01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN -...

129
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Transcript of 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN -...

Page 1: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TEKNIK PENERAPAN DISIPLIN

DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL

(Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin Power

Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di

Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Menempuh Sidang Sarjana Pada

Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung

Oleh :

Devi Permata Surya

NPM. 10050003141

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS PSIKOLOGI

2010

Page 3: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

LEMBAR PENGESAHANHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP ASPEK-ASPEK TEKNIK

PENERAPAN DISIPLIN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL

(Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerpaan Disiplin Power

Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di

Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung)

Nama : Devi Permata Surya

NPM : 10050003141

Bandung, Februari 2010

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Menyetujui,

Dra. Sulisworo Kusdiyati, M.Psi. Hj. Reni A. Soemitro, Dra., M.Si.

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

DR. Umar Yusuf, Drs., M.Si., Psikolog

Dekan Fakultas Psikologi

Page 4: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

i

ABSTRAK Devi Permata Surya (10050003141), Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin dengan Penyesuaian Sosial (Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion, Love Withdrawal, dan Induction�pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung)

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung, didapat fenomena yaitu, ada remaja putri yang mencuri dan merokok , berpacaran dan memfitnah sesama anak panti. Disisi lain berdasarkan wawancara terhadap remaja putri, diperoleh mereka mempersepsikan tingkah laku mereka dibatasi oleh kekuasaan ibu asuh seperti anak harus mematuhi semua keinginan ibu asuh, ini merupakan indikator teknik disiplin Power Assertion; kemudian ada remaja putri yang mempersepsikan ibu asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan mereka karena tidak dapat memenuhi keinginan ibu asuh, yang merupakan indikator teknik disiplin Love Withdrawal. Ada juga remaja putri yang mempersepsikan bahwa ibu asuh memberikan memberikan penjelasan mana tingkah laku baik dan buruk seperti menjelaskan mengapa tidak diperbolehkan membawa handphone ke dalam panti asuhan, hal ini merupakan indikator dari teknik disiplin Induction.

Tujuan dilakukan penelitian untuk memperoleh data empiris tentang sejauh mana hubungan teknik penerapan disiplin Power Assertion, Love Withdrawal dan Induction dengan penyesuaian sosial remaja putri usia 15-18 tahun yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung. Hipotesis yang diajukan adalah semakin tinggi remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Love-withdrawal maka semakin buruk penyesuaian sosial di lingkungan panti asuhan; semakin tinggi remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Power Assertion maka semakin buruk penyesuaian sosial di lingkungan panti asuhan; semakin remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Induction maka semakin baik penyesuaian sosial di lingkungan panti asuhan.

Variabel pertama dalam penelitian ini adalah persepsi remaja putri terhadap teknik disiplin yang diterapkan oleh panti asuhan dan variabel kedua adalah penyesuaian sosial remaja putri dalam panti asuhan. Alat ukur yang digunakan untuk persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dan penyesuaian sosial ini berdasarkan pada teori teknik penerapan disiplin dari Martin Hoffman. Populasi dalam penelitian ini remaja putri di panti asuhan Muhammadiyah Bandung, pengambilan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik studi purposive sampling sebanyak 40 orang. Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel digunakan metode korelasional. Data yang diperoleh berupa data ordinal, pengolahan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Power Assertion dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan rs= -0,424 dengan korelasi sedang. Sedangkan hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Love Withdrawal dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan rs= -0,576 dengan korelasi sedang. Kemudian hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Induction dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan rs= 0,684 dengan korelasi sedang.

Page 5: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmaanirrohim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan

rahmat-Nya yang tidak pernah terputus atas makhluk-Nya, serta hidayah yang diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sungguh suatu kebanggan tersendiri bagi

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Psikologi

Universitas Islam Bandung.

Dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Aspek-aspek

Penerapan Disiplin Dengan Penyesuaian Sosial (Studi Hubungan antara Persepsi terhadap

Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja

Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah

Bandung), peneliti mencoba memperoleh gambaran yang kongkrit mengenai persepsi remaja

putri terhadap penerapan disiplin yang ada di Panti Asuhan Muhammadiyah dan kaitannya

dengan penyesuaian sosial mereka di dalam panti asuhan tersebut, sehingga pengambilan data

melalui observasi, wawancara, dan pemberian alat ukur serta pengujian statistik yang

menghasilkan kesimpulan penelitian yang sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini. Setelah

itu peneliti memberikan rancangan intervensi sebagai bentuk saran dalam penanganan masalah

antara Panti Asuhan Muhammadiyah dan remaja putri yang dibina.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak dan penulis juga sadari sepenuhnya bahwa hasil skripsi ini jauh dari sempurna

Page 6: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

iii

tetapi penulis harapkan dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan bagi

masyarakat dan bagi masyarakat pada umumnya.

Selama menempuh studi serta dalam penulisan penulisan skripsi ini, penulis

mendapatkan banyak bantuan, doa serta masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan yang tidak sanggup hamba hitung

banyaknya.

2. Mama dan Papa yang selalu mendo’akan, mencintai tanpa pamrih, dan mendukung

penulis tanpa henti. “ I Love you!”.

3. Sulisworo Kusdiyati, Dra., M.Si, selaku pembimbing I yang selalu membimbing penulis

dengan kesabaran dalam membimbing, meluangkan waktu dalam kesibukannya yang

padat, dan juga selalu memberikan semangat kepada penulis. Semoga Allah menjadikan

semua kebaikan ibu sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak terputus.

4. Dra. Reni A. Soemitro, Dra., M.Si, selaku pembimbing II yang selalu memberikan ilmu-

ilmunya, memberikan masukan serta koreksi, meluangkan waktu dalam kesibukannya

yang padat luar biasa, saya mohon maaf karena sering mengganggu di tengah kesibukan

ibu. Semoga Allah menjadikan semua kebaikan ibu sebagai amal jariyah yang pahalanya

tidak terputus.

5. DR. Umar Yusuf, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.

6. Hj. Yuli Aslamawati, Dra., M.Pd, selaku dosen wali yang membimbing penulis dengan

penuh kebijakan selama menjalankan perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Islam

Bandung.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga, serta karyawan

Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang telah membantu dalam

penyelenggaraan perkuliahan selama ini.

Page 7: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

iv

8. Adik-adikku tercinta Anggi dan Irfan, kakakku Yudha yang selalu mendukung penulis

dengan memberikan semangat dari awal penulisan hingga terakhir .

9. Edola Riono, yang selalu ada dan bersedia membantu penulis, mendukung penulis tanpa

henti, memberikan semangat dan senyumnya di tengah-tengah kesibukannya. Semoga

Allah selalu memberikan limpahan rejeki dan kebaikan kepadanya.

10. Sahabat-sahabatku, semoga persahabatan yang sudah kita bina sejak semester 1, akan

terus langgeng sampai tua. Alm. Laely (terimakasih sudah pernah ada dalam kehidupan

penulis dan selalu mendukung penulis dalam hal apapun), Diah, Indah, Yanti, Yani, Vidi,

Arga, Vriska, Angki, dan Vivi, semoga sukses serta mendapatkan apa yang kalian

inginkan. Terimakasih karena selalu memberikan dukungan, bantuan, dan selalu ada

untuk penulis.

11. Sahabatku, Yana, Sita, Echi, Rifki dan Rizqi yang selalu memberikan dukungan moril

dalam penulisan skripsi ini.

12. Kang Aulia, terimakasih atas bantuan dan sarannya untuk kemajuan skripsi penulis.

13. Teman-teman angkatan 2003 dan 2004, yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu,

yang telah berjuang bersama selama perkuliahan, “ Ayo selalu semangat!”.

14. Adik-adikku di panti asuhan Putri Muhammadiyah, terimakasih atas kerjasama dan

bantuannya kepada penulis.

15. Ibu-ibu pengasuh di Panti, terimakasih atas waktunya dan informasinya dalam penulisan

skripsi ini.

Jazakallahu Khairan Katsiran, semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada

penulis, akan dibalas dengan pahala yang sesuai oleh Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Januari 2009

Penulis,

Devi Permata Surya

Page 8: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

v

������

������ ��� ���������� ����� ���������� � ��� �� ��� ������ ����� ��� ��� ��������

���� �� � ��� ��� ��� ���� ����� ����� ���������� ����� ������ ���� ���� � �� ��� ����

���������� ������ ����������� ��� ������������������������ �!" �# �� �"����������$%&�

�'����� ��� ������� ��� ����� ������� ������ ������� ���������� ������

������������� ������ ������ ����� ��� � ����������� ������ ������ ������

���������� �

!(��)� ����&�

Page 9: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

vi

*����������������������������� ���#+)�

#������������������������������

������������������������������������������������ �����������

#��������������������������������������������� ����,�����

��������� ��������

Page 10: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii

MOTTO ......................................................................................................................................v

LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................................................vi

DAFTAR ISI...............................................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. .1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. .1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................................... .9

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... .11

1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................................................... .12

BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................................... .13

2.1 PERSEPSI ..................................................................................................................... .13

2.1.1 Pengertian Persepsi ....................................................................................................... .13

2.1.2 Proses Persepsi ............................................................................................................. .14

2.2 TEKNIK PENERAPAN DISIPLIN .............................................................................. .21

2.3 PENYESUAIAN DIRI .................................................................................................. .25

2.3.1 Pengertian Penyesuaian Diri ........................................................................... .25

2.3.2 Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri .................................................................... .28

2.3.3 Penyesuaian Sosial .......................................................................................... .28

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian Diri ..................................... .31

2.4 REMAJA ............................................................................................................. .34

2.4.1 Pengertian Remaja .......................................................................................... .34

2.4.2 Batasan Usia Remaja ...................................................................................... .36

2.4.3 Ciri-ciri Remaja .............................................................................................. .37

2.4.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja ............................................................... .40

2.4.5 Karakteristik Remaja akhir ............................................................................ 42

Page 11: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

viii

2.5 PANTI ASUHAN ........................................................................................................42

2.5.1 Pengertian Panti Asuhan ...............................................................................42

2.5.2 Panti Asuhan Muhammadiyah ......................................................................45

2.6 Hubungan Antara Persepsi Teknik Penerapan Disiplin dengan

Penyesuaian Sosial Remaja Akhir ...............................................................................46

2.7 KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................................49

Skema Kerangka Berpikir ............................................................................................54

2.8 HIPOTESIS PENELITIAN .........................................................................................55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................................56

3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................................................56

3.2 Identifikasi Variabel .....................................................................................................56

3.3 Operasionalisasi Variabel ............................................................................................57

3.4 Alat Ukur .....................................................................................................................59

3.4.1 Alat Ukur Persepsi Remaja Putri Terhadap Teknik

Penerapan Disiplin ........................................................................................60

3.4.2 Alat Ukur Penyesuaian Sosial di Panti Asuhan ............................................65

3.5 Sampel Penelitian .........................................................................................................68

3.5.1 Populasi Penelitian ........................................................................................68

3.5.2 Karakteristik Sampel .....................................................................................69

3.6. Uji Coba Alat Ukur ......................................................................................................70

3.6.1 Uji Validitas Alat Ukur .................................................................................70

3.6.2 Reliabilitas Alat Ukur ...................................................................................72

3.7 Teknik Analisis ............................................................................................................73

3.7.1 Proporsi .............................................................................................................73

3.7.2 Frekuensi dan persentase ..................................................................................74

3.7.3 Tabulasi Silang ..................................................................................................74

3.7.4 Uji Korelasi Rank Spearman ............................................................................75

3.8 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................78

Page 12: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

ix

3.7.1 Tahap Persiapan ............................................................................................... 78

3.7.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................................................... 79

3.7.3 Tahap Pengolahan data .................................................................................... 79

3.7.4 Tahap Pembahasan ........................................................................................... 79

3.7.5 Tahap Penyelesaian .......................................................................................... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 81

4.1 Hasil dan Pengolahan Data ........................................................................................ 81

4.1.1 Analisis Statistik Inferens ................................................................................ 82

4.1.1.1 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi Teknik

Penerapan Disiplin Power Assertion dengan Penyesuaian

Sosial .............................................................................................................. 82

4.1.1.1 a. Hipotesis I ...................................................................................... 82

4.1.1.1 b. Hasil Pengolahan Data ................................................................... 83

4.1.1.1 c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik .......................................... 83

4.1.1.2 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi Teknik

Penerapan Disiplin Love-Withdrawal dengan Penyesuaian

Sosial ................................................................................................................84

4.1.1.2 a. Hipotesis II .......................................................................................84

4.1.1.2 b. Hasil Pengolahan Data ......................................................................84

4.1.1.2 c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik ............................................85

4.1.1.3 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi Teknik

Penerapan Disiplin Induction dengan Penyesuaian

Sosial ....................................................................................................86

4.1.1.3 a. Hipotesis III ......................................................................................86

4.1.1.3 b. Hasil Pengolahan Data ......................................................................86

4.1.1.3 c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik ............................................86

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif ...............................................................................87

4.1.2.1 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek

Page 13: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

x

Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang

Dominan pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti

Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah

Bandung ............................................................................................................... 87

4.1.2.1�Diagaram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan

Persentase Aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik

Penerapan Disiplin yang Dominan ................................................................... 88

4.1.2.2 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Baik

Buruknya Penyesuaian Sosial Berdasarkan Norma

Ideal (Perhitungan Kuesioner) .............................................................................. 89

4.1.2.2 Diagram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase

Baik dan Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia

15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman

Harapan Muhammadiyah Bandung ..................................................................... 89

4.1.2.3 Hasil Tabulasi Silang antara Aspek-aspek Persepsi

terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan dengan

Baik-Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia

15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman

Harapan Muhammadiyah Bandung ...................................................................... 90

4.1.2.3 Diagram Batang Hasil Perhitungan Frekuensi dan

Persentase dari Tabulasi Silang antara Dominasi Aspek-aspek

Teknik Penerapan Disiplin dan

Penyesuaian Sosial ................................................................................................ 91

4.2 Pembahasan ...................................................................................................................... 92

4.2.1 Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin

Power Assertion dengan Penyesuaian Sosial ....................................................... 92

4.2.2 Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin

Love Withdrawal dengan Penyesuaian Sosial� ...................................................... 94

4.2.3 Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin Induction dengan

Page 14: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

xi

Penyesuaian Sosial ........................................................................................................... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................104

5.1 Kesimpulan .........................................................................................................104

5.2 Saran ...................................................................................................................106

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ ix

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

xii

LAMPIRAN

1.1 Kesimpulan ........................................................................................................................1

1.2 Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total

item pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan

disiplin aspek Power Assertion ..........................................................................................2

1.3 Hasil tabulasi data uji validitas aspek Power Assertion .....................................................4

1.4 Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total

item pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan

disiplin aspek Power Assertion ..........................................................................................5

1.5 Data mentah teknik penerapan disiplin Love Withdrawal ..................................................6

1.6 Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total

item pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan disiplin

aspek Love Witdrawal ........................................................................................................8

1.7 Hasil tabulasi data uji validitas aspek Love Witdrawal ......................................................11

1.8 Hasil tabulasi data item valid aspek Love Witdrawal .........................................................12

1.9 Data mentah teknik penerapan disiplin Induction ..............................................................13

1.10 Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total item

pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan disiplin

aspek Induction ...................................................................................................................15

1.11 Hasil tabulasi data uji validitas aspek Induction ................................................................18

1.12 Hasil tabulasi data item valid aspek Induction ...................................................................19

1.13 Data mentah Penyesuaian Sosial ......................................................................................20

1.14 Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total item

pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan disiplin

aspek Penyesuaian Sosial ...................................................................................................22

1.15 Hasil tabulasi data uji validitas aspek Penyesuaian Sosial ................................................26

1.16 Hasil tabulasi data item valid aspek Penyesuaian Sosial ...................................................27

1.17 Data valid aspek Power Assertion ......................................................................................28

1.18 Data valid aspek Love Witdrawal .......................................................................................29

Page 16: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

xiii

1.19 Data valid aspek Induction .................................................................................................30

1.20 Data valid aspek Penyesuaian Sosial .................................................................................31

1.21 Tabulasi data ttem valid alat ukur Persepsi Terhadap Teknik

Penerapan Disiplin .......................................................................................................................... 32

1.22 Tabulasi data item valid alat ukur Persepsi terhadap Penyesuaian

Sosial .............................................................................................................................................. 34

1.23 Hasil pengujian reliabilitas alat ukur aspek Power Assertion ......................................................... 35

1.24 Hasil pengujian reliabilitas alat ukur aspek Love Withdrawal........................................................ 35

1.25 Hasil pengujian reliabilitas alat ukur aspek Induction .................................................................... 35

1.26 Hasil pengujian reliabilitas alat ukur Penyesuaian Sosial .............................................................. 35

1.27 Data Aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin

yang dominan .....................................................................................................................36

1.28 Skor total dan kriteria Penyesuaian Sosial .........................................................................37

1.29 Norma ideal Penyesuaian Sosial ........................................................................................37

1.30 Hasil perhitungan frekuensi dan persentase aspek-aspek

persepsi terhadap teknik penerapan disiplin yang dominan ...............................................38

1.31 Hasil perhitungan frekuensi dan persentase baik-buruknya

Penyesuaian Sosial .............................................................................................................38

1.32 Data aspek-aspek terhadap teknik penerapan disiplin yang

dominan dan baik-buruknya Penyesuaian Sosial ...............................................................39

1.33 Hasil perhitungan tabulasi silang antara dominasi

aspek-aspek teknik penerapan disiplin dan Penyesuaian Sosial ........................................39

1.34 Hasil korelasi antara aspek-aspek persepsi terhadap

teknik penerapan disiplin (X1-X3) dan Penyesuaian Sosial (Y) .......................................40

1.35 Tabulasi hasil korelasi antara aspek-aspek persepsi

terhadap teknik penerapan disiplin (X1-X3) dan Penyesuaian

Sosial (Y) beserta nilai t untuk pengujian koefisien korelasi .............................................40

1.36 Hasil korelasi antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin

(X) dan Penyesuaian Sosial (Y) ........................................................................................40

Page 17: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

xiv

1.37 Tabulasi hasil korelasi antara aspek-aspek persepsi terhadap

teknik penerapan disiplin (X) beserta nilai t untuk pengujian

koefisien korelasi ...............................................................................................................40

1.38 Tabel t .................................................................................................................................41

1.39 Alat ukur teknik penerapan disiplin hasil uji validitas .......................................................42

1.40 Alat ukur penyesuaian sosial hasil uji validitas ..................................................................52

Page 18: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.7 Skema kerangka berpikir .....................................................................................54

Tabel 3.6.2 Tabel Guilford ......................................................................................................73

Tabel 3.7.5 Tingkat korelasi Guilford ....................................................................................77

Tabel 4.1.1.1 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara

Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin

(Power Assertion) dengan Penyesuaian Sosial beserta Nilai t

untuk Pengujian Keberartian Korelasinya ..........................................................83

Tabel 4.1.1.2 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara

Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin

(Love Withdrawal) dengan Penyesuaian Sosial beserta

Nilai t untuk Pengujian Keberartian

Korelasinya .........................................................................................................84

Tabel 4.1.1.3 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara

Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Induction)

dengan Penyesuaian Sosial beserta Nilai t untuk

Pengujian Keberartian Korelasinya ....................................................................86

Tabel 4.1.2.1 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek

Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang

Dominan ..............................................................................................................88

Tabel 4.1.2.1 Diagaram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase

Aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin

yang Dominan .....................................................................................................88

Tabel 4.1.2.2 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Baik dan

Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18 Tahun

di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan

Muhammadiyah Bandung ...................................................................................89

Tabel 4.1.2.2 Diagram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase

Page 19: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

xvi

Baik dan Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia

15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman

Harapan Muhammadiyah Bandung ....................................................................89

Tabel 4.1.2.3 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase dari Tabulasi

Silang antara Dominasi Aspek-aspek Teknik Penerapan

Disiplin dan Penyesuaian Sosial .........................................................................90

Tabel 4.1.2.3 Diagram Batang Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase

dari Tabulasi Silang antara Dominasi Aspek-aspek

Teknik Penerapan Disiplin dan Penyesuaian Sosial ...........................................91

Page 20: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

1

Devi Permata Surya 10050003141� �

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Individu dalam setiap kehidupannya melalui suatu proses perkembangan

dari sejak lahir hingga meninggal. Pada awal kehidupannya individu berkembang

melalui suatu keluarga, dimana keluarga merupakan lingkungan pertama yang

dimasuki individu dan berperan bagi kehidupannya. Dalam keluarga biasanya

anak akan mendapatkan perlindungan, kasih sayang, perasaan diterima dan rasa

aman. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa aman merupakan kebutuhan yang

sangat utama. Mula-mula kebutuhan ini hanya ditujukan kepada lingkungan

keluarga, kemudian kepada teman-teman bermain di rumah maupun disekolah dan

akhirnya kepada semua orang yang bergaul dengannya.

Sewaktu anak disayangi, dipuji dan merasa diterima, dia secara bertahap

memandang dirinya sendiri sebagai seorang yang penting. Begitu juga sebaliknya

ketika anak diacuhkan, diberi hukuman atau merasa ditolak, maka secara bertahap

dia dapat memandang dirinya sebagai seorang yang tidak penting atau tidak

berarti. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat adanya hubungan yang terus-

menerus antara ibu dengan anaknya. Sifat hubungan ibu dan anak akan

berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak dikemudian hari. Sentuhan dan

belaian ibu dapat memberikan perasaan aman begitu juga dalam menikmati

pelukan ibu, anak akan memperoleh kesenangan.

Page 21: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

2

Devi Permata Surya 10050003141� �

Faktor kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan

banyak keluarga tidak mampu untuk membiayai pendidikan anak–anaknya. Untuk

dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh keluarga tersebut, mereka

menitipkan anak–anaknya ke panti asuhan yang dapat meringankan beban

keluarga.

Layaknya di panti asuhan, ibu dan bapak pengasuh yang ada terbatas

jumlahnya dibandingkan dengan jumlah anak–anak asuh yang dirawat, sehingga

perhatian dan kasih sayang yang diberikan para pengasuh harus dibagi kepada

banyak anak. Melihat keadaan ini antara anak yang satu dengan yang lainnya yang

tinggal di panti asuhan tersebut belum tentu medapatkan perhatian dan kasih

sayang yang sama dari para pengasuh. Oleh karena itu ada anak yang merasa

kurang memperoleh perhatian dan kasih sayang.

Panti asuhan yang digunakan sebagai alih peran keluarga dalam membina,

mengawasi dan merawat anak, membantu anak asuh untuk dapat berkembang

menjadi manusia dewasa yang berguna dan diharapkan mampu menyesuaikan diri

dengan baik di lingkungan masyarakat.

Panti asuhan Taman Harapan Muhammadiyah merupakan salah satu

lembaga sosial yang menjadi tempat bagi keluarga yang ingin menitipkan

anaknya. Tujuan dari panti asuhan Taman Harapan Muhammadiyah yaitu

melaksanakan ibadah dengan sebaik–baiknya sesuai tuntutan Allah dan rasul–

Nya, meyakini keimanan dan tauhid kepada Allah dan tidak melaksanakan

pekerjaan syirik, dan melaksanakan kehidupan yang islami berdasar kepada

pedoman hidup islami warga Muhammadiyah (Akhlaqul Karimah).

Page 22: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

3

Devi Permata Surya 10050003141� �

Pihak panti asuhan melakukan survey guna menyeleksi keluarga yang

membutuhkan bantuan. Seleksi yang dilihat oleh pihak panti asuhan secara umum

digambarkan sebagai berikut: hal pertama merupakan faktor kemiskinan dan

prestasi anak. Selanjutnya yang menjadi pertimbangan panti asuhan untuk

menerima anak–anak yang dititipkan di panti tersebut adalah anak–anak yang

ditinggalkan oleh ayahnya (yatim), ditinggalkan oleh ibunya (piatu), dan anak

yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya (yatim piatu).

Bagi anak asuh yang lulus seleksi mereka akan ditempatkan dan tinggal di

asrama sampai menyelesaikan jenjang pendidikan SMU. Pada Panti Sosial

Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah ini dapat dijumpai anak asuh putri

dalam tingkat SD, SMP dan SMU. Di dalam asrama, anak diawasi dan dibina oleh

pengurus panti dan diberikan peraturan-peraturan yang harus diikuti, seperti:

shalat shubuh, maghrib dan isya harus berjama’ah di mesjid, mendengarkan

kultum, melaksanakan piket yang terdiri dari membersihkan asrama dan memasak

bagi anak asuh putri usia SMU yang dilakukan setelah selesai makan dan setelah

selesai kegiatan yang diadakan oleh pihak panti asuhan, tidak boleh meninggalkan

asrama tanpa izin, dan tidak boleh berpacaran.

Selain itu, ada hukuman yang diberikan kepada anak–anak panti asuhan

bila mereka melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak panti asuhan.

Hukuman yang diberikan dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona hijau yang berarti

wilayah tempat anak–anak melanggar peraturan yang ringan atau wilayah tempat

anak–anak yang telah diberikan hukuman dan tidak mengulangi perbuatannya

lagi, dan zona merah berarti teguran atau skorsing. Pelanggaran sendiri dibagi atas

Page 23: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

4

Devi Permata Surya 10050003141

2 jenis: Pelanggaran ringan, yaitu termasuk pelanggaran keluar tanpa ijin,

terlambat pulang sekolah, membawa makanan ke dalam kamar tidur. Anak yang

melakukan pelanggaran ini masuk ke dalam zona hijau. Kedua yaitu pelanggaran

berat, yaitu termasuk pacaran, mencuri, berkelahi, terlibat dalam kriminalitas,

merokok, miras dan NAPZA. Anak-anak yang melakukan pelanggaran berat ini

yang nanti akan dimasukkan ke dalam zona merah. Apabila setelah diberikan

hukuman masih juga mengulangi perbuatannya, maka anak yang melanggar

tersebut diberikan pilihan, ingin tetap berada di panti namun diberikan skorsing

berupa membersihkan toilet selama satu bulan atau tidak diberikan uang saku

selama waktu yang disepakati oleh pihak panti atau keluar dari panti.

Selama anak asuh tinggal di panti asuhan mereka diberikan pendidikan

yang ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pertama pendidikan informal, pendidikan

formal dan pendidikan non formal.

Pertama pendidikan informal, pendidikan yang diadakan di dalam panti

asuhan, antara lain berupa pendidikan agama (bahasa arab, mengaji, dakwah,

pesantren), pembinaan iman, pengayaan bagi anak SMU kelas 3 yang akan

mengikuti ujian kelulusan, dan belajar bersama. Jadi panti asuhan sebagai

lembaga sosial bukan hanya membantu dalam tempat tinggal dan mencukupi

kebutuhan psikologis saja, tetapi berusaha menjadi lembaga pendidikan. Kedua

pendidikan formal, setiap anak diberi kesempatan untuk bersekolah yang memiliki

jenjang pendidikan SD, SMP, SMU. Masing–masing anak asuh berusaha untuk

dapat melakukan tanggung jawab pada tugas yang diberikan dari pihak sekolah.

Ketiga pendidikan nonformal, antara lain yaitu keterampilan elektronik

Page 24: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

5

Devi Permata Surya 10050003141

(keterampilan sangat dasar), komputer, menjahit, angklung (khusus putra) dan

nasyid (khusus putri).

Kemudian dalam menjaga prestasi dan motivasi anak, pihak panti asuhan

menetapkan pemberian reward untuk anak–anak yang memiliki prestasi yang baik

di sekolah, melaksanakan shaum sunat dan bangun pada malam hari untuk

melakukan tahajud, yang berupa tambahan uang jajan tergantung dari prestasi

yang dihasilkan atau dibebaskan untuk pulang kerumah orang tuanya selama

beberapa hari yang telah disepakati bersama untuk anak yang masih memiliki

orang tua. Begitu pula untuk yang melaksanakan shaum sunat dan tahajud.

Namun khusus untuk pelaksanaan ibadah seperti shaum sunat dan tahajud, anak

panti asuhan mengaku bahwa pengurus panti beberapa kali tidak memberikan

reward yang dijanjikan seperti yang tertera pada peraturan panti asuhan. Anak–

anak di panti asuhan diberikan uang jajan sehari-hari oleh ibu pengurus.

Pada panti asuhan ini, ibu pengurus panti (KRT) tidak bekerja sendiri. Ia

dibantu oleh beberapa karyawan untuk membantunya mengurus panti asuhan.

Diantaranya ada yang menjabat sebagai kepala PSAA (Panti Sosial Asuhan

Anak), kepala TU dan Syi’ar, bendahara, bagian logistik sarana dan prasarana,

bagian pendidikan, bagian penggalian dana, staff pendidikan, pembantu umum,

dan juru masak. Para karyawan tidak berada di dalam panti asuhan selama 24 jam.

Sedangkan ibu pengurus (KRT) selalu berada 24 jam di dalam panti asuhan.

Kemudian setelah dilakukan wawancara dengan remaja putri usia 15-18

tahun (John W. Santrock, 2003) sebanyak 40 orang, didapat gambaran bahwa

mereka tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh pihak panti asuhan.

Page 25: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

6

Devi Permata Surya 10050003141

Tindakan itu seperti mencuri, merokok, berpacaran, membawa handphone ke

panti asuhan, serta beberapa pelanggaran kecil lainnya seperti pulang terlambat

dari sekolah, tidak melaksanakan piket yang diberikan, bertengkar, membawa

tamu ke dalam kamar tidur dan membawa makanan ke dalam kamar tidur. Mereka

tidak dapat menyesuaikan diri dengan peraturan yang dibuat oleh pihak panti

asuhan, padahal anak remaja putri ini telah tinggal sejak lama di dalam panti

asuhan, ada yang dari SD, SMP sampai SMA. Mereka mengatakan bahwa semua

hasil tingkah laku mereka adalah hasil perilaku meniru dari kakak kelas mereka

yang telah dahulu tinggal lebih lama di panti asuhan dan telah duduk di bangku

SMA. Anak–anak remaja ini ada yang beberapa kali bertengkar dengan teman

sekamar mereka karena ada yang memfitnah. Menurut mereka, ibu pengasuh

terkadang salah menghukum anak panti yang seharusnya tidak bersalah karena

fitnah tersebut. Sebagian dari mereka juga mengatakan bahwa bahwa ibu asuh

beberapa kali memarahi mereka dengan berteriak terutama ketika mereka tidak

sengaja memecahkan barang atau menghilangkan barang milik panti asuhan atau

muliki ibu asuh, diantara mereka juga merasa rendah diri karena ibu asuh

beberapa kali menghina mereka dengan mengatakan mereka “bodoh”.

Kemudian saat ada barang–barang anak remaja putri yang hilang, mereka

mengaku mengetahui pelaku pencurian itu namun tidak berani untuk melaporkan

kepada pihak panti karena takut bertengkar dengan anak panti yang lain dan

kemudian mendapat hukuman dari pihak panti. Semua itu dilakukan tanpa

sepengetahuan pihak panti asuhan. Kecuali, ketika kejadian pencurian telah

diketahui oleh pihak panti dan anak yang mencuri itupun tertangkap dan diberikan

Page 26: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

7

Devi Permata Surya 10050003141

hukuman oleh pengurus panti. Remaja putri mengaku mereka mengetahui tentang

peraturan yang mereka langgar, namun mereka tetap melanggar dengan alasan

pihak panti tidak mengetahui perbuatan mereka. Jika perbuatan pelanggaran itu

diketahui oleh pengurus panti dan mereka ditegur, mereka mengaku terkadang

“masuk telinga kanan, keluar telinga kiri“, mereka mengetahui perbuatan itu salah

namun mereka tetap melanggar. Anak–anak panti dibebaskan untuk mengenal

anak–anak lain di luar lingkungan panti baik laki–laki maupun perempuan. Pihak

panti mempercayakan masalah pergaulan kepada anak–anak sendiri. Karena hal

inilah, remaja putri akhirnya mulai mengenal lawan jenis dan merasa adanya

ketertarikan antara lawan jenis. Sehingga ada anak remaja putri kelas 1 SMA yang

dikeluarkan dari panti asuhan karena ketahuan berpacaran saat berada di rumah

sakit.

Ibu asuh mengatakan bahwa anak remaja panti asuhan rata-rata dapat

menyesuaikan diri selama 2 tahun. Karena mereka harus membiasakan diri

dengan keadaan baru seperti rumah baru, peraturan baru, kegiatan baru, teman-

teman baru dan ibu baru yaitu ibu pengasuh.

Kurangnya disiplin para remaja tersebut membawa dampak yang kurang

baik terhadap penyesuaian diri di lingkungan panti. Misalnya dengan mereka

melanggar peraturan, tanpa mempedulikan kepentingan warga panti yang lain, itu

berarti mereka tidak berusaha membina relasi yang baik antar sesama warga panti.

Juga ketika mereka lalai dalam melakukan tugas yang memang sudah menjadi

kewajibannya seperti melakukan piket, berarti kurangnya kemampuan dalam

menerima tanggung jawab serta tidak membantu keluarga panti di dalam

Page 27: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

8

Devi Permata Surya 10050003141

mencapai tujuan keluarga dan anggota keluarga, mengulang pelanggaran baik

pelanggaran ringan atau berat yang merupakan peraturan panti asuhan tanpa

mempedulikan teguran, merupakan salah satu bentuk tidak menerima otoritas dari

orang tua yang mana kesemuanya itu merupakan indikator dari penyesuaian yang

buruk di lingkungan panti.

Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia

dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat

diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau menganggu lingkungannya

(Surya: 1985: 13). Jika anak-anak panti dalam memenuhi kebutuhannya telah

merugikan atau mengganggu lingkungannya, berarti individu itu dapat dikatakan

belum berhasil melakukan penyesuaian diri. Untuk membantu anak-anak panti

agar dapat melakukan penyesuaian diri yang baik, diperlukan penerapan disiplin.

Cara remaja dalam menerapkan disiplin itu dipersepsikan oleh remaja secara

berbeda-beda sehingga memunculkan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Dari

cara menerapkan disiplin tersebut, remaja belajar untuk mengendalikan perilaku

mereka dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan juga untuk melakukan

penyesuaian diri yang baik di lingkungan panti.

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk

meneliti: “Hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dengan

penyesuaian sosial remaja putri usia 15–22 tahun di Panti Sosial Asuhan Anak

Taman Harapan Muhammadiyah”

Page 28: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

9

Devi Permata Surya 10050003141

1.2 Identifikasi Masalah

Individu dalam interaksi sosialnya selalu mengadakan hubungan dengan

lingkungan sekitarnya. Individu akan selalu menerima stimulus dari

lingkungannya, hanya stimulus manakah yang akan dipersepsi dan yang akan

diterjemahkan dalam bentuk perilaku tertentu oleh individu yang bersangkutan

akan ditentukan oleh berbagai faktor yaitu stimulus itu sendiri dan faktor individu

yang menerima stimulus itu.

Menurut Udai Pareek (1984:13), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu

proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap

rangsang yang diterima. Namun proses tersebut tidak hanya sampai pada

pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya

sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.

Menurut Martin Hoffman ( 1994), disiplin berasal dari kata disciple yaitu

cara belajar mengikuti pemimpin. Teknik disiplin dibagi menjadi tiga yaitu, love-

withdrawal yaitu orang tua dalam hal ini pihak panti memberikan ekspresi dari

kemarahan, ketidaksenangan atau kekecewaan dengan cara mengabaikan anak,

kedua Power assertion yaitu orang tua menerapkan peraturan yang kaku dan keras

terhadap anak. Sedangkan pada disiplin Induction yaitu orang tua mengutamakan

komunikasi yang lebih baik antara anak dengan orang tua.

Kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya

memerlukan bantuan dari pihak lain seperti keluarga. Dalam hal ini, panti asuhan

merupakan keluarga kedua bagi anak–anak yang tinggal didalam panti asuhan.

Penyesuaian diri di lingkungan sosial dapat dikatakan sebagai penyesuaian sosial.

Page 29: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

10

Devi Permata Surya 10050003141

Menurut Schneiders (1964), penyesuaian sosial merupakan bagian dari

penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu dalam berinteraksi dengan

lingkungan sosialnya. Seseorang dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik,

bila ia dapat bereaksi secara efisien, matang, memuaskan dan bermanfaat dengan

tidak mengabaikan situasi yang dihadapinya. Artinya individu dapat mengatasi

tuntutan-tuntutan dari lingkungan sosialnya atau masyarakatnya sehingga akan

mencapai suatu keselarasan.

Kemudian dikaitkan dengan persepsi terhadap ketiga teknik penerapan

disiplin pada panti asuhan, maka karena adanya pemaknaan anak remaja putri

terhadap penangkapan stimulus yang berbeda–beda itulah yang menyebabkan

perbedaan pandangan dan pendapat pada masing-masing remaja. Perbedaan

pandangan tersebut yang akhiranya memberikan perbedaan dalam menyikapi

teknik penerapan disiplin yang diterapkan oleh ibu pengurus panti. Ada yang

menanggapinya secara positif dan ada yang menanggapinya secara negatif. Ini

terjadi karena proses pemaknaan dan pemahaman, kondisi biologis seperti

intelegensi, serta kebutuhan dan pengalaman yang dimiliki anak dalam memahami

sesuatu juga berbeda-beda. Hal ini yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya

perilaku maladjusted pada remaja putri di lingkungan panti asuhan padahal objek

yang dipersepsi merupakan objek yang sama dalam hal ini yaitu peraturan panti.

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut: “Sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap

teknik penerapan disiplin Power Assertion, Love withdrawal dan Induction

Page 30: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

11

Devi Permata Surya 10050003141

dengan penyesuaian sosial remaja putri usia 15-18 tahun di Panti Sosial Asuhan

Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap teknik

penerapan disiplin Power Assertion dengan penyesuaian sosial remaja

putri usia 15-18 tahun yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Taman

Harapan Muhammadiyah di Bandung.

2. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap teknik

penerapan disiplin Love Withdrawal dengan penyesuaian sosial remaja

putri usia 15-18 tahun yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Taman

Harapan Muhammadiyah di Bandung.

3. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap teknik

penerapan disiplin Induction dengan penyesuaian sosial remaja putri usia

15-18 tahun yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan

Muhammadiyah di Bandung.

Page 31: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

12

Devi Permata Surya 10050003141

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

bagi penelitian selanjutnya terutama bagi mereka yang tertarik untuk meneliti

mengenai hubungan persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dengan

penyesuaian sosial.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada bapak dan ibu pengasuh agar lebih memberikan perhatian khusus dalam

memahami dan membantu masalah–masalah yang sering dihadapi khususnya

pada remaja putri usia 15-18 tahun terutama yang berhubungan dengan persepsi

terhadap teknik penerapan disiplin dengan penyesuaian sosial di Panti Sosial

Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung.

Page 32: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

13

Devi Permata Surya 10050003141� �

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

1. Udai Pareek (1984:13), persepsi adalah suatu proses penerimaan,

pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang

diterima melalui proses sensori. Namun proses tersebut tidak hanya

sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku

yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari

lingkungannya.

2. Richard C. Atkinson (1986;22), persepsi adalah proses mengorganisasikan

dan menafsirkan pola stimulus ke dalam lingkungan.

3. Morgan (1986:107), perception refers to the way the worlds looks,

sounds, feels, tastes, or smells, in other words, perception can be defined

as whatever is experienced by a person.

2.1.2 Proses Persepsi

Menurut Udai Pareek (1984:10), dalam proses persepsi terdapat tiga

proses yang dapat mendukung terjadinya proses persepsi, yaitu:

Page 33: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

14

Devi Permata Surya 10050003141

1. Penerimaan rangsang

Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber.

Individu akan memperhatikan atau lebih senang pada sumber yang lebih dekat

dengannya atau membuatnya menjadi tertarik.

2. Proses menyeleksi rangsang

Setelah rangsangan diterima kemudian diseleksi untuk akhirnya diproses

lebih lanjut. Ada dua faktor yang menentukan seleksi rangsangan, yaitu:

a. Faktor ekstern, intensitas, ukuran, kontras, gerakan, ulangan, keakraban dan

sesuatu yang baru.

1. Keakraban, hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian

2. Sesuatu yang baru, faktor ini tampak bertentangan dengan faktor

keakraban, namun hal-hal yang baru juga menarik perhatian. Ketika

orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang

baru akan menarik perhatian.

b. Faktor intern, dalam menyeleksi berbagai gejala dari persepsi, faktor-faktor

intern sama pentingnya seperti faktor ekstern. Faktor-faktor tersebut berkaitan

dengan diri sendiri. Faktor intern ini memegang peranan penting dalam

penelitian ini sebagai proses persepsi remaja terhadap teknik penerapan

disiplin yang diterapkan.

Faktor-faktor intern tersebut yaitu:

1. Kebutuhan psikologis, kebutuhan-kebutuhan psikologis seseorang

mempengaruhi persepsinya. Kadang-kadang ada hal-hal yang

Page 34: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

15

Devi Permata Surya 10050003141

“tampak” (yang sebenarnya tidak ada) karena kebutuhan

psikologisnya.

2. Pengalaman, yang serupa dengan latar belakang adalah pengalaman.

Pengalaman dapat mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-

orang, hal-hal dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan

pengalaman pribadinya.

3. Latar belakang, orang-orang dengan latar belakang yang berbeda akan

mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama dengan mereka.

Mereka mengikuti dimensi-dimensi tertentu yang serupa dengan

mereka.

4. Sikap dan kepercayaan umum, umumnya hal-hal yang memperkuat

kepercayaan dan sikap individual akan menarik perhatian.

5. Kepribadian, faktor ini juga mempengaruhi persepsi. Seseorang yang

introvert kemungkinan akan tertarik kepada orang-orang yang serupa

dengannya atau yang sama sekali berbeda. Hal ini mempengaruhi

seleksi dalam proses persepsi.

6. Penerimaan diri, faktor ini penting karena menurut beberapa telaahan

bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih

tepat menyerap sesuatu dari mereka yang kurang dalam menerima

realitas pribadinya.

Page 35: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

16

Devi Permata Surya 10050003141

3. Proses pengorganisasian

Rangsang yang telah diseleksi tersebut kemudian melalui proses

pengorganisasian sehingga menjadi suatu bentuk. Berikut adalah faktor-faktor

yang digunakan untuk mengelompokkan rangsangan itu:

1. Kesamaan, rangsangan-rangasangan yang memiliki kemiripan akan

dijadikan satu kelompok

2. Dekatnya, hal-hal yang lebih dekat satu dengan yang lainnya

umumnya menjadi pusat perhatian dan akan dikelompokkan menjadi

satu

3. Tudung, ada satu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang

dianggap belum lengkap.

Proses pengorganisasian ini tidak dapat digunakan dalam penelitian

ini, karena telaah ini hanya dilakukan untuk persepsi terhadap benda

atau bentuk.

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima atau diatur, maka rangsang tersebut

ditafsirkan dengan berbagai cara. Setelah data tersebut ditafsirkan maka dapat

dikatakan disini sudah terjadi persepsi, karena persepsi sendiri yaitu pemberian

makna terhadap suatu informasi yang diterima. Dari sinilah timbul perbedaan

persepsi dari setiap anak remaja. Berikut adalah faktor-faktor yang membedakan

proses penafsiran:

1. Perangkat persepsi, perangkat persepsi diartikan sebagai kepercayaan-

kepercayaan yang diyakini sebelumnya tentang persepsi yang

Page 36: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

17

Devi Permata Surya 10050003141

mempengaruhi persepsi pada masing-masing orang yang menerima

rangsang. Perangkat persepsi ini akan membentuk suatu sikap dan

pendapat seseorang yang kemudian dapat mempengaruhi persepsinya.

2. Membuat stereotipe, jika orang-orang membentuk pendapat tentang

segolongan objek atau orang-orang tertentu dan bertindak sesuai

dengan pendapat itu, hal ini dinamakan stereotipe. “Stereotipe “

digunakan untuk menunjukkan suatu pendapat yang baik atau buruk

pada umumnya yang dipunyai oleh seseorang tentang sekelompok

tertentu. Membuat stereotipe memang perlu untuk menghemat

persepsi. Namun stereotipe adalah prasangka tentang sekelompok

orang yang mempengaruhi persepsi dan penafsiran data yang telah

diterimanya.

3. Efek halo, ialah membentuk suatu pendapat atau sikap terhadap satu

orang atau objek. Apabila seseorang mempunyai sikap baik terhadap

seseorang, maka persepsinya terhadap orang tersebut akan sama dalam

situasi-situasi lain karena dipengaruhi oleh sikap ini. Efek halo

merupakan perasaan subjektif terhadap seseorang pada orang lain yang

dianggapnya memiliki sikap yang baik.

4. Pembelaan persepsi, suatu mekanisme pembelaan sehubungan dengan

persepsi ialah proyeksi. Bila seseorang melihat orang lain menurut

sifat-sifat yang ada pada dirinya dinamakan proyeksi.

5. Faktor-faktor konteks, maksudnya yaitu cakupan yang mempengaruhi

seseorang dalam mempersepsi sesuatu. faktor-faktor ini mencakup:

Page 37: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

18

Devi Permata Surya 10050003141

a. Konteks antar pribadi

Hubungan yang terdapat antara penerima rangsang dan orang lain

dalam keadaan tertentu dapat mempengaruhi penafsiran atau petunjuk-

petunjuk yang diterima. Berbagai telaah menunjukkan bahwa bika

hubungan antar pribadi cukup menyenangkan, orang melihat orang lain

serupa dengan diri mereka sendiri. Jika hubungan antar pribadi tidak

menyenangkan, orang cenderung melihat orang lain agak berbeda.

b. Latar belakang orang yang lainnya

Orang-orang yang dikenal dengan orang-orang yang tidak dikenal

mempunyai pengaruh yang berlainan terhadap persepsi seseorang. Ini

dapat dilihat dari berbagai faktor misalnya salah satunya yaitu faktor

keakraban atau kedekatan dengan seseorang.

c. Konteks keorganisasian

Suasana organisasi atau bagian tempat seseorang bekerja mempunyai

arti besar bagi persepsi orang-orang didalam organisasi atau bagian

terhadap gejala. Bila suasananya lebih menyenangkan, proses persepsi

mungkin akan lebih baik.

Dalam proses penafsiran, bila dikaitkan dengan penelitian ini, misalnya

remaja mempersepsikan teknik penerapan disiplin yang diterapkan oleh orang tua

asuh secara Love Withdrawal, sesuai teori ini maka remaja cenderung menafsirkan

perilaku orang lain dengan cara yang sama. Akibat efek halo, remaja cenderung

menafsirkan informasi atau stimulus yang diterima berupa disiplin yang

diterapkan sesuai dengan kesan yang sudah mereka punyai.

Page 38: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

19

Devi Permata Surya 10050003141

5. Proses pengecekan

Setelah informasi ditafsir, remaja melakukan pengecekan apakah

informasi tersebut benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke

waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi sesuai dengan hasil

proses selanjutnya. Dalam hal ini untuk mengecek persepsi, umpan balik dari

orang lain sangat mempengaruhi informasi yang diterima benar atau salah.

Misalnya, seorang remaja telah menyimpan kesan terhadap disiplin yang

diterapkan orang tua asuh kepadanya, dalam beberapa kesempatan dapat

mencocokkan kesannya dengan anak-anak lain dan berusaha mengetahui apakah

persepsinya didukung oleh persepsi anak-anak lain yang berada dipanti asuhan.

6. Proses reaksi

Lingkungan persepsi belum sempurna jika dari proses-proses tersebut

tidak ada proses reaksi. Proses reaksi menghasilkan respon berupa tingkah laku

yang merupakan hasil dari proses mempersepsi rangsang. Tingkah laku ini bisa

tersembunyi, bisa terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat

atau sikap, sedang bentuk tindakan yang terbuka berupa tindakan nyata

sehubungan dengan persepsi itu.

Dalam mengamati suatu objek, setiap individu memiliki penafsiran yang

berbeda-beda meskipun objeknya sama. Hal ini dapat terjadi karena ada

perbedaan baik secara psikologis maupun budaya. Hal-hal yang dapat

menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu:

a. Perhatian, perhatian yang berbeda antara satu individu dengan

individu yang lain dapat menyebabkan perbedaan persepsi.

Page 39: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

20

Devi Permata Surya 10050003141

b. Kebutuhan, setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi

baik itu kebutuhan sementara atau menetap. Kebutuhan yang berbeda-

beda ini juga menyebabkan perbedaan persepsi pada masing-masing

orang.

c. Kesediaan, harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang akan

muncul, akan memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima

secara lebih efisien.

d. Sistem nilai, dapat dicontohkan misalnya remaja panti yang penakut

akan mempersepsi ibu pengasuhnya sebagai orang yang menakutkan,

namun bagi remaja yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan

menganggap ibu pengasuhnya sebagai orang yang dapat dijadikan

pelindung untuk dirinya.

Dalam mempersepsi suatu stimulus terdapat tiga aspek penting yang berpengaruh,

yaitu:

1. Hal yang dipersepsikan

Pada proses penafsiran dipengaruhi oleh status dari objek atau orang yang

dipersepsi. Persepsi ini juga dapat menimbulkan dampak pada

keputusanyang dibuat tentang tingkah laku orang yang dipersepsi tersebut.

2. Situasi saat mempersepsi

Bagaimana situasi lingkungan sangat mempengaruhi dalam

mempersepsikan stimulus.

Page 40: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

21

Devi Permata Surya 10050003141

3. Orang yang mempersepsikan

Persepsi tidak hanya merupakan reaksi yang sederhana terhadap suatu

kejadian atau orang, tetapi dipengaruhi pula oleh kondisi dalam diri

individu itu sendiri sesuai kebutuhan.

2.2 Teknik penerapan disiplin

Menurut Martin Hoffman, disiplin berasal dari kata disciple yaitu cara

belajar mengikuti pemimpin. Ia membagi penerapan teknik disiplin menjadi:

teknik disiplin Love Withdrawal, teknik disiplin Power Assertion, teknik disiplin

Induction.

1. Teknik disiplin Love-withdrawal

Teknik disiplin Love-withdrawal yaitu teknik disiplin yang tidak

membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak secara

hukum, orang tua tidak lagi memberikan perhatian atau kasih sayang pada anak.

Dalam hal ini anak sering tidak diberi batas–batas yang mengatur apa saja yang

dilakukannya, individu diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat

sekehendak diri. Orang tua mengekspresikan ketidaksenangannya secara non fisik

seperti mengabaikan anak, tidak memberikan perhatian dan kasih sayang, tidak

memperdulikan anak, tidak ada hukuman dan penghargaan, dan tidak mau berbicara

dengan anak terlebih lagi apabila anak melakukan suatu kesalahan dan belajar

untuk melihat akibat dari perbuatan mereka terhadap orang lain. Oleh sebab itu

tidak ada feedback correction dari orang tua untuk anak. Teknik disiplin ini dapat

menghambat jalinan komunikasi antara anak dan orang tua, dapat pula

Page 41: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

22

Devi Permata Surya 10050003141

menimbulkan kecemasan pada anak, terutama kecemasan kehilangan perhatian

dan kasih sayang dari orang tua, anak menjadi bingung karena tidak dapat belajar

untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk dan merasa insecure,

pengalaman menjadi terbatas, dan ketidakmatangan mental menghambat mereka

menjadi takut, cemas dan agresif. Mereka juga memiliki sikap permusuhan karena

mereka merasa orang tua hanya sedikit memperhatikan dan membimbing mereka

untuk menghindari kesalahan. Anak juga tidak memiliki kesempatan untuk

menyatakan pendapat sehingga tidak adanya kesempatan untuk beralih peran.

Anak panti yang mempersepsikan teknik disiplin Love-withdrawal dapat

menjadi kebingungan dan merasa menjadi tidak aman dengan lingkungan tempat

ia berada atau berinteraksi. Pengalaman mereka menjadi terbatas dan

ketidakmatangan mental karena tidak dilatih oleh pengasuh untuk mengambil

keputusan–keputusan dalam hidup anak nantinya. Mereka cenderung bersikap

pasif, tidak mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Ini

dapat mengakibatkan anak berperilaku, ketakutan dan kecemasan akan

ditinggalkan. Teknik disiplin ini dapat memberikan dampak perilaku pendiam,

menyendiri, menarik diri dari lingkungan sosial, merasa diri inferior dan tidak

memiliki inisiatif sehingga menjadi pasif.

2. Teknik disiplin Power Assertion

Teknik disiplin Power Assertion yaitu orang tua membuat peraturan yang

ketat untuk anak, perintah yang diberikan tidak dapat dibantah, dengan kata lain

tingkah laku dibatasi oleh kekuasaan yang dimiliki oleh orang tua, unjuk kuasa

atau otoriter. Teknik ini terdiri dari hukuman yang cukup berat apabila terjadi

Page 42: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

23

Devi Permata Surya 10050003141

kegagalan dalam memenuhi standar dan sedikit pujian yang diharapkan apabila

anak dapat memenuhi standar yang diinginkan. Dari teknik disiplin ini, anak akan

merasa bahwa dunia ini penuh permusuhan dan berperilaku sesuai dengan

perasaan itu. Terlalu banyak melawan disiplin yang keras di kemudian hari dapat

menjurus ke kenakalan remaja. Orang tua yang memberlakukan hukuman yang

keras akan menimbulkan rasa takut dan cemas akan hukuman sehingga anak

berusaha mematuhi segala perintah orang tua sebagai upaya untuk menyelamatkan

diri. Orang tua menunjukkan unjuk kuasa atau otoriter terhadap anak sehingga

anak harus mengikuti keinginan orang tua. Orang tua menunjukkan kekuasaannya

yang mutlak atas suatu hal yang diinginkan. Disini orang tua menjadi model yang

buruk bagi anak dalam hal self control. Anak akan meniru model tingkah laku

ketika anak menghadapi situasi yang membuatnya tertekan.

Remaja panti yang mempersepsikan bahwa ia dididik secara dominan

dengan teknik disiplin Power Assertion, jika sering mengalami hukuman fisik

maka ia berusaha untuk menghindari hukuman dan mematuhi peraturan sebagai

upaya untuk menyelamatkan diri. Hal tersebut menimbulkan kecemasan, kecewa,

dan rasa takut pada anak. Karena adanya peraturan yang kaku dan keras juga

membuat anak merasa bahwa dunia penuh permusuhan dan berperilaku sesuai

dengan perasaan itu, yaitu anak sering memendam permusuhan mendalam,

menimbulkan rasa marah serta agresi yang membuatnya tidak bahagia dan curiga

terhadap siapa saja yang berhubungan dengannya, terutama terhadap figur yang

berkuasa dan berwenang. Oleh sebab itulah anak menjadi disibukkan oleh

perasaannnya dan ketidakmampuan dalam merasakan empati terhadap orang lain.

Page 43: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

24

Devi Permata Surya 10050003141

Anak dapat menjadi tidak terkontrol perilakunya sehingga bisa menyebabkan

perilaku agresif dan kenakalan remaja, tidak patuh, ketidakmatangan moral dan

menjadi penentang.

3. Teknik disiplin Induction

Teknik disiplin Induction ialah peraturan yang diberikan oleh orang tua

dijelaskan secara komunikatif dengan menjelaskan mana perilaku yang baik dan

mana perilaku yang buruk. Hukuman diberikan dengan disertai penjelasan begitu

pula saat memberikan hadiah untuk perilaku yang dibenarkan. Hukuman yang

diberikan tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan.

Hukuman digunakan jika anak secara sadar menolak sesuatu tentang apa yang

diharapkan orang tua kepada individu. Bila perilaku anak sesuai dengan yang

diharapkan, anak diberikan pujian atau persetujuan (reward) yang lain. Teknik ini

dapat memunculkan kemandirian dalam berfikir dan bertingkah laku, inisiatif

dalam bertindak dan membentuk konsep diri yang sehat, positif dan penuh rasa

percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan

pada diri anak. Penggunaan induksi akan membuat perhatian remaja terfokus pada

konsekuensi tingkah lakunya pada orang lain, bukan pada apa yang akan terjadi

pada dirinya dalam waktu dekat.

Remaja panti yang menghayati teknik disiplin Induction dapat

menumbuhkan perilaku yang positif, independen, mandiri dalam berpikir dan

berperilaku dan inisiatif dalam bertindak, ada kesempatan alih peran dan tanggung

jawab, mampu mengontrol atau mengendalikan diri dan matang secara moral.

Mereka dapat mengendalikan diri dalam lingkungan tempat ia berada sehingga

Page 44: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

25

Devi Permata Surya 10050003141

memiliki penyesuaian sosial yang baik. Ini terjadi karena remaja merasa bahwa

pengasuh memperlakukan dirinya sebagai individu, menerima dan menghargai

hak–haknya serta memenuhi kebutuhan–kebutuhannya yang dapat membuat

mereka berfikir mandiri, berperilaku terbuka, spontan, simpati dan percaya diri.

Karena pengasuh membimbing dan memperhatikan mereka, maka mereka dapat

merasakan kepuasan sebab mereka mengetahui bahwa mereka diperbolehkan

untuk mengendalikan perilaku sendiri sehingga ini dapat mengajarkan

konsekuensi tingkah laku terhadap dirinya juga pada orang lain yang dapat

mengakibatkan timbulnya perasaan empati dan peduli terhadap orang lain. Anak

menjadi terbuka dengan lingkungan baru, berani mengemukakkan pendapat.

Teknik disiplin ini baik untuk mengembangkan moral remaja. Dalam penelitian

ini yaitu dalam penyesuaian diri di lingkungan keluarga yaitu panti asuhan.

2.3 Penyesuaian diri

2.3.1 Pengertian penyesuaian diri

Penyesuaian diri berkaitan dengan reaksi individu terhadap tuntutan dari

lingkungan maupun dalam dirinya. Lazarus (1970: 17) mengemukakkan bahwa

konsep penyesuaian diri diambil dari konsep biologi tentang adaptasi, hanya pada

penyesuaian diri ditekankan pada perjuangan individu untuk hidup berdampingan

dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam psikologi dikenal dengan kata

adjustment (penyesuaian diri). Schneiders (1964:51) dalam uraiannya tentang

penyesuaian diri mendefinisikan adjustment sebagai berikut:

Page 45: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

26

Devi Permata Surya 10050003141

“adjustment as a process, involving both mental and behavioral

responses, by which an individual strives to cope successfully with inner

needs, tensions, frustration, and conflicts and to effect a degree of

harmony between these inner demans and those imposed on him by the

objective world in which he lives”

Dari paparan diatas dapat didefinisikan bahwa penyesuaian diri merupakan

suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku yang mana individu

berusaha keras agar berhasil mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri,

ketegangan, frustasi, konflik. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keharmonisan

dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana dia tinggal dengan tuntutan di

dalam dirinya.

Penyesuaian yang baik menurut Schneiders (1964: 51) dicirikan oleh

kemampuan dari diri individu untuk memberikan respon yang efisien, matang,

memuaskan, dan bermanfaat. Pengertian efisien maksudnya bahwa apa yang

dilakukannya dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan tanpa

banyak mengeluarkan energi, tidak buang waktu, sedikit melakukan kesalahan.

Matang artinya individu dapat menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum

bereaksi. Memuaskan yaitu apa yang telah diusahakan dan dilakukan oleh

individu tersebut dapat menimbulkan perasaan puas pada diri dan membawa

dampak yang baik pada diri untuk tindakan selanjutnya. Bermanfaat ialah bahwa

apa yang dilakukannya ditujukan untuk kemanusiaan, lingkungan sosial dan

dalam hubungan dengan Tuhan.

Page 46: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

27

Devi Permata Surya 10050003141

Schneiders (1964: 74) mengemukakkan kriteria spesifik dari penyesuaian

diri (adjustment) yang baik:

a. Pengetahuan dan kesadaran terhadap diri sendiri

b. Objektifitas diri dan penerimaan diri

c. Pengendalian diri dan perkembangan diri

d. Keutuhan pribadi

e. Tujuan dan arah yang jelas

c. Perspektif, skala nilai dan falsafah hidup yang memadai

d. Adanya rasa humor

e. Rasa tanggung jawab

f. Kematangan respon

g. Perkembangan kebiasaan yang baik

h. Adabtabilitas

i. Bebas dari respon-respon yang simptomatis

j. Kecakapan bekerjasama dan menaruh minat kepada orang lain

k. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain

l. Kepuasan dalam bekerja dan bermain

m. Orientasi pada kenyataan.

Page 47: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

28

Devi Permata Surya 10050003141

2.3.2 Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Schneiders mengemukakkan penyesuaian diri terdiri dari beberapa bentuk,

yaitu:

1. Penyesuaian diri secara personal (Personal Adjustment)

2. Penyesuaian diri pada pekerjaan (Vocational Adjustment)

3. Penyesuaian diri pada kehidupan perkawinan (Marital Adjustment)

4. Penyesuaian diri di lingkungan sosial/penyesuaian sosial (Social Adjustment)

Sesuai dengan penelitian ini, yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai

penyesuaian diri di lingkungan sosial atau penyesuaian sosial (Social

Adjustment).

2.3.3 Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial yaitu kapasitas untuk bereaksi secara efektif terhadap

kenyataan yang ada di lingkungannya, sehingga seseorang mampu untuk

memenuhi tuntutan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi

dirinya maupun lingkungannya. Jika individu ingin mencapai kematangan dalam

penyesuaian sosial, maka individu tersebut harus mampu untuk menciptakan suatu

relasi yang sehat, seperti sikap menghargai orang lain, mengembangkan

persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sosial dan menghargai nilai-nilai

yang berlaku.

Penyesuaian diri di lingkungan sosial atau penyesuaian sosial menurut

Schneiders (1964) dibagi menjadi tiga, yaitu: penyesuaian diri di lingkungan

rumah dan keluarga, penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan penyesuaian diri

Page 48: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

29

Devi Permata Surya 10050003141

di lingkungan masyarakat. Pada penelitian ini, yang terkait adalah mengenai

penyesuaian sosial remaja di lingkungan rumah dan keluarga dalam hal ini adalah

lingkungan panti asuhan dan hubungan sesama warga panti sebagai suatu

keluarga.

Penyesuaian diri di lingkungan rumah dan keluarga meliputi:

1. Mau menerima otoritas orang tua

Menerima otoritas orang tua mengandung pengertian memahami serta

mematuhi disiplin atau peraturan yang diberlakukan di lingkungan rumah atau

keluarga. Apabila anak menyadari dan mau menerima otoritas orang tua maka ia

akan dapat menyesuaikan diri dengan baik, sedangkan dalam beberapa penelitian

dapat dilihat bahwa kenakalan remaja biasanya timbul karena tidak mampu

menerima disiplin dan aturan keluarga. Anak-anak yang benci pada semua disiplin

orang tua dan peraturan atau menerima dengan enggan hanya karena ia tidak

dapat mengerjakan mengenai sesuatu hal, ini adalah indikasi dari maladjustment.

2. Membantu keluarga dalam mencapai tujuan keluarga dan anggota keluarga

Membantu keluarga dalam mencapai tujuan keluarga dan anggota keluarga

mengandung pengertian mendukung dan melaksanakan segala bentuk peraturan

atau penerapan disiplin serta tanggung jawab yang diberikan orang tua dalam

mencapai tujuan keluarga dan anggota keluarga. Sebagai anggota keluarga,

seorang anak harus membantu anggota keluarganya untuk mencapai tujuan

keluarga. Banyak orang tua yang menunjukkan kurangnya minat dalam aktivitas-

aktivitas anak-anaknya, prestasi-prestasi sekolah, hobi-hobi dan aspirasi

pendidikan yang merupakan bentuk penyesuaian yang kurang baik pada tuntutan-

Page 49: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

30

Devi Permata Surya 10050003141

tuntutan kehidupan keluarga. Secara umum, anggota keluarga memerlukan

perkembangan minat bersama, bekerja sama, dan kelangsungan kesenangan dalam

aktivitas dan tujuan keluarga.

3. Anak dapat mandiri dalam lingkungannya

Mandiri mengandung pengertian anak tidak mudah bergantung pada orang

lain. Mandiri atau tidak mandiri nantinya sangat berpengaruh pada masa remaja

dan dewasa. Orang tua harus secara bertahap melepas anaknya secara emosional,

intelektual, ketergantungan anak pada orang tua nantinya dapat menyebabkan

terjadinya penyesuaian diri yang buruk.

4. Relasi yang baik di antara anggota-anggota keluarga

Relasi yang baik di antara anggota-anggota keluarga mengandung

pengertian interaksi yang baik seperti saling tolong-menolong, saling mengasihi

antar anggota keluarga, komunikasi yang baik, perilaku yang dapat dipertanggung

jawabkan yang ditumbuhkan, dibina atau ditanamkan anggota-anggota keluarga

yaitu ayah, ibu dan anak. Perasaan yang buruk antara orang tua dan anak atau

antara anak kandung, seperti kebencian atas disiplin orang tua, penolakan, adanya

anak favorit, permusuhan dan cemburu akan mengakibatkan kesulitan bagi anak

untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan keluarga. Anak-anak

yang tidak menyukai salah satu orang tuanya atau sangat cemburu atas kasih

sayang yang diberikan kepada anak lain juga merupakan tanda bagi anak yang

mengalami kesulitan dalam relasi dengan anggota keluarga.

Page 50: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

31

Devi Permata Surya 10050003141

5. Kemampuan menerima tanggung jawab dan menerima batasan-batasan

tingkah laku

Kemampuan menerima tanggung jawab dan menerima batasan-batasan

tingkah laku mengandung pengertian kapasitas individu sebagai anggota keluarga

dalam melaksanakan, menjalankan tanggung jawab yang dibebankan atau

dipercayakan kepadanya serta mematuhi dan memahami batasan-batasan tingkah

laku yang berupa penerapan disiplin di lingkungan rumah. Kemampuan menerima

otoritas dan disiplin orang tua menunjukkan tingkat kematangan seseorang yang

kemudian dikaitkan dengan kemampuan orang tersebut menerima tanggung jawab

keluarga serta menerima semua batasan-batasan tingkah laku. Anggota keluarga

yang marah atau melalaikan tanggung jawab yang penting atau yang tidak

berhenti terus-menerus mencoba untuk menghindari batasan-batasan yang

diberikan oleh orang tua kepada individu, ini merupakan penyesuaian yang kurang

baik di lingkungan rumah.

Penyesuaian diri di lingkungan sosial (penyesuaian sosial) yang baik tidak

terjadi dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Berikut

ini akan dijelaskan lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri terhadap

lingkungan sosial.

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian diri

Kemampuan penyesuaian diri individu baik atau buruk menurut

Scheneiders (1964: 122) dipengaruhi oleh beberapa faktor:

Page 51: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

32

Devi Permata Surya 10050003141

a) Kondisi jasmaniah, meliputi:

� Pengaruh pembawaan dan struktur jasmaniah

� Kesehatan dan penyakit jasmaniah

� Sistem syaraf, kelenjar otot dan lain sebagainya.

b) Perkembangan dan kematangan

c) Penentu psikologis, meliputi:

� Pengalaman

� Belajar

� Pendidikan

� Determinasi diri

� Suasana psikologis

d) Kebudayaan dan agama

Proses penyesuaian diri anak di mulai dalam lingkungan keluarga, sekolah

dan kemudian masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor

kebudayaan. Lingkungan kebudayaan dimana individu berada dan berinteraksi

akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Selain faktor kebudayaan,

agama juga memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik,

frustasi dan ketegangan lainnya serta kemudian memberikan suasana damai dan

tenang.

Menurut Schneiders (Surya : 1985: 23) faktor lingkungan yang paling

berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu adalah lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan awal yang dijumpai individu

sebelum memasuki lingkungan yang lebih luas. Hal ini seperti juga dikemukakkan

Page 52: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

33

Devi Permata Surya 10050003141

oleh Hurlock (1993: 288) bahwa bila pola perilaku sosial yang buruk

dikembangkan di rumah, anak akan menemui kesulitan untuk melakukan

penyesuaian sosial yang baik di luar rumah, meskipun ia diberi motivasi kuat

untuk melakukannya.

e) Faktor lingkungan,meliputi:

a. Pengaruh rumah dan keluarga

Faktor ini sangat penting, karena keluarga dalam hal ini panti asuhan itu

sendiri merupakan rumah bagi warga panti yang merupakan satuan kelompok

sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama bagi warga panti diawali dalam

rumah dan keluarga panti yang kemudian dikembangakan ke dalam masyarakat.

Bila di dalam panti kurang memberikan model perilaku untuk ditiru oleh anak,

maka anak akan mengalami kesulitan melakukan penyesuaian sosial di luar

lingkungan panti.

b. Hubungan saudara

Saudara yang dimaksud adalah sesama warga panti. Hubungan warga

panti yang merupakan suatu “keluarga besar” sangat menentukan kemampuan

penyesuaian sosial remaja di lingkungan panti. Suasana hubungan saudara yang

penuh persahabatan, saling menghormati, saling menghargai dan penuh kasih

sayang mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian

sosial yang tinggi di lingkungan panti. Sebaliknya jika suasana permusuhan,

perselisihan, iri hati, kebencian dan tidak adanya saling hormat-menghormati

antar sesama warga panti akan menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian

sosial remaja di lingkungan panti

Page 53: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

34

Devi Permata Surya 10050003141

c. Hubungan orang tua dan anak

Hubungan orang tua asuh dan anak-anak panti sangat mempengaruhi

penyesuaian sosial di lingkungan panti. Bila relasi orang tua asuh dan anak asuh

tidak menyenangkan, maka akan menimbulkan pengalaman sosial awal yang tidak

menyenangkan sehingga anak akan mengalami hambatan dalam penyesuaian

sosial di lingkungan panti. Hubungan orang tua dan anak juga sangat ditentukan

oleh bagaimana teknik penerapan disiplin. Teknik penerapan disiplin yang

diterapkan oleh orang tua asuh pada anak-anak dipanti bertujuan untuk

membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga anak-anak di panti dapat

berperilaku dengan cara yang diterima oleh lingkungan sosialnya dan sebagai

hasilnya anak-anak panti dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik.

2.4 Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

Remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju masa anak akhir yang

telah mulai merasakan puber dan memiliki keingintahuan yang tinggi. Remaja

mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal yang baru. oleh karena itu, Peran disiplin

didalam keluarga ini adalah proses sosialisasi pertama sebelum anak terjun ke

masyarakat. Kemudian lingkungan sosial yaitu sekolah yang merupakan

lingkungan sosialisasi kedua bagi anak. Di lingkungan sekolah ini, individu

dididik untuk mematuhi peraturan yang diterapkan seperti datang ke sekolah tepat

pada waktunya, mengerjakan tugas rumah, melaksanakan piket di kelas,

menghormati guru, kepala sekolah, mampu untuk melakukan relasi sosial yang

Page 54: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

35

Devi Permata Surya 10050003141

baik dengan teman. Oleh karena itu, peran keluarga dalam membimbing anak

sangat besar bagi kemajuan anak untuk dapat menjadi orang yang dapat

diharapkan oleh masyarakat serta kelompok sosial. Anak kemudian tumbuh

menjadi seorang remaja yang kemudian dihadapkan dengan tuntutan-tututan baru

dari masyarakat sesuai dengan tugas perkembangan mereka.

Remaja yang disebut dengan “adolescence“, berasal dari bahasa Latin

adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan“.

Istilah adolescence diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa

anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-

emosional (John W.Santrock, 2003: 26). Kematangan mental sendiri ialah urutan

perubahan teratur dari tahapan-tahapan perkembangan yang dilewati setiap

manusia. Kematangan emosional berarti mampu mengendalikan atau mengontrol

emosi dalam diri. Kematangan sosial berarti mampu menyesuaikan diri dalam

lingkungan sosialnya. Kemudian kematangan fisik mencakup proses pertumbuhan

atau perkembangan fisik seseorang dari dalam yang mencakup metabolisme

tubuh, perkembangan alat pencerna makanan dan hormon (Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia, 2006). Kemudian pengertian remaja diatas dapat disimpulkan

bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi

terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa

bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa

sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung

banyak aspek afektif. Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam

aspek intelektual. Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka

Page 55: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

36

Devi Permata Surya 10050003141

cakrawala kognitif dan sosial yang baru. Pemikiran mereka semakin abstrak,

logis, dan idealis, lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang

lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka serta cenderung

menginterpretasikan dan memantau dunia sosial ( John W. Santrock, 2003 ).

2.4.2 Batasan Usia Remaja

Menurut John W. Santrock, usia remaja dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Masa remaja awal (early adolescence), yaitu usia 12-14 tahun atau

kira-kira sama dengan masa sekolah pertama dan mencakup

kebanyakan perubahan pubertas.

2. Masa remaja akhir (late adolescence), yaitu lebih dari umur 15-22

tahun.

Dalam penelitian ini, meneliti tentang remaja akhir yang memiliki

usia 15-22 tahun karena memiliki tugas-tugas perkembangan yang

sangat kompleks yang harus dipenuhi oleh remaja dan teori yang

dipakai adalah teori darin John W.Santrock.

Menurut Andi Mappiere (1982:27), dalam bukunya yang berjudul

Psikologi Perkembangan Remaja, membagi usia remaja yang disesuaikan

dengan keadaan di Indonesia yaitu:

1. Remaja awal yaitu antara usia 12/13 sampai 17/18 tahun

2. Remaja akhir yaitu antara usia 17/18 sampai 22 tahun.

Page 56: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

37

Devi Permata Surya 10050003141

2.4.3 Ciri-ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang akan membedakannya

dengan periode sebelumnya. Menurut John W. Santrock (2003 : 26) hakikat

perkembangan remaja mengikuti beberapa proses, yaitu :

1. Proses biologis (biological process)

Mencakup perubahan-perubahan dalam hakikat fisik individu. Memiliki ciri

yaitu:

1. Sebagai periode yang penting. Meskipun semua periode rentang

kehidupan sama pentingnya, namun kadar pentingnya berbeda-beda. Pada

periode remaja, baik akibat langsung maupun jangka panjang tetap

penting. Gen yang diwariskan orang tua, perkembangan otak,

Perkembangan fisik yang cepat yang mencakup pertambahan tinggi dan

berat badan, keterampilan motorik, dan perubahan hormonal pubertas yang

juga mengakibatkan perkembangan mental remaja dengan cepat, yang

kemudian dapat mempengaruhi psikologis remaja.

2. Masa remaja sebagai periode perubahan. Perubahan tubuh, minat dan

peran yang diharapkan kelompok sosial yang dapat menimbulkan masalah

baru.

2. Proses kognitif (cognitive process),

Meliputi perubahan dalam pikiran, intelegensi dan bahasa individu. Menghafal

puisi, memecahkan masalah matematika, dan membayangkan seperti apa

rasanya bila menjadi bintang film, mencerminkan peran proses kognitif dalam

Page 57: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

38

Devi Permata Surya 10050003141

perkembangan remaja. Dalam proses ini, remaja mengalami beberapa

perkembangan, yaitu :

1. Masa remaja sebagai periode perubahan, dengan berubahnya minat dan

pola perilaku, maka nilai-nilai dirinya pun ikut berubah. Namun sebagian

besar remaja ada yang bersikap ambivalen terhadap perubahan. Mereka

menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering kali takut

bertanggung jawab akan akibatnya.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Pada periode peralihan, status

individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dijalani.

Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang

dewasa, namun status yang tidak jelas ini memberikan kepadanya untuk

mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai

serta sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

3. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Pada masa awal remaja,

melihat dirinya dan orang lain sebagaimana ia inginkan terutama dalam

hal cita-cita yang tidak realistik. Namun dnegan bertambahnya

pengalaman pribadi dan sosial serta meningkatnya kemampuan berpikir

rasional, remaja akan memandang dirimya sendiri dan kehidupan pada

umumnya secara lebih realistik.

3. Proses sosio-emosional (socioemotional process)

Meliputi perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, dalam

emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks social dalam

perkembangan. Membantah orang tua, meningginya emosi yang intensitasnya

Page 58: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

39

Devi Permata Surya 10050003141

tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, serangan

agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan

remaja dalam peristiwa tertentu, serta orientasi peran gender dalam

masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan

remaja. Dalam proses ini, remaja mengalami beberapa perkembangan, yaitu :

1. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah pada masa remaja sering

menjadi masalah yang sulit diatasi oleh mereka. Hal ini disebabkan

sepanjang masa kanak-kanak, masalah sebagian besar diselesaikan oleh

orang dewasa, sehingga mereka tidak mempunyai pengalaman dalam

mengatasi masalah. Selain itu remaja merasa dirinya mandiri, sehingga

menolak bantuan dari orang dewasa.

2. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada tahun awal masa

remaja, penyesuaian dengan kelompok masih tetap penting bagi seorang

remaja. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak

puas lagi menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal.

3. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya

anggapan bahwa remaja mempunyai arti dan nilai yang negatif. Hal ini

juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.

Pandangan yang buruk mengenai remaja dari orang dewasa menjadi sulit.

Hal ini menimbulkan jarak antara orang tua dengan remaja.

4. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Semakin mendekat masa

kematangan yang sah, menyebabkan remaja mulai memusatkan diri pada

Page 59: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

40

Devi Permata Surya 10050003141

perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yang sering kali

mengarah pada perubahan yang negatif.

2.4.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja adalah hal yang harus dipelajari

seseorang dalam suatu periode tertentu di dalam proses hidupnya, agar hidupnya

berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tugas-tugas perkembangan

merupakan petunjuk-petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan

memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat terhadap dirinya,

dalam usia tertentu. Perkembangan (development) menurut Menurut John

W.Santrock ialah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada waktu konsepsi

dan berlanjut sepanjang siklus hidup manusia. Carl Garrison (dalam Andi

Mappiere, 1982:101-105), tugas-tugas perkembangan remaja pada umumnya

adalah sebagai berikut:

1. Mampu menerima keadaan fisiknya. Remaja diharapkan mampu menerima

keadaan diri sebagaimana keadaan mereka sendiri, bukan khayalan dan

impian. Mereka diharapkan memelihara keadaan jasmani, wajah, kekuatan

atau kelembutan yang dimilikinya sendiri, serta memanfaatkan secara

efektif.

2. Mampu membina hubungan baik dengan teman sebaya dan antara teman

yang berlainan jenis. akibat adanya kematangan seksual yang dicapai

sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial

Page 60: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

41

Devi Permata Surya 10050003141

terutama ditekankan pada hubungan (relasi) antara dua jenis kelamin.

Merupakan suatu kewajaran remaja saling mencari pasangan.

3. Mencapai kemandirian emosional dan memahami dan

menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. Tugas

perkembangan penting yang dihadapkan bagi remaja adalah bebas dari

ketergantungan emosional seperti dalam masa kanak-kanak, anak sangat

bergantung emosinya pada orang tua dan pada orang dewasa lainnya.

4. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri dalam hal yang bersangkutan

dengan masalah ekonomi atau keuangan. Tugas perkembangan ini

merupakan satu diantara tugas perkembangan remaja yang penting

mengingat mereka kelak akan hidup sebagai orang dewasa.

5. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa dan mendapatkan perangkat nilai-nilai hidup dan

falsafah hidup. Para remaja diharapkan memiliki standar-standar piker,

sikap, perasaan dan perilaku yang dapat menuntun dan mewarnai berbagai

aspek kehidupan dalam masa dewasa dan masa depannya.

Proses biologis, kognitif dan sosial saling terjalin secara erat. Proses sosial

membentuk proses kognitif, proses kognitif mengembangkan atau

menghambat proses sosial, dan proses biologis mempengaruhi proses

kognitif. Manusia memiliki satu jiwa dan badan yang tidak dapat

dipisahkan.

Page 61: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

42

Devi Permata Surya 10050003141

2.4.5 Karakteristik Remaja akhir (15-18 tahun)

1. Minat pada pencapaian karir, remaja yang diklasifikasikan pada umur ini

cenderung lebih memikirkan tentang bagaimana kelangsungan hidupnya di

masa depan, menentukan dirinya untuk menjadi seperti apakah ia nanti,

seperti pemilihan untuk melanjutkan sekolah dan pemilihan pekerjaannya

nanti agar ia dapat mempertahankan hidupnya.

2. Minat untuk berpacaran, pada umur ini, minat berpacaran mereka lebih

besar. Ini dapat didorong oleh proses perkembangan fisiologis dan biologis

dalam diri mereka sehingga keinginan untuk berhubungan secara intim

menjadi lebih tinggi. Mereka sudah lebih berpikir untuk mencari hubungan

yang lebih serius untuk akhirnya dijadikan pasangan hidupnya.

3. Eksplorasi identitas, pencarian identitas menjadi lebih besar pada usia ini

karena umumnya pada setiap tahap perkembangan manusia yang lebih

tinggi lagi, pencarian identitas terus-menerus mengalami kemajuan. Ini

dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan dan diri sendiri.

2.5 Panti Asuhan

2.5.1 Pengertian panti asuhan

Menurut Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial Jawa Barat (1989),

panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai

tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak

terlantar serta melaksanakan penyantunan dan penetasan anak terlantar,

Page 62: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

43

Devi Permata Surya 10050003141

memberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi

kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh

kesempatan luas, tetap dan memadai dari generasi penerus cita-cita bangsa

sebagai insan yang akan turut aktif dalam pembangunan bangsa.

Berdasarkan pengertian tersebut, panti asuhan memberikan pelayanan

pengganti (substitute service), dalam hal ini berarti menggantikan keluarga.

Dalam perannya sebagai keluarga tersebut, diharapkan panti asuhan dapat

memenuhi kebutuhan anak asuhnya agar mengalami pertumbuhan fisik secara

wajar, memperoleh kesempatan dalam usaha pengembangan mental dan daya

piker yang matang serta melaksanakan peran sosialnya sesuai dengan tuntutan

lingkungannya (Direktorat Kesejahteraan Anak dan Keluarga;1979:6).

Panti asuhan memiliki 2 bentuk asuhan (D K A dan Kel ; 1979 : 11-21),

yaitu:

1. Panti asuhan bentuk Asrama

Anak asuh dikelompokkan dalam jumlah besar dan ditempatkan pada

suatu bangunan berbentuk asrama. Di dalam asrama hanya terdapat satu

atau beberapa orang petugas yang bertindak sebagai bapak atau ibu asuh.

2. Panti asuhan berbentuk cottage (unit rumah untuk masing-masing keluarga

asuh)

Dalam pelaksanaan bentuk cottage atau biasa disebut bentuk keluarga,

anak asuh dalam jumlah kecil (8-10) ditempatkan dalam suatu keluarga

sebagai pengganti dan menempati rumah sendiri (cottage). Penempatan

anak-anak asuh diatur seperti halnya susunan keluarga.

Page 63: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

44

Devi Permata Surya 10050003141

Pelayanan yang diberikan panti asuhan kepada anak asuhnya adalah dalam

rangka pembinanaan dan pengembangan potensi serta kemampuan anak, maka

peran keluarga asuh ke arah pencapaian pengembangan potensi dan kemampuan

semaksimal mungkin. Peran pengasuh dan staf mencakup fungsi-fungsi sebagai

berikut:

1. Bimbingan kepada anak asuh

2. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi anak asuh

3. Memotivasi kegairahan anak asuh dalam usaha pencapaian tujuan.

Sedangkan keluarga asuh mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menyediakan dan mengatur fasilitas asuhan untuk dimanfaatkan

sebaik-baiknya oleh anak asuh

2. Membantu dan membimbing anak asuh, baik untuk mengatasi masalah

pribadinya maupun dalam usaha pengembangan pribadinya

3. Memupuk rasa kerjasama, disiplin diri kearah kebiasaan, toleransi

serta tanggung jawab terhadap berbagai tugas kekeluargaan

4. Bantuan khusus dalam hal bimbingan belajar

5. Menciptakan suasana yang menguntungkan agar tercapainya proses

pengembangan kemampuan dan keterampilan tertentu

6. Menciptakan adanya pengertian, perhatian dan kasih sayang.

Page 64: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

45

Devi Permata Surya 10050003141

2.5.2 Panti asuhan Muhammadiyah

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Muhammadiyah cabang Lengkong

Bandung adalah suatu amal usaha Muhammadiyah Cabang Lengkong Bandung

yang bergerak dibidang kesejahteraan social, mempunyai tanggung jawab

memberikan pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar (yatim piatu, piatu dan

yatim atau dhua’fa) sebagai pengganti orang tua atau wali asuh dengan

memberikan pelayanan dan bimbingan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental

dan sosial anak asuh sehingga memperoleh kesempatan luas, tepat dan memadai

bagi perkembangan kepribadiannya.

Prosedur penerimaan calon anak asuh dapat melalui cara yaitu anak datang

sendiri ke panti asuhan, melalui organisasi masyarakat, petugas mencari anak asuh

dan pelimpahan dari santunan keluarga atau keluarga Muhammadiyah. Syarat-

syarat penerimaan anak asuh, yaitu:

a. Anak yatim piatu, yatim atau piatu atau anak yang keluarganya tidak mampu

b. Umur 5-18 tahun

c. Surat keterangan dari lurah atau camat

d. Surat keterangan sekolah (bagi yang sekolah)

e. Rekomendasi dari instansi sosial setempat, pimpinan ranting

Muhammadiyah.

Setelah calon anak asuh melengkapi persyaratan tersebut diatas, maka

petugas dari panti asuhan melakukan kunjungan ke rumah (home visit) untuk

mendapatkan gambaran tentang kondisi keluarga calon anak asuh dan

lingkungannya. Dalam menerima anak asuh dan untuk menentukan apakah calon

Page 65: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

46

Devi Permata Surya 10050003141

dapat diterima atau tidak, pihak panti terlebih dahulu melakukan penelitian dan

pengamatan untuk menentukan diterima atau tidaknya calon anak asuh tersebut.

2.6 Hubungan antara Persepsi Terhadap Teknik Penerapan Disiplin

dengan Penyesuaian Sosial Remaja Akhir

Menurut Hurlock, anak dan remaja sangat membutuhkan disiplin bila

mereka ingin bahagia dan menjadi orang yang memiliki penyesuaian sosial yang

baik.

Disiplin sangat diperlukan untuk anak dan remaja karena dapat memenuhi

beberapa kebutuhan tertentu untuk memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian

pribadi dalam hal ini yaitu penyesuaian sosial remaja. Berikut adalah keterkaitan

antara disiplin dengan penyesuaian sosial, yaitu:

a. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan

mendatangkan pujian yang ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan

penerimaan. Hal ini penting bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan

b. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani “suara hati” sebagai

pembimbing dalam mengambil keputusan dan mengendalikan perilaku

mereka

c. Dengan disiplin dapat membantu anak menghindari perasaan bersalah dan

rasa malu akibat perilaku yang salah menyebabkan perasaan yang pasti

mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk menyebabkan

disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok

sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial

Page 66: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

47

Devi Permata Surya 10050003141

d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan yang berfungsi sebagai motivasi

pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan dari

dirinya.

Pada umumnya orang tua menggunakan salah satu teknik penerapan

disiplin seperti yang dikemukakkan di atas secara dominan, yang bertujuan untuk

mengarahkan, mengontrol bahkan mengubah perilaku anak dalam kehidupan

sehari-hari agar diterima oleh kelompok sosial mereka, atau dapat juga dikatakan

orang tua menanamkan disiplin pada anak agar dapat melakukan penyesuaian di

lingkungan sosialnya.

Teknik penerapan disiplin bersifat multidimensional karena biasanya

memiliki dimensi verbal, nonverbal, fisik dan emosional. Orang tua dapat

mengekspresikan ketidaksetujuannya dan ketidaksenangannya dengan berbagai

cara. Misalnya dengan mengubah intensitas dan nada suara, ekspresi wajah,

tatapan atau sikap tubuh.

Jika dilihat hubungannya dengan penyesuaian sosial, maka bila teknik

penerapan disiplin Power Assertion yang dominan, anak akan melihat

konsekuensi tingkah laku hanya pada dirinya saja tanpa mempertimbangkan orang

lain dan tentu saja hal tersebut kurang menumbuhkan empati pada anak sehingga

anak kurang dapat melakukan penyesuaian diri di lingkungannya. Teknik

penerapan disiplin Power Assertion memiliki kualitas hukuman yang tinggi.

Teknik penerapan disiplin ini bersifat lebih cepat berakhir karena seolah-olah

“meledak”. Anak dipaksa untuk melihat akibat dari tingkah laku mereka

berdasarkan antisipasinya terhadap reaksi hukuman dari orang tuanya, sehingga

Page 67: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

48

Devi Permata Surya 10050003141

anak memandang standar-standar tingkah lakunya berada di luar dirinya

(eksternal).

Pada teknik penerapan disiplin Love Withdrawal, anak menjadi kurang

empati terhadap orang lain karena anak tidak diajarkan untuk memahami dasar

timbulnya suatu perilaku sehingga terdapat perbedaan respon dari setiap orang.

Teknik ini jika dilihat dari segi penerapan hukuman, memakan waktu yang lebih

lama dan sulit diramalkan berapa lama waktunya, mungkin bisa beberapa menit,

beberapa jam atau bahkan bisa berhari-hari. Keadaan ini tidak akan menimbulkan

rasa tanggung jawab pada anak dan anak tidak akan menaruh respek pada orang

tua dan figur yang berwenang, akibatnya anak akan berperasaan serupa dengan

orang-orang lain di luar dirinya. Ini akan menyulitkan anak untuk melakukan

penyesuaian sosial.

Jika yang dominan adalah teknik penerapan disiplin Induction, maka

pertama-tama anak akan melihat konsekuensi tingkah lakunya baik terhadap

dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Dalam bertingkah laku, anak lebih

mempertimbangkan orang lain daripada dirinya sendiri. Kedua, penjelasan yang

diberikan oleh orang tua kepada anak dengan mengurangi perintah yang

sewenang-wenang, kemungkinan akan mengurangi ketakutan anak pada orang tua

dan figur yang berwenang. Kekuasaan orangtua yang mutlak kepada anak, tidak

memberikan kebebasan bagi anak untuk berperilaku dan memikirkan tingkah laku

mana yang baik dan yang buruk. Ketiga, elemen punitive/hukuman makin

berkurang. Hal-hal tersebut tentu saja membantu anak dalam melakukan

penyesuaian sosial yang baik.

Page 68: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

49

Devi Permata Surya 10050003141

2.7 Kerangka Pemikiran

Ada banyak sekali faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi

penyesuaian diri individu (Moh. Surya, 1985:21). Faktor-faktor tersebut ialah

faktor pengalaman, faktor belajar (termasuk latihan dan pendidikan), faktor

kebutuhan-kebutuhan psikologis, determinasi diri, frustasi, konflik, iklim

psikologis. Bila dihubungkan dengan disiplin, maka terdapat dua faktor penting

yaitu latihan dan pendidikan.

Latihan-latihan yang diperoleh dikhususkan dalam pembentukan disiplin

yang akan membentuk proses dan pola pnyesuaian diri. Latihan dapat dikatakan

sebagai gerbang bagi pendidikan formal dan juga disiplin diri yang merupakan

faktor yang menentukan dalam proses penyesuaian diri anak. Untuk dapat

menyesuaikan diri dengan baik memerlukan latihan-latihan tertentu yang akan

menanamkan disiplin diri. Pendidikan akan melengkapi proses latihan dan disiplin

yang diperoleh. Jika latihan diarahkan pada pencapaian keterampilan atau

kebiasaan tertentu diperlukan, maka pendidikan pertama-tama berorientasi kepada

perkembangan pengetahuan. Dalam setiap jenis pendidikan, tertanam nilai, cita-

cita, minat dan sikap yang secara fundamental mempunyai arti bagi penyesuaian

yang baik.

Kemampuan penyesuaian diri merupakan faktor dari kepribadian yang

perkembangannya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan keluarga,

khususnya orang tua, dalam hal ini adalah lingkungan panti adalah lingkungan

awal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu. Hal-hal yang

dipelajari oleh individu pada masa kanak-kanak akan berpengaruh terhadap pola

Page 69: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

50

Devi Permata Surya 10050003141

tingkah lakunya pada masa-masa perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu,

seseorang dapat melakukan penyesuaian diri, salah satunya dipengaruhi bekal

yang diperoleh dari orang tua yaitu melalui disiplin yang diterapkan pada anak.

Menurut Hurlock (1993:83) dengan adanya disiplin, individu dapat belajar

berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat dan sebagai hasilnya diterima

oleh anggota kelompok sosial mereka. Dalam penerapan disiplin inilah yang

nantinya akan dipersepsi oleh remaja dan mempengaruhi proses penyesuaian

dirinya di lingkungan.

Remaja di panti asuhan dapat mengembangkan perilaku yang sesuai

dengan lingkungan apabila ia memaknakan bahwa perlakuan pengasuh dapat

memenuhi kebutuhannya, tetapi sebaliknya apabila perlakuan pengasuh

dimaknakan sebagai penghambat pemenuhan kebutuhannya maka dapat

menimbulkan frustasi yang akan mengganggu proses penyesuaian diri remaja di

dalam panti asuhan.

Remaja panti yang mempersepsikan bahwa ia dididik dengan teknik

penerapan disiplin Power Assertion secara dominan, karena sering mengalami

hukuman badan maka ia berusaha untuk menghindari hukuman dan mematuhi

peraturan sebagai upaya untuk menyelamatkan diri. Hal tersebut menimbulkan

kecemasan, kecewa dan rasa takut pada diri anak. Selain itu, anak yang dididik

secara disiplin ini, karena adanya peraturan yang kaku dan keras merasa bahwa

dunia penuh dengan permusuhan dan berperilaku sesuai dengan perasaannya itu,

yaitu anak-anak sering memendam rasa permusuhan mendalam sehingga

menimbulkan rasa marah yang membuatnya tidak bahagia dan curiga terhadap

Page 70: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

51

Devi Permata Surya 10050003141

siapa saja yang berhubungan dengannya, terutama terhadap figur yang berwenang.

Oleh karena itu anak disibukkan dengan perasaannya sendiri dan kebutuhannya

sendiri serta tidak terlatih untuk melihat dan memenuhi kebutuhan orang lain

termasuk berempati pada orang lain. Hal itu akan membuat anak kesulitan dalam

melakukan penyesuaian sosial yang baik di lingkungan panti.

Apabila teknik penerapan disiplin yang dipersepsi remaja panti secara

dominan adalah disiplin Love Withdrawal, karena pengasuh mengekspresikan

ketidaksenangannya secara nonfisik seperti mengabaikan anak, tidak mau

berbicara dengan anak dan tidak mau mempedulikan anak, maka remaja tersebut

menjadi bingung dan merasa tidak aman. Pengalaman yang terbatas dan

ketidakmatangan mental menghambat mereka mengambil keputusan-keputusan

tentang perilaku yang akan memenuhi harapan sosial yang membuat mereka

berperilaku pasif. Mereka tidak mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak

boleh. Apa yang baik dan apa yang buruk. Akibatnya mereka dapat menjadi

agresif, ketakutan dan cemas. Selain itu mereka mungkin bersikap permusuhan

sebab mereka merasa pengasuh hanya sedikit memperhatikan atau membimbing

mereka, malah cenderung mengabaikan mereka. Hal itu membuat mereka lebih

mengutamakan kepentingannya sendiri dan kurang memperhatikan keberadaan

orang lain.

Bila dilihat akibat dari teknik penerapan disiplin tersebut, mengarahkan

remaja berperilaku agresif, pasif, kurang dapat menurut tuntutan orang dewasa

dan ada kemungkinan menjadi remaja delinquency. Perilaku-perilaku tersebut

menunjukkan rendahnya kemampuan penyesuaian sosial mereka. Hal ini

Page 71: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

52

Devi Permata Surya 10050003141

dikarenakan adanya perlakuan pengasuh yang ditandai dengan sikap penolakan,

pengabaian, tidak memperhatikan keadaan pertumbuhan anak, perkembangan dan

kebutuhan mereka. Akibat yang diberikan anak menjadi frustasi karena ia merasa

ditolak oleh pengasuh dan hal ini akan dapat menjadikan remaja

menggeneralisasikannya pada orang lain dengan berperilaku yang tidak sesuai

dengan tuntutan lingkungannya.

Remaja panti yang mempersepsikan teknik penerapan disiplin yang

dominan adalah Induction, akan berbeda perilakunya. Mereka anak

menumbuhkan perilaku positif, dapat bertanggung jawab, independen, aktif dan

dapat mengendalikan diri yang merupakan indikator dari kemampuan penyesuaian

sosial yang tinggi. Hal ini karena remaja merasa bahwa pengasuh memperlakukan

dirinya sebagai individu, menerima dan menghargai hak-haknya serta memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya yang membuat mereka mandiri dalam berfikir,

berperilaku labih terbuka, penuh percaya diri dan spontan. Ini dapat memberikan

perasaan puas pada anak karena mereka mengetahui bahwa mereka diperbolehkan

mengendalikan perilaku mereka sendiri dan mereka melakukannya dengan cara

yang akan mendapatkan persetujuan sosial, yang sesuai dengan tuntutan

lingkungannya. Hal tersebut mengajarkan pada mereka konsekuensi tingkah laku

mereka menghasilkan kebaikan terhadap dirinya sendiri juga terhadap orang lain

yang mengakibatkan timbulnya empati dan memperhatikan kepentingan orang

lain.

Dari uraian di atas diperoleh gambaran bahwa teknik penerapan disiplin

yang diterapkan mempunyai pengaruh yang amat penting dalam membentuk

Page 72: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

53

Devi Permata Surya 10050003141

perilaku remaja. Tidak jarang perilaku yang ditampilkan tidak diterima atau tidak

sesuai dengan harapan lingkungannya. Ini disebabkan adanya ketidaksesuaian

antara tuntutan individu dengan tuntutan lingkungannya. Oleh karena itu

diperlukan kemampuan untuk dapat menyesuaikan antara tuntutan dalam diri

dengan tuntutan lingkungan, kemampuan tersebut adalah kemampuan

penyesuaian diri. Kemampuan penyesuaian diri dikatakan baik bila remaja dapat

menyelaraskan tuntutan dalam diri dengan tuntutan lingkungannya dengan respon

yang dapat diterima lingkungan dan juga memberi kepuasan pada individu.

Dari kerangka pemikiran di atas, ditarik asumsi yaitu: “Ada keterkaitan

antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dengan penyesuaian sosial

remaja usia 15-18 tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan

Muhammadiyah Bandung”.

Page 73: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

54

Devi Permata Surya 10050003141

Skema kerangka berpikir

Teknik Penerapan Disiplin

Individu

Persepsi

Love Withdrawal Power Assertion Induction

Perilaku orang tua: - orang tua tidak

memberi perhatian dan kasih sayang

- tidak ada hukuman dan penghargaan

- orang tua tidak peduli dan cenderung mengabaikan anak

Perilaku orang tua: - orang tua mendidik keras - orang tua memberikan

hukuman tegas - perintah orang tua tidak

dapat dibantah - orang tua membatasi

tingkah laku anak dengan kekuasaan

Perilaku orang tua: - ada penjelasan tentang

perilaku yang benar dan yang salah

- ada komunikasi antara orang tua dengan anak, demokrasi

- pemberian hadiah dan hukuman secara konsisten

Penyesuaian sosial di panti asuhan baik

Penyesuaian sosial di panti asuhan buruk

Penyesuaian sosial di panti asuhan

buruk

Dampak perilaku orang tua pada anak:

- merasa insecure, bingung , kecemasan

- memiliki sikap permusuhan

- perilaku anak menjadi pasif

Dampak perilaku orang tua pada anak:

- menimbulkan kecemasan pada anak, anak tidak patuh dan menentang

- menimbulkan rasa marah dan agresif

- memandang dunia penuh permusuhan

- menimbulkan rasa takut, kecewa dan ketidakmatangan moral

Dampak perilaku orang tua pada anak:

- mandiri dalam berpikir dan berperilaku dan inisiatif dalam bertindak

- berperilaku terbuka, spontan, simpati, percaya diri, ada kesempatan alih peran dan tanggung jawab

- mampu mengontrol atau mengendalikan diri dan matang secara moral

Perilaku anak: - menjadi penyendiri - pasif - menarik diri dari

pergaulan

Perilaku anak: - agresif - dapat terlibat

dalam kenakalan remaja

Perilaku anak: - mudah bergaul

dengan orang lain- percaya diri - asertif

Page 74: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

55

Devi Permata Surya 10050003141

2.8 Hipotesis penelitian

1. Semakin tinggi remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang

diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Love-withdrawal

maka semakin buruk penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal

ini di dalam panti asuhan.

2. Semakin tinggi remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang

diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Power Assertion

maka semakin buruk penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal

ini didalam panti asuhan.

3. Semakin tinggi remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang

diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Induction maka

semakin baik penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini

didalam panti asuhan.

Page 75: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

56

Devi Permata Surya 10050003141� �

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menyelidiki mengenai

bagaimana hubungan antara persepsi remaja putri terhadap teknik penerapan

disiplin dengan penyesuaian sosial di panti asuhan. Penelitian ini ingin menguji

hubungan antara dua variabel yaitu persepsi remaja putri terhadap teknik

penerapan disiplin dan penyesuaian sosial maka metode yang digunakan adalah

metode korelasional.

Rancangan pada penelitian ini adalah termasuk kedalam penelitian non-

eksperimental dan menggunakan metode korelasional. Dikatakan penelitian non-

eksperimental karena peneliti tidak mengontrol secara langsung variabel

bebasnya. Metode ini digunakan untuk tujuan menyelidiki mengenai sejauh mana

variasi–variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi faktor lain berdasarkan

korelasi–korelasi. Peneliti ingin melihat keterkaitan antara dua variabel.

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel I : persepsi remaja putri terhadap aspek-aspek teknik disiplin yang

diterapkan oleh panti asuhan

Variabel II : penyesuaian sosial remaja putri di dalam panti asuhan.

Page 76: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

57

Devi Permata Surya 10050003141

3.3 Operasionalisasi Variabel

Agar data yang didapat relevan dengan hipotesis penelitian, maka perlu

dilakukan pengukuran terhadap variabel yang telah didefinisikan secara

konseptual. Namun sebelum melakukan pengukuran, dibuat dahulu

operasionalisasi variabel yaitu pendefinisian variabel berdasarkan sifat–sifat atau

ciri–ciri khas yang tampak atau teramati dari definisi sehingga memungkinkan

melakukan pengukuran.

Definisi operasional dari variabel penelitian ini yaitu:

Persepsi remaja putri terhadap teknik penerapan disiplin

Yaitu sejauh mana remaja putri tersebut mengamati dan memaknakan teknik

disiplin yang diterapkan oleh orang tua asuh. Teknik penerapan disiplin ada

tiga, yaitu:

1. Love-withdrawal

Orang tua asuh mengekspresikan ketidaksenangannya secara non-fisik

seperti memperlihatkan rasa tidak senangnya kepada anak dengan

mengacuhkan anak, tidak mau mendengarkan alasan yang dikemukakan oleh

anak sehingga mengabaikan anak, dan mengucilkannya.

2. Power Assertion

Orang tua asuh menggunakan kekuasaannya dengan cara kekerasan fisik,

membentak atau mengancam untuk memaksa anak agar dapat mematuhi

segala keinginannya, sehingga tidak memperhatikan apakah anak mematuhi

orang tua karena mengerti dan memahami apa yang diperintahkan oleh orang

tua atau anak hanya sekedar patuh untuk menghindari hukuman.

Page 77: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

58

Devi Permata Surya 10050003141

3. Induction

Orang tua asuh mengutamakan terjalinnya komunikasi dengan anak.

Mereka memberikan penjelasan pada anak mengenai konsekuensi dari

tindakan baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain melalui pendidikan

agama dan pesantren yang diadakan didalam panti asuhan. Dengan demikian

anak diharapkan dapat memperhatikan keberadaan orang lain dalam segala

tindakan yang dilakukannya.

Penyesuaian sosial

Yaitu penyesuaian diri di lingkungan sosial. Sedangkan yang dimaksud

dengan penyesuaian diri adalah perilaku yang ditampilkan individu di lingkungan

sosial dalam hal ini di panti asuhan. Tujuan dari usaha ini adalah untuk

memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dari dalam diri dengan

apa yang diharapkan darinya oleh lingkungan di mana ia tinggal (Schneiders,

1964: 51). Sedangkan aspek–aspek penyesuaian sosial di lingkungan panti yaitu:

a. Memiliki relasi yang baik antara anggota keluarga yaitu sesama warga panti

b. Mampu menerima tanggung jawab dan peraturan dalam lingkungan panti

c. Membantu panti asuhan dalam mencapai tujuan

d. Mau menerima otoritas orang tua asuh

e. Dapat mandiri dalam lingkungan panti asuhan.

Page 78: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

59

Devi Permata Surya 10050003141

3.4 Alat Ukur

• Angket/kuesioner

Agar mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan alat ukur kuesioner. Alat ukur ini berguna untuk mengukur dan

menentukan teknik penerapan disiplin yang diterapkan orang tua asuh dan juga

mengukur kemampuan penyesuaian sosial remaja putri di panti asuhan.

Dalam pembuatan alat ukur ini peneliti menggunakan Polychotomus

format yaitu format penulisan item yang memberikan lebih dari dua alternatif

jawaban. Format ini dipilih peneliti karena ingin mengetahui persepsi remaja putri

terhadap teknik penerapan disiplin yang diterapkan di panti asuhan.

Dalam penelitian ini juga, peneliti menggunakan format penulisan skala

untuk mengukur persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dan penyesuaian

sosial, yaitu sebuah instrumen pengumpul data yang bentuknya seperti daftar

cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakan suatu yang berjenjang. Skala

ini biasa disebut dengan skala Likert. Cara pengerjaannya yaitu responden

diminta untuk menjawab dari sejumlah pernyataan dengan cara memilih empat

kategori yang tersedia pada tiap pernyataan (SL=Selalu, SR=Sering, J=Jarang,

TP=Tidak Pernah), dengan cara memberi tanda checklist pada pilihan jawaban

sesuai dengan keadaan subjek. Dipilih kategori jawaban berjumlah genap (empat

kategori jawaban) supaya menghindari kecenderungan orang beranggapan

jawaban di tengah-tengah adalah jawaban netral. Jika dalam skala sikap memang

benar bahwa untuk satu pernyataan kategori jawaban netral berada di tengah

diantara lima kategori jawaban, akan tetapi untuk keseluruhan

Page 79: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

60

Devi Permata Surya 10050003141

pernyataan yang ada dalam suatu skala skor tengah belum tentu berarti netral

(Saefuddin Azwar: 1988: 123).

3.4.1 Alat ukur Persepsi Remaja Putri terhadap Teknik Penerapan Disiplin

Alat ukur ini dikonstruksikan berdasarkan pada teori dari teknik

penerapan disiplin dari Martin Hoffman. Pada teori itu, dicari indikator–indikator

tentang bagaimana teknik penerapan disiplin yang diterapkan, lalu diturunkan

sejumlah pernyataan–pernyataan untuk melihat teknik penerapan disiplin.

Subjek diminta untuk memilih salah satu jawaban dari empat pilihan

jawaban dengan memberikan tanda checklist (V) pada pilihan jawaban yang

dianggap sesuai dengan keadaan subjek.

Bobot penilaian yang diberikan pada tiap jawaban antara 1-4.

No. Pernyataan

Nilai

SL SR J TP

1. Positif 4 3 2 1

2. Negatif 1 2 3 4

Jika subjek telah memberikan respon pada tiap item dan untuk tiap respon telah

diberi skor item, maka skor secara keseluruhan diperoleh dengan cara

menjumlahkan skor ke semua item.

Alat ukur terlampir di lampiran halaman 42.

Page 80: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

61

Devi Permata Surya 10050003141� �

Berikut adalah alat ukur hasil uji validitas teknik penerapan disiplin, karena

melihat banyaknya variasi item maka dilakukan pemilihan 2 item yang memiliki

nilai korelasi paling tinggi dengan penelitian.

Indikator dari teknik penerapan disiplin yaitu:

1. Power Assertion

a. Ibu asuh membatasi tingkah laku anak dengan kekuasaan:

Nomor soal : 1, 38, 108, 116

b. Ibu asuh memberlakukan hukuman fisik:

Nomor soal : 25, 52, 55, 117

2. Love Withdrawal

a. Ibu asuh tidak peduli dan cenderung mengabaikan anak

Nomor soal : 26, 63, 71, 105

b. Ibu asuh mengucilkan anak

Nomor soal : 8, 39, 53, 119

c. Ibu asuh memperlihatkan ketidaksenangannya pada anak

Nomor soal : 36, 41, 82, 84

d. Ibu asuh tidak mau mendengar penjelasan atau alasan yang dikemukakan

anak

Nomor soal : 40, 46, 89, 95

e. Ibu asuh mengancam akan meninggalkan anak.

Nomor soal : 14, 37, 48, 96

Page 81: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

62

Devi Permata Surya 10050003141

3. Induction

a. Ada penjelasan dari orang tua tentang perilaku yang dilakukan anak

Nomor soal : 4, 42, 67, 103

b. Orang tua mengajarkan rasa empati pada orang lain

Nomor soal : 21, 75, 81, 111

c. Mengajarkan anak untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya

Nomor soal : 17, 32, 107, 113

d. Ibu asuh memberikan hadiah dan hukuman secara konsisten

Nomor soal : 20, 61, 98, 110

e. Ada kesempatan untuk anak dalam mengemukakkan pendapat dan

komunikasi yang baik antara ibu asuh dan anak

Nomor soal : 23, 47, 104, 112

Page 82: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

63

Devi Permata Surya 10050003141� �

Alat ukur Teknik Penerapan Disiplin usia 15-22 tahun di panti sosial asuhan anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung:

Aspek Sub Aspek Indikator Item

( - ) ( + ) Power

Assertion

Love Withdrawal

Induction

a. Membatasi tingkah laku anak dengan kekuasaan

b. Ibu asuh menghukum anak dengan berteriak dan mengecam tingkah laku anak

a. Ibu asuh tidak peduli dan cenderung mengabaikan anak

b.Ibu asuh mengucilkan anak

c. Ibu asuh memperlihatkan ketidaksenangannya pada anak

d.Ibu asuh tidak mau mendengarkan penjelasan atau alasan yang dikemukakkan anak

e.Ibu asuh mengancam akan meninggalkan anak

a. Ada penjelasan dari orang tua tentang

Pertimbangan aturan kepada anak

Memarahi anak dengan menghina, mengomel, ketika perilaku tidak sesuai keinginan

Membiarkan anak dan tidak peduli pada aktivitas anak

Mengucilkan dan tidak melibatkan anak dalam kegiatan di dalam panti asuhan Ibu asuh mencibir, membuang muka, membelalakkan mata

Ibu asuh mendiamkan anak

Ibu asuh meninggalkan anak, tidak memenuhi kebutuhan anak Memberikan penjelasan dan alasan anak tentang perilaku baik dan

1, 108

25, 52

26, 63

39, 119

36, 41

40, 46

37, 48

42, 67

38, 116

55, 117

71, 105

8, 53

82, 84

89, 95

14, 96

4, 103

Page 83: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

64

Devi Permata Surya 10050003141

perilaku yang dilakukan anak

b. Orang tua mengajarkan rasa empati pada orang lain

c. Mengajarkan anak untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya

d. Ibu asuh memberikan hadiah dan hukuman secara konsisten

e. Ada kesempatan mengemukakkan pendapat dan komunikasi yang baik antara ibu asuh dan anak

buruk

Saling menyayangi dan menghargai

Tanggung jawab terhadap tugas atau perilaku

Pemberian pujian serta insentif dan hukuman

Komunikasi aktif antara ibu asuh dan anak panti

75, 111

17, 107

20, 61

23, 112

21, 81

32, 113

98, 110

47, 104

Page 84: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

65

Devi Permata Surya 10050003141� �

3.4.2 Alat ukur Penyesuaian Sosial di Panti Asuhan

Alat ukur yang dipakai untuk penelitian ini yaitu alat ukur penyesuaian

sosial di panti asuhan yang berdasarkan teori Shcneiders. Alat ukur ini bertujuan

untuk mengukur kemampuan penyesuaian sosial remaja puri di dalam panti

asuhan.

Subjek diminta untuk memilih salah satu jawaban dari empat pilihan

jawaban dengan memberikan tanda checklist (V) pada pilihan jawaban yang

dianggap sesuai dengan keadaan subjek.

Aspek-aspek penyesuaian diri yang baik di lingkungan rumah dan

keluarga yaitu:

1. Mau menerima otoritas dari orang tua

Nomor soal : 3, 11, 24, 41

2. Membantu keluarga mencapai tujuan dari anggota keluarga

a. Saling tolong menolong

Nomor soal : 16, 21, 32, 47

b. Kematangan tingkah laku

Nomor Soal : 18, 34, 45, 53

3. Dapat mandiri di lingkungannya

Nomor soal : 8, 36, 39, 59

4. Memiliki relasi yang baik antar anggota keluarga

Nomor soal : 10, 17, 23, 52

Page 85: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

66

Devi Permata Surya 10050003141

5. Mampu menerima tanggung jawab dan menerima batasan-batasan tingkah

laku

Nomor soal : 19, 25, 37, 43

Page 86: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

67

Devi Permata Surya 10050003141� �

Alat ukur Penyesuaian Sosial usia 15-22 tahun di panti sosial asuhan anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung:

Aspek Indikator Item

(+) (-)

1. Mau menerima Otoritas Ibu asuh

2. Membantu panti asuhan dalam mencapai tujuan

3. Dapat mandiri di dalam lingkungan panti asuhan

4. Dapat berelasi dengan baik di dalam panti asuhan

5. Mampu menerima tanggung jawab dan aturan-aturan yang ada di dalam panti asuhan

Kesadaran akan mematuhi peraturan panti Saling tolong-menolong sesama warga panti

Kematangan tingkah laku anak Kesadaran mengerjakan tugas-tugas panti asuhan

Tidak bermasalah serta menjalin pertemanan yang baik antar sesama warga panti

Melaksanakan tanggung jawab didalam panti

3, 11

16, 21

18, 45 8, 59

17, 23

19, 25

24, 41

32, 47

34, 53 36, 39

10, 52

37, 43

Page 87: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

68

Devi Permata Surya 10050003141� �

Bobot penilaian yang diberikan pada tiap jawaban antara 1-4.

No. Pernyataan Nilai

SL SR J TP 1. Positif 4 3 2 1

2. Negatif 1 2 3 4

Aspek–aspek penyesuaian sosial di panti asuhan adalah:

a. Mau menerima otoritas orang tua asuh

b. Dapat berelasi dengan baik antar sesama anggota panti

c. Mampu menerima tanggung jawab dan aturan-aturan yang ada di dalam panti

asuhan

d. Dapat mandiri didalam lingkungan panti

e. Membantu panti asuhan dalam mencapai tujuan

3.5 Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah remaja putri usia 15-18 tahun yang

duduk di bangku SMP dan SMA yang ada di Panti Sosial Asuhan Anak Taman

Harapan Muhammadiyah di Bandung. Pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah purposive sampling terjadi bila sampel diambil

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Dengan

demikian yang akan dijadikan sampel harus sesuai dengan karakteristik yang telah

ditentukan oleh peneliti, pada penelitian ini sampel berjumlah 40 orang.

Page 88: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

69

Devi Permata Surya 10050003141

3.5.2 Karakteristik Sampel

1. Remaja putri usia 15-18 tahun

Alasan mengambil sampel usia remaja akhir karena di panti asuhan putri

Muhammadiyah ini yang banyak memiliki masalah adalah usia remaja

akhir. Usia ini sangat kompleks karena mencakup perkembangan peralihan

dari usia remaja awal menuju remaja akhir yang berarti sedang mengalami

masa puber. Disamping remaja harus menghadapi perubahan–perubahan

yang terjadi dalam dirinya, remaja juga harus dapat memenuhi tuntutan–

tuntutan masyarakat terhadap dirinya.

2. Pendidikan di SMP-SMU

Dengan demikian sampel yang diambil memiliki latar belakang

pendidikan tingkat SMP dan SMU yang memiliki usia 15-18 tahun.

3. Tinggal di panti asuhan sejak usia 6 tahun

Dengan pertimbangan bahwa apa yang dipelajari individu pada masa

anak–anak akan berpengaruh pada pola tingkah lakunya pada masa–masa

perkembangan selanjutnya.

4. Remaja akhir usia 15-18 tahun yang rata-rata tidak dapat menyesuaikan

diri minimal selama 2 tahun di dalam panti asuhan Muhammadiyah.

Page 89: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

70

Devi Permata Surya 10050003141

3.6 Uji Coba Alat Ukur

3.6.1 Uji Validitas Alat Ukur

Untuk mengetahui apakah suatu skala psikologi mampu menghasilkan

data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian

validitas. Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang

bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Suharsimi Arikunto,

2000). Jadi, suatu alat tes dikatakan valid apabila tes itu benar-benar mengukur

apa yang hendak diukur.

Adapun jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas konstruk (construct validity), yaitu alat ukur yang digunakan adalah skala

yang disusun berdasarkan teori yang telah valid. Melalui validitas konstruk,

peneliti ingin mengetahui sifat-sifat psikologis yang dapat menjelaskan varian tes

itu. Bagaimana cara mengkaji arti-arti konstruk merupakan suatu masalah

validitas konstruk (Kerlinger, 2003).

Cara yang dipakai untuk mengetahui validitas alat ukur ini adalah dengan

koefisien korelasi item-total, yaitu mengkorelasikan antar skor yang diperoleh

pada masing-masing item dengan skor total. Skor total adalah nilai yang diperoleh

dari hasil penjumlahan semua skor item. Jika skor pernyataan yang disusun

berkorelasi positif dan signifikan dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan

bahwa hubungan yang ada antara setiap item dengan skor total sifatnya sejalan

dengan konsep teoritiknya.

Untuk melihat derajat korelasi, digunakan teknik korelasi Rank

Spearman, dengan langkah pengujian sebagai berikut :

Page 90: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

71

Devi Permata Surya 10050003141

1. Mengkorelasikan skor item (X) dengan skor skala atau skor total alat ukur

(Y) dengan rumusan korelasi Rank Spearman :

���

����

����

��� +−�

��

����

����

��� +−

���

��� +−

=

��

�2

22

2

2

21))((

21))((

21)()(

NNYRNNXR

NNYRXRrs

Keterangan : R(X) = Ranking variabel X (skor item)

R(Y) = Ranking variabel Y (skor total)

N = Jumlah Subjek Penelitian

(Nirwana S.K. Sitepu, 1995)

4. Besarnya koefisien korelasi antara skor tiap item dan skor total (rs)

yang dianggap valid pada penelitian ini adalah berdasarkan kriteria rs

� 0,3.

Kriteria ini berdasarkan pendapat Cronbach (1970) dalam Saefudin Azwar

(2000 : 103) yang mengatakan bahwa koefisien 0,3 telah memberikan

kontribusi yang baik terhadap efisiensi suatu lembaga pelatihan.

3. Lakukan hal tersebut pada semua item.

4. Setelah diperoleh item-item mana yang valid dan tidak valid, dipilih 2 item

positif valid dan 2 item negatif valid yang memiliki nilai korelasi yang

terbesar dari tiap-tiap indikator untuk dipergunakan dalam analisis

selanjutnya (statistik deskriptif dan korelasi).

Page 91: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

72

Devi Permata Surya 10050003141

3.6.2 Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas sebenarnya mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan alat

ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak

reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan

skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor error (kesalahan)

daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel

tentu tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu (Saifuddin Azwar, 2004).

Ada beberapa cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas alat ukur.

Pada penelitian ini digunakan teknik Alpha Cronbach. Langkah-langkah

menentukan koefisien reliabilitas dari alat ukur tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menggabungkan item-item yang valid menjadi satu dan membuang item

yang tidak valid.

2. Masukkan skor seluruh item yang valid, lalu gunakan bantuan SPSS 15.0

for Windows untuk memperoleh koefisien reliabilitasnya. Atau dengan

rumus sebagai berikut :

Keterangan : k = banyaknya item

Si2 = varians dari item ke-i

S2 total = total varians dari keseluruhan item

����

����

−−

=�

=2

1

2

11 total

k

ii

S

S

kkα

Page 92: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

73

Devi Permata Surya 10050003141

Sedangkan, rumus varians yang digunakan adalah :

Keterangan : S2 = varians

n = banyaknya responden

xi = skor yang diperoleh responden ke-i

x = rata-rata

(Saifuddin Azwar,1997)

Parameter untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas alat ukur

dilihat berdasarkan parameter dari Guilford (Subino, 1987) sebagai berikut:

Tabel 3.6.2 Tabel Guilford

Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas 0,00-0,21 Tidak ada Reliabilitas 0,20-0,40 Reliabilitas rendah 0,40-0,70 Reliabilitas sedang 0,70-0,90 Reliabilitas tinggi0,90-1,00 Reliabilitas sangat tinggi

1,00 Reliabilitas sempurna

3.7.1 Teknik Analisis

3.7.2 Proporsi

Untuk mengetahui aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan

Disiplin mana yang lebih dominan, yang dimiliki oleh responden dapat dilakukan

dengan mencari proporsi berikut:

( ) ( )�=

−−

=n

ii xx

nS

1

22

11

Page 93: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

74

Devi Permata Surya 10050003141

Jika proporsi yang diperoleh untuk aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan

Disiplin tertentu lebih besar dibandingkan dengan proporsi yang diperoleh

untuk aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin lainnya, maka dapat

dikatakan bahwa aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin tersebut

lebih dominan dibandingkan aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan

Disiplin lainnya.

3.7.3 Frekuensi dan Persentase

Untuk mengetahui berapa banyak orang (persen) responden yang memiliki

aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin tertentu yang dominan

atau berapa banyak orang (persen) responden yang memiliki penyesuaian sosial

yang baik dan berapa berapa banyak orang (persen) responden yang memiliki

penyesuaian sosial yang buruk, maka perlu dicari frekuensi dan persentasenya.

3.7.4 Tabulasi Silang

Untuk mengetahui informasi mengenai berapa besar frekuensi dan

persentase dari kategori suatu variabel (aspek variabel) berkaitan dengan besar

frekuensi dan persentase dari kategori variabel (aspek variabel) lainnya, dapat

dilakukan melalui tabulasi silang.

Page 94: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

75

Devi Permata Surya 10050003141

3.7.5 Uji Korelasi Rank Spearman

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi

Rank Spearman yang digunakan untuk mengukur sejauhmana korelasi antara

dua variabel. Alasan menggunakan koefisien korelasi Rank Spearman adalah

karena data yang diperoleh merupakan data ordinal. Ciri-ciri data ordinal adalah

sebagai berikut :

a. Data berupa rangking

b. Nilai nol tidak mutlak

c. Perbedaan hanya menunjukkan urutan.

Langkah-langkah perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman adalah

(Siegel, 1994:253-257) :

1. Berikan rangking observasi-observasi pada variabel X (persepsi terhadap

teknik penerapan disiplin) mulai dari 1 sampai dengan N, juga observasi-

observasi pada variabel Y (penyesuaian sosial) mulai dari 1 sampai dengan N.

2. Daftarlah N subjek, beri setiap subjek rangking pada variabel X (persepsi

terhadap teknik penerapan disiplin) dan variabel Y (penyesuaian sosial) di

sebelah nama subjek.

3. Tentukan harga di untuk setiap subjek dengan mengurangkan Y (persepsi

terhadap teknik penerapan disiplin) pada rangking X (penyesuaian sosial),

kemudian kuadratkan harga itu untuk menentukan harga di² untuk masing-

masing subjek.

4. Jumlahkan harga di² untuk ke-N kasus, untuk mendapatkan �di²

5. Menghitung rs dengan ketentuan :

Page 95: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

76

Devi Permata Surya 10050003141

a. Apabila tidak terdapat data yang berangka sama, maka rumus yang

digunakan

NNdirs −

�−= 3

2 )6(1

Keterangan :

rs : koefisien korelasi Rank Spearman

N : total pengamatan

di2 : perbedaan rangking yang diperoleh dari dua variabel

b. Apabila terdapat rangking yang berangka sama, maka perlu korelasi

dengan hitungan faktor korelasi T, yaitu dengan rumus :

Tx dan Ty = 12

3 tt −

Keterangan :

t = banyaknya observasi yang berangka sama pada rangking tertentu.

Faktor T digunakan untuk mengurangi jumlah kuadrat baik untuk �x

maupun �y

c. Bila rangking yang berangka sama berjumlah banyak, maka rumus yang

digunakan dalam perhitungan adalah :

22

222

2 YX

diYXRs�⋅�

�−�+�=

xTNNX �−−=�12

32

yTNNY �−−=�12

32

Page 96: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

77

Devi Permata Surya 10050003141

atau

���

����

����

��� +−�

��

����

����

��� +−

���

��� +−

=

��

�2

22

2

2

21))((

21))((

21)()(

NNYRNNXR

NNYRXRrs

Keterangan : R(X) = Ranking variabel X

R(Y) = Ranking variabel Y

N = total pengamatan

(Nirwana S.K. Sitepu, 1995:26)

Menurut Guiford (Subino, 1987:115), tingkat korelasi terbagi menjadi lima

yaitu :

Tabel 3.7.5 Tingkat Korelasi Guilford

Skor Tingkat Korelasi 0,00 – 0,20 Sangat rendah0,21 – 0,40 Rendah 0,41 – 0,70 Sedang 0,71 – 0,90 Tinggi 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

d. Untuk menentukan apakah variabel-variabel berkorelasi (berhubungan)

dalam sampel tersebut (n = 40 > 30). Signifikansi ditentukan dengan

kriteria penolakan H� jika thit > ttab jika thit bernilai positif atau thit < -ttab

jika thit bernilai negatif, dengan taraf signifikan � = 0,05 dan derajat

kebebasan n – 2 = 40 – 2 = 38.

e. Determinasi untuk mengetahui sejauhmana hubungan variabel satu

terdapat variabel kedua, digunakan rumus sebagai berikut :

%1002 ×= srd

Page 97: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

78

Devi Permata Surya 10050003141

3.8 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

3.8.1 Tahap Persiapan

1. Melakukan observasi awal dan interview di seluruh Panti Asuhan remaja

putri Muhammadiyah

2. Kemudian diambil sampel remaja putri di Panti Asuhan Remaja Putri

Muhammadiyah

3. Melakukan perizinan serta observasi lanjutan dan interview di Panti

Asuhan Remaja Putri Muhammadiyah Jl. Nilem Bandung untuk

menemukan permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak yang tinggal di

panti asuhan tersebut.

4. Melakukan studi kepustakaan

5. Menyusun usulan penelitian (out line) dalam bentuk proposal penelitian.

6. Mengajukan usulan rancangan penelitian sesuai dnegan permasalahan

yang akan diteliti.

7. Menentukan alat ukur yang akan digunakan untuk menjaring aspek-aspek

yang akan diteliti.

8. Menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dan disesuaikan dengan

maksud dan tujuan penelitian.

9. Menentukan jadwal pengambilan data.

Page 98: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

79

Devi Permata Surya 10050003141

3.8.2 Tahap Pelaksanaan

1. Mendatangi subjek penelitian untuk menjelaskan maksud penelitian dan

meminta kesediaan untuk dijadikan sampel

2. Memberikan subjek tes yang dilakukan oleh beberapa orang, menjelaskan

cara pengerjaannya dan pengumpulannya setelah selesai.

3. Melaksanakan pengambilan data secara kolektif.

3.8.3 Tahap Pengolahan Data

1. Melakukan skoring pada masing-masing alat ukur.

2. Membuat tabel data dan memasukkan skor yang diperoleh dari masing-

masing sampel.

3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas sehingga item-item yang tidak

terpakai dapat disisihkan (try out terpakai)

4. Menganalisa data dengan menggunakan metode statistik non-parametrik

berupa rank Spearman (rs).

3.8.4 Tahap Pembahasan

1. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan

teori-teori dan kerangka pikir yang diajukan

2. Membuat kesimpulan hasil penelitian dengan mengajukan saran-saran

yang ditujukan untuk perbaikan dan kesempurnaan penelitian

3. Melakukan kritik dan saran tindak lanjut dari penelitian

4. Penulisan laporan penelitian

Page 99: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

80

Devi Permata Surya 10050003141

5. Menyusun dan memperbaiki laporan penelitian berdasarkan masukan dan

saran dari forum skripsi

6. Mempertanggungjawabkan laporan penelitian dalam sidang ujian sarjana

3.8.5 Tahap Penyelesaian

1. Menyusun laporan hasil penelitian.

2. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan hasil penelitian secara

keseluruhan.

Page 100: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

81

Devi Permata Surya 10050003141� �

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil pengolahan data penelitian dan pembahasannya

yang berdasarkan pada perhitungan statistik deskriptif, statistik inferens

(pengujian hipotesis) dan konsep-konsep teoritis yang mendasarinya. Data dalam

penelitian ini merupakan data yang terkumpul dari hasil jawaban angket yang

disebarkan kepada responden dan kemudian data tersebut diolah menggunakan

analisis statistik. Berdasarkan analisis data tersebut dapat diketahui apakah

terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y. Dalam hal ini, hubungan

korelasional antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dengan

Penyesuaian Sosial pada remaja putri usia 15-18 tahun di Panti Sosial Asuhan

anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung.

Pelaksanaan penyebaran dan pengumpulan kuesioner dalam penelitian ini

ditujukan pada remaja putri usia 15-18 tahun di Panti Sosial Asuhan anak Taman

Harapan Muhammadiyah di Bandung yang terpilih sebagai responden (sampel),

sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab III. Kuesioner diberikan oleh peneliti

kepada 40 orang sampel.

Untuk mempermudah pembahasannya, peneliti mengelompokkannya

menjadi beberapa sub bagian, yaitu:

Page 101: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

82

Devi Permata Surya 10050003141

4.1 HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

4.1.1 Analisis Statistik Inferensial

Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan

disiplin dengan penyesuaian sosial, perlu kiranya diketahui bagaimana hubungan

antara aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dengan

penyesuaian sosial melalui pengujian berikut:

4.1.1.1 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi terhadap Aspek Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion dengan Penyesuaian Sosial

a. Hipotesis I

H0 : 01 ≥ρ : Tidak terdapat hubungan yang negatif antara teknik disiplin Power

Assertion dengan penyesuaian sosial atau semakin remaja putri

mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan

mengarah pada teknik disiplin Power Assertion, maka semakin

baik penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di

dalam panti asuhan atau sebaliknya.

Ha : 01 <ρ : Terdapat hubungan yang negatif antara teknik disiplin Power

Assertion dengan penyesuaian sosial atau semakin remaja putri

mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan

mengarah pada teknik disiplin Power Assertion, maka semakin

buruk penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di

dalam panti asuhan atau sebaliknya.

Page 102: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

83

Devi Permata Surya 10050003141

b. Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.1.1.1 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara Persepsi terhadap

Teknik Penerapan Disiplin (Power Assertion) dengan Penyesuaian Sosial beserta Nilai t untuk Pengujian Keberartian Korelasinya

Keterangan Hasil Perhitungan Kesimpulan Rs t hitung t tabel

Hubungan Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Power Assetion) dengan Penyesuaian Sosial

-0,424 -2,889216077 -1,6866

Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Power Assetion) dengan Penyesuaian Sosial

c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa koefisien korelasi Rank

Spearman (rs) untuk Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Power

Assertion) dengan Penyesuaian Sosial terdapat hubungan sebesar rs = -0,424 yang

menurut tabel Guilford (Subino, 1987:115) termasuk ke dalam kriteria derajat

korelasi sedang. Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh nilai

t = -2,889216077 < t tabel = -1,6866.

Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan

negatif yang berarti (signifikan) antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan

Disiplin (Power Assetion) dengan Penyesuaian Sosial. Artinya, semakin remaja

putri mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah

pada teknik disiplin Power Assertion, maka semakin buruk penyesuaian sosial di

lingkungan keluarga dalam hal ini di dalam panti asuhan.

Page 103: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

84

Devi Permata Surya 10050003141

4.1.1.2 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi terhadap Aspek Teknik Penerapan Disiplin Love-Withdrawal dengan Penyesuaian Sosial

a. Hipotesis II

H0 : 0≥ρ : Tidak terdapat hubungan yang negatif antara teknik disiplin Love-

Withdrawal dengan penyesuaian sosial atau semakin remaja putri

mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan

mengarah pada teknik disiplin Love-Withdrawal, maka semakin

baik penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di

dalam panti asuhan atau sebaliknya.

Ha : 0<ρ : Terdapat hubungan yang negatif antara teknik disiplin Love-

Withdrawal dengan penyesuaian sosial atau semakin remaja putri

mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan

mengarah pada teknik disiplin Love-Withdrawal, maka semakin

buruk penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di

dalam panti asuhan atau sebaliknya.

b. Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.1.1.2 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara Persepsi terhadap

Teknik Penerapan Disiplin (Love-Withdrawal) dengan Penyesuaian Sosial beserta Nilai t untuk Pengujian Keberartian Korelasinya

Keterangan Hasil Perhitungan Kesimpulan Rs t hitung t tabel

Hubungan Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Love-Withdrawal) dengan Penyesuaian Sosial

-0,576 -4,346337023 -1,6866

Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Love-Withdrawal) dengan Penyesuaian Sosial

Page 104: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

85

Devi Permata Surya 10050003141

c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa koefisien korelasi Rank

Spearman (rs) untuk Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Love-

Withdrawal) dengan Penyesuaian Sosial terdapat hubungan sebesar rs = -0,576

yang menurut tabel Guilford (Subino, 1987:115) termasuk ke dalam kriteria

derajat korelasi sedang. Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh nilai

t = -4,346337023 < t tabel = -1,6866.

Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan

negatif yang berarti (signifikan) antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan

Disiplin (Love-Withdrawal) dengan Penyesuaian Sosial. Artinya, semakin remaja

putri mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah

pada teknik disiplin Love-Withdrawal, maka semakin buruk penyesuaian sosial di

lingkungan keluarga dalam hal ini di dalam panti asuhan.

4.1.1.3 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi Teknik Penerapan Disiplin Induction dengan Penyesuaian Sosial

a. Hipotesis III

H0 : 0≤ρ : Tidak terdapat hubungan yang positif antara teknik disiplin

Induction dengan penyesuaian sosial atau semakin remaja putri

mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan

mengarah pada teknik disiplin Induction, maka semakin buruk

penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di dalam

panti asuhan atau sebaliknya.

Page 105: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

86

Devi Permata Surya 10050003141

Ha : 0>ρ : Terdapat hubungan yang positif antara teknik disiplin Induction

dengan penyesuaian sosial atau semakin remaja putri

mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan

mengarah pada teknik disiplin Induction, maka semakin baik

penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di dalam

panti asuhan atau sebaliknya.

b. Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.1.1.3 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara Persepsi terhadap

Teknik Penerapan Disiplin (Induction) dengan Penyesuaian Sosial beserta Nilai t untuk Pengujian Keberartian Korelasinya

Keterangan Hasil Perhitungan Kesimpulan Rs t hitung t tabel

Hubungan Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Induction) dengan Penyesuaian Sosial

0,684 5,782396046 1,6866

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Induction) dengan Penyesuaian Sosial

c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa koefisien korelasi Rank

Spearman (rs) untuk Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Induction)

dengan Penyesuaian Sosial terdapat hubungan sebesar rs = 0,684 yang menurut

tabel Guilford (Subino, 1987:115) termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi

sedang. Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh nilai t = 5,782396046 >

t tabel = 1,6866.

Page 106: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

87

Devi Permata Surya 10050003141

Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan

positif yang berarti (signifikan) antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan

Disiplin (Induction) dengan Penyesuaian Sosial. Artinya, semakin remaja putri

mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah pada

teknik disiplin Induction, maka semakin baik penyesuaian sosial di lingkungan

keluarga dalam hal ini di dalam panti asuhan.

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif

Setelah dilakukan uji validitas, maka dipilih 2 item dari masing-masing

indikator yang memiliki korelasi tinggi. Ini dilakukan karena item-item alat ukur

tersebut memiliki banyak variasi. Kemudian setelah melakukan uji validitas, maka

dilakukan analisis statistik deskriptif.

Analisis statistik deskriptif disusun untuk mencari frekuensi dan persentase

aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin yang dominan, frekuensi

dan persentase baik-buruknya penyesuaian sosial, dan frekuensi serta persentase

dari hasil tabulasi silang antara aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan

disiplin yang dominan dengan baik-buruknya penyesuaian sosial. Berikut hasil

dari analisis statistik deskriptif tersebut:

4.1.2.1 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung

Berdasarkan hasil perhitungan proporsi, diperoleh aspek-aspek Persepsi

terhadap Teknik Penerapan Disiplin mana yang lebih dominan pada Remaja Putri

Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah

Page 107: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

88

Devi Permata Surya 10050003141

Bandung (data dan hasil perhitungan terlampir dalam lampiran). Sedangkan hasil

frekuensi dan persentase remaja putri yang memiliki aspek persepsi terhadap

teknik penerapan disiplin tertentu yang dominan disajikan dalam tabel dan gambar

berikut:

Tabel 4.1.2.1 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek

Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan

Aspek F % Power Assertion 4 10,0Love Withdrawal 13 32,5Induction 23 57,5Total 40 100.0

Gambar 4.1.2.1 Diagaran Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek

Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa dari 40 orang responden, 4

orang (10%) memiliki aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (power

assertion) yang dominan, 13 orang (32,5%) memiliki aspek persepsi terhadap

teknik penerapan disiplin (love withdrawal) yang dominan, dan 23 orang (57,5%)

memiliki aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (induction) yang

dominan. Dengan demikian, dapat dikatakan mayoritas Remaja Putri Usia 15-18

Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung

Page 108: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

89

Devi Permata Surya 10050003141

memiliki persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (induction) yang lebih

dominan.

4.1.2.2 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Baik Buruknya Penyesuaian Sosial Berdasarkan Norma Ideal (Perhitungan Kuesioner)

Untuk mengetahui kriteria baik-buruknya penyesuaian sosial pada Remaja

Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan

Muhammadiyah Bandung, maka dilakukan perhitungan statistik berdasarkan

norma ideal (data dan hasil perhitungan terlampir dalam lampiran). Sedangkan

hasil frekuensi dan persentase remaja putri yang memiliki penyesuaian sosial yang

baik dan buruk disajikan dalam tabel dan gambar berikut:

Tabel 4.1.2.2 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Baik dan Buruknya

Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung

Penyesuaian Sosial F %Buruk 28 70,0Baik 12 30,0Total 40 100,0

Gambar 4.1.2.2 Diagram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Baik dan

Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung

Page 109: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

90

Devi Permata Surya 10050003141

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa dari 40 orang responden,

mayoritas 28 orang (70%) memiliki penyesuaian sosial yang buruk, sedangkan 12

orang (30%) lainnya memiliki penyesuaian sosial yang baik.

4.1.2.3 Hasil Tabulasi Silang antara Aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan dengan Baik-Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung

Untuk mengetahui berapa banyak orang (persen) responden yang memiliki

aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin tertentu yang dominan

atau berapa banyak orang (persen) responden yang memiliki penyesuaian sosial

yang baik dan berapa berapa banyak orang (persen) responden yang memiliki

penyesuaian sosial yang buruk, maka perlu dicari frekuensi dan persentasenya dari

hasil tabulasi silang berikut.

Tabel 4.1.2.3 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase dari Tabulasi Silang antara

Dominasi Aspek-aspek Teknik Penerapan Disiplin dan Penyesuaian Sosial

Aspek-aspek Yang Dominan

Penyesuaian Sosial (Y) Buruk Baik Total

F % F % F % Power Assertion 4 10 0 0 4 10 Love Withdarawal 13 32,5 0 0 13 32,5 Induction 11 27,5 12 30 23 57,5

Total 28 70 12 30 40 100

Page 110: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

91

Devi Permata Surya 10050003141

Gambar 4.1.2.3 Diagram Batang Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase dari Tabulasi

Silang antara Dominasi Aspek-aspek Teknik Penerapan Disiplin dan Penyesuaian Sosial

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa dari 4 orang

responden yang memiliki aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin

(Power Assertion) yang dominan, seluruhnya memiliki penyesuaian sosial yang

buruk. Kemudian, dari 13 orang responden yang memiliki memiliki aspek

persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (Love Withdrawal), seluruhnya

memiliki penyesuaian sosial yang buruk. Sedangkan, dari 23 orang responden

yang memiliki aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (Induction),

sebagian besar 12 orang memiliki penyesuaian sosial yang baik dan 11 orang

lainnya memiliki penyesuaian sosial yang buruk.

Page 111: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

92

Devi Permata Surya 10050003141

4.2 PEMBAHASAN

Penyesuaian diri merupakan faktor kepribadian yang perkembangannya

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan awal yang sangat berpengaruh

terhadap perkembangan individu diantaranya yaitu lingkungan keluarga, dalam

hal ini yaitu lingkungan panti asuhan selaku keluarga kedua bagi remaja putri.

Orang tua asuh dalam hal ini yaitu ibu asuh mengubah tingkah laku anaka dalam

kehidupan sehari-hari agar dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Menurut

Martin Hoffman (Shaffer, 1994: 431) bahwa teknik disiplin itu terbagi tiga, yaitu

teknik disiplin Power Assertion, Love Withdrawal dan Induction.

4.2.1 Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion dengan Penyesuaian Sosial

Kemudian, setelah melakukan perhitungan statistik, terlihat bahwa

berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman (rs) untuk

Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Power Assetion) dengan

Penyesuaian Sosial terdapat hubungan sebesar rs = -0,424 yang menurut tabel

Guilford (Subino, 1987:115) termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi sedang.

Sedangkan dari hasil pengujian statistik terhadap koefisien korelasinya, diperoleh

hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara Persepsi Teknik

Penerapan Disiplin Power Assertion dengan Penyesuaian Sosial Remaja Putri

Usia 15-18 Tahun pada Panti Asuhan Putri Muhammadiyah di Bandung. Hal ini

dapat diartikan bahwa semakin remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang

diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Power Assertion, maka

semakin buruk penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di dalam

Page 112: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

93

Devi Permata Surya 10050003141

panti asuhan. Hal ini diperkuat dari data hasil tabulasi silang antara aspek-aspek

persepsi terhadap teknik penerapan disiplin yang dominan dengan baik buruknya

penyesuaian sosial, yang menjelaskan bahwa dari 4 orang jumlah remaja putri

yang mempersepsikan Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion, seluruhnya

memiliki penyesuaian sosial yang buruk. Remaja yang mempersepsikan teknik

penerapan disiplin ini akan belajar untuk selalu mematuhi peraturan karena

munculnya ketakutan akan hukuman yang diberikan jika melanggar peraturan

panti asuhan. Dalam hal ini akibat dari tingkah laku yang dilakukan dikaitkan

dengan hukuman yang akan diterima oleh dirinya dan bukan berdasarkan pada

perasaan dan kebutuhan orang lain, sebagai akibatnya remaja tidak terlatih untuk

berempati pada orang lain. Hal ini tentu saja akan membuat remaja kesulitan

untuk dapat menyesuaikan diri. Menurut Schneiders (1964) bahwa penyesuaian

sosial merupakan kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif terhadap

kenyataan yang dihadapi dilingkungannya, sehingga seseorang mampu untuk

memenuhi segala tuntutan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan

bagi dirinya maupun lingkungannya.

Seperti yang kita lihat pada fenomena, sebagian dari remaja putri di panti

asuhan tersebut mengatakan bahwa ibu asuh beberapa kali memarahi mereka

dengan berteriak terutama ketika mereka tidak sengaja memecahkan barang atau

menghilangkan barang milik panti asuhan atau milik ibu asuh. Ibu asuh tidak

mendengarkan alasan apapun yang dikemukakkan oleh anak. Karena adanya

peraturan yang kaku dan keras ini juga yang dapat membuat anak merasa bahwa

dunia penuh permusuhan dan berperilaku sesuai dengan perasaan itu, yaitu anak

Page 113: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

94

Devi Permata Surya 10050003141

sering memendam permusuhan mendalam, menimbulkan rasa marah serta agresi

yang membuatnya tidak bahagia dan curiga terhadap siapa saja yang berhubungan

dengannya, terutama terhadap figur yang berkuasa dan berwenang.

Diantara mereka juga ada yang memfitnah teman yang lain agar ia tidak

dihukum,mereka juga merasa rendah diri karena ibu asuh beberapa kali menghina

mereka dengan mengatakan mereka “bodoh”. Hal ini yang dapat memacu anak

menjadi tidak percaya diri dan tidak dapat berempati pada orang lain, karena anak

disibukkan dengan perasaan takut serta cemasnya sendiri. Sedikit pujian yang

diharapkan apabila anak dapat memenuhi standar yang diinginkan dapat

mendorong anak untuk lebih dapat menghargai dirinya sendiri dan orang lain.

4.2.2 Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin Love Withdrawal dengan Penyesuaian Sosial

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman (rs)

untuk Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Love Withdrawal) dengan

Penyesuaian Sosial terdapat hubungan sebesar rs = -0,576 yang menurut tabel

Guilford (Subino, 1987:115) termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi sedang.

Sedangkan dari hasil pengujian statistik terhadap koefisien korelasinya, diperoleh

hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara Persepsi Teknik

Penerapan Disiplin Love Withdrawal dengan Penyesuaian Sosial Remaja Putri

Usia 15-18 Tahun pada Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Bandung. Hal ini

dapat diartikan bahwa semakin remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang

diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Love Withdrawal, maka

semakin buruk penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di dalam

Page 114: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

95

Devi Permata Surya 10050003141

panti asuhan. Hal ini diperkuat dari data hasil tabulasi silang antara aspek-aspek

persepsi terhadap teknik penerapan disiplin yang dominan dengan baik buruknya

penyesuaian sosial, yang menjelaskan bahwa dari 13 orang jumlah remaja putri

yang mempersepsikan Teknik Penerapan Disiplin Love Withdrawal, seluruhnya

memiliki penyesuaian sosial yang buruk. Ini selaras dengan yang dikemukakkan

oleh Martin Hoffman bahwa remaja yang dibesarkan denga teknik disiplin ini

yaitu orang tua asuh tidak memberikan perhatian, afeksi/perasaan saying, jika

remaja melakukan suatu kesalahan, orang tua asuh mengekspresikan

ketidaksenangannya dengan cara mengabaikan anak dan mendiamkan anak.

Perhatian remaja lebih diarahkan pada konsekuensi dirinya sendiri bukan terhadap

orang lain.

Anak panti yang mempersepsikan teknik disiplin Love-withdrawal dapat

menjadi kebingungan dan merasa menjadi tidak aman dengan lingkungan tempat

ia berada atau berinteraksi. Pengalaman mereka menjadi terbatas dan

ketidakmatangan mental karena tidak dilatih oleh pengasuh untuk mengambil

keputusan–keputusan dalam hidup anak nantinya. Seperti yang terjadi pada

remaja putri di panti asuhan Muhammadiyah ini, ketika mereka sedang berada

dalam kesulitan dan membutuhkan solusi orang yang lebih dewasa, ibu asuh

membiarkan saja dan hanya mengangguk-angguk dan tidak memberikan solusi

yang tepat. Oleh sebab itu tidak ada feedback correction dari orang tua untuk

anak. Mereka menjadi bingung dan akhirnya cenderung bersikap pasif, tidak

mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hal ini terlihat

apabila remaja tidak melaksanakan piket yang diberikan ibu asuh sehingga

Page 115: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

96

Devi Permata Surya 10050003141

melimpahkan kepada adik kelas, kemudian merokok dan mencuri yang dilakukan

diam-diam. Mereka merasa tidak diperdulikan oleh ibu asuh. Ini dapat

mengakibatkan anak berperilaku, ketakutan dan kecemasan akan ditinggalkan.

Teknik disiplin ini dapat memberikan dampak perilaku pendiam, menyendiri,

menarik diri dari lingkungan sosial, merasa diri inferior dan tidak memiliki

inisiatif sehingga menjadi pasif.

4.2.3 Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin Induction dengan Penyesuaian Sosial

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman (rs)

untuk Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Love Withdrawal) dengan

Penyesuaian Sosial terdapat hubungan sebesar rs = 0,684 yang menurut tabel

Guilford (Subino, 1987:115) termasuk ke dalam kriteria derajat korelasi sedang.

Sedangkan dari hasil pengujian statistik terhadap koefisien korelasinya, diperoleh

hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Persepsi Teknik

Penerapan Disiplin Induction dengan Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18

Tahun pada Panti Asuhan Putri Muhammadiyah di Bandung. Hal ini dapat

diartikan bahwa semakin remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang

diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Induction, maka semakin

baik penyesuaian sosial di lingkungan keluarga dalam hal ini di dalam panti

asuhan Hal ini diperkuat dari data hasil tabulasi silang antara aspek-aspek persepsi

terhadap teknik penerapan disiplin yang dominan dengan baik buruknya

penyesuaian sosial, yang menjelaskan bahwa dari 23 orang remaja putri yang

mempersepsikan Teknik Penerapan Disiplin Induction, sebagian besar 12 orang

Page 116: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

97

Devi Permata Surya 10050003141

memiliki penyesuaian sosial yang baik, sedangkan 11 orang lainnya memiliki

penyesuaian sosial yang buruk. Setelah peneliti melakukan interview pada 11

orang remaja putri yang memiliki penyesuaian sosial yang buruk, diperoleh bahwa

mereka merasa peraturan yang ada di panti asuhan tidak konsisten. Terkadang jika

mereka melakukan pelanggaran, dihukum oleh ibu asuh, namun terkadang tidak.

Bahkan beberapa kali ibu asuh salah menghukum anak yang seharusnya tidak

bersalah karena fitnah dari teman satu panti. Mereka menjadi bingung apa yang

harus dilakukan dan akhirnya melanggar peraturan panti asuhan. Mereka juga

enggan untuk bercerita tentang masalah mereka kepada ibu asuh karena ibu asuh

tidak mau mendengar dan tidak memberikan solusi yang baik untuk permasalahan

mereka. Ini adalah salah satu faktor kesalahpahaman karena tidak adanya timbal

balik antara ibu asuh dan remaja putri.

Seperti yang terjadi pada remaja panti, mereka diajarkan oleh ibu asuh

untuk meminta maaf ketika mereka berbuat kesalahan dengan orang lain. Mereka

merasa bahwa mereka adalah senasib sepenanggungan, oleh karena itu harus

saling menghargai satu sama lain. Ketika mereka memiliki masalah, mereka

saling bertukar pendapat dan saling membantu agar dapat mencari solusi yang

tepat. Dengan saling bertukar pendapat inilah, anak menjadi terbuka dengan

lingkungan baru, berani mengemukakkan pendapat. Teknik disiplin ini baik untuk

mengembangkan moral remaja. Dalam penelitian ini yaitu dalam penyesuaian diri

di lingkungan keluarga yaitu panti asuhan.

Jika melihat teori dari Martin Hoffman, hubungan teknik disiplin dengan

penyesuaian sosial yaitu bila teknik penerapan disiplin Power Assertion yang

Page 117: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

98

Devi Permata Surya 10050003141

dominan diterapkan, anak akan melihat konsekuensi tingkah laku hanya pada

dirinya saja tanpa mempertimbangkan orang lain dan tentu saja hal tersebut

kurang menumbuhkan empati pada anak sehingga anak kurang dapat melakukan

penyesuaian diri di lingkungannya. Teknik penerapan disiplin Power Assertion

memiliki kualitas hukuman yang tinggi. Teknik penerapan disiplin ini bersifat

lebih cepat berakhir karena seolah-olah “meledak”. Anak dipaksa untuk melihat

akibat dari tingkah laku mereka berdasarkan antisipasinya terhadap reaksi

hukuman dari orang tuanya, sehingga anak memandang standar-standar tingkah

lakunya berada di luar dirinya (eksternal).

Teknik disiplin Love Withdrawal dapat menghambat jalinan komunikasi

antara anak dan orang tua, dapat pula menimbulkan kecemasan pada anak,

terutama kecemasan kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, anak

menjadi bingung karena tidak dapat belajar untuk membedakan mana yang baik

dan yang buruk dan merasa insecure, pengalaman menjadi terbatas, dan

ketidakmatangan mental menghambat mereka menjadi takut, cemas dan agresif.

Oleh sebab itu, beberapa diantara mereka yang mempersepsikan teknik penerapan

disiplin Love Withdrawal menjadi kesulitan dalam menyesuaikan dirinya di

lingkungan sosial.

Remaja panti yang menghayati teknik disiplin Induction dapat

menumbuhkan perilaku yang positif, independen, mandiri dalam berpikir dan

berperilaku dan inisiatif dalam bertindak, ada kesempatan alih peran dan tanggung

jawab, mampu mengontrol atau mengendalikan diri dan matang secara moral.

Mereka dapat mengendalikan diri dalam lingkungan tempat ia berada sehingga

Page 118: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

99

Devi Permata Surya 10050003141

memiliki penyesuaian sosial yang baik. Ini terjadi karena remaja merasa bahwa

pengasuh memperlakukan dirinya sebagai individu, menerima dan menghargai

hak–haknya serta memenuhi kebutuhan–kebutuhannya yang dapat membuat

mereka berfikir mandiri, berperilaku terbuka, spontan, simpati dan percaya diri.

Karena pengasuh membimbing dan memperhatikan mereka, maka mereka dapat

merasakan kepuasan sebab mereka mengetahui bahwa mereka diperbolehkan

untuk mengendalikan perilaku sendiri sehingga ini dapat mengajarkan

konsekuensi tingkah laku terhadap dirinya juga pada orang lain yang dapat

mengakibatkan timbulnya perasaan empati dan peduli terhadap orang lain. Teknik

Disiplin ini juga merupakan teknik disiplin yang paling dominan di persepsi oleh

remaja putri di panti asuhan sebanyak 23 orang. Sisanya menyebar pada aspek

Power Assertion dan Love Witdrawal.

Dari hasil tabulasi silang, diketahui remaja putri yang mempersepsikan

Teknik Penerapan Disiplin Induction (positif) sebanyak 12 orang atau sebanyak

30% memiliki penyesuaian diri yang baik. Mereka memiliki minat pada kegiatan

belajar, mematuhi peraturan panti asuhan, mampu menyelesaikan tugas piket

dengan baik, serta mampu mengatasi permasalahan sendiri. Sedangkan 17 orang

lainnya atau sebanyak 70% memiliki penyesuaian diri yang buruk disebabkan

mereka mempersepsikan Teknik Penerapan Disipin Power Assertion Love

Withdrawal (negatif). Mereka kurang memiliki minat pada kegiatan belajar, tidak

mampu menyelesaikan tugas piket dengan baik, tidak mematuhi peraturan panti

asuhan, serta kurang mampu mengatasi permasalahan sendiri.

Page 119: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

100

Devi Permata Surya 10050003141

Menurut interview yang dilakukan pada remaja putri yang memiliki

penyesuaian sosial yang buruk, kebanyakan masalah bukan hanya datang dari diri

sendiri, namun dari luar juga. Mereka malas untuk menyelesaikan tugas piket

yang telah dijadwalkan untuk mereka setiap hari, sehingga beberapa dari mereka

menyuruh junior mereka untuk menggantikan tugas piket mereka. Mereka juga

mengetahui bahwa ada peraturan yang melanggar dengan tegas untuk tidak boleh

berpacaran, namun mereka tetap melanggar. Ada yang melakukan pelanggaran

secara sembunyi-sembunyi dan yang lain menutupinya disebabkan karena tidak

ingin bertengkar atau malah mereka melakukan pelanggaran yang sama sehingga

tidak saling melapor kepada ibu pengurus panti. Kebanyakan dari mereka curhat

kepada ibu pengurus panti, tidak didengarkan atau cuek sehingga mereka memilih

untuk memendam atau menceritakan masalah mereka pada teman sekamar

mereka. Beberapa dari mereka ada yang menutup diri dan lebih senang

menyelesaikan segala sesuatunya sendiri. Ini merupakan salah satu faktor

kepribadian dari masing-masing anak. Peraturan yang diberikan oleh panti asuhan

seperti pemberian insentif berupa tambahan uang jajan tidak selalu dilakukan oleh

ibu pengurus menyebabkan remaja putri memberikan cap kepada ibu pengurus

bahwa panti asuhan tidak konsekuen dalam menerapkan peraturan, sehingga

mereka bermalas-malasan untuk melakukan kewajiban mereka sendiri. Keinginan

mereka untuk berpacaran dipicu faktor dari dalam diri dan luar diri karena tidak

ingin dianggap tidak gaul. Beberapa dari mereka telah dididik sejak kecil sebelum

masuk ke dalam panti asuhan agar menghargai diri mereka sendiri. Kemudian

sebab lainnya yaitu, mereka merasa peraturan yang ada di panti asuhan tidak

Page 120: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

101

Devi Permata Surya 10050003141

konsisten. Terkadang jika mereka melakukan pelanggaran, dihukum oleh ibu

asuh, namun terkadang tidak. Mereka menjadi bingung dan akhirnya melanggar

peraturan panti asuhan.

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa setiap pemaknaan remaja

terhadap Teknik Penerapan disiplin memberikan peluang kepada remaja untuk

menghasilkan penyesuaian sosial yang baik atau buruk. Hal ini dapat terlihat dari

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat remaja putri yang

mempersepsikan Teknik Penerapan Disiplin positif sehingga penyesuaian

sosialnya menjadi menjadi baik, serta ada pula remaja putri yang mempersepsikan

Teknik Penerapan Disiplin yang negatif sehingga penyesuaian sosialnya di panti

asuhan menjadi buruk.

Menurut Hurlock (1993:83) dengan adanya disiplin, individu dapat belajar

berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat dan sebagai hasilnya diterima

oleh anggota kelompok sosial mereka. Dalam penerapan disiplin inilah yang

nantinya akan dipersepsi oleh remaja dan mempengaruhi proses penyesuaian

dirinya di lingkungan. Disiplin sangat diperlukan untuk anak dan remaja karena

dapat memenuhi beberapa kebutuhan tertentu untuk memperbesar kebahagiaan

dan penyesuaian pribadi dalam hal ini yaitu penyesuaian sosial remaja. Dengan

disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang

ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan.

Disiplin dapat membantu anak mengembangkan hati nurani “suara hati”

sebagai pembimbing dalam mengambil keputusan dan mengendalikan perilaku

mereka. Dengan disiplin juga dapat membantu anak menghindari perasaan

Page 121: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

102

Devi Permata Surya 10050003141

bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah menyebabkan perasaan yang

pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk

menyebabkan disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui

kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. Disiplin

yang sesuai dengan perkembangan yang berfungsi sebagai motivasi pendorong

ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan dari dirinya.

Remaja di panti asuhan dapat mengembangkan perilaku yang sesuai

dengan lingkungan apabila ia memaknakan bahwa perlakuan pengasuh dapat

memenuhi kebutuhannya, tetapi sebaliknya apabila perlakuan pengasuh

dimaknakan sebagai penghambat pemenuhan kebutuhannya maka dapat

menimbulkan frustasi yang akan mengganggu proses penyesuaian diri remaja di

dalam panti asuhan.

Dengan adanya faktor–faktor yang dikemukakan oleh remaja putri

tersebut, menunjukkan bahwa Persepsi Teknik Penerapan Disiplin bukan satu–

satunya faktor yang menentukan penyesuaian sosial. Terdapat faktor–faktor lain

yang juga mempengaruhi Persepsi Teknik Penerapan Disiplin dengan

Penyesuaian sosial remaja putri.

Dilihat dari hal-hal di atas, maka dapat diuraikan bahwa ketika remaja

putri mempersepsikan Teknik Penerapan Disiplin secara positif, maka

penyesuaian sosial mereka di lingkungan panti asuhan menjadi baik. Namun jika

mereka mempersepsikan Teknik Penerapan Disiplin secara negatif, maka

penyesuaian sosial mereka di lingkungan panti asuhan menjadi buruk.

Penyesuaian yang baik ini dicirikan oleh kemampuan dari diri individu untuk

Page 122: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

103

Devi Permata Surya 10050003141

memberikan respon yang efisien, matang, memuaskan, dan bermanfaat sehingga

dapat menyesuaikan dirinya dengan baik di lingkungan sosialnya (Scheneiders,

1964: 51).

Pada umumnya orang tua menggunakan salah satu teknik penerapan

disiplin seperti yang dikemukakan di atas secara dominan, yang bertujuan untuk

mengarahkan, mengontrol bahkan mengubah perilaku anak dalam kehidupan

sehari-hari agar diterima oleh kelompok sosial mereka, atau dapat juga dikatakan

orang tua menanamkan disiplin pada anak agar dapat melakukan penyesuaian di

lingkungan sosialnya.

Page 123: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

104

Devi Permata Surya 10050003141� �

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan, maka diperoleh

kesimpulan, terdapat hubungan antara persepsi teknik penerapan disiplin dengan

penyesuaian sosial pada remaja putri usia 15-18 tahun pada Panti Sosial Asuhan

Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung:

1. Bahwa antara persepsi remaja putri terhadap teknik penerapan disiplin

Power Assertion dengan penyesuaian sosial yang rendah di panti asuhan

Muhammadiyah, terdapat hubungan negatif yang signifikan artinya

semakin remaja putri mempersepsikan teknik penerapan disiplin Power

Assertion maka semakin buruk penyesuaian sosialnya di panti asuhan

Muhammadiyah

2. Bahwa antara persepsi remaja putri terhadap teknik penerapan disiplin

Love Withdrawal dengan penyesuaian sosial yang rendah pada remaja

putri di panti asuhan, terdapat hubungan negatif yang signifikan artinya

bahwa semakin Love Withdrawal persepsi remaja terhadap teknik

penerapan disiplin maka semakin buruk penyesuaian sosial remaja di

panti asuhan.

3. Bahwa antara persepsi remaja terhadap teknik disiplin Induction dengan

penyesuaian sosial yang tinggi pada remaja putri di panti asuhan, terdapat

hubungan positif yang signifikan artinya bahwa semakin Induction

Page 124: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

105

Devi Permata Surya 10050003141

persepsi remaja terhadap teknik penerapan disiplin maka akan semakin

baik penyesuaian sosial remaja pada panti asuhan Muhammadiyah

4. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa persepsi teknik penerapan

disiplin Induction memiliki nilai korelasi paling tinggi dengan penyesuaian

sosial. Aspek tersebut memiliki hubungan ke arah positif artinya semakin

positif persepsi teknik penerapan disiplin Induction maka semakin baik

penyesuaian sosial remaja putri usia 15-18 tahun pada Panti Asuhan Sosial

Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung.

5. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, remaja yang

mempersepsikan teknik penerapan disiplin Power Assertion sebanyak 4

orang atau 10%, keseluruhannya memiliki penyesuaian sosial yang buruk.

Remaja yang mempersepsikan teknik penerapan disiplin Love Withdrawal

sebanyak 13 orang atau 32,5 %, keseluruhannya memiliki penyesuaian

sosial yang buruk. Sedangkan teknik penerapan disiplin Induction

sebanyak 23 orang yaitu 11 orang memiliki penyesuaian sosial yang buruk

dan 12 orang memiliki penyesuaian sosial yang baik. Dilihat dari hasil

pengolahan data, diperoleh temuan lain bahwa 12 orang remaja putri yang

mempersepsikan teknik penerapan disiplin Induction memiliki

penyesuaian sosial yang baik, ini disebabkan karena faktor-faktor lain

seperti pola asuh keluarga, kepribadian masing-masing anak, budaya serta

latar belakang keluarga sebelum remaja memasuki panti asuhan.

Page 125: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

106

Devi Permata Surya 10050003141

5.2 Saran

Setelah memperhatikan data yang diperoleh dari hasil penelitian, bahwa

teknik penerapan disiplin mempunyai hubungan dengan penyesuaian sosial

remaja putri di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah di

Bandung, maka terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan, yaitu:

1. Bagi ibu asuh serta para pengasuh yang terlibat didalamnya, hendaknya

lebih baik menggunakan teknik penerapan disiplin Induction, karena

menurut hasil penelitian diperoleh bahwa remaja putri yang

mempersepsikan teknik penerapan disiplin Induction memiliki

penyesuaian sosial yang lebih baik daripada remaja yang mempersepsikan

teknik penerapan disiplin Power Assertion dan Love Withdrawal.

2. Ibu asuh juga diharapkan untuk lebih konsisten dalam menerapkan

peraturan panti asuhan, seperti pemberian insentif atau hadiah kepada

remaja putri yang mematuhi peraturan sesuai dengan peraturan yang

diterapkan di dalam panti asuhan. Ibu asuh juga hendaknya menjaga

komunikasi, mendengarkan anak asuh bercerita tentang masalah

pribadinya atau sekolah untuk membantu remaja agar merasa diakui dan

dihargai. Sesuai dengan indikator pada penyesuaian sosial bahwa faktor

lingkungan tempat anak berada sangat mempengaruhi penyesuaian yang

baik bagi anak.

3. Orang dewasa lain seperti ibu/bapak pengurus panti lain yang terlibat di

dalammnya juga hendaknya memperhatikan, mendampingi, menanamkan

Page 126: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

107

Devi Permata Surya 10050003141

nilai-nilai tanggung jawab pada mereka dan menumbuhkan perilaku positif

yang membantu remaja putri mencapai penyesuaian sosial yang baik.

Page 127: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

ix

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, Prof. Dr., dan Asrori, Mohammad, Prof. Dr., 2005. Psikologi Remaja

perkembangan-peserta didik. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr., 2003. Manajemen Penelitian. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Atkinson, Richard, C. Pengantar Psikologi, edisi kesebelas, jilid 1 . Penerbit: Erlangga, Jakarta.

Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Penerbit: PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Direktorat Kesejahteraan Anak dan Keluarga. 1979 : Pedoman Panti Asuhan, Departemen

Sosial: Direktorat Jenderal Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial.

Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. Jilid 1. Yogyakarta : Andi, Yogyakarta.

Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan. Alih bahasa Istiwiyanti dan Soedjarwo.

Edisi ketujuh. 002. PT Rineke Cipta: Jakarta.

Morgan, Clifford. T. 1986. Human Behavior In The Social Environment. Pea Cock Publisher Inc.

Morgan, C. T. 1986. Introduction to Psychology, seventh edition, international edition. Penerbit:

McGraw-Hill book Company, Singapore.

Pareek, Udai. 1983. Perilaku organisasi, seri manajemen no.98. Penerbit: PT. Pustaka Binaman

Pressindo, Jakarta.

Santrock, J. W. 2003. Adolescence–Perkembangan Remaja. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Santrock, J. W. 2002. Life–Span Development. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Schneiders, Alexander A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. Penerbit Holt, Rinehart

and Winston, New York.

Saifuddin, Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 128: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

x

Shaffer, David. 1994. Social and Personality Development. Brooks/Cole Publishing Company:

California.

Sitepu, Nirwana S.K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Fakultas MIPA Unpad.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Gramedia

Sudjana, DR., M.A.,M.Sc. 1996. Metolologi Penelitian. Edisi 6. Penerbit: Tarsito, Bandung.

Subino. 1987. Konstruksi Tes dan Analisis. Jakarta : Departemen P dan K.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga.

Penerbit: Balai Pustaka, Jakarta.

Page 129: 01 COVER & LEMBAR PENGESAHAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1941_Fulltext-up.pdf · asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan

Fulltext ini tidak bisa ditampilkan semua 

dikarenakan ukuran Filenya besar 

silahkan hubungi petugas !! 

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA