repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini...

61
PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA TEMPAT PENJUALAN UNGGAS HIDUP DI KOTA BOGOR BAMA OKTIONUS ISLAHUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini...

Page 1: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA TEMPAT PENJUALAN UNGGAS HIDUP DI KOTA BOGOR

BAMA OKTIONUS ISLAHUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA TEMPAT PENJUALAN UNGGAS HIDUP DI KOTA BOGOR

BAMA OKTIONUS ISLAHUDDIN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 3: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan

Hewan pada Tempat Penjualan Unggas di Kota Bogor adalah karya sendiri dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

Bama Oktionus Islahuddin NRP B04104146

 

Page 4: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

ABSTRACT

BAMA OKTIONUS ISLAHUDDIN. Animal Welfare Implementation in the Live Bird Markets (LBMs) in Bogor. Under direction of ETIH SUDARNIKA and CHAERUL BASRI.

The aim of this research is to describe the animal welfare implementation in the live bird markets (LBMs) in Bogor. This research was conducted through direct observation in the field using structured questionnaire. This study involved 5 live bird markets in 3 sub-districts and 15 vendors. The evaluation of animal welfare implementation included three important aspects, i.e. 1. Transportation aspects (vehicle and crates), 2. Collecting aspects (caging, maintaining, cleaning, poultry health and wastes disposal) and 3. Slaughtering aspects (personnel, equipment, slaughter process). The result showed that the animal welfare implemented in the transportation included time of poultry delivery in the morning and night, regular cleaning of vehicle, using of plastic crates, poultry density in a crate, number of crate stack, and regular cleaning of crates. The good implementation of animal welfare due to the collecting aspects comprised using of postal cages, density in the cages, feeding and water availability, ventilation, lighting, regular cleaning of cages, replacing of litter, and poultry health inspection. The animal welfare which were implemented well due to slaughtering aspects consisted of maintaining of knives sharpness, sufficient number of knives, regular cleaning of knives, bleeding, blood collecting, and bleeding time. This study suggested that some aspects related to LBMs in Bogor should be improved through communication information and education (CIE) on vendors and consumers which are managed by Municipal Office for Agribusiness Bogor City and related stakeholders. Keywords: animal welfare, live bird markets.

Page 5: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

ABSTRAK BAMA OKTIONUS ISLAHUDDIN. Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan Unggas Hidup di Kota Bogor. Dibimbing oleh ETIH SUDARNIKA dan CHAERUL BASRI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan kesejahteraan hewan pada tempat penjualan unggas hidup di kota Bogor. Penelitian dilakukan dengan metode observasi lapang dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah tempat penjualan unggas hidup (TPUH) yang digunakan sebanyak 5 TPUH yang berada di 3 kecamatan dengan jumlah pedagang sebanyak 15 pedagang. Penerapan kesejahteran hewan yang dinilai pada penelitian ini meliputi 3 aspek penting yakni : 1. aspek pengangkutan; 2. Aspek penampungan dan 3. Aspek penyembelihan. Aspek pengangkutan meliputi kendaraan dan alat pembawa, aspek penampungan meliputi perkandangan, pemeliharaan, pembersihan, kesehatan dan limbah, serta aspek penyembelihan meliputi personil, peralatan dan proses. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada aspek pengangkutan, kesejahteraan hewan yang sudah diterapkan meliputi waktu pengiriman unggas, pembersihan mobil secara teratur, penggunaan keranjang, bahan keranjang, kepadatan unggas dalam keranjang, jumlah tumpukan keranjang dan melakukan kegiatan pembersihan keranjang pengangkut. Aspek penampungan yang sudah dilakukan dengan baik adalah penggunaan kandang postal, kepadatan dalam kandang, pemberiaan pakan dan minum, ketersediaan ventilasi, ketersediaan pencahayaan, pembersihan rutin terhadap kandang, dan penggantian alas kandang (litter). Aspek penyembelihan yang sudah dilakukan dengan baik adalah pedagang menjaga ketajaman, kecukupan jumlah dan kebersihan pisau pemotong, proses pengeluaran darah, penampungan darah serta lama waktu pengeluaran darah. Hasil penelitian ini menyarankan perlunya dilakukan pembenahan terhadap beberapa aspek kesejahteraan hewan di tempat penjualan unggas hidup yang ada di kota Bogor melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terhadap pedagang dan konsumen yang dilakukan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor dan pemangku kepentingan lain.

Kata kunci: kesejahteraan hewan, tempat penjualan unggas hidup.

Page 6: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan sudut masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 7: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

Judul : Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan Unggas Hidup di Kota Bogor

Nama : Bama Oktionus Islahuddin

NRP : B04104146

Disetujui

Ir. Etih Sudarnika, M.Si Pembimbing I

drh. Chaerul Basri, M.Epid Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal lulus:

Page 8: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak

bulan Agustus 2008 sampai November 2008 dengan judul Penerapan

Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan Unggas Hidup di Kota Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan pada Ir. Etih Sudarnika, M.Si selaku

pembimbing skripsi pertama sekaligus pembimbing akademik, drh. Chaerul Basri,

M. Epid selaku pembimbing skripsi kedua serta Dr. drh Denny Widaya Lukman,

M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam

penyempurnaan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan

kepada Dinas Agribisnis Kota Bogor atas kesediaannya memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian di Kota Bogor. Terima kasih juga

penulis sampaikan kepada pedagang unggas yang ada di Kota Bogor atas

bantuannya, serta seluruh staf penunjang di Laboratorium Epidemiologi, Bagian

Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan

Kesehatna Masyarakat Veteriner (IPHK) FKH IPB, yang telah membantu selama

penelitian. Ungkapan terima kasih yang terdalam disampaikan kepada kedua

orangtua, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain

itu terima kasih kepada keluarga di ORENZ Community yang selalu mendukung

dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, April 2009

Bama Oktionus Islahuddin

Page 9: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pulo Jantan-Sumatera Utara pada tanggal 22 Oktober

1987. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara putra pasangan

Bapak H. Bahaluddin Matondang dan Ibu Hj. Mariani Munthe.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar pada tahun 1998

di SDN 114368 Pulo Jantan dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan ke SLTPN Na IX-X Aek Kota Batu hingga lulus pada tahun 2001.

Pendidikan sekolah menengah umum diselesaikan pada tahun 2004 di SMUN 5

Rantau Prapat. Pada tahun yang sama penulis berkesempatan untuk

melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

(FKH IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Semasa menjadi mahasiswa FKH IPB penulis pernah aktif dalam kegiatan

eksternal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Organisasi

Mahasiswa Daerah Labuhan Batu (HIMLAB). Selain itu penulis juga aktif dalam

organisasi internal sebagai staf Departemen Pengembangan Sumber Daya

Manusia Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Hewan

periode 2006-2007, sebagai wakil ketua umum UKM Futsal IPB periode 2007-

2008, pernah terlibat dalam berbagai acara internal, diantaranya sebagai ketua

fieldtrip dan study tour “Asteroidea” goes to Java and Bali, Menbisvet goes to

Bandung serta terlibat dalam program pengabdian masyarakat ke Sulawesi

Selatan.

Page 10: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

  

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL……………………………………………………………… x

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xii

PENDAHULUAN Latar Belakang……………………………………………………….. 1 Tujuan…………………………………………………………………. 2 Manfaat Penelitian………………………………………………….... 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare)………………. 3 Animal Welfare pada Industri Perunggasan………………………… 7 Sistem Pemasaran Unggas di Indonesia……………………………. 8 Kondisi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Perunggasan di Indonesia…………………………………………………………….. 9 BAHAN DAN METODE Desain Penelitian……………………………………………………... 10 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 10

Populasi .......................................................................................... 10 Alat dan Bahan Penelitian................................................................ 10 Pengambilan Data........................................................................... 10 Sampel............................................................................................. 11 Analisis Data.................................................................................... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi dan Titik Koordinat Tempat Penjualan Unggas Hidup (TPUH)………………………………………………………………… 12 Karakteristik Usaha…………………………………………………… 13 Penerapan Aspek Kesejahteraan Hewan…………………………... 16 Aspek Pengangkutan…………………………………………… 16 Aspek Penampungan…………………………………………… 19 Aspek Penyembelihan………………………………………….. 27 Pengaruh Kesejahteraan Hewan Terhadap Kualitas Daging…….. 30 Perbaikan Kondisi Kesejahteraan Hewan………………………….. 32 SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…………………………………………………………… 33 Saran…………………………………………………………………... 33 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 35 LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 39

Page 11: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

DAFTAR TABEL Halaman

1 Pedagang dan lokasi TPUH yang ada di Kota Bogor ............................ 11 2 Jenis unggas yang dijual pada TPUH di Kota Bogor ................................ 13 3 Jumlah unggas yang dijual per hari pada TPUH di Kota Bogor ................ 13 4 Urutan jumlah unggas yang dijual pada TPUH di Kota Bogor .................. 14 5 Bentuk unggas yang dijual pada TPUH di Kota Bogor ............................. 14 6 Pengalaman usaha pada TPUH di Kota Bogor ......................................... 15 7 Jenis pemasok pada TPUH di Kota Bogor ................................................ 15 8 Distribusi karakteristik aspek kendaraan pengangkut pada TPUH di

Kota Bogor ................................................................................................ 17 9 Distribusi karakteristik aspek alat pembawa pada TPUH di Kota

Bogor ........................................................................................................ 18 10 Distribusi karakteristik aspek perkandangan pada TPUH di Kota

Bogor ........................................................................................................ 20 11 Distribusi karakteristik aspek pemeliharaan pada TPUH di Kota

Bogor ........................................................................................................ 22 12 Distribusi karaktersitik aspek pembersihan pada TPUH di Kota Bogor .... 23 13 Distribusi karakteristik aspek kesehatan pada TPUH di Kota Bogor ........ 25 14 Distribusi karakteristik aspek limbah pada TPUH di Kota Bogor .............. 26 15 Distribusi karakteristik aspek personal pada TPUH di Kota Bogor ........... 27 16 Distribusi karakteristik aspek peralatan pada TPUH di Kota Bogor .......... 29 17 Distribusi karakteristik aspek proses pada TPUH di Kota Bogor .............. 30

x  

Page 12: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

DAFTAR GAMBAR Halaman

1 Skema pemasaran produk unggas pada sistem pasar tradisional .......... 8 2 Letak dan koordinat tempat penjualan unggas hidup (TPUH)

menurut Global Positioning System ........................................................ 12

xi  

Page 13: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

1 Kuesioner yang digunakan ...................................................................... 39 2 Foto tempat penjualan unggas ............................................................... 46

xii  

Page 14: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

PENDAHULUAN

Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk Indonesia menyebabkan peningkatan

kebutuhan protein hewani. Salah satu protein hewani yang saat ini banyak

diminati oleh semua lapisan masyarakat adalah protein hewani yang berasal dari

unggas. Usaha peternakan unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik

karena didukung oleh karakteristik produknya yang dapat diterima oleh

masyarakat Indonesia karena harga relatif murah dengan kemudahan akses

untuk memperoleh karena sudah merupakan barang publik. Komoditas ini juga

berperan nyata dalam ketahanan pangan nasional melalui penyediaan protein

hewani, dimana saat ini memberikan kontribusi sebesar 60,73% yang diikuti

daging sapi sebesar 23,39% (Anonim 2006a), dan penyedia lapangan kerja baik

di pedesaan maupun perkotaan. Secara nasional industri perunggasan merupakan pemicu utama

pertumbuhan pembangunan di sub sektor peternakan (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Departemen Pertanian 2006). Usaha perunggasan di Indonesia sangat beragam

baik dari jenis komoditas yang diusahakan, maupun skala ekonomi masing-

masing usaha. Usaha peternakan unggas merupakan suatu industri yang sudah

terintegrasi secara vertikal mulai dari industri hulu sampai hilir. Pada umumnya

usaha ini dikelola dengan manajemen profesional dan menggunakan input

teknologi maju dan modern dengan tetap mempertimbangkan tingkat efisiensi

usaha yang layak. Namun, tidak demikian halnya dengan usaha peternakan

unggas lokal seperti ayam kampung, itik, burung puyuh dan lain sebagainya.

Sampai dengan akhir tahun 2005 nilai investasi sektor perunggasan mencapai

Rp 38,5 trilyun dengan omset sebesar Rp 41,5 trilyun (Anonim 2006a).

Usaha peningkatan kebutuhan protein hewani tersebut disisi lain tidak

diikuti dengan tindakan perbaikan kondisi kesejahteraan hewan. Hal ini dapat

terlihat dari banyaknya peternakan unggas yang sengaja dibangun untuk

memproduksi telur dan daging dengan jumlah banyak, waktu yang singkat dan

dengan harga pemeliharaan yang murah (Anonim 2009a).

Kondisi kesejahteraan hewan di dunia saat ini menjadi perhatian ilmuan

yang ada diberbagai negara (Anonim 2009a). Hal ini dapat terlihat dengan

perumusan lima asas kebebasan hewan (five freedom) yang dirumuskan oleh

Page 15: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

2

The Royal Society for Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA). Indonesia

merupakan salah satu negara di dunia saat ini juga turut serta dalam

mensosialisasikan rumusan lima asas kebebasan hewan. Berbagai tantangan

dihadapi pihak-pihak terkait dalam penerapan asas kebebasan hewan di

Indonesia khususnya pada sektor perunggasan. Rendahnya tingkat sumber

daya manusia, cepatnya laju pertambahan penduduk dan kurangnya komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE) terhadap masyarakat perunggasan menjadi

permasalahan klasik yang harus segera terpecahkan (Anonim 2009a).

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian terkait

mengenai penerapan kesejahteraan hewan di tempat penjualan unggas hidup

yang terdapat di Kota Bogor. Adapun daerah penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Kota Bogor.

Tujuan Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran penerapan kesejahteraan

hewan di tempat penjualan unggas hidup yang ada di Kota Bogor.

Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi Dinas Agribisnis Kota Bogor dalam mengambil kebijakan

dalam memperbaiki kondisi penerapan kesejahteraan hewan pada tempat

penjualan unggas hidup yang ada di Kota Bogor.

Page 16: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) Kata ‘sejahtera’ dalam kesejateraan hewan (animal welfare) berarti kualitas

hidup yang meliputi berbagai elemen yang berbeda-beda seperti kesehatan,

kebahagiaan dan panjang umur yang untuk masing-masing orang mempunyai

tingkatan yang berbeda dalam memberikannya (Tannenbaum 1991).

Menurut laporan Brambell Committee, setiap hewan direkomendasikan

memiliki cukup kebebasan untuk dapat bergerak, menyarankan bahwa setiap

hewan harus memiliki kebebasan untuk bergerak yang cukup tanpa adanya

kesusahan untuk berbalik, berputar, merawat dirinya, bangun, berbaring,

meregangkan tubuh ataupun anggota badannya. Berbagai upaya telah

diusahakan untuk mendefinisikan istilah welfare (Albright 1997). Definisi lain

memberikan gambaran bahwa animal welfare adalah sebuah perhatian untuk

penderitaan hewan dan kepuasan hewan (Gregory 1998). Sedangkan ilmu

animal welfare adalah ilmu tentang penderitaan hewan dan kepuasan hewan.

Kesejahteraan memiliki banyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan

sederhana, permasalahannya sangat banyak dan beragam. Animal welfare

mengacu pada kualitas hidup hewan, kondisi hewan dan parawatan/perlakuan

terhadap hewan (Dallas 2006).

Menurut Undang Undang No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan definisi kesejahteraan hewan ialah

usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya

hewan dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar. Dalam Brambell

Reports tahun 1965 dinyatakan bahwa aspeknya mencakup kebaikan kondisi

fisik dan mental (Moss 1992). Namun sayangnya semua definisi tidaklah

membantu untuk menentukan apakah hewan menikmati keseimbangan yang

benar. Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan

hewan ada dua macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami mungkin

atau membiarkan hewan hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya (Moss

1992). Setiap hewan yang dipelihara manusia setidaknya diusahakan terbebas

dari penderitaan yang tidak perlu (Damron 2003). Menurut Dallas (2006) dan

WSPA (1997), kesejahteraan hewan (animal welfare) dapat diukur dengan

indikator Lima Kebebasan (five freedoms), yaitu : (1) bebas dari haus dan lapar

Page 17: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

4

(freedom from hunger and thirst); (2) bebas dari rasa tidak nyaman (freedoms

from discomfort); (3) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (freedom from pain,

injury and disease); (4) bebas untuk mengekspresikan perilaku normal (freedom

to express normal behavior); dan (5) bebas dari rasa takut dan stress (freedom

from fear or distress).

A. Bebas dari Rasa Haus dan Lapar (Freedom from Hunger and Thirst)

Untuk mencegah hewan dari rasa lapar dan haus, makanan yang layak,

bergizi dan juga akses langsung terhadap air bersih perlu disediakan. Dengan

menyediakan tempat makanan dan minuman yang memadai akan dapat

mengurangi terjadinya penindasan dan kompetisi diantara mereka. Menurut

buku ‘The State of the Animal’ pengertian dari bebas dari rasa lapar dan haus

dapat diartikan bahwa kalimat “jika hewan tersebut tidak diberi makan” dapat

dikategorikan sebagai pernyataan yang pasif dari kata “bebas dari kelaparan” (Le

Magnen 1985).

Ukuran dari kelaparan dapat dibagi ke dalam tiga kategori. Pertama

termasuk di dalamnya masuknya makanan, Kedua, jumlah rata-rata memakan

dan ketiga, waktu yang dibutuhkan dalam aktifitas pendistribusian makanan.

Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur rasa haus adalah proses

pengukuran jumlah air yang masuk, jumlah rata-rata meminum dan waktu yang

dibutuhkan dalam aktifitas pendististribusian minuman (Magnen 1985).

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup.

Kebebasan dari rasa haus dan lapar ini ditempatkan di urutan pertama karena ini

sangat mendasar, primitif dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat

hewan terstimulasi untuk makan. Hewan memerlukan akses yang mudah

terhadap makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan dan kebugaran (Le

Magnen 1985).

B. Bebas dari Rasa Tidak Nyaman (Freedoms from Discomfort)

Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai

pada hewan. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan

menyediakan tempat yang sesuai seperti penyediaan kandang/tempat berlindung

yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan kelembaban yang cukup, adanya

lantai, tempat tidur dan sebagainya). Hewan akan merasa nyaman pada

lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat yang

Page 18: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

5

nyaman. Kondisi lingkungan yang ekstrim dan penerapan manajemen yang

membuat stres mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan ternak. Stresor

tersebut secara langsung mengubah fungsi kekebalan inang (Blecha 2000).

Akibatnya, selain metabolisme hewan yang stres akan memperburuk penampilan

(kurus), hewan juga akan lebih rentan terhadap infeksi agen penyakit.

C. Bebas dari Rasa Sakit, Luka dan Penyakit (Freedom from Pain, Injury and

Disease)

Secara sangat sederhana, sehat pada hewan secara individu dapat

didefinisikan negatif sebagai ‘tidak adanya symptom penyakit’ (Ekesbo 1996).

Penyakit yang sering timbul di peternakan adalah penyakit produksi (Hall 2004).

Penyakit ini adalah penyakit akibat kekeliruan manajemen ternak atau akibat

sistem yang diberlakukan di peternakan. Penyakit produksi meliputi malnutrisi,

trauma dan infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara oleh manusia.

Kebebasan ini dapat diwujudkan dengan pencegahan diagnosa yang tepat dan

perawatan. Pengetahuan peternak yang cukup atau tersedianya dokter hewan

sangat penting. Hewan yang sehat sangat menguntungkan peternak karena

selain meningkatkan produktivitas, hewan yang sehat juga akan meningkatkan

daya jual (Phillips 2002).

D. Bebas Mengekpresikan Perilaku Normal (Freedom to Express Normal

Behavior)

Hewan mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masing-

masing ternak. Dalam perawatan manusia, hewan mungkin memiliki lebih sedikit

kesempatan untuk mengekspresikan perilaku normalnya. Pada kondisi ekstrim,

hal yang mungkin terjadi justru hewan menunjukkan perilaku menyimpang.

Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang benar dan teman bagi hewan dari

sejenisnya akan membantu hewan mendapat kebebasan menunjukkan perilaku

normalnya (Phillips 2002).

E. Bebas dari Rasa Takut dan Stres (Freedom from Fear or Distress) Para peneliti mempunyai takaran tersendiri dalam mengukur tingkat stres,

seperti detak jantung dan kadar konsentrasi pada plasma katekolamin dan

kortikosteron. Peternak harus memastikan hewannya terbebas dari penderitaan

mental akibat kondisi sekitar, perlakuan dan manajemen. Untuk dapat bertahan

Page 19: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

6

seekor hewan harus mampu menyesuaikan diri dan mengatasi tantangan alam

(Cook 2000). Respon terhadap tantangan alam ini salah satu wujudnya adalah

stres. Stres selalu hadir, dan tanpa kehadiran stres berarti kematian (Wolfle

2000). Rangsangan yang memicu stres disebut dengan istilah stresor. Stres

berbeda dari distres, distres adalah stres yang buruk, sementara stres tidak

mempengaruhi secara signifikan terhadap kesejahteraan hewan. Istilah eustres

digunakan untuk keadaan oleh stresor yang menyenangkan, misalnya saat

bermain dengan kawannya (Lay 2000).

Menurut Moberg (2000) stres berpengaruh terhadap kesejahteraan hewan

tergantung besar kecilnya kerugian biologis akibat stress tersebut. Meskipun

akomodasi atas stres mungkin terjadi, namun jika tidak maka stres dapat

berakibat kematian. Stres tidak hanya merupakan keadaan saat hewan harus

beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat hewan mempunyai

respons yang lemah bahkan terhadap rangsangan ‘normal’ sehari-hari (Duncan

dan Fraser 1997).

Takut merupakan emosi primer yang dimiliki hewan yang mengatur respon

mereka terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut kini dianggap

sebagai stresor yang merusak hewan (Jones 1997). Rasa takut yang

berkepanjangan tentu akan berimbas buruk bagi kesejahteraan hewan. Oleh

karena itu, perilaku peternak sangat berperan dalam membangun sikap hewan

terhadap peternak. Ternak yang sering diperlakukan buruk sangat mungkin

untuk menyimpan kesan yang buruk terhadap peternak. Cheeke (2004)

menitikberatkan pada tehnik manajemen hewan yang mengurangi atau

menghilangkan stres sebagi komponen penting dari animal welfare.

Kelima poin di atas merupakan daftar kontrol status kesejahteraan hewan

secara umum saja. Penjabaran kesejahteraan hewan ke dalam lima aspek

kebebasan tidaklah mutlak terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Aspek yang satu

mungkin berpengaruh pada aspek lainnya sehingga sulit untuk dibedakan.

Bahkan satu problem dapat merupakan cakupan beberapa poin di atas.

Susunan yang berurutan pun tidak mutlak mencerminkan prioritas.

Aplikasi konsep dan implementasi kesejahteraan hewan dipengaruhi oleh

berbagai hal. Dalam penelitiannya yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan,

ilmuwan menggunakan parameter sesuai kepentingannya yang didasarkan pada

pandangan mereka tentang bagaimana hewan seharusnya dipelihara dan

kesejahteraannya diperhatikan. Sangat mungkin berbeda antara peneliti yang

Page 20: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

7

satu dengan yang lainnya (Fraser 2003). Pandangan-pandangan ini menurut

Fraser (2003) dapat dibagi menjadi tiga. Pandangan pertama menyatakan

bahwa hewan sebaiknya dipelihara pada kondisi yang memungkinkan

berjalannya fungsi biologis (tetap sehat, pertumbuhan dan reproduksi).

Pandangan kedua menekankan pemeliharaan hewan seharusnya dengan cara-

cara mengurangi penderitaan hewan dan mengutamakan kesenangan hewan.

Pada puncaknya pandangan ketiga mengusulkan pemeliharaan dengan cara

membiarkan hewan hidup secara alami.

Animal Welfare pada Industri Perunggasan Praktek kesejahteraan hewan di bidang industri perunggasan berkaitan

dengan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam konsep animal welfare. Ukuran

lapar dan haus tergantung dari frekuensi pemberikan makanan dan air segar

pada unggas dan seberapa mudah akses terhadap makanan dan minuman bagi

setiap unggas di dalam kandang. Kepadatan unggas yang tinggi tidak

memberikan ruang gerak yang cukup untuk makan dan minum (Mudiarta 2007).

Kondisi sakit dan luka pada unggas disebabkan oleh penanganan yang

kasar dari penjual atau pembeli, kepadatan unggas di kandang yang kecil, dan

peralatan yang tidak sesuai yang berakibat patah tulang atau luka selama

perjalanan (Mudiarta 2007).

Pada masalah-masalah yang lainnya, rasa sakit dari penyakit dapat kita

lihat dari tanda-tanda klinis dan perubahan kebiasaan. Menurut Santhia (1984),

ciri-ciri fisik yang dapat dilihat pada unggas yang tidak sehat adalah mata yang

kurang bersinar (memudar), mukosa yang pucat dan jenggar ayam yang biru.

Perubahan terhadap kebiasaan mempengaruhi jumlah aktifitas. Unggas yang

tidak sehat biasanya terlihat lesu.

Unggas dapat tertular penyakit virus dan bakteri, juga mudah terkena stres

karena rendahnya standar kesehatan dan kesejahteraan. Stres dapat

menyebabkan berubahnya sistem kekebalan tubuh dan kadang dapat

meningkatkan kemungkinan untuk terserang penyakit (Siegel 2006). Kandang

atau keranjang yang dipenuhi dengan kotoran juga dapat menimbulkan bakteri.

Bebas untuk mengekspresikan tingkah laku normal dapat diwujudkan

dengan memberikan ruang yang cukup dan peningkatan kualitas lingkungannya.

Jumlah unggas yang padat menyebabkan ruang gerak mereka menjadi terbatas

untuk mengekspresikan tingkah laku normalnya (SCAHAW 2000). Di dalam

Page 21: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

8

kandang atau keranjang yang kecil yang digunakan di pasar tradisional, unggas

tidak dapat mengekspresikan tingkah laku yang alami seperti mengepakkan

sayapnya, berpindah pindah, mandi debu dan lain sebagainya. Menurut

SCAHAW (2000), menyatakan bahwa jumlah unggas di dalam kandang tidak

boleh melebihi 25 kg/m2.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan stress dan takut meliputi

mencampuradukkan unggas dari berbagai umur, jenis kelamin dan kelompok

sosial yang berbeda dimana kondisi tersebut dapat menyebabkan stres pada

binatang dan menimbulkan luka karena pertengkaran yang terjadi diantara

mereka, tempat yang bising yang dipenuhi oleh banyak orang yang dapat

menimbulkan kebingungan bagi unggas tersebut, penanganan yang keras,

kendaraan yang tidak sesuai untuk transportasi, kandang yang tidak layak tanpa

adanya perlindungan dari panas ataupun hujan, dan mengikat kaki unggas ketika

membawanya dari pasar yang sering menimbulkan penderitaan pada unggas.

Sistem Pemasaran Unggas di Indonesia Untuk pemasaran produk unggas, masyarakat Indonesia secara umum

masih tergantung pada sistem pasar tradisional. Skema rantai pemasaran dari

produk unggas pada sistem pasar tradisional di Indonesia menurut Mudiarta

(2007) dapat dilihat pada Gambar 1.

Peternak Pasar Tradisional

Dastributor/ pengepul

Konsumen

Gambar 1 Skema pemasaran produk unggas pada sistem pasar tradisional

(Mudiarta 2007).

Menurut Anonim (2006a) data statistik peternakan Indonesia tahun 2006, di

Indonesia setiap hari ada lebih dari 13.000 pasar unggas hidup, sekitar 12,6 juta

penjual dan lebih dari 80% unggas dijual hidup. Pasar tradisional atau yang

dikenal dengan “wet market atau pasar becek”, tidak hanya menjual unggas

hidup, tetapi juga menjual daging dan makanan. Keberadaan pasar tradisional

Page 22: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

9

tersebut memberi peluang penyebaran unggas hidup lintas wilayah di Indonesia,

termasuk yang ada di Kota Bogor. Dalam prakteknya, penjual unggas hidup di

pasar tradisional membuka peluang munculnya tindakan kekejaman terhadap

hewan dan juga praktek tersebut beresiko tinggi karena dapat menimbulkan efek

negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Kondisi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Perunggasan di Indonesia

Menurut Mudiarta (2007), permasalahan yang berhubungan dengan

kesejahteraan hewan di pasar tradisional yang ada di Indonesia adalah (1)

unggas yang dijual ditampung dengan kepadatan yang tinggi; (2) penjual dan

pembeli tidak menangani unggas layaknya mahluk hidup sebagai ciptaan tuhan,

tetapi lebih tepatnya seperti barang/benda mati; (3) unggas ditempatkan di dalam

kandang yang sempit; (4) kondisi pasar yang sangat ramai menyebabkan unggas

menjadi stres; (5) unggas-unggas tersebut ditangani secara tidak manusiawi

selama transportasi serta tidak disediakan pakan dan minum.

Kondisi tersebut di atas, umumnya dapat kita lihat di pasar-pasar

tradisional yang menjual hewan hidup. Penjual hanya berpikir mengenai

keuntungan dan pembeli hanya menginginkan kebutuhannya akan daging

terpenuhi. Setelah unggas dipotong selanjutnya hanya dalam beberapa detik

kemudian langsung dicemplungkan ke dalam air mendidih (broiler) tanpa

mengecek lebih dahulu apakah unggas tersebut sudah mati atau belum.

Permasalahan lainnya adalah penjual unggas hidup tidak/ kurang memiliki

pengetahuan dan kepedulian terhadap kebersihan/ kesehatan lingkungan dan

pencegahan terhadap penyakit-penyakit infeksius. Hal tersebut terlihat dari

berbagai kebiasaan penjual di pasar, di antaranya: (1) masih banyak penjual

unggas yang menjual unggas-unggasnya bersebelahan dengan penjual

makanan seperti; kue-kue, buah, sayur mayur dan makanan lainnya (beberapa

penjual unggas hidup dalam waktu bersamaan juga menjual daging); (2) tidak

adanya pembatas antara tempat penjualan unggas hidup, pemotongan dan

penjual daging; (3) kandang unggas yang kotor; (4) penjual melayani pembeli

ayam hidup dan pembeli daging tanpa mencuci tangannya terlebih dahulu; dan

(5) penjual tidak menggunakan masker (Mudiarta 2007).

Page 23: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

BAHAN DAN METODE Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode observasi terhadap tempat penjualan

unggas hidup di Kota Bogor dengan cara pengamatan langsung dan wawancara

dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Penerapan kesejahteraan hewan

diukur berdasarkan pemenuhan terhadap lima asas kesejahteraan hewan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pasar unggas hidup yang terdapat di wilayah

Kota Bogor, meliputi Pasar Anyar, Pasar Bogor, Pasar Gembrong, Pasar Gunung

Batu dan Pasar Warung Jambu. Penelitian ini berlangsung dari Bulan Agustus

sampai November 2008.

Populasi

Populasi yang digunakan adalah pedagang yang menjual unggas hidup

pada pasar tradisional yang terdapat di wilayah Kota Bogor yang berjumlah 15

pedagang.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

terstruktur dan Global Positioning System untuk menentukan koordinat pasar.

Kuesioner mencakup penilaian penerapan kesejahteraan hewan yang meliputi

kerakteristik usaha, aspek pengangkutan, aspek penampungan dan aspek

penyembelihan.

Pengambilan Data Pengambilan data diperoleh dengan cara wawancara terhadap pemilik,

penanggung jawab atau pekerja di tempat penjualan unggas hidup dengan

menggunakan kuesioner terstruktur (Lampiran 1). Selain melalui wawancara,

pengambilan data juga menggunakan pengamatan langsung. Data yang diambil

meliputi karakteristik usaha, aspek pengangkutan, aspek penampungan dan

aspek penyembelihan.

Page 24: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

11

Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang unggas hidup yang

berada pada pasar dan terdaftar di Dinas Agribisnis Kota Bogor yang berjumlah

15 pedagang. Pedagang dan lokasi TPUH dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pedagang dan lokasi TPUH yang ada di Kota Bogor

No Nama Pedagang Nama Pasar Kecamatan

1 Didin

Pasar Anyar Bogor Timur

2 Emon 3 H. Yakub 4 Lili 5 Asep 6 Erik 7 H. Ahmad

Pasar Bogor

Bogor Timur 8 Asep

9 H. Ocep 10 H. Syafei 11 Dedi Pasar

Gembrong Bogor Timur 12 Hari

13 Agus Pasar Warung Jambu

Bogor Utara

14 Dading Pasar Gunung Batu Bogor Barat 15 Cecep

Analisis Data Data yang diperoleh dari survei dianalis secara deskriptif dengan

menggunakan program SPSS 13.0. Kesejahteraan hewan dinilai sudah

diterapkan jika ≥ 50% dari responden sudah melakukan aspek yang dinilai,

sebaliknya jika < 50% belum dilakukan maka dinilai belum diterapkan.

Page 25: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi dan Titik Koordinat Tempat Penjualan Unggas Hidup (TPUH) Tempat penjualan unggas hidup (TPUH) yang digunakan dalam penelitian

ini berjumlah 5 TPUH yaitu Pasar Kebon Kembang, Pasar Bogor, Pasar

Gembrong, Pasar Warung Jambu dan Pasar Gunung Batu.

TPUH yang berada di wilayah Kota Bogor tersebar dalam beberapa

wilayah kecamatan. Ada tiga dari enam kecamatan yang terdapat TPUH.

Tempat penjualan unggas hidup terbanyak berlokasi di Kecamatan Bogor Timur

(3 TPUH). Sedangkan dua kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Bogor Utara (1

TPUH), dan Kecamatan Bogor Barat (1 TPUH). Lokasi dan koordinat TPUH

dicatat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Gambar letak

dan koordinat TPUH menurut GPS dapat dilihat pada Gambar 2.

 

Gambar 2 Letak dan koordinat tempat penjualan unggas hidup (TPUH) menurut

Global Positioning System

Page 26: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

13  

  

Karakteristik Usaha Karakteristik usaha yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi jenis

unggas yang dijual, pengalaman melakukan usaha dan jenis pemasok unggas.

Jenis Unggas

Umumnya jenis unggas adalah ayam kampung dan layer afkir. Jenis

unggas yang dijual disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang

menjual ayam kampung 80% dan layer afkir 80%, selanjutnya adalah broiler

66,7%, bebek 33,3% dan entok 33,3%.

Tabel 2 Jenis unggas yang dijual pada TPUH di Kota Bogor

Jenis Unggas Jumlah Pedagang % Ayam kampung 12 80,0 Broiler 10 66,7 Layer afkir 12 80,0 Bebek 5 33,3 Entok 5 33,3

Jumlah Unggas yang Dijual per Hari

Sebagian besar entok dijual kurang dari 10 ekor, ayam kampung dan layer

afkir dijual antara 10-50 ekor dan sebagian kecil broiler dijual lebih dari 50 ekor.

Jumlah unggas yang dijual per hari dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar pedagang

menjual entok 66,7% dan bebek 66,6% dengan jumlah kurang dari 10 ekor,

selanjutnya pedagang menjual ayam kampung 66,6% dan layer afkir 66,6%

dengan jumlah antara 10-50 ekor dan pedagang menjual broiler 20,1% dengan

jumlah lebih dari 50 ekor.

Tabel 3 Jumlah unggas yang dijual per hari pada TPUH di Kota Bogor

Jenis Unggas Jumlah Yang Dijual (ekor)

< 10 10-50 > 50 Jumlah

Pedagang % Jumlah Pedagang % Jumlah

Pedagang %

Ayam kampung 3 20 10 66,6 2 13,4 Broiler 5 33,3 7 46,6 3 20,1 Layer afkir 3 20 10 66,6 2 13,4 Bebek 10 66,6 4 26,7 1 6,7 Entok 10 66,7 5 33,3 0 0

Page 27: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

14  

  

Urutan Jumlah Unggas yang Dijual Umumnya broiler dijual dengan urutan pertama sedangkan ayam kampung

dijual dengan urutan kedua. Hanya sebagian kecil ayam kampung dan bebek

dijual dengan urutan ketiga. Urutan jumlah unggas yang dijual secara lengkap

ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Urutan jumlah unggas yang dijual pada TPUH di Kota Bogor

Jenis Unggas

Urutan 1 Urutan 2 Urutan 3 Jumlah

Pedagang % Jumlah Pedagang % Jumlah

Pedagang %

Ayam kampung 3 20,0 6 40,0 3 20,0 Broiler 8 53,3 1 6,7 1 6,7 Layer afkir 3 20,0 5 33,3 1 6,7 Bebek 1 6,7 0 0 3 20,0 Entok 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 4 terlihat sebagian besar pedagang menjual broiler

53,3% dengan urutan pertama, selanjutnya pedagang menjual ayam kampung

40% dengan urutan kedua dan menjual ayam kampung dan bebek 20% dengan

urutan ketiga.

Bentuk Unggas yang Dijual Seluruh unggas dijual dalam bentuk hidup, hanya terdapat sebagian kecil

yang menjual dalam bentuk karkas. Bentuk unggas yang dijual dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5 Bentuk unggas yang dijual pada TPUH di Kota Bogor

Jenis Unggas Jumlah Pedagang

% Bentuk Hidup

Ayam Kampung 12 100Broiler 5 50 Layer afkir 9 75 Bebek 6 100

Entok 5 100

Berdasarkan Tabel 5 terlihat seluruh pedagang menjual ayam kampung,

bebek dan entok dalam bentuk hidup, 75% pedagang menjual layer afkir dalam

bentuk hidup dan 50% pedagang menjual broiler dalam bentuk hidup.

Page 28: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

15  

  

Pengalaman Usaha Umumnya pedagang unggas memiliki pengalaman usaha lebih dari 5

tahun. Pengalaman usaha secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengalaman usaha pada TPUH di Kota Bogor

Pengalaman Usaha Jumlah Pedagang %

< 3 tahun 1 6,7 3-5 tahun 6 40,0 > 5 tahun 8 53,3

Berdasarkan Tabel 6 terlihat sebagian besar pedagang 53,3% memiliki

pengalaman usaha lebih dari 5 tahun, 40% memiliki pengalaman usaha antara 3-

5 tahun dan 6,7% memiliki pengalaman kurang dari 3 tahun. Pengalaman

berdagang yang dimiliki pedagang unggas akan memepengaruhi cara

berdagangnya. Pedagang yang memiliki pengalaman usaha lebih lama akan

mampu menangani usahanya lebih baik dikarenakan relatif lebih mudah dalam

mengadopsi berbagai inovasi (pengetahuan, keterampilan, manajemen dan

teknologi) terkait dengan peningkatan kualitas kegiatan usahanya (Tim AI FKH

IPB 2006).

Jenis Pemasok Sebagian besar pemasok unggas adalah pemasok tidak tetap. Jenis

pemasok secara lengkap disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jenis pemasok pada TPUH di Kota Bogor

Pengalaman Usaha Jumlah Pedagang %

Pemasok tetap 7 46,7

Pemasok tidak tetap 8 53,3

Berdasarkan tabel 7 sebagian besar jenis pemasok unggas adalah

pemasok tidak tetap 53,4% dan yang lainnya adalah pemasok tetap.

Page 29: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

16  

  

Penerapan Kesejahteraan Hewan Aspek Pengangkutan

Aspek pengangkutan yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi

kendaraan pengangkut dan alat pembawa. Pengangkutan/ hauling merupakan

tahapan yang sebenarnya pendek namun kondisi sering menyebabkan kerugian

yang cukup berarti. Sekitar 20-25% ternak mengalami penurunan kualitas.

Beberapa poin yang menyebabkan gangguan selama transportasi adalah variasi

suhu (thermal variations) yang merupakan penyebab utama, goncangan

(vibrations), pergerakan (motion), percepatan (acceleration), jangka waktu

pemberian pakan dan minum (withdrawl of feed and water), dan kebisingan

(Noise). Hampir 40% kematian unggas disebabkan oleh stres karena

transportasi (Anonim 2009a).

Kendaraan Pengangkut Kendaraan pengangkut yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis

kendaraan, model bak yang digunakan, kepemilikan kendaraan pengangkut,

waktu pengiriman unggas dan pembersihan kendaraan pengangkut. Secara

umum jenis kendaraan yang digunakan oleh pedagang adalah mobil dengan tipe

bak terbuka dan diperoleh dari jasa penyewaan. Sebagian besar pengiriman

unggas dilakukan pada pagi hari serta dilakukan pembersihan terhadap

kendaraan pengangkut. Distribusi karakteristik aspek kendaraan pengangkut

dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar pedagang 86.7%

menggunakan mobil untuk mengangkut unggas hidup. Model alat pengangkut

yang disarankan untuk mengangkut unggas adalah truk khusus yang dirancang

sederhana dan praktis dengan ventilasi yang baik di dalamnya (Hoxey et al.

1996). Terlihat untuk aspek ini seluruh padagang belum menerapkan

kesejahteraan hewan. Pengangkutan unggas hidup dengan mobil seluruhnya menggunakan

model bak terbuka. Penggunaan bak tertutup sangat dianjurkan untuk

mengurangi tingkat stres unggas selama perjalanan, selain itu penggunaan bak

tertutup juga mencegah pencemaran udara dari unggas yang timbul selama

Page 30: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

17  

  

pengangkutan. Pada aspek ini seluruh pedagang unggas belum menerapkan

kesejahteraan hewan.

Tabel 8 Distribusi karakteristik aspek kendaraan pengangkut pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah

Pedagang %

Jenis kendaraan Truk khusus Mobil Motor Sepeda

0

13 2 0

0

86,7 13,3

0 Model bak

Tertutup Terbuka

0

13

0

100 Pemilik kendaraan

Milik sendiri Jasa penyewaan

4

11

26,7 73,3

Waktu pengiriman unggas Pagi Siang Malam Tidak Tentu

6 3 5 1

40,0 20,0 33,3 6,7

Pembersihan teratur terhadap truk Ya Tidak

13 1

92,9 7,1

Pengangkutan unggas hidup dengan mobil seluruhnya menggunakan

model bak terbuka. Penggunaan bak tertutup sangat dianjurkan untuk

mengurangi tingkat stres unggas selama perjalanan, selain itu penggunaan bak

tertutup juga mencegah pencemaran udara dari unggas yang timbul selama

pengangkutan. Pada aspek ini seluruh pedagang unggas belum menerapkan

kesejahteraan hewan.

Pemilik kendaraan pengangkut unggas hidup didominasi oleh jasa

penyewaan 73,3%. Penggunaan kendaraan pengangkut yang dimiliki oleh

pedagang sendiri relatif lebih baik, hal ini dikarenakan pedagang akan cenderung

lebih memperhatikan perawatan dan tujuan penggunaannya. Biasanya untuk

jasa penyewaan penggunannya cenderung untuk berbagai keperluan sehingga

perawatannya kurang terjaga. Untuk aspek ini terlihat sebagian besar pedagang

belum menerapkan kesejahteraan hewan

Waktu pengiriman unggas hidup oleh pemasok sangat bervariasi, sebagian

besar pedagang umumnya melakukan pengiriman pada pagi hari 40%. Waktu

pengiriman sangat tergantung dengan keadaan cuaca harian, hal ini bertujuan

untuk mengurangi tingkat stres pada unggas akibat respirasi berlebihan yang

diakibatkan oleh tingginya cuaca harian. Untuk aspek ini terlihat pedagang

Page 31: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

18  

  

sebagian besar telah menerapkan kesejahteraan hewan, karena pengiriman

sebagian besar dilakukan pada pagi hari disaat cuaca masih sejuk.

Sebagian besar pedagang melakukan kegiatan pembersihan truk secara

teratur 92,9%. Kegiatan pembersihan truk pengangkut erat kaitannya dengan

pencegahan munculnya agen penyakit dan pencegahan penularan penyakit.

Pada aspek ini terlihat sebagian besar pedagang sudah menerapkan

kesejahteraan hewan. Alat Pembawa

Karakteristik alat pembawa yang diamati meliputi penggunaan keranjang,

bahan keranjang, jumlah rata-rata unggas perkeranjang, jumlah rata-rata

tumpukan keranjang di dalam mobil pengangkut, perlakuan pembersihan dan

cara pembersihan. Hampir sebagian besar pengangkutan unggas menggunakan

keranjang. Bahan keranjang yang digunakan yaitu plastik dengan kepadatan

unggas di dalam keranjang 10-20 ekor. Umumnya jumlah tumpukan keranjang di

dalam mobil pengangkut 3-5 tumpuk dan dilakukan pembersihan terhadap

keranjang. Distribusi karakteristik aspek alat pembawa secara lengkap dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Distribusi karakteristik aspek alat pembawa pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah Pedagang %

Cara membawa unggasDitempatkan dalam keranjang Tanpa keranjang, digantung dengan posisi kepala ke bawah

14 1

93,3 6,7

Penggunaan keranjangYa Tidak

14 1

93,3 6,7

Bahan keranjang Plastik Kayu Rotan

14 0 0

100 0 0

Jumlah rata-rata unggas perkeranjang (ekor) < 10 10-20 > 20

1 8 5

13,4 53,3 33,3

Jumlah rata-rata tumpukan keranjang (tumpuk) < 3 3-5 > 5

4 7 3

30,8 53,8 15.4

Pembersihan terhadap keranjangYa Tidak

10 4

66,7 33,3

Page 32: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

19  

  

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa sebagian besar pedagang membawa

unggas hidup dengan cara ditempatkan di dalam keranjang sebanyak 93,3%.

Pengangkutan dengan keranjang sangat dianjurkan, hal ini dikarenakan untuk

menghindarkan stres pada unggas saat pengangkutan, sehingga diharapkan

kualitas karkas yang dihasilkan tetap terjaga (Carlyle 1997). Untuk aspek ini

sebagian besar pedagang sudah menerapkan kesejahteraan hewan.

Seluruh bahan keranjang yang digunakan untuk pengangkutan unggas

adalah bahan plastik. Penggunaan bahan keranjang saat ini yang dianjurkan

adalah yang terbuat dari bahan plastik, hal ini dikarenakan kemudahan dalam hal

pembersihan (Murtidjo 1987). Pada aspek ini terlihat seluruh pedagang sudah

menerapkan kesejahteraan hewan.

Jumlah rata-rata unggas hidup perkeranjang umumnya adalah antara 10-

20 ekor 53,3%. Pengisian keranjang keranjang disesesuaikan dengan kapasitas

dan jangan terlalu padat (Murtidjo 1987). Terlihat pada aspek ini umumnya

sebagian besar pedagang menerapkan kesejahteraan hewan.

Jumlah rata-rata tumpukan keranjang di dalam mobil yang digunakan

dalam mengangkut unggas hidup umumnya adalah antara 3-5 tumpuk 53,8%.

Jumlah tumpukan keranjang di dalam truk pengangkut diatur sedemikian rupa

agar sirkulasi udara di dalamnya tetap terjaga dengan baik (RSCPA 1999).

Untuk aspek ini terlihat sebagian besar dari pedagang sudah menerapkan

kesejahteraan hewan .

Sebagian besar pedagang melakukan kegiatan membersihkan keranjang

pengangkut 66,7%. Untuk aspek ini terlihat sebagian besar dari pedagang sudah

menerapkan kesejahteraan hewan.

Aspek Penampungan Aspek penampungan yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi

perkandangan, pemeliharaan, pembersihan, kesehatan dan limbah.

Perkandangan

Karakteristik perkandangan yang dilihat meliputi jenis kandang, kepadatan

unggas dalam kandang, bahan dinding, lantai dan atap kandang, ketersediaan

ventilasi serta pencahayaan di dalam kandang. Sebagian besar kandang

penampungan yang digunakan bertipe panggung dengan kepadatan unggas di

dalam tersebut kurang dari 8 ekor/m². Kandang penampungan yang digunakan

Page 33: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

20  

  

seluruh dindingnya berbahan kayu, sebagian besar lantainya berbahan bambu

dan atapnya berbahan beton. Sebagian besar kandang penampungan memiliki

ventilasi dan pencahayaan yang cukup.    Distribusi karakteristik aspek

perkandangan ditampilkan pada Tabel 10. Kandang merupakan aspek penting dalam usaha peternakan unggas

hidup. Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi.

Kandang yang baik dapat menyediakan ruangan yang sesuai dengan jumlah

ternak yang dipelihara. Kandang yang dusarankan baik digunakan adalah

kandang tipe panggung karena relatif lebih mudah dalam pembersihannya

(Hutomo 2008). Secara umum kandang penampungan unggas hidup yang

digunakan adalah jenis kandang panggung 73,3%. Pada aspek ini sebagian

besar pedagang sudah menerapkan kesejahteraan hewan.

Tabel 10 Distribusi karakteristik aspek perkandangan pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah Pedagang %

Kandang Kandang panggung Kandang postal

11 4

73,3 26,7

Kepadatan Unggas dalam Kandang (ekor/m²) < 8 8-10 > 10

10 4 1

66,6 26,7 6,7

Bahan dinding kandang Kayu Rotan Plastik

15 0 0

100 0 0

Bahan lantai kandang Kayu Bambu Rotan Beton

2

13 0 0

13,3 86,7

0 0

Bahan atap kandang Plastik Beton Seng Genteng Rumbia

1 8 3 3 0

6,7 53,3 20,0 20,0

0 Ketersediaan ventilasi Ya Tidak

14 1

93,3 6,7

Ketersediaan pencahayaan Ya Tidak

14 1

93,3 6,7

Secara umum kepadatan unggas hidup dalam kandang penampungan

adalah kurang dari 8 ekor/m² sebanyak 66,6%. Menurut Martono (1996),

kepadatan kandang yang baik yaitu populasi per meter persegi adalah 6-10 ekor.

Page 34: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

21  

  

Terlihat untuk aspek ini sebagian besar pedagang sudah menerapkan

kesejahteraan hewan.

Bahan dinding kandang penampungan yang digunakan seluruhnya terbuat

dari bahan kayu. Penggunaan bahan dinding kandang sebaiknya menggunakan

bahan yang mudah dibersihkan (Anonim 2009b). Dinding kandang biasa dibuat

dengan menggunakan bahan bambu, atau kawat. Celah-celah pada dinding

kandang hendaknya tidak dapat diterobos binatang pengganggu maupun

predator. Pada aspek ini seluruh pedagang belum menerapkan kesejahteraan

hewan.

Sebagian besar bahan lantai kandang penampungan yang digunakan

adalah bahan yang terbuat dari bambu 86,7%. Bahan lantai seharusnya

dipasang secara berderet agar unggas tidak terperosok. Lantai yang baik adalah

yang mudah dibersihkan dan aman untuk unggas hidup (Anonim 2009b). Pada

aspek ini sebagian besar pedagang belum menerapkan kesejahteraan hewan.

Bahan atap kandang penampungan yang digunakan umumnya adalah

bahan beton 53,3%. Menurut Anonim (2009b), atap kandang diusahakan

menggunakan genteng, karena tidak mudah menyerap panas yang

mengakibatkan suhu di dalam kandang menjadi tinggi. Kemudian bentuk atap

yang biasa digunakan adalah atap muka dua dengan lubang angin (monitor) dan

atap tunggal dengan lubang udara (semi monitor). Terlihat pada aspek ini hanya

sebagian kecil pedagang yang menerapkan kesejahteraan hewan.

Kandang penampungan yang digunakan sebagian besar memiliki ventilasi

93,3%. Ventilasi disini diusahakan dibuat sebaik mungkin sehingga akan terjadi

perputaran udara di kandang, yaitu udara kotor didalam kandang akan keluar

dengan mudah dan digantikan dengan udara segar dari luar kandang (Anonim

2009b). Terlihat pada aspek ini sebagian besar pedagang sudah menerapkan

kesejahteraan hewan.

Sebagian besar kandang penampungan memiliki ketersediaan

pencahayaan 93,3%. Ketersediaan cahaya khususnya cahaya matahari juga

diusahakan karena cahaya matahari dapat menghambat pertumbuhan bibit

penyakit dan merupakan provitamin D (Anonim 2009b). Untuk fasilitas listrik

diatur agar intensitas cahaya cukup di area kandang (Berry 2003). Pada aspek

ini sebagian besar pedagang sudah menerapkan kesejahteraan hewan.

Page 35: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

22  

  

Pemeliharaan Pemeliharaan yang diamati meliputi pemberian pakan, minum, vitamin dan

pengobatan terhadap unggas yang sakit.    Seluruh unggas selama berada di

kandang penampungan diberikan pakan dan minum serta tidak diberikan vitamin.

Hanya sebagian kecil pedagang yang melakukan pengobatan terhadap unggas

yang sakit.  Distribusi karakteristik aspek pemeliharaan disajikan pada Tabel 11.

Seluruh unggas hidup selama berada di dalam kandang penampungan

diberikan pakan. Nutrisi atau bahan makanan (pakan) adalah segala sesuatu

yang dapat dimakan, disukai, dan tidak membahayakan ternak (Tillman et al.

1984). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan makanan dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Menurut North (1984), metode pemberian pakan yang dibatasi disesuai dengan

kebutuhan yang diperlukan setiap harinya. Menurut Sidadolog (1999),

pembatasan pakan secara kualitatif pada unggas tetap diberi pakan secara

adlibitum tetapi kualitas pakan yang diberikan dibatasi sesuai dengan

kebutuhannya yaitu dengan beberapa metode pemberian pakan yang kaya

dengan serat kasar, penambahan tepung daun dan bekatul sehingga pakan

tersebut menjadi bulky. Untuk aspek ini seluruh pedagang sudah menerapkan

kesejahteraan hewan.

Tabel 11 Distribusi karakteristik aspek pemeliharaan pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah Pedagang %

Pemberiaan pakanYa Tidak

15 0

100 0

Pemberian minumYa Tidak

15 0

100 0

Pemberian vitaminYa Tidak

0

15

0

100 Pengobatan terhadap unggas sakit

Ya Tidak

2

13

13,3 86,7

Seluruh unggas selama berada di dalam kandang penampungan diberikan

minum. Air sangat penting bagi tubuh unggas maka air harus tersedia terus-

menerus sepanjang hari. Kebutuhan air minum akan lebih banyak dengan

bertambahnya umur unggas (Anggorodi 1985). Air merupakan komponen zat

gizi. Pemberiannya secara khusus dipisahkan dari pakan walaupun pakan itu

Page 36: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

23  

  

sendiri masih mempunyai kadar air tertentu. Fungsi air untuk pengangkutan zat-

zat makanan dalam tubuh, pembuangan sisa, dan pengaturan suhu. Menurut

Anonim (1984), air menduduki proporsi 55% sampai 75% dari berat badan.

Terlihat pada aspek ini seluruh pedagang sudah menerapkan kesejahteraan

hewan.

Selama unggas berada di kandang penampungan tidak terdapat pedagang

melakukan kegiatan pemberian vitamin. Pemberian vitamin sangat dianjurkan

untuk unggas yang terlihat kurang baik perkembangannya selama berada di

dalam kandang penampungan (Anonim 2009b). Pada aspek ini sebagian besar

seluruh pedagang belum menerapkan kesejahteraan hewan.

Sebagian besar pedagang 86,7% tidak melakukan pengobatan terhadap

unggas yang sakit selama berada di kandang penampungan. Perlakuan

pengobatan terhadap unggas sakit sangat dianjurkan. Hal ini dikarenakan untuk

mencegah penyebaran penyakit tersebut (Anonim 2009b). Terlihat pada aspek

ini hanya sebagian kecil pedagang yang menerapkan kesejahteraan hewan.

Pembersihan Karakteristik pemeliharaan yang dilihat yaitu perlakuan dan cara

pembersihan serta penggantian teratur terhadap alas kandang. Seluruh

pedagang melakukan pembersihan rutin terhadap kandang penampungan.

Sebagian besar kandang postal yang digunakan dilakukan penggantian alas

kandang secara teratur.   Distribusi karakteristik aspek pembersihan dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12 Distribusi karakteristik aspek pembersihan pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah Pedagang %

Pembersihan rutin Ya Tidak

15 0

100

0 Penggantian alas kandang secara teratur

Ya Tidak

3 1

83,3 16,7

Seluruh pedagang melakukan pembersihan rutin terhadap kandang

penampungan. Pembersihan berarti penghilangan kotoran-kotoran yang kasat

mata terlihat dari permukaan kandang. Hal ini mencakup pengurangan sejumlah

mikroorganisme patogen pada permukaan kandang dan sampai tingkat aman

Page 37: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

24  

  

bagi kesehatan karena sesuatu yang saniter tidak memiliki risiko bagi kesehatan

manusia (Mc Swane et al. 2000). Pada aspek ini terlihat seluruh pedagang

sudah menerapkan kesejahteraan hewan.

Pedagang yang melakukan kegiatan penggantian alas kandang (litter)

sejumlah 83,3%. Penggantian terhadap alas kandang harus dilakukan secara

berkala untuk mencegah datangnya agen penyakit dan mencegah penyebaran

penyakit (Smith 2001). Terlihat pada aspek ini sebagian besar pedagang sudah

menerapkan kesejahteraan hewan.

Kesehatan

Karakteristik kesehatan yang diamati meliputi pemeriksaan kesehatan

unggas, pelaku pemeriksaan, perlakuan terhadap unggas sakit dan perlakuan

terhadap bangkai unggas.    Umumnya unggas yang berada di kandang

penampungan dilakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan

seluruhnya dilakukan oleh pedagang. Sebagian besar pedagang melakukan

pemotongan terhadap unggas yang sakit. Seluruh bangkai unggas yang

terdapat di kandang penampungan dibuang oleh pedagang.    Distribusi

karakteristik aspek kesehatan terhadap unggas selama berada di kandang

penampungan dapat dilihat pada Tabel 13. Pedagang yang melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap unggas

selama di kandang sejumlah 80%. Pemeriksaan terhadap unggas mutlak harus

dilakukan untuk memastikan kondisi unggas dalam keadaan baik serta

memudahkan untuk mengambil tindakan awal apabila terdapat unggas yang

sakit sehingga diharapkan pencegahan terhadap timbulnya penyakit dapat

dilakukan secara dini (Smith 2001). Terlihat pada aspek ini sebagian besar

pedagang belum menerapkan kesejahteraan hewan.

Seluruh kegiatan pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh pedagang sendiri

100%. Pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan oleh instansi yang

berwenang agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan tindakan untuk

mengantisipasi yang diambil dapat dilakukan secara benar dan tepat (Anonim

2009b). Pada aspek ini seluruh pedagang belum menerapkan kesejahteraan

hewan.

Sebagian besar pedagang memperlakukan unggas yang sakit dengan cara

dipotong 80%. Menurut Hanson (2002), hewan sakit yang tidak diisolasi dan

dipisahkan pada kandang terpisah akan berpotensi menularkan penyakit pada

Page 38: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

25  

  

hewan sehat. Terlihat pada aspek ini sebagian besar pedagang belum

menerapkan kesejahteraan hewan.

Tabel 13 Distribusi karakteristik aspek kesehatan pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah Pedagang %

Pemeriksaan kesehatanYa Tidak

12 3

80,0 20,0

Pelaku pemeriksaan Petugas dinas Petugas khusus Dilakukan sendiri

0 0

15

0 0

100 Perlakuaan terhadap unggas sakit

Dipisahkan dan diobati hingga sembuh kemudian dijual Dipisahkan dalam kandang/tempat khusus terpisah dengan unggas sehat Dijual Dipotong Dibiarkan tetap dikandang tanpa perlakuan

0 1

0 12 2

0

6,7 0

80,0 13,3

Perlakuan terhadap bangkai unggasDibakar Dikubur Dijual Ditukar dengan jasa Dimanfaatkan untuk pakan ternak Dibuang

0 0 0 0 0

15

0 0 0 0 0

100

Perlakuan terhadap bangkai unggas seluruhnya dengan cara dibuang

100%. Menurut Hanson (2002), bangkai unggas hendaknya ditempatkan dalam

tempat khusus untuk kemudian dibakar. Pada aspek ini terlihat seluruh

pedagang belum menerapkan kesejahteraaan hewan.

Limbah

Aspek limbah yang dilihat meliputi penanganan kotoran unggas,

pembuangan limbah cair dan pembuangan limbah padat.    Umumnya

penanganan terhadap kotoran unggas dengan cara dikumpulkan di tempat

terbuka. Untuk pembuangan limbah cair seluruhnya dialirkan ke selokan umum,

sedangkan pembuangan limbah padat sebagian besar dibuang pada tempat

sampah umum. Distribusi karakteristik aspek limbah dapat dilihat pada Tabel 14. Sebagian besar penangan limbah unggas berupa kotoran unggas

dilakukan pedagang dengan cara dikumpulkan di tempat terbuka 86,7%.

Menurut Soejoedono et al. (2005), kotoran hewan yang tidak ditangani dengan

baik akan menjadi sumber penularan penyakit. Terlihat pada aspek ini seluruh

pedagang belum menerapkan kesejahteraan hewan.

Page 39: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

26  

  

Penanganan limbah cair umumnya dilakukan seluruh pedagang dengan

cara mengalirkan ke selokan umum. Intensitas pengambilan sampah dan limbah

(kotoran unggas) dilakukan pada periode tertentu secara teratur karena dapat

mengundang lalat atau insekta lain serta tumpukan sampah dapat menjadi

sumber pencemaran penyakit (Jeffrey 1997). Untuk aspek ini terlihat seluruh

pedagang belum menerapkan kesejahteraan hewan.

Tabel 14 Distribusi karakteristik aspek limbah pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah Pedagang %

Penanganan kotoran unggasDikumpulkan dalam karung/tempat tertutup untuk dibuat kompos Dikumpulkan dalam karung/tempat tertutup untuk dijual Dikumpulkan dalam karung/tempat tertutup untuk dibakar Dikumpulkan di tempat terbuka Dibiarkan

1 0 0

13 1

6,7 0 0

86,6 6,7

Pembuangan limbah cair Dialirkan ke selokan khusus Dialirkan ke selokan umum Diolah baru dialirkan

0

15 0

0

100 0

Pembuangan limbah padat Dibuang pada tempat khusus untuk dijadikan kompos Dibuang pada tempat khusus untuk diambil petugas Dibuang pada tempat sampah umum Dibuang ke sungai/selokan Dibiarkan

0 0

14 1 0

0 0

93,3 6,7 0

Penanganan limbah padat dilakukan sebagian besar pedagang dengan

cara membuang pada tempat sampah umum 93,3%. Hasil ikutan dapat

dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi manusia, bahan baku makanan temak

dan ikan. Penanganan hasil ikutan dilakukan sesuai dengan sasaran

pemanfaatannya yaitu terhadap darah apabila akan dimanfaatkan untuk

keperluan konsumsi manusia, bahan baku makanan temak dan ikan, maka harus

ditampung pada tempat yang disediakan khusus untuk itu. Terhadap bulu, tulang,

dan kuku apabila akan dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan ternak dan

ikan harus ditempatkan pada tempat penampungan sementara sebelum diangkat

ke luar Rumah Pemotongan Unggas dan atau Tempat Pemotongan Unggas.

Hasil ikutan yang tidak dimanfaatkan merupakan limbah. Penanganan limbah

dilakukan sesuai dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) yang telah

disetujui (Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 306/KPTS/TN. 330/4/1994).

Terlihat pada aspek ini umumnya pedagang belum menerapkan kesejahteraan

hewan.

Page 40: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

27  

  

Aspek Penyembelihan

Aspek penyembelihan yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi

personal, peralatan dan proses.

Personal

Karakteristik aspek personal yang diamati dalam penelitian ini meliputi

pelaku penyembelihan, adanya pelatihan khusus terhadap petugas

penyembelihan dan kepemilikan sertifikat penyembelihan dari majelis ulama

Indonesia (MUI). Seluruh penyembelihan unggas dilakukan oleh pedagang

sendiri. Petugas penyembelihan ini seluruhnya tidak memperoleh pelatihan

khusus dan tidak memiliki sertifikat penyembelih dari MUI. Distribusi karakteristik

Aspek personal pemotongan unggas dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Distribusi karakteristik aspek personal pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah

Pedagang %

Pelaku penyembelihan unggas Petugas khusus Dilakukan sendiri

0

15

0

100 Pelatihan khusus petugas penyembelih

Ya Tidak

0

15

0

100 Kepemilikan sertikat penyembelih dari MUI

Ya Tidak

0

15

0

100

Pemotongan/penyembelihan unggas adalah kegiatan untuk menghasilkan

daging unggas yang terdiri dan pemeriksaan ante mortem, penyembelihan,

penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post mortem (Surat Keputusan

Menteri Pertanian Nomor 306/KPTS/TN. 330/4/1994). Dari Tabel 15 dapat

terlihat sebagian besar pelaku penyembelihan unggas oleh pedang sendiri

93.3%. Pemotongan unggas harus dilakukan di rumah pemotongan unggas atau

tempat pemotongan unggas kecuali untuk keperluan keluarga, upacara adat dan

keagamaan. Petugas pemotongan unggas dan penanganan daging unggas

harus sehat khususnya tidak mempunyai luka, tidak berpenyakit kulit, dan bebas

dan penyakit menular yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter yang

diperbaharui setiap tahun, memelihara kebersihan badan dan tidak merokok

selama melakukan tugas, memelihara higiene tempat bekerja dan mencegah

Page 41: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

28  

  

adanya kontaminasi terhadap daging, karkas unggas dan atau bagian-bagian

daging unggas lainnya yang bermanfaat. Selain petugas pemotongan unggas

dan penanganan daging unggas tidak seorangpun diperkenankan berada di

dalam ruang pemotongan unggas dan penanganan daging unggas tanpa seijin

Kepala Rumah Pemotongan Unggas atau Tempat Pemotongan Unggas (Surat

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 306/KPTS/TN. 330/4/1994). Pada aspek ini

pedagang seluruh pedagang belum menerapkan kesejahteraan hewan.

Secara umum tidak terdapat pelatihan khusus untuk petugas penyembelih.

Pelatihan mutlak diperlukan untuk petugas penyembelih unggas, hal ini

dimaksudkan untuk menjamin produk yang dihasilkan aman, sehat, utuh dan

halal (Anonim 2009b). Untuk aspek ini seluruh pedagang belum menerapkan

kesejahteraan hewan.

Petugas penyembelih sebagian besar tidak memiliki sertifikat

penyembelihan dari MUI 93,3%. Kepemilikan akan sertifikat dari MUI ini sangat

dianjurkan untuk memastikan petugas penyembelih melakukan kegiatan

penyembelihan dengan baik dan benar juga memberikan rasa aman terhadap

konsumen dalam mengkonsumsi produk unggas tersebut (Anonim 2009b).

Terlihat pada aspek ini sebagian besar pedagang belum menerapkan

kesejahteraan hewan.

Peralatan

Karakteristik peralatan yang dilihat dalam penelitian ini yaitu ketajaman,

jumlah dan kebersihan pisau yang digunakan dalam penyembelihan.    Seluruh

petugas penyembelih menjaga ketajaman pisau, sebagian besar memperhatikan

kecukupan jumlah dan kebersihan pisau pemotong.  Distribusi karakteristik aspek

peralatan yang digunakan dalam penyembelihan unggas ditampilkan pada Tabel

16.

Seluruh petugas penyembelih memperhatikan ketajaman pisau pemotong.

Ketajaman pisau pemotong harus selalu diperhatikan untuk mencegah rasa sakit

yang timbul pada unggas saat pemotongan dan untuk mempermudah bagian-

bagian dari unggas yang harus terpotong pada saat penyembelihan (Anonim

2009c). Terlihat pada aspek ini seluruh pedagang sudah menerapkan

kesejahteraan hewan.

Sebagian besar petugas penyembelih yang memperhatikan kecukupan

jumlah pisau pemotong 86,7%. Kecukupan jumlah pisau merupakan hal yang

Page 42: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

29  

  

perlu diperhatikan, hal ini dikarenakan untuk mendapatkan hasil penyembelihan

yang baik (Anonim 2009b). Untuk aspek ini terlihat sebagian besar pedagang

sudah menerapkan kesejahteraan hewan

Tabel 16 Distribusi karakteristik aspek peralatan pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah Pedagang %

Ketajaman pisau Ya Tidak

15 0

100 0

Kecukupan jumlah pisau Ya Tidak

13 2

86,7 13,3

Kebersihan pisau Ya Tidak

14 1

93,3 6,7

Petugas penyembelih yang memperhatikan kebersihan pisau pemotong

sejumlah 93,3%. Kebersihan pisau pemotong harus diperhatikan, hal ini

dikarenakan untuk mencegah timbulnya agen penyakit (Anonim 2009c). Terlihat

pada aspek ini umumnya pedagang sudah menerapkan kesejahteraan hewan.

Proses

Karakteristik proses yang diamati meliputi proses pemingsanan, proses

pengeluaran darah, penanganan proses pengeluaran darah dan lama

pengeluaran darah.    Seluruh unggas yang dipotong tidak dilakukan proses

pemingsanan, sebagian besar dilakukan proses pengeluaran darah. Umumnya

penanganan proses pengeluaran darah dengan cara dimasukkan ke dalam

tong/bak khusus. Lama waktu pengeluara darah umumnya lebuh dari 8 detik.  

Distribusi karakteristik aspek proses secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 17. Seluruh unggas yang disembelih tidak dilakukan pemingsanan.

Penyembelihan dapat dilakukan dengan pemingsanan atau tanpa pemingsanan

terlebih dahulu. Apabila unggas sebelum disembelih dipingsankan terlebih

dahulu maka pemingsanannya dilakukan sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama

Indonesia (Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 306/KPTS/TN.

330/4/1994). Pemingsanan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan

pemingsanan elektrik dengan arus 150 mA (Wotton et al. 1999). Pada aspek ini

seluruh pedagang belum menerapkan kesejahteraan hewan.

Petugas penyembelih yang melakukan proses pengeluaran darah sejumlah

93,3%. Proses pengeluaran darah mutlak diperlukan untuk mendapatkan

Page 43: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

30  

  

kualitas karkas yang baik (Anonim 2009c). Terlihat pada aspek ini umumnya

sebagian besar pedagang sudah menerapkan kesejahteraan hewan.

Tabel 17 Distribusi karakteristik aspek proses pada TPUH di Kota Bogor

Karakteristik Jumlah Pedagang %

Proses pemingsanan Ya Tidak

0

15

0

100 Proses pengeluaran darah

Ya Tidak

14 1

93,3 6,7

Penanganan proses pengeluaran darah Dibiarkan di atas lantai Dimasukkan ke dalam corong khusus Dimasukkan ke dalam tong/bak khusus

1 0

14

6,7 0

93,3 Lama waktu pengeluaran darah (detik)

< 4 4-8 > 8

1 0

14

6.7 0

93,3

Penanganan proses pengeluaran darah dengan cara dimasukkan ke dalam

tong/bak khusus 93,3%. Darah merupakan media yang baik untuk timbulnya

agen penyakit (Anonim 2009c). Terlihat pada aspek ini sebagian besar

pedagang sudah menerapkan kesejahteraan hewan.

Sebagian besar petugas penyembelih melakukan penanganan proses

pengeluaran darah dengan cara memasukkan ke dalam tong/ bak khusus 93,3%.

Penanganan proses pengeluaran darah harus segera dilakukan karena darah

merupakan media yang baik untuk timbulnya agen penyakit (Anonim 2009c).

Terlihat pada aspek ini sebagian besar pedagang sudah menerapkan

kesejahteraan hewan.

Jangka waktu pengeluaran darah yang dilakukan petugas umumnya

adalah 4-8 detik 53,3%. Lama waktu pengeluaran darah menentukan kualitas

karkas yang dihasilkan (Anonim 2009c). Terlihat pada aspek ini sebagian besar

pedagang sudah menerapkan kesejahteraan hewan.

Pengaruh Kesejahteraan Hewan terhadap Kualitas Daging Peningkatan kualitas daging penting untuk dilakukan. Penurunan tingkat

rasa sakit berkaitan dengan peningkatan kualitas daging (Warriss 1984).

Perlakuan yang kasar dalam penanganan pemotongan hewan akan

menyebabkan stres pada hewan dan menghasilkan kualitas daging yang rendah.

Penanganan hewan saat pemotongan harus diatur dengan baik untuk

Page 44: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

31  

  

mempertahankan standar yang berkualitas karena kesejahteraan hewan

merupakan bagian dari kualitas daging (Grandin 2001).

Untuk mengurangi stres saat pemotongan hewan diperlukan penanganan

hewan yang baik sebelum dan saat pemotongan, menghindari tersiksanya

hewan dari risiko perlakuan kasar dan mengistirahatkan hewan sebelum

disembelih. Daging yang baik dapat diperoleh melalui proses pemotongan yang

baik. Syarat untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik adalah (1) hewan

harus tidak diperlakukan secara kasar, (2) hewan harus tidak mengalami stres,

(3) penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna

mungkin, (4) kerusakan karkas harus minimal dan (5) cara pemotongan harus

higienis, ekonomis, aman bagi para pekerja rumah pemotongan hewan (RPH)

(Swatland et al. 1984). Kunci utama pemotongan yang baik terletak pada

penanganan hewan sebelum pemotongan.

Penanganan pemotongan hewan yang manusiawi menjadi hal yang sangat

penting karena dapat mengurangi penderitaan hewan, tetapi juga dapat

meningkatkan kualitas dan nilai daging serta produk sampingan daging lainnya,

sehingga menjamin keamanan pangan dan berpengaruh terhadap pendapatan

negara. Namun pada kenyataannya banyak negara berkembang belum optimal

melakukan pengembangan dan pelaksanaan aturan-aturan penanganan hewan

yang manusiawi. Hal tersebut berakibat pada kondisi dan perlakuan yang kasar

pada saat penanganan hewan sehingga menyebabkan penderitaan pada hewan

(Chambers dan Grandin 2001). Pada saat pemotongan, hewan harus berada

pada kondisi sehat dan memiliki psikologi yang normal (Chambers dan Grandin

2001).

Stres dapat mempengaruhi kualitas daging yaitu melalui mekanisme laju

glikolisis anaerob yang berlangsung lebih cepat sehingga laju penurunan pH

postmortem akan lebih cepat. Hal tersebut berdampak pada daya ikat air,

sehingga banyak cairan dari daging yang dilepas akibatnya kualitas daging yang

dihasilkan menurun (Fatimah 2008).

Proses pengendalian hewan sebelum pemotongan yang tidak benar akan

menimbulkan rontaan pada hewan sehingga hewan akan mengalami memar

akibat terbanting ke lantai (Meischke dan Horder 1976). Penanganan hewan

sebelum pemotongan juga berkaitan dengan kesempurnaan proses pengeluaran

darah. Pengeluaran darah yang tidak sempurna akan menyebabkan darah

tertahan di jaringan. Darah yang terakumulasi di jaringan akibat pengeluaran

Page 45: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

32  

  

darah postmortem yang tidak sempurna akan menyebabkan masa simpan

daging yang pendek, warna daging yang kusam, dan cemaran bakteri daging

(Chrystall et al. 1981; Warriss 1984; Lambooy 1981; Weise et al. 1982). Menurut

Warris (1984), akumulasi darah akibat penanganan yang tidak benar berada di

ruang toraks, ruang abdominal, hati dan jantung.

Perbaikan Kondisi Kesejahteraan Hewan Penjualan unggas hidup pada tempat penjualan unggas hidup (TPUH)

menyebabkan masalah-masalah seperti; masalah kesejahteraan hewan dalam

jual beli ungggas dan kurangnya pemahaman mengenai kesejahteraan hewan

(lima kebebasan) dalam masyarakat (penjual dan pembeli unggas hidup).

Pemerintah diharapkan membuat dan menerapkan peraturan-peraturan

mengenai kesejahteraan hewan sebagai standar dalam perdagangan unggas

hidup di TPUH. Produsen (peternak dan breeder) hendaknya menerapkan

kesejahteraan hewan dalam mata rantai produksi unggas serta untuk konsumen

diharapkan lebih memahami pentingnya produk asal unggas yang dihasilkan

dengan konsep penerapan kesejahteraan hewan yang baik (Mudiarta 2007).

Perbaikan kondisi kesejahteraan hewan ini membutuhkan kerja sama

antara pemerintah dan masyarakat perunggasan (produsen dan konsumen)

melalui sistem komunikasi, informasi dan edukasi. Diharapkan dari hal ini dapat

dihasilkan suatu sistem penerapan kesejahteraan hewan yang baik, sehingga

produk asal unggas aman, sehat, utuh dan halal untuk dikonsumsi oleh

konsumen.

Page 46: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1 Penerapan aspek kesejahteraan hewan pada pengangkutan yang sudah

dilaksanakan dengan baik antara lain waktu pengiriman unggas,

pembersihan mobil secara teratur, penggunaan keranjang untuk membawa

unggas, bahan keranjang, kepadatan unggas dalam keranjang, jumlah

tumpukan keranjang dan pembersihan keranjang.

2 Penerapan aspek kesejahteraan hewan pada aspek penampungan yang

sudah diterapkan dengan baik antara lain penggunaan kandang postal,

kepadatan dalam kandang, pemberiaan pakan dan minum, ketersediaan

ventilasi, ketersediaan pencahayaan, pembersihan rutin terhadap kandang

penampungan dan penggantian alas kandang (litter).

3 Penerapan aspek kesejahteraan hewan pada aspek penyembelihan yang

sudah dilakukan dengan baik antara lain pedagang menjaga ketajaman,

kecukupan jumlah dan kebersihan pisau pemotong, proses pengeluaran

darah, penampungan darah dan lama waktu pengeluaran darah.

Saran 1 Untuk aspek pengangkutan kendaraan perlu dilakukan pembenahan

terhadap jenis kendaraan, model bak pengangkutan dan cara membawa

unggas.

2 Untuk aspek penampungan perlu dilakukan pembenahan terhadap bahan

yang digunakan untuk atap kandang, bahan dinding kandang, bahan lantai

kandang, pemberiaan vitamin, perlakuan terhadap unggas yang sakit,

petugas pemeriksa, perlakuan terhadap bangkai unggas, penanganan

kotoran unggas, pemeriksaan kesehatan,limbah cair dan limbah padat.

3 Untuk aspek penyembelihan limbah perlu dilakukan pembenahan terhadap

petugas pemotong, pelatihan khusus untuk petugas pemotong, kepemilikan

sertifikat penyembelih dari MUI dan proses pemingsanan.

4 Perlunya pembinaan dan pengawasan dalam penerapan aspek

kesejahteraan hewan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor.

Page 47: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

34

5 Perlunya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terhadap pedagang dan

konsumen yang dilakukan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor dan pemangku

kepentingan lain.

6 Pemerintah Kota Bogor perlu melakukan relokasi terhadap tempat penjualan

unggas yang dapat berpengaruh langsung terhadap penerapan aspek

kesejahteraan hewan guna menghasilkan sistem perunggasan yang baik.

Page 48: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

DAFTAR PUSTAKA

Albright JL. 1997. Animal Welfare Issues, A Critical Analysis. http://www.nal.usda.gov/awic/pubs 97 issues [7 Januari 2009]

Anggorodi. 1985. Kebutuhan Nutrisi Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya. [Anonim]. 1984. Kebutuhan Air pada Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.

[Anonim]. 2006a. Statistik Peternakan 2006 (Livestock Statistic 2006). Directorate General of Livestock. Department of Agriculture-Republic of Indonesia.

[Anonim]. 2006b. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. www.wikipedia.org [10 Agustus 2008]

[Anonim]. 2009a. Penangkapan dan Pengangkutan Unggas Hidup.

www.legalitas.org [23 Januari 2009] [Anonim]. 2009b. Unggas dan Pemanfaatannya. www.legalitas.org [23 Januari

2009] [Anonim]. 2009c. Tehnik Pemotongan Ternak Unggas. wordpress.com. [23

Januari 2009] Berry J. 2003. Pride in the poultry farm. Oklahoma cooperative Extension Fact

Sheet F-8210. http://www.osuextra.com [6 Februari 2009]. Blecha F. 2000. Immune System Response to Stress. Di dalam: Moberg GP

dan Mench JA, editor. The Biology of Animal Stress. Wallungford Oxon:CAB International. Hlm: 111-112.

Carlyle, W.W.H. 1997. Effect of time between farm loading and processing in

carcass quality of broiler chickens. Vet Rec 141, 364.

Chambers PG, Grandin T. 2001. Petunjuk untuk Penanganan, Pengiriman dan Pemotongan Hewan yang Manusiawi. Marjaya W, penerjemah; Heins G, Srisovan T, editor. Denpasar: Yudisthira. Terjemahan dari: Guidelines for Humane Handling, Transport, and Slaughter of Livestock.

Cheeke, PR. 2004. Contemporary Issues in Animal Agriculture. New Jersey :

Pearson Education, Inc.

Chrystall BB, Devine CE, Newton KG. 1981. Residual blood in lamb muscle. Meat Sci 5:339-45.

Page 49: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

36

Cook CJ, Mellor DJ, Harris PJ, Ingram JR, Matthews LR. 2000. Hands-on and hands-off Measurement of Stress. Di dalam: Moberg GP and Mench Ja editor. The Biology of Animal Stress. Wallungford Oxon: CAB International. Hlm: 123-146.

Dallas S. 2006. Animal Biology and Care. Edisi kedua. Oxford: Blackwell

Science. Damron WS. 2003. Introduction to Animal Science. New Jersey: pearson

Education. Hlm: 739-757. Duncan IJH, Fraser D. 1997. Understanding Animal welfare. Di dalam: Appleby

MC, Hughes BO. Animal welfare. Wallingford: CABI. Hlm: 19-32. Ekesbo I. 1992. Monitoring System Using Clinical, Subclinical and Behavioural

Records for Improving Health and Welfare. Di dalam: Moss R, editor. Livestock Health and Welfare. Essex: Longmann. Hlm: 20-50

Fatimah, E. 2008. Kualitas Daging Sapi yang Dipotong Menggunakan Restraining Box: Drip Loss dan Cooking Loss [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Fraser D. 2003. Assessing Animal welfare at The Farm and Group Level:The

Interplay of Science and Values. UFAW ani Welfare J;12: 433-443. Grandin T. 2001. Antemortem Handling and Welfare. Di dalam: Hui YH, editor

Meat Science and Application. New York: Marcel Dekker. Gregory NG. 1998. Animal Welfare and Meat Sciance. Wallingford: CABI

Publishing. Hall SGJ. 2004. Livestock Biodiversity. Oxford: Blackwell Science. Hoxey, R.P et al. 1996. An investigation of the aerodynamic and ventilation

characteristis of poultry transport vehicles. Part I. J Agric Eng Res; 65: 77-83.

Hutomo, P. 2008. Kandang Unggas untuk Mencegah Penularan Penyakit.

Jakarta. Sinar Tani Jeffrey JS. 1997. Biosecurity for poultry flocks. Poultry Fact Sheet No 26.

file://localhost/F:/Folder%20TinPus/BIOSECURITY%20FOR%20POULTRY%20FLOCKS.htm [8 Februari 2009].

Jones RB. 1997. Fear and Distress. Di dalam: Appleby MC, Hughes BO. Animal

Welfare. Wallingford: CABI. Hlm: 75-87. Lay DCJr. 2000. Concequences of Stress During Development. Di dalam:

Moberg GP dan Mench JA, editor. The Biology of Animal Stress. Wallungford Oxon: CAB International. Hlm: 249-267.

Magnen, L. 1985. The State of Animal. www.legalitas.org [6 Februari 2009]

Page 50: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

37

Martono. 1996. Beternak Broiler dengan Sukses. Jakarta: Penebar Swadaya. Mc Swane D. et al. 2000. Essentials of Food Safety and Sanitation. Upper

Saddle River. Prentice Hall.

Meischke HRC, Horder JC. 1976. A knocking box effect on bruising cattle. J Food Technol Aust 18:369-71.

Moberg, GP. 2000. Biological Response to Stress : Implication for Anmal Welfare. Wallungford Oxon : CAB International. Hlm: 1-21.

Moss R. 1992. Definition of Health and Welfare. Di dalam Moss r, editor.

Livestock Health and Welfare. Essex: Longman. Hlm: 1-19 Mudiarta, I Wayan. 2008. Dampak Penjualan Unggas Hidup di Pasar

Tradisional Terhadap Kesejahteraan Hewan, Kesehatan masyarakat dan Lingkungan. Bali: Yayasan Yudhisthira

Murtidjo. 1987. Unggas dan Pemeliharaannya. Jakarta: Penebar Swadaya. Phillips, CJC. 2002. Animal Behavior and Welfare. Oxford : Blackwell Science. [RSCPA] Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animal. 1999. Wefare

Standards for Chickens. Freedom Food Limited, RSPCA, Causeway, UK. Santhia, K. 1984. Cara Memelihara Unggas yang Baik. Yogyakarta: Bintang

Press. [SCAHAW] Scientific Committee on Animal Health and Animal Welfare. 2000.

The Welfare of Chickens Kept for Meat Production (broilers). SANCO.B.3/AH//R15/2000. European Commission, Brussels.

Sidadolog. 1999. Penyusunan Ransum Broiler. Yogyakarta: Bintang Press. Siegel, MS. 2006. Flu Burung Serangan Wabah Ganas dan Perlindungan

Terhadapnya. Bandung : Kaifa. Smith TW. 2001. Sanitation: Cleaning and disinfektans.

http://www.msstate.edu/dept/poultry/sanitation. [6 Februari 2009]. Soejoedono. 2005. Virus burung dari unggas terbukti bisa menular ke manusia.

Jangan panik, tetapi tetap waspada. Jakarta: Perpustakaan nasional. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 306/KPTS/TN. 330/4/1994 tentang

Pemotongan unggas dan Penanganan Daging Unggas serta Hasil Ikutannya.

Swatland HJ, Brogna RJ, Lutte GH. 1984. Electrical activity in the cerebral hemispheres of electrically stunned pigs. J Anim Sci 58.

Tannenbaum, J. 1991. Ethics and animal Welfare : The Inextricable Connection

J of Am Vet Med Aso.

Page 51: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

38

Tim AI FKH IPB. 2006. Kajian terhadap Karakter Virus Avian Influenza (AI) pada Unggas Air sebagai Dasar Pengendalian Penyakit AI. Laporan Akhir Penelitian kerjasama Departemen Pertanian dan FKH IPB.

UU No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan

Kesehatan Hewan: Jakarta, 8 Juli 1967.

Warriss PD. 1984. Exsanguination of animals at slaughter and the residual blood content of meat. Vet Rec 115:202-205.

Wolfle TL. 2000. Understanding the Role of stress I Animal Welfare: Practical

Considerations. Di dalam; Moberg GP dan Mench JA, editor. The Biology of Animal Stress. Wallungford Oxon: CAB International. Hlm: 355-368.

Wotton, S.B. and Wilkins, L.J. 1999. Effect of very low pulsed direct currents at

high frequency on the return of neck tension in broilers. Vet Rec 145, 393-396.

[WSPA] World Society for the Protection Animals. 1997. Welfare Assessment

and Five Freedoms. Bristol: Bristol University.

Page 52: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

LAMPIRAN

Page 53: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

40  

  

Lampiran 1 Kuesioner yang digunakan

KUESIONER PENERAPAN ASPEK KESEJAHTERAAN HEWAN

PADA PEDAGANG DI TEMPAT PENJUALAN UNGGAS DI KOTA BOGOR

Tanggal : GPS Kode : Nama Pasar : Lat : ID Pasar : Long : Nama Pedagang : Alamat Pasar : Jalan : Kelurahan : Kecamatan :

I. Karateristik Usaha 1.1 Jenis unggas yang dijual :

Jenis ∑ yang dijual per hari

Urutan Jumlah Penjualan

Bentuk yang Dijual Unggas Hidup Karkas

Ayam Kampung Broiler Layer Afkir Bebek

Entok

Puyuh Lainnya,

sebutkan……………

1.2 Pengalaman melakukan usaha :

1. Kurang dari 1 tahun 2. 1-3 tahun 3. > 3-5 tahun 4. Lebih dari 5 tahun

1.3 Jenis pemasok yang memasok unggas : 1. Pemasok tetap 2. Pemasok tidak tetap (berubah-ubah)

Page 54: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

41  

  

II. Pengangkutan 2.1 Kendaraan 2.1.1 Transportasi yang biasa digunakan untuk membawa unggas ke lokasi usaha

: (jawaban boleh dari satu) 1. Truk khusus 2. Mobil 3. Motor 4. Sepeda 5. Lain-lain, sebutkan…………………………………………………………

2.1.2 Jika memakai truk khusus atau mobil, bagaimana model bak kendaraan pengangkut unggas : 1. Tertutup 2. Terbuka

2.1.3 Siapa pemilik kendaraan untuk membawa unggas ke lokasi usaha: 1. Milik sendiri 2. Jasa penyewaan

2.1.4 Jika menggunakan sepeda motor atau sepeda, bagaimana cara membawa unggas ke lokasi usaha : 1. Ditempatkan dalam keranjang 2. Tanpa keranjang, digantung dengan posisi kepala ke bawah 3. Lain-lain, sebutkan………………………………………………. 4.

2.2 Keranjang 2.2.1 Apakah menggunakan keranjang saat pengangkutan unggas:

1. Ya 2. Tidak

2.2.2 Bahan keranjang yang digunakan : 1. Plastik 2. Kayu 3. Rotan 4. Lain-lain, sebutkan……………………………………………..

2.3 Kepadatan 2.3.1 Berapa rata-rata jumlah unggas perkeranjang:……………… ekor 2.3.2 Berapa buah jumlah keranjang di dalam truk/mobil:…………………… buah 2.3.3 Jika memakai truk khusus atau mobil, berapa rata-rata jumlah tumpukan

keranjang di dalam truk/mobil:…………..tumpuk 2.3.4 Berapa jumlah minimum tumpukan keranjang di dalam

mobil/truk…………..tumpuk 2.3.5 Berapa jumlah maksimum tumpukan keranjang di dalam

truk/mobil……………tumpuk

Page 55: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

42  

  

Dicuci

2.4 Waktu 2.4.1 Kapan waktu biasa unggas dikirim oleh pemasok :

1. Pagi 2. Siang 3. Sore 4. Malam 5. Tidak tentu

2.5 Pembersihan 2.5.1 Jika menggunakan truk/mobil pengangkut, bagaimana cara pembersihan

keranjang pengangkut : 1. Disiram air : 1. Ya 2. Tidak 2. Dicuci dengan sabun/deterjen : 1. Ya 2. Tidak 3. Desinfektan : 1. Ya 2. Tidak

2.5.2 Apakah dilakukan pembersihan secara teratur terhadap truk pengangkut : 1. Ya 2. Tidak

2.5.3 Bagaimana cara membersihkan truk pengangkut : 1 Disapu : 1. Ya 2. Tidak 2 : 1. Ya 2. Tidak 3 Desinfektan : 1. Ya 2. Tidak

2.5.4 Apakah dilakukan pembersihan terhadap keranjang pengangkut : 1. Ya 2. Tidak

III. Penampungan 1.1 Kandang 3.1.1 Jenis kandang yang digunakan untuk penampungan :

1. Kandang Panggung 2. Kandang Postal 3. Tetap di keranjang pengangkut Jika unggas diletakkan di dalam

kandang, 3.1.2 Terbuat dari jenis apa bahan dinding kandang tersebut :

1. Kayu 2. Rotan 3. Plastik 4. Lain-lain, sebutkan…………………………………

3.1.3 Sebutkan bahan yang digunakan untuk lantai kandang : 1. Kayu 2. Bambu 3. Rotan 4. Beton 5. Lain-lain, sebutkan…………………………………

Page 56: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

43  

  

3.1.4 Sebutkan bahan yang digunakan untuk atap kandang : 1. Plastik 2. Seng 3. Genteng 4. Rumbia 5. Lain-lain, sebutkan………………………………….

3.1.5 Apakah di dalam kandang tersedia ventilasi yang cukup : 1. Ya 2. Tidak

3.1.6 Apakah di dalam kandang tersedia pencahayaan : 1. Ya 2. Tidak

3.2 Kepadatan 3.2.1 Berapa luas kandang penampungan……………m² (P =………..m,

L=…………….m) 3.2.2 Berapa rata-rata jumlah unggas di dalam kandang penampungan

:…………………/ekor 3.3 Pakan, Minum, Vitamin dan Obat 3.3.1 Apakah selama di penampungan unggas diberikan makan:

1. Ya 2. Tidak

3.3.2 Apakah selama di penampungan unggas diberikan minum : 1. Ya 2. Tidak

3.3.3 Apakah selama di penampungan unggas diberikan vitamin : 1. Ya 2. Tidak

3.3.4 Apakah selama di penampungan unggas diberikan obat cacing : 1. Ya 2. Tidak

3.3.5 Selama berada di penampungan, apakah dilakukan pengobatan tarhadap unggas yang sakit : 1. Ya 2. Tidak

3.4 Pembersihan 3.4.1 Apakah dilakukan pembersihan rutin terhadap kandang penampungan

1. Ya 2. Tidak

3.4.2 Bagaimana cara membersihkan kandang penampungan : 1. Disapu : 1. Ya 2. Tidak 2. Dicuci : 1. Ya 2. Tidak 3. Desinfektan : 1. Ya 2. Tidak

3.4.3 Untuk model postal (lantai), apakah dilakukan penggantian alas kandang/litter secara teratur : 1. Ya 2. Tidak

Page 57: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

44  

  

3.5 Pemeriksaan Kesehatan 3.5.1 Apakah dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap unggas di kandang

penampungan : 1. Ya 2. Tidak

3.5.2 Siapa yang melakukan pemeriksaan kesehatan hewan : 1. Petugas dinas 2. Petugas khusus (dokter hewan/paramedis) 3. Dilakukan sendiri

3.6 Penanganan Unggas Sakit dan Mati 3.6.1 Apa yang dilakukan dengan unggas yang sakit :

1. Dipisahkan dan diobati hingga sembuh kemudian dijual 2. Dipisahkan dalam kandang/tempat khusus terpisah dengan unggas

sehat 3. Dijual 4. Dipotong 5. Dibiarkan tetap dikandang tanpa perlakuan 6. Lain-lain, sebutkan…………………

3.6.2 Apa yang dilakukan terhadap bangkai unggas : 1. Dibakar 2. Dikubur 3. Dijual 4. Ditukar dengan jasa 5. Dimanfaatkan untuk pakan ternak 6. Dibuang 7. Lain-lain, sebutkan…………..

3.7 Penanganan Limbah 3.7.1 Bagaimana penanganan kotoran unggas :

1. Dikumpulkan dalam karung/ tempat tertutup untuk dibuat kompos 2. Dikumpulkan dalam karung/ tempat tertutup untuk dijual 3. Dikumpulkan dalam karung/ tempat tertutup untuk dibakar 4. Dikumpulkan di tempat terbuka 5. Dibiarkan 6. Lain-lain, sebutkan………….

3.7.2 Bagaimana pembuangan limbah cair : 1. Dialirkan di selokan khusus 2. Dialirkan di selokan umum 3. Diolah baru dialirkan 4. Lain-lain, sebutkan………….

3.7.3 Bagaimana pembuangan limbah padat (bulu, limbah jeroan dan lain-lain) 1. Dibuang pada tempat khusus untuk dijadikan kompos 2. Dibuang pada tempat khusus untuk diambil petugas 3. Dibuang pada tempat sampah umum 4. Dibuang di sungai/selokan 5. Dibiarkan 6. Lain-lain, sebutkan………….

Page 58: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

45  

  

IV. Penyembelihan 4.1 Petugas 4.1.1 Siapa yang melakukan pemotongan unggas:

1. Petugas khusus 2. Dilakukan sendiri 3. Lain-lain, sebutkan………..

4.1.2 Adakah pelatihan khusus untuk petugas penyembelihan unggas : 1. Ya 2. TidaK

4.1.3 Apakah petugas pemotong unggas memiliki sertifikat penyembelih dari MUI: 1. Ya 2. Tidak

4.2 Alat 4.2.1 Apakah ketajaman pisau pemotong selalu dijaga :

1. Ya 2. Tidak

4.2.2 Apakah jumlah pisau pemotong mencukupi : 1. Ya 2. Tidak

4.2.3 Apakah kebersihan pisau pemotong selalu dijaga : 1. Ya 2 Tidak

4.3 Pemingsanan 4.3.1 Apakah dilakukan pemingsanan pada unggas :

1. Ya 2. Tidak

4.3.2 Jika ya, Bagaimana cara pemingsanan unggas : 1. Disetrum 2. Dipukul 3. lain-lain, sebutkan: …………………………………

4.4 Pengeluaran Darah 4.4.1 Apakah ada proses pengeluaran darah pada setiap unggas yang dipotong:

1. Ya 2. Tidak

4.4.2 Bagaimana proses pengeluaran darah yang dilakukan 1. Dibiarkan di atas lantai 2. Dimasukkan ke dalam corong khusus 3. Dimasukkan ke dalam tong/bak khusus 4. Lain-lain, sebutkan……………………………………

4.4.3 Berapa lama waktu pengeluaran darah……………………detik

Page 59: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

46  

  

Lampiran 2 Foto tempat penjualan unggas Aspek Pengangkutan

Gambar Tumpukan keranjang unggas Gambar Keranjang pengangkut Unggas dari bahan plastik

Gambar Truk pengangkut unggas dengan Gambar Unggas yang dibawa dengan bak terbuka sepeda motor

Aspek Penampungan

Gambar Kandang penampungan unggas Gambar Unggas di dalam keranjang

Page 60: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

47  

  

Gambar Unggas di kandang Gambar Unggas yang berdesakan penampungan dalam kandang penampungan

Gambar Tempat pakan dan minum Gambar Sungai yang digunakan untuk

pembuangan limbah unggas

Gambar Dinding kandang dari bahan kayu

Page 61: repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11210/B09boi.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Tempat Penjualan

48  

  

Aspek Penyembelihan

dipotong

Gambar Alat pemotong unggas

Gambar Proses pengeluaran darah Gambar Proses unggas yang akan

Gambar Proses penyembelihan unggas Gambar Tempat penampungan darah