justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang...

29

Click here to load reader

Transcript of justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang...

Page 1: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarawan tidak dapat bersitegang untuk bekerja sendirian, dan hanya berkubang

dalam ilmu sejarah semata. Sejarawan tidak dapat demikian saja mengabaikan hubungan

dan bantuan dari ilmu-ilmu lainnya yang koheren dengan pokok studi atau pokok

kajiannya. Dalam hal ini sejarawan tidak bekerja sendirian, dan sejumlah ilmu dapat

memberikan bantuan atau bahkan ada yang sepenuhnya mengabdikan diri bagi kepentingan

ilmu sejarah (seperti arkeologi), lazim disebut dengan istilah ilmu bantu sejarah.

Studi tentang sejarah bukankah pekerjaan mudah, dan sederhana seperti

menghafalkannya tatkala masih duduk di bangku sekolah dasar atau sekolah menengah.

Untuk membaca sumber sejarah, apalagi yang memakai bermacam aksara, Pallawa Jawa

Kuna, jawa Tengahan, Jawa Baru, Arab Pegon, Bali, Bugis, Cina dan lain-lain dengan

bahasa yang berbeda-beda pula memerlukan piranti serta keahlian tersendiri. Belum lagi

yang ada hubungannya dengan isi atau kandungan sumber sejarah yang berkaitan dengan

berbagai segi kehidupan seperti masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu

pengetahuan, agama, birokrasi, pemerintahan, ataupun tokoh-tokoh pemegang peran.

Dalam dunia pengetahuan, untuk mempelajari sejarah, sejarawan tidak mungkin

lepas dari bantuan ilmu bantu sejarah. Sejarawan pasti memerlukan ilmu-ilmu bantu lain

untuk mengkaji sumber-sumber sejarah Semisal Etnografi untuk membantu studi

masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi,

perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan

spiritual mereka. Maka untuk itu, bagi sejarawan, bahasa jawa yang merupakan bahasa

lokal pulau jawa sangat berperan penting untuk mempelajari sejarah pulau jawa. Sehingga

penguasaan ilmu Epigrafi dibutuhkan untuk mengunggkap mantifak didalam artefak

temuan ekskavasi.

1

Page 2: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

B.      Rumusan Masalah

1. Apakah definisi Epigrafi Bahasa Jawa?

2. Bagaimana konsep Epigrafi sebagai ilmu bantu sejarah ?

3. Bagaimana aplikasi Epigrafi Bahasa Jawa terhadap penelitian Artefak?

C.      Tujuan

1. Mengetahui definisi Epigrafi Bahasa Jawa

2. Mengetahui konsep Epigrafi sebagai ilmu bantu sejarah

3. Mengetahui peranan Epigrafi Bahasa Jawa terhadap penelitian Artefak

2

Page 3: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

BAB II

PEMBAHASANA. Epigrafi Bahasa Jawa

Epigrafi (dari bahasa bahasa Yunani: ἐπιγραφή epi-graphē, berarti

"tulisan", "prasasti") adalah suatu cabang arkeologi yang berusaha meneliti benda-

benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang

dimaksud adalah prasasti (baik batu, logam, maupun tulang) ataupun pada dinding

bangunan kuno, nisan, dan artefak lain.. Artefak seperti prasasti merupakan sumber

bukti tertulis (berupa tulisan ataupun gambar) pada masa lampau yang dapat

memberikan informasi mengenai peristiwa dimasa lampau, asal usul seorang raja

atau tokoh atau genealogi maupun penanggalan

Epigrafi bertujuan agar prasasti yang ditemukan dalam ekskavasi dapat

dibaca. Selanjutnya, tujuan epigrafi ini tidak dapat dilepaskan dengan tujuan

arkeologi. Tujuan arkeologi adalah merekonstruksi sejarah masa lampau

berdasarkan apa yang dapat ditemukan kembali dengan ketrampilan dan

penguasaan metode ekskavasi pada benda-benda masa lampau. Jika benda tinggalan

tersebut berupa prasasti maka ahli epigrafi akan mengelolanya agar dapat diketahui

kapan terjadinya, siapa tokoh pemerintahannya serta apa isi yang terkandung pada

prasasti tersebut

Kajian epigrafi sangat luas tidak hanya mencakup aksara kuno saja,

melainkan hubungan antara prasasti dan raja pada waktu tertentu, kaitan antara

prasasti dan benda budaya sezaman, kondisi ekonomi, sosial, religi, teknologi,

pendidikan pada waktu tertentu. Benda-benda budaya (benda arkeologi) yang lebih

menceritakan banyak hal bila ditambah dengan keterangan yang ada di dalam

prasasti (khusus era sejarah). Hal tersebut menambah kuat keterkaitan antara

epigrafi dan arkeologi.

Kajian utama Epigrafi adalah prasasti. Prasasti ialah benda budaya yang

ditulisi angka ataupun aksara kuno. Menurut ahli Epigrafi Indonesia,

Prof.Dr.Boechari, ialah sumber-sumber sejarah dari masa lampau yang tertulis di

3

Page 4: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

atas batu atau logam. Tidak hanya sebatas mengkaji dan membaca prasasti saja,

tugas epigraf meliputi kajian bentuk maupun bahan prasasti, hiasan prasasti, tahun

dibuatnya prasasti, raja yang mengeluarkan prasasti, dan isi prasasti yang dapat

mengkaji hubungan antara prasasti dengan benda maupun bangunan budaya

lainnya.

Epigrafi bak detektif masa lampau yang berada di masa kini. Membuat

benda budaya tersebut bercerita banyak tentang apa yang dikandungnya. Tentang

bagaimana kehidupan masyarakat pada masa lampau, apa saja yang terjadi, agar

dikemudian hari kita tidak menghadapi hal yang sama.Kita dapat mengambil

banyak pelajaran dari masa lampau, karena sejarah ada bukan untuk dilupakan,

namun sebagai kisah tentang jati diri bangsa serta pembelajaran kita dalam

menghadapi persoalan hidup. 

Menurut Boechari, tugas ahli epigrafi sekarang ini tidak saja meneliti

prasasti-prasasti yang belum diterbitkan, tetapi juga meneliti kembali prasasti-

prasasti yang baru terbit dalam traskripsi sementara. Kemudian ia harus

menerjemahkan prasasti-prasasti tersebut ke dalam bahasa modern sehingga

sarjana-sarjana yang lain, terutama ahli-ahli sejarah dapat menggunakan

keterangan-keterangan yang terkandung di dalam prasasti-prasasti itu.

Perintis Epigrafi Indonesia

Sir Thomas Stamford Bingley Rafles: Ia telah mengumpulkan beberapa prasasti

dan mencoba untuk menerjemahkannya dengan bantuan beberapa pihak,

misalnya Panembahan Sumene dan beberapa orang Bali. Melalui Raffles,

penelitian epigrafi mulai terbuka lebar di Indonesia. Ia adalah yang

mengirimkan prasasti Pucangan ke Calcutta ketika prasasti ini ditemukan pada

masa ia memerintah di Indonesia.

C.J. van der Vlis: Ia meneliti beberapa prasasti di kompleks percandian Sukuh

dan Ceto. Ia dibantu oleh R.Ng. Ronggowarsito dalam penelitian ini.

4

Page 5: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

R.H. Theodore Friederich: Ia merupakan peletak dasar bagi sistematika

penelitian epigrafi. Sistematika yang diberikan oleh Friederich ini kelak

digunakan oleh para epigraf berikutnya, misalnya Kern dan Cohen.

Johan Hendrik Caspar Kern: Ia meneliti huruf Kawi dan membandingkannya

dengan huruf-huruf yang ada di Indonesia. Ia menyimpulkan, bahwa huruf

Jawa, Sunda, Madura dan Bali adalah perkembangan yang langsung dari huruf

Kawi.

Karel Frederik Holle: usaha besar yang dilakukan K.F.Holle adalah menyusun

suatu daftar abjad/huruf-huruf yang terdapat di Indonesia sebagai suatu

pengantar kearah Palaeografi Indonesia. Dalam daftarnya itu ia mengerjakan

huruf-huruf yang terdapat pada prasasti-prasasti, huruf-huruf yang masih

dipakai di daerah-daerah Indonesia, serta mencoba mencari bentuk asal dari

pada huruf-huruf itu dalam beberapa abjad yang ada di India. Ia menggolongkan

berdasarkan bentuk-bentuk huruf. Dasar pengelompokkan yang digunakan

Holle tidak jauh berbeda dengan Kern. Kelompok pertama Kern (Kawi-

Kamboja-Pali) oleh Holle disebut corak Kamboja, kelompok kedua Kern

(Wenggi-Cera) oleh Holle disebut corak Calukya atau Wenggi, kecuali itu

masih ada satu corak lagi, yaitu corak Nagari.

A. B. Cohen Stuart: awalnya ia melakukan penelitian terhadap naskah-naskah

susastra Kawi dan menuliskan hasil penelitiannya itu, kemudian barulah ia

tertarik pada prasasti. Bersama J.J.van Limburg Brouwer ia mulai meneliti

empat prasasti, yaitu prasasti Wukiran (Pereng), Kandangan, Wayuku (Dieng)

dan Kinewu. Keempat prasasti ini diterbitkan hanya dalam bentuk pengantar

tafsiran kata-kata tanpa terjemahan isi prasasti. Usaha yang dilakukannya yaitu

perbaikan terhadap penerbitan prasasti yang telah ada, pendaftaran kembali

prasasti yang pernah ditemukan berserta daftar acuan kertasnya, usul untuk

menerbitkan prasasti-prasasti secara lengkap dan menyeluruh unttuk

kepentingan yang lebih seksama. Akhirnya, ia menerbitkan buku yang berisi

kumpulan prasasti-prasasti dalam bentuk facsimile dan transkripsi.

5

Page 6: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

Jan Laurens Andries Brandes: Hasil penelitian epigrafinya yang pertama adalah

prasasti Kalasan dan prasasti Guntur. Dari kedua prasasti tersebut ia mengambil

kesimpulan bahwa ketika orang-orang India tersebut datang ke Indonesia,

mereka menemukan suatu masyarakat yang telah memiliki kebudayaan yang

tinggi dan juga susunan pemerintahan yang berlandaskan hukum sudah mulai

teratur di Indonesia, proses hukum dan pengambilan keputusan seperti itu tidak

ada di India.

N.J. Krom: usaha awal yang dilakukan Krom dalam bidang epigrafi adalah

meneliti kembali penerbitan-penerbitan prasasti yang pernah ada, meneruskan

atau mengolah kembali pekerjaan Brandes yang belum selesai dan membuat

inventarisasi prasasti-prasasti yang berangka tahun yang pernah ditemukan.

F.D.K. Bosh: penelitiannya terhadap prasasti-prasasti yaitu Kelurak, Kalasan,

dan Ratuboko ditujukan untuk mencari gambaran kebudayaan yang menjadi

latar belakang segala aktivitas kesenian pada waktu tersebut khususnya

gambaran kehidupan keagamaan.

W.F. Stutterheim: konsep pemikiran yang dikeluarkannya ialah kebudayaan

Indonesia kuno harus dianggap sebagai kebudayaan Indonesia, sedangkan

pengaruh India yang betapa pun besarnya hanyalah merupakan tambahan saja.

R.M.Ng. Poerbatjaraka: pengetahuan yang dimiliki Poerbatjaraka atas bahasa

Kawi yang menuntunnya berkenalan dengan prasasti. Karya yang dihasilkan

berupa transkripsi prasasti Kamban dan sebuah prasasti yang berasal dari desa

Pengging, Boyolali, kupasan mengenai prasasti yang ditemukan di desa

Batutulis dekat Bogor, pembahasan mengenai prasasti yang dipahatkan pada

arca Aksobhya di Simpang dan transkripsi prasasti yang disimpan di Museum

Solo. Dalam disertasinya juga berisi penelitian terhadap prasasti Canggal,

Dinaya, Wukiran (Pereng), salah satu prasasti raja Mulawarman dari Kutai dan

prasasti Pintang Mas.

6

Page 7: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

P.V. van Stein Callenfels: ia berjasa dalam membuka jalan pengetahuan

mengenai prasasti-prasasti Bali, yang sebelumnya juga pernah dibicarakan oleh

van der Tuuk dan Brandes.

Rudolf Goris: penelitiannya khusus pada epigrafi Bali dan mencurahkan

perhatian pada prasasti yang berbahasa Bali kuno.

Johannes Gijsbertus (Hans) de Casparis: Ia menekankan pentingnya meneliti

bagian-bagian dalam prasasti yang dapat memberikan gambaran kehidupan

masyarakat Indonesia kuno. Hasil penelitian pertama adalah prasasti yang

berasal dari zaman Majapahit, mengenai desa-desa Himad dan Walandit. Hasil

penelitian yang patut dibanggakan adalah seri penerbitan Prasasti Indonesia

yang terdiri atas dua jilid. Jilid pertama mengenai persoalan rajakula Sailendra,

sedangkan jiid kedua merupakan kumpulan prasasti-prasasti yang berasal dari

abad VII sampai abad IX M. Jilid pertama, ia mengupas secara mendalam

prasasti Hampran (Plumpungan), prasasti Ratabaka, prasasti Kayumwungan

(Karangtengah), prasasti Gondosuli II dan dua buah prasasti Tri Tepusan yang

menyebutkan nama Sri Kahulunan. Kesemuanya itu digunakannya untuk

menyusun kembali tiga hal: sejarah rajakula Sailendra secara menyeluruh,

pertumbuhan agama Budha pada zaman pemerintahan rajakula Sailendra dan

melokalisasikan bangunan-bangunan suci yang disebutkan dalam prasasti-

prasasti itu. Hasil lain yang membanggakan adalah penelitian yang khusus

mengenai masyarakat Indonesia kuno dan tentang masa pemerintahan raja

Airlangga.

Louis Charles Damais: Sumbangan Damais yang terpenting bagi epigrafi

Indonesia adalah metodenya untuk menentukan perhitungan yang tepat

mengenai unsur-unsur hari, tanggal, bulan dan tahun dalam tarikh Indonesia

kuno yang biasa ditemukan dalam prasasti-prasasti ataupun naskah-naskah

lainnya.

Boechari: Ia adalah murid R.M. Ng. Poerbatjaraka. Sumbangan yang terutama

tertuang dalam hasil studi epigrafinya berupa kumpulan transliterasi prasasti-

7

Page 8: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

prasasti dan tulisan-tulisan yang membahas mengenai berbagai aspek arkeologi

dan kesejarahan, khususnya mengenai sistem administrasi dan birokrasi

kerajaan, sistem hukum, dan sistem perpajakan pada masa Jawa Kuno

B. Epigrafi Sebagai Ilmu Bantu Sejarah

Hubungan antara epigrafi dan arkeologi di Indonesia perlu ditelaah lebih

mendalam dalam konstelasi arkeologi sebagai ilmu yang memiliki struktur resmi

(pemerintahan; governmental) dan non-resmi (swasta;private). Epigrafi merupakan

salah satu bidang kajian di antara bidang kegiatan formal dan utama lain seperti

restorasi atau pemugaran, ekskavasi, penelitian dan penemuan kajian-kajian, Hindu-

Buddha (klasik), Islam, dan Kolonial.

Epigrafi dalam konstelasi tersebut merupakan pelengkap bidang kajian yang

berciri (berstatus) sejarah untuk menunjang dan memperlengkap latar belakang

(antara lain religi, sosial dan ekonomi) serta sejarah (masa perkembangan tokoh di

antaranya berkaitan dengan keagamaan, dan sosial-ekonomi).

Epigrafi sangat erat kaitannya dengan artefak masa sejarah dan harus

mengikuti jejak perkembangan artefak sesuai dengan seluk-beluk dan latar

belakangnya, sedangkan orang yang menjurus pada penguasaan artefak pada

umumnya menggunakan data epigrafi secara sekunder.

Epigrafi adalah ilmu atau kajian tentang prasasti, khususnya penguraian kata

dan interpretasi prasasti. Singkatnya epigrafi mengkaji prasasti, khususnya prasasti

kuno, terutama atas dasar gaya huruf tulisan dan bahasa yang digunakan, untuk

mengetahui antara lain masa perkembangan artefak/monumen dan seluk beluk lain. 

Dalam tulisan/buku umum tentang arkeologi, istilah epigrafi sangat jarang

kita jumpai. Kadang-kadang, jika istilah ini disebut cukup diberi penjelasan singkat

bahwa epigrafi ialah kajian tentang prasasti yang terdapat pada monumen, arca,

materai dan sebagainya.

Materi arkeologi umumnya disebut sebagai written records (catatan tertulis).

Colin Renfrew dan Paul Bahn dalam tulisan mereka, Archaeology, Theories,

8

Page 9: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

Methods and Practise (1991), menyatakan bahwa written records itu sangat penting

untuk merekonstruksi kehidupan sosial masa lampau.

Dengan contoh tadi, jelaslah bahwa written records atau data yang ditulis

merupakan hal yang sangat diperlukan guna menunjang interpretasi yang lebih luas

tentang artefak yang ditemukan. 

Kajian dalam bidang epigrafi di Indonesia dimulai pada awal abad ke-19

yang dipelopori oleh T.S. Raffles, gubernur jendral Inggris di Indonesia, serta C.H.

van der Vlis dan R.H.Th. Friederich yang berada pada ambang pintu dunia epigrafi.

Dengan landasan yang telah disusun Friederich, deretan nama peneliti seperti

H.Kern, K.F.Holle, A.B. Cohen-Stuart, J.L.A. Brandes, N.J. Krom dan F.D.K.

Bosch, serta R.M.Ng.Poerbatjaraka, dengan hasilnya yang makin meluas dan

mendalam tentang berbagai aspek kesejarahan, antara lain religi, sosial, ekonomi

dan tokoh, menandakan betapa indispensable epigrafi itu bagi penyusunan sejarah

kebudayaan Indonesia. 

Epigrafi dalam bidang Islam tampak dikembangkan dalam abad ke-19,

hampir bersamaan dengan tumbuhnya perhatian terhadap kepurbakalaan Islam pada

umumnya, terutama sejak lembaga kebudayaan itu didirikan. J. Brandes,C. Snouck

Hurgronje, Ph.S. van Ronkel, J.P. Moquette, dan sederetan nama lain, yaitu Husein

Djajadiningrat, telah memperkaya sejarah kebudayaan Islam melalui penelitian

inskripsi, terutama pada nisan-nisan kuno dan piagam-piagam. 

Keterangan tertulis dari sejarah kuno indonesia terutama berupa prasasti.

Dokumen-dokumen ini, sebagai piagam kerajaan, biasanya tidak menceritakan

suatu kejadian melainkan hanya memperingati suatu peristiwa. Dengan demikian,

sebenarnya tidak banyak yang dapat kita ketahui tentang rangkaian kejadian

sejarah. Kerajaan yang tertua di kalimanta timur dan jawa barat, semisal, masing-

masing meninggalkan tujuh buah prasasti suatu jumlah yang besar namun tak

satupun diantaranya yang memberikan bahan untuk menulis sejarah.

Sudah dikatakan bahwa disamping prasasti terdapat juga keterangan tertulis

berupa hasil-hasil seni sastra. Kerajaan kediri, dari sekitar tahun 1100 sampai 1200,

9

Page 10: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

misalnya, menghasilkan banyak karya sastra sehingga zaman ini terkenal sebagai

zaman keemasan seni sastra. Namun demikian, sama sekali tidak ada keterangan

mengenai peristiwa sejarah pada masa itu. karena itu keterangan tertulis itu tidak

mempunyai arti bagi historiografi, meski itu penting bagi seni sastra.

Lain halnya dengan Nagarakertagama, puisi dari jaman Majapahit yang

dikarang Prapanca pada tahun 1365 M. Sampai batas-batas tertentu, buku ini dapat

kita anggap sebagai kitab sejarah mengenai kerajaan Singasari dan Majapahit dari

awal abad ke 13 sampai pertengahan abad ke 14. Dengan mengecek data buku itu

dari data Pararaton, (meskipun pararaton lebih berupa dongeng ketimbang sejarah),

dan dengan bukti sejarah lainnya seperti dari prasasti-prasasti dan candi, dari

Nagarakartagama dalam tingkat tertentu sejarah kerajaan Singasari dan Majapahit

dapat di rekonstruksi. Namun demikian, rekonstruksi yang telah tersususn baik dan

tokoh itu telah dibongkar oleh Berg dalam usahanya untuk memberi tafsiran baru

terhaap sumber-sumber tertulis yang sudah ada. Namun usaha rekonstruksi sejarah

ini tidak berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang baru, dan karena itu dari sudut

arkeologi tidaak mempunyai dukungan. Hal ini mungkin merupakan sebab dari

reaksi sengit F.D.K Bosch sebagai arkeolog. Bosch mengibaratkan teori Berg

sebagai menara goyah yang tersusun dari hipotesis-hipotesis, yang puncaknya

menjulang sampai atmosfir hampa udara dimana kebenaran sejarah tak dapat hair

kecuali dengan penurunan kadar.

C. Peranan Epigrafi terhadap Arkeologi dan Historiografi

Bagi para Epigraf, prasasti sangat membantu untuk memecahkan misteri

yang mungkin tersembunyi. Menurut Prof J.G.de Casparis, prasasti merupakan

tulang punggung penulisan sejarah kuno Indonesia [1]. Bukan hanya sebagai suatu

tugu penetapan saja, namun prasasti menyimpan beragam konteks sejarah. Prasasti

dapat menceritakan kisahnya jika dilalui dengan benar tahapan analisisnya. 

Suatu proses penulisan sejarah wajib melalui beberapa tahapan,

yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiorafi. Heuristik adalah tahapan ketika

pencarian data tersebut dimulai, penyeleksian data yang dibutuhkan serta

10

Page 11: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

penelusuran berbagai sumber yang dibutuhkan.  Kemudian beralih ke

dalam kritik (kritik teks) yang dilakukan secara ekstern dan intern yang

mempermasalahkan mengenai keotentikan sumber. Kritik ekstern

mempermasalahkan apakah data yang diteliti merupakan data valid ataukah turunan

(tinulad) atau palsu, sedangkan kritik intern menyangkut masalah kredibilitas,

menguji informasi sesuai dengan kebutuhan peneliti. Interpretasi adalah tahapan

yang memberikan penilaian berdasarkan sudut pandang peneliti serta memfokuskan

masalah yang diangkat. Tahapan terakhir yaitu historiografi, yang merupakan

kumpulan keseluruhan data yang telah diteliti dan dilakukan kajian banding untuk

dimasukkan ke dalam kerangka sejarah. Ilmu Epigrafi diterima masuk ke dalam

ilmu Arkeologi karena tahapan tersebut juga termasuk tahapan arkeologi,

yaitu deskripsi, eksplanasi dan interpretasi. Dalam Arkeologi deskripsi merupakan

tahapan penggambaran data secara fisik, pengenalan data yang bersumber pada data

yang dilihat secara langsung. Pengolahan data (eksplanasi) merupakan tahap ketika

data tersebut mulai dipelajari lebih lanjut, dipilih berdasarkan kebutuhan sesuai

metode yang digunakan. Sedangkan tahap interpretasi adalah tahapan ketika

permasalahan data tersebut diangkat sesuai sudut pandang yang digunakan peneliti

dan kemudian untuk dibandingkan atau disamakan dengan data yang sudah diteliti.

Maka hal tersebut memberi kesamaan antara Arkeologi dan Epigrafi, yaitu

dalam Deskripsi maka Epigrafi mengenal heuristik, kemudian Pengolahan data

maka Epigrafi mengenal kritik intern dan ekstern, sedangkan Interpretasi maka

Epigrafi juga mengenal interpretasinya, ditambahkan Historiografi sebagai kesatuan

pelengkap dalam merangkai deretan kerangka sejarah di Indonesia.

A. Dasar-dasar Analisis Prasasti

1. Deskripsi

Unsur Fisik, data yang diambil berupa bahan, jumlah lempeng (apabila

lempengan), ukuran, aksara dan keadaaan prasasti. Bahan yang digunakan

umumnya batu andesit dan padas, jikalau logam umumnya menggunakan tembaga,

perak, emas dan perunggu serta tanah liat bakar. Jumlah lempeng; pada prasasti

dengan lempengan dengan jumlah banyak, pastikan apakah ditulis dikedua sisi atau

11

Page 12: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

hanya satu sisi. Umumnya selalu ada nomor lempeng pada setiap pinggirannya.

Ukuran; pendataan ukuran meliputi tinggi, lebar serta tebal prasasti (batu) atau

panjang dan lebar (logam), foto keseluruhan dan foto kekhasan bagian, hiasan

prasasti, jumlah baris tulisan dan bidang penulisan prasasti. Aksara dan bahasa;

harap ditelaah dengan teliti mengenai aksara dan bahasa, apakah terdapat kesamaan

antara aksara dengan bahasa yang digunakan, kemudian terakhir untuk dilakukan

adalah bagaimana keadaan prasasti, dalam kondisi baik atau sudah rusak, jelaskan

secara rinci

Unsur Isi, pada bagian tentukan berdasarkan apa yang diceritakan prasasti,

terutama bagian sambadha (sebab daerah tersebut dijadikan sima).

2. Transkripsi dan Transliterasi

Trasnskripsi dan Transliterasi umumnya sering digunakan dalam

mengartikan definisi ini, namun lebih tepat menggunakan transliterasi, yaitu

penulisan ulang aksara ke dalam bentuk aksara lain yang sudah dikenal (aksara

Latin). Sedangkan Transkripsi lebih cenderung dalam artian, menyalin ulang tanpa

ada suatu perubahan.

B. Penyuntingan Prasasti

Setelah dianalisis, prasasti tersebut ibarat diseleksi sesuai kebutuhan

peneliti. Apakah semua data yang dikumpulkan memiliki kedudukan yang sama

(harus diteliti secara rinci) ataukah hanya sebagian yang dipilih dari sekian banyak

data. Mengenai hal salinan atau turunan, pada prasasti tidak sebanyak ditemukan

pada naskah, prasasti yang disalin hanya sedikit sekali serta mencantumkan

keterangan bahwa prasasti tersebut tinulad (turunan).

Menurut St. Barroroh Baried, penerapan penyuntingan dan edisi teks

terhadap prasasti adalah dengan metode edisi naskah tunggal, karena sifat prasasti

yang tunggal dan tidak disalin dalam jumlah banyak. 

Metode edisi naskah tunggal:

12

Page 13: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

Edisi Diplomatik; menerbitkan naskah tanpa mengadakan perubahan

apapun. Jadi apabila menyunting prasasti tidak perlu perbaikan jikalau ada

kesalahan atau penambahan jikalau ada kekurangan.  Keterangan perbaikan dari

penulis dan keterangan perubahan dari ahli lain ditulis dalam catatan kaki. (edisi ini

adalah yang sering digunakan para Epigraf)

Edisi Standar; menerbitkan naskah dengan mengadakan perbaikan

kesalahan kecil dan ketidakkonsistenan, ejaannya disesuaikan dengan ketentuan

berlaku. Hal ini menjadikan naskah atau alihaksara prasasti sudah ada dalam

tahapan perbaikan dan sempurna (telah berubah dari data awal).

C. Artefak berbahasa jawa

1. Prasasti

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras

dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir

dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang

masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana

masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti

disebut Epigrafi.

Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita

asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis

suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat

menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur

penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa

prasasti tersebut dikeluarkan.

Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan

tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau

peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya,

kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah

meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan

13

Page 14: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga

sekarang.

Etimologi

Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan arti sebenarnya adalah

"pujian". Namun kemudian dianggap sebagai "piagam, maklumat, surat keputusan,

undang-undang atau tulisan". Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi,

sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bersurat.

Meskipun berarti "pujian", tidak semua prasasti mengandung puji-pujian

(kepada raja). Sebagian besar prasasti diketahui memuat keputusan mengenai

penetapan sebuah desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan. Sima adalah

tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap

berjasa. Karena itu keberadaan tanah sima dilindungi oleh kerajaan.

Isi

Isi prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata

(disebut prasasti jayapatra atau jayasong), sebagai tanda kemenangan (jayacikna),

tentang utang-piutang (suddhapatra), dan tentang kutukan atau sumpah. Prasasti

tentang kutukan atau sumpah hampir semuanya ditulis pada masa kerajaan

Sriwijaya. Serta adapula prasasti yang berisi tentang genealogi raja atau asal usul

suatu tokoh.

Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5

Masehi, yaitu prasasti Yupa dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti

tersebut berisi mengenai hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja

Mulawarman. Prasasti Yupa merupakan prasasti batu yang ditulis dengan huruf

Pallawa dan bahasa Sanskerta. Periode terbanyak pengeluaran prasasti terjadi pada

abad ke-8 hingga ke-14. Pada saat itu aksara yang banyak digunakan adalah

Pallawa, Prenagari, Sanskerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, Sunda Kuna, dan Bali

14

Page 15: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

Kuna. Bahasa yang digunakan juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa

Sanskerta, Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali Kuna.

Prasasti dapat ditemukan dalam bentuk angka tahun maupun tulisan singkat.

Angka tahun dapat ditulis dengan angka maupun candrasengkala, baik kata-kata

maupun tulisan. Tulisan singkat dapat ditemukan pada dinding candi, pada ambang

pintu bagian atas dan pada batu-batu candi.

Pada zaman kerajaan Islam, prasasti menggunakan aksara dan bahasa Arab

ataupun aksara Arab namun berbahasa Melayu aksara Pegon. Sebagian besar

prasasti terdapat pada lempengan-lempengan tembaga bersurat, makam, masjid,

hiasan dinding, baik di masjid maupun dirumah para bangsawan, pada cincin cap

dan cap kerajaan, mata uang, meriam, dll. Pada masa yang lebih muda yaiyu masa

kolonial, aksara Latin banyak digunakan, meliputi bahasa-bahasa Inggris, Portugis,

dan Belanda. Prasasti Latin umumnya terdapat pada gereja-gereja, rumah dinas

pejabat kolonial, benteng-benteng, tugu peringatan, meriam, mata uang, cap, dan

makam. Prasasti beraksara dan berbahasa Cina juga dikenal di Indonesia yang

tersebar antara masa Klasik sampai masa Islam. Prasasti tersebut terdapat pada mata

uang, benda-benda porselin, gong perunggu dan batu-batu kubur yang biasanya

terbuat dari batuan pualam.

Bahan yang digunakan untuk menuliskan prasasti biasanya berupa batu atau

lempengan logam, daun, dan kertas. Selain andesit, batu yang digunakan adalah

batu kapur, pualam, dan basalt. Dalam arkeologi, prasasti batu disebut upala

prasasti. Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu, biasa

disebut tamra prasasti. Hanya sedikit sekali prasasti yang berbahan lembaran perak

dan emas. Adapula yang disebutripta prasasti, yakni prasasti yang ditulis di atas

lontar atau daun tal. Beberapa prasasti terbuat tanah liat atau tablet yang diisi

dengan mantra-mantra agama Buddha.

Prasasti-prasasti berikut berbahasa Jawa, baik Jawa Kuna (Kawi) maupun Baru :

15

Page 16: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

Prasasti Plumpungan, Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan

Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah, 24 Juli 750

Prasasti Sukabumi, Sukabumi, Pare, Kediri, Jawa Timur, 25 Maret 804

Prasasti Kayumwungan, Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah (dwibahasa),

824

Prasasti Siwagrha (Prasasti kakawin tertua Jawa), 856

Prasasti Taji, 901

Prasasti Mantyasih, Desa Meteseh, Magelang Utara, Jawa Tengah, 11 April 907

Prasasti Rukam, 907

Prasasti Wanua Tengah III, 908

Prasasti Wurudu Kidul, tanpa tahun, ~ 922

Prasasti Mula Malurung, Kediri, 1255[5]

Prasasti Sarwadharma, pemerintahan Kertanegara, 1269

Prasasti Sapi Kerep, Desa Sapi Kerep, Sukapura, Probolinggo, 1275[5]

Prasasti Singhasari 1351, Singosari, Malang, Jawa Timur, 1351

Prasasti Ngadoman, Ngadoman (Salatiga), Jawa Tengah, 1450

Prasasti Pakubuwana X, Surakarta, Jawa Tengah, 1938

2. Lontar, Serat, kitab dan sebagainya

Negarakertagama

Negarakertagama adalah naskah lontar yang ditemukan dan dirampas oleh

Belanda di Puri Cakranegara Lombok tahun 1894. Naskah ini menggunakan bahasa

Jawa Kuno, berhuruf Bali dan berbentuk puisi (kakawin). Naskah ini ditulis oleh

Mpu Prapanca seorang pujangga Majapahit ditulis tahun 1365 setahun setelah

Gajah Mada wafat. Sekarang naskah ini disimpan di Universitas Leiden Belanda.

Beberapa sejarawan telah menterjemahkan naskah seperti oleh Brandes dan H.

Kern. Sementara sejarawan Indonesia yang menterjemahkan naskah ini adalah Prof.

Slametmulyono (1953).

Secara garis besar isi dari naskah Negarakertagama antara lain : tinjauan

filsafat Prapanca dan tujuan penulisan, susunan pemerintah pusat dan pemerintahan

dalam negeri Majapahit, wilayah nusantara yang dikuasai Majapahit, penyiaran

16

Page 17: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

agama Hindu-Budha, catatan perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Tengah dan Jawa

Timur, sejarah Singasari-Majapahit sejak Ken Arok hingga Hayam Wuruk dan

Gajah Mada, upacara kebesaran di Majapahit, dan peraturan mengenai pertanahan

agraria.

Pararaton

Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Kuno, berbentuk prosa, tidak

diketahui penulisnya dan disusun sekitar abad 16. Pararaton berisi tentang riwayat

Ken Arok. Tahun 1920 naskah Pararaton ditulis ke dalam bahasa Romawi dan

diterjemahkan oleh Brandes. Nasakah Pararaton berisi tentang kisah Ken Arok

sebagai pendiri wangsa Rajasa, istrinya Ken Dedes dan sejarah Majapahit 1486.

Kidung Sundayana

Kidung Sundayana berbentuk puisi (kidung). Naskah ini ditemukan di Bali dan

menggunakan bahasa Jawa Kuno dengan pengarang yang belum diketahui. Isi

secara umum naskah Kidung Sundayana bercerita tentang kronologis perang Bubat

yang diawali dengan keinginan Hayam Wuruk mencari permaisuri. Maka

terpilihlah putri dari kerajaan Pajajaran yang bernama Citraloka. Rombongan

Pajajaran dan putri Citraloka akhirnya datang ke Majapahit. Di sinilah awal

masalah terjadi ketika Gajah Mada tidak senang dengan cara Hayam Wuruk

menyambut kerajaan Pajajaran. Muncullah perselisihan paham antara Gajah Mada,

Hayam Wuruk dan pihak Pajajaran. Tidak adanya kesepakatan pihak meyebabkan

pertempuran antara kedua belah. Raja Pajajaran terbunuh dalam peristiwa ini dan

Citraloka akhirnya bunuh diri.

Babad Tanah Jawi

Naskah ini bercerita tentang pasang surut sejarah Jawa yang meliputi akhir

kerajaan Majapahit 1525 sampai Perjanjian Giyanti 1755 yang membagi Mataram

menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Secara rinci isi Babad Tanah Jawi adalah

Kerajaan Demak Bintoro, Mataram, walisongo terutama figur Sunan Kalijaga dan

perpecahan Mataram.

17

Page 18: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Epigrafi sangat erat kaitannya dengan artefak masa sejarah dan harus

mengikuti jejak perkembangan artefak sesuai dengan seluk-beluk dan latar

belakangnya, sedangkan orang yang menjurus pada penguasaan artefak pada

umumnya menggunakan data epigrafi secara sekunder.

Epigrafi adalah ilmu atau kajian tentang prasasti, khususnya penguraian kata

dan interpretasi prasasti. Singkatnya epigrafi mengkaji prasasti, khususnya prasasti

kuno, terutama atas dasar gaya huruf tulisan dan bahasa yang digunakan, untuk

mengetahui antara lain masa perkembangan artefak/monumen dan seluk beluk lain. 

Dalam tulisan/buku umum tentang arkeologi, istilah epigrafi sangat jarang

kita jumpai. Kadang-kadang, jika istilah ini disebut cukup diberi penjelasan singkat

bahwa epigrafi ialah kajian tentang prasasti yang terdapat pada monumen, arca,

materai dan sebagainya.

Bahasa Jawa merupakan satu diantara bahasa yang banyak digunakan untuk

menuliskan suatu peninggalan di Indonesia. Baik temuan berupa prasasti, lontar

maupun kitab dan serat-serat kuno. Dengan menguasai Bahasa Jawa, Sejarawan

dapat membaca dan menganalisa isi yang tercantum pada Artefak. Maka dari itu,

Bahasa jawa termasuk dalam salah satu ilmu Epigrafi yang dapat digunakan sebagai

acuan untuk membantu ilmu sejarah dalam mengungkap tabir misteri sejarah.

18

Page 19: justclipin.files.wordpress.com … · Web viewyang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Umumnya benda budaya yang dimaksud adalah prasasti (baik batu,

Daftar Pustaka

Boechari,2012,Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti.Jakarta:KPG.

Sjamsuddin, H. & Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta

J.G.de Casparis, 1975. Indonesia Palaeography; A History of Writting in Indonesia from

the Beginnings to Century AD. 1500, dalam: Handbuch der Orientalistik. Leiden/Koln,

E.J.Brill.

R.P.Soejono, 2001, Epigrafi dan Arkeologi di Indonesia, dalam Membaca dan

Mengungkap Kearifan Masa Lalu. Malang : Aksara dan Makna

Siti Baroroh Baried,dkk, 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

id.wikipedia.org (diakses pada 13 Maret 2015)

Epigraphycorner.blogspot.com (diakses pada 13 Maret 2015)

Historiajaya.blogspot.com (diakses pada 13 Maret 2015)

19