Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

24
1 Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik: Kajian Epigrafi Kembang Dini 1 , Dr. Ninie Susanti 2 ¹Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia ²Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Prasasti Taṇḍĕs merupakan salah satu data epigrafi dan juga sumber sejarah tertulis yang menyebutkan nama Kiai Tumenggung Puspanegara. Prasasti tersebut terletak di Komplek Makam Puspanegara, Gresik. Isi dari Prasasti Taṇḍĕs penting untuk diketahui karena sedikit banyak mampu menggambarkan dinamika kekuasaan dan pemerintahan pusat dan daerah di Jawa di sekitar masa kekuasaan Kiai Tumenggung Puspanegara. Penelitian ini menganalisis Prasasti Taṇḍĕs secara kritis dan disertai catatan terkait penulisan dan isi prasasti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya terdapat beberapa hal yang dikemukakan dalam Prasasti Taṇḍĕs, yaitu peran seseorang bernama Kiai Tumenggung Puspanegara, suatu daerah bernama Tandes, serta peristiwa Perang Suksesi Jawa II. Taṇḍĕs Inscription in Puspanegara Cemetery Gresik: Epigraphical Study Abstract Taṇḍĕs Inscription is one of a few epigraphical data and also written history source mentioning the name of Kiai Tumenggung Puspanegara. The inscription is located in Puspanegara Cemetery, Gresik. Its contents are important because it informs us some aspects of the dynamics of central and regional authority and government in Java during the reign of Kiai Tumenggung Puspanegara. The study shows some information written in Taṇḍĕs Inscription, which are the role of Kiai Tumenggung Puspanegara, a place called Tandes, and also The Javanese Succession War II. Keywords: authority; inscription; Puspanegara Pendahuluan Komplek Makam Puspanegara terletak bersebelahan dengan Komplek Makam Maulana Malik Ibrahim di Jl. Malik Ibrahim, Desa Gapuro Sukolilo, Kecamatan Kota Gresik. Komplek Makam Puspanegara merupakan komplek pemakaman keluarga penguasa daerah Gresik. Makam utamanya adalah makam Kiai Tumenggung Puspanegara yang namanya diambil sebagai nama komplek Universitas Indonesia Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Transcript of Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

Page 1: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

1 Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik: Kajian

Epigrafi

Kembang Dini1, Dr. Ninie Susanti2 ¹Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia ²Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak Prasasti Taṇḍĕs merupakan salah satu data epigrafi dan juga sumber sejarah tertulis yang menyebutkan nama Kiai Tumenggung Puspanegara. Prasasti tersebut terletak di Komplek Makam Puspanegara, Gresik. Isi dari Prasasti Taṇḍĕs penting untuk diketahui karena sedikit banyak mampu menggambarkan dinamika kekuasaan dan pemerintahan pusat dan daerah di Jawa di sekitar masa kekuasaan Kiai Tumenggung Puspanegara. Penelitian ini menganalisis Prasasti Taṇḍĕs secara kritis dan disertai catatan terkait penulisan dan isi prasasti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya terdapat beberapa hal yang dikemukakan dalam Prasasti Taṇḍĕs, yaitu peran seseorang bernama Kiai Tumenggung Puspanegara, suatu daerah bernama Tandes, serta peristiwa Perang Suksesi Jawa II.

Taṇḍĕs Inscription in Puspanegara Cemetery Gresik: Epigraphical Study

Abstract Taṇḍĕs Inscription is one of a few epigraphical data and also written history source mentioning the name of Kiai Tumenggung Puspanegara. The inscription is located in Puspanegara Cemetery, Gresik. Its contents are important because it informs us some aspects of the dynamics of central and regional authority and government in Java during the reign of Kiai Tumenggung Puspanegara. The study shows some information written in Taṇḍĕs Inscription, which are the role of Kiai Tumenggung Puspanegara, a place called Tandes, and also The Javanese Succession War II. Keywords: authority; inscription; Puspanegara Pendahuluan

Komplek Makam Puspanegara terletak bersebelahan dengan Komplek Makam Maulana Malik Ibrahim di Jl. Malik Ibrahim, Desa Gapuro Sukolilo, Kecamatan Kota Gresik. Komplek Makam Puspanegara merupakan komplek pemakaman keluarga penguasa daerah Gresik. Makam utamanya adalah makam Kiai Tumenggung Puspanegara yang namanya diambil sebagai nama komplek

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 2: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

2 makam tersebut. Di dalam Komplek Makam Puspanegara terdapat sejumlah inskripsi, salah satunya adalah Prasasti Taṇḍes.

Prasasti Taṇḍĕs terletak di bagian timur komplek makam, posisinya terlihat langsung dari pintu masuk komplek makam. Prasasti ini menyebutkan nama seseorang yang diyakini masyarakat setempat sebagai penguasa lokal, yaitu

Kanjeng Kiai Tumenggung Puspanegara. Prasasti Taṇḍĕs juga merupakan satu-satunya prasasti yang menyebutkan nama Kanjeng Tumenggung Puspanegara. Selain itu, prasasti ini juga menyebutkan nama Susuhunan Pakubuwana dan Amangkurat, sehingga kemungkinan besar prasasti ini dikeluarkan oleh Puspanegara sebagai penguasa daerah di bawah pemerintahan Mataram Islam. Prasasti ini terbuat dari batu andesit dan berbentuk blok berpuncak runcing dengan lebar 122 cm, tinggi 163 cm, dan tebal 38 cm. Prasasti ini terdiri dari delapan baris di sisi barat (bagian recto) dan sebelas baris di sisi timur (bagian verso).

Penyusunan suatu kisah sejarah yang lengkap harus mengandung empat unsur pokok, yaitu waktu, tempat, tokoh, dan peristiwa (Susanti, 1996: 4). Prasasti dan inskripsi-inskripsi di Komplek Makam Puspanegara ini harus melewati serangkaian tahap analisis agar dapat mengungkapkanisi dan maknanya. Penelitian ini dititikberatkan pada pengkajian prasasti sebagai data primer dan diharapkan dapat memberi penjelasan mengenai kronologi dan peristiwa yang terjadi saat prasasti ini dibuat, sehingga dapat ditempatkan dalam rangkaian sejarah yang tepat. Manfaat lain dari penelitian ini adalah untuk melengkapi penelitian yang sudah ada sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari hasil pembacaan.

Prasasti Taṇḍĕs sebelumnya telah dibaca oleh Hasan Muarif Ambary (1986) dan menghasilkan alihaksara dan alihbahasa, namun prasasti ini belum ditinjau secara kritis dan belum diberi catatan khusus untuk menempatkan informasi dari sumber primer ke dalam konteksnya. Untuk mendapatkan informasi agar dapat dipergunakan sebagai data sejarah yang valid, maka perlu dilakukan penelitian epigrafis atas Prasasti Taṇḍĕs. Penelitian ulang atas Prasasti Tandes ini didasarkan atas anjuran Boechari kepada peneliti epigrafi untuk tidak hanya meneliti prasasti-prasasti yang belum diterbitkan, tetapi juga meneliti kembali prasasti-prasasti yang terbit dalam transkripsi sementara. Peneliti epigrafi juga

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 3: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

3 wajib menerjemahkan prasasti yang ditelitinya ke dalam bahasa modern sehingga para ahli sejarah dapat menggunakan informasi yang terkandung di dalam prasasti tersebut (Boechari, 2012: 5).

Analisis dan interpretasi isi prasasti dapat dilakukan jika sudah dilakukan pembacaan, alihaksara, dan alihbahasa serta catatan alihaksara dan alihbahasa yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini adalah bagaimana isi Prasasti Tanděs berdasarkan kajian epigrafi yang disertai analisis kritis dan bagaimanakah gambaran situasi politik di sekitar masa pemerintahan Puspanegara? Metode Penelitian

Proses penulisan sejarah harus melalui empat tahap, yaitu tahap pengumpulan data atau heuristik, tahap pengolahan data atau kritik sumber, tahap interpretasi, dan tahap historiografi (Susanti, 1996: 8). Tahap pertama, yaitu heuristik, adalah kegiatan pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan cara mencari sumber-sumber tertulis lain yang sezaman dan mendukung penelitian, serta data pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, kegiatan pengumpulan data mencakup penelitian kepustakaan yaitu mencari dan mengumpulkan sumber bacaan yang sesuai.

Data primer penelitian ini adalah prasasti di komplek makam Puspanegara, sedangkan data sekundernya mencakup kumpulan literatur, hasil transkripsi, arsip Belanda, naskah lokal, pembahasan tentang ornamen yang terdapat di prasasti, pendapat dan pembahasan para ahli. Oleh karena itu, penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data fisik prasasti dengan cara mendokumentasikan prasasti dalam bentuk foto. Selain itu, dilakukan pula deskripsi unsur-unsur fisik prasastiyang mencakup bahan, ukuran, aksara, dan keadaan prasasti. Dalam tahap ini juga dilakukan alihaksara dan alihbahasa yang disertai catatan pada kedua proses tersebut.

Tahap pengolahan data antara lain adalah kritik teks atau kritik sumber, yang berupa kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern bertujuan untuk menguji

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 4: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

4 otentisitas sumber tertulis untuk mengetahui identitasnya, serta dijelaskan pula deskripsi prasasti tersebut terkait pengamatan mendetail mengenai bahan yang dipakai, jenis tulisan, dan lain-lain. Proses penyuntingan dilakukan dengan mengalihaksarakan teks secara apa adanya dan kemudian memberikan catatan. Teks direproduksi persis seperti yang terdapat dalam sumber, hal ini dilakukan untuk menghindari masuknya unsur interpretasi peneliti (Robson, 1978: 42).

Adapun kritik intern adalah kritik yang terkait pengujian informasi yang terkandung pada prasasti, baik dari segi bahasa mapun isi, sehingga prasasti tersebut dapat dianggap layak sebagai data sejarah yang kredibel dan tidak anakronistis. Prasasti yang telah diterbitkan hasilnya dilengkapi dengan transliterasi. Selain itu, jika dalam penelitian ditemukan kesalahan dalam teks, maka catatan alih aksara dan catatan alih bahasa akan dibuat untuk melengkapi proses pengolahan data. Pengujian isi prasasti meliputi pengujian kata, kalimat, dan wacana, sedangkan pengujian isi adalah analisa isi teks agar dapat menghasilkan detail yang cocok dalam suatu konteks (Susanti, 1996: 16).

Pada tahap selanjutnya dikaji beberapa aspek yang merupakan asumsi awal penelitian, yaitu interpretasi isi prasasti tersebut. Dalam tahap ini, data pembanding dari sumber-sumber lain yang dikumpulkan pada tahappengumpulkan data diolah sesuai kebutuhan penelitian. Proses asumsi awal dilakukan dengan melakukan kajian intertekstual antara Prasasti Taṇḍĕs dengan naskah, yaitu informasi-informasi yang terkandung di dalam Babad Kartasura,maupun dengan inskripsi pembanding lainnya. Dengan melalui tahapan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan unsur-unsur pokok sejarah, yaitu waktu (aspek kronologi), tempat (aspek geografi), tokoh (aspek biografi), dan peristiwa (aspek fungsional) (Susanti, 1996: 19).

Tahap historiografi sebagai tahap pemaparan narasi sejarah yang berasal dari informasi yang terkandung di dalam prasasti dilakukan dengan melengkapi data utama dengan data penunjang lain untuk ditempatkan ke dalam kronologi sejarah yang tepat. Akan tetapi, penelitian ini hanya dilakukan hingga tahap interpretasi, sebab penempatan data sejarah ke dalam kronologi yang tepat termasuk ke dalam ranah ilmu sejarah. Oleh karena itu, diharapkan hasil

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 5: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

5 interpretasi penelitian Prasasti Taṇḍĕs ini dapat digunakan sebagai data

historiografi. Selain itu, dalam pelaksaan penelitian Prasasti Taṇḍĕs ini, terdapat sejumlah kesulitan yang menghalangi kelancaran penelitian yang meliputi kondisi fisik prasasti dan inskripsi pembanding yang buruk hingga minimnya data pustaka yang menyebutkan nama KT Puspanegara dan nama daerah Tandes, sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam yang disertai dengan data yang lebih lengkap untuk menyempurnakan penulisan sejarah. Alihaksara dan Alihbahasa Prasasti Taṇḍĕs beserta Catatannya

1. Deskripsi Prasasti Taṇḍĕs

Prasasti Taṇḍĕs dipahatkan di atas bidang rata batu andesit yang berbentuk blok berpuncak runcing. Prasasti ini berukuran tinggi dari puncaknya 163 cm, lebar 122 cm, dan tebal 38 cm. Secara keseluruhan, prasasti ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang berisi ornamen dekoratif dan bagian yang berisi inskripsi. Pada

bidang tulis Prasasti Taṇḍĕs, yaitu bagian yang berisi inskripsi berisi delapan baris di bagian recto dan sebelas baris di bagian verso, masing-masing menggunakan aksara Jawa Baru. Pahatan di prasasti ini cukup halus meskipun terdapat beberapa bagian yang sudah aus sehingga huruf yang dipahatkan menjadi kabur dan agak sulit dibaca. Keausan tersebut terutama ada di bidang recto di bagian akhir baris ketujuh dan kedelapan serta bidang verso baris ketiga, kelima, dan kedelapan. Selain keausan yang menyebabkan huruf sulit dibaca, ada pula keraguan dalam proses pembacaan akibat kemiripan penulisan huruf menjadi sulit dibedakan.

Pada bagian bawah bidang recto Prasasti Taṇḍĕs terdapat ornamen-ornamen yang saling menumpuk, beberapa jenis ornamen yang terlihat adalah bulan, figur berbelalai dan bertaring, wadasan (karang), sulur tanaman, ukel-ukel, motif laut, dan figur berparuh menyerupai hewan garuda. Jika diamati lebih lanjut, ornamen pada bagian bawah prasasti bagian recto ini merupakan bentuk candrasangkala memet, yaitu kronogram atau pemberian angka tahun yang disimbolkan dengan gambar atau relief yang berkonotasi sama dengan angka yang dimaksud (Bratakesawa, 1980: 6). Prasasti ini didirikan di atas lapik setinggi setengah meter dan di bagian depan lapiknya terdapat tiga panil yang masing-

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 6: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

6 masing dihiasi ornamen yang berbeda. Panil pertama berhiaskan motif matahari, panil kedua bermotif pohon, sedangkan panil ketiga dihiasi motif sebilah senjata dan satu motif lagi yang belum diketahui.

Akan tetapi, belum dapat dipastikan angka tahun yang dimaksud dalam candrasangkala ini mengingat figur kedua bisa bermakna ganda (watak lima atau delapan). Selain itu, tiga panil di bawah prasasti itu kemungkinan besar juga mengandung angka tahun mengingat ornamen yang ada juga hampir serupa, seperti matahari (angka satu), pohon (angka enam), aliran sungai (angka empat), dan sebilah senjata (angka lima). Candrasangkala memet pada lapik prasasti ini menunjukkan angka tahun 1645 TJ (1720 M) jika tidak dibaca terbalik. Ornamen pada lapik prasasti diduga juga mengandung penanggalan dalam bentuk candrasangkala memet. Jika ornamen tersebut dirinci dari kiri ke kanan, maka dapat dikatakan panil pertama berwatak 1 karena mengandung ornamen surya Majapahit. Panil kedua berwatak 6 karena pohon (wreksa) termasuk ke dalam watak 6 dan panil ketiga yang mengandung ornamen sungai atau badan air dan bilah senjata masing-masing berwatak 4 dan 5. Diduga angka tahun yang dimaksud merupakan angka tahun 1645 TJ (1721 M).

Prasasti Taṇḍĕs bagian recto/depan (kiri) dan bagian verso/belakang (dokumentasi: Kembang Dini, 2013).

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 7: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

7

Ornamen bagian bawah bidang recto Prasasti Taṇḍĕs (dokumentasi: Kembang Dini, 2013). Tiga panil pada bagian depan lapik Prasasti Taṇḍĕs (dokumentasi: Kembang Dini, 2013).

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 8: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

8 Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 9: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

9 Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 10: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

10

3. di Kota Taṇḍĕs ……… 34 untuk 4. memperingati (memuliakan) ayah dari Puspanegara, Ki Kamis

5. dan para pendahulunya Ki Muruk, Ki Katib,

6. Ki Tempel, Ki Gaib, dan Ki Dipati Sengguruh.

7. Saat itu, Puspanegara berumur tujuh 8. puluh tahun, ia mempunyai empat istri35 dan anak laki-laki

Verso:

1. dua belas, …. 36 tiga, dan cucu

2. 42 serta 2 cicit. Saat itu nama

3. putranya Susuhunan Pakubuwana

4. tiga yang dicintai, Susuhunan Amangkurat 5. yang tiada tandingannya37 dengan kerabatnya

6. Pangeran Purbaya serta Pangeran Blitar. Terjadi 7. perang besar yang menimbulkan banyak orang tewas, terjadi kelaparan38 8. disertai jatuhnya Surabaya yang dikalahkan oleh Admiral 9. Broman39. Yang menuturkan,

10. Panitisastra, Citrawangsa Puspa- 11. naya. [wi?] [ti?]40.

Interpretasi Isi Prasasti

1. Identifikasi Waktu (Kronologi) 34 Belum diketahui. Kalimat yang dimaksud adalah kalimat yang dibaca Ambary (1987) sebagai [wallaṅyuṅ anglamura], akan tetapi setelah diperhatikan lebih lanjut kemungkinan besar yang dimaksud penulis prasasti adalah kalimat dalam bahasa Arab [wallahu a’lamu] dengan menggunakan ejaan Jawa. Hal ini dapat menjadi pertimbangan lebih lanjut mengingat huruf-huruf yang ada secara tidak langsung mempunyai yang sama dengan kalimat tersebut, yaitu wa, la, la, ha, A, la, dan ma. 35 Teksnya berbunyi [ghrawa], sedangkan entri di kamus menyebutkan kata ‘istri’ disebut dengan ‘garwa’. 36 Belum diketahui. Kemungkinan besar yang dimaksud di sini adalah beberapa putranya yang sudah dewasa masing-masing memiliki tiga orang istri mengingat cucunya berjumlah 42 orang. 37 Haparĕbatan artinya ‘yang tidak terbantahkan’ atau dalam hal i ni lebih cocok diartikan ‘tiada tandingannya’. 38 Larang pangan maksudnya keberadaan sumber makanan menjadi langka, sehingga lebih tepat diartikan sebagai kelaparan. 39 Di dalam Babad Kartasura, Admiral Broman lebih dikenal dengan sebutan Amral Baritman. 40 Lihat catatan nomor 31.

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 11: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

11

Kronologi membantu mencocokkan suatu peristiwa yang tertulis di dalam

prasasti ke dalam urutan waktu yang tepat. Pada Prasasti Taṇḍĕs tidak ditemukan adanya sistem penanggalan yang rumit seperti pada prasasti-prasasti Jawa Kuna, tetapi bukan berarti dengan begitu terputuslah harapan kita untuk mencocokkan urutan waktunya. Berikut akan disajikan tabel inskripsi dan angka tahun yang terdapat di dalam Komplek Makam Puspanegara:

Tabel Inskripsi dan Angka Tahun di Komplek Makam Puspanegara

No. Lokasi Inskripsi Angka Tahun Keterangan

a. Lā ilāha illallah 1645 TJ/1721 M a. Aksara Arab

b. Wallahu a’lam b. Aksara Arab

c. Punika pakuburan kang c. Aksara

wawangunan Kangjeng Carakan41

Kiyahi Tumenggung

1. Gapura 1 (depan) Puspanegara winastan

Asmarantaka

henggening hamangun i

sakakala 1645 wisaya

hadreng karengret rat

2. Gapura 1 Wisaya hadreng karengret 1645 TJ/1721 M Aksara Carakan

(belakang) rat 1645

a. Lā ilāha illallah 1683 TJ/1757 M a. Aksara Arab

b. Wallahu a’lam b. Aksara Arab

c. Punika hingkang c. Aksara

pakuburan Kiyahi Carakan

Tumenggung […]

3. Gapura 3 punika hingkang putra Ada bagian yang

Kiyahi Tumenggung tidak terbaca

Tirtadiraja karena sudah aus

waliyyualalim i sakakala

marganing harmurti

hamadang tunggal 1683

titi

Lā ilāha illallah muhammad Aksara Arab

rasulullah kullu syai-in hālik

4. Gapura 2 illa wajhahu lahul-hukm wa

ilaihi turja’un

[…] tunggal […] - Hanya satu kata

yang terbaca,

5. Gapura 4 sisanya sudah

sangat lapuk

41 Maksudnya aksara Jawa Baru.

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 12: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

12

6. Prasasti Taṇḍĕs (lihat pembahasan) -

7. Gapura 9 Tataning kang rupa dyarasa 1615 TJ/1692 M

tunggal

a. Hijratu rasulullah […] a. 1132 a. Aksara Arab

1132 H/1720 M (berada di

b. Pagulingan hadi rasa b. 1645 TJ/ gapura

tunggal 1645 1721 M cungkup, ada

c. Pakuburan punika c. - bagian yang

winastan ing d. 1646 tidak terbaca)

Asmarantaka enggening TJ/1722 M b. Aksara

amangun gung ing Allah e. 1133 Carakan

ing rasulullah H/1721 M (berada di

d. Raga hadi guna yang gapura

tunggal cungkup)

e. Hijratu rasulullah s.m. c. Aksara Jawi

8. Cungkup makam [shallallahu alaihi (di atas pintu

Puspanegara wasallam] 1133 masuk

f. Lā ilāha illallah makam)

muhammad rasulullah d. Aksara

Carakan

(disertai

ornamen

Surya

Majapahit)

e. Aksara Arab

f. Aksara Arab

(ditulis di atas

ornamen

bulan sabit)

a. Punika hingkang [… …] 164[5] TJ/1721 Aksara Carakan,

Prasasti lingga di hing kangjeng kiyahi M disertai

tumenggung candrasangkala

depan cungkup

b. Puspanagara hing nagari memet berupa

9. makam

tandes bulan di atas

Puspanegara

c. [… …] sami hadi rasa Ganeśa yang

(empat sisi)

tunggal memegang panah

d. di atas laut

a. Lā ilāha illallah a. - a. Aksara Jawi

muhammad rasulullah b. - b. Aksara Jawi

[… … …] c. 1682 (media kayu

Cungkup makam b. - TJ/1757 M sudah lapuk)

10. c. Tingal murti rasa d. 1168 H/1754 c. Aksara

Jayadirja

tunggal 1682 M Carakan

d. Hijratu rasulullah s.m. d. Aksara Arab

[shallallhu alaihi

wasallam] 1168

a. Lā ilāha illallah a. - a. Aksara Arab

muhammad rasulullah b. - (baris 1-2)

[…] punika pakuburan c. 1688 dan aksara

kiyahi tumenggung [… TJ/1762 M Jawi (baris 3-

Cungkup makam … …] d. - 4)

11. b. Punika ingkang b. Aksara Jawi

Tirtadirja

pakuburan kiyahi c. Aksara

tumenggung tirtadirja Carakan

ing tandes winastan ing d. Aksara Arab

antasmara […] fil- (tertutup

ākhirah dārul-baqā-i lumut tebal)

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 13: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

13 mugi Allah subhanahu

wa ta’ala […] wallahu

a’lam

c. Murtining sarira

langiting tunggal 1688

d. -

Cungkup makam

Pagulinganing sarira rasa 1685 TJ/1759 M Aksara Carakan

12. tunggal 1685

Suranegara

- - Aksara Carakan

Prasasti di depan (kondisi tertutup

13. cungkup makam lumut tebal dan

Suranegara ada bagian yang

pecah dan rusak)

Gapura cungkup Maraganing uninga pandita 1735 TJ/1808 M Aksara Cakrakan

14. makam 5 (belum hing tunggal 1735

diketahui)

Cungkup makam

Ginapura hadiapamuji tukid 1749 TJ/1821 M Aksara Carakan

15. 1749

Bratanegara

16. Gapura 8 Dadining yuning ngaresi iku 1734 TJ/1807 M Aksara Carakan

1734

17. Gapura 9 Tataning kang rupa dyarasa 1615 TJ/1692 M Aksara Carakan

tunggal 1615

Berdasarkan tabel di atas yang diolah dari Ambary (1986) dan hasil

penelitian lapangan, Prasasti Taṇḍĕs kemungkinan besar berasal dari tahun 1645 TJ/1721 M jika dilihat dari candrasangkala memet pada lapiknya. Hal ini juga didukung oleh sejumlah angka tahun di depan dan di balik gerbang masuk Komplek Makam Puspanegara, candrasangkala memet di prasasti berbentuk lingga dan genuk air di depan cungkup makam Puspanegara, pada inskripsi di kepala gerbang cungkup makam Puspanegara, dan pada inskripsi di pintu masuk makam Puspanegara. Semua angka tahun yang ditunjukkan pada inskripsi-inskripsi tersebut menunjukkan angka yang sama yaitu 1645 TJ/1721 M.

2. Identifikasi Tokoh (Biografi)

Tahap interpretasi yang kedua adalah identifikasi tokoh yang disebutkan di

dalam prasasti. Identifikasi tokoh dilakukan untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam peristiwa yang diceritakan di dalam prasasti dan berperan penting dalam pembuatan prasasti.

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 14: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

14

2.1. Kanjeng Kiai Tumenggung Puspanegara

Prasasti Taṇḍĕs menyebutkan bahwa saat prasasti tersebut dibuat, Kiai Tumenggung Puspanegara berusia tujuh puluh tahun. Dalam usianya yang ketujuh puluh tahun, Kiai Tumenggung Puspanegara mempunyai empat istri dan dua belas anak, empat puluh dua cucu dan dua cicit. Komplek Makam Puspanegara dibangun atas perintah Kiai Tumenggung Puspanegara untuk memperingati ayahnya, yaitu Ki Kamis. Berdasarkan Prasasti Taṇḍĕs, disebutkan bahwa silsilah Puspanegara berakar dari Ki Dipati Sengguruh. Saat

Prasasti Taṇḍĕs dibuat, kepemimpinan Kiai Tumenggung Puspanegara sebagai penguasa daerah Gresik berada di masa kekuasaan Pakubuwana I. Gambar 1. Bagan alur kekerabatan dan leluhur Kiai Tumenggung Puspanegara, direproduksi

berdasarkan Sunyoto (2007), oleh Febrika Widharini (2013). Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 15: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

15

2.2. Susuhunan Pakubuwana I

Prasasti Taṇḍĕs menyebutkan nama Susuhunan Pakubuwana, yaitu di

baris ketiga bagian verso yang berbunyi: “…- ṅé putrané śuśuhuṇan pakubhuwana…”. Susuhunan Pakubuwana I sendiri adalah adik dari Susuhunan Amangkurat II yang dikenal juga bernama Pangeran Puger dan bernama asli Raden Mas Drajat. Pangeran Puger ialah putra dari Susuhunan Amangkurat I dengan putri dari Kajoran, yaitu Ratu Kulon. Pangeran Puger memberontak kepada kekuasaan Amangkurat II dengan menobatkan dirinya sebagai raja.

Pemberontakan Pangeran Puger bermula ketika serangan Trunajaya mendesak Amangkurat I untuk mengungsi dan meminta bantuan dari VOC di Batavia. Amangkurat I memerintahkan putranya, yaitu Pangeran Adipati Anom yang di masa mendatang dikenal sebagai Amangkurat II, untuk merebut kembali Mataram. Perintah ini justru disanggupi oleh Pangeran Puger, yaitu adik Pangeran Adipati Anom. Susuhunan Amangkurat I memberikan pusaka kerajaan kepada Pangeran Puger dan mengutusnya untuk menghimpun kekuatan di Jenar. Pangeran Puger akhirnya menobatkan diri sebagai raja bergelar Susuhunan Pakubuwana I dengan dukungan pemerintah VOC setelah ayahnya wafat dan mendirikan keraton di Plered (Moedjanto, 1987: 183-184).

2.3.Susuhunan Amangkurat IV

Prasasti Taṇḍĕs menyebutkan nama Susuhunan Amangkurat di baris

keempat bagian verso yang berbunyi: “…titig ā kakasih śuśuhuṇan hapaŋ-

kurat…” . Kata ‘titigā’ di kalimat tersebut merupakan lanjutan dari baris ketiga bagian verso yang menyebutkan nama Susuhunan Pakubuwana. Kata tersebut mengacu pada tiga orang putra Pakubuwana yang disayanginya, yaitu Susuhunan Amangkurat IV, Pangeran Purbaya, dan Pangeran Blitar. Nama asli Susuhunan Amangkurat IV adalah Raden Mas Surya atau Raden Mas Surya-Putra, ia dipanggil Wangsa Taruna oleh Amangkurat III. Semasa Pakubuwana masih hidup Raden Mas Surya telah diangkat sebagai Putra Mahkota meskipun sebenarnya ia merupakan anak kedua (Moedjanto, 1990: 45).

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 16: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

16

2.4. Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar

Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar adalah putra dari Susuhunan Pakubuwana I sekaligus saudara kandung Susuhunan Amangkurat IV. Nama asli Pangeran Blitar adalah Raden Mas Sudama, putra ketujuh Pakubuwana I (Moedjanto, 1990 45). Pada awal masa kekuasaan Amangkurat IV, Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar memberontak atas kepemimpinan Susuhunan Amangkurat I atas dukungan dari ibu mereka, yaitu Ratu Pakubuwana. Pangeran Blitar akhirnya wafat di tengah pemberontakan yang mereka lakukan karena sakit pada tahun 1721 M, sedangkan Pangeran Purbaya ditahan di Batavia.

2.5. Admiral (Commander) Hans Frederik Bergman

Prasasti Taṇḍĕs menyebutkan nama orang asing pada baris kesepuluh, yaitu Amral Broman. Amral Broman merupakan sebutan bagi Admiral (Commander) Hans Frederik Bergman yang bertugas sebagai senior VOC officer di pesisir utara Jawa sejak bulan Juli-November 1718 M dan September 1719 M hingga Desember 1721 M (Ricklefs, 1993: 237). Di dalam naskah-naskah lama seperti Babad Kartasura yang diterjemahkan oleh Sastronaryatmo (1981), Admiral Bergman disebut dengan nama Amral Baritman, akan tetapi dalam penelitian ini ada baiknya digunakan penyebutan namanya sebagai Admiral Bergman.

Admiral Bergman—lengkapnya Admiral Commander Hans F rederik Bergman—adalah seorang letnan kolonel di Angkatan L aut Belanda yang semula ditugaskan secara resmi di India dan meraih kesuksesan bagi VOC di sana (Ricklefs, 1993: 176). Admiral Bergman kemudian dipindah tugaskan sebagai perwira senior VOC bagi daerah pesisir utara Jawa yang bermarkas di Semarang. Pendahulunya sebagai perwira senior VOC adalah Commisioner Joan Frederik Gobius yang bertugas sejak Mei 1717 M hingga September 1722 M (Ricklefs, 1993: 237). Di dalam naskah-naskah lama, Gobius lebih dikenal dengan nama Kumendur Gobyo. Bergman kemudian berbagi kekuasaan dengan Gobius, sehingga secara resmi Gobius masih menjabat sebagai perwira senior

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 17: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

17

VOC hingga 1722 M meskipun Bergman juga tercatat sebagai perwira senior (Ricklefs, 1993: 221). Admiral Bergman tidak hanya terlibat di dalam Perang Surabaya yang dimulai pada tahun 1717 M saja. Ia juga terlibat penuh dalam Perang Suksesi Jawa II pada tahun 1719 M. Kedua perang ini diakui Ricklefs sebagai perang yang sangat memengaruhi tatanan pemerintahan Jawa karena didasari kerjasama dengan VOC sejak tahun 1704 M (Ricklefs, 1993: 188).

3. Identifikasi Tempat (Geografi)

Tandes seringkali dianggap sebagai nama atau sebutan krama bagi daerah

Gresik, akan tetapi perlu dilihat kembali asal-usul nama Tandes. Kata tandes dalam Bahasa Melayu berarti tanah yang padat dan keras. Arti kata tandes dalam Bahasa Jawa dengan kata tandas dalam Bahasa Melayu berasosiasi satu sama lain (Rouffaer, 1906: 178). Dalam Bahasa Jawa, tandes artinya muara sungai yang dangkal sehingga terlihat bagian tanahnya dan nandes berarti menguras air sungai hingga tandas. Maksud arti kata tandas di sini adalah bahwa air di sungai habis sama sekali hingga yang terlihat hanya dasar tanahnya. Asumsi yang muncul dari tiponomi yang diusulkan Rouffaer adalah daerah yang disebut Tandes dulunya merupakan daerah yang kering.

Prasasti Taṇḍĕs dinamai demikian sesuai dengan nama tempat yang

tercantum di dalamnya, yaitu Taṇḍĕs. Tandes sendiri kini merupakan nama sebuah kecamatan di utara Kota Surabaya, Jawa Timur. Dari citra satelit di atas dapat dilihat bahwa daerah Tandes yang dimaksud lokasinya sekitar 16 km dari Komplek Makam Puspanegara, bahkan Kecamatan Tandes tidak berada di Kabupaten Gresik. Hal ini menimbulkan sejumlah dugaan, yaitu bahwa di bawah pemerintahannya, kekuasaan Kiai Tumenggung Puspanegara tidak hanya di sekitar lokasi pemakamannya kini (Gresik), tetapi juga mencapai daerah Tandes di Surabaya.

Dugaan lain yang muncul adalah kekuasaan Kiai Tumenggung Puspanegara justru berawal dari daerah Tandes dengan kekuatan politik, pasukan dan persenjataannya berada di Desa Bedhilan, Gresik. Selain itu, kemungkinan lain dapat ditelaah dari isi Prasasti Taṇḍĕs sendiri. Pada bagian recto prasasti baris

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 18: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

18 pertama hingga keenam disebutkan bahwa komplek makam tersebut dibangun bagi Kiai Tumenggung Puspanegara dalam rangka memperingati para leluhurnya. Hal ini diduga sebagai maksud tersurat dari pembangunan makam sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang.

Penyebutan nama daerah Tandes di Prasasti Taṇḍĕs sebagai Kecamatan Tandes yang sekarang berada di Kabupaten Surabaya dirasa cukup masuk akal sebab peta kuno daerah Tandes menunjukkan lokasi yang hampir sama dengan Kecamatan Tandes saat ini. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pendapat Rouffaer yang menyatakan Tandes sebagai nama krama dari Gresik salah, sebab penelitian ini mencoba memberikan pandangan baru terkait Tandes sebagai daerah tersendiri di luar anggapan masyarakat. Hal ini didukung pula oleh uraian di bab sebelumnya yang mennyebutkan bahwa material yang digunakan untuk membuat

Prasasti Taṇḍĕs kemungkinan berasal dari Gunung Penanggungan yang lokasinya relatif dekat dari daerah Tandes.

4. Identifikasi Peristiwa (Fungsional)

Prasasti Taṇḍĕs memuat keterangan mengenai perang yang terjadi di masa Susuhunan Pakubuwana I dan Susuhunan Amangkurat III. Prasasti ini juga menyebutkan nama Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya. Penyebutan nama-nama tokoh tersebut menunjukkan peristiwa yang dikenal sebagai Perang Suksesi Jawa I dan Perang Suksesi Jawa II. Kedua perang tersebut timbul bukan tanpa sebab, terutama mengingat kondisi Kerajaan Mataram mulai runtuh perlahan-lahan.

Konflik dimulai setelah Sunan Amangkurat II wafat pada tahun 1703 M dan digantikan oleh putranya yang bergelar Sunan Amangkurat III. Amangkurat III berselisih dengan pamannya, yaitu Pangeran Puger, karena Pangeran Puger mengklaim bahwa dirinya banyak mendapat dukungan dan lebih layak menjadi raja. Pada tahun 1704 M, VOC mengakui kepemimpinan Pangeran Puger yang bergelar Susuhunan Pakubuwana I. Pengakuan VOC atas kekuasaan Pangeran Puger tersebut memicu konflik antara Susuhunan Amangkurat III dengan Susuhunan Pakubuwana I yang disebut sebagai Perang Suksesi Jawa I (1704-1708

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 19: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

19 M). Para pendukung Pakubuwana I—terutama para pendu kungnya dari daerah pesisir—membelot lantaran kerjasama yang dilakukann ya bersama VOC. Pada bulan Oktober 1705, VOC mengajukan syarat kepada Pakubuwana I untuk menghapuskan semua utang keraton kepada VOC sebelum tahun 1705 M dan untuk mendapatkan dukungan VOC dalam pertempuran tersebut. Kontrak yang disetujui Pakubuwana I itu berisi sepuluh pasal, yaitu Pakubuwana I harus memberikan konsesi atas 10 pasal perjanjian yang sangat merugikan bagi rakyat (Ricklefs, 2012: 112). Sebagian penduduk daerah yang terbebani oleh perjanjian tersebut memilih mengungsi ke daerah lain. Kondisi lingkungan di daerah pesisir utara juga tidak memungkinkan lagi untuk memproduksi kayu akibat penebangan hutan yang semena-mena. Pakubuwana I berupaya membayar utangnya yang kian membengkak karena keuangan yang terus terkuras akibat perjanjian yang disetujuinya sendiri. Sejumlah penguasa lokal dan pejabat daerah menentang beban perjanjian itu dan juga Pakubuwana I sebagai pihak yang menandatangani perjanjian, sebab perjanjian itu membuat VOC semakin kuat menancapkan dominasinya di Pulau Jawa.

Pada bulan Februari tahun 1719 M, Pakubuwana I wafat dan digantikan oleh putranya, Sunan Amangkurat IV. Pakubuwana I wafat di saat kerajaannya berada di ambang kehancuran saat Perang Surabaya meletus. Di bawah kekuasaan Amangkurat IV, adik-adik Sunan Amangkurat IV, yaitu Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya berusaha menyerang Dalem Keraton. Usaha mereka ini dihalangi oleh persenjataan VOC yang lebih hebat, meskipun mereka telah didukung oleh pemuka agama Islam yang berhubungan dengan Dalem dan Ratu Pakubuwana. Mereka pun melarikan diri bersama pengikutnya. Bersamaan dengan itu, Pangeran Arya Mataram, paman dari ketiga bersaudara tersebut, juga meninggalkan Keraton sebelum akhirnya ditangkap di Jepara (Ricklefs, 2001: 113-114).

Perseteruan antara Amangkurat I dengan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya terjadi akibat keputusan Amangkurat IV menurunkan pangkat keduanya menjadi Pangeran-Sentana. Dapat dilihat dari uraian sebelumnya bahwa kompetisi antaranggota keluarga merupakan masalah struktural yang menyebabkan intervensi

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 20: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

20 VOC mudah masuk. Kompetisi yang berujung pada campur tangan VOC di keraton dan situasi ekonomi yang tidak menentu menjadi pemicu meletusnya Perang Suksesi Jawa II, yaitu pertempuran antara Amangkurat IV dengan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya yang menjadi peristiwa penting di sekitar masa pemerintahan Kiai Tumenggung Puspanegara sehingga dicantumkan di dalam

Prasasati Taṇḍĕs.

Perang Suksesi Jawa II dimulai pada tahun 1719 M pada masa kekuasaan Amangkurat IV. Persekutuan Kartasura dengan VOC sejatinya ditujukan untuk meraih dua hal, yaitu VOC akan membantu menyelesaikan urusan-urusan terkait penerus kekuasaan Kartasura dan sebagai gantinya, sumber ekonomi di Jawa akan dialihkan untuk memperoleh keuntungan bagi VOC. Kenyataan ternyata berkata lain, hingga pertengahan tahun 1719 M, sebagian besar penduduk di nagaragung justru pindah ke daerah lain, pasar-pasar tidak terselenggara, dan keraton dan sekitarnya hampir selalu dikepung api yang disulut oleh para pemberontak (Ricklefs, 1993: 188).

Kubu Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya melancarkan serangan terhadap Amangkurat IV dan VOC yang bertujuan untuk memecahkan persekutuan Amangkurat IV dan VOC yang dilakukan dengan cara mengadu domba kedua belah pihak. Mereka menyampaikan kepada Amangkurat IV bahwa VOC berniat untuk mengasingkan dirinya dan kedua pangeran tersebut mengajak sang raja untuk bergabung sebagai upaya menyelamatkan diri. Mereka juga menginformasikan kepada VOC bahwa sebelum wafat, Pakubuwana I menginginkan Pangeran Blitar maju menggantikan dirinya sebagai raja, namun berita palsu tersebut sama sekali tidak memengaruhi kedua pihak tersebut.

Kubu Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar sempat berpindah-pindah tempat untuk menghindari serangan Amangkurat IV, hingga akhirnya Pangeran Blitar wafat di Malang pada tahun 1720 M karena sakit yang berkepanjangan. Kemunduran kubu Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar ini disusul dengan penyerahan diri Pangeran Dipanegara (yang termasuk di dalam kubu Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar) kepada VOC, serta penangkapan Pangeran Purbaya

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 21: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

21 yang akhirnya dikirim ke Tangerang. Perang Suksesi Jawa II tersebut berakhir setelah berlangsung enam tahun lamanya (Ricklefs, 1993: 200-201).

Dalam upayanya merestorasi tatanan negara, Amangkurat IV mencoba menyerang semua pemberontak yang masih tersisa, seperti keluarga Surapati di Malang. Amangkurat IV mengutus Kiai Tumenggung Puspanegara yang sudah sepuh bersama Ngabehi Asmaradana dari Kediri untuk memimpin pasukan menghalau pemberontak dari Malang. Upaya pemberantasan ini memakan banyak korban dari pasukan Amangkurat IV, tentu saja hal ini membuatnya murka. Berkat jasa-jasa Kiai Tumenggung Puspanegara di awal masa pemerintahannya yang penuh kesulitan, serta usianya yang sudah tua, Amangkurat IV pun memaafkan Kiai Tumenggung Puspanegara (Ricklefs, 1993: 215).

Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah kepada siapa Kiai Tumenggung Puspanegara berpihak dan alasannya membuat prasasti di komplek makamnya. Sebagai seorang abdi raja, sudah selayaknya KT Puspanegara mengabdi dan manut pada rajanya. Hal ini sesuai dengan konsep ageng-binatara yang dengan menjelaskan bahwa kekuasaan raja yang besar itu salah satunya ditandai dengan kesetiaan para bupati dan pejabat dalam melaksanakan tugas kerajaan (Moedjanto, 1987: 79). KT Puspanegara sendiri dengan taat mengikuti Pakubuwana I hingga membuat Gresik diserang oleh Surabaya, yang mana penyerangan tersebut didukung pula oleh Panembahan Giri sebagai pemimpin religius di Jawa Timur. KT Puspanegara juga menuruti kemauan Amangkurat IV yang memerintahkannya menghadang pemberontak di Malang meskipun ia sudah tidak lagi muda. Asumsi

yang muncul dari penjelasan sebelumnya terkait Prasasti Tanḍĕs adalah KT Puspanegara sengaja membuat prasasti tersebut untuk menunjukkan kepada para pemberontak yang melawan keraton Kartasura dan Susuhunan Pakubuwana I dan Amangkurat IV bahwa ia dan daerah kekuasannya berada di bawah perlindungan sang raja. Simpulan

Prasasti Taṇḍĕs berada di Komplek Makam Poesponegoro yang bersebelahan dengan Komplek Makam Maulana Malik Ibrahim di Jl. Malik

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 22: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

22 Ibrahim, Kelurahan Gapurosukolilo, Kecamatan Kota Gresik, Gresik, Jawa Timur. Prasasti ini berbahan dasar batu andesit dengan bentuk blok berpuncak runcing dan berukuran tinggi 163 cm, lebar 122 cm dan tebal 38 cm. Aksaranya dituliskan pada kedua sisi lebar prasasti, sedangkan pada sisi tebalnya dihiasi ornamen-ornamen floral. Prasasti ini telah diteliti sebelumnya oleh Hasan Muarif Ambary dalam

artikelnya yang berjudul Epigraphical Data from the 17th-19th Century Muslim Graves in East Java (1986), akan tetapi penelitian tersebut baru sebatas mengalihaksarakan dan menerjemahkan prasasti yang dimaksud secara singkat. Aksara yang dituliskan pada prasasti ini merupakan aksara Jawa Baru. Gaya penulisannya cenderung membulat (ngetumbar) dengan beberapa stilisasi pada bagian ekor sejumlah huruf. Ukuran aksara yang cukup besar membuat prasasti ini cukup mudah dibaca, meskipun di beberapa tempat terdapat bagian yang sudah aus.

Prasasti Taṇḍĕs tidak memiliki angka tahun yang tertulis dalam inskripsinya, tetapi penanggalan dalam prasasti ini dapat ditemukan dalam bentuk candrasangkala memet di bawah inskripsi bagian recto dan pada bagian depan lapiknya. Meskipun candrasangkala di bawah inskripsi bagian recto belum jelas maknanya, akan tetapi candrasangkala di bagian depan lapiknya menunjukkan angka tahun 1645 TJ atau 1721 M.

Prasasti Taṇḍĕs dikeluarkan sebagai penghormatan Kiai Tumenggung Puspanegara kepada leluhurnya sekaligus sebagai penanda makamnya di tempat tersebut. Berdasarkan isinya, prasasti ini menyebutkan nama-nama leluhur Puspanegara dan juga mengenai keluarga Tumenggung Puspanegara. Prasasti ini menyebutkan bahwa ia mempunyai empat istri, yang dengan pernikahan mereka dengan Kiai Tumenggung Puspanegara, secara tidak langsung membantu Puspanegara melebarkan koneksi politik melalui pernikahan tersebut. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa ia wafat pada usia 70 tahun, akan tetapi ternyata meski pertanggalan di prasasti dan di sekitar komplek makam menunjukkan tahun 1721 M, Kiai Tumenggung Puspanegara sendiri belum wafat pada tahun tersebut. Puspanegara disebutkan masih berhasil mengusir pemberontak dari Malang bersama pasukannya pada tahun 1725 M (Ricklefs, 1993: 215).

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 23: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

23

Berdasarkan toponimi yang disebutkan di dalam prasasti, nama Taṇḍĕs dulunya merupakan sebutan dalam tataran krama bagi daerah Gresik. Nama

Taṇḍĕs sendiri kini merupakan nama sebuah kecamatan di Surabaya. Hal ini menimbulkan beberapa dugaan. Dugaan yang pertama bahwa di masa lalu, kekuasaan Puspanegara di Gresik mencapai wilayah Surabaya, atau justru sebaliknya, kekuasaan Puspanegara justru bermula dari wilayah Tandes dan meluas hingga Gresik.

Prasasti Taṇḍĕs menyebutkan adanya bencana kelaparan dan tewasnya banyak penduduk sipil pada saat meletusnya perang antara Amangkurat IV dengan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya. Prasasti ini juga menyebutkan peristiwa jatuhnya Surabaya di tangan Admiral Bergman. Perlu diketahui bahwa Kiai Tumenggung Puspanegara juga terlibat di dalam Perang Surabaya (1717 M), ia merupakan salah satu pendukung Pakubuwana I dalam pemerintahannya. Kiai Tumenggung Puspanegara kemudian mengabdi pada Amangkurat IV setelah wafatnya Pakubuwana I, sehingga dapat dikatakan prasasti ini sedikit banyak telah memberikan informasi mengenai keberpihakan politik Puspanegara. Daftar Pustaka Ambary, H. M. (1986). ’Epigrapichal Data from 17-19th Century Muslim Grave in

East Java’, dalam Cultural Context and Textual Interpretation. Dordrecht: Foris Publications.

Bratakesawa, R. (1980). Keterangan Candrasengkala. Jakarta: Balai Pustaka. Boechari. (2012). Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti: Kumpulan

Tulisan Boechari. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Moedjanto, G. (1987). Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja

Mataram. Yogyakarta: Kanisisus. Moedjanto, G. (1990). The Concept of Power in Javanese Culture. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Ricklefs, M. C. (2001). A History of Modern Indonesia since c. 1200. Hampshire:

Palgrave. Ricklefs, M. C. (1993). War, Culture and Economy in Java 1677-1726. Sydney:

Allen & Unwin. Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015

Page 24: Prasasti Taṇḍĕs di Komplek Makam Puspanegara Gresik ...

24

Robson, S. O. (1978). ‘Pengkajian Sastra-Sastra Tradisional Indonesia. Bahasa dan Sastra’, (Volume IV(6), hlm. 3-48).

Rouffaer, G. P. (1906). ‘De Chineesche Naam Ts’e-Ts ’un voor Gresik’. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Sastronaryatmo, M. (1981). Babad Kartasura I dan II. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Balai Pustaka.

Sunyoto, A. (2007). Sejarah Singkat Kyayi Tumenggung Poesponegoro Bupati

Gresik Pertama 1688-1718. Prigen: Padhepokan Poesponegoro.

Susanti, N. (1996). Prasasti sebagai Data Sejarah Kuno. Laporan Penelitian Proyek DIP-OPF Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia

Prasasti tandes di ..., Kembang Dini Rachmawati, FIB UI, 2015