Post on 31-Mar-2023
Telaah Kitab Hadis“Musnad al-Imam al-Syafi’i”
Disusun untuk memenuhi tugas Dirasat al-Kutubal-Haditsiyah
Pengampu: Ustadz Andi Rahman, Lc
Disusun olehMalikatul Ma’munah
Darus Sunnah Internationalinstitute for Hadith
Sciences
Indonesia-Malaysia2015
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Imam al-Syafi’i adalah ulama’ yang masyhur dalam
bidang fiqh dan ushul fiqh dengan karya monumentalnya al-
Umm dan al-Risalah. Namun, setelah membaca biografinya
dalam kitab al-Risalah, al-Imam al-Syafi’i juga termasuk
diantara ulama yang alim dalam bidang hadis. Keahlian
dalam bidang hadis ini dibuktikan ketika Imam Ahmad bin
Hanbal duduk di majlisnya Imam Syafi’i, padahal guru-guru
Imam Syafi’i masih hidup. Lalu temannya datang dan
mencelanya. Ahmad bin Hanbal berkata, “Diamlah!”. “Jika
kamu sudah tidak menemukan hadis ‘uluw1, maka kamu bisa
mendapati hadis nuzul2. Tetapi jika kamu kehilangan
kepandaian pemuda ini –Imam Syafi’i-, saya khawatir kamu
tidak akan mendapatkan penggantinya. Tidaklah aku melihat
1 ‘Uluw (sanad yang paling mulia) adalah sanad yang paling dekatdengan Rasulullah dengan sistem sanad yang shahih dan bersih (Lihat : Imam Al-Nawawi Dasar-dasar Ilmu Hadis, 113).
2 Nuzul adalah sanad yang dekat dengan salah seorang imam dalam bidang Hadis, meskipun jumlah orang setelahnya semakin panjang dan jauh dari Rasulullah (Lihat : Imam Al-Nawawi Dasar-dasar Ilmu Hadis, 113).
[1]
seorangpun yang paling faqih dalam memahami al-qur’an dari
pada pemuda ini (Imam Syafi’i)3.
Pada kesempatan ini, pemakalah akan menguraikan
mengenai salah satu buah karya Mujtahid Muthlaq al-Imam
al-Syafi’i Rahimahullah, terkait biografi sang imam
madzhab, rihlah ilmiyah, guru, murid, dan karya-karya beliau,
penyusunan musnad al-syafi’i, periwayatan hadis-hadis
didalamnya, perhatian para ulama’ terhadap kitab musnad,
kekurangan dan kelebihannya.
Berbekal tawakkal dan ilmu yang teramat dangkal,
penulis berusaha merangkai kata demi kata, berjalan
setapak demi setapak untuk menyusun makalah ini, namun
tentulah masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
sangat mengapresiasi jika ada komentar dan masukan untuk
tulisan ini. Penulis memiliki harapan yang sangat besar
semoga secercah tulisah ini memberikan manfaat bagi
pembaca, sebagaimana kata hikmah berikut :
ون� رض� م�دف� حت� الأ� ط ت�� ه و ص�اح�ت� ال�خ� عد م�وت� ص�اح�ب� ا ب�� م�ان�� ى ر� ق� ب� ط ي�' #ال�خ�
“Sebuah karya akan dapat dinikmati sepanjang zaman,
meskipun sang pencipta karya itu telah lapuk oleh tanah”.
3 Muhammad bin Idris al-Syafi’i (w. 204 H.), Al-Risalah, 1309 H, hal. 6
[2]
Pada akhirnya, penulis sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mengarahkan, mendukung, dan
membimbing selama penulisan makalah ini.
Penulis
[3]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi dan Sejarah Singkat al-Imam al-Syafi’i
Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Abu Abdullah
Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Usman bin Syafi’
bin al-Sabi’ bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin
al-Muthalib bin Abdu manaf bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin al-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazzar bin Ma’ad bin
‘Adnan (Ibnu ‘Amm Rasulillah saw.) al-Qurasyi al-
Muthallibi al-Syafi’i al-Hijazi al-Makki. Ibunya
bernama Fathimah binti Abdullah bin al-Hasan bin al-
Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib al-Azdiyah. Beliau masih
keturunan Rasulullah bertemu pada Abdu Manaf.4 Imam
Syafi’i lahir pada tahun 150 H di Ghaza, menurut Ibnu
Abi Hatim beliau dilahirkan di Asqalan5. Beliau dibawa
ke Makkah ketika berusia 2 tahun. Imam Syafi’i wafat
pada malam jum’at setelah maghrib. Jasadnya kemudian
4 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), Hal. 1
5 Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib Juz 7, (Beirut: Dar al-Fikr, 1415 H/1995 M) Hal. 24
‘Asqalan adalah Sebuah kota di Syam, paling selatan jazirah Arab, sebelah barat dari Baitul Maqdis (Syauqi Abu Khalil, Athlas al-Hadis al-Nabawi, (Beirut: Dar al-Fikr, 2006), Hal. 122
[4]
disemayamkan setelah ashar pada hari Jum’at, yaitu
hari terakhir bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54
tahun6. Maqamnya beliau terkenal di Dunia Islam, yaitu
di Syari’ Syafi’i di Kota Kairo, Mesir.7
Imam Syafi’i tumbuh besar sebagai anak yatim
dalam asuhan ibunya dengan kondisi ekonomi yang sulit
dan memprihatinkan. Sejak kecil, ia duduk bersama
ulama dan mencatat ilmu yang bermanfaat di atas tulang
dan media lainnya lantaran ketidaktersediaan kertas
saat itu. Diriwayatkan dari Mush’ab bin abdullah bin
al-Zubair, dia berkata: Di awal masa menuntut ilmu,
Imam Syafi’i mempelajari sya’ir, sejarah bangsa Arab,
dan sastra kemudian fiqih. Alasan yang
melatarbelakangi Imam Syafi’i terdorong mempelajari
fiqih, karena pada suatu hari dalam perjalanannya
ditemani juru tulis ayahnya, ia melantunkan sebuah
bait sya’ir. Ketika sya’ir itu didengar oleh sang juru
tulis, ia lalu mencambuki Imam Syafi’i lalu berujar,
“Orang seperti kamu berlaku seperti ini! Kenapa kamu
tidak mempelajari fiqih?” perkataan itu sampai-sampai
membuat Imam Syafi’i tergugah hingga akhirnya ia
memutuskan untuk belajar dari Muslim bin Khalid al-
Zanji, mufti Makkah. Setelah itu ia mendatangi kami di
Madinah lalu belajar dari Imam Malik.8
6 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal Juz 16, Hal. 52
7 Menurut pendapat al-Rabi’ (Siradjuddin ‘Abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1975), Hal. 69
8 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 9
[5]
Setelah Imam Syafi’i belajar fiqih dari Muslim
bin Khalid al-Zanji dan Imam Makkah lainnya, ia
berangkat ke Madinah saat berusia 13 tahun untuk
belajar dari Abu Abdullah Malik bin Anas dan
perjalanannya itu menjadi terkenal lantaran sebuah
tulisan monumental yang ditulisnya pada saat itu.
Setelah itu Imam Malik memperlakukannya dengan hormat
lantaran garis keturunan, ilmu, pemahaman, nalar, dan
sastra Imam Syafi’i yang dikuasainya. Ia kemudian
membaca kitab Al-Muwaththa’ dihadapan Imam Malik dengan
cara menghafal hingga membuat Imam Malik kagum, bahkan
memintanya untuk membaca lagi Al-Muwaththa’ lantaran
kekagumannya dengan bacaan Imam Syafi’i.9
Setelah dari Madinah, ia berangkat ke Yaman
hingga dikenal masyarakat. Kemudian ia pindah ke Irak
untuk mendalami ilmu , bertukar pikiran dengan
Muhammad bin al-Hasan dan yang lain, menyebarkan ilmu
hadis, menegakkan madzhab penduduk Irak . ia lalu
menyusun karya fiqihnya yang pertama yang diberi judul
Al-Hujjah di Irak yang diriwayatkan oleh keempat
sahabatnya, yaitu : Ahmad bin Hanbal (w. 241 H), Abu
Tsaur, al-Za’farani, dan al-Karabisi10.
Imam Syafi’i suka mewarnai janggutnya dengan
Hina’ dan terkadang ia mewarnainya dengan warna kuning
sebagai bentuk keteladanannya terhadap sunnah Nabi
9 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 910 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 11
[6]
saw. ia memiliki postur tubuh yang tinggi, pipinya
halus dengan sedikit daging yang melapisi wajahnya,
cambangnya tipis, lehernya panjang, ruas tulangnya
panjang, berkulit sawo matang, rambutnya terkadang
diwarnai dengan warna merah atau kuning, suaranya
merdu, riwayat hidupnya baik, otaknya cerdas, wajahnya
rupawan, berwibawa, fasih, dan ia sering kali sakit11.
Al-Rabi’ berkata, “Syafi’i adalah sosok rupawan,
berpostur indah dan disenangi oleh semua orang yang
ada di Mesir, baik dari kalangan ahli fiqih,
cendekiawan, dan penguasa. Semuanya menghormati dan
menyanjung Imam Syafi’i. Selain itu, pakaiannya sangat
sederhana, mengenakan cincin dengan ukiran “Hanya
Allah yang dipercaya oleh Muhammad bin Idris” di
tangan kirinya, majlisnya selalu terpelihara, jika ada
yang berbicara di dalam majlisnya, ia langsung
menegurnya, mahir dalam bidang kedokteran dan
menembak, serta memiliki pengetahuan lewat firasatnya
yang tajam”12
Setelah melalui masa belajar selama 40 tahun
dengan beberapa orang guru di Makkah, Madinah, Yaman,
dan Baghdad, dan sesuai pula dengan izin guru-guru
beliau dalam usia 48 tahun, yaitu pada tahun 198 H
Imam Syafi’i berfatwa sendiri mengeluarkan hukum dari
al-Qur’an dan Hadis, yakni menjadi Mujtahid Muthlaq.13
11 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 4512 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 45-4613 Siradjuddin ‘Abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, Hal. 69
[7]
B. Guru, Murid, dan Karya-karya Imam Syafi’i
Guru-guru al-Imam al-Syafi’i adalah sebagai berikut:
1. Ibrahim bin Sa’ad al-Zuhri
2. Ibrahim bin Abd al-Aziz bin Abd al-Malik bin Abi
Mahdzurah al-Jamhi
3. Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya al-Aslami
4. Isma’il bin Abdillah bin Qasthanthin
5. Isma’il bin Ja’far al-Madini
6. Isma’il Ibn ‘Aliyah al-Bashri
7. Abi Dhamrah Anas bin ‘Iyadh al-Laitsi
8. Ayyub bin Suwaid al-Ramli
9. Hatim bin Isma’il al-Madani
10. Abi Usamah Hammad bin Usamah
11. Dawud bin Abd al-Rahman al-‘Aththar
12. Sa’id bin Salim al-Qaddah
13. Sufyan bin ‘Uyainah
14. Abdullah bin al-Haris al-Makhzumi
15. Abdullah bin al-Muammil al-Makhzumi
16. Abdullah bin Nafi’ al-Shaigh
17. Abdurrahman bin Abi Bakr al-Mulaiki
18. Abdul Aziz bin Abdillah bin Abi Salamah al-
Majisyun
19. Abdul Aziz bin Muhammad al-Darawardi
20. Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abi Rawwad
21. Abdul Wahab bin Abdul Aziz al-Tsaqafi
22. ‘Aththaf bin Khalid al-Makhzumi
[8]
23. Amr bin Abi Salamah al-Tannisi
24. Malik bin Anas
25. Muhammad bin Ismail bin Abi Fudaik
26. Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani
27. Muhammad bin Khalid al-Janadi
28. Muhammad bin Usman bin Shafwan al-Jumahi
29. Muhammad bin ‘Ali bin Syafi’
30. Muslim bin Khalid al-Zanji
31. Mutharrif bin Mazin (Qadli Shan’a’) Guru di
Yaman
32. Hisyam bin Yusuf al-Shan’ani
33. Yahya bin Hassan al-Tannisi
34. Yahya bin Salim al-Thaifi
35. Yusuf bin Khalid al-Samti14
Murid-murid al-Imam al-Syafi’i adalah:
ى .1 ال�د ال�كلب� ن� خ�� م ب�� ب�8راه�ي4 ور ا: و ث�> ث�� ا�امى .2 ر ال�حز� Bد ن� ال�من� م ب�� ب�8راه�ي4 ا:ل .3 ن� ن� خ�ن� ح�مد ب�� ا�
14 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi (w. 742 H), Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal Juz 16, (Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1994 M), Hal. 40
[9]
لأل .4 ال�د ال�خ� ن� خ�� ح�مد ب�� ا�ى .5 ج� ال�رار� 4Tى سرت �Tب ن� ا� ح�مد ب�� ا�طان� ال�واس�طى .6 ان� ال�ق� ن� س�ن� ح�مد ب�� ا�ن� وه�ت� ( .7 د ال�له ب�� ى ع�ن� خ� ن� ا� ن� وه�ت� ال�مصرى ) اب�� د ال�رح�من� ب�� ن� ع�ن� ح�مد ب�� ا�ن� ال�سرح .8 ن� ع�مرو ب�� ح�مد ب�� و ال�طاه�ز ا� ث�� ا�كلم .9 عى ال�مت� اف�� د ال�رح�من� ال�ش> و ع�ن� ث�� دادى ا� ع� ب48ر� ال�ب� د ال�عز� ن� ع�ن� ى ب�� حب4 ن� ت�4 ح�مد ب�� ا�
مان� ال�مصرى .10 ن� س�لي4 ب48ر ب�� ن� ال�ور� ى ب�� حب4 ن� ت�4 ح�مد ب�� ا�ب�Tى .11 ى ال�مر� حب4 ن� ت�4 ل ب�� س�ماع�ن4 م ا: ب�8راه�ي4 و ا: ث�� ا�ولأب�Tى .12 ق� ال�خ� ن� س�اث�� صر ب�� ن� ن�� حز ب�� ت��ى .13 ب� ن' خ� ى ال�ت� حب4 ن� ت�4 ح�زم�له� ب��دادى .14 ع� �ى ال�ب� Tع�ف�زاب اح ال�ر� ن� ال�صن� ن� م�حمد ب�� ال�حسن� ب��سى .15 ي' �Tن� ع�لى ال�كراب ن� ب�� ال�حشي4ه ( .16 ب� ه� ك�ت� ن� ) راوي�4 د� مان� ال�مرادى ال�مو� ن� س�لي4 ع ب�� ب4 ي�� ال�رى .17 ي4ر� مان� ال�ج� ن� س�لي4 ع ب�� ب4 ي�� ال�رى .18 ب� د ال�رع�ن4 لن4 ن� ن�� سى ب�� ن� ع�ي4 د ب�� س�عن4مى .19 ن� داود ال�هاس�> مان� ب�� وت� س�لي4 ث�4 و ا� ث�� ا�دى ) د ( .20 ر ال�حمن4 ي4 ي�� ن� ال�ر� د ال�له ب�� كر ع�ن� و ن�� ث�� ا�س�ود ال�عامرى .21 ن� س�واد ب��ن� الأ� ع�مرو ب��
[10]
ن� س�لأم .22 اسم ب�� د ال�ق� ن4 ن� و ع�ُ ث�� ا�ال�ب� ال�عطار .23 ن� ع�� د ب�� ن� س�عن4 ى م�حمد ب�� حب4 و ت�4 ث�� ا�د ال�خكم .24 ن� ع�ن� د ال�له ب�� ن� ع�ن� م�حمد ب��ه ( .25 ب� �Tعى ) اي اف�� دري�4س ال�ش> ن� ا: ن� م�حمد ب�� و ع�ي>مان� م�حمد ب�� ث�� ا�سى .26 ي4 ن� ن� ح�شان� ال�ت� ى ب�� حب4 ن� ت�4 م�حمد ب��ارود ال�مكى( .27 ى ال�خ� �Tب ن� ا� د م�وسى ب�� و ال�ول�ن4 ث�� ا�لى .28 'Tن د الأ� ن� س�عن4 ه�ارون� ب��طى .29 4Tون ى ال�ب� حب4 ن� ت�4 وس�ف� ب�� وت� ث�4 عق� و ب�4 ث�� ا�ع�لى.30 د الأ� ن� ع�ن� س ب�� وي�� 15ث�4
Karya-karya Imam Syafi’i adalah:
Imam Abu Muhammad Qadli Husein (w. 462 H) dalam
muqaddimah kitab Ta’liqahnya mengatakan bahwa Imam
Syafi’i telah mengarang 113 kitab yang terdiri dari
fiqh, tafsir, dan adab. Nama-nama kitab tersebut
diantaranya:
1. Al-Risalah (Usul Fiqh yang pertama di dunia)
2. Al-Hujjah (Fiqh qaul al-qadim)
3. Al-Umm (Fiqh qaul al-jadid
4. Mukhtashar al-Buwaithi (dihimpun oleh murid
beliau Al-Buwaithi
15 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-RijalJuz 16, Hal. 40-41
[11]
5. Mukhtashar al-Rabi’i (dihimpun oleh murid
beliau Al-Rabi’i al-Muradi)
6. Mukhtashar al-Muzanni (dihimpun oleh murid
beliau al-Muzanni)
7. Risalah fi Bayan al-Nasikh al-Mansukh (Usul
Fiqh)
8. Ahkam al-Qur’an (Ayat-ayat Hukum dalam al-
Qur’an)
9. Ikhtilaf al-Hadis
10.Al-Amaali al-Kabir (Fiqh)
11.Al-Fiqh al-Kabir (Fiqh)
12.Kitab al-Sunan
13.Kitab al-Asma’ wa al-Qabail (Sejarah)
14.Jami’ Muzanni al-Kabir (Fiqh)
15.Jami’ Muzanni al-Shaghir (Fiqh)
16.Al-Qassamah (Fiqh)
17.Qital ahli al-Baghyi (Fiqh)
18.Musnad al-Imam al-Syafi’i (Hadis)
19.Ibthal al-Istihsan (Usul Fiqh)
20.Istiqbal al-Qiblatain (Fiqh)
21.Al-Jizyah (Fiqh)
22.Al-Qiyas (Usul Fiqh)16
C. Imam Syafi’i sebagai Nashir al-Sunnah
Imam Syafi’i dijuluki sebagai Nashir al-Sunnah
(Pembela Hadis). Hal ini ditegaskan dalam riwayat
16 Siradjuddin ‘Abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, Hal. 69
[12]
Harmalah bin Yahya yang mendengar langsung pernyataan
Imam Syafi’i yang mengatakan, “Di Makkah saya diberi
gelar Nashir al-Hadis (Pembela Hadis).17
Beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Imam Syafi’i
sebagai pakar hadis dan pembela sunnah, antara lain:
1. Imam al-Razi berkata, “para imam ahli hadis masih
berbeda pendapat mengenai rentetan sanad hadis
yang paling sahih. Menurut Imam al-Shana’ah dan
Imam al-Bukhari, sanad hadis yang paling sahih
adalah riwayat dari Malik – dari Nafi’ – dari
Ibnu ‘Umar. Sementara menurut kesepakatan para
ulama riwayat Malik yang paling sahih adalah
riwayat melalui jalur al-Syafi’i. Hal ini
didasarkan karena semua murid-murid Imam Malik
hanya menguasai ilmu fiqih dan ilmu pemerintahan
(khilafah) saja, berbeda dengan al-Syafi’i. Dengan
demikian, ini merupakan bukti bahwa sanad-sanad
hadis yang paling sahih adalah sanad yang
diriwayatkan dari al-Syafi’i – dari Malik – dari
Nafi’ – dari Ibnu Umar. Bahkan membuktikan bahwa
dalam ilmu hadis, Imam Syafi’i memperoleh tempat
tingkatan tertinggi yang tidak dapat diungguli
oleh orang lain.
17 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-RijalJuz 16, Hal. 51
[13]
2. Imam al-Razi dalam riwayat lain menyebutkan
bahwa al-Syafi’i mendengar langsung hadis-hadis
kitab al-Muwaththa’ dari Imam Malik. Menurut Imam
Ahmad bin Hanbal, al-Syafi’i adalah ornag yang
kredibel di bidang hadis. Imam Ahmad bin Hanbal
pernah ditanya mengenai riwayat dari Malik, al-
Awza’i, dan Abu Fulan (Abu Hanifah). Ia menjawab,
“riwayat hadis Malik adalh sahih, tapi
pendapatnya lemah; riwayat al-Awza’i, hadis dan
pendapatnya lemah; riwayat al-Syafi’i, hadis dan
pendapatnya sahih; riwayat Abu Fulan, hadis dan
pendapatnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.”
Mengenai hal ini, al Baihaqi menjelaskan, “alasan
Imam Ahmad bin Hanbal berkomentar tentang Imam
Malik demikian karena Imam Malik sering
meninggalkan hadis sahih dan lebih mengutamakan
amalan penduduk Madinah. Tentang al-Awza’i,
alasannya karena dalam beberapa masalah ia sering
menggunakan hadis-hadis maqthu’18 dan mursal
sebagai hujjah (dalil)., lalu mengqiyaskannya dalam
masalah-masalah furu’iyah. Adapun tentang Imam
Syafi’i, alasannya karena ia hanya menggunakan
hadis-hadis sahih sebagai hujjah, lalu
mengqiyaskannya dalam masalah furu’iyah.
18 Hadis Maqthu’ adalah hadis yang dimauqufkan pada seorang tabi’in, baik berupa ucapan maupun yang berbentuk tindakan. (Al-Imamal-Nawawi, Dasar-dasar Ilmu Hadis. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), Hal. 17
[14]
3. Imam al-Nawawi berkata, “Bukti Imam Syafi’i
sebagai pakar hadis adalah kegigihannya dalam
membela hadis. Selain mengikuti sunnah, ia pun
mengkodifikasikan hadis agar bisa dijadikan
sebagai dalil madzhabnya, meneliti hadis, dan
mengupas makna-makna hadis secara mendalam.
Karena itu, ketika Imam Syafi’i datang ke Irak,
ia langsung dijuluki sebagai Pembela Hadis,
bahkan dalam istilah para ulama klasik dan ulama
ahli fiqih Khurasan, para pengikut madzhab
Syafi’i lazim disebut sebagai para pengikut
hadis. Diriwayatkan dari Abu Bakar Muhammad bin
Ishaq bin Khuzaimah yang dikenal dengan sebutan
Imamnya para Imam, karena termasuk jajaran ulama
penghafal hadis dan ahli hadis. Ia pernah
ditanya, “Apakah anda mengetahui adanya hadis
sahih yang belum sempat ditulis oleh Imam
Syafi’i?” “tidak,” jawabnya. Berdasarkan riwayat
ini, dapat diketahui ketelitian Imam Syafi’i
dalam menghimpun hadis yang tiada bandingannya.
Namun demikian, Imam Syafi’i berpesan, “jika ada
pendapatnya yang bertentangan dengan hadis sahih,
maka hendaknya mengamalkan hadis sahih dan
meninggalkan pendapatnya.”
4. Syaikh Muhammad al-Hudhari Bek berkomentar,
“salah satu karya Imam Syafi’i yang spektakuler
adalah kitab al-arsum bi Ikhtilaf al-Hadis. Dalam kitab
[15]
ini, Imam Syafi’i menuliskan pembelaan terhadap
sunnah secara umum dan hadis Ahad secara khusus.
5. Imam al-Razi berkata, “karya Imam Syafi’i yang
berjudul Musnad al-Syafi’i merupakan kitab yang sangat
populer di dunia. Hebatnya lagi, tidak ada
seorangpun yang mampu mengkritik kitab tersebut.
Kalaupun ada dari kalangan rasionalis dan itu pun
terhadap hadis tidak berpengaruh apa-apa.
D. Musnad al-Imam al-Syafi’i
Pengertian musnad menurut para ulama ahli hadis:
1. Kebersambungan sanad yang marfu‘ (disandarkan
langsung kepada kepada Nabi Muhammad Saw.) 19
2. Abu Bakr mengatakan: “Musnad menurut ahli hadis
adalah kebersambungan sanad yang continue
(sampai akhir).20
3. Ketika nun berharakat fathah (musnad bukan musnid),
secara bahasa berarti setiap hal yang
disandarkan kepada Rasulullah Saw. dan secara
istilah, terdapat beberapa makna, diantaranya:
a. Isnad berarti suatu sumber, dikumpulkan dalam
kata musnad. Contohnya adalah Musnad al-Syihab dan
Musnad al-Firdaus.
b. Hadis yang sanadnya bersambung kepada
Rasulullaah Saw. dan tidak satu orang pun yang
19 Al-Tahānawy, Qawā‘id fī ‘Ulūm al-Hadīth (Mesir: Dār al-Salām, 2000),h. 38
20 Al-Shahrazūry, Muqaddimah Ibn Ṣalāh (Kairo: Dār al-Hadīth, 2001), H. 69
[16]
terputus dari jalur periwayatannya. Tidak akan
masuk dalam kategori ini kecuali suatu hadis
yang marfu‘.
c. Kitab yang pengarangnya bertujuan mengumpulkan
satu periwayatan dari salah satu sahabat atau
lebih. Contonya adalah Musnad Aḥmad.
d. Hadis yang sanadnya bersambung sampai pada rawi
terakhir, entah marfu‘, mauquf ataupun maqṭhu’‘’21
Musnad al-Imam al-Syafi’i adalah kitab yang berisi
hadis-hadis dengan sanad ‘Ali (riwayat-riwayat Imam
Syafi’i yang diriwayatkan secara musnad). Para ulama
memberi perhatian terhadap kitab ini. Mereka
mendengarnya, meriwayatkannya, dan berupaya
memperdengarkannya kepada para penuntut ilmu.
Musnad al-Imam al-Syafi’i adalah kitab yang sangat
terkenal di kalangan ahli hadis dan fiqh. Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata dalam “Ta’jil al-Manfa’at”, “al-Syafi’i
tidak menyusun musnad ini, akan tetapi ia disusun oleh
sebagian ulama Naisabur22 yang diambil dari kitab al-
Umm dan kitab-kitab lainnya yang merupakan hasil
pendengaran dari Abu al-Abbas al-Asham (w. 347 H) dari
al-Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi (w. 270 H) dari al-
Syafi’i. Dan masih banyak hadis-hadis riwayat al-
21 Muḥammad Maḥmūd Aḥmad Bakkār, Bulūgh al-Ᾱmāl min Muṣṭalaḥ al-Ḥadīth wa al-Rijāl (Kairo: Dār al-Salām, 2012), h. 47
22 Yaitu Abu Amr Muhammad bin Ja’far bin Muthar al-Naisaburi (w.360 H)
[17]
Syafi’i yang tidak dicantumkan dalam musnad ini. Orang
yang menyusun hadis-hadis al-Syafi’i ini tidak
mengurutkannya dengan baik berdasarkan musnad atau
bab-bab.
Syarah-syarah Musnad al-Syafi’i :
1. Imam Abu al-Sa’adat Ibnu al-Atsir al-Jizzi yang
diberi judul “Syafi al-‘Iliyyi Bi Syarh Musnad al-syafi’i”
2. Abu al-Qasim Imam al-rafi’i yaitu Syarh Musnad al-
Syafi’i.
3. Amir Sanjar bin Abdullah al-jawi
4. Al-Hafidz al-Suyuthi yang diberi nama Syafi al-‘Iiyyi ‘Ala
Musnad al-syafi’i dalam bentuk manuskrip.
5. Al-Sindi yang diberi judul “Mu’tamad al-Alma’i Fi Halli
Musnad al-Syafi’i” yang masih berbentuk manuskrip.
E. Metode Penyusunan Musnad al-Syafi’i
1. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kitab musnad
ini tidaklah dikarang oleh imam Shaāfi‘ī melainkan
merupakan kumpulan bahasan yang ada dalam kitab “al-
Umm” dan selainnya yang dikarang oleh beliau.
Karenanya, di dalamnya pun kita tidak dapat
menemukan metode khusus yang digunakan oleh sang
Imam dalam penyusunan kitab ini kecuali hanya
dengan menyebutkan hadis-hadis yang berdasarkan
tertib para shahabat. Namun, ketika kemudian
disusun ulang oleh al-Imām al-Sindy, kitab ini
[18]
menjadi suatu kitab yang tersusun berdasarkan
susunan tematik fiqh.
2. Hadis-hadis Al-Musnad dikatakan bahwa hadis-hadisnya
tidak teratur, antara sebagian yang satu dengan
yang lain tidak saling mengikuti. Setiap hadis
tidak bisa dipahami mengapa al-Imam al-Syafi’i
mengeluarkan hadis tersebut untuk suatu arti
sementara hadis tersebut mengandung arti lainnya,
sehingga akan diduga bahwa beliau mengeluarkannya
untuk suatu arti yang bukan arti sebenarnya dari
pentakhrijan hadis tersebut.
3. Al-Imam al-Syafi’i menggabungkan antara sebagian
pembahasan-pembahasan fiqh dan pembahasan yang
semestinya disusun secara independen. Contoh al-
Asyribah wa fadlail Quraisy
4. Sebagian bab-bab fiqh memuat hadis-hadis yang tidak
berkaitan dengannya.
5. Ada beberapa hadis yang diulang-ulang untuk suatu
faedah. Misalnya ia diriwayatkan secara mursal lalu
diriwayatkan secara maushul. Terkadang ada yang
disebutkan secara ragu-ragu lalu tidak ragu-ragu.
F. Periwayatan Hadis-hadis dalam Musnad al-Syafi’i
Menurut al-Hakim, yang menunjukkan bahwa Imam
Syafi’i telah mendalami hadis adalah beliau banyak
meriwayatkan dari Imam Malik dan beliau meriwayatkan
[19]
dari “al-Tsiqqah” tanpa menyebutkan nama yang dimaksud23.
Berikut penulis akan menguraikan dengan terperinci.
1. Imam Syafi’i banyak meriwayatkan dari Imam Malik
bin Anas sejumlah 388 hadis.
2. Imam Syafi’i meriwayatkan melalui jalur dari Malik,
dari Nafi, dari Ibnu Umar atau yang dikenal dengan
al-Silsilah al-Dzahabiyah sejumlah 98 hadis.
ا رن�� ي� خ� ع ، ع�ن� اب��ن� ع�مرا� اف�� �رض�م�ال�ك´ ، ع�ن� ن�� لم ف¶¶� ه وس¶� لى ال�ل¶ه ع�لب¶4 ول ال�ل¶ه ص¶� ن� رس¶¶� هما ، ا� ى4 ال�له ع�ن� رض�ر عي4 و ص�اع�ا م�ن� س�> مر ، ا� اس ص�اع�ا م�ن� ت�� ان� ع�لى ال�ن� طز م�ن� رم�ض� ك�اة� ال�ق� 24ر�
3. Selain dari Imam Malik, Imam Syafi’i mendapat hadis
dari Sufyan bin Uyainah. Beliau meriwayatkan hadis
darinya sejumlah 498 hadis
4. Imam syafi’i banyak menggunakan kalimat “ ه� ق¶¶¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶¶¶�� ي� ”اخ�dalam meriwayatkan hadis. Adapun yang dimaksud "
ه� ق� :di sini adalah "ال�ب>a. Jika ه� ق� ا ال�ب> رن�� ي� ئ��ب� dari اخ� ى د� �Tب maka yang dimaksud adalah اب��ن� ا�
ك´ 4Tدب ى ف�� �Tب اب��ن� ا�
23 Ibnu Hajar, Nail al-Wathr min Tahdzib al-Tahdzib (Hamisy) Juz 16, (Beirut:Dar al-Fikr, 1414 H/1994 M), Hal. 55
24 Hadis ke- 679 Kitab al-Zakat Bab ke-5 Fi Shadaqat al-Fithr (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.221
[20]
ئ��ب� ى4 د� �Tب ن� ا� ه� ، ع�ن� اب�� ق¶¶� ا ال�ب> رن¶¶�� ي� خ� رح�من�ا� د ال¶¶� ن� ع�ن¶¶� د ال�ل¶¶ه ب�� ن¶¶4 و ، ع�ن� ع�ن� ه ا� دة ، ع�من� خ�دي¶¶�> ه� ، ع�ن¶¶� ق¶¶� ، ع�ن� ال�ب>ي�ر ن� ي¶�� ال : ا: ق¶� لم ، ف�� ه وس¶� ل رس�ول ال�له ص�لى ال�ل¶ه ع�لب¶4 لأ س�ا� ن� رخ�� درى4 ، ا� د ال�خ� ى4 س�عن4 �Tب ال�عدوى4 ، ع�ن� ا�
ء ى4 سه س> ح� Bت ن� ال�ماء لأ ي�4 ه وس�لم : ا: ى4 ص�لى ال�له ع�لب4 ب� ال ال�ت� ق� ض� ، ف�� ها ال�كلأت� وال�حي4 ن4 طزح ف�� اعه� ن�� ض� 25ن��
b. Jika ه� ق¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶�� ي� dari اخ� عد ن� س¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶� ت> ب�� maka ال�لي4 yang dimaksudadalah ن� ح�شان� ى¶ ب�� حب4 ت�4
عد ن� س¶¶� ت> ب�� ه� ، ع�ن� ل�ي4 ق¶¶� ا ال�ب> رن¶¶�� ي� خ� ن�ا� لمه� ب�� ى4 س¶¶� �Tب ت� ، وا� ن� ال�مس¶¶ي4 د ب�� عن4 هات� ، ع�ن� س¶¶� ن� ش¶¶�> ، ع�ن� اب��له. ه وس�لم ، م�ن> ى4 ص�لى ال�له ع�لب4 ب� ه ، ع�ن� ال�ت� ى4 ال�له ع�ب� ب48رة� رض� ى4 ه�ز �Tب د ال�رح�من� ، ع�ن� ا� ع�ن�
c. Jika ه� ق� ا ال�ب> رن�� ي� ي4ر dari اخ� ن� ك�ث> د ب�� maka yang dimaksud adalah ال�ول�ن4
س�امه� و ا� ث�� ا�ي4ر ن� ك�ث> د ب�� ه� ، ع�ن� ال�ول�ن4 ق� ا ال�ب> �Tن ا� ن� �Tي ن� ع�مر ،ا� د ال�له ب�� ن� ع�ن� د ال�له ب�� عف�ز ، ع�ن� ع�ن� ن� ج�� اد ب�� ن� ع�ن� ، ع�ن� م�حمد ب��
ا ن> ن� و خ�� شا ا� ح� حمل ت�� ن� ل�م ت�4 ي4 لن� ا ك�ان� ال�ماء ف�� د� ال : ا: ه وس�لم ف�� ن� رس�ول ال�له ص�لى ال�له ع�لب4 ه ، ا� ب4 ي�8 26ع�ن� ا�
d. Jika ه� ق¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶�� ي� dari اخ� اع�ى ور� maka yang dimaksud adalah الأ�
ى س�لمه� �Tب ن� ا� ع�مرو ب��
25 Hadis ke-35 Kitab al-Thaharah Bab ke-1 Fi al-Miyyah (Muhammadbin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.23
26 Hadis ke-36 Kitab al-Thaharah Bab ke-1 Fi al-Miyyah (Muhammadbin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.23
[21]
اع�ى4 ور� ه� ، ع�ن� الأ� ق� ا ال�ب> رن�� ي� خ� د ، ع�ن�ا� عن4 ن� س¶� ى¶ ب�� ح¶ب4 و ت�4 ه ، ا� ب¶4 ي�8 اس¶م ، ع�ن� ا� ن� ال�ق� رح�من� ب�� د ال¶� ، ع�ن� ع�ن¶�ى4 ال�ل¶ه ه� رض¶� س¶¶> ال�ب� ع�اي�� ش¶ل ، ف¶�� ت� ال�ع� د وح�� ق¶� ان� ف�� ان¶¶�� ت� ى ال�ح� ق� ا ال�ب� د� ال�ب� : ا: ه� ، ف¶�� س¶> اس¶م ، ع�ن� ع�اي�� ال�ق�
ه وس�لم ى4 ص�لى ال�له ع�لب4 ب� ا وال�ت� �Tن ه ا� علب� ها : ف�� 27ع�ن�
e. Jika ه� ق¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶�� ي� ج� dari اخ� 4Tزت maka yang dimaksud adalah اب��ن� ح¶¶¶��ال�د ن� خ�� م�شلم ب��
ج� 4Tزت ن� ح¶¶¶�� ه� ، ع�ن� اب�� ق¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶�� ي� خ� ه�ا� س¶¶¶> ائ��ب� ع�اي�� ال : ك¶¶¶� ه ف¶¶¶�� ب¶¶¶4 ي�8 اس¶¶¶م ، ع�ن� ا� ن� ال�ق� رح�من� ب�� د ال¶¶¶� ، ع�ن� ع�ن¶¶¶�عض� ال�ب� ل�ب� ك¶¶اح ف¶¶�� دة� ال�ت� ت� ع�ق¶¶� ي4 ق� ا ب�� د� ا: هد ف¶¶�� ش¶¶> ي� ت� ه�له¶¶ا ف�� ة� م�ن� ا� ه¶¶ا ال�م¶¶را� ل�ن4 طت� ا: خ� ه¶¶ا ت�4 ى4 ال�ل¶¶ه ع�ن� رض¶¶�
كاح دة� ال�ت� لى4 ع�ق� ة� لأ ن�� ن� ال�مرا� ا: وح� ف�� ه�لها ر� 28ا�
f. Jika ه� ق¶¶¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶¶¶�� ي� dari اخ� م¶¶¶¶¶¶ه� وا� ولى ال�ب� ال�ج م¶¶¶¶¶¶� maka yang dimaksud ص¶¶¶¶¶¶�adalah ى حب4 ى ت�4 �Tب ن� ا� م ب�� ب�8راه�ي4 29ا:
27 Hadis ke-104 Kitab al-Thaharah Bab Fi Ahkam al-Ghusl (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.221. Ada perbedaan redaksi hadis. Artinya hadis dengan sanadyang sama namun matannya berbeda. Disebutkan dalam Kitab Musnad al-Syafi’i yang diterbitkan oleh Penerbit Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
Beirut bahwa ada penambahan kata ا شلن� ي� اع�� ف��28 Hadis ke-27 Kitab al-Nikah Bab Fi Maa Ja’a Fi al-Wali
(Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 2, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.161
29 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-RijalJuz 16, Hal.
[22]
g. Jika ه� ق¶¶¶¶¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶¶¶¶¶�� ي� dari اخ� maka م�عمر yang dimaksud adalahن� ن� م�ار� م�طزف� ب��
ه� ع�ن� م�عمر ق¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶�� ي� خ� ول ال�ل¶¶¶ها� ن� رس¶¶¶¶� , ا� د ال�مطلب� ن� ع�ن¶¶¶� اس ب�� ن� ع�ن¶¶¶� ر ب�� ي4 زى4 ع�ن� ك�ث¶¶¶> ه¶¶¶� ع�ن� ال�ر�ان� ى4 ك�ل رك�عه� رك�عن� ن� ف� ي4 مس رك�عن� ى4 ك�سوف� ال�ش> ه وس�لم ص�لى ف� 30ص�لى ال�له ع�لب4
h. Jika ه� ق¶� ا ال�ب> رن¶�� ي� لمه� dari اخ� ن� س¶� maka yang dimaksud adalah ح�م¶اد ب��ن� ح�شان� ى¶ ب�� حب4 ت�4
ن� ح�ش¶¶ان� ، ع�ن� ح�م¶¶اد ى¶ ب�� ح¶¶ب4 و ت�4 ه� وه¶¶� ق¶¶� ا ال�ب> رن¶¶�� ي� خ� هل ،ا� ن� ش¶¶� م�ام¶¶ه� ب�� ى4 ا� �Tب د ، ع�ن� ا� عن4 ن� س¶¶� ى ب�� ح¶¶ب4 ، ع�ن� ت�4خ¶¶ل ال : لأ ت�4 لم ، ف¶¶�� ه وس¶¶� لى ال�ل¶¶ه ع�لب¶¶4 ول ال�ل¶¶ه ص¶¶� ن� رس¶¶� ه ، ا� ى4 ال�ل¶¶ه ع�ب¶¶� ان� رض¶¶� ن� ع�ق¶¶� م¶¶ان� ب�� ع�ن� ع�ي>
ي4ر ع¶¶¶¶¶� س ب�� ق� ل ب�� ت¶¶¶¶¶� و ف�� ح�ض¶¶¶¶¶ان� ، ا� ع¶¶¶¶¶د ا: �ى ب�� Tب و ر� م¶¶¶¶¶ان� ، ا� ت48 ع¶¶¶¶¶د ا: ز ب�� لأت> : ك�ف¶¶¶¶¶� دى ن�> خ¶¶¶¶¶� لأ م�ن� ا: دم ام¶¶¶¶¶رى� ا:س ق� 31ب��
i. Jika ه� ق� ا ال�ب> رن�� ي� ان� dari اخ� ن�� ن� ا� maka yang dimaksud adalah م�حمد¶ ب��ن� ح�شان� ى¶ ب�� حب4 ت�4
30 Hadis ke-478 Kitab al-Shalat Bab Fi Shalat al-Kusuf (Muhammadbin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 1, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.161
31 Hadis ke-318 Kitab al-Diyat (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 2, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.433
[23]
ان� ن¶¶�� ن� ا� ه� ، ع�ن� م�حم¶¶د ب�� ق¶¶� ا ال�ب> رن¶¶�� ي� خ� ن�ا� ه ، ا� ب¶¶4 ي�8 دة� ، ع�ن� ا� 4T¶¶ن� ب��رن مان� ب�� لي4 د ، ع�ن� س¶¶� ن� مرن¶¶�> م¶¶ه� ب�� ، ع�ن� ع�لق�
ت� ي4 ا ل�ق� د� ا: ال : ف¶¶�� را ، وف¶¶�� م¶¶ي4 هم ا� م¶¶¶ر ع�لن4 ا ا� ش¶¶> ي4 عت> خ�� ا ب�� د� ان� ا: لم ك¶¶� ه وس¶¶¶� لى ال�ل¶¶ه ع�لب¶¶4 ول ال�ل¶¶ه ص¶¶¶� رس¶¶�لى م¶¶¶¶¶ه� ، ادع�هم ا: ك´ ع�لق� ض¶¶¶¶¶ال ، س¶¶¶¶¶�> لأت> ح�� و ن�> لأل ، ا� لأت> خ�� لى ن�> ادع�هم ا: ن� ف¶¶¶¶¶�� رك�ي4 دوا م�ن� ال�مس¶¶¶¶¶> ع¶¶¶¶¶�لى دار خ¶¶¶ول م�ن� داره�م ا: لى ال�ت� م ادع�هم ا: هم ث�> ف� ع�ن� هم وك¶¶¶� ل م�ن� ن¶¶¶� اف�� وك�´ ف�� اث�� خ¶¶¶�� ن� ا� ا: لأم ، ف¶¶¶�� س¶¶¶� الأ:
ن� ا: هم ، ف¶¶¶¶¶¶�� ا ع�لن4 هم م¶¶¶¶¶¶� ن� ع�لن4 ن� ، وا� ب48 ز ا ل�لمه¶¶¶¶¶¶اح�� ن� ل�هم م¶¶¶¶¶¶� عل¶¶¶¶¶¶وا ا� ن� ه�م ف�� ي�ره�م ا: خ¶¶¶¶¶¶� ن� ، وا� ب48 ز ال�مه¶¶¶¶¶¶اح��
زى4 ح¶¶� هم خ�كم ال�ل¶¶ه ك�م¶¶ا ت�4 زى4 ع�لن4 ح¶¶� ن� ، ت�4 ع�زات� ال�مش¶¶لمي4 ا� هم ك¶¶� ن�� ع�لمهم ا� ا� ى4 داره�م ف¶¶�� ام ف� اروا ال�مق¶¶� ت¶¶� اح��وك�´ ب¶¶¶� ن' خ� ن� ل�م ت�4 ا: ن� ، ف¶¶¶�� ع ال�مش¶¶¶لمي4 دوا م¶¶¶� اه¶¶¶� خ� ن� ت�4 لأ ا� ء ا: ى4 ء س¶¶¶> ى4 ى4 ال�ق� س ل�هم ف� ن� ، ول�ي4 ع�لى ال�مش¶¶¶لمي4
ع¶¶الى ال�ل¶¶ه ب�� عن� ن�� ب� اس¶¶� وا ف�� ث¶¶�� ن� ا� ا: هم ودع�هم ، ف¶¶�� ل م�ن� ن¶¶� اف�� عل¶¶وا ف�� ن� ف�� ا: ه� ، ف¶¶�� ي¶¶�4 ز� عط¶¶وا ال�ح� ن� ب�4 لى ا� ادع�هم ا: ف¶¶��لهم ان�� 32وف��
5. Selain menggunakan kalimat ه� ق� ا ال�ب> رن�� ي� Imam Syafi’i juga ,اخ�menggunakan kalimat هم �Tن ا م�ن� لأ ا� رن¶¶¶¶¶¶¶¶¶�� ي� خ� maka ا� yang dimaksudadalah ¶ى حب4 ى4 ت�4 �Tب ن� ا� م ب�� ب�8راه�ي4 33 ا:
32 Hadis ke-385 Kitab al-Jihad (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 2, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.455
33 Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi (w. 458 H), Ma’rifatu al-Sunan wa al-Atsar, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah), Juz. 3, Hal. 114
[24]
هم �Tن �ى4 م�ن� لأ ا� Tرب ي� خ� ن� رس�ول ال�له ص�لىا� هما ا� ى4 ال�له ع�ن� اس رض� ن� ع�ن� مه� ، ع�ن� اب�� وا� ، ع�ن� ص�ال�ج م�ولى ال�ب�ن� ي4 ضلى رك�عن� ال�مضلى ف�� ى ن�� سق� ه وس�لم اس�ي� 34ال�له ع�لب4
هم �Tن ا م�ن� لأ ا� رن�� ي� خ� ها� ى4 ص�لى ال�له ع�لب4 ب� ن� ال�ت� طت� ، ا� ن� ح�ي� اح ، ع�ن� ال�مطلب� ب�� �Tن� رن ال�د ب�� �ى4 خ�� Tرب ي� خ� ، ا�ه ل�ك´ ع�ب� م�طزت� سرى4 د� ا ا� د� ا: هه ، ف�� ى4 وج�� ل�ك´ ف� و رع�دت� ع�زف� د� ت� ال�شماء ا� ا ب��رف�� د� 35وس�لم ك�ان� ا:
6. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan عض� ا ب�� رن¶¶¶¶�� ي� خ� ا�ا ن� �Tي ص�خا menurut al-Baihaqi, yang dimaksud adalah “Ahlul , ا�
Hijaz”36
7. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan دد ا ع¶¶¶¶¶� رن¶¶¶¶¶�� ي� خ� ا�
ات� ق� ب�>8. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan عض� ا ب�� رن¶¶�� ي� خ� ا�
ه�ل ال�علم ا�
34 Hadis ke-491 Kitab al-Shalat Bab Fi Shalat al-Istisqa’ (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 1, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.164
35 Hadis ke-491 Kitab al-Shalat Bab Fi al-Du’a(Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 1, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.167
36 Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi, Ma’rifatu al-Sunan wa al-Atsar, Hal. 114
[25]
9. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan ا م�ن� رن¶¶¶�� ي� خ� ا�ي'ن� ن4 رف�� ه ال�مس> ق� ي�� ث8> ا�
10. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan ا رن�� ي� خ� ا�ن� ع�مر د ال�له ب�� ن4 ه ع�ن� ب� øظ� د ال�له ا� ن� ع�ن� اسم ب�� ال�ق�
11. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan ا رن�� ي� خ� ا�ه�ل ال�علم ات� ا� ق� ر واخ�د م�ن� ب�> ي4 ع�
12. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan
ي�رة خ� ن� م�ال�كا ا� عى4 ا� اف�� ا ال�ش> رن�� ي� خ� ا�13. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan
ه ص�دق� ا م�ن� ا� رن�� ي� خ� ا�14. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan ا رن�� ي� خ� ا�
ر واخ�د م�ن� اه�ل ال�علم ي4 ع�Kaidah kesahihan hadis Imam Syafi’i mencakup semua
bagian hadis, sisi sanad dan matan. Kriteria sanad
secara tegas meliputi aspek keadilan dan kedhabitan
periwayat. Secara teoritis, kualitas hadis yang
[26]
diterima menurut kriteria tersebut jelas menduduki
predikat otentik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni
(2013) yang berjudul Dari jumlah periwayat tersebut
banyak ditemukan para periwayat yang diberi
predikat tsiqah (rawi yang terpercaya), tsiqah tsabt
(rawi yang terpercaya dan ditetapkan), dan lain-lain
ungkapan yang menunjukkan kepada predikat keutamaan
kepribadian dan kekuatan hafalan si periwayat. Dalam
hal ini peneliti tidak menelaah lebih jauh kepada para
periwayat yang diberi predikat tersebut, karena telah
cukup diberi penilaian baik dan tidak terdapat
permasalahan yang perlu dibahas berkaitan dengan
kepribadian dan hafalannya.
Penulis menemukan beberapa hadis yang hanya
disandarkan kepada para sahabat serta tidak sampai
kepada Rasulullah. Dengan kata lain di dalam kitab
Musnad Imam asy-Syafi’i tidak hanya memuat
hadis marfu’, akan tetapi terdapat pula hadis mauquf.
Terlepas dari apakah hadis-hadis tersebut dijadikan
penguat dan sekadar mendukung hadis-hadis yang ada
atau memang berdiri sendiri.
G. Perhatian Ulama Terhadap Kitab Musnad al-Syafi’i
[27]
Hadirnya Musnad al-Syafi’i menyita perhatian para ulama,
terbukti adanya:
1.Sebagian ulama berperan besar dalam
menyusun(mengurutkan) kitab ini. Diantaranya adalah
al-Amir sanjar bin Abdullah al-Jawali (w. 745 H.).
2.Imam Abu al-Sa’adat Ibnu Atsir menyusunnya sesuai
dengan bab-bab fiqh yang bebas dari sanad-sanad dan
syarahnya.
3.Imam Al-Sindi mengurutkan musnad al-syafi’i ini
diilhami dari Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bahwa
Musnad al-Syafi’i yang diriwayatkan dari al-Qadli
Abu Bakr Ahmad bin al-Hasan al-Hairi dari Abu
al-‘Abbas Muhammad bin Ya’qub bin al-‘Asham (w. 346
H) dari al-Rabi’i bin Sulaiman (w. 270 H) dari Imam
Syafi’i bahwa Musnad al-Syafi’i ini belum urut sesuai
bab-bab fiqh, sehingga akan menyulitkan bagi para
pencari ilmu dalam melakukan kajian terlebih ketika
terjadi pengulangan dalam tempat yang terpisah. Oleh
sebab ini, beliau mendapat petunjuk dari Allah untuk
mengumpulkan, mengurutkan, dan mengelompokkan sesuai
dengan bab-babnya37
4.Ahmad bin Abdurrahman al-Sa’ati juga mengurutkannya
dan memberinya judul Bada’I al-Minan.
H. Nilai Penting Musnad al-Syafi’i
37 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Imam al-Syafi’i bi Tartib al-‘Allamat al-Sindi,
[28]
1.Hanya pengumpulan hadis yang diriwayatkan oleh al-
Imam al-Syafi’i, yang berkredibilitas tinggi dari
segi imamah, hafalan dan thiqah. Hadisnya pun dapat
dijadikan sebuah dalil atau hujjah (Nashir al-Sunnah).
2.Beliau menghafal banyak jalur periwayatan yang sudah
pernah hilang asal muasalnya. Contohnya adalah hadis
Sufyan bin ‘Uyainah yang sangat dipegang teguh
beserta riwayat imam Malik dalam pengambilan hukum
yang berasal dari kitab al-Umm, maka tidaklah
mungkin karangan Ibn ‘Uyainah ini berada di tangan
kita sekarang. Inilah salah satu karangan yang
didekasikan oleh seorang muṣannif dari Ḥijaz.
3.Kitab ini merupakan salah satu diantara karangan
sang Imam yang tertua mengenai hadis-hadis hukum
yang tsiqqah, dan kemudian dijadikan sebagai
sandaran utama pengambilan hukum38
4.Dalam kitab ini pengarang menyebutkan hadis-hadis
dengan sanad dan redaksi yang lengkap, serta
membahas perbedaan antara naskah-naskah yang ada
padanya dan memberikan komentar padanya.
5.Imam al-Rafi’i juga menyebutkan profil para perawi
al-Musnad secara detail dengan menjelaskan sebagian
dari status mereka. Beliau tidak melalaikan dari
mereka kecuali hanya sedikit.
38 Al-Nashiiry, Musnad Muḥammad bin Idris al-Syafi’i (Beirut: Dar al-Bashair al-Islamiyyah, 2005), jilid. 1, Hal. 9
[29]
6. Karena pentingnya kitab ini, para ulama banyak
mengambil manfaat darinya dan menjadikannya
sebagai rujukan.39
39 Abu al-Qasim al-Rafi’i, Syarah Musnad al-Syafi’i Jilid 3, (Bandung: Pustaka Azzam)
[30]
DAFTAR PUSTAKA
Abu al-Qasim al-Rafi’i, Syarah Musnad al-Syafi’i Jilid 3,
(Bandung: Pustaka Azzam)
Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi (w.
458 H), Ma’rifatu al-Sunan wa al-Atsar, (Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah)
Al-Imam al-Nawawi, Dasar-dasar Ilmu Hadis Terj. Syarif Hade
Masyah. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009
Al-Nashiiry, Musnad Muḥammad bin Idris al-Syafi’i (Beirut:
Dar al-Bashair al-Islamiyyah, 2005
Al-Shahrazūry, Muqaddimah Ibn Ṣalāh (Kairo: Dar al-
Hadis, 2001).
Al-Tahānawy, Qawaid fi Ulum al-Hadis (Mesir: Dar al-Salam,
2000).
Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib Juz 7, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1415 H/1995 M)
Ibnu Hajar, Nail al-Wathr min Tahdzib al-Tahdzib (Hamisy) Juz 16,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1994 M
Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi
Asma’ al-Rijal Juz 16
[31]
Muhammad bin Idris al-Syafi’i (w. 204 H.), Al-Risalah,
1309 H
Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 2,
(Kudus: Syarikat, 2012 M)
Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i,
(Jakarta:Pustaka Azzam, 2008)
Muḥammad Maḥmūd Aḥmad Bakkār, Bulugh al-Amal min Musthalah
al-Hadis wa al-Rijal (Kairo: Dar al-Salam, 2012)
Siradjuddin ‘Abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, (Jakarta:
Pustaka Tarbiyah, 1975)
Syauqi Abu Khalil, Athlas al-Hadis al-Nabawi, (Beirut: Dar
al-Fikr, 2006)
[32]