oemaherpepe.files.wordpress.com · Web viewPada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD,...

63
0 PANDUAN GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 2010 Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Di Sekolah Menengah Pertama KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Transcript of oemaherpepe.files.wordpress.com · Web viewPada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD,...

0

PANDUAN GURU MATA PELAJARANPENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

2010

Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam PembelajaranDi Sekolah Menengah Pertama

K E M E N T E R I A N P E N D I D I K A N N A S I O N A L

BAGIAN IPANDUAN UMUM

A. Latar BelakangPasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu program utama Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah pengembangan pendidikan karakter.

Sebenarnya pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada saat ini, setidak-tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Namun demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal. Pertama, kedua mata pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing peserta didik sehingga ia berperilaku dengan karakter yang baik. Ketiga, menggantungkan pembentukan watak peserta didik melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter.

Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti, terutama melalui dua mata pelajaran Pendidikan Agama dan PKn, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah:1. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua

mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran.

2. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan.

1

3. Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah.

Pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam semua mata pelajaran (sebagaimana dimaksud oleh butir 1 di atas) merupakan hal yang baru bagi sebagain besar SMP di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam seluruh mata pelajaran, perlu disusun panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam pembelajaran di SMP, terutama ketika guru menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE).

B. Pengertian Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran

Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai serta menjadikannya perilaku.

C. Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam PembelajaranIntegrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran

dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.

1. Perencanaan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaranPada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan bahan ajar.Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan. Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencaPAKan, dan/atau teknik

2

penilaian, diadaptasi atau dirumuskan ulang menyesuaikan karakter yang hendak dikembangkan.Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Pertama, rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga karakter, dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter. Kedua, pendekatan/metode pembelajaran diubah (bila diperlukan) agar pendekatan/metode yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencaPAK pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan, juga mengembangkan karakter.Ketiga, langkah-langkah pembelajaran direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah/tahap pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi dan/atau ditambah agar sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran aktif yang selama ini digalakkan aplikasinya oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (PSMP) sangat efektif mengembangkan karakter peserta didik.Keempat, bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencaPAKan peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif, misalnya:a. BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan

tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator).

b. MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).

c. MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).

d. MK: Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

Kelima, bahan ajar disiapkan. Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang

3

sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti.Melalui program Buku Sekolah Elektronik atau buku murah, dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika – bahan-bahan ajar tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai. Selain itu, adaptasi dapat dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya.Sebuah kegiatan belajar (task), baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah: a. Tujuanb. Inputc. Aktivitasd. Pengaturan (Setting)e. Peran guruf. Peran peserta didik

Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan belajar yang dimaksud menyangkut perubahan pada komponen-komponen tersebut.Secara umum, kegiatan belajar yang potensial dapat mengembangkan karakter peserta didik memenuhi prinsip-prinsip atau kriteria berikut.a. Tujuan

Dalam hal tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada pengetahuan, tetapi juga sikap. Oleh karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan belajar dengan pencaPAKan sikap atau nilai tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri, kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya.

b. Input

4

Input dapat didefinisikan sebagai bahan/rujukan sebagai titik tolak dilaksanakannya aktivitas belajar oleh peserta didik. Input tersebut dapat berupa teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan materi/pengetahuan tersebut.

c. AktivitasAktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh peserta didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input belajar untuk mencaPAK tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas belajar aktif yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learner-centered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.

d. Pengaturan (Setting)Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan lain-lain.

e. Peran guruPeran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran guru pada kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia.Peran guru yang memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi peserta didik).

5

f. Peran peserta didikSeperti halnya dengan peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar, peran peserta didik biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit juga. Pernyataan eksplisit peran peserta didik pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran peserta didik pada kebanyakan kegiatan pembelajaran.Agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter, peserta didik harus diberi peran aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dsb.

2. Pelaksanaan pembelajaran Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sebagaimana disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Diagram 1.1. berikut menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.

Diagram 1.1. Penanaman Karakter melalui Pelaksanaan Pembelajaran

D. Nilai-nilai Karakter untuk SMPAda banyak nilai (sekitar 80 butir) yang dapat dikembangkan pada

peserta didik. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai

I N T E R V E N S IC o n t e x t u a l T e a c h i n g a n d L e a r n i n g

H A B I T U A S I

Pendahuluan

Inti:EksplorasiElaborasiKonfirmasi Penutup

6

nilai utama yang penanamannya diprioritaskan. Untuk tingkat SMP, nilai-nilai utama tersebut disarikan dari butir-butir SKL, yaitu:1. Kereligiusan

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2. KejujuranPerilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

3. KecerdasanKemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat.

4. KetangguhanSikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencaPAK tujuan.

5. KedemokratisanCara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

6. KepedulianSikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.

7. KemandirianSikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatifBerpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

9. Keberanian mengambil risikoKesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata.

10. Berorientasi pada tindakanKemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata.

11. Berjiwa kepemimpinan

7

Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencaPAK tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa.

12. Kerja kerasPerilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

13. Tanggung jawabSikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.

14. Gaya hidup sehatSegala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

15. Kedisiplinan Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

16. Percaya diriSikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercaPAKnya setiap keinginan dan harapannya.

17. KeingintahuanSikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

18. Cinta ilmuCara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

19. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lainSikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

20. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosialSikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

21. Menghargai karya dan prestasi orang lain

8

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

22. KesantunanSifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

23. NasionalismeCara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

24. Menghargai keberagamanSikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, enam butir dipilih sebagai nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan, yaitu:1. Kereligiusan2. Kejujuran3. Kecerdasan4. Ketangguhan5. Kedemokratisan6. Kepedulian

Keenam butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilai-nilai lainnya.

E. Pemetaan Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran

Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya pada setiap mata pelajaran. Dengan kata lain, tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Tabel 1.1 menyajikan contoh distribusi nilai-nilai pokok dan utama ke dalam semua mata pelajaran.

Mata Pelajaran Nilai Utama

1. Pendidikan Agama

Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, kesantunan, kedisiplinan, tanggung jawab, cinta ilmu,

9

keingintahuan, percaya diri, menghargai keberagaman, kepatuhan terhadap aturan sosial, gaya hidup sehat, kesadaran akan hak dan kewajiban, dan kerja keras.

2. PKn Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, nasionalisme, kepatuhan terhadap aturan sosial, menghargai keberagaman, serta kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

3. Bahasa Indonesia

Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, tanggung jawab, keingintahuan, kesantunan, dan nasionalisme.

4. Matematika Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, berpikir logis, kritis, kerja keras, keingintahuan, kemandirian, dan percaya diri.

5. IPS Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, nasionalisme, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kepedulian, berjiwa kepemimpinan, kerja keras, keberanian mengambil risiko, dan berorientasi pada tindakan.

6. IPA Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, keingintahuan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kejujuran, gaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, dan cinta ilmu.

7. Bahasa Inggris

Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, menghargai keberagaman, kesantunan, percaya diri, kemandirian, bekerjasama, dan kepatuhan terhadap aturan sosial.

8. Seni Budaya Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, menghargai keberagaman, nasionalisme, dan menghargai karya orang lain, keingintahuan, dan kedisiplinan.

9. Penjasorkes Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, gaya hidup sehat, kerja keras, kedisiplinan, percaya diri, kemandirian, serta menghargai karya dan prestasi orang lain.

10.TIK/ Keterampilan

Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kemandirian, tanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.

10

11.Muatan Lokal

Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, kedemokratisan, menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, dan nasionalisme.

Tabel 1.1. Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran

F. Pembelajaran yang Mengembangkan KarakterSebagaimana disebutkan di depan, integrasi pendidikan karakter di

dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi yang mengembangkan karakter adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru, termasuk guru-guru SMP seluruh Indonesia sejak 2002.

Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini.

1. Konstruktivisme (Constructivism)Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar otentik dan bermakna; guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivisme adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan:a. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,b. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri,

11

c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri.

2. Bertanya (Questioning)Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:a. menggali informasi, baik teknis maupun akademis,b. mengecek pemahaman siswa,c. membangkitkan respon siswa,d. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,e. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,f. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru,g. menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencaPAK tujuan belajar dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri.

3.Inkuiri (Inquiry) Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan.Langkah-langkah kegiatan inkuiri:a. merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apa pun)b. mengamati atau melakukan observasic. menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel, dan karya lain,d. mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,

teman sekelas, guru, atau yang lain.

Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif,

12

rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk berbicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual.Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak saling mendengarkan.Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:a. pembentukan kelompok kecil,b. pembentukan kelompok besar,c. mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani,

polisi, dan lainnya),d. bekerja dengan kelas sederajat,e. bekerja kelompok dengan kelas di atasnya,f. bekerja dengan masyarakat.

Penerapan prinsip masyarakat belajar di dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh pada aturan sosial, dan tanggung jawab.

5. Pemodelan (Modeling)Istilah lain pemodelan adalah keteladanan, yang dalam bahasa agama (Katolik) adalah uswah hasanah (teladan yang baik). Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

13

Contoh praktik pemodelan di kelas:a. Guru Pendidikan Agama Katolik memberi contoh bagaimana shalat

yang benar, membaca Kitab Suci yang benar, bertutur kata dan berperilaku yang benar, dan lain sebagainya,

b. Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa,

c.Guru PKn mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut,

d. Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya,

e. Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan termometer suhu badan.

Pemodelan dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri.

6. Refleksi (Reflection)Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain melalui diskusi, tanya-jawab, penyamPAKan kesan dan pesan, menulis jurnal, saling memberi komentar karya, dan catatan pada buku harian.

Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain.

7. Penilaian otentik (Authentic assessment)Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktik dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian.

Penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter antara lain kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu.

14

G. Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter1. Potensi penggunaan BSE dalam pendidikan karakter

Buku-buku pelajaran SMP yang telah masuk dalam daftar BSE (Buku Sekolah Elektronik) memenuhi kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika. Dalam hal isi, setiap BSE memuat semua SK/KD sebagaimana ditetapkan melalui Permen Diknas 22/2006 dengan cakupan dan kedalaman pembahasan yang memadai. Selanjutnya isi/materi disajikan dan/atau dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak di antara kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pelaku pembelajaran yang aktif. Bahasa untuk menyajikan materi merupakan bahasa Indonesia yang baku, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP, dan gagasan/pesan disajikan secara koheren. Dari sisi grafika, BSE memenuhi berbagai ketentuan kegrafikaan. Selain itu, BSE pada umumnya tidak bias gender, mengembangkan keberagaman/kebhinnekaan, serta jiwa kewirausahaan.

Memerhatikan ciri-ciri tersebut di atas, BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Hanya dengan melakukan sejumlah revisi, buku-buku tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan pendidikan karakter secara terintegrasi dalam pembelajaran.

2. Strategi umum penggunaan BSE untuk pendidikan karakterDi depan disebutkan bahwa BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan dalam pengembangan karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan melakukan adaptasi seperlunya, buku-buku pelajaran yang telah masuk daftar BSE akan dengan efektif memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan, mengembangkan keterampilan/ kecakapan, dan membangun karakter. Berikut empat jenis adaptasi yang dapat dilakukan. Adaptasi jenis a, b, c, dan d berturut-turut dari yang paling dianjurkan ke yang kurang dianjurkan.a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam tiga aspek sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi dari bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang direvisi. Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.

b. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, atau reformulasi

15

dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang direvisi. Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.

c. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Guru membuat sejumlah adaptasi (misalnya penambahan isi, perubahan atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan atau perubahan teknik penilaian) secara tertulis tetapi pada lembar terpisah, tidak menyatu dengan bahan ajar. Catatan-catatan pada lembar-lembar terpisah tersebut digunakan oleh guru selama proses pembelajaran.

16

BAGIAN 2PANDUAN KHUSUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK

Panduan Guru Pendidikan Karakter untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) secara umum telah dideskripsikan pada bagian satu di atas. Pada bagian dua berikut ini akan dibahas implementasi pendidikan karakter untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Tujuan pendidikan di SMP, termasuk pengembangan karakter, semestinya dapat dicapai melalui pengembangan dan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP). Di dalam SNP telah secara jelas dijabarkan standar kompetensi lulusan dan materi yang harus disamPAKkan kepada peserta didik. Karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi masalah adalah bahwa selama ini pengembangan dan implementasi KTSP masih cenderung terpusat pada pengembangan kemampuan intelektual.

Secara singkat, pendidikan karakter bisa diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasan dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan. Karena itulah bergema kembali persoalan dasar yang telah lama menjadi pertanyaan Plato, “apakah keutamaan itu dapat diajarkan ?”

Pendidikan karakter bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai bagi siswa, namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakan sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap individu dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang dewasa. Oleh karena itu, ada dua macam paradigma dalam pendidikan karakter. Ya pertama memandang pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit (narrow scope to moral education). Yang kedua melihat pendidikan karakter dari sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang lebih luas, terutama melihat keseluruhan peristiwa dalam dunia pendidikan itu sendiri (educational happenings). Integrasi atas kedua paradigma inilah melahirkan gagasan baru tentang pendidikan karakter sebagai pedagogi yang menyertakan tiga matra pertumbuhan manusia.

Pendidikan karakter pada dasarnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi memiliki tujuan agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya, mampu

17

menggapai kebebasan yang dimilikinya, sehingga ia dapat semakin bertumbuh sebagai pribadi maupun sebagai warga negara yang bebas dan bertanggung jawab, bahkan sampai pada tingkat tanggung jawab moral integral atas kebersamaan hidup dengan yang lain di dalam dunia.

Pendidikan karakter bertujuan juga untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan kebhinekaan, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

A. Nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik

Karya Pendidikan Katolik yang dilakukan oleh Gereja adalah pilihan yang diambil : Sebagai dasar inspirasi iman. Sebagai mediasi. Demi terjadinya transformasi yang membebaskan (=perubahan

sosial).menuju tata kehidupan bersama yang semakin bersaudara, adil dan bermartabat.

Ketiga unsur itu diharapkan menjadi jiwa dari setiap usaha pendidikan Kristiani, sekaligus mengembangkan dinamika pendidikan itu. Berikut ini dikemukakan gagasan-gagasan pokok mengenai masing-masing unsur itu : IMAN : Beriman tidak sekedar berarti menerima dan mengakui

kebenaran-kebenaran tertentu. Dalam pengertian Kristiani, beriman berarti menjadi murid Yesus. Menjadi murid Yesus berarti menjadi alter Christus, atau kristus-kristus (kecil) yang lain, yang melanjutkan perutusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus yaitu mewartakan Kerajaan Allah, yang adalah kerajaan “....kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rom 14:17). Perutusan ini dapat diwujudkan dalam bentuk-bentuk yang lebih konkrit lagi, misalnya : menjadi teman dalam kelemahan, pemberdayaan masyarakat, mewartakan nilai-nilai universal, karya kesehatan, karya pendidikan dst. Ada seribu satu bentuk perwujudan iman yang selalu perlu dicari dan diperbarui terus menerus secara bersama-sama.

PERUBAHAN SOSIAL : Perubahan iman yang dilakukan dalam berbagai macam bentuk usaha, diharapkan daya yang menggerakkan perubahan sosial, menuju tata kehidupan bersama yang semakin bersaudara, adil dan bermartabat. Dapat disebut misalnya, perubahan dari penjajahan menuju persaudaraan universal; dari penindasan menuju keadilan; dari perbudaan menuju cita-cita kemanusiaan yang bermartabat; dari feodalisme menuju demokrasi dst.

18

PENDIDIKAN SEBAGAI MEDIASI : Dari antara berbagai kemungkinan yang tersedia, Gereja antara lain memilih karya pendidikan sebagai mediasi perwujudan imannya. Lembaga pendidikan diharapkan menjadi kekuatan yang menggerakkan perubahan sosial. Oleh karena itu, disamping mengusahakan keunggulan-keunggulan dalam bidang ilmu dan kegiatan kokurikuler lainnya, lembaga-lembaga pendidikan Katolik seharusnya menjadi agen perubahan sosial dan sekaligus tempat yang baik bagi munculnya pelaku-pelaku perubahan sosial. Secara konkrit, di lembaga-lembaga pendidikan Katolik diharapkan tertanam penghargaan terhadap martabat manusia, sikap demokrat dan kesadaran akan tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial.

Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah pribadi yang memiliki keyakinan bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan; dan memiliki kemampuan berterimakasih dalam pujian, syukur dan permohonan kepada Tuhan; serta memiliki keberanian menggalang persahabatan, persaudaraan, dan pelayanan kepada dan bersama sesama dan menjaga alam lingkungan.Nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran pada dasarnya sama, yaitu nilai karakter manusia dalam kehidupan berketuhanan dan bersesama (ada lima : Tuhan, diri, orang lain, lingkungan, kebangsaan) di. Dalam kehidupan, nilai karakter itu berfungsi mengontrol dan dimanifestasikan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, orang lain, lingkungan alam, dan dirinya sendiri. Demikian pula, nilai karakter untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.Sesuai dengan anjuran yang telah dikemukakan di atas, nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik terdiri dari beberapa nilai karakter pokok atau utama. Ketentuan yang berkenaan dengan nilai karakter pokok atau utama itu bukan berarti membatasi pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang lain. Artinya, nilai karakter yang lain, sepanjang memungkinkan diintegrasikan dalam pembelajaran, juga dianjurkan untuk dikenalkan, dikembangkan, dan dibudayakan dalam kehidupan nyata peserta didik. Nilai karakter pokok, dalam hal ini, ialah nilai karakter yang dijadikan pangkal tolak pengembangan nilai karakter peserta didik. Melalui penanaman, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter pokok ini diharapkan nilai karakter yang lain dapat dikembangkan pula. Nilai karakter utama ialah nilai karakter yang diprioritaskan untuk ditanamkan, dikembangkan, dan dibudayakan bagi dan oleh peserta didik. Beberapa nilai karakter utama juga disebutkan dalam nilai karakter pokok karena nilai karakter itu merupakan dasar atau pangkal tolak pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang lain. Satu hal yang perlu disadari ialah tidak ada nilai karakter kehidupan manusia yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan yang lain. Nilai karakter yang satu dan nilai karakter yang lain senantiasa saling

19

bersinggungan, tumpang tindih, dan atau terkait; bahkan nilai karakter yang satu kadang merupakan prasyarat bagi nilai karakter yang lain; nilai karakter yang satu kadang juga merupakan manifestasi atau perwujudan dari nilai karakter yang lain.

Setiap karakter yang akan dikembangkan dalam pembelajaran, hendaknya sesuai dengan SK dan KD yang tertuang dalam kurikulum. Oleh karena itu, ukuran ketercaPAKan karakter tersebut juga sangat ditentukan oleh keluasan dan kedalaman SK dan KD yang dibelajarkan.

Sejalan dengan rumusan karakter yang dikembangkan pada jenjang SMP dan karakteristik hidup menurut Injil, maka dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik secara spesifik peserta didik akan dididik dan dilatih untuk mengembangkan banyak karakter.

Di antara butir-butir nilai karakter yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran, ada enam butir nilai yang dipilih sebagai nilai karakter pokok sebagai pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Nilai karakter pokok tersebut dapat dikemukakan, dideskripsikan, dan dirumuskan indikatornya seperti berikut.

No. Nilai Karakter Indikator

1. Kereligiusan 1) menjalankan perintah-perintah Allah (agama) baik dalam beribadah, dengan didasari iman yang benar,

2) menjauhi larangan-larangan Allah (agama) baik yang termasuk dalam dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil,

3) bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau hukum-hukum agama,

4) tidak melakukan perbuatan-perbuatan sehari-hari yang melanggar hukum-hukum agama.

5) Menjalankan Sepuluh Parintah Tuhan, Lima Perintah Gereja dan hukum cinta kasih.

2. Kejujuran 1) selalu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi,

2) selalu mengatakan sesuai dengan apa yang dilakukan,

3) selalu mengerjakan tugas-tugas guru seperti pekerjaan rumah dan lain-lain sesuai dengan ketentuan yang ada.

4) tidak berbohong kepada siapa pun,5) tidak mengambil sesuatu yang bukan

menjadi haknya,6) tidak menyontek dalam mengerjakan

ujian atau ulangan sekolah,

3. Kecerdasan 1) mampu mengerjakan suatu pekerjaan

20

dengan cermat, tepat, dan cepat.2) mampu menjawab soal-soal ujian

(ulangan) dengan cepat, tepat, dan benar,3) mampu menjawab pertanyaan dengan

tepat,4) mampu mengambil keputusan yang tepat.

4. Ketangguhan 1) tidak pernah putus asa dalam menghadapi berbagai persoalan di sekolah dan keluarga,

2) sanggup menerima kegagalan dan berusaha untuk memperbaikinya,

3) tidak putus asa ketika tidak naik kelas atau tidak lulus ujian,

4) kuat dan tabah menghadapi berbagai cobaan dan tantangan,

5) berusaha keras untuk bisa melepaskan diri dari masalah yang dihadapi.

21

5. Kedemokratisan

1) menjunjung tinggi kebersamaan, baik di sekolah maupun di tengah keluarga,

2) mengambil keputusan secara bersama-sama baik di sekolah, di tengah keluarga, maupun dengan teman-teman di masyarakat,

3) menghormati keputusan bersama meskipun tidak sesuai dengan yang diinginkan,

4) tidak memaksakan pendapat kepada orang lain,

5) berdiskusi dengan baik dan tidak emosional.

6. Kepedulian 1) tanggap akan lingkungan sekitar,2) mematikan lampu, listrik, kipas/AC, kran

air, atau alat-alat lain yang tidak digunakan,

3) membersihkan ruang kelas dan papan tulis yang kotor,

4) merapikan meja kursi yang berserakan,5) menjaga lingkungan sekolah tetap bersih,6) membantu orang lain yang butuh

pertolongan,7) mengingatkan orang lain yang dalam

keadaan berbahaya.

Nilai Karakter Utama Pendidikan Agama Katolik dan Indikatornya

Beberapa butir nilai karakter utama yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di antaranya sudah dikemukakan pada uraian mengenai enam nilai karakter pokok (kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kedemokratisan, dan kepedulian). Di samping itu, 17 nilai karakter utama yang dimaksud dalam Pendidikan Agama Katolik termasuk 6 pokok di atas. Sedangkan 11 nilai karakter utama yang lain yang harus diintegrasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah sebagai berikut.

1. Tanggung jawab

1) menaati dan melaksanakan hukum-hukum dan aturan-aturan yang berlaku,

2) menaati dan melaksanakan kesepakatan dalam keluarga,

3) berani mengambil risiko atas perbuatan yang dilakukan,

4) patuh dan melaksanakan semua kewajiban sekolah dan di luar sekolah,

22

5) tidak mengalihkan tugas dan kewajiban kepada orang lain.

23

2. Sadar akan hak dan kewajiban

1) menjunjung tinggi keadilan,2) menjalankan kewajiban tanpa

mengganggu hak orang lain,3) mendahulukan pelaksanaan kewajiban

sebelum menuntut hak,4) menghormati hak-hak orang lain,5) tidak mengganggu orang lain dalam

melaksanakan kewajiban.

3. Kesantunan 1) bertutur kata dengan lemah lembut,2) mengucapkan salam ketika bertemu

orang lain,3) berjalan dengan penuh kesopanan dan

tidak menyombongkan diri,4) memilih kata-kata atau bahasa yang tepat

ketika berbicara, terutama dengan orang yang dihormati seperti orang tua dan guru,

5) memohon izin ketika akan keluar dari ruangan kelas ketika pembelajaran berlangsung,

4. Kerja keras 1) selalu belajar dengan giat,2) mengerjakan tugas dan kewajiban di

sekolah secara maksimal,3) tidak pernah menyerah dalam

menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di sekolah dan keluarga,

4) tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan,

5) selalu membantu orang tua di rumah.

5. Kedisiplinan 1) datang dan pulang sekolah tepat waktu,2) memakai seragam sesuai ketentuan

sekolah,3) melaksanakan shalat/ibadah tepat waktu,4) mengatur waktu untuk belajar dan untuk

yang lainnya,5) makan dan tidur tepat waktu.

6. Menghargai keberagaman

1) mengakui adanya perbedaan dalam berbagai hal di sekolah,

2) menjalankan aktivitas keagamaan di sekolah tanpa menyinggung dan mengganggu orang lain,

3) menghormati orang lain yang berbeda dalam berkeyakinan dan beragama,

4) menghormati orang lain yang berbeda

24

dalam menjalankan tradisi dan budaya,5) tidak memaksakan kehendak kepada

orang lain.

7. Cinta ilmu 1) suka membaca buku, termasuk Kitab Suci dan hadis,

2) memiliki buku-buku ilmu pengetahuan yang dibutuhkan,

3) tidak membuang buku-buku yang bermanfaat,

4) suka berdiskusi tentang ilmu pengetahuan,

5) suka melakukan perjalanan (bepergian) dalam mencari ilmu.

8. Keingintahuan

1) tidak pernah merasa puas dalam mencari ilmu,

2) suka bertanya kepada orang lain,3) suka membaca koran dan sumber berita

lainnya,4) suka mendengarkan berita lewat radio,

televisi, maupun media yang lain,5) suka membaca Kitab Suci, hadis, dan

kitab-kitab sebagai sumber ilmu pengetahuan.

9. Percaya diri 1) merasa senang dengan keberadaannya.2) bangga menjai siswa di sekolahnya3) tidak merasa minder di hadapan siswa

atau orang lain.4) selalu belajar untuk meningkatkan

kualitas diri,5) tidak ragu dalam mengambil keputusan,6) suka bergaul dengan orang lain.

10. Kepatuhan terhadap aturan sosial

1) mengikuti kerja bakti di lingkungannya,2) mengikuti berbagai kegiatan di sekolah

dan di luar sekolah,3) tidak melakukan sesuatu yang melanggar

kepentingan umum,4) ikut serta dalam menjaga ketenangan dan

keamanan lingkungan, 5) suka bekerja sama dengan masyarakat

sekitar.

11. Gaya hidup sehat

1) mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik

2) makan dan minum secukupnya,3) bekerja dan beristirahat secukupnya,

25

4) tidak berangan-angan yang berlebihan,5) menjaga anggota badan, pakaian, dan

lingkungan selalu bersih,6) menjauhi merokok,7) menjauhi miras dan narkoba,8) tidak bertato.

B. Kegiatan Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter pada Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (berisi contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien)

Untuk merealisasikan nilai-nilai karakter dalam diri siswa di SMP dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah, bisa ditempuh melalui berbagai bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien hendaknya diupayakan dalam merealisasikan nilai-nilai karakter tersebut. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa contoh kegiatan pembelajaran yang cukup efektif dan efisien di kelas.1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning)Pembelajaran model ini dilakukan dengan menghubungkan tema atau materi yang dikaji dengan konteks kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan siswa. SK/KD yang dikaji hendaknya dikaitkan dengan permasalahan yang aktual yang benar-benar terjadi dan dialami siswa. Dengan cara ini, siswa akan langsung mengalami apa yang dipelajari sehingga siswa memiliki motivasi besar untuk memahaminya dan pada akhirnya terdorong untuk mempraktikkannya. Sebagai contoh ketika mengajarkan pengertian tentang Tuhan tema iman, siswa diajak langsung melihat bukti adanya Allah tersebut, misalnya Injil yang merupakan salah satu kitab Allah dan menjadi kitab suci umat Katolik. Siswa kemudian diajak untuk melihat Injil lalu diajak berdiskusi tentang Tuhan Yesus dan siswa dimotivasi agar memahami, dan mengamalkan ajaranNya sedikit demi sedikit.

2) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan kerjasama di antara siswa di kelas. Banyak model pembelajaran yang bisa dilakukan dalam rangka pembelajaran kooperatif, misalnya model diskusi kelompok, diskusi kelas, Team Game Tournament (TGT), model Jigsaw, Learning Together (belajar bersama), dan lain sebagainya. Sebagai contoh, untuk mempelajari sejarah Tuhan Yesus siswa melakukan diskusi kelompok dengan tema-tema diskusi yang sudah ditentukan, sehingga dalam waktu yang singkat bisa diperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang sejarah Tuhan Yesus dari kelahiran, wafat hingga kebangkitan. Melalui model ini guru bisa mengamati bagaimana siswa berdiskusi sambil memberikan penilaian proses terutama dalam penerapan nilai-nilai karakter. Siswa juga

26

diminta untuk meneladani karakter-karakter mulia yang ada pada diri Tuhan Yesus.

3) Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)Pembelajaran inkuiri adalah satu model pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa agar siswa mampu menemukan pengetahuan atau konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran tertentu secara mandiri melalui berbagai fenomena yang dipelajari. Melalui model ini siswa dikondisikan agar memiliki nilai-nilai kerja keras, meningkat rasa ingin tahunya, serta mencintai ilmu. Tidak semua SK/KD dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bisa ditempuh dengan model ini. Di antara contoh kompetensi yang bisa dicaPAK melalui model ini adalah kompetensi yang terkait dengan pemahaman tentang Tri Tunggal Maha Kudus (Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus). Cukup banyak materi atau kompetensi dalam tiga bidang itu yang bisa dikaji melalui model pembelajaran ini.

4) Pembelajaran Model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)

Prinsip-prinsip yang menonjol dalam pembelajaran model PAKEM di antaranya adalah siswa harus aktif dalam pembelajaran ini dan pembelajaran harus menyenangkan siswa. Pembelajaran harus dikemas agar siswa benar-benar aktif dan kreatif, misalnya dengan mengkondisikan siswa aktif belajar dan melakukan sesuatu. Guru tidak lagi ceramah yang membuat siswa hanya pasif mendengarkan ceramahnya. Ceramah diperlukan bila perlu. Untuk membuat siswa senang dalam belajar maka guru harus memfasilitasi siswa dengan berbagai media atau alat yang mendukung pembelajaran, misalnya dengan media komputer (laptop), LCD, atau media lain yang memungkinkan siswa untuk senang dalam belajar. Yang juga harus diperhatikan bahwa pembelajaran harus tetap efektif, yakni mencaPAK tujuan yang direncanakan. Sebagai contoh, ketika membelajarkan sabda bahagia (khotbah Yesus di bukit), siswa dikondisikan untuk belajar langsung menghafal 8 sabda Tuhan dan memberikan contoh dari masing-masing sabda tersebut. Guru terus memantau siswa dalam proses pembelajaran agar efektif.

5) Pembelajaran AfektifPembelajaran afektif adalah model pembelajaran yang menekankan tumbuhnya sikap pada diri peserta didik dari proses pembelajaran yang diikuti. Dalam pembelajaran model ini peserta didik antara lain diminta untuk berinteraksi dengan sumber-sumber belajar agar mencapai hasil belajar yang baik. Guru selalu memberi motivasi kepada peserta didik agar menyadari apa yang dipelajari dan mensikapinya dengan benar. Dalam beberapa kasus, pembelajaran sikap merupakan tujuan atau sasaran utama dari suatu pembelajaran. Kampanye anti-narkoba dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan penanganannya misalnya, adalah contoh dari model pembelajaran ini. Sebagai contoh dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, peserta didik diajak untuk

27

memperhatikan betapa Allah sudah memberikan kenikmatan yang begitu banyak kepadanya, seperti kelengkapan dan kesempurnaan bentuk fisiknya, sehingga tumbuh kesadaran untuk bersyukur (berterima kasih) kepada-Nya. Bagaimanapun juga, pembelajaran sikap adalah salah satu komponen atau fokus utama dari suatu pembelajaran, terutama dalam rangka pendidikan karakter.

6). PemodelanModel pembelajaran afektif yang banyak digunakan adalah sebagai berikut.a. Model KonsiderasiMelalui penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain.Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi: (1) menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi, (2) meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, (3) siswa menuliskan responnya masing-masing, (4) siswa menganalisis respons siswa lain, (5) mengajak siswa melihat konsekuensi dari tiap tindakannya, (6) meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.b). Model pembentukan rasional Model pembentukan rasional (rational building model) bertujuan mengembang-kan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.Langkah-langkah pembelajaran rasional: (1) mengidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atau penyimpangan tindakan, (2) menghimpun informasi tambahan, (3) menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, (4) mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya, (5) mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau ketentuan-ketentuan legal dalam masyarakat.c). Klarifikasi nilai Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para siswa menyadari nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa memiliki keterampilan proses menilai.Langkah-langkah pembelajaran klarifikasi nilai: (1) pemilihan: para siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya, (2) menghargai pemilihan: siswa menghargai pilihannya serta memperkuat-mempertegas pilihannya, (3) berbuat: siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pilihannya, mengulanginya pada hal lainnya.

28

d). Pengembangan moral kognitifPerkembangan moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang berlangsung secara berangsur melalui tahap pra-konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampuan mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif: (1) menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pertentangan nilai, (2) siswa diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu, (3) siswa diminta mendiskusikan/menganalisis kebaikan dan kejelekannya, (4) siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lebih baik, (5) siswa menerapkan tindakan dalam segi lain.

e). Model nondirektifPara siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendaknya menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan sebagai fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini bertujuan membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.Langkah-langkah pembelajaran nondirektif: (1) menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi bebas, (2) pengungkapan siswa mengemukakan perasaan, pemikiran dan masalah-masalah yang dihadapinya, guru menerima dan memberikan klarifikasi, (3) pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan masalah, guru memberikan dorongan, (4) perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi, (5) integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan kegiatan-kegiatan positif.

C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Pendidikan Karakter

1. Gambaran umum BSE Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik

Perlu ditegaskan di sini bahwa Buku Sekolah Elektronik (BSE) merupakan buku yang dihasilkan melalui proses yang dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya, baik isi, penyajian, bahasa, maupun grafikanya. BSE diupayakan dalam rangka membantu para guru dan siswa untuk dengan mudah memperoleh buku-buku yang baik untuk dijadikan sebagai sumber atau bahan ajar dalam proses pembelajaran di kelas, terutama dalam pembinaan karakter siswa. BSE untuk mata pelajaran PAK hingga panduan ini dibuat masih dalam proses penyelesaian, sehingga dalam waktu dekat BSE untuk PAK segera bisa didapatkan, baik melalui internet maupun di toko-toko buku. Jika guru tidak menemukan BSE PAK maka guru bisa juga mengambil buku-buku ajar lain dengan ketentuan seperti BSE. Dari hasil content

29

analysis terhadap BSE dan juga format penilaian buku dari Pusat Perbukuan dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa buku yang baik bisa dilihat dalam empat hal seperti berikut:a. Isi

Apa yang harus diperhatikan dalam melihat isi BSE atau Buku Ajar PAK adalah sebagai berikut:1) Kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD, yang bisa dilihat

dari segi: a) kelengkapan materinya,b) keluasan materinya, danc) kedalaman materinya.

2) Ketepatan materi, yang bisa dilihat dari segi:a) sumber materi yang digunakan,b) pokok bahasan,c) subpokok bahasan,d) contoh-contohnya,e) gambar, foto, dan ilustrasi yang digunakan,f) konsep-konsep atau definisi yang digunakan,g) teks-teks Kitab Suciyang digunakan, dan h) acuan, sumber, atau daftar pustaka yang digunakan.

3) Pendukung materi, yang bisa dilihat dari segi:a) tidak bias gender,b) tidak mengandung SARA,c) berwawasan kebangsaan, dand) tidak bertentangan dengan HAM.

4) Terkait dengan pendidikan karakter, buku itu bisa dilihat dari segi:a) kesesuaian isi materi yang dikaji dengan nilai-nilai karakter

yang dituju,b) apakah kegiatan atau metode pembelajaran yang ada

mendukung pengembangan nilai-nilai karakter yang dituju, dan

c) apakah gambaran umum isi materi yang dikaji di buku itu sudah layak untuk pengembangan nilai-nilai karakter yang dituju.

b. Metode pembelajaranUntuk menelaah BSE atau Buku Ajar PAK yang akan digunakan, terutama terkait dengan metode pembelajaran atau cara penyajian, perlu diperhatikan hal-hal berikut:1) Kelengkapan penyajian dalam buku yang meliputi:

a)bagian awal mulai dari sampul, kata pengantar, daftar isi, hingga pendahuluan,

b)bagian inti mulai dari judul bab, uraian bab, ringkasan, gambar/ilustrasi, latihan atau uji kompetensi, dan

c) bagian akhir yang meliputi daftar pustaka, glosarium, indeks, dan lampiran.

30

2) Metode penyajian/pembelajaran dalam buku yang bisa dilihat dari segi: a)keruntutan penyajian dalam buku mulai ketertautan

antarkalimat dalam alinea, antaralinea dalam subbab, antarsubbab dalam bab, dan antarbab dalam buku,

b)koherensi antaralinea, antarsubbab, dan antarbab, c) konsistensi dalam penggunaan istilah atau konsep yang

digunakan,d)berpusat pada peserta didik dan mendorong kemandirian

belajar,e)mendorong keingintahuan peserta didik, danf) mendorong dan memotivasi peserta didik untuk berkarakter

sesuai dengan nilai-nilai karakter yang ada dalam materi yang dikaji.

c. BahasaBahasa menjadi sangat penting dalam pendidikan karakter, mengingat salah satu indikator karakter seseorang bisa dilihat dari segi bahasa yang digunakan dalam bertutur kata. Dalam penulisan buku, bahasa juga sangat penting untuk diperhatikan. Buku yang baik adalah buku yang menggunakan bahasa yang baik pula.

Bahasa yang baik dalam penulisan buku bisa dilihat dari segi:1) kesesuaiannya dengan pengguna buku (peserta didik),2) bahasa yang digunakan komunikatif dan interaktif,3) bahasanya santun dan lugas,4) kesesuaian dengan kaidah bahasa yang benar (Ejaan Yang

Disempurnakan),5) tingkat keterbacaannya, dan6) yang khusus terkait dengan pendidikan karakter, bahasanya

sopan (santun) dan tidak “jorok”.

d. GrafikaUntuk melihat buku yang baik dari segi grafika, terutama yang mendukung pendidikan karakter, bisa diperhatikan hal-hal berikut:1) buku tidak memuat gambar-gambar yang berisi praktik-praktik

kekerasan atau perbuatan terlarang lainnya, dan2) buku memuat gambar-gambar atau ilustrasi yang berisi pesan-

pesan untuk berkarakter mulia.

e. Potensi BSE mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk pendidikan karakter

Karena hingga panduan ini dibuat, BSE mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik belum ada yang dicetak atau dimasukkan ke internet, maka belum bisa diberikan rekomendasi di sini terkait dengan BSE mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik mana yang layak untuk digunakan sebagai bahan ajar yang bernuansa pendidikan karakter dalam pembelajaran PAK atau mana yang tidak

31

layak. Namun demikian, para guru bisa memilih buku-buku yang sudah beredar di pasaran dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas. Hal terpenting, dalam rangka pendidikan karakter, buku PAK yang akan digunakan harus buku yang mendorong para peserta didik untuk menjadi manusia yang berkarakter.Berdasarkan data-data mengenai draf buku PAK yang masuk dalam penilaian Pusat Perbukuan tahun 2010 yang sudah berlalu, maka sudah bisa dipastikan bahwa buku PAK yang sudah lolos seleksi dan masuk dalam kategori BSE pasti sudah memenuhi kriteria-kriteria yang meliputi isi, metode, bahasa, dan grafika seperti di atas dan telah mendapat imprimatur.

2. Strategi penggunaan BSE mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk pendidikan karakter a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan

Strategi ini ditempuh jika guru menemukan buku BSE atau buku lain yang memenuhi kriteria seperti yang digambarkan di atas. Guru tinggal mengadaptasi bahan (materi) dari buku dimaksud dan ditulis ulang dengan beberapa tambahan penjelasan yang diperlukan terutama ditekankan pada penanaman nilai-nilai karakter bagi peserta didik.

b. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan

Strategi kedua ini hampir sama dengan strategi pertama, hanya di sini guru tidak mengadaptasi semua bahan (materi), tetapi sebagiannya saja. Guru di sini lebih banyak melakukan revisi dan tambahan, mungkin dari segi isinya, mungkin dari segi kegiatan pembelajarannya, atau mungkin dari segi penilaian atau evaluasinya. Guru menuliskan kembali bahan (materi) hasil adaptasinya beserta semua revisi dan tambahan yang dilakukannya dalam satu bahan ajar. Yang perlu ditekankan di sini adalah dalam melakukan revisi guru harus memerhatikan ketentuan di atas sehingga benar-benar mendorong peserta didik untuk berkarakter.

Contoh-contoh Pengintegrasian Nilai-nilai KarakterPada bagian ini disajikan contoh-contoh pengintegrasian nilai-

nilai karakter seperti religius, jujur, cerdas, tangguh, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratis, peduli lingkungan, nasionalis, menghargai keberagaman pada indikator dan selanjutnya

32

direfleksikan pada latihan atau aktivitas pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (bahan ajar). Contoh pengintegrasian nilai karakter dan bahan ajar

Nilai Karakter Contoh Bahan Ajar

Kereligiusan

Martabat luhur sebagai citra Allah (Mzm 8:2-10) “Menyadari sebagai orang Kristiani sebagai citra Allah, kesadaran diri bahwa kita bermartabat sebagai citra Allah akan menuntun kita untuk hidup dan berperilaku dengan benar dan baik.”

Kejujuran Persahabatan sejati (Sir 6:5-17) “persahabatan sejati tidak dibangun demi kesenangan pribadi dan untuk waktu yang sesaat saja. Persahabatan sejati adalah persahabatan yang dilandasi iman akan Allah yang lebih dahulu mengasihi dan menjadi sahabat manusia.”

Kecerdasan

Panggilan manusia sebagai citra Allah (Kej 1:26-30) “Manusia diciptakan sebagai citra Allah, tetapi ia juga dipanggil dan dituntut untuk semakin menjadi citra Allah. Menjadi citra Allah bukanlah hal yang sekali jadi, tetapi dinamis, harus terus diperjuangkan.”

Ketangguhan

Aku memiliki kemampuan tentang talenta (Mat 25:14-30) “Sebagai citra Allah, manusia memiliki martabat yang luhur. Selain memiliki martabat yang luhur, manusia juga memiliki berbagai kemampuan yang istimewa dibandingkan dengan ciptaan lainnya.”

Bertanggung jawab

Kemampuanku terbatas (Mrk 4:35-41) “Ada sikap positif yang dapat kita teladani dari para murid Yesus dalam menghadapi keterbatasan. Mereka tidak bersikap minder atau munafik, melainkan datang dan meminta pertolongan Tuhan Yesus. Belajar menerima diri sambil meyakini bahwa banyak orang yang memiliki keterbatasan, namun mereka bisa mencapai sukses besar dalam hidupnya. Hal itu membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk meraih sukses.”

Gaya hidup sehat

Syukur atas hidup (Luk 17 : 11-19) “....ia melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ia bersyukur kepada Allah karena melalui penyembuhan yang dialaminya, ia mampu merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan.”

33

Nilai Karakter Contoh Bahan Ajar

Kedisiplinan

Aku diciptakan baik adanya sebagai perempuan atau laki-laki (Kej 2 : 18-25) “Setiap laki-laki atau perempuan dipanggil untuk mengembangkan dirinya sebagai laki-laki dan sebagai perempuan menuju kesempurnaannya sebagaimana dikehendaki Allah.”

Kerja keras Kemampuanku terbatas (Mrk 4:35-41) “Ada sikap positif yang dapat kita teladani dari para murid Yesus dalam menghadapi keterbatasan. Mereka tidak bersikap minder atau munafik, melainkan datang dan meminta pertolongan Tuhan Yesus. Belajar menerima diri sambil meyakini bahwa banyak orang yang memiliki keterbatasan, namun mereka bisa mencapai sukses besar dalam hidupnya. Hal itu membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk meraih sukses.”

Percaya diri

Persahabatan sejati (Sir 6:5-17) “persahabatan sejati tidak dibangun demi kesenangan pribadi dan untuk waktu yang sesaat saja. Persahabatan sejati adalah persahabatan yang dilandasi iman akan Allah yang lebih dahulu mengasihi dan menjadi sahabat manusia.”

Berjiwa wirausaha

Syukur atas hidup (Luk 17 : 11-19) “....ia melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ia bersyukur kepada Allah karena melalui penyembuhan yang dialaminya, ia mampu merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan.”

Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Perempuan dan laki-laki sederajat (Mrk 15 : 21-28) “Kesederajatan antara perempuan dan laki-laki bukan soal presentase keterwakilan dalam pekerjaan, dalam tugas pemerintahan, dan sebagainya; tetapi lebih menyangkut pemberian kesempatan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri seluas-luasnya tanpa kekangan. Hal itu berarti memberi kemungkinan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan kreativitas demi pengembangan diri dan sesamanya.”

Kemandirian

Syukur atas hidup (Luk 17 : 11-19) “....ia melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ia bersyukur kepada Allah karena melalui penyembuhan yang dialaminya, ia mampu merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan.”

Keingintahuan

Perempuan dan laki-laki sederajat (Mrk 15 : 21-28) “Kesederajatan antara perempuan dan laki-laki bukan soal presentase keterwakilan dalam pekerjaan, dalam tugas pemerintahan, dan sebagainya; tetapi lebih menyangkut pemberian

34

kesempatan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri seluas-luasnya tanpa kekangan. Hal itu berarti memberi kemungkinan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan kreativitas demi pengembangan diri dan sesamanya.”

35

Nilai Karakter Contoh Bahan Ajar

Cinta ilmu Aku memiliki kemampuan tentang talenta (Mat 25:14-30) “Sebagai citra Allah, manusia memiliki martabat yang luhur. Selain memiliki martabat yang luhur, manusia juga memiliki berbagai kemampuan yang istimewa dibandingkan dengan ciptaan lainnya.”

Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Perempuan dan laki-laki sederajat (Mrk 15 : 21-28) “Kesederajatan antara perempuan dan laki-laki bukan soal presentase keterwakilan dalam pekerjaan, dalam tugas pemerintahan, dan sebagainya; tetapi lebih menyangkut pemberian kesempatan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri seluas-luasnya tanpa kekangan. Hal itu berarti memberi kemungkinan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan kreativitas demi pengembangan diri dan sesamanya.”

Kepatuhan pada aturan-aturan sosial

Syukur atas hidup (Luk 17 : 11-19) “....ia melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ia bersyukur kepada Allah karena melalui penyembuhan yang dialaminya, ia mampu merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan.”

Menghargai karya dan prestasi orang lain

Persahabatan sejati (Sir 6:5-17) “persahabatan sejati tidak dibangun demi kesenangan pribadi dan untuk waktu yang sesaat saja. Persahabatan sejati adalah persahabatan yang dilandasi iman akan Allah yang lebih dahulu mengasihi dan menjadi sahabat manusia.”

Kesantunan

Pacaran. Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikuti Yesus (Luk 14:28-34) “Memasuki masa remaja berarti memasuki relasi sosial yang lebih luas. Relasi yang tadinya terbatas pada teman sejenis, relasi itu sekarang mulai berkembang dan terarah pada ketertarikan pada lawan jenis. Semakin terasa adanya daya tarik dengan lawan jenis yang mengarah kepada hubungan yang khusus biasanya disebut pacaran.”

Kedemokratisan

Perempuan dan laki-laki sederajat (Mrk 15 : 21-28) “Kesederajatan antara perempuan dan laki-laki bukan soal presentase keterwakilan dalam pekerjaan, dalam tugas pemerintahan, dan sebagainya; tetapi lebih menyangkut pemberian kesempatan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri seluas-luasnya tanpa kekangan. Hal itu berarti memberi kemungkinan

36

yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan kreativitas demi pengembangan diri dan sesamanya.”

37

Nilai Karakter Contoh Bahan Ajar

Menghargai lingkungan

Martabat luhur sebagai citra Allah (Mzm 8:2-10) “Menyadari sebagai orang Kristiani sebagai citra Allah, kesadaran diri bahwa kita bermartabat sebagai citra Allah akan menuntun kita untuk hidup dan berperilaku dengan benar dan baik.”

Nasionalisme

Panggilan manusia sebagai citra Allah (Kej 1:26-30) “Manusia diciptakan sebagai citra Allah, tetapi ia juga dipanggil dan dituntut untuk semakin menjadi citra Allah. Menjadi citra Allah bukanlah hal yang sekali jadi, tetapi dinamis, harus terus diperjuangkan

Menghargai keberagaman

Seksualitas sebagai Anugerah Allah. Nasihat terhadap percabulan (1 Kor 6 : 13-20) “Seksualitas sering dimengerti secara sempit, seksualitas semata-mata dikaitkan dengan masalah-masalah “seks” antara pria dan wanita. Hal ini mendorong orang tidak lagi memandang seksualitas sebagai anugerah Allah yang luhur, tetapi sebagai objek kepuasan diri. Dorongan untuk memuaskan diri, akhirnya, membuat orang merendahkan arti dari seksualitas itu sendiri dan bersikap tidak bertanggung jawab terhadap keberadaan seksualitasnya. Sebenarnya segala aspek yang ada dalam seksualitas merupakan anugerah Allah yang suci. Tubuh/fisik yang kita miliki sebagai laki-laki atau perempuan adalah bagian dari seksualitas kita yang juga harus dihargai dan dihormati.”

38

DAFTAR PUSTAKA

A. Gustawan, SJ. 2010. Lectio Brevis Rektor. Keuskupan Agung Semarang.

Borba, Michele. (2008). Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi. Terj. oleh Lina Yusuf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Darmiyati Zuchdi. (2008). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta : Penerbit Grasindo.

Fraenkel, Jack R. (1977). How to Teach about Values: An Analytic Approach. Englewood Cliffs N.J.: Prentice-Hall.

Ignatius Suharyo. Pendidikan Kristiani. Keuskupan Agung Semarang.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas.

Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. (1999). Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.

Kirschenbaum, Howard. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia. 2007. Silabus Pendidikan Agama Katolik Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penerbit Kanisius.

Komisi Kateketik KWI. 2003. Persekutuan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama Katolik Untuk SMP. Buku Siswa. Penerbit Kanisius.

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books.

Nucci, Larry P. & Narvaez, D. (2008). Handbook of Moral and Character Education. New York: Routledge.

Panduan Guru Mata Pelajaran Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama. Kementrian Pendidikan Nasional.

39

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Tim Pendidikan Karakter. (2010). Grand Design Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendiknas.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

40

LAMPIRAN 1Contoh Lembar Uji Kompetensi

LEMBAR UJI KOMPETENSI PRAKTEK DOA

KELAS : VII (tujuh)TANGGAL PENILAIAN

:

STANDAR KOMPETENSI

: Memahami diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan agar dapat berelasi dengan sesama dan lingkungannya dengan meneladani Yesus Kristus yang mewartakan Bapa dan Kerajaan-Nya

KOMPETENSI DASAR: Menyadari kemampuan dan keterbatasan dirinya sehingga terpanggil untuk mensyukurinya.

NO NAMA SISWA

PERTEMUAN

PENILAIANBapa Kami

Aku

Percaya

Salam Maria

Kemuliaan

Terpujilah

Jumlah

skore

SKOR

5 5 5 5 5 251 Antonius 2 Bernardus 3 Carolus 4 Dyonisius5 Elisabeth 6 Fransisca 7 Gabriel 8 Heribertus 9 Ignatius 10 Jacko

Jumlah Bobot Skor

41

Keterangan:Bobot skorJumlah bobot skor (aspek yang dinilai: keseriusan, ketepatan kata, sopan santun dan kerapian). Jumlah maksimal skor 25

Satuan Bobot penilaian: Buruk Kurang Cukup Baik Sangat baik

........................., ............. 20...Kepala SMP……….. Guru Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Katolik

…………………………….. ………………………….NIP/NIK NIP/NIK

42

LAMPIRAN 2Contoh Lembar Uji Kompetensi

LEMBAR UJI KOMPETENSI PRAKTEK DOA

KELAS : VII (tujuh)TANGGAL PENILAIAN

:

STANDAR KOMPETENSI

: Memahami diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan agar dapat berelasi dengan sesama dan lingkungannya dengan meneladani Yesus Kristus yang mewartakan Bapa dan Kerajaan-Nya

KOMPETENSI DASAR: Menyadari kemampuan dan keterbatasan dirinya sehingga terpanggil untuk mensyukurinya.

NO NAMA SISWA

PERTEMUAN

PENILAIAN

Rosario

Novena

Doa

Syukur

Doa Permohonan

Doa Tobat

Jumlah

skore

SKOR

5 5 5 5 5 251 Antonius 2 Bernardus 3 Carolus 4 Dyonisius5 Elisabeth 6 Fransisca 7 Gabriel 8 Heribertus 9 Ignatius 10 Jacko

Jumlah Bobot Skor

43

Keterangan:Bobot skorJumlah bobot skor (aspek yang dinilai: keseriusan, ketepatan kata, sopan santun dan kerapian). Jumlah maksimal skor 25

Satuan Bobot penilaian: Buruk Kurang Cukup Baik Sangat baik

........................., ............. 20...Kepala SMP……….. Guru Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Katolik

…………………………….. ………………………….NIP/NIK NIP/NIK

44

LAMPIRAN 3Contoh Lembar Uji Kompetensi

LEMBAR UJI KOMPETENSI MEMBACA KITAB SUCI

KELAS : VII (tujuh)TANGGAL PENILAIAN

:

STANDAR KOMPETENSI

: Memahami diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan agar dapat berelasi dengan sesama dan lingkungannya dengan meneladani Yesus Kristus yang mewartakan Bapa dan Kerajaan-Nya

KOMPETENSI DASAR: Menyadari kemampuan dan keterbatasan dirinya sehingga terpanggil untuk mensyukurinya.

NO NAMA SISWA

PERTEMUAN

PENILAIAN

Injil Matius

Injil Markus

Injil Lukas

Injil

Yohanes

Kitab Perjanjian Lama

Jumlah

skore

SKOR

5 5 5 5 5 251 Antonius 2 Bernardus 3 Carolus 4 Dyonisius5 Elisabeth 6 Fransisca 7 Gabriel 8 Heribertus 9 Ignatius 10 Jacko

Jumlah Bobot Skor

45

Keterangan:Siswa diberi kesempatan memilih salah satu perikop dari Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes dan dari Kitab Suci Perjanjian LamaBobot skorJumlah bobot skor (aspek yang dinilai: keseriusan, ketepatan kata dalam pemenggalan kalimat, sopan santun dan kerapian). Jumlah maksimal skor 25

Satuan Bobot penilaian: Buruk Kurang Cukup Baik Sangat baik

........................., ............. 20...Kepala SMP……….. Guru Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Katolik

…………………………….. ………………………….NIP/NIK NIP/NIK

46

Lampiran 4UJI KOMPETENSI

PRAKTEK HIDUP BERAGAMA SELAMA BULAN MEI

“BULAN MARIA”

Berilah tanda contreng () pada setiap pelaksanaan kegiatan berikut ini :

No Nama KegiatanPelaksanaan

Nilai Perayaan Ekaristi

Ibadat Sabda

Doa Pribadi

Doa Bersama

1 Perayaan Ekaristi tiap Minggu

2 Pembukaan Bulan Maria

3 Rosario Bulan Maria

4 Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus

5 Hari Raya Pentakosta

6 Penutupan Bulan Maria

Total Nilai

Mengetahui ....................., ............................

Orang Tua / Wali Murid yang bersangkutan

........................................ ........................................

Kepala Sekolah Guru Pendidikan Agama Katolik

........................................ ........................................ NIP ........................................ NIP ........................................

Bobot skor :

Jumlah bobot skor (aspek yang dinilai: keseriusan, kejujuran, kereligiusan). Jumlah maksimal skor 100 Satuan Bobot penilaian: Buruk Kurang Cukup Baik Sangat baik

47

Lampiran 5UJI KOMPETENSI

PRAKTEK HIDUP BERAGAMA SELAMA BULAN ADVENT“MENYONGSONG NATAL”

Berilah tanda contreng () pada setiap pelaksanaan kegiatan berikut ini :

No Nama KegiatanPelaksanaan

Nilai Perayaan Ekaristi

Ibadat Sabda

Doa Pribadi

Doa Bersama

1 Perayaan Ekaristi tiap Minggu

2 Doa Pekan Advent 1

3 Doa Pekan Advent 2

4 Doa Pekan Advent 3

5 Doa Pekan Advent 4

6 Perayaan Natal

Total Nilai

Mengetahui ....................., ............................

Orang Tua / Wali Murid yang bersangkutan

........................................ ........................................

Kepala Sekolah Guru Pendidikan Agama Katolik

........................................ ........................................ NIP ........................................ NIP ........................................

Bobot skor :

Jumlah bobot skor (aspek yang dinilai: keseriusan, kejujuran, kereligiusan). Jumlah maksimal skor 100 Satuan Bobot penilaian: Buruk Kurang Cukup Baik Sangat baik

48

Lampiran 6UJI KOMPETENSI PRAKTEK HIDUP BERAGAMA

SELAMA MASA PRA PASKAH “MENYAMBUT PASKAH”

Berilah tanda contreng () pada setiap pelaksanaan kegiatan berikut ini :

No Nama KegiatanPelaksanaan

Nilai Perayaan Ekaristi

Ibadat Sabda

Doa Pribadi

Doa Bersama

1 Perayaan Ekaristi tiap Minggu 2 Hari Raya Rabu Abu 3 Renungan Pra Paskah Minggu 14 Renungan Pra Paskah Minggu 25 Renungan Pra Paskah Minggu 36 Renungan Pra Paskah Minggu 47 Renungan Pra Paskah Minggu 58 Perayaan Hari Raya Minggu

Palma9 Perayaan Hari Raya Kamis

Putih10 Perayaan Hari Raya Jumat

Agung “Wafat Isa Almasih” 11 Perayaan Paskah “Kebangkitan

Isa Almasih” Total Nilai

Mengetahui ....................., ............................ Orang Tua / Wali Murid yang bersangkutan

........................................ ........................................

Kepala Sekolah Guru Pendidikan Agama Katolik

........................................ ........................................ NIP ........................................ NIP ........................................

Bobot skor : Jumlah bobot skor (aspek yang dinilai: keseriusan, kejujuran, kereligiusan). Jumlah maksimal skor 100 Satuan Bobot penilaian: Buruk Kurang Cukup Baik Sangat baik

49

Lampiran 7UJI KOMPETENSI

PRAKTEK HIDUP BERAGAMA REFLEKSI HIDUP HARIAN

Berilah tanda contreng () pada setiap pelaksanaan kegiatan berikut ini :

No Nama Kegiatan Ya Tidak

1 Bimbingan rohani 2 Perayaan liturgi ekaristi 3 Sakramen-sakramen lainnya 4 Ibadat harian 5 Ibadat renungan 6 Doa lisan 7 Doa batin8 Doa baca9 Sadana 10 Meditasi 11 Kontemplasi 12 Visitasi / kunjungan sakramen mahakudus 13 Pujian / salve / astute / adorasi pribadi 14 Devosi-devosi St. Perawan Maria 15 Devosi-devosi Santo-Santa16 Candi Hati Kudus Yesus, Ganjuran 17 Gua Maria Kerep, Ambarawa 18 Gua Maria Sendangsana 19 Ziarah Kerkof Muntilan / Mendut 20 Refleksi / rekoleksi / retret

Total Nilai

Mengetahui ....................., ............................ Orang Tua / Wali Murid yang bersangkutan

........................................ ........................................Kepala Sekolah Guru Pendidikan Agama Katolik

........................................ ........................................ NIP ........................................ NIP ........................................

Bobot skor : Jumlah bobot skor (aspek yang dinilai: keseriusan, kejujuran, kereligiusan). Jumlah maksimal skor 100 Satuan Bobot penilaian: Buruk Kurang Cukup Baik Sangat baikLAMPIRAN 8

50

Contoh Lembar Pengamatan Kelas LEMBAR PENGAMATAN KELAS

KELAS : VII (tujuh)TANGGAL PENILAIAN

:

STANDAR KOMPETENSI

: Memahami diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan agar dapat berelasi dengan sesama dan lingkungannya dengan meneladani Yesus Kristus yang mewartakan Bapa dan Kerajaan-Nya

KOMPETENSI DASAR: Memahami dan menyadari bahwa pribadinya diciptakan sebagai citra Allah yang tumbuh dan

berkembang bersama orang lain

NO NAMA SISWA

PERTEMUAN

PENILAIAN

Keseriusan

Kerjasama

kedisipilinan

Sopan santun

kerapian

Jumlah skore

SKOR

5 5 5 5 5 251 Antonius 2 Bernardus 3 Carolus 4 Dyonisius5 Elisabeth 6 Fransisca 7 Gabriel 8 Heribertus 9 Ignatius 10 Jacko

Jumlah Bobot Skor

Keterangan:

51

Bobot skorJumlah bobot skor (aspek yang dinilai: keseriusan, kerjasama, kedisiplinan, sopan santun dan kerapian). Jumlah maksimal skor 25

Satuan Bobot penilaian: Buruk Kurang Cukup Baik Sangat baik

........................., ............. 20...Kepala SMP……….. Guru Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Katolik

…………………………….. ………………………….NIP/NIK NIP/NIK

52