PRASASTI SUKAWANA,
-
Upload
jro-mangku-sabaraka -
Category
Documents
-
view
441 -
download
109
description
Transcript of PRASASTI SUKAWANA,
-
PENDAHULUAN
Abstrak
Prasasti merupakan salah satu data autentik sejarah kuna, berisikan anugrah para raja dan aturan-aturan
tentang hak dan kewajiban masyarakat di suatu wilayah kekuasaan raja yang memimpin pada saat itu.
Penelitian tetntang prasasti sesungguhnya sudah banyak dilakukan oleh para ahli epigrafi baik itu dari
dalam maupun dari lura negeri, akan tetapi tidak semua hasil penelitian tersebut dibukukan. Penelitian
tentang prasasti sangat perlu dilakukan unutk mengetahui isi dan makna yang terkandung di dalamnya, di
samping itu juga untuk melindungi dan menjaga prasasti tersebut dari kerusakan. Oleh karena itu
penelitian yang prasasti Sukawana memunculkan pertanyaan bagaimana substansi dan dari periode mana
saja prasasti tersebuut. Tujuannya adalah untuk untuk mengetahui secara holistik tentang substansi
kebahasaan dan paleografi dan kronologi atau pertanggalan prasasti. Prasasti Sukawana terdiri dari lima
kelompok prasasti, empat kelompok memuat tentang hak dan kewajiban masyarakat di Cintamani,
sedangkan hanya satu kelompok prasasti yang memuat tentang hak dan kwajiban, serta batas-batas desa
yang ada di Sikawana.
kata kunci :
Latar Belakang
Penulisan sejarah di Indonesia berkembang dengan pesat sejalan dengan model
pendekatan baru yang melibatkan ilmu-ilmu sosial untuk memberikan ekplanasi terhadap
peristiwa sejarah yang menjadi objek penelitian. Perkembangan model ini memberikan peluang
munculnya karya-karya penulisan sejarah dengan berbagai tema seperti pergerakan sosial,
perubahan sosial, pemberotakan, peran masyarakat pedesaan, dan lain-lain. Salah satu kajian
sejarah yang berkembang cukup pesat adalah penulisan sejarah lokal. Kesadaran baru terhadap
penulisan sejarah lokal memeberikan kesempatan terhadap penjelasan sejarah secara structural
dalam pola-pola sosial dan dinamika yang terdapat dalam lokalitas (Dwiyanto, 1998: 1).
Penulisan sejarah Indonesia Kuna dalam berbagai keterbatasan yang dimiliki dapat
disebut sebagai sejarah tentang kejadian-kejadian dan sejarah jangka panjang atau structural
(Kartodirdjo, 1992: 81). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sumber bahan penulisan sejarah
baik secara kualitatif dan kuantitatif. Salah satu sumber penulisan sejarah kuna adalah prasasti
dan naskah (Boechari, 1977: 15). Prasasti dan naskah merupakan peninggalan tertulis dari masa
lampau yang penyebutannya dibedakan atas bahan yang digunakan. Prasasti dituliskan pada batu
; logam seperti emas, perak, perunggu, tembaga ; dan tanah liat. Naskah ditulis pada bahan yang
lebih mudah rusak seperti lontar, bambu, kayu, kertas, kulit, dan dluwang.
Kata prasasti berasal dari bahasa sanskerta, dari perkataan sas (feminism) dengan awalan
pra, yang berarti pujian atau perintah. Adapun yang dimaksud dengan prasasti adalah tulisan
yang dituliskan pada materi yang tahan lama seperti logam (emas, perak, perunggu, tembaga,
dan lain-lain), batu dan tanah liat yang dibakar atau hanya dikeringkan. Dalam isi prasasti Jawa
Kuna prasasti disebut juga sebagai raja prasasti atau sang hyang aja prasasti yang berarti
prasasti perintah raja. Penamaan itu sesuai dengan isi prasasti yang ada pada umumnya berisi
-
tentang perintah raja untuk membebaskan
sebidang tanah sebagai tanah wakaf bagi
kepentingan suatu bangunan suci atau bagi
keperluan lainnya (Nastiti, 1912: 66).
Sebagai sumber sejarah, khususnya
sejarah kuna, prasasti mempunyai kedudukan
yang sangat penting. Prasasti merupakan salah
satu sumber sejarah yang autentik dan apabila
diteliti dengan seksama keterangan di dalam
bagian prasasti dapat memberikan gambaran
antaralain mengenai struktur kerajaan, birokrasi,
kemasyarakatan, agama, perekonomian, kepercayaan, dan adat istiadat dalam masyarakat
Indonesia Kuna (Boechari, 1977: 2, 22).
Peninggalan berupa prasasti yang ditemukan di Bali cukup banyak. Sampai saat ini sudah
tercatat 251 kelompok (cakep) prasasti yang tersebar di semua kabupaten dan kota. Temuan
terbanyak di Kabupaten Bangli, diikuti Buleleng, Gianyar, Tabanan dan kabupaten-kabupaten
lainnya. Sebagian besar prasasti tersebut ditatah pada lempengan tembaga, dan hanya beberapa
buah ditatah pada batu, arca batu, dan pada kentongan perunggu. Di Bali sampai saat ini prasasti
masih bersifat living monument, karena pada umumnya tinggalan arkeologi terutama prasasti
dianggap sebagi pusaka atau warisan leluhur yang pada umumnya disimpan pada bangunan suci.
Tinggalan arkeologis tersebut sering difungsikan sebagai media pemujaan yang dikeramatkan
oleh pemilik atau yang menemukannya. Perilaku masyarakat yang demikian kadang-kadang
menjadi kendala dalam melakukan suatu penelitian (Suarbhawa, 2004: 52; 2012 : 179).
Penelitian prasasti di Bali sesungguhnya telah lama
dilakukan oleh para peneliti dan orang-orang yang berminat di
bidang ini. Mula-mula penelitian dilakukan oleh H.N. Der Tuk
dan J.L.A Brades pada tahun 1985, kemudian disusul oleh
peneliti-peneliti lain seperti W.F. Stutterheim, P.V. Van Stein
Callenfels, R. Goris, L.C. Damais, Ktut Ginarsa, Sukarto Karto
Atmodjo, Putu Budiastra, Gde Semadi Astra, dan peneliti
lainnya (Atmodjo et al., 1977: 33). Dari sejumlah prasasti yang
ditemukan di Bali hingga kini sebagian besar mempunyai
permasalahan yang belum terselesaikan. Salah satu yang amat
penting dan mendasar adalah masalah pembacaannya.
Ketidaktepatan atau kekeliruan dalam pembacaan dapat
menimbulkan perbedaan penerjemahan, pemahaman, dan
penafsiran isi prasasti tersebut dalam merekontruksi
kesejarahannya. Beberapa kendala yang dihadapi, seperti
kondisi prasasti yang aus dan ada beberapa bagian yang hilang
atau patah sehingga tidak mungkin lagi memberikan
Foto 1. Pura Bale Agung Sukawana
Foto 2. Tempat Penyimpanan
Prasasti
-
pembacaan yang lengkap dan akurat. Saat ini dada beberapa prasasti yang telah ditemukan tidak
diketahui lagi keberadaanya sehinggga sangat sulit untuk melakukan pelacakan sejarah yang
lengkap. Proses pembacaan prasasti tidak bias dilakukan setiap saat, misalnya pada hari
saraswati, purnama kapat, dan waktu-waktu tertentu yang dilaksanakan di tempat suci seperti
pura dan pemrajan. Dengan demikian tidak mengherankan apabila terdapat transliterasi hasil
pembacaan prasasti tersaji tidak lengkap atau bersifat sementara.
Prasasti yang disimpan di Pura bale Agung, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli sesungguhnya sudah pernah diteliti oleh R Goris, akan tetapi tidak semua hasil
penelitiannya dipublikasi. Alih aksara prasasti Sukawana AI dimuat dalam buku Prasasti Bali I,
alih bahasa dengan bahasa dalam bahasa Belanda dan ringkasan dalam bahasa Inggris dimuat
dalam buku Prasasti Bali II. Prasasti-prasasti yang lainnya berupa naskah tulisan tangan dan
ketikan manual yang tersimpan di Gedong Kirtya Singaraja, dan koleksi Ktut Ginarsa. Berkait
erat dengan penelitian prasasti Sukawana terdapat permasalahan yaitu apa substansi dari lima
kelompok prasasti yang tersimpan di Pura Bale Agung Sukawana, dan dari periode mana saja
prasasti tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara holistik tentang substansi kebahasaan
dan paleografi dan kronologi atau pertanggalan prasasti. Dari pertanggalan ini akan diketahui
kaitan prasasti dengan raja-raja yang pernah berkuasa di Bali. Manfaat dari penelitian ini adalah
untuk memberikan sumbangan pemikiran ilmiah khususnya di bidang prasasti dan juga
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian lanjutan. Selain itu diharapkan mampu
memberikan informasi penting tentang nilai-nilai luhur yang tersurat dan tersirat dalam prasasti
Sukawana, baik itu pemerintah, instansi terkait, damnm khusunya kepada masyarakat Desa
Sukawana.
Lokasi penelitian bertempat di Pura Bale Agung, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli. Secara administrative terletak pada koordinat 8 1153.79 Bujur Timur dan
Peta 1. Lokasi Pura Bale Agung Sukawana
-
115 19 39.31 Lintang Selatan (peta 1). Metode sangat diperlukan dalam penelitian untuk
mempermudah suatu pekerjaan dan efisiensi waktu dan tenaga, oleh karena itu dalam penelitian
ini menggunakan beberapa metode seperti : metode studi pustaka adalah tahap awal suatu
peneliatian untuk mengumpulkan buku-buku yang dijadikan acuan dalam proses pencarian
informasi tertulis tentang objek yang diteliti. Metode observasi dengan cara mengamati secara
langsung dan detail obyek yang diteliti, baik mengenai ukuran, bentuk, bahan serta jenis aksara
yang digunakan dalam prasasti. Setelah itu dilakukan pembacaan dan pencatatan, dilengkapi
pendokumentasian dengan pemotretan dan perekaman. Metode transkripsi dan trasliterasi untuk
mengalih aksara dan mengalih bahasakan isi prasasti untuk mempermudah dalam analisis, hal ini
penting karena nantinya dijadikan acuan dalam membuat analisa untuk mengupas apa yang
dihasilkan dalam penelitian tersebut. Metode wawancara juga diperlukan untuk mengetahui
informasi secara lisan tentang obyek yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Prasasti
Prasasti Sukawa pada saat diteliti dibungkus
dengan kain, dan bungkusan kain ini dimasukan
dalam sebuah kotak kayu, yang sehari-hari disimpan
pada meryu tumpang tiga. Oleh karena itu tidak
setiap saat bisa diturunkan kecuali ada upacara
besar di Pura Bale Agung. Ketika upacara besar
prasasti ini diturunkan dari meru dan diletakan
dalam ruangan khusus di Bale Panjang, dijaga oleh
para Mangku Bunga. Proses penyucian dilakukan di
Bale Peselang oleh para mangku bunga yang
dituntun oleh Jro Kabayan. Karena kelebaban udara
di daerah pegunungan ataupun mungkin ada
kesalahan teknis dalam penyimpanan sehingga lempengan-lempengan tembaga sebagian besar
permukaannya tertutup karat.
Prasasti Sukawana terbagi dalam dalam lima kelompok yaitu prasasti Sukawana AI dan
AII merupakan satu kesatuan prasasti yang berjumlah lima lembar. Prasasti Sukawana B
berjumlah delapan lembar, prasasti Sukawana C berjumlah satu lembar, dan prasasti Sukawana
D berjumlah tujuh lembar, jadi keseluruhan prasasti yang tersimpan di Pura Bale Agung
Sukawana adalah 21 lembar. Semua kelompok prasasti tersebut terbuat dari tembaga yang
mempunyai ukuran panjang, lebar dan ketebalan hampir sama. Adapun ukuran masing-masing
prasasti sebagai berikut : prasasti Sukawana AI dan AII mempunyai ukuran panjang 41,6cm,
lebar 9cm dan tebal 0,2cm ; prasasti Sukawana B dengan ukuran panjang 37cm, lebar 7,9cm, dan
tebal 0,2cm ; prasasti Sukawana C dengan ukuran panjang 36,1cm, lebar 7,8cm, dan tebal 0,2cm
; prasasti Sukawana D dengan ukuran panjang 33,7cm, lebar 9,2cm, tebal 0,22cm.
Foto 3. Proses pembersihan dan pembacaan
prasasti
-
Alih Aksara Prasasti Sukawana AI
Ib.
1. yumu pakatahu sarbwa kiha, dinganga prajuna, nyakan makarun kumpi anan
mauratang j danajaya, pircintayangku mn tua ulan di bukit
2. cintamani mmal tanyada husir yya anak atar jalan katba kadahulu, tua hetu syuruhku
senpati danda kumpi marodaya me bhiku iwakangi
3. ta, iwanirmmala, iwapraj, bangunn partapnn satra di kathan buru, imayanga
hangga tingkad karuh, hangga puhpuhan kadya, angga rua kangin
4. hangga tukad ye kalod, anada tua bhiksu, grama musirang ya marumah ditu, tani
kabakatn laku langkah, kayu tringtihing tanggung yathktya bsar snhi
5. matuluang jaja, makmit dbya haji, pamahen pamli prakra, mamatek papan, matkap
bantilan, lacang perahu, mangrapuh, mangharai, manutu, tika
II.a
1. san, mangikt, mangnila, mamangkudu, marundan, nyakan buru hnan, tikasan
prakra, me tani dudukyan hulun, me karambo, sampi, besa
2. ra, kambing, culung, sukt, buru babi, pacayan, dakr, puruh, asu udahagi, rumah,
lgad pasar, parsangkha parpadaha balian, pamuku
3. 1 tangkalik, di hasba katandasan di gpna tarub, blindarah, tandayan, sambar, tua
kabakatyaa bilang tandaga 1 tapa haji, pasang gu
4. ung ms msaka 1 partyakua kupang 1 pabharu di tapa haji kupang 2 partyakua
kupang 1 ana uparata ta anak marumah ditu, bhiku anga sady (dya)
Foto 4. Prasasti Sukawana AI lembar Ia dan IIa
-
5. a, suddha ganitria mas m 2 dihadiri, ana grama ya, anga sady(dya)a, anga
krngan, marburuktanahn, ya ms msaka 4 dihadiri, a
IIb.
1. na krngan mabalu ya, suhunan tanggungan ulihangen humatur dbyaa prakra,
maruhani dua bhagi haturanga babini habhagi haturangn, ana krangan
2. ampung ya, marang hadan padangayaa yabaa marumah ditu, ms, pirak
kangabhajaa, tambrabhajaa, hulun rbwang, karambo sampi, mulyan m
3. saka 4 alapan marhantuanga sesan yalapna marhantuanga panekn di hyang api,
kajadyan atithi an an huma, parlak, padang ngma
4. 1 kajadyan tmuan hyang tanda tathpi tua bilang panekn ditu di satra pyuyanangku
kajadyan pamli pulu tikr di satra pyunyanangku kajadyan pamli pulu tiker
pangjakanyan anak pati
5. krn anak atar jalan almangn ya karma tani kasiddhan tu anak matkap diburu dynga
sadayadya, dyanga krangan turut sahyaa
IIIa.
1. makasupratibaddha sanggarugyan ya j syuhunang manuratang j sadyasiwa turun
di panglapuan di singhamandawa di bulan mgha ukla pratipda, rggas pasar wi
2. jayapura di saka 804 kilagia di putthagin j //o//
Foto 5. Prasasti Sukawana AI lembar Ib dan IIb
-
Alih Aksara Prasasti Sukawana AII
IIIa.
2. muwah ing aka 976 rawanamsa tithi dwitiya kapaksa, tu, pa, ra, wra sinta, i
3. rika diwasa nikanang karman i cintamani, rma kabayan dangcryya tatpurua,
mwang dangcryya kesarananda, kaja, dewakarmma dangcryya bmewara sahaya
gaa
4. salya mauratang balendra, manambah i pduka haji anak wungunira klih, bhaar
sang lumah ing burwan, mwang bhara dewat sang lumah ri bauwka, sambhanda ni
panambah nikanang kar
5. man i cintamani manghyang amintnugraha tumambrakna pangraksayanya,
makanimittwuk riptanya hana pwa krunya sambega pduka haji humuninga
sakaparipra kna nikang th
IIIb.
1. ni i cintamani matangnyan inaywan sarasani panambahnya, athr inimbuhanira
sarasani prasstinya, ri nyaka manuk manahura ku 3 tan panusuna, pacaku ku 1
2. tan panusuna, tan palungana, ring nyaka sk mangisyan lganing sawung ma 2 tan
panusuna, pacaku ku 1 tan panusuna mijil angkn asujimasa matlu, tan adgana, ta
3. n paweha upa taji padm manahura m 1 ku 1 ring salawang, tan panusuna, pacaku ku
1 tan panusuna, tan span yan pamli kebo sapi centn saking thni sale
4. n mangkana ikang gp buru pangalapa sapi yan patandas yan pajing ri kandang,
mareng thni buru kunang, yapwan pangalap ya sapi angtunda sahurn ya samulya
5. nikang sapi athr tan sisikn tkapning caku paracaku wehamangan, mangkana
rasanya nugraha pduka haji ikanang karman i cintamani sapasuk thni, kunang
Foto 6. Prasasti Sukawana AII lembar IIIa, IVa dan Va
-
IVa.
1. pwa ythanya tan kawukilwukila dlha ning dlha tkap nira sang angata prabhu,
matangnyan pinadahakn sapatha i bhara puntahyang, inda ta kita kamung hyang
para dewat, hyang nga
2. gasti mahsi, prbwa satya, dakia dharma pacima kla, uttra mrtyu, agneya
krodha, neriti kma, wayabya swara, aianya harih, yajamaka dharma
3. rddhamadha rawi ai kiti jala pawaa, hutsna, ahoratri sandydwya, yaka
rakasa piaca pretsura garua gandharwa grah nakatra kinnara gaa, a
4. horaga cawring lokapala yama brua, kuwera bawa mwang putra dewat, paca
kusika, nandwara, mahkla, sadwinyaka, durgdew caturstra, ananta sule
5. ndra(a)nanta klamtyu, gaa bhta, rjabhta, kita prasiddha rumaka bhmi rahyang
ta ri bali, nguniwe sakwehning rcadani mwang gaha sarbwa dhrama saka sangga
dening bhmi sa
IVb.
1. kakua dening meru kita mauk ri sarwwa maarira, dra darana, kita tumon ado,
mwang apa ring prabhatabajani hyang dewa pasamohanta anantasakti pratitha,
aklawarta
2. mna tat rengykn ta ikang samaya sapatha pamangmang panguyut mami, ri kita,
mapakna umatyana sarbwa dua, kamung hyang dewa ukma at tawat ta arira
pangastla ring bhuwa
3. na ywat umunarukta sarasa nikang prassti anugraha pduka haji i rikanang karman
i cintamani sapauk thni at upadrawa bhatra, salwiring jagat upadrawa bhuktinya
4. Saputning phira, sajiwakla athr kaptaka hitipan ing tamra gomuka ping satasahasra
daa manu ta lawasanyan pangjanma, taktak, wdit hur. latay, linta
5. tmahanya, ta molaha ri pa(nga)sthnany, kucangn ni maharoga, kadi lawa(s)
sanghyang candrditya sumuluhing andabhwana, samangkan lawasannyan hipang
lara bhataka sang
Va.
1. sara nehr appabhra sakula sambhanda, liputning klea, tan tmwang sarbopya, tka
ring ihatra paratra athr sinaksyakn di tanda rakryan ri pakirakir
-
2. n i jro makabehn karuhun mpungku sewasogata sira hana irikanang kala samangkana,
sang senpati bam bunut pu jinakra, sang senpati manyiringin pu
3. jinawn, samgat asba urak, samgat bonbulu unggang, samgat nyaka sk ambrata,
samgat tapahaji jinatantu, samgat tija ri saktija, samgat caku
4. kraapura supn, samgat manyuratang ja ri tngah sadhyah samgat manyumbul
turuk, samgat paukganti ghotol, samgat adhikaranapura ce, samgat
5. pituha wigangsa, karuhun mpungku ewasogata, mpungkwing jala trtha dangcryya
karnikeswara, samgat mangirenngiren wandmi prna bhajra samgat juru wadwa
dang
Vb.
1. cryya nityraya, samgat caku kraakrnta taman, makdi mpungkwing kany
dangcryya munndra mpungkwing sryyamandala dangcryya mahnanda,
tinulisakning manyura
2. tang jn ri wuntat jiwaka hinap nireng abhuta mangaran luru
Alih Aksara Prasasti Sukawana B
Ib.
1. ing aka 1103 rawanamsa, tith nawam uklapaksa, ma, p, bu, wra wayangwayang,
irik diwaca, aj pdu
Foto 7. Prasasti Sukawana AII lembar IIIb, IVb dan Vb
-
2. ka r mahrja haji jayapangus arkaja cihn saha rjapatn dwaya, pduka ri
paramewar indujalacana, pduka ri
3. mahdew aangkajaketana, umajar i parasenpati, umingsor i tanda rakryan ri
pakirakirn i jro makabaihan ka
4. ruhun mpungku aiwa sogata si mahbrahmna, i pingsornyj pduka ri mharja,
ajarn sira kabaih sambanda
5. mangrngg pduka ri mahrja, ri katidopya nikang karman, epukapgan tan
wringdaya alaholahalh mawi
6. cra, pinurihpurihan denira sang admak akmitan apigajih, angkn cetramasa, ik
tngde, trasanta sah ni manah nikang kara
IIa.
1. man jmur tan pahamngan, tan atutur sumambut swakrmmanya ri swadeanya, maka
hetu ri tapaparyyanta sakweh ni padrwyahajyanya
2. apan weya jadma swajti nikang karman, katmu ring parwwa stithi ring lgi, pinaka
sadhana ring karyya ri dhrmmajakama
3. nguniweh pinaka pangupajiwaning sarwwa samastajana satungkb bali dwipa,
jagaddhitatrtha hana pwa kanitijnnira pduka ri mahrja
4. huninga rumng ph ni Manaw kamandaka guna grah i kuminkin ri kaswast nikang
rt rinaksanira, makadona ri paghan ikang sapta nagara, swa
5. bhwa ning kadi sira prabhu cakrawartt rjdhirja, sekarjyarja laksm,
pinaktapatraning bhuwana, matangnyan dawuh wranugrahni
6. ra pduka r mahrja karamn i cintamani sapanjing thni, wineh makmitan sang
hyang rja prasasti agmagm munggwing tambra pu
IIb.
1. ntagi, paktmaraksanyna umaghhakn sarintnytanggu karman mwang tantra ri
kawakanya, pisaningan kna ring parabyapara, tan kna
Foto 8. Prasasti Sukawana B lembar Ia, IIa, dan IIIa
-
2. sakwehning padrwahajyan parawuluwulu, kadyanggning paburu, pawalyan, pajawa,
patambang, mwang nyakasaksi makding watun palbur i
3. sambar mwang tangkalik agng, tangkalik alit, apan tan kna mlanya katmwang
tinmwang ring karanaprwwa stithi ring anadi animitta tan hananing
4. tatanmanya ri thninya, kewalya nangan ulihnya ngadwlawli juga ya nguni
tkapanytahila drwyahaji pamanuk m 10 saputtha
5. yu tan panusuna, tahila knanya ring pakirakirn angkn asuji matlu, sang admak
akmitan apigajih tumarima ya ngkna, tan kn pangley
6. palaris, tan kna pinta panumbas ri kalanyan patahil drwyahaji, tka ri magha
mahnawami ring karttikntara nguniweh drwyahajinya la
IIIa.
1. gad rwang ring tapahaji manahura ma 4 saputthayu, tahilaknanya pakirakirn angkn
mga matlu sangadmak akmitan apigajih tumari
2. ma ya ngkna, tan kna pangly palaris, tan kna pinta panumbas ri magha mahnawami,
ri karttikntara parwwbhyasa kalayaran sa
3. lwiranya kapamwatanan manahura m 4 pamli ku 2, tmwan ku 2 tahilaknanya ring
cetra matlu padrwyahajinya pasinjang 8 tmwan ku 1,
4. tahilakna ring pancajai uklaning maghamsa, tan kna pinta panumbas rikalanyan
patahil, drwya haji, salwiraning pinta tumbasn, ring
5. parggapan manahura ku 1 babini mwang kamasan sga 3 angkn magh mahnawam,
apaspan ku 2 tan kna parmrm mwang wintang ma
6. rit tan kna pangglar turunturun mwang patimtim, tan kna papunjagiri patalitali mwang
pangmpung, tas pasanga pasangu pawasa
Foto 9. Prasasti Sukawana B lembar Ib, IIb, dan IIIb
-
IIIb.
1. dhi tan kna palakatp, tan kna pabarangka papatih mwang parangam pakasamba,
palawe pajumanggala tan kna sarwwa wija ri ma
2. h habantn mawiswara, payacitta, tan kna pjah lek mwang patimba patambilung, tan
kna pabhara mwang parbwaparbwan saprakara, tan alap
3. n angdiryya, ram pangdirinya, ryyadg pangdirinya ya tahila ri nayakanya, tan
kalakipana, tan dunung sumur
4. n dening nyaka rgp, wnanga ya nambutta gawai sakweh ning candela karma mwang
akksa sapangalapnya satwa ringalas tkeng unyau
5. nyan salwiranya tan pamwita tan kna palanting mwnag rot, thr tan pamangane
nkayanya ring magha mahnawam, tan sipatn,
6. mangka yan hana rwangnya sakarman salah margga hyun makstri babini
brhmawanga santana hunjman juru kling manahura ya pamucuk
IVa.
1. ku 2 ri sdnganya anggnahura pamucuk kna dandi m 1 saputthyu, tan kna skweh ning
sajisaji saprakra, athr wnanga yapkn
2. pkna saparananya tan sapan dening tapahaji, wnanga yngingw itik ta papusana
dening nyakanjawa dadya dinda asu tagl
3. mwang pirung, tan akapn dening nyakan bara, wnang ynawanga ring pasangayan
pnah pari prangudwan samprasara, tiris, mla karyy mla bwat
4. sakweh ni wnya sawungan, tan hinganya kweh ni sawungnya, tan pamwita, tan
adgana, tan kna upah taji mwang wulang mangkana yan hana kahya
5. ngan walyan momah i thninya, tan alapn adamla wali i pukang mwang i patatahan,
tan kna rot, mwang alatulatan, tan kna paclak sa
6. siki mwang pawiji, wnanga y mijilakna sara mareng thni salen, tan sipatn tan kna
Foto 10. Prasasti Sukawana B lembar IVa, Va, dan VIa
-
laganing hnu, mangkana yan hana katyagan ri thninya
IVb.
1. wnang yan tan pasaji skar ring panti bhumi, tan parabyaparan dening watk kuturan tan
kna padei, tan kna pabharu, ri kuturan, wnanga y
2. nmu anak ning wiku rsi wulu ning wiku rsi, tan kna kambang ksanika mwang kala pitung
tahun wnanga wiku rsi momah suslapi rikang karman tan senga
3. hn angasu wlang, tan pangdadyakna dosa ring kuturan, ath wnanga ynamprasara
gayawa kali anuhana lmah ning almah salwiraning makalmah
4. ya, dadya yngrugakn sakweh ning kayu karangan makading kamiri, boddhi waringin,
skar kuning mind jirk, ta sadoangbi sawah
5. pagagan, kbon tirisan, makding ngumah pahmn, kapwa tan wwtakna, tan
katempuhana doa mwah ganaganan, lawa yan hana
6. kbo sapi celeng wdus mati dawuh i kalinya i jro niruhtanya ri thninya tan tarubana tan
parawanakna mare wijayapura, tahun
Va.
1. parawanaknanya ring sakarman atur tangganya juga ya, tan pangdadayakna dosa
mwang ganaganan, kunang yan lmbu ajara(n) makading,
2. wwang mati salah pati ti thninya mangkana ya parawanaknanya i sira paramadyasta
salah siki tan kna parawana mwang karung blindarah ya
3. n sinuksmanya tan kna panuksma mwang sakwaih ning sajisaji ning anuksmani
saprakra, ri sdnganya tan wruh ri hana nikanang wwang mati salah pati ti th
4. ninya athaw karhnan kunang ya dening caksu wruh kna ya dosa tamtm m 2 ku 2
saputthyu mangkana yan hana wastwa sambhawotpta
5. ra thninya maweha ya patikl tanah m 1 saputthyu, yan ahala puharanya,
manghanakna caru prayacita ekadiwaa rahina wngi, daksina
6. m 1 saptthayu tan kna sakweh ning sajisai saprakra, ring sdnganya tan wruh ri hana
nikang wastwa sambhawotpata ri thninya athwa karhna
Vb.
1. n kunang ya dening caksu wruhkna ya dosa tmtm m 2 ku 2 tan kna sakwaih ning
sajisaji saprakra mangkana yan hana rwangnya sakar
2. man milwa padayadnyanan papndman padahyangan ri thni salen (tan kna pakran)
alapn sahaya, tan kna pakubuh pawiridhi
3. tan kna krtya takar turun sagn sarangat, tan kna pirak watilan turun-turun, tahun
manahara panambah bras tlung sakat jaga
4. ya tan kna pamuka-lawang mwang patajur, palaka pahatp mwang patambak wata,
salwiranya saprakra, lawan wnanga ya sambanga sa
5. hasajata baru maling ring thninya, nganiweh hanatutana drwyanya tka ring thni
salen, tan pamwita, kunang yan hana rwangnya sakarman mati ka
6. ptan dening maling kanin kunang tan dalinn lumaka maling, tan pangdadyakna dosa
kunang yan olihyaniknep maling amatyani maling
VIa.
-
1. tan wiskaran tan sarikna denira hadyanya, tan tagihn utang mwang luncir, nguniweh
sawinyawanya, tan katumpuhana dosa, mangka
2. nay an kbonya sapinya mati wuragan kator wuryyani maling, inikt ning maling kunang,
ri thni salen wnanga ya malapa drwyanya satmwang
3. nya, tan pamwita ring sang mathni, tan snggahm angalap tunggaling maling, tan
pangadadyakna dosa, nguniweh tan pangatra drwyan i
4. kanang wwang sinarwwaswa salwiranya, tkeng umah tan pakmita tuhun aweha mangna
apisan sayathakti ring pahman juga ya, tan pamanuha
5. kna hayam itik makdi binjatan, tan srang sisikn tan sipatn, tan panisika ring tinadah,
tan kna pamli smbah mwang tmwan
6. mangkana yan hana rwangnya sakarman ahuntang irikang wwang sinarwwaswa
salwirani hutangnya tkeng hutang patulungan, tan lpihakna tuhu
VIb.
1. n anahura sawwit juga ya, tan kna kalantara, tan kna sbit paji mwang panusur tulis tke
pamli sayad, tan kna pacaksa pangiw
2. tan kna sakawaih ni sajisaji saprakra, athr wnang ymunuha kbo sapi mapakna
sakwaih niwnya ri thninya amnamnah tamwi yan
3. kunang tan hinganana kwaih ni wanahnya, tan pamwita ri dwal haji, tlas karahun i lbu
ni pduka r mahrja, tan kna palblb
4. tan katampuhana dosa, lawan tan kna pamli haji ring gulma mwang ring manumbal tan
kna pasarang tan kna karapana dening akarapa, tan wadi
5. ngana dening undahagi salwirani wadungnya, tan ttkana (hda?) kunya deni caksu
(had?)k, mangkana yan hana rowangnya sakarman ntikr
Foto 11. Prasasti Sukawana B lembar IVb, Vb, dan VIb
-
6. ma dhrmma buddhi amijilakn yaa kartipatani, baganjing, tan pamwita ring yajn
mwang ring pacaraka haji, tan kna watun baganjing, yan hinduk
VIIa.
1. tan pamwita ring caksu (had?)k, tan kna tmwan, tan kna sakwaihning sajisaji saprakara
nganiweh tan paweha mangana irikang wwang ma
2. halana susung salwirani kawwanganya kawathanya sangkanya makding wwang
amalaku cinacaran, kunang yan pamungku sang hyang aj haji mwang tulisni
3. ra ring pakirakirn makabaihan, tkeng caksu paracaksu tastas kunang samangkana ya
weha mangana, saya (tha) aksi jaga ya ri pahma
4. n tan pamunuha kna hayam itik, makdi binjantan, tan sipatn, tan panisi kusanga, tan
parapeditan ri daharan, tan
5. sring sisikn, tan kna pamakaja, mwang papitutur, tan kna pamli srh mwang tmwan
mangkana yan hana krangan ri thninya tlun sa
6. kweh ni kdik ni drwyanya, yan lanang pjah rwang bhaga, munggaha i hyang apwi,
sabhaga mareng walu, yan stri pjah sabhaga munggana i hyang a
VIIb.
1. pwi rwang bhaga mareng wala, yan karangan tumpar sahanahanani drwyanya kapwa
munggaha i hyang apwi jaga ya ika ta manglwanga ikang ka
2. rman mlya m 4 byaya ning atiwatiw, mangkana tan hana rowangnya sakarman
saladehan dosa saladahan dosa ganaganan salwirani
3. dosa ginawayaknya, kadyanggning maling anumpwa anghabt, angkadang anibo,
anayab, amwu amumpang ngamragl, kroha kanluhi ra
4. cun atathyi duhilatn, wakparusya hastaca (pa)la, padaca(pa)la, mwang tan parwwah,
wangle rumambat ingnatar, rh kasawur ing dalan
Foto 12. Prasasti Sukawana B lembar VIIa dan VIIIa
-
5. wangke kabunan dndakodnda mandihaldi kapwa tan kna tandas ttan mwnag ldan
tkeng pawdihan, lawan yan hana putrasantana ka
6. hulunan tkeng wadwa rakryan momah i thninya kukadn atunggu bwatthji pakawan
tuhan manahura rot ku 2 sarenngkn tahun juga ya
VIIIa.
1. tlas sinaksyakn i sanmukha tanda rakryn ri pakirakirn i jro makabaihan makdi
parasenpati, karyhun mpungku ewasoga
2. ta, sira hana kla samangkana sang senpati balm bunut pu anaks, sang senpati
dinganga pu udasina sang senpati dnda hitawasa
3. na, sang senpati maniringin pu amurulung sang senpati kuturun pu nirjanma samgat
mauratng j i hulu madatan wring reh, samgat ma
4. nratng aja i tngah mittadara samgat maumbul dhirja, samgat caksu karanapura
walaharsa, samgat mauratng aja i wuntat margga sa
5. mgat caksu karana kranta antabhaya samgat pituha ju(gu)l punggung sireng kaewan
mpungkwing hyang padang dang cryya agrewara, mpungkwing banu ga
6. ruda dang cryya wwitningjaya, mpungkwing binor dang cryya rsi taruna,
mpungkwing makaran dang crrya indranga, samgat juru wadwa dang cryya
VIIIb.
1. brahmendra, sireng kasogatan pungkwing kdhikaran dang upadhyaya sarwwa tharja,
mpungkwing kuti hanar dang upadhyaya antarga, mpungkwing bajra
2. sikara dang upadhya(ya) rarai jawa, samgat mangirengiren wandami mangpriya
Foto 13. Prasasti Sukawana B lembar VIIb dan VIIIb
-
Alih Aksara Parasasti Sukawana C
IIa.
1. man jmur tan pahamngan, tan atutur sumambut swakarmmanya ri swadeanya, apan
wecyajana swajti nikang ka
2. ramn pinaka sadhana ning sarwwa karyya ring dharmjakama, nguniwe pinaka
pangupajwa ning jiwa warddhana jagaddhittha, ana pwa
3. kanitijnn pduka ri mahrja, rumeng ph ning Manaw kamandaka gunagrah i
kuminkin ri kaswasthnikang rt ri
4. nakanira, makadona ri pagehanikang sapta nagara, swabhawa ning kadisira prabhu
cakra wartti rjadhirja, sekarjyar
5. jalaksmi, pinak ta patraning bhuwana satungkeb balidwipa maala, matangnyan
tinalatah pduka r mahrja sakwe
6. ni padwahajyan ikang karman ing cintamani samarmmanya tan pawirudha kawuri tka
ri hlam dlha ning dlha ya ta karanya wine
IIb.
1. makmitan sanghyang rja praai agemagem mungwing tamra puntagi,
paktamarakyanyan umagehaken sarintanya tunggu karman
Foto 13. Prasasti Sukawana C lembar IIa
Foto 14. Prasasti Sukawana C lembar IIb
-
2. makapapa pinaryyanta sakwe ning padwyahajyan kanyaka saksyan manahura ma su
1 saputthyu, tahilanaknanya ri paki
3. rakirn ring asuji matlu sang admakakmitan apigaji, tumarima ya ngkna, tan kna
pangley, palaris, tan kna pinta panumbas ri k
4. lanyan patahil dwyahaji salwiraning pinta wlinon, nyaka manukan manahura s 10 ku
2 saputthyu, tahilaknanya ri pa
5. kirakirn angken cetra matlu, sang admak akmitan apigaji tumarima ya ngkna tan kna
pangley, palaris tan kna pinta panumba
6. s ri kalanyan patahil dwhaji, tka ring magha mahanawammi ri kartikantara purwwa
bhyaa kalayaran salwiranya dwhajinya la
Alih Aksara Prasasti Sukawana D
Ib. 1. //O// Swasti sakawarsatita, 1222, masa kartika, tithi pacajai uklpak, wu, ka, u,
2. wra ning julung sungsang, irika diwaa nra sang hyang raja praasti ri sikawaa,
ianya ka-
3. in, agan pausuran, kur mmi kapas, pabantasan min balingkang, aganya
4. kalod cakilikan, bantas ni ls, min sikawaa, aganya kalod ta
5. geluk, pabantasan min sabaya, sikawaa, aganya kalod utusu
IIa. 1. pabantasan sikawaa, min liguni aga karu air dap, aga daru,
2. agan celuk pabantasan min sikawaa, min cintamai, kunng lampra bwatbwat-
3. a, manek sikawaa, bras, 2, karu, hmping, 6, catu sarsar wo maat mwa-
4. tmwang, ri muka, lawa, manek sikawaa, ma, 1, kucang, 2, akn bhadra-
5. wada, mwang akn phlaghua, hmping, 2, karu, nai, 1, ra, karyyu, 1, rukud,
mwang dur-
Foto 15. Prasasti Sukawana D lembar Ia, IIa, dan IIIa
-
IIb. 1. rya hajia maneka sikawaa, kucang, 2, bras, 3, guja, angkn cetra
2. sabaya , durrya hajia, maneka sikawaa, kucang, 2, lawanga, m, 1, pamu-
3. jaa, kucang, 2, bras, 3, guja, hmping, 2, karu, akn phalga, na-
4. a, 1, raa, karyyu, 1, rukud, patimura, kucang, 1, mwang kramaning banwa ring
5. sikawaa, tan kna lawang, tan kna japajapa, pja lek, tan kna lawang, wilang
IIIa. 1. tandaga, patimur, tan kna pade, mwang padaluwang, tan kna pinta palaku, mwang
tu-
2. ntunan, tan kna idi idihan, papan ad, tan kna manamyu, yanda mara-
3. nak a rama awa, tan kna maapir kadng wargaa, mwang mngrak dea, tan
kna kyapi-
4. r, mwang pakaraan yan mati luhura, abagi kabanw, 3, bagi aturan lanng-
5. a, yan lanng mati, 3, bagi kabanwa, abagi aturan walunya, tan kna pabi-
IIIb. 1. bid, mwang papadm, aspaspn, tan kna lyarain as maranak ara
2. di dea sikwaa, apan paumbhan sarat, sakw nng baritbhrit-
3. nya kabe, mank a sanghyang, //O// Awighnam atu //O// muwa ya nugrahe-
4. n to banwa ikawaa gat a raj pati makakasir kbo parud, saparanya ma-
5. dagang, tan kna ya lain don daganya, kapas ane, barbho ane, ta-
IVa. 1. ni mnng mangn kpas mkadw aneh, to banwa sikawaa yan mangn ya k-
2. pas, makadwa ane mnng ya alapyan, apan ane aiananya, pawkas
3. da raj pati, ri banw sikawaa, ayo tan engt, digatan madaga m-
4. lu, apan ane juga pawilasan , raj pati, di banw sikawaa, sapara-
5. nparanya madaga malu, ane jga kapas yabaa, kimnnga, yan
IVb. 1. yabaa kapas makadw ane, kna ya lapin, sakwe ning dea pyaranina
Foto 16. Prasasti Sukawana D lembar Ib, IIb, dan IIIb
-
2. madaga malu, tani kn ya lain, apan smpun ya nugrahen da r-
3. ja pati, dea sikawaa, kinimitaa, ya nugrahen , tani mnang pamnpn-
4. n dus, jurjn, mwng bagal, anntl, anntl, anmp, patidra-
5. , sakwe nng anak mnakut, tani mnng pnpnnnya, tani mangnilidng to
Va. 1. Banw ikawaa, yan da, dup jurjn, boto jkakni tani m-
2. tampnyan, dene ya tinggaln deaa, sanak raa yan da wurta
Foto 16. Prasasti Sukawana D lembar IVa, Va, dan VIa
Foto 16. Prasasti Sukawana D lembar IVb, Vb, dan VIb
-
3. boto jka, park min eaa, pamungkahin ya, sanak araa cna-
4. nya satya di nagara, mwang di d sarat, ya nimitnya, ya nugrahen sarat
5. , mwang gat raj pati, ya nmitaa, biryng salakua madaga malu,
Vb. 1. mataja kapas, sakwe nng dea pyaranina, tan kna luput, tan
2. kna doa, paanugrahan a sarat, makabehan, para juru, mwang bahudn,
3. enapati, tan rakyan, ri jero makabehan, mwang brahma , sewa
4. sogat, tan kntun, id raj sa ryy, id sa ryy adkar,
5. id sa ryy asaa, id sa ryy wadaa, mwng id sapat dr
VIa. 1. id apat sarbh, mwng id pat balambunut, mwng id apat kutran,
2. mwng id apat mairiin, mwng id apat risantn, mwng id apa-
3. t balabyaka, mwng id apat bia, mwng id i kaewan, mpukw
4. armm haar, mpukw ana raj, mpukwng dewatn, mpukw bi-
5. nor, mwng id i kasogatan mpukw burwan, mpukw kadikaran
VIb. 1. mpukwing purwwnagar, mpukw kutrhaar, mpukw aji nagar, mwng pa-
2. d umarp smgt dyul, smgt di tnga, smgt muntt, pdra
3. marp kn, panugrhan raj pati, ring de sikwaa, karpn gja
4. adag pankyan, sikwaa, bapan snt kabyan arg, bapan
5. koro kabyan tuha, bapan kils kabyan ta, bapan mijl ka-
Foto 17. Prasasti Sukawana D lembar VIIa dan VIIb
-
VIIa. 1. byan oman, muwa satyan esa ri sikwaa, asi mamba sikan sang
2. hyang raj praa, tula manu, kna jgat upadrawa, kadi maten brahmaa
3. satus dwalapan, lmb skanra kadyagning sang hyang canr ditya, sumulu-
4. h trii loka jgat kra, makna lawasaning ppanya manusa tan parupa
5. manusa, yan mamba satyan sang hyang tmbr, // at siddh sira sa nulis //
Terjemahan Prasasti AI
Ib.
1. hendaknya kamu tahu (senapati) Sarbwa (bernama) Kiha, (senapati) dinganga (dijabat)
Prajuna, Nayakan Makarun Kumpi Anan, Manuratang ajna bernama Dananjaya, yang
menjadi pikiranku adalah itu adalah banguna suci (ulan) di
2. kebun bukit Cintamani, tidak ada tempat bagi orang-orang yang berjalan hilir mudik.
Itulah sebabnya aku suruh Senapati Danda yang bernama Kumpi Mardaya dan Bhiksu
Siwakangsitan
3. (Bhiksu) Siwanirmala, Bhiksu Siwa Prajna, agar membangun pertapaan (dan)
pesanggrahan di daerah perburuan. Batas-batasnya sampai Tingkad bagian barat,
sampai di Puhpuhan bagian utara, sampai di Rua bagian timur,
4. sampai tukad Ye bagian utara. Apabila ada di sana Bhiksu, orang yang telah
berkeluarga, dating ia menetap di sana, tidak dikenakan kewajiban memikul kayu,
bamboo, pekerjaan besar kecil,
5. membuat jajan, menjaga drbya haji, cukai jual beli dan semacamnya. Menarik/membuat
papan, membuat wantilan, lancang, perahu, membuat kapur, memanen, menumbuk,
IIa.
1. tikasan (sejenis pungutan), membuat pola kain, mencelup dengan warna biru, mencelup
dengan warna merah, menggulung benang, pemimpin pemburu (nayakan buru) semua
pungutan sejenis itu, dan tidak dijadikan budak, dengan kerbau, sapi, kerbau putih,
2. kambing, culung, suket, babi hutan, daker, puyuh, anjing. Tukang rumah, balai-balai
pasar, peniup terompet, pemukul kendang tontonan, penabuh
3. peternak kuda. Tiap-tiap orang yang telah berumah tangga dikenai tarub, blindarah,
tanda-tanda, persembahan sajen. Itulah kewajibannya dikena bilang () 1
tandaga, tapa haji,
4. pasang gunung (sejenis pungutan) 1 masaka mas, (kepada) pengawas 1 kupang pabharu
(sejenis pungutan) kepada tapahaji 2 kupang, pengawas 1 kupang. Apabila ada
meninggal orang yang berumah di sana, Bhiksu yang sudah berketurunan
5. Bhiksu yang tidak kawin dibiayai masing-masing 2 masaka mas, apabila mereka sudah
berkeluarga, yang sudah beranak, kawin tanpa anak, untuk biaya penguburannya
masing-masing 4 masaka mas
IIb.
1. janda-duda dengan sistem junjung pikul diatur segala miliknya, laki-laki mendapat dua
bagian, perempuan mendapat satu bagian. Apabila keluarga putus keturan
2. semua yang ada termasuk alat-alat memasak yang dibawa berumah di sana mas, perak,
periuk perunggu, periuk tembaga, budah, budak, teman, kerbau, sapi, setinggi-tingginya
-
3. 4 masaka diambil untuk biaya penguburan. Sisa yang diambil sebagai biaya penguburan
dihaturkan di Hyang Api untuk keperluan tamu. Apabila ada sawah, lading, kebun
4. digunakan sebagai milik (tanah laba) Hyang Tanda, tetapi itu semua dihaturkan sana di
satra(pesanggrahan) yang merupakan sumbanganku (punia) dipakai untuk membeli
tempayan, tikar, dipakai untuk memasak, orang-orang yang
5. tidak punya tikar, orang-orang yang bepergian kemalaman. Seluruh masyarakat di sana
tidak diperkenankan, orang-orang itu yang bekerjaan di daerah perburuan baik keluarga
yang beranak, keluarga tanpa anak termasuk kerabatnya
IIIa.
1. agar mematuhi tidak melawan perintah. Dibebankan kepada menuratang ajna (penulis
perintah) bernama Sadyasiwa, turun di Panglapuan di Singhamandawa pada bulan
Magha tanggal 1 paro terang, bertepatan dengan hari pasaran di
2. Wijayapura pada tahun saka 804, itu saat perintah dilembarkan.
Terjemahan Prasasti Sukawana AII
IIIa. 2. Tambahan pada tahun Saka 976 bulan Srawana hari kedua paro gelap, Tungleh, Pahing,
Raadite, Wuku Sinta
3. Pada hari itulah sekalian penduduk Desa di Cintamani, Rama Kabayan, (bernama)
Dang Acaryya Tatpurusa, serta Dang Acaryya Kesarananda, Kaja, Dewa Karmma,
Dang Acaryya Bameswara, Sahaya bernama Gana
4. salya, Manuratang bernama Balendra, menghadap paduka raja Anak Wungsu atas nama
Bhatari yang dicandikan di Burwan, dan Bhatara yang dicandikan di Banyu Wka.
Adapun maksudnya menghadap penduduk desa
5. di Cintamani hendak memohon anugrah agar pegangannya (prasasti) ditembagakan,
oleh karena lontarnya sudah rusak. Adalah sangat besar rasa belas kasihan paduka raja
dan sangat memahami demi terwujudnya kesejahteraan desa
IIIb.
1. di Cintamani, maka disetujuilah permohonan penduduk Desa Cintamani. Selanjutnya
diberi tambahan isi prasastinya, kepada Nayaka Manuk membayar 3 kupang tidak
dilebihkan, kepada para pengawas membayar 1 kupang
2. tidak dilebihkan tidak ditagih terus kepada Nayaka Saksi menyerahkan Laganing
sawung 2 masaka tidak dilebihkan, kepada pengawas membayar 1 kupang tidak
dilebihkan, hendaknya dibayarkan pada bulan Asuji hari ketiga, jangan dilewatkan,
3. tidak memberikan upah taji, pungutan (padem) membayar 1 masaka 1 kupang tiap-tiap
rumah tangga tidak dilebihkan, kepada pengawas 1 kupang tidak dilebihkan tidak akan
diperbincangkan, apabila membeli kerbau, sapi, babi dari desa lain.
4. Demikianlah orang yang telah berkeluarga di daerah perburuan apabila mendapatkan
sapi dengan cara mencicil, dan sudah dimasukan ke dalam kandang di wilayah desa
perburuan. Apabila mereka mendapat sapi dengan mencicil hendaknya mereka
membayar harga pokok (uang muka)
5. harga sapi selanjutnya tidak akan dicari-cari kesalahannya oleh para pengawas, cukup
mereka diberi makan. Demikianlah isi prasasti anugrah paduka raja kepada penduduk di
Cintamani sewilayah desa, hendaknya
-
IVa.
1. itu semua tidak diungkit-ungkit sampai kelak dikemudian hari oleh beliau raja di masa
yang akan dating. Oleh sebab itu dimohonkan persumpahan(kutukan) ke hadapan
Bhatara Punta Hyang. Wahai yang mulia para leluhur, para dewata Hyang
2. Ngagasti Maharesi, di timur Satya, di selatan Dharma, di barat Kala, di utara Mertiyu, di
tenggara Kroda, barat daya Kama, barat laut Iswara, timur laut Harih, yajamanakasa
Dharma
3. Tengah, atas, bawah, matahari, bulan, tanah, air, angin, api, siang malam, pagi, sore,
yaksa, raksasa, pisacapretasura, Garuda, Gandharwa, bintang-bintang, Kinnara, Gana,
4. Naga Besar, Empat Lokapala, Yama, Baruna, Kuwera, Basawa, serta Putra Dewata,
Panca Kusika, Nandiswara, Mahakala, Sadwinayaka, Durgadewi, Caturastra,
Anantasulendra
5. Ananta Kalamertya, Gana Bhuta, Raja Bhutakamulah semua yang menguasai bumi
leluhurmu di Bali, lebih-lebih menguasai semua tempat serta beserta berbagai bangunan
suci sebagai penyangga bumi
IVb.
1. di bawah perlindungan meru, engkaulah yang memasuki semua mahkluk, kamulah
yang menjadi saksi nyata, melihat yang jauh dan yang dekat pada siang malam leluhur
dan dewa sekalian yang kekuasaanya tidak terbatas, dulu maupun yang akan
2. datang. Mohon dengarkanlah sumpah janji kutukan, pengumuman panguyut kami,
kepada engkau, mohon bunuhlah semua orang yang berbuat dusta engkau para leluhur
dan dewa yang tak berwujud yang dipuja di seluruh dunia.
3. Apabila ada orang yang berani merusak atau menentang isi prasasti anugerah paduka
raja kepada penduduk di Cintamani sewilayah desa, kutuklah oleh bhatara, berbagai
macam kutukan yang berat
4. ia dapatkan selama hidupnya, jika sudah mati disiksa sebagai kerak di dalam kawah
Candra Gomuka sampai 10 ribu, dan selamanya dia menjelma dia akan menjadi tak-
tak, wdit, ulat, latay, lintah
5. seperti itulah tingkah lakunya ditempatnya selalu ditimpa bencana besar (kesusahan)
seperti lamanya bulan dan matahari menyinari bumi, demikianlah lamanya
mendapatkan kesusahan
Va.
1. Kesengsaraan, kemudian mati sengsaralah seluruh keluarganya, dipenuhi dengan kotor,
tidak akan menemukan daya upaya sampai ajalnya menjemput, disaksikan oleh para
pejabat dalam majelis permusyawaratan
2. Kerajaan, didahulukan Mpungku Sewasogata beliau yang hadir pada saat itu adalah
Sang Senapati Balembunut, bernama Pu Jinakara, Sang Senapati Maniringin bernama
Pu
3. Jinawan, Samgat Asba bernama Urak, Samgat Bon Buluh bernama Unggang, samgat
Nayaka Saksi bernama Ambrata, Samgat Tapahaji bernama Jinatantu, Samgat Tija
bernama Sri Saktija, Samgat Caksu
-
4. Karanapura bernama Supen, Samgat Manuratang Ajna di tengah bernama Sadhyah,
Samgat Manumbul bernama Turuk, Samgat Pasuk Ganti bernama Ghotol, Samgat
Adhikaranapura bernama Ce, Samgat
5. Pituha bernama Wisangsa, didahulkan Mpungku Sewasogata, Mpungkwing Jalatirta
beliau Dang Acaryya Karnaikeswara, Samgat Mangirenngiren Wandamai bernama
Purnnabhajra, Samgat Juru Wadwa beliau Dang
Vb.
1. Acaryya Nityaasraya, Samgat Caksu karanakranta bernama Taman terutama
Mpungkwing Kanya Dang Acaryya Mungindra, Mpungkwing Suryyamandala Dang
Acaryya Mahananda. Dituliskan oleh
2. manuratang ajna (penulis perintah raja) yang paling muda Jiwaksa Hinarep nireng
abhuta bernama Luru.
Terjemahan Prasasti Sukawana B
Ib.
6. Pada tahun 1103 Saka bulan Srawana (sasih Kasa = antara pertengahan bulan juli
sampai agustus) hari kesembilan suklapaksa (paro terang = hari-hari menuju bulan
purnama), Maulu, Paing, rabu (buda), wuku Wayang, saat itu hari baik dari perintah
paduka
7. Sri maharaja Jayapangus arkajacihna, beserta kedua permaisuri beliau paduka bhatari
Sri Parameswari Indujalancana dan paduka Sri
8. Mahadewi Sasangkajaketana memerintah kepada para senapati menurun kepada para
pejabat tinggi kerajaan anggota majelis permusyawaratan kerajaan,
9. terutama pendeta Siwa dan Buddha, Rsi, Brahmana Agung. Diturunkan perintah
paduka Sri Maharaja memberitahukan kepada beliau semua karena
10. paduka Sri Maharaja mendengar ketidakberdayaan dari masyarakat tidak memiliki daya
selalu kalah tidak pernah sepakat dalam berbicara
11. mengenai pinurih purihan (pajak/kewajiban) dengan beliau sang admakakmitan
apigajih setiap bulan Cetra. Itulah penyebab kegelisahan pikiran dari masyarakat
IIa.
1. Tidak puas tidak dapat berbicara, melakukan kewajibannya di desanya. Oleh karena itu
agar tidak terbengkalai segala dari padrwyahajyannya
2. Karena mereka orang keturunan wesya sesungguhnya dari masyarakat. Merupakan
sarana dari semua penghidupan dari dulu, sebagai mata pencaharian dari pekerjaan
dharma, artha, kama.
3. Terlebih sebagai mata pencaharian seluruh orang di pulau Bali yang sejahtera. Adapun
kebijaksanaan beliau paduka Sri Maharaja
4. Dengan memperhatikan isi kitab Manawakamandaka serta mengambil bagian yang
berguna dan berusaha untuk kesejahteraan di dunia yang dipimpin beliau, demi tetap
tegaknya sapta nagara,
5. Kewibawaan beliau bagaikan raja penguasa dunia, raja di antara raja raja dari kerajaan
yang makmur, sebagai pelindung dunia. Itulah sebabnya turun anugerah
-
6. Paduka Sri Maharaja terhadap masyarakat Kintamani seluruh desa diberi menjaga sang
hyang raja prasasti sebagai pedoman yang harus dijaga yang dituliskan di atas tembaga,
IIb.
1. yang harus dijaga seakan-akan jiwanya yang intinya sebagai masyarakat yang bebas
atas desanya sebagaimana kewjiban pada masa lalu. Tidak dikenakaan
2. segala dari kewajiban padrwyahaji (pajak/iuran) dari para wuluwulu seperti paburu,
pawalyan, pajawa, patambang, juga pejabat nayakan saksi di antaranya watun palbur
di sambar
3. juga tangkalik agung, tangkalik alit karena tidak dikenakan sedari dulu, seperti yang
sudah dialami/diwarisi biasanya sejak dulu.
4. mereka juga telah membayar drwyahaji pamanuk (pajak/iuran
manuk) 10 masaka setiap orang
5. tidak dilipatgandakan pembayarannya di persidangan setiap bulan Asuji hari ketiga
sang admakakmitan apigajih yang menerima di sana, tidak dikenakan pangliyo
6. palaris, tidak dikenakan iuran jual beli pada waktu pembayaran drwyahajinya, sampai
pada bulan Magha hari kesembilan pada pertengahan bulan Karttika. Dikenakan
kewajiban
IIIa.
1. lagad rwang di tapahaji (kawasan pertapaan untuk raja) membayar 4 masakasetiap
orang, pembayaran di persidangan setiap bulan Magha hari ketiga, sang admakakmitan
apigajih yang menerimanya
2. di sana, tidak dikenakan panglyo, palaris, tidak dikenakan iuran jual beli. Pada bulan
Magha hari kesembilan pada pertengahan bulan karttika seperti biasanya
3. dan kapamwatanan membayar 4 masaka, pamli 2 kupang, temwan 2 kupang,
pembayarannya pada bulan Cetra hari ketiga. Padrwyahajian pasinjang 8 masaka,
temwan 1 kupang
4. pembayaran pada hari ke-15 paro terang bulan Magha, tidak dikenakan iuran jual beli
pada waktu pembayaran drwyahaji. Segala macam iuran jual beli
5. setiap keluarga membayar 1 kupang. Sang istri dan kamasan 3 saga setiap bulan Magha
hari kesembilan, aspaspan 2 kupang tidak dikenakan par mr m dan wintang marnit.
6. Tidak dikenakan pangglar, turunturun, dan patimtim. Tidak dikenakan papuncagiri,
patalitali, pangempang, pasanga, pasangu, dan pawasadhi.
IIIb.
1. Tidak dikenakan palakar, pahatep, tidak dikenakan pabarangka, papatih, dan parang am,
pakasamba, palawe, dan pajnu manggala. Tidak dikenakan segala biji dari
2. upacara besar mawiswara, prayascitta. Tidak dikenakan pjah lek dan patiba-
patambilung. Tidak dikenakan pabharu dan parbwa-parbwan dan sejenisnya. Tidak
3. dipunguti setiap orangnya, jika kacau pangsirinya, ryyadeg pangdirinya mereka
membayar kepada pejabat nayakannya tidak diturunkan, tidak kalarkipana dan dunung
pamurn
-
4. oleh pejabat nayaka rggep. Mereka diperbolehkan melakukan segala macam perbuatan
kasar (candela) juga diijinkan mengambil segala macam binatang di hutan termasuk
pohon-pohonan
5. dan segala macamnya, tidak usah meminta ijin, tidak dikenakan palanting dan rot, juga
tidak menyuguhkan makanan kepada pejabat nayaka pada bulan Magha di hari
kesembilan yang besar, tidak sipaten.
6. Demikian jika ada anggotanya sekaraman salah jalan hendak memperistri wanita
keturunan brahmana, juru kling mereka membayar pamucuk
IVa.
1. sebanyak 2 kupang apabila tidak membayar pamucuk dikenakan dandi sebesar 1
masaka setiap orang tidak dikenakan segala macam saji-saji (sejenis upacara). Dan
yang diijinkan
2. pergi kepasar sekehendaknya tidak ditegur/dilarang oleh petugas tapahaji.
Diperbolehkan mereka memelihara itik tidak disita oleh pejabat nayakan jawa. Anjing
piaraan
3. dan burung perkutut tidak diambil oleh nayakan buru. Diijinkan mereka melakukan
hiburan di tanah lapang sekitar tanaman padi , kelapa umbi-umbian, buah-buahan
4. bebas emngadakan sabungan ayam, tidak terbatas jumlah dari sabungannya, tidak usah
meminta ijin, tidak adgana, tidak dikenakan upah taji dan wulang. Demikian jika ada
tempat suci
5. milik dukun merumah di desanya, tidak diambil/dipermasalahkan melakukan pemujaan
di pukang dan di patatahan, tidak dikenakan (pajak) rot dan anyam-anyaman, tidak
dikenakan parlak (pajak perkebunan/lading?) satu persatu
6. dan biji-bijian. Diijinkan mereka mijilakna sara (memperlihatkan kemampuan) di
masyarakat desa yang lain, tidak didenda, tidak dikenakan iuran pemakaian jalan.
Demikian jika ada tempat suci di desanya
IVb.
1. diijinkan mereka tidak menghaturkan upacara (pasaji) bunga di pantai bhumi, tidak akan
dipermasalahkan oleh para anggota pejabat Kuturan tidak dikenakan padesi, tidak
dikenakan pabharu oleh pejabat kuturan. Diijinkan mereka
2. bertemu anak dari seorang wiku rsi (pendeta), janda/duda dari pendeta tidak dikenakan
kambang ksanika dan kalapitang. Pendeta diijinkan bertempat tinggal di desanya tidak
diijinkan makan
3. anjing belang, tidak dijadikan/dianggap bersalah oleh pejabat Kuturan. Juga
diperbolehkan mereka
4. mereka diijinkan menebang segala jenis kayu larangan seperti kamiri, boddhi, beringin,
kembang kuning, mendo, jirek, tidak dipersalahkan jika menaungi sawah
5. sawah padi gaga (lading kering), kebun, pohon penahan kali, termasuk rumah
pekarangan, juga segala macamnya tidak dikenakan dosa/ dipersalahkan dan ganaganan
6. kerbau, sapi, babi, kambing mati terpelosok ke dalam sungai di desanya tidak
dikeenakan tarub tidak dilaporkan di wiajayapura, turun
-
Va. 1. Laporanya di masyarakat bertahukan juga tetangganya, tidak dipersalahkan dan
ganaganan . Adapun jika lembu, beritahukan seperti
2. orang meninggal salah pati di desanya demikian pemberitahuannya kepada beliau
pejabat paramadhyakta salah satu tidak dikenakan pemberitahuan dan karung blindarah
3. jika mereka melakukan upacara penyucian (sinuksmanya) tidak dikenakan panyuksma
dan segala macam saji-sajian(upacara) penyucian dan lain-lain. Ketika tidak tahu ada
warganya mati salah pati di desanya
4. atau karehenan (yang telah lalu), adapun jika oleh pejabat caksu karenanya mereka
(dikenakan) dosa tamtam masaka 2 kupang setiap orang. Demikian jika ada
wastwasambhawotpata
5. di desanya mereka menghaturkan patikel tanah mal (persembahan/upeti berupa hasil
lading) setiap orang. Jika ahala (leteh) itulah sebabnya menghaturkan (upacara) caru
prayascita hari itu pada waktu malam hari, daksina
6. 1 masaka setiap orang tidak dikenakan segala macam saji-saji dan sebagainya, ketika
sedang tidak tahu ada wastwa sambhawotpata di desanya atau karehenan.
Vb.
1. Adapun beliau pejabat caksu dikenakan dosa tamtam 2 masaka 2 kupang tidak
dikenakan segala macam persajian dan sebagainya. Demikian jika ada anggota
masyarakatnya
2. ikut melakukan pemujaan (upacara) papendeman di tempat suci di desa lain tidak
dikenakan pakran (cukai ?) dijadikan budak, tidak dikenakan pakubuh pawiridhi
3. tidak dikenakan pekerjaan takar turun sagen sarangat tidak dikenakan pirak (iuran
berupa perak?) watilan (iuran untuk membangun wantilan /bangsal ?) turunturun
(iuran-iuran), turun membayar penambah beras sebanyak tiga sakat jaga
4. mereka tidak dikenakan (iuran) pammuka lawang (pembuka pintu atau pembuka jalan
?) dan patajur, palakar, pahatep, dan patambak wata (kewajiban kerja membuat
galangan/tembok dari batu bata ?) dan yang sejenisnya. Sebaliknya mereka diijinkan
5. senjata berburu di desanya. Lebih-lebih ada miliknya dari desa lainnya tidak meminta
ijin, adapun jika ada anggota masyarakat mati
6. dibunuh oleh pencuri, adapun perampok tidak berbeda dengan perbuatan pencuri.
Tidaklah menimbulkan dosa bila menangkap pencuri dan membunuh pencuri
VIa.
1. tidak usah diberitahukan tidak usah disiksa oleh beliau tuannya, tidak dimintai
hutangnya dan luncir (sejenis bunga hutang ?), dan juga tidak dikenakan dosa.
Demikian
2. jika kerbau, sapi mati bertebaran kator berserakan oleh pencuri, adapun di desa yang
lain boleh mereka melapor miliknya yang ditemukannya,
3. tidak diminta oleh pejabat sang mathani, tidak dianggap mengambil, seperti halnya
seorang pencuri, tidak dijadikan dosa, dan lagi tidak perlu mengantarkan milik dari
4. seseorang yang mengambil sendiri seluruh dan semua miliknya, termasuk rumah
tempat tinggal tetapi harus diberikan makan sekali semampunya, dalam memberikan
makan mereka tidak diperkenankan menyembelih/memotong
-
5. ayam, itik terutama binjantan (unggas pejantan ?) tidak srangsisiken tidak didenda,
tidak diperiksa memakannya. Tidak diperkenankan pembeli sembah dan temwan
6. demikian jika ada anggota sedesanya berhutang terhadap orang mengambil sendiri
segala macam hutangnya termasuk hutang bantuan tidak dilebihkan
VIb.
1. membayar seperti pada awalnya mereka berhutang, tidak dikenakan kalantara
(jaminan) tidak dikenakan sbit panji dan panusur tulis (sejenis iuran wajib untuk
menulis dan/atau menggambar) termasuk pembeli sayad (sejenis iuran ?), tidak
dikenakan pacaksu, pangiwa
2. tidak dikenakan segala macam persajian dan sebagainya, dan juga diijinkan mereka
membunuh kerbau sapi yang memakan segala macam buah-buahan di desanya
termasuk jika
3. ada tanpa batasan banyak dari hutangnya, tidak diminta oleh dwal haji setelah
memohon kepada beliau paduka ri maharaja, tidak dikenakan palebleb (sejenis iuran ?)
4. tidak dikenakan dosa juga tidak dikenakan pamli haji (iuran pembelian untuk raja ?)di
Gulma dan di Manyumbul tidak dikenakan pasarang (sejenis iuran ?) tidak dikenakan
karapana (sejenis cukai/iuran ?) oleh akapara (petugas pemungut kapara ?) tidak
ditakut-takuti
5. oleh undahagi dengan segala macam kampaknya, tidak dicincang ijuknya oleh pejabat
caksu hduk. Demikian jika ada anggota sedesanya nitikrama (berbuat/bertingkah-laku
baik)
6. dharma buddhi (berbudi luhur) menyelenggarakan upacara/yasa pada bulan karttika
(kapat) tidak dikenakan baganjing (cukai bagi orang yang membuat baganjing /bangsal
?), tidak meminta ijin upacara kepada pacaraka haji (petugas kerajaan yang mengurus
upacara), tidak dikenakan batun/iuran baganjing, jika menggunakan ijuk
VIIa.
1. tidak perlu diminta minta ijin kepada caksu hduk, tidak dikenakan tmwan (sejenis
iuran ?), tidak dikenakan segala macam persajian terlebih tidak diberikan memakan
bagi orang-orang yang berjalan sungsang (salah jalan)
2. segala macam orang-orangnya yang sama dengannya, demikian termasuk orang
melakukan perjalanan cinacaran (terpencar/sendiri-sendiri ?). adapun jika penjaga sang
hyang ajna haji (prasasti) dan yang ditulis atau ditetapkan
3. di persidangan Majelis Permusyawaratan Paripurna Kerajaan, termasuk pejabat caksu
paracaksu termasuk semuanya. Apalagi demikian mereka diijinkan memakan segala
macam yang dihidangkan di dapur
4. tidak menyembelih ayam, itik, terutama binjantan, tidak didenda, tidak diperiksa
suguhannya, tidak parapeditan pada waktu makan tidak
5. srangsisiken, tidak dikenakan pembeli sirih dan tmwan. Demikian jika ada keluarga di
desanya dibagi tiga
6. banyak sedikit (segala) miliknya, jika laki-laki meninggal dua bagian hartanya
dihaturkan di Hyang Api, satu bagian untuk jandanya. Jika istri yang meninggal stau
bagian dihaturkan di Hyang Api
-
VIIb.
1. dua bagian untuk dudanya. Jika keluarga yang tidak memiliki keturunan segala
miliknya akan dihaturkan di Hyang Api. Itu semua kewajiban dari keluarga
2. dikembalikan sebesar 4 masaka untuk biaya upacara kematian (atiwatiwa). Demikian
tidak ada anggotannya sekeluarga ditimpakan dosa salah daya, salah pemikiran (salah
paham) dosa ganaganan sebagainya,
3. dosa (kesalahan) yang diperbuatnya, seperti halnya mencuri demikian juga
merampok, memukul/mencabuk, merampas, menghadang, membunuh, mencuri,
mengamuk, merampas, merampok, marah, meneluh, meracun
4. membunuh, meludahi (duhilaten), mencacimaki (wakparusya), memukul hastacapala,
menendang (padacapala) mawang tan parwwah (bawang tidak berumbi ?), walung
rumambat di natar (tulang bergeletakan di halaman), darah berceceran di jalanan
5. mayat terkena embun dendakodenda (pukul memukul) mandihaladi (?), juga tidak
dikenakan tandas tutan dan ludan termasuk pawdihan (iuran untuk pembelian kain ?).
termasuk jika ada keturunan
6. orang yang diperbudak termasuk abdi pejabat (rakrayan) yang bertempat tinggal di
desanya dikenakan kewjiban melkukan pekerjaan untuk raja, kewajiban membayar
pajak rot 2 kupang setiap tahun.
VIIIa.
1. Telah disaksikan dihadapan para pejabat tinggi kerajaan majelis permusyawaratan
paripurna kerajaan di antaranya para senapati, terutam pendeta siwa Buddha
2. beliau yang hadir pada waktu itu, Sang Senapati Balem Bunut bernama Pu Anakas,
Sang senapati Dinganga bernama Pu Udasina, Sang Senapati Denda bernama Pu
Itawasana
3. Sang Senapati Manyiringin bernama Pu Amurulung, Sang Senapati Kuturan bernama
Pu Nirjanma, samgat manuratang ajna i Hulu bernama Mada Tan Wring Reh,
4. Samgat manuratang ajna I Tengah bernama mittadara, samgat manyumbul bernama
dhiraja, samgat caksu karanapura bernama Walaharsa, samgat manuratang ajna I
Wuntat bernama Masrgga, samgat
5. Caksu karanakranta bernama Antabhaya, samgat pituha bernama Jugul punggung.
Beliau pendeta siwa di antaranya Mpungku di Hyang Padang bernama Dang Acaryya
Agreswara, Mpungku di Banyu Garuda
6. Bernama Dang Acaryya Wwitningjaya, Mpungku di Binor bernama Dang Acaryya Rsi
Taruna, Mpungku di Makarun bernama dang Acaryya Idrangsa, samgat juru wadwa
bernama Dang Acaryya
VIIIb.
1. Brahmendra, beliau pendeta Buddha Mpungku di Kadikaran Dang Upadhyaya Sarwwa
Tharja, Mpungku di Kutihanyar Dang Upadhyaya Antaraga, Mpungku di Bajasikara
2. Dang Upadhyaya Rarai Jawa, samgat magirenngiren wandami bernama Mangpriya
-
Terjemahan Prasasti Sukawana C
IIa.
1. Tidak berdaya tidak bisa berkata-kata dalam melakukan kewajibannya di desanya oleh
karena sesungguhnya mereka merupakan golongan wesya dalam melaksanakan suatu
pekerjaan, terlebih lagi
2. sebagai sumber kehidupan sehingga terciptanya kedamaian dunia. Terlebih-lebih
merupakan matapencaharian pokok, dalam mewujuudkan kesejahteraan seluruh
masyarakat, maka adalah
3. belas kasihan paduka Sri Maharaja setelah mendengarkan inti dari ajaran Manawa
kamandaka yang berguna demi terciptanya keutuhan kerajaan
4. yang beliau kuasai, sehingga tetap tegaknya ketujuh wilayah kerajaan, sebagai maharaja
di antara para
5. raja yang agung sebagai pelindung seluruh wilayah kerajaan pulau Bali, itulah sebabnya
ditetapkan oleh paduka Sri Maharaja segala hal-hal yang berkenaan dengan
6. padrwhajyan masyarakat di Cintamani dengan harapan tidak dipermasalahkan
dibelakang sampai kelak dikemudian hari. Itulah sebabnya diberikan
IIb.
1. menjaga Sang Hyang Raja Prasasti sebagai pegangan yang dituliskan pada lembaran
tembaga seperti menjaga jiwanya untuk mengukuhkan keberadaannya menjaga desa
2. sebagai pegangan yang ditetapkan berkenaan dengan segala padrwhajyan yang
berkenaan dengan Nayaka Saksi membayar, sejumlah 1 masaka suarna masing-masing
hendaknya dibayar
3. di pakirakiran, pada tanggal tiga bulan Asuji diterimakan kepada pejabat pemungut
pajak di sana tidak dikenakan iuran pangleyo, palaris, tidak dikenakan pinta panumbas,
pada
4. waktu pembayaran padrwhaji, segala pinta wli, kepada Nayaka Manuk masing-masing
membayar 10 masaka 2 kupang, agar dibayar di
5. pakirakiran setiap tanggal 3 bulan Cetra, para petugas pemungut pajak menerimanya di
sana tidak dikenakan iuran pangleyo, palaris, tidak kena pinta panumbas
6. pada saat pembayaran drwhaji sampai pada tanggal 9 bulan Magha sebagaimana yang
berlaku sejak dulu. Segala drwhajinya..
Terjemahan Prasasti Sukawana D
Ib. 1. Selamat telah berlalu pada tahun aka, 1222, pada bulan Kartika, hari kelima belas
paroh terang, Wurukung, Kaliwon, Sukra,
2. hari baik wuku Sungsang, pada saat itu prasasti Sikawana ditetapkan, batasnya bagian
3. timur adalah sampai Panusuran, kebun kapas, berbatasan dengan Balingkang, batas
4. selatannya di Cakilikan, batas di Les, dengan Sikawana, batas selatannya
5. Tanggeluk, berbatasan dengan Sabaya, di Sikawana, batas selatannya Utusu,
IIa. 1. perbatasan Sikawana, dengan Ligundhi, batas baratnya Air Daup, batas Darusa,
-
2. batas Celuk, perbatasan dengan Sikawana, dengan Kintamani, adapun perjalanan yang
dibawanya,
3. untuk mendatangi Sikawana, dikenakan beras 2 karu, hmping 6 catu, terdapatsepasang
anyam-anyaman
4. dan untuk gerbang Sri Muka di Sikawana dikenakan 1 masaka, 2 kucang setiap
Bhadrawda
5. dan setiap Phlguna dikenakan hemping 2 karu, nasi 1 ranga, ayam hutan 1 rukud. Dan
dur
IIb. 1. rya hajia di Sikawana adalah 2 kucang, beras 3 gunja. Setiap bulan Cetra
2. dikenakandurrya hajia (pajak untuk raja) di Sikawana adalah 2 kucang, serta 1
masaka, pamu
3. jaadikenakan 2 kucang, beras 3 gunja, hemping 2 karu. Setiap phlguna (bulan
Februari-Maret) dikenakan nasinya
4. 1 rangan, ayam hutan 1 rukud, ketika dini hari dikenakan 1 kucang dan masyarakat di
Desa
5. Sikawana tidak dikenakan lawa, tidak dikenakan mantra-mantra untuk kematian yang
sedang berduka, tidak dikenakan lawa(pajak untuk biaya masuk gerbang), sejumlah
IIIa. 1. tandaga, tidak dikenakan padidan setiap tempayan tidak dikenakan untuk meminta-
minta di jalan, dan
2. tuntunan, tidak dikenakan untuk idi idihan papan, arang, tidak diwajibkan
menjamu tamu, jika ada mempunyai anak
3. namun ayahnya telah meninggal, biasanya masyarakat tidak dikenakan kain, dan tidak
diwajibkan menjaga desa, tidak dikenakan kapak
4. dan menjaga lingkungan rumah. Jika meninggal leluhurnya penduduk desa membagi
sebagain hasilnya untuk desa, 3 bagian diserahkan kepada laki-lakinya
5. Jika laki-laki meninggal, 3 bagian ke desa, sebagian diserahkan kepada jandanya, tidak
dikenakan pabibid
IIIb. 1. dan papadm, aspaspn, tidak dikenakan larangan apapun bagi yang mempunyai
anak gadis
2. di Desa Sikawana, karena mereka telah diwajibkan melakukan persembahan, karena
mereka semua sudah banyak
3. bebannya yang dipersembahkan kepada Sanhya, //O// Semoga tidak ada rintangan
//O// Penduduk Desa
4. Sikawana juga dianugrahi oleh beliau Raja Patihyang bernama Kbo Parud, keleluasaan
5. berjualan, mereka tidak dikenakan larangan sebab dagangannya berupa kapas dan
kerbau, karena tidak
IVa. 1. dapat memikul kapas kedua pikulannya ke Desa Sikawana. Jika mereka memikul
2. kapas dengan kedua pikulannya, mereka dapat memetik, agar secukupnya untuk
mereka. Kemudian
-
3. beliau Raja Patih mengingatkan kepada penduduk Desa Sikawana, jangan lupa
menjalankan kewajiban untuk berdagang dan mencari barang dagangan,
4. karena juga merupakan bagian dari ketentuan paduka Raja Patih terhadap Desa
Sikawana, kemanapun tujuan
5. mereka jual beli dagangan, sebagian dagangan yang dibawanya berupa kapas yang
merupakan kewajiban. Jika
IVb. 1. ada membawa kapas pada kedua pikulannya, mereka dikenakan iuran/semacam cukai,
pada setiap desa yang didatanginya untuk
2. jual beli dagangan. Mereka tidak dikenakan larangan, karena mereka telah dianugerahi
ijin/kebebasan oleh
3. penguasa Raja Patih, Desa Sikawana. Untuk dijaganya, mereka dianugerahi oleh beliau,
tidak dapat dimasuki oleh
4. penjahat, bajingan, dan perampok untuk merampok, merampas, membunuh
5. yang menyebabkan banyak orang menjadi takut, tidak dapat pemasukan, tidak
disembunyikan untuk
Va. 1. Desa Sikawana. Jika ada, pembohong, penjahat, penjudi muda-tua tidak
2. diterimanya oleh desa, hendaknya mereka meninggalkan desanya, sanak keluarganya.
Jika ada beritanya
3. penjudi jejaka, mendekat masuk desanya, meminta kesanggupan mereka, sanak
keluarganya, keturunannya agar
4. setia kepada negara, dan kepada beliau penguasa, karena mereka menjaganya, mereka
yang menganugerahi,
5. dan kepada beliau Raja Patih, mereka menjaganya, memberikan
kebebasan/perlindungan selakunya jual beli dagangan,
Vb. 1. menawarkan kapas di sejumlah desa yang ditujunya, tidak dikenakan luput, tidak
2. dikenakandoa, anugerah dari beliau penguasa semuanya, para juru, dan bahudna,
senpati,
3. tan rakryan, ri jero makabehan, dan Brahmana Rsi, Pendeta Siwa
4. Buddha, tidak masih, penguasa Sang Aryya, antara lain Ida SangAryya Adikara,
5. Ida SangAryya Asana, Ida SangAryya Wadana, dan Ida apati Dendhra,
VIa. 1. Ida apati Sarbha, dan Ida apati Balambunut, dan Ida apati Kuturan,
2. danIda apati Manyiringin, dan Ida apati Risanten, dan Ida apati
3. Balabyaksa, dan Ida apati Binganga, dan Ida di kasewan, adalah Pendeta
4. Dharmma Hanyar, Pendeta Astana Raja, Pendeta Dewastana, Pendeta
5. Binor, dan Ida di kasogatan adalah Pendeta Burwan, Pendeta Kadikaran,
VIb. 1. Pendeta Purwanagara, Pendeta Kutri Hanyar, Pendeta Aji Nagara, bersama-sama
2. menghadap kepada Samgt (Samgt)dyul, Smgt di ta, Smgt muntt bersama-
sama
3. hendak memohon, anugrah beliau Raja Patih, di Desa Sikawana, bagaikan gajah
-
4. yang sedang mengamuk kedatangan mereka ke Sikawana. Mereka disambut oleh
KabyanArg bernama Bapan Senot, Kabyan
5. Tuha bernama Bapan I Koro, Kabyan Tah bernama Bapan I Kiles, Kabayan
VIIa. 1. oman bernama Bapan Mijil, dan penduduk yang setia atau penjaga keamanan Desa
Sikawana. Barang siapa yang berani melanggar isi dari Sang
2. Hyang Raja Prasasti, terkutuklah seketurunannya, terkena bencana untuk wilayahnya,
seperti membunuh Brahmana
3. seratus duapuluh delapan, lembu sekandang. Bagaikan Sang Hyang Candra Ditya, yang
menerangi
4. ketiga dunia, demikian lamanya penderitaan manusia yang tidak berwujud
5. manusia, jika melanggar ketentuan Sang Hyang Tambra, // Semoga selamat beliau yang
menulis //
Pembahasan
Prasasti Sukawana AI yang dikeluarkan di Panglapuan Singhamandawa atau semacam
pusat administrasi kerajaan pada jaman Bali Kuna tahun 804 Saka atau 882 Masehi. Prasasti ini
menggunakan aksara Jawa Kuna atau kadang juga disebut dengan aksara Bali Kuna karena
bentuk kedua aksara ini sangat mirip, tidak ada perbedaan yang sangat spesifik. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Bali Kuna dan merupakan prasasti Bali yang pertama kali memuat
angka tahun akan tetapi tidak menyebut nama raja yang mengamanatkan prasasti tersebut. Isi
pokok prasasti berkaitan dengan perintah raja kepada para pejabat unutk membangun pertapaan
yang dilengkapi dengan pesanggrahan di daerah perbukitan Cintamani. Keberadaan pertapaan ini
ditentukan dengan jelas pada keempat arah mata angin. Berkait dengan keberadaan pertapaan
dan pesanggrahan ini diberikan semacam kompensasi atau keringanan kepada para bhiksu yang
bermukim di sekitar pertapaan. Mereka dibebaskan dari kewajiban gotong-royong yang berat
seperti memikul kayu, bambu, dan pekerjaan yang sejenis. Selain itu ditetapkan pula beberapa
kewajiban seperti iuran, pungutan, cukai, pajak yang berkait dengan mata pencaharian
masyarakat. Diatur pula pembagian harta kekayaan bagi mereka yang putus keturunan, harta
benda yang tak bergerak seperti sawah, ladang, kebun diserahkan kepada bangunan suci Hyang
Tanda akan dipakai sebagai milik bangunan suci ini yakni semacam tanah laba pura. Harta
benda seperti alat-alat rumah tangga, uang, ternak, dan yang lainnya diserahkan kepada
bangunan suci Hyang Api ataupun ke pertapaan untuk biaya keperluan sehari-hari.
Prasasti Sukawana AII yang beraksara dan berbahasa Jawa Kuna dikeluarkan oleh raja
Anak Wungsu pada tahun 976 Saka atau 1054 Masehi. Prasasti dikeluarkan karena adanya
permohonan masryarakat Cintamani, sebab prasasti pegangan masyarakat yang sebelumnya
terbuat dari lontar sudah rusak, sehingga mereka menghendaki prasasti yang ditatah dalam
lempengan tembaga. Permohonan mereka dikabulkan oleh raja dan ditambahkan beberapa hal-
hal baru berkenaan dengan kewajiban membayar beberapa jenis pungutan kepada Nayakan
Manuk, Nayakan saksi dan para Caksu atau pengawas yang mesti dilunasi pada setiap tanggal
tigabulan Asuji, di samping itu mereka juga terbebas dari beberapa jenis pungutan. Terdapat
aturan khusus berkenaan dengan pembelian kerbau, sapi, dan babi yang berasal dari luar Desa
Cintamani, apabila mereka membeli secara mencicil, mereka harus membayar sejumlah uang
-
muka. Transaksi semacam ini tidak akan disalahkan oleh para petugas yang berkaitan. Pada
bagian akhir prasasti dicantumkan kutukan yang sangat panjang bagi semua pihak yang berani
melanggar isi prasasti, baik itu raja yang akan dating, para pejabat, pemuka agama, dan
masyarakat luas. Untuk memperkuat isi kutukan dimohonkan kepada para dewa, leluhur,
kekuatan alam, bhuta, kala dan makhluk sejenis itu.
Prasasti Sukawana B dikeluarkan pada tahun 1103 Saka atau 1181 Masehi, menggunakan
aksara dan bahasa Jawa Kuna. Prasasti dikeluarkan karena adanya pertentangan,
ketidaksepahaman antara penduduk Desa Cintamani dengan para petugas pemungut pajak (sang
admak akmitan apigajih). Pertentangan terjadi terutama pada saat pemungutan pajak di hari
ketiga bulan Cetra atau sasih kesanga. Peristiwa ini menyebabkan masyarakat bingung, kecewa,
gelisah, malas bicara, bahkan tidak ingin melaksanakan pekerjaan di desanya. Kondisi kacau-
balau ini diketahui oleh raja Jaya Pangus, dikawatirkan akan berlarut-larut, dapat mengganggu
stabilitas dan keutuhan serta persatuan kerajaan. Raja sebagai penguasa tunggal dan pelindung
seluruh wilayah kerajaan pulau Bali dengan berpedoman kepada kitab Undang-Undang
Manawakamandaka, maka diputuskanlah mengeluarkan prasasti yang ditujukan kepada Desa
Cintamani. Dalam prasasti ini dicantumkan berbagai aturan untuk terciptanya suatu tatanan
masyarakat yang teratur, adil, dan makmur. Masyarakat Desa Cintamani dibebaskan dari
beberapa macam pajak, iuran, cukai, pungutan dan yang sejenis itu. Di samping itu mereka juga
wajib membayar pajak, iuran, cukai, pungutan dan yang sejenisnya. Pengaturan berbagai jenis
kewajiban dan pungutan diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman oleh kedua belah pihak baik
masyarakat Desa Cintamani maupun para petugas pemungut pajak. Dalam prasasti juga tertuang
bahwa masyarakat Desa Cintamani bebas melakukan pekerjaan yang tergolong Candalakarma
yaitu pekerjaan yang beresiko atau juga dianggap pekerjaan kotor bagi pemuka agama. Pekerjaan
yang dimaksud seperti pande besi, pande perak, undagi, dan sebagainya. Mereka juga bebas
pergi ke pasar manapun, bebas memelihara binatang yang didapatkan dihutan dan bebas
mengadakan sabungan ayam terutama di lingkungan bangunan suci, atau jika dipandang perlu di
kebun di sekitar bangunan suci. Selain itu diatur pula masalah pelestarian lingkungan, mereka
diperkenankan mencari sumber-sumber mata air dan mengalirkan ke lahan-lahan pertanian yang
mereka garap. Mereka juga diperkenankan menebang beberapa jenis kayu yang dilindungi
seperti pohon bodi, beringin, jarak, kemoning dan apabila jenis-jenis pohon itu mengganggu
lahan padi gaga, kebun kelapa, dan tempat pertemuan. Di luar ketentuan itu mereka tidak boleh
semena-mena melakukan penebangan.
Prasasti Sukawana C merupakan prasasti yang tidak lengkap, hanya terdiri dari satu
lempeng yaitu lempeng dua yang menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuna ditujukan kepada
masyarakat Cintamani. Tidak menyebutkan nama raja dan angka tahun pengeluaran prasastii,
akan tetapi berdasarkan pengamatan aksara, bahasa, dan struktur bahasa prasasti ini
dikelompokan ke dalam prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja Jaya Pangus. Isi prasasti
berkenaan dengan aturan perpajakan yang harus ditaati oleh masyarakat Cintamani.
Prasasti Sukawana D mrupakan prasasti lengkap terdiri tujuh lempeng tembaga yang
menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuna. Dikeluarkan oleh raja Patih Kebo Parut pada tahun
1222 Saka atau 1300 Masehi, ditujukan kepada masyarakat Sikawana. Isi penting dalam prasasti
adalah penetapan batas-batas wilayah Desa Sikawana yaitu Cakilikan, Les, Tenggeluk, Sambaya,
Utus, Ligundi, Airdaup, Darusa, dan Celuk. Beberapa toponim ini masih dikenali sampai saat ini
-
hampir semuanya terdapat di sekitar Desa Sukawana. Selain itu diatur pula masalah hak dan
kewajiban masyarakat Sikawana seperti pungutan-pungutan yang berkenaan dengan pekerjaan
mereka, baik yang harus dibayar maupun yang dibebaskan. Masyarakat Sikawana diberikan
kebebasan berjualan kapas, kerbau, dan komoditi lainnya. Oleh raja mereka diberikan penekanan
khusus untuk menjaga keutuhan wilayah desanya, dengan melakukan penjagaan ketat, termasuk
diberikan hak unutk membunuh para pencuri dan perampok. Diserukan pula kepada para
penjudi, pembohong, atau kelompok-kelompok pembuat onar agar meninggalkan atau tidak
bertempat tinggal di Desa Sikawana. Proses pengeluaran prasasti melalui mekanisme
persidangan istana yang dihadiri oleh para pejabat tinggi kerajaan, para pemuka agama, termasuk
pula tokoh-tokoh masyarakat desa. Beberapa tokoh masyarakat Sikawana yang terlibat dalam
proses ini adalah Kabayan Arga, Kabayan Tuha, Kabayan Tngah, dan Kabayan Nyoman. Nama-
nama kabayan ini mengingatkan kita pada struktur pemerintahan Desa Sukawana dan desa
sekitarnya yang masih tetap eksis hingga saat ini. Pada bagian akhir prasasti dimuat sapata atau
kutukan bagi siapapun yang melanggar ketetapan ini, agar mereka dan termasuk keturunnya
terkutuk dan tidak menemukan kebahagiaan untuk selamanya.
Penutup
Dari lima kelompok prasasti yang ada di Pura Bale Agung Sukawana hanya satu
kelompok prasasti yang berkaitan langsung dan ditujukan kepada masyarakat desa Sukawana
yaitu prasasti Sukawana D. Prasasti ini tergolong lengkap yang dikeluarkan pada tahun 1222
Saka atau 1300 Masehi oleh raja Patih Kebo Parut, yang berisikan tentang batas-batas wilayah
Sikawana, hak dan kewajiban masyarakat desa Sikawana, serta orang-orang yang terlibat dalam
proses keluarnya prasasti ini. Empat kelompok prasasti lainya adalah prasasti Sukawana AI , AII,
B, dan C semuanyan ditujukan pada masyarakat Desa Cintamani.
-
Daftar Pustaka
Lampiran
Kata pengantar
Daftar Isi
Halaman sampul
Editor
cover
-
BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI ISSN : 1410-6477
PRASASTI SUKAWANA, DESA SUKAWANA, KECAMATAN
KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI
Oleh
I Gusti Made Suarbhawa
I Nyoman Sunarya
I Wayan Sumerata
Luh Suwita Utami
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BALAI ARKEOLOGI DENPASAR
2013
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Shang Hyang Widi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa,
akhirnya Berita Penelitian Arkeologi dapat disusun dan diterbitkan sesuai dengan rencana. Berita
Penelitian Arkeologi merupakan salah satu wahana penerbitan Balai Arkeologi Denpasar yang
memuat hasil-hasil penelitian terbaru. Tulisan yang dimuat dalam media ini merupakan analisis
yang lebih luas dan mendalam dari hasil Laporan Penelitian Arkeologi.
Pada edisi ini, Berita Penelitian Arkeologi secara khusus membahas tentang prasasti yang
terdapat di Pura Bale Agung Sukawana. Penelitian terhadap prasasti Sukawana dilakukan oleh
tim dari Balai Arkeologi Denpasar selama dua hari, dari tanggal 29-30 Oktober 2012 yang
bertepatan dengan piodalan di pura tersebut. Adapun susunan tim peneliti yang ditugaskan
adalah :
1. Drs. I Gusti Made Suarbhawa (ketua)
2. Drs. I Nyoman Sunarya (anggota)
3. I Wayan Sumerata, SS (anggota)
4. Luh Suwita Utami, SS (anggota)
Upaya penerbitan Berita Penelitian Arkeologi ini adalah untuk memuat alih bahasa, alih
aksara, dan mengupas secara keselurahan isi dari prasasti yang ada di Pura Bale Agung
Sukawana. Di samping itu juga memberikan informasi tentang berbagai aspek dan nilai-nilai
budaya leluhur masa lalu yang kiranya dapat dijadikan acuan dalam pembinaan kepribadian saat
ini dan yang akan datang.
Kami menyadari bahwa penyusunan dan penerbitan Berita Penelitian ini tidak mudah dan
melalui proses yang panjang dan sudah tentu hasilnya masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan para pakar yang bergelut di bidang epigrafi untuk
mengkritisinya demi kesempurnaan buku ini.
Sebagai akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam kegiatan ini, dan mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas dan khususnya bagi masyarakat Desa Sukawana.
Denpasar, November 2013
Tim