Post on 19-Jan-2023
Kentrung Mbok Gimah tahun 90-an
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
oleh
Yayak Priasmara
Proyek Pengarsipan dalam Kegiatan Buka Kunci, Tangkap Layar - Gulung Tukar, 2020
DesainBenny Widyo
Ucapan Terima KasihAllah SWT, Tim BKTL Gulung Tukar, Almarhummah Mbok Gimah Kentrung, Sedyo Rukun Tulungagung, Mbah Bibit (Panjak Kentrung Mbok Gimah, Anggota Sanggar Seni Gedhang Godhog Tulungagung
Kurator: Benny Widyo, Tanaya ‘Sompit’, Titah AW
oleh Yayak Priasmara
hal. 1
Daftar Isi
2.3.6.10.44.74.
Kata Pengantar Tim BKTL, Gulung Tukar BKTL
Kata PengantarPenyunting Naskah
Profil Mbok Gimah
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Terjemahan Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah(Hasil Sunting)
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 2
Kata PengantarTim BKTL, Gulung Tukar
Salah satu fungsi pencatatan adalah untuk mengumpulkan memori.
Dari memori, seseorang membangun pengetahuan, kesadaran,
dan pada akhirnya bahkan keputusan-keputusan yang saling
mempengaruhi. Dari situ sebetulnya ide soal proyek pengarsipan
pra-acara Gulung Tukar ini dibuat, yaitu untuk mencatat. Kami
merasa bahwa pencatatan atau pengarsipan adalah hal yang minim
sekali dilakukan oleh para pegiat (isu apapun) di Tulungagung, dari
yang sudah sedikit itu, obyek arsip yang menyoal kota sendiri lebih
sedikit lagi. Maka sejak awal kami memang mengarahkan proyek
pengarsipan ini untuk dilakukan oleh, tentang, dan untuk teman-
teman di Tulungagung.
Naskah Legenda Baru Klinthing versi Lakon Mbok Gimah adalah
salah satu ide terpilih. Kami merasa karya ini penting dibuat untuk
mengabadikan atau mewujudkan apa yang selama ini tersebar lewat
lisan saja. Sebagai salah satu folklor, kami percaya Baru Klinthing
bisa dilihat sebagai salah satu alternatif mengintip sejarah kota
Tulungagung. Tersebab lahir dari masyarakat, cerita rakyat semacam
ini punya potensi mengabadikan cerita lampau yang menyusup dan
ikut membentuk kota Tulungagung hari ini. Lewat naskah ini juga,
kami berharap teman-teman bisa berkenalan dengan sosok Mbok
Gimah dan kesenian kentrung yang begitu melegenda.
Kami harap arsip semacam ini bisa membawa perspektif baru untuk
melihat kesenian tradisi, cerita rakyat, juga barangkali bermacam
hal yang biasa kita anggap lampau. Sebab kami yakin, banyak rahasia
lampau yang justru amat relevan untuk bekal menyongsong hari
depan. Selamat atas terbitnya arsip ini, dan selamat membaca!
Titah AW
oleh Yayak Priasmara
hal. 3
Kata PengantarPenyunting NaskahPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan saya, Yayak Priasmara
selaku pengasuh dari Sanggar Seni Gedhang Godhog
untuk terlibat dalam proyek pengarsipan Buka Kunci,
Tangkap Layar yang diselenggarakan oleh Gulung
Tukar di tahun 2020 ini.
Proyek pengarsipan dengan judul Pendokumentasian
Naskah Baru Klinthing versi Lakon Kentrung Mbok
Gimah ini saya pilih karena beberapa alasan. Pertama,
lakon ini kental kaitannya dengan Kabupaten
Tulungagung. Meski dikategorikan sebagai kisah
legenda, namun folklor ini kuat berkembang di
masyarakat. Lahirnya pusaka Tulungagung yakni Kyai
Upas juga tertuang dalam kisah ini. Juga banyaknya
lokasi di kabupaten ini yang dipercaya masyarakat
berkaitan erat dengan kisah ini.
Kedua, seni tutur atau sastra lisan memiliki kekuatan
dan keindahan tersendiri. Demikian juga dengan
cara almarhumah Mbok Gimah mengungkapkan
kisah Baru Klinthing ini dengan format kentrung.
Berbeda dengan format seni pertunjukan, kentrung
hanya menggunakan oral lisan dengan sastra sebagai
senjatanya. Dalam pengertian mudahnya, indahnya
dongeng ala kentrung beda dengan ketika kisah yang
sama dibawakan dengan format kethoprak atau seni
pertunjukan lainnya. Parikan, suluk, larik ber-rima,
nyondro, dan unsur sastra lisan lainnya khas Kentrung
Sedyo Rukun Mbok Gimah menjadi dokumen berharga
yang sayang jika dilupakan.
Ketiga, sama halnya dengan kesenian tradisional
lainnya, seni kentrung juga merupakan sajian yang
bukan hanya sebagai tontonan, tapi juga tatanan
dan tuntunan. Banyak nilai positif dalam kisah Baru
Klinthing yang dikemas dalam Kentrung Mbok Gimah
ini, baik secara tersirat maupun tersurat. Terselip
banyak tatanan untuk hidup bermasyarakat dengan
baik, serta tuntunan untuk mendekatkan diri kepada
Sang Pencipta. Pesan-pesan luhur ini tentu sayang
jika tidak kita lestarikan. Karena masih sangat relevan
untuk ditularkan kepada generasi sekarang dan yang
akan datang.
Hal-hal tersebut yang mendasari saya untuk mau
ambil bagian dalam proyek pengarsipan ini. Terakhir,
arsip ini adalah hasil proses dua puluh hari saya
dalam mengumpulkan data, menonton video,
merekam, menulis, menerjemahkan, dan menyunting
pertunjukan kentrung Mbok Gimah dengan lakon
Baru Klinthing. Mengingat kemampuan saya masih
sangat terbatas dalam menulis, mohon maaf sebesar-
besarnya jika masih banyak kekurangan dalam tulisan
ini. Semoga arsip ini bermanfaat untuk banyak pihak.
Salam budaya,
Yayak Priasmara, S.Pd.
Kentrung Mbok Gimah (Sedyo Rukun)
di Universitas Negeri Malang, April 2016
oleh Yayak Priasmara
hal. 5
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 6
ProfilMbok Gimah
Mbok Gimah (1954 – 2018) merupakan dalang seni
tutur/sastra lisan kentrung tradisi kebanggaan
Kabupaten Tulungagung. Meskipun lahir di Kediri
(13 Juli 1954), ia memilih untuk menetap dan terus
berupaya mempertahankan kesenian tutur yang sarat
pesan moral ini di Tulungagung sampai akhir hayatnya.
Dari sang ayah, Giran, beliau mempelajari kesenian
ini sejak usianya baru 10 tahun. Beliau ikut sang ayah
mbarang kentrung (mengamen kentrung) ke berbagai
pelosok daerah. Berbagai lakon baik kisah persebaran
islam di timur tengah (menak), lakon babad, maupun
legenda beliau dapat dari sang ayah dan juga dari
seniman kentrung lain di masa itu.
Sepeninggal sang ayah, perjalanan kentrung Mbok
Gimah tidak berhenti sampai disitu. Bersama Djaimin
sang suami, beliau membentuk grup kentrung Sedyo
oleh Yayak Priasmara
hal. 7
Rukun dan mulai menetap di Dusun Patik, Desa Batang
Saren, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.
Di masa ini, kentrung yang awalnya merupakan
pertunjukan jalanan (mbarang kentrung), naik kelas
menjadi sajian di hajatan dan ruwatan warga. Hal ini
berkaitan dengan beberapa cerita yang dibawakan
dalang kentrung seperti Syekh Subakir Pasang Tumbal,
Adeging Mesjid Demak, Daupe Nabi Yusuf dll dianggap
sakral dan kental akan tuntunan agama islam. Hal
ini juga yang membuat Beliau pernah berkata bahwa
Tulungagung menjadi pitulungan kang agung dalam
perjalanannya menjadi seniman kentrung, yakni
mengangkat kiprah kentrung beliau dari jalanan
menuju panggung hajatan.
Di tahun 1990, Djaimin suami Mbok Gimah meninggal.
Langkah beliau tak jua terhentikan. Beliau terus
berupaya melestarikan kentrung seorang diri.
Terkadang beliau meminta bantuan kawan seniman
kentrung dari Blitar atau Kediri. Selanjutnya di
tahun yang sama ia mengajak dan mengajari seorang
bernama Bibit asal Bangoan Tulungagung untuk
menemaninya sebagai panjak kentrung Sedyo Rukun.
Bersama Bibit, Mbok Gimah membesarkan nama seni
kentrung hingga akhir hayatnya.
Mbok Gimah telah banyak mendapatkan penghargaan
baik tingkat daerah, dari berbagai universitas (ISI
Surakarta, ISI Yogyakarta, UM, Unesa), hingga gelar
maestro kesenian tutur kentrung dari Provinsi Jatim.
Ratusan cerita beliau kuasai dan ribuan panggung
telah beliau takhlukkan. Hingga pada 13 Juni 2018,
Mbok Gimah meninggal dunia dengan tenang di usia 64
tahun.
Kentrungan terakhir Mbok Gimah sebelum
meninggal, lakonnya Nabi Yusuf, 2018.
oleh Yayak Priasmara
hal. 9
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 10
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
1. Salam Pambuka
Parikan Pambuka Dalang lan Panjak
Panjak Assalamualaikum
Kintun salam para priyagung,
Sami sugeng sak rawuhipun
Mriksani kentrung Sedyo Rukun
Dalang Niat ingsun miwiti muji
Nyebutake asmaning sukma
Menika kesenian kentrung tradisonil asli
Sedyo rukun ingkang paring asma
Panjak Ayo konco menyang pancuran
Kanggo wudhu para ulama
Ayo konco golek seduluran
Mumpung urip ning ngalam ndunya
Dalang Kawula badhe ndalang mboten ngadhep wayange
Kula badhe moco mboten ngadhep layange
Kula badhe kandha tasik kathah sulayane
Wonten lepate njogo kentrung nyuwun agung sepurane
oleh Yayak Priasmara
hal. 11
Panjak Mayangsari kembange pucang
Menyang sawah ayo nandur jagung
Mulo ojo lali sholatmu sembahyang
Manembah Allah kang maha agung
Dalang Niat ingsun miwiti ndalang,
Ngudhal-udhal crita kang ilang
Ingkang wajib ngudhal kawula menika dalang
Lahire Joko Baru Klinthing babare lelampahan
Panjak Iket blangkon weton boyolali
Bebetono jarik sido luhur
Bocah wadon yen winanci rabi
Ngentenono umur selikur
Dalang Jumejerake pertapan kondhang kaloko
Pertapan Mangir ingkang kula carito
Pertapan Mangir kondhang saking monconegoro
Ki Ageng Wonoboyo kang ngasto kapandhito
Panjak Oro-oro tukul alang-alang
Pamrihe makmur ditanduri pantun
Semono uga mas yen kanggo wong lanang
Yen rabi umur selawe tahun
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 12
2.1. Crita
Dalang lan Panjak ngenalake lakon
Dalang Ananggih, pertapan pundi to ingkang kawula carita ing dalu mangke?
Panjak Nuwun inggih, pertapan pundi ing dalu mangke kedhah kawula ceritaaken wonten ing
ngarso panjenengan sedoyo?
Dalang Tepis piringing sukune Gunung Merapi!
Panjak Inggih mapan wonten tepise Gunung Merapi!
Dalang Wonten salah sawijining bale percabaan, kawastanan Pertapan Mangir!
Panjak Inggih ingkang kawastanan Ki Ageng Mangir!
Dalang Pertapan Mangir kondhang kaloko saking mancanegara, percabaan duwur pupuse adoh
kuncarane, asri katribawane!
Panjak Sanyoto bener yen Pertapan Mangir ketawis asri katribawane!
Dalang Sinten to ingkang jumeneng pandhita wonten Pertapan Mangir? peparap Sang
Begawan Wonoboyo!
Panjak Inggih sanyata leres ingkang jumeneng resi wonten Percabaan Mangir inggih sang Resi
Wonoboyo!
Dalang Mula asma Ki Ageng Wonoboyo, Pertapan Mangir wonten wilayah bumi Wonoboyo,
mula diarani Pertapan Mangir, sinten ingkang jumeneng pandhita asma Ki Ajar
Mangir!
Panjak Sanyoto bener ingkang jumeneng pandito inggih Ki Ajar Mangir!
Dalang Wonten Bumi Wonoboyo, pinaringan percabaan Mangir, Ki Ajar Mangir peparap Ki
Ageng Wonoboyo nggih Ki Ageng Mangir. Kathah para cantrik, kathah para puthut,
kathah para siswa ingkang nyuwun piwulanging Ki Ageng Wonoboyo. Adhep sowane
para cantrik, alon sakwetara!
oleh Yayak Priasmara
hal. 13
2.2. Adegan Jejeran Pertapan Mangir
Dalang dhapuk Ki Ajar Mangir (KAM), Panjak dhapuk Cantrik (C)
Dalang/KAM kene-kene Cantrik, yen wis podho rampung pakaryan sira, caketo sang Begawan
Wonoboyo Cantrik!
Panjak/C nuwun kasinggihan dawuh Sang Panembahan, kula kang sowan ngaturaken salam
taklim muga konjuk dhateng ngarsa Panjenengan Dalem Sang Panembahan
Dalang/KAM Cantrik banget panarimaning Sang Panembahan, Sira ngaturake sembah bekti wis
tak tampa. Tak sangga ono dodo, lumungsura menyang wardaya, mahamna tentreme
Percabaan. Puja pangestune Ki Ajar Mangir tampanono yo cantrik!
Panjak/C O o Sang Panembahan pepunden kawula jejimatan kula, lumantar sadoyo ingkang
dipun kadhawuhaken dateng kula, Sang Penambahan, kula tampi tangan kawula kalih,
kula pundi wonten mustaka kawula, mugi tansah andadosaken pepajaripun manah
kawula Sang Panembahan!
Dalang/KAM Cantrik!
Panjak/C Nuwun kula!
Dalang/KAM Sliramu siswa kang kinasih, wis tak pinicaya gawe wewangunane pertapan, mimpim
para kabeh para putra, para cantrik, para puthut kang cumondhok ana bale percabaan
kene. Opo yo wis sayuk saeko nganti tentrem ayem ora ana sing nuwuhake pasulayan,
Cantrik?
Panjak/C Oo Sang Panembahan, tamtunipun sadoyo pakaryan kawulo sampun mboten wonten
ingkang ndadosaken lingsemipun Padhuka Sang Panembahan. Anggen kawula mimpin
para Cantrik sadoyo, mbok menawi wonten wigatosan menopo tertamtu mboten wonten
ingkang ndadosaken kuciwaning penggalih Padhuka Sang Panembahan
Dalang/KAM Bocah enom suwito pawongan tuwa, nadyan ora entuk upa nek entuk tata! sokor bage
ngerti tumpraping solah bawa budhi pakarti. Sing kena kangge tepo patuladha yo
Cantrik!
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 14
Panjak/C O o Sang Panembahan, kanthi dhawuh Padhuka ingkang kados mekaten kawula
mboten badhe ndaga, setyo tuhu badhe kawula lampahi menopo ingkang dados
piwulang Padhuka Sang Panembahan
Dalang/KAM Jiwamu muda calone mundhut garwo,
Panjak/C Nuwun inggih
Dalang/KAM Jumbuhna kekudhangane wong tuwa, anak lanang iso mikul dhuwur mendhem jero
marang wong tuwa. Lire anak lanang iso mikul dhuwur marang wong tuwa, njur yen
wong tuwa sedo dipikul dewe sing duwur? Dudu kuwi! Dipendhem dewe sing jeru? Ora
ngono kuwi! Ngluhurake derajade wong tuwa, ngluhurake asmane wong tuwa. Mula
jiwa muda mumpung durung mundhut garwo, goleko sastrane raga! Sastra tulis, raga
pribadi! Nyelengi wohing pakarti siji gelem manembah marang Gusti, loro gelemo
sekolah tulis, sekolah ngaji. Yen ora waspodo Cantrik, isi jiwa ragane manungsa iku
dadi pasudungane iblis, pasudungane setan. Opo ngge ngusir iblis, setan, dajil kang
sumudung marang manungsa? Kajaba pawongan sing duwe paugeran marang agama.
Koyo ngono yo Cantrik!
Panjak/C o o sang Panembahan, kula tampi kanthi bingah ing manah anggen Padhuka paring
dawuh kados mekaten, mugi tansah saget nyumrambahi dhateng para putra siswa
sedoyo Sang Panembahan
Dalang/KAM Wong sekolah kuwi sangune dudu bondho lan dunya, tekat niat madhep lan mangkat!
Mula sliramu diwarisi kepinteran karo wong tuwa, mapan becik apik anggen Sira
nggunakake, kepinteran iku ntek e bareng pecating nyowo yo Cantrik yo
Panjak/C Kados to mekaten nuwun inggih, ngestokaken dhawuh Sang Panembahan
Dalang/KAM Cantrik?
Panjak/C Nuwun kula?
oleh Yayak Priasmara
hal. 15
Dalang/KAM Papan anggonku jumeneng Pandhita ana Pertapan Mangir, iki biyen Bumi Wonoboyo,
tinggalane Kanjeng Rama suwargi. Putrane Rama kuwi akehe telu, siji kangmas Ajar
Segu, loro aku Ajar Mangir, sing ragil wanito kusumaning ayu Dewi Roro Kijang.
Aku krungu warto jare Bumi Wonoboyo iki dibawahake ono Mentaram, tak suwun!
Parandene keboyak prajurit Mentaram! Banjur aku oncat saka paprangan! Mula
dino saiki aku jumeneng pandhita ana Bumi Wonoboyo, mundut peparap Ki Ageng
Wonoboyo sebab iki Bumine Wonoboyo. Mula tak paringe pertapan mangir, kang
jumeneng pandita yo aku Ki Ageng Mangir yo cantrik
Panjak/C Kados to mekaten mratelakaken matur sewu genging panuwun dhateng sadoyo dhawuh
ingkang dipun kalunturaken dhateng kula Sang Panembahan
Dalang/KAM Kene-kene Cantrik, sang pandhita bakal paring dhawuh marang jeneng Sira, ngudhari
panguneg-unegku iki yo Cantrik
Panjak/C kados to mekaten Sang Panembahan, muga enggal dipun kadhawuhna dhateng para
siswa-siswa sedaya mekaten Sang Panembahan
Dalang/KAM Mbacutake ceritaku rikala jaman semana! bareng aku bandhawala kelawan prajurit
Mentaram, cara aku aku menang durung karuan, kalah durung kepara. Nengah-
nengahi nempukake yudha aku antuk wangsit. Sing paring dhawuh yen ora kleru
panyokrobawaku iku ngendhikane Kanjeng Rama kang suwargi. Ajar Mangir ora kena
nutuk-nutake anggene paperangan tandhing pawongan Mentaram, supoyo aku oncat
nglungani soko paperangan menyang Pondok Mbulki. Kelakon aku menyang pondok
Mbulki pitung sasi. Ono pondok aku ngerti cumlorot lir kadyo ndaru, songko lor wetan
ceblok ono pangimaman. Tak pirsani ki pusaka lho Cantrik!
Panjak/C o o Sang Panembahan, winanci jam 3 dalu Padhuka nyumurupi cumlorot saking
antarikso dumawah wonten ing sak ngajengipun pangimaman, Padhuka mriksani jebul
wonten wujud pusaka ngoten? Inggih ngestokaken dhawuh
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 16
Dalang/KAM Yo nek anggitku ki pusaka kagungane Rama Kyai opo kagungane para santri kang ono
Pondok Mbulki. Bareng aku ngaturake pusaka ono ngarsane Rama Kyai, Rama Kyai ora
kagungan pusaka kaya ngono kuwi, klebu murid pondok ora ana sing duwe. Anggene
paring dhawuh Rama Kyai, iki sing nemu Ajar Mangir sing kagungan yo Ajar Mangir.
Banjur aku nyuwun pirso marang Rama Kyai, Cantrik!
Panjak/C inggih Padhuka nyuwun pirsa dhateng Rama Kyai kados menopo Sang Panembahan?
Dalang/KAM Niki pusaka menapa? Rama Kyai paring dhawuh! Kuwi pangot lanang pangot wojo
karah komo pamor kencono! Pangot lanang ki kadung mandi tenanan, pangot wojo
karah komo pamor kencono kuwi cukup sing keno yen diagem priyo, ora kena diagem
wanita! Anggone paring dhawuh Rama Kyai koyo ngono cantrik!
Panjak/C dados wujudipun pangot wojo karah pamor kencono, dhawuhipun Kanjeng Rama Kyai
dhateng Padhuka mboten kenging kaagem wanodya ngoten Sang Panembahan?
Dalang/KAM Rama Kyai ngendhika keno diagem wanito, nanging kudu ono sirikane! Wanito keno
ngagem pangot lanang pangot wojo ning sirikane cilik ditungkulke pangkon, gedhe
ditumpangne pangkon! Kuwi larangan gedhen lho Cantrik!
Panjak/C kadosto mekaten tumprapipun Kanjeng Rama Kyai, pangot wojo pamor kencono
kenging kaagem wanodya nanging wonten tarak sirikanipun kados dene ingkang dipun
kadawuhaken dhateng Padhuka Sang Panembahan
Dalang/KAM semono Cantrik! Banjur aku wis suwe lek ku suwita ono ing pondok rikala aku oncat
saka Mentaram, aku kedharang-dharang kelawan adiku Roro Kijang. Prapto daerah
Tulungagung, karesidenan Kediri kabupaten Tulungagung, tepis piringe Campurdarat.
Aku iki mesanggrah ana ing Rawa Bening, aku iki merdukuh ana Rawa Bening kelawan
adhiku Roro Kijang banjur aku mulih saka pondok bali menyang Rawa Bening dipapak
adhiku Roro Kijang, ngono critane Cantrik! Adhiku kuwi biasane doyane nginang, golek
adah kinang ketemu dipirsani adune kurang sing kurang jambe, Cantrik!
Panjak/C Kados to mekaten nuwun inggih
oleh Yayak Priasmara
hal. 17
Dalang/KAM ana jambe sih glundungan,Roro Kijang montang manting golek gaman banjur tak
timbali, mbok ora usah dithuk i jambe to dhi. Mboten kangmas, kangmas to ngasta
pustaka mbok kula ngampil. Pangot lanang disilih adhiku ning Rawa bening sejatine
wis tak wanti wanti yo dhi pangot iki keno mbok gawe nyigar jambe ning ilingo cilik ojo
mbok tungkulne pangkon gedhe ojo mbok tumpangne pangkon iki ora keno temenan.
Roro Kijang yo saguh.
Panjak/C Dados kadhang Padhuka kusumaning ayu Dewi Roro Kijang inggih metuhu kaliyan
dhawuh Padhuka mekaten Sang Panembahan
Dalang/KAM Ceritane adhiku nyigar jambe, jambe ditumpangake undhak-undhak lawang, pangot
ditungkulke, saka mandhine pangot waja kama pamor kencana, jambe durung nganti
ketibanan pangot, pangot ditungkulke jambe ambyar dewe-dewe. Roro Kijang lali
welinge Ajar Mangir pangot ditumpangke pangkone Dewi Roro Kijang, pangot dipangku
ilang musna ora karuan, ilange pangot waja kama pamor kencana Roro Kijang
ngandhut sang putra lo Cantrik!
Panjak/C Icalipun pangot waja kama pamor kencana adhi Padhuka menika nandhang ndarbeni
ngoten napa kados to pundi?
Dalang/KAM Kaya ngono iyo! gandeng adhiku isih prawan anane nandhang kawirangan, trimo
mangku pangot waja iso ndarbeni njur aku ngesakake, kuwi tak daku ramane yo
Ajar Mangir ibune Roro Kijang. Ning aku ora suwi cumondok ana Rawa Bening, aku
kudu pisah karo adhiku ngelakoni mertapa ana ing Wonoboyo kene! badar anggonku
mertapa njur aku saiki dadi Pandhita! adhiku tak tinggal kuwi mau tak tinggali
jimatan yo kuwi klinthing kencana kolore sutro diwangga, kuwi tak welingne adhiku
supaya nyinggahake mbesuk lek putraku lair teka njaba, yen takon ramane, supaya
ndunungake ramane cumondok ana papan kene. Klinting kencana kolore sutra
diwangga supaya dikalungake janggane. Kangge tandha putra Ajar Mangir, Cantrik!
Lir pindho nguranti kumambange watu item sirining gabus, ora ana tumimbul kakung
apa putri Roro Kijang anggone kagungan putra kok durung ana salah sawijining
pawongan kang kalungan kolore sutra diwangga? Apa Roro Kijang mbiyen lek nglairake
putra, putrane ora kenek diemong? Ora kena kanggo wiji ana ing ngalam ndunyo ngono
po kepriye lo Cantrik?
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 18
Panjak/C Dados kadhang Padhuka kusumaning ayu Dewi Roro Kijang inggih metuhu kaliyan
dhawuh Padhuka mekaten Sang Panembahan
Dalang/KAM Cantrik kaya ngono iyo! Weh kok ana suara! kemrongsong suarane!
Dalang Ki Ageng Wonoboyo anggenipun ngendhikan kalihan Cantrik, sinten ingkang kulo
cerito ingkang lair wonten Rawa Bening? Joko Baru Klinthing!!! Sak pucang gedhene
naga wujude! ngancaring Pertapa Guwo Pelawangan sukuning Arga Merapi. Sowan
kang rama Ki Ageng Wonoboyo!w
Dalang/KAM Ana naga sak pucang gedhene! Naga pinter tata jalma ora bedo titahing manungsa
pajangkara! Kok ngaturi Kanjeng Rama Ki Ageng Wonoboyo? He Naga! Naga saka
ngendi yen ndarbeni asma? Jenengmu sapa kowe Naga lanang?
Panjak/BK Kanjeng Rama, Kanjeng Rama! Menawi Padhuka paring dhawuh kados to mekaten
dhateng kula, kula Naga saking Rawa Bening, Putra kanjeng ibu Roro Kijang mekaten
Kanjeng Rama
Dalang/KAM Naga sangka Rawa Bening putra Dewi Roro Kijang? Alon disik! Yen kowe nduwe
jeneng, jenengmu sapa?
Panjak/BK Inggih nami kula Joko Baru Klinthing, Kanjeng Rama!
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing? Roro Kijang kuwi titah manungsa pajangkara, kuwi putra
Pandhita, kadhange Ki Ajar Mangir! Mokal yen ndarbeni putra kok wujude kewan
Naga, aku ora ngandhel ora percaya! Pancen sliramu Naga melek didaku titah
manungsa! Sumingkir saka papan kene! Ora sumingkir tak tugel gulumu, tak
padhakake dosamu mangkono
2.3. Adegan Naga Baru Klinthing sowan Kanjeng Rama Ajar Mangir
Dalang dhapuk Ki Ajar Mangir/Ki Ageng Wonoboyo (KAM), Panjak dhapuk Joko Baru Klinthing (BK)
oleh Yayak Priasmara
hal. 19
Panjak/BK Amit sewu Kanjeng Rama, nalika dhuk ing nguni Padhuka sampun paring dhawuh
kalawan Kanjeng Ibu, yen to putranipun ngupadi ramanipun sampek o sedina kaping
pitu mboten bakal kadaku yen to mboten kalungan klinthing kencana koloring sutra
diwangga mekaten Kanjeng Rama?
Dalang/KAM Banjur sing mok karepake?
Panjak/BK pramila saking menika monggo kula aturi mriksani ingkang wonten jangga kawula
menika Kanjeng Rama
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!
Panjak/BK Nuwun kula kanjeng Rama!
Dalang/KAM Rikala aku oncat saka Rawa Bening, Roro Kijang ndarbeni, pancen aku ninggal
jejimatan klinthing kencana koloring sutra diwangga. Mbesok yen putraku lair tekan
njaba pitakon sudarmane, supaya ndunungake lek Ramane cumondhok ana papan
kene! Klinthing kencana koloring sutra diwangga supaya kakalungake janggane
putraku, kangge tandha putra Ajar Mangir! Ning tak waspadhakake sing kok gawe
kalungan amung koloring sutra diwangga, ning klinthinge kok ora ono nyangdi parane?
Panjak/BK Kanjeng Rama pepundhen kawula jejimatan kula, anggen kawula minggah wonten ing
dirgantara, klinthing punika dumawah sahingga kawula ngawontaneken sabda, pundi
papan pundi panggonan ingkang kadawahan klinthing kula menika kencana, yen to
wonten rejaning njaman dadio alas alas baru klinthing, inggih desa desa baru klinthing.
Nalika kula sowan wonten dhateng ngarsa Padhuka, klinthing kula dumawah mekaten
Kanjeng Rama
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Klinthingmu ceblok sliramu sabda? Endi papan sing kaceblokan
klinthingmu kuwi dadio deso, deso Baru Klinthing?
Panjak/BK sanyata bener wonten mrika papan dunungipun Baru Klinthing Kanjeng Rama!
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 20
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Saiki mangkene, kangge ijole ilange klinthing kencono, sliramu
kudu bisa mupus sayembarane Ki Ajar Mangir, ora isuk ora sore! Yen Joko Baru
Klinthing bisa nglekeri sukuning Gunung Merapi, nganti tepung gelang! Putra Ajar
Mangir Putra Roro Kijang! Ning nek ora iso tepung gelang? Prasanda kowe Naga
ngawu-ngawu! dudu putra Ajar Mangir dudu putra Roro Kijang! Tak tugel gulumu tak
padhakake dosamu mangkono!
Panjak/BK Duh kanjeng Rama pepundhen kawula jejimatan kula, Padhuka kersa ndaku
dhateng kula putra, Padhuka ngawontenaken giri patembaya kados mekaten kala
wau amratipun, Nuwun inggih, mapan kula saget anglekeri menika Gunung Merapi
Padhuka sagah badhe ndaku dhateng kula putra? Mula kula nyuwun idi pangestunipun
Kanjeng Rama
Dalang/KAM Tindhakno ayo! Ndendunga marang panguasaning Gusti, muga Joko Baru Klinthing
bisa ngudanani apa kang dadi panyuwunane sudarmane!
Panjak/BK oh inggih, idi pangestunipun Kanjeng Rama, muga tansah nyumrambahi dhateng kula
Joko Baru Klinthing Kanjeng Rama!
Dalang Nyuwun dhumateng panguaosing gusti, kang pamrihe Joko Baru Klinthing bisa
ngudanani opo kang dadi panyuwunane sudarmane! Soyo cilik badane, pathing
jaretot, pathing jaretot! Suwantenipun pedhote otote Joko Baru Klinthing! Badan
kaangkat, dipun sabetake gapura pertapan! Soyo cilik! Soyo cilik! Mboten supe
nyebutake Asmaning Allah! Nyebutake asmane Gusti! Badan kantun sak dami aking,
namung ageng sirahipun bloko, Joko Baru Klinthing anggenipun nglekeri sukuning
Gunung Merapi, sagete tepung gelang, tempuke sirah kaliyan buntut kantun kirang
sak cengkang! Upami badan kaangkat sampun mboten kiyat, yen kalajengaken tamtu
pedhot badane Joko Baru Klinthing! Kirang sak cengkang sambat kantaka matur kang
Rama Ki Ajar Mangir!
2.4. Adegan Naga Baru Klinthing nglekeri Gunung Merapi
oleh Yayak Priasmara
hal. 21
Panjak/BK Kanjeng Rama, Kanjeng Rama, anggen kawula anglekeri menika sukuning gunung
Merapi, namung kirang sak cengkang tumprapipun Kanjeng Rama, menapa sampun
dipun katampi pas mekaten Kanjeng Rama?
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!
Panjak/BK Inggih kula Kanjeng Rama?
Dalang/KAM bisane tempuke sirah kelawan buntut kurang sak cengkang, sliramu matur digawe
cukup opo durung? Ajar Mangir pandhita, pandhita iku lek ngendhika sabda pendhita
wali! Ora ana pandhita paring dhawuh pindho jangkepe kaping telu! Pisan kudu dadi
tepung gelang putraku! Ora isa nempukake sirah kelawan buntut, mesti tak tugel
gulumu tak padhakake dosamu mangkono!
Panjak/BK kados to mekaten Kanjeng Rama, amit sewu Kanjeng Rama, tumprapipun anggen kula
anglekeri sukuning Gunung Merapi, kirang sak cengkang tumprapipun umpami kula
sambung kaliyan lidah kawula mekaten nopo dipun keparengaken Kanjeng Rama?
Dalang/KAM bakal kok sambung kelawan lidahmu?
Panjak/BK kados to mekaten nuwun inggih Kanjeng Rama!
Dalang/KAM iya! Aku marengake! Sebab lidah metu saka guwa garbamu dewe mangkono
Panjak/BK menawi kados to mekaten kula nyuwun idi pangestune Kanjeng Rama, badhe kawula
lampahi menapa kang dados dhawuh Padhuka Kanjeng Rama!
Dalang Joko Baru Klinthing, kang pamrihe saget tepung gelang kurang sak cengkang!
kasambung kaliyan lidahe! Joko Baru Klinthing mangap mak haaa mak tlole katon
lidahe! ora kurang ora turah, pas sak cengkang! Lidahe Joko Baru Klinthing, Ki Ageng
Mangir pirsa lidahe Joko Baru Klinthing cawang, srepet ngunus pusaka Ki Ajar
Mangir, tanpa kandha tanpa sranta, lidahe Joko Baru Klinthing katigas pusaka! Joko
Baru Klinthing nglengani wonten guwa trawangan!
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 22
Panjak/BK (parikan)
wus wancine wayahe esuk,
Jagone wis podho keluruk,
Golek ngelmu sing nganthi pethuk,
Kanggo sangu lek tuwek mbesok
Dalang nglengani Joko Baru Klinthing sambat Keng Rama!
Panjak/BK Aduh! Aduuuh! Kanjeng Rama! Kanjeng Rama! Monggo dipun kapejahana ke mawon
kula Joko Baru Klinthing, Kanjeng Rama!
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing?
Panjak/BK nuwun kula Kanjeng Rama?
Dalang/KAM sliramu ora mati! Nadyan lidahmu tak tigas pusaka, sliramu ora mati! Nyumurupana,
anane lidahmu tak tigas pusaka, sliramu ki putra Pandhita kok lidahe cawang? Anane
tak tigas pusaka sejatine lidahmu cawang Joko Baru Klinthing
Panjak/BK Karono lidah kawula Padhuka tigas kaliyan menika parang ingkang kados to mekaten,
lidah kawula menika cawang Kanjeng Rama?
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Ajar Mangir gelem ndaku putra sliramu, ning aku nyuwun,
tugelane lidahmu iki balekno nyang guwa garbamu, lepehen meneh menyang njobo, aku
njaluk salin rupa! Dadekno tumbak sak landeane mangkono!
Panjak/BK lidah kawula ingkang cawang Padhuka tigas supados kawula ulu malih, nanging
wujudipun menika lidah kula supados ndadosaken tumbak sak landeane? Inggih
kula nyuwun tambahing pangestu badhe hanglampahi menopo ingkang dados dawuh
Padhuka Kanjeng Rama!
oleh Yayak Priasmara
hal. 23
Dalang Kacarito ra koyo mangkono! Tugelaning lidahe Joko Baru Klinthing, kalebetaken
wonten guwa garba, karanti seprapating jam kalepeh dhateng njobo, wujud pusaka
tumbak sak landeane, kacaosaken dhateng Ramane!
Panjak/BK Monggo Kanjeng Rama, kula aturi nampi, naminipun nami pusaka menapa Kanjeng
Rama?
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!
Panjak/BK Inggih kula Kanjeng Rama!
Dalang/KAM Yo iki lho Kanjeng Kyai Upas, tumbak Baru Dhampit! Angsal bakale tugelane lidahe
Joko Baru Klinthing, mangkono!
Panjak/BK Kados to mekaten, guna katiyasanipun kados to pundi Kanjeng Rama?
Dalang/KAM Iki pusaka kang banget migunani! Kena kanggo ngayomi para kawula kang
dumunungan Kanjeng Kyai Upas iki, mangkono!
Panjak/BK Kados to mekaten ngaturaken sewu genging panuwun Kanjeng Rama
Dalang/KAM Saiki sliramu tak daku, putra Ajar Mangir putra Roro Kijang!
Panjak/BK Kados to mekaten kula tampi kanthi bingah ing manah Kanjeng Rama
Dalang/KAM Nanging sliramu ora kenek nderek Rama, ora kenek nderek Ibu! Kudu pisah karo wong
tuwa sak untara
Panjak/BK Yen to kawula kedah pinisah kaliyan Padhuka, kedhah wonten pundhi papan
kadhunungan kawula Kanjeng Rama?
Dalang/KAM Balio menyang daerah Tulungagung! Tepis piringe Campurdarat! Jumujuga ana
tengahing Alas Ngembel! Mertapa mbatang, mertapa mati ana tengahe Alas Ngembel
kono! Aja kepati badhar yen durung karuwat pawongan Ngembel, mangkono!
Panjak/BK Kados to mekaten menapa sampun dipun keparengaken kedah kula lumengser saking
ngarsa Padhuka Kanjeng Rama?
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 24
Dalang/KAM Sakdurunge sliramu prapto Ngembel, mampiro menyang Glagah Ombo, sowano ibumu
Dewi Roro Kijang, matura yen wis didaku marang Kanjeng Rama! Ibumu supaya
ngoncati saka Glagah Ombo supaya prapto ana Pertapan Mangir kene Joko Baru
Klinthing!
Panjak/BK kados to mekaten mitungkasipun Kanjeng Rama dhateng kula, ngestokaken dhawuh
Kanjeng Rama!
Dalang Joko Baru Klinthing, kendhel wonten ing Dusun Glagah Ombo! Kang wigati pamit
marang ibune Roro Kijang wonten ing Dusun Glagah Ombo! Joko Baru Klinthing
budhal mertapa mbatang mertapa mati!
Dalang Sak bibaripun Joko Baru Klinthing, dhateng Dusun Glagah Ombo sowan ibu Roro
Kijang, bidhal dhateng Alas Ngembel, mertapa mbatang mertapa mati! Buntut
kaancepake siti bantala, siti lemah bantala padas, sirah kalebetaken wonten bhumi,
badan dipun glethakaken dhateng wana, mboten kawistara menika ulo gedhe mertapa,
lir kadya kayu lumuten! Sak dangune Alas Ngembel kangge mertapa mbatang mertapa
mati Joko Baru Klinthing, Jim setan peri prayangan ilu-ilu banaspati kang mbaureksa
tengahing Alas Ngembel mboten kiyat kenging wibawane Joko Baru Klinthing! Sami
medhal saking wana Ngembel, neluh kawula Ngembel! Desa Ngembel katerjang pageblug
katerjang penyakit! Kathah penyakit kathah lelara! Gempalaning cinarita, jare cerita
kaincrit waton ditoto! Nek mirsani wayang larapane debog dowo, nek mirsani kentrung
larapane cukup lambe bloko! Kula ungkuraken Joko Baru Klinthing, njumejeraken
Desa Ngembel!
2.5. Adegan Joko Baru Klinthing Topo Mbathang ing Alas Ngembel
oleh Yayak Priasmara
hal. 25
Panjak Anjumejeraken wonten ing Desa Ngembel!
Dalang Sampean opo weruh Desa Ngembel?
Panjak Halah kidul kono!
Dalang Sandinge Ngentrong!
Panjak Hok oh!
Dalang (Kmtw) Kene-kene konco Ngembel kabeh! Abot nindhakake apa kang dadi utusane Mbah
Demang Ngembel, supaya gropyok golek iwak kangge bersih desa. Biasane yo Co, lek
awake dhewe ki ora diutus Kaki Demang, banteng, kidang, menjangan pating bleber
sepirang-pirang! Bareng diutus Kaki Demang supaya gropyok nyang alas, ojo to
banteng, kidang, menjangan, semut ireng wae lek cethuk kok nyimpang yo Co yo?
Panjak (Konco) inggih Pak Wo, leres menapa ingkang dados dhawuh padhuka Pak Wo!
Dalang (Kmtw) kae krungu swarane bedhug! Bedhug muni sepisan ki critane wong kuno nek mlaku
kudu leren sak untara, sebab bedhug muni sepisan ki lakune para kala! Ki lho! Ning
ngisore randu gumbala, iyup papane enek kayu lumuten penak kanggo lelungguhan,
yo kene! Leren lungguh ning kayu lumuten kene yo Co! mengko lek bar bedhug mlaku
meneh yo Co yo?
Panjak (Konco) Inggih monggo dipun kakendhelaken langkung rumiyin Pak Wo
Dalang (Kmtw) ho oh, kono sing nggowo bontrot dibukak bontrote!
Panjak (Konco) inggih kula badhe ngersakaken udud riyin Pak Wo!
Dalang (Kmtw) kono sing nggowo klobot mbako ndang podho ngrokok-ngrokok kono!
Panjak (Konco) inggih Pak Wo!
Dalang (Konco 2) Aku mau nggowo mbako ning ora nggowo klobot, arepe ngrokok ra nduwe klobot ki aku
Panjak (Konco 3) wah beja kumayangan, sampean nggowo mbako nanging ora nggowo klobot, kebenaran!
Nek ngono besanan wae yo Yu!
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 26
Dalang (Konco 2) besanan piye Bit?
Panjak (Konco 3) klobote aku, mbakone kowe yo Yu!
Dalang (Konco 2) lha klobote kok sik ontongan?
Panjak (Konco 3) wah wong iki warisan nenek moyang, iki klobote ontongan ning tak godhog karo banyu
klopo! Rasane enak kok Yu!
Dalang (Konco 2) Cocok karo mbakoku lha iki mbako gRawal!
Panjak (Konco 3) wah mbakomu mbako gewol ngono kok!
Dalang (Konco 2) ngonoo wong iki weton Kalituri mbakone enak kok e!
Panjak (Konco 3) woh! Opo iyo to Yu?
Dalang (Konco 2) he eh! Wes kono-kono ayo ngge ngrokok!
Panjak (Konco 3) nggih monggo kendel sak watawis karo rokokan nggih Yu Gimah!
Dalang Tankocapo! Kawula Ngembel ngethok klobot kangge landesan batange Joko Baru
Klinthing! Klobot dikethol mak jleg! Manther-manther medhal darahe! Tankocapo unine
Bibit!
Panjak (Konco 3) Yu! Yu Gimah!
Dalang (Konco 2) Bit, eneng opo Le?
Panjak (Konco 3) weh! Ora ngerti sangkan parane bilahi, lha aku ngelus klobot kok jebul metu ndaging
koyo ngene iki wujude opo to Yu?
Dalang (Konco 2) : lho lho lho sek-sek kayu kok metu getihe? Bareng kok kewal kok metu daginge, maturo
Pak Kamituwo!
Panjak (Konco 3) Amit sewu Pak Wo!
Dalang (Kmtw) ora lho jane Bibit karo Gimah ki kok umek ae jane eneng opo to?
oleh Yayak Priasmara
hal. 27
Panjak (Konco 3) amit sewu Pak Wo, niki sak jeroning kendhel wonten ing tengahing wono, podho sami
rokokan, mboten ngerti sangkan paraning bilahi kula ngelus klobot, lha kok newal kayu
malah dadi ndaging kados ngaten Pak Wo?
Dalang (Kmtw) konco Ngembel sing ora waspodo! Jebul sing dingge lungguhan iki maeng dudu kayu
lumuten, lha iki lak bathang to Co iki?
Panjak (Konco) ingkang dipun wastani bathang menika mengku werdi kados pundhi Pak Wo?
Dalang (Kmtw) Bathang ki ulo gedhe mertapa! Wis moro kabeneran, gandheng golek kewan ora ana!
Anane bathang! Ayo bathang iki diruwat wae! Lulang, eri, buntut, sirah, ditinggal ning
alas kene! Dijipuki daginge wae! Ngko digowo nyang Ngembel iki kena kanggo bersih
desa mangkono Konco!
Panjak (Konco) wah kados to mekaten kaleresan nggih Pak Wo! Nggih!
Dalang (Kmtw) ayo ayo Konco! Ngruwat bathange Joko Baru Klinthing! Entuk pirang pikul iwake
Konco?
Panjak (Konco) wah! Pikanthuk wolong pikul Pak Wo!
Dalang (Kmtw) peh gedhi tenan yo ulo iki mau
Panjak (Konco) inggih, ageng sanget Pak Wo!
Dalang (Kmtw) entuk wolung pikul mbrengkut, mbok menawa iki cukup kangge bersih desa, ana ing
Desa Ngembel, ayo Co, saiki podho digowo bali yo Co!
Panjak (Konco) nggih, monggo sami dipun kabetha wangsul Pak Wo
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 28
2.6. Adegan Joko Baru Klinthing Bibar Karuwat Warga Desa Ngembel
Dalang dhapuk Joko Bajang (JB), Panjak dhapuk Cah Ngarit (CN)
Dalang Sak ungkure kanca wolu songo Pak Kamituwo Ngembel, ingkang kentun wonten wono
lulang, eri, buntut, sirah. Ngempal dados setunggal mlethik wonten ing dirgantara,
dumawah dhateng siti bantala. Ilang sifating lulang, eri, buntut, sirah. Jenggeleg wujud
titah manungsa pajangkara malihane Joko Baru Klinthing! Emanipun, bocahe dedhege
cebol kepalang, rambute abang koyo kemamang, bathuk nonong, irung nyuntik lambe
nyumik, pipi klungsur, gulu cendhak kathik blirik untune cilik, pundhake brojol,
bokonge tepos, kenthole nrapus wetenge bekel, awake koyo sisike ulo. Lingak linguk!
Panjak tolah-toleh!
Dalang ( JB) matur nuwun Gusti Kang Maha Suci! Ingkang paring titah kawula Joko Baru
Klinthing! Rikala semanten wujud kula naga sak pucang ageng kula! Sakmenika kula
sampun dados manungsa, ning aku ki uwong opo genep-genepan urip ning ngalam
ndunya? Jenenge nek uwong kok ora pokro? Awakku koyok sisike ulo! Dhedhegku cebol
kepalang, ntoh!!! Rambut abang, bathuk nonong, mripat ngeleng, irung nyunthik, lambe
nyumik! Awak sekujur kok cacatan thok! Nek rupaku koyo ngene mosok jenengku Joko
Baru Klinthing? Kok apik jenenge karo rupane? Halah wis ora nggawe baru klinthing-
baru klinthingan! Aku tak nggawe jeneng sing pas karo rupaku iki! Aku tak golek
jeneng Joko Bajang! Lhaaa iki wis! Bocahe nggiantheng jenenge Joko Bajang! Lingak
linguk neng alas ra enek kancaku! Lha iki! Iki kok enek wong ngarit neng kulonku
nggawe klambi ijo? Wah iki tukang ngeritne wedhus bekne iki? Kang! Kang! Sing nggawe
blangkon klambi ijo! Kang!
Panjak (CN) Opo Le?
Dalang ( JB) sawangen aku nggantheng yo Kang yo?
Panjak (CN) wah rupamu koyo uncek! Ora mareki! Kon nyawang!
Dalang ( JB) kurang tlaten lek mu nyawang! Kok eker-ekero anggitmu jik enek pilihane lho iki
oleh Yayak Priasmara
hal. 29
Panjak (CN) ana parigawe opo Le celuk-celuk karo aku?
Dalang ( JB) Kang! Jarene Desa Ngembel kuwi lagi bersih desa? Mbah Demang kuwi nanggap tayub
to Kang?
Panjak (CN) wah! Wis ora tumpangsuh anggenku nampa, anggenmu kandha pancen bener dinane
iki pancen Kaki Demang ngenekake ramen-ramen gedhe-gedhenan nganggo nanggap
tayub Le!
Dalang ( JB) nanggap kleningan Kang?
Panjak (CN) ho oh! Tayuban!
Dalang ( JB) njur kene ki Ngembel karo kene ki ngendhi to Kang?
Panjak (CN) arahe kidul kono lho!
Dalang ( JB) Kang! Yo ndelok tayub nggone Mbah Demang Kang!
Panjak (CN) wah! Lha iki wancine arepe udan, lekku ngarit wae durung kebak krenjangku!
Dalang ( JB) beres! Wes to ngko lek wedhusmu luwe brukono Kang!
Panjak (CN) lho! Opo ra kleru to Le?
Dalang ( JB) kok kleru?
Panjak (CN) Lha wedhus luwe kok tak bruk I ki piye?
Dalang ( JB) yo dibruk I pakan!
Panjak (CN) ooo ngono!
Dalang ( JB) engko tak ewangi ngarit ngono lho!
Panjak (CN) tenan ye? Kenek tak percoyo Le omonganmu?
Dalang ( JB) kapan aku tau ra ngapusi ki?
Panjak (CN) lha iyo kapan kowe ra lecet ki?
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 30
Dalang ( JB) hehehe lha iyo!
Panjak (CN) kandhani seprono-seprene kok panggah! Katak wohe uwi!
Dalang ( JB) terus?
Panjak (CN) kadung watak ra iso ngowahi!
Dalang ( JB) Ngono yo? Pancen iki gawane urip kok! Wis ayo ndelok tayub nggone Mbah Demang ojo
samar melok Joko Bajang! Wetengmu luwe warege ning aku Kang, beres!
Panjak (CN) ning mengko lek wis oleh-olehan jo lali yo Le yo?
Dalang ( JB) Beres, diomongi kok pokok luwene wetengmu warege ning aku ngono lho!
Panjak (CN) Yo! Wis ora liwat goleko jalukan, mengko lek wis oleh diandum yo Le!
Dalang ( JB) Wis to ayo ndelok tayub!
Panjak (CN) yo ayo ndelok tayub nggone Kaki Demang Le!
Dalang ( JB) ayo!
Dalang ( JB) uwapik tenan yo Kang yo!
Panjak (CN) wah jebulane langen tayub kuwi kok yo enak dirungokne yo Le
Dalang ( JB) ning yo emane teko kene wetengku pas luwe kang
Panjak (CN) aku maeng kandha piye to Le? Iki ndelok tayub aja mung ndelok thok! Ayo golek jalukan,
lek oleh diandum karo aku Le!
Dalang ( JB) yo, arepe tuku ra nggowo duik yo wis entenana kene yo Kang, aku tak nang pawon tak
njaluk sego! Engko lek oleh didum wong loro, lha luwe kok Kang yo?
Panjak (CN) iyo Le, iyo!
Dalang ( JB) ho oh engko didum karo kanca-kancane kabeh! Wong mburi kae yo digolekne yo kang yo!
2.7. Adegan Joko Bajang Lan Cah Ngarit Budhal Ndelok Tayub ing Desa Ngembel
oleh Yayak Priasmara
hal. 31
Panjak (CN) yo digolekake!
Dalang ( JB) ho oh yo wis lek koyo ngono, aku tak nang pawon yo Kang!
Dalang Kacarita Joko Bajang! Mlebu menyang pawon golek jalukan! Wonten pawon wonten
tiyang sepuh asmanipun Nyai Rondo Tuntang! Nyai Rondo Tuntang omahe Desa
Gedhangan! Pegaweyane amung cukup tukang padhang! Mula pundhi-pundhi lek ana
wong duwe gawe, Nyai Rondo Tuntang sing diaturi! Dikongkon adhang! Senajan tuwa lek
adhang sugih jopo! Joko Bajang inthak-inthik njujug nggone Nyai Rondo Tuntang sing
daleme Gedhangan!
Dalang ( JB) Yung Dhe tukang padhang!
Panjak (NRT) ana parigawe apa Ngger?
Dalang ( JB) aku mau ndelok tayub wetengku luwe, arepe tuku sego aku ra nduwe duik, aku nyuwun
maeme yo Yung Dhe yo?
Panjak (NRT) oalah Ngger-Ngger, Yung Dhe ana ing papan kene mung kadhapuk tukang padhang yo
Le, Yung Dhe bisane peparing yo mung sega nyel, yen to mbutuhake lawuh moro coba
nyuwuna lawuh sing ning pawon kono yo Ngger
Dalang ( JB) Matur nuwun Yung Dhe, biyuh pincuke godhong jati, segane abang, kok ora enek lawuhe?
Yo wis aku tak njaluk tukang masak iwak kae! Yung Dhe tukang masak iwak! Heh iki
rewang kok turu ae to Yung Dhe?
Panjak (TMI) haladhalah Le Le! Lha enek wong karipan kok iso nyelo-nyelo ana parigawe apa?
Dalang ( JB) titik ae Yung Dhe!
Panjak (TMI) tithik, tithik, tithik piye?
2.8. Adegan Joko Bajang golek jalukan mangan ning pawone Mbah Demang
Dalang dhapuk Joko Bajang (JB), Panjak dhapuk Nyai Rondo Tuntang (NRT),
Tukang Masak Iwak (TMI), lan Tukang Masak Srondeng (TMS)
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 32
Dalang ( JB) njaluk iwake tithik ae
Panjak (TMI) lha wong aku ket isuk tukang masak wae urung oleh pakone Kaki Demang ora wani
mangan kok moro-moro dadak golek jalukan!
Dalang ( JB) halah sak imet ae Yung Dhe!
Panjak (TMI) lek ora ndang ngalih saka kene malah tak sothil boyokmu lho! Ayo ndang nyisih! Rupamu
wis kaya ngono!
Dalang ( JB) iyo-iyo ngalih yo ngalih kok eram men to! Yung Dhe tukang nyrondeng! Aku njaluk
srondenge titik ae Yung Dhe!
Panjak (TMI) Iki kok enek bocah banget kurang tata rupane, moro-moro golek jalukan, ora enek apa-
apa kene!
Dalang ( JB) sak pyur ae Yung Dhe!
Panjak (TMS) sak pyur sak pyur! Wong kene masak ket isuk wae durung mangan kok!
Dalang ( JB) kene lho pyurono segoku titik
Panjak (TMS) heh! Lek ra gelem ngalih tak suirati banyu kobokan! Hayo ngalih!
Dalang ( JB) iyo-iyo beh beh beh!
Panjak (TMS) moro-moro kok golek jalukan!
Dalang Joko Bajang nelongso atine! Wong sak pawon dijaluki lawuh ora ana sing menehi! Joko
Bajang keronto-ronto pikire!
Dalang ( JB) Masya Allah! Jenenge wong Ngembel kene lho kok mbethithil kabeh! Jenenge wong
rewang semene kehe kok sing ngewenehi kok mung tukang padhang tok! Jaluki lawuh kok
ora ana sing oleh! Halah! Arep mangan ora enek lawuhe! Ora mangan ora popo segoku
tak balekne ae! Yung Dhe Tukang Padhang
Panjak (NRT) opo Ngger?
oleh Yayak Priasmara
hal. 33
Dalang ( JB) nyoh segaku tak balekne, aku ra sida mangan Yung Dhe
Panjak (NRT) omonge keluwen? Nyuwun Yung Dhe wis tak paringi kok or kok maem to Ngger?
Dalang ( JB) senajan sega tak balekke, iki wis tak trima ndunya tekane akhir kok Yung Dhe
Panjak (NRT) ojo kurang pangapura yo Ngger, Yung Dhe ana papan kene mung kadhapuk padhang,
mbok menawa ana kaluputane Yung Dhe sing gedhe pangapurane yo Ngger
Dalang ( JB) ora popo wong panjenengan mung sak derma dikongkon, sik to, panjenengan ki asmane
sopo daleme ndi Yung Dhe?
Panjak (NRT) oo, takon marang aku? Teka ngendhi papan padununganku? Aku saka Desa Gedhangan,
yo aku karan Nyai Ageng Tuntang Ngger
Dalang ( JB) ooo asmane njenengan Nyai Ageng Tuntang?
Panjak (NRT) iyo Le, lha kowe saka ngendhi to Le?
Dalang ( JB) aku saka nggunung jenengku Joko Bajang, lha samean kok uwik ae nyang opo to Yung
Dhe?
Panjak (NRT) halah wong iki jenenge padhang, karo nyambi gawe takir ngono lho Le
Dalang ( JB) Yung Dhe Nyai Tuntang, samean tak omongi yo Yung Dhe, mbesok-mbesok meneh lek
enek wong duwe gawe, tukang padhang ki ojo diperintah penggawean sing neko-neko!
Mengko mburi arep enek sambikala lho Yung Dhe!
Panjak (NRT) lho, kok semune anggenmu kandha kok ngeget-ngegeti marang Yung Dhe Le?
Dalang ( JB) ora popo wong panjenengan sak derma diutus! Yo wis lek ngono segaku sepincuk ijolono
sodo sing mbok ngge nakir kuwi Yung Dhe!
Panjak (NRT) dadi sega mok balekake marang Yung Dhe, supaya tak ijoli sodo iki Le?
Dalang ( JB) ho oh Yung Dhe
Panjak (NRT) iyo, iki moro coba tampanono Ngger, iki sodo lanang Ngger!
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 34
Dalang ( JB) sodo lanang? Yo wis tak ngge jimatan, iki sodo lanang paringane Yung Dhe Nyai Tuntang!
Yung Dhe Nyai Tuntang!
Panjak (NRT) iyo kepriye Ngger, Joko Bajang?
Dalang ( JB) saiki sampean tak omongi, iki cukup kanggo panjenengan dewe, opo pirantine wong
tuwek koyo to gula bubuk, menir, pokok kuabeh cemplungno ning lesung kene! Sampean
nyekelo enthong iki yo! Mengko lek enek jeglug-jeglug ping telu, age-age sampean ndang
numpako lesung Yung Dhe! Engko eneng opo-opo lho Yung Dhe!
Panjak (NRT) opo tenan Ngger?
Dalang ( JB) yo wis, menang cacak kalah cacak, olo opo panjengan piranti. Aku tak dolan yo Yung
Dhe, ojo lali lho yo welingku!
Dalang ( JB) Kang aku wis teko Kang!
Panjak (CN) hayo, ndi Le oleh-olehane? Anggenmu golek jalukan mau?
Dalang ( JB) penak awakmu adhep-adhep ning ngisor pager, lek oleh njaluk, lha wong aku neng
pawon, peh lencret kang aku! Diclathu wong sak pawon! Njaluk lawuh ra diwenehi!
Sawangen lambeku garing Kang! Wis saiki ngene wae, sampean ndelok tayub lek mulih
yo ora iso nerokne njoget to?dolanan ae karo aku Kang!
Panjak (CN) dolanan opo meneh!
Dalang ( JB) sawangen, aku ngencepke sodo lanang ning latare Mbah Demang Ngembel! Sing tak
ngge ngencepne tangan kiwo ki lho yo? Jebolen Kang! Nek kowe iso njebol sodo lanang
iki tak opahi!
Panjak (CN) opahe opo Le?
2.9. Adegan Joko Bajang adeg sayembara ndudhut sodo lanang
oleh Yayak Priasmara
hal. 35
Dalang ( JB) Kalungku iki! Iki jenenge Koloring sutra diwangga!
Panjak (CN) kasiate?
Dalang ( JB) lek ana panas ora kepanasan, ana udan ora kudanan! Iki sodo iki jebolen! Lek iso jebol
kalungku pek’en!
Panjak (CN) tenan opo piye Le?
Dalang ( JB) lek sodo iki jebol, sampek kalung ora tak wehne, totohane cagake gulune Joko Bajang!
Panjak (CN) lek pancen ora kok wenehne tak gebeg kupingmu tenan kowe Le!
Dalang ( JB) iyo! Ayo jebolen!
Panjak (CN) yo tak jebole Le!
Dalang kacarita kancane Joko Bajang! Njebol sodo lanang! Sodo candak cek! bathek sret!
Sodone ora isa jebol, sing njebol klemahan! Diguyu wong sepirang-pirang! Sing ndelok
tayub bubar ditinggal ndelok Joko Bajang anggone ngencepake sodo lanang! Kabeh-
kabeh sing ndelok tayub ora ana sing bisa njebol! Angger ana sing tiba dikukuhi,
sing tiba disoraki! Ladene sing rewang kabeh kayuyun karo Joko Bajang anggene
ngencepake sodo lanang! Mbah Demang mek kethuwal-kethuwel dewe karo tandhake!
Saka pegele Mbah Demang brosot metu nyang njaba!
Dalang (MD) Bubrah! Wong Ngembel koyo bayi-bayi kabeh! Ditanggapne tayub apik-apik kok
kuarepe dewe, rame-rame keplok-keplok! Bar! Opo sing dikeploki koyo ngene iki?
Panjak
(Warga)
Nuwun sewu Kaki Demang, wonten wujudipun menika lho bocah sing banget kurang
tata, ngencepake sodo lanang dipun kajabut kalihan sok sintena sapa mawon kok
mboten saget jebol menika kados to pundi Kaki Demang?
Dalang (MD) sek-sek, bocahe sing ndi?
Panjak (Warga) lha nika wonten ler kilen ndepis nika!
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 36
Dalang (MD) Le! Jenengmu sopo Le?
Panjak (Warga) Inggih nami kula Joko Bajang, Kaki Demang!
Dalang (MD) rupamu koyok kucing kuru! Melek karo merem ora ana bedane! Ning kene wani gawe
goro-goro kowe ki! Joko Bajang!
Panjak ( JB) inggih kula Kaki Demang
Dalang (MD) sing ngencepne sodo lanang kowe? Nek iso njebol opahe opo?
Panjak ( JB) sok sintena kemawon ingkang saget njabut sodo lanang kan kula encepaken, opahe
menika kalung kula kolore sutra diwangga Kaki Demang
Dalang (MD) iki lek ora ndang tak tandhangi ra rampung-rampung! Aku sing arep njebol Joko
Bajang!
Panjak ( JB) monggo yen to Padhuka ingkang badhe njabut, Kaki Demang!
Dalang Kaki Demang Ngembel! Njebol sodo lanang, sodo ndak bisa jebol! Mbah Demang
klemahan! Diguyu para masyarakate sedoyo! Dukane Kaki Demang!
Dalang (MD) Joko Bajang!
Panjak ( JB) nuwun kula Kaki Demang!
Dalang (MD) yahmene ngabangne moto karipan kowe! Wong sakmene kehe podho kawirangan
anggonmu ngencepake sodo lanang! Ora ana sing isa njebol! Demang Ngembel bakal
takon, sopo sing ngencepake sodo lanang iki mau?
Panjak ( JB) ingkang ngencepake sodo lanang kulo Kaki Demang
Dalang (MD) kowe iso ngencepne kudu iso njebol! Jebolen Joko Bajang sodo lanang iki!
Panjak ( JB) oh Kaki Demang, kula purun njabut sodo lanang ingkang kulo encepaken kolo wau,
nanging kula nyuwun dipun kaijolono Kaki
oleh Yayak Priasmara
hal. 37
Dalang (MD) njaluk opah opo?
Panjak ( JB) kula nyuwun ijole iwake panjenengan mekaten Kaki Demang!
Dalang (MD) nek pancen sodo lanang jebol njaluk opah iwake Mbah Demang, mlebuo nyang pawon
mangano sak mingere udhelmu Joko Bajang!
Panjak ( JB) kados to mekaten Padhuka sagah minangkani menapa ingkang dados panyuwun
kawula?
Dalang (MD) tak turuti opo kang dadi panyuwunmu!
Panjak ( JB) badhe kula jabut Kaki Demang!
Dalang Kacarita Kaki Demang ingkang mboten tanggap panyuwune putra Joko Bajang! Gelem
njebol sodo lanang njaluk opah iwake Kaki Demang! Sejatose ingkang kasuwun sanes
iwak sing dimasak ana pawon! Ning iwake Mbah Demang sak anak buahe! Kasuwun
Joko Bajang kanggo ijol iwake Joko Bajang! Joko Bajang kalih mungkur anggonipun
njebol sodo lanang! Nggedhug lemah kaping telu, jeglug-jeglug kaping telu! Jebol sodo
lanang! Banjir gedhe papak embong!
Panjak Jangkar kayu taline rante,
Lembak-lembak banyu segara,
Sugeng rahayu lak sedayane,
Monggo pinarak ingkang sekeca
Dalang Jebol sodo lanang Banjir gedhe papak embong! Sadoyo dados Rawa! Keterak ilining
toya! Sodo kang kaasta Joko Bajang, dipun sawataken, Joko Bajang sabda: endi
papan sing keceblokan sodoku iki, dadio desa Desa Sodo! Tipak anggene ngencepake
sodo lanang dados telenge Telaga Ngembel! Sinten ingkang kula cerita nindhakake
pitungkase Joko Bajang? Pawongan saking Gedhangan, tukang padhang Nyai Tuntang!
Krungu jeglug-jeglug kaping telu numpak lesung! Enthong digawe obek ana nginggile
toya!
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 38
2.10. Adegan bubar kedadean banjir gedhe. Joko Bajang (JB) lan Nyai Rondo Tuntang (NRT)
Panjak (NRT) Oh Gusti Allah Pangeran kula kang sejati, ingkang pinangka dados sesembahan kula
kang sejati, matur sewu gunging panuwun Gusti dhateng sadoyo menapa ingkang dados
pitulungan Padhuka Gusti!
Dalang ( JB) Yung Dhe Nyai Tuntang, aku Joko Bajang Yung Dhe
Panjak (NRT) ealah Ngger, iyo Ngger banget matur sembah nuwun, marang apa kang dadi kandhamu
nyatane aku bisa slamet wilujeng mangkono Ngger,
Dalang ( JB) koyo ngene iki Yung Dhe, mula lali-lali den ilingno, nek ana wong duwe gawe yen
ana wong njaluk kudu diwehi sak paring-paringe, iyo lek njaluk tenan? Nek mbujuk
kapilamur kaya Joko Bajang ngene iki kan ora ngerti, jajal pirsanana kabeh podho
entek ketrajang ilining toya, banjir gedhe papan kene dadi rawa, panjenengan
ngorbakake sega sepincuk kanggo Joko Bajang nyatane diparingi slamet wilujeng,
pinaringan panjang yuswa Yung Dhe
Panjak (NRT) Iyo Le bener opo kang dadi kandhamu, banjir gedhe papak embong, kawula Ngembel
podho ketrajang banyu koyo ngono Ngger, nanging Yung Dhe ana ing papan kene
lesunge bisa kandhas koyo mangkene kepriye Ngger, Joko Bajang?
Dalang ( JB) lesungmu nyanggrang? Kandhas? Iyo tak duduk e! Yung Dhe Nyai Tuntang, kena
kangge pengeling-eling, lek ku ndhuduk lesung iki lek enek rejaning njaman dadio Desa
Welahan yo Yung Dhe!
Panjak (NRT) oalah Ngger, anggonmu ndhuduk lesunge Yung Dhe kang mandhek ana papan kene
mbesok kapan yen ana rejaning njaman dadio desa, Desa Welahan. Aku miji lan
nyekseni marang opo kang dadi kandhamu yo Ngger
Dalang ( JB) Lekku ngunggahake lemah iki mbesok, lek ana rejaning njaman dadio Desa Ngunggahan
Yung Dhe!
oleh Yayak Priasmara
hal. 39
Panjak (NRT) Ngger Joko Bajang, anggonmu ngunggahake lemah ana ing papan kene mbesok kapan
lek ana rejaning njaman dadio desa Desa Ngunggahan, iyo aku miji nyekseni mangkono
Ngger!
Dalang ( JB) Lekku ngresiki lesungmu iki mbesok, lek ana rejaning njaman dadio Desa Gesikan, Yung
Dhe!
Panjak (NRT) anggonmu ngresiki lesunge Yung Dhe ana papan kene, mbesok kapan lek ana rejaning
njaman dadio desa ya Desa Gesikan, aku miji aku nyekseni Ngger!
Dalang ( JB) lesungmu kandas nyanggrang ana papan kene, papan kene mbesok lek ana rejaning
njaman, tak jenengake Campur Janggrang Yung Dhe!
Panjak (NRT) oh, lesunge Yung Dhe mesanggrah ana papan kene, mbesok kapan lek ana rejaning
jaman dadio desa Campur Janggrang, merga lesunge Yung Dhe njanggrang ning kene
Dalang ( JB) iya, Panjenengan mbesok dadi Wo Pituwane kawula sing manggon ana daerah
Rawa Campur, khususe ning Campur Janggrang kene! Panjenengan mbesok dadi
Wo Pituwane Sesepuh kene, sopo pawongan kang manggon ana papan kene mbok
menawa ketelaten sandhang pangan, ana keruwetan apa wae, kersa sowan Yung Dhe
Nyai Tuntang, Gusti Allah bakal peparing opo kang dadi panyuwune kawula kang
manggon ana ing daerah Campur kalebu Campur Janggrang kene, bakal pinaringan!
Panjenengan mbesok kangge Wo Pituwane kawulo sing manggen ana daerah Campur
kene Yung Dhe!
Panjak (NRT) iya Ngger, tak tampa ndunya tekan akhir anggonmu kandha, muga-muga Gusti Kang
Maha Kuwasa tansah ngijabahi opo kang dadi aturmu yo Ngger
Dalang ( JB) sekira kaya mangkono iyo, pancen panjengan cukup kangge lantaran, ora kok nyuwun
kamulyane marang Yung Dhe Nyai Tuntang, ora! Ning nyuwun ing ngarsane Gusti
Allah, ning lantaran sowan Panjenengan, yo?
Panjak (NRT) kaya mangkono kang pinangka dadi aturmu, iyo Ngger, tak tampa ndunya tekan akhir
Ngger
Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 40
Dalang ( JB) Yung Dhe Nyai Tuntang? Lairku iku ana Rawa Bening kene, Ibuku ana Glagah Ombo!
Panjak (NRT) sopo kang dadi Ibumu, Ngger?
Dalang ( JB) asmane Dewi Roro Kijang, ning saiki wis sowan Kanjeng Rama ana Pertapan Mangir
Guwa Plawangan Sukune Gunung Merapi kono, aja kok sengguh aku ki bocah
nggunung, aku putra Kanjeng Rama Ajar Mangir, Ibuku Roro Kijang, aku Joko Baru
Klinthing lho Yung Dhe!
Panjak (NRT) oalah Ngger, Ngger! Wani kaduk kurang dugane anggone kandha Yung Dhe tinampa
marang jeneng Sira kurang nuju prana, Yung Dhe nyuwun pangapura yo Ngger!
Dalang ( JB) podho-podho Yung Dhe, ora usah ngilo kaca benggala, kena kanggo patuladha Yung
Dhe Nyai Tuntang, nadyan to sega sak pincuk waton ikhlas lahir tulusing bathin,
bisa paring pinanjang yuswa slamet widodo, kalis sangka bebaya! Yung Dhe, ayo!
Saiki wis rampung pakaryanku, mengko selak dadi pengarep ngarepe Kanjeng Rama,
dunga dinunga panjenengan muga pinaringan panjang yuswa, tetep nungganana
dadi sesepuhe pawongan kang manggon ana ing daerah Campur Darat, mbok menawa
ketelaten sandhang lan pangan, kersa ngleluri Yung Dhe Nyai Tuntang, bakal diparingi
kelawan Gusti Allah, panjenengan kangge lantaran. Aku nyuwun pamit Yung Dhe
Panjak (NRT) inggih, inggih, inggih Ndoro! Kula mboten wuninga yen Panjenengan punika atmajane
Ki Ageng Mangir lan ibu kusumaning ayu Dewi Roro Kijang, salam kula mangke katur
dhateng Rama kaliyan ibu nggih Ngger
Dalang ( JB) sampun, sampun, Yung Dhe Nyai Tuntang, wis Panjenengan niku mboten boso mboten
nopo-nopo!
Panjak (NRT) nggih wong ala tanpa rupa kawula menika urip wonten karang pradesan, Padhuka
menika atmajena sinatriya kang budhi luhur, yen ana klera-klerune Yung Dhe nyuwun
pangapura tenan yo Ngger
Dalang ( JB) iya Yung Dhe wis cukup semono, aku pamit Yung Dhe
oleh Yayak Priasmara
hal. 41
Panjak (NRT) iya tak restoni kaya dene banyu mili anggonmu lumaku yo Ngger
Dalang ( JB) Kacarita Joko Bajang, bubar nggawekake griya Nyai Tuntang ana ing Campur
Janggrang, sila sedhakep matek aji pancandriya, panca lima ndriya pengangen-angen,
nglakoni mati sajroning urip urip sajroning mati, nekadke karep ngeningke cipta
nyambatake sedulur papat limo pancer, nyuwun dhumateng panguwasaning Gusti
Kang Maha Kuwasa, pinaringan menapa kang dados panyuwune Joko Bajang! Ical ala
tanpa rupa gleger dados satriya bagus wideksa! Lir pindho Dewa Kumajaya! Minggah
Pertapan Mangir sowan Ki Ajar Mangir!
Panjak para Bapak saha Ibu ingkang tuhu kinurmatan, inggih kados mekaten kolo wau
babaripun cinarita Joko Baru Klinthing kalebet Lahire Pusaka Tulungagung,
kemampuan kawula sak rombongan inggih namung kados mekaten kolo wau, atur
panglipur kula sak rombongan katampi para Bapak lan Ibu ing warga mriki sedoyo
kurang nuju prana, kula makili keluwarga nyuwun pangapura dhateng ngarsa
Panjenengan sesami, kula akhiri bilahi taufik wal hidayah, wassalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatu!
3. Penutup
Replika Naga di Pinka TA sebagai bukti bahwa masyarakat dan pemda TA dekat dengan kisah Baru Klinthing
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 42
Jamasan Pusaka Tulungagung Tumbak Kyai Upas yang dalam
lakon Baru Klinthing dikisahkan berasal dari potongan lidah
Joko Baru Klinthing.
oleh Yayak Priasmara
hal. 43
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 44
1. Salam Pembuka
Pantun Jawa Pembuka Dalang dan Panjak
Panjak Assalamu alaikum,
Terucap salam untuk para hadirin,
Semoga dalam keadaan sehat saat datang,
Menonton pertunjukan Kentrung Sedyo Rukun
Dalang Aku berniat mengawali pujian,
Menyebut nama sukma/roh suci,
Ini kesenian kentrung tradisonal asli,
Sedyo Rukun itulah nama grupnya
Panjak Ayo teman pergi ke pancuran air,
Ikut berwudlu bersama Para Ulama,
Ayo teman mencari persaudaraan,
Mumpung masih hidup di dunia
Dalang Saya akan mendalang namun tidak menghadap wayang,
Saya akan membaca namun tapi tidak menghadap surat,
Saya akan berbicara masih banyak salah dan khilafnya,
Jika ada kesalahan menjaga seni kentrung, mohon maaf sebesar-besarnya
oleh Yayak Priasmara
hal. 45
Panjak Mayangsari nama bunga Pohon Pucang,
Pergi ke sawah ayo menanam jagung,
Maka jangan lupa sholat dan sembahyang,
Bersujud kepada Allah Yang Maha Agung
Dalang Aku berniat mengawali mendalang,
Membuka kembali cerita yang hilang,
Yang wajibnya membuka cerita memanglah saya sebagai dalang,
Kisah Lahirnya Joko Baru Klinthing akan segera saya mulai
Panjak Ikat blangkon asli Boyolali,
Pakailah kain jarik Sido Luhur,
Anak perempuan jika ingin menikah,
Tunggulah usia dua puluh satu
Dalang Membuka cerita tentang pertapaan yang sangat tersohor,
Pertapaan Mangir yang saya ceritakan
Pertapaan Mangir terkenal hingga mancanegara
Ki Ageng Wonoboyo adalah pemimpinnya
Panjak Padang luas ditumbuhi alang-alang
Jika ingin makmur tanamilah padi,
Demikian juga untuk orang laki-laki,
Menikahlah di umur 25 tahun
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 46
2.1. Isi Cerita
Dalang dan Panjak mengenalkan kisah yang akan dibawakan
Dalang Pertapaan mana yang akan aku ceritakan di malam ini?
Panjak Ya, Pertapaan mana yang akan aku ceritakan kepada anda semua?
Dalang di lereng Gunung Merapi!
Panjak Ya, tempatnya ada di lereng Gunung Merapi!
Dalang Ada sebuah tempat menuntut ilmu, bernama Pertapaan Mangir!
Panjak Yang dipimpin Ki Ageng Mangir!
Dalang Pertapaan Mangir terkenal hingga ke luar negara, tempat menuntut ilmu yang bagus
dan tersohor, dan penuh kedamaian!
Panjak Memanglah benar jika Pertapaan Mangir penuh kedamaian!
Dalang Siapa yang menjadi Guru di Pertapaan Mangir? berjuluk Sang Begawan Wonoboyo!
Panjak Memanglah benar yang menjadi guru di Pertapaan Mangir adalah Sang Resi
Wonoboyo!
Dalang Mengapa berjuluk Ki Ageng Wonoboyo? Pertapaan Mangir ada di wilayah Wonoboyo!
Mengapa disebut Pertapaan Mangir, karena yang menjadi guru adakah Ki Ajar
Mangir!
Panjak memanglah benar yang menjadi guru adalah Ki Ajar Mangir!
Dalang Di Bumi Wonoboyo berdirilah Pertapaan Mangir, Ki Ajar Mangir berjuluk Ki Ageng
Wonoboyo alias Ki Ageng Mangir. Banyak sekali murid yang menimba ilmu kepada
Ki Ageng Wonoboyo. Suatu ketika, seorang murid menghadap ke Ki Ajar Mangir!
oleh Yayak Priasmara
hal. 47
2.2. Adegan pembuka di Pertapaan Mangir
Dalang sebagai Ki Ajar Mangir (KAM), Panjak sebagai Murid/Cantrik (C)
Dalang/KAM Kemarilah Muridku, jika sudah selesai pekerjaanmu, mendekatlah kepada Sang
Begawan Wonoboyo, Muridku!
Panjak/C Baiklah Sang Panembahan, saya yang datang mengucapkan salam hormat kepada
anda Sang Panembahan.
Dalang/KAM Muridku, aku terima salam hormatmu dengan senang hati. Semoga menjadi sumber
ketentraman pertapaan ini. Terimalah juga restu dariku, Ki Ajar Mangir!
Panjak/C O o Sang Panembahan yang saya muliakan. Restu yang engkau berikan, saya terima
dengan kedua tanganku, saya letakkan di atas kepala, semoga menjadi sumber pelita
untuk hidup saya Sang Panembahan!
Dalang/KAM Muridku!
Panjak/C Saya?
Dalang/KAM Kamu adalah muridku terkasih, yang aku percayai mampu mengharumkan nama
pertapaan ini, memimpin semua murid di pertapaan ini. Apakah keadaan pertapaan
sudah benar-benar tentram tanpa masalah?
Panjak/C Oo Sang Panembahan, semua pekerjaan saya sudah selesai, semoga tidak ada yang
mengecewakan hati Paduka Sang Panembahan.
Dalang/KAM Anak muda mau bergaul dengan orang tua, meski tidak mendapat sesuap nasi tapi
mendapatkan pelajaran tata krama! Apalagi jika mampu menumbuhkan perilaku
dan budi pekerti yang baik. Yang bisa buat contoh untuk manusia lain ya Muridku?
Panjak/C O o Sang Panembahan, perkataan Paduka memanglah benar, sepenuh hati akan
saya amalkan semua ajaran Paduka Sang Panembahan.
Dalang/KAM Kamu jiwa muda, pasti nantinya akan menikah.
Panjak/C Benar, Guru.
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 48
Dalang/KAM Wujudkan harapan orang tuamu, anak lelaki harus bisa mikul dhuwur mendhem
jero orang tuanya. Artinya, bukan ketika orang tua kita meninggal dipikul yang
tinggi! Bukan seperti itu! Atau dikubur sendiri yang dalam? Juga bukan seperti
itu! Maksudnya adalah mengangkat derajat orang tua, juga mengharumkan nama
orang tua! Maka jiwa muda mumpung belum beristri, carilah sastrane raga! Sastra
itu tulis, raga itu tubuh! Menabung kebaikan dalam diri! Pertama, mau bertakwa
kepada Tuhan, kedua mau bersekolah dan mengaji. Jika tidak waspada, isi jiwa
raganya manusia iku menjadi wadahnya iblis, tempatnya setan! Yang bisa mengusir
iblis dan setan dalam diri manusia tak ada lain selain manusia yang kuat agamanya.
Seperti itu Muridku!
Panjak/C O o Sang Panembahan, saya terima dengan suka cita apa yang Paduka sampaikan,
semoga kebaikan yang paduka tebar mampu terserap oleh semua murid di
pertapaan ini, Sang Panembahan
Dalang/KAM Orang sekolah itu bukan bermodal harta, namun tekad, niat, lalu berangkat! Maka
jika engkau mendapat warisan ilmu dari orang tua, asal kau gunakan dengan baik,
ilmu tersebut tak akan hilang sampai kau meninggal dunia kelak.
Panjak/C Iya Guru.
Dalang/KAM Muridku?
Panjak/C Saya?
oleh Yayak Priasmara
hal. 49
Dalang/KAM Tempat aku menjadi guru di Pertapaan Mangir ini dulunya Bumi Wonoboyo,
peninggalan almarhum ayahku. Ayahku memiliki tiga orang putra, yang pertama
kakakku yang bernama Ajar Segu, yang kedua aku Ajar Mangir, yang paling bungsu
perempuan bernama Dewi Roro Kijang. Aku mendengar kabar jika Bumi Wonoboyo
kini menjadi wilayah Mataram, berdasarkan wasiat ayahku, tanah ini aku minta!
Ternyata niatku dihentikan oleh para perajurit Mataram! Hingga aku pergi dari
medan perang. Dari hal tersebut aku berada di sini di Bumi Wonoboyo, bergelar Ki
Ageng Wonoboyo sebab ini Bumi Wonoboyo. Ku beri nama pertapaan ini dengan
nama Pertapaan Mangir, ku ambil dari nama asliku Ki Ageng Mangir, begitu
Muridku.
Panjak/C Terima kasih Sang Panembahan, telah menjelaskan hal ini kepada saya.
Dalang/KAM Tetaplah disini Muridku, Aku masih akan mengungkapkan apa yang menjadi
kegundahan dalam hatiku.
Panjak/C Baik Sang Panembahan, saya selalu siap mendengarkan apa yang akan Guru
sampaikan.
Dalang/KAM Melanjutkan cerita masa laluku, setelah aku bersitegang dengan Perajurit Mataram,
belum jelas kalah dan menangnya. Di tengah peperangan aku mendapatkan bisikan
gaib. Jika tak salah inderaku, bisikan gaib itu adalah suara almarhum ayahku. Dalam
bisikan tersebut ayahku berkata bahwa saya tidak boleh melanjutkan peperangan
dengan perajurit Mataram, aku disuruh pergi dari medan laga menuju sebuah
tempat bernama Pondok Bulki. Akhirnya aku pergi dan tinggal di pondok Bulki
selama tujuh bulan. Di pondok, suatu malam aku melihat cahaya yang sangat
menyilaukan bak bulan, jatuh di area imam. Ternyata setelah aku lihat itu pusaka!
Panjak/C O o Sang Panembahan, pada jam 3 malam, Guru melihat cahaya terang dari langit
turun ke pengimaman surau, Guru menghampirinya dan melihat sebuah pusaka?
Baik Guru.
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 50
Dalang/KAM Aku berpikir jika pusaka itu milik Kyai Pondok atau seseorang santri Pondok
Mbulki. Namun ketika aku membawa pusaka itu ke Rama Kyai, Rama Kyai tidak
memiliki pusaka seperti itu, demikian juga para santri pondok. Rama Kyai berkata
jika pusaka itu adalah hak ku sebagai orang yang menemukannya. Aku menerima
keputusan Rama Kyai, lantas aku bertanya kepadanya.
Panjak/C Bertanya bagaimana Sang Panembahan?
Dalang/KAM Itu pusaka apa? Rama Kyai menjawab jika itu pangot lanang pangot wojo karah komo
pamor kencono! Kata beliau itu pusaka sakti yang hanya boleh digunakan laki-laki,
tidak boleh dipegang oleh perempuan!
Panjak/C Seperti itu Sang Panembahan?
Dalang/KAM Rama Kyai berkata, pusaka itu bisa dipegang perempuan namun ada syaratnya!
Syaratnya yaitu pusaka itu tidak boleh dipangku oleh perempuan!
Panjak/C Seperti itu Guru.
Dalang/KAM Ya Muridku! Setelah sekian lama aku di pondok tersebut, aku rindu akan adikku
Roro Kijang. Aku sebenarnya tinggal di Rawa Bening bersama adhiku Roro Kijang.
Maka aku pun pulang ke Rawa Bening menemui Roro Kijang! Sesampainya di rumah
lagi, Adikku yang memang suka bersirih, suatu hari mencari kotak sirihnya. Namun
ia kecewa melihat pinangnya habis!
Panjak/C Lantas Guru?
Dalang/KAM Ia bingung mencari pinang. Setelah menemukan pinang ia bingung mencari pisau
dapurnya yang juga hilang. Ia lalu meminjam pusakaku. Sialnya, itu pusaka pangot
sakti. Sebenarnya adikku sudah ku beri tahu tentang pantangan pusaka itu, dan
ia bilang sanggup untuk tak melanggar pantangannya. Namun naas ketika pangot
digunakan, sebelum menyentuh pinang, pinang hancur berkeping-keping! Roro
Kijang lupa dengan laranganku, pangot ditaruh dalam pangkuan Dewi Roro Kijang,
pangot hilang entah kemana, hilangnya pangot waja kama pamor kencana Roro
Kijang seketika hamil!
oleh Yayak Priasmara
hal. 51
Panjak/C Hamil Guru?
Dalang/KAM Ya! Adikku yang masih perawan dirundung malu yang mendalam, hanya karena
memangku pangot waja bisa mengandung, Aku kasihan, akhirnya aku mengakui
bayi itu, Ajar Mangir sebagai ayahnya dan Roro Kijang sebagai ibunya. Tetapi aku
tak berlama-lama tinggal di Rawa Bening, aku harus berpisah dengan adikku dan
bertapa di Wonoboyo sini! Usai bertapaku aku kini jadi Resi! Aku meninggalkan
jimat klinthing kencana kolore sutro diwangga, dan berpesan kepada adikku untuk
menyimpannya. Kelak jika putraku bertanya siapa ayahnya, agar menjelaskan
jika ayahnya ada di tempat ini. Klinting kencana kolore sutra diwangga agar di
kalungkan lehernya. Sebagai tanda ia putra Ajar Mangir, Muridku!
Ku nanti hingga saat ini, tak ada kabar berita dari Roro Kijang. Kok belum ada anak
yang menemuiku dengan berkalung kolore sutra diwangga? Apa mungkin bayi Roro
Kijang meninggal
Panjak/C O o Sang Panembahan, semoga kelahiran anak di kandungan adik Guru tidak ada
halangan suatu apapun
Dalang/KAM Iya Muridku! hah! Suara apa itu???
Dalang Ki Ageng Wonoboyo berkata dengan Muridnya, siapa yang ku ceritakan lahir di Rawa
Bening? Joko Baru Klinthing!!! Badannya besar berwujud naga! menggemparkan
Pertapaan Goa Pelawangan lereng Arga Merapi. Menghadap Ki Ageng Wonoboyo!
Dalang/KAM Ada naga sebesar pohon pucang! Naga bisa berbicara seperti manusia! Kok
memanggilku Ayahanda Ki Ageng Wonoboyo? Hei Naga! Naga dari mana? Namamu
siapa Naga jantan?
2.3. Adegan Naga Baru Klinthing menemui Ayahanda Ajar Mangir
(Dalang sebagai Ki Ajar Mangir/Ki Ageng Wonoboyo (KAM), Panjak sebagai Joko Baru Klinthing (BK)
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 52
Panjak/BK Ayahanda! Jika ayahanda bertanya seperti itu kepada saya, saya Naga dari Rawa
Bening, Putra ibu Roro Kijang, seperti itu Ayahanda
Dalang/KAM Naga dari Rawa Bening putra Dewi Roro Kijang? Sebentar! Jika kau memiliki nama,
siapa namamu?
Panjak/BK Nama saya Joko Baru Klinthing, Ayahanda!
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing? Roro Kijang itu manusia putra Pandita, saudara perempuanku
Ki Ajar Mangir! Mustahil memiliki putra berwujud hewan Naga, aku tidak percaya!
Kau Naga yang ingin diakui menjadi anak manusia! Pergi dari sini! Tak pergi ku
potong lehermu, sebagai tebusan atas dosamu!
Panjak/BK Maaf Ayahanda, dulu ayah berpesan kepada Ibu, jika putranya menemui ayah tanpa
mengenakan klinthing kencana koloring sutra diwangga tak akan diakui, benar
begitu Ayahanda?
Dalang/KAM Lantas, maksudmu?
Panjak/BK Lihatlah di leherku, Ayahanda.
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!
Panjak/BK Ya Ayahanda!
Dalang/KAM Ketika aku pergi dari Rawa Bening, Roro Kijang mengandung, memang aku
meninggalkan pesan berupa klinthing kencana koloring sutra diwangga. Kelak jika
anak yang dikandungnya lahir dan bertanya siapa ayahnya, supaya menunjukkan
jika aku ada di tempat ini! Klinthing kencana koloring sutra diwangga agar
dikalungkan di leher, sebagai tanda putra Ajar Mangir! Kulihat kau hanya berkalung
koloring sutra diwangga, tapi klinthing-nya tidak ada, dimana?
oleh Yayak Priasmara
hal. 53
Panjak/BK Ayahandaku yang terhormat, ketika aku terbang di langit, klinthing itu jatuh dan
aku bersabda, mana saja tempat jatuhnya klinthing itu, kelak jadilah hutan baru
klinthing, desa desa baru klinthing. Ketika aku menempuh perjalanan kesini,
klinthing saya jatuh, demikian Ayahanda
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Klinthingmu jatuh dan engkau bersabda? Mana tempat yang
kejatuhan klinthingmu jadilah desa, desa Baru Klinthing?
Panjak/BK Benar Ayahanda!
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Sekarang begini saja, sebagai ganti hilangnya klinthing itu, kau
harus menjawab sayembara Ki Ajar Mangir! Jika Joko Baru Klinthing bisa melingkari
kaki Gunung Merapi, hingga membentuk gelang! Kau memanglah Putra Ajar Mangir
Putra Roro Kijang! Tapi jika gagal? Berarti kau naga penipu! Bukan putra Ajar
Mangir bukan putra Roro Kijang! Ku potong lehermu!
Panjak/BK Duh ayahandaku, baiklah, aku minta doa restumu Ayah
Dalang/KAM Lakukanlah! Berdoalah kepada Gusti, semoga Joko Baru Klinthing bisa menjalankan
apa yang jadi permintaan Ayahanda!
Panjak/BK Baik, doa restu Ayahanda, semoga menjadi pemudah jalanku Joko Baru Klinthing!
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 54
Dalang Meminta kepada kuasanya Gusti, semoga Joko Baru Klinthing bisa menjawab
permintaan Ayahanda! Makin kecil badannya! Putusnya otot Joko Baru Klinthing
sampai terdengar suaranya! Makin kecil, makin kecil! Tak lupa menyebut nama
Allah! Menyebut nama Gusti! Badannya sampai kecil sekali, hampir membentuk
gelang, hanya kurang sedepa! Badannya sudah sangat lemah, jika diteruskan pasti
putus badan Joko Baru Klinthing! Kurang sedepa dia mengiba kepada ayahnya Ki
Ajar Mangir!
Panjak/BK Ayahandaku, perjuanganku melingkari gunung Merapi, kurang sedepa saja
Ayahanda, apa sudah dianggap berhasil?
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!
Panjak/BK Saya Ayahanda?
Dalang/KAM Hanya kurang sedepa perjuanganmu, kau bertanya padaku sudah dianggap berhasil
apa belum? Ajar Mangir seorang Resi, Resi itu jika sudah berkata sama artinya
dengan sabda pendhita wali! Tak ada resi yang berkata sampai dua atau tiga kali!
Sekali kataku kau harus melingkar membentuk gelang, ya itu harus kau lakukan!
Jika kau tak bisa melakukannya, kutebas lehermu sebagai tebusan atas dosamu!
Panjak/BK Seperti itu Ayahanda, maaf aku ingin bertanya, jika jarak yang tersisa ini
kusambung dengan lidahku apa diperkenankan?
Dalang/KAM Kau sambung dengan lidahmu?
Panjak/BK Ya Ayahanda!
Dalang/KAM Iya! Aku memperbolehkannya! Sebab lidah juga merupakan bagian tubuhmu.
2.4. Adegan Naga Baru Klinthing nglekeri Gunung Merapi
oleh Yayak Priasmara
hal. 55
Panjak/BK Jika seperti itu aku minta restu padamu Ayahanda, akan kuwujudkan apa yang
menjadi permintaanmu!
Dalang Joko Baru Klinthing, melingkari gunung Merapi bisa membentuk gelang hanya
kurang sedepa! disambung dengan lidahnya! Joko Baru Klinthing membuka mulut
menjulurkan lidahnya! Tidak kurang tidak lebih, pas sedepa! Ki Ageng Mangir
melihat lidah Joko Baru Klinthing bercabang lantas ia menghunus pusaka, tanpa
berkata lidah Joko Baru Klinthing ditebas dengan pusaka! Joko Baru Klinthing
kesakitan!
Panjak/BK (parikan)
Sudah waktu pagi hari,
Ayam jago telah berkokok,
Cari ilmu harus sampai dapat,
Untuk bekal hari tua nanti
Dalang Joko Baru Klinthing yang kesakitan mengadu ke Ayahandanya!
Panjak/BK Aduh! Aduuuh! Ayahanda! Ayahanda! Bunuh saja aku, Joko Baru Klinthing,
Ayahanda!
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing?
Panjak/BK Iya Ayahanda?
Dalang/KAM Kau tidak mati! Meski lidahmu kupotong, kau belum mati! Ketahuilah, mengapa
lidahmu kupotong? Kau ini putra Resi, tak patut jika lidahmu bercabang seperti
ular! Lidahmu kupotong lantaran lidahmu bercabang Joko Baru Klinthing
Panjak/BK Karena lidahku bercabang sehingga kau potong, Ayahanda?
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 56
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Ajar Mangir mau mengakuimu sebagai anak, tapi aku minta,
telanlah potongan lidahmu ini! Lalu muntahkan lagi ke luar dengan wujud yang
berbeda! Jadikan tombak beserta pegangannya!
Panjak/BK Potongan lidah ini aku telan kembali dan ku muntahkan sebagai pusaka tombak dan
pegangannya? Baik Ayahanda, akan ku lakukan permintaanmu!
Dalang Diceritakan! Potongan lidah Joko Baru Klinthing, dimasukkan kembali ke dalam
mulut, dinanti lima belas menit lalu dimuntahkan kembali ke luar, berganti wujud
pusaka tombak dan pegangannya, diberikan kepada Ajar Mangir!
Panjak/BK Ini Ayahanda, terimalah! Ini pusaka apa Ayahanda?
Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!
Panjak/BK Iya Ayahanda!
Dalang/KAM Pusaka ini bernama Kanjeng Kyai Upas, tombak Baru Dhampit! Yang berasal dari
potongan lidah Joko Baru Klinthing!
Panjak/BK Seperti itu, kegunaannya untuk apa Ayahanda?
Dalang/KAM Ini pusaka yang sangat berguna! Bisa untuk mengayomi siapapun yang berada
dalam perlindungan Kanjeng Kyai Upas ini!
Panjak/BK Seperti itu, baik Ayahanda
Dalang/KAM Sekarang dirimu telah kuakui sebagai putra Ajar Mangir putra Roro Kijang!
Panjak/BK Saya sangat senang sekali Ayahanda
Dalang/KAM Tapi kamu tak boleh bersamaku, juga tak boleh bersama Ibumu! Kau harus berpisah
dengan kami berdua untuk sementara waktu
oleh Yayak Priasmara
hal. 57
Panjak/BK Jika aku harus berpisah dengan Ayah dan Ibu, harus kemana aku pergi Ayahanda?
Dalang/KAM Kembalilah ke daerah Tulungagung! Di wilayah Campurdarat! Menujulah ke Hutan
Ngembel! Mertapa mbatang, bertapa seperti mati di tengah Hutan Ngembel sana!
Jangan bangun sebelum kau dibunuh dan dagingmu diambil oleh warga Ngembel!
Panjak/BK Seperti itu, apa sekarang aku sudah diperbolehkan untuk pergi?
Dalang/KAM Sebelum dirimu pergi menuju Ngembel, mampirlah ke Glagah Ombo, temuilah
ibumu Dewi Roro Kijang, bilanglah Ayah sudah mengenalimu! Suruh ibumu
meninggalkan Glagah Ombo dan berkumpul bersamaku di Pertapaan Mangir ini
Joko Baru Klinthing!
Panjak/BK Seperti itu pesan Ayahanda, baik, aku akan menjalankannya!
Dalang Joko Baru Klinthing, mampir di Dusun Glagah Ombo! Pamit kepada ibunya Roro
Kijang! Joko Baru Klinthing lantas berangkat untuk mertapa mbatang bertapa
seperti mati!
Dalang Setelah Joko Baru Klinthing sampai di Hutan Ngembel, mertapa mbatang bertapa
seperti mati! Ekornya dan kepalanya dimasukkan ke dalam tanah, badannya
diletakkan di tanah, tak terlihat seperti ular bertapa tapi seperti batang kayu
berlumut! Sedemikian lama Hutan Ngembel dibuat bertapa Joko Baru Klinthing,
para setan dan hantu penguasa Hutan Ngembel tidak kuat dengan wibawa Joko Baru
Klinthing! Keluar dari Ngembel, meneluh warga Ngembel! Desa Ngembel diterjang
penyakit!! Saya tinggalkan dulu Joko Baru Klinthing, kuceritakan tentang Desa
Ngembel!
2.5. Adegan Joko Baru Klinthing Topo Mbathang ing Alas Ngembel
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 58
Panjak Membuka cerita tentang Desa Ngembel!
Dalang Apa kamu tahu Desa Ngembel?
Panjak Halah, di selatan sana!
Dalang Dekat Ngentrong!
Panjak Iya!
Dalang Desa Ngembel biasanya mengadakan sedekah bumi meruwat desa! Ki Demang
menyuruh para warga untuk mencari binatang buruan di tengah hutan! Pak
Kamituwo Ngembel berangkat membawa delaman teman, sembilan orang dengan
Pak Kamituwo sendiri! Mencari daging buruan di tengah hutan! Sampai di tempat
Joko Baru Klinthing bertapa, suara bedug terdengar satu kali, Pak Kamituwo
Ngembel berkata kepada teman-temannya!
Dalang (Kmtw) Kemarilah kawan-kawan Ngembel semua! Ternyata berat menjalankan perintah
Mbah Demang Ngembel, mencari daging untuk bersih desa. Biasane jika sedang
tidak diutus Ki Demang, banteng, kijang, menjangan banyak berkeliaran! Saat
diperintah seperti ini, jangankan banteng, kijang, menjangan, semut saja kok setiap
bertemu seakan menghindar ya kawan?
Panjak (Konco) Iya Pak Wo, benar apa kata Pak Wo!
Dalang (Kmtw) Itu terdengar suara bedug! Bedug berbunyi sekali kata orang dulu ketika kita dalam
perjalanan harus berhenti sejenak, sebab bedug bunyi sekali itu waktu berjalannya
para setan! Ini lho! Di bawah pohon randu ini, sejuk tempatnya, ada kayu besar bisa
buat duduk! Istirahat disini dulu saja ya! Nanti kita jalan lagi
Panjak (Konco) Benar, kita istirahat dulu saja Pak Wo
Dalang (Kmtw) Iya, silahkan yang bawa bekal dibuka bekalnya!
Panjak (Konco) Iya, saya mau merokok dulu Pak Wo!
Dalang (Kmtw) Yang bawa klobot dan tembakau silahkan merokok dulu sana!
oleh Yayak Priasmara
hal. 59
Panjak (Konco) Ya Pak Wo!
Dalang (Konco 2) Aku bawa tembakau tapi tak bawa klobot, mau merokok tak ada klobot-nya.
Panjak (Konco 3) Wah pas sekali, saya bawa klobot tapi tak bawa tembakau! Bisa dipasangkan!
Dalang (Konco 2) Besanan ceritanya?
Panjak (Konco 3) Klobot-nya aku, tembakaunya kamu!
Dalang Alkisah! Warga Ngembel memotong klobot dengan landasan batang tubuh Joko Baru
Klinthing! Klobot dipotong! Keluar darahnya! Warga terkejut!
Panjak (Konco 3) Yu! Yu Gimah!
Dalang (Konco 2) Bit, ada apa Le?
Panjak (Konco 3) Wah! Aku memotong klobot kok dari alasnya keluar darah ini bagaimana Yu?
Dalang (Konco 2) Lho lho lho kayu kok keluar darah? Kucukil kok seperti daging, ayo tanya Pak
Kamituwo!
Panjak (Konco 3) Permisi Pak Wo!
Dalang (Kmtw) Ada apa kok ribut-ribut?
Panjak (Konco 4) Iya nih, dua orang kok sama cerewetnya?
Dalang (Kmtw) Ada apa??
Panjak (Konco) Permisi Pak Wo, saat kami istirahat dan ingin merokok, saya memotong klobot
dengan alas pohon ini, kok keluar darah Pak Wo?
Dalang (Kmtw) Teman-teman yang tidak waspada! Ternyata ini bukan kayu berlumut, ini ular
bertapa? Justru bagus, berhubung kita tak mendapat hwan buruan, adanya ular
bertapa ini! Ayo kita bawa daging ular ini saja! Kulit, tulang, kepala dan ekor kita
tinggal, dagingnya kita bawa! Dibawa pulang ke Ngembel bisa buat bersih desa!
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 60
Panjak (Konco) Wah benar Pak Wo! Baik!
Dalang (Kmtw) Ayo teman!! Dapat berapa pikul daging teman?
Panjak (Konco) Wah! Dapat delapan pikul Pak Wo!
Dalang (Kmtw) Besar sekali ular ini
Panjak (Konco) Iya Pak Wo!
Dalang (Kmtw) Dapat delapan pikul cukup untuk bersih desa di Desa Ngembel, ayo Kawan,
sekarang ayo kita kembali!
Panjak (Konco) Baik, mari kita kembali Pak Wo
2.6. Adegan Joko Baru Klinthing Setelah diruwat Warga Desa Ngembel
Dalang sebagai Joko Bajang ( JB), Panjak sebagai Cah Ngarit (CN)
Dalang Setelah kepergian Pak Kamituwo Ngembel dan teman-teman, yang tersisa di hutan
hanya kulit, tulang, kepala, dan ekor. Berkumpul menjadi satu lalu melesat ke langit,
lalu jatuh kembali ke tanah. Hilang sifat ular berubah menjadi manusia, malihan
wujud Joko Baru Klinthing! Sayangnya, ia buruk rupa. Ia kebingungan!
Dalang ( JB) Terima kasih Gusti Yang Maha Suci! Yang memberi titah kepadaku Joko Baru
Klinthing! Dulu wujudku ular naga! Kini sudah menjadi manusia, tapi aku ini
manusia seperti apa? Jika manusia kok buruk sekali penampilanku? Badanku
seperti sisik ular! Tubuhku kerdil! Sekujur badan kok buruk semua! Jika
penampilanku seperti ini apa pantas jika namaku Joko Baru Klinthing? Kok bagus
namanya dari wajahnya? Halah! Aku tak memakai nama baru klinthing-baru
klinthingan! Aku akan memakai nama yang sesuai dengan rupaku! Aku pakai nama
Joko Bajang! Aku kok sendirian tanpa teman!
Lha ini! Ada pencari rumput memakai baju hijau?? Kak! Kakak berbaju hijau! Kak!
oleh Yayak Priasmara
hal. 61
Panjak (CN) Apa Dek?
Dalang ( JB) Lihatlah aku tampan ya Kak?
Panjak (CN) Wah wajahmu jelek kok aku disuruh melihat! Ada apa kok memanggilku?
Dalang ( JB) Kak! Katanya Desa Ngembel sedang bersih desa? Mbah Demang menanggap tayub
ya?
Panjak (CN) Wah! Memang benar Mbah Demang hari ini menanggap tayub Le!
Dalang ( JB) Menanggap kleningan Kang?
Panjak (CN) Iya! Tayuban!
Dalang ( JB) Lantas, Ngembel sama sini jauh Kak?
Panjak (CN) Arahnya ke selatan sana!
Dalang ( JB) Kak ayo lihat tayub di kediaman Mbah Demang Kak!
Panjak (CN) Wah! Ini mau hujan, rumputku belum dapat sekeranjang!
Dalang ( JB) Beres! Nanti ku bantu mencari rumput!
Panjak (CN) Benar? Bisa kupercaya kata-katamu?
Dalang ( JB) Iya, sudahlah ayo nonton tayub dulu dengan Joko Bajang!
Panjak (CN) Tapi nanti kalau dapat apa-apa jangan lupakan aku ya?
Dalang ( JB) Beres!
Panjak (CN) Ya sudah! Nanti disana mintalah makanan, bagilah denganku!
Dalang ( JB) Beres! Ayo nonton tayub!
Panjak (CN) Baiklah! Ayo nonton tayub di rumah Ki Demang Le!
Dalang ( JB) Ayo!
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 62
Dalang ( JB) Bagus sekali ya Kak!
Panjak (CN) Wah ternyata lagu tayub itu enak sekali didengar
Dalang ( JB) Sayangnya perutku lapar kak.
Panjak (CN) Aku tadi bilang apa? Jangan cuma lihat tayub saja! Ayo mintalah makanan, kalau
dapat makanan nanti bagi denganku!
Dalang ( JB) Iya, mau beli ya ndak punya uang, aku ke dapur saja minta nasi ya Kak! Kalau berhasil
dibagi berdua, lapar Kak?
Panjak (CN) Iya Dek!
Dalang ( JB) Baiklah, aku ke dapur dulu Kak!
Dalang Diceritakan Joko Bajang! Masuk ke dapur minta makan! Di dapur ada orang tua
bernama Nyai Rondo Tuntang! Nyai Rondo Tuntang rumahnya Desa Gedhangan!
Tugasnya menanak nasi! Dimana ada orang hajatan, Nyai Rondo Tuntang yang
disuruh! Disuruh menanak nasi! Meski tua banyak mantra! Joko Bajang menghampiri
Nyai Rondo Tuntang yang rumahnya Gedhangan!
2.7. Adegan Joko Bajang dan Pencari Rumput Berangkat Nonton Tayub di Desa Ngembel
Dalang ( JB) Ibu tua penanak nasi!
Panjak (NRT) Ada perlu apa Nak?
Dalang ( JB) Aku tadi menonton tayub lantas perutku lapar, mau beli nasi tak punya uang, aku
minta makanannya Ibu Tua?
2.8. Adegan Joko Bajang minta makanan di dapur Mbah Demang
Dalang sebagai Joko Bajang ( JB), Panjak sebagai Nyai Rondo Tuntang (NRT),
Tukang Masak Iwak (TMI), danTukang Masak Srondeng (TMS)
oleh Yayak Priasmara
hal. 63
Panjak (NRT) Oalah Nak, Ibu disini hanya sebagai penanak nasi, Ibu hanya bisa memberi nasi putih
saja, jika butuh lauk mintalah ke tukang masak lauk ya Nak
Dalang ( JB) Terima kasih Bu, wah bungkusnya daun jati, nasinya merah, tak ada lauknya? Ya
sudah aku akan minta ke tukang masak lauk itu! Ibu tukang masak lauk! Minta
lauknya sedikit saja.
Panjak (TMI) Aku dari pagi saja belum makan, kok seenaknya kamu minta!
Dalang ( JB) Sedikit saja Bu!
Panjak (TMI) Kalau tidak segera pergi ku pukul kau nanti! Ayo pergi! Rupamu buruk!
Dalang ( JB) Iya aku pergi, kok segitunya sih! Ibu tukang srundeng! Aku minta srundengnya
sedikit!
Panjak (TMI) Ini kok ada bocah kurang ajar! Datang-datang minta makanan! Disini tak ada apa-
apa!
Dalang ( JB) Sedikit saja Bu!
Panjak (TMI) Sedikit apanya! Aku saja masak dari pagi belum makan!
Dalang ( JB) Ayolah sedikit saja di atas nasiku ini
Panjak (TMI) Heh! Kalau tak mau pergi kusiram air cucian piring kamu! Pergi!
Dalang ( JB) Iya! Aku pergi!
Panjak (TMS) Datang-datang mau minta makanan!
Dalang Joko sedih hatinya! Orang se dapur tak ada yang memberinya lauk!
Dalang ( JB) Masya Allah! Orang Ngembel sini kok pelit semua! Banyak orang di dapur kok yang
mau memberi aku makan hanyalah tukang menanak nasi saja! Dimintai lauk tak ada
yang mau! Halah! Mau makan tak ada lauknya! Tidak makan tidak apa-apa nasiku ku
kembalikan saja! Ibu tua penanak nasi!
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 64
Panjak (NRT) Apa Nak?
Dalang ( JB) Ini nasiku ku kembalikan, aku tidak jadi makan Bu
Panjak (NRT) Katanya lapar? Minta Ibu sudah ku kasih, kok tidak dimakan?
Dalang ( JB) Meski nasi ku kembalikan, sudah ku terima dunia akherat kok Bu.
Panjak (NRT) Maafkan aku ya Nak, Ibu hanya penanak nasi.
Dalang ( JB) Tidak apa-apa Bu, sebentar, nama Ibu siapa? Rumahnya mana?
Panjak (NRT) Aku dari Desa Gedhangan, namaku Nyai Ageng Tuntang Nak.
Dalang ( JB) Ooo nama Ibu Nyai Ageng Tuntang?
Panjak (NRT) Iya Nak, kamu dari mana Nak
Dalang ( JB) Aku dari gunung namaku Joko Bajang, Ibu sedang apa kok terlihat repot?
Panjak (NRT) Namanya tukang menanak nasi, ini sambil membuat takir.
Dalang ( JB) Ibu Nyai Tuntang, aku mau memberi tahu Ibu, besok-besok lagi jika ada hajatan,
penanak nasi jangan disuruh mengerjakan pekerjaan lain! Nanti ada bencana yang
datang dibelakang lho Bu!
Panjak (NRT) Lho, kok perkataanmu membuat Ibu takut Nak?
Dalang ( JB) Tidak apa apa, Ibu kan hanya disuruh! Ya sudah, tukarlah nasiku dengan lidi sebatang
Bu!
Panjak (NRT) Nasi kau kembalikan, dan kau minta lidi ini Nak?
Dalang ( JB) Iya Bu.
Panjak (NRT) Iya, terimalah, lidi ini bernama Sodo Lanang Nak!
Dalang ( JB) Sodo Lanang? Ya sudah akan ku pakai sebagai jimat, ini Sodo Lanang pemberian Ibu
Nyai Tuntang! Ibu Nyai Tuntang?
oleh Yayak Priasmara
hal. 65
Panjak (NRT) Iya bagaimana Joko Bajang?
Dalang ( JB) Aku berpesan padamu Bu, ini cukup untuk Ibu sendiri, apa keperluanmu seperti
gula, bubuk kopi, beras, pokok semua saja masukkan ke dalam lesung ini! Ibu
peganglah sendok nasi ini! Nanti jika ada suara gemuruh tiga kali, segeralah naiki
lesung ini ya Bu! Nanti akan ada sesuatu lho Bu!
Panjak (NRT) Apa benar Nak?
Dalang ( JB) Sudahlah, bersiap tak ada salahnya kan Bu. Aku pergi bermain dulu, jangan lupakan
pesanku!
Dalang ( JB) Kak, saya sudah datang!
Panjak (CN) Hayo, mana hasilnya? Hasil kamu meminta tadi?
Dalang ( JB) Enakan kamu kak hanya bersandar di bawah pagar, aku habis dihina orang-orang
di dapur! Minta lauk tidak dikasih! Lihatlah bibirku kering! Sudah sekarang begini
saja, kamu nonton tayub juga tidak bisa menirukan kan? Bermain sama aku aja yuk
Kak!
Panjak (CN) Bermain apa lagi?
Dalang ( JB) Lihatlah, aku menancapkan lidi ini di pelataran rumah Mbah Demang Ngembel!
Aku hanya menancapkan dengan tangan kiri lho ya? Silahkan dicabut Kak! Jika bisa
tercabut akan kuberi hadiah!
Panjak (CN) Apa hadiahnya?
2.9. Adegan Joko Bajang membuat sayembara mencabut lidi
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 66
Dalang ( JB) Kalungku ini! Ini namanya Koloring Sutra Diwangga!
Panjak (CN) Khasiatnya?
Dalang ( JB) Jika ada panas tidak kepanasan, jika hujan tidak kehujanan! Cabut lidi ini! Jika
berhasil milikilah kalungku ini!
Panjak (CN) Benarkah?
Dalang ( JB) Jika benar tercabut dan aku ingkar, potong leher Joko Bajang!
Panjak (CN) Jika tak kau berikan kujewer kupingmu!
Dalang ( JB) Iya! Ayo cabut!
Panjak (CN) Aku cabut!
Dalang Diceritakan teman Joko Bajang! Mencabut lidi sayembara Joko Bajang! Lidi
dipegang! Di tarik! Lidi tidak tercabut, yang mencabut justru terjungkal! Banyak
orang tertawa! Semua orang meninggalkan tayub dan malah menonton sayembara
Joko Bajang! Semua yang menonton tayub tak ada yang bisa mencabut! Setiap ada
yang jautuh disoraki dan ditertawakan! Mbah Demang ditinggal sendirian bersama
grup tayub! Karena geram, Mbah Demang keluar mencari tahu!
Dalang (MD) Bubrah! Warga Ngembel seperti bayi semua! Dibikinkan hiburan tayub bagus-bagus
kok semaunya sendiri, malah disini ramai-ramai! Bubar! Apa yang disoraki ini?
Panjak (Warga) Permisi Mbah Demang, ini ada seorang anak, menancapkan lidi, dicabut siapa saja
kok tidak bisa, bagaimana ini Mbah Demang?
Dalang (MD) Sebentar! Yang mana anakknya?
Panjak (Warga) Yang itu Ki Demang!
Dalang (MD) Nak! Siapa namamu?
oleh Yayak Priasmara
hal. 67
Panjak (Warga) Nama saya Joko Bajang, Ki Demang!
Dalang (MD) Rupamu seperti kucing kurus! Berani membuat gara-gara disini Joko Bajang!
Panjak ( JB) Saya, Ki Demang
Dalang (MD) Kamu yang menancapkan lidi ini? Apa hadiahnya jika bisa mencabutnya?
Panjak ( JB) Siapa yang bisa mencabutnya, hadiahnya kalung saya Kolore Sutra Diwangga, Ki
Demang.
Dalang (MD) Jika tak segera ku atasi tak akan cepat selesai! Aku akan mencabutnya Joko Bajang!
Panjak ( JB) Silahkan, Ki Demang!
Dalang Ki Demang Ngembel! Mencabut lidi, namun gagal! Mbah Demang terjatuh! Semua
masyarakat tertawa! Ki Demang marah!
Dalang (MD) Joko Bajang!
Panjak ( JB) Saya Kaki Demang!
Dalang (MD) Kamu membuat saya marah! Bahkan, semua orang jadi malu lantaran sayembara
lidimu ini! Tak ada yang bisa mencabutnya! Demang Ngembel bertanya padamu,
siapa sebenarnya yang menancapkan lidi ini?
Panjak ( JB) Benar saya yang menancapkannya Ki Demang
Dalang (MD) Kamu yang menancapkan harus bisa mencabutnya! Coba cabut lidi ini Joko Bajang!
Panjak ( JB) Oh Ki Demang, saya mau mencabutnya, tapi ada tebusannya!
Dalang (MD) Minta apa kamu?
Panjak ( JB) Saya minta daging Ki Demang!
Dalang (MD) Jika memang itu yang kamu minta, masuklah dapur lalu makanlah sekenyangmu
Joko Bajang!
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 68
Panjak ( JB) Benar anda bisa mengabulkan apa yang saya minta?
Dalang (MD) Ku turuti apa yang jadi permintaanmu!
Panjak ( JB) Baik, akan ku cabut lidi ini, Ki Demang!
Dalang Diceritakan Ki Demang tidak paham apa sebenarnya diminta Joko Bajang! Yang
berkata mau mencabut lidi itu dengan upah daging Ki Demang! Sesungguhnya yang
diminta bukan daging di dapur! Tapi daging Mbah Demang dan anak buahnya yang
diminta sebagai ganti daging Joko Bajang yang telah diambil warga Ngembel! Joko
Bajang mencabut lidi yang ditancapkannya! Menghentak tanah tiga kali! Tercabutlah
lidi! Banjir besar terjadi!
Panjak Jangkar kayu talinya rantai,
Bergelombang airnya laut,
Semoga selamat pemirsa semua,
Silahkan duduk yang nyaman
Dalang Tercabutnya lidi yang ditancapkan Joko Bajang seketika banjir besar terjadi!
Semua menjadi Rawa! Tersapu aliran air! Lidi yang telah tercabut dilempar oleh
Joko Bajang sembari bersabda: Dimana pun tempat lidi ini jatuh, jadilah Desa
Sodo! Sementara bekas cabutan lidi menjadi pusara Telaga Ngembel! Siapakah
yang kuceritakan menjalankan pesan Joko Bajang? Orang asal Gedhangan, tukang
menanak nasi yakni Nyai Tuntang! Mendengar suara gemuruh tiga kali, Nyai
Tuntang sontak menaiki lesung! Sendok nasi dibuatnya mendayung di tengah
banjir!
2.10. Adegan setelah banjir besar. Joko Bajang ( JB) dan Nyai Rondo Tuntang (NRT).
Panjak (NRT) Oh Gusti Allah Pangeran sejati, yang menjadi sesembahan ku yang sejati, terima
kasih banyak Gusti atas semua pertolongan Gusti!
oleh Yayak Priasmara
hal. 69
Dalang ( JB) Ibu tua, Nyai Tuntang, aku Joko Bajang Yung Dhe
Panjak (NRT) Ealah Nak, terima kasih banyak ya Nak, karena pesanmu nyatanya aku bisa selamat
Dalang ( JB) Iya Yung Dhe, maka jika lupa tolong diingatkan, jika sedang punya hajat lantas ada
orang meminta-minta, berilah seikhlasnya! Iya kalau dia memanglah peminta-
minta? Jika ia hanya berpura-pura seperti Joko Bajang begini ini kan tidak tahu?
Coba perhatikan, semuanya hanyut, semuanya menjadi rawa! Anda memberi nasi
sebungkus saja untuk Joko Bajang, nyatanya diberi keselamatan dan umur panjang
Yung Dhe
Panjak (NRT) Iya Nak, benar katamu, Warga Ngembel semuanya hanyut Nak. Tapi nak, bagaimana
denganku? Lesungku tersangkut seperti ini Joko Bajang?
Dalang ( JB) Lesungmu tersangkut? Kandas? Aku bantu menggalinya! Yung Dhe Nyai Tuntang,
bisa untuk pengingat-ingat di masa depan, tempatku menggali lesung ini, kelak
jadilah Desa Welahan ya Yung Dhe!
Panjak (NRT) Oalah Nak, tempatmu menggali lesung Yung Dhe yang tersangkut di tempat ini
kelak jadi Desa Welahan. Aku yang bersaksi atas perkataanmu Nak
Dalang ( JB) Tempatku membuang tanah galian ini, kelak jadilah Desa Ngunggahan Yung Dhe!
Panjak (NRT) Anakku Joko Bajang, tempatmu menaikkan tanah dan membuang tanah hasil galian
kelak jadi nama Desa Ngunggahan, iya aku bersaksi atas katamu Nak!
Dalang ( JB) Tempatku membersihkan lesung ini, kelak jadi Desa Gesikan, Yung Dhe!
Panjak (NRT) Tempatmu membersihkan lesung Yung Dhe di sini, kelak jadi Desa Gesikan, aku
bersaksi Nak!
Dalang ( JB) Lesungmu kandas nyanggrang atau tersangkut di tempat ini, tempat ini kelak, ku
beri nama Campur Janggrang Yung Dhe!
Panjak (NRT) Oh, lesung Yung Dhe tersangkut di tempat ini, kelak jadi desa Campur Janggrang
TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 70
Dalang ( JB) Iya, dan kelak anda menjadi tetua di daerah Rawa Campur, khususya di Campur
Janggrang sini! menjadi Sesepuh daerah sini, siapa orang yang ada di tempat ini,
jika ada warga sini yang telat sandang pangan, kesulitan apa saja, mau mengunjungi
Ibu Nyai Tuntang, Gusti Allah akan memberikan jalan keluar kepada masyarakat
daerah Campur termasuk Campur Janggrang sini!
Panjak (NRT) Iya Nak, aku terima dunia hingga akherat perkataanmu, semoga Gusti Yang Maha
Kuasa mengabulkan apa keinginanmu ya Nak.
Dalang ( JB) Baik, memangnya anda hanya sebagai perantara, bukannya meminta kemulyaan
kepada Yung Dhe Nyai Tuntang, bukan! Tapi meminta kepada Gusti Allah, dengan
perantara menemui Anda?
Panjak (NRT) Seperti itu perkataanmu, iya Nak, kuterima dunia hingga akherat perkataanmu
Dalang ( JB) Ibu Nyai Tuntang? Lahirku di Rawa Bening sini, Ibuku ada di Glagah Ombo!
Panjak (NRT) Siapa nama Ibumu, Nak?
Dalang ( JB) Namanya Dewi Roro Kijang, tapi beliau sekarang sedang bersama Ayahandaku di
Pertapaan Mangir Gua Plawangan di Kaki Gunung Merapi sana, jangan engkau
kira aku anak gunung, aku putra Ajar Mangir, Ibuku Roro Kijang, namaku yang
sebenarnya adalah Joko Baru Klinthing, Ibu Tua!
Panjak (NRT) Oalah Nak! Ada salah kata dan tindakan Ibu yang bagimu tak berkenan, Ibu meminta
maaf ya Nak!
Dalang ( JB) Sama-sama Bu, sudahlah Ibu Nyai Tuntang, semoga bisa menjadi contoh ke
depan, meski hanya nasi sebungkus namun jika diberikan dengan ikhlas hati, bisa
membuat selamat dan panjang umur, luput dari mara bahaya! Ibu, ayo! Sekarang
sudah selesai tugasku, nanti Ayahanda mencariku, kudoakan agar engkau panjang
umur, tetap disinilah Bu, menjadi sesepuh di daerah Campur Darat. Jika ada warga
yang kurang sandang dan pangan, mau mengingat Nyai Tuntang, akan diberikan
jalan keluar dari masalahnya oleh Gusti Allah dengan anda sebagai pengantarnya.
Aku pamit Ibu Tua
oleh Yayak Priasmara
hal. 71
Panjak Para Bapak dan Ibu yang terhormat, seperti itu tadi kisah Joko Baru Klinthing yang
didalamnya juga terkandung cerita Lahirnya Pusaka Tulungagung, hanya sebatas itu
kemampuan kami berdua, hanya seperti itu yang bisa kami haturkan, jika ada yang
kurang berkenan saya mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya, saya akhiri
bilahi taufik wal hidayah, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu!
3. Penutup
Panjak (NRT) Tuan Muda, Saya tidak mengetahui jika anda adalah putra Ki Ageng Mangir dan ibu
Dewi Roro Kijang, salam saya kepada Ayah dan Ibumu ya Tuan Muda
Dalang ( JB) Sudah, sudah, Yung Dhe Nyai Tuntang, anda tidak perlu terlalu segan kepada saya!
Panjak (NRT) Ya saya kan hidup di desa, engkau putra dari manusia yang berbudi luhur, jika ada
kesalahan dalam saya berucap, saya mohon maaf ya Tuan Muda
Dalang ( JB) Iya, Ibu Tua, sepertinya cukup, aku pamit Bu
Panjak (NRT) Iya, aku merestui jalanmu agar lancar seperti air mengalir Joko Bajang
Dalang ( JB) Diceritakan Joko Bajang, setelah membuatkan rumah Nyai Tuntang di Campur
Janggrang, ia mengucap mantra, menghayati mati dalam hidup, hidup dalam
mati, menekadkan kemauan mengheningkan cipta, meminta kepada Gusti Yang
Maha Kuasa! Doa Joko Bajang dikabulkan oleh Sang Kuasa! Hilang buruk rupanya,
berganti menjadi tampan dan gagah bak Dewa Kumajaya! Lalu dirinya menuju
Pertapan Mangir menemui Ki Ajar Mangir!
Petilasan dan Makam Mbok Rondo Tuntang alias Nyai Tuntang di Plesungan,
Campurdarat. Dalam lakon Baru Klinthing dikisahkan sebagai figur tukang adang sego
(penanak nasi) yang selamat dari banjir besar lantaran kebesaran hatinya menolong
Joko Bajang dengan memberikan sepincuk nasi.
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 72
Telaga Ngembel yang berada di Desa Ngentrong Kecamatan Campurdarat dalam lakon
Baru Klinthing dikisahkan sebagai pusara yang muncul setelah Joko Bajang mencabut
lidi.
oleh Yayak Priasmara
hal. 73
Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 74
Tersebutlah seorang pemuda bernama Ajar Mangir.
Ia memiliki seorang kakak bernama Ajar Segu dan
seorang adik perempuan bernama Roro Kijang.
Kakaknya, Ajar Segu, telah lama meninggalkan hal
duniawi dan memilih untuk bertapa. Sementara
adiknya, Roro Kijang, tinggal bersama Ajar Mangir di
sebuah daerah bernama Rawa Bening. Konon Rawa
Bening sendiri kini berada di daerah Kecamatan
Campurdarat Kabupaten Tulungagung.
Kisah ini berawal ketika suatu hari Ajar Mangir
teringat wasiat dari almarhum ayahnya untuk babad
alas Wonoboyo. Hutan Wonoboyo merupakan tanah
perdikan pemberian Kesultanan Demak atas jasa
ayahanda Ajar Mangir. Ajar Mangir lantas berpamitan
kepada adiknya untuk pergi menunaikan amanat dari
almarhum ayah mereka. Awalnya Roro Kijang tidak
setuju lantaran setelah masa kejayaan kesultanan
Demak berakhir, kini daerah Hutan Wonoboyo masuk
ke dalam kekuasaan Mataram, namun Ajar Mangir
dengan lembut berhasil meyakinkan adiknya tersebut.
Sampailah Ajar Mangir dan beberapa pengikutnya
di kawasan Hutan Wonoboyo. Awalnya memang
semua berjalan lancar, namun selang beberapa waktu
pasukan Mataram mengetahui tindakan Ajar Mangir.
Pasukan Mataram lantas menghentikan paksa Ajar
Mangir dan pengikutnya. Penjelasan Ajar Mangir
tentang kepemilikan hutan tersebut tidak dihiraukan
oleh Pasukan Mataram. Perang tanding pun terjadi,
pengikut Ajar Mangir tewas terbunuh. Ajar Mangir
yang memiliki kesaktian tinggi awalnya masih mampu
mengimbangi Pasukan Mataram. Namun banyaknya
pasukan Mataram akhirnya membuat posisi Ajar
Mangir tersudut.
Saat Ajar Mangir bingung musti berbuat apa, tiba-tiba
ia mendapat bisikan gaib yang ia yakini adalah suara
ayahandanya. Bisikan tersebut menyuruh Ajar Mangir
untuk pergi meninggalkan medan laga menuju ke arah
barat. Disana ia akan menemukan sebuah pondok
bernama Pondok Bulqi. Ajar Mangir lantas menuruti
bisikan gaib tersebut. Beberapa waktu ia berjalan ke
arah barat sampai ia benar-benar menjumpai pondok
yang dimaksud.
Part 1 Lahirnya Naga Baru Klinthing
~ y p ~
oleh Yayak Priasmara
hal. 75
Pondok Bulqi merupakan pondok pengajaran agama
islam yang dipimpin oleh seorang kyai bernama Kyai
Dul Ngalim. Kedatangan Ajar Mangir diterima dengan
baik oleh Kyai Dul Ngalim dan para santri. Dalam
beberapa bulan, Ajar Mangir ikut nyantrik menuntut
ilmu di pondok tersebut. Banyak pengetahuan dan
pemahaman baru tentang kebaikan yang ia dapatkan
dari sang kyai.
Hingga pada suatu malam, ketika semua penghuni
pondok tertidur lelap, Ajar Mangir gelisah di
peraduannya. Ia lantas memutuskan keluar dari
kamar dan berjalan-jalan di area pondok. Langkah
Ajar Mangir terhenti di depan surau pondok ketika
ia melihat sebuah cahaya terang benderang turun
dari langit menukik tajam ke arah surau. Ia terkejut
bukan main, namun rasa penasaran Ajar Mangir
menuntunnya masuk ke dalam surau. Sesampainya
di dalam surau ia melihat sesuatu yang bercahaya
tepat di area pengimaman surau tersebut. Ajar Mangir
memberanikan diri untuk mendekati sumber cahaya
tersebut. Dilihatnya sebuah pusaka tepat di atas alas
pengimaman. Ia lantas mengambil pusaka yang di
matanya terlihat seperti pisau kecil itu.
Paginya, Ajar Mangir menceritakan kejadian semalam
kepada Kyai Dul Ngalim. Ajar Mangir juga menanyakan
tentang pusaka yang ia temukan. Ia mengira jika
pusaka tersebut milik sang kyai atau salah satu
santri Pondok Bulki. Namun baik sang kyai maupun
para santri tidak ada yang merasa memiliki pusaka
tersebut. Lantas Kyai Dul Ngalim menjelaskan bahwa
pusaka yang ditemukan oleh Ajar Mangir merupakan
pusaka sakti berbentuk pisau berjuluk pangot wojo
pamor kencono. Kyai Dul Ngalim menambahkan
bahwa pusaka tersebut adalah hak milik Ajar
Mangir lantaran dialah yang menemukannya. Ajar
Mangir patuh terhadap perkataan sang kyai lantas
menyelipkan pusaka tersebut di pinggangnya.
Sebelum Ajar Mangir beranjak pergi, sang kyai juga
mengingatkan Ajar Mangir tentang pantangan dari
pusaka itu. Pusaka tersebut hanya boleh dipergunakan
oleh pria, tidak boleh digunakan oleh wanita, apalagi
sampai dipangku oleh seorang wanita. Ajar Mangir
mengangguk tanda mengerti lantas segera berpamitan
untuk kembali melanjutkan aktifitasnya di pondok.
Suatu ketika, Ajar Mangir dirundung kerinduan yang
mendalam kepada sang adiknya Roro Kijang di Rawa
Bening. Seakan mengerti kegelisahan Ajar Mangir,
Kyai Dul Ngalim menemuinya dan menyuruhnya
pulang. Ajar Mangir pun berpamitan kepada sang kyai
dan semua santri pondok. Ia mengucapkan terima
kasih sebanyak-banyaknya kepada sang kyai atas
ilmu dan pengetahuan baru yang ia dapatkan selama
di Pondok Bulqi. Sang kyai melepaskan kepergian
Ajar Mangir dengan mengingatkan sekali lagi tentang
pantangan pusaka sakti yang dimiliki Ajar Mangir.
Ajar Mangir mengingat pesan sang kyai, lantas pergi
melangkah menjauh dari gerbang Pondok Bulqi.
~ y p ~
Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 76
Roro Kijang menyambut kedatangan kakaknya
dengan penuh suka cita. Kecemasan Roro Kijang
atas kepergian kakaknya yang berbulan-bulan tanpa
kabar seketika terobati. Mereka berdua melepaskan
kerinduan untuk beberapa waktu. Tak lupa Ajar
Mangir menceritakan tentang kisahnya selama
pergi meninggalkan Rawa Bening. Roro Kijang
mendengarkan cerita kakaknya mulai dari kepergian
kakaknya untuk babat alas, dikepung perajurit
Mataram, hingga sampai ke pengalaman kakaknya di
Pondok Bulqi. Roro Kijang bersyukur kakaknya baik-
baik saja dan bisa pulang kembali ke Rawa Bening.
Pada jaman itu perempuan desa gemar bersirih atau
nginang, demikian pula Roro Kijang. Pagi itu mulutnya
merasa masam tanda ia harus segera bersirih. Roro
Kijang segera mengambil kotak sirih miliknya.
Hasratnya terhenti lantaran ia tidak menjumpai salah
satu kelengkapan bersirih di dalam kotak sirihnya
yaitu pinang. Segera ia berlari ke halaman, mengambil
tongkat panjang, dan berusaha mengunduh pinang
yang memang ada di depan rumahnya. Setelah
kebutuhan bersirihnya lengkap, Roro Kijang kembali
menggerutu lantaran pangot atau pisau dapur
miliknya tak kunjung ditemukannya. Roro Kijang
lantas teringat akan pangot milik kakaknya. Ia berpikir
tidak ada salahnya meminjam sebentar pangot milik
kakaknya itu. Ia mengambil pangot tersebut di ruang
pusaka, lantas menggunakannya untuk memotong
pinang-pinang yang baru dipanennya.
Ajaib! Pinang-pinang tersebut terpotong dengan
sendirinya bahkan sebelum pangot tersebut
menyentuh kulitnya. Roro Kijang terkesima dengan
pemandangan di depannya. Ia lupa pesan dari
kakaknya. Pangot sakti disandarkan ke pangkuan
Roro Kijang. Dan tak lama, pangot itu menghilang
bersamaan dengan membesarnya perut Roro Kijang.
Roro Kijang berteriak kesakitan, ia menangis sejadi-
jadinya. Mendengar tangisan adiknya, Ajar Mangir dan
para abdi seketika menghampiri Roro Kijang.
Roro Kijang menceritakan apa yang sedang terjadi
kepada kakaknya. Ajar Mangir terkejut bukan main.
Muka Ajar Mangir memerah lantaran kecerobohan
adiknya, namun sifat bijaksana yang dimilikinya
membuatnya mampu meredam amarahnya. Roro
Kijang masih tertunduk menangis ketika kakaknya
mulai berbicara padanya dengan nada bijak. Ajar
Mangir merangkul adiknya sembari mengatakan
bahwa apa yang telah terjadi sudah menjadi suratan
takdir. Ajar Mangir meminta adiknya untuk sabar
dan mau menerima kenyataan jika kini dalam
perutnya terdapat janin bayi. Ajar Mangir juga berkata
kepada adiknya untuk membesarkan, merawat, dan
melahirkan bayi itu. Jika ada pertanyaan tentang siapa
ayah bayi tersebut, Roro Kijang diminta menjawab
bahwa Ajar Mangir lah ayahnya.
oleh Yayak Priasmara
hal. 77
Roro Kijang mendengarkan dengan seksama semua
perkataan Ajar Mangir. Hati Roro Kijang yang hancur
berangsur tenang. Ajar Mangir kembali berkata bahwa
sesungguhnya yang terjadi ini juga merupakan wujud
dosa yang harus dibayar dengan bersemedi. Ajar
Mangir harus kembali meninggalkan Roro Kijang
untuk bersemedi di lereng Gunung Merapi. Roro
Kijang hanya bisa mengiyakan semua perkataan
kakaknya tersebut. Di penghujung kepergiannya,
Ajar Mangir menitipkan sebuah kalung klinthing
kencana kolore sutra diwangga untuk di kalungkan
ke anaknya kelak. Ajar Mangir juga berpesan, jika
anaknya sudah berusia dua belas tahun, Roro Kijang
harus menyuruh anaknya menemui Ajar Mangir di
lereng Gunung Merapi dengan berkalungkan klinthing
kencana kolore sutra diwangga sebagai tanda pengenal
bahwa benar ia anaknya. Jika anaknya menemuinya
tanpa mengenakan kalung tersebut, ia tidak akan
menganggapnya sebagai anaknya. Ajar Mangir pergi
meninggalkan Roro Kijang dengan penuh rasa haru.
Di Rawa Bening, Roro Kijang ditemani beberapa
embannya menunggu hari kelahiran bayi ajaib yang
dikandungnya. Makin hari tubuh Roro Kijang makin
lemas. Para emban merawat Roro Kijang dengan baik,
sesekali memberikan semangat agar Roro Kijang
mampu bertahan hingga hari kelahiran bayinya tiba.
Hal tersebut menjadi sumber semangat untuk Roro
Kijang yang memang sesungguhnya masih belum
bisa menerima kenyataan bahwa dirinya harus
mengandung di usia belia dan tanpa didahului dengan
pernikahan. Hari-hari ia lalui dengan menitikkan air
mata penyesalan atas kecerobohannya menggunakan
pusaka kakaknya. Tak hanya kehamilannya yang ia
sesali, ia juga memikirkan nasib kakaknya yang harus
bersusah payah bersemedi karena ulahnya.
Hari kelahiran pun tiba. Jerit kesakitan Roro Kijang
terdengar hingga seluruh penjuru Rawa Bening. Para
emban yang membantu persalinan tegang bukan
main lantaran si jabang bayi tak kunjung keluar.
Hingga akhirnya tubuh Roro Kijang mengejang, lantas
ia pingsan bersamaan dengan keluarnya si jabang
bayi. Ketika si bayi yang dinanti keluar dari rahim
ibunya, giliran para emban yang menjerit ketakutan.
Pasalnya bukan bayi manusia yang ada dihadapannya,
melainkan bayi naga berjenis kelamin jantan.
Saat siuman, naluri keibuan Roro Kijang muncul, ia
lupa akan masalah tentang kehamilannya dan kini
~ y p ~
Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 78
ia hanya ingin melihat wajah putranya. Para emban
bingung bagaimana harus memberi tahu Roro Kijang
kenyataan yang memilukan tersebut. Namun pada
akhirnya para emban tetap menunjukkan bayi naga
jantan itu kepada Roro Kijang. Roro Kijang terkejut
bukan main, ia memerintahkan para emban untuk
menjauhkan bayi naga itu dari hadapannya.
Setelah tenang, Roro Kijang dan para emban
berdiskusi mau diapakan bayi naga jantan itu.
Sebagian emban mengusulkan untuk membunuh bayi
naga itu, namun Roro Kijang menolaknya. Ia tidak
ingin tindakan tersebut justru menambah beban dosa
keluarganya karena bagaimanapun bayi naga jantan
itu adalah putranya. Roro Kijang memerintahkan
embannya untuk mengambil sebuah daringan tempat
menampung beras yang paling besar yang mereka
miliki. Roro Kijang memutuskan untuk menaruh bayi
naga jantan itu di dalam daringan, karena merawat
seeokor naga adalah hal yang sangat berbahaya.
Sebelum naga dimasukkan ke dalam daringan, terlebih
dahulu Roro Kijang mengukir namanya dan nama
kakaknya di tubuh bayi naga jantan tersebut. Roro
Kijang lantas mengatakan kepada para embannya
bahwa ia menyerahkan hidup atau matinya bayi naga
tersebut di dalam daringan kepada Sang Pencipta.
Semua emban menyetujui langkah yang diambil Roro
Kijang. Daringan ditutup rapat, kemudian Roro Kijang
beserta semua embannya segera berkemas dan pergi
dari Rawa Bening menuju sebuah daerah bernama
Glagah Ombo, meninggalkan bayi naga jantan dalam
daringan.
Tahun demi tahun berlalu, hingga tak terasa sudah dua
belas tahun berlalu bayi naga ditinggalkan Roro Kijang
di dalam daringan. Ketika Sang Kuasa berkehendak,
maka sesuatu yang mustahilpun dapat terjadi.
Demikian juga dengan nasib bayi naga di dalam
daringan. Ia belum mati, bahkan hidup dan semakin
membesar tiap harinya. Tepat dua belas tahun usia
naga itu, daringan tak mampu lagi menahan berat
sang naga di dalamnya. Daringan pecah berkeping-
keping. Muncullah sosok naga jantan yang sehat dan
perkasa. Di luar daringan, naga itu semakin membesar
hingga sebesar pohon pucang.
~ y p ~
Part 2 Naga Mencari Jati Diri
oleh Yayak Priasmara
hal. 79
~ y p ~
Naga terbang kesana-kemari, menelusuri semua
penjuru rumah yang telah kumuh dan tak terawat. Tak
didapatinya seseorang pun disana. Ia menuju ke luar
rumah, mencari ibu dan ayahnya, namun ia tetap tak
mendapati siapapun disana. Naga itu bisa berbicara
layaknya manusia. Dari situlah ia meyakini bahwa ia
bukan naga biasa. Ia meyakini bahwa ia pasti putra
dari manusia. Ia bertekad untuk mencari dimana
kedua orang tuanya berada.
Agaknya pencarian sang naga tidak semudah yang ia
bayangkan. Semua orang yang berhasil ia temui di
perjalanannya justru kabur ketakutan melihatnya.
Sampai ia tersesat di tengah hutan belantara. Ia turun
ke tanah, mengistirahatkan badannya yang kelelahan.
Suara badannya yang jatuh ke tanah menyebabkan
gempa hebat yang tanpa ia sadari telah membuyarkan
semedi seorang pertapa di dekatnya. Pertapa bangkit
dari semedinya lantas menghampiri sang naga.
Pertapa menyuruh naga itu pergi, namun sang naga
tak mengindahkan permintaan sang pertapa. Sang
naga berkata bahwa ia baru akan pergi ketika pertapa
itu bisa memberi tahukan dimana orang tuanya
berada. Sang naga juga mengatakan jika orang tuanya
pastilah manusia, bukan ular naga. Pertapa tertawa
mendengar pernyataan sang naga. Naga itu marah
lalu menyerang pertapa. Pertempuran sengit pun
terjadi hingga pertapa melihat guratan tulisan di
tubuh naga itu. Pertapa membaca tulisan tersebut
dan baru ia sadar bahwa benar naga itu adalah putra
manusia. Bukan hanya itu, naga itu adalah putra
adik kandungnya sendiri yakni Ajar Mangir dan Roro
Kijang. Ya, pertapa itu ternyata adalah Ajar Segu, sang
kakak tertua.
Ajar Segu lantas meminta sang naga untuk
menghentikan pertempuran. Ajar Segu bingung,
bagaimana bisa Ajar Mangir memiliki putra dari
adiknya sendiri. Lalu ia berdiam diri sejenak meminta
petunjuk kepada Sang Kuasa. Barulah ia tahu apa
yang sebenarnya terjadi. Ia menjelaskan apa yang
sebenarnya telah terjadi pada sang naga. Sang naga
sontak menghaturkan hormatnya kepada pertapa yang
ternyata adalah pamannya sendiri. Ajar Segu lantas
menunjukkan dimana Roro Kijang berada. Sebelum
naga pergi menemui ibunya, Ajar Segu memberikan
nama ke naga tersebut yakni Joko Baru.
Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 80
Sang naga jantan yang kini memiliki nama yakni
Joko Baru, melesat ke Glagah Ombo untuk menemui
ibunya. Betapa terkejutnya Roro Kijang melihat
ada naga jantan sebesar pohon mendatanginya.
Ketakutan Roro Kijang berganti iba dan haru ketika
sang naga menjelaskan bahwa ia adalah bayi naga
yang dilahirkannya dua belas tahun yang lalu. Roro
Kijang melihat guratan nama yang ia ukir di tubuh
sang naga, dan ternyata benar guratan itu masih
ada. Roro Kijang memeluk naga itu dan meminta
maaf atas kesalahannya telah meninggalkan naga itu
dalam daringan. Sang naga menghaturkan hormat
kepada ibunya dan berkata bahwa ia tidak menyimpan
dendam sedikitpun pada ibunya.
Naga itu menceritakan kisah pertemuannya dengan
paman Ajar Segu dan tentang nama Joko Baru yang
disandangnya. Ibunya yang mendengarkan ceritanya
lantas teringat dengan pesan Ajar Mangir. Ia ambil
kalung klinthing kencana koloring sutra diwangga
yang ditinggalkan Ajar Mangir. Lalu ia kalungkan ke
leher putranya. Roro Kijang lantas memberitahukan
keberadaan Ajar Mangir berada. Roro Kijang
menyuruh putranya menemui Ajar Mangir dengan
mengenakan kalung tersebut. Sebelum putranya
pergi, Roro Kijang juga memberi tambahan nama
untuk putranya yang diambil dari suara klinthing yang
terdengar nyaring dari kalung sang naga. Kini naga
jantan itu bernama Joko Baru Klinthing.
Joko Baru Klinthing melesat secepat angin menuju
ke Pertapaan Mangir di lereng Gunung Merapi
untuk menjumpai sang ayah, Ajar Mangir. Ia tak
menyadari jika klinthing di lehernya terlepas, yang
tersisa hanyalah kalung koloring sutra diwangga.
Tanpa beristirahat Joko Baru Klinthing terus melesat
hingga sampailah ia di lereng Gunung Merapi. Lagi-
lagi kedatangannya membuat gempar. Para murid
Pertapaan Mangir berlarian ketakutan. Hanya satu
orang yang tak gentar dengan kehadiran sosok naga
itu, dialah Ajar Mangir.
Ajar Mangir menyambut sang naga, meminta naga
itu meninggalkan pertapaan. Bukannya pergi naga
itu langsung bersujud memberi hormat kepada Ajar
Mangir. Naga itu yakin bahwa yang sedang berdiri
dihadapannya adalah ayahnya. Naga menyebutkan
namanya, menjelaskan perihal kedatangannya, dan
menunjukkan kalung tak berklinthing yang ia kenakan.
Mendengar cerita naga dan melihat kalung koloring
sutra diwangga yang dikenakan sang naga, Ajar Mangir
~ y p ~
oleh Yayak Priasmara
hal. 81
~ y p ~
hampir percaya. Namun masih ada keraguan dalam
hati Ajar Mangir, ia berpikir mungkin saja naga itu
telah membunuh adiknya dan mencuri kalung itu tapi
gagal mencuri klinthingnya.
Joko Baru Klinthing terus berusaha menjelaskan
kepada Ajar Mangir. Namun Ajar Mangir tetap belum
percaya begitu saja. Untuk menguji kejujuran sang
naga, Ajar Mangir memberikan sayembara kepada
naga itu. Jika naga itu berhasil melingkari gunung
merapi hingga tubuhnya menyatu membentuk seperti
gelang, Ajar Mangir baru akan mengakuinya sebagai
anaknya. Joko Baru Klinthing menyanggupi syarat dari
Ajar Mangir.
Tubuh Joko Baru Klinting meliuk-liuk di angkasa.
Seketika ia langsung mencoba melingkari kaki Gunung
Merapi. Namun Gunung Merapi terlalu besar untuk
ia lingkari. Joko Baru Klinthing mengerahkan semua
tenaganya, tubuhnya ia mulurkan hingga hanya
sebesar cacing. Joko Baru Klinthing kesakitan bukan
main, tubuhnya robek penuh luka, namun ia tidak
menyerah. Kepala dan ekornya hampir bertemu,
hanya kurang satu depa lengan manusia. Ia lantas
menjulurkan lidahnya untuk menyempurnakannya.
Berhasil, kini tubuhnya benar-benar melingkari
Gunung Merapi membentuk seperti gelang.
Ajar Mangir tersenyum melihat sang naga berhasil
menjawab sayembaranya. Ajar Mangir menghampiri
naga itu lantas memotong lidah sang naga. Baru
Klinthing kesakitan dan menyangka bahwa Ajar
Mangir ingkar. Namun Ajar Mangir langsung
menjelaskan alasannya memotong lidah sang naga
adalah untuk kebaikan naga itu sendiri di kemudian
hari. Ajar Mangir menyembuhkan luka sang naga dan
kini ia mengakui sang naga sebagai putranya. Ajar
Mangir lantas meminta sang naga untuk menelan
potongan lidahnya sendiri. Baru Klinthing menuruti
permintaan Ajar Mangir. Begitu lidah ditelan, sang
naga langsung muntah. Yang dimuntahkan adalah
sebuah pusaka sakti yang nantinya menjadi pusaka
andalah Pertapan Mangir, yakni Tumbak Baru Dampit
Kyai Upas.
Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 82
Part 3 Naga Berubah Wujud Manusia
Ajar Mangir berkata kepada Joko Baru Klinthing bahwa
wujud putranya itu bisa berubah menjadi manusia jika
mau bersemedi. Ajar Mangir menunjukkan sebuah
tempat yang tepat untuk bersemedi putranya yaitu di
tengah hutan belantara. Putranya harus topo mbatang
yakni bertapa seperti ular mati, tidak bergerak
sedikitpun apapun yang terjadi sampai ia mendapat
jawaban atas semedinya itu. Joko Baru Klinthing
menuruti perintah ayahnya tersebut.
Ia segera pergi meninggalkan Pertapan Mangir
menuju ke hutan yang dimaksud. Di dalam hutan,
ia jalankan amanat ayahnya yakni melakukan topo
mbatang. Tubuhnya dibaringkan di tanah, kepala dan
ekornya ia benamkan ke dalam tanah. Jika dilihat
tidak nampak seperti ular melainkan seperti sebatang
pohon berlumut. Waktu demi waktu ia lalui dengan
bersemedi tanpa bergerak sedikitpun.
Tak jauh dari hutan tempat Joko Baru Klinthing
bersemedi terdapat sebuah desa yang bernama
Desa Ngembel. Desa yang awalnya subur makmur
itu mendadak terserang wabah penyakit. Tak hanya
penyakit, sawah dan ladang desa pun mengering.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi
wabah dan kekeringan tersebut namun tak ada
hasilnya. Hingga pada suatu hari Mbah Demang Desa
Ngembel memutuskan untuk melakukan ritual bersih
desa.
Di kediaman Mbah Demang Ngembel musyawarah
membahas rencana bersih desa digelar. Mbah Demang
membagikan tugas kepada para perangkat desa. Mulai
dari menyiapkan kebutuhan ritual, tontonan rakyat,
hingga urusan dapur dipikirkan masak-masak. Salah
satu yang diberi tugas adalah Kamituwo desa. Pak
Kamituwo ditugaskan untuk memimpin rombongan
warga untuk mencari hewan buruan di hutan untuk
sajian di acara bersih desa. Pak Kamituwo mengajak
delapan warganya untuk pergi berburu ke tengah
hutan.
Pagi-pagi buta Pak Kamituwo bersama rombongan
menuju hutan. Hampir siang rombongan sudah
sampai di tengah hutan. Mereka heran, hewan hutan
yang biasanya banyak berkeliaran hari itu tidak
mereka jumpai satupun. Tugas berburu yang awalnya
mereka remehkan kini tak lagi menjadi tugas mudah.
~ y p ~
oleh Yayak Priasmara
hal. 83
~ y p ~
Mereka takut jika pulang tidak membawa hewan
buruan, Mbah Demang akan marah. Mereka terus
berjalan menyusuri hutan sampai hampir kehabisan
tenaga namun tetap tak menjumpai satupun buruan.
Ketika matahari tepat diatas kepala mereka, Pak
Kamituwo mengajak para warga untuk beristirahat
sejenak melepas penat.
Mereka beristirahat di sebuah batang pohon besar
yang tumbang. Tapi sesungguhnya itu bukan batang
pohon melainkan tubuh Joko Baru Klinthing yang
sedang topo mbathang. Warga mulai membuka bekal
mereka, mulai dari makanan, minuman, hingga
tembakau dan klobot jagung sebagai kertas rokoknya.
Hal mengejutkan terjadi ketika salah seorang warga
mengiris klobot jagung untuk keperluan merokok
dengan batang pohon tumbang tersebut sebagai
landasannya.
Darah mengucur dari batang pohon tersebut. Semua
warga heran bukan main, namun Pak Kamituwo
langsung mengerti apa yang sedang terjadi jika batang
itu adalah ular besar yang sedang topo mbatang.
Pak Kamituwo justru merasa beruntung atas hal
itu, ia segera berrembug dengan para warga untuk
membawa daging ular tersebut sebagai hasil buruan
mereka. Para warga setuju dan langsung berbondong-
bondong menyayat daging ular itu hingga hanya
tersisa kulit, tulang, kepala, dan ekornya. Dengan suka
cita para warga pulang menuju Desa Ngembel.
Sepeninggal para warga, sisa tubuh Joko Baru
Klinthing tiba-tiba melesat ke angkasa lalu jatuh
kembali ke bumi dengan diiringi dentuman hebat.
Asap tebal mengepul, dari tengah asap tersebut
muncul sosok manusia yang pendek dan buruk rupa
malihan jasad Joko Baru Klinthing. Joko Baru Klinthing
mengamati seluruh bagian tubuhnya, ia bersyukur
telah berubah menjadi manusia. Namun di sisi lain ia
malu dengan keadaannya yang buruk rupa. Ia merasa
tidak pantas menyandang nama Joko Baru Klinthing
lagi. Ia ubah namanya menjadi Joko Bajang.
Joko Bajang lantas berjalan keluar dari hutan. Di
perjalanannya ia berjumpa dengan seorang pencari
rumput. Pencari rumput tersebut memberi informasi
jika di Desa Ngembel sedang ada pertunjukan tayub.
Joko Bajang lantas mengajak pencari rumput itu untuk
pergi ke Desa Ngembel menonton tayub dan mencari
makanan. Pencari rumput itu akhirnya mau mengikuti
permintaan Joko Bajang. Mereka berjalan beriringan
menuju ke Desa Ngembel.
Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 84
Di Desa Ngembel suara gamelan terdengar di
pelataran rumah Mbah Demang. Beberapa saat
Joko Bajang dan pencari rumput ikut menikmati
pertunjukan tayub dari jauh. Tak lama, perut mereka
berdua kelaparan. Hendak membeli sesuatu untuk
dimakan, mereka tak punya uang. Lantas Joko
Bajang pamit untuk menuju dapur Mbah Demang
memintakan makanan untuk dirinya dan si pencari
rumput. Pencari rumput mengangguk senang.
Joko Bajang masuk ke dapur Mbah Demang.
Ditemuinya seorang perempuan setengah baya sedang
menanak nasi untuk sajian bersih desa. Perempuan
yang bernama Nyai Tuntang itu langsung memberikan
sepincuk nasi hangat untuk Joko Bajang. Nyai Tunyang
memohon maaf kepada Joko Bajang karena ia hanya
bisa memberi nasi saja. Nyai Tuntang menyuruh
Joko Bajang untuk meminta lauk ke perempuan-
perempuan lain di dapur itu yang memang bertugas
memasak lauk dan sayur. Joko Bajang berterima kasih
kepada Nyai Tuntang dan berjalan menuju perempuan
lain di dapur itu. Namun sial, tak ada satupun dari
perempuan di sana yang mau memberikannya
lauk. Perempuan-perempuan juru masak itu justru
mengusir dan bahkan menghina wajah buruk Joko
Bajang.
Joko Bajang kembali menuju Nyai Tuntang,
mengembalikan sepincuk nasi yang diberikannya
lantas meminta sebatang lidi kepada Nyai Tuntang.
Joko Bajang berkata bahwa hanyalah Nyai Tuntang
lah orang baik di dapur itu. Untuk itu Joko Bajang
berpesan kepada Nyai Tuntang jika nanti mendengar
suara gemuruh dari luar, Nyai Tuntang agar segera
menaiki lesung yang ada di dekatnya. Nyai Tuntang
mengiyakan pesan dari Joko Bajang. Joko Bajang lantas
kembali menuju depan panggung tayub.
Di luar, Joko Bajang tidak menikmati sajian tayub,
justru membuat sayembara dari lidi yang diberikan
Nyai Tuntang. Sayembara itu berbunyi, barang siapa
yang mampu mencabut lidi yang dia tancapkan di
tanah, akan dia beri imbalan kalung koloring sutra
diwangga yang memiliki kesaktian yen panas ora
kepanasan, yen udan ora kudanan. Satu, dua, tiga,
hingga makin banyak warga yang mencoba sayembara
Joko Bajang itu, dan kesemuanya gagal. Para warga
Desa Ngembel tak lagi mempedulikan tontonan tayub,
semuanya berkerumun di titik sayembara Joko Bajang.
Satu demi satu warga gagal dan terjatuh saat berusaha
mencabut lidi tersebut, disambut gemuruh gelak tawa
warga lainnya.
Mengetahui warganya meninggalkan area bersih
desa, Mbah Demang Ngembel geram. Mbah Demang
lantas menuju ke titik dimana sayembara Joko Bajang
berlangsung. Mbah Demang yang geram memutuskan
untuk ikut sayembara demi segera mengakhiri
oleh Yayak Priasmara
hal. 85
kerumunan tersebut. Mbah Demang mengeluarkan
segala kesaktiannya untuk mencabut lidi itu, namun
beliau juga gagal dan tersungkur di tanah. Mbah
Demang lantas menyuruh Joko Bajang sendiri yang
mencabut lidi itu. Joko Bajang memberi syarat
kepada Mbah Demang. Syarat itu berbunyi, jika lidi
ini tercabut oleh Joko Bajang maka Mbah Demang
wajib memberikan daging Mbah Demang kepada Joko
Bajang. Mbah Demang mengiyakan karena mengira
Joko Bajang meminta daging makanan yang ada di
dapur, padahal sebenarnya makna daging adalah
nyawa manusia yang tamak.
Lidi tercabut oleh Joko Bajang. Dari titik lidi
itu dicabut, muncul air yang sangat deras yang
mengakibatkan banjir besar terjadi. Mbah Demang
dan para warganya hanyut terbawa arus banjir.
Selain Joko Bajang, hanya satu orang yang berhasil
selamat yakni Nyai Tuntang yang baik hati. Nyai
Tuntang terombang-ambing di atas lesung yang ia
naiki. Hingga suatu ketika lesungnya tersangkut di
sebuah gundukan tanah. Joko Bajang menghampirinya
dan menolongnya. Konon, dari proses Joko Bajang
menolong Nyai Tuntang tersebut menjadi cikal
bakal nama beberapa desa di daerah Tulungagung
diantaranya Welahan, Ngunggahan, Gesikan, dan
Campur Janggrang. Setelah menolong Nyai Tuntang,
wujud Joko Bajang yang buruk rupa berubah menjadi
pemuda tampan, gagah, dan perkasa. Ia lalu pergi
menemui Ayah dan Ibunya dan hidup damai di
Pertapan Mangir.
~ e n d ~
Mbok Gimah dan SSGG - Prosesi Peresmian SSGG Tahun 2O17
Mbok Gimah dan SSGG - Mbok Gimah Membuka Beasiswa Kentrung 1 event belajar kentrung gratis
selama sebulan di ssgg tahun 2O18
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 86
Mbok Gimah dan SSGG - Mbok Gimah mendampingi SSGG kentrungan di Kediri 2O16
Mbok Gimah dan SSGG_Kolaborasi Kentrung Sedyo Rukun dan Kentrung SSGG di UM Malang dalam
acara Malam Aksi Kentrung 2O16
oleh Yayak Priasmara
hal. 87
Kentrung Mbok Gimah Lakon Baru Klinthing
(bagian 1)
Kentrung Mbok Gimah Lakon Baru Klinthing
(bagian 2)
s.id/kmgb1
s.id/kmgb2
atau klik pada gambar(untuk versi digital)
atau klik pada gambar(untuk versi digital)
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah
hal. 88
Yayak Priasmara lahir di Surabaya, 21 Mei 1987. Sejak
kecil menetap di Campurdarat, Tulungagung. Alumnus
Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang ini
justru nylenthan, sehingga dikenal sebagai pegiat
seni tutur; kentrung dan teater di Tulungagung.
Kecintaannya pada kentrung dan teater, pengalaman
di organisasi teater SMA dan kampus, serta spirit dari
almarhumah Mbok Gimah, membuatnya yakin untuk
mendirikan Sanggar Seni Gedhang Godhog (SSGG)
Tulungagung pada tahun 2011. Hingga kini, bersama
SSGG Tulungagung ia terus belajar dan berkarya
mengenalkan kentrung kepada generasi muda melalui
pementasan dan pelatihan gratis. Terakhir, ia berhasil
menyabet gelar aktor terbaik kategori seni tutur dalam
ajang Jejak Virtual Aktor Kemendikbud 2020. Jika ingin
berkorespondensi lebih dekat, Yayak bisa dihubungi
melalui surat elektronik yephepriasmara@gmail.com
atau 085233125072