Telaah Kitab Musnad al-Imam al-Syafi'i

34
Telaah Kitab Hadis “Musnad al-Imam al-Syafi’i” Disusun untuk memenuhi tugas Dirasat al-Kutub al-Haditsiyah Pengampu: Ustadz Andi Rahman, Lc Disusun oleh Malikatul Ma’munah Darus Sunnah International institute for Hadith Sciences

Transcript of Telaah Kitab Musnad al-Imam al-Syafi'i

Telaah Kitab Hadis“Musnad al-Imam al-Syafi’i”

Disusun untuk memenuhi tugas Dirasat al-Kutubal-Haditsiyah

Pengampu: Ustadz Andi Rahman, Lc

Disusun olehMalikatul Ma’munah

Darus Sunnah Internationalinstitute for Hadith

Sciences

Indonesia-Malaysia2015

BAB I

PENDAHULUAN

Al-Imam al-Syafi’i adalah ulama’ yang masyhur dalam

bidang fiqh dan ushul fiqh dengan karya monumentalnya al-

Umm dan al-Risalah. Namun, setelah membaca biografinya

dalam kitab al-Risalah, al-Imam al-Syafi’i juga termasuk

diantara ulama yang alim dalam bidang hadis. Keahlian

dalam bidang hadis ini dibuktikan ketika Imam Ahmad bin

Hanbal duduk di majlisnya Imam Syafi’i, padahal guru-guru

Imam Syafi’i masih hidup. Lalu temannya datang dan

mencelanya. Ahmad bin Hanbal berkata, “Diamlah!”. “Jika

kamu sudah tidak menemukan hadis ‘uluw1, maka kamu bisa

mendapati hadis nuzul2. Tetapi jika kamu kehilangan

kepandaian pemuda ini –Imam Syafi’i-, saya khawatir kamu

tidak akan mendapatkan penggantinya. Tidaklah aku melihat

1 ‘Uluw (sanad yang paling mulia) adalah sanad yang paling dekatdengan Rasulullah dengan sistem sanad yang shahih dan bersih (Lihat : Imam Al-Nawawi Dasar-dasar Ilmu Hadis, 113).

2 Nuzul adalah sanad yang dekat dengan salah seorang imam dalam bidang Hadis, meskipun jumlah orang setelahnya semakin panjang dan jauh dari Rasulullah (Lihat : Imam Al-Nawawi Dasar-dasar Ilmu Hadis, 113).

[1]

seorangpun yang paling faqih dalam memahami al-qur’an dari

pada pemuda ini (Imam Syafi’i)3.

Pada kesempatan ini, pemakalah akan menguraikan

mengenai salah satu buah karya Mujtahid Muthlaq al-Imam

al-Syafi’i Rahimahullah, terkait biografi sang imam

madzhab, rihlah ilmiyah, guru, murid, dan karya-karya beliau,

penyusunan musnad al-syafi’i, periwayatan hadis-hadis

didalamnya, perhatian para ulama’ terhadap kitab musnad,

kekurangan dan kelebihannya.

Berbekal tawakkal dan ilmu yang teramat dangkal,

penulis berusaha merangkai kata demi kata, berjalan

setapak demi setapak untuk menyusun makalah ini, namun

tentulah masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis

sangat mengapresiasi jika ada komentar dan masukan untuk

tulisan ini. Penulis memiliki harapan yang sangat besar

semoga secercah tulisah ini memberikan manfaat bagi

pembaca, sebagaimana kata hikmah berikut :

ون� رض� م�دف� حت� الأ� ط ت�� ه و ص�اح�ت� ال�خ� عد م�وت� ص�اح�ب� ا ب�� م�ان�� ى ر� ق� ب� ط ي�' #ال�خ�

“Sebuah karya akan dapat dinikmati sepanjang zaman,

meskipun sang pencipta karya itu telah lapuk oleh tanah”.

3 Muhammad bin Idris al-Syafi’i (w. 204 H.), Al-Risalah, 1309 H, hal. 6

[2]

Pada akhirnya, penulis sampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah mengarahkan, mendukung, dan

membimbing selama penulisan makalah ini.

Penulis

[3]

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi dan Sejarah Singkat al-Imam al-Syafi’i

Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Abu Abdullah

Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Usman bin Syafi’

bin al-Sabi’ bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin

al-Muthalib bin Abdu manaf bin Qushay bin Kilab bin

Murrah bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghalib bin Fihr bin

Malik bin al-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin

Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazzar bin Ma’ad bin

‘Adnan (Ibnu ‘Amm Rasulillah saw.) al-Qurasyi al-

Muthallibi al-Syafi’i al-Hijazi al-Makki. Ibunya

bernama Fathimah binti Abdullah bin al-Hasan bin al-

Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib al-Azdiyah. Beliau masih

keturunan Rasulullah bertemu pada Abdu Manaf.4 Imam

Syafi’i lahir pada tahun 150 H di Ghaza, menurut Ibnu

Abi Hatim beliau dilahirkan di Asqalan5. Beliau dibawa

ke Makkah ketika berusia 2 tahun. Imam Syafi’i wafat

pada malam jum’at setelah maghrib. Jasadnya kemudian

4 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), Hal. 1

5 Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib Juz 7, (Beirut: Dar al-Fikr, 1415 H/1995 M) Hal. 24

‘Asqalan adalah Sebuah kota di Syam, paling selatan jazirah Arab, sebelah barat dari Baitul Maqdis (Syauqi Abu Khalil, Athlas al-Hadis al-Nabawi, (Beirut: Dar al-Fikr, 2006), Hal. 122

[4]

disemayamkan setelah ashar pada hari Jum’at, yaitu

hari terakhir bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54

tahun6. Maqamnya beliau terkenal di Dunia Islam, yaitu

di Syari’ Syafi’i di Kota Kairo, Mesir.7

Imam Syafi’i tumbuh besar sebagai anak yatim

dalam asuhan ibunya dengan kondisi ekonomi yang sulit

dan memprihatinkan. Sejak kecil, ia duduk bersama

ulama dan mencatat ilmu yang bermanfaat di atas tulang

dan media lainnya lantaran ketidaktersediaan kertas

saat itu. Diriwayatkan dari Mush’ab bin abdullah bin

al-Zubair, dia berkata: Di awal masa menuntut ilmu,

Imam Syafi’i mempelajari sya’ir, sejarah bangsa Arab,

dan sastra kemudian fiqih. Alasan yang

melatarbelakangi Imam Syafi’i terdorong mempelajari

fiqih, karena pada suatu hari dalam perjalanannya

ditemani juru tulis ayahnya, ia melantunkan sebuah

bait sya’ir. Ketika sya’ir itu didengar oleh sang juru

tulis, ia lalu mencambuki Imam Syafi’i lalu berujar,

“Orang seperti kamu berlaku seperti ini! Kenapa kamu

tidak mempelajari fiqih?” perkataan itu sampai-sampai

membuat Imam Syafi’i tergugah hingga akhirnya ia

memutuskan untuk belajar dari Muslim bin Khalid al-

Zanji, mufti Makkah. Setelah itu ia mendatangi kami di

Madinah lalu belajar dari Imam Malik.8

6 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal Juz 16, Hal. 52

7 Menurut pendapat al-Rabi’ (Siradjuddin ‘Abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1975), Hal. 69

8 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 9

[5]

Setelah Imam Syafi’i belajar fiqih dari Muslim

bin Khalid al-Zanji dan Imam Makkah lainnya, ia

berangkat ke Madinah saat berusia 13 tahun untuk

belajar dari Abu Abdullah Malik bin Anas dan

perjalanannya itu menjadi terkenal lantaran sebuah

tulisan monumental yang ditulisnya pada saat itu.

Setelah itu Imam Malik memperlakukannya dengan hormat

lantaran garis keturunan, ilmu, pemahaman, nalar, dan

sastra Imam Syafi’i yang dikuasainya. Ia kemudian

membaca kitab Al-Muwaththa’ dihadapan Imam Malik dengan

cara menghafal hingga membuat Imam Malik kagum, bahkan

memintanya untuk membaca lagi Al-Muwaththa’ lantaran

kekagumannya dengan bacaan Imam Syafi’i.9

Setelah dari Madinah, ia berangkat ke Yaman

hingga dikenal masyarakat. Kemudian ia pindah ke Irak

untuk mendalami ilmu , bertukar pikiran dengan

Muhammad bin al-Hasan dan yang lain, menyebarkan ilmu

hadis, menegakkan madzhab penduduk Irak . ia lalu

menyusun karya fiqihnya yang pertama yang diberi judul

Al-Hujjah di Irak yang diriwayatkan oleh keempat

sahabatnya, yaitu : Ahmad bin Hanbal (w. 241 H), Abu

Tsaur, al-Za’farani, dan al-Karabisi10.

Imam Syafi’i suka mewarnai janggutnya dengan

Hina’ dan terkadang ia mewarnainya dengan warna kuning

sebagai bentuk keteladanannya terhadap sunnah Nabi

9 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 910 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 11

[6]

saw. ia memiliki postur tubuh yang tinggi, pipinya

halus dengan sedikit daging yang melapisi wajahnya,

cambangnya tipis, lehernya panjang, ruas tulangnya

panjang, berkulit sawo matang, rambutnya terkadang

diwarnai dengan warna merah atau kuning, suaranya

merdu, riwayat hidupnya baik, otaknya cerdas, wajahnya

rupawan, berwibawa, fasih, dan ia sering kali sakit11.

Al-Rabi’ berkata, “Syafi’i adalah sosok rupawan,

berpostur indah dan disenangi oleh semua orang yang

ada di Mesir, baik dari kalangan ahli fiqih,

cendekiawan, dan penguasa. Semuanya menghormati dan

menyanjung Imam Syafi’i. Selain itu, pakaiannya sangat

sederhana, mengenakan cincin dengan ukiran “Hanya

Allah yang dipercaya oleh Muhammad bin Idris” di

tangan kirinya, majlisnya selalu terpelihara, jika ada

yang berbicara di dalam majlisnya, ia langsung

menegurnya, mahir dalam bidang kedokteran dan

menembak, serta memiliki pengetahuan lewat firasatnya

yang tajam”12

Setelah melalui masa belajar selama 40 tahun

dengan beberapa orang guru di Makkah, Madinah, Yaman,

dan Baghdad, dan sesuai pula dengan izin guru-guru

beliau dalam usia 48 tahun, yaitu pada tahun 198 H

Imam Syafi’i berfatwa sendiri mengeluarkan hukum dari

al-Qur’an dan Hadis, yakni menjadi Mujtahid Muthlaq.13

11 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 4512 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i, Hal. 45-4613 Siradjuddin ‘Abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, Hal. 69

[7]

B. Guru, Murid, dan Karya-karya Imam Syafi’i

Guru-guru al-Imam al-Syafi’i adalah sebagai berikut:

1. Ibrahim bin Sa’ad al-Zuhri

2. Ibrahim bin Abd al-Aziz bin Abd al-Malik bin Abi

Mahdzurah al-Jamhi

3. Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya al-Aslami

4. Isma’il bin Abdillah bin Qasthanthin

5. Isma’il bin Ja’far al-Madini

6. Isma’il Ibn ‘Aliyah al-Bashri

7. Abi Dhamrah Anas bin ‘Iyadh al-Laitsi

8. Ayyub bin Suwaid al-Ramli

9. Hatim bin Isma’il al-Madani

10. Abi Usamah Hammad bin Usamah

11. Dawud bin Abd al-Rahman al-‘Aththar

12. Sa’id bin Salim al-Qaddah

13. Sufyan bin ‘Uyainah

14. Abdullah bin al-Haris al-Makhzumi

15. Abdullah bin al-Muammil al-Makhzumi

16. Abdullah bin Nafi’ al-Shaigh

17. Abdurrahman bin Abi Bakr al-Mulaiki

18. Abdul Aziz bin Abdillah bin Abi Salamah al-

Majisyun

19. Abdul Aziz bin Muhammad al-Darawardi

20. Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abi Rawwad

21. Abdul Wahab bin Abdul Aziz al-Tsaqafi

22. ‘Aththaf bin Khalid al-Makhzumi

[8]

23. Amr bin Abi Salamah al-Tannisi

24. Malik bin Anas

25. Muhammad bin Ismail bin Abi Fudaik

26. Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani

27. Muhammad bin Khalid al-Janadi

28. Muhammad bin Usman bin Shafwan al-Jumahi

29. Muhammad bin ‘Ali bin Syafi’

30. Muslim bin Khalid al-Zanji

31. Mutharrif bin Mazin (Qadli Shan’a’) Guru di

Yaman

32. Hisyam bin Yusuf al-Shan’ani

33. Yahya bin Hassan al-Tannisi

34. Yahya bin Salim al-Thaifi

35. Yusuf bin Khalid al-Samti14

Murid-murid al-Imam al-Syafi’i adalah:

ى .1 ال�د ال�كلب� ن� خ�� م ب�� ب�8راه�ي4 ور ا: و ث�> ث�� ا�امى .2 ر ال�حز� Bد ن� ال�من� م ب�� ب�8راه�ي4 ا:ل .3 ن� ن� خ�ن� ح�مد ب�� ا�

14 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi (w. 742 H), Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal Juz 16, (Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1994 M), Hal. 40

[9]

لأل .4 ال�د ال�خ� ن� خ�� ح�مد ب�� ا�ى .5 ج� ال�رار� 4Tى سرت �Tب ن� ا� ح�مد ب�� ا�طان� ال�واس�طى .6 ان� ال�ق� ن� س�ن� ح�مد ب�� ا�ن� وه�ت� ( .7 د ال�له ب�� ى ع�ن� خ� ن� ا� ن� وه�ت� ال�مصرى ) اب�� د ال�رح�من� ب�� ن� ع�ن� ح�مد ب�� ا�ن� ال�سرح .8 ن� ع�مرو ب�� ح�مد ب�� و ال�طاه�ز ا� ث�� ا�كلم .9 عى ال�مت� اف�� د ال�رح�من� ال�ش> و ع�ن� ث�� دادى ا� ع� ب48ر� ال�ب� د ال�عز� ن� ع�ن� ى ب�� حب4 ن� ت�4 ح�مد ب�� ا�

مان� ال�مصرى .10 ن� س�لي4 ب48ر ب�� ن� ال�ور� ى ب�� حب4 ن� ت�4 ح�مد ب�� ا�ب�Tى .11 ى ال�مر� حب4 ن� ت�4 ل ب�� س�ماع�ن4 م ا: ب�8راه�ي4 و ا: ث�� ا�ولأب�Tى .12 ق� ال�خ� ن� س�اث�� صر ب�� ن� ن�� حز ب�� ت��ى .13 ب� ن' خ� ى ال�ت� حب4 ن� ت�4 ح�زم�له� ب��دادى .14 ع� �ى ال�ب� Tع�ف�زاب اح ال�ر� ن� ال�صن� ن� م�حمد ب�� ال�حسن� ب��سى .15 ي' �Tن� ع�لى ال�كراب ن� ب�� ال�حشي4ه ( .16 ب� ه� ك�ت� ن� ) راوي�4 د� مان� ال�مرادى ال�مو� ن� س�لي4 ع ب�� ب4 ي�� ال�رى .17 ي4ر� مان� ال�ج� ن� س�لي4 ع ب�� ب4 ي�� ال�رى .18 ب� د ال�رع�ن4 لن4 ن� ن�� سى ب�� ن� ع�ي4 د ب�� س�عن4مى .19 ن� داود ال�هاس�> مان� ب�� وت� س�لي4 ث�4 و ا� ث�� ا�دى ) د ( .20 ر ال�حمن4 ي4 ي�� ن� ال�ر� د ال�له ب�� كر ع�ن� و ن�� ث�� ا�س�ود ال�عامرى .21 ن� س�واد ب��ن� الأ� ع�مرو ب��

[10]

ن� س�لأم .22 اسم ب�� د ال�ق� ن4 ن� و ع�ُ ث�� ا�ال�ب� ال�عطار .23 ن� ع�� د ب�� ن� س�عن4 ى م�حمد ب�� حب4 و ت�4 ث�� ا�د ال�خكم .24 ن� ع�ن� د ال�له ب�� ن� ع�ن� م�حمد ب��ه ( .25 ب� �Tعى ) اي اف�� دري�4س ال�ش> ن� ا: ن� م�حمد ب�� و ع�ي>مان� م�حمد ب�� ث�� ا�سى .26 ي4 ن� ن� ح�شان� ال�ت� ى ب�� حب4 ن� ت�4 م�حمد ب��ارود ال�مكى( .27 ى ال�خ� �Tب ن� ا� د م�وسى ب�� و ال�ول�ن4 ث�� ا�لى .28 'Tن د الأ� ن� س�عن4 ه�ارون� ب��طى .29 4Tون ى ال�ب� حب4 ن� ت�4 وس�ف� ب�� وت� ث�4 عق� و ب�4 ث�� ا�ع�لى.30 د الأ� ن� ع�ن� س ب�� وي�� 15ث�4

Karya-karya Imam Syafi’i adalah:

Imam Abu Muhammad Qadli Husein (w. 462 H) dalam

muqaddimah kitab Ta’liqahnya mengatakan bahwa Imam

Syafi’i telah mengarang 113 kitab yang terdiri dari

fiqh, tafsir, dan adab. Nama-nama kitab tersebut

diantaranya:

1. Al-Risalah (Usul Fiqh yang pertama di dunia)

2. Al-Hujjah (Fiqh qaul al-qadim)

3. Al-Umm (Fiqh qaul al-jadid

4. Mukhtashar al-Buwaithi (dihimpun oleh murid

beliau Al-Buwaithi

15 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-RijalJuz 16, Hal. 40-41

[11]

5. Mukhtashar al-Rabi’i (dihimpun oleh murid

beliau Al-Rabi’i al-Muradi)

6. Mukhtashar al-Muzanni (dihimpun oleh murid

beliau al-Muzanni)

7. Risalah fi Bayan al-Nasikh al-Mansukh (Usul

Fiqh)

8. Ahkam al-Qur’an (Ayat-ayat Hukum dalam al-

Qur’an)

9. Ikhtilaf al-Hadis

10.Al-Amaali al-Kabir (Fiqh)

11.Al-Fiqh al-Kabir (Fiqh)

12.Kitab al-Sunan

13.Kitab al-Asma’ wa al-Qabail (Sejarah)

14.Jami’ Muzanni al-Kabir (Fiqh)

15.Jami’ Muzanni al-Shaghir (Fiqh)

16.Al-Qassamah (Fiqh)

17.Qital ahli al-Baghyi (Fiqh)

18.Musnad al-Imam al-Syafi’i (Hadis)

19.Ibthal al-Istihsan (Usul Fiqh)

20.Istiqbal al-Qiblatain (Fiqh)

21.Al-Jizyah (Fiqh)

22.Al-Qiyas (Usul Fiqh)16

C. Imam Syafi’i sebagai Nashir al-Sunnah

Imam Syafi’i dijuluki sebagai Nashir al-Sunnah

(Pembela Hadis). Hal ini ditegaskan dalam riwayat

16 Siradjuddin ‘Abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, Hal. 69

[12]

Harmalah bin Yahya yang mendengar langsung pernyataan

Imam Syafi’i yang mengatakan, “Di Makkah saya diberi

gelar Nashir al-Hadis (Pembela Hadis).17

Beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Imam Syafi’i

sebagai pakar hadis dan pembela sunnah, antara lain:

1. Imam al-Razi berkata, “para imam ahli hadis masih

berbeda pendapat mengenai rentetan sanad hadis

yang paling sahih. Menurut Imam al-Shana’ah dan

Imam al-Bukhari, sanad hadis yang paling sahih

adalah riwayat dari Malik – dari Nafi’ – dari

Ibnu ‘Umar. Sementara menurut kesepakatan para

ulama riwayat Malik yang paling sahih adalah

riwayat melalui jalur al-Syafi’i. Hal ini

didasarkan karena semua murid-murid Imam Malik

hanya menguasai ilmu fiqih dan ilmu pemerintahan

(khilafah) saja, berbeda dengan al-Syafi’i. Dengan

demikian, ini merupakan bukti bahwa sanad-sanad

hadis yang paling sahih adalah sanad yang

diriwayatkan dari al-Syafi’i – dari Malik – dari

Nafi’ – dari Ibnu Umar. Bahkan membuktikan bahwa

dalam ilmu hadis, Imam Syafi’i memperoleh tempat

tingkatan tertinggi yang tidak dapat diungguli

oleh orang lain.

17 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-RijalJuz 16, Hal. 51

[13]

2. Imam al-Razi dalam riwayat lain menyebutkan

bahwa al-Syafi’i mendengar langsung hadis-hadis

kitab al-Muwaththa’ dari Imam Malik. Menurut Imam

Ahmad bin Hanbal, al-Syafi’i adalah ornag yang

kredibel di bidang hadis. Imam Ahmad bin Hanbal

pernah ditanya mengenai riwayat dari Malik, al-

Awza’i, dan Abu Fulan (Abu Hanifah). Ia menjawab,

“riwayat hadis Malik adalh sahih, tapi

pendapatnya lemah; riwayat al-Awza’i, hadis dan

pendapatnya lemah; riwayat al-Syafi’i, hadis dan

pendapatnya sahih; riwayat Abu Fulan, hadis dan

pendapatnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.”

Mengenai hal ini, al Baihaqi menjelaskan, “alasan

Imam Ahmad bin Hanbal berkomentar tentang Imam

Malik demikian karena Imam Malik sering

meninggalkan hadis sahih dan lebih mengutamakan

amalan penduduk Madinah. Tentang al-Awza’i,

alasannya karena dalam beberapa masalah ia sering

menggunakan hadis-hadis maqthu’18 dan mursal

sebagai hujjah (dalil)., lalu mengqiyaskannya dalam

masalah-masalah furu’iyah. Adapun tentang Imam

Syafi’i, alasannya karena ia hanya menggunakan

hadis-hadis sahih sebagai hujjah, lalu

mengqiyaskannya dalam masalah furu’iyah.

18 Hadis Maqthu’ adalah hadis yang dimauqufkan pada seorang tabi’in, baik berupa ucapan maupun yang berbentuk tindakan. (Al-Imamal-Nawawi, Dasar-dasar Ilmu Hadis. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), Hal. 17

[14]

3. Imam al-Nawawi berkata, “Bukti Imam Syafi’i

sebagai pakar hadis adalah kegigihannya dalam

membela hadis. Selain mengikuti sunnah, ia pun

mengkodifikasikan hadis agar bisa dijadikan

sebagai dalil madzhabnya, meneliti hadis, dan

mengupas makna-makna hadis secara mendalam.

Karena itu, ketika Imam Syafi’i datang ke Irak,

ia langsung dijuluki sebagai Pembela Hadis,

bahkan dalam istilah para ulama klasik dan ulama

ahli fiqih Khurasan, para pengikut madzhab

Syafi’i lazim disebut sebagai para pengikut

hadis. Diriwayatkan dari Abu Bakar Muhammad bin

Ishaq bin Khuzaimah yang dikenal dengan sebutan

Imamnya para Imam, karena termasuk jajaran ulama

penghafal hadis dan ahli hadis. Ia pernah

ditanya, “Apakah anda mengetahui adanya hadis

sahih yang belum sempat ditulis oleh Imam

Syafi’i?” “tidak,” jawabnya. Berdasarkan riwayat

ini, dapat diketahui ketelitian Imam Syafi’i

dalam menghimpun hadis yang tiada bandingannya.

Namun demikian, Imam Syafi’i berpesan, “jika ada

pendapatnya yang bertentangan dengan hadis sahih,

maka hendaknya mengamalkan hadis sahih dan

meninggalkan pendapatnya.”

4. Syaikh Muhammad al-Hudhari Bek berkomentar,

“salah satu karya Imam Syafi’i yang spektakuler

adalah kitab al-arsum bi Ikhtilaf al-Hadis. Dalam kitab

[15]

ini, Imam Syafi’i menuliskan pembelaan terhadap

sunnah secara umum dan hadis Ahad secara khusus.

5. Imam al-Razi berkata, “karya Imam Syafi’i yang

berjudul Musnad al-Syafi’i merupakan kitab yang sangat

populer di dunia. Hebatnya lagi, tidak ada

seorangpun yang mampu mengkritik kitab tersebut.

Kalaupun ada dari kalangan rasionalis dan itu pun

terhadap hadis tidak berpengaruh apa-apa.

D. Musnad al-Imam al-Syafi’i

Pengertian musnad menurut para ulama ahli hadis:

1. Kebersambungan sanad yang marfu‘ (disandarkan

langsung kepada kepada Nabi Muhammad Saw.) 19

2. Abu Bakr mengatakan: “Musnad menurut ahli hadis

adalah kebersambungan sanad yang continue

(sampai akhir).20

3. Ketika nun berharakat fathah (musnad bukan musnid),

secara bahasa berarti setiap hal yang

disandarkan kepada Rasulullah Saw. dan secara

istilah, terdapat beberapa makna, diantaranya:

a. Isnad berarti suatu sumber, dikumpulkan dalam

kata musnad. Contohnya adalah Musnad al-Syihab dan

Musnad al-Firdaus.

b. Hadis yang sanadnya bersambung kepada

Rasulullaah Saw. dan tidak satu orang pun yang

19 Al-Tahānawy, Qawā‘id fī ‘Ulūm al-Hadīth (Mesir: Dār al-Salām, 2000),h. 38

20 Al-Shahrazūry, Muqaddimah Ibn Ṣalāh (Kairo: Dār al-Hadīth, 2001), H. 69

[16]

terputus dari jalur periwayatannya. Tidak akan

masuk dalam kategori ini kecuali suatu hadis

yang marfu‘.

c. Kitab yang pengarangnya bertujuan mengumpulkan

satu periwayatan dari salah satu sahabat atau

lebih. Contonya adalah Musnad Aḥmad.

d. Hadis yang sanadnya bersambung sampai pada rawi

terakhir, entah marfu‘, mauquf ataupun maqṭhu’‘’21

Musnad al-Imam al-Syafi’i adalah kitab yang berisi

hadis-hadis dengan sanad ‘Ali (riwayat-riwayat Imam

Syafi’i yang diriwayatkan secara musnad). Para ulama

memberi perhatian terhadap kitab ini. Mereka

mendengarnya, meriwayatkannya, dan berupaya

memperdengarkannya kepada para penuntut ilmu.

Musnad al-Imam al-Syafi’i adalah kitab yang sangat

terkenal di kalangan ahli hadis dan fiqh. Al-Hafidz

Ibnu Hajar berkata dalam “Ta’jil al-Manfa’at”, “al-Syafi’i

tidak menyusun musnad ini, akan tetapi ia disusun oleh

sebagian ulama Naisabur22 yang diambil dari kitab al-

Umm dan kitab-kitab lainnya yang merupakan hasil

pendengaran dari Abu al-Abbas al-Asham (w. 347 H) dari

al-Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi (w. 270 H) dari al-

Syafi’i. Dan masih banyak hadis-hadis riwayat al-

21 Muḥammad Maḥmūd Aḥmad Bakkār, Bulūgh al-Ᾱmāl min Muṣṭalaḥ al-Ḥadīth wa al-Rijāl (Kairo: Dār al-Salām, 2012), h. 47

22 Yaitu Abu Amr Muhammad bin Ja’far bin Muthar al-Naisaburi (w.360 H)

[17]

Syafi’i yang tidak dicantumkan dalam musnad ini. Orang

yang menyusun hadis-hadis al-Syafi’i ini tidak

mengurutkannya dengan baik berdasarkan musnad atau

bab-bab.

Syarah-syarah Musnad al-Syafi’i :

1. Imam Abu al-Sa’adat Ibnu al-Atsir al-Jizzi yang

diberi judul “Syafi al-‘Iliyyi Bi Syarh Musnad al-syafi’i”

2. Abu al-Qasim Imam al-rafi’i yaitu Syarh Musnad al-

Syafi’i.

3. Amir Sanjar bin Abdullah al-jawi

4. Al-Hafidz al-Suyuthi yang diberi nama Syafi al-‘Iiyyi ‘Ala

Musnad al-syafi’i dalam bentuk manuskrip.

5. Al-Sindi yang diberi judul “Mu’tamad al-Alma’i Fi Halli

Musnad al-Syafi’i” yang masih berbentuk manuskrip.

E. Metode Penyusunan Musnad al-Syafi’i

1. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kitab musnad

ini tidaklah dikarang oleh imam Shaāfi‘ī melainkan

merupakan kumpulan bahasan yang ada dalam kitab “al-

Umm” dan selainnya yang dikarang oleh beliau.

Karenanya, di dalamnya pun kita tidak dapat

menemukan metode khusus yang digunakan oleh sang

Imam dalam penyusunan kitab ini kecuali hanya

dengan menyebutkan hadis-hadis yang berdasarkan

tertib para shahabat. Namun, ketika kemudian

disusun ulang oleh al-Imām al-Sindy, kitab ini

[18]

menjadi suatu kitab yang tersusun berdasarkan

susunan tematik fiqh.

2. Hadis-hadis Al-Musnad dikatakan bahwa hadis-hadisnya

tidak teratur, antara sebagian yang satu dengan

yang lain tidak saling mengikuti. Setiap hadis

tidak bisa dipahami mengapa al-Imam al-Syafi’i

mengeluarkan hadis tersebut untuk suatu arti

sementara hadis tersebut mengandung arti lainnya,

sehingga akan diduga bahwa beliau mengeluarkannya

untuk suatu arti yang bukan arti sebenarnya dari

pentakhrijan hadis tersebut.

3. Al-Imam al-Syafi’i menggabungkan antara sebagian

pembahasan-pembahasan fiqh dan pembahasan yang

semestinya disusun secara independen. Contoh al-

Asyribah wa fadlail Quraisy

4. Sebagian bab-bab fiqh memuat hadis-hadis yang tidak

berkaitan dengannya.

5. Ada beberapa hadis yang diulang-ulang untuk suatu

faedah. Misalnya ia diriwayatkan secara mursal lalu

diriwayatkan secara maushul. Terkadang ada yang

disebutkan secara ragu-ragu lalu tidak ragu-ragu.

F. Periwayatan Hadis-hadis dalam Musnad al-Syafi’i

Menurut al-Hakim, yang menunjukkan bahwa Imam

Syafi’i telah mendalami hadis adalah beliau banyak

meriwayatkan dari Imam Malik dan beliau meriwayatkan

[19]

dari “al-Tsiqqah” tanpa menyebutkan nama yang dimaksud23.

Berikut penulis akan menguraikan dengan terperinci.

1. Imam Syafi’i banyak meriwayatkan dari Imam Malik

bin Anas sejumlah 388 hadis.

2. Imam Syafi’i meriwayatkan melalui jalur dari Malik,

dari Nafi, dari Ibnu Umar atau yang dikenal dengan

al-Silsilah al-Dzahabiyah sejumlah 98 hadis.

ا رن�� ي� خ� ع ، ع�ن� اب��ن� ع�مرا� اف�� �رض�م�ال�ك´ ، ع�ن� ن�� لم ف¶¶� ه وس¶� لى ال�ل¶ه ع�لب¶4 ول ال�ل¶ه ص¶� ن� رس¶¶� هما ، ا� ى4 ال�له ع�ن� رض�ر عي4 و ص�اع�ا م�ن� س�> مر ، ا� اس ص�اع�ا م�ن� ت�� ان� ع�لى ال�ن� طز م�ن� رم�ض� ك�اة� ال�ق� 24ر�

3. Selain dari Imam Malik, Imam Syafi’i mendapat hadis

dari Sufyan bin Uyainah. Beliau meriwayatkan hadis

darinya sejumlah 498 hadis

4. Imam syafi’i banyak menggunakan kalimat “ ه� ق¶¶¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶¶¶�� ي� ”اخ�dalam meriwayatkan hadis. Adapun yang dimaksud "

ه� ق� :di sini adalah "ال�ب>a. Jika ه� ق� ا ال�ب> رن�� ي� ئ��ب� dari اخ� ى د� �Tب maka yang dimaksud adalah اب��ن� ا�

ك´ 4Tدب ى ف�� �Tب اب��ن� ا�

23 Ibnu Hajar, Nail al-Wathr min Tahdzib al-Tahdzib (Hamisy) Juz 16, (Beirut:Dar al-Fikr, 1414 H/1994 M), Hal. 55

24 Hadis ke- 679 Kitab al-Zakat Bab ke-5 Fi Shadaqat al-Fithr (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.221

[20]

ئ��ب� ى4 د� �Tب ن� ا� ه� ، ع�ن� اب�� ق¶¶� ا ال�ب> رن¶¶�� ي� خ� رح�من�ا� د ال¶¶� ن� ع�ن¶¶� د ال�ل¶¶ه ب�� ن¶¶4 و ، ع�ن� ع�ن� ه ا� دة ، ع�من� خ�دي¶¶�> ه� ، ع�ن¶¶� ق¶¶� ، ع�ن� ال�ب>ي�ر ن� ي¶�� ال : ا: ق¶� لم ، ف�� ه وس¶� ل رس�ول ال�له ص�لى ال�ل¶ه ع�لب¶4 لأ س�ا� ن� رخ�� درى4 ، ا� د ال�خ� ى4 س�عن4 �Tب ال�عدوى4 ، ع�ن� ا�

ء ى4 سه س> ح� Bت ن� ال�ماء لأ ي�4 ه وس�لم : ا: ى4 ص�لى ال�له ع�لب4 ب� ال ال�ت� ق� ض� ، ف�� ها ال�كلأت� وال�حي4 ن4 طزح ف�� اعه� ن�� ض� 25ن��

b. Jika ه� ق¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶�� ي� dari اخ� عد ن� س¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶� ت> ب�� maka ال�لي4 yang dimaksudadalah ن� ح�شان� ى¶ ب�� حب4 ت�4

عد ن� س¶¶� ت> ب�� ه� ، ع�ن� ل�ي4 ق¶¶� ا ال�ب> رن¶¶�� ي� خ� ن�ا� لمه� ب�� ى4 س¶¶� �Tب ت� ، وا� ن� ال�مس¶¶ي4 د ب�� عن4 هات� ، ع�ن� س¶¶� ن� ش¶¶�> ، ع�ن� اب��له. ه وس�لم ، م�ن> ى4 ص�لى ال�له ع�لب4 ب� ه ، ع�ن� ال�ت� ى4 ال�له ع�ب� ب48رة� رض� ى4 ه�ز �Tب د ال�رح�من� ، ع�ن� ا� ع�ن�

c. Jika ه� ق� ا ال�ب> رن�� ي� ي4ر dari اخ� ن� ك�ث> د ب�� maka yang dimaksud adalah ال�ول�ن4

س�امه� و ا� ث�� ا�ي4ر ن� ك�ث> د ب�� ه� ، ع�ن� ال�ول�ن4 ق� ا ال�ب> �Tن ا� ن� �Tي ن� ع�مر ،ا� د ال�له ب�� ن� ع�ن� د ال�له ب�� عف�ز ، ع�ن� ع�ن� ن� ج�� اد ب�� ن� ع�ن� ، ع�ن� م�حمد ب��

ا ن> ن� و خ�� شا ا� ح� حمل ت�� ن� ل�م ت�4 ي4 لن� ا ك�ان� ال�ماء ف�� د� ال : ا: ه وس�لم ف�� ن� رس�ول ال�له ص�لى ال�له ع�لب4 ه ، ا� ب4 ي�8 26ع�ن� ا�

d. Jika ه� ق¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶�� ي� dari اخ� اع�ى ور� maka yang dimaksud adalah الأ�

ى س�لمه� �Tب ن� ا� ع�مرو ب��

25 Hadis ke-35 Kitab al-Thaharah Bab ke-1 Fi al-Miyyah (Muhammadbin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.23

26 Hadis ke-36 Kitab al-Thaharah Bab ke-1 Fi al-Miyyah (Muhammadbin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.23

[21]

اع�ى4 ور� ه� ، ع�ن� الأ� ق� ا ال�ب> رن�� ي� خ� د ، ع�ن�ا� عن4 ن� س¶� ى¶ ب�� ح¶ب4 و ت�4 ه ، ا� ب¶4 ي�8 اس¶م ، ع�ن� ا� ن� ال�ق� رح�من� ب�� د ال¶� ، ع�ن� ع�ن¶�ى4 ال�ل¶ه ه� رض¶� س¶¶> ال�ب� ع�اي�� ش¶ل ، ف¶�� ت� ال�ع� د وح�� ق¶� ان� ف�� ان¶¶�� ت� ى ال�ح� ق� ا ال�ب� د� ال�ب� : ا: ه� ، ف¶�� س¶> اس¶م ، ع�ن� ع�اي�� ال�ق�

ه وس�لم ى4 ص�لى ال�له ع�لب4 ب� ا وال�ت� �Tن ه ا� علب� ها : ف�� 27ع�ن�

e. Jika ه� ق¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶�� ي� ج� dari اخ� 4Tزت maka yang dimaksud adalah اب��ن� ح¶¶¶��ال�د ن� خ�� م�شلم ب��

ج� 4Tزت ن� ح¶¶¶�� ه� ، ع�ن� اب�� ق¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶�� ي� خ� ه�ا� س¶¶¶> ائ��ب� ع�اي�� ال : ك¶¶¶� ه ف¶¶¶�� ب¶¶¶4 ي�8 اس¶¶¶م ، ع�ن� ا� ن� ال�ق� رح�من� ب�� د ال¶¶¶� ، ع�ن� ع�ن¶¶¶�عض� ال�ب� ل�ب� ك¶¶اح ف¶¶�� دة� ال�ت� ت� ع�ق¶¶� ي4 ق� ا ب�� د� ا: هد ف¶¶�� ش¶¶> ي� ت� ه�له¶¶ا ف�� ة� م�ن� ا� ه¶¶ا ال�م¶¶را� ل�ن4 طت� ا: خ� ه¶¶ا ت�4 ى4 ال�ل¶¶ه ع�ن� رض¶¶�

كاح دة� ال�ت� لى4 ع�ق� ة� لأ ن�� ن� ال�مرا� ا: وح� ف�� ه�لها ر� 28ا�

f. Jika ه� ق¶¶¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶¶¶�� ي� dari اخ� م¶¶¶¶¶¶ه� وا� ولى ال�ب� ال�ج م¶¶¶¶¶¶� maka yang dimaksud ص¶¶¶¶¶¶�adalah ى حب4 ى ت�4 �Tب ن� ا� م ب�� ب�8راه�ي4 29ا:

27 Hadis ke-104 Kitab al-Thaharah Bab Fi Ahkam al-Ghusl (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.221. Ada perbedaan redaksi hadis. Artinya hadis dengan sanadyang sama namun matannya berbeda. Disebutkan dalam Kitab Musnad al-Syafi’i yang diterbitkan oleh Penerbit Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

Beirut bahwa ada penambahan kata ا شلن� ي� اع�� ف��28 Hadis ke-27 Kitab al-Nikah Bab Fi Maa Ja’a Fi al-Wali

(Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 2, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.161

29 Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-RijalJuz 16, Hal.

[22]

g. Jika ه� ق¶¶¶¶¶¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶¶¶¶¶¶�� ي� dari اخ� maka م�عمر yang dimaksud adalahن� ن� م�ار� م�طزف� ب��

ه� ع�ن� م�عمر ق¶¶¶� ا ال�ب> رن¶¶¶�� ي� خ� ول ال�ل¶¶¶ها� ن� رس¶¶¶¶� , ا� د ال�مطلب� ن� ع�ن¶¶¶� اس ب�� ن� ع�ن¶¶¶� ر ب�� ي4 زى4 ع�ن� ك�ث¶¶¶> ه¶¶¶� ع�ن� ال�ر�ان� ى4 ك�ل رك�عه� رك�عن� ن� ف� ي4 مس رك�عن� ى4 ك�سوف� ال�ش> ه وس�لم ص�لى ف� 30ص�لى ال�له ع�لب4

h. Jika ه� ق¶� ا ال�ب> رن¶�� ي� لمه� dari اخ� ن� س¶� maka yang dimaksud adalah ح�م¶اد ب��ن� ح�شان� ى¶ ب�� حب4 ت�4

ن� ح�ش¶¶ان� ، ع�ن� ح�م¶¶اد ى¶ ب�� ح¶¶ب4 و ت�4 ه� وه¶¶� ق¶¶� ا ال�ب> رن¶¶�� ي� خ� هل ،ا� ن� ش¶¶� م�ام¶¶ه� ب�� ى4 ا� �Tب د ، ع�ن� ا� عن4 ن� س¶¶� ى ب�� ح¶¶ب4 ، ع�ن� ت�4خ¶¶ل ال : لأ ت�4 لم ، ف¶¶�� ه وس¶¶� لى ال�ل¶¶ه ع�لب¶¶4 ول ال�ل¶¶ه ص¶¶� ن� رس¶¶� ه ، ا� ى4 ال�ل¶¶ه ع�ب¶¶� ان� رض¶¶� ن� ع�ق¶¶� م¶¶ان� ب�� ع�ن� ع�ي>

ي4ر ع¶¶¶¶¶� س ب�� ق� ل ب�� ت¶¶¶¶¶� و ف�� ح�ض¶¶¶¶¶ان� ، ا� ع¶¶¶¶¶د ا: �ى ب�� Tب و ر� م¶¶¶¶¶ان� ، ا� ت48 ع¶¶¶¶¶د ا: ز ب�� لأت> : ك�ف¶¶¶¶¶� دى ن�> خ¶¶¶¶¶� لأ م�ن� ا: دم ام¶¶¶¶¶رى� ا:س ق� 31ب��

i. Jika ه� ق� ا ال�ب> رن�� ي� ان� dari اخ� ن�� ن� ا� maka yang dimaksud adalah م�حمد¶ ب��ن� ح�شان� ى¶ ب�� حب4 ت�4

30 Hadis ke-478 Kitab al-Shalat Bab Fi Shalat al-Kusuf (Muhammadbin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 1, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.161

31 Hadis ke-318 Kitab al-Diyat (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 2, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.433

[23]

ان� ن¶¶�� ن� ا� ه� ، ع�ن� م�حم¶¶د ب�� ق¶¶� ا ال�ب> رن¶¶�� ي� خ� ن�ا� ه ، ا� ب¶¶4 ي�8 دة� ، ع�ن� ا� 4T¶¶ن� ب��رن مان� ب�� لي4 د ، ع�ن� س¶¶� ن� مرن¶¶�> م¶¶ه� ب�� ، ع�ن� ع�لق�

ت� ي4 ا ل�ق� د� ا: ال : ف¶¶�� را ، وف¶¶�� م¶¶ي4 هم ا� م¶¶¶ر ع�لن4 ا ا� ش¶¶> ي4 عت> خ�� ا ب�� د� ان� ا: لم ك¶¶� ه وس¶¶¶� لى ال�ل¶¶ه ع�لب¶¶4 ول ال�ل¶¶ه ص¶¶¶� رس¶¶�لى م¶¶¶¶¶ه� ، ادع�هم ا: ك´ ع�لق� ض¶¶¶¶¶ال ، س¶¶¶¶¶�> لأت> ح�� و ن�> لأل ، ا� لأت> خ�� لى ن�> ادع�هم ا: ن� ف¶¶¶¶¶�� رك�ي4 دوا م�ن� ال�مس¶¶¶¶¶> ع¶¶¶¶¶�لى دار خ¶¶¶ول م�ن� داره�م ا: لى ال�ت� م ادع�هم ا: هم ث�> ف� ع�ن� هم وك¶¶¶� ل م�ن� ن¶¶¶� اف�� وك�´ ف�� اث�� خ¶¶¶�� ن� ا� ا: لأم ، ف¶¶¶�� س¶¶¶� الأ:

ن� ا: هم ، ف¶¶¶¶¶¶�� ا ع�لن4 هم م¶¶¶¶¶¶� ن� ع�لن4 ن� ، وا� ب48 ز ا ل�لمه¶¶¶¶¶¶اح�� ن� ل�هم م¶¶¶¶¶¶� عل¶¶¶¶¶¶وا ا� ن� ه�م ف�� ي�ره�م ا: خ¶¶¶¶¶¶� ن� ، وا� ب48 ز ال�مه¶¶¶¶¶¶اح��

زى4 ح¶¶� هم خ�كم ال�ل¶¶ه ك�م¶¶ا ت�4 زى4 ع�لن4 ح¶¶� ن� ، ت�4 ع�زات� ال�مش¶¶لمي4 ا� هم ك¶¶� ن�� ع�لمهم ا� ا� ى4 داره�م ف¶¶�� ام ف� اروا ال�مق¶¶� ت¶¶� اح��وك�´ ب¶¶¶� ن' خ� ن� ل�م ت�4 ا: ن� ، ف¶¶¶�� ع ال�مش¶¶¶لمي4 دوا م¶¶¶� اه¶¶¶� خ� ن� ت�4 لأ ا� ء ا: ى4 ء س¶¶¶> ى4 ى4 ال�ق� س ل�هم ف� ن� ، ول�ي4 ع�لى ال�مش¶¶¶لمي4

ع¶¶الى ال�ل¶¶ه ب�� عن� ن�� ب� اس¶¶� وا ف�� ث¶¶�� ن� ا� ا: هم ودع�هم ، ف¶¶�� ل م�ن� ن¶¶� اف�� عل¶¶وا ف�� ن� ف�� ا: ه� ، ف¶¶�� ي¶¶�4 ز� عط¶¶وا ال�ح� ن� ب�4 لى ا� ادع�هم ا: ف¶¶��لهم ان�� 32وف��

5. Selain menggunakan kalimat ه� ق� ا ال�ب> رن�� ي� Imam Syafi’i juga ,اخ�menggunakan kalimat هم �Tن ا م�ن� لأ ا� رن¶¶¶¶¶¶¶¶¶�� ي� خ� maka ا� yang dimaksudadalah ¶ى حب4 ى4 ت�4 �Tب ن� ا� م ب�� ب�8راه�ي4 33 ا:

32 Hadis ke-385 Kitab al-Jihad (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 2, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.455

33 Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi (w. 458 H), Ma’rifatu al-Sunan wa al-Atsar, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah), Juz. 3, Hal. 114

[24]

هم �Tن �ى4 م�ن� لأ ا� Tرب ي� خ� ن� رس�ول ال�له ص�لىا� هما ا� ى4 ال�له ع�ن� اس رض� ن� ع�ن� مه� ، ع�ن� اب�� وا� ، ع�ن� ص�ال�ج م�ولى ال�ب�ن� ي4 ضلى رك�عن� ال�مضلى ف�� ى ن�� سق� ه وس�لم اس�ي� 34ال�له ع�لب4

هم �Tن ا م�ن� لأ ا� رن�� ي� خ� ها� ى4 ص�لى ال�له ع�لب4 ب� ن� ال�ت� طت� ، ا� ن� ح�ي� اح ، ع�ن� ال�مطلب� ب�� �Tن� رن ال�د ب�� �ى4 خ�� Tرب ي� خ� ، ا�ه ل�ك´ ع�ب� م�طزت� سرى4 د� ا ا� د� ا: هه ، ف�� ى4 وج�� ل�ك´ ف� و رع�دت� ع�زف� د� ت� ال�شماء ا� ا ب��رف�� د� 35وس�لم ك�ان� ا:

6. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan عض� ا ب�� رن¶¶¶¶�� ي� خ� ا�ا ن� �Tي ص�خا menurut al-Baihaqi, yang dimaksud adalah “Ahlul , ا�

Hijaz”36

7. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan دد ا ع¶¶¶¶¶� رن¶¶¶¶¶�� ي� خ� ا�

ات� ق� ب�>8. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan عض� ا ب�� رن¶¶�� ي� خ� ا�

ه�ل ال�علم ا�

34 Hadis ke-491 Kitab al-Shalat Bab Fi Shalat al-Istisqa’ (Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 1, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.164

35 Hadis ke-491 Kitab al-Shalat Bab Fi al-Du’a(Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 1, (Kudus: Syarikat, 2012 M), Hal.167

36 Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi, Ma’rifatu al-Sunan wa al-Atsar, Hal. 114

[25]

9. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan ا م�ن� رن¶¶¶�� ي� خ� ا�ي'ن� ن4 رف�� ه ال�مس> ق� ي�� ث8> ا�

10. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan ا رن�� ي� خ� ا�ن� ع�مر د ال�له ب�� ن4 ه ع�ن� ب� øظ� د ال�له ا� ن� ع�ن� اسم ب�� ال�ق�

11. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan ا رن�� ي� خ� ا�ه�ل ال�علم ات� ا� ق� ر واخ�د م�ن� ب�> ي4 ع�

12. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan

ي�رة خ� ن� م�ال�كا ا� عى4 ا� اف�� ا ال�ش> رن�� ي� خ� ا�13. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan

ه ص�دق� ا م�ن� ا� رن�� ي� خ� ا�14. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis menggunakan ا رن�� ي� خ� ا�

ر واخ�د م�ن� اه�ل ال�علم ي4 ع�Kaidah kesahihan hadis Imam Syafi’i mencakup semua

bagian hadis, sisi sanad dan matan. Kriteria sanad

secara tegas meliputi aspek keadilan dan kedhabitan

periwayat. Secara teoritis, kualitas hadis yang

[26]

diterima menurut kriteria tersebut jelas menduduki

predikat otentik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni

(2013) yang berjudul Dari jumlah periwayat tersebut

banyak ditemukan para periwayat yang diberi

predikat tsiqah (rawi yang terpercaya), tsiqah tsabt

(rawi yang terpercaya dan ditetapkan), dan lain-lain

ungkapan yang menunjukkan kepada predikat keutamaan

kepribadian dan kekuatan hafalan si periwayat. Dalam

hal ini peneliti tidak menelaah lebih jauh kepada para

periwayat yang diberi predikat tersebut, karena telah

cukup diberi penilaian baik dan tidak terdapat

permasalahan yang perlu dibahas berkaitan dengan

kepribadian dan hafalannya.

Penulis menemukan beberapa hadis yang hanya

disandarkan kepada para sahabat serta tidak sampai

kepada Rasulullah. Dengan kata lain di dalam kitab

Musnad Imam asy-Syafi’i  tidak hanya  memuat

hadis marfu’, akan tetapi terdapat pula hadis mauquf.

Terlepas dari apakah hadis-hadis tersebut dijadikan

penguat dan sekadar mendukung hadis-hadis yang ada

atau memang berdiri sendiri.

G. Perhatian Ulama Terhadap Kitab Musnad al-Syafi’i

[27]

Hadirnya Musnad al-Syafi’i menyita perhatian para ulama,

terbukti adanya:

1.Sebagian ulama berperan besar dalam

menyusun(mengurutkan) kitab ini. Diantaranya adalah

al-Amir sanjar bin Abdullah al-Jawali (w. 745 H.).

2.Imam Abu al-Sa’adat Ibnu Atsir menyusunnya sesuai

dengan bab-bab fiqh yang bebas dari sanad-sanad dan

syarahnya.

3.Imam Al-Sindi mengurutkan musnad al-syafi’i ini

diilhami dari Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bahwa

Musnad al-Syafi’i yang diriwayatkan dari al-Qadli

Abu Bakr Ahmad bin al-Hasan al-Hairi dari Abu

al-‘Abbas Muhammad bin Ya’qub bin al-‘Asham (w. 346

H) dari al-Rabi’i bin Sulaiman (w. 270 H) dari Imam

Syafi’i bahwa Musnad al-Syafi’i ini belum urut sesuai

bab-bab fiqh, sehingga akan menyulitkan bagi para

pencari ilmu dalam melakukan kajian terlebih ketika

terjadi pengulangan dalam tempat yang terpisah. Oleh

sebab ini, beliau mendapat petunjuk dari Allah untuk

mengumpulkan, mengurutkan, dan mengelompokkan sesuai

dengan bab-babnya37

4.Ahmad bin Abdurrahman al-Sa’ati juga mengurutkannya

dan memberinya judul Bada’I al-Minan.

H. Nilai Penting Musnad al-Syafi’i

37 Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Imam al-Syafi’i bi Tartib al-‘Allamat al-Sindi,

[28]

1.Hanya pengumpulan hadis yang diriwayatkan oleh al-

Imam al-Syafi’i, yang berkredibilitas tinggi dari

segi imamah, hafalan dan thiqah. Hadisnya pun dapat

dijadikan sebuah dalil atau hujjah (Nashir al-Sunnah).

2.Beliau menghafal banyak jalur periwayatan yang sudah

pernah hilang asal muasalnya. Contohnya adalah hadis

Sufyan bin ‘Uyainah yang sangat dipegang teguh

beserta riwayat imam Malik dalam pengambilan hukum

yang berasal dari kitab al-Umm, maka tidaklah

mungkin karangan Ibn ‘Uyainah ini berada di tangan

kita sekarang. Inilah salah satu karangan yang

didekasikan oleh seorang muṣannif dari Ḥijaz.

3.Kitab ini merupakan salah satu diantara karangan

sang Imam yang tertua mengenai hadis-hadis hukum

yang tsiqqah, dan kemudian dijadikan sebagai

sandaran utama pengambilan hukum38

4.Dalam kitab ini pengarang menyebutkan hadis-hadis

dengan sanad dan redaksi yang lengkap, serta

membahas perbedaan antara naskah-naskah yang ada

padanya dan memberikan komentar padanya.

5.Imam al-Rafi’i juga menyebutkan profil para perawi

al-Musnad secara detail dengan menjelaskan sebagian

dari status mereka. Beliau tidak melalaikan dari

mereka kecuali hanya sedikit.

38 Al-Nashiiry, Musnad Muḥammad bin Idris al-Syafi’i (Beirut: Dar al-Bashair al-Islamiyyah, 2005), jilid. 1, Hal. 9

[29]

6. Karena pentingnya kitab ini, para ulama banyak

mengambil manfaat darinya dan menjadikannya

sebagai rujukan.39

39 Abu al-Qasim al-Rafi’i, Syarah Musnad al-Syafi’i Jilid 3, (Bandung: Pustaka Azzam)

[30]

DAFTAR PUSTAKA

Abu al-Qasim al-Rafi’i, Syarah Musnad al-Syafi’i Jilid 3,

(Bandung: Pustaka Azzam)

Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi (w.

458 H), Ma’rifatu al-Sunan wa al-Atsar, (Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyah)

Al-Imam al-Nawawi, Dasar-dasar Ilmu Hadis Terj. Syarif Hade

Masyah. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009

Al-Nashiiry, Musnad Muḥammad bin Idris al-Syafi’i (Beirut:

Dar al-Bashair al-Islamiyyah, 2005

Al-Shahrazūry, Muqaddimah Ibn Ṣalāh (Kairo: Dar al-

Hadis, 2001).

Al-Tahānawy, Qawaid fi Ulum al-Hadis (Mesir: Dar al-Salam,

2000).

Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib Juz 7, (Beirut:

Dar al-Fikr, 1415 H/1995 M)

Ibnu Hajar, Nail al-Wathr min Tahdzib al-Tahdzib (Hamisy) Juz 16,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1994 M

Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi

Asma’ al-Rijal Juz 16

[31]

Muhammad bin Idris al-Syafi’i (w. 204 H.), Al-Risalah,

1309 H

Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i Juz 2,

(Kudus: Syarikat, 2012 M)

Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Musnad Imam Syafi’i,

(Jakarta:Pustaka Azzam, 2008)

Muḥammad Maḥmūd Aḥmad Bakkār, Bulugh al-Amal min Musthalah

al-Hadis wa al-Rijal (Kairo: Dar al-Salam, 2012)

Siradjuddin ‘Abbas, Thabaqat al-Syafi’iyah, (Jakarta:

Pustaka Tarbiyah, 1975)

Syauqi Abu Khalil, Athlas al-Hadis al-Nabawi, (Beirut: Dar

al-Fikr, 2006)

[32]

[33]