HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB...

24
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Cijeruk merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor. Terdapat sembilan desa di Kecamatan Cijeruk, yaitu Desa Palasari, Sukaharja, Tajur Halang, Tanjung Sari, Cipicung, Cipelang, Cibalung, Cijeruk, dan Warung Menteng. Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Cijeruk antara lain rumah bersalin, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, dukun khitan atau sunat, dukun bayi, dan pelayanan Keluarga Berencana serta posyandu. Sarana kesehatan yang paling berperan penting adalah posyandu. Posyandu dilakukan satu kali dalam satu bulan. Jumlah posyandu yang terdapat di setiap desa berbeda dan tergantung dari jumlah penduduk yang ada di desa tersebut. SDN Cipicung 01 adalah sekolah dengan akreditasi B dan sudah berdiri sejak tahun 1948. Sekolah Dasar Negeri Cipicung 01 terletak di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. SDN Cipicung 01 dipimpin oleh kepala sekolah yang bergelar Sarjana Pendidikan. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan SDN Cipicung 01 berjumlah delapan orang, terdiri dari satu kepala sekolah, enam guru yang masing-masing bertanggung jawab terhadap satu kelas atau disebut juga sebagai wali kelas, guru agama, dan satu orang guru olah raga yang merangkap wali kelas. Sebagian besar ijazah tertinggi dari pendidik dan tenaga kependidikan antara lain Strata 1 (S1) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sarana dan prasarana sekolah terdiri dari ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang pimpinan, ruang guru, ruang UKS, dan toilet. Ruang kelas berjumlah enam kelas dengan kapasitas maksimum 40 orang. Ruang perpustakaan terdiri dari buku teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku pengayaan, buku referensi , dan sumber belajar lain. Ruang UKS terdiri dari peralatan P3K, termometer badan, dan timbangan badan. Waktu belajar siswa dimulai sejak jam 07.15 WIB sampai 12.00 WIB untuk kelas tiga sampai kelas enam. Kelas satu dan kelas dua dari jam 07.15 WIB sampai 10.00 WIB. Fasilitas yang dimiliki terdiri dari lima ruang kelas, satu ruang guru sekaligus ruang kepala sekolah, satu lapangan olahraga sekaligus tempat parkir, satu perpustakaan dan gudang, dan satu toilet guru. Kegiatan ektrakurikuler antara lain terdiri dari pramuka. Biaya SPP untuk siswa diperoleh dari dana BOS.

Transcript of HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB...

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Cijeruk merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Bogor. Terdapat sembilan desa di Kecamatan Cijeruk, yaitu Desa

Palasari, Sukaharja, Tajur Halang, Tanjung Sari, Cipicung, Cipelang, Cibalung,

Cijeruk, dan Warung Menteng. Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan

Cijeruk antara lain rumah bersalin, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek

dokter, dukun khitan atau sunat, dukun bayi, dan pelayanan Keluarga Berencana

serta posyandu. Sarana kesehatan yang paling berperan penting adalah

posyandu. Posyandu dilakukan satu kali dalam satu bulan. Jumlah posyandu

yang terdapat di setiap desa berbeda dan tergantung dari jumlah penduduk yang

ada di desa tersebut.

SDN Cipicung 01 adalah sekolah dengan akreditasi B dan sudah berdiri

sejak tahun 1948. Sekolah Dasar Negeri Cipicung 01 terletak di Kecamatan

Cijeruk Kabupaten Bogor. SDN Cipicung 01 dipimpin oleh kepala sekolah yang

bergelar Sarjana Pendidikan. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan SDN

Cipicung 01 berjumlah delapan orang, terdiri dari satu kepala sekolah, enam

guru yang masing-masing bertanggung jawab terhadap satu kelas atau disebut

juga sebagai wali kelas, guru agama, dan satu orang guru olah raga yang

merangkap wali kelas. Sebagian besar ijazah tertinggi dari pendidik dan tenaga

kependidikan antara lain Strata 1 (S1) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sarana dan prasarana sekolah terdiri dari ruang kelas, ruang

perpustakaan, ruang pimpinan, ruang guru, ruang UKS, dan toilet. Ruang kelas

berjumlah enam kelas dengan kapasitas maksimum 40 orang. Ruang

perpustakaan terdiri dari buku teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku

pengayaan, buku referensi , dan sumber belajar lain. Ruang UKS terdiri dari

peralatan P3K, termometer badan, dan timbangan badan.

Waktu belajar siswa dimulai sejak jam 07.15 WIB sampai 12.00 WIB

untuk kelas tiga sampai kelas enam. Kelas satu dan kelas dua dari jam 07.15

WIB sampai 10.00 WIB. Fasilitas yang dimiliki terdiri dari lima ruang kelas, satu

ruang guru sekaligus ruang kepala sekolah, satu lapangan olahraga sekaligus

tempat parkir, satu perpustakaan dan gudang, dan satu toilet guru. Kegiatan

ektrakurikuler antara lain terdiri dari pramuka. Biaya SPP untuk siswa diperoleh

dari dana BOS.

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

38

Program kesehatan yang dilakukan setiap tahun oleh puskesmas Cijeruk

terhadap siswa SDN Cipicung 01 diantaranya adalah pemberian obat cacing,

penjaringan kesehatan anak sekolah, bulan imunisasi anak sekolah (BIAS), dan

kegiatan pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS).

Pemberian obat cacing dilakukan terhadap siswa kelas satu dan enam. Jenis

obat cacing yang diberikan terhadap siswa kelas satu dan enam adalah

albendazole. Kegiatan penjaringan kesehatan anak sekolah dilakukan setiap

bulan agustus dan november. Kegiatan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)

dilakukan pada bulan agustus untuk imunisasi campak dan bulan november

untuk imunisasi DT/TT. Kegiatan pengukuran tinggi badan anak baru masuk

sekolah (TBABS) dilakukan setiap lima tahun sekali. Selain itu, tidak jarang SDN

Cipicung 01 mendapatkan donatur yang memberikan vitamin atau suplemen

gratis kepada siswa.

Karakteristik Contoh

Jenis Kelamin

Anak usia sekolah yang digunakan sebagai contoh dalam penelitian ini

adalah semua murid kelas 3 sampai 5 di SD Negeri Cipicung 01 Kecamatan

Cijeruk Kabupaten Bogor. Contoh terdiri dari siswa maupun siswi. Siswa sekolah

dasar di Indonesia mempunyai proporsi jumlah lebih banyak daripada siswi.

Berdasarkan BPS RI (2012), jumlah laki-laki anak usia sekolah (51.5%) lebih

banyak daripada jumlah wanita anak usia sekolah (48.5%). Berikut Tabel 5

mengenai sebaran contoh menurut jenis kelamin di SD Negeri 01 Cipicung.

Tabel 5 Sebaran contoh menurut jenis kelamin

Jenis kelamin n %

Perempuan 59 52.2 Laki-laki 54 47.8

Total 113 100.0

Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa jumlah contoh siswi di SD

Negeri 01 Cipicung lebih banyak daripada contoh siswa. Contoh perempuan

berjumlah 59 (52.2%) dan jumlah contoh laki-laki adalah 54 (47.8%). Hal yang

sama terjadi pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Umardhani (2011)

terhadap anak sekolah dasar di Bogor, menyatakan bahwa jumlah siswi sekolah

dasar lebih banyak daripada jumlah siswanya. Adapun berdasarkan data

Kemendiknas (2010), jumlah siswa SD (51.8%) lebih banyak daripada siswi SD

(48.2%).

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

39

Usia

Menurut Kemendiknas (2010), pada umumnya usia anak sekolah dasar

adalah berkisar antara 7-12 tahun. Total jumlah contoh yang menjadi contoh

penelitian ini adalah 113 orang dengan rincian 38 contoh kelas 3, 38 contoh

kelas 4, dan 37 contoh kelas 5. Berikut ini merupakan sebaran contoh menurut

umur pada contoh.

Tabel 6 Sebaran contoh menurut usia (tahun)

Usia (tahun) n %

8 1 0,9 9 22 19,5

10 27 23,9 11 31 27,4 12 26 23,0 13 6 5,3

Total 113 100,0

Rata-rata ± SD (tahun) 10.7 ± 1.2

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa usia contoh pada

penelitian ini berkisar antara 8 sampai 13 tahun. Menurut Syarief (1997) diacu

dalam Thiana (2008) periode usia sekolah merupakan bagian dari tahapan

dalam siklus hidup manusia yang sangat menentukan kualitas sumber daya

manusia (SDM). Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat

baik secara kognitif, motorik, dan emosional pada periode ini. Sebagian besar

usia contoh adalah 11 tahun (27.4%) dan lainnya menyebar pada kisaran usia 8

tahun (0.9%), 9 tahun (19.5%), 10 tahun (23.9%), 12 tahun (23.0%), dan 13

tahun (5.3%). Rata-rata usia contoh pada penelitian ini adalah (10.7 ± 1.2) tahun.

Uang Saku

Setiap anak sekolah biasanya dibekali uang saku oleh orang tuanya

sebagai uang untuk pegangan anak selama di sekolah. Uang saku tersebut

umumnya digunakan anak sekolah untuk membeli jajanan sekolah baik berupa

makanan maupun non makanan atau mainan. Uang saku di dalam penelitian ini

adalah uang yang benar-benar dipergunakan oleh contoh untuk jajan makanan

dan minuman baik di sekolah maupun di rumah selama satu hari dan tidak

termasuk hal lain seperti transportasi atau tabungan. Penelitian yang dilakukan

oleh Madanijah et. al. (2010) menunjukkan bahwa 46% siswa sekolah dasar di

Kabupaten Bogor mengalokasikan uang saku yang diberikan oleh orang tuanya

untuk membeli jajan. Berdasarkan sebaran uang saku contoh, maka uang saku

dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah (<3000), sedang

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

40

(3000-5000), dan tinggi (≥ 5000) (Sugiyono 2011). Sebaran contoh menurut

besarnya uang saku dijabarkan pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Sebaran contoh menurut besarnya uang saku

Uang Saku (Rp) n %

<3000 52 46 3000-5000 47 42 >5000 14 12

Total 113 100

Rata-rata ± SD (Rp) 2854 ± 1256.6

Sebaran contoh menurut besarnya uang saku dapat diketahui bahwa

persentase tertinggi berada pada kisaran nominal <Rp 3000, yaitu 46%. Adapun

persentase sebaran uang saku contoh pada kisaran Rp 3000-Rp 5000 adalah

42% dan sebanyak 12% contoh memiliki uang saku ≥Rp 5000. Rata-rata

persentase uang saku contoh adalah Rp 2854 ± 1256.6. Hasil tersebut sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Stevanie (2011) yang

dilakukan di salah satu sekolah dasar di Kota Bogor, yaitu rata-rata besar uang

jajan siswa laki-laki maupun perempuan di sekolah dasar tersebut adalah

sebesar Rp 3.404,00 ± 1838,0 dan sebagian besar siswa (52%) memiliki besar

uang saku sebesar <Rp 3.000,00. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan

oleh perbedaan sosioekonomi keluarga contoh antara Kota dan Kabupaten

Bogor.

Karakteristik Keluarga Contoh

Usia Orang Tua

Umur orang tua menentukan besarnya pengalaman keluarga dan anak

dalam mengonsumsi makanan termasuk kebiasaan jajannya. Seseorang yang

mempunyai umur lebih dewasa relatif lebih stabil emosinya dibandingkan dengan

orang yang lebih muda. Hal itu disebabkan tingkatan umur dapat mempengaruhi

cara berpikir serta bertindak dan emosi seseorang (Hurlock 1998). Pada

penelitian ini usia orang tua contoh dibagi menjadi tiga kategori, yaitu usia

dewasa muda (20-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir

atau usia lanjut (>60 tahun) (Ghozaly 2011).

Usia yang semakin tinggi menunjukkan adanya peningkatan angka

harapan hidup. Sebaran contoh menurut usia ayah tertingi, yaitu golongan dewsa

madya (41-60 tahun) dengan persentase sebesar 51.3% sedangkan untuk

sebaran contoh menurut usia ibu tertinggi adalah golongan dewasa muda (20-40

tahun), yaitu sebesar 59.3%. Berdasarkan Tabel 8 juga dapat diketahui bahwa

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

41

sebagian besar usia orang tua contoh berada pada usia produktif (20-60 tahun).

Selain itu, terdapat contoh yang sudah tidak memiliki ayah atau menjadi yatim

sebesar 8.0 % dan contoh yang sudah tidak memiliki ibu atau menjadi piatu

sebesar 2.7%. Berikut ini merupakan sebaran contoh menurut usia orang tua.

Tabel 8 Sebaran contoh menurut usia orang tua

Usia n (113) % (100)

Usia Ayah Dewasa muda 35 31.0 Dewasa madya 58 51.3 Dewasa akhir 11 9.7 Almarhum 9 8.0

Usia Ibu Dewasa muda 67 59.3% Dewasa madya 40 35.4% Dewasa akhir 3 2.7% Almarhumah 3 2.7%

Pendidikan Orang Tua

Salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi

keluarga adalah pendidikan orang tua terutama ibu. Pendidikan ibu adalah faktor

yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Ibu yang memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah dalam menerima pesan dan

informasi gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Pendidikan juga

diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial seseorang dan

keluarganya. Tingkat pendidikan orang tua yang diukur pada penelitian ini adalah

tingkat pendidikan ayah dan ibu contoh yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan instrumen kuesioner. Tingkat pendidikan orang tua dibedakan menjadi

tidak pernah sekolah, tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat,

SMA/sederajat, Diploma/sederajat, Sarjana, dan Pascasarjana.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh sebaran contoh untuk

pendidikan akhir orang tua contoh memiliki persentase tertinggi pada pendidikan

sekolah dasar (SD) baik untuk pendidikan ayah (63.8%) maupun pendidikan ibu

(67.3%). Hasil penelitian ini berbeda dengan rata-rata pendidikan penduduk

Jawa barat, yaitu tingkat menengah pertama. Berdasarkan data BPS RI (2012)

rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas Propinsi Jawa Barat

pada tahun 2010 adalah laki-laki 8.4 tahun dan perempuan 7.6 tahun atau setara

dengan sekolah menengah pertama. Hasil penelitian Stevanie (2011) yang

dilakukan di salah satu sekolah dasar di Kota Bogor menunjukkan bahwa

sebagian besar persentase pendidikan ibu siswa adalah pada tingkat SD (36%).

Hasil Riskedas 2010 menunjukkan bahwa masih ada seorang ibu siswa yang

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

42

tidak bersekolah (Depkes RI 2011).Berikut ini disajikan Tabel 9 sebaran contoh

menurut pendidikan orang tua.

Tabel 9 Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua

Pendidikan n (113) % (100)

Pendidikan Ayah [1] Tidak Pernah Sekolah 6 5.3 [2] Tidak Tamat SD 13 11.5 [3] SD/sederajat 72 63.8 [4] SMP/sederajat 14 12.4 [5] SMA/sederajat 3 2.7 [6] Diploma/Akademi 0 0.0 [7] Sarjana 5 4.4 [8] Pascasarjana/S2/S3 0 0.0

Pendidikan Ibu [1] Tidak Pernah Sekolah 7 6.2 [2] Tidak Tamat SD 20 17.7 [3] SD/sederajat 76 67.3 [4] SMP/sederajat 8 7.1 [5] SMA/sederajat 1 0.9 [6] Diploma/Akademi 0 0.0 [7] Sarjana 1 0.9 [8] Pascasarjana/S2/S3 0 0.0

Pekerjaan Orang Tua

Pendidikan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar untuk

mendapatkan pekerjaan yang baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang

diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga

semakin besar sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh

oleh seseorang. Rendahnya pendapatan dan rendahnya daya beli tidak

memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dan cara-cara tertentu yang

menghalangi perbaikan gizi yang efektif, terutama untuk anak-anak (Suhardjo

1988). Pekerjaan ayah contoh dibedakan menjadi tidak bekerja, petani,

pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), supir, pegawai swasta, dan lainnya.

Adapun pekeraan ibu contoh dibedakan menjadi ibu rumah tangga, petani,

pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), bibi cuci, pegawai swasta, dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerjaan orang tua contoh

beragam baik ayah maupun ibu. Persentase sebaran pekerjaan ayah tertinggi

pada pilihan lainnya (44.3%), yaitu dengan rincian buruh, penjahit, wirausaha,

penjaga vila, pensiunan, dan tukang parkir. Adapun sebaran pekerjaan ibu

adalah sebagian besar sebagai ibu rumah tangga (72.6%). Hasil penelitian

tersebut sejalan dengan hasil penelitian Arrofi (2011) pada anak di beberapa

sekolah dasar di Bogor, menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan ibu

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

43

contoh adalah ibu rumah tangga. Berikut merupakan Tabel 10 sebaran contoh

menurut pekerjaan orang tua.

Tabel 10 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua

Pekerjaan n (113) % (100)

Pekerjaan Ayah [1] Tidak Bekerja 1 0.9 [2] Petani 11 9.7 [3] Pedagang 35 31.0 [4] PNS 3 2.7 [5] Supir 5 4.4 [6] Pegawai Swasta 8 7.1 [7] Lainnya 50 44.3

Pekerjaan Ibu [1] Ibu Rumah Tangga 82 72.6 [2] Petani 3 2.7 [3] Pedagang 7 6.2 [4] PNS 3 2.7 [5] Bibi Cuci 3 2.7 [6] Pegawai Swasta 3 2.7 [7] Lainnya 12 10.7

Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas

makanan yang dikonsumsi (Suhardjo 1989). Pendapatan per kapita contoh

diindikasikan menjadi tingkat kesejahteraan ekonomi keluarga yang

dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu miskin apabila pendapatan perkapita

<1GK, hampir miskin apabila pendapatan perkapita antara 1GK-2GK, dan

menengah atas apabila pendapatan perkapita >2GK (Puspitawati 2010). Garis

kemiskinan Propinsi Jawa Barat di daerah pedesaan yang ditetapkan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) Jabar 2012 yaitu Rp. 231.438/kap/bulan. Berikut ini

merupakan Tabel 11 sebaran contoh menurut pendapatan.

Tabel 11 Sebaran keluarga contoh menurut pendapatan per kapita

Pendapatan per Kapita n (113) % (100)

[1] Miskin < Rp 231.438 64 56.6% [2] Hampir miskin = Rp 231.438- Rp 462.876 31 27.4% [3] Menengah atas > Rp 462.876 18 15.9%

Rata-rata ± SD Rp 313.813 ± Rp 162.854

Pendapatan per kapita contoh diindikasikan menjadi tingkat

kesejahteraan ekonomi keluarga yang dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu

miskin, hampir miskin apabila, dan menengah atas. Sebagian besar keluarga

contoh (56.6%) memiliki pendapatan per kapita yang tergolong miskin dan

sisanya memiliki pendapatan per kapita yang tergolong hampir miskin (27.4%)

dan tergolong menengah atas (15.9%). Berdasarkan data BPS (2012) diketahui

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

44

bahwa rata-rata pengeluaran per kapita di Propinsi Jawa Barat tahun 2011

sebesar Rp 608.708. Data pengeluaran tersebut dapat dijadikan estimasi untuk

memperoleh pendapatan per kapita sehingga dapat dikatakan rata-rata

pendapatan per kapita pada penelitian ini (Rp 313.813 ± Rp 162.854) masih di

bawah rata-rata pendapatan per kapita Propinsi Jawa Barat (Rp 608.708).

Besar Keluarga

Menurut Sediaoetama (2006), pengaturan pengeluaran untuk pangan

sehari-hari akan lebih sulit apabila jumlah anggota keluarga banyak. Hal ini

menyebabkan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga

tidak mencukupi kebutuhan. Besar keluarga berdasarkan jumlah anggota

keluarga dikategorikan menjadi tiga, yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang),

dan besar (>7 orang) (Hurlock 2004). Jumlah anggota yang diperhitungkan

adalah anggota keluarga yang tinggal satu atap. Berikut ini disajikan Tabel 12

sebaran contoh menurut besar keluarga.

Tabel 12 Sebaran contoh menurut jumlah anggota keluarga

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa besar keluarga contoh

tersebar ke dalam tiga golongan besar keluarga. Persentase tertinggi untuk

besar keluarga contoh adalah pada kategori besar, yaitu 66.4% dengan jumlah

anggota keluarga lebih dari 6 orang. Hal tersebut diduga karena pelaksanaan

program keluarga berencana pada sebagian besar keluarga contoh masih

kurang dan juga berkaitan dengan kebiasaan masyarakat sekitar dan masih

terdapat ibu contoh yang berpendapat semakin banyak keturunan semakin

banyak rejekinya. Adapun sisanya menyebar pada kategori sedang dengan

jumlah anggota keluarga 4-6 orang (31%) dan pada kategori kecil dengan jumlah

anggota keluarga kurang dari sama dengan 4 orang. Menurut Suhardjo (1989)

jumlah anggota keluarga mempunyai andil dalam permasalahan gizi. Keluarga

yang memiliki anggota keluarga yang jumlahnya banyak akan berusaha

membagi makanan yang terbatas sehingga makanan yang dikonsumsi tidak

sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Besar keluarga

akan mempengaruhi kesehatan seseorang atau keluarga. Hal ini disebabkan

Besar Keluarga n %

Kecil (< 4 orang) 3 2.7

Sedang (5-6 orang) 35 31.0

Besar (> 6 orang) 75 66.4

Total 113 100.0%

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

45

oleh besar keluarga akan mempengaruhi konsumsi zat gizi di dalam satu

keluarga.

Pengetahuan Gizi Ibu Contoh

Pengetahuan gizi pada ibu contoh dilakukan dengan memberikan 25 butir

soal pilihan ganda. Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.

Semakin tinggi skor pengetahuan gizi ibu maka semakin baik pengetahuan gizi

ibu. Berikut disajikan sebaran contoh yang menjawab pertanyaan dengan benar.

Tabel 13 Sebaran ibu contoh yang menjawab pertanyaan dengan benar

Pertanyaan n %

1. Pengertian makanan 46 40.7

2. Makna dari makanan yang dibutuhkan oleh tubuh 102 90.3

3. Contoh zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh 86 76.1

4. Zat gizi yang berfungsi sebagai zat tenaga 45 39.8

5. Zat gizi yang berfungsi sebagai zat pembangun 50 44.2

6. Zat gizi yang berfungsi sebagai zat pengatur 39 34.5

7. Kandungan zat gizi pada mentega dan minyak 81 71.7

8. Pangan sumber protein hewani 85 75.2

9. Manfaat konsumsi garam beryodium 86 76.1

10. Akibat kekurangan vitamin A 53 46.9

11. Zat gizi pendukung pertumbuhan anak 13 11.5

12. Kebiasaan sarapan yang baik 94 83.2

13. Jumlah konsumsi air putih 62 54.9

14. Pengertian makanan jajanan 47 41.6

15. Hal positif dari makanan jajanan 77 68.1

16. Hal negatif dari makanan jajanan 45 39.8

17. Makanan jajanan sumber energi 90 79.6

18. Makanan jajanan sumber protein 91 80.5

19. Ciri makanan jajanan yang baik 89 78.8

20. Lingkungan penjual makanan jajanan 47 41.6

21. Penyebab keracunan makanan jajanan 99 87.6

22. Ciri produk makanan yang baik 52 46.0

23. Bungkus aneka gorengan yang aman 38 33.6

24. Akibat makan dan minum yang tidak bersih 99 87.6

25. Zat yang boleh digunakan sebagai zat tambahan 92 81.4

Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukkan

kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang

dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985).

Penyelenggaraan makanan dalam rumah tangga sehari-hari pada umumnya

dikoordinir oleh ibu. Ibu yang mempunyai pengetahuan gizi dan berkesadaran

gizi yang tinggi akan melatih kebiasaan makan yang sehat sedini mungkin

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

46

kepada semua putra-putrinya. Ibu merupakan guru pertama bagi anak. Oleh

karena itu, ibu harus mengajarkan pola makan yang beragam dan seimbang

sejak dini. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin

memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya (Khomsan

dkk 2009).

Selain sebaran pertanyaan, dapat juga diketahui sebaran kategori

pengetahuan gizi ibu berdasarkan 25 pertanyaan yang diajukan. Terdapat tiga

kategori untuk penilaian tingkat pengetahuan gizi, yaitu kategori kurang, sedang,

dan baik. Contoh yang mendapatkan total skor <60% dikategorikan kurang.

Apabila contoh mendapatkan total skor antara 60 sampai 80% maka termasuk

kategori sedang dan apabila contoh mendapatkan total skor >80% maka

termasuk kategori baik (Khomsan 2000). Berikut ini merupakan Tabel 14 sebaran

contoh menurut kategori pengetahuan gizi ibu.

Tabel 14 Sebaran contoh menurut kategori pengetahuan gizi ibu

Kategori n %

Kurang (<60%) 50 44.2

Sedang (60-80%) 55 48.7

Baik (>80%) 8 7.1

Total 113 100.0

Rata-rata ± SD (%) 60 ± 15

Pengetahuan gizi ibu contoh berada pada ketiga kategori, yaitu kurang,

sedang, dan baik. Sebanyak 48.7% ibu contoh memiliki pengetahuan gizi dengan

kategori sedang dan sebanyak 44.2% ibu contoh memiliki pengetahuan gizi

kategori kurang. Adapun ibu contoh yang memiliki pengetahuan gizi baik dengan

kategori baik adalah sebanyak 7.1%. Sebaran pengetahuan gizi contoh yang

beragam tersebut diduga karena adanya perbedaan informasi yang diperoleh

masing-masing ibu contoh tentang gizi dan juga perbedaan lingkungan sekitar

yang mendukung sehingga tingkat pengetahuan gizi yang dimiliki masih terbatas.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Khomsan dkk. (2006)

yang menyatakan bahwa rata-rata pengetahuan gizi ibu di Kabupaten Bogor

masih tergolong sedang sehingga perlu peningkatan.

Konsumsi Pangan

Jenis Sarapan

Hidangan saat sarapan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat

tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

47

seimbang (Depkes 1995). Pemecahan atau pembakaran karbohidrat akan

berlangsung terlebih dahulu sampai empat jam pertama, kemudian protein dan

terakhir adalah lemak. Vitamin dan mineral akan membantu proses metabolisme

tersebut. Jadi sarapan harus merupakan kombinasi yang baik diantara zat gizi

yang di dalam makanan (Khomsan 2005). Berikut ini Tabel 15 mengenai sebaran

jenis sarapan contoh.

Tabel 15 Sebaran contoh menurut jenis sarapan

Jenis Sarapan n %

Nasi dan lauk pauk 84 74.3 Mi 11 9.7 Roti 10 8.8 Lainnya 8 7.1

Total 113 100

Berdasarkan Tabel 15 diketahui jenis sarapan yang biasa dikonsumsi

oleh contoh. Sebagian besar jenis sarapan yang biasa dikonsumsi contoh adalah

makanan pokok,yaitu nasi dan lauk-pauk (74.3%) dan sisanya menyebar pada mi

(9.7%), roti (8.8%), dan lainnya (7.1%). Jenis lainnya tersebut antara lain nasi

goreng, pisang goreng, singkong, dan bubur. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian Harahap et al. (1998) yang menunjukkan bahwa jenis hidangan

yang biasa dikonsumsi untuk sarapan pagi oleh anak sekolah pada umumnya

terbatas pada makanan pokok saja dan jenis hidangan lainnya adalah makanan

jajanan. Makanan seperti pisang goreng, singkong, atau ubi terkadang

dikonsumsi sebagai pengganti sarapan pagi. Secara kuantitas sarapan harus

dapat memenuhi kecukupan setiap individu serta memenuhi syarat gizi

seimbang. Hal ini karena setiap jenis zat gizi tersebut mempunyai waktu

metabolisme yang berbeda-beda (Khomsan 2005).

Kebiasaan Sarapan

Menurut Khomsan (2005), sarapan adalah suatu kegiatan makan yang

penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Kebiasaan penting

tersebut yang sering kali diabaikan oleh para orang tua padahal sarapan

bermanfaat dalam pemenuhan zat gizi anak selama belajar di sekolah. Sarapan

yang rutin dilakukan akan memberikan kontribusi tenaga di pagi hari dan

mencegah konsumsi yang berlebihan pada waktu makan siang. Kebiasaan

sarapan pada penelitian ini dikategorikan menjadi tidak pernah (0 kali sehari),

jarang (1-3 kali sehari), kadang-kadang (4-6 kali sehari), dan selalu (>7 kali

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

48

sehari). Berikut ini merupakan Tabel 16 sebaran contoh menurut kebiasaan

sarapan contoh.

Tabel 16 Sebaran contoh menurut kebiasaan sarapan

Kebiasaan Sarapan n %

Tidak Pernah 1 0.9 Jarang 7 6.2 Kadang-Kadang 54 47.8 Selalu 51 45.1

Total 113 100.0

Berdasarkan Tabel 16 diatas dapat diketahui sebaran contoh menurut

frekuensi kebiasaan sarapan yang dikategorikan antara lain tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, dan selalu. Sebagian besar contoh memiliki kebiasaan kadang-

kadang sarapan, yaitu sebesar 47.8%. Adapun sisanya menyebar pada selalu

sarapan (45.1%), jarang sarapan (6.2%), dan tidak pernah sarapan (0.9%).

Menurut Khomsan (2005) bahwa membiasakan sarapan pada anak-anak

memang tidak mudah.

Terdapat contoh yang menyatakan tidak pernah sarapan. Hal tersebut

bukan berarti selama ini contoh tidak pernah sarapan melainkan contoh sudah

terbiasa tidak melakukan sarapan. Masih banyaknya contoh yang menyatakan

kadang-kadang dan jarang sarapan kemungkinan disebabkan contoh bangun

kesiangan sehingga tidak sempat untuk sarapan dan harus segera berangkat ke

sekolah yang lokasinya lumayan jauh dari tempat tinggal. Sebagian besar contoh

berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, dengan jarak yang cukup jauh.

Penyebab lainnya adalah terdapat beberapa contoh yang tidak memiliki ayah

dan yang bekerja adalah ibu. Ibu contoh harus berangkat bekerja sejak pagi

sehingga tidak sempat menyiapkan sarapan. Selain itu, ketidaktahuan ibu akan

manfaat sarapan bagi anak juga dapat menjadi salah satu penyebabnya.

(Depkes 1996).

Tempat sarapan

Sarapan merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan setiap hari.

Melewatkan makan pagi atau sarapan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa

sehingga tubuh lemah karena tidak adanya suplai energi sebagai modal awal

aktifitas pada pagi hari. Sarapan menjadi modal bagi produktifitas seseorang

termasuk anak sekolah yang berguna untuk menjaga konsentrasi belajar.

sarapan bagi anak sekolah dapat dilakukan di rumah atau membawanya ke

sekolah. Berikut adalah sebaran tempat sarapan yang biasa dilakukan contoh.

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

49

Tabel 17 Sebaran contoh menurut tempat sarapan

Tempat Sarapan n %

Rumah 112 99.1 Sekolah 0 Rumah dan sekolah 1 0.9

Total 113 100

Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa sarapan yang biasa dilakukan

contoh pada penelitian ini antara lain rumah, sekolah, atau keduanya. Sebagian

besar contoh biasa melakukan sarapan di rumah (99.1%) dan sisanya

melakukan sarapan di rumah dan sekolah (0.9%). Kegiatan sarapan di rumah

mempunyai kelebihan anatara lain sarapan contoh dapat diawasi oleh keluarga

dan dapat membimbing contoh untuk menghabiskan sarapannya dan juga

sarapan tersebut dapat dikontrol higienitas dan sanitasinya karena ibu atau

keluarga contoh sendiri yang membuatnya. Tidak sarapan pagi menyebabkan

kekosongan lambung selama 10-11 jam karena mungkin makanan terakhir yang

masuk ke dalam tubuh adalah makan malam yang berkisar antara pukul 18.00-

20.00. Sarapan pagi akan menyumbangkan gizi sekitar 25% kebutuhan gizi ideal

(Khomsan 2005). Selain itu hampir semua contoh menyatakan bahwa kebiasaan

sarapan dilakukan pada rentang pukul 06.30-07.00 WIB.

Orang yang Membuatkan Sarapan

Sarapan pagi kadang-kadang merupakan kegiatan yang tidak

menggairahkan karena nafsu makan belum ada atau waktu yang terbatas.

Peranan orang tua terutama ibu dalam pembentukan kebiasaan makan pagi

pada anak sangat menentukan, karena ibu terlibat langsung dalam penyediaan

makanan rumah tangga. Sumber atau orang yang menyediakan sarapan yang

biasa dilakukan contoh pada penelitian ini beragam sebagaimana dijabarkan

pada Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18 Sebaran contoh menurut sumber sarapan

Sumber Sarapan n %

Ibu/Ayah 94 83.2 Membeli 19 16.8 Lainnya 0 0

Total 113 100

Berdasarkan Tabel 18 diketahui sumber sarapan yang biasa dikonsumsi

oleh contoh. Sebagian besar contoh melakukan sarapan yang disediakan oleh

ibu dan atau ayah (83.2%) dan sisanya dengan cara membeli (6.8%). Hasil

penelitian ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2005) bahwa pada

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

50

umumnya penyelenggaraan makanan dalam rumah tangga sehari-hari

dikoordinir oleh ibu. Namun, faktor kesibukan ibu, khususnya yang bekerja,

seringkali mengakibatkan ibu tidak sempat menyediakan sarapan sehingga

penyediaannya dilakukan dengan membeli di warung. Sarapan yang biasa dibeli

antara lain roti, nasi uduk, dan bubur.

Kebiasaan Jajan

Kebiasaan jajan adalah salah satu bentuk kebiasaan makan. Kebiasaan

untuk jajan dapat ditemukan pada semua lapisan masyarakat pada berbagai

tingkat sosial ekonomi (Kusharto 1984 diacu dalam Rizki 2010). Kebiasaan jajan

pada penelitian ini dikategorikan menjadi tidak pernah (0 kali sehari), jarang (1-3

kali sehari), kadang-kadang (4-6 kali sehari), dan selalu (> 7 kali sehari). Berikut

ini akan disajikan Tabel 19 yang menyatakan kebiasaan jajan contoh.

Tabel 19 Sebaran contoh menurut kebiasaan jajan

Kebiasaan Jajan n %

Tidak Pernah 0 0.0 Jarang 3 2.7 Kadang-Kadang 7 6.2 Selalu 103 91.2

Total 113 100,0

Berdasarkan Tabel 19 diatas dapat diketahui sebaran contoh menurut

frekuensi kebiasaan jajan yang dikategorikan antara lain tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, dan selalu. Sebagian besar contoh memiliki kebiasaan selalu

jajan, yaitu sebesar 91.%. Adapun sisanya menyebar pada kadang-kadang

(6.2%) dan jarang jajan (2.7%). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian

Windyaningrum (2012) yang menyatakan bahwa separuh contoh (50%) dari total

keseluruhan yang ada menyatakan selalu jajan di sekolah.

Berdasarkan Gambar 2 diketahui alasan jajan contoh yang beragam.

Sebagian besar contoh memiliki alasan organoleptik baik rasa, warna, maupun

penampilan dari makanan jajanan (51%). Jenis jajanan yang biasa dibeli oleh

contoh adalah roti bakar, siomay, gorengan, es, permen, nugget goreng, kacang

sukro, makaroni, bakso, kwaci, dan cireng. Hasil tersebut juga sesuai dengan

hasil penelitian Paraendro (2012) di sekolah dasar di Kecamatan Cijeruk yang

menyatakan bahwa sebagian besar preferensi siswa sekolah dasar terhadap

makanan jajanan dipengaruhi oleh rasa. Alasan contoh untuk jajan yang

beragam tersebut dijabarkan pada Gambar 2 berikut ini:

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

51

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan alasan jajan

Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

942/MENKES/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman

yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan

sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa

boga, rumah makan atau restoran, dan hotel (Kemenkes 2003). Pangan jajanan

umumnya dijual untuk langsung dikonsumsi tanpa proses penanganan atau

pengolahan lebih lanjut. Tahapan akhir pengolahannya dilakukan di tempat

penjualan untuk beberapa pangan jajanan,

Peranan pangan jajanan di Indonesia sangat strategis dan mudah

dijumpai di lingkungan sekitar sekolah, serta pada umumnya rutin dikonsumsi

oleh sebagian besar anak usia sekolah. Hasil Survei Ekonomi Sosial Nasional

(SUSENAS) 2004 menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga untuk pangan

jajanan di Indonesia mencapai 18.84% perkapita per minggu dari total makanan

dan minuman atau 10.36% dari total pengeluaran keluarga (BPS 2004).

Kontribusi pangan jajanan terhadap pemenuhan gizi juga dilaporkan cukup

penting, misalnya rata-rata kebutuhan energi dan protein murid SD dapat

terpenuhi olah pangan jajanan hingga sekitar 36% untuk energi dan 30% untuk

protein (Komalasari 1991).

Identifikasi frekuensi konsumsi makanan jajanan pada contoh dilakukan

dengan menanyakan beberapa jenis makanan jajanan yang sering dikonsumsi

dan ditambahkan opsi lainnya agar contoh dapat menyebutkan jenis makanan

jajanan lainnya yang tidak terdapat pada pertanyaan. Berdasarkan hasil survei

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

52

dan wawancara diperoleh sekitar 80 jenis makanan jajanan yang biasa

dikonsumsi contoh dalam kesehariannya dan kemudian dikelompokkan menjadi

sembilan kelompok makanan jajanan, yaitu makanan sepinggan, makanan

tradisional, produk ekstruksi, aneka gorengan, biskuit dan wafer, hasil olahan

daging dan ikan, aneka kue, minuman, dan buah dan olahannya (Umardhani

2010). Berdasarkan pengelompokkan tersebut kemudian diperoleh frekuensi

konsumsi kelompok makanan jajanan per minggu. Berikut ini disajikan Tabel 20

kesembilan kelompok makanan jajanan yang paling sering dikonsumsi contoh.

Tabel 20 Frekuensi konsumsi makanan jajanan

Kelompok Makanan Jajanan Waktu n % Rata-rata Frekuensi ± SD (kali)

[1] Makanan Sepinggan Mingguan 113 100% 6,6 ± 2,9 [2] Makanan Tradisional Mingguan 113 100% 14,2 ± 5,5 [3] Produk Ekstruksi Mingguan 113 100% 25,9 ± 11,9 [4] Aneka Gorengan Mingguan 113 100% 9,4 ± 4,5 [5] Biskuit dan Wafer Mingguan 113 100% 7,4 ± 3,4 [6] Hasil Olahan Daging dan Ikan Mingguan 113 100% 2,6 ± 2,6 [7] Aneka Kue Mingguan 113 100% 7,6 ± 3,8 [8] Minuman Mingguan 113 100% 25,4 ± 12,1 [9] Buah dan Olahannya Mingguan 113 100% 2,7 ± 2,1

Berdasarkan Tabel 20 di atas diketahui bahwa frekuensi makanan jajanan

yang paling sering dikonsumsi adalah kelompok produk ekstruksi dengan rata-

rata frekuensi konsumsi 25.9 ± 11.9 kali/minggu. Hal ini diduga karena kelompok

produk ekstruksi memiliki pilihan rasa yang bervariasi dengan kemasan yang

variatif dan menarik. Selain itu, sebagian besar produk ekstruksi menggunakan

iklan atau promo yang lebih gencar sehingga contoh lebih tertarik. Hal tersebut

didukung oleh hasil penelitian Anschutz et al. (2009) yang menyatakan bahwa

anak-anak terutama anak laki-laki sangat menyukai makanan jajanan terutama

yang diiklankan melalui televisi. Adapun sebaran frekuensi konsumsi makanan

jajanan contoh untuk kelompok lainnya antara lain makanan sepinggan 6.6± 2.9

kali/minggu, makanan tradisional 14.2 ± 5.5 kali/minggu, aneka gorengan 9.4 ±

4.5 kali/minggu, biskuit dan wafer 7.4 ± 3.4 kali/minggu, hasil olahan daging dan

ikan 2.6 ± 2.6 kali/minggu, aneka kue 7.6 ± 11.9 kali/minggu ± 3.8 kali/minggu,

minuman 25.4 ± 12.1 kali/minggu, dan buah dan olahannya .7 ± 2.1 kali/minggu.

Tingginya frekuensi jajan tersebut kemungkinan disebabkan oleh kebiasaan

contoh untuk saling berbagi ketika mengonsumsi makanan jajanan yang

berbeda-beda sehingga dalam sehari contoh dapat merasakan berbagai jenis

makanan jajanan.

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

53

Kontribusi Makanan Jajanan terhadap AKG

Konsumsi makanan jajanan sebaiknya tidak dihilangkan dari konsumsi

harian karena memberikan sumbangan yang cukup berarti. Makanan jajanan

juga dapat dijadikan salah satu alternatif pemenuhan sumber zat gizi yang

kurang dari konsumsi hariannya. Kontribusi zat gizi makanan jajanan yang

dikonsumsi oleh contoh diperhitungkan. Hasil perhitungan dimaksudkan untuk

melihat banyaknya zat gizi yang dikonsumsi oleh contoh khususnya pada

makanan jajanan. Zat gizi yang dihitung kontribusinya adalah energi, protein,

kalsium, zat besi, vitamin A, dan vitamin C. Berikut ini disajikan Tabel 21

kontribusi zat gizi makanan jajanan contoh terhadap angka kecukupan zat gizi

contoh.

Tabel 21 Kontribusi makanan jajanan terhadap angka kecukupan zat gizi

Zat gizi Rataan konsumsi % kontribusi AKG

Energi 515 31 Protein 7.68 19 Kalsium 181.17 36 Besi 3.23 35 Vit. A 48.23 5 Vit. C 5.83 31

Berdasarkan Tabel 21 di atas dapat diketahui rata-rata kontribusi

konsumsi zat gizi makanan jajanan pada contoh. Kontribusi zat gizi tertinggi dari

makanan jajanan yaitu kalsium (36%). Hal tersebut disebabkan makanan jajanan

yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah kelompok ekstruksi yang

mengandung banyak kalsium. Makanan jajanan yang banyak menyumbangkan

kalsium dalam satu porsinya antara lain Biskuat, dadar gulung, dan Susu Milkuat.

Selain itu, kontribusi zat gizi lainnya dari makanan jajanan terhadap angka

kecukupan gizi contoh antara lain energi (31%), protein (19%), zat besi (35%),

dan vitamin C (31%).

Kontribusi zat gizi terendah dari makanan jajanan adalah vitamin A (5%)

yang diduga disebabkan oleh kurangnya contoh dalam mengonsumsi makanan

jajanan yang terbuat dari pangan hewani. Hal ini diperkuat dengan frekuensi

makanan jajanan contoh selama seminggu. Kelompok makanan hasil daging

atau ikan merupakan kelompok makanan jajanan yang dikonsumsi dengan

frekuensi terendah dalam seminggu. Makanan jajanan yang banyak

menyumbangkan vitamin A antara lain makanan yang diolah dengan cara

digoreng dan berasal dari pangan hewani seperti nugget. Makanan yang berasal

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

54

dari pangan hewani jarang diberikan kepada anak-anak di daerah sosioekonomi

rendah (Jiang et al. 2008).

Makanan jajanan yang banyak mengandung energi antara lain mi, nasi

goreng, siomay, batagor, aneka gorengan, roti, biskuit, donat, dan aneka

minuman kemasan yang manis. Makanan jajanan yang banyak mengandung

protein antara lain bakso goreng, nugget, kacang dan aneka biskuit. Bakso, mi

goreng, roti, biskuit, kacang hijau dan keripik singkong merupakan makanan

jajanan yang banyak menyumbang zat besi. Biskuat, wafer, dan Chitato

merupakan makanan jajanan yang banyak menyumbang kalsium. Makanan

jajanan yang banyak mengandung vitamin C lebih banyak dari minuman

kemasan berbagai merek seperti Segar Sari, Frutamin, Ale-Ale, Nutrisari, dan

Oky Jeli. Makanan jajanan yang banyak menyumbangkan vitamin A antara lain

aneka gorengan, baso goreng, dan nugget.

Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Tingkat kecukupan zat gizi contoh adalah perbandingan antara konsumsi

zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG). AKG diacu dari

WNPG tahun 2004, mencakup zat gizi energi, protein, kalsium, zat besi,vitamin

A, dan Vitamin C. Rata-rata konsumsi zat gizi diperoleh dari recall 24 jam.

Identfikasi konsumsi atau asupan zat gizi contoh menggunakan metode recall 1x

24 jam. Metode Recall 24 jam merupakan suatu metode yang paling banyak

digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini disebabkan metode ini cukup

akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah, dan tidak memerlukan peralatan

yang mahal dan rumit. Berikut ini disajikan Tabel 22 konsumsi dan tingkat

kecukupan energi dan zat gizi contoh.

Tabel 22 Rataan konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh

Variabel Energi Protein Ca Fe Vit A Vit C

Konsumsi 1165 30 504 9 995 19 Angka kecukupan 1683 41 659 13 481 50 Tingkat kecukupan (%) 71.69 75.74 78.82 72.08 207.87 38.22

Rata-rata konsumsi energi contoh adalah 1165 kkal dan berada dibawah

angka kecukupannya (1683 kkal). Rata-rata konsumsi energi contoh masih

berada di bawah rata-rata konsumsi energi siswa Sekolah Dasar Arjowinangun I

Pacitan, yaitu sebesar 1710 kkal/hari (Isdaryanri 2007). Sumber energi yang

sering dikonsumsi oleh contoh adalah nasi karena nasi merupakan pangan

pokok. Sumber energi lainnya yang sering dikonsumsi contoh adalah mi dan roti.

Kekurangan energi dapat menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

55

sehingga dapat menyebabkan penurunan konsentrasi belajar. Rata-rata

konsumsi energi contoh dibandingkan dengan rata-rata angka kecukupan energi

sehingga diperoleh rata-rata tingkat kecukupan energi, yaitu 71.69%. Rata-rata

tingkat kecukupan energi contoh berada dalam kategori defisit sedang, yaitu 70-

79% (Depkes 1996).

Rata-rata konsumsi protein contoh adalah 30 gram dan juga berada di

bawah angka kecukupannya (41 gram). Rata-rata konsumsi protein contoh masih

berada di bawah rata-rata konsumsi protein siswa Sekolah Dasar Arjowinangun I

Pacitan, yaitu sebesar 42.5 gram/hari (Isdaryanti 2007). Konsumsi protein yang

rendah berhubungan dengan penurunan densitas mineral tulang (Rapuri et al.

2003). Rendahnya rata-rata konsumsi protein contoh disebabkan contoh kurang

mengonsumsi pangan hewani yang merupakan sumper protein utama. Pangan

sumber protein utama terdapat pada pangan hewani seperti telur dan susu

(Gallagher 2004). Sumber protein yang sering dikonsumsi oleh contoh adalah

pangan nabati, yaitu tahu dan tempe. Rata-rata tingkat kecukupan protein contoh

adalah 75.74%. Rata-rata tingkat protein contoh berada dalam kategori defisit

tingkat sedang, yaitu 70-79% (Depkes 1996).

Rata-rata konsumsi zat gizi mikro masih berada di bawah angka

kecukupannnya kecuali vitamin A. Rata-rata konsumsi kalsium, zat besi, dan

vitamin C contoh masih berada di bawah rata-rata konsumsi kalsium, zat besi,

dan vitamin C siswi beberapa sekolah dasar di Bogor, yaitu masing-masing

1285.5 mg, 9.95 mg, dan 41.1 mg (Arrofi 2011). Konsumsi kalsium, zat besi, dan

vitamin C yang rendah disebabkan oleh rendahnya konsumsi pangan sumber

kalsium, zat besi, dan vitamin C seperti pangan hewani dan buah-buahan.

Tingkat kecukupan energi dan protein contoh dibedakan menjadi lima

kategori, yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit

tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%) dan lebih (≥120%) (Depkes 1996).

Tingkat kecukupan energi dan protein contoh berbeda-beda tergantung pada

konsumsi pangan dan angka kecukupan gizi tiap individu.

Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa sebagian besar contoh

mengalami defisit berat, baik energi (56.6%) maupun protein (47.8%). Hal ini

diduga disebabkan karena frekuensi makan contoh yang kurang dari tiga

kali/hari. Selain itu masih terdapat contoh yang jarang sarapan bahkan ada juga

yang terbiasa tidak sarapan. Saat wawancara juga terdapat contoh yang

menyatakan jarang makan siang. Contoh jarang sarapan dan makan siang

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

56

diduga disebabkan karena beberapa ibu contoh ada yang harus bekerja pada

pagi hari sehingga tidak sempat membuatkan sarapan dan makan siang untuk

anaknya. Selain itu, pada saat siang hari beberapa contoh merasa sudah

kelelahan setelah belajar di sekolah setengah hari sehingga langsung tidur siang

atau bahkan ada yang langsung main bersama teman sebaya untuk melepas

stres. Kadang-kadang anak malas makan di rumah, hal ini disebabkan akibat

stres atau sakit (Hidayat dan Alimul 2004). Konsumsi protein yang rendah

tersebut juga kemungkinan dapat disebabkan oleh kualitas asupan makan yang

masih kurang. Berikut ini disajikan Tabel 23 sebaran contoh menurut tingkat

kecukupan energi dan protein.

Tabel 23 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi dan protein

Kategori TKE TKP

n % n %

Defisit berat 64 56,6 54 47,8

Defisit sedang 11 9,7 16 14,2

Defisit ringan 9 8,0 13 11,5

Normal 20 17,7 17 15,0

Lebih 9 8,0 13 11,5

Total 113 100 113 100

Selain zat gizi makro, dilakukan penilaian juga terhadap zat gizi mikro,

antara lain kalsium, zat besi, vitamin A, dan vitamin C. Tingkat kecukupan zat gizi

mikro dihitung tanpa menggunakan koreksi berat badan. Perhitungan dilakukan

dengan langsung membandingkan konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan

gizi (AKG) berdasarkan WNPG VIII tahun 2004. Tingkat kecukupan vitamin dan

mineral <77% AKG tergolong kurang dan ≥ 77% tergolong cukup (Gibson 2005).

Berikut ini disajikan Tabel 24 tingkat kecukupan mineral dan vitamin.

Tabel 24 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan mineral dan vitamin

Kategori TK. Ca TK. Fe TK. Vit A TK. Vit C

n % n % n % n %

Kurang 93 82% 71 63% 13 12% 100 88%

Cukup 20 18% 42 37% 100 88% 13 12%

Total 113 100 113 100 113 100 113 100

Tingkat kecukupan zat gizi mikro sebagian besar contoh tergolong dalam

kategori kurang, kecuali tingkat kecukupan vitamin A. Rendahnya tingkat

kecukupan kalsium contoh disebabkan kurangnya contoh dalam mengonsumsi

pangan hewani yang merupakan sumber kalsium utama seperti susu. Contoh

juga kurang mengonsumsi pangan hewani lainnya yang juga merupakan sumber

zat besi dan kalsium, seperti ayam, daging sapi,dan telur. Salah satu akibat dari

defisiensi zat besi adalah anemia (iron deficiency anemia). Sekitar 43% anak

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

57

usia sekolah di negara berkembang menderita anemia defisiensi besi. Prevalensi

tersebut empat kali lebih besar apabila dibandingkan dengan prevalensi pada

negara berkembang. Tingginya prevalensi tersebut disebabkan oleh buruknya

kondisi sanitasi dan rendahnya kondisi sosioekonomi (Queiroz & Torres 2000).

Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Windyaningrum (2012) yang

menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi besi pada anak sekolah di

sebuah sekolah dasar di Kecamatan Cijeruk adalah sebesar 96.3%.

Defisiensi zat gizi mikro lainnya juga ditemukan pada vitamin C.

Sebanyak 88% contoh mempunyai tingkat kecukupan vitamin C termasuk dalam

kategori kurang. Hal tersebut diduga karena contoh kurang mengonsumsi

pangan sumber vitamin C seperti buah-buahan. Status sosioekonomi merupakan

salah satu penentu terjadinya defisiensi vitamin C, karena diduga buah yang

merupakan sumber vitamin C tidak biasa dikonsumsi oleh kelompok

sosioekonomi rendah (Villalpando 2003). Berbeda dengan tingkat kecukupan

kalsium, zat besi, dan vitamin C yang mengalami defisit, sebagian besar contoh

mempunyai tingkat kecukupan vitamin A yang tergolong cukup. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh contoh sering mengonsumsi makanan yang

mengandung minyak, seperti gorengan dan pada sehari sebelum proses recall

contoh banyak yang mengonsumsi sayuran sumber vitamin A seperti kangkung,

bayam, wortel, dan sawi. Sayur-sayuran tersebut dan minyak mengandung

vitamin A yang cukup tinggi untuk setiap 100 gramnya, yaitu berturut-turut 945

RE, 914 RE, 1800 RE, 969 RE, dan 8000 RE (DKBM 2010).

Status Gizi Contoh

Status gizi contoh ditentukan dengan menggunakan indikator tinggi badan

berdasarkan usia (TB/U) dan indeks masa tubuh berdasarkan usia (IMT/U).

Sebaran status gizi contoh bervariasi pada kedua indikator yang digunakan.

Berdasarkan indikator TB/U diperoleh sebaran status gizi contoh antara lain

55.7% normal, 43.4 % pendek, dan 0.9% tinggi. Selain itu sebanyak 76.1%

contoh berstatus gizi normal menurut IMT/U dan sisanya menyebar pada status

gizi sangat kurus (8.8%), kurus (8.8%), gemuk (5.3%), dan obesitas (0.9%).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh memiliki

status gizi normal berdasarkan indikator TB/U (55.7%) maupun IMT/U (76.1%).

Kondisi status gizi yang baik dapat dicapai apabila tubuh memperoleh cukup zat-

zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

58

tingkat kesehatan optimal (Depkes RI 2003). Berikut ini merupakan Tabel 25

sebaran contoh menurut status gizi.

Tabel 25 Sebaran status gizi contoh

Status Gizi n (113) % (100)

Menurut TB/U Sangat pendek 14 12.4 Pendek 35 31.0 Normal 63 55.8 Tinggi 1 0.9 Menurut IMT/U Sangat kurus 10 8.8 Kurus 10 8.8 Normal 86 76.1 Gemuk 6 5.3 Obesitas 1 0.9

Hubungan Berbagai Variabel

Uji korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara

berbagai variabel pada penelitian ini. Hasil uji korelasi Spearman menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dengan

status gizi contoh baik menurut TB/U maupun IMT/U contoh (p>0.05). Hasil

penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Suwaiba (1997) yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dan

status gizi siswa SD Ngesrep I Semarang. Hal ini mungkin dapat disebabkan

oleh jenis jajanan yang dikonsumsi oleh contoh. Sebagian besar contoh dalam

penelitian ini mempunyai kebiasaan mengonsumsi jajan jenis produk ekstrusi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Roberto (2010) di Amerika menyatakan

bahwa anak sekolah dasar lebih tertarik pada makanan jajanan khususnya snack

yang dibungkus (makanan pabrikan) dibandingkan dengan jajanan tradisional.

Makanan pabrikan (ekstrusi) sedikit mengandung zat gizi sehingga tidak

berpengaruh terhadap status gizi contoh. Status gizi contoh selain dipengaruhi

oleh kebiasaan jajan juga dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisi pada

penelitian ini, antara lain aktivitas fisik dan penyakit infeksi.

Pengetahuan gizi ibu terkait erat dengan kebiasaan makan anak, baik

kebiasaan makan utama maupun jajanan. Ibu yang mempunyai pengetahuan gizi

dan berkesadaran gizi yang tinggi akan melatih kebiasaan makan yang sehat

sedini mungkin kepada semua putra-putrinya (Notoatmodjo 2005). Hasil uji

Spearman dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara kebiasaan jajan dan pengetahuan gizi ibu contoh (p>0.05).

Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Madanijah, Zulaikha, dan

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

59

Munthe (2006) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan gizi ibu dengan kebiasaan jajan anak pada keluarga nelayan dan

bukan nelayan di Jakarta. Hal yang sama juga terjadi antara pendidikan ibu

dengan kebiasaan jajan. Hasil uji Spearman dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dan

pendidikan ibu contoh (p>0.05). Begitu juga dengan hasil uji Spearman yang

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan

kebiasaan sarapan contoh.

Tidak terdapatnya hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan

kebiasaan jajan maupun sarapan contoh dapat disebabkan terdapatnya faktor

lain yang mempengaruhi kebiasaan jajan dan sarapan contoh, seperti lingkungan

dan teman main. Pengaruh teman main dapat meningkat sejalan perkembangan

usia dan dapat mempengaruhi pemilihan makanan pada anak (Lucas & Feucht

2004). Kebiasaan makan pada anak usia sekolah tergantung pada kehidupan

sosial di sekolah. Anak usia sekolah cenderung lebih menyukai makan secara

bersamaan dengan teman sekolahnya (Hidayat dan Alimul 2004).

Pengetahuan gizi ibu juga akan berpengaruh terhadap pembentukan

sikap dan tindakan anak dalam konsumsi makanan jajanan. Pengetahuan gizi

ibu tersebut dan kebiasaan jajan siswa dapat berpengaruh terhadap status gizi

siswa. Pengetahuan gizi ibu sangat berpengaruh terhadap pemilihan dan

konsumsi makanan anak (Madanijah 2003). Hasil uji Spearman menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signfikan antara status gizi dan

pengetahuan gizi ibu contoh (p>0.05). Hal ini diduga adanya pengaruh sikap dan

perilaku ibu terhadap pemilihan makanan anak. Sikap dan perilaku gizi tidak

selalu linear terhadap pengetahuan gizi, artinya semakin tinggi tingkat

pengetahuan gizi ibu belum tentu kebiasaan makannya juga baik (Sanjur 1982).

Latar belakang pendidikan dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pengetahuan atau informasi

tentang gizi yang dimilikinya akan lebih baik. Faktor tingkat pendidikan perlu

ditimbangkan untuk menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (Fikawati&Syafiq 2007).

Namun berdasarkan hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi ibu (p>0.05).

Walaupun sebagian besar pendidikan ibu berada di tingkat SD, namun sebagin

besar ibu memiliki pengetahuan gizi dalam kategori sedang. Pengetahuan gizi

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60803/BAB V Hasil... · adalah sekolah dengan akreditasi B dan ... perpustakaan terdiri

60

tidak mutlak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan seseorang.

Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai

macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,

petugas kesehatan, kerabat, dan sebagainya (Khomsan dkk 2009).

Sarapan pagi pada umumnya menyumbang gizi sekitar 25% dari angka

kebutuhan gizi sehari. Anak yang tidak sarapan pagi cenderung mengonsumsi

energi dan zat gizi lebih sedikit daripada anak yang sarapan pagi (Lucas and

Feucht 2008). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan kebiasaan jajan

contoh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan contoh yang

kurang baik yaitu kadang-kadang (47.8%) dan selalu (45.1%). Namun,

kebiasaan sarapan contoh tersebut tidak berkaitan dengan kebiasaan jajan

contoh. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa terdapat sebagian

besar contoh (91.2%) yang selalu membeli jajan di sekolah baik sudah sarapan

maupun belum sarapan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Ariandani (2011) di SDN Pekunden Semarang yang menunjukkan bahwa

frekuensi sarapan pagi pada subjek tidak berkaitan dengan kebiasaan jajan di

sekolah.

Kebiasaan sarapan tidak berhubungan dengan kebiasaan jajan contoh

kemungkinan disebabkan oleh kebiasaan jajan contoh sering dipengaruhi oleh

lingkungan atau teman sebaya. Kebiasaan makan pada anak usia sekolah

tergantung pada kehidupan sosial di sekolah. Anak usia sekolah cenderung lebih

menyukai makan secara bersamaan dengan teman sekolahnya (Hidayat dan

Alimul 2004). Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2009) disebutkan

bahwa anak-anak membeli makanan jajanan pada saat jam istirahat sekolah

(92,2%) dengan alasan untuk mengurangi rasa lapar setelah beberapa jam

belajar di kelas.