PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1790_Fulltext-up.pdfUPT...
Transcript of PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-1790_Fulltext-up.pdfUPT...
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN
KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN
CV. NIFTRASOFT BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Melengkapi Salah Satu Prasyarat Menempuh Ujian
Sidang Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung
Oleh :
SUSI MARTINI
NPM 10050004134
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2010
i
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN
KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN
CV. NIFTRASOFT BANDUNG
NAMA : SUSI MARTINI
NPM : 10050004134
Bandung, Oktober 2010
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
Menyetujui,
Hj. Lelywati I.S Dra, M.Psi Oki Mardiawan, M.Psi.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. H. Umar Yusuf, M.Si
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam bandung
ii
��������
������� ���� ����������������� ���������������� ��������������� �����
���������������������������� ������������������������ ��������� ��� ��
��� ����� ��� ������������� �������� ��� ��� ����������������
� ��! ��������"#���$�%��
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim,
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat ALLAH SWT atas limpangan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas akhir dan
guna memenuhi persyaratan untuk menempuh ujian sidang sarjana di Fakultas
Psikologi Universitas Islam Bandung. Skripsi ini berjudul HUBUNGAN
ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA
KARYAWAN CV. NIFTRASOFT BANDUNG.
Sebagai penulis saya sangat menyadari bahwa skripsi ini sangat mungkin
terdapat kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan saya sebagai
manusia, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT, bagaimanapun
saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencurahkan semua potensi yang
telah diberikan oleh ALLAH SWT kepada saya. Alhamdulillah berkat do’a,
bantuan dan dukungan yang tiada hentinya dari berbagai pihak, penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan, maka dari lubuk hati yang paling dalam, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dan Mamah tercinta, yang tiada henti-hentinya memberikan dorongan,
dukungan, do’a, perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis.
iv
2. Ibu Hj. Lelywati I. S., Dra., M.Psi., selaku pembimbing I yang telah sabar
membimbing penulis, memberikan masukan, saran, ilmu pengetahuan dan
pemikiran untuk keberhasilan menyelesaikan skripsi ini.
3. Kang Oki Mardiawan, M.Psi., selaku pembimbing II yang senantiasa
memberikan waktu, motivasi, saran, ilmu, pengetahuan dan pemikirannya
dalam membimbing penulis untuk keberhasilan menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak DR. Umar Yusuf, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi UNISBA.
5. Ibu Lisa Widawati, Dra., M.Psi, selaku dosen wali yang telah banyak
memberikan waktu, motivasi, nasehat, dukungan, do’a dan pengetahuannya
selama ini.
6. Kang Ali Mubarok, M.Psi. yang telah memberikan motivasi, ilmu
pengetahuan, saran dan masukan yang sangat membantu penulis dalam
memperbaiki jalan penelitian ini.
7. Ibu Hj. Endang Pudjiastuti, Dra., M.Pd. dan Ibu Lilim Halimah, BHSc.
MHPSY yang telah memberikan masukan yang sangat membantu penulis
dalam memperbaiki penelitian ini.
8. Seluruh jajaran Fakultas Psikologi UNISBA, dosen dan staff yang telah
membantu saya selama menuntut ilmu di Fakultas Psikologi.
9. Bapak Ir. Kamaludin, M.Sc., sebagai pemilik perusahaan CV. Niftrasoft,
terimakasih telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di CV. Niftrasoft Bandung.
v
10. Bapak Yeddy Andriansyah, ST dan ibu Yeni Nurhidayani selaku HRD di
perusahaan CV. Niftrasoft Bandung, yang telah memberikan bantuan, waktu
dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Seluruh karyawan CV. Niftrasoft, terimakasih sudah mau membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi.
12. Sahabatku Nur Indra Purnomo, yang selalu setia menemani penulis,
memberikan motivasi dan meluangkan waktunya membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi UNISBA angkatan 2004,
terima kasih atas bantuan, dorongan, do’a serta pertemannnya selama ini.
14. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga seluruh kebaikan yang telah diberikan kepada penulis terima,
dibalas oleh ALLAH SWT, Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi orang yang tidak pernah berhenti
untuk belajar.
Bandung, Agustus 2010
Penulis
vi
ABSTRAK
SUSI MARTINI. 10050004134. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Komitmen Organisasi Pada Karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
CV. Niftrasoft merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perangkat lunak (Software). Melalui wawancara dari pihak HRD, diketahui bahwa ada penurunan kinerja karyawan dan sering terjadi keluar masuknya karyawan. Setelah ditelusuri ternyata terdapat karyawan yang menunda-nunda pekerjaan, bermalas-malasan ketika tidak ada atasan, meninggalkan kantor pada jam kerja, dan terlambat masuk kerja. Setelah dilakukan wawancara terhadap karyawan, mereka mengeluhkan mengenai apa yang mereka rasakan di perusahaan, seperti tidak adanya tunjangan kesehatan, tidak adanya jenjang karir, ketidak jelasan jalur komunikasi, terjadinya overload, dsb. Keluhan-keluhan tersebut menunjukkan adanya ketidakpuasan karyawan yang lambat laun dapat mempengaruhi komitmen mereka terhadap organisasi. Namun demikian, pada kenyataannya terdapat karyawan yang masih bertahan di perusahaan lebih dari satu tahun, walaupun mereka merasa tidak puas. Dari fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apa yang mendasari mereka untuk tetap bertahan di perusahaan tersebut.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung. Dimana menurut Allen & Meyer, terdapat 3 dimensi komitmen organisasi yaitu berdasarkan affective commitment, continuance commitment dannormative commitment. Metode yang digunakan adalah metoda korelasional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sebanyak 18 orang karyawan. Hipotesis penelitian ini adalah ”Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi affective commitment, continuance commitment dannormative commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung. Statistik uji yang digunakan adalah dengan teknik korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil pengolahan data diperolah rs = 0.564, yang berarti terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan affective commitment pada karyawan, dengan keeratan sedang. Artinya semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi affective commitment. Sedangkan rs = -0.299, maka tidak terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan continuance commitment pada karyawan. Dan rs = 0.081, maka tidak terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan normative commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PEGESAHAN ........................................................................... i
MOTTO ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL, SKEMA DAN DIAGRAM .......................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 12
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 19
1.4 Bidang Kajian ..................................................................................... 19
1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................................. 20
BAB II TINJAUAN TEORETIS ........................................................... 21
2.1 Definisi Kepuasan Kerja ...................................................................... 21
2.1.1 Teori Kepuasan Kerja .................................................................. 23
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja .................... 24
2.1.3 Profil Karyawan Puas ................................................................. 31
2.1.4 Reaksi-Reaksi Terhadap Ketidakpuas .......................................... 32
2.1.5 Memperbaiki Ketidakpuasan Kerja ............................................. 35
viii
2.2 Definisi Komitmen Organisasi ............................................................. 36
2.2.1 Dimensi-Dimensi Komitmen ....................................................... 37
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen ............................ 42
2.2.3 Proses Terbentuknya Komitmen Karyawan ................................. 43
2.2.4 Dampak Komitmen Karyawan ..................................................... 46
2.2.5 Meningkatkan Komitemn ............................................................ 49
2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 52
2.3 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 61
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 62
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 62
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 62
3.3 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian ..................... 62
3.3.1 Variabel Kepuasan Kerja ............................................................. 62
3.3.2 Variabel Komitmen Organisasi .................................................... 64
3.4 Alat Ukur ........................................................................................... 66
3.4.1 Angket Kepuasan Kerja ............................................................... 66
3.4.2 Angket Komitmen Organisasi ...................................................... 70
3.5 Populasi dan Sampel ............................................................................ 72
3.6 Pengujian Alat Ukur ............................................................................. 72
3.6.1 Uji Validitas ................................................................................ 73
3.6.2 Uji Reliabilitas ............................................................................ 74
3.6.3 Hasil Uji Coba Alat Ukur ............................................................ 76
3.6.4 Perhitungan Median ..................................................................... 76
ix
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................ 77
3.7.1 Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman ........................................ 77
3.7.2 Uji Signifikansi rs ........................................................................ 79
3.8 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 80
3.9 Prosedur Pelaksanaan ........................................................................... 81
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 83
4.1 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian .................................................... 83
4.1.1 Hasil Korelasi Antara Kepuasan Kerja dengan
Affective Commitment .................................................................. 83
4.1.2 Hasil Korelasi Antara Kepuasan Kerja dengan
Continuance Commitment ............................................................ 85
4.1.3 Hasil Korelasi Antara Kepuasan Kerja dengan
Normative Commitment ............................................................... 86
4.2. Hasil Tabulasi Silang ............................................................................. 87
4.2.1 Hasil Tabulasi Silang kepuasan kerja dengan affective commitment
pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung ....................................... 87
4.2.2 Hasil Tabulasi Silang kepuasan kerja dengan continuance commitment
pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung ...................................... 88
4.2.3 Hasil Tabulasi Silang Kepuasan kerja dengan normative commitment
pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung ....................................... 89
4.3 Gambaran Kepuasan Kerja Karyawan CV. Niftrasoft Bandung ............ 90
4.4 Gambaran affective commitment, continuance commitment,
normative commitment CV. Niftrasoft Bandung ................................... 92
x
4.5 Pembahasan ......................................................................................... 93
4.5.1 Pembahasan data hasil penelitian hubungan antara kepuasan
kerja dengan affective commitment .............................................. 93
4.5.2 Pembahasan data hasil penelitian hubungan antara kepuasan
kerja dengan continuance commitmen .......................................... 96
4.5.3 Pembahasan data hasil penelitian hubungan antara kepuasan
kerja dengan normative commitmen ............................................. 100
4.5.4 Pembahasan kepuasan kerja karyawan CV. Niftrasoft Bandung ... 103
4.5.5 Pembahasan Komitmen Karyawan Terhadap Organisasi .............. 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 115
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 115
5.2 Saran ................................................................................................... 116
5.2.1 Saran bagi penelitian selanjutnya................................................. 116
5.2.2 Saran bagi pihak perusahaan CV. Niftrasoft Bandung ................. 117
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 122
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL, SKEMA DAN DIAGRAM
Tabel
3.1 Skor Kuesioner Kepuasan Kerja ........................................................ 67
3.2 Kisi-kisi Item Kepuasan Kerja ........................................................... 67
3.3 Skor Kuesioner Komitmen ................................................................ 70
3.4 Kisi-kisi Item Komitmen ................................................................... 71
3.5 Koefisien Guilford ............................................................................. 75
4.1.1 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman Antara Kepuasan Kerja
dengan Affective Commitment ........................................................... 84
4.1.2 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman Kepuasan Kerja dengan
Continuance Commitment .................................................................. 85
4.1.3 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman Kepuasan Kerja dengan
Normative Commitment ..................................................................... 86
4.2.1 Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan kerja dengan affective
commitment ....................................................................................... ... 87
4.2.2 Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan Kerja dengan continuance
commitment ....................................................................................... 88
xii
4.2.3 Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan Kerja dengan Normative
commitment ....................................................................................... 89
4.3 Kepuasan Kerja karyawan ................................................................. 90
4.3.1 Dimensi – dimensi Kepuasan Kerja ................................................... 91
4.4 Komitmen Organisasi ........................................................................ 92
Skema
2.1 Hypothetical Model dari Job Satisfaction Determinants ..................... 30
2.2 Skema Berpikir .................................................................................. 60
Diagram
4.5.1 Tabulasi silang kepuasan kerja dan affective commitment .................. 94
4.5.2 Tabulasi silang antara kepuasan kerja dengan continuance commitment 98
4.5.3 Tabulasi silang kepuasan kerja dengan normative commitment .......... 100
4.5.4.1 Gambaran kepuasan kerja karyawan CV. Niftrasoft Bandung ............ 103
4.5.4.2 Prosentase ketidak puasan karyawan pada tiap dimensi pekerjaan...... 106
4.5.5 Gambaran komitmen organisasi ......................................................... 111
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Uji Validitas Kepuasan Kerja ............................................................. lampiran 1
Komitmen Organisasi ........................................................................ lampiran 2
Reliabilitas Kepuasan Kerja ............................................................... lampiran 3
Reliabilitas Komitmen Organisasi ...................................................... lampiran 3
Data Mentah Kepuasan Kerja (selisih harapan dan kenyataan) ........... lampiran 4
Data Mentah Komitmen Karyawan Terhadap Organisasi ................... lampiran 5
Data Mentah Dimensi-Dimensi Kepuasan Kerja ................................ lampiran 6
Kriteria Dimensi Kepuasan Kerja ....................................................... lampiran 7
Kriteria Tingkat Kepuasan Kerja Berdasarkan Perhitungan Median ... lampiran 8
Kriteria Tingkat Komitmen Organisasi Berdasarkan
Perhitungan Median ........................................................................... lampiran 8
&�
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Softrware atau perangkat lunak merupakan suatu program atau sistem
yang dirangkai sedemikian rupa untuk menjalankan perintah pengguna (user),
agar mempermudah dalam bekerja. Software dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan dari user, biasanya digunakan dalam dunia bisnis, industri, suatu
instansi, dll. Dengan adanya software, suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan
lebih cepat, mudah dan efisien.
Saat ini software telah menjadi kebutuhan dalam hidup manusia untuk
mempermudah menyelesaikan pekerjaan dengan menggunakan media komputer.
Pentingnya software ini, menjadi semakin meningkatnya permintaan pasar dalam
pembuatan software yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Salah satu
perusahaan di Bandung yang menghasilkan suatu produk berupa software untuk
komputer yaitu CV. Niftrasoft. Perusahaan ini memproduksi bermacam-macam
software dan juga menerima pembuatan software sesuai dengan keinginan dari
konsumen. Produk yang dihasilkan berupa software absensi, accounting, software
untuk Rumah Sakit, Rumah Makan, Hotel, perpustakaan, warnet, rental, dan lain
sebagainya.
Perusahaan CV. Niftrasoft berdiri pada tahun 2003 di bawah naungan CV.
Niftra Multi Jasa. Perjalanan menuju didirikannya CV. Niftra Multi Jasa berawal
sejak tahun 1990, dengan konsep usaha personal enterpreunership dalam bidang
'���!�( ������� � � )�
�
teknologi telekomunikasi. Seiring dengan bertambahnya sumber daya manusia
dan bertambah majunya perusahaan ini, maka pada tahun 2003 dibentuklah suatu
struktur organisasi, visi dan misi, aturan untuk para karyawannya. Kini
karyawannya telah mencapai sekitar 64 orang yang tersebar di kantor pusat dan
cabang yang berada di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Sudah banyak tempat-
tempat usaha di Bandung yang menjadi pelanggan dari perusahaan ini. CV.
Niftrasoft dipimpin oleh seorang pemimpin yang sekaligus sebagai owner atau
pemilik perusahaan. Owner memiliki kewenangan penuh dalam pembuatan
keputusan dan penetapan suatu kebijakan di perusahaan tersebut.
Untuk memperbaiki sistem yang ada di perusahaan, maka pada awal tahun
2010 perusahaan CV. Niftrasoft mulai menuju pada suatu sistem baru yang
disebut sebagai QMS (Quality Management System), yang berasal dari
Management Mutu ISO 9000. Dibentuklan struktur organisasi yang baru, visi dan
misi, pembuatan alur kerja serta pembuatan SOP (Standard Operational
Procedure). Hingga saat ini sistem baru tersebut masih pada tahap sosialisasi atau
pengenalan kepada para karyawan dan sedikit demi sedikit mulai di jalankan.
Kebanyakan karyawan mendukung manajemen yang baru tersebut dan berharap
dapat meningkatkan mutu perusahaan.
Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas dan semangat kerja para
karyawannya, CV. Niftrasoft memberikan sistem reward dalam bentuk uang bagi
karyawan yang memiliki kehadiran penuh dalam sebulan yaitu 26 hari dan uang
tambahan untuk bagian tertentu. Misalnya uang transport untuk bagian marketing
dan teknisi. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa orang
'���!�( ������� � � *�
�
karyawan, karyawan merasa untuk mencapai reward tersebut cukup sulit (untuk
didapat), karena kehadiran mereka harus penuh selama satu bulan dan apabila
sakit atau tidak masuk satu hari saja maka imbalan itu tidak berlaku lagi. Jarang
sekali karyawan yang mendapatkan reward kehadiran dan menjadikan karyawan
tidak mengharapkan reward tersebut. Namun setiap bulannya ada saja karyawan
yang mampu mendapat reward kehadiran, yaitu antara 3 sampai 8 orang dan
kebanyakan tiap bulannya didapat oleh orang yang sama pula.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik perusahaan dan bagian
HRD, bahwa di CV. Niftrasoft telah terjadi penurunan pendapatan perusahaan dan
juga penurunan kinerja para karyawannya. Menurut penuturan mereka, terdapat
karyawan yang sering bermalas-malasan pada saat jam kerja terutama ketika tidak
ada pimpinan atau owner, meninggalkan kantor pada jam kerja, kehadiran
menurun dan karyawan banyak yang tidak bertahan lama bekerja di perusahaan
tersebut. Menurut penuturan dari pimpinan, kebanyakan karyawannya bekerja
hanya sebagai batu loncatan saja. Setelah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
mereka biasanya keluar dari perusahaan.
Seringnya terjadi keluar masuk karyawan (Turn over), menyebabkan
perusahaan mendapatkan kerugian waktu dan biaya yang dikelurkan untuk
merekrut karyawan baru. Adapun perilaku karyawan yang kelur dari perusahaan
ini, yaitu dikarenakan karyawan sendiri yang mengundurkan diri, adanya masalah
personal antara karyawan dengan pihak perusahaan, habisnya masa kontrak, dan
pemberhentian kerja oleh perusahaan. Karyawan yang mengundurkan diri
biasanya memiliki alasan bahwa ia memiliki pekerjaan yang baru di tempat lain,
'���!�( ������� � � #�
�
tidak puas dengan pendapatan yang diperoleh, tidak puas dengan kebijakan
perusahaan, dan lain sebagainya.
Selain itu, di CV. Niftrasoft terdapat pula keluhan-keluhan yang
disampaikan oleh pihak konsumen. Keluhat tersebut misalnya saja software yang
dibeli terjadi error atau kerusahan, pengerjaan atau pemasangan produk yang
tidak sesuai dengan kesepakatan, misalnya lebih lama pengerjaannya dari
perjanjian yang telah disepakati, dan pelayanan yang kurang memuaskan, seperti
datang tidak tepat waktu atau pelayanan yang kurang ramah terhadap konsumen.
Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan suatu permasalah yang terjadi
di perusahaan CV. Niftrasoft Bandung, yang apabila terus berlanjut maka dapat
membuat perusahaan mengalami kerugian seperti menurunya pendapatan
perusahaan dan pencitraan yang kurang baik di mata konsumen.
Karyawan yang mengundurkan diri atau keluar dari perusahaan,
menunjukkan bahwa karyawan tersebut memiliki komitmen organisasi yang
rendah atau bahkan tidak memiliki komitmen terhadap perusahaan CV. Niftrasoft
Bandung. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi akan lebih dapat
bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan karyawan yang tidak
memiliki komitmen terhadap organisasi, Allen dan Meyer (1996). Karyawan
yang tidak memiliki komitmen organisasi, ia merasa bahwa dirinya tidak memiliki
keterikatan dan bukan bagian dari organisasi, sehingga mereka tidak perduli
dengan permasalah yang terjadi di perusahaan dan memiliki keinginan untuk tidak
melanjutkan keanggotaannya. Karena dengan keluar dari organisasi, merupakan
satu-satunya cara bagi mereka agar terbebas dari permasalahan dan mereka akan
'���!�( ������� � � +�
�
mencari pekerjaan lain yang lebih baik dibandingkan dengan pekerjaannya saat
ini.
Akan tetapi, selain terjadinya turnover, terdapat pula karyawan yang
masih bertahan di perusahaan CV. Niftrasoft Bandung. Berdasarkan data yang
diperoleh dari perusahaan, sampai saat ini terdapat sekitar 20 karyawan yang telah
bekerja di CV. Niftrasoft yang minimal lebih dari satu tahun. Dari hasil
wawancara terhadap beberapa karyawan tersebut, mereka tetap bertahan di
perusahaan hingga saat ini karena mereka merasa nyaman bekerja di perusahaan
CV. Niftrasoft dan nyaman dengan hubungan yang telah terjalin dengan rekan
sekerja maupun owner. Mereka juga merasa telah menjadi bagian dari perusahaan
dan merasa bahwa masalah yang dihadapi oleh perusahaan merupakan
masalahnya juga, sehingga mereka memiliki keinginan untuk memajukan
perusahaan dan melanjutkan keanggotaannya. Salah satu bentuk kontribusi dan
kepedulian mereka terhadap perusahaan yaitu mereka selalu memberikan saran
dan masukan yang membangun, serta berupaya untuk memberikan pelayanan
yang terbaik bagi konsumen. Misalnya bersedia memberikan pelayanan di luar
jam kerja bagi konsumen yang membutuhkan.
Terdapat pula alasan lain yang membuat mereka tetap bertahan di
perusahaan yaitu karena mereka juga membuat pertimbangan-pertimbangan
apabila mereka bekerja di perusahaan lain. Selain sulitnya mendapat pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian mereka, juga dengan meninggalkan perusahaan dan
bekerja di tempat lain berarti mereka harus memulai karir dari awal lagi di tempat
tersebut, dan belum tentu mereka merasa nyaman atau memperoleh apa yang telah
'���!�( ������� � � $�
�
didapat di perusahaan CV. Niftrasoft. Kemudian sebagian yang lain juga memiliki
alasan bahwa mereka tetap bertahan di perusahaan yaitu karena terdapatnya tugas
pekerjaan yang harus mereka selesaikan dan mereka terikat oleh kontrak kerja
dengan perusahaan. Sehingga mereka harus menunaikan perjanjian yang telah di
sepakati ketika mereka masuk kerja. Walaupun alasan yang disampaikan oleh
karyawan beragam, akan tetapi perilaku tetap bertahan di perusahaan tersebut
merupakan salah satu bentuk terdapatnya komitmen organisasi pada karyawan
CV. Niftrasoft Bandung.
Sebalinya, perilaku tidak masuk kerja dan bermalas-malasan saat bekerja,
merupakan indikasi dari lemahnya komitmen organisasi pada karyawan.
Walaupun saat ini mereka masih tetap bekerja, namun pada suatu waktu mereka
dapat saja keluar dari perusahaan. Untuk lebih jelasnya mengapa karyawan
memiliki komitmen yang rendah terhadap perusahaan, peneliti juga melakukan
wawancara lebih lanjut terhadap beberapa orang karyawan baik yang belum
bekerja satu tahun sampai yang telah bekerja lebih dari satu tahun. Berdasarkan
hasil wawancara yang diperoleh, karyawan mengungkapkan berbagai keluhan-
keluhan yang mereka rasakan mengenai perusahaan dan pekerjaan mereka.
Berikut akan diuraikan mengenai keluhan-keluhan dari para karyawan.
Hal pertama yang dikeluhkan oleh karyawan yaitu mengenai tidak adanya
tunjangan kesehatan yang diberikan oleh perusahaan. Keluhan ini kebanyakan
dikeluhkan oleh karyawan yang telah bekerja cukup lama, yaitu sekitar satu tahun.
Menurut mereka tunjangan kesehatan dirasa sangat diperlukan untuk menjamin
kesehatan dan keselamatan kerja. Alasan lain juga yaitu dikarenakan mereka
'���!�( ������� � � ,�
�
melihat bahwa di perusahaan lain pun tunjangan kesehatan ini telah diberlakukan
sedangkan di CV. Niftrasoft belum ada. Pihak manajemen mengatakan bahwa
perusahaan merasa belum siap untuk memberikan tunjangan kesehatan kepada
karyawannya. Mereka berencana tunjangan kesehatan ini akan mulai diberikan
kepada karyawan yang telah lama, misalnya telah bekerja selama 2 tahun lebih,
atau karyawan yang telah diangkat menjadi karyawan tetap oleh owner. Akan
tetapi sampai sekarang belum ada keputusan yang pasti mengenai kebijakan ini
dari owner.
Keluhan yang kedua, yaitu mengenai alur kerja yang tidak jelas atau
koordinasi kerja dari atasan ke bawahan, ataupun sebaliknya. Menurut mereka, di
perusahaan sering terjadi overload, yaitu melakukan pekerjaan yang sebenarnya
bukan dari tugasnya. Overload disini adalah misalnya seorang karyawan
melimpahkan tugasnya kepada karyawan lain, atau owner memberikan tugas
langsung kepada karyawan tanpa melewati manajer di bidangnya. Hal tersebut
menyebabkan tidak tertatanya jalur komunikasi dan menyebabkan kebingungan
para karyawan. Disatu sisi mereka harus menjalankan tugas dari atasan mereka
(manajer), disatu sisi lain mereka juga merasa segan dan tidak mampu menolak
perintah owner. Sehingga karyawan melakukan pekerjaan di luar job description
mereka, arah komunikasi menjadi tidak jelas dan dapat menyebabkan terjadinya
kekeliruan antara karyawan dengan manajernya. Begitu pula sebaliknya,
karyawan lebih senang membicarakan pekerjaan mereka langsung kepada owner,
dibanding kepada manajer mereka. Hal ini disebabkan karena mereka merasa
lebih dekat dengan owner dibanding dengan manajer.
'���!�( ������� � � %�
�
Keluhan ketiga yang disampaikan oleh karyawan, yaitu mengenai
penetapan status mereka yang kurang jelas. Ketika awal bekerja karyawan disebut
sebagai karyawan kontrak. Apabila masa kontraknya telah habis sesuai dengan
perjanjian, maka karyawan tersebut ada kemungkinan untuk dikeluarkan atau
terus bekerja sesuai dengan kriteria penilaian dari owner. Menurut karyawan,
kebijakan di perusahaan masih belum jelas dalam penetapan status karyawan
apakah ia masih karyawan kontrak atau karyawan tetap. Karena selama ia masih
bekerja di perusahan tersebut, selama itu pula ia masih di katakan karyawan
kontrak, walaupun sebenarnya perjanjian kontrak sudah habis. Hal ini
menyebabkan karyawan merasa tidak nyaman atau merasa cemas dengan
statusnya yang tidak jelas tersebut, karena karyawan harus siap kapanpun jika
suatu hari di keluarkan dari perusahaan dan mereka pun belum memiliki alternatif
pekerjaan lain. Selain itu, terdapat pula ketidak jelasan mengenai kebijakan yang
menyatakan bahwa untuk karyawan yang telah bekerja selama 2 tahun lebih maka
karyawan dapat dikatakan sebagai karyawan tetap, namun tergantung dari
kebijakan owner, dan kebijakan tersebut belum dituangkan dalam bentuk tulisan.
Sehingga kepastiannya masih dipertanyakan.
Keluhan yang selanjutnya yaitu yang ke-empat mengenai pemberian gaji
yang diberikan oleh perusahaan yang tidak sesuai dengan tanggal yang telah
disepakati atau tidak sesuai dengan perjanjian di atas metrai ketika awal masuk
kerja. Menurut mereka untuk mendapatkan gaji bulanan tersebut terkadang
mereka harus menanyakannya langsung atau memintanya kepada atasan. Hal
tersebut tidak jarang membuat mereka menjadi kesal dan mempertanyakan kinerja
'���!�( ������� � � "�
�
kerja dari bagian yang mengurusi upah karyawan. Selain itu mereka juga
mempertanyakan cara perhitungan gaji yang menurut mereka tidak sesuai dengan
standar yang berlaku, misalnya gaji di bawah UMR. Inilah yang menjadi alasan
mengapa mereka mengeluhkan gaji yang kecil, karena mereka juga
membandingkan gaji yang diterima di perusahaan lain yang pekerjaannya sama.
Adapun sistem upah yang berlaku di perusahaan ini yaitu berdasarkan
upah harian. Karyawan akan di gaji berdasarkan jumlah hari ia masuk kerja dan
akan diberikan setiap bulannya. Akan tetapi terdapat pula sistem upah bulanan
yang berlaku untuk orang-orang tertentu saja dilihat dari tingkat jabatan misalnya
manajer, lamanya bekerja, serta produktivitas dari karyawan tersebut. Terdapat
pula sistem naik pangkat yang berlaku, yaitu naik pangkat akan diberikan setelah
beberapa bulan bekerja dan sifatnya akan berbeda-beda pada setiap orang.
Kesemua itu tergantung dari kebijakan atasan langsung atau owner, yang mana
penilaiannya berdasarkan banyaknya reward yang diperoleh, kerajinan, keahlian,
disukai konsumen (untuk bagian tekhnisi), dan kecepatan dalam melakukan
pekerjaan. Sampai saat ini di perusahaan CV. Niftrasoft belum terdapat standar
penilaian kerja (Performance appraisal) secara tertulis atau baku untuk
karyawannya. Sehingga hal ini dapat menjadi penyabab karyawan merasa
mendapatkan penilaian yang tidak adil dan tidak objektif terhadap mereka. Begitu
pula mengenai promosi atau naik jabatan, menurut mereka hanya orang-orang
tertentu sajalah yang dapat memperoleh naik jabatan.
Keluhan lain dari karyawan yaitu mengenai kemampuan manajer dalam
membimbing bawahannya, menurut karyawan terdapat manajer yang kurang
'���!�( ������� � � &-�
�
kompeten dibidangnya, kurang memberikan semangat atau support kepada
bawahanya, dan terkadang juga terjadi kekeliruan dalam bekerja, dikarenakan
kurangnya pengetahuan dibidangnya. Selain itu sering pula terjadinya pergantian
manajer yang baru. Hal ini membuat mereka harus melakukan penyesuaian
berulang-ulang dengan setiap manajer baru mereka dan hubungan yang terjalin
pun belum tentu dekat atau hangat dengan manajer tersebut.
Keluhan-keluhan yang disampaikan karyawan di atas, merupakan apa
yang mereka rasakan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan
selama mereka bekerja di perusahaan CV. Niftrasoft Bandung. Keluhan
merupakan suatu sikap karyawan yang timbul dari penilaiannya terhadap sejumlah
situasi kerja yang membuat mereka merasa tidak puas dan cenderung bersifat
negatif. Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan karyawan dapat diungkapkan
dalam sejumlah cara. Misalnya dapat mengundurkan diri, karyawan dapat
mengeluh, menjadi tidak patuh, mencuri properti organisasi, atau menghindari
sebagian tanggung jawab kerja mereka. Ketidakpuasan kerja ini dapat terjadi
karena adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan oleh karyawan dengan
kenyataan yang diterima. Jadi, setiap karyawan yang bekerja memiliki sejumlah
harapan-harapan dari pekerjaannya, apabila harapannya sesuai dengan kenyataan
yang ia terima, maka karyawan akan merasa puas. Akan tetapi apabila harapannya
tidak sesuai dengan kenyataannya, maka karyawan akan merasa tidak puas. Dari
fenomena yang terjadi di CV. Niftrasoft Bandung, terdapatnya keluhan-keluhan
'���!�( ������� � � &&�
�
yang disampaikan oleh karyawan, mengindikasikan terdapatnya ketidakpuasan
yang dirasakan karyawan pada dimensi-dimensi pekerjaan.
Komitmen karyawan terhadap perusahaan atau komitmen organisasi
merupakan suatu proses yang panjang dan berkembang dari pengalaman-
pengalaman yang diperoleh karyawan selama mereka bekerja. Karyawan yang
merasa puas dengan pekerjaannya dan menilai hal tersebut sebagai suatu
pengalaman yang positif, maka lambat laun dapat mengembangkan komitmen
organisasi mereka. Sedangkan karyawan yang merasa tidak puas dengan
pekerjaannya dan menilai hal tersebut sebagai pengalaman yang negatif, maka
dapat pula mempengaruhi pembentukan komitmen organisasi mereka.
Berkembangnya komitmen atau menurunnya komitmen organisasi karyawan,
tergantung dari penilaian karyawan itu sendiri terhadap pengalaman-pengalaman
yang mereka peroleh selama di perusahaan tersebut, baik pengalaman itu
memuaskan maupun yang tidak memuaskan mereka. Karena pada kenyataannya,
selain terjadinya keluar masuk karyawan terdapat pula karyawan yang masih
bertahan di perusahaan tersebut dalam waktu yang cukup lama, walaupun mereka
juga mengeluhkan hal yang sama.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di perusahaan tersebut dan ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai “Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasi pada
Karyawan CV. Niftrasoft Bandung.”
'���!�( ������� � � &)�
�
1.2 Identifikasi Masalah
Setiap karyawan yang bekerja memiliki seperangkat nilai dan harapan-
harapan yang dibawanya ketika masuk organisasi. Dengan adanya nilai-nilai dan
harapan-harapan tersebut dapat mendorong seseorang untuk bertingkah laku.
Harapan-harapan tersebut ditujukan tidak lain untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup mereka. Misalnya dengan mendapatkan imbalan berupa gaji,
maka karyawan dapat memenuhi kebutuhan fisik. Selain itu terdapat kebutuhan
lain yang sifatnya psikologis, misalnya mendapatkan status sosial dan
penghargaan. Dengan terpenuhinya kebutuhan karyawan maka mereka akan
merasa puas dan dapat meningkatkan semangat mereka dalam bekerja. Begitu
pula sebaliknya. Menurut Porter (1961), apabila terjadi kesenjangan antara apa
yang mereka harapkan dengan kenyataan yang dirasakan, maka dapat
menimbulkan ketidakpuasan kerja pada karyawan. Karyawan yang merasa tidak
puas dengan pekerjaannya dapat terlihat dari perilaku mereka seperti memiliki
absensi yang tinggi, produktivitas kerja yang menurun, dan memutuskan untuk
keluar dari perusahaan.
Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya. Menurut Wexley and Yukl (1977:108), kepusan kerja dipengaruhi
oleh 3 faktor: Pertama, karakteristik individu seperti need, values, personality
traits. Kedua, faktor situasional seperti pengaruh kelompok acuan, perbandingan
terhadap situasi sosial yang ada dan pengalaman bekerja. Ketiga, kondisi
pekerjaan seperti, gaji (compensation), pengawasan (supervision), pekerjaan itu
'���!�( ������� � � &*�
�
sendiri (the work itself), rekan kerja (co-workers), keamanan kerja (job security)
dan kesempatan promosi (advancement opportunity).
Berdasarkan fenomena yang ada di CV. Niftrasoft Bandung,
ketidakpuasan karyawan terhadap kondisi pekerjaan diungkapkan dalam bentuk
keluhan-keluhan yang mereka rasakan terhadap dimensi pekerjaan. Karyawan
CV. Niftrasoft Bandung mengharapkan perusahaan memberikan tunjangan
kesehatan kepada mereka, hal ini dapat terjadi karena mereka melakukan
perbandingan sosial dengan perusahaan-perusahaan lain yang juga telah
memberlakukan adanya tunjangan kesehatan bagi karyawannya. Selain itu
karyawan juga mengharapkan adanya kejelasan mengenai status mereka, apakah
masih karyawan kontrak atau telah menjadi karyawan tetap. Kejelasan dari status
karyawan ini berhubungan dengan Job Security atau rasa aman yang akan
dirasakan karyawan karena mereka tidak merasa takut bila suatu waktu
dikeluarkan secara tiba-tiba oleh perusahaan. Begitu pula dengan tunjangan
kesehatan yang diharapkan oleh karyawan, hal ini berhubungan pula dengan Job
Security atau rasa aman yang dirasakan oleh karyawan dalam bekerja. Apabila
karyawan merasa tidak mendapatkan suatu keamanan atau jaminan dalam bekerja,
maka dapat menyebabkan ketidak puasan karyawan. Begitu pula sebaliknya.
Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yaitu faktor
pekerjaan itu sendiri. Karyawan mengharapkan perusahaan membuat batasan-
batasan yang jelas mengenai tugas pekerjaan dan arah komunikasi. Sehingga
karyawan tidak mengalami kebingungan mengenai siapa saja yang berhak
memerintahnya, siapa yang bertanggung jawab, kepada siapa harus
'���!�( ������� � � &#�
�
dikomunikasikan, dan apa saja batasan yang harus ia kerjakan. Dengan
komunikasi dan arah kerjanya yang jelas, hal ini dapat meminimalisir terjadinya
kesalahan dalam bekerja dan dapat meningkatkan pula kepuasan kerja pada
karyawan.
Begitu pula dengan faktor pengawasan dari atasan. Karyawan
mengharapkan atasan mereka adalah seseorang yang berkompeten di bidangnya,
serta dapat memberikan dorongan dan dukungan kepada bawahannya.
Berdasarkan penelitian Yukl (1971), menunjukkan bahwa para pekerja lebih puas
dengan pemimpin yang bijaksana dan memberikan dukungan kepada bawahan,
dibanding dengan pemimpin yang selalu berbeda atau bermusuhan dengan
bawahannya.
Terdapat pula faktor kompensasi yang dapat menyebabkan karyawan
menjadi tidak puas. Karyawan mengharapkan gaji yang mereka terima sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati di awal masuk kerja, dan juga diberikan
tepat pada waktunya. Akan tetapi tidaklah begitu pada kenyataanya. Pada saat
karyawan telah memenuhi kewajibannya menjalankan tugas, perusahaan tidak
memperhatikan kewajibannya dalam memberikan finansial kepada karyawan
dalam bentuk upah dengan tepat waktu. Sehingga karyawan merasa kecewa dan
merasakan ketidakpuasan, karena dengan terhambatnya pemberian upah
menyebabkan pula terhambatnya dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yaitu tidak
adanya kesempatan untuk mendapatkan perubahan status. Tidak adanya
kesempatan promosi dapat menyebabkan terhambatnya kebutuhan karyawan
'���!�( ������� � � &+�
�
dalam mengembangkan karirnya di perusahaan tersebut. Sebaik apapun mereka
bekerja, namun tidak adanya kesempatan untuk promosi, maka tetap saja tidak
dapat berpengaruh terhadap perkembangan karir mereka.
Sedangkan Meyer dan Allen (1991), merumuskan suatu definisi
mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang
merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dangan organisasinya dan
memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan
keanggotaannya dalam berorganisasi. Pembantukan komitmen organisasi pada
karyawan merupakan proses yang panjang. Pengalaman-pengalaman karyawan
yang positif selama bekerja, dapat meningkatkan komitmen organisasi mereka,
yang mana pada tiap individu tidaklah sama tingkat maupun bentuk
komitmennya. Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap
perusahaan mereka merasa dirinya telah menyatu di dalam perusahaan tersebut,
sehingga mereka akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi
dibandingkan karyawan yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi.
Selain itu mereka bekerja atas keinginan mereka sendiri dan berkeinginan untuk
mengembangkan perusahaan dengan bekerja sebaik mungkin.
Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Allen & Meyer, mereka
menyatakan bahwa terdapat 3 dimensi komitmen, yaitu komitmen berdasarkan
affective, continuance dan normative. Setiap karyawan yang mempertahankan
dirinya dalam suatu organisasi, mereka berdasarkan komitmen yang mereka
miliki. Dari fenomena yang terjadi di CV. Niftrasoft Bandung, terdapat karyawan
yang masih bertahan dan telah bekerja selama 1 tahun bahkan lebih. Terdapat
'���!�( ������� � � &$�
�
berbagai macam alasan yang membuat mereka memutuskan untuk tetap bertahan
dalam perusahaan, walaupun mereka juga mengeluhkan hal yang sama mengenai
ketidakpuasan mereka terhadap pekerjaan. Alasan pertama yang membuat mereka
tetap bertahan di perusahaan yaitu karena mereka merasa nyaman bekerja di
perusahaan CV. Niftrasoft dan nyaman dengan hubungan yang telah terjalin
dengan rekan sekerja maupun owner. Mereka juga merasa telah menjadi bagian
dari perusahaan dan merasa bahwa masalah yang di hadapi oleh perusahaan
merupakan masalahnya juga, sehingga mereka berkeinginan untuk melanjutkan
keanggotannya di CV. Niftrasoft. Karyawan yang memiliki kedekatan emosional
yang erat dengan perusahaan sehingga memutuskan untuk tetap bertahan di
perusahaan karena keinginannya, menurut Allen & Meyer (1997) individu
tersebut memiliki komitmen yang tinggi berdasarkan Affective commitment.
Affective commitment ini berkembang dari pengalaman-pengalaman yang
memuaskan karyawan dalam memenuhi kebutuhannya selama bekerja di CV.
Niftrasoft Bandung dan pengalaman yang dapat memberikan perasaan kompeten
dalam diri karyawan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Hal ini berarti bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi
berdasarkan affective commitment yang tinggi, mereka akan memiliki motivasi
dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi dibandingkan
individu dengan affective commitment yang lebih rendah. Sehingga karyawan
merasa nyaman berada di perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dalam hal
role-job performance, atau hasil pekerjaan yang dilakukan, individu dengan
affective commitment akan bekerja lebih keras dan menunjukkan hasil pekerjaan
'���!�( ������� � � &,�
�
yang lebih baik dibandingkan yang komitmennya lebih rendah. Kim dan
Mauborgne (Allen & Meyer, 1997) menyatakan individu dengan affective
commitment tinggi akan lebih mendukung kebijakan perusahaan dibandingkan
yang lebih rendah.
Terdapat pula alasan lain yang menyatakan bahwa mereka tetap bertahan
di perusahaan yaitu karena mereka membuat pertimbangan-pertimbangan apabila
mereka bekerja di perusahaan lain. Selain sulitnya mendapatkan pekerjaan, juga
dengan bekerja di tempat lain berarti mereka harus memulai karir dari awal lagi di
tempat tersebut, dan belum tentu mereka merasa nyaman atau memperoleh apa
yang telah di dapat dari perusahaan CV. Niftrasoft. Menurut Allen dan Meyer
(1997), karyawan yang memiliki kesadaran akan mengalami kerugian jika
meninggalkan organisasi, maka karyawan tersebut memiliki Continuance
commitment yang tinggi. Kerugian tersebut dapat dikarenakan karyawan telah
berinfestasi seperti waktu dan tenaganya selama ia bekerja di perusahaan,
sehingga karyawan tidak ingin kehilangan apa yang telah diinfestasikannya.
Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan dalam
organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran dalam
individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi.
Berkaitan dengan hal ini, maka individu tersebut tidak dapat diharapkan untuk
memiliki keinginan yang kuat untuk berkontribusi pada organisasi. Semakin besar
continuance commitment seseorang, maka ia akan semakin bersikap pasif atau
membiarkan saja keadaan yang tidak berjalan dengan baik.
'���!�( ������� � � &%�
�
Sedangkan karyawan lain memiliki alasan mengapa mereka tetap bertahan
yaitu kerena terdapatnya tugas pekerjaan yang harus mereka selesaikan dan
mereka terikat oleh kontrak kerja dengan perusahaan. Sehingga mereka harus
menunaikan perjanjian yang telah di sepakati ketika mereka masuk kerja. Menurut
Meyer & Allen (1991) individu yang tetap bertahan dalam organisasi karena
merasa adanya suatu kewajiban atau tugas, mereka memiliki komitmen organisasi
berdasarkan normative commitmen. Normative commitment dapat berkembang
dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi (dari
keluarga atau budaya) dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam
organisasi. Karyawan dengan normative commitment berlandaskan pada suatu
keyakinan bahwa bertahan di perusahaan merupakan hal yang benar dan hal
tersebut merupakan moral yang harus dijalankan. Meyer & Allen (1991)
menyatakan bahwa perasaan semacam itu akan memotivasi individu untuk
bertingkahlaku secara baik dan melakukan tindakan yang tepat bagi organisasi.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam
berorganisasi, diantaranya yaitu karakteristik pribadi individu, karakteristik
organisasi dan pengalaman selama berorganisasi. Yang termasuk karakteristik
organisasi misalnya, struktur organisasi, desain kebijaksanaan dalam organisasi
dan bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut disosialisasikan. Sedangkan
pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan motivasi anggota
organisasi selama berada dalam organisasi, perannya dalam organisasi tersebut
dan hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor atau pemimpinnya.
'���!�( ������� � � &"�
�
Komitmen organisasi hampir serupa dengan kepuasan kerja, karena
keduanya melibatkan perasaan tentang situasi kerja. Konsep kepuasan kerja dan
komitmen organisasi adalah berhubungan erat, walaupun keduanya berbeda.
Berdasarkan fenomena yang diuaraikan di atas dan teori yang digunakan,
maka permasalahan yang hendak dilihat dalam penelitian ini adalah “Seberapa
erat hubungan antara kepuasan kerja dengan affective commitment, continuance
kommitment dan normative commitment pada karyawan CV. Niftrasoft
Bandung?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data serta informasi yang
dapat digunakan untuk menguraikan mengenai hubungan serta keeratan antara
kepuasan kerja dengan dimensi-dimensi komitmen organisasi pada karyawan CV.
Niftrasoft Bandung.
1.4 Bidang Kajian
Adapun yang menjadi bidang kajian dari penelitian ini yaitu bidang kajian
Psikologi Industri dan Organisasi yang merupakan sub bagian dari ilmu psikologi
yang mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kerja di
perusahaan.
'���!�( ������� � � )-�
�
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
� Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan di bidang psikologi
industri, khususnya mengenai hubungan antara kepuasan kerja dengan
komitmen organisasi pada karyawan CV. Niftrasoft di Bandung.
� Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran atau
referensi bagi mahasiswa yang tertarik untuk meneliti mengenai
kepuasan kerja maupun komitmen organisasi karyawan.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
perusahaan menganai kepuasan kerja karyawan serta bagaimana komitmen
organisasi karyawan. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dan bahan evaluasi mengenai langkah-langkah kebijakan di perusahaan
tersebut.
)&�
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Definisi Kepuasan Kerja
Wexley dan Yukl (1984 : 45)
“Job satisfaction is the way an employee feels about his or her job. It is generalized attitude toward the job based on evaluation of different aspect of the job. A person attitude toward his job reflect pleasant and unpleasant experiences in the job and his expectation about future experiences.”
Kepuasan kerja adalah bagaimana perasaan karyawan terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja secara umum merupakan sikap terhadap pekerjaan yang
didasarkan pada evaluasi terhadap aspek-aspek yang berbeda dari pekerjaan.
Sikap seseorang terhadap pekerjaannya tersebut menggambarkan pengalaman-
pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pekerjaan dan
harapan-harapan mengenai pengalaman mendatang.
Porter (dalam Luthans, 1995)
“Job satisfaction is difference between how much of something there
should be and how much there is now.”
Kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang
seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia
terima
Davis dan Newstrom (1985 : 109)
“Job satisfaction is the favourableness or unfavorableness with which
employees view their work.”
'���!!��� ���� ��.����� � ))�
�
Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang pekerja yang
berhubungan dengan bagaimana ia memandang pekerjaannya.
Osborn (1982 : 40)
“Job satisfaction is the degree to which an individual feels positively or
negatively about the various facets of the jobs tasks, the work setting and
relationship with co-worker.”
Kepuasan kerja adalah derajat positif atau negatifnya perasaan seseorang
mengenai beberapa segi tugas-tugas pekerjaan, tempat kerja serta hubungan
dengan sesama pekerja..
Jewell dan Siegall (1998) Kepuasan kerja adalah sikap yang timbul berdasarkan penilaian terhadap
situasi kerja. Yang merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap
pekerjaannya yang bermacam-macam. Kepuasan kerja erat kaitannya
dengan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
menurut cara karyawan memandang pekerjaan mereka.
Mathis and Jackson (2000)
“Job satisfaction is a positive emosional state resulting one’s job
experiences.”
Kapuasan kerja merupakan pernyataan emosional yang positif yang
merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja.
Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja adalah cara seseorang memandang pekerjaannya atau perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya baik positif maupun negatif yang berasal dari aspek-aspek
dalam dirinya seperti pengalaman, harapan, maupun aspek-aspek yang berasal
'���!!��� ���� ��.����� � )*�
�
dari pekerjaan itu sendiri seperti tugas-tugas, tempat kerja dan hubungannya
dengan sesama pekerja.
2.1.1 Teori Kepuasan Kerja
Terdapat beberapa teori mengenai kepuasan kerja, diantaranya yaitu: (1)
Discrepancy Theory, (2) Equity Theory, dan (3) Two factor Theory. Di dalam
penelitian ini, teori yang akan digunakan yaitu Discrepancy Theory.
Discrepancy Theory (Teori Ketidaksesuaian)
Menurut Wexley and Yukl (1977 : 99), teori ini dikemukakan oleh
Porter (1961), Porter mengukur ketidapuasan kerja seseorang dengan
menghitung selisih apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.
Menurut Locke (1969), kepuasan dan ketidakpuasan dengan sejumlah aspek
pekerjaan tergantung pada selisih atau discrepancy antara apa yang dianggap telah
didapatkan dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah
diperoleh atau dicapainya melalui pekerjaan.
Jumlah yang diinginkan dari kerakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai
jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada.
Seseorang akan terpuaskan jika ada selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan
dengan kondisi-kondisi aktual. Dengan demikian orang akan merasa puas bila
tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan,
karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Semakin besar
kekurangan dan semakin banyak hal-hal yang diinginkan, semakin besar
ketidakpuasannya. Jika terdapat lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang dapat
'���!!��� ���� ��.����� � )#�
�
diterima secara minimum dan kelebihannya menguntungkan, misalnya upah
ekstra, jam kerja yang lebih lama, maka orang yang bersangkutan akan sama
puasnya bila terdapat selisih jumlah yang diinginkan.
Variasi model lain ketidakpuasan tentang kepuasan kerja yang telah
dikemukakan, misalnya Porter (1961) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
selisih dari banyaknya sesuatu yang ”seharusnya ada” dengan banyaknya ”apa
yang ada”. Konsepsi ini pada dasarnya sama dengan model Locke, tetapi ”apa
yang seharusnya ada” menurut Locke berarti penekanan yang lebih banyak
terhadap pertimbangan-pertimbangan yang adil dan kekurangan atas kebutuhan-
kebutuhan karena determinan dari banyaknya faktor pekerjaan yang lebih disukai.
Studi penelitian yang dilakukan Wanous dan Lawir (1972) dikutip dari
Wexley dan Yukl, menemukan bahwa para pekerja menemukan tenggapan yang
berbeda-beda menurut bagaimana kekurangan atau selisih itu didefinisikan maka
dapat dikatakan bahwa sikap karyawan terhadap pekerjaan tergantung bagaimana
discrepancy itu dirasakannya. Kedua menyimpulkan bahwa orang memiliki lebih
dari satu jenis perasaan terhadap pekerjaannya dan tidak ada cara terbaik yang
tersedia untuk mengukur kepuasan secara tepat yang ditentukan oleh tujuan
pengukuran.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Wexley and Yukl (1977:108), kepuasan kerja ditentukan atau
dipengaruhi oleh sekelompok faktor. Faktor-faktor itu dapat dikelompokan ke
dalam tiga bagian, yaitu yang termasuk dalam karakteristik individu, variabel
'���!!��� ���� ��.����� � )+�
�
situasional, dan karakteristik pekerjaan. Berikut akan diuraikan satu persatu dari
ketiga bagian tersebut beserta faktor-faktor yang termasuk di dalamnya, yaitu :
1) Karakter individu
a. Needs (kebutuhan-kebutuhan individu)
Salah satu sifat dasar manusia adalah adanya kebutuhan dalam dirinya.
Kebutuhan adalah paling penting karena seorang pekerja akan
menginginkan lebih banyak faktor pekerjaan yang merupakan alat untuk
memenuhi kebutuhan yang timbul sekarang. Jika satu faktor pekerjaan
(misalnya pengakuan) yang disediakan dalam kerjanya sudah cukup
memenuhi kebutuhannya yang relevan (misalnya penghargaan), maka
faktor pekerjaan tambahan lainnya tidak akan diinginkan pekerja dan tidak
akan meningkatkan kepuasan kerja.
b. Values (nilai-nilai yang dianut individu)
Nilai-nilai adalah kayakinan-keyakinan seseorang yang relatif tentang
perilaku apa yang “benar” dan yang “salah”, tujuan-tujuan hidup apa yang
diinginkan dan apa yang tidak diinginkan. Nilai-nilai yang dianut ini akan
mempengaruhi acuan pekerja atau kesukaan pekerja terhadap jenis-jenis
pekerjaan dan kondisi kerja tertentu.
c. Personality traits (ciri-ciri kepribadian)
Sifat-sifat kepribadian seperti harga diri, dapat menggerakkan aspirasi dan
acuan kerja seseorang. Harga diri adalah sejauhmana seseorang menyukai
dan menilai serta menganggap dirinya sebagai manusia yang cakap dan
memenuhi syarat. Seorang pekerja dengan harga diri yang tinggi akan
'���!!��� ���� ��.����� � )$�
�
lebih menyukai pekerjaan yang lebih penting atau pekerjaan yang
memberikan kesempatan untuk maju dan keberhasilan diri. Seorang
pekerja dengan harga diri rendah akan lebih menyukai pekerjaan yang
prestisenya rendah sesuai dengan pandangan yang kurang baik terhadap
dirinya serta tidak banyak menuntut (Korman, 1970).
2) Variabel situasional
a. Current Social Comparison (perbandingan terhadap situasi sosial yang
ada).
Seorang pekerja akan membandingkan keuntungan hasil-hasil yang
dianggapnya diperoleh dari pekerjaannya dengan keuntungan-keuntungan
hasil yang diterima oleh pekerja-pekerja lainnya yang pekerjaannya sejenis
setelah menghitung selisih antara input-inputnya dengan input-input orang
bandingannya. Persepsi seorang pekerja tentang “apa yang seharusnya
ada” dalam pekerjaannya juga dipengaruhi oleh persepsinya terhadap “apa
yang telah ada” dalam pekerjaan sebelumnya.
b. Refference Group (pengaruh kelompok acuan)
Kelompok acuan adalah kelompok dimana seseorang mencari petunjuk
atau pendapat dalam menafsirkan dan mengevaluasi pengalaman dirinya.
Harapan-harapan dan aspirasi seseorang terhadap suatu pekerjaan akan
dipengaruhi oleh konsespsi kelompok acuan tentang jenis pekerjaan apa
serta kondisi bagaimana yang sesuai dengan dirinya (Korman, 1971).
Seorang pekerja akan lebih puas jika pekerjaannya dibenarkan oleh
kelompok acuannya daripada tidak.
'���!!��� ���� ��.����� � ),�
�
c. Jobs Factors in Priors Experiences (pengaruh dari pengalaman kerja
sebelumnya).
Kondisi-kondisi sebelumnya merupakan faktor penting bagi seorang
pekerja dalam menentukan harapan-harapan minimum bagi masa
depannya. Tak seorangpun menginginkan upah lebih rendah atau
keuntungan lebih kecil dibanding dengan yang telah diterima sebelumnya
dalam pekerjaan yang sama atau dalam pekerjaan sebelumnya.
3) Karakteristik pekerjaan
a. Compensation (imbalan yang diterima)
Beberapa studi telah menemukan bahwa upah merupakan karakteristik
pekerjaan yang menjadi penyebab paling mungkin terhadap ketidakpuasan
kerja (Lawler, 1971). Misalnya dalam studi Porter (1960), 80% manajer
manyatakan tidak puas dengan gaji yang diterimanya. Yang manjadi
penyebab utama ketidakpuasan adalah para pekerja menilai upahnya
dengan membuat perbandingan-perbandingan sosial. Semakin tinggi
tingkat pendidikan dan profesional pekerja semakin tinggi kemungkinan ia
melakukan perbandingan sosial dengan orang-orang yang profesinya sama
di luar organisasi (Goodman, 1974). Selain itu menurut Goodman (1974),
jika upah pekerja cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya,
ia akan lebih puas dibanding jika ia menerima upah lebih rendah dari yang
diperlukan untuk memenuhi standar hidup yang memadai.
'���!!��� ���� ��.����� � )%�
�
b. Supervision (pengawasan yang dilakukan oleh atasan)
Perilaku pengawas terdekat merupakan determinan penting bagi kepuasan
kerja. Namun tanggapan pekerja terhadap pengawasnya biasanya akan
tergantung pada karakteristik pengawasnya. Satu-satunya perilaku
pemimpin yang mempunyai pengaruh dapat diramalkan terhadap kepuasan
bawahan adalah kebijaksanaan (consideration). Berdasarkan penelitian
Yukl (1971), menunjukkan bahwa para pekerja lebih puas dengan
pemimpin yang bijaksana dan memberikan dukungan kepada bawahan,
dibanding dengan pemimpin yang selalu berbeda atau bermusuhan dengan
bawahannya.
c. The Work itself (pekerjaan itu sendiri)
Studi-studi tentang pentingnya perbedaan karakteristik pekerjaan
menemukan secara konsisten bahwa sifat pekerjaan itu sendiri adalah
determinan utama dari kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh
Hackman dan Oldham (1975), mereka mengoperasikan daftar
pertanyaan yang dikenal dengan Job Diagnostik Survey untuk beberapa
ratus pekerja yang bekerja pada 62 jenis pekerjaan. Berikut ini lima
dimensi inti dari pekerjaan, yaitu :
• Skill Variety (Ragam Keterampilan)
yaitu tingkat dimana suatu pekerjaan menuntut berbagai jenis
aktivitas dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang mencakup
penggunaan banyak jenis keterampilan dan bakat-bakat pekerja.
'���!!��� ���� ��.����� � )"�
�
• Task Identity (Identitas Pekerjaan)
Yaitu tingkat dimana pekerjaan tersebut menuntut kelangkapan
dalam ”suatu kesatuan” dan setiap bagian pekerjaan dapat
diidentifisir. Mengerjakan pekerjaan mulai dari permulaan hingga
berakhir dengan hasil yang nyata.
• Task Significance (Kepentingan Pekerjaan)
Yaitu tingkat dimana suatu pekerjaan memiliki dampak penting
bagi kehidupan atau pekerjaan orang lain baik dalam lingkungan
organisasi maupun luar organisasi.
• Autonomy (Otonomi)
Yaitu tingkat dimana suatu pekerjaan memberikan kebebasan,
kemandirian serta keleluasaan bagi pekerja dalam merencanakan
pekerjaannya dan dalam menentukan prosedur yang digunakan
dalam menyelesaikan pekerjaan.
• Feedback From The Job Itself (Umpan balik pekerjaan itu sendiri)
Yaitu suatu tingkat dimana dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas
kerja yang dituntut oleh pekerjaan memberikan konsekuensi pada
pekerja mendapatkan informasi langsung dan jelas tentang
evektifitas pelaksanaan kerjanya.
d. Co-Workers (hubungan antara rekan sekerja)
Interaksi yang terjadi sesama pekerja akan menciptakan suasana kerja
tertentu yang berpengaruh pula pada kepuasan kerja.
'���!!��� ���� ��.����� � *-�
�
e. Job Security (keamanan kerja)
Rasa aman didapatkan dari adanya suasan kerja yang menyenangkan, tidak
ada rasa takut akan sesuatu hal yang tidak pasti dan tidak ada
kekhawatiran akan diberhentikan secara tiba-tiba.
f. Advancement Opportunity (kesempatan untuk memperoleh perubahan
status).
Faktor ini cukup besar peranannya dalam menumbuhkan kepuasan kerja,
terutama bagi karyawan yang memiliki keinginan besar untuk maju dan
mengembangkan dirinya.
Untuk lebih jelasnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja menurut Wexley & Yukl, dapat dilihat pada gambar berikut :
Skema 2.1 Hypothetical Model dari Job Satisfaction Determinants
(Sumber: Wexley & Yukl, 1977)
Karakteristik Individu
Karakteristik Pekerjaan
Variabel Sitasional
Needs, Valuas, and Personal Traits
- Current Social Comparison - Refference Group - Jobs Factors in Periors Experiences
- Compensation - Supervision - The Work Itself - Co-Workers - Job Security - Advancement Opportunity
Perception of Conditions That
Should Exist
Employee Job Satisfaction
Perception of Actual Job Conditions
'���!!��� ���� ��.����� � *&�
�
2.1.3 Profil Karyawan Puas
Menurut Keith Davis & JW. Newstorm (1985:110) kepuasan kerja
berkaitan dengan sejumlah variabel yang memungkinkan para manajer dapat
memperkirakan kelompok yang lebih cenderung mengalami kepuasan, sebagian
variabel itu adalah variabel pekerja dan variabel lingkungan kerja. Variabel-
variabel tersebut yaitu :
1. Usia
Ketika para karyawan bertambah usianya, mereka lebih cenderung sedikit
lebih puas dengan pekerjaannya. Ada sejumlah alasan mengenai hal ini,
seperti semakin sulitnya pendapatan dan memulai karir baru di tempat lain,
makin rendahnya harapan dan penyesuaian lebih baik dengan situsi kerja
karena telah berpengalaman dengan situasi itu. Sebaliknya para pekerja yang
lebih muda cendrung kurang puas karena beranggapan lebih tinggi harapan,
kurang penyesuaian dan berbagai sebab lain.
2. Tingkat Pekerjaan
Orang-orang dengan pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi cenderung lebih
merasa puas dengan pekerjaannya. Mereka biasanya telah memiliki
penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak, talah memiliki
pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan kemampuan kerjanya
dan telah memiliki status sosial yang relatif lebih tinggi di dalam dan di luar
organisasi.
'���!!��� ���� ��.����� � *)�
�
3. Ukuran Organisasi
Besar kecilnya organisasi turut berpengaruh pada kepuasan kerja. Artinya, jika
karena besarnya organisasi para keryawan ”terbenam” dalam massa pekerja
yang jumlahnya besar sehingga jati diri dan identitasnya menjadi kabur hanya
dikenal dengan ”nomor pegawai”. Hal tersebut dapat mempunyai dampak
negatif pada kepuasan kerja. Salah satu alasan untuk mengatakan demikian,
misalnya karena harapan mereka untuk turut berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan menjadi lebih terwujud, solidaritas antara sesama
karyawan menurun, manjalin tali persahabatan menjadi lebih sulit, perhatian
dan perlakuan pimpinan yang bersifat personal tidak terjadi, kesemuanya itu
dapat manjadi faktor penyebab rendahnya kepuasan kerja.
2.1.4 Reaksi-Reaksi Terhadap Ketidakpuasan
Munculnya ketidakpuasan dalam diri individu secara tidak langsung
berpengaruh terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi, kerena individu berada
dalam suatu sistem organisasi. Mitchell (1982) mengemukakan beberapa akibat
dari kepuasan kerja yang membedakan tingkah laku yang puas dan tidak puas
terhadap pekerjaannya, yaitu :
1. Pindah Kerja (Turn Over)
Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja maka semakin rendah perilaku turn
over (pindah kerja/ meninggalkan organisasi), demikian pula sebaliknya.
Penyebab ketidakpuasan ini mungkin karena rendahnya rasa percaya diri,
menerima pengakuan yang rendah atas apa yang telah dilakukannya,
'���!!��� ���� ��.����� � **�
�
pengalaman konflik kerja dengan atasan maupun dengan rekan sekerjanya dan
menyangkut jenjang karir mereka.
2. Kehadiran (Absences)
Perkerja yang memiliki kepuasan kerja yang rendah cenderung memiliki
ketidakhadiran ditempat kerja yang tinggi. Demikian pula sebaliknya, pekerja
yang mendapatkan kepuasan kerja, akan rendah tingkat ketidakhadirannya di
tempat kerja.
3. Produktifitas
Pengaruh kepuasan terhadap produktifitas, yaitu berupa adanya perubahan
dalam hasil kerja, menjadi lebih baik atau lebih buruk. Adanya perubahan
dalam kecepatan kerja dan perubahan dalam kualitas kerja.
4. Kesehatan
Kesehatan fisik dan mental dapat meningkat jika pekerja merasa puas dengan
pekerjaannya. Demikian pula sebaliknya, kesehatan fisik dan mental akan
menurun jika pekerja merasa tidak puas terhadap pekerjaannya.
Selain itu menurut Robbins (1998), ketidakpuasan karyawan dapat
diungkapkan dalan sejumlah cara. Misalnya dapat mengundurkan diri, karyawan
dapat mengeluh, menjadi tidak patuh, mencuri properti organisasi, atau
menghindari sebagian tanggung jawab kerja mereka. Bagan di bawah ini
menunjukkan 4 kemungkinan tanggapan yang berbeda dari karyawan yang merasa
tidak puas. Keempat perilaku tersebut digolongkan dalam 2 dimensi, yaitu
construktive atau destruktive dan aktif atau pasif.
'���!!��� ���� ��.����� � *#�
�
Aktif
KELUAR SUARA
Destructive Constructive
MENGABAIKAN KESETIAAN
Pasif
• Keluar (Exit) : perilaku diarahkan meninggalkan organisasi, yang meliputi
mencari posisi baru sekaligus mengundurkan diri.
• Suara (Voice) : secara aktif dan konstruktif berupaya memperbaiki, yang
meliputi menyarankan perbaikan, dan mendiskusikan masalah dengan atasan.
• Kesetiaan (Loyalty) : secara pasif namun optimis menunggu perbaikan
kondisi, yang meliputi membela organisasi dari kritikan eksternal, dan
mempercayai organisasi dan manajemennya untuk ”melakukan hal yang
benar.”
• Pengabaian : secara pasif membiarkan keadaan memburuk, yang meliputi
keabsenan atau keterlambatan yang kronis, penurunan usaha, dan peningkatan
tingkat kesalahan.
'���!!��� ���� ��.����� � *+�
�
2.1.5 Memperbaiki Ketidakpuasan Kerja
Jika seseorang atau sekelompok pekerja merasa tidak puas lengkah
pertama untuk mengembangkan kepuasan yang seharusnya dilakukan adalah
menentukan penyebab-penyebab ketidakpuasan. Menurut Wexley and Yukl
(1977), ada beberapa pendekatan untuk mengatasi masalah-masalah dan
memperbaiki ketidakpuasan bila penyebabnya telah ditentukan, yaitu :
1. Mengadakan perubahan-perubahan dalam kondisi kerja, pengawasan,
kompensasi atau rancangan pekerjaan (job design). Hal ini tergantung
pada faktor pekerjaan mana yang menjadi penyebab ketidakpuasan kerja.
2. Memindahkan karyawan pada pekerjaan yang lain untuk mendapatkan
pasangan yang lebih baik antara karakteristik karyawan dengan
karakteristik pekerjaannya.
3. Berusaha merubah persepsi atau harapan-harapan para pegawai yang tidak
puas. Pendekatan ini cocok bila para pekerja memiliki kesalahan konsepsi
yang didasarkan pada informasi yang tidak memadai atau tidak benar.
Misalnya, jika para karyawan cemas terhadap adanya kabar angin atau
desas desus tentang diberhentikannya beberapa orang karyawan. Pihak
pimpinan harus memberikan penjelasan tentang masalah yang sebenarnya
kepada para pegawai sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan
kecemasan yang dirasakan para pegawai sehingga tidak menimbulkan
ketidakpuasan kerja para pegawai tersebut.
'���!!��� ���� ��.����� � *$�
�
2.2 Definisi Komitmen Organisasi
Meyer dan Allen (1991) :
“Noted that common to the various definitions of organizational
commitment is "the view that commitment is a psychological state that (a)
characterizes the employee's relationship with the organization, an (b) has
implications for the decision to continue membership in the
organization." (p 67).
Merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai
suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota
organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan
individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan
definisi tersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya
akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan
anggota yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi.
Porter dan Richard M. Steers, (Mowday, dkk, 1982:27) :
“The relative strength of an individual's identification with and
involvement in a particular organization”.
Komitment organisasi adalah sebagai kekuatan yang relatif dari individu
dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi.
Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu : a) Penerimaan terhadap nilai-
nilai dan tujuan organisasi, b) Kesiapan dan kesedian untuk berusaha dengan
sungguh-sungguh atas nama organisasi, c) Keinginan untuk mempertahankan
keanggotaan didalam organisasi (menjadi bagian dari organisasi)
Maier & Brunstein, (2001) :
Komitmen organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat
tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Komitmen
terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal,
'���!!��� ���� ��.����� � *,�
�
karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk
mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi
dalam mencapai tujuan.
Luthans (1995) :
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai : 1) keinginan kuat untuk
tetap sebagai anggota organisasi tertentu, 2) keinginan untuk berusaha
keras sesuai keinginan organisasi, 3) keyakinan tertentu, dan penerimaan
nilai dan tujuan organisasi.
Robbins, (1998) :
Komitmen organisasi adalah sampai tingkat mana seseorang karyawan
memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, dan
berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.
Dari definisi-definisi yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa komitmen organisasi adalah keadaan psikologis individu yang
berhubungan dengan keyakinan, kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap
tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi
organisasi dan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
2.2.1 Dimensi-Dimensi Komitmen
Meyer dan Allen (1991) merumuskan tiga dimensi komitmen dalam
berorganisasi, yaitu: affective, continuance, dan normative. Ketiga hal ini lebih
tepat dinyatakan sebagai komponen atau dimensi dari komitmen berorganisasi,
daripada jenis-jenis komitmen berorganisasi. Hal ini disebabkan hubungan
anggota organisasi dengan organisasi mencerminkan perbedaan derajat ketiga
dimensi tersebut.
'���!!��� ���� ��.����� � *%�
�
1. Affective Commitment.
Affective commitment berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap
organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota dengan
kegiatan di organisasi. Anggota organisasi dengan affective commitment yang
tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena memang memiliki
keinginan untuk itu (want to). Individu dengan affective commitment yang tinggi
memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi, hal ini berarti bahwa
individu tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi
secara berarti terhadap organisasi dibandingkan individu dengan affective
commitment yang lebih rendah.
Komitmen terhadap perusahaan dalam affective commitment berkembang
sebagai hasil dari pengalaman individu, pengalaman tersebut memuaskan
kebutuhan individu dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Pengalaman
kerja dapat dibagi kedalam 2 ketegori yaitu pengalaman memuaskan kebutuhan
individu untuk merasa nyaman dalam organisasi baik secara fisik maupun secara
psikologis dan pengalaman yang dapat memberikan perasaan kompeten dalam diri
karyawan yang berkaitan dengan pekerjaan. Karyawan ingin tetap menjadi
anggota dalam suatu organisasi yang dapat memberi pengalaman kerja yang
positif. Hal ini disebabkan karena mereka menghargai pengalaman ini dan
mengharapkan pengalaman ini terus berlanjut, selain ini sebagai cara untuk
mempertahankan keseimbangan dalam hubungannya dengan organisasi, mereka
akan mengarahkan segala usaha untuk efektifitas organisasi.
'���!!��� ���� ��.����� � *"�
�
Berdasarkan beberapa penelitian affective commitment memiliki hubungan
yang sangat erat dengan seberapa sering seorang anggota tidak hadir atau absen
dalam organisasi. Berdasarkan hasil penelitian dalam hal role-job performance,
atau hasil pekerjaan yang dilakukan, individu dengan affective commitment akan
bekerja lebih keras dan menunjukkan hasil pekerjaan yang lebih baik
dibandingkan yang komitmennya lebih rendah. Kim dan Mauborgne (Allen &
Meyer, 1997) menyatakan individu dengan affective commitment tinggi akan
lebih mendukung kebijakan perusahaan dibandingkan yang lebih rendah.
2. Continuance Commitment
Continuance commitment berkaitan dengan kesadaran anggota organisasi akan
mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan
continuance commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi
karena mereka memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut
(Allen & Meyer, 1997). Misalnya gaji atau mungkin juga karena ia tidak dapat
menemukan pekerjaa lain. Individu dengan continuance commitment yang tinggi
akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena
adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika
meninggalkan organisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka individu tersebut tidak
dapat diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat untuk berkontribusi pada
organisasi. Jika individu tersebut tetap bertahan dalam organisasi, maka pada
tahap selanjutnya individu tersebut dapat merasakan putus asa dan frustasi yang
dapat menyebabkan kinerja yang buruk. Komitmen juga berhubungan dengan
'���!!��� ���� ��.����� � #-�
�
bagaimana anggota organisasi merespon ketidakpuasannya dengan kejadian-
kejadian dalam pekerjaan (Allen & Meyer, 1997).
Continuance commitment tidak berhubungan dengan kecenderungan seorang
anggota organisasi untuk mengembangkan suatu situasi yang tidak berhasil
ataupun menerima suatu situasi apa adanya (Allen & Meyer, 1997). Hal menarik
lainnya, semakin besar continuance commitment seseorang, maka ia akan semakin
bersikap pasif atau membiarkan saja keadaan yang tidak berjalan dengan baik.
3. Normative Commitment
Normative commitment menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus
berada dalam organisasi. Anggota organisasi dengan normative commitment yang
tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus
berada dalam organisasi tersebut (Allen & Meyer, 1997). Individu dengan
normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena
merasa adanya suatu kewajiban atau tugas, mereka berlandaskan pada suatu
keyakinan bahwa itu adalah yang benar dan hal tersebut merupakan moral yang
harus dijalankan. Meyer & Allen (1991) menyatakan bahwa perasaan semacam
itu akan memotivasi individu untuk bertingkahlaku secara baik dan melakukan
tindakan yang tepat bagi organisasi. Namun adanya normative commitment
diharapkan memiliki hubungan yang positif dengan tingkah laku dalam pekerjaan,
seperti job performance, work attendance, dan organizational citizenship.
Normative commitment akan berdampak kuat pada suasana pekerjaan (Allen &
Meyer, 1997).
'���!!��� ���� ��.����� � #&�
�
Meyer dan Allen berpendapat bahwa setiap komponen memiliki dasar
yang berbeda. Karyawan dengan komponen affektif tinggi, masih bergabung
dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Sementara itu karyawan dengan komponen continuance tinggi, tetap bergabung
dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi. Karyawan
yang memiliki komponen normatif yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi
karena mereka harus melakukannya.
Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda
berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Karyawan yang memiliki
komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda dengan
karyawan yang berdasarkan continuance. Karyawan yang ingin menjadi anggota
akan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan
organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa sebagai anggota akan menghindari
kerugian finansial dan kerugian lain, mungkin hanya melakukan usaha yang tidak
maksimal. Sementara itu, komponen normatif yang berkembang sebagai hasil dari
pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang
dimiliki karyawan. Komponen normatif yang menimbulkan perasaan kewajiban
pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari
organisasi.
'���!!��� ���� ��.����� � #)�
�
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen
Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi menurut
Allen & Meyer (1997), yaitu :
1. Karakteristik pribadi individu, karakteristik organisasi, dan pengalaman
selama berorganisasi. Karakteristik pribadi terbagi ke dalam dua variabel,
yaitu:
• Variabel demografis, mencakup gender, usia, status pernikahan,
tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu
organisasi. Dalam beberapa penelitian ditemukan adanya hubungan
antara variabel demografis tersebut dan komitmen berorganisasi,
namun ada pula beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
hubungan tersebut tidak terlalu kuat (Aven Parker, & McEvoy;
Mathieu & Zajac dalam Allen & Meyer, 1997).
• Variabel disposisional, mencakup kepribadian dan nilai yang dimiliki
anggota organisasi. Hal-hal lain yang tercakup ke dalam variabel
disposisional ini adalah kebutuhan untuk berprestasi dan etos kerja
yang baik (Buchanan dalam Allen & Meyer, 1997). Selain itu
kebutuhan untuk berafiliasi dan persepsi individu mengenai
kompetensinya sendiri juga tercakup ke dalam variabel ini. Variabel
disposisional ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen
berorganisasi, karena adanya perbedaan pengalaman masing-masing
anggota dalam organisasi tersebut.
'���!!��� ���� ��.����� � #*�
�
2. Karakteristik organisasi, adalah struktur organisasi, desain kebijaksanaan
dalam organisasi, dan bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut
disosialisasikan.
3. Pengalaman berorganisasi, yaitu tercakup ke dalam kepuasan dan motivasi
anggota organisasi selama berada dalam organisasi, perannya dalam
organisasi tersebut, dan hubungan antara anggota organisasi dengan
supervisor atau pemimpinnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi diatas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
komitmen organisasi dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari
dalam individu yaitu faktor personal, dan berikutnya adalah faktor yang berasal
dari luar individu yaitu faktor organisasional. Faktor personal merupakan faktor
yang ada didalam diri individu dalam menyikapi bermacam masalah yang ada
didalam suatu organisasi, hubungan interpersonal diantara individu, pendidikan,
dorongan berprestasi, masa kerja dan usia. Faktor organisasional menyangkut
permasalahan eksternal individu yang didalamnya termasuk pengayaan tugas,
tantangan kerja, komunikasi antar individu, kerjasama dan kepercayaan yang
tinggi.
2.2.3 Proses Terbentuknya Komitmen Karyawan
Komitmen dalam berorganisasi dapat terbentuk karena adanya beberapa
faktor, baik dari organisasi, maupun dari individu sendiri. Dalam
perkembangannya affective commitment, continuance commitment, dan normative
'���!!��� ���� ��.����� � ##�
�
commitment, masing-masing memiliki pola perkembangan tersendiri. (Allen &
Meyer, 1997)
Proses terbentuknya Affective commitment
Ada beberapa penelitian mengenai antecedents dari affective commitment.
Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan tiga kategori besar. Ketiga kategori
tersebut yaitu :
a. Karakterisitik Organisasi. Karakteristik organisasi yang mempengaruhi
perkembangan affective commitment adalah sistem desentralisasi
(bateman & Strasser, 1984; Morris & Steers, 1980), adanya kebijakan
organisasi yang adil, dan cara menyampaikan kebijakan organisasi kepada
individu.
b. Karakteristik Individu. Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
gender mempengaruhi affective commitment, namun ada pula yang
menyatakan tidak demikian (Aven, Parker, & McEvoy; Mathieu
&Zajac dalam Allen & Meyer, 1997). Selain itu usia juga mempengaruhi
proses terbentuknya affective commitment, meskipun tergantung dari
beberapa kondisi individu sendiri, organizational tenure (Cohen; Mathieu
& Zajac dalam Allen & Meyer, 1997), status pernikahan, tingkat
pendidikan, kebutuhan untuk berprestasi, etos kerja, dan persepsi individu
mengenai kompetensinya.
c. Pengalaman Kerja. Pengalaman kerja individu yang mempengaruhi proses
terbentuknya affective commitment antara lain Job scope, yaitu beberapa
karakteristik yang menunjukkan kepuasan dan motivasi individu
'���!!��� ���� ��.����� � #+�
�
(Hackman & Oldham, 1980 dalam Allen & Meyer, 1997). Hal ini
mencakup tantangan dalam pekerjaan, tingkat otonomi individu, dan
variasi kemampuan yang digunakan individu. Selain itu peran individu
dalam organisasi tersebut (Mathieu & Zajac, 1990 dalam Allen &
Meyer, 1997) dan hubungannya dengan atasan.
Proses terbentuknya Continuance commitment
Continuance commitment dapat berkembang karena adanya berbagai
tindakan atau kejadian yang dapat meningkatkan kerugian jika meninggalkan
organisasi. Beberapa tindakan atau kejadian ini dapat dibagi ke dalam dua
variable, yaitu investasi dan alternatif. Selain itu proses pertimbangan juga dapat
mempengaruhi individu. Investasi termasuk sesuatu yang berharga, termasuk
waktu, usaha ataupun uang, yang harus individu lepaskan jika meninggalkan
organisasi. Sedangkan alternatif adalah kemungkinan untuk masuk ke organisasi
lain. Proses pertimbangan adalah saat di mana individu mencapai kesadaran akan
investasi dan alternatif, dan bagaimana dampaknya bagi mereka sendiri.
Proses terbentuknya Normative commitment
Wiener (Allen & Meyer, 1997) menyatakan normative commitment
terhadap organisasi dapat berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan
individu selama proses sosialisasi (dari keluarga atau budaya) dan selama
sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam organisasi. Selain itu normative
commitment juga berkembang karena organisasi memberikan sesuatu yang sangat
berharga bagi individu yang tidak dapat dibalas kembali (Allen & Meyer; Scholl
'���!!��� ���� ��.����� � #$�
�
dalam Allen & Meyer, 1997). Faktor lainnya adalah adanya kontrak psikologis
antara anggota dengan organisasinya (Argyris; Rousseau; Schein dalam Allen
& Meyer, 1997). Kontrak psikologis adalah kepercayaan dari masing-masing
pihak bahwa masing-masing akan timbal balik memberi.
2.2.4 Dampak Komitmen Karyawan
Meyer dan Allen (1991) berpendapat, bagaimanapun, bahwa ketiga
komponen komitmen memiliki konsekuensi berbeda bagi perilaku terkait dengan
pekerjaan, seperti kehadiran, kinerja dan kemauan untuk pergi meninggal
organisasi. Dasar argumen ini tentu saja terletak pada perbedaan dalam sifat
psikologis setiap bentuk komitmen.
Karyawan dengan Affective commitment
Individu dengan affective commitment yang tinggi memiliki kedekatan
emosional yang erat terhadap organisasi, hal ini berarti bahwa individu tersebut
akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap
organisasi dibandingkan individu dengan affective commitment yang lebih rendah.
Berdasarkan beberapa penelitian affective commitment memiliki hubungan yang
sangat erat dengan seberapa sering seorang anggota tidak hadir atau absen dalam
organisasi. Berdasarkan hasil penelitian dalam hal role-job performance, atau
hasil pekerjaan yang dilakukan, individu dengan affective commitment akan
bekerja lebih keras dan menunjukkan hasil pekerjaan yang lebih baik
dibandingkan yang komitmennya lebih rendah. Kim dan Mauborgne (Allen &
'���!!��� ���� ��.����� � #,�
�
Meyer, 1997) menyatakan individu dengan affective commitment tinggi akan
lebih mendukung kebijakan perusahaan dibandingkan yang lebih rendah.
Berdasarkan penelitian Ghirschman (1970) dan Farrell (1983), Meyer et
al. (1993) meneliti tiga respon ketidakpuasan, yaitu voice, loyalty, dan neglect.
Dalam penelitian yang diadakan pada perawat, affective commitment ditemukan
memiliki hubungan yang positif dengan keinginan untuk menyarankan suatu hal
demi kemajuan (voice) dan menerima sesuatu hal sebagaimana adanya mereka
(loyalty) dan berhubungan negatif dengan tendency untuk bertingkah laku pasif
ataupun mengabaikan situasi yang tidak memuaskan (neglect). Individu dengan
affective commitment yang tinggi cenderung untuk melakukan internal whistle-
blowing (yaitu melaporkan kecurangan kepada bagian yang berwenang dalam
perusahaan) dibandingkan external whistle-blowing (yaitu melaporkan kecurangan
atau kesalahan perusahaan pada pihak yang berwenang).
Karyawan dengan Continuance commitment
Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan
dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran
dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan
organisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka individu tersebut tidak dapat
diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat untuk berkontribusi pada
organisasi. Jika individu tersebut tetap bertahan dalam organisasi, maka pada
tahap selanjutnya individu tersebut dapat merasakan putus asa dan frustasi yang
dapat menyebabkan kinerja yang buruk. Individu dengan continuance commitment
yang tinggi akan lebih bertahan dalam organisasi dibandingkan yang rendah.
'���!!��� ���� ��.����� � #%�
�
Berdasarkan beberapa penelitian continuance commitment tidak memiliki
hubungan yang sangat erat dengan seberapa sering seorang anggota tidak hadir
atau absen dalam organisasi.
Komitmen juga berhubungan dengan bagaimana anggota organisasi
merespon ketidakpuasannya dengan kejadian-kejadian dalam pekerjaan.
Continuance commitment tidak berhubungan dengan kecenderungan seorang
anggota organisasi untuk mengembangkan suatu situasi yang tidak berhasil
ataupun menerima suatu situasi apa adanya. Hal menarik lainnya, semakin besar
continuance commitment seseorang, maka ia akan semakin bersikap pasif atau
membiarkan saja keadaan yang tidak berjalan dengan baik.
Karyawan dengan Normative commitment
Individu dengan normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan
dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas. Meyer &
Allen (1991) menyatakan bahwa perasaan semacam itu akan memotivasi individu
untuk bertingkahlaku secara baik dan melakukan tindakan yang tepat bagi
organisasi. Namun adanya normative commitment diharapkan memiliki hubungan
yang positif dengan tingkah laku dalam pekerjaan, seperti job performance, work
attendance, dan organizational citizenship. Normative commitment akan
berdampak kuat pada suasana pekerjaan.
'���!!��� ���� ��.����� � #"�
�
2.2.5 Meningkatkan Komitmen
Gary Dessler (1999) mengemukakan sejumlah cara yang bisa dilakukan
untuk membangun komitmen karyawan pada organisasi, yaitu :
1. Make it charismatic: Jadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu yang
karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam
berperilaku, bersikap dan bertindak.
2. Build the traditional: Segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah
sebagai suatu tradisi yang secara terus menerus dipelihara, dijaga oleh
generasi berikutnya.
3. Have comprehensive grievance procedures: Bila ada keluhan atau komlain
dari pihak luar atau dari pihak internal organisasi maka organisasi harus
memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.
4. Provide extensive two-way communication: Jalinlah komunikasi dua arah di
organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
5. Create a sense of community: Jadikan semua unsur dalam organisasi sebagai
suatu community dimana di dalamnya ada nilai-nilai kebersamaan, rasa
memiliki, kerjasama, berbagi, dll.
6. Build value-based homogenity: Membangun nilai-nilai yang didasarkan
adanya kesamaan. Setiap anggota organisasi memiliki kesempatan yang sama,
misalnya untuk promosi maka dasar yang digunakan untuk promosi adalah
kemampuan, keterampilan, minat, motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.
7. Share and share alike: Sebaiknya organisasi membuat kebijakan dimana
antara karyawan level bawah samapi yang paling atas tidak terlalu berbeda
'���!!��� ���� ��.����� � +-�
�
atau mencolok dalam kompensasi yang diterima, gaya hidup, penampilan
fisik, dll.
8. Emphasize barnraising, cros-utilization, and teamwork: Organisasi sebagai
suatu community harus bekerjasama, saling berbagi, saling memberi manfaat
dan memberikan kesempatan yang sama pada anggota organisasi. Semua
harus memberikan kontribusi yang maksimal demi keberhasilan organisasi
tersebut.
9. Get together: Adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota organisasi
sehingga kebersamaan bisa terjalin.
10. Support employee development: Hasil studi menunjukkan bahwa karyawan
akan lebih memiliki komitmen terhadap organisasi bila organisasi
memperhatikan perkembangan karier karyawan dalam jangka panjang.
11. Commit to Actualizing: Setiap karyawan diberikesempatan yang sama untuk
mengaktualisasikan diri secara maksimal di organisasi sesuai dengan kepasitas
masing-masing.
12. Provide first-year job challenge: Karyawan masuk ke organisasi dengan
membawa mimpi dan harapannya, kebutuhannya. Berikan bantuan yang
kongkret bagi karyawan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan
mewujudkan impiannya. Jika tahap-tahap awal memiliki persepsi yang positif
terhadap organisasi maka karyawan akan cenderung memiliki kinerja yang
tinggi pada tahap-tahap berikutnya.
'���!!��� ���� ��.����� � +&�
�
13. Enrich and empower: Ciptakan kondisi agar karyawan bekerja tidak secara
monoton karena rutinitas akan menimbulkan perasaan bosan bagi karyawan.
Hal ini tidak baik karena akan menurunkan kinerja karyawan.
14. Promote from within: Bila ada lowongan jabatan, sebaiknya kesempatan
pertama diberikan kepada pihak intern perusahaan sebelum merekrut
karyawan dari luar perusahaan.
15. Provide developmental activities: bila organisasi membuat kebijakan untuk
merekrut karyawan dari dalam sebagai prioritas maka dengan sendirinya hal
itu akan memotivasi karyawan untuk terus tumbuh dan berkembang
personalnya, juga jabatannya.
16. The question of employee security: Bila karyawan merasa aman, baik fisik
maupun psikis, maka komitmen akan muncul dengan sendirinya.
17. Commit to people-first values: Membangun komitmen karyawan pada
organisasi merupakan proses yang panjang dan tidak dapat dibentuk secara
instan. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar memberikan perlakuan
yang benar pada masa awal karyawan memasuki organisasi. Dengan demikian
karyawan akan memiliki persepsi yang positif terhadap organisasi.
18. Put it in writing: Data-data tentang kebijakan, visi, misi, semboyan, filosofi,
sejarah, strategi, dll. organisasi sebaiknya dibuat dalam bentuk tulisan, bukan
sekedar bahasa lisan.
19. Hire ”Right-Kind” managers: Bila pimpinan ingin menanamkan nilai-nilai,
kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan, disiplin, dll pada bawahan, sebaiknya
'���!!��� ���� ��.����� � +)�
�
pimpinan sendiri memberikan teladan dalam bentuk sikap dan perilaku sehari-
hari.
20. Walk the talk: Tindakan jauh lebih efektif dari sekedar kata-kata. Bila
pimpinan ingin karyawannya berbuat sesuatu maka sebaiknya pimpinan
tersebut mulai berbuat sesuatu, tidak sekedar kata-kata atau berbicara.
2.3 Kerangka Berpikir
Setiap karyawan ketika bergabung dalam suatu perusahaan membawa
seperangkat pengalaman dan harapan. Dengan bekerja, karyawan berharap dapat
memenuhi need atau kebutuhan hidupnya sehari-hari, misalnya dengan
mendapatkan upah. Setiap karyawan juga membawa seperangkat nilai (values)
atau kepercayaan dalam diri mereka yang didapat dari keluarga dan budaya.
Mereka juga memiliki sifat kepribadian atau personality traits yang membedakan
individu dengan individu lainnya. Hal-hal tersebut, need, values dan personality
traits ini merupakan karakteristik yang dimiliki dan dibawa oleh setiap karyawan.
Dalam bekerja, karyawan cenderung akan membandingkan keutungan
yang diperolehnya dengan keuntungan yang didapat orang lain yang pekerjaannya
sejenis di luar perusahaan, atau yang disebut dengan Current Social Comparison
(perbandingan terhadap situasi sosial yang ada). Dengan membandingkan
tersebut, karyawan dapat menilai dan mengharapkan pekerjaannya lebih
menguntungkan dari pada dengan yang lainnya. Selain membandingkan dengan
keuntungan yang diperoleh, karyawan juga dapat dipengaruhi oleh kelompok
acuan (Refference Group) dalam menilai pekerjaan. Karyawan mengharapkan
'���!!��� ���� ��.����� � +*�
�
mendapatkan dukungan atau penilaian yang positif dari kelompok acuan atas
pekerjaannya. Karyawan juga cenderung membandingkan pengalaman yang
diperolehnya ketika bekerja di tempat lain dengan pekerjaannya yang sekarang
(Jobs Factors in Priors Experiences). Karena setiap karyawan pasti menginginkan
pekerjaanya yang sekarang lebih menguntungkan dirinya dibanding dengan
pekerjaan sebelumnya. Hal-hal tersebut, current social comparison, refference
group dan jobs factors in priors experiences merupakan faktor situasional yang
mempengaruhi seseorang dalam menilai pekerjaanya.
Dengan adanya karakteristik yang dimiliki individu dan terdapnya faktor
situasional yang berasal dari luar, karyawan dapat menilai pekerjaannya sesuai
dengan apa yang dipersepsikannya. Dengan karakteristik yang dimiliki individu,
karyawan mempersepsikan pekerjaannya apakah dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya atau tidak. Sedangkan dengan adanya faktor situasional, karyawan
mempersepsikan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan
membandingkan pekerjaannya yang sekarang, dengan harapan pekerjaannya yang
sekarang lebih baik dibanding dengan yang sebelumnya.
Setiap karyawan menginginkan apa yang mereka harapkan sesuai dengan
apa yang diperolehnya. Apabila harapan tidak sesuai dengan apa yang
diterimanya, maka dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja pada karyawan.
Kepuasan kerja merupakan apa yang dirasakan karyawan terhadap pekerjaannya.
Menurut Porter (1961), untuk mengukur kepuasan kerja seseorang yaitu dengan
menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.
Selain itu, Wexley dan Yulk (1977) membagi karakteristik pekerjaan yang
'���!!��� ���� ��.����� � +#�
�
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan diantaranya yaitu, compensation (upah
yang diterima), supervision (pengawasan dari atasan), the work itself (pekerjaan
itu sendiri), co-workers (hubungan dengan rekan sekerja), job security (rasa
aman), dan advancement opportunity (kesempatan untuk promosi).
Dari fenomena yang terjadi di perusahaan CV. Niftrasoft, terdapatnya
karyawan yang mengeluhkan mengenai beberapa dimensi pekerjaan. Karyawan
merasa sistem perhitungan upah oleh perusahaan masih belum dilakukan secara
tepat. Karyawan membandingkan pekerja yang bekerja di tempat lain bahwa upah
mereka telah sesuai dengan Upah Minimum Regional, berbeda dengan apa yang
mereka terima. Menurut Goodman (1974), yang menjadi penyabab utama
ketidakpuasan adalah para pekerja menilai upahnya dengan membuat
perbandingan-perbandingan sosial. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan
profesional pekerja semakin tinggi kemungkinan ia melakukan perbandingan
sosial dengan orang-orang yang profesinya sama di luar organisasi. Keluhan lain
yang disampaikan oleh karyawan, yaitu mengenai pemberian gaji yang tidak tepat
waktu dan terkadang tidak sesuai dengan perjanjian. Karyawan mengaharapkan
hak mereka segera terpenuhi setelah mereka menunaikan tugas-tugas mereka.
Selain mengeluhkan mengenai compensation, karyawan juga mengeluhkan
mengenai tidak adanya tunjangan kesehatan. Karyawan mengharapkan
perusahaan memberikan tunjangan kesehatan terutama bagi karyawan yang telah
lama bekerja. Tunjangan kesehatan ini dirasa perlu oleh karyawan untuk
keselamatan mereka dalam bekerja. Hal ini berhubungan dengan job security atau
keamanan dalam bekerja yang dapat membuat karyawan tidak merasa takut akan
'���!!��� ���� ��.����� � ++�
�
sesuatu hal yang tidak pasti ketika melakukan pekerjaan. Selain itu, karyawan
juga mengharapkan perusahaan memperjelas mengenai keberadaan status
karyawan yang telah lama bekerja. Apakah mereka masih sebagai karyawan
kontrak atau telah menjadi karyawan tetap. Hal tersebut berhubungan pula dengan
job security, yaitu adanya rasa kekhawatiran karyawan akan diberhentikan secara
tiba-tiba oleh perusahaan.
Tidak adanya advancement opportunity atau kesempatan untuk promosi,
dapat pula menyebabkan ketidakpuasan kerja pada karyawan. Menurut mereka
kesempatan untuk naik jabatan diberikan berdasarkan keinginan dan keputusan
langsung dari owner. Sehingga kemungkinannya hanya terjadi pada orang-orang
tertentu saja yang dinilai baik oleh owner. Padahal kesempatan untuk promosi
peranannya cukup besar dalam menumbuhkan kepuasan kerja, terutama bagi
karyawan yang memiliki keinginan besar untuk maju dan mengambangkan diri.
Dengan adanya berbagai keluhan dari karyawan mengenai pekerjaannya,
karyawan merasakan adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang
diterima. Seperti yang diungkapkan oleh Porter, bila selisih antara harapan dan
kenyataan tinggi, maka kepuasan kerja karyawan rendah. Sebaliknya jika selisih
antara harapan dan kenyataan rendah, maka kepuasan kerja karyawan tinggi.
Karyawan yang merasa tidak puas akan bereaksi seperti mengeluh, absences,
produktifitas menurun dan pindah kerja (turn over).
Karyawan yang merasa puas akan tetap berada di perusahaan dibanding
dengan karyawan yang tidak puas. Karyawan yang puas juga diharapkan mereka
memiliki komitmen organisasi yang tinggi. Perilaku pindah kerja merupakan salah
'���!!��� ���� ��.����� � +$�
�
satu pula indikasi dari rendahnya komitmen karyawan terhadap perusahaan.
Menurut Hackett & Guinon (1995), karyawan yang memiliki komitmen
organisasional yang tinggi akan berdampak pada karyawan tersebut, yaitu dia
lebih puas dengan pekerjaannya dan tingkat absensinya menurun. Artinya
karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan merasa lebih puas dengan
pekerjaannya. Sedangkan karyawan yang tidak puas, mereka ada yang tetap
melanjutkan keanggotaannya, ada pula yang berkeinginan untuk keluar dari
organisasi. Menurut hasil wawancara, mereka yang tidak puas sebenarnya
menginginkan keluar dari organisasi, akan tetapi mereka merasa nyaman berada di
perusahaan tersebut, misalnya nyaman dengan hubungan antar rekan sekerja yang
sudah terjalin dan merasa telah satu keluarga. Adapun karyawan lainnya yang
tidak puas dan menginginkan keluar dari organisasi, menurut mereka jika saja ia
mendapat pekerjaan yang lebih baik, ia berencana ingin mengundurkan diri.
Karyawan yang tidak puas akan tetapi memiliki perasaan nyaman berada
di perusahaan tersebut karena memiliki kedekatan emosional terhadap perusahaan,
hal ini menandakan bahwa karyawan tersebut memiliki komitmen organisasi.
Komitmen karyawan terhadap perusahaan tidaklah tumbuh dengan begitu saja,
akan tetapi memerlukan proses dan waktu yang panjang, sehingga menimbulkan
kenyamanan kepada mereka berada di organisasi dalam waktu yang lama.
Komitmen karyawan terhadap organisasi dapat diartikan sebagai : 1) keinginan
kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi, 2) keinginan untuk berusaha keras
sesuai keinginan organisasi, 3) keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan
tujuan organisasi.
'���!!��� ���� ��.����� � +,�
�
Di perusahaan CV. Niftrasoft perilaku keluar masuknya karyawan
merupakan hal yang sering terjadi, terutama terjadi pada karyawan yang baru atau
yang berusia lebih muda. Berbeda dengan beberapa karyawan yang telah bekerja
cukup lama yaitu sekitar satu tahun lebih. Menurut Steers dan Porter (1999), dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa semakin lanjut usia seseorang maka akan
semakin memiliki komitmen terhadap organisasinya. Begitu pula dengan semakin
lamanya masa kerja seseorang maka semakin tinggi komitmen organisasinya.
Terdapat beberapa alasan karyawan berkomitmen dan tetap bertahan
dalam perusahaan. Dari hasil wawancara terhadap karyawan, mereka menyatakan
sulit untuk meninggalkan organisasi karena merasa telah nyaman dengan
hubungan yang terjalin selama ini dengan organisasi dan orang-orang di
dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tersebut memiliki komitmen
organisasi berdasarkan affective commitment, yaitu karyawan merasakan adanya
kedekatan emosional yang erat terhadap perusahaan. Karyawan dengan affective
commitment akan memiliki ebsensi yang baik, bekerja lebih keras dan
menunjukkan hasil kerja yang lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang
berkomitmen rendah. Seperti halnya dengan karyawan yang memiliki kepuasan
kerja yang tinggi, karyawan akan memiliki loyalitas dan produktivitasnya juga
baik. Kim dan Mauborgne (Allen & Meyer, 1997), menyatakan individu
dengan affective commitment tinggi akan lebih mendukung kebijakan perusahaan
dibandingkan yang lebih rendah.
Selain itu karyawan yang menampilkan perilaku tetap bertahan di
perusahaan, dari hasil wawancara mereka berkomitmen berdasarkan
'���!!��� ���� ��.����� � +%�
�
kebutuhannya akan pekerjaannya yang sekarang. Mereka akan tertarik apabila ada
perkerjaan yang lebih baik dari pekerjaan yang sekarang. Akan tetapi mereka
belum menemukan pekerjaan tersebut. Sehingga mereka tetap memilih bekerja di
perusahaan yang sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tersebut
memiliki komitmen organisasi berdasar continuance commitmen, karyawan
merasa akan mendapatkan kerugian jika meninggalkan perusahaan saat ini.
Karena mereka masih sangat membutuhkan pekerjaannya yang sekarang,
misalnya karena gaji. Apabila meninggalkan organisasi, maka belum tentu mereka
akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di luar sana. Karyawan yang
berkeinginan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, menunjukkan bahwa
karyawan merasa apa yang mereka harapan dari perusahaan tersebut tidak sesuai
dengan apa yang didapatnya. Sehingga karyawan memilih alternatif lain di luar
perusahaan. Itu artinya karyawan merasakan adanya ketidakpuasan kerja di
perusahaan tersebut. Continuance commitment juga berhubungan dengan
bagaimana anggota organisasi merespon ketidakpuasannya dengan kejadian-
kejadian dalam pekerjaan. Semakin besar continuance commitment seseorang,
maka ia akan semakin bersikap pasif atau membiarkan saja keadaan yang tidak
berjalan dengan baik, Allen & Meyer (1997).
Berbeda lagi dengan karyawan yang tetap bertahan di perusahaan karena
merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut, karyawan tersebut
memiliki komitmen organisasi berdasarkan normative commitment. Menurut
Allen & Meyer, individu dengan normative commitment tinggi akan tetap
bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas,
'���!!��� ���� ��.����� � +"�
�
mereka berlandaskan pada suatu keyakinan bahwa itu adalah yang benar dan hal
tersebut merupakan moral yang harus dijalani. Karyawan juga merasakan adanya
kewajban untuk memberi balasan atas apa yang telah diberikan perusahaan.
Setiap karyawan memilki dasar tingkah laku yang berbeda berdasarkan
kepuasan yang mereka rasakan dan komitmen organisasi yang dimilikinya.
Sehingga karyawan dapat memutuskan atas dasar apa ia tetap bertahan di
perusahaan tersebut. Begitu pula dengan kepuasan kerja yang dirasakan oleh
karyawan, apabila yang diharapkannya sesuai dengan kenyataan yang
diperolehnya. Dengan kepuasan atau ketidak puasan kerja yang dirasakan
seseorang, diharapkan karyawan tersebut memiliki komitmen organisasi dan apa
yang melatar belakangi komitmen mereka, apakah mereka memiliki komitmen
organisasi berdasarkan affective, continuance atau normative commitment.
Sehingga karyawan dapat memberikan kontribusinya dengan baik dan
meneruskan keanggotannya di perusahaan tersebut dalam waktu yang cukup lama.
Berikut kerangka pikir dari peneliti :
'���!!��� ���� ��.�����
�$-�
�
Skem
a 2.
2
Skem
a B
erpi
kir
Fakt
or y
ang
mem
peng
aruh
i ke
puas
an k
erja
:
1.K
arak
teri
stik
in
divi
du :
need
, val
ues,
dan
Pers
onal
ity tr
aits
2. K
arak
teri
stik
Pe
kerj
aan
: o
Com
pens
atio
no
Supe
rvis
ion
oTh
e W
ork
Itsel
fo
Co-
Wor
kers
oJo
b Se
curi
tyo
Adva
ncem
ent
Opp
ortu
nity
3. V
aria
bel
Situ
asio
nal:
Cur
rent
Soc
ial
Com
pari
son,
Re
ffere
nce
Gro
up,
Jobs
Fac
tors
in
peri
ors
expe
rien
ce
DIS
CR
EPA
NC
Y
Ada
nya
kese
njan
gan
anta
ra
Har
apan
de
ngan
K
enya
taan
Puas
at
au
Tid
ak P
uas
Affe
ctiv
e C
omm
itmen
t
Con
tinua
nce
Com
mitm
ent
Nor
mat
ive
Com
mitm
ent
'���!!��� ���� ��.����� � $&�
�
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka peneliti merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
• Semakin tinggi kepuasan kerja, maka semakin tinggi affective commitmen
karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
• Semakin tinggi kepuasan kerja, maka semakin tinggi continuance
commitmen karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
• Semakin tinggi kepuasan kerja, maka semakin tinggi normative
commitmen karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
$)�
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Berdasarkan tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen karyawan terhadap
perusahaan, maka metoda penelitian yang dipakai adalah dengan metoda
korelasional. Metoda korelasional yaitu suatu metoda penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa
variabel, melalui studi korelasional peneliti dapat mengetahui hubungan variasi
dalam sebuah variabel yang lain. (Suharsimi Arikunto, 2000).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini, yaitu :
a. Variabel pertama : Kepuasan kerja
b. Variabel kedua : Komitmen karyawan terhadap perusahaan.
3.3 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Kepuasan Kerja
Definisi Konseptual :
Kepuasan kerja adalah bagaimana perasaan karyawan terhadap pekerjaannya,
Wexley dan Yukl (1984:45). Kepuasan dan ketidakpuasan dengan sejumlah
aspek pekerjaan tergantung pada selisih atau discrepancy antara apa yang
'���!/�0������� �(������� � � $*�
�
dianggap telah didapatkan dengan apa yang menurut perasaannya atau
persepsinya telah diperoleh atau dicapainya melalui pekerjaan. Locke (1969).
Definisi Operasional :
Kepuasan kerja adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan karyawan
terhadap pekerjaannya dengan kenyataan yang ia dapatkan. Karakteristik dari
pekerjaan yang mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya, yaitu :
a. Compensation (imbalan yang diterima)
Yang manjadi penyebab utama ketidakpuasan adalah para pekerja menilai
upahnya dengan membuat perbandingan-perbandingan sosial. Semakin
tinggi tingkat pendidikan dan profesional pekerja semakin tinggi
kemungkinan ia melakukan perbandingan sosial dengan orang-orang yang
profesinya sama di luar organisasi. Jika upah pekerja cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya, ia akan lebih puas dibanding
jika ia menerima upah lebih rendah dari yang diperlukan untuk memenuhi
standar hidup yang memadai.
b. Supervision (pengawasan yang dilakukan oleh atasan)
Tanggapan pekerja terhadap pengawasnya biasanya akan tergantung pada
karakteristik pengawasnya. Satu-satunya perilaku pemimpin yang
mempunyai pengaruh dapat diramalkan terhadap kepuasan bawahan
adalah kebijaksanaan (consideration). Para pekerja lebih puas dengan
pemimpin yang bijaksana dan memberikan dukungan kepada bawahan,
dibanding dengan pemimpin yang selalu berbeda atau bermusuhan dengan
bawahannya.
'���!/�0������� �(������� � � $#�
�
c. The Work Itself (pekerjaan itu sendiri)
Terdapat lima dimensi inti dari pekerjaan, yaitu : Skill Variety (Ragam
Keterampilan), Task Identity (Identitas Pekerjaan), Task Significance
(Kepentingan Pekerjaan), Autonomy (Otonomi), Feedback From The Job
Itself (Umpan balik pekerjaan itu sendiri).
d. Co-Workers (hubungan antara rekan sekerja)
Yaitu interaksi yang terjadi sesama pekerja yang akan menciptakan
suasana kerja tertentu yang berpengaruh pada kepuasan kerja.
e. Job Security (keamanan kerja)
Rasa aman didapatkan dari adanya suasan kerja yang menyenangkan, tidak
ada rasa takut akan sesuatu hal yang tidak pasti dan tidak ada
kekhawatiran akan diberhentikan secara tiba-tiba.
f. Advancement Opportunity (kesempatan untuk memperoleh perubahan
status).
Faktor ini cukup besar peranannya dalam menumbuhkan kepuasan kerja,
terutama bagi karyawan yang memiliki keinginan besar untuk maju dan
mengembangkan dirinya.
3.3.2 Variabel Komitmen Organisasi
Definisi Konseptual :
Komitmen dalam berorganisasi yaitu suatu konstruk psikologis yang merupakan
karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki
implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam
berorganisasi. Meyer dan Allen (1991).
'���!/�0������� �(������� � � $+�
�
Definisi Operasional :
Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan kecenderungan karyawan
untuk tetap bertahan dalam suatu organisasi berdasarkan aspek komitmen yang
mendasarinya. Terdapat 3 dimensi komitmen dalam berorganisasi, diantaranya
yaitu:
1. Affective Commitment
Merupakan hubungan emosional karyawan terhadap perusahaan, merasa
telah teridentifikasi atau merasakan kebersatuan dengan perusahaan, dan
ikut terlibat dalam kegiatan di perusahaan. Karyawan tetap bertahan
karena memang memiliki keinginan untuk terus berada dalam perusahaan.
2. Continuance Commitment
Merupakan kesadaran akan mengalami kerugian jika meninggalkan
perusahaan. Karyawan terus bertahan karena mereka memiliki kebutuhan
untuk menjadi anggota organisasi. Misalnya gaji atau tidak dapat
menemukan pekerjaa lain. Pertimbangan lain karyawan yaitu investasi dan
alternatif. Investasi merupakan sesuatu yang berharga, waktu, usaha
ataupun uang, yang harus individu lepaskan jika meninggalkan organisasi.
Sedangkan alternatif adalah kemungkinan untuk masuk ke organisasi lain.
3. Normative Commitment
Merupakan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam perusahaan,
karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi dan merasa adanya
suatu kewajiban atau tugas. Individu merasa perusahaan telah memberikan
sesuatu yang sangat berharga yang tidak dapat dibalas kembali.
'���!/�0������� �(������� � � $$�
�
3.4 Alat Ukur
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, alat ukur
yang digunakan yaitu berupa kuesioner yang berisikan pernyataan-pernyataan
mengenai kepuasan kerja dan komitmen karyawan terhadap perusahaan. Menurut
Sudjana (1984:7), angket adalah suatu cara pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isian yang telah disiapkan dan disusun
sedemikian rupa, sehingga calon responden hanya tinggal menandai atau
mengisinya dengan mudah dan cepat.
3.4.1 Angket Kepuasan Kerja
Angket kepuasan kerja digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan kerja
pada karyawan. Angket kepuasan kerja ini menggunakan skala dari Likert yaitu
”Method Of Summeted Rating Scale” yang dirancang oleh Marvin Dunnete, dkk
berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Angket kepuasan kerja ini merupakan daftar pernyataan-pernyataan terhadap
pekerjaan yang jawabannya berupa skala. Cara pengisiannya yaitu dengan
memilih satu di antara empat alternatif jawaban yang ada. Setiap jawaban diberi
skor yang berkisar dari 1 sampai 4 dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
'���!/�0������� �(������� � � $,�
�
Tabel 3.1
Skor Kuesioner Kepuasan Kerja
Jawaban Nilai item positif Nilai item negatif
Sangat Setuju (SS)
Cenderung Setuju (CS)
Cenderung Tidak Setuju (CTS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
4
3
2
1
1
2
3
4
Alat ukur ini terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif, yang
secara rinci dapat dikategorikan berdasarkan hubungan dengan 6 aspek pekerjaan
yang mempengaruhi kepuasan kerja (Wexel dan Yukl). Berikut ini akan disajikan
tabel yang berisikan kisi-kisi item dari alat ukur mengenai kepuasan kerja.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Item Kepuasan Kerja
Aspek Indikator Item
Harapan
Item
Kenyataan
Compensation � Menilai upah dengan membuat
perbandingan-perbandingan sosial dengan
orang-orang yang pekerjaannya sejenis di
luar organisasi
� Merasa sistem pembayaran gaji sesuai
dengan usaha yang dikeluarkan
� Merasa upah yang diterima cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya.
� Merasa mendapat reward atau bonus sesuai
dengan prestasi kerja
� Merasa mendapat uang lembur
1
2, 25
3, 26
4
1 (-)
2, 25
3, 26
4
'���!/�0������� �(������� � � $%�
�
5 5 (-)
Supervision � Merasa atasan menghargai hasil kerjanya
� Merasa atasan mau mendengarkan pendapat
dari bawahannya
� Merasa nyaman dengan hubungan yang
terjalin
� Merasa atasan selalu memberikan dukungan
atau memberikan semangat kepada
bawahannya.
6, 27
7
8, 28, 36,
39
9
6 (-), 27 (-)
7
8, 28 (-), 36
(-), 39
9
The Work
Itself
-
a. Skill Variety
� Merasa pekerjaannya sesuai dengan
kemampuan dibidangnya.
� Merasa tugas yang dilakukan bervariasi
b. Task Identity
� Terdapatnya kejelasan tugas yang harus
dilakukan
� Terdapat kejelasan hasil atau target yang
harus dicapai
c. Task Significance
� Merasa pekerjaan memiliki dampak yang
penting bagi kehidupan orang lain atau
rekan sekerja.
d. Autonomy
� Merasa diberikan kebebasan untuk
merencanakan dan memutuskan prosedur
pekerjaan sendiri
e. Feedback From The Job Itself
� Merasa pekerjaan yang dilakukan
10, 29, 37
40
11
12, 30, 38
13, 31
14
15
16
10 (-), 29
(-), 37, 40
11
12, 13 (-),
38 (-)
13, 31 (-)
14
15 (-)
16 (-)
'���!/�0������� �(������� � � $"�
�
menyenangkan atau tidak membosankan
� Merasa berhasil dalam pekerjaan 32 32
Co-Workers � Merasa memiliki hubungan yang erat
dengan rekan sekerja
� Merasa saling membantu dan bekerja sama
dalam bekerja dalam mencapai tujuan
perusahaan.
17, 33
18
17 (-), 33
18
Job Security � Merasa mendapatkan perhatian kesehatan
dari perusahaan
� Tidak merasa ada tekanan dari siapapun
dalam bekerja
� Merasa nyaman dengan kebijakan yang
berlaku di perusahaan
19
20
21, 34
19 (-)
20
21 (-), 34
(-)
Advancement
Opportunity
� Merasa mendapat kesempatan yang sama
untuk mendapatkan kenaikan jabatan
(promosi)
� Merasa mendapat kesempatan untuk
mengembangkan karir
� Merasa mendapatkan kesempatan yang
sama untuk mendapatkan kenaikan gaji
22
23
24, 35
22 (-)
23
24 (-), 35
(-)
Jumlah Item 80
Dari aspek-aspek tersebut akan didapat bagaimana perasaan puas dan tidak
puasnya karyawan dengan melihat tinggi rendahnya selisih dari skor harapan dan
skor kondisi aktual yang didapat dari pengisian kuesioner. Jika selisih skor yang
didapat rendah maka artinya derajat kepuasan yang dimiliki karyawan tinggi,
karena aspek-aspek pekerjaan dapat terpenuhi sesuai dengan harapan yang
dimilikinya, dengan kata lain karyawan memiliki kepuasan kerja. Namun jika
selisih skor yang didapat tinggi maka artinya derajat kepuasan yang dimiliki
'���!/�0������� �(������� � � ,-�
�
karyawan rendah, karena harapan-harapan yang dimilikinya mengenai aspek-
aspek pekerjaan tidak dapat terpenuhi, dengan kata lain karyawan tidak memiliki
kepuasan kerja.
3.4.2 Angket Komitmen Organisasi
Angket komitmen digunakan untuk mengukur tingkat komitmen karyawan
terhadap perusahaan berdasarkan aspek komitmen. Angket komitmen ini
menggunakan skala dari Likert berdasarkan dimensi affective commitment,
continuance commitmen dan normative commitment dari teori Meyer dan Allen
(1997). Angket komitmen ini merupakan daftar pernyataan-pernyataan yang
jawabannya berupa skala. Cara pengisiannya yaitu dengan memilih satu di antara
empat alternatif jawaban yang ada. Setiap jawaban diberi skor yang berkisar dari 1
sampai dengan 4, kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Skor Kuesioner Komitmen
Jawaban Nilai item positif Nilai item negatif
Sangat Sesuai (SS)
Cenderung Sesuai (CS)
Cenderung Tidak Sesuai (CTS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
4
3
2
1
1
2
3
4
Alat ukur komitmen ini terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan
negatif, yang secara rinci dapat dikategorikan berdasarkan dimensi komitment
yang dikemukakan oleh Meyer dan Allen. Berikut ini akan disajikan tabel yang
berisikan indikator dari alat ukur mengenai komitmen karyawan, yaitu :
'���!/�0������� �(������� � � ,&�
�
Tabel 3.4
Kisi-kisi Item Komitmen
Aspek Indikator No Item
Affective
Commitment
� Merasa memiliki hubungan emosional
terhadap perusahaan
� merasa telah menjadi bagian dari perusahaan
� merasa bangga bekerja di perusahaan tersebut
� peduli terhadap keberhasilan perusahaan
1, 13, 38
4, 16
7, 19, 30
10, 25
Continuance
Commitment
� Mempertimbangkan keuntungan dan kerugian
jika keluar dari perusahaan
� menjadi bagian dari perusahan merupakan
suatu kebutuhan hidup
� merasa tidak mendapat alternative pekerjaan
lain
� merasa tidak ingin kehilangan atas apa yang
telah diperoleh dari perusahaan
2, 14, 37 (-), 22,
29, 31, 39, 35
5, 17, 27
8, 20
11, 33, 24
Normative
Commitment
� merasa memiliki kewajiban untuk tetap
bertahan di perusahaan.
� Merasa suatu kesalahan bila meninggalkan
perusahaan
� merasa harus memberikan balasan kepada
perusahaan atas apa yang telah diberikan oleh
perusahaan
� memiliki loyalitas terhadap perusahaan
� merasa tidak keberatan dengan peraturan atau
kebijakan dari perusahaan
3, 18, 26, 32
6, 21, 36
9, 23
12, 34, 28
15
Jumlah Item 39
Dari dimensi komitmen karyawan tersebut akan didapat affective
commitment, continuance commitment, dan normative nommitment, dengan
'���!/�0������� �(������� � � ,)�
�
melihat tinggi rendahnya dari setiap skor ketiga aspek tersebut yang didapat dari
pengisian kuesioner. Sehingga menggambarkan dimensi apa yang mendasari
karyawan untuk tetap bertahan di dalam perusahaan.
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini dilakukan pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara teknik Purposive Sampling yaitu mengambil sampel dari populasi yang telah
di tentukan dengan memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang memiliki
sangkut paut yang erat dengan tujuan penelitian (Sutrisno Hadi, 82:95). Jumlah
sampel yang digunakan yaitu sebanyak 18 orang karyawan dari 60 karyawan.
Berdasarkan teknik sampling ini maka ditentukan sampel yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
• Merupakan karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
• Pendidikan minimal SMA dengan tujuan agar subjek dapat memahami
pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam alat ukur.
• Karyawan yang telah memiliki masa kerja minimal 1 tahun, dengan
pertimbangan bahwa karyawan dengan masa kerja tersebut dianggap telah
memiliki pengalaman bekerja di perusahaan tersebut dan mengetahui
permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam perusahaan
3.6 Pengujian Alat Ukur
Sebelum mengambi data di lapangan, peneliti terlebih dahulu akan
melakukan pengujian terhadap alat ukur yang digunakan dengan melakukan uji
'���!/�0������� �(������� � � ,*�
�
validitas dan uji reliabilitas. Suatu alat ukur yang baik harus memiliki validitas
dan reliabilitas. Pengujian alat ukur dilakukan kepada 10 orang subjek yang
memiliki ciri-ciri sesuai dengan sampel penelitian.
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut memiliki
taraf kesesuaian dan ketepatan dalam melakukan suatu penilaian, atau apakan alat
ukur tersebut sudah benar-benar mangukur apa yang hendak diukur atau dinilai.
Jadi suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mengukur apa yang
hendak diukur.
Untuk melihat derajat konsistensi digunakan teknik korelasi melalui
koefisien korelasi Rank Spearman. Alasan menggunakan korelasi tersebut karena
data yang akan diperoleh melalui kedua alat ukur yang digunakan berskala
ordinal.
Langkah-langkah pengujiannya:
a. Menghitung skor total masing-masing item dan skor total setiap responden
dari seluruh item.
b. Memberi ranking dari 1 sampai n pada variabel X juga pada varaiabel Y.
c. Menghitung selisih ranking di atas dikuadrankan dan hasilnya
dicantumkan dalam kolom di.
d. Selisih rangking di atas dikuadrankan dan hasilnya dicantumkan dalam
kolom di² kemudian dijumlahkan � di².
e. Menghitung koefisien korelasi Rank Spearman (rs) dengan rumus:
'���!/�0������� �(������� � � ,#�
�
�X ² + �Y² - � di²r s =
2� � X ² . �Y²
Keterangan: r s = koefisien korelasi Rank Spearman �X = faktor korelasi untuk variabel X �Y = faktor korelasi untuk variabel Y di = perbedaan ranking yang diperoleh
Dalam penelitian ini, uji validitas yang dilakukan menggunakan taraf
signifikansi antara � = 0.01 sampai dengan � = 0.05. Harga � (alpha) akan
menentukan nilai Rank Spearman (rs tabel) pada tabel harga-harga kritis koefisien
korelasi Ranking Spearman. Apabila rs hitung lebih besar dari nilai tabel, maka
item tersebut valid. Sebaliknya apabila rs hitung lebih kecil dari rs tabel maka
item tersebut tidak valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji untuk mengetahui sejauhmana alat ukur yang
akan digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian, kepercayaan, kekonstanan atau
kestabilan, sehingga alat ukur tersebut dapat dikatakn reliabel. (Djamaludin
Ancok, 1989). Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam menguji
reliabilitas adalah teknik belah dua (Split Half) untuk menghitung indeks
reliabilitas.
Untuk menguji reliabilitas dengan manggunakan teknik split-half (belah
dua), langkah-langkah pengujiannya :
'���!/�0������� �(������� � � ,+�
�
a. Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan (kelompok), yaitu
item bernomor ganjil dan item bernomor genap.
b. Menjumlahkan skor masing-masing item pada kelompok item bernomor
ganjil dan kelompok item bernomor genap sehingga menghasilkan skor
total.
c. Menghitung korelasi skor total item ganjil dengan skor item genap dengan
uji statistik Rank Spearman, (dilakukan dengan menggunakan SPSS Versi
18). Selanjutnya untuk mendapatkan prosentase kehandalan kuesioner
penelitian secara keseluruhan digunakan dengan rumus
d.
( )( )ttr
ttrrtotal .1..2
+=
Keterangan: r.tot = Angka reliabilitas keseluruhan item r.tt = Angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Validitas dan reliabilitas alat ukur dinyatakan dengan angka koefisien
korelasi, yang menurut Guilford (Djamaludin Ancok, 1989), memiliki
pembagian sebagai berikut :
Tabel 3.5
Koefisien Guilford
Koefisien Korelasi Derajat Hubungan 0.00 – 0.20 Tidak ada korelasi, derajat reliabilitas hampir tidak ada0.21 – 0.40 Derajat korelasi rendah, hubungan rendah0.41 – 0.70 Derajat korelasi sedang, hubungan cukup tinggi0.71 – 0.90 Derajat korelasi tinggi, hubungan tinggi0.90 – 1.00 Derajat korelasi tinggi sekali, hubungan sangat tinggi
'���!/�0������� �(������� � � ,$�
�
3.6.3 Hasil Uji Coba Alat Ukur
Berdasarkan uji coba alat ukur kepada 10 responden, diperoleh hasil
sebagai berikut :
1. Dari hasil uji coba validitas skala kepuasan kerja, dengan � = 0.05 dan rs
tabel = 0.564, maka diperoleh 40 pernyataan diterima dan digunakan serta
44 pernyataan ditolak dan dibuang. Sedangkan reliabilitas skala kepuasan
kerja sebesar 0.99 yang berarti keandalan alat ukur kepuasan kerja sebesar
99 %.
2. Dari hasil uji coba validitas skala komitmen, dengan � = 0.05 dan rs tabel
= 0.564, maka diperoleh 39 pernyataan diterima dan digunakan, serta 15
pernyataan ditolah dan dibuang. Sedangkan reliabilitas skala komitmen
sebesar 0.97 yang berarti keandalan alat ukur komitmen sebesar 97 %
3.7 Perhitungan Median
Kriteria untuk menentukan nilai tinggi-rendahnya kepuasan kerja dan
tinggi-rendahnya komitmen karyawan terhadap perusahaan digunakan
perhitungan median, dan skor rendah berada di bawah median.
Ketentuan untuk perhitungan median adalh seagai berikut (Sudjana, 1992) :
1. Perhitungan median dari distribusi tak tergolong. Nilai median dan
bilangan dari data yang terletak di tengah-tengah setelah diurut dari nilai
terkecil sampai nilai terbesar.
2. Tentukan nilai kumulatif yaitu jumlah nilai setiap responden untuk semua
item pernyataan.
3. Susun data berdasarkan dari nilai yang terkecil sampai nilai yang terbesar.
'���!/�0������� �(������� � � ,,�
�
4. Jika banyaknya data berjumlah ganjil maka nilai median adalah nilai yang
paling tengah. Jika jumlahnya genap maka nilai median adalah nilai rata-
rata data yang paling tengah.
3.8 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan
Metoda Statistik Non-Paramentrik, dan dianalisis dengan teknik korelasional,
yaitu untuk menentukan derajat signifikansi hubungan antara kepuasan kerja
dengan komitmen karyawan terhadap perusahaan. Adapun data yang diperoleh
menganai kepuasan kerja dan komitmen merupakan data ordinal. Perhitungan
statistik yang dipergunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalag
uji korelasi Rank Spearman (rs), yaitu dengan menggunakan bantuan SPSS 18.0.
3.8.1 Uji Koefisien Korelasi Rank Sperman (rs)
Dengan teknik ini peneliti menguji apakah ada hubungan yang signifikan
atau tidak diantara satu variabel dengan variabel lainnya. Adapun langkah-
langkah perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman (Siegel, 1994: 253-257)
adalah sebagai berikut :
1. Menyusun tabel, yang berkolom No.Responden, X, Y, R (X), R (Y), di dan
di².
2. Seluruh hasil penelitian kedua alat ukur diberi ranking 1 sampai dengan N,
mulai dari jumlah skor terkecil. Nilai ranking untuk skor kepuasan kerja diberi
simbol R (X) dan nilai ranking untuk skor komitmen diberi simbol R (Y).
'���!/�0������� �(������� � � ,%�
�
3. Menghitunng selisih masing-masing nilai ranking dan hasilnya dicantumkan
dalam kolom di..
4. Selisih ranking kemudian di kuadrankan dan hasilnya dicantumkan dalam
kolom-kolom di² kemudian dijumlahkan.
5. Menghitung rs dengan ketentuan:
�X ² + �Y² - � di²r s =
2� � X ² . �Y²
Keterangan: r s = koefisien korelasi Rank Spearman
�X = faktor korelasi untuk variabel X �Y = faktor korelasi untuk variabel Y di = perbedaan ranking yang diperoleh
a. apabila tidak terdapat data yang berangka sama, maka rumus yang
digunakan adalah:
1- (6 � di² ) rs = N ³ – N
Keterangan: rs = koefisien Rank spearman n = total pengamatan di = perbedaan ranking yang diperoleh
b. Apabila terdapat ranking yang berangka sama pada variabel X,
maka akan mengurangi jumlah kuadrat X. Oleh sebab itu perlu
dilakukan korelasi dengan menghitung faktor korelasi T, yaitu:
'���!/�0������� �(������� � � ,"�
�
T = t ³ – t
12
Dimana t = banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu
ranking tertentu.
Faktor korelasi T digunakan untuk mengurangi jumlah kuadrat
baik untuk �X maupun untuk �Y.
c. Bila ranking yang berangka sama berjumlah banyak, maka rumus
yang digunakan dalam penghitungan rs adalah:
�X ² + �Y² - � di²r s =
2� � X ² . �Y²
Keterangan: r s = koefisien korelasi Rank Spearman �X = faktor korelasi untuk variabel X �Y = faktor korelasi untuk variabel Y di = perbedaan ranking yang diperoleh
dimana �X ² = N ³ – N – �Tx
12
�Y ² = N ³ – N – �Ty
12
3.8.2 Uji Signifikansi rs
Uji signifikansi ini digunakan untuk menentukan apakah variabel-variabel
berasosiasi (berhubungan). Signifikansi diuji dari rank yang bersangkutan. Untuk
'���!/�0������� �(������� � � %-�
�
sampel berjumlah besar (N � 10), (Siegel, 1994 : 262-263) signifikansi uji rs
tersebut menggunakan rumus sebagai berikut:
t = rs N - 2
� 1 – (rs²)
Kriteria penolakan Ho jika t hit > t tabel dengan taraf signifikans � = 0,05
dan db = N - 2. Untuk melihat t tabel dipergunakan tabel harga-harga kritis t pada
tabel B untuk tes satu sisi. Untuk mengetahui coeficient determination (kekuatan
korelasi) digunakan rumus sebagai berikut :
Harga rs (Koefisien korelasi Rank Spearman) bergerak dari 0 sampai +1
atau dapat juga ditulis dengan 0 � rs � =1. harga rs dengan tanda 0 menyatakan
tidak adanya korelasi antara variabel. Sedangkan harga rs dengan tanda negatif
menyatakan adanya korelasi yang negatif antara variabel yang diuji.
3.9 Hipotesis Penelitian
H0 : rs � 0,
� Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan
affective commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
� Tidak terdapat hubungan yang signifikan anatara kepuasan kerja dengan
continuance commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
� Tidak terdapat hubungan yang signifikan anatara kepuasan kerja dengan
normative commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
d = rs2 x 100%
'���!/�0������� �(������� � � %&�
�
H1 : rs > 0,
� Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan
affective commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
� Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan
continuance commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
� Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan
normative commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
3.10 Prosedur Pelaksanaan
Dalam melakukan penelitian ini, tahapan-tahapan yang harus ditempuh
adalah sebagai berikut:
1. Tahapan persiapan
a. menentukan ruang lingkup permasalahan
b. melakukan studi kepustakaan
c. memilih topik penelitian
d. menyusun usulan rancangan penelitian (out line) sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti
e. menetapkan sampel dan lokasi penelitian
f. mengajukan usulan penelitian kepada dosen pembimbing
g. mencari keterangan menganai gambaran umum situasi dan kondisi
perusahaan
h. mengurus perizinan resmi kepada pihak perusahaan dalam rangka
pengambilan data penelitian
i. mempersiapkan alat ukur yang digunakan
'���!/�0������� �(������� � � %)�
�
j. melakukan uji coba alat ukur terhadap subjek yang memiliki
kesamaan karakteistik dengan sampel penelitian. Data hasil uji
coba digunakan untuk perbaikan alat ukur yang sebenarnya.
k. Menentukan jadwal pengambilan data.
2. Tahap pengambilan data
a. melaksanakan pengambilan data sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan
b. melakukan pengumpulan data dari hasil angket kepuasan kerja dan
komitmen karyawan
3. Tahap pengolahan data
a. menilai hasil kuesioner yang telah diisi oleh masing-masing
karyawan yaitu kuesioner kepuasan kerja dengan komitmen
karyawan
b. menghitung dan mentabulasi data-data yang didapat
c. pengolahan data-data dengan pengujian statistik untuk menbguji
hipotesis penelitian dan korelasi antar variabel penelitian.
4. Tahap pembahasan data.
Merumuskan hasil penelitian dan membuat kesimpulan dari hasil
pengujian statistik yang dilakukan.
5. Tahap akhir
a. menyusun laporan penelitian
b. memperbaiki dan menyempurnakan hasil penelitian secara
menyeluruh.
%*�
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara kepuasan
kerja dengan affective commitment, continuance commitment dan normative
commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung. Pada bab IV ini penulis akan
menyajikan hasil pengolahan data, dan pengolahan data tersebut didasarkan pada
pengujian statistik, hipotesis yang diajukan, serta konsep-konsep teori yang telah
penulis ajukan.
4.1 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
4.1.1 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman Antara Kepuasan Kerja
dengan Affective Commitment
Hipotesis Statistik yang diajukan :
H0 : rs � 0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja
dengan affective commitment pada karyawan CV. Niftrasoft
Bandung.
H1 : rs > 0 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja
dengan affective commitment pada karyawan CV. Niftrasoft
Bandung.
'���!/�0������� �(������� � � %#�
�
Hasil Perhitungan :
Tabel 4.1.1
Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman Antara Kepuasan Kerja
dengan Affective Commitment
Kriteria Pengujian Hasil Uji Kesimpulan
H0 ditolak jika thit > ttab,
Dengan � = 0.05 dan db = N-2 = 16
rs = 0,564
thit = 2,731
ttab = 1,734
d = 31,80 %
Karena thit > ttab,
H0 ditolak.
Analisis hasil statistik :
Berdasarkan hasil melalui perhitungan statistik (tabel 4.1.1), diperoleh :
thit > ttab (2,731 > 1,731), hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kepuasan kerja dengan affective commitment pada
karyawan CV. Niftrasoft Bandung, artinya semakin tinggi kepuasan kerja maka
semakin tinggi pula affective commitment. Nilai rs = 0,564 menujukkan tingkat
keeratan sedang yang bararti hubungan yang ada cukup berarti.
'���!/�0������� �(������� � � %+�
�
4.1.2 Hasil Korelasi antara Kepuasan Kerja dengan Continuance
Commitment
Hipotesis Statistik yang diajukan :
H0 : rs � 0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja
dengan continuance commitment pada karyawan CV. Niftrasoft
Bandung.
H1 : rs > 0 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan
continuance commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
Hasil Perhitungan :
Tabel 4.1.2
Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman Kepuasan Kerja
dengan Continuance Commitment
Kriteria Pengujian Hasil uji Kesimpulan
H0 ditolak jika -thit < -ttab,
Dengan � = 0.05 dan db = N-2 = 16
rs = - 0.299
thit = -1.253
ttab = -1.734
d = 8.94 %
Karena -thit > -ttab,
maka H0 diterima.
Analisis hasil statistik :
Berdasarkan hasil melalui perhitungan statistik (tabel 4.1.2), dipeoleh : -thit >-ttab
(-1,256 > -1,731), hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara kepuasan kerja dengan continuance commitment pada karyawan
'���!/�0������� �(������� � � %$�
�
CV. Niftrasoft Bandung. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman (-0,299)
menunjukkan tingkat keeratan yang rendah.
4.1.3 Hasil Korelasi Rank Spearman antara Kepuasan Kerja dengan
Normative Commitment
Hipotesis Statistik yang diajukan :
H0 : rs � 0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja
dengan normative commitment pada karyawan CV. Niftrasoft
Bandung.
H1 : rs > 0 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja
dengan normative commitment pada karyawan CV. Niftrasoft
Bandung.
Hasil Perhitungan :
Tabel 4.1.3
Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman Kepuasan Kerja
dengan Normative Commitment
Kriteria Pengujian Hasil uji Kesimpulan
H0 ditolak jika thit > ttab,
Dengan � = 0.05 dan db = N-2 = 16
rs = 0.081
thit = 0.324
ttab = 1.734
d = 0.65 %
Karena thit < ttab,
maka H0 diterima.
.
'���!/�0������� �(������� � � %,�
�
Analisis hasil statistik
Berdasarkan hasil melalui perhitungan statistik (tabel 4.1.3), dipeoleh : thit < ttab
(0,081 < 1,731), hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kepuasan kerja dengan normative commitment pada karyawan CV.
Niftrasoft Bandung. Nilai rs = 0.081 menunjukkan derajat keeratan hampir tidak
ada dan hubungan yang ada cenderung diabaikan.
4.2 Hasil Tabulasi Silang
4.2.1 Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan kerja dengan affective
commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
Tabel 4.2.1
Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan kerja dengan affective commitment
Affective
Commitment
Kepuasan Kerja Total
Puas Tidak puas
F % F % F %
Tinggi 7 38,89 5 27,78 12 66,67
Rendah 0 0 6 33,33 6 33,33
Total 7 38,89 11 61,11 18 100
Dari tabel 4.2.1 dapat dilihat bahwa karyawan yang merasa puas dengan
dimensi-dimensi yang ada di lingkungan kerja dan memiliki affective commitment
yang tinggi, sebanyak 7 orang (38,89%), tidak terdapat karyawan puas dan
memiliki affective commitment yang rendah. Karyawan yang merasa tidak puas
dan memiliki affective commitment yang tinggi yaitu sebanyak 5 orang (27,78%),
'���!/�0������� �(������� � � %%�
�
karyawan yang tidak puas dan memiliki affective commitment yang rendah
sebanyak 6 orang ( 33,33%). Hal ini menunjukkah bahwa karyawan yang puas
cenderung memiliki affective commitment yang tinggi dan karyawan yang tidak
puas lebih banyak memiliki affective commitment yang rendah.
4.2.2 Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan Kerja dengan continuance
commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
Tabel 4.2.2
Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan Kerja dengan
continuance commitment
Continuance
Commitment
Kepuasan Kerja Total
Puas Tidak puas
F % F % F %
Tinggi 3 16,67 8 44,44 11 61.11
Rendah 4 22,22 3 16,67 7 38,89
Total 7 38,89 11 61,11 18 100
Dari tabel 4.2.2 menunjukkan bahwa karyawan yang merasa puas dan
memiliki continuance commitment yang tinggi sebanyak 3 orang (16,67%),
karyawan yang puas dan memiliki continuance commitment yang rendah
sebanyak 4 orang (22,22%). Sedangkan karyawan merasa tidak puas dan memiliki
continuance commitment yang tinggi yaitu sebanyak 8 orang (44,44%), karyawan
yang tidak puas dan memiliki continuance commitment yang rendah sebanyak 3
orang (16,67%). Dengan demikian, karyawan yang tidak puas lebih banyak
'���!/�0������� �(������� � � %"�
�
memiliki continuance commitement yang tinggi, sedangkan karyawan yang puas
lebih banyak memiliki continuance commitment yang rendah.
4.2.3 Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan Kerja dengan Normative
Commitment pada Karyawan CV. Niftrasoft Bandung.
Tabel 4.2.3
Hasil Tabulasi Silang antara Kepuasan Kerja dengan
Normative Commitment
Normative
Commitment
Kepuasan Kerja Total
Puas Tidak puas
F % F % F %
Tinggi 5 27,78 7 38,89 12 66,67
Rendah 2 11,11 4 22,22 6 33,33
Total 7 38,89 11 61,11 18 100
Dari tabel 4.2.3 menunjukkan karyawan yang puas dengan pekerjaannya
dan memiliki normative commitment yang tinggi yaitu sebanyak 5 orang
(27,78%), karyawan yang puas dan memiliki normative commitment yang rendah
sebanyak 2 orang (11,11%). Sedangkan karyawan yang tidak puas dan memiliki
normative commitment yang tinggi sebanyak 7 orang (38.89%), karyawan yang
tidak puas dan memiliki normative commitment yang rendah sebanyak 4 orang
(22,22%). Dengan demikian, karyawan yang merasa tidak puas dengan
pekerjaannya cenderung mimiliki normative comitment yang tinggi, begitu pula
karyawan yang puas mereka lebih banyak memiliki normative commitment yang
tinggi pula.
'���!/�0������� �(������� � � "-�
�
4.3 Gambaran Kepuasan Kerja karyawan CV. Niftrasoft Bandung
Tabel 4.3
Kepuasan Kerja karyawan
Tingkat kepuasan kerja Frekwensi Prosentase
Puas 7 38,89 %
Tidak puas 11 61,11 %
Tabel di atas merupakan gambaran dari kepuasan kerja karyawan CV.
Niftrasoft Bandung. Skor kepuasan dan ketidakpuasan tersebut diperoleh dari
hasil selisih antara harapan dan kenyataan yang dirasakan oleh karyawan. Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 7 orang (38,89 %) karyawan CV.
Niftrasoft Bandung yang merasa puas dengan dimensi-dimensi pekerjaannya.
Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 11 orang (61,11%) karyawan CV. Niftrasoft
Bandung yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Dengan demikian,
karyawan yang tidak puas lebih banyak dibandingkan dengan karyawan yang
puas.
'���!/�0������� �(������� � � "&�
�
� Gambaran Dimensi-dimensi Kepuasan Kerja pada Karyawan CV.
Niftrasoft Bandung
Tabel 4.3.1
Dimensi – dimensi Kepuasan Kerja
Dimensi Puas Tidak puas
F % F %
Compensation 8 44,44 10 55,56
Supervision 6 33,33 12 66,67
The work itself 7 38,89 11 61,11
Co-workers 5 27,78 13 72,22
Job security 5 27,78 13 72,22
Advancement opportunity 6 33,33 12 66,67
Dari tabel 4.3.1 dapat kita lihat bahwa dimensi pekerjaan yang membuat
karyawan CV. Niftrasoft Bandung merasa puas yaitu pada dimensi compensation
sebanyak 8 orang (44,44%). Sedangkan dimensi pekerjaan yang membuat
karyawan CV. Niftrasoft Bandung tidak puas yaitu pada dimensi co-workers
sebanyak 13 orang (72,22%), job seciruty sebanyak 13 orang (72,22%),
supervision sebanyak 12 orang (66,67%), advancement opportunity sebanyak 12
orang (66,67%), dan dimensi the work itself sebanyak 11 orang (61,11%).
'���!/�0������� �(������� � � ")�
�
4.4 Gambaran Komitmen Organisasi pada Karyawan CV. Niftrasoft
Bandung
Tabel 4.4
Komitmen Organisasi
Dimensi Tinggi Rendah
F % F %
Affective commitment 12 66,67 6 33,33
Continuance commitment 11 61,11 7 38,89
Normative commitment 12 66,67 6 33,33
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki
affective commitmen yang tinggi sebanyak 12 orang (66,67%), sedangkan yang
memiliki affective commitment rendah sebanyak 6 orang (33,33%). Karyawan
yang memiliki continuance commitment yang tinggi sebanyak 11 orang (61,11%),
sedangkan yang memiliki continuance commitment rendah sebanyak 7 orang
(38,89%). Karyawan yang memiliki normative commitment yang tinggi sebanyak
12 orang (66,67%), sedangkan yang memiliki normative commitment rendah
sebanyak 6 orang (33,33%). Dengan demikian, karyawan CV. Niftrasoft Bandung
kebanyakan memiliki komitmen organisasi yang tinggi, terutama berdasarkan
affective commitment dan normative commitment.
'���!/�0������� �(������� � � "*�
�
4.5 Pembahasan
4.5.1 Pembahasan data hasil penelitian hubungan antara kepuasan kerja
dengan affective commitment
Berdasarkan tabel hasil pengujian statistik diperoleh data bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan affective commitment,
dengan derajat keeratan sedang (0,564). Hubungan yang terjadi bertanda positif,
artinya semakin tinggi kepuasan kerja, maka semakin tinggi affective commitment
karyawan.
Kepuasan kerja memiliki hubungan dengan affective commitment.
Gambarannya, karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang puas, mereka merasa
dimensi-dimensi pekerjaan telah sesuai dengan harapan-harapan mereka.
Karyawan mempersepsikan bahwa dengan bekerja di CV. Niftrasoft maka
kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Dengan terpenuhinya kebutuhan menjadikan
hal tersebut sebagai suatu pengalaman yang positif. Dimana pengalaman positif
tersebut merupakan pengalaman yang dapat memuaskan kebutuhan hidup mereka.
Apabila pengalaman positif tersebut terjadi secara terus menerus, maka akan
semakin bertambah pula kepuasan kerja. Karyawan yang merasa perusahaan dapat
memenuhi kebutuhan mereka dan membuat diri mereka merasa nyaman dalam
bekerja, maka karyawan akan mempertahankan pengalaman tersebut dan berharap
dapat terulang kembali. Salah satu caranya yaitu dengan tetap berada di
perusahaan tersebut. Hal ini lambat laun maka dapat mengembangkan affective
commitment pada karyawan. Karena menurut Allen & Meyer (1991) Affective
commitment berkembang sebagai hasil dari pengalaman kerja individu yang
'���!/�0������� �(������� � � "#�
�
memuaskan kebutuhan individu. Berdasarkan definisi tersebut, pengalaman kerja
karyawan yang memuaskan kebutuhan individu dapat mengembangkan affective
commitment. Sehingga, karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang marasa puas dan
menjadikan kepuasan tersebut sebagai pengalaman yang memuaskan, maka
affective commitment karyawan CV. Niftrasoft Bandung pun akan semakin
meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, hal ini terbukti pula dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa dari sebanyak 7 orang (38,89%) karyawan yang puas,
mereka memiliki affective comitment yang tinggi. Sedangkan karyawan yang
tidak puas yaitu sebanyak 6 orang (33,33%) memiliki affective commitment yang
rendah.
Diagram 4.5.1
Tabulasi silang kepuasan kerja dan affective commitment
Sedangkan sebanyak 5 orang (27,78%) karyawan yang tidak puas namun
memiliki affective commitment yang tinggi, gambarannya yaitu mereka
mempersepsikan pengalaman yang positif bukan berdasarkan ketidakpuasan yang
mereka rasakan, akan tetapi mereka memiliki pengalaman positif yang berasal
38,89
0
27,78
33,33
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
puas & affectivecommitment tinggi
puas & affectivecommitment rendah
tdk puas & affectivecommitment tinggi
tdk puas & affectivecommitment rendah
%
'���!/�0������� �(������� � � "+�
�
dari kedekatan emosional antar karyawan, rekan sekerja, maupun atasan, yang
telah terjalin di antara mereka. Sehingga karyawan mendapatkan kenyamanan
dengan bekerja di perusahaan tersebut. Menurut Kim dan Mauborgne (dalam
Allen & Meyer, 1997) menyatakan individu dengan affective commitment yang
tinggi akan lebih mendukung kebijakan perusahaan dibandingkan yang lebih
rendah. Dengan begitu mereka lebih mempertahankan keanggotaannya di
perusahaan tersebut.
Karyawan ingin tetap menjadi anggota dalam suatu organisasi yang dapat
memberi pengalaman kerja yang positif. Hal ini disebabkan karena mereka
menghargai pengalaman ini dan mengharapkan pengalaman ini terus berlanjut,
selain ini sebagai cara untuk mempertahankan keseimbangan dalam hubungannya
dengan organisasi, mereka akan mengarahkan segala usaha untuk efektifitas
organisasi. Selain itu, menurut Allen & Meyer (1997), karyawan yang memiliki
affective commitment mereka akan memiliki motivasi dan keinginan untuk
berkontribusi secara berarti terhadap organisasi, mereka juga akan bekerja lebih
keras dan menunjukkan hasil pekerjaan yang lebih baik dibanding dengan
karyawan yang memiliki affective commitment yang rendah.
Karyawan yang tidak puas dan memiliki affective commitment yang rendah
ada sebanyak 6 orang (33,33%). Gambarannya yaitu karyawan yang tidak puas
merasa dimensi-dimensi pekerjaannya tidak sesuai dengan harapan-harapan
mereka, karena tidak dapat atau menghambat dalam pemenuhan kebutuhan
mereka. Apabila karyawan merasa kebutuhannya tidak terpenuhi dengan bekerja
di perusahaan CV. Niftrasoft Bandung, maka dapat menjadikan hal tersebut
'���!/�0������� �(������� � � "$�
�
sebagai pengalamannya yang negatif. Pengalam negatif tersebutlah yang dapat
menghambat pembentukan affective commitment. Sehingga karyawan yang tidak
puas, lebih banyak memiliki affective commitment yang rendah.
4.5.2 Pembahasan data hasil penelitian hubungan antara kepuasan kerja
dengan continuance commitmen
Berdasarkan tabel hasil pengujian statistik diperoleh data bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan continuance
commitment, dengan tingkat keeratan (-0,299) rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa karyawan yang tidak
puas lebih banyak memiliki continuance commitment yang tinggi, yaitu sebanyak
8 orang (44,44%). Gambarannya adalah, karyawan yang tidak puas mereka
merasa bahwa harapannya tidak sesuai dengan kenyataannya. Karyawan yang
tidak puas, sangat mudah sekali untuk keluar dari organisasi, karena bagi mereka
jika perusahaan tidak dapat membuat mereka nyaman, maka untuk apa mereka
mempertahankan pekerjaan tersebut. Mereka pasti lebih tertarik untuk mencari
pekerjaan yang lebih memuaskan kebutuhan mereka.
Allen & Meyer mengatakan bahwa karyawan yang memiliki continuance
commitment yang tinggi akan lebih bertahan di perusahaan di banding dengan
karyawan yang memiliki continuance commitment yang rendah. Gambarannya
adalah mereka tetap bertahan di perusahaan karena mereka tidak memiliki
alternatif pekerjaan yang lebih baik, mereka membutuhkan pekerjaan tersebut saat
ini atau karyawan tersebut melakukan perbandingan atas keuntungan dan kerugian
yang akan di dapat jika keluar dari perusahaan. Keuntungan dan kerugian ini
'���!/�0������� �(������� � � ",�
�
merupakan investasi yang telah diberikan kepada perusahaan, seperti waktu,
tenaga, uang. Dalam bukunya Allen & Meyer (1991), mengemukakan bahwa
continuance commitment dapat berkembang karena adanya berbagai tindakan atau
kejadian yang dapat meningkatkan kerugian jika meninggalkan organisasi.
Beberapa tindakan atau kejadian ini yaitu investasi dan alternatif (pekerjaan, rekan
kerja) yang tidak mungkin didapatkan di dalam organisasi lain. Sehingga
meskipun mereka merasa tidak puas, akan tetapi mereka tidak ingin meninggalkan
organisasi karena mereka telah berinfestasi pada perusahaan dan akan merasa rugi
bila saat ini meninggalkan perusahaan karena dengan bekerja di perusahaan lain
belum tentu ia mendapatkan apa yang ia peroleh di CV. Niftrasoft Bandung.
Dengan demikian, semakin karyawan tidak puas dan semakin karyawan sadar
akan mendapatkan kerugian jika meninggalkan organisasi, maka akan semakin
tinggi continuance commitment karyawan.
Berdasarkan uraian di atas, hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap
beberapa karyawan. Mereka mengatakan bahwa sebenarnya mereka memiliki
keinginan untuk keluar dari organisasi, akan tetapi mereka merasa bahwa jika
mereka keluar dari perusahaan mereka harus memulai karir kembali dari awal dan
juga karena faktor sulitnya untuk mendapatkan alternatif pekerjaan lain yang
sesuai dengan keterampilan yang telah mereka miliki. Tetap bertahan di
perusahaan merupakan jalan yang aman bagi mereka, selain karena mereka telah
'���!/�0������� �(������� � � "%�
�
menguasai keterampilan pada pekerjaan saat ini, juga karena mereka telah
berinvestasi waktu dan tenaga yang cukup lama di perusahaan tersebut.
Diagram 4.5.2
Tabulasi silang antara kepuasan kerja dengan continuance commitment
Berdasarkan hasil penelitian pada diagram 4.5.4 terdapat pula karyawan CV.
Niftrasoft yang merasa tidak puas dan memiliki continuance commitment yang
rendah yaitu sebanyak 3 orang (16,67%). Gambarannya yaitu, karyawan yang
tidak puas merasa perusahaan tidak dapat diharapkan lagi untuk dapat memenuhi
kebutuhan mereka, sehingga mereka lebih memilih untuk mencari alternatif
pekerjaan lain. Kerena mereka merasa akan mendapat kerugian apabila terus
mempertahankan keanggotaannya pada perusahaan. Apabila ada pekerjaan lain
yang lebih menarik, karyawan yang tidak puas dan memiliki continuance
commitment yang rendah, mereka ada kemungkinan untuk keluar dari perusahaan
CV. Niftrasoft Bandung.
Selain itu karyawan yang merasa puas dan memiliki continuance
commitment yang tinggi yaitu sebanyak 3 orang (16,67%). Gambarannya yaitu,
karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang merasa dimensi-dimensi pekerjaan
16,6722,22
44,44
16,67
0
10
20
30
40
50 puas &continuancecommitment tinggipuas &continuancecommitment rendahtdk puas &continuancecommitment tinggitdk puas &continuancecommitment rendah
%
'���!/�0������� �(������� � � ""�
�
sebagai hal yang menyenangkan dan memiliki continuance commitment yang
tinggi, mereka tetap bertahan di perusahaan tersebut bukan karena kedekatan
emosional. Allen & Meyer mengatakan, anggota organisasi dengan continuance
commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena
mereka memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut (Allen &
Meyer, 1997). Misalnya gaji atau mungkin juga karena ia tidak dapat menemukan
pekerjaa lain. Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan
dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi karena adanya kesadaran
dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan
organisasi.
Karyawan dengan continuance commitment yang tinggi cenderung tetap
bertahan di perusahaan dibanding dengan yang memiliki continuance commitment
rendah. Akan tetapi Individu yang memiliki contiuance commitment tidak dapat
diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat berkontribusi pada organisasi.
Semakin tinggi continuance commitment seseorang, maka ia semakin bersikap
pasif atau membiarkan saja keadaan yang tidak berjalan dengan baik di
perusahaan. Mereka adalah karyawan yang bekerja hanya sebagai tuntutan tugas
saja, namun tidak berkeinginan untuk memberikan sesuatu yang lebih dan tidak
berkeinginan memberikan kontribusi yang berarti untuk perusahaan
Terdapat pula karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang merasa puas dengan
pekerjaannya dan memiliki continuance commitment yang rendah, yaitu sebanyak
4 orang (22,22%). Karyawan CV. Niftrasoft yang merasa aspek-aspek pekerjaan
merupakan suatu hal yang menyenangkan dan mereka memiliki continuance
'���!/�0������� �(������� � � &--�
�
commitment yang rendah, gambarannya adalah karyawan yang puas merasa
harapannya sesuai dengan kenyataan yang ia terima, itu artinya ia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja di perusahaan CV. Niftrasoft
Bandung. Sehingga mereka tetap bertahan di perusahaan bukan lagi berdasarkan
keuntungan atau kerugian atas investasi yang telah diberikan untuk perusahaan,
tapi berdasarkan faktor lain seperti adanya kebutuhan mereka dengan pekerjaan
tersebut.
4.5.3 Pembahasan data hasil penelitian hubungan antara kepuasan kerja
dengan normative commitment
Bedasarkan tabel hasil pengujian statistik diperoleh data bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan normative
commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung, dengan korelasi hampir
tidak ada (0,081%) dan cenderung diabaikan.
Diagram 4.5.3
Tabulasi silang kepuasan kerja dengan normative commitment
27,78
11,11
38,89
22,22
0
10
20
30
40
50 puas & normativecommitment tinggi
puas & normativecommitment rendah
tdak puas & normativecommitment tinggi
tdk puas & normativecommitment rendah
%
'���!/�0������� �(������� � � &-&�
�
Berdasarkan diagram 4.5.3, karyawan yang puas dan memiliki normative
commitment yang tinggi sebanyak 5 orang (27,78%). Gambarannya yaitu
karyawan yang puas, merasa kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi dengan
bekerja di CV. Niftrasoft. Tingginya normative commitment, karena mereka
merasa perusahaan telah memberikan sesuatu yang tidak dapat dibalas oleh
dirinya. Menurut Allen & Meyer, normative commitment berkembang karena
organisasi memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi individu yang tidak
dapat dibalas kembali. Sehingga bertahan di perusahaan tersebut bagi mereka
merupakan suatu keharusan atau hal yang benar atau nilai moral yang harus
mereka jalankan.
Selain itu sebanyak 2 orang (11,11%) karyawan CV. Niftrasoft Bandung
yang merasa puas dan memiliki normative commitment yang rendah.
Gambarannya yaitu, karyawan yang merasa puas dengan dimensi-dimensi
pekerjaan, akan tetapi mereka kurang mendapatkan sosialisasi dari perusahaan
ketika awal masuk kerja. Sosialisasi disini adalah pemberitahuan kepada
karyawan bahwa perusahaan menginginkan kesetiaan dari mereka. Menurut Allen
& Meyer, normative commitment terhadap organisasi dapat berkembang dari
sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi (dari keluarga
atau budaya) dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam organisasi.
Sehingga karyawan tersebut memiliki normative commitment yang rendah.
Terdapat pula karyawan yang merasa tidak puas dengan dimensi pekerjaan
dan memiliki normative commitment yang tinggi, yaitu sebanyak 7 orang
(38,89%). Gambarannya yaitu, karyawan yang merasa dimensi-dimensi pekerjaan
'���!/�0������� �(������� � � &-)�
�
adahal hal tidak menyenangkan akan tetapi mereka memiliki normative
commitment yang tinggi, mereka merasa bahwa tetap berada di perusahaan adalah
hal yang benar. Karena mereka memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus di
kerjakan. Misalnya karena adanya kontrak kerja dengan perusahaan. Allen &
Meyer (1991) mengatakan, bahwa normative commitment berkembang dari
adanya kontrak psikologis antara anggota dengan organisasinya (Argyris;
Rousseau; Schein dalam Allen & Meyer, 1997). Kontrak psikologis adalah
kepercayaan dari masing-masing pihak bahwa masing-masing akan timbal balik
memberi. Karyawan yang memiliki normative commitment yang tinggi akan tetap
bertahan dalam organisasi karena mereka merasa adanya suatu kewajiban atau
tugas, mereka berlandaskan pada suatu keyakinan bahwa itu adalah hal yang
benar dan hal tersebut merupakan moral yang harus dijalankan. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara terhadap karyawan CV. Niftrasoft, mereka yang merasa
tidak puas akan tetapi mereka tetap bertahan di perusahaan karena mereka masih
memiliki kontrak kerja dengan perusahaan dan hal tersebut bagi mereka
merupakan moral yang harus dijalankan.
Sedangkan 4 orang (22,22%) karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang
merasa tidak puas dan memiliki normative commitment yang rendah.
Gambarannya yaitu karyawan yang tidak puas merasa bahwa bekerja di
perusahaan CV. Niftrasoft merupakan hal yang tidak menyenangkan karena tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sehingga lambat laun dapat
menurunkan normative commitment karyawan. Karyawan yang tidak puas dapat
keluar dari perusahaan, dan normative commitment yang rendah menandakan
'���!/�0������� �(������� � � &-*�
�
tidak adanya kewajiban moral bagi mereka untuk mempertahankan
keanggotaanya pada perusahaan, karena bagi mereka untuk apa menjalankan
moral atau menjalankan kewajiban sebagai karyawan sedangkan mereka sendiri
merasa tidak puas. Sehingga bagi mereka tidak ada kewajiban untuk membalas
atau loyal pada perusahaan.
4.5.4 Pembahasan kepuasan kerja karyawan CV. Niftrasoft Bandung
Berdasarkan perhitungan median, diperoleh hasil mengenai kepuasan kerja
karyawan CV. Niftrasoft Bandung. Terdapat 7 orang (38,89%) karyawan yang
merasa puas dengan dimensi-dimensi pekerjaannya. Sedangkan sisanya yaitu
sebanyak 11 orang (61,11%) karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang merasa tidak
puas dengan pekerjaannya.
Diagram 4.5.4.1
Gambaran kepuasan kerja karyawan CV. Niftrasoft Bandung
Pada diagram 4.5.4.1 nampak bahwa karyawan yang merasa tidak puas
dengan pekerjaannya lebih banyak dibanding dengan karyawan yang puas.
Karyawan yang puas dengan pekerjaannya akan merasa lebih bahagia dan
memiliki motivasi dalam bekerja, sehingga produktivitas mereka dapat
Job Satisfaction
38,89
61,11
010203040506070
KaryawanPuas
KaryawanTidak Puas
%
'���!/�0������� �(������� � � &-#�
�
meningkat. Karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang merasa puas dapat
ditunjukkan dengan rendahnya absensi. Mereka merasa nyaman dengan
pekerjaannya dan memiliki motivasi dalam bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi. Hal tersebut dapat terjadi karena karyawan merasa bahwa perusahaan
telah memberikan apa yang mereka harapkan, misalnya terpenuhinya kebutuhan
hidup. Sehingga jika perusahaan telah memenuhi kebutuhan karyawanya, maka
karyawan pun berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu dengan
bekerja sebaik mungkin dan tetap menjadi anggota organisasi. Salah satu bentuk
kontribusi mereka terhadap perusahaan yaitu dengan memberikan saran-saran
serta masukan yang dapat membangun perusahaan.
Selain itu, karyawan yang puas akan lebih bertahan di perusahaan
dibanding dengan karyawan yang tidak puas. Menurut Mitchell (1982), semakin
tinggi tingkat kepuasan kerja maka semakin rendah perilaku turn over (pindah
kerja/meninggalkan organisasi). Karena mereka merasa perusahaan cukup dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, artinya apa yang mereka inginkan dapat mereka
peroleh dengan bekerja di perusahaan tersebut. Sehingga kecil kemungkinan bagi
mereka berkeinginan untuk mencari pekerjaan lain. Mereka akan lebih lama
bekerja di perusahaan dan bila perlu mereka akan mengabdi dan memiliki
loyalitas yang tinggi terhadap organisasi, walau bagaimanapun keadaan
perusahaan tersebut.
Sedangkan karyawan yang tidak puas yaitu sebanyak 11 orang (61,11%),
hal ini dapat terjadi karena mereka merasa adanya kesenjangan antara apa yang
mereka harapkan dengan apa yang mereka terima dari perusahaan. Karyawan CV.
'���!/�0������� �(������� � � &-+�
�
Niftrasoft Bandung yang tidak puas, mereka merasa bahwa perusahaan kurang
dapat memenuhi kebutuhan dirinya atau merasa tidak puas dengan apa yang telah
diperolehnya, karena apa yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan apa yang
telah mereka berikan untuk perusahaan. Selain itu mereka juga melakukan
perbandingan sosial dengan perusahaan lain, misalnya mengenai gaji atau
tunjangan kesehatan. Mereka melihat bahwa di perusahaan lain telah ada
tunjangan kesehatannya, berbeda dengan di CV. Niftrasoft yang belum ada
tunjangan kesehatannya.
Bentuk ketidakpuasan karyawan, mereka tampilkan dalam perilaku
kerjanya, seperti menunda-nunda pekerjaan, bermalas-malasan, meninggalkan
pekerjaan di luar jam kerja, bekerja hanya untuk menyelesaikan tugas dan
mencapai target saja, mereka tidak berkeinginan memberikan yang lebih untuk
perusahaan. Selain itu bentuk ketidak puasan kerja dapat pula di tampilkan dengan
perilaku yang ekstrim, misalnya mencuri atau merusak properti perusahaan,
absensi yang tinggi, menjelek-jelekkan nama perusahaan, sampai meninggalkan
organisasi.
Berdasarkan hasil wawancara, banyak hal yang dikeluhkan oleh karyawan
CV. Niftrasoft Bandung berkenaan dengan dimensi-dimensi pekerjaan. Hal ini
terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat dimensi-
dimensi dalam pekerjaan yang dirasa tidak memuaskan oleh karyawan. Berikut
diagram mengenai dimensi-dimensi pekerjaan yang membuat karyawan CV.
Niftrasoft Bandung tidak puas :
'���!/�0������� �(������� � � &-$�
�
Diagram 4.5.4.2
Prosentase ketidak puasan karyawan pada tiap dimensi pekerjaan
Dengan memperhatikan diagram di atas (4.5.4.2), pada dasarnya hampir
semua dimensi membuat karyawan CV. Niftrasoft Bandung tidak puas. Dimensi
yang paling tinggi yaitu pada dimensi co-workers, jos security, supervision,
advancement opporunity dan the work itself.
Karyawan CV. Niftrasoft yang merasa puas pada dimensi co-workers yaitu
sebanyak 5 orang (27,78%), artinya mereka merasa hubungan yang terjalin
dengan rekan sekerja cukup hangat dan merasa nyaman dengan interaksi yang
terjalin. Sebaliknya, terdapat 13 orang (72,22%) karyawan CV. Niftrasoft
Bandung yang merasa tidak puas dengan dimansi co-workers. Karyawan yang
tidak puas dengan dimensi co-workers, mereka merasa hubungan yang terjalin
diantara rekan sekerja kurang hangat, kurang memberikan semangat, dukungan
atau support dalam bekerja. Perilaku mereka dalam bekerja terkesan sendiri-
sendiri, bekerja hanya untuk menyelesaikan tugas dan taggung jawabnya masing-
masing. Selain itu diantara mereka juga kurangnya terjalin kerjasama dan kurang
saling memberikan bantuan dalam bekerja terutama ketika mereka mendapatkan
55,56
66,67
61,11
72,22 66,67
01020304050607080
compensation
supervision
the work itself
co-workers
job security
advancementopprtunity
%
'���!/�0������� �(������� � � &-,�
�
kesulitan. Kondisi seperti ini dapat membuat mereka merasa kurang nyaman
dalam bekerja dan tidak betah untuk berlama-lama berada di perusahaan.
Karyawan CV. Niftrasoft yang merasa puas pada dimensi job security
yaitu sebanyak 5 orang (27,78%). Artinya mereka merasa nyaman dalam bekerja
dan tidak mempermasalahkan dengan kebijakan yang ada di perusahaan.
Sedangkan karyawan yang merasa tidak puas dengan dimensi job security yaitu
sebanyak 13 orang (72,22%). Berdasarkan hasil wawancara pada karyawan CV.
Niftrasoft, mereka merasa perusahaan kurang memperhatikan kebijakan yang
menyangkut kesejahteraan karyawan, seperti tidak diberikannya tunjangan
kesehatan. Selain itu, karyawan juga merasa kebijakan perusahaan kurang jelas
dalam menentukan karyawan kontrak atau karyawan tetap. Hal-hal tersebutlah
yang dapat membuat karyawan merasa tidak aman dan nyaman dalam bekerja.
Menurut Wexley & Yukl, rasa aman didapatkan dari adanya suasana kerja yang
menyenangkan, tidak ada rasa takut akan sesuatu hal yang tidak pasti dan tidak
ada kekhawatiran akan diberhentikan secara tiba-tiba.
Karyawan yang puas dengan dimensi supervision yaitu sebanyak 6 orang
(33,33%). Karyawan CV. Niftrasoft yang tidak puas dengan dimensi supervision
mereka merasa atasan mereka cukup berkompeten di bidangnya dan dapat
memberikan arahan serta bantuan kepada bawahannya. Sedangkan karyawan yang
tidak puas dengan dimensi supervision yaitu sebanyak 12 orang (66,67%) .
Karyawan CV. Niftrasoft yang tidak puas mereka merasa atasan mereka kurang
dapat menghargai hasil kerja bawahan dan kurang memberikan dukungan atau
memberikan semangat kepada bawahannya. Padahal dukungan dan dorongan dari
'���!/�0������� �(������� � � &-%�
�
atasan sangatlah diperlukan, karena dapat meningkatkan rasa percaya diri bagi
karyawan dalam bekerja, serta dapat memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk menunjukkan kemampuan yang mereka miliki. Menurut Yukl (1971), para
karyawan menyatakan kepuasannya terhadap atasan yang menunjukkan sikap
penuh perhatian dan memberikan dukungan kepada bawahan daripada atasan yang
bersikap tak acuh dan selalu mengkritik. Kesempatan yang diberikan oleh atasan
kepada bawahannya untuk berpartisipasi juga dapat meningkatkan kepuasan kerja.
Karyawan CV. Niftrasoft yang merasa tidak puas dengan dimensi
advancement opportunity yaitu sebanyak 12 orang (66,67%). Karyawan CV.
Niftrasoft Bandung yang tidak puas dengan dimensi advancement opportunity,
mereka merasa mendapatkan kesulitan dalam mengembangkan karir di
perusahaan tersebut, karena belum adanya kebijakan mengenai hal tersebut.
Sehingga hal tersebut dapat menghambat harapan atau jenjang karir mereka.
Tanpa adanya pengembangan karir, maka karyawan yang berprestasi sekalipun
tidak akan memperoleh kesempatan untuk mencapai sasaran karirnya. Efeknya
adalah apabila pengembangan karir tidak mendapat perhatian maka kepuasan
kerja akan menurun, begitu juga sebaliknya. Selain itu karyawan juga merasa
tidak diberikannya kesempatan yang sama untuk mendapatkan kenaikan gaji atau
kenaikan jabatan (promosi). Sedangkan sebanyak 6 orang (33,33%) karyawan
yang puas dengan dimensi advancement opportunity, mereka merasa kenaikan
jabatan atau promosi di rasa tidak begitu dibutuhkan oleh mereka, karena menurut
mereka pekerjaan yang sekarang sudah sesuai dengan diri mereka.
'���!/�0������� �(������� � � &-"�
�
Karyawan CV. Niftrasoft yang merasa dimensi the work itself sebagai hal
yang tidak menyenangkan yaitu sebanyak 11 orang (61,11%). Karyawan merasa
perusahaan kurang dapat memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab yang
harus dilakukan. Sehingga terkadang karyawan melakukan tugas yang sebenarnya
bukan dari tugas mereka. Selain itu karyawan juga kurang diberikan kebebasan
untuk merencanakan dan memutuskan prosedur pekerjaan sendiri. Sehingga
karyawan merasa kurang mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuan
yang dimilikinya. Menurut Hockman dan Oldman (1975) dalam Wexley &
Yukl (1989) menyatakan bahwa karyawan akan merasa senang melakukan
pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.
Sedangkan karyawan yang merasa puas dengan dimensi the work itself yaitu
sebanyak 7 orang (3,89%), mereka merasa tugas dan tanggung jawab yang harus
mereka lakukan cukup jelas dan dimengerti.
Pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung, terdapat 10 orang (55,56%)
karyawan yang merasa tidak puas terhadap dimensi compensation. Karyawan
yang tidak puas dengan dimensi compensation merasa sistem pembayaran gaji
mereka belum tepat yaitu mereka membuat perbandingan-perbandingan sosial
dengan orang-orang di luar organisasi yang telah menerima gaji sesuai UMR
(upah minimum regional). Sehingga karyawan merasa tidak mendapat upah yang
adil dari perubahan. Ketidakpuasan juga dapat bersumber dari upah yang diterima
diberikan tidak tepat waktu, tidak sesuai dengan perjanjian ketika awal masuk
kerja, atau tidak diberikannya uang lembur. Selain itu juga, apabila upah yang
diterima cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya, maka dapat
'���!/�0������� �(������� � � &&-�
�
meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Karena dengan adanya uang tidak hanya
membantu seseorang untuk memperoleh kebutuhan tetapi juga sebagai feedback
atas hasil kerja yang telah dilakukan. Sedangkan karyawan yang puas dengan
aspek compensation yaitu sebanyak 8 orang (44,44%), mereka merasa upah yang
diterima cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya, karena sesuai dengan
pekerjaan yang telah mereka lakukan.
Tentunya dengan banyaknya keluhan yang disampaikan oleh karyawan,
dapat menimbulkan pengaruh yang negatif bagi karyawan lain maupun bagi
perusahaan. Salah satu contohnya yaitu karyawan yang merasa tidak puas akan
menyampaikan keluhannya kepada rekan sekerjanya dan akhirnya menjadi
tersebar dan diketahui oleh banyak karyawan. Hal inilah yang terjadi di
perusahaan CV. Niftrasoft, kebanyakan dari mereka secara kompak menjawab hal
yang sama dan meresa saling mendapat dukungan dari pekerja yang lain.
Sehingga, dapat menyebabkan kesalahan persepsi antara karyawan dengan
perusahaan.
'���!/�0������� �(������� � � &&&�
�
4.5.5 Pembahasan Komitmen Organisasi pada Karyawan CV. Niftrasoft
Bandung.
Diagram 4.5.5
Gambaran komitmen organisasi
Pada diagram di atas, karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang memiliki
affective commitment yang tinggi yaitu sebanyak 13 orang (66,67%). Karyawan
yang affective commitmentnya tinggi, mereka merasa telah menjadi bagian dari
perusahaan karena mereka memiliki kedekatan emosional dengan perusahaan.
Kedekatan emosional yang tinggi ini berasal dari kedekatan yang terjadi antara
karyawan dengan rekan kerja, maupun dengan owner. Menurut karyawan mereka
lebih sering dan senang untuk berkomunikasi secara langsung kepada owner
mengenai pekerjaan, dibandingkan kepada manajer. Karena karyawan merasa
lebih bebas untuk menyampaikan permasalahan kepada owner. Kedekatan
emosional yang terjalin ini, lambat laun menciptakan adanya rasa kekeluargaan di
dalam organisasi. Sehingga rasa kekeluargaan yang terjalin tersebut membuat
karyawan merasa nyaman berada di perusahaan dan dapat menjadi suatu
pengalaman yang menyenangkan bagi mereka. Selain itu, karyawan yang
memiliki affective commitment yang tinggi, mereka juga lebih peduli terhadap
66,6766,67
33,33
61,11
38,8933,33
01020304050607080
Komitmen terhadaporganisasi
affactivecommitment tinggiaffectivecommitment rendahcontinuanceecommitment tinggicontinuancecommitment rendahnormativecommitment tingginormativecommitment rendah
%
'���!/�0������� �(������� � � &&)�
�
keberhasilan perusahaan. Karena mereka memiliki perasaan bahwa mereka
merupakan bagian dari perusahaan yang berpengaruh terhadap kemajuan
perusahaan. Misalnya karyawan lebih tanggap terhadap permasalah yang terjadi di
perusahaan dan merekapun memberikan sumbangan berupa saran dan masukan
kepada perusahaan. Karena karyawan merasa masalah perusahaan adalah masalah
mereka juga. Selain itu dalam hal pekerjaan, mereka akan bekerja lebih keras dan
menunjukkan hasil pekerjaan yang lebih baik dibandingkan yang komitmennya
rendah.Karyawan yang memiliki affactive commitment yang tinggi akan memiliki
motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap perusahaan.
Menurut Allen & Meyer (1991), affective commitment berkembang
sebagai hasil dari pengalaman individu yang memuaskan kebutuhan individu
sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Pengalaman kerja tersebut yaitu
pengalaman memuaskan kebutuhan individu untuk merasa nyaman dalam
organisasi baik secara fisik maupun psikologis dan pengalaman yang dapat
memberikan perasaan kompeten dalam diri karyawan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Sehingga semakin banyak pengalaman positif yang karyawan peroleh,
maka semakin tinggi affective commitment. Mereka akan tetap bertahan dalam
perusahaan karena atas keinginan mereka sendiri.
Sedangkan karyawan CV. Niftrasoft yang memiliki affective commitment
yang rendah yaitu sebanyak 6 orang atau 33.33%. Dapat dikatakan karyawan
tersebut memilihi kedekatan emosional yang lemah dengan perusahaan. Karyawan
mempersepsikan pengalaman kerja di perusahaan tersebut sebagai suatu hal yang
negatif. Pengalaman negatif tersebut berasal dari pengalaman yang tidak
'���!/�0������� �(������� � � &&*�
�
memuaskan kebutuhan karyawan dan membuat mereka tidak nyaman berada di
dalam perusahaan. Karyawan yang memiliki affective commitment lebih rendah,
mereka kurang mendukung kebijakan perusahaan dibanding dengan affective
commitment yang lebih tinggi.
Terdapat pula karyawan yang memiliki continuance commitment yang
tinggi pada karyawan CV. Niftrasoft yaitu sebanyak 11 orang atau 61.11%.
Karyawan dengan continuance commitment tinggi mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian jika ia keluar dari perusahaan, seperti waktu, uang dan
tenaga yang telah mereka investasikan. Menjadi bagian dari perusahaan
merupakan suatu kebutuhan hidup karena mereka merasa tidak mendapat
alternative pekerjaan lain, menurut mereka pekerjaan lain di luar perusahaan
belum tentu dapat memberikan apa yang telah mereka dapatkan saat ini. Semakin
tinggi continuance comitment seseorang, maka ia akan semakin bersikap pasif
atau membiarkan saja keadaan yang tidak berjalan dengan baik. Mereka akan
lebih bertahan dalam organisasi dibandingkan yang rendah. Jika individu dengan
continuance commitment bertahan dalam organisasi, maka pada tahap selanjutnya
individu tersebut dapat merasakan putus asa dan frustasi yang dapat menyebabkan
kinerja yang buruk.
Berdasarkan diagram 4.5.5 karyawan CV. Niftrasoft yang memiliki
normative commitment yang tinggi yaitu sebanyak 12 orang atau 66.67%. Mereka
tetap bertahan di perusahaan berdasarkan adanya kewajiban atau tugas yang harus
di selesaikan, sehingga mereka merasa harus tetap berada di perusahaan dan
merasa merupakan suatu kesalahan bila meninggalkan perusahaan tersebut
'���!/�0������� �(������� � � &&#�
�
sekarang, misalnya kerena mereka terikat kontrak kerja dengan perusahaan.
Wiener (dalam Allen & Meyer, 1997) menyatakan normative commitment
terhadap organisasi berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu
selama proses sosialisasi (dari keluarga atau budaya) dan selama sosialisasi saat
individu baru masuk ke dalam organisasi. Karyawan yang merasa perusahaan
telah memberikan sesuatu yang berharga bagi dirinya yang tidak dapat dibalas
kembali, juga dapat mengembangkan normative commitment karyawan CV.
Niftrasoft Bandung.
Menurut Allen & Meyer (1991) perasaan suatu kesalahan bila
meninggalkan organisasi ini akan memotivasi individu untuk bertingkah laku
secara baik dan melakukan tindakan yang tepat bagi organisasi. Individu dengan
normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena
merasa adanya suatu kewajiban atau tugas, mereka berlandaskan pada suatu
keyakinan bahwa itu adalah yang benar dan hal tersebut merupakan moral yang
harus dijalankan. Karyawan dengan affective commitment merasa tidak keberatan
dengan kebijakan yang berlaku perusahaan saat ini.
&&+�
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V ini akan dibahas menganai kesimpulan dan saran. Kesimpulan
memuat hal yang diperoleh setelah dilakukan analisis terhadap data dan pengujian
hasil hipotesis penelitian. Saran berisikan catatan penting serta kemungkinan
perbaikan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan juga saran bagi pihak
peusahaan CV. Niftrasoft Bandung.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap kedua
variabel penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa :
1) Karyawan CV. Niftrasoft Bandung cenderung tidak puas dengan dimensi-
dimensi pekerjaan. Dimensi yang paling banyak dirasakan tidak puas oleh
karyawan yaitu dimensi co-workers, job security, supervision, advancement
opportunity dan the work itself. Sedangkan dimensi yang cukup puas adalah
compensation.
2) Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan affective
commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung, dengan tingkat keeratan
cukup tinggi (0,564). Hubungan yang ada bertanda positif, artinya semakin
tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi affective commitment karyawan.
Secara umum karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang merasa puas dengan
dimensi-dimensi pekerjaan memiliki affective commitment yang tinggi.
'���/�1������� ��� ���� � � &&$�
�
3) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan
continuance commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung, dengan
derajat keeratan rendah (-0,299). Secara umum karyawan CV. Niftrasoft
Bandung yang merasa tidak puas dengan dimensi-dimensi pekerjaan memiliki
continuance commitment yang tinggi.
4) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan
normative commitment pada karyawan CV. Niftrasoft Bandung, dengan
tingkat keeratan hampir tidak ada (0,081) dan cenderung diabaikan. Secara
umum karyawan CV. Niftrasoft Bandung yang merasa tidak puas dengan
dimensi-dimensi pekerjaan lebih banyak memiliki normative commitment
yang tinggi, begitu pula dengan karyawan yang merasa puas mereka lebih
banyak memiliki normative commitment yang tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, berikut ini akan diajukan beberapa
saran yang mungkin berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya dan juga
beberapa saran untuk pihak perusahaan CV. Niftrasoft Bandung.
5.2.1 Saran bagi penelitian selanjutnya
Pada penelitian selanjutnya untuk mandapatkan data yang lebih lengkap,
selain dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, disarankan untuk
menggali data mengenai karekteristik personal tiap karyawan dan hal-hal lainnya
yang dapat mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi. Sehingga
akan diperoleh pembahasan yang lebih kaya dan mendalam.
'���/�1������� ��� ���� � � &&,�
�
5.2.2 Saran bagi pihak perusahaan CV. Niftrasoft Bandung
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran kepada
pihak organisasi, sebaiknya berupaya untuk memperhatikan dimensi-dimensi
pekerjaan yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan, terutama dimensi
yang membuat karyawan merasa tidak puas, yaitu dimensi co-workers, job
security, supervision, advancement opportunity, dan the work itself.
� Pada dimensi co-workers : perusahaan dapat menciptakan budaya organisasi
tertentu yang dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan kerjasama, misalnya
sebelum masuk kerja setiap paginya ada pembacaan yel-yel atau pembacaan
visi dan misi perusahaan. Selain itu untuk meningkatkan rasa kebersamaan,
perusahaan dapat mengadakan pertemuan sebulan sekali dengan seluruh
karyawan yang membahas mengenai evaluasi kerja, kesulitan-kesulitan yang
dihadapi pada tiap divisi sehingga karyawan lain dapat memberikan saran atau
masukannya. Mengadakan kegiatan di luar satu tahun sekali, misalnya
refresing, berpariwisata ke suatu tempat, atau mengadakan pengajian yang
harus diikuti oleh seluruh karyawan. Selain itu, apabila ada karyawan yang
sakit atau mengalami suatu bencana, maka perusahaan harus memberikan
bantuan atau mewajibkan pada setiap divisi perwakilannya untuk menengok
karyawan yang sakit. Hal ini sebagai bentuk dari solidaritas dan perhatian dari
perusahaan, agar terciptanya rasa kebersamaan antar karyawan.
� Pada dimensi job security : diharapkan perusahaan maupun atasan dapat
merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan rasa aman pada karyawan,
seperti memberlakukan tunjangan kesehatan, kebijakan tentang penetapan
'���/�1������� ��� ���� � � &&%�
�
status yang jelas sebagai karyawan tetap, hal ini dilakukan agar karyawan
merasa puas bekerja di perusahaan CV. Niftrasoft karena perusahan
memberikan perhatian mengenai hal tersebut. Apabila perusahaan belum dapat
memberlakukan kebijakan tersebut, maka perusahaan harus memberikan
penjelasan kepada karyawan, sehingga karyawan dapat memahami alasan
perusahaan. Selain itu juga agar terhindar dari persepsi karyawan yang salah
mengenai desas desus tentang diberhentikannya beberapa karyawan, atau
mengenai desas desus tunjangan kesehatan yang akan diberikan untuk
karyawan yang telah bekerja minimal 2 tahun.
� Dimensi supervision : diharapkan perusahaan merumuskan uraian jabatan
yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab dari seorang manajer, sarta
arah koordinasi yang jelas pula. Selain itu apabila terjadi penurunan kerja
pada karyawan, maka hal pertama yang harus dievaluasi adalah manajer
mereka. Seorang manajer harus mengetahui kondisi dari tiap bawahannya,
karakteristik bawahannya, mengetahui cara memperlakukan bawahnnya dalam
memberikan motivasi, dan bagaimana cara mereka membimbing bawahan.
Sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik dan menilai manajer mereka
seorang yang berkompeten dan perhatian.
� Dimensi advencement opportunity : sebaiknya perusahaan memperhatikan
jenjang karir untuk karyawannya, hal ini diperlukan agar karyawan merasa
memiliki jenjang karir yang jelas apabila bekerja dalam waktu yang lama di
perusahaan CV. Niftrasoft Bandung. Dengan begitu karyawan akan merasa
puas, dapat meningkatkan semangat bekerja karena ada tujuan yang jelas.
'���/�1������� ��� ���� � � &&"�
�
Selain itu perusahaan juga harus memberikan kesempatan yang sama pada
setiap karyawan untuk memperoleh promosi dan kenaikan gaji. Oleh karena
itu perusahaan harus membuat peraturan yang jelas dan tertulis mengenai
persyaratan diberikannya promosi dan kenaikan gaji pada setiap divisinya. Hal
ini dilakukan agar terhindar dari kesalahan persepsi antara karyawan dengan
perusahaan, dan agar karyawan merasa di perlakukan sama atau adil oleh
perusahaan.
� Dimensi the work itself : perusahaan diharapkan membuat uraian jabatan yang
jelas secara tertulis pada setiap divisi, beserta jalur koordinasinya. Sehingga
hal ini dapat meminimaliasir terjadinya overload atau kesalahan dalam
bekerja. Uraian jabatan ini harus sering dikaji ulang dan bila perlu di lakukan
revisi setiap sebulan sekali, dengan meminta masukan juga dari setiap
karyawan.
� Dimensi compensation : diharapkan perusahaan mensosialisasikan sistem
perhitungan gaji yang jelas dan terbuka kapada setiap karyawan, yang
dilakukan secara personal. Hal ini dilakukan agar terhindar dari kesalahan
persepsi antara karyawan dengan perusahaan.
Sedangkan untuk meningkatkan Komitmen Organisasi pada karyawan, saran ini
berdasarkan rujukan dari Gary Dessler (1999) yang telah disesuaikan dengan
fenomena yang terjadi di CV. Niftrasoft Bandung. Saran berikut diharapkan dapat
menumbuhkan affective commitment pada karyawan, yaitu:
'���/�1������� ��� ���� � � &)-�
�
� Perusahaan harus mensosialisasikan mengenai nilai-nilai, peraturan dan
kebijakan perusahaan serta mengenai bahwa perusahaan membutuhkan
kesetiaan dari para karyawannya di awal mereka masuk kerja.
Membangun komitmen karyawan pada organisasi merupakan proses yang
panjang dan tidak dapat dibentuk secara instan. Oleh karena itu perusahaan
harus benar-benar memberikan perlakuan yang benar pada masa awal
karyawan memasuki organisasi. Dengan demikian karyawan akan
memiliki persepsi yang positif terhadap organisasi.
� Berikan bantuan yang kongkret bagi karyawan untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya dan mewujudkan impiannya. Jika tahap-tahap
awal memiliki persepsi yang positif terhadap organisasi maka karyawan
akan cenderung memiliki kinerja yang tinggi pada tahap-tahap berikutnya.
� Perusahaan dapat membangun nilai-nilai yang didasarkan adanya
kesamaan. Berikan pada anggota organisasi bahwa mereka memiliki
kesempatan yang sama, misalnya untuk promosi maka dasar yang
digunakan untuk promosi adalah kemampuan, keterampilan, minat,
motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.
� Jalinlah komunikasi dua arah di organisasi tanpa memandang rendah
bawahan.
� Segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah sebagai suatu tradisi
yang secara terus menerus dipelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.
� Bila ada lowongan jabatan, sebaiknya kesempatan pertama diberikan
kepada pihak intern perusahaan sebelum merekrut karyawan dari luar
'���/�1������� ��� ���� � � &)&�
�
perusahaan. Bila organisasi membuat kebijakan untuk merekrut karyawan
dari dalam sebagai prioritas maka dengan sendirinya hal itu akan
memotivasi karyawan untuk terus tumbuh dan berkembang personalnya,
juga jabatannya.
� Hasil studi menunjukkan bahwa karyawan akan lebih memiliki komitmen
terhadap organisasi bila organisasi memperhatikan perkembangan karier
karyawan dalam jangka panjang.
� Berikan rasa aman kepada karyawan, baik fisik maupun psikis, maka
komitmen akan muncul dengan sendirinya.
� Adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota organisasi sehingga
kebersamaan bisa terjalin.
� Bila ada keluhan atau komplain dari pihak luar atau dari pihak internal
organisasi maka organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi
keluhan tersebut secara menyeluruh.
� Bila pimpinan ingin menanamkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, aturan-
aturan, disiplin, dll pada bawahan, sebaiknya pimpinan sendiri
memberikan teladan dalam bentuk sikap dan perilaku sehari-hari.
&))�
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin. 1989. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran.Yogyakarta :
Pusat penelitian kependuduan Gajah Mada.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
As’ad, Moh. 2008. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia : Psikologi Industri, cetakan
10. Liberty Yogyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Jilid 1 & 2. yogyakarta : Penerbit
Andi Offset.
Meyer, J. P., & Allen, N. J. 1997. Commitment in the worplace theory research
and application. California: Sage Publications.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, Jilid 1, edisi 9. Jakarta : PT.
Indeks Kelompok gramedia.
Siegel, Sidney. 1994. Statistik Non Parametrik: untuk ilmu-ilmu sosial.
Terjemahan Suyuti dan Simatupang. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sopiah, Dr, MM., M.Pd. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta : Penerbit
ANDI.
Sudjana. 1992. Metoda Statistika, Edisi ke-5. Bandung : Tarsito.
Wexley, Kenneth N., and Yukl, Gary A. 1984. Organizational Behaviour and
Personel Psychology, Revised., Richard D. Irwin, Inc, Illinois. Homewood.
Wexley, Kenneth N., and Yukl, Gary A. 2005. Perilaku Organisasi dan Perilaku
Personalia. Terjemahan Drs. Muh Shobaruddin. Jakarta : Rineka Cipta.
� � &)*�
�
www.niftrasoft.com, (Januari 2010)
www.wikipedia.com, (Januari 2010)
www.rumahbelajarpsikologi.com, (Januari 2010)
L A M P I R A N
� � �
�
Lampiran 1
Uji Validitas Kepuasan Kerja
( Dengan N = 10 dan � = 0.05 )
No Harapan Kenyataan
Item rs hit rs tab Keterangan rs hit rs tab Keterangan 1 -0.058 0.564 ditolak 0.559 0.564 diterima
2 0.213 0.564 ditolak 0.021 0.564 ditolak 3 0.372 0.564 diterima 0.383 0.564 diterima
4 . 0.564 ditolak - 0.025 0.564 ditolak 5 . 0.564 ditolak 0.096 0.564 ditolak 6 -0.058 0.564 ditolak 0.283 0.564 ditolak 7 0.348 0.564 diterima 0.138 0.564 ditolak 8 . 0.564 ditolak 0.395 0.564 diterima
9 -0.058 0.564 ditolak 0.086 0.564 ditolak 10 0.570 0.564 diterima 0.661 0.564 diterima
11 0.522 0.564 diterima 0.345 0.564 diterima
12 0.696 0.564 diterima 0.629 0.564 diterima
13 0.261 0.564 ditolak 0.545 0.564 diterima
14 0.522 0.564 diterima 0.585 0.564 diterima
15 0.522 0.564 diterima 0.781 0.564 diterima
16 0.348 0.564 diterima 0.534 0.564 diterima
17 0.696 0.564 diterima 0.588 0.564 diterima
18 0.522 0.564 diterima 0.771 0.564 diterima
19 0.562 0.564 diterima 0.836 0.564 diterima
20 . 0.564 ditolak 0.719 0.564 diterima
21 0.348 0.564 diterima 0.716 0.564 diterima
22 0.146 0.564 ditolak - 0.308 0.564 ditolak 23 0.348 0.564 diterima 0.305 0.564 diterima
24 0.506 0.564 diterima 0.353 0.564 diterima
25 0.320 0.564 diterima 0.663 0.564 diterima
26 0.348 0.564 diterima 0.572 0.564 diterima
27 0.744 0.564 diterima -0.042 0.564 ditolak 28 0.472 0.564 diterima 0.261 0.564 ditolak 29 0.696 0.564 diterima 0.327 0.564 diterima
30 . 0.564 ditolak 0.571 0.564 diterima
31 0.711 0.564 diterima -0.055 0.564 ditolak
� � �
�
32 0.522 0.564 diterima 0.083 0.564 ditolak 33 0.856 0.564 diterima -0.712 0.564 ditolak 34 0.696 0.564 diterima 0.180 0.564 ditolak 35 . 0.564 ditolak 0.213 0.564 ditolak 36 0.493 0.564 diterima 0.584 0.564 diterima
37 0.354 0.564 diterima -0.020 0.564 ditolak 38 0.071 0.564 ditolak 0.644 0.564 diterima
39 0.174 0.564 ditolak 0.507 0.564 diterima
40 0.247 0.564 ditolak 0.284 0.564 ditolak 41 0.174 0.564 ditolak 0.349 0.564 diterima
42 0.174 0.564 ditolak 0.257 0.564 ditolak 43 0.522 0.564 diterima -0.598 0.564 ditolak 44 0.174 0.564 ditolak -0.006 0.564 ditolak 45 0.522 0.564 diterima 0.738 0.564 diterima
46 0.398 0.564 diterima -0.329 0.564 ditolak 47 0.261 0.564 ditolak 0.426 0.564 diterima
48 0.674 0.564 diterima 0.142 0.564 ditolak 49 0.572 0.564 diterima 0.778 0.564 diterima
50 0.522 0.564 diterima 0.220 0.564 ditolak 51 0.208 0.564 ditolak 0.716 0.564 diterima
52 0.517 0.564 diterima 0.194 0.564 ditolak 53 0.522 0.564 diterima 0.550 0.564 diterima
54 0.609 0.564 diterima 0.105 0.564 ditolak 55 0.609 0.564 diterima 0.716 0.564 diterima
56 0.798 0.564 diterima 0.337 0.564 diterima
57 0.853 0.564 diterima 0.021 0.564 ditolak 58 0.816 0.564 diterima 0.522 0.564 diterima
59 0.696 0.564 diterima 0.125 0.564 ditolak 60 0.696 0.564 diterima 0.231 0.564 ditolak 61 0.853 0.564 diterima -0.522 0.564 ditolak 62 0.853 0.564 diterima 0.402 0.564 diterima
63 0.623 0.564 diterima 0.527 0.564 diterima
64 0.688 0.564 diterima 0.404 0.564 diterima
65 0.696 0.564 diterima 0.479 0.564 diterima
66 0.682 0.564 diterima 0.674 0.564 diterima
67 0.517 0.564 diterima 0.895 0.564 diterima
68 0.771 0.564 diterima 0.281 0.564 ditolak 69 0.646 0.564 diterima 0.292 0.564 ditolak 70 0.788 0.564 diterima 0.643 0.564 diterima
71 0.798 0.564 diterima -0.405 0.564 ditolak 72 0.798 0.564 diterima 0.426 0.564 diterima
� � �
�
73 0.451 0.564 diterima 0.495 0.564 diterima
74 0.798 0.564 diterima 0.811 0.564 diterima
75 0.696 0.564 diterima 0.636 0.564 diterima
76 0.798 0.564 diterima 0.244 0.564 ditolak 77 0.522 0.564 diterima 0.422 0.564 diterima
78 . 0.564 ditolak 0.472 0.564 diterima
79 0.522 0.564 diterima 0.623 0.564 diterima
80 0.764 0.564 diterima 0.483 0.564 diterima
81 0.609 0.564 diterima 0.435 0.564 diterima
82 0.609 0.564 diterima 0.663 0.564 diterima
83 0.696 0.564 diterima -0.092 0.564 ditolak 84 0.522 0.564 diterima 0.494 0.564 diterima
� � �
�
Lampiran 2
Komitmen Organisasi
( Dengan N = 10 dan � = 0.05 )
No Komitmen No Komitmen Item rs hit rs tab Keterangan Item rs hit rs tab Keterangan
1 0.499 0.564 Diterima 28 0.000 0.564 ditolak
2 0.832 0.564 Diterima 29 0.609 0.564 diterima
3 0.712 0.564 Diterima 30 0.924 0.564 diterima
4 0.800 0.564 Diterima 31 -0.442 0.564 ditolak
5 0.559 0.564 Diterima 32 0.329 0.564 diterima
6 0.306 0.564 Diterima 33 0.729 0.564 diterima
7 0.272 0.564 Ditolak 34 0.654 0.564 diterima
8 0.472 0.564 Diterima 35 0.254 0.564 ditolak
9 0.838 0.564 Diterima 36 0.514 0.564 diterima
10 0.698 0.564 Diterima 37 0.257 0.564 ditolak
11 0.773 0.564 Diterima 38 0.497 0.564 diterima
12 0.609 0.564 Diterima 39 0.821 0.564 diterima
13 0.878 0.564 Diterima 40 0.376 0.564 diterima
14 0.752 0.564 Diterima 41 0.615 0.564 diterima
15 0.812 0.564 Diterima 42 0.748 0.564 diterima
16 0.877 0.564 Diterima 43 0.175 0.564 ditolak
17 0.508 0.564 Diterima 44 0.597 0.564 diterima
18 0.647 0.564 Diterima 45 -0.244 0.564 ditolak
19 -0.131 0.564 Ditolak 46 0.056 0.564 ditolak
20 0.622 0.564 Diterima 47 0.445 0.564 diterima
21 0.836 0.564 Diterima 48 0.344 0.564 diterima
22 0.143 0.564 Ditolak 49 0.212 0.564 ditolak
23 0.393 0.564 Diterima 50 0.640 0.564 diterima
24 0.000 0.564 Ditolak 51 0.383 0.564 diterima
25 0.156 0.564 Ditolak 52 0.107 0.564 ditolak
26 0.079 0.564 Ditolak 53 0.594 0.564 diterima
27 0.612 0.564 Diterima 54 0.667 0.564 diterima
� � �
�
Lampiran 3
Reliabilitas Kepuasan Kerja
Harapan Cronbach's Alpha Part 1 Value .887
N of Items 20(a)Part 2 Value .903
N of Items 20(b)Total N of Items 40
Correlation Between Forms .965
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length .982Unequal Length .982
Guttman Split-Half Coefficient .982
Kenyataan Cronbach's Alpha Part 1 Value .895
N of Items 20(a)Part 2 Value .896
N of Items 20(b)Total N of Items 40
Correlation Between Forms .966
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length .983Unequal Length .983
Guttman Split-Half Coefficient .981
Reliabilitas Komitmen Organisasi
Cronbach's Alpha Part 1 Value .925N of Items 20(a)
Part 2 Value .916N of Items 19(b)
Total N of Items 39Correlation Between Forms
.894
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length .944Unequal Length .944
Guttman Split-Half Coefficient .943
� � �
�
Lampiran 4
Data Mentah Kepuasan Kerja
(selisih harapan dan kenyataan)
No
Sampel
Kepuasan kerja Kriteria Nilai
1 53 Tidak puas 1
2 32 Puas 2
3 53 Tidak puas 1
4 61 Tidak puas 1
5 54 Tidak puas 1
6 9 Puas 2
7 78 Tidak puas 1
8 56 Tidak puas 1
9 53 Tidak puas 1
10 20 Puas 2
11 41 Puas 2
12 34 Puas 2
13 46 Tidak puas 1
14 66 Tidak puas 1
15 44 Tidak puas 1
16 44 Tidak puas 1
17 15 Puas 2
18 12 Puas 2
Total771
Puas = 7
Tidak puas = 11
Puas = 2
Tidak puas = 1
� � �
�
Lampiran 5
Data Mentah Komitmen Organisasi
No
Subjek
Affective kriteria nilai Continuance kriteria Nilai Normative kriteria Nilai
1 32 Tinggi 2 45 Tinggi 2 32 Tinggi 2
2 36 Tinggi 2 39 Tinggi 2 35 Tinggi 2
3 37 Tinggi 2 44 Tinggi 2 32 Tinggi 2
4 28 Rendah 1 39 Tinggi 2 31 Tinggi 2
5 36 Tinggi 2 39 Tinggi 2 30 Tinggi 2
6 31 Tinggi 2 43 Tinggi 2 37 Tinggi 2
7 28 Rendah 1 26 Rendah 1 30 Tinggi 2
8 24 Rendah 1 39 Tinggi 2 29 Rendah 1
9 24 Rendah 1 31 Rendah 1 27 Rendah 1
10 33 Tinggi 2 38 Rendah 1 37 Tinggi 2
11 29 Tinggi 2 38 Rendah 1 31 Tinggi 2
12 29 Tinggi 2 38 Rendah 1 36 Tinggi 2
13 26 Rendah 1 39 Tinggi 2 28 Rendah 1
14 23 Rendah 1 52 Tinggi 2 30 Tinggi 2
15 29 Tinggi 2 33 Rendah 1 28 Rendah 1
16 38 Tinggi 2 49 Tinggi 2 47 Tinggi 2
17 30 Tinggi 2 33 Rendah 1 29 Rendah 1
18 29 Tinggi 2 39 Tinggi 2 27 Rendah 1
Total
542
Tinggi=12
Rendah=6 704
Tinggi=11
Rendah=7 576
Tinggi=12
Rendah=6
� � �
�
Lampiran 6
Data Mentah Dimensi-Dimensi Kepuasan Kerja
No
Sampel
Compensa-
sion
Supervi-
sion
The
work
itself
Co-
workers
Job
security
Advancement
opoortunity
1 9 10 18 2 7 72 11 4 6 0 3 83 8 11 16 0 9 94 12 11 20 2 8 85 12 7 21 0 6 86 1 2 3 0 2 17 13 11 26 4 12 128 5 13 20 2 7 99 9 10 18 0 8 9
10 4 1 6 2 5 211 6 5 15 1 7 712 3 5 15 1 6 413 8 10 12 4 6 614 12 14 18 6 6 1015 12 3 12 1 7 916 5 5 20 1 6 717 3 3 5 1 1 218 0 2 8 1 0 1
Total 133 127 259 28 106 119
� � �
�
Lampiran 7
Kriteria Dimensi Kepuasan Kerja
No
Sampel
Compensa-
sion
Supervi-sion The work
itself
Co-workers Job security Advancement
opoortunity
1 Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas
2 Tdk puas Puas Puas Puas Puas Tdk puas
3 Tdk puas Tdk puas Tdk puas Puas Tdk puas Tdk puas
4 Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas
5 Tdk puas Tdk puas Tdk puas Puas Tdk puas Tdk puas
6 Puas Puas Puas Puas Puas Puas
7 Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas
8 Puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas
9 Tdk puas Tdk puas Tdk puas Puas Tdk puas Tdk puas
10 Puas Puas Puas Tdk puas Puas Puas
11 Puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas
12 Puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Puas
13 Tdk puas Tdk puas Puas Tdk puas Tdk puas Puas
14 Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas
15 Tdk puas Puas Puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas
16 Puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas Tdk puas
17 Puas Puas Puas Tdk puas Puas Puas
18 Puas Puas Puas Tdk puas Puas Puas
Total Puas = 8
Tdk puas=10
Puas = 6
Tdk puas=12
Puas = 7
Tdk puas=11
Puas = 5
Tdk puas=13
Puas = 5
Tdk puas=13
Puas = 6
Tdk puas=12
� � �
�
Lampiran 8
Kriteria Tingkat Kepuasan Kerja Berdasarkan
Perhitungan Median
Kepuasan Kerja beserta
Aspeknya
Skor
Puas Tidak puas
Kepuasan Kerja < 44 � 44
Aspek compensation < 8 � 8
Aspek supervision < 5 � 5
Aspek the work itself < 15 � 15
Aspek co-workers < 1 � 1
Aspek job security < 6 � 6
Aspek advancement opportunity < 7 � 7
Kriteria Tingkat Komitmen Organisasi Berdasarkan
Perhitungan Median
Aspek Komitmen Skor
Tinggi Rendah
Affective commitment � 29 < 29
Continuance commitment � 39 < 39
Normative commitment � 30 < 30
�
�
� �
� � �
�
RAHASIA
Identitas Subjek
Nama (inisial) : ( L / P )
Usia :
Pendidikan terakhir :
Status Perkawinan :
Jabatan :
Lama kerja :
Angket 1
Petunjuk Pengisian
Pada halaman berikut terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan mengenai
kehidupan di tempat Anda kerja. Jawablah setiap pernyataan sesuai dengan apa yang
Anda rasakan pada pekerjaan Anda saat ini.
Pada setiap pernyataan terdapat empat kemungkinan jawaban yang harus Anda
isi pada kolom sebelah kanan. Jawablah setiap pernyataan dengan memberikan tanda ( � )
pada salah satu kolom alternatif jawaban sesuai dengan huruf yang disediakan.
SS = Sangat Setuju
CS = Cenderung Setuju
CTS = Cenderung Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Setiap jawaban yang Anda berikan tidak ada jawaban yang salah. Isilah
pernyataan dengan tepat sesuai dengan apa yang Anda rasakan dan jangan sampai ada
pernyataan yang terlewati. Jawaban yang Anda berikan kerahasiaannya terjaga.
Terima kasih atas kesediaan dan kerja sama Anda.
Selamat bekerja
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
1. Saya berharap gaji yang saya terima lebih besar dibanding bekerja di
tempat lain yang pekerjaannya sejenis
Kenyataannya
Gaji yang saya terima lebih kecil dibandingkan di perusahaan lain
dengan pekerjaan yang sejenis
2. Saya berharap perusahaan memberikan gaji sesuai dengan kontrak
kerja yang telah disepakati
Kenyataannya
Gaji yang saya terima sesuai dengan kontak kerja yang telah di
sepakati dengan perusahaan
3. Saya berharap gaji yang saya peroleh cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan hidup sehri-hari
Kenyataannya
Gaji yang saya terima cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
kaluarga dan kebutuhan hidup sehari-hari
4 Saya berharap perusahaan memberikan reward atau bonus kepada
karyawan yang memiliki prestasi kerja yang baik
Kenyataannya
Saya mendapat reward dari perusahaan apabila saya memiliki pretasi
kerja yang baik
5. Saya berharap perusahaan memberikan uang lembur kepada
karyawan sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
Kenyataannya
Saya merasa perusahaan tidak memberikan uang lembur sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan oleh perusahaan
6. Saya berharap atasan memberikan penghargaan atas hasil kerja yang
dicapai oleh bawahan
Kenyataannya
Atasan tidak pernah memberikan perngahrgaan atas hasil kerja saya
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
7. Saya berharap atasan saya dapat mendengarkan pendapat dari
bawahannya
Kenyataannya
Saya merasa atasan dapat mendengarkan pendapat dari bawahannya
8. Saya berharap memiliki hubungan yang dekat dengan atasan baik di
dalam maupun di luar perusahaan
Kenyataannya
Hubungan saya dengan atasan sangat dekat baik ketika di dalam
maupun di luar perusahaan
9. Saya berharap atasan dapat membantu saya ketika menghadapi
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan
Kenyataannya
Atasan membantu saya ketika menghadapi kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaan
10. Saya berharap pekerjaan yang saya lakukan sekarang sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki dibidangnya
Kenyataannya
Saya merasa pekerjaan saya saat ini tidak sesuai dengan kemampuan
yang saya miliki dibidangnya
11. Saya berharap pekerjaan yang saya lakukan sekarang bervariasi
Kenyataannya
Saya merasa pekerjaan yang saya lakukan sekarang bervariasi
12. Saya berharap terdapat SOP (Standar Operasional Prosedur) yang
jelas mengenai pekerjaan yang harus saya lakukan
Kenyataannya
Terdapat SOP (Standar Operasional Prosedur) yang jelas mengenai
pekerjaan yang saya lakukan
13. Saya berharap perusahaan menyampaikan dengan jelas target
pekerjaan yang harus dicapai karyawannya
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
Kenyataannya
Perusahaan menyampaikan dengan jelas target pekerjaan yang harus
saya capai
14. Saya berharap pekerjaan yang saya lakukan sekarang dapat
bermanfaat untuk orang lain yang berada di luar perusahaan
Kenyataannya
Pekerjaan yang saya lakukan sekarang dapat bermanfaat untuk orang
lain yang berada di luar perusahaan
15. Saya berharap perusahaan memberikan kebebasan kepada saya
untuk membuat perencanaan kerja sendiri
Kenyataannya
Perusahaan tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk
membuat perencanaan kerja
16. Saya berharap pekerjaan yang saya lakukan sekarang tidak
membosankan
Kenyataannya
Saya merasa pekerjaan yang saya lakukan sekarang membosankan
17. Saya berharap memiliki hubungan yang dekat dengan rekan kerja
yang berbeda bagian
Kenyataannya
Saya merasa tidak memiliki hubungan yang dekat dengan rekan
kerja yang berbeda bagian
18. Saya berharap dengan rekan sekerja dapat saling membantu dalam
menghadapi kesulitan yang dihadapi di dalam maupun di luar
pekerjaan
Kenyataannya
Antara saya dengan rekan kerja terjadi saling membantu dalam
menghadapi kesulitan yang dihadapi di dalam maupun di luar
pekerjaan
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
19. Saya berharap perusahaan memberikan bantuan untuk karyawannya
yang membutuhkan biaya pengobatan
Kenyataannya
Perusahaan tidak memberikan bantuan untuk karyawannya yang
membutuhkan biaya pengobatan
20. Saya berharap dapat bekerja tanpa merasa ada tekanan dari siapapun
Kenyataannya
Saya dapat bekerja tanpa merasa ada tekanan dari siapapun
21. Saya berharap perusahaan tidak merubah-rubah kebijkan yang telah
ada
Kenyataannya
Perusahaan sering merubah-rubah kebijakan yang telah ada.
22. Saya berharap atasan memberikan promosi kepada karyawannya
dengan penilaian yang objektif.
Kenyataannya
Saya merasa hanya karyawan-karyawan tertentu saja yang diberi
kesempatan untuk promosi
23. Saya berharap perusahaan menetapkan jenjang karir yang jelas
untuk karyawannya
Kenyataannya
Perusahaan telah menetapkan jenjang karir yang jelas untuk
karyawannya
24. Saya berharap perusahaan memberikan kesempatan kepada
karyawannya untuk memperoleh kenaikan gaji
Kenyataannya
Perusahaan tidak memberikan kesempatan kepada karyawannya
untuk mendapatkan kenaikan gaji
25. Saya berharap gaji yang saya terima sesuai dengan banyaknya tugas
pekerjaan yang harus saya selesaikan
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
Kenyataannya
Gaji yang saya terima sesuai dengan banyaknya tugas pekerjaan
yang saya lakukan
26. Saya berharap dengan gaji yang saya terima, lebih dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Kenyataannya
Gaji yang saya peroleh lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari
27. Saya berharap atasan menghargai hasil kerja yang telah saya lakukan
dengan maksimal
Kenyataannya
Atasan kurang dapat menghargai hasil kerja saya, walaupun saya
telah berusaha melakukannya dengan maksimal
28. Saya berharap dapat menceritakan permasalahan yang saya hadapi
kepada atasan baik mengenai pekerjaan maupun di luar pekerjaan
Kenyataannya
Saya tidak dapat menceritakan permasalahan yang saya hadapi
kepada atasan baik mengenai pekerjaan maupun di luar pekerjaan
29. Saya berharap tidak mendapat kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaan, karena pekerjaan yang saya lakukan sesuai dengan
keterampilan yang saya miliki
Kenyataannya
Saya merasa kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan, karena
pekerjaan saya memerlukan keterampilan tertentu yang belum saya
miliki
30. Saya berharap prosedur yang dibuat oleh perusahaan sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
Kenyataannya
Saya merasa prosedur yang dibuat oleh perusahaan tidak sesuai
dengan pekerjaan yang harus saya lakukan.
31 Saya berharap target yang ditetapkan oleh perusahaan tidak
menyulitkan karyawan dalam mencapainya
Kenyataannya
Saya merasa kesulitan dalam mencapai target yang telah ditetapkan
oleh perusahaan
32. Saya berharap mendapatkan pekerjaan yang menarik
Kenyataannya
Saya merasa pekerjaan yang saya lakukan saat ini menarik
33. Saya berharap memiliki hubungan yang menyenangkan dengan
rekan sekerja
Kenyataannya
saya merasa hubungan yang terjalin dengan rekan sekerja sangat
menyenangkan
34. Saya berharap peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan dapat
membuat nyaman karyawan dalam bekerja
Kenyataannya
Saya merasa peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan tidak
membuat nyaman karawan dalam bekerja
35. Saya berharap perusahaan memberikan kenaikan gaji kepada
karyawannya dengan penilaian yang objektif
Kenyataannya
Saya merasa hanya karyawan-karyawan tertentu saja yang diberi
kesempatan untuk mendapatkan kenaikan gaji
36. Saya berharap dapat melakukan kegiatan bersama di luar pekerjaan
dengan atasan
Kenyataannya
Saya dan atasan tidak pernah melakukan kegiatan bersama di luar
pekerjaan
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
37. Saya berharap memiliki keterampilan yang cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan saat ini
Kenyataannya
Saya memiliki keterampilan yang cukup untuk bekerja di bidang ini
38. Saya berharap tidak melakukan pekerjaan yang bukan tugas dari
pekerjaan saya
Kenyataannya
Saya merasa sering terjadi overload (pekerjaan rangkap), dimana
saya mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya bukan dari tugas saya
39. Saya berharap agar saya dan atasan terdapat saling pengertian satu
sama lain
Kenyataannya
Saya dan atasan terdapat saling pengertian satu sama lain
40. Saya berharap dapat memafaatkan kemampuan saya dengan
maksimal di pekerjaan ini
Kenyataannnya
Saya dapat memanfaatkan kemampuan saya dengan maksimal di
pekerjaan ini
� � �
�
RAHASIA
Angket 2
Petunjuk Pengisian
Pada halaman berikut terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan mengenai
kehidupan di tempat Anda kerja. Jawablah setiap pernyataan sesuai dengan apa yang
Anda rasakan.
Pada setiap pernyataan terdapat empat kemungkinan jawaban yang harus Anda
isi pada kolom sebelah kanan. Jawablah setiap pernyataan dengan memberikan tanda ( � )
pada salah satu kolom alternatif jawaban sesuai dengan huruf yang disediakan.
SS = Sangat Sesuai
CS = Cenderung Sesuai
CTS = Cenderung Tidak Sesuai
STS = Sangat Tidak Sesuai
Setiap jawaban yang Anda berikan tidak ada jawaban yang salah. Isilah
pernyataan dengan tepat sesuai dengan apa yang Anda rasakan dan jangan sampai ada
pernyataan yang terlewati. Jawaban yang Anda berikan kerahasiaannya terjaga.
Terima kasih atas kesediaan dan kerja sama Anda.
Selamat bekerja
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
1. Saya merasa nyaman bekerja di perusahaan ini
2. Saya mendapatkan banyak keuntungan dengan terus bekerja di
perusahaan ini
3. Saya tidak dapat meninggalkan perusahaan ini karena saya
terikat kontrak kerja, walaupun saya menginginkannya
4. Saya merasa telah menjadi bagian dari perusahaan ini
5. Saya tetap bertahan di perusahaan ini karena saya sangat
membutuhkan pekerjaan saat ini
6. Saya akan merasa bersalah bila saya meninggalkan perusahaan
sekarang
7. Saya merasa bangga bekerja di perusahaan ini
8. Salah satu konsekuensi negatif dari meninggalkan perusahaan ini
adalah kelangkaan alternatif pekerjaan yang tersedia
9. Perusahaan selalu membantu ketika saya mengalami kesulitan
dalam hidup, sehingga saya harus membalas kebaikan
perusahaan dengan tetap bekerja di
perusahaan ini
10. Saya merasa masalah yang dihadapi perusahaan ini adalah
masalah saya juga
11. Salah satu pertimbangan saya untuk tetap bertahan di perusahaan
ini adalah karena saya tidak ingin kehilangan apa telah saya
peroleh di perusahaan ini
12. Perusahaan ini berhak mendapatkan kesetiaan saya
13. Perusahaan ini memiliki makna yang besar bagi saya
14. Terlalu banyak hal dalam hidup saya yang akan terganggu bila
saya memutuskan ingin meninggalkan
perusahaan saat ini
15. Saya tidak merasa keberatan dengan peraturan dan kebijakan
yang telah ditentukan oleh perusahaan
16. Saya mengaggap perusahaan ini adalah bagian dari keluarga
saya
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
17. Pekerjaan yang saya jalani di perusahaan ini adalah satu-satunya
pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan saya dan keluarga
18. Saya tidak dapat meninggalkan perusahaan saat ini, karena saya
memiliki kewajiban terhadap orang-orang di dalamnya
19. Saya senang mendiskusikan organisasi saya dengan orang di luar
organisasi
20. Saya merasa tidak dapat meninggalkan perusahaan saat ini,
karena sulit bagi saya untuk mendapatkan
pekerjaan lain
21. Saya merasa meningglkan perusahaan saat ini merupakan
keputusan yang salah
22. Saya yakin saya memiliki banyak pilihan untuk dijadikan bahan
pertimbangan meninggalkan perusahaan ini
23. Saya berutang besar pada perusahaan ini
24. Saya merasa apabila saya meninggalkan perusahaan ini, sulit
bagi saya untuk memulai karir kembali di tempat lain
25. Saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi
keberhasilan perusahaan
26. Saya tidak dapat meninggalkan perusahaan ini karena saya
memiliki kewajiban atas pekerjaan yang harus saya selesaikan
27. Apabila saya meninggalkan perusahaan ini, maka kebutuhan
hidup sehari-hari saya tidak akan terpenuhi
28. Meskipun saya mendapatkan tawaran lebih baik di tempat lain,
saya tidak akan keluar dari perusahaan ini
29. Apabila saya meninggalkan perusahaan, saya merasa
keuntungan yang diberikan perusahaan lain mungkin tidak akan
menyamai dengan yang saya dapatkan di sini
30 Saya menceritakan kepada orang lain bahwa perusahaan ini
merupakan tempat kerja yang baik
� � �
�
No Pernyataan SS CS CTS STS
31. Saya merasa akan mendapatkan kerugian besar jika
meninggalkan perusahaan
32. Saya merasa memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan saya,
sehingga saya tidak dapat meninggalkan
perusahaan ini
33. Saya merasa apa yang telah saya peroleh saat ini belum tentu
saya dapatkan juga di perusahaan lain, walaupun sebenarnya
saya ingin meninggalkan perusahaan ini
34. Walau bagaimanapun keadaan perusahaan, saya akan tetap setia
bekerja di perusahaan ini
35. Karir saya akan terancam jika saya meninggalkan perusahaan ini
36. Meskipun itu untuk kepentingan saya, saya tidak merasa benar
meninggalkan perusahaan saat ini
37. Tidak akan merugikan bagi saya bila meninggalkan perusahaan
dalam waktu dekat
38 Saya merasa memiliki keterikatan emosional dengan perusahaan
39 Saya akan kehilangan banyak hal yang telah saya peroleh saat
ini jika keluar dari perusahaan