis,

misalnya Konferensi Pekabaran Injil Sedunia di Melbourne tahun 1980 yang

memberikan penekanan terhadap masalah kemiskinan. Pengaruh teologi pembebasan

ini juga menjadi sebuah gerakan moral sampai ke beberapa negara Asia yang secara

institusi juga mengklaim menerapkan teologi pembebasan dalam mempeijuangkan

masyarakat yang tertindas dalam berbagai teologi pembebasan yang kontekstual. Di

Indonesia sendiri, teologi pembebasan mempengaruhi tokoh-tokoh terutama dari

kalangan Katolik maupun Protestan. Secara institusi Dewan gereja Indonesia dalam

10.Gustavo Gutienez,yl Theology of Liberation (Mai>iaioIl: Oibis Books, 1973), xxi.11. Ed. L. Miller & Stanley J. Grenz, Fortress Introduction to Contemporary Theologies

(Minneapolis: Fortress Press, 1998), 150.12. Chiistiaan De Jonge, Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen dan Tema-Tema

Gerakan Oikumenis (Jakarta: BPK Giinung Miilia,1996), 151.

Page 11: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

konferensinya di Pematang Siantar memberikan penekanan terhadap permasalahan• 13

kemiskinan yang diinspirasikan oleh teologi pembebasan Amerika Latin,

Prioritas terhadap masalah kemiskinan memerlukan perhatian dari banyak

pihak termasuk tanggungjawab gereja, mengingat masih tingginya angka kemiskinan

di Indonesia yang juga memunculkan dampak negatif lainnya dalam kehidupan

bermasyarakat. Jika mengacu kepada data dari Badan Pusat Statistik yang

menunjukkan bahwa ada sekitar 109 juta rakyat Indonesia yang hidup dengan upah

dua dollar AS per hari. Bisa disimpulkan, bahwa masih banyak masyarakat

Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan temtama di daerah pedesaan yang

disebabkan oleh berbagai faktor baik secara kultural maupun struktural.

Namun tidak semua gereja memberikan perhatian yang serius untuk

melibatkan diri dalam usaha pengentasan kemiskinan di pedesaan. Menurut penulis,

ha! ini kemungkinan disebabkan karena gereja merasa hanya bertanggungjawab untuk

menyampaikan Injil tanpaharus memperhatikan pelayanan sosial terhadap jemaat atau

masyarakat miskin.

Bercermin dari kemunculan teologi pembebasan terlepas dari adanya

kekurangan dan kelemahan dari pemahaman teologi ini namun penulis meyakini

adanya hal-hal positif dari pemahamannya yang masih relevan untuk dipelajari

sehingga dapat memberikan sumbangsih bagi pelayanan gereja dalam usaha

mengentaskan kemiskinan khususnya bagi warga masyarakat yang bermukim

dipedesaan. Meskipun kemiskinan masih akan terus ada sepanjang kehidupan

manusia, namun membiarkan kemiskinan dialami oleh masyarakat khususnya jika hal

13. A. A. Yewangoe, Teologi Cruds di Asia (Jakarta: BPK Gunimg Mulia,1996), 298.14. Myma Ratna, "Indonesia Memanggil" dalam Pancasila: Merajut Nusmtara

(Jakarta: Peneibit Buku Kompas, 2010), 201.

Page 12: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

itu disebabkan karena ketidakmampuannya untuk memperbaiki tingkat kehidupan juga

mempakan hal yang naif bagi gereja.

Berdasarkan pemaparan diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penulisan ini adalah;

1. Gereja membutuhkan pemahaman teologi yang relevan dengan konteks

termasuk dalam masalah kemiskinan.

2. Pelayanan gereja terhadap masalah kemiskinan seharusnya dilakukan

secara efektif dan berkesinambungan dan bukan bersifat temporer.

3. Bagaimana gereja yang ada di pedesaan dalam pelayanan diakonianya

dapat memberikan solusi yang membawa pembebasan bagi kehidupan

masyarakat yang sedang dibelenggu kemiskinan.

Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan munculnya teologi pembebasan dan metode berteologi beberapa

penganut teologi pembebasan serta pengaruhnya bagi usaha pembebasan

masyarakat dari masalah kemiskinan.

2. Memperlihatkan bagaimana kemiskinan menjadi tema penting dalam sejarah

kehidupan manusia dari sejak masa PL dan PB bahkan hingga pada masa kini.

3. Menarik relevansi konsep teologi pembebasan dalam sumbangsihnya bagi

pelayanan gereja dalam usaha pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan

melalui pelayanan diakonia transformatif.

Page 13: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

Pembatasan Masalah

Sesuai dengan tujuan penulisan maka penulisan berfokus kepada latarbelakang

munculnnya teologi pembebasan dan metode berteologi tokoh-tokoh penganut teologi

pembebasan. Terdapat beberapa tokoh yang memberikan pemahaman ataupun konsep

mengenai teologi pembebasan, namun penults hanya ingtn mengangkat konsep 4

tokoh teologia pembebasan yakni Gustavo Gutierrez, Juan Luis Segundo, Leonardo

BofFdan Paolo Freire yang memberikan pengaruh yang signifikan bagi metode teologi

pembebasan dalam kontribusinya bagi pembebasan sosial, ekonomi, hukum dan

budaya pada konteks munculnya metode pembebasan tersebut. Selanjutnya

kemiskinan yang akan disorot ketika membahas tentang peran gereja dalam usaha

mengentaskan kemiskinan akan lebih mengacu kepada masyarakat miskin yang

merupakan anggota jemaat gereja-gereja yang ada dipedesaan serta jika mungkin

masyarakat yang ada disekitamya.

Metodologi Penulisan

Dalam penulisan ini, penults akan menggunakan metode analisa deskriptif

yang bersifat aplikatif dengan melakukan studi literatur mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan topik dibahas yang terdapat dalam buku-buku, jumal dan sumber-

sumber dart internet. Penults dalam memaparkan berbagai pemahaman teologia

pembebasan berusaha untuk menggunakan pr/moo' source dart buku-buku yang

ditulis langsung oleh tokoh-tokoh teologi pembebasan dan secondary source yang

juga memberikan pemaparan tentang teologi pembebasan. Penulisan ini bersifat

aplikatif karena pada akhir studi literatur ini penults berusaha untuk mendapatkan

pemahaman yang masih sesuai dart teologi pembebasan ini sehtngga memberikan

8

Page 14: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

sumbangsih bagi pelayanan gerejadalam mengentaskan kemiskinan yang adadi

daerah pedesaan.

Sistcmatika Penulisan

Sistemalika penulisan skripsi ini terdiri dari V bab. Bab I berisi tentang

pcndahuluan skripsi yang menibahas tentang latar belakang permasalahan. pokok

permasalahan. tujuan penulisan, pembatasan masalah, metodologi penulisan. serta

sistematika penulisan. Bab 11 mcmbahas tentang latar belakang munculnya teologi

pembebasan. Pcrtama. pcmaparan ini akan menyoroti konteks kemiskinan yang terjadi

di Amcrika I .atin dan bagaimana peran gereja menyikapi permasalahan yang terjadi.

Keciua, penulis akan mcmaparkan tentang pemikiran-pemikiran para teolog teologi

pembebasan serta melode berteologinya.

Dalam Bab III. penulis akan memaparkan mengenai pengertian kemiskinan

dan bagaimana Alkitab memandang masalah kemiskinan. Selanjutnya penulisan akan

membahas mengenai sosiologi pedesaan kliususnya tentang karakteristik pedesaan

secara umum yang erat kaitannva dengan penyebab kemiskinan yang terjadi di

pedesaan.

Dalam Bab IV. penulis mencoba untuk memaparkan prinsip-prinsip dari

pemahaman teologi pembeba.san yang bisa dijadikan sebuah rujukan atau acuan bagi

gereja dalam usaha mengentaskan kemiskinan di daerah pedesaan melalui peran dan

fungsi gereja yaitu diakonia yang bersifat transformatif. Penulisan ini di akhiri dengan

bab V yang merupakan ringkasan dan kesimpulan dari keseluruhan pemaparan

penulisan ini.

Page 15: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG
Page 16: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG
Page 17: 029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

ben,da dip.„e,,, """ ^upa^ il pen Pen f-1C-. I

diakonia van^ , ''' memikirkan ulangpdaya^^^^^- '"ig, sclama mi tclah diInL-..L- , ,niembcrikan kotitribusi bagi

' la,.l-'ntLik n-jewuiur]L-.,n ,..•'.lauKan lujuan {crscbui imL-n . • ,

■ naka g^-reja liarus bcrani melakukan sebualilerobosan-iiM-oK/x .

" ̂'P^ya»„sa„d™p,,e„jdinkc,;iasa„,a' ' ' '' ̂ '^^bkaji pemerinlali selempaldalam iisalia

kdii L,pa_\ a penibcrdayaan masyarakaiyang bertujuan membawamasyarakat kcpada pca.balaaa keb.dapan yang

lebih manusiavvi,

\-l

lOi