library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1DOC/2012-2... · Web viewBerdasarkan...

15
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok dan menyediakan fasilitas bagi penggunanya sehingga tidak perlu keluar kawasan tersebut. Seperti halnya pada tapak penelitian ini yang berada di jl.Cinere Raya nomor 1A Limo-Depok 16514, kawasan ini akan di kembangkan oleh PT.Megapolitan Developments. Lahan seluas 15 HA ini akan di desain menjadi sebuah masterplan kawasan superblock di beri nama Centro Cinere, di dalam kawasan superblock ini nantinya akan terdapat beberapa fungsi seperti apartemen, office, hotel, dan pusat perbelanjaan . Tapak yang di gunakan oleh penulis memiliki fungsi apartement dan pusat perbelanjaan , lokasi persisnya terdapat pada gambar masterplan yang di beri warna kuning. 1

Transcript of library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1DOC/2012-2... · Web viewBerdasarkan...

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi

kawasan superblok dan menyediakan fasilitas bagi penggunanya sehingga tidak perlu

keluar kawasan tersebut. Seperti halnya pada tapak penelitian ini yang berada di

jl.Cinere Raya nomor 1A Limo-Depok 16514, kawasan ini akan di kembangkan oleh

PT.Megapolitan Developments. Lahan seluas 15 HA ini akan di desain menjadi

sebuah masterplan kawasan superblock di beri nama Centro Cinere, di dalam

kawasan superblock ini nantinya akan terdapat beberapa fungsi seperti apartemen,

office, hotel, dan pusat perbelanjaan . Tapak yang di gunakan oleh penulis memiliki

fungsi apartement dan pusat perbelanjaan , lokasi persisnya terdapat pada gambar

masterplan yang di beri warna kuning.

Gambar 1.1 Area Masterplan Centro Cinere (2013)Sumber: Google Maps dan hasil olahan pribadi

1

2

Gambar 1.1 Masterplan Centro Cinere (2013)Sumber: http://cinerebellevuesuites.com

Latar Belakang Fungsi

Seiring dengan semakin berkembangnya perkotaan khususnya di Jakarta bila di

tinjau dari bidang ekonomi, menimbulkan dampak kepadatan penduduk yang berasal

dari meningkatnya angka urbanisasi dikarenakan banyak yang ingin mengadu nasib

di kota. Banyaknya masyarakat yang pindah ke kota, menyebabkan populasi

penduduk di Jakarta menjadi padat dan kebutuhan akan tempat tinggal pun menjadi

suatu permasalahan dengan lahan yang terbatas di Jakarta.

Menyikapi permasalahan di atas, maka timbul pemecahan yaitu membuat suatu

hunian yang dibuat secara vertikal yang kemudian dikenal dengan nama Apartemen.

Seiring perkembangan gaya hidup di kota maka, apartemen pun lambat laun

digabungkan dengan fungsi lain seperti kantor atau pertokoan (Akmal, 2007).

Konsep penggabungan tersebut yang dikenal dengan nama mixed use karena

dianggap selain mengatasi masalah keterbatasan lahan, juga dipercaya dapa

3

mengurangi kemacetan dikarenakan penghuni apartemen tidak perlu pergi ke tempat

lain untuk berbelanja maupun bekerja.

1.1.2 Latar Belakang Tapak

Gambar 1.2Letak tapak (2013)Sumber: Google Maps dan Hasil Olahan Pribadi

Tapak berukuran 9983 m2 dengan garis sempadan bangunan (GSB) 15m, koefisien

luas bangunan (KLB) 6 = 59.898 m2 , luas total yang boleh di bangun (KDB) 5989

m2 dan ketinggian maksimal 18 lantai akan di buat high rise apartement yang terdiri

atas 18 lantai dengan fasilitas pendukung yaitu pusat perbelanjaan berupa

Departement Store yang didesain untuk memenuhi kebutuhan penghuni. Untuk

hunian vertikal seperti apartemen, kenyamanan merupakan hal yang sangat penting

bagi penghuni. Bila di lihat dari segi arsitektur bukaan merupakan hal yang perlu di

perhatikan, penulis mengambil fungsi yang tergolong penting pada proyek ini yaitu

unit kamar pada apartemen. Oleh karena itu bukaan sangat berpengaruh terhadap

sinar matahari yang masuk.

4

1.1.3 Latar Belakang Sun Shading

Sinar matahari merupakan satu elemen dalam kehidupan manusia selain

memberikan pencahayaan juga terbukti memiliki efek yang positif bagi kesehatan

manusia. Akan tetapi, dalam dunia arsitektur cahaya matahari yang berlebih juga

dapat mengganggu kenyamanan thermal dan mengganggu kenyamanan visual (silau)

(Kensek 2011). Oleh karena itu dibutuhkan suatu bentuk penahan sinar matahari

pada bukaan yang mampu mengontrol sinar matahari yang masuk ke dalam

bangunan yang di sebut sun shading (Olgyay , 195.).Secara astronomis Indonesia

terletak diantara 6° LU dan 11° LS. Berdasarkan letak astronomis tersebut, Indonesia

termasuk kedalam daerah tropis dan mempunyai suhu rata-rata umumnya dapat

mencapai 35°c (Talarosha 2005). Berdasarkan kutipan teori tersebut di lakukanlah

analisa pada bentuk massa bangunan di tapak yang berhubungan dengan suhu,

pencahayaan matahari dan radiasi matahari. Dari hasil analisa tersebut di dapatkan

kesimpulan akhir bahwa radiasi sinar matahari pada tapak mencapai 70Wh/m2,

pencahayaan mencapai +3000 lux, dan temperatur mencapai 30°C. Berdasarkan data

NASA tentang iklim pada tapak, diketahui suhu nyaman pada tapak yaitu antara

21.52°C -28.3°C, hasil analisa menunjukan bahwa suhu pada tapak melewati batas

nyaman. Berdasarkan dari hasil analisa tersebut maka dibutuhkan sesuatu untuk

mereduksi panas, salah satu pemecahannya adalah dengan penggunaan sun shading

sehingga rambatan panas tidak langsung menyentuh dinding unit apartemen.

1.1.4 Latar Belakang Kinetis Sun Shading

Dewasa ini perkembangan arsitektur pada era modern ini sangat pesat, seperti

banyak yang menggabungkan arsitektur dengan teknologi canggih, contohnya adalah

kinetic sun shading. Desain sun shading dengan penambahan mekanisme penggerak

dapat dianggap sebagai solusi gabungan dari arsitektur dan situasi siang hari

(daylight) untuk mengoptimalkan fungsi dari sun shading sehingga sinar matahari

yang masuk ke dalam bangunan dapat terkontrol dengan optimal (Wei 2009). Pada

penelitian ini kinetic sun shading memiliki acuan bergerak berdasarkan perubahan

letak matahari yang menyinari bangunan, pada penelitian ini pergerakan matahari

hanya diambil pada titik titik ekstrim, di harapkan pergerakannya dapat

mengoptimalkan kinerja sun shading, lalu untuk waktu bergerakannya dapat diatur

5

sendiri oleh penggunanya dalam rangka meningkatkan kinerja fungsinya (Wigginton

2002). Untuk mekanisme cara bergerak penulis berencana untuk memakai

mekanisme penggerak otomatis (motor).

1.2 Masalah Isu Pokok

Berdasarkan latar belakang pada tapak, muncul masalah tentang kenaikan

suhu yang melewati batas nyaman sehingga di butuhkan solusi untuk mereduksi

panas, salah satunya dengan menggunakan sun shading, menurut Wei (2009) dalam

master thesis nya parameter yang digunakan dalam mendesain sun shading yaitu

HSA dan VSA. HSA dan VSA bisa didapatkan dengan analisa terlebih dahulu

terhadap massa bangunan pada tapak dengan orientasi matahari. Massa bangunan

yang dibuat pada tapak terbentuk berdasarkan regulasi tapak setempat.

Gambar 1.3 Gubahan Massa BangunanSumber: Hasil Olahan Pribadi

Massa bangunan yang terbentuk ini akan digunakan sebagai model untuk

disimulasikan dengan menggunakan software ecotect. Hal ini dilakukan guna

mencari area mana saja yang krusial pada tapak yang membutuhkan sun shading

dengan menganalisis solar radiation pada massa bangunan. Untuk memastikan

simulasi yang di lakukan akurat berdasarkan letak tapak maka harus mesaukan data

letak geografisnya yang berada pada -6.317º (latitude) dan 106.783º (longitude).

Analisa akan dilakukan pada setiap sisi bangunan, berikut adalah penamaan pada tiap

sisi:

6

Gambar 1.4 Tapak Atas Massa BangunanSumber: Olahan Pribadi

Setelah mendapatkan HSA dan VSA maka di lanjutkan dengan menganalisa panjang

dari sun shading untuk mendapatkan batas terpanjang pada setiap sisi dari massa

bangunan untuk menjadi tolak ukur gerak kinetis yang acuannya pada pergerakan

matahari.

1.3 Formulasi Masalah

Penggunaan sun shading merupakan suatu elemen penting pada bangunan,

terutama pada bangunan tropis dimana suhu rata-rata tinggi menjadi masalah pada

bukaan. Oleh karena itu, penrancangansun shading haruslah menjadi bahan

pertimbangan saat merancang bangunan (Tzempelikos, 2005). Untuk itu

pengoptimalan sun shading diperlukan untuk menghasilkan sun shading yang efektif,

salah satu caranya dengan membuat kinetic sun shading. Dalam penelitian ini, akan

dilakukan analisa terhadap bentuk sun shading dengan HSA (Horizontal Shadow

Angle) dan VSA (Vertical Shadow Angle), lalu analisa batas pergerakan sun shading

terhadap pergerakan matahari. Berikut adalah target yang akan dicapai dalam

penelitian ini:

21

3

45

6

7

Mencari orientasi bentuk massa bangunan yang terbaik berdasarkan

pergerakan matahari pada tapak.

Mencari bentuk sun shading yang sesuai dengan pergerakan serta orientasi

matahari yang ada pada tapak.

Menentukan batas pergerakan kinetic sun shading berdasarkan pergerakan

matahari yang diambil pada titik ekstrim.

1.4 Ruang Lingkup

Objek penelitian penyusun yaitu merancang apartemen high rise dengan

fungsi penunjang Departement store dengan topik penerapan sirip penangkal sinar

matahari kinetis, penelitian ini bersifat kualitatif. Adapun variabel yang akan di teliti

oleh penyusun adalah mengoptimalkan pergerakan kinetic sun shading untuk

meningkatkan efektifitas sun shading pada objek desain, sample penelitian di ambil

pada fungsi yang tergolong penting yaitu unit pada apartemen dan, sample ini di

ambil berdasarkan kebutuhan ruangan yang memerlukan sinar matahari.

Mengoptimalkan pergerakan kinetic sun shading untuk menutupi solar window yang

dimaksud adalah merancang kinetic sun shading dengan menitik beratkan penelitian

pada pergerakan sun shading yang berdasarkan pada pergerakan matahari dan

kebutuhan penggunanya. Hasil akhir penelitian ini berupa simulasi pergerakan

kinetic sun shading yang dapat menutipi solar window sehingga lebih optimal dan

efektif di bandingkan dengan passive sun shading.

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan penelitian ini adalah untuk merancang apartemen dengan

fasilitas penunjang pusat perbelanjaan dengan memperhatikan orientasi matahari

8

serta iklim pada site yang yang akan dijadikan parameter sebagai perancangan sun

shading. Untuk mencapai maksud tersebut maka, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui keadaan kontekstual pada tapak sehingga dapat mengetahui masalah-

masalah yang ada pada tapak serta penyelesaiannya.

2. Mengetahui penerapan sun shading yang sesuai dan memberikan penambahan

mekanisme bergerak dalam rangka mengoptimalkan kinerja sun shading agar

lebih efektif .

3. Menerapkan kinetic sun shading tersebut pada bangunan apartemen sesuai dengan

hasil analisa yang telah diperoleh

1.6 Kerangka Berfikir

Bab 1

1.Latarbelakang

belakang tentang

tapak

2.Latarbelakang

penggunaan sun

shading berdasarkan

tapak

3.Perkembangan

konsep sun shading

4. Hubungan

fungsi dengan

kinetic sun

shading

Bab 2

5.Teori daylighting

dan sun shading

6.Teori Adaptive

Architecture

7. Mendesain sun

shading dengan

menggunakan

analisis software

8. Studi proyek

sejenis / tema

sejenis

9

Bab 3

9. Pengumpulan semua

data pendukung untuk

melakukan penelitian

10. Menentukan parameter

untuk mendesain sun

shading

11. Menentukan tahap-

tahap dan urutan untuk

melakukan penelitian

Bab 4

12.

Menganalisis

bentuk massa

bangunan

terhadap fungsi

bangunan dan

radiasi sinar

matahari

13.

Menganalisis

bentuk sun

shading

terhadap radiasi

sinar matahari

14.

Mensimulasikan

penerapan sun

shading pada

massa bangunan

terhadap orbit

matahari dalam

kurun waktu 1

tahun

15.

Menganalisis

arah kinetis

sun shading

terhadap

langkah 14

16.

Penerapan

mekanisme

penggerak

pada sun

shading

17. Mensimulasikan

penerapan kinetic sun

shading pada massa

bangunan terhadap orbit

matahari dalam kurun

waktu 1 tahun.

Bab 5

18. Menyimpulkan hasil dari penerapan 19. Memberikan saran bagi yang ingin

10

kinetic sun shading terhadap objek

desain

melanjutkan penelitian ini

1.6 Tinjauan Pustaka

Generative Sun Shade Design (ren wei, Germany, 2009.)

Isi dari jurnal di atas adalah menerangkan bagaimana cara mendesain sun

shading dari mulai elemen apa saja yang di perhatikan supaya penggunaan sun

shading lebih akurat dan optimal sampai bagai mana cara mensimulasikannya. Pada

jurnal ini juga di bahas beberapa perkembangan sun shading design dengan contoh

kasus bangunan yang sudah terbangun seperti “esplanade theatre” yang

menggunakan reactive sun shading dimana sun shading bereaksi terhadap

pergerakan matahari di jelaskan di dalam jurnal ini. Lalu terdapat statement yang

penting menurut penyusun yaitu :

Sun shade design can be regarded as combined solution from architecture and

daylight situation.

Statement ini menjelaskan bahwa desain sun shading merupakan sebuah solusi dari

arsitektur dan situasi siang hari (daylight)

Kesimpulannya dari jurnal ini adalah sunshading merupakan sebuah solusi untuk

memecahkan masalah terhadap sinar matahari berlebih yang memberikan dampak

kenaikan suhu dan mengganggu kenyamanan visual (silau). Selain itu jurnal ini

memberikan edukasi tentang cara mendesain sun shading yang baik dan memberikan

edukasi tentang perkembangan sun shading di dunia dengan cara mengambil kasus

pada bangunan yang sudah terbangun