PENGARUH KONSENTRASI POC NASA DAN PUPUK SKRIPSI …
Transcript of PENGARUH KONSENTRASI POC NASA DAN PUPUK SKRIPSI …
PENGARUH KONSENTRASI POC NASA DAN PUPUKKANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA
PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH(Capsicum annum L.)
SKRIPSI
YUSNI FITRA07C10407176
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT2013
1
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman perdu dari famili terung-
terungan, tumbuhan semak dan tumbuhan kerdil. Secara umum buah cabai
mempunyai banyak kandungan gizi yang kaya vitamin C, sering di manfaatkan
sebagai bahan campuran makanan, obat-obatan dan peternakan. Selain itu, cabai
mengandung semacam minyak atsiri yang dapat dimanfaatkan untuk
menggantikan fungsi minyak kayu putih. Selain kegunaan tersebut cabai dapat
dijadikan sebagai bahan obat penenang, bahkan dapat menyembuhkan radang
akibat udara dingin (Setiadi, 2006).
Cabai yang memiliki nama botani capsicum annum dalam klasifikasi
tumbuhan, termasuk dalam famili Solanaceae. Tanaman cabai berasal dari
Amerika Tengah dan Amerika Selatan dan beratus tahun sebelum Columbus
mendarat di Benua Amerika, sudah banyak spesies cabai yang dibudidayakan
masyarakat. Tanaman cabai mulai menyebar ke Eropa dan Asia tahun 1500-an
(Wahyudi, 2011).
Cabai saat ini merupakan salah satu komuditi hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi. Apabila dilihat dari rata-rata produksi cabai di Indonesia pada
tahun 2010 adalah sebesar 1.262 ton dengan luas panen cabai sebesar 229 hektar,
dan rata‐rata produktivitas 5,51 ton per hektar. Dibandingkan tahun 2011, terjadi
penurunan produksi sebesar 796 ton (170,82 persen). Penurunan ini disebabkan
produktivitas sebesar 3,13 ton per hektar (131,51 persen) sementara luas panen
2
terjadi peningkatan sebesar 33 hektar (16,84 persen) dibandingkan tahun 2010
(Wahyudi, 2011).
Rendahnya produksi tanaman cabai dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain penggunaan kultivar yang peka terhadap penyakit, teknik bercocok
tanan yang kurang tepat dan keadaan lingkungan yang tidak menunjang
pertumbuhan tanaman secara optimal (Wahyudi, 2011).
Selain itu, rendahnya produksi tanaman cabai disebabkan oleh tingkat
kesuburan tanah yang rendah akibat penggunaan pupuk kimia, juga disebabkan
oleh rendahnya intensitas karena kebutuhan air tidak tersedia sepanjang tahun
(Djuniwati, 2003 dalam Idris, 2008).
Salah satu upaya meningkatkan produktivitas tanaman cabai, maka perlu
usaha pemakaian pupuk sebagai sumber hara. Hal ini disebabkan pemupukan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Salah satu
ketersediaan unsur hara dalam tanah dan pada tanaman dapat dilakukan dengan
cara pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun (Lingga dan
Massono, 2001).
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam prinsip pengaplikasi
pupuk melalui daun adalah konsentrasi pemberian pupuk. Pemupukan melalui
daun dengan konsentrasi yang tepat akan menentukan manfaat dari pupuk daun
tersebut. Apabila konsentrasi pupuk kurang atau berlebihan dari konsentrasi
anjuran maka pertumbuhan tanaman kemungkinan akan semakin buruk (Lingga,
1999).
Selain pemupukan, upaya meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai dapat juga dilakukan dengan cara memperbaiki sifat fisik, kimia,
3
maupun biologis tanah. Salah satu upaya memperbaikinya dapat dilakukan
penambahan pupuk kandang yang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi
kotoran padat dan cair (urin) hewan ternak yang dapat digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik (pupuk kandang)
mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman (Sanjaya, 2004).
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman maupun hewan yang dapat dirombak menjadi hara dan tersedia bagi
tanaman. Pupuk organik terdiri dari keseluruhan bahan organik yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat maupun cair (Anonymous, 2011).
Dengan memperhitungkan generasi mendatang, maka pemupukan organik
menghasilkan interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan,
manusia, ekosistem, dan lingkungan. Dengan demikian pemupukan dengan bahan
organik merupakan suatu gerakan kembali ke alam (Susanto, 2002).
Dari penjelasan diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
konsentrasi POC Nasa dan Dosis Pupuk Kandang yang tepat agar mendapatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman terutama pada tanaman cabai.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi POC
Nasa dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
cabai, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
4
3. Hipotesis
1. Kosentrasi POC Nasa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai.
2. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai.
3. Terdapat interaksi antara Kosentrasi POC Nasa dan dosis pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Cabai
Menurut Setiadi (2006) klasifikasi botani tanaman cabai adalah sebagai
berikut:
Kingdom : plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
2.2 Morfologi Tanaman Cabai
2.2.1 Akar
Akar tanaman cabai berbentuk serabut yang menyebar dan dapat
berkembang didalam tanah dengan kedalaman 10 – 15 cm. Akar-akar tersebut
memiliki banyak cabang dan rambut-rambut akar yang banyak berada di
permukaan tanah. Tudung akar tanaman cabai hanya mampu menembus tanah
pada kedalaman 25-40 cm (Suparman, 2006).
2.2.2 Batang
Batang tanaman cabai tegak dengan tinggi 50-100 cm dan sedikit
mengandung kayu, kayu terutama terdapat pada batang inti dekat dengan
permukaan tanah (Setiadi, 2006).
6
2.2.3 Daun
Daun cabai berbentuk lonjong dengan bagian ujung meruncing, panjang
daun sekitar 4-8 cm dan lebar daun 2-4 cm. khususnya pada tanaman cabai rawit
bentuk daunnya agak bulat dan bagian ujung daunnya meruncing (Amin, 2007).
2.2.4 Bunga
Bunga tanaman cabai berada disela-sela cabang ranting atau batang
dengan posisi menggantung. Mahkota bunganya berwarna putih dan memiliki 4-6
kelopak bunga, panjang bunga 1-1,5 cm, lebar bunga sekitar 0,5 cm dan panjang
tangkai bunga sekitar 1-2 cm. Tangkai putik berwarna putih terkadang agak ungu
dengan pajang sekitar 0,5 cm. warna kepala putik kuning kehijau-hiajuan. Tangkai
berwarna putih agak ungu, tetapi pada bagian yang dekat dengan kepala sari ada
bercak kecoklat-coklatan panjang tangkai sari sekitar 0,5 cm dan kepala sari
berwarna ungu atau biru muda (Prajnanta, 2002).
2.2.5 Buah
Buah cabai berbentuk bulat lonjong dengan ujungnya meruncing dan
panjang buah cabai merah keriting sekitar 16-18 cm dengan diameter 0,5-1 cm.
buah yang masih muda warnanya hijau, sedangkan setelah masak atau tua
buahnya berwarna merah bahkan merah kehitam-hitaman (Prajnanta, 2002).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
2.3.1 Ketinggian Tempat dan Iklim
Secara umum tanaman cabai dapat tumbuh di dataran rendah maupun
dataran tinggi kurang dari 2000 meter dari pemukaan laut (dpl), dan pada saat
musim kemarau maupun musim penghujan, dengan tempartur yang baik untuk
7
tanaman cabai sekitar 240C – 270C dengan intensitas curah hujan berkisar 90-120
mm/bulan (Setiadi,2006).
Suhu yang optimal pertumbuhan cabai besar berkisar antara 21 – 250C ,
untuk fase pembungaan dibutuhkan suhu antara 18,3-26,70C. (Widodo, 2004).
2.3.2 Tanah
Tanah yang baik untuk tanaman cabai adalah lempung, lempung berpasir,
dan lempung berliat, dan juga memiliki bahan organik tinggi agar tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan optimal. Keasaman tanah (PH) 5,5 - 6,5. Apabila
PH tanah kurang dari 5,5 maka harus melakukan pengapuran, jika tidak akan
menghasilkan produksi yang sedikit atau tidak optimum (wahyudi, 2011).
Tekstur dan struktur tanah pada budidaya tanaman cabai sangat
mempengaruhi semua sifat fisik tanah, seperti daya serap air, peredaran udara,
temperatur dalam tanah dan mengandung banyak bahan organik. Jika bahan
organik rendah, maka dapat pemberian pupuk bokasi atau pupuk kandang. Bila
tidak menambahkannya kemungkinan besar produksi tanaman cabai tidak
maksimal (wahyudi, 2011).
2.4 POC Nasa
POC Nasa merupakan bahan organik murni berbentuk cair dari limbah
ternak dan unggas, limbah alam dan tanaman, beberapa jenis tanaman tertentu
serta “bumbu-bumbu/zat-zat alami tertentu” yang di proses secara alamiah.
POC Nasa berfunsi multiguna yaitu selain dipergunakan untuk semua jenis
tanaman pangan (padi, palawija dll) hortikultura (sayuran, buah, bunga) dan
tahunan (coklat, kelapa sawit) juga untuk ternak/unggas dan ikan/udang.
Kandungan unsur hara mikro dalam 1 liter POC Nasa mempunyai fungsi setara
8
dengan kandungan unsur hara mikro 1 ton pupuk kandang. Kandungan yang
dimiliki POC Nasa berangsur-angsur akan memperbaiki konsistensi (kegemburan)
tanah yang keras serta melarutkan SP-36 dengan cepat. Kandungan hormon/zat
pangatur tumbuh (Auxin, Gibrerelin dan Sitokinin) akan mempercepat
perkecambahan biji, pertumbuhan akar, perbanyak umbi, fase
vegetatif/pertumbuhan tanaman serta memperbanyak dan mengurangi kerontokan
bunga dan buah. Aroma khas POC Nasa akan mengurangi serangan hama (insek).
POC Nasa akan memacu perbanyakan senyawa untuk meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan penyakit. Jika serangan hama penyakit melebihi
ambang batas pestisida tetap digunakan secara bijaksana POC Nasa hanya
mengurangi serangan hama penyakit bukan untuk menghilangkan sama sekali
(Anonymus, 2010).
Kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair POC Nasa adalah N,
P2O5, K2O ± 0,18 %, C organik lebih dari 4 % zn 41,04 ppm, Cu 8,43 ppm, Mn
2,42 ppm, Co 2,54 ppm, Fe 0,45 ppm, S 0,12 %, Ca 60,40 ppm, Mg 16,88 ppm,
Cl 0,29 %, Na 0,15 %, B 60,84 ppm, Si 0,01 %, Al 6,38 ppm, NaCl 0.98 %, Se
0,11 ppm, Cr < 0,06 ppm, Mo < 0,2 ppm, V <0,04 ppm, So4 o,35 %, pH 7,9. C/N
ratio 76,67 %, Lemak 0,44 %, Protein 0,72 %, Pupuk organik cair (POC) Nasa
adalah pupuk organik cair hasil penemuan yang luar biasa dalam dunia pertanian.
Berdasarkan penelitian pupuk organik POC Nasa dapat memenuhi nutrisi pada
tanaman antara lain : Unsur hara makro dan mikro, zat pengatur tumbuh serta
mikro organisme tanah. Pupuk POC Nasa sangat cocok untuk berbagai jenis
tanaman seperti, sayuran, Buah-buahan, tanaman hias, padi, palawija, dan lain-
9
lain dalam membantu proses potosintesis tanaman, sehingga proses pematangan
buah sempurna.
Dosis yang dianjurkan dalam pengaplikasian POC Nasa1-2 cc/liter air.
Dosis ini diambil dari lebel pada kemasan POC Nasa tersebut.
Manfaat dan keunggulan POC Nasa adalah :
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman serta kelestarian
lingkungan/tanah.
2) Menggemburkan tanah yang dulunya keras
3) Melarutkan sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tanaman
4) Memberikan semua jenis unsur makro dan unsur mikro lengkap bagi
tanaman
5) Dapat mengurangi jumlah penggunaan Urea, Sp-36, dan KCl ± 12,5 %, -
25 %.
6) Setiap 1 liter POC Nasa memiliki fungsi unsur hara mikro setara dengan 1
ton pupuk kandang
7) Memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan
serta mengurangi kerontokan bunga dan buah
8) Membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi
tanaman
9) Membantu mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit tanaman
2.5 Pupuk Kandang
Pemberian pupuk kandang pada tanaman cabai sangatlah baik, yang
penting pupuk telah matang. karena pupuk kandang yang belum matang akan
10
berbahaya bagi tanaman, karena masih mengeluarkan gas-gas dalam proses
dekomposisi (Prajnanta, 2008).
Pupuk organik merupakan hasil pelapukan sisa-sisa mahkluk hidup,
seperti tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik merupakan pupuk lengkap
yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro meskipun dalam
jumlah sedikit. Walaupun demikian, pupuk organik lebih unggul dibandingkan
dengan pupuk anorganik, antara lain dapat memperbaiki struktur tanah,
menggemburkan tanah, menaikan daya serap terhadap air, meningkatkan kondisi
kehidupan di dalam tanah (Jasad renik pengurai) dan memberikan sumber
makanan bagi tanaman (Musmanar, 2006).
Pupuk organik merupakan salah satu pendukung terwujudnya pertanian
organik. Secara umum pertanian organik dibagi menjadi dua yaitu pertanian
dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, pertanian organik merupakan
pola pertanian yang bebas dari penggunaan bahan-bahan kimia, mulai dari
perlakuan benih, penggunaan pupuk, pestisida dan perlakuan hasil. Sedangkan
pengertian pertanian dalam arti luas adalah pendekatan pertanian berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan melalui pemupukan berimbang dan penentuan
ambang batas pengendalian organisme pengganggu tanaman (Musmanar, 2006).
Dosis anjuran pupuk kandang untuk tanaman cabai merah adalah 20-30
ton perhektar untuk mendapatkan hasil cabai yang optimal (Santika, 2008).
2.6 Peran Unsur Hara pada Tanaman
1. Peran Unsur N (Nitrogen)
Unsur nitrogen (N) bagi tanaman guna untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan juga berfungsi untuk sintesa
11
asam amino dan protein dalam tanaman selain itu juga merangsang
pertumbuhan vegetatif serta merupakan pembentukan klorofil yang
mempengaruhi zat hijau daun. Unsur nitrogen (N) yang disuplai oleh urea
NH4 dan CO2 adanya unsur lain yang terdapat didalamnya lebih bersifat
sebagai pengikat (Denidi, 2007).
2. Peran Unsur Phospat (P)
Unsur phospat berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme
dalam tanaman dan juga merangsang pembungaan dan pembuahan. Selain itu
juga merangsang pertumbuhan akar, pembentukan biji, pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel. (Anonymous, 2010). Phospat
merupakan hara tanaman esensial dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion
anorganik : H2PO4 dan HPO 4 2. Phospat diperlukan dalam perkembangan
akar, untuk mempertahankan vigor tanaman, untuk pembentukan benih, dan
pengontrolan kematangan tanaman. Phospat juga merupakan komponen
esensial yang bersama-sama memerankan bagian penting dalam fotosintesis
dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phospat juga
merupakan bagian esensial dari asam nukleat. (Denidi, 2007).
3. Peran Unsur Kalium (K)
Unsur kalium (K) Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan
hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air yang disuplai oleh KCl atau
kalium sulfat (KNO3). Kalium juga meningkatkan daya tahan/kekebalan
tanaman terhadap penyakit (Denidi, 2007).
12
2.7 Mekanisme Penyerapan Unsur Hara
2.7.1 Penyerapan Melalui Akar
Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah umumnya dalam bentuk
ion yang diabsorbsi oleh akar. Gerakan unsur hara di dalam tanah menuju
permukaan akar bersama-sama gerakan masa air. Gerakan air dalam tanah menuju
ke permukaan akar tanaman berlangsung terus menerus karena air terus di serap
oleh tanaman dan menguap melalui proses transpirasi (Hardjowigeno, 2007).
Selain itu tanaman menyerap ion dari sekitar bulu-bulu akar sehingga
kadar air disekitar akar rendah. Terjadinya perpindahan ion disebabkan kosentrasi
ion disekitar bulu akar rendah kerena terus diserap oleh akar yang terus ke daun
dan bagian tanaman lainnya. Pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya
diserap oleh akar tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah misalnya unsur P
difiksasi oleh Al, Fe atau Ca dan unsur K difiksasi oleh mineral liat dan
sebagainya tercuci bersama air atau tererosi bersama butir-butir tanah (Hakim at
all., 1986).
2.7.2 Penyerapan Melalui Daun
Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata dan
dikhususkan pada unsur-unsur hara makro yang berwujud gas, seperti C, O, N,
dan S. Pada tanaman stomata merupakan tempat pertukaran gas CO2 dan O2
dengan atmosfer. Hara tanaman dalam bentuk gas seperti SO2, NH3, dan NO2
dapat masuk lewat dun terutama lewat stomata (Harjadi, 1996).
Unsur hara yang masuk ke dalam tanaman kerena adanya proses difusi dan
osmosis melalui lubang stomata. Proses membuka dan menutupnya stomata di
atur oleh turgor dan mekanisme absorbsi unsur hara dimulai dengan proses
13
difusimelalui stomata dengan bantuan kultikula. Sedangkan protoplasma akan
membantu transportasi secara pasif kesemua tubuh tanaman (Dwijosapoetro,
1995).
14
III. BAHAN DA METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Ranto Panyang Timur Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat mulai dilaksanakan dari 28 Januari sampai 17
Mei 2012.
3.2. Bahan Dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan varietas Laris
dengan tinggi tanaman 100-120 cm dan produksi 12 ton/ha. Benih ini
diproduksi oleh PT. East West Seed Indonesia.
b. Pupuk Kandang
Pupuk kandang yang digunakan adalah Kotoran Sapi yang sudah
terdekomposisi dengan sempurna. Pupuk kandang akan diambil di Desa
Peunaga Cut Ujong Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
c. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah POC Nasa
yang merupakan pupuk organik cair lengkap.
d. Pupuk Dasar
Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, SP36
dan KCl) dengan takaran dosis antara lain, Urea 150 kg/ha, Sp36 100 kg/ha,
KCl 100 kg/ha
15
e. Sekam
Sekam yang digunakan dalam penelitian hanya untuk media persemaian,
yang diambil di Pabrik Ujong Tanoh Darat.
f. Baby bag
Baby bag yang digunakan berukuran 6 x10 cm sebagai tempat media semai.
g. Mulsa
Mulsa yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulsa plastik hitam perak
(MPHP) yang dibeli di depot pertanian.
h. Pestisida
Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah pestisida nabati dan
pestisida anorganik seperti Vegasus, bion-M 1/48 wp dan Dithane 45.
2. Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, garu,
parang, hand spayer, meteran, gembor, ember, timbangan, pamplet nama, sketmat,
tali, wadah (mangkuk), saringan, kaleng, ajir, gunting, alat tulis dan lain-lain.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Faktor
yang diteliti adalah Konsentrasi POC Nasa dan Dosis Pupuk Kandang (kotoran
sapi).
Faktor konsentrasi pupuk cair yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
N1 = 1 cc/liter air
N2 = 2 cc/liter air
N3 = 3 cc/liter air
16
Faktor dosis pupuk kandang yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
K1 = 3,36 kg/plot (20 ton/ha)
K2 = 5,04 kg/plot (30 ton/ha)
K3 = 6,72 kg/plot (40 ton/ha)
Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan dan
terdapat 27 unit perlakuan. Jadi, susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan antara Dosis Pupuk Kandang danKosentrasi POC Nasa.
No Kombinasi PerlakuanKonsentrasi POC Nasa
(cc/l air)Dosis PupukKandang
(kg/plot)1
2
3
4
5
6
7
8
9
N1K1
N1 K2
N1K3
N2K1
N2 K2
N2K3
N3K1
N3K2
N3 K3
1
1
1
2
2
2
3
3
3
3,36
5,04
6,72
3,36
5,04
6,72
3,36
5,04
6,72
Model Matematis yang akan digunakan adalah:
Yijk = + i + Nj + Kk + (KN)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor kosentrasi taraf ke-j, faktor dosis
pupuk taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3)
17
Nj = pengaruh faktor konsentrasi POC Nasa ke-j ( j = 1,2 dan 3)
Kk = Pengaruh faktor dosis pupuk kandang ke-k ( k = 1,2 dan 3)
(NK)jk = Interaksi konsentrasi POC Nasa dan dosis pupuk kandang pada taraf
kosentrasi POC Nasa ke-j, dan taraf dosis pupuk kandang ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor konsentrasi taraf ke-j,
faktor dosis pupuk taraf ke-k.
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan persamaan
sebagai berikut:
BNJ0,05= q0,05 ( p;db)r
gKT
Dimana :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %
q0,05 ( p;dbg ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat )
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Media Semai
Media semai disiapkan sebelum persemaian dilakukan, media persemaian
terdiri dari tanah, pupuk kandang dan sekam padi. Media semai yang telah
disediakan diaduk hingga merata lalu dimasukkan kedalam baby bag yang
berukuran 6 x 10 cm sebagai tempat persemaian. Setelah itu media
18
semai/babybag didiamkan selama satu minggu sebelum persemaian/penanaman
benih.
2. Perlakuan Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai Varietas
Laris sebanyak 10 gram. Lalu benih yang disiapkan direndam dalam wadah
(mangkuk) dengan menggunakan air hangat selama 6 jam untuk memecahkan
atau membangunkan masa dormansi benih. Setelah itu benih ditiriskan dengan
saringan dan dibungkus dengan menggunakan kain lembab. Kemudian
bungkusan benih disimpan atau diperam dalam kotak pemeram selama 2 malam
agar berkecambah.
3. Penanaman Benih
Sebelum benih ditanam terlebih dahulu media semai disiram hingga cukup
basah, lalu media semai dilubangi pada bagian tengah babybag dengan
kedalaman 1 cm, kemudian barulah benih ditanam/diletakkan satu per satu
bagian babybag yang telah dilubangi.
4. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, tanah yang
diolah hanya bagian atas (Top Soil) dengan kedalaman ± 20 cm. Setelah itu,
tanah didiamkan selama satu minggu.
5. Pembuatan Plot
Pembuatan plot dilakukan setalah pengolahan tanah plot yang akan dibuat
dalam penelitian ini berukuran 120 x 140 cm dengan antar plot 60 cm.
19
6. Pengaplikasian Pupuk Kandang
Pengaplikasian pupuk kandang diberi dengan cara ditebar setelah plot jadi,
pupuk kandang diberikan 15 hari sebelum tanam dengan dosis yang akan
dicobakan per plot, kemudian dicangkul atau digemburkan hingga tercampur
dengan tanah.
7. Pemberian Pupuk Dasar
Pupuk dasar diberikan 7 hari sebelum tanam. Pupuk dasar yang diberikan
adalah Urea 25,2 gram/plot, SP-36 16,8 gram/plot, dan KCl 16,8 gram/plot.
Pupuk dasar ditebar pada permukaan plot, lalu tanah diolah/dicangkul agar
tercampur rata dengan tanah.
8. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan pada siang hari sekitar jam 10 – 14 agar
mulsa mudah dipasang karena sifatnya elastis. Setelah mulsa dipasang, lalau
diberi penjepit yang dibuat dari bambu agar mulsa terpasang rapi. Pemasangan
mulsa ini dilakukan 1 hari setalah pemberian pupuk dasar.
9. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan 2 hari sebelum tanam. Pembuatan
lubang dengan menggunakan kaleng yang dipotong melintang dengan diameter
8 – 10 cm.
10. Penanaman
Penanaman ataupun pemindahan bibit ke lapangan dilakukan setelah bibit
berumur ± 28 hari setelah semai (HSS). Penanaman dilakukan pada sore hari
dengan 4 tanaman perunit perlakuan/plot. Jarak tanam yang digunakan dalam
penelitian adalah 60 x 70 cm.
20
11. Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC NASA)
Aplikasi POC NASA dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan
hand sprayer. Aplikasi POC Nasa dalam penelitian ini dilakukan pada pagi hari
sesuai dengan konsentrasi yang dicobakan, dengan interval waktu 7 hari sekali
sampai tanaman berumur 32 hari setelah tanam (HST).
12. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi hari, tergantung juga pada
kondisi lingkungan setempat dan dilakukan sampai tanaman umur 15 HST,
pada hari seterusnya kondisi lingkungan dalam keadaan penghujan.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman dalam keadaan sakit atau
mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 4 – 7 hari setelah
tanam.
c. Perempelan/Pewiwilan
Perempelan atau pewiwilan tunas-tunas yang tumbuh diketiak daun pada
batang utama tanaman cabai bertujuan untuk membentuk pertumbuhan
vegetatif yang tegak dan kekar pada umur 3-4 minggu setelah tanam
(MST).
d. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir pada tanaman dilakukan sedini mungkin 3 minggu setelah
tanam (MST), dengan panjang ajir berkisar 120 cm yang ditancapkan
disamping dalam barisan tanaman sebelum percabangan rimbun disisi
kanan dan kiri.
21
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida yang berupa
insektisida seperti Furadan 3G dilakukan pemberian dengan ditebar pada
saat pembibitan, bakterisida seperti Agript dan fungisida seperti Dithane
M-45 dan Victory disemprot pada tanaman.
13. Panen
Pemanenen buah cabai dilakukan terhadap buah masak (yang sudah
berwarna merah). Pemanenan awal dilakukan pada umur 75 HST, 79 HST dan 83
HST.
3.5. Pengamatan
Ada beberapa pengamatan yang diamati dalam penelitian ini antara lain :
a. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran mulai
dari pangkal batang hingga titik tumbuh (pucuk tanaman) pada umur 21,
35 dan 49 HST.
b. Diameter Pangkal Batang (cm)
Diameter pangkal batang diukur pada batas permukaan tanah dengan
menggunakan jangkar sorong saat umur 21, 35 dan 49 HST.
c. Jumlah Cabang
Jumlah cabang primer dihitung pada saat tanaman berumur 21, 35 dan 49
HST.
d. Jumlah Buah Per tanaman
Perhitungan jumlah buah pertanaman dilakukan pada saat panen I, II dan
III kali pemanenan.
22
e. Berat Buah Pertanaman (gram)
Perhitungan berat buah pertanaman dilakukan pada saat panen I, II, dan III
kali pemanenan.
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Pengaruh Konsentrasi POC Nasa
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 22)
menunjukkan bahwa konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman pada umur 49 hari setelah tanam (HST), jumlah buah dan berat buah.
Berpengruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 35 HST, jumlah cabang 35 dan
49 HST. Namun pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 21 HST,
diameter pangkal batang umur 21, 35 dan 49 HST, jumlah cabang umur 21 HST.
1. Tinggi Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman cabe pada umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai
konsentrasi POC Nasa setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman cabe pada umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagaikonsentrasi POC Nasa.
Konsentrasi POCNasa (cc/l air)
Tinggi Tanaman (cm)21 HST 35 HST 49 HST
1 (N1) 47.28 62.58 ab 75.24 b2 (N2) 49.17 64.49 b 76.49 b3 (N3) 48.31 56.75 a 67.97 a
BNJ 0,05 - 7.53 6.50Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi umur 21 HST dijumpai
pada konsentrasi POC Nasa 2 cc/l air (N2) namun tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada umur 35dan 49 HST tinggi tanaman
tertinggi dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2 cc/l air (N2) yang berbeda nyata
24
dengan konsentrasi POC Nasa 3 cc/l air (N3) namun tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi POC Nasa 1 cc/l air (N1).
Adapun hubungan tinggi tanaman cabai dengan konsentrasi POC Nasa pada
umur 21, 35 dan 49 HST dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 menunjukkan pada umur 21 HST terjadinya peningkatan laju
tinggi pada konsentrasi 2 cc/l air (N2) bila dibandingkan dengan perlakuan
konsentrasi 1 cc/l air (N1) dan konsentrasi 3 cc/l air (N3). Sedangkan umur 35 dan 49
HST terjadinya peningkatan tinggi tanaman konsentrasi 2 cc/l air (N2) bila
dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi 3 cc/l air (N3) dan konsentrasi 1 cc/l air
(N1).
2. Diameter Pangkal Batang
Rata-rata diameter pangkal batang tanaman cabai umur 21, 35 dan 49 HST
pada berbagai konsentrasi POC Nasa setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada
tabel 3.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
N1 N2 N3
Ting
gi T
anam
an (c
m)
Konsentrasi POC Nasa (cc/l air)
21 HST
35 HST
49 HST
25
Tabel 3. Rata-rata diameter pangkal tanaman cabe pada umur 21, 35 dan 49 HSTpada berbagai konsentrasi POC Nasa.
Konsentrasi POCNasa (cc/l air)
Diameter Pangkal Batang (mm)21 HST 35 HST 49 HST
1 (N1) 5.47 6.47 7.402 (N2) 5.58 6.91 7.733 (N3) 5.44 6.37 7.34
Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 21, 35
dan 49 HST dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2 cc/l air (N2) meskipun secara
statistik tidak menumjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya.
3. Jumlah Cabang
Rata-rata jumlah cabang tanaman cabai umur 21, 35 dan 49 HST pada
berbagai konsentrasi POC Nasa yang telah diuji BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata jumlah cabang tanaman cabe pada umur 21, 35 dan 49 HST padaberbagai konsentrasi POC Nasa.
Konsentrasi POCNasa (cc/l air)
Jumlah Cabang Tanaman Cabai21 HST 35 HST 49 HST
1 (N1) 13.33 42.22 ab 154.44 ab2 (N2) 15.11 47.11 b 168.00 b3 (N3) 13.44 41.44 a 148.56 a
BNJ 0,05 - 5.48 19.06Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak umur 21 HST dijumpai
pada konsentrasi POC Nasa 2 cc/l air (N2) namun tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada umur 35 dan 49 HST jumlah
cabang terbanyak dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2 cc/l air (N2) yang berbeda
nyata dengan konsentrasi POC Nasa 3 cc/l air (N3) namun tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi POC Nasa 1 cc/l air (N1).
26
Adapun hubungan tinggi tanaman cabai dengan konsentrasi POC Nasa pada
umur 21, 35 dan 49 HST dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan pada umur 21 dan 49 HST terjadinya peningkatan
laju jumlah cabang pada konsentrasi 2 cc/l air (N2) bila dibandingkan dengan
perlakuan konsentrasi 1 cc/l air (N1) dan konsentrasi 3 cc/l air (N3). Sedangkan umur
35 HST terjadinya peningkatan umlah cabang pada konsentrasi 2 cc/l air (N2) bila
dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi 3 cc/l air (N3) dan konsentrasi 1 cc/l air
(N1).
4. Jumlah Buah
Rata-rata jumlah buah tanaman cabai pada beberapa konsentrasi POC Nasa
yang telah diuji lanjut dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 5.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
N1 N2 N3
Jum
lah
Caba
ng
Konsentrasi POC Nasa (cc/l air)
21 HST
35 HST
49 HST
27
Tabel 5. Rata-rata jumlah buah cabe pada berbagai konsentrasi POC Nasa.
Konsentrasi POCNasa (cc/l air) Jumlah Buah Pertanaman
1 (N1) 31.22 a2 (N2) 35.33 b3 (N3) 34.89 b
BNJ 0,05 3.26Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak dijumpai pada knsentrasi
POC Nasa 2 cc/l air (N2) yang berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1 cc/l air
(N1) namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 3 cc/l air (N3).
Adapun hubungan jumlah buah tanaman cabai dengan konsentrasi POC Nasa
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan jumlah buah cabai meningkat pada konsentrasi 2
cc/liter air (N2) bila dibandingkan dengan konsentrasi 1 cc/l air (N1) dan 3 cc/liter air
(N3).
29
30
31
32
33
34
35
36
N1 N2 N3
Jum
lah
Buah
Konsentrasi POC Nasa (cc/l air)
Jumlah Buah
28
5. Berat Buah (Gram)
Rata-rata berat buah cabai pada berbagai konsentrasi POC Nasa setelah diuji
dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata berat buah cabe pada berbagai konsentrasi POC Nasa.Konsentrasi POC
Nasa (cc/l air)Berat Buah
Pertanaman (Gram)Berat Buah per hektar
(Ton)1 (N1) 81.58 a 1.942 (N2) 91.42 b 2.183 (N3) 89.58 b 2.13
BNJ 0,05 6.13 -Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 6 menunjukkan bahwa berat buah cabai terberat dijumpai pada
konsentrasi POC Nasa 2 cc/l air (N2) yang berbeda nyata dengan konsentrasi POC
Nasa 1 cc/l air (N1) namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 3 cc/l
air (N3).
Adapun hubungan berat buah tanaman cabai dengan berbagai konsentrasi
POC Nasa dapat dilihat pada gambar 4.
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
N1 N2 N3
Bera
t Bua
h (g
ram
)
Konsentrasi POC Nasa (cc/l air)
Berat Buah
29
Gambar 4 menunjukkan jumlah buah cabai meningkat pada konsentrasi 2
cc/liter air (N2) bila dibandingkan dengan konsentrasi 1 cc/l air (N1) dan 3 cc/liter air
(N3).
4.1.2. Pengaruh pupuk kandang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 22)
menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman pada umur 49 HST dan jumlah buah. Berpengruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada umur 21 dan 35 HST, diameter pangkal batang umur 49 HST, jumlah
cabang 35 HST, dan berat buah. Namun pengaruh tidak nyata terhadap diameter
pangkal batang umur 21 dan 35 HST, jumlah cabang umur 21 dan 49 HST.
1. Tinggi tanaman
Rata-rata tinggi tanaman cabe pada umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai
dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata tinggi tanaman cabe pada umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagaidosis pupuk kandang.
Dosis pupukkandang (kg/plot)
Tinggi Tanaman (cm)21 HST 35 HST 49 HST
3.36 (K1) 44.39 a 56.05 a 67.94 a5.04 (K2) 51.11 b 64.39 b 77.61 b6.72 (K3) 49.69 ab 63.38 ab 74.16 abBNJ 0,05 6.65 7.53 6.50
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidakberbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 7 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi umur 21, 35 dan 49
HST dijumpai pada dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) yang berbeda nyata
30
dengan dosis pupuk kandang 3,36 kg/plot (K1) namun tidak berbeda nyata dengan
dosis pupuk kandang 6,72 kg/plot (K3).
Adapun hubungan tinggi tanaman cabai dengan dosis pupuk kandang pada
umur 21, 35 dan 49 HST dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5 menunjukkan pada umur 21, 35 dan 49 HST terjadinya
peningkatan tinggi tanaman pada dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) bila
dibandingkan dengan perlakuan 6,72 (K3) dan 3,36 (K1)
2. Diameter pangkal batang
Rata-rata diameter pangkal batang tanaman cabai umur 21, 35 dan 49 HST
pada berbagai dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada
tabel 8.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
K1 K2 K3
Ting
gi T
anam
an (c
m)
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
21 HST
35 HST
49 HST
31
Tabel 8. Rata-rata diameter pangkal tanaman cabe pada umur 21, 35 dan 49 HSTpada berbagai dosis pupuk kandang.
Dosis pupukkandang (kg/plot)
Diameter Pangkal Batang (mm)21 HST 35 HST 49 HST
3.36 (K1) 5.34 6.53 7.24 a5.04 (K2) 5.62 6.79 7.88 b6.72 (K3) 5.52 6.42 7.36 abBNJ 0,05 - - 0.57
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidakberbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 8 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 21 dan
35 HST dijumpai pada dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) namun secara statistic
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada
umur 49 HST diameter pangkal batang terbesar dijumpai pada dosis pupuk kandang
5,04 kg/plot (K2) yang berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang 3.36 kg/plot (K1)
namun tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang 6.72 kg/plot (K3).
Adapun hubungan diameter pangkal batang tanaman cabai dengan dosis
pupuk kandang pada umur 21, 35 dan 49 HST dapat dilihat pada gambar 6.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
K1 K2 K3
Diam
eter
Pan
gkal
Bat
ang
(mm
)
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
21 HSt
35 HST
49 HST
32
Gambar 6 menunjukkan pada umur 21 dan 49 HST terjadinya peningkatan
diameter pangkal batang pada dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) bila
dibandingkan dengan perlakuan 6,72 kg/plot (K3) dan 3,36 Kg/plot (K1). Sedangkan
umur 35 HST terjadinya peningkatan diameter pangkal batang pada dosis pupuk
kandang 5,04 kg/plot (K2) bila dibandingkan dengan dosis 3,36 kg/plot (K1) dan 6,72
kg/plot (K3)
3. Jumlah Cabang
Rata-rata jumlah cabang tanaman cabai umur 21, 35 dan 49 HST pada
berbagai dosis pupuk kandang yang telah diuji BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata jumlah cabang tanaman cabe pada umur 21, 35 dan 49 HST padaberbagai dosis pupuk kandang
Dosis pupukkandang (kg/plot)
Jumlah Cabang Tanaman Cabai21 HST 35 HST 49 HST
3.36 (K1) 13.78 43.78 ab 150.225.04 (K2) 14.22 47.11 b 161.446.72 (K3) 13.89 39.89 a 159.33BNJ 0,05 - 5.48 -
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidakberbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak umur 21 dan 49 HST
dijumpai pada dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) namun tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya. Pada umur 35 HST jumlah cabang
terbanyak dijumpai pada dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) yang berbeda nyata
dengan dosis pupuk kandang 6,72 kg/plot (K3) namun tidak berbeda nyata dengan
dosis pupuk kandang 3,36 kg/plot (K1).
33
Adapun hubungan jumlah cabang tanaman cabai dengan dosis pupuk kandang
pada umur 21, 35 dan 49 HST dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 menunjukkan pada umur 21 dan 35 HST terjadinya peningkatan
jumlah cabang pada dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) bila dibandingkan dengan
perlakuan lain. Sedangkan umur 49 HST terjadinya peningkatan jumlah cabang pada
dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot bila dibandingkan dengan dosis 6,72 kg/plot (K3)
dan 3,36 kg/plot (K1).
4. Jumlah buah
Rata-rata jumlah buah tanaman cabai pada berbagai dosis pupuk kandang
yang telah diuji lanjut dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 10.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
K1 K2 K3
Jum
lah
Caba
ng
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
21 HST
35 HST
49 HST
34
Tabel 10. Rata-rata jumlah buah cabe pada berbagai berbagai dosis pupuk kandang.
Dosis pupukkandang (kg/plot) Jumlah Buah Pertanaman
3.36 (K1) 31.56 a5.04 (K2) 36.56 b6.72 (K3) 33.33 abBNJ 0,05 3.26
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidakberbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah buah terbanyak dijumpai pada dosis
pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan 3,36 kg/plot
(K1) namun tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang 6,72 kg/plot (K3).
Adapun hubungan jumlah buah tanaman cabai dengan dosis pupuk kandang
pada panen I, II dan III dapat dilihat pada gambar 8
Gambar 8 menunjukkan jumlah buah tertinggi pada dosis pupuk kandang 5,04
kg/plot (K2) bila dibandingkan dengan perlakuan 6,72 kg/plot (K3) dan 3,36 kg/plot
(K1).
29
30
31
32
33
34
35
36
37
K1 K2 K3
Jum
lah
Buah
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
Jumlah Buah
35
5. Berat Buah
Rata-rata berat buah cabai saat panen ke I, II dan III pada berbagai dosis
pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata berat buah cabe pada berbagai dosis pupuk kandang.Dosis pupuk kandang
(kg/plot)Berat Buah Per tanaman
(Gram)Berat Buah Per Hektar
(Ton)3.36 (K1) 84.87 a 2.025.04 (K2) 91.86 b 2.196.72 (K3) 85.86 ab 2.04BNJ 0,05 6.13
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidakberbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 11 menunjukkan bahwa berat buah terberat dijumpai pada dosis pupuk
kandang 5,04 kg/plot (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan 3,36 kg/plot (K1)
namun tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang 6,72 kg/plot (K3).
Adapun hubungan berat buah tanaman cabai dengan dosis pupuk kandang
pada panen I, II dan III dapat dilihat pada gambar 9.
80
82
84
86
88
90
92
94
K1 K2 K3
Bera
t Bua
h (g
ram
)
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
Berat Buah
36
Gambar 9 menunjukkan berat buah cabai teringgi pada dosis pupuk kandang
5,04 kg/plot (K2) bila dibandingkan dengan dosis pupuk kandang 6,723 kg/plot (K3)
dan 3,36 kg/plot (K1).
4.1.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 3 sampai 31)
menunjukkan bahwa tidak terdapatnya interaksi yang nyata antara konsentrasi POC
Nasa dan dosis pupuk kandang terhadap kesemua peubah pertubuhan dan produksi
tanaman cabai merah yang diamati.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Konsentrasi POC Nasa dan Pengaruh Pupuk Kandang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa
konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur
49 HST, jumlah buah dan berat buah. Berpengruh nyata terhadap tinggi tanaman pada
umur 35 HST, jumlah cabang 35 dan 49 HST. Akan tetapi tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman umur 21 HST, diameter pangkal batang umur 21, 35 dan 49
HST, dan jumlah cabang umur 21 HST.
Sedangkan Hasil penelitian yang telah dilakukan pada pupuk kandang
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 49 HST dan jumlah
buah. Berpengruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 21 dan 35 HST, diameter
pangkal batang umur 49 HST, jumlah cabang 35 dan 49 HST dan berat buah. Akan
37
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur 21 dan 35
HST, dan jumlah cabang umur 21 HST.
1. Tinggi Tanaman
Berdasarkan perlakuan kobinasi konsentrasi POC Nasa yanng dicobakan
menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi umur 21, 35 dan 49 HST dijumpai pada
konsentrasi POC Nasa 2 cc/liter air (N2). Meningkatnya pertumbuhan tanaman cabai
pada konsentrasi POC Nasa 2 cc/l air. Karena pada konsentrasi tersebut merupakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman cabai tersedia dalam keadaan seimbang,
sehingga dapat memicu pertumbuhan yang lebih baik serta didukung oleh faktor
lingkungan yang sesuai. Widjojo (1999) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh
baik dan subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan kondisi
cukup tersedia bagi tanaman.
Pemberian pada berbagai dosis pupuk kandang tinggi tanaman tertinggi di
dapat pada dosis 5,04 kg/plot. Hal ini karena pada dosis tersebut kebutuhan tanaman
akan unsur hara terpenuhi, sehingga pertumbuhan tanaman lebih. Djuniwati (2003)
dalam Idris (2008) menyatakan bahwa Membaiknya pertubuhan tanaman akibat
pemberian pupuk kandang disebabkan oleh fungi bahan organik dalam
menyumbangkan unsur hara sepeti N, P dan K yang dapat memperbaiki sifat fisik dan
struktur tanah dalam membentuk senyawa komplek dengan mengurangi proses
pencucian unsur hara. Disamping itu Hakim et all., (1986) menjelaskan pupuk
kandang juga akan menambah mikroorganisme dan struktur tanah yang baik juga
mengakibatkan perkembangan perakaran dengan baik dan semakin luas bidang
38
penyerapan terhadap unsur hara. Kelancaran proses penyerapan unsur hara oleh
tanaman terutama tergantung dari persediaan air tanah yang berhubungan erat dengan
kapasitas tanah menahan air
2. Diameter Pangkal Batang
Rata-rata Diameter pangkal batang pada tabel 3 bahwa pemberian POC Nasa
dengan konsentrsai yang berbeda memberikan hasil yang berbeda tidak nyata. Hal ini
dikarenakan unsur hara yang dibutuhkan tidak terpenuhi meskipun faktor lingkungan
mendukung dengan baik. Haryati (2004) menjelaskan bahwa pemupukan melalui
daun tidak untuk memenuhi unsur hara untuk keseluruhan tanaman tetapi hanya
pupuk pelengkap. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjojo (1999) yang menjelaskan
bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dapat meningkatkan penyerapan hara, air,
dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman, perbedaan komposisi unsur hara yang
dikandung oleh masing-masing pupuk daun juga mengakibatkan perbedaan diameter
pada tanaman.
Pemberian dosis pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) memberikan hasil terbaik
pada diameter pangkal batang umur 49 HST. Hal ini karena pada dosis pupuk
kandang tersebut unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam keadaan cukup
dan dapat memicu pertubuhan yang baik juga didukung faktor lingkungan. Wibawa
(1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang ke dalam tanah dapat
memperbaiki keadaan fisik tanah menjadi gembur, aerasi tanah menjadi lebih baik
sehingga absorpsi unsur hara oleh tanaman akan lebih mudah. Pemberian pupuk
kandang di samping menambah unsur hara juga mempertinggi humus, memperbaiki
39
struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik juga membantu menguraikan
hara sehingga menjadi tersedia bagi tanaman dan memudahkan akar tanaman dalam
penyerapan unsur hara (Dartius, 1990).
3. Jumlah cabang
Pada jumlah cabang menunjukkan perkembangan yang baik pada konsentrasi
POC Nasa 2 cc/liter air (N2) pada umur 35 HST. Hal ini karena unsur hara yang
dibutuhkan tanaman seperti unsur N tersedia dengan cukup dan dapat memicu
perkembangan tanaman dengan baik dan didukung oleh faktor lingkungan yang baik
pula. Leiwakabessy (1977) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. karena unsur hara yang
berada dalam keadaaan optimum dalam jaringan tanaman akan memacu kegiatan
metabolisme dan pembentukan sel pertumbuhan. ketersediaan unsur hara yang cukup
dan seimbang akan mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman.
Proses metaboisme merupakan proses pembentukan dan perombakan unsur – unsur
dan senyawa organik dalam tubuh tanaman guna melengkapi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Pemberian POC Nasa pada tanaman cabai dapat mempercepat sintesis asam
amino dan protein sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rao (1994) yang mengatakan bahwa pupuk organik cair
mengandung unsur yang berperan penting dalam metabolisme tanaman sehingga
memungkinkan lancarnya proses-proses kesinambungan pemanjangan sel.
40
Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai pada dosis
pupuk kandang 5,04 kg/plot (K2) karena pada dosis tersebut unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman cabai dalam keadaan yang seimbang dan dapat memicu
pertumbuhan tanaman dengan baik serta didukung juga dengan faktor lingkungan
yang sesuai. Ifansyah et all., (2003) dalam Idris (2008) menyatakan bahwa bahan
organik merupakan salah satu sumber koloid tanah yang peranannya akan
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dengan meningkatnya KTK tanah
maka unsur N, P, K dapat dijerap dan menjadi sumber hara tersedia dalam tanah.
Dalam hal ini, didukung oleh serapan hara N, P dan K tanaman yang cenderung lebih
tinggi sehingga dapat menompang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
4. Jumlah Buah
Meningkatnya jumlah buah pada masing-masing konsentrasi POC Nasa,
dimana jumlah buah cabai terbanyak dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2 cc/liter
air (N2). Hal ini karena pada konsentrasi tersebut unsur hara yang dibutuhkan
tanaman tersedia dalam keadaan seimbang dan memicu peningkatan produksi
tanaman cabai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowogeno (2007) yang
menyatakan bahwa unsur P yang terkandung dalam POC Nasa berperan dalam
pembentukan bunga dan buah. Selain itu unsur P berperan dalam menentukan
kematangan buah dan juga berfungsi dalam pembelaham sel dan perkembangan
jaringan. Menurut Franklin at all., (1992) terpenuhinya unsur hara pada proses
fisiologis dalam rangka menyusun organ struktural buah dapat lebih dipacu.
Ketersediaan unsur hara yang cukup saat berkembangnya buah serta faktor penunjang
41
mekanisme dari hasil fotosintesis yang ditranslokasi lebih cepat dari daun ke
pembentukan buah.
Pemberian pupuk kandang dengan dosis 5,04 kg/plot memberikan hasil yang
meningkat. Hal ini karena meningkatnya aktivitas mikroorganisme tanah dalam
menyediakan unsur P dalam tanah dan dikerenakan pengaruh faktor lingkungan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hadisuznitro (2002) menyatakan bahwa pemberian pupuk
kandang sapi (pupuk organik) menjadi p tersedia bagi tanaman dan merangsang
pertumbuhan akar lebih mudah dalam menyerap unsur hara dan disamping itu dapat
memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia tanah, juga akan dapat meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang sebagai sumber energi dalam proses dekomposisi sehingga
unsur P lebih banyak bisa dilepaskan dan menjadi tersedia bagi tanaman.
5. Berat Buah
Penggunaan POC Nasa 2 cc/l air menunjukkan hasil yang baik pada berat
buah cabai dari pada perlakuan lain. Meningkatnya berat buah pada konsentrasi
tersebut karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam keadaan
terpenuhi baik unsur hara makro dan mikro. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno (2007) yang menyatakan bahwa penyerapan hara melalui mulut daun
(stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Selain itu, unsur
hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan lebih
cepat diproses dalam fotosintesis dan ditranslokasikan dengan cepat sampai ke buah
sebagai lumbung penyimpanan akan bertambah besar.
42
Salah satu unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terkandung dalam
POC Nasa berupa K. Parman (2007) menyatakan unsur hara makro dan unsur hara
mikro yang terkandung dalam pupuk organik cair menghasilkan pengaruh yang
komplek terhadap pembentukan produksi karbohidrat. Kalium berperan dalam
mengaktifkan enzim yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein.
Meningkatnya berat buah cabai cabai pada perlakuan pupuk kandang 5,04
kg/plot (K2) karena pada dosis tersebut unsur hara K yang dibutuhkan oleh tanaman
cabai tersedia dalam keadaan yang cukup dan dapat memicu produksi tanaman
dengan baik serta didukung juga dengan faktor lingkungan yang baik. Djuniwati et
all, (2003) dalam Idris (2008) menyatakan bahwa bahan organik menghasilkan asam-
asam organik sehingga P menjadi tersedia dalam tanah. Hasil dekomposisi bahan
organik seperti asam sitrat, asam asetat merupakan sebagai sumber energi bagi
aktifitas mikroorganisme yang menghasilkan enzim, salah satunya enzim yang
merubah fosfat organik menjadi fosfat anorganik sehingga P menjadi tersedia bagi
tanaman.
Baharuddin (1989) dalam Idris (2008) menyatakan bahwa semakin tingginya
serapan P-tanarnan menyebabkan proses metabolisme semakin baik sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Unsur fosfor
pada tanaman berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, berfungsi dalam
transfer energi, pcnyusun protein sehingga menjamin lebih baiknya proses
metabolisme dalam tanaman seperti proses transportasi dan alokasi fotosintesis.
43
4.2.2. Pengaruh Interaksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapatnya interaksi yang nyata
antara konsentrasi POC Nasa dan pupuk kandang terhadap semua pengamatan yang
diteliti. Hal ini berarti perbedaan sifat tanaman cabai akibat berbedanya konsentrasi
POC Nasa dan pupuk kandang.
45
45
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
a. Perlakuan konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman cabai pada umur 49 HST, jumlah buah dan berat buah. Berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 35 HST, jumlah cabang umur 35 dan 49
HST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 21 HST, diameter
pangkal batang umur 21, 35 dan 49 HST dan jumlah cabang umur 21 HST.
Pertumbuhan dan produksi tanaman cabai terbaik dijumpai pada konsentrasi POC
Nasa 2 cc/l air.
b. Perlakuan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata pada tinggi tanaman 49 HST
dan jumlah buah. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 21 dan
35 HST, diameter pangkal batang pada umur 49 HST. Jumlah cabang umur 35
HST dan berat buah. Namun pengaruh tidak nyata pada diameter pangkal batang
umur 21 dan 35 HST, jumlah cabang 21 dan 49 HST. Berbagai perlakuan pupuk
kandang yang dicobakan, pertumbuhan dan produksi tanaman cabai yang terbaik
dijumpai pada perlakuan penggunaan pupuk kandang 5,04 kg/plot.
c. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara konsentrasi POC Nasa dan perlakuan
pupuk kandang terhadap setiap peubah yang diamati.
46
2. Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang berbagai konsentrasi POC Nasa dan
pupuk kandang terhadap berbagai varietas tanaman cabai.
b. Dalam usaha budidaya tanaman cabai sebaiknya menggunakan dosis pupuk
kandang atau bahan organik 30 ton/ha yang dikombinasikan dengan konsentrasi
POC Nasa 2 cc/l air.
47
DAFTAR PUSTAKA
Amin. 2007. Bercocok Tanam Cabai Rawit, Cabai Merah, Cabai Jawa, SinarCemerlang Abadi, Jakarta. 106 hal
Anonymous. 2011. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, “ sinar tani.”Agustus 2011.
_______. 2010. Pupuk Organik Cair Nasa. POC NASA. Com. Febuari, 2011.
Dartius. 1990. Fisiologi Tumbuhan 2. Fakultas Pertanian Universitas SumateraUtara, Medan. 125 Hlm.
Denidi. 2007. Peran Unsur Hara Pada Tanamanhttp://old.denidi.com/2007/11/fungsi-unsur-hara-makro-n-p-k.html. diakses 20/10/2010.
Dwijosapoetro. 1995. Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia. Jakarta.
Frankklin, Pearce, and Mitchell, 1992. Ecophysiology of Photosinthesis. Springerverlag Berlin Heidelberg. Germany.
Hadisumitro, L.M. 2002. Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya:
Hakim, Nurhayati; M.Y. Nyakpa; A.M. Lubis, S.G. Nugroho; M.R. Saul; M.ADiha; Go ban Hong dan H.H. bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah,Universitas Lampung. Hal. 325-327.
Hardjowigeno, M. 2007. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta: 220halm
Harjadi. 1996. Penyerapan Unsur Hara Tanamanhttp://www.scribd.com/doc/58302257/9/Penyerapan-Hara-Tanaman.diakses 20/10/2010.
Haryati, Y. I. N. 2004. Efektivitas Pupuk Organik Cair Green Asri dan N-Balancer pada tanaman padi Varietas Widas. Dalam Jurnal Agrivigor 3(2). Hal. 183-189.
Idris Abd Rachman. Pengaruh Dosis Bahan Organik Dan Pupuk N, P, K TerhadapSerapan Hara Dan Produksi Tanaman Jagung Dan Ubi Jalar DiInceptisol Ternate 2008
Leiwakabessy, F.M., 1977. Ilmu Kesuburan Tanah dan Penuntun Praktikum.Departemen Ilmu Tanah. Insitut Pertaninan Bogor.
48
Lingga, P. Marsono. 2001. Penunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta.
Lingga, P. 1999. Petujuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Musmanar, E. I., 2006. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasi, Jakarta:Penebar Swadaya.
Parman, S. 2007. Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertubuhandan produksi kentang (Solanum tuberosum L.), dalam Buletin Anatomidan Fisiologi . 2007. Vol. XV. No. 2. Hal. 21-31.
Prajnanta, F. 2002. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan, Jakarta:Penebar Swadaya.
___________. 2008. Agribisnis cabai Hibrida, Jakarta: Penebar Swadaya.
Rao, S. 1994. Mikroorganisme dan Pertumbuhan Tanaman. Univ. IndonesiaJakarta
Sanjaya, Y., 2004. Pengguna Pupuk Terhadap Tanaman. Jurnal of BiologicalScience, Biosmart. Vol 6 nomor 2.
Santika, Adhi. D, 2008. Agribisnis Cabai. Jakarta : Penebar Swadaya.
Setiadi, 2006. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suparman, A. 2006. Bercocok Tanam Cabai, Azka Press.
Susanto, R. 2002. Pertanian Organik. Menuju pertanian Alternatif danBerkelanjutan. Kanius. Yogyakarta.
Wahyudi, 2011.Panen Cabai Sepanjang Tahun. AgroMedia Pustaka. Jakrta.
Widodo, W. D. 2004. Memperpanjang Umur Produktif Cabai 60 Kali Petik,Jakarta: Penebar Swadaya.
Widjojo, P. 1999. Pengaruh Pupuk Daun, Penerba Swadaya, Jakarta.