Post on 16-Jan-2023
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BEKASI ART CENTER DI KOTA JABABEKA
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Pada Program Studi Arsitektur
Disusun Oleh :
DIAN FEBY ARDIANTI
NIM : 32121003
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA
BEKASI 2018
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa, saya yang
bertandatangan di bawah ini :
Nama : Dian Feby Ardianti
NIM : 32121003
Program Studi : Arsitektur
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa Hak Bebas Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “PERENCANAAN
DAN PERANCANGAN BEKASI ART CENTER DI KOTA JABABEKA”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak paten royalty
noneksklusif ini Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa berhak menyimpan,
mengalihmedia / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Bekasi
Pada Tanggal : 28 September 2018
Yang Membuat Pernyataan,
Dian Feby Ardianti
NIM. 32121003
vi
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BEKASI ART CENTER DI KOTA JABABEKA
Oleh :
DIAN FEBY ARDIANTI – 32121003 – ARSITEKTUR
ABSTRAK
Seni merupakan bentuk dari ekspresi seseorang yang memiliki sifat kreatifitas,
emosional, individual, abadi dan universal. Di Indonesia sendiri memiliki
berbagai macam seni, seperti seni rupa, seni teater, seni musik, dan seni tari. Kota
Jababeka merupakan kota yang sedang berkembang, terletak di sebelah timur kota
Jakarta dan merupakan bagian dari Kabupaten Bekasi. Dengan adanya
perencanaan Bekasi Art Center di Kota Jababeka ini diharapkan menjadi salah
satu bentuk upaya pengembangan seni dan pengetahuan atau pendidikan informasi
tentang seni kepada masyarakat serta dapat menjadi wadah untuk
mengapresiasikan seni, memelihara, menjaga dan memamerkah hasil karya dari
para seniman. Dan dapat menciptakan tempat yang mampu menyatukan,
mewadahi aktifitas kesenian, dan dapat menjadi tempat yang menyenangkan
sebagai salah satu alternatif tempat hiburan yang mendidik.
Perencanaan dan perancangan bangunan ini menerapkan konsep High-tech
building.
Kata Kunci : seni, high-tech building, bangunan, seniman, Jababeka, art center.
vii
PLANNING AND DESIGN
BEKASI ART CENTER IN JABABEKA CITY
By :
DIAN FEBY ARDIANTI – 32121003 – ARSITEKTUR
ABSTRACT
Art is a form of expression of someone who has the characteristics of creativity,
emotional, individual, eternal and universal. In Indonesia, there are various kinds
of art’s, such as fine art, theater, music, dance. Jababeka City is a developing
city, located east of Jakarta and is part of Kabupaten Bekasi. With the planning of
the Bekasi Art Center in Jababeka City, it is hoped that it will become one of the
forms of efforts to develop art and knowledge or education of information about
art to the community and can be a forum for appreciating art, maintaining, and
displaying the works of artists. And can create a place that is able to unite,
accommodate artistic activities, and can be a pleasant place as one of the
educational entertainment venues.
Planning and designing this building applies the High-tech building concept
Keywords: art, high-tech building, buildings, artists, Jababeka, art center.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga saya dapat melaksanakan Tugas
Akhir serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa adanya
halangan yang berarti. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan apa yang telah saya
pelajari di kampus Pelita Bangsa, yang beralamat di Jl. Inspeksi Kali Malang –
Tegal Danas, Arah Deltamas, Cikarang Selatan – Bekasi,17530.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus ditempuh
dalam Program Studi Arsitektur. Selain untuk menuntaskan program studi yang
saya tempuh, tugas akhir ini ternyata banyak memberikan manfaat kepada saya
baik dari segi akademik maupun pengalaman yang tidak dapat saya temukan saat
berada di bangku kuliah. Dalam penyusunan tugas akhir ini saya banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya ingin
mengungkapkan rasa terimakasih kepada :
1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, hidayah dan perlindungan-Nya
kepada saya.
2. Ibu Dra. Koes Indrati Prasetorini, M.M selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi
Teknologi Pelita Bangsa.
3. Bapak Dr. Ir. Supriyanto, M.P. selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Pelita
Bangsa.
4. Ibu Retno Fitri Astuti, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Arsitektur
Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.
5. Bapak Akhmad Akromusyuhada, S.T.,M.Pd.I. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam
melaksanakan tugas akhir (skripsi) ini Arsitektur.
6. Bapak Windi,S.Pd.,M.M. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan tugas
akhir (skripsi) ini Arsitektur.
ix
7. Ibu Lia Amelia M. S.Pd. M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan tugas
akhir ini.
8. Bapak Ahmad Aguswin, S.T., M.M. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan
tugas akhir ini.
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Teknik Arsitektur yang telah memberikan
pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
10. Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian
skripsi ini
11. Hasrul Hidayat, yang telah membantu dan memberikan semangat setiap
harinya dalam penyelesaian skripsi ini
12. Sahabat – sahabatku Ivena, Kukun, Nisa, dan Irfan terimakasih atas
dorongan semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan.
13. Sahabat – sahabatku Farah, Hilima dan Endah terimakasih atas dorongan
semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan
14. Seluruh teman – teman seangkatan yang selalu mengisi hari – hari menjadi
menyenangkan
15. Tak lupa pula saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak –
pihak terkait lainnya yang telah banyak membantu
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini mungkin terdapat kesalahan,
baik dari segi penyusunan, tata bahasa maupun data – data yang dilaporkan. Oleh
karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang membangun guna melengkapi
dan menyempurnakan Tugas Akhir ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi kita semua.
Bekasi, 28 September 2018
Penyusun,
Dian Feby Ardianti
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………. i
Lembar Persetujuan Skripsi ……………………………………………… ii
Lembar Pengesahan Sidang Skripsi ………………………………………. iii
Lembar Pernyataan Keaslian ……………………………………………... iv
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk
Kepentingan Akademik …………………………………………………… v
Abstrak ……………………………………………………………………. vi
Abstract ………………………………………………………………… vii
Kata Pengantar …………………………………………………………… viii
Daftar Isi ………………………………………………………………… x
Dafar Gambar ……………………………………………………………. xv
Daftar Tabel dan Skema …………………………………………………. xxii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2 Identifikasi, Rumusan dan Pembatasan Masalah ……………………. 2
1.2.1 Identifikasi Masalah ..………………………………………… 2
1.2.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 3
1.2.3 Batasan Masalah ………………………………………………. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ………………………………………. 3
1.3.1 Tujuan …………………………………………………………. 3
xi
1.3.2 Manfaat ……………………………………………………….. 3
1.4 Metode Pengumpulan Data ………………………………………….. 5
1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN UMUM …………………………………………….. 7
2.1 Tinjauan Umum Bekasi Art Center ……………………………………. 7
2.1.1 Pengertian Art Center …………………………………………. 7
2.1.2 Tipologi Art Center …………………………………………… 17
2.1.3 Fungsi Bangunan Art Center …………………………………. 20
2.1.4 Prinsip Perancangan Art Center ………………………………. 20
2.1.5 Tinjauan Terhadap Bangunan Sejenis ………………………… 28
2.2 Tinjauan Kawasan …………………………………………………… 54
BAB III Tinjauan Khusus ………………………………………………… 62
3.1 Pengertian Arsitektur High-Tech …………………………………….. 62
3.2 Sejarah Arsitektur High-Tech ………………………………………… 63
3.3 Karakteristik Arsitektur High-Tech ………………………………… 64
3.4 Penerapan Tema High – Tech Pada Beberapa Bangunan ……………. 68
3.4.1 Penggunaan Material Kaca ……………………………………. 68
3.4.2 Penggunaan Struktur Baja ……………………………………... 71
3.4.3 Building Automation System …………………………………… 72
3.4.4 Warna Pada Utilitas …………………………………………… 74
3.4.5 Penggunaan ETFE ……………………………………………. 74
xii
3.4.6 Penggunaan Dinding Panel polyfoam …………………………. 75
3.4.7 Intelligent Building System (IBS) ………………………………. 76
3.4.8 Penggunaan photovoltaic/solar cell …………………………… 77
3.5 Studi Kasus Arsitektur High-Tech …………………………………… 79
3.5.1 Cybertecture Egg (Mumbai) …………………………………… 79
3.5.2 Singapore Edge Green Complex ………………………………. 81
3.5.3 Kesimpulan Studi Kasus ……………………………………….. 84
BAB IV Analisa Perencanaan …………………………………………… 85
4.1 Analisa Manusia ……………………………………………………… 85
4.1.1 Analisa Kegiatan ……………………………………….……… 85
4.1.2 Analisa Pelaku Kegiatan ………………………………………. 85
4.1.3 Analisa Pola Kegiatan ………………………………………… 87
4.2 Analisa Tapak ………………………………………………………… 91
4.2.1 Proses Penentuan Pemilihan Lokasi …………………………… 91
4.2.2 Analisa Ketentuan Tapak ……………………………………… 93
4.2.3 Analisa Lingkungan Sekitar …………………………………… 94
4.2.4 Analisa View Bangunan ……………………………………….. 95
4.2.5 Analisa Matahari ………………………………………………. 96
4.2.6 Analisa Hujan …………………………………………………. 96
4.2.7 Analisa Kebisingan ……………………………………………. 98
4.2.8 Analisa Sirkulasi ………………………………………………. 100
xiii
4.3 Analisa Ruang ……………………………………………………… 102
4.3.1 Analisa Kebutuhan Ruang ….………………………………… 102
4.3.2 Analisa Program Ruang ……………………………………….. 106
4.3.3 Analisa Pengelompokan Ruang ……………………………….. 110
4.3.4 Analisa Hubungan Ruang ……………………………………… 112
4.3.5 Analisa Kebutuhan Besaran Ruang …………………….……. 113
4.3.5.1 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Luar …………………. 113
4.3.5.2 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Dalam ………………. 114
4.4 Analisa Bentuk dan Bangunan ……………………………………… 117
4.4.1 Analisa Bentuk Bangunan …………………………………….. 117
4.4.2 Analisa Gubahan Massa ………………………………………. 118
4.5 Analisa Sirkulasi Pada Bangunan ……………………………………. 121
4.6 Analisa Struktur Banguan ……………………………………………. 122
4.7 Analisa Utilitas ……………………………………………………… 124
4.7.1 Analisa Sistem Air …………………………………………….. 124
4.7.2 Analisa Jaringan Listrik ……………………………………….. 126
4.7.3 Analisa Sistem Penghawaan …………………………………… 127
7.7.4 Analisa Pengelolaan Sampah …………………………………. 128
4.7.5 Analisa Penangkal Petir ……………………………………….. 129
4.7.6 Analisa Sistem Pencahayaan …………………………………… 129
4.7.7 Analisa Akustik ………………………………………………… 130
xiv
4.7.8 Analisa Sistem Komunikasi …………………………………… 130
4.7.9 Analisa Sistem Keamanan …………………………………… 130
BAB V Analisa Perencanaan …………………………………………… 138
5.1 Konsep Bentuk Massa Bangunan …………………………………… 138
5.2 Konsep Teknologi ……………………………………………………. 139
5.3 Hasil Perancangan ……………………………………………………. 144
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 147
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 149
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pencahayan Alami …………………………………………... 23
Gambar 2.2 Pencahayaan Buatan ………………………………………… 24
Gambar 2.3 Jarak Pandang Manusia ……………………………………… 25
Gambar 2.4 Jarak Pandang Manusia ……………………………………… 26
Gambar 2.5 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung ……………………… 28
Gambar 2.6 Pintu Utama Selasar Sunaryo ……………………………….. 29
Gambar 2.7 Ruang Galeri A ……………………………………………… 30
Gambar 2.8 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung ……………………. 30
Gambar 2.9 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung ………………………. 31
Gambar 2.10 Denah ……………………………………………………… 32
Gambar 2.11 Tampak Selatan ……………………………………………. 32
Gambar 2.12 Ruang Galeri A ..………………………………………….. 32
Gambar 2.13 Ruang Galeri A .......……………………………………….. 33
Gambar 2.14 Ruang Galeri B …………………………………………….. 33
Gambar 2. 15 Ruang Sayap …..…………………………………………. 33
Gambar 2.16 Stone Garden …..…………………………………………. 34
Gambar 2.17 Bale Handap ……………………………………………… 34
Gambar 2.18 Bale Tonggoh …………………………………………… 34
xvi
Gambar 2.19 Bamboo House ……………………………………………. 35
Gambar 2.20 Pustaka Selasar ……………………………………………. 35
Gambar 2.21 Amphiteater ……………………………………………… 35
Gambar 2.22 Cinderamata …………………………………………….. 36
Gambar 2.23 Soorim Art Center, Seoul, Korea Selatan ………………….. 36
Gambar 2.24 B2F Plan (existing) ………………………………………. 38
Gambar 2.25 B1F Plan (existing)…………………………………………. 38
Gambar 2.26 1F Plan (existing)…………………………………………… 38
Gambar 2.29 B2F Plan …………………………………………………. 39
Gambar 2.28 Rooftop Plan (existing) …………………………………… 39
Gambar 2.27 3F Plan (existing) ………………………………………… 39
Gambar 2.30 B1F Plan ………………………………………………… 40
Gambar 2.31 1F Plan …………………………………………………… 40
Gambar 2.32 2F & 3F Plan ………………………………………………. 40
Gambar 2.33 Rooftop Plan ……………………………………………. 41
Gambar 2.34 Section ……….……………………………………………. 41
Gambar 2.35 South Elevation ……………………………………………. 41
Gambar 2.36 West Elevation ……………………………………………. 42
Gambar 2.37 Skin System …………………………………………….…. 42
Gambar 2.38 Façade …………………………………………………..…. 42
ambar 2.39 Façade ……………………………………………. 43
xvii
Gambar 2.40 Interior ……………….……………………………………. 43
Gambar 2.41 Interior ……………….……………………………………. 43
Gambar 2.42 Interior ……………….……………………………………. 44
Gambar 2.43 Art Gallery ………….……………………………………. 44
Gambar 2.44 Art Gallery ………….……………………………………. 44
Gambar 2.45 Concert Hall ………….……………………………………. 45
Gambar 2.46 Ciputra Artpreneur ………….…………………………. 45
Gambar 2.47 Ciputra Artpreneur Theater ……………………………… 46
Gambar 2.48 Beauty and The Beast Show ……………………………… 46
Gambar 2.49 Ciputra Artpreneur Museum ……………………………… 47
Gambar 2.50 Theater Floor Plan ………………………………………… 47
Gambar 2.51 Theater Ceiling Plan ……………………………………… 48
Gambar 2.52 Ciputra Artpreneur Section ………………………………… 48
Gambar 2.53 Lobby …………………………………….………………… 48
Gambar 2.54 Interior Ciputra Artpreneur ………………………………… 49
Gambar 2.55 Hall ………………………………………………………… 49
Gambar 2.56 Selasar ……………………………………………………… 49
Gambar 2.57 Gallery ……………………………………………………. 50
Gambar 2.58 Façade ……………………………………………………. 50
Gambar 2.59 Pompidou Centre ………………………………………….. 51
Gambar 2.60 Pompidou Centre ………………………………………….. 51
xviii
Gambar 2.61 Pengeksposan Me ………………………………………….. 52
Gambar 2.62 Pengeksposan Me ………………………………………….. 53
Gambar 2.63 Interior Pompidou …………………………………………. 54
Gambar 2.64 Interior Pompidou …………………………………………. 54
Gambar 2.65 Peta Wilayah Kabupaten Bekasi …………………………… 55
Gambar 2.66 Peta Kota Jababeka ……………………………………… 59
Gambar 2.67 Indonesia Movieland …..…………………………………. 60
Gambar 3.1 Georges Pompidou Center, Paris (1972-7) …………………. 63
Gambar 3.2 Inside Out …………………………………………………. 65
Gambar 3.3 celebration of process …………………………………….. 66
Gambar 3.4 Transparan, pelapisan dan pergerakan ……………………… 66
Gambar 3.5 a light weight filigree of tensile members …………………. 67
Gambar 3.6 Optimistic confidence in a scientific cultura. ……………… 67
Gambar 3.7 Double Glass ………………………………………………. 69
Gambar 3.8 Kaca Reflective ……………………………………………. 69
Gambar 3.9 Kaca Bening/Polos …………………………………………. 70
Gambar 3.10 Self Cleaning Glass ……………………………………… 70
Gambar 3.11 Rayban Glass ……………………………………………. 71
Gambar 3.12 Struktur Baja ………………………………………………. 72
Gambar 3.13 Building Automation System ……………………………. 74
Gambar 3.14 Warna Pada Utilitas ……………………………………. 74
xix
Gambar 3.15 Ethylene Tetrafluoroethylene (ETFE) …………………… 75
Gambar 3.16 Panel Polyfoam ………………………………………..…. 76
Gambar 3.17 Intelligent Building System ………………………………… 76
Gambar 3.18 photovoltaic/solar cell ……………………………….…… 78
Gambar 3.19 Cybertecture Egg ………………………………………… 79
Gambar 3.20 Cybertecture Egg ……………………………………….. 79
Gambar 3.22 Teras Lobi …………………………………………………. 80
Gambar 3.23 Interior Lobi ………………………………………………. 80
Gambar 3.24 Toilet ………………………………………………………. 81
Gambar 3.25 Perspektif ………………………………………………….. 81
Gambar 3.26 Edge Green Complex ……………………………………… 81
Gambar 3.27 Singapore Edge Complex ………………………………… 82
Gambar 3.28 Day View …………………………………………………… 83
Gambar 3.29 Singapore Edge Complex ….……………………………… 83
Gambar 3.30 Night View …………………………………………………. 84
Gambar 4.1 Lokasi Site ………………………………………………….. 92
Gambar 4.2 GSB Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi ……. 93
Gambar 4.3 Analisa Lingkungan Sekitar ………………………………… 94
Gambar 4.4 Analisa View Bangunan …………………………………… 95
Gambar 4.5 Analisa Matahari ……………………………………………. 96
Gambar 4.6 Analisa Hujan ……………………………………………… 97
xx
Gambar 4.7 Sumur Resapan ……………………………………………… 98
Gambar 4.8 Analisa Kebisingan ………………………………………… 98
Gambar 4.9 Alternatif Meminimalisir Kebisingan ……………………… 99
Gambar 4.10 Sirkulasi ………………………………………………… 100
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi 1 ……………………………………… 100
Gambar 4.12 Analisa Sirkulasi 2 ………………………………………... 101
Gambar 4.13 Shilouete Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi ………………... 119
Gambar 4.14 Transformasi gubahan massa ……………………………. 120
Gambar 4.15 Pondasi Tiang Pancang ………………………………… 123
Gambar 4.16 Building Automatic system ……………………………. 131
Gambar 4.17 Card Lock ……………………………………………….. 132
Gambar 4.18 Metal Detector ……………………………………………. 132
Gambar 4.19 Kamera CCTV ……………………………………………. 133
Gambar 4.20 Fire hydrant ……………………………………………… 134
Gambar 4.21 Fire sprinkler ……………………………………………. 135
Gambar 4.22 Fire Extinguisher ………………………………………… 136
Gambar 4.23 Smoke Detector …………………………………………… 136
Gambar 4.24 Fire Alarm ………………………………………………… 137
Gambar 5.1 Shilouete Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi ………………… 138
Gambar 5.2 Transformasi Bentuk ……………………………………….. 139
Gambar 5.3 Double Glass ……………………………………………….. 140
xxi
Gambar 5.4 Self Cleaning Glass …………………………………………. 140
Gambar 5.5 Struktur Baja ……………………………………………….. 141
Gambar 5.6 Intelligent Building System ………………………………… 142
Gambar 5.7 photovoltaic/solar cell ……………………………………….. 143
Gambar 5.8 EFTE ………………………………………………………... 144
Gambar 5.9 Siteplan ……………………………………………………. 144
Gambar 5.10 Tampak Depan …………………………………………… 145
Gambar 5.11 Tampak Samping ………………………………………… 145
xxii
DAFTAR TABEL DAN SKEMA
Gambar 2.1 Pencahayan Alami …………………………………………... 23
Tabel 2.1 Kesimpulan Definisi Art Center ……………………………… 10
Tabel. 2.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bekasi …… 56
Tabel. 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Kabupaten
Bekasi Tahun 2013 ………………………………………………………. 57
Tabel. 2.4 To Kota Jababeka …………………………………………….. 59
Skema 4.1 Analisa Kegiatan Pengunjung ……………………………… 87
Skema 4.2 Analisa Kegiatan Seniman ………………………………… 87
Skema 4.3 Analisa Kegiatan Pengelola Utama ………………………… 88
Skema 4.4 Analisa Kegiatan Pengelola ………………………………… 88
Skema 4.5 Analisa Kegiatan Administrasi ……………………………… 89
Skema 4.6 Analisa Kegiatan Objek Koleksi …………………………… 89
Skema 4.7 Analisa Kegiatan Dapur …………………………………… 89
Skema 4.8 Analisa Kegiatan Kurator …………………………………… 90
Skema 4.9 Analisa Kegiatan Penunjang ………………………………… 90
Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang Utama …………………………… 103
Tabel 4.2 Analisa Kebutuhan Ruang Pendidikan ……………………… 104
Tabel 4.3 Analisa Kebutuhan Ruang Penunjang ……………………….. 105
Tabel 4.4 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola dan Service …………….. 106
xxiii
Skema 4.10 Analisa Program Ruang Makro …………………………… 106
Skema 4.11 Analisa Program Ruang Pengunjung ……………………. 107
Skema 4.12 Analisa Program Ruang Peneliti …………………………. 107
Skema 4.13 Analisa Program Ruang Seniman …………………………… 108
Skema 4.14 Analisa Program Ruang Kurator …………………………… 108
Skema 4.15 Analisa Program Ruang Pengelola ………………………… 109
Skema 4.16 Analisa Program Ruang Utiliti ……………………………… 109
Skema 4.17 Hubungan Ruang …………………………………………… 112
Tabel 4.5 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Utama …………….. 114
Tabel 4.6 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Pengelola …………. 115
Tabel 4.7 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Pendidikan ……… 115
Tabel 4.8 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Penunjang ……….. 116
Tabel 4.9 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Service …………… 116
Tabel 4.10 Analisa Kebutuhan Total Luas Ruang ……………………… 117
Tabel 4.11 Analisa Pertimbangan Bentuk ……………………………… 117
Tabel 4.12 Analisa Penilaian Bentuk ………………………………… 118
Tabel 4.13 Jenis Sirkulasi Vertikal …………………………………... 121
Tabel 4.14 Jenis Sirkulasi Horizontal ………………………………… 122
Skema 4.18 Sistem Air Bersih …………………………………………. 124
Skema 4.19 Sistem Air Kotor Cair ……………………………………… 124
Skema 4.20 Sistem Air Kotor Padat ……………………………………... 125
xxiv
Skema 4.21 Sistem Air Hujan …………………………………………… 126
Skema 4.22 Jaringan Listrik …………………………………………… 127
Skema 4.23 Analisa Pengelolaan Sampah ………………………………. 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seni merupakan bentuk dari ekspresi seseorang (seniman) yang memiliki
sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah
satu sifat seni yaitu kreatif, maka seni sebagai kegiatan manusia selalu
melahirkan kreasi-kreasi yang baru, mengikuti nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat. Berkesenian merupakan salah satu ekpresi proses kebudayaan
manusia. Saat ini seni bukanlah hanya sebuah kegiatan yang bersifat individu
melainkan juga kegiatan yang bersifat tim atau kerjasama. Seni juga
membutuhkan sebuah ruang yang difungsikan sebagai ruang pamer dan ruang
pertunjukan serta ruang pelatihan. Maka dari itu sangatlah dibutuhkan suatu
fasilitas yang dapat mewadahi kreatifitas para seniman.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau.
Indonesia memiliki 34 provinsi yang tersebar dari Sabang hingga Marauke
dari Mianggas hingga pulau Rote, Indonesia terdiri berbagai suku bangsa,
bahasa dan agama, hal inilah yang membuat Indonesia kaya akan seni dan
budaya. Jawa Barat merupakan Provinsi terbesar urutan 19 berdasarkan pulau
di Indonesia dan menempati urutan ke-2 berdasarkan daftar Provinsi terluas
di Pulau Jawa, dengan luas wilayah sebesar 37,173,970 km persegi
(Permendagri Nomor 39 Tahun 2015). Jawa Barat memiliki 5.778 kelurahan,
558 kecamatan, 9 kota dan 18 kabupaten. Diantaranya Kabupaten Bekasi,
terletak tepat disebelah timur Jakarta dengan koordinat 1060 48’ 28” Bujur
Timur 1070 27’ 29” dan 6 0 10’ 6” Lintang Selatan.
Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang fasilitas – fasilitas
pendukungnya dapat dikatakan sudah sangat lengkap, seperti trasportasi,
pendidikan, fasilitas bisnis, bahkan pariwisata dan Kabupaten Bekasi juga
2
kaya akan seni dan budaya, akan tetapi fasilitas-fasilitas yang menunjang
kreatifitas para seniman dalam berkarya untuk menghasilkan seni masih dapat
dikatakan sangat kurang. Salah satu daerah yang berada dalam Kabupaten
Bekasi adalah Kota Jababeka, Kota Jababeka adalah sebuah industrial
township terintegrasi yang menjadi tempat bagi kawasan industri,
perumahan, kompleks ruko dan business distric, jaringan transportasi publik,
pusat perbelanjaan¸golf country and club, universitas, pusat hiburan dan
leisure, hingga infrastruktur industri seperti dry port¸ pembangkit listrik, dan
fasilitas pengelolaan air bersih sehingga Kota Jababeka menjadi lokasi yang
strategis untuk dibangunnya Bekasi Art Center, guna demi memenuhi
kebutuhan akan suatu tempat yang dapat menjadi wadah dalam kegiatan
kesenian. Dengan adanya Bekasi Art Center ini diharapkan bisa menjadi
wadah untuk para seniman dalam menghasilkan karya-karyanya. Sehingga
diharapkan dapat terjadi sebuah kolaborasi yang membentuk sebuah karya
seni yang baru serta mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap
seni. Dan dengan adanya Bekasi art center ini diharapkan dapat menjadi
media penyalur bakat dan minat generasi muda, serta dapat menciptakan
wadah yang mampu menyatukan, mewadahi aktifitas kesenian, dapat menjadi
tempat yang menyenangkan sebagai salah satu alternatif tempat hiburan yang
mendidik.
1.2 Identifikasi, Rumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang dihadapi pada kasus ini diantaranya:
1. Belum terbangunnya sarana hiburan yang sekaligus dapat mendidik
khususnya di daerah Kota Jababeka.
2. Masih minimnya sarana atau tempat yang dapat menampung dan
memenuhi tuntutan akan adanya suatu wadah untuk kegiatan
berkesenian di Kota Jababeka.
3
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi diatas, maka rumusan masalah pada kasus ini adalah
:
1. Bagaimana merancang suatu tempat hiburan yang dapat mendidik seperti
art cnter di Kota Jababeka ?
2. Bagaimana menciptakan sebuah bangunan art center dengan menerapkan
konsep high – tech building ?
1.2.3 Batasan Masalah
Menyadari atas keterbatasan waktu, tenaga, dan kemampuan penulis, maka
dalam laporan ini penulis membatasi pembahasan pada kasus proyek ini
memiliki batasan dalam hubungan yang mengenai tata ruang dan letak
pengaplikasian konsep high-tech pada bangunan Bekasi art center ini.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan
Tujuan dalam penulisan laporan skripsi ini adalah untuk :
1. Memenuhi persyaratan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana
arsitektur pada program studi arsitektur.
2. Mengetahui bagaimana karakterikstik bangunan art center.
3. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan
si Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa prodi Arsitektur.
4. Mengetahui lebih lanjut tentang high tech building.
5. Meningkatkan kinerja penulis agar lebih mampu dalam bereksperimen
dalam melakukan pola berfikir agar lebih baik lagi.
1.3.2 Manfaat
Dalam penulisan laporan skripsi ini dikemukakan beberapa manfaat, yaitu :
4
1. Bagi penulis
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat
mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh
selama perkuliahan.
b. Sebagai wahana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
dalam bidang perancangan, serta menambah wawasan dan
pengetahuan penulis tentang high-tech building.
2. Bagi Institusi
a. Dapat digunakan untuk referensi selanjutnya oleh
mahasiswa/mahasiswi yang berkaitan dengan perancangan sebuah
tempat hiburan yang mendidik.
b. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijaksanaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Terutama
untuk memberikan masukan dan tambahan informasi serta
menyampaikan saran yang mungkin bermanfaat bagi Prodi
Arsitektur Pelita Bangsa.
c. Diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi
studi arsitektur STT-Pelita Bangsa.
3. Bagi Masyarakat
a. Sebagai bahan masukan bagi pengembang (dalam hal ini Jababeka
dan Pemerintah Kabupaten Bekasi) dalam merencanakan dan
merancang bangunan art center.
b. Memberikan informasi tentang bangunan art center.
c. Sebagai pedoman atau referensi bagi peneliti-peneliti lain yang
beminat terhadap judul yang penulis tulis.
1.4 Metode Pengumpulan Data
1. Pengamatan Langsung
5
Pengamatan dan pengenalan langsung ke lokasi atau site yang dipilih pada
lokasi proyek akan dibangun, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
lokasi yang sebenarnya, mengenal potensi-potensi dan kendala-kendala
yang ada, baik yang dimanfaatkan maupun yang harus dihindari.
2. Studi Literatur
Untuk pemahaman yang lebih dalam pokok persoalan, diambil referensi
dari literatur yang berhubungan dengan proyek yang direncanakan guna
melengkapi data yang diperlukan melalui bacaan-bacaan berupa buku-
buku, artikel yang masih relevan dan mendukung proyek.
3. Studi Banding
Studi banding dilakukan terhadap fasilitas yang memiliki fungsi yang
sama dan mirip dengan perancangan Bekasi art center, untuk memperoleh
gambaran secara objektif tentang arah perancangan yang berhubungan
dengan proyek yang akan dibuat dengan cara melakukan pengamatan
secara tidak langsung.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan
dan manfaat, identifikasi masalah serta metodologi dan sistematika
pembahasan yang disajikan secara ringkas untuk menjelaskan isi
keseluruhan dari buku.
BAB II TINJAUAN UMUM
6
Pada bab ini merupakan tinjauan umum yang didalamnya
membahas mengenai Bekasi Art Center dengan pemaparan hasil
studi gambaran umum proyek dan tinjauan judul proyek secara
teoritis.
BAB III TINJAUAN KHUSUS
Pada bab ini membahas tentang pengertian konsep tema yang
diambil dari penerapan teori-teori arsitektur secara teoritis terhadap
persoalan sesuai tema yang diambil.
BAB IV ANALISA PERENCANAAN
Pada bab ini membahas tentang analisa perencanaan mengenai
analisa-analisa yang terdiri dari (analisa manusia, analisa
lingkungan, analisa tapak, dan analisa bangunan) untuk kebutuhan
ruang Bekasi Art Center berdasarkan kegiatan.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisikan tentang konsep dasar perancangan, konsep (manusia,
tapak, bangunan), konsep perancangan bangunan dan perlengkapan
bangunan Bekasi Art Center di Kota Jababeka.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Umum Bekasi Art Center
2.1.1 Pengertian Art Center
Art center merupakan sebuah perpaduan antara art gallery dan
exhibition center.
a. Art Atau Seni
Aristoteles mengemukakan bahwa seni merupakan tiruan terhadap alam,
namun sifatnya harus ideal atau sempurna. Sedangkan Plato dan Rousseau,
seni adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya. Dalam bahasa
Indonesia “art” berarti seni. Menurut Ki Hajar Dewantara seni merupakan
hasil dari keindahaan yang dapat menggerakan perasaan seseorang tentang
keindahan bagi yang melihatnya. Seni sendiri berasal dari bahasa
sansekerta (sani) yang berarti ‘pemujaan, persembahan dan pelayanan’.
Sehingga kata tersebut punya kaitan yang erat dengan upacara keagamaan
yang disebut juga dengan ‘kesenian’. Padmapusphita berpendapat bahwa,
seni itu berasal dari kata ‘genie’ (bahasa Belanda) yang dalam bahasa latin
berarti ‘genius’, artinya seni adalah kemampuan luar yang dibawa sejak
lahir. Menurut Irma Damayanti, seni dapat dilihat melalui intisari ekspresi
dari berbagai kreatifitas manusia. Seni memang sangat sulit untuk
diungkapkan, dijelaskan juga sulit untuk dinilai, bahwa setiap individu
artis memilih sendiri parameter yang menuntunnya dalam pekerjaannya.
Sartono Kartodirdjo juga berpendapat bahwa Seni merupakan sebuah
sistem yang koheren, karena bisa menjalankan komunikasi secara efektif,
yaitu melalui bagiannya saja bisa menunjukkan secara universal.. ‘Art’
juga bisa diartikan sebagai artivisual dari suatu benda yang melakukan
suatu kegiatan tertentu.
b. Gallery
8
Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, A.S Hornby, edisi
kelima, Great Britain: Oxford University Press, (1995) : “Gallery: A room
or building for showing works of art”. Menurut Djulianto Susilo seorang
arkeolog, Galeri berbeda dengan museum. Galeri adalah tempat untuk
menjual benda / karya seni, sedangkan Museum tidak boleh melakukan
transaksi karena museum hanya merupakan tempat atau wadah untuk
memamerkan koleksi benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan langka
(Koran Tempo, 2013). Menurut Encyclopedia of American Architecture
(1975), Galeri diterjemahkan sebagai suatu wadah untuk menggelar karya
seni rupa. Galeri juga dapat diartikan sebagai tempat menampung kegiatan
komunikasi visual di dalam suatu ruangan antara kolektor atau seniman
dengan masyarakat luas melalui kegiatan pameran. Sebuah ruang yang
digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah area memajang
aktifitas publik, area publik yang kadangkala digunakan untuk keperluan
khusus (Dictionary of Architecture and Construction, 2005).
Amri Yahya berpendapat bahwa galeri seni adalah suatu tempat
pemajangan benda-benda seni atau benda-benda kebudayaan lainnya
(termasuk benda sejarah) yang diseleksi secara ketat oleh suatu team atau
seorang ahli yang memang memiliki kualitas. Hal ini diperlukan sebagai
jaminan kualitas. Menurut Surosa, Art Gallery adalah suatu ruang atau
bangunan tempat kontak fungsi seni antara seniman dan masyarakat yang
dipergunakan bagi wadah kegiatan kerja visualisasi ungkapan daya cipta
manusia. Dapat disimpulkan bahwa Art Gallery berarti bangunan atau
gedung kesenian.
c. Exhibition Center
Kata ‘exhibition’ memiliki arti pameran, sedangkan ‘center’ berarti pusat.
Exhibition Center berarti suatu bangunan gedung yang berfungsi
mewadahi kegiatan pameran, meliputi pameran seni, produk,
keterampilan, aktivitas, dll. Exhibition Center secara umum merupakan
9
gedung multifungsi yang memadukan fungsi eksibisi dan konferensi yang
di dalamnya menawarkan area yang cukup untuk mengakomodasi ribuan
pengunjung. Exhibition Center menyewakan ruang untuk pertemuan
seperti konferensi perusahaan, pameran perdagangan industri, hiburan
tarian formal, dan konser. Exhibition center merupakan gabungan yang
harus mewadahi 3 fungsi yaitu pertemuan (meeting), konferensi
(conference), dan pameran (exhibition). (Lawson, Congress, convention &
Exhibition Facilities, 2000).
10
Tabel 2.1 Kesimpulan Definisi Art Center
No
.
Kriteria Kata
Kunci
Kesimpulan Kata Kunci Studi Presden
Art/ Seni
1
2
3
4
Aristoteles
Seni merupakan tiruan
terhadap alam, namun sifatnya
harus ideal atau sempurna.
Plato dan Rousseau
seni adalah hasil peniruan alam
dengan segala seginya
Ki Hajar Dewantara
Seni merupakan hasil dari
keindahaan yang dapat
menggerakan perasaan
seseorang tentang keindahan
bagi yang melihatnya.
Padmapusphita
Tiruan,
ideal
Peniruan
Keindah
an
Tiruan : perbuatan meniru,
duplikat
Ideal : sempurna
Tiruan : perbuatan meniru,
duplikat
Keindahan : keadaan yang
enak dipandang, cantik,
bagus, benar atau elok.
Contoh Bangunan Tiruan & ideal
1. The Lotus Building,
Bangunan ini mengambil bentuk dari bunga teratai
yang sedang mekar dengan formalitas yang paling
ideal dan memukau Di dalam dan luar struktur
ditutupi dengan mosaik ubin heksagonal, struktur
dipenuhi dengan cahaya warna-warni sehingga
seperti penampilan bunga teratai.
11
5
6
Seni itu berasal dari kata
‘genie’ (bahasa Belanda) yang
dalam bahasa latin berarti
‘genius’, artinya seni adalah
kemampuan luar yang dibawa
sejak lahir.
Irma Damayanti
Seni dapat dilihat melalui
intisari ekspresi dari berbagai
kreatifitas manusia.
Sartono Kartodirdjo
Seni merupakan sebuah sistem
yang koheren, karena bisa
menjalankan komunikasi
Kemamp
uan,
genius
Kreatifit
as
Komunik
asi,
universal
Kemampuan : kapasitas
seorang individu untuk
melakukan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan.
Genius : jenius
Kreatifitas :kemampuan
untuk menciptakan sesuatu
yang baru untuk memberi
ide kreativ dalam
memecahkan masalah atau
sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan
yang baru antara unsur-
unsur yang sudah ada
sebelumnya.
Komunikasi: suatu proses di
mana seseorang atau
beberapa orang, kelompok,
2. Cybertecture Egg ( Mumbai )
Cybertecture Egg terletak di Mumbai, India. Yang
dirancang James Law Cybertecture International
telah merancang sebuah bentuk baru arsitektur,
ditandai oleh bahan berwujud baru teknologi,
multimedia, kecerdasan dan interaktivitas. Vijay
Associate merupakan konsultan yang ditunjuk oleh
James.
12
secara efektif, yaitu melalui
bagiannya saja bisa
menunjukkan secara universal.
organisasi, dan masyarakat
menciptakan, dan
menggunakan informasi
agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain.
Universal: bersifat umum
Galeri
1
2
Oxford Advanced Learner’s
Dictionary, A.S Hornby.
Gallery: A room or building
for showing works of art
Djulianto Susilo seorang
arkeolog.
Galeri berbeda dengan
museum. Galeri adalah tempat
untuk menjual benda / karya
seni, sedangkan Museum tidak
boleh melakukan transaksi
karena museum hanya
Room,
building
Museum
Room: ruangan
Building: bangunan
Museum: tempat atau
wadah untuk memamerkan
koleksi benda-benda yang
memiliki nilai sejarah dan
langka
1. Ruang galeri, Ciputra Artpreneur
13
3
4
merupakan tempat atau wadah
untuk memamerkan koleksi
benda-benda yang memiliki
nilai sejarah dan langka (Koran
Tempo, 2013)
Amri Yahya
galeri seni adalah suatu tempat
pemajangan benda-benda seni
atau benda-benda kebudayaan
lainnya (termasuk benda
sejarah) yang diseleksi secara
ketat oleh suatu team atau
seorang ahli yang memang
memiliki kualitas.
Surosa
Art Gallery adalah suatu ruang
atau bangunan tempat kontak
fungsi seni antara seniman dan
masyarakat yang dipergunakan
Pemajan
gan
Ruang
atau
banguna
n
Pemajangan : memajang
benda-benda
Ruang : uatu tempat tertutup
dengan langit-langit yang
berada di rumah atau bentuk
bangunan lainnya.
2.Pingshan performing art center
14
bagi wadah kegiatan kerja
visualisasi ungkapan daya cipta
manusia.
Bangunan : struktur buatan
manusia yang terdiri atas
dinding dan atap yang
didirikan secara permanen
di suatu tempat.
Exhibition Center
1 Lawson, Congress, convention
& Exhibition Facilities, 2000
Exhibition center merupakan
gabungan yang harus
mewadahi 3 fungsi yaitu
pertemuan (meeting),
konferensi (conference), dan
pameran (exhibition).
Pertemua
n,
konferen
si,
pameran
Pertemuan : merupakan
alat/media komunikasi
kelompok yang bersifat
tatap muka dan sangat
penting, diselenggarakan
oleh banyak organisasi, baik
swasta maupun pemerintah
untuk mendapatkan mufakat
melalui musyawarah untuk
pengambilan keputusan.
Konferensi : rapat atau
pertemuan untuk berunding
atau bertukar pendapat
1. Pertemuan
15
mengenai suatu masalah
yang dihadapi bersama.
Pameran : adalah suatu
kegiatan penyajian karya
seni rupa untuk
dikomunikasikan sehingga
dapat diapresiasi oleh
masyarakat luas.
2. Konferensi
3. Pameran
16
Berdasarkan pengertian diatas Sehingga Bekasi Art Center dapat dikatakan sebagai suatu bangunan gedung yang berfungsi untuk
mewadahi kegiatan-kegiatan dalam bidang kesenian.
17
2.1.2 Tipologi Art Center
Art center masuk kedalam bangunan dengan tipologi bangunan gedung
pameran/galeri, hiburan dan pendidikan, magnet school atau sekolah informal
karena selain bangunan ini berfungsi sebagai tempat pameran juga dapat
menambah pengetahuan dan pendidikan dalam bidang seni. Galeri
merupakan selasar atau tempat, sedangkan bangunan pendidikan adalah
bangunan yang digunakan untuk kegiatan pendidikan atau sejenisnya
(sekolah-sekolah, gedung-gedung lembaga pendidikan, bengkel latihan atau
praktek, laboratorium, dan sebagainya). Tinjauan obyek studi yang dipakai
adalah tinjauan tipologi yang mengacu pada perancangan bangunan
pameran/galeri. Tinjauan ini diambil karena gedung pameran/galeri dan art
center memiliki fungsi utama yang sama, yaitu sebagai tempat untuk
memamerkan hasil karya dari para seniman.
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003),galeri
merupakan selasar atau tempat, dapat pula diartikan sebagai tempat yang
memamerkan karya seni 3 (tiga) dimensi karya seseorang atau kelompok
seniman atau dapat juga dikatakan sebagai ruangan atau tempat untuk
memamerkan benda atau karya seni. Galeri merupakan suatu ruangan panjang
terlindungi / tertutup, berupa koridor, baik itu didalam maupun di eksterior
bangunan, atau koridor diantara bangunan yang berfungsi sebagai tempat
kegiatan pameran kerja seni. Galeri pada awalnya merupakan bagian dari
museum yang berfungsi sebagai ruang pameran. Menurut Robillard (1982),
ruang publik pada museum dibagi menjadi 4 bagian :
1. Entrance hall.
2. Jalur sirkulasi.
3. Galeri.
4. Lounge (ruang duduk).
18
Galeri merupakan ruangan yang paling utama karena berfungsi
mewadahi karya-karya seni yang dipamerkan. Pada perkembangan
selanjutnya, galeri berdiri sendiri dan terlepas dari museum. Fungsi dari galeri
pun mulai berkembang, tidak hanya sebagai ruang untuk memajang atau
memamerkan saja, melainkan juga berkembang sebagai ruang untuk
mempelajari tentang seni, menjual karya seni atau proses transaksi barang
seni.
Menurut Ghirarado (1996) galeri dibagi menjadi dua, yaitu Shrine dan
Warehouse.
a. Shrine
Shrine berarti tempat suci atau terawat. Yang menempatkan seni diatas
banyak hal lain. Koleksinya sangat terpilih, ditata pada ruang yang
memungkinkan pengunjung melakukan kentemplasi (memandang
dengan penuh perhatian). Nilai kolektif dan penghargaan terhadap seni
pada galeri sangat tinggi sehingga pemilihan koleksi relatif sangat
selektif.
b. Warehouse
Pada galeri ini mewadahi berbagai koleksi yang bernilai; sedemikian
beragamnya koleksi yang ditampung sehingga wadahnya pun memiliki
fleksibilitas yang sangat tinggi untuk menanggapi perubahan dan
perkembangan di dalamnya yang dinamis. Tipe Warehouse sangat
populer dalam berbagai bentuk dan strategi perancangan.
Sebenarnya belum ada klasifikasi yang jelas mengenai macam-macam
galeri seni terlebih akan materi khusus yang dipublikasikan akan tetapi
dengan pendekatan bentuk,sifat dan isinya yang menonjol,maka akan
digolongkan sebagai berikut :
1. Galeri seni berdasarkan bentuk
19
a. Traditional art gallery yaitu suatu galeri yang aktivitasnya
diselenggarakan pada selasar-selasar atau lorong-lorong panjang.
Walaupun bentuk galeri ini tradisional namun belum tentu juga
karya yang dipamerkan berupa karya-karya yang dinilai kuno
sehingga berkesan tradisional.
b. Modern art gallery yaitu suatu galeri dengan perencanaan ruang
secara modern atau merupakan kompleks bangunan. Kompleks
bangunan ini biasanya terdiri dari beberapa ruang pameran. Sebagai
contoh adalah Galeri Nasional Indonesia yang memiliki beberapa
massa bangunan dengan fungsi sebagai ruang pameran dan kegiatan
pendukung lainnya. Karya-karya seni yang modern atau
kontemporer. Sehingga hal ini sesuai dengan perencanaan ruang.
2. Galeri seni berdasarkan sifat kepemilikan
a. Private art gallery merupakan suatu galeri milik perseorangan atau
kelompok orang. Pada galeri ini biasanya karya-karya yang
dipamerkan adalah karya pemilik galeri ini sendiri yang juga
merupakan seorang seniman. Pemilik lain privat galeri ini biasanya
merupakan sebuah institusi dimana karya-karya yang dipamerkan
berasal dari institusi itu sendiri.
b. Public art gallery yaitu suatu galeri yang merupakan milik
pemerintah dan terbuka untuk umum. Karya-karya yang dipamerkan
pada galeri ini bermacam-macam sesuai dengan keinginan seniman.
Sehingga karya yang dipamerkan biasanya sesuai dengan kondisi
atau trend pada saat itu. Pengguna dari galeri ini dari berbagai
macam bentuk aliran yang dianutnya.
3. Galeri seni berdasarkan isi atau materi seni
a. Gallery of primitive art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan
aktivitas di bidang seni primitive. Hal ini biasanya untuk
mempertahankan budaya suatu bangsa yang muncul ketika zaman
prasejarah hingga dikenal sampai luar negeri.
20
b. Gallery of classic art yaitu suatu galeri yang menyelanggarakan
aktivitas dibidang seni klasik. Seni ini menggambarkan bentuk-
bentuk budaya tradisional di suatu bangsa
c. Gallery of modern art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan
aktivitas di bidang seni modern.
2.1.3 Fungsi Bangunan Bekasi Art center
Gedung pertunjukan atau pagelaran seni sebagai wadah di dalam
kegiatan masyarakat mempunyai fungsi, antara lain (Universitas Katholik
Parahyangan, 1976):
1. Sebagai sarana dan wadah dalam meningkatkan kreativitas dan apresiasi
seni.
2. Sebagai sarana pendidikan yang bersifat hiburan.
3. Sebagai sarana bertukar pikiran antara seniman dengan masyarakat
sehingga terjadi suatu penilaian dan komunikasi.
4. Sebagai tempat untuk menampung seni pertunjukan yang merupakan
hasil dari suatu kebudayaan masyarakat.
Art Center sendiri berfungsi sebagai :
• Gedung pameran.
Fungsi utama dari Art Center adalah sebagai gedung pameran kesenian.
Pada area pameran ini juga dapat terjadi kegiatan jual-beli barang-barang
seni yang sedang dipamerkan.
• Fasilitas pendidikan
Sanggar seni yang terdapat pada Art Center ini berfungsi sebagai area
pendidikan seni. Pada sanggar ini, pengunjung Art Center dapat belajar
mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang kesenian.
2.1.4 Prinsip Perancangan Art Center
21
Karena bangunan art center termasuk kedalam tipologi bangunan galeri,
maka prinsip perancangan art center diambil dari prinsip perancangan galeri.
Swastika Poppy Sari (201), bagian yang terpenting dalam sebuah galeri
adalah pada bagian ruang pamernya. Ruang pamer dalam sebuah galeri
memerlukan perhatian yang lebih khusus, karena ruang pamer merupakan
jantung dari sebuah galeri. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada sebuah ruang pamer :
a. Desain ruang lantai dan sirkulasi
Ruang pamer pada galeri harus memiliki kondisi visual sekitar yang
bersih dan tertata. Hal yang harus diperhatikan dalam penanganan ruang
dalam adalah luas ruangan, dinding, plafon, lantai, kusen, langit-langit,
pintu, dan jendela. Pada umumnya, tinggi minimum display pada galeri
adalah 3,7 meter, untuk kefleksibelan bagi pameran seni, tinggi yang
dibutuhkan hingga plafon adalah mencapai 6 meter. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mendesain ruang pamer karya yang terkait dengan
display, antara lain sebagai berikut.
1. Estetika perletakan.
2. Hubungan antar karya, menjaga jarak, mencari hubungan yang khas,
seperti aliran gaya, komposisi warna, dan konsep lainnya.
3. Penulisan teks dan perletakan label (labelisasi) keterangan karya,
seperti ukuran, judul perupa dan lain-lain.
Dalam ruang juga diperlukan fasilitas lain seperti panel (skesel) atau
dinding pembatas bongkar pasang (dinding temporary), agar tidak
memunculkan ruang-ruang sisa. Luas minimal dari pembagian dinding
temporary adalah sekitar 12-15 meter. Dalam pertimbangan dan
penekanan desain pola sirkulasi, dibutuhkan dua pintu keluar untuk
semua ruang pameran.
b. Lighting (pencahayaan)
22
Cahaya merupakan sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang disebut
radiasi. Cahaya yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan manusia
adalah cahaya yang berada pada Panjang gelombang antara 400-700
nanometer (nm), cahaya ini biasa disebut visible light ( cahaya tampak ),
sedangkan cahaya yang berada pada Panjang gelombang dibawah 400
nm disebut cahaya ultraviolet dan yang berada diatas 700 nm adalah
cahaya inframerah. Jenis cahaya yang umum ditemukan di galeri adalah
sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang berasa dari matahari (sunlight),
cahaya siang (daylight) ataupun cahaya buatan (artificial light) seperti
lampu tabung (fluoresens), lampu pijar atau lampu halogen. Cahaya
buatan digunakan untuk menerangi pameran, sedangkan sinar matahari
langsung tidak akan jatuh pada hasil karya seni yang dipamerkan setiap
saat. Pada karya yang ada pada galeri kerusakan akibat cahaya karena
adanya faktor – faktor sebagai berikut:
1. Adanya sejumlah cahaya ultraviolet dalam sumber cahaya yang sering
disebut nilai UV dengan satuan microwatt per lumen (μW/lumen).
Nilai ini tergantung dari sejumlah cahaya yang digunakan. Nilai UV
tertinggi berasal dari cahaya matahari (sunlight) dan cahaya siang
(daylight).
2. Adanya nilai intensitas iluminasi cahaya, yaitu terang tidaknya cahaya
yang mengenai koleksi. Nilai ini dinyatakan dalam satuan lux
(lumen/cm2). Makin tinggi intensitas cahaya maka nilai lux akan
makin tinggi. Berdasarkan sensitifitas koleksi cahaya, terdapat tiga
kelompok koleksi, yaitu :
a. Koleksi sangat sensitive, yaitu tekstil, kertas, lukisan cat air, foto
berwarna. Kekuatan terhadap cahaya adalah 50 lux untuk 3000
jam pameran/tahun atau 150 lux untuk 250 jam/tahun.
b. Koleksi sensitive : yaitu koleksi cat minyak, foto hitam putih,
tulang, kayu. Kekuatan terhadap cahaya adalah 200 lux untuk
3000 jam pameran/tahun.
23
c. Koleksi kurang sensitive yaitu, koleksi batu, logam, gelas,
keramik. Koleksi jenis ini tahan terhadap cahaya.
3. Lamanya waktu paparan cahaya yang bersifat kumulatif pada koleksi,
yang akan mempercepat terjadinya kerusakan. Makin sering koleksi
terkena cahaya, berarti makin banyak intensitas cahaya yang
mengenai koleksi, maka koleksi makin rusak. Perubahan tempratur
secara ekstrem perlu mendapatkan perhatian yang khusus, seperti
halnya galeri. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan lampu
pada tata ruangan, antara lain :
a. Lampu harus difokuskan pada objek, kecuali pada kasus tertentu
yang memfokuskan lampu pada dinding dan lantai.
b. Sudut sekitar 30-45° arah vertical untuk menciptakan tekanan
yang efektif dengan penonjolan dan pola bayangan yang alami.
c. Jika memungkinkan menggunakan pencahayaan silang dari arah
kiri dana arah kanan atau pencahayaan dari arah depan, dengan
tujuan menciptakan penonjolan dan bayangan serta meninggikan
bentuk tiga dimensi dari objek.
d. Penanganan pencahayaan jangan sampai menyilaukan mata
penonton. Spotlight harus segera difokuskan kembali apabila
lokasi display diubah.
Gambar 2.1 Pencahayaan Alami
24
Gambar 2.2 Pencahayaan Buatan
c. Temperatur
Temperatur rendah lebih baik untuk hasil karya seni yang dipamerkan,
yaitu sekitar 20°C-21°C. Beberapa galeri seni memperbolehkan transisi
yang lambat untuk temperatur dan pengaturan titik kelembaban, dengan
lebih mentolerir variasi temperatur daripada variasi kelembapan udara
(RH), sehingga temperatur harus diseting lebih daripada RH.
d. Kelembaban
Material dan koleksi karya seni dibuat secara khas dan sangat sensitif
terhadap perubahan sekecil apapun pada RH, maka dari itu kelembapan
udara yang direkomendasikan secara konstan yaitu 50% RH level per
tahun. 50% merupakan standar yang tinggi, dalam perancangannya
desain harus menggunakan ruang lainnya, seperti sirkulasi utama publik
dan ruang pada lobi, disamping itu membutuhkan perawatan untuk
mengurangi atau menghindari tingkat kebocoran volume udara single.
e. HVAC
Ruang dan lokasi yang membutuhkan sistem HVAC harus
dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum proses mendesain. Lokasi
penempatan unit pengatur udara akan berpengaruh pula pada desain.
25
Lokasi pemasok udara harus jauh dari tempat bongkar-muat barang,
jalanan, exhaust restoran, exhaust bangunan, exhaust peralatan dan
kimiawi, serta lubang angin dan sistem plumbing bangunan. Sistem
HVAC harus mempunyai tenaga listrik darurat untuk mengoperasikan
pada saat tidak mendapatkan pasokan tenaga.
f. Jarak pengamat terhadap objek
Menurut Julius Panero (2003) dalam bukunya yang berjudul Dimensi
Manusia dan Ruang Interior, untuk mengetahui jarak pengamat harus
mengetahui beberapa hal terlebih dahulu, diantaranya :
1. Tinggi rata-rata orang Indonesia adalah 160cm ± 8 cm, dengan tinggi
mata rata-rata ± 148cm
2. Tinggi mata para pengguna kursi roda ±110cm.
Gambar 2.3 Jarak Pandang Manusia
Berikut ini adalah jarak pengamat terhadap objek amatannya dan juga
jarak antar frame.:
1) Jarak pengamat ukuran frame kecil (ukuran 50 x 50 cm) adalah 110
cm.
2) Jarak pengamat ukuran frame sedang (ukuran 100 x 100 cm) adalah
153 cm.
3) Jarak pengamat ukuran frame sedang 2 (ukuran 200 x 200 cm)
adalah 240 cm.
4) Jarak pengamat ukuran frame besar (ukuran 300 x 300 cm) adalah
326 cm.
26
5) Jarak antar objek ukuran frame kecil (ukuran 50 x 50 cm) adalah 19
cm.
6) Jarak antar objek ukuran frame sedang 1 (ukuran 100 x 100 cm)
adalah 37 cm.
7) Jarak antar objek ukuran frame sedang 2 (ukuran 200 x 200 cm)
adalah 74 cm.
8) Jarak antar objek ukuran frame besar (ukuran 300 x 300 cm) adalah
110 cm.
Gambar 2.4 Jarak Pandang Manusia
Berdasarkan Ernst Neufert (Neufert, 1999), ruang untuk memperagakan
hasil karya seni, benda-benda budaya dan ilmu pengetahuan harus memenuhi
persyaratan berikut:
1. Benar-benar terlindung dari pengrusakan, pencurian, kebakaran,
kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu.
2. Setiap peragaan harus mendapat pencahayaan yang baik
3. Biasanya ruang pamer hasil karya dibagi berdasarkan dengan koleksi
yang ada.
4. Peragaan benda-benda hendaknya dapat dilihat tanpa kesulitan Sudut
pandang manusia biasanya 54o atau 27o dari ketinggian mata sehingga
dapat disesuaikan dengan hasil karya yang diberi cahaya pada jarak 10
m.
27
5. Tempat untuk menggantung lukisan yang menguntungkan adalah antara
9m pada ketinggian ruangan 6.70 m dan 2.13 m untuk lukisan yang
panjangnya 3.04 sampai 3.65 m.
6. Kebutuhan luas tempat lukis 3-5 meter persegi tempat hiasan gantung.
Menurut Neufert (1996), Ruang pamer pada galeri sebagai tempat untuk
memamerkan atau mendisplay karya seni harus memenuhi beberapa hal
yaitu: Terlindung dari kerusakan, pencurian,kelembaban, kekeringan, cahaya
matahari langsung dan debu. Persyaratan umum tersebut antara lain :
a. Pencahayaan yang cukup
b. Penghawaan yang baik dan kondisi ruang yang stabil
c. Tampilan display dibuat semenarik mungkin dan dapat dilihat dengan
mudah
Terdapat tiga macam penataan atau display benda koleksi menurut
Patricia Tutt dan David Adler (The Architectural Press,1979), yaitu :
a. In show case
Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan suatu tempat
display berupa kotak tembus pandang yang biasanya terbuat dari kaca.
Selain untuk melindungi, kotak tersebut terkadang berfungsi untuk
memperjelas atau memperkuat tema benda koleksi yang ada.
b. Free standing on the floor or plinth or supports
Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar sehingga
diperlukan suatu panggung atau pembuatan ketinggian lantai sebagai
batas dari display yang ada. Contoh: patung, produk instalasi seni, dll.
c. On wall or panels
Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan karya seni 2 dimensi
dan ditempatkan di dinding ruangan maupun partisi yang dibentuk untuk
membatasi ruang. Contoh: karya seni lukis, karya fotografi, dll.
28
Ada beberapa syarat tentang cara pemajangan benda koleksi seni yang
ada antara lain adalah dengan cara berikut :
a. Random Typical Large Gallery
Penataan benda yang dipamerkan disajikan dengan acak, biasanya
terdapat pada galeri yang berisi benda-benda non klasik dan bentuk galeri
yang asimetris, ruang-ruang yang ada pada galeri dibentuk mempunyai
jarak atau lorong pembatasan oleh pintu. Jenis dan media seni yang ada
dicampur dan menguatkan kesan acak. Contoh: menggabungkan display
benda 2 dimensi dan 3 dimensi seperti seni lukis dan seni patung.
b. Large Space With An Introductory Gallery
Pengolahan ruang pamer dengan pembagian area pamer sehingga
memperjelas tentang benda apa yang dipamerkan didalamnya,
pembagian dimulai pada suatu ruang utama kemudian dengan
memperkenalkan terlebih dahulu benda apa yang dipajang didalamnya.
2.1.5 Tinjauan Terhadap Bangunan Sejenis
1. Selasar Sunaryo Art Space
Gambar 2.5 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung
Selasar Sunaryo Art Space terletak di Jl. Bukit Pakar Timur No.100,
Bandung – 40198 West Java – Indonesia. Selasar Sunaryo dibangun
selama empat tahun (1993-1997) oleh Sunaryo dan BaskoroTedjo, Selasar
29
Sunaryo Art Space dibuka untuk umum sejak September 1998. Selasar
Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan organisasi nirlaba
yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan pengkajian seni
dan kebudayaan visual di Indonesia. Selasar Sunaryo Art Space dibuat
untuk menampilkan karya-karya seni dari Sunaryo.
Gambar 2.6 Pintu Utama Selasar Sunaryo
Sunaryo adalah seorang seniman kontemporer kelahiran Banyumas,
Jawa Tengah 15 Mei 1943 ini, yang akif berpameran sejak tahun 1970
sampai sekarang baik di luar maupun didalam negeri. Berlatar belakang
pendidikan Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (1962-1969)
dan Studi Patung Marmer di Marble Technology, Carrara, Italia. Sunaryo
telah banyak menerima berbagai penghargaan seni dan karya-karyanya
tersebar di berbagai kota di Indonesia dan ikut serta dalam merencanakan
estetik elemen untuk paviliun Indonesia dalam Expo’85 di Tsakuba,
Jepang (1985). Menjadi koordinator estetik elemen untuk paviliun
Indonesia dalam Expo’86 di Vancouver, Kanada (1986). Mempunyai
museum seni merupakan cita-citanya ketika masuk di jurusan seni rupa
ITB tahun 1962. Ia memimpikan adanya tempat umum di mana terjadi
interaksi antar seniman dan khalayak. Tahun 1989, ia membeli sebidang
lahan dikawasan perbukitan Bukit Pakar. Tahun 1993, lahan itu mulai
30
dibangun. Tahun 1995, cita-citanya terwujud, ia membuka museum yang
ia namakan Selasar Sunaryo Art Space.
Gambar 2.7 Ruang Galeri A
Sunaryo bekerjasama dengan seorang arsitek, Baskoro Tedjo. Dalam
merancang bangunan ini 2 dimensi bertemu yaitu, 3 prinsip responsive
arsitek dan 3 kriteria yang diberikan oleh seniman Sunaryo, yaitu :Tidak
membongkar lahan lebih dari keperluan. Tujuan yang ingin dicapai adalah
suatu ruang seni yang seolah menyeruak dan menyembul dari karaktek
lahan yang tidak rata dan cenderung curam.Memiliki sifat karakter budaya
sunda yang banyak dicerminkan pada disain landskap. Semua elemen
desain di 1 sisi dapat mencerminkan karya Sunaryo, dan di sisi lain mampu
berfungsi sebagai ruang berkesenian.
Gambar 2.8 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung
31
Bangunan ini memakai pendekatan pelanar, yaitu membentuk ruang
hanya dari bidang-bidang datar yang tidak memiliki detail. Sama sekali
tidak terdapat unsur-unsur arsitektur yang menurut Baskoro tidak perlu,
bahkan pintu dan jendela yang biasa terdapat pada bangunan tradisional
sunda pada umumnya diolah sedemikian rupa menjadi hanya bukaan saja,
hal ini supaya tidak mengalahkan karya seni yang ada. Ruang pamer yang
bentuk dasarnya polos adalah untuk membuat karya seni yang dipamerkan
lebih menonjol tidak kalah dengan bangunan. Program ruang dan sirkulasi
dibuat berdasarkan karakter labirin yang membiarkan orang bergerak
bebas didalamnya.
Gambar 2.9 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung
Bangunan Selasar Sunaryo ini banyak menggunkan kaca, guna untuk
memanfaatkan cahaya alami. Fasilitas di Selasar Sunaryo Art Space ini
diantaranya :
a. Ruang Gallery
b. Kopi Selasar
c. Cinderamata Selasar
d. Amphiteather
e. Musholla
f. Bamboo House
36
Gambar 2.22 Cinderamata
2. Soorim Art Center
Gambar 2.23 Soorim Art Center, Seoul, Korea Selatan
Soorim Art Center terletak di Hongneung, Seoul, Korea Selatan. Pada
awalnya tempat ini merupakan sebuah kantor pusat dewan film korea di
Hongneung, kemudian tempat ini direnovasi menjadi Soorim Art Center,
lengkap dengan ruang memorial, galeri seni, dan ruang konser. Pada
awalnya bangunan ini tidak memiliki cukup cahaya dan udara alami yang
masuk kedalam bangunan, sehingga tujuan utama dari renovasi ini adalah
untuk mengekspos ruang agar cahaya alami dan udara dapat masuk
kedalam ruangan, dan juga untuk memperbesar ruang utama.
37
Awalnya pintu masuk utama dari struktur yang ada adalah 1,2 meter di
atas permukaan jalan dan hanya bisa diakses melalui tangga sempit, yang
pada gilirannya terhalang oleh tangga lain. Dengan demikian dibongkar
tangga ekstra tersebut, disesuaikan tingkat lantai dan menciptakan sebuah
jembatan yang menghubungkan ruang ke area terbuka yang berubah
menjadi Heesoo Kim Memorial Hall, untuk menghormati pendiri Soorim
Arts Center. Sebelumnya, lantai utama di ruang ini adalah daerah tertutup
dengan kurangnya ventilasi dan cahaya alami. Dalam rangka untuk
membuat ruang lebih tiga-dimensi, dibukalah bagian dari lantai slab untuk
memperkenalkan cahaya alami dan udara segar. Juga, dipasang lift
tambahan di aula utama untuk jalan akses ke lantai atas. Ruang
pembangunan Film yang luas dengan langit-langit setinggi 5,5 meter
diubah menjadi sebuah galeri seni. Hal ini dikarenakan untuk
memanfaatkan dari tingkat lantai yang berbeda, diperkenalkan cahaya
dengan membuka dinding selatan dengan penggunaan Kalwall dan
menciptakan dinding pameran fleksibel dengan penggunaan dua dinding
bergerak berlapis. Kami meningkatkan parkir dan seni daerah
penyimpanan dengan efisien mengurangi ukuran area pemeliharaan.
Sebuah kotak skylight digunakan agar cahaya dapat masuk ke kebun.
Pada ruang duduk di lantai pertama, kaca dan aluminium dinding berpola
segitiga masing-masing dirancang berbeda berdasarkan arah dan paparan
sinar matahari mereka. Tangki air di atap diubah menjadi sebuah
observatorium dan terbuka untuk umum.
45
Gambar 2.45 Concert Hall
3. Ciputra Artpreneur
Gambar 2.46 Ciputra Artpreneur
Ciputra Artpreneur terletak di kawasan pusat bisnis segitiga emas
ibukota Jakarta, Ciputra Artpreneur menempati lantai teratas dari mall
Ciputra World Jakarta yang merupakan sebuah kompleks besar yang
mencakup perkatoran, hotel, pusat perbelanjaan dan apartemen. Ciputra
Artpreneur berdiri diatas area dengan luas sekitar 10.000 m2, adalah suatu
tempat yang didedikasikan untuk seni yang memiliki fasilitas seperti
museum seni, galeri, teater dengan standar internasional, dan ruang
serbaguna serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya.
46
Gambar 2.47 Ciputra Artpreneur Theater
Di buka pada akhir Juli 2014, Ciputra Artwork telah menyelenggarakan
berbagai pilihan acara local maupun internasional. Mulai dari wedding
festival, peluncuran produk, pertemuan perusahaan, peragaan busana,
seminar dan lokakarya, hingga konser music dan pertunjukan teater. Dan
menjadi rumah bagi broadway atau musikal internasionoal di Indonesia,
seperti Beauty and The Beast, Shrek The Musical, Annie, Shaolin Warrior,
Vienna Boys Choir, dan Stars of The West End.
Gambar 2.48 Beauty and The Beast Show
47
Ciputra Artpreneur galeri merupak sebuah ruang serbaguna yang dapat
digunakan untuk beragam acara, dengan luas 1.500 m2 ini memiliki
fasilitas layar proyeksi yang memenangkan award dati MURI untuk
system proyeksi audio visual terpanjang di Indonesia dengan ukuran 60 x
12 m. Ciputra Artpreneur museum menampilkan lebih dari 20 karya
koleksi pribadi Ir. Ciputra. Di dalam museum terbagi menjadi 2 area, di
mana area pertama berisi karya seni kontemporer, sementara di area kedua
menampilkan karya-karya Hendra Gunawan.
Gambar 2.49 Ciputra Artpreneur Museum
Gambar 2.50 Theater Floor Plan
50
Gambar 2.57 Gallery
Gambar 2.58 Façade
4. Pompidou Centre
Centre Georges Pompidou dibangun dalam kurun waktu 1971 – 1977
dan dikenal sebagai “Pompidou Centre”, yang terletak di Beabourg, kota
Paris. Pembangunan bangunan ini merupakan gagasan dari Presiden
Georges Pompidou yang ingin menciptakan sebuah pusat Institusi
Kebudayaan yang didedikasikan untuk seni modern dan kontemporer.
51
Gambar 2.59 Pompidou Centre
Dibangun pada masa pemerintahan Presiden Georges di Perancis
dengan tujuan membuat pusat kebudayaan. Pada tahun 1969 dibuka
sayembara yang kemudian dimenangkan oleh seorang arsitek tidak
terkenal (Richard Rogers, yang kemudian terkenal karena proyek ini) dan
Renzo Piano. Karena hanya bangunan ini yang menggunakan setengah
dari seluruh lahan yang tersedia. Lahan tersebut dulunya
hanyalah carpark. Bangunan ini kemudian dirancang terinspirasi
dari archigram.
Gambar 2.60 Pompidou Centre
52
Richard Rogers, arsitek asal Inggris mengungkapkan bahwa elemen
kunci pada Centre Pompidou di Prancis, yang ia desain bersama arsitek
Italia Renzo Piano sangat terpengaruh oleh pemikiran radikal tahun 1960-
an. Bangunan tersebut rampung pada 1977. Meski dibangun dan rampung
selepas tahun 1960-an, namun secara politis bangunan tersebut masih
mengenang protes keras dari pelajar dan pekerja di tahun 1968. Rogers
berkomentar, "Momen tersebut hampir mengubah sejarah, khususnya bagi
Eropa. Tampaknya hampir seperti revolusi. Pada kenyataannya, hal
tersebut tidak terjadi. Namun kami menangkap sesuatu dari hal tersebut
bagi bangunan ini." Rogers menambahkan, tahun-tahun tersebut
merupakan periode politik yang sangat aktif. Anda dapat berargumen
bahwa hal tersebut bagian dari konsep (bagi bangunan ini). Ini merupakan
periode dinamis, periode perubahan, namun pihaknya ingin menangkap
apa yang terjadi pada saat itu.
Gambar 2.61 Pengeksposan Me
Bangunan ini memiliki konsep kejujuran strutur dan utilitas. Rangka
awal bangunan ini adalah dua kolom di ujung yang dihubungkan oleh truss
dan ditabilkan oleh kolom metal yang ditanamkan ke dalam tanah.
Kemudian rangka tersebut dibuat menjadi lima tingkat dan pada bagian
terluar diberi rangka silang untuk fasade sekaligus penghubung antar trave
53
dan lantai. Bangunan ini memliki luas sebesar 70.800 m2 tanpa kolom di
bagian tengah tiap lantainya.
Semua Mechanical, Electrical, dan Plumbing diekspos dengan setiap
saluran diberi warna berbeda, termasuk
juga elevator khusus loading barang. Hal tersebut dimaksudkan untuk
member kesan playful. Walaupun utilitas diekspos, hal tersebut justru
tidak memberikan kesan ‘berantakan’ pada bangunan ini, karena setiap
ruangan dengan fungsi berbeda diberika perlakuan berbeda terhadap
desainnya yang responsive terhadap kejujuran utilitas. Untuk bagian
administrasi, privacy tetap terjaga dengan adanya partisi antar ruang kerja
setiap pegawai. Untuk perpustakaan seluas 15.000m2, partisinya hanyalah
rak buku. Untuk museum, bagian dalamnya sudah diberi partisi berwarna
putih polos dan ruangnya sudah dirancang dengan prototype
gallery atau museum, sehingga nantinya curator hanya perlu merancang
sendiri arsitektur bagian dalam pada setiap pamerannya. Walauppun
banyak partisi, pada bagian museum atau gallery ini tetap mengefisienkan
energi dengan cahaya langsung dari matahari melalui roof top window.
Untuk balkon di setiap lantainya, terutama di lantai paling atas, sangat
memanfaatkan keindahan kota Paris, sehingga dapat langsung melihat
pemandangan ikon kota-nya, yaitu Eiffel Tower.
54
Gambar 2.62 Pengeksposan Me
Gambar 2.63 Interior Pompidou
Gambar 2.64 Interior Pompidou
2.2 Tinjauan Kawasan
Secara geografis Kabupaten Bekasi terletak berada pada posisi 6º 10’ 53” -
6º 30’ 6” Lintang Selatan dan 106º 48’ 28” -107º 27’ 29” Bujur Timur.
Topografinya terbagi atas dua bagian, yaitu dataran rendah yang meliputi
sebagian wilayah bagian utara dan dataran bergelombang di wilayah bagian
selatan. Ketinggian lokasi antara 6 – 115 meter dan kemiringan 0 – 250. Posisi
55
tersebut menempatkan Kabupaten Bekasi berada disebelah barat wilayah
Provinsi Jawa Barat yang memanjang dari utara ke selatan.Kabupaten Bekasi
mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh jalur regional yang menjadi
perlintasan antara ibu kota provinsi dan ibu kota negara.
Gambar 2.65 Peta Wilayah Kabupaten Bekasi
Dengan luas 127.388 Ha yang didominasi wilayah pertanian, Kabupaten
Bekasi adalah sebuah wilayah yang terus berkembang. Saat ini, Kabupaten
Bekasi terbagi atas empat pembagian Wilayah Pengembangan (WP), meliputi
23 Kecamatan, 182 desa, dan 5 kelurahan. Secara administrative Kabupaten
Bekasi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor
- Sebelah Barat : DKI Jakarta dan Kota Bekasi
56
- Sebelah Timur : Kabupaten Karawang
Tabel. 2.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupatn Bekasi
Kabupaten Bekasi sebagai penyangga Ibukota Negara mengalami
pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan peningkatan dan
pengembangan sarana dan prasarana yang ada, maka bermunculanlah
kawasan-kawasan industri sehingga Kabupaten Bekasi dapat dikatakan sebagai
salah satu sentra industri terbesar yang ada di wilayah Jawa Barat bahkan se-
Asia Tenggara. Kabupaten Bekasi merupakan wilayah yang tumbuh semakin
dinamis, baik secara ekonomis maupun kependudukan. Saat ini Kabupaten
Bekasi tidak hanya menjadi tujuan ekonomi, namun juga tempat tinggal.
57
Mengingat posisinya yang berada di antara wilayah administrative lain,
penduduk Kabupaten Bekasi terdiri dari multi etnis, beragam suku dari hamper
seluruh daerah di Indonesia, dengan membawa serta adat istiadat, social
budaya dan agama daerahnya masing-masing. Pada tahun 2013 jumlah
penduduk Kabupaten Bekasi telah mencapai 3.002.112 jiwa, mengalami
peningkatan 13% dari hasil sensus penduduk tahun 2010.
Tabel. 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Kabupaten
Bekasi Tahun 2013
58
Setelah wilayah Bekasi dimekarkan menjadi kota dan kabupaten, Cikarang
ditetapkan menjadi ibukota dari kabupaten Bekasi berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 1998 tentang Pemindahan
Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi. Pemindahan Ibukota Kabupaten
Bekasi dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi ke Kota Cikarang
yang berada di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi, sdengan pusat
pemerintahan di Desa Sukamahi.
Kabupaten Bekasi kaya akan seni dan budaya, berbagai kreatifitas seni lahir
dari masyarakat bekasi. Namun sayangnya, hingga saat ini Bekasi belum
memiliki ruang untuk mengekspresikan kreatifitas seni dan budaya tersebut.
Sehingga, kreatifitas itu tertahan oleh minimnya ruang untuk berekspresi.
Ahmad Syaikhu (wakil wali kota Bekasi) mengakui, di Bekasi saat ini masih
minim ruang untuk mengekpresikan seni dan budaya. Hal ini dibuktikan
dengan belum adanya pusat kesenian dan budaya di Bekasi. Menurut Syaikhu,
di Bekasi ini banyak lahir seniman maupun budayawan. Namun, keberadaan
mereka belum difasilitasi dengan baik, karena tidak adanya tempat untuk
mengekspresikan kreatifitas yang dimilikinya. Dalam hal ini Bekasi art center
sangat diperlukan guna untuk mewadahi segala bentuk kegiatan kesenian.
Dede Jusuf, sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat dalam pembukaan Jababeka
International Cultural Festival ke-3 mengatakan, potensi yang kita miliki dalam
mengembangkan industri kreatif ternyata sangat besar, sehingga dibutuhkan
dukungan semua pihak termasuk dari kalangan pengembang seperti Jababeka.
59
Gambar 2.66 Peta Kota Jababeka
Kota Jababeka terletak 35 kilometer sebelah timur dari pusat bisnis Jakarta
dan termasuk ke daerah Cikarang, yang merupakan bagian dari Kabupaten
Bekasi. Kota Jababeka dapat diakses dengan mudah dari jalan tol Bekasi -
Cikampek (jalan raya) dan dilayani oleh gerbang tol Cikarang Barat &
Lemahabang kilometer 31 (pintu keluar jalan tol di kilometer 28). Waktu jarak
tempuh antara Kota Jababeka dan Jakarta Pusat dengan mobil adalah sekitar 1
– 1,5 jam.
Tabel. 2.4 To Kota Jababeka
From Distance Est. Commuting Time Road
Jakarta CBD (Semanggi
Interchanges) 35 Km
40 - 50 minutes Highway
Jakarta Cawang Interchanges 31 Km 35 - 40 minutes Highway
Soekarno-Hatta International
Airport 65 Km
1 hour 30 minutes Highway
Tanjung Priok International
Seaport 55 Km
1 hour 15 minutes Highway
City of Bekasi 10 Km 15 - 20 minutes Highway
60
Kota Jababeka adalah daerah pemukiman dengan kawasan industri yang
mandiri dimana kini telah mempunyai sekitar 1.650 perusahaan nasional dan
multinasional dari 30 negara (diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Perancis,
Jerman, Belanda, Australia, Jepang, China, Taiwan, Singapura, Malaysia, dll)
dan telah mempekerjakan lebih dari 700.000 pekerja dan 4.300 ekspatriat.
Perseroan memiliki tenant yang terdiri dari perusahaan multinasional seperti
Loreal, ICI Paints, Mattel, Samsung, Unilever, United Tractors, Akzo Nobel,
dan Nissin Mas.
Jababeka memikili kawasan hunian seluas 1.130 hektar, termasuk
pengembangan yang telah ada seperti Jababeka Golf & Country Club (80
hektar), Education Park (80 hektar), Business Park (16 hektar), serta beberapa
cluster perumahan yang memenuhi segmen pendapatan rendah, menengah dan
tinggi, serta perumahan atau komersial lainnya. Pada waktu yang akan datang
kawasan pengembang akan dialokasikan untuk beberapa hunian cluster, area
komersil, Medical City (74 hektar) dan projek Indonesia Movieland (36
hektar).
Gambar 2.67 Indonesia Movieland
Di seluruh wilayah seluas 80 hektar, education park akan menampung
banyak institusi pendidikan dari berbagai tingkat, mulai dari sekolah dasar
61
sampai sekolah menengah dan dari politeknik hingga universitas. Beberapa
institusi pendidikan negeri sudah ada di Jababeka, tidak hanya itu terdapat pula
institusi pendidikan swasta seperti Al-Azhar, BPK Penabur, President
Boarding School, Politekni ATMI – Cikarang, President University.
Dengan demikian demi dapat mewadahi kreatifitas-kreatifitas dari para
seniman Kota Jababeka dinilai merupakan lokasi yang tepat untuk
dibangunnya sebuah fasilitas hiburan yang mendidik dalam hal ini Bekasi Art
Center. Dikarenakan fasilitas – fasilitas yang sudah ada dapat menjadi fasilitas
yang sangat mendukung untuk didirikannya Bekasi art center.
62
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Pengertian Arsitektur High – Tech
Dalam ensiklopedia Nasional Indonesia, arsitektur adalah ilmu dan seni
merancang bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang
fungsional, sturktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika
(Ensiklopedia Nasional Indonesia 1990). Secara umum pengartian High
Tech: High tech berasal dari kata bahasa inggris yaitu High Technology
yang berarti teknologi tinggi dalam bukunya High Tech Architecture, Colin
Davies menyatakan pengertian high tech dalam arsitektur berbeda dengan
pengertian high tech dalam industri. Bila dalam industri pengertian high tech
diartikan sebagai teknologi canggih seperti elektronik, komputer, robot,
chips, dan sejenisnya. Sedangkan dalam arsitektur, high tech diartikan
sebagai suatu aliran gaya arsitektur yang bermuara pada ide gerakan
arsitektur modern yang membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi
suatu bangunan.
Dari penjabaran diatas, maka diperoleh pengertian bahwa Arsitektur
High-Tech adalah gaya perancangan suatu bangunan atau lingkungan
binaan dengan beberapa standar tertentu yang kemudian ditata dan diatur
agar pemecahan masalah yang ada berhasil dicapai dengan pemakaian
bahan bangunan yang fungsional dan estetis. Arsitektur high tech juga dapat
dikatakan sebagai suatu gaya arsitektur yang dalam penerapannya
mengembangkan kecanggihan teknologi dan menggunakan elemen-elemen
struktural yang sangat dominan dengan material fabrikasi. Dalam dunia
arsitektur sangat banyak digunakan istilah high tech untuk
menginterpretasikan sebuah sistem teknologi yang digunakan pada suatu
bnagunan dan semakin populer digunakan pada awal 1970 untuk
63
menggambarkan keberhasilan teknologi canggih yang dicapai pada saat itu
seperti yang terlihat pada arsitektur Pusat Georges Pompidou, Paris (1972-
7) karya Renzo piano dan Richard rogers yang memperlihatkan penggunaan
material-material kaca dan logam dengan mengekspose secara transparan
bentuk bentuk jaringan dalam bangunan serta berbagai fungsi-fungsi
layanan seperti escalator, walkways dan ornamen-ornamen diluar gedung.
Gambar 3.1 Georges Pompidou Center, Paris (1972-7)
Perkembangan lebih lanjut arsitektur high tech bukan saja tercemin dari
struktur bangunan tetapi juga pada sistem bangunan, sehingga muncul
istilah smart building dengan karakter-karakter high tech architecture.
3.2 Sejarah Arsitektur High – Tech
High-tech merupakan sebuah fenomena pada abad 20 dalam bidang
industry bangunanyang berpengaruh pada dunia arsitektur dan desain.
Istilah high tech adalah sebuah penemuan pada tahun 1970 terhadap
perancangan bangunan dan objek untuk rumah dan menjadi popular setelah
Joan Kroon dan Suzanne slesin menulis buku yang berjudul “High
Tech”;the industrial style and source book for the home”. Dalam buku
tersebut dikatakan bahwa high-tech merupakan istilah arsitektural yang
digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan
64
pengeksposan struktur dan elemen-elemen lainnya yang terbuat dari bahan-
bahan fabrikasi yang biasa digunakan unuk membangun gudang dan pabrik.
Pada buku ini Suzanne Slesin dan Joan Kron juga mengikutsertakan tren
pararel dalam design interior penggunaan peralatan industri di rumah ke
dalam pengertian high-tech. Menurut Kenneth Frampton, arsitektur high
tech dimulai dari transformasi secara teknik-teknik struktural (structural
engineering (1955-1959) yang kemudian berkembang pada tahun 1962.
Menurut Vittorio Magnagno Lampaugnani pada late-rationalism, dimana
high tech tersebut telah diterapkan dibandingkan dengan early-rationalism
yang masih rancu dan dapat dibedakan dengan baik. Kemudian setelah itu
mulai berkembang ke arah Contemporary Movement yang memiliki
karakter: peningkatan ekonomi, industrialisasi, pertumbuhan penduduk,
perkembangan teknologi, perkembangan budaya dan krisis energi.
Setelah mengalami perkembangan yang dilalui dengan masing-masing
jamannya tersebut, maka semakin dikenal gaya tersebut dengan sebutan
“Arsitektur High Tech”. Hal ini disebabkan dengan perkembangan
teknologi yang memang sangat maju pada zaman tersebut, yang ditandai
dengan adanya pendaratan pertama dibulan oleh Neil Amstrong pada tahun
1969 sehingga masyarakat pada waktu itu mulai berfikir kedepan dan
menyukai perubahan-perubahan yang di dapat dari teknologi pada suatu
bangunan
3.3 Karakteristik Arsitektur High Tech
Menurut Charles Jenks dalam tulisannya mengenai arsitektur High-tech,
“The Battle of High-tech, Great Building with Great Fault”. Charles Jenks
juga menuliskan 6 karakteristik High-tech building, yang intinya sebagai
berikut:
a. Inside out.
65
Bagian interior yang diperlihatkan keluar dengan penggunaan material
penutup yang transparan, seperti kaca. Fungsi-fungsi yang umumnya
tertutup atau ditutupi namun ditonjolkan keluar, seperti fungsi servis dan
utilitas.
Gambar 3.2 Inside Out
b. Celebration of process.
Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya
bagaimana, mengapa, dan apa dari suatu bangunan, sehingga
muncul suatu pemahaman dari seorang awam ataupun seorang
ilmuwan. Sebagai catatan yang ditulis oleh Charles Jenks mengenai
Norman Foster, yaitu ciri khas dari pekerjaan Norman Foster yang
terkesan dapat mengungkapkan sesuatu yang lebih daripada arsitek
manapun dalam cara penyelesaian dengan ide-ide cemerlangnya
yang mengembangkan suatu rancangan sesuai dengan zamannya
sehingga kegunaan dan tampak dari bangunan tersebut merupakan
suatu mekanisme yang sempurna.
66
Gambar 3.3 celebration of process
c. Transparan, pelapisan dan pergerakan.
Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan secara
dramatis tanpa terkecuali, kegunaan yang lebih luas dari kaca yang
transparan dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran,
tangga dan struktur, serta penekanan pada escalator dan lift sebagai
suatu unsur yang bergerak merupakan karateristik dari bangunan
high-tech.
Gambar 3.4 Transparan, pelapisan dan pergerakan.
d. Pewarnaan yang cerah dan merata.
Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas mengenai
jenis struktur dan utilitas, juga untuk mempermudah para teknisi
67
dalam membedakannya dan memahami penggunaannya secara
efektif.
e. A light weight filigree of tensile members.
Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari High-tech
building, sekelompok kabel-kabel baja penopang dapat membuat
mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-
gaya pada struktur.
Gambar 3.5 a light weight filigree of tensile members.
f. Optimistic confidence in a scientific cultura.
High-tech building adalah janji masa depan dari dunia yang menanti
untuk ditemukan. Bangunan yang dapat mewakili
kebudayaan/peradaban masa depan yang serba scientific, sehingga
pada saat itu tetap bisa dipakai dan tidak ketinggalan zaman.
Hasilnya lebih mendalam pada suatu metode kerja, perlakuan pada
material, warna-warna dan pendapatan, dibandingkan dengan
prinsip-prinsip komposisi.
Gambar 3.6 Optimistic confidence in a scientific cultura.
68
Sedangkan menurut Collin Davies High-tech merupakan pendekatan
tema yang :
1. Mengutanakan fungsi, fleksibilitas dan kemudahan operasional antar
ruang
2. Plug in fod, merupak suatu wadah atau fasilisator yang bisa dipasang,
berupa modul-modul yang diproduksi secara masal perunit di pabrik
dengan mutu dan presisi yang terkontrol.
3. System bangunan yang berteknologi tinggi.
4. Penggunaan bahan-bahan yang berteknologi canggih.
5. Berdasarkan teknologi industri tetapi bukan hanya tradisi beraksitektur.
6. Menampilkan struktur bangunan dan bagian elektrikal utilitas
bangunannya.
3.4 Penerapan Tema High Tech Pada Beberapa Bangunan
3.4.1 Penggunaan Material Kaca
Kaca merupakan materi bening dan transparan (tembus pandang) yang
biasanya di hasilkan dari campuran silikon atau bahan
silikon dioksida(SiO2), yang secara kimia sama dengan kuarsa (bahasa
Inggris: kwarts). Kaca dapat diaplikasikan seperti; botol, kaca mata, gelas.
Kaca memainkan peran penting dalam ilmu pengetahuan dan industri.
Karena struktur kimianya, fisik, dan khususnya sifat optik kaca cocok untuk
aplikasi optik dan bahan Optoelektronik, peralatan laboratorium, isolator
termal, bahan penguat, dan seni kaca (seni, kaca studio).
Adapun jenis-jenis kaca diantaranya :
1. Double Glass
Double atau Dobel Glassing merupakan dua buah kaca yang
digabungkan dengan terciptanya ruang antara panel yang memiliki
ketebalan beberapa millimeter. Ruang antara panel tersebut bersifat
69
kedap suara dan memiliki kelembaban yang rendah, sehingga
pemasangan kaca double glassing pada sebuah ruangan menyebabkan
ruangan tersebut kedap suara dan suhu ruangan dapat terjaga dengan
baik/stabil.
Gambar 3.7 Double Glass
2. Kaca Reflective
Kaca Relective adalah kaca yang hanya memiliki daya tembus
pandang satu arah (One Way), sehingga dari bagian luar tidak dapat
melihat bagian dalam suatu ruangan. Kaca Relective biasanya digunakan
untuk eksterior gedung.
Gambar 3.8 Kaca Reflective
3. Kaca Bening/polos
Kaca ini merupakan kaca yang paling banyak ditemui pada
perumahan karena sifatnya yang membaur dengan ruang luar, kaca jenis
ini juga ekonomis dari segi harga.
70
Gambar 3.9 Kaca Bening/Polos
4. Self Cleaning Glass
Sistem self cleaning glass merupakan teknologi terbaru, dengan
menggunakan teknologi nano yang merupakan salah satu terobosan baru
teknologi, sehingga jenis kaca ini dapat membersihkan air secara
otomatis. Teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau
satu per miliar meter merupakan lompatan teknologi untuk mengubah
dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya. Dengan
demikian penggunaan nano teknologi adalah penggunaan teknologi
terbaru dimana sesuai dengan karakteristik arsitektur high tech yang
menurut Collin Davies yaitu penggunaan bahan-bahan berteknologi
tinggi.
Gambar 3.10 Self Cleaning Glass
5. Rayban Glass
Dalam istilah teknis, kaca jenis ini disebut tinted glass. Kaca ini
merupakan kaca float yang diberi lapisan warna yang terbuat dari
campuran logam, terdapat berbagai jenis warna seperti hitam, biru gelap,
71
biru kehijauan, abu-abu gelap, dan hijau gelap. Kaca warna mampu
menyerap panas sinar matahari sampai 55% sehingga dapat mengurangi
beban pendingin ruangan dan memberikan kenyamanan pada
penghuninya. Selain itu, karakteristiknya yang tidak tembus pandang
dapat memberi dan menjaga privasi penghuni. Kaca Rayban ini hanya
tersedia ukuran 5mm dan 6mm. Kaca rayben bersifat sulit dilihat dari sisi
luar & mampu menyerap cahaya . Kaca jenis ini biasa digunakan pada
kaca film mobil sampai kaca film gedung bertingkat. Secara umum kaca
rayben digolongkan menjadi beberapa bagian yakni Rayben Hitam,
Panasap, Rayben Warna (Biru, Hijau, dan Coklat).
Gambar 3.11 Rayban Glass
3.4.2 Penggunaan Struktur Baja
Baja merupakan logam campuran yang terdiri dari besi (Fe) dan karbon
(C), sehingga baja berbeda dengan besi, alumunium, seng, tembaga dan
titanium yang merupakan logam murni. Fungsi karbon pada baja adalah
untuk meningkatkan kualitas baja itu sendiri, yaitu daya tarik dan tingkat
kekerasannya. Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr),
nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain
sesuai dengan aplikasi dilapangan seperti anti korosi, tahan panas, dan tahan
temperature tinggi.
72
Struktur baja merupakan struktur yang terbuat dari kombinasi
terorganisir dari baja struktural yang diatur dan dirancang khusus untuk
memenuhi kebutuhan arsitektur dan teknis pemakai. Jenis struktur ini
banyak digunakan dalam proyek konstruksi berskala menengah dan besar
(pre-engineered building) oleh kegunaan fitur baja itu sendiri. Struktur baja
meliputi sub-struktur atau bagian dalam sebuah bangunan yang terbuat dari
baja struktural. Baja struktural adalah bahan konstruksi baja yang dibuat
dengan bentuk dan komposisi kimia tertentu sesuai dengan spesifikasi pada
proyek tersebut. Baja struktural dibuat dari canai panas maupun canai dingin
atau dibuat dengan pengelasan antara plat datar atau plat tekuk, tergantung
pada spesifikasi yang berlaku pada setiap proyek. Baja struktural memiliki
beberapa bentuk, ukuran dan alat ukur. Bentuk umumnya termasuk balok I,
talang, dan siku.
Gambar 3.12 Struktur Baja
3.4.3 Building Automation System (BAS)
Building Automation System (BAS) dideskripsikan sebagai sebuah
fungsi canggih dari sebuah sistem di bangunan. BAS merupakan contoh dari
sistem kontrol terdistribusi. Sistem kontrol itu sendiri adalah komputerisasi,
jaringan pintar dari alat elektronik yang didesain untuk memonitor dan
mengkontrol sistem mekanikal, elektrikal, dan penerangan dari bangunan.
73
BAS direferensikan sebagai sebuah transistor berdasarkan sistem elektrikal
yag digunakan untuk mengkontrol pemanasan, pendinginan, dan sistem
ventilasi bangunan. BAS juga mengontrol penerangan indoor dan outdoor,
keamanan, alarm kebakaran, dan semua yang bersifat elektrik pada
bangunan tersebut.
Building Automation System adalah program dan perangkat komputer
yang mengatur dan memonitor seluruh mesin dan perangkat listrik seperti
pompa, AC, lift, escalator, lampu dll. Pengontrolan dilakukan secara
otomatis, baik berdasarkan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya,
misalnya AC hidup 60 menit dan mati 15 menit untuk saving energi,
maupun berdasarkan kondisi, misalnya AC mati kalau suhu ruangan sudah
cukup dingin. Seluruh aktifitas akan tercatat dan seluruh permasalahan akan
dilaporkan ke komputer dan tercatat secara lengkap waktu, kejadian, dan
kondisi pada saat berlangsung. Hampir semua perangkat yang ada dalam
gedung dapat dikontrol secara otomatis dari satu komputer dan semua data
aktivitas yang terjadi dalam gedung dapat dikirmkan ke komputer lain
melalui jaringan Ethernet atau LAN.
Keuntungan menggunakan Building Automation System (BAS):
a. Memonitor dan mengontrol satu atau beberapa fasilitas.
b. Menurunkan down time peralatan saat setelah alarm, dan kemudahan
pengambilan tindakan dari lokasi pengontrolan.
c. Menurunkan tingkat komplain dari tenant / karyawan / pemilik took.
d. Menurunkan tingkat penggunaan energi.
e. Penurunan waktu dan biaya saat penyelesaian masalah dengan
memodifikasi sistem.
f. Memperbaiki tingkat diagnosa perbaikan dengan preventive
maintenance yang dilakukan sebelum peralatan mengalami kerusakan.
74
g. Tingkat return of investment 2-5 tahun.
Gambar 3.13 Building Automation System
3.4.4 Warna Pada Utilitas
Salah satu karakteristik high tech adalah pewarnaan cerah pada utilitas,
dimana diekspos secara langsung system utilitasnya dengan cara pemberian
warna sesuai dengan standar pada pipa-pipa di bangunan. Penekan warna
pada system utilitas bangunan high tech telah banyak diterapkan pada
bangunan-bangunan di dunia, seperti pompidou dalam pemberian warna
sebagai pembeda pada system utilitasnya menjadikan bnagunan dapat
bercerita dengan warna, warna juga dapat memberikan efek dinamis pada
bangunan.
Gambar 3.14 Warna Pada Utilitas
3.4.5 Penggunaan Ethylene Tetrafluoroethylene (ETFE)
Thylene Tetrafluoroethylene adalah singkatan dari ETFE. ETFE sendiri
merupakan suatu material yang berbasis polymer fluorokarbon (suatu
75
fluoropolymer) atau semacam plastik. Nama dagangnya adalah "Tefzel"
yang dirancang untuk memiliki hambatan korosi yang tinggi dan
mempunyai kekuatan untuk suatu daerah dengan suhu yang tinggi. Sebagai
tambahan, material ini tidak memancarkan racun ketika digunakan. Daya
dan Beban ETFE merupakan evolusi balon-balon / imajinasi yang berisi
angin dari konsep-konsep untuk lingkungan yang ideal.
Keuntungan material ETFE :
▪ Cukup kuat untuk membawa 400 berat/beban kali sendiri
▪ Dapat diregangkan kepada tiga panjangnya kali nya tanpa kehilangan
Elastisitas
▪ mempunyai suatu permukaan yang tak dapat lengket
▪ Dapat bertahan sepanjang 50 tahun
Gambar 3.15 Ethylene Tetrafluoroethylene (ETFE)
3.4.6 Penggunaan Dinding Panel Polyfoam
Polyfoam masih termasuk kedalam jenis sterofoam yang sangat ringan
dan mudah patah, bahan ini menjadi salah satu material konstruksi
bangunan. Bahan polyfoam ini dipadupadankan dengan sebuah kawat baja
yang telah di galvanis (dicat khusus agar tidak berkarat) dan diletakkan di
kedua sisi polyfoam tersebut, kedua bahan ini membentuk sebuah material
baru yang dapat diaplikasikan untuk material bangunan.
76
Bahan polyfoam tidak beracun, tidak berbahaya, tidak mudah terbakar,
dan tidak memiliki bahan kimia aktif. Bahan ini juga dapat didesain dengan
kepadata dan ketebalan yang berbeda tergantung dari jenis bangunan yang
akan digunakan.
Gambar 3.16 Panel Polyfoam
3.4.7 Intelligent Building System (IBS)
Intelligent Building System atau smart building adalah konsep
bangunan pintar menggunakan sistem otomatisasi/Buliding Automation
System (BAS). Sistem otomatisasi pada smart building mengacu pada
penggunaan teknologi untuk mengendalikan peralatan dalam bangunan
tersebut.
Gambar 3.17 Intelligent Building System
77
3.4.8 Penggunaan photovoltaic/solar cell
Sel Surya atau Solar Cell adalah suatu perangkat atau komponen yang
dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan
menggunakan prinsip efek Photovoltaic. Yang dimaksud dengan Efek
Photovoltaic adalah suatu fenomena dimana munculnya tegangan listrik
karena adanya hubungan atau kontak dua elektroda yang dihubungkan
dengan sistem padatan atau cairan saat mendapatkan energi cahaya. Oleh
karena itu, Sel Surya atau Solar Cell sering disebut juga dengan Sel
Photovoltaic (PV). Efek Photovoltaic ini ditemukan oleh Henri Becquerel
pada tahun 1839. rus listrik timbul karena adanya energi foton cahaya
matahari yang diterimanya berhasil membebaskan elektron-elektron dalam
sambungan semikonduktor tipe N dan tipe P untuk mengalir. Sama seperti
Dioda Foto (Photodiode), Sel Surya atau Solar Cell ini juga memiliki kaki
Positif dan kaki Negatif yang terhubung ke rangkaian atau perangkat yang
memerlukan sumber listrik. Pada dasarnya, Sel Surya merupakan Dioda
Foto (Photodiode) yang memiliki permukaan yang sangat besar. Permukaan
luas Sel Surya tersebut menjadikan perangkat Sel Surya ini lebih sensitif
terhadap cahaya yang masuk dan menghasilkan Tegangan dan Arus yang
lebih kuat dari Dioda Foto pada umumnya. Contohnya, sebuah Sel Surya
yang terbuat dari bahan semikonduktor silikon mampu menghasilkan
tegangan setinggi 0,5V dan Arus setinggi 0,1A saat terkena (expose) cahaya
matahari.
Prinsip kerja dari solar cell ini adalah, Sinar Matahari terdiri dari
partikel sangat kecil yang disebut dengan Foton. Ketika terkena sinar
Matahari, Foton yang merupakan partikel sinar Matahari tersebut
meghantam atom semikonduktor silikon Sel Surya sehingga menimbulkan
energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron dari struktur
atomnya. Elektron yang terpisah dan bermuatan Negatif (-) tersebut akan
bebas bergerak pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor.
Atom yang kehilangan Elektron tersebut akan terjadi kekosongan pada
78
strukturnya, kekosongan tersebut dinamakan dengan “hole” dengan muatan
Positif (+). Daerah Semikonduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif
dan bertindak sebagai Pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut
dengan Semikonduktor tipe N (N-type). Sedangkan daerah semikonduktor
dengan Hole bersifat Positif dan bertindak sebagai Penerima (Acceptor)
elektron yang dinamakan dengan Semikonduktor tipe P (P-type). Di
persimpangan daerah Positif dan Negatif (PN Junction), akan menimbulkan
energi yang mendorong elektron dan hole untuk bergerak ke arah yang
berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi daerah Negatif sedangkan
Hole akan bergerak menjauhi daerah Positif. Ketika diberikan sebuah beban
berupa lampu maupun perangkat listrik lainnya di Persimpangan Positif dan
Negatif (PN Junction) ini, maka akan menimbulkan Arus Listrik.
Gambar 3.18 photovoltaic/solar cell
3.5 Studi Kasus Arsitektur High-tech
79
3.5. 1 Cybertecture Egg ( Mumbai )
Gambar 3.19 Cybertecture Egg
Cybertecture Egg terletak di Mumbai, India. Yang dirancang James
Law Cybertecture International telah merancang sebuah bentuk baru
arsitektur, ditandai oleh bahan berwujud baru teknologi, multimedia,
kecerdasan dan interaktivitas. Vijay Associate merupakan konsultan yang
ditunjuk oleh James. Konsep bangunan ini terinspirasi dengan melihat dunia
seperti halnya melihat planet sebuah ekosistem dimana memungkunkan
untuk berkembangnya kehidupan. Konsepnya adalah bangunan ini seolah-
olah seperti planet bumi, dimana mempertimbangkan dunia sebagai
ekosistem berkelanjutan berasal dari cybertecture terpadu yang berkembang
untuk memberikan bangunan yang terbaik bagi penghuninya.
Gambar 3.20 Cybertecture Egg
Cybertecture Egg akan menjadi sebuah bangunan yang berkelanjutan
dan ramah lingkungan karena menggunakan panel photovoltaic dan turbin
80
angina surya diatas atap. Sistem pendingin atau penghawaan bangunan
didapatkan dari sebuah taman yang terdapat pada rooftop. Konsep struktur
bangunan ini adalah menciptakan sesuatu yang belum pernah dilakukan
dalam arsitektur konvensional, menciptakan sebuah struktur dalam bentuk
sebuah shell yang mampu mendukung plat lantai tanpa membutuhkan
kolom. Hal ini akan memumgkinkan ruang komersial tidak memiliki
penghalang untuk menggunakan ruang dan menjadi fleksibel.
Gambar 3.22 Teras Lobi
Gambar 3.23 Interior Lobi
81
Gambar 3.24 Toilet
Gambar 3.25 Perspektif
3.5. 2 Singapore Edge Green Complex
Gambar 3.26 Edge Green Complex
82
Firma arsitektur Foster dan Partners memenangkan kompetisi
internasional untuk merancang sebuah kompleks hijau yang akan mengisi
seluruh blok kota di pusat kota Singapura. Kompleks ini akan menjadi pionir
termuka dari rancangan desain hijau (green design). Bangunan ini akan
menggabungkan array dari solar sel pada fasad bangunan. Pada bagian
kanopi (juga ditutupi dengan thin-film solar sel) dan akan mulai di bangun
dari dasar bangunan, dan memunculkan ketinggian elevasi padi bagian
timur dan barat dari menara, di mana mereka membentuk serangkaian kisi-
kisi vertikal. Ini akan menyaring sinar matahari dan akan mengubah menara
menjadi serangkaian ruang hijau yang terhubung secara vertical dengan
ruang hijau. Fasad miring bangunan berorientasi untuk menangkap angin
yang ada dan aliran udara langsung ke bawah untuk mendinginkan ruang
permukaan tanah
.
Gambar 3.27 Singapore Edge Complex
Fungsi dari kanopi ini akan melindungi serangkaian jalan internal,
halaman yang cekung dan taman serta toko-toko dan kafe yang berada
disekitar area. Terdapat taman yang subur di bagian paling atas menara.
83
Gambar 3.28 Day View
Banyak unsur hijau lainnya yang dimasukkan ke dalam kompleks ini,
diantaranya: ada sistem penampungan air hujan, sistem pemanas geotermal,
balok dan langit-langit dingin, dan masih banyak lagi.
Gambar 3.29 Singapore Edge Complex
84
Gambar 3.30 Night View
3.5. 3 Kesimpulan Studi Kasus
Berdasarkan studi kasus diatas, penerapan arsitektur High Tech pada
bangunan adalah :
a. Cybertecture Egg,Mumbai, India
1. Menggunakan struktur baja
2. Menggunakan photovoltaic/solar cell
3. Menggunakan atap turbin untuk menghasilkan listrik
b. Singapore Edge Green Complex
1. Menggunakan photovoltaic/solar cell sebagai sumber utama energi
bangunan tersebut
2. Menggunakan material baja dan kaca
Dari studi Kasus diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep
high-tech pada suatu bangunan memiliki penampilan dan sistem yang
berbeda-beda, perbedaan ini dapat terjadi akibat faktor lingkungan
disekitarnya. Serta Pola pikir sang arsitek yang berbeda-beda dan
memikirkan dampak dari penerapan arsitektur high tech pada lingkungan
dapat diterapkan pada bangunan tersebut.
85
Bab IV
Analisa Perencanaan
4.1 Analisa Manusia
4.1.1 Analisa Kegiatan
Analisa kegiatan dalam Bekasi art center ini, yaitu :
a. Kegiatan Utama
Pengelompokkan kegiatan utama ini ialah kegiatan memamerkan atau
menampilkan hasil karya-karya dari para seniman lokal maupun
internasional.
b. Kegiatan Pendidikan
Kelompok kegiatan yang bertujuan untuk mempelajari tentang seni, seperti
workshop lukis dan yang lainnya.
c. Kegiatan Penunjang
Kelompok kegiatan ini merupakan hal-hal yang dapat menunjang kegiatan
di dalam bangunan ini.
d. Kegiatan Pengelola
Pengelompokkan kegiatan pengelola ini merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan pengelola bangunan ini, agar bangunan ini berjalan
sesuai dengan fungsinya.
e. Kegiatan Leisure Park
Pengelompokkan kegiatan ini terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan di luar gedung.
f. Kegiatan Service
4.1.2 Analisa Pelaku Kegiatan
Pelaku Kegiatan di Bekasi art center ini diantaranya :
1. Kelompok kegiatan pengunjung Bekasi art center
86
Kelompok ini merupakan pengunjung yang paling mendominasi. Kelompok
ini biasanya memiliki motivasi dua arah yaitu umum dan detail. Mereka juga
memiliki motivasi untuk berekreasi dan memanfaatkan liburan dengan
aktivitas yang dapat merangsang kreativitas.
2. Kelompok kegiatan peneliti
Yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah para peneliti ilmiah, dan
untuk hal-hal yang langsung digunakan untuk kegiatan sehari-hari.
Kelompok ini terdiri dari perorangan, kecuali bila sedang diadakan seminar
yang menyangkut benda koleksi/pameran.
3. Kelompok kegiatan seniman
Pengelompokkan kegiatan seniman bertujuan untuk mengatur segala
kegiatan yang berlangsung sejak dari para seniman datang hingga selesai
pertunjukan. Seniman merupakan hal yang paling menentukan
kelangsungan kegiatan dari art center ini. Para seniman sangat
memperhatikan detail yang dipamerkan.
4. Kelompok kegiatan kurator
Kelompok ini bertanggung jawab akan segala macam kegiatan yang
berlangsung di Bekasi art center ini. Terdiri dari para orang-orang yang
memiliki pengetahuanlebih di bidang seni dan bertugas memberikan
informasi bagi pengunjung, menilai dan menganalisa suatu karya seni,
mengatur dan mengorganisir acara-acara yang diadakan di art center ini.
5. Kelompok kegiatan pengelola art center
Pengelompokkan kegiatan pengelola bertujuan untuk mengelola dan
mengkoordinasi segala manajemen yang berlangsung dalam kawasan
Bekasi art center.
6. Kelompok kegiatan penunjang
Pengelompokkan kegiatan penunjang bertujuan untuk memberikan
pelayanan pendukung yang dimanfaatkan dan digunakan oleh pengunjung.
Serta menjadi investasi tambahan bagi pengelola.
87
4.1.3 Analisa Pola Kegiatan
Berikut merupakan analisa pola kegiatan yang dilakukan di dalam Bekasi art
center berdasarkan analisa pelaku kegiatan, sbb :
a. Pengunjung
Pengunjung adalah masyarakat setempat maupun dari luar kota jababeka.
Skema 4.1 Analisa Kegiatan Pengunjung
b. Seniman
Skema 4.2 Analisa Kegiatan Seniman
88
c. Pengelola
Merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan atau
perawatan bangunan , yang menyangkut keamanan, kenyamanan, dan
termasuk dalam pelayanan dalam Bekasi art center. Pengelola terbagi
menjadi beberapa pengelola antara lain :
a. Pengelola Utama
Skema 4.3 Analisa Kegiatan Pengelola Utama
b. Pegawai
Skema 4.4 Analisa Kegiatan Pengelola
89
d. Administrasi
Skema 4.5 Analisa Kegiatan Administrasi
e. Objek Koleksi
Skema 4.6 Analisa Kegiatan Objek Koleksi
f. Dapur
Skema 4.7 Analisa Kegiatan Dapur
91
4.2 Analisa Tapak
4.2.1 Proses Penentuan Pemilihan Lokasi
Analisa bertujuan untuk mendapatkan lokasi dan site perencanaan di
wilayah kota Jababeka yang sesuai untuk perencanaan dan perancangan Bekasi
art center yang direncanakan serta mampu mendukung fungsi bangunan
tersebut.
Kriteria pemilihan lokasi, antara lain:
1. Jarak Pencapaian.
Pencapaian yang baik dapat membuat kemudahan bagi setiap orang untuk
menuju ke lokasi tapak art center, bahkan dengan kendaraan umum
pencapaian ke lokasi tapak dapat dicapai.
2. Luas Lahan yang tersedia.
Tersedianya luas lahan yang dibutuhkan untuk art center untuk mewadahi
segala fasilitasnya dan memiliki ruang terbuka hijau yang sesuai dengan
peraturan pemerintah.
3. Kondisi Tapak.
Kondisi tapak yang baik, akan memudahkan proses perencanaan dan
perancangan art center dengan memanfaatkan potensi di sekitar tapak.
4. Lingkungan Tapak.
Pemilihan lokasi tapak juga dilihat dari kelestarian lingkungan tapak.
Maka atas dasar kriteria di atas ditentukan tapak yang dipilih adalah
lahan terbuka yang terletak pada Jl. H. Usmar Ismail, yang merupakan
bagian dari daerah fasilitas umum .Site merupakan lahan dengan luasan 5.9
hektar.
93
Site memiliki kontur yang relatif datar, dengan kondisi sekitarnya berupa
bangunan dengan ketinggian 2 hinga 4 lantai. Suasana di sekitar site relatif
ramai. Hal tersebut merupakan potensi dalam pembentukan sifat ruang publik
dari Bekasi art center yang direncanakan.
4.2.2 Analisa Ketentuan Tapak
Analisa tapak berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Bekasi sebagai
berikut :
GSB = 4 m
Gambar 4.2 GSB Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
KDB = 60%
KLB = 0.6
Luas Lahan = 6 H
Topografi = Relatif Datar
Perhitungan.
Total Luas Bangunan = 11.712 m2
94
Total Luas Parkir = 1.326 m2
Luas Dasar Bangunan (LDB) = 60% x Luas Lahan
= 60% x 60.000 m2
= 36.000 m2
Luas Lantai Bangunan (LLB) = 1.5 x Luas Lahan
= 1.5 x 60.000 m2
= 90.000 m2
Jumlah Kantai = LLB / LDB
= 90.000 m2 ÷ 36.000 m2
= 2.5 ( dibulatkan menjadi 3 lantai )
4.2.3 Analisa Lingkungan Sekitar
Gambar 4.3 Analisa Lingkungan Sekitar
Berikut hasil analisa lingkungan di sekitar tapak, diantaranya :
95
Disebelah Utara : Terdapat bangunan kantor pelayanan pajak pratama
cikarang utara, Jababeka Convention Center, president
university.
Disebelah Timur : Terdapat Jl. H. Usmar Ismail yang merupakan jalan
utama dan akan dibangun Plaza Indonesia.
Disebelah Selatan : Horison Hotel, Pt. Jababeka, Tbk, Beverly Hills, Rodeo
Drive, Hollywood Junction, Jababeka Convention
Center,
Disebelah Barat : Terdapat sungai dan permukiman warga.
4.2.4 Analisa View Bangunan
Gambar 4.4 Analisa View Bangunan
Keterangan :
96
1. View sangat baik karena bangunan menghadap kearah jalan raya yang
merupakan jalan utama di sekitar bangunan
2. View baik karena menghadap ke Boulevard Arcade.
3. View kurang baik karena mengarah ke lahan kosong dan sungai.
4. View cukup baik karena view bangunan mengarah ke Jababeka Convention
Center dan area retail.
4.2.5 Analisa Matahari
Gambar 4.5 Analisa Matahari
Matahari bergerak dari timur ke arah barat, efek dari sinar matahari langsung
sangat mempengaruhi kenyamanan dan pencahayaan pada bangunan. Cahaya
sinar matahari sangat baik untuk penerangan bangunan namun sinar matahari
langsung bisa sangat mengganggu, oleh karna itu bangunan dikelola agar dapat
menentukan ruangan apa saja yang membutuhkan penerangan dari sinar matahari
tanpa menggangu kenyamanan pengguna bangunan.
4.2.6 Analisa Hujan
97
Keadaan iklim di Indonesia yaitu memiliki iklim tropis, dimana hanya
memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Saat cuaca ekstrim
yang tidak terprediksi seperti hujan lebat dapat mengakibatkan genangan –
genangan air.
Gambar 4.6 Analisa Hujan
Untuk mencegah agar tidak timbul genangan-genangan air yang
diakibatkan dari hujan, maka dapat dilakukan antara lain :
1. Meninggikan kontur tanah pada bangunan untuk mencegah air tergenang
disekitar lokasi tapak.
2. Membuat saluran pembuangan disekeliling lokasi tapak yang langsung
diarahkan ke riol kota.
3. Membuat sumur resapan sebagai tempat penampungan air.
99
Keterangan :
1. Kebisingan tinggi berasal dari bagian tmur karena terdapat jalan utama yaitu
Jl. H. Usmar Ismail.
2. Kebisingan sedang terdapat pada bagian utara karena terdapat bangunan
Jababeka Convention Center.
3. Kebisingan kecil berasal dari bagian barat tapak karena terdapat sungai.
4. Kebisingan sedang dari arah selatan bagian tapak karena terdapat bagunan
penunjang lainnya seperti boulevard arcade.
Kesimpulan :
Peletakkan ruang-ruang harus sesuai dengan tingkat kebisingan sehingga
segala tingkat kebisingan yang terjadi tidak akan mengganggu zona lain, untuk
mengatasi kebisingan yang disebabkan dari luar bangunan maka pada tapak
dibuat pagar dan ditanami pepohonan tinggi, tetapi tidak melebihi dari tinggi
bangunan art center agar tampilan art center dapat terlihat jelas dan untuk
mengatasi kebisingan yang ditimbulkan dari dalam bangunan maka di dalam
tapak akan ditanami pohon yang dapat meredam suara dan debu.
Gambar 4.9 Alternatif Meminimalisir Kebisingan
100
4.2.8 Analisa Sirkulasi
Gambar 4.10 Sirkulasi
Sirkulasi pada jalur utama yakni Jl. H. Usmar Ismail merupakan jalur dua arah
yang dibatasi oleh median, jalan ini cukup ramai dan memiliki lebar jalan yang
cukup lebar. Berdasarkan pertimbangkan keadaan sirkulasi kendaraan pada
site maka diadakan beberapa analisa sirkulasi untuk dapat menemukan
sirkulasi yang terbaik terhadap bangunan Bekasi art center diantaranya :
Analisa 1
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi 1
101
Keterangan :
= In
= Out
Keuntungan :
1. Posisi pintu masuk berada satu jalur dengan jalan utama.
Kerugian :
1. Jalur masuk dapat mengakibatkan kemacetan, karena kendaraan melaju
perlahan.
2. Jalur keluar dapat mengakibatkan kemacetan karena berada di posisi yang
sama dengan jalur masuk.
Analisa Sirulasi 2
Gambar 4.12 Analisa Sirkulasi 2
102
Keterangan :
= In
= Out
Keuntungan :
1. Posisi pintu masuk berada satu jalur dengan jalan utama.
2. Jalur keluar tidak mengganggu jalur jalan raya.
3. Jalur keluar berada di jalan yang berbeda, sehingga tidak menimbulkan
macet.
Kerugian :
1. Jalur masuk dapat mengakibatkan kemacetan, karena kendaraan
(pengunjung hotel) melaju perlahan.
2. Jalur keluar dapat mengakibatkan kemacetan terutama bagi kendaraan yang
akan berbelok kiri.
Berdasarkan analisa di atas maka analisa sirkulasi yang digunakan untuk
perencanaan bangunan Bekasi art center ini adalah analisa sirkulasi 2.
4.3 Analisa Ruang
4.3.1 Analisa Kebutuhan Ruang
Analisa kebutuhan ruang berdasarkan analisa kegiatan, yaitu :
106
Tabel 4.4 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola dan Service
4.3.2 Analisa Program Ruang
Berikut analisa program ruang dari Bekasi Art Center :
Skema 4.10 Analisa Program Ruang Makro
107
a. Pengunjung
Skema 4.11 Analisa Program Ruang Pengunjung
b. Peneliti
Skema 4.12 Analisa Program Ruang Peneliti
108
c. Seniman
Skema 4.13 Analisa Program Ruang Seniman
d. Kurator
Skema 4.14 Analisa Program Ruang Kurator
109
e. Pengelola
Skema 4.15 Analisa Program Ruang Pengelola
f. Utility
Skema 4.16 Analisa Program Ruang Utiliti
110
4.3.3 Analisa Pengelompokan Ruang
Analisa pengelompokkan ruang didasari atas pelayanannya, yang
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kelompok umum (publik), yaitu yang berkaitan dengan masyarakat umum,
sehingga ruang-ruang yang direncanakan menuntut pencapaian yang
mudah, jelas sirkulasinya, tidak membingungkan dan memiliki kebebasan
untuk bergerak.
b. Kelompok Semi Publik, yaitu yang berkaitan secara tidak langsung dengan
masyarakat umum, namun terbatas pada pengunjung tertentu yang
membutuhkan pelayanan yang khusus.
c. Kelompok privat yaitu, yang tidak diperuntukkan untuk umum, hanya untuk
pengelola dan orang-orang yang memiliki tujuan yang khusus untuk datang
ke Bekasi art center.
d. Kelompok servis, yaitu yang berkaitan dengan sarana dan tempat yang
dibutuhkan untuk kebutuhan pribadi para pengguna bangunan art center
yang terdiri dari unit-unti ruang servis.
Dari analisa fungsi berdasarkan pelaku dan kegiatan yang terdapat pada
bangunan Bekasi art center . Maka pengelompokkan ruang-ruangnya adalah :
1. Publik
a) Lobby
b) Loket tiket
c) Cafetaria
d) Art shop
e) Tempat penitipan barang
f) Pusat informasi
g) Amphiteather
h) Perpustakaan/ruang baca
2. Semi publik
a) Ruang pertunjukan/auditorium
111
b) Studio workshop pengunjung/peserta workshop
c) Ruang pameran/gallery
d) Ruang serbaguna
e) Ruang diskusi
f) Ruang persiapan
3. Privat
a) Ruang ganti seniman dan pelatih
b) Ruang latihan
c) Ruang kerja pengelola
d) Ruang pelatih
e) Kantor/ruang kuratorial
f) Studio workshop khusus seniman
g) Loker
h) Ruang admin
i) Ruang program
j) Ruang informasi dan penelitian
k) Ruang keamanan dan perawatan
l) Ruang arsip
m) Ruang rapat
n) Ruang Kepala bagian
o) Ruang staff
p) Ruang tamu
4. Service
a) Toilet/lavatory
b) Pantry
c) Ruang pos jaga
d) Gudang alat kebersihan
e) Gudang alat seni
f) Musholla
g) Loading dock
h) Ruang ME
112
i) Ruang utilitas
j) Ruang atm
4.3.4 Analisa Hubungan Ruang
Analisa hubungan ruang berdasarkan pengelompokan ruang, yaitu :
Skema 4.17 Hubungan Ruang
113
4.3.5 Analisa Kebutuhan Besaran Ruang
4.3.5.1 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Luar
a) Parkir
Luasan parkir berdasarkan kendaraan, yaitu 35% mobil, 40% motor,
5% bus, 20% kendaraan umum.
1. Parkir Mobil
30% x jumlah pengunjung = 30% x 1100 (termasuk
pengelola)
= 330 mobil
1 mobil diasumsikan memuat 6 orang = 330 : 6
= 55 mobil
1 mobil luasnya 13.2 m2 (architecture handbook) termasuk sirkulasi.
Total = 13.2 m2 x 55 mobil
= 726 m2
2.Parkir Motor
40% x jumlah pengunjung = 40% x 1100 (termasuk
pengelola)
= 440 motor
1 motor diasumsikan memuat 2 orang = 440 : 2
= 220 motor
1 motor luasnya 2 m2 (architecture handbook) termasuk sirkulasi.
Total = 2 m2 x 220 motor
= 440 m2
3.Parkir Bus
5% x jumlah pengunjung = 5% x 1000 (tidak
termasuk pengelola)
= 50 bus
1 bus diasumsikan memuat 50 orang = 50 : 50
= 1 bus
1 bus luasnya 40 m2 (architecture handbook) termasuk sirkulasi.
Total = 40 m2 x 1 bus
= 40 m2
114
4.Taman Reduksi
Di asumsikan untuk taman reduksi sebesar 10% dari total luas lahan
parkir :
= 10% x 1.206 m2
= 120.6 m2
Jadi total luas lahan parkir = 726 m2 + 440 m2 + 40
m2 + 120.6 m2
= 1.326,6 m2
4.3.5.2 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Dalam
Analisa kebutuhan luas ruang dalam yang dibagi berdasarkan analisa
kegiatan.
Tabel 4.5 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Utama
Tabel 4.6 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Pengelola
116
Tabel 4.8 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Penunjang
Tabel 4.9 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Service
Keterangan :
N : Data Arsitek ( Neufert )
DG : Design Guide for Arts & Crafts Centre
TSS : Time Saves Standards for Builing Types
HD : Human Dimension
SP : Studi Presden
117
4.3.5.3 Analisa Kebutuhan Seluruh Ruang
Berdasarkan analisa di atas maka diperoleh kebutuhan besaran ruang
keseluruhan, yaitu :
Tabel 4.10 Analisa Kebutuhan Total Luas Ruang
4.4 Analisa Bentuk dan Bangunan
4.4.1 Analisa Bentuk Bangunan
Tabel 4.11 Analisa Pertimbangan Bentuk
Tabel 4.12 Analisa Penilaian Bentuk
118
Keterangan :
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
Berdasarkan analisa yang dilakukan diatas, maka bentuk dasar yang dipilih
adalah bentuk dasar dari persegi dan lingkaran.
4.4.2 Analisa Gubahan Massa
Analisa gubahan massa bangunan dilakukan untuk mengetahui bentuk dasar
dari bangunan yang akan didesain, dengan memperhatikan masing-masing
fungsi pengaplikasian bentuk dasar bangunan tersebut terhadap
perancangan Bekasi Art Center dan dapat menyesuaikan penerapan tema
arsitektur high tech terhadap bangunan.
Konsep yang akan diterapkan pada Bekasi art center ini mengambil dari
bentuk shilouete dari tugu perjuangan rakyat Bekasi.
120
Untuk mempermudah dalam menyusun transformasi bentuk, pada gambar
shilouete tugu perjuangan rakyat Bekasi ini akan di bagi menjadi 2 bagian;
Gambar 4.14 Transformasi gubahan massa
121
4.5 Analisa Sirkulasi Pada Bangunan
1. Sirkulasi Horizontal
Tabel 4.13 Jenis Sirkulasi Vertikal
Kesimpulan :
Berdasarkan kriteria sirkulasi diatas maka sirkulasi radial terpilih
sebagain sirkulasi yang akan dipakai di dalam bangunan, karena sesuai
dengan fungsi bangunan yang dibutuhkan dimana jalan yang
berkembang dimulai atau berhenti pada sebuah titik pusat bersama, dan
sirkulasi linier digunakan sebagai sirkulasi pada area yang dibutuhkan
guna sebagai pembatas kegiatan proivat dan publik secara tidak
langsung.
122
2. Sirkulasi Vertikal
Tabel 4.14 Jenis Sirkulasi Horizontal
Kesimpulan :
Berdasarkan jenis-jenis sirkulasi vertikal diatas maka keempat sirkulasi
tersebut yaitu tangga, eskalator, lift, dan ramp akan digunakan pada
bangunan art center, karena memang sesuai dengan fungsi dan sesuai
kebutuhan yang ada di dalam bangunan tersebut.
4.6 Analisa Struktur Bangunan
Sistem struktur dan konstruksi yang digunakan;
123
1. Sub Structure
Merupakan struktur terbawah yang berhubungan langsung dengan tanah
yang berfungsi sebagai menahan dan mengalirkan bebam ke tanah.
Pemilihan pondasi didasarkan pada pertimbangan ketinggian lantai
bangunan dan kebutuhan atas bebas bangunan cukup besar dan
bentangan yang cukup lebar, maka dipilihlah pondasi tiang pancang.
Gambar 4.15 Pondasi Tiang Pancang
2. Mid Structure
Struktur tengah atau dinding menggunakan struktur rangka bantang
dengan perpaduan kolom dan balok dengan pola. Sistem pola tertentu
dapat memudahkan dan mengoptimalkan penyaluran beban secara
efektif.
3. Upper Structure
Untuk struktur atas, pemilihan sistem struktur didasarkan pada
pertimbangan bentang yang digunakan, bentuk atap dan citra yang ingin
124
di tampilkan. Sistem konstruksi menggunakan konstruksi baja
spaceframe dan beton.
4.7 Analisa Utilitas
4.7.1 Analisa Sistem Air
a. Air Bersih
Penggunaan air bersih pada bangunan menggunakan air dari
perusahaan air minum PAM. Dengan menggunakan sistem
pendistribusian air bersih menggunakan sistem down Feed, karena bila
listrik padam, air tetap dapat disalurkan dengan bantuan gravitasi bumi.
Sistem down Feed yaitu air ditampung di bak penampung, kemudian
dipompa ke reservoir atas dan dialirkan ke bangunan.
Skema 4.18 Sistem Air Bersih
b. Air Kotor
1. Sistem air kotor cair
Air kotor cair berasal dari toilet (shower, urinoir), pantry, tempat
wudhu. Air kotor ini akan di tamping di bak control menuju STP
dan kemudian disalurkan ke pembuangan saluran kota
Skema 4.19 Sistem Air Kotor Cair
125
2. Sistem air kotor padat
Air kotor padat atau biasa yang disebut dengan air limbah/air tinja
memerlukan tempat bak penampungan air limbah yang disebut
septic-tank, kemudian air kotor padat akan diolah kembali menjadi
pupuk dengan bantuan bakteri. Prosesnya adalah mula-mula air
kotor padat dari toilet mengalir melalui pipa menuju tanki
penampungan, setelah itu masuk ke penampungan berisi bakteri dan
akan menghasilkan pupuk yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman.
Skema 4.20 Sistem Air Kotor Padat
c. Air Hujan
Curahan hujan dari atap disalurkan pada drainase tapak disekitar
bangunan yang mampu membantu penyerapan air kedalam tanah.
Sedangkan sisa penggunaan air hujan disalurkan ke system
pembuangan drainase yang terdapat pada sekeliling tapak. Air hujan
dapat dimafaatka untuk kebutuhan toilet, kebakaran dan untuk
penyiraman tanaman.
126
Skema 4.21 Sistem Air Hujan
4.7.2 Analisa Jaringan Listrik
Pada bangunan ini menggunakan tiga sumber listrik, yaitu :
a. PLN
Sebagai sumber listrik utama pada bangunan ini, listrik akan disalurkan
menuju gardu utama dan trafo, kemudian akan didistribusikan ke panel
Kontrol yang terdapat pada bangunan ini.
b. Genset
Sebagai sumber listrik cadangan yang dapat bekerja otomatis apabila
listrik PLN padam.
127
c. Photovoltaic/solar sell
Sebagai sumber energy alternatif yang akan digunakan pada system
bangunan.
Skema 4.22 Jaringan Listrik
4.7.3 Analisa Sistem Penghawaan
a. Penghawaan alami
Penghawaan alami merupakan sistem penghawaan yang memanfaatkna
udara alami. Dengan cara memasukan udara alam ke bangunan melaui
ventilasi atau cela - cela yang terdapat pada bangun.
b. Penghawaan buatan
Penghawaan buatan digunakan untuk ruangan yang membutuhkan
pengkondisian udara buatan, yaitu dengan menggunakan AC sentral
atau sistem split package.
128
4.7.4 Analisa Pengelolaan Sampah
Berdasarkan hasil pengamatan pada fasilitas umum, yang tingkat
keramaiannya tinggi sampah menjadi masalah yang cukup serius, oleh
karena itu harus tersedianya tempat penampungan sampah. Sampah dibagi
menjadi dua :
a. Sampah organik
Sampah yang dapat membusuk dan menimbulkan aroma yang tidak
sedap, biasanya berasal dari sampah makanan ataupun minuman
b. Sampah anorganik
Sampah yang sulit membusuk dan bersifat kering, seperti plastik dan
bahan-bahan buatan lainnya.
Proses pembuangan sampah yang pertama, sampah pada tiap-tiap tempat
sampah dalam ruangan dikumpulkan sambil dipisahkan sampah basah dan
kering pada bak penampungan sementara pada container sampah yang
berasal dari tiap bak sampah, selanjutnya diangkut oleh kendaraan dinas
kebersihan daerah sekitar.
Skema 4.23 Analisa Pengelolaan Sampah
129
4.7.5 Analisa Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan ini adalah sistem
franklin, karena biaya lebih murah, mudah dalam pemasangannya, dan
efisien dalam penggunaanya serta radius penggunaannya dapat disesuaikan
kebutuhan bangunan.
4.7.6 Analisa Sistem Pencahayaan
Terdapat 2 sistem pencahayaan, yaitu :
a. Pencahayaan Alami
Penerangan alami pada bangunan ini memanfaatkan sinar matahari
yang akan memberikan pencahayaan alami dari pagi hingga sore hari,
pencahayaan alami didapatkan melalui bukaan yaitu berupa jendela
yang lebar atau pintu kaca. Namun pemanfaatan sinar matahari harus
memperhatikan berbagai persayaratan seperti :
1. Cahaya matahari yang masuk ke bangunan tidak mengganggu
kenyamanan para pengunjung yang sedang beraktifitas.
2. Sistem pencahayaan merata ke bagian-bagian ruangan yang
memanfaatkan sinar matahari.
b. Pencahayaan Buatan
Penerangan buatan pada bangunan ini digunakan pada ruang-ruang
yang tidak mendapatkan pencahayaan alami. Keuntungan dalam
menggunakan penerangan buatan pada bangunan yaitu :
1. Sistem jenis lampu dapat disesuaikan dengan kebutuhan ruang yang
ada.
2. Intensitas cahaya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ruangan.
130
3. Penempatan posisi lampu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
pengguna ruangan.
4.7.7 Analisa Akustik
Pengaturan akustik dilakukan guna untuk meminimalisir gangguan bunyi
baik dari dalam ruangan maupun dari luar ruangan. Ganggunan bunyi dari
luar yaitu gangguan dari lingkungan dan kebisingan suara kendaraan,
sedangkan gangguan bunyi dari dalam berupa bunyi peralatan atau mesin,
langkah kaki, suara pintu ll. Pengaturan ini dapat dilakukan melalui bebrapa
cara, yaitu :
a. Pemakaian unsur vegetasi sebagai peredam kebisingan lingkungan.
b. Pantulan bunyi yang terjadi didalam ruang teater dengan model “black
box” diatasi dengan cara penggunaan material dinding akustik mineral
wool lapis gypsum dan di perkuat dengan material akustik yang bersifat
“diffuser” pada dinding, agar gelombang suara tak sepenuhnya diserap
oleh material dinding akustik.
4.7.8 Analisa Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi pada sebuah bangunan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a) Komunikasi internal, komunikasi yang terjadi antara suatu tempat
dengan tempat lainya masih dalam satu bangunan dengan peralatan
yang digunakan adalah Intecom, HT, Speaker/sound system dan car calt
, Local Area Network (LAN)
b) Komunikasi Eksternal, komunikasi dari dan keluar bangunan, berupa :
Telepon ,Faximile dan Private automatic Brand Exchange System
(PABX).
4.7.9 Analisa Sistem Keamanan
a. Keamanan terhadap manusia
131
Keamanan terhadap manusia pada bangunan akan menggunakan
beberapa sistem, yaitu :
1. Penggunaan BAS (Building Automatic system)
Pengendalian operasional bangunan dengan cara menggunakan
teknologi komputer pada area Bekasi art center. Meliputi sistem
pengudaraan, sistem pencahayaan dan sistem jaringan komputer.
Gambar 4.16 Building Automatic system
2. Keamanan IBS (Intelligent Building System)
Bangunan ini akan menggunakan Intelligent Building System
diseluruh bangunan, mulai dari pintu masuk hingga auditorium yang
menerapkan high technology yaitu sistem sensor, sensor yang
digunakan meliputi :
a. Pintu akses
Merupakan sistem keamanan yang terdapat pada pintu untuk
ruangan – ruangan yang memiliki alasan keamanan tersendiri.
132
Biasanya diletakan di dinding samping pintu masuk ruangan,
dengan menggunakan kartu, sensor mata, sensor wajah dll.
Gambar 4.17 Card Lock
b. Metal detector
Merupakan sistem keamanan pada pintu masuk menuju
bangunan, sistem ini untuk mendeteksi barang – barang bawaan
setiap pengunjung.
Gambar 4.18 Metal Detector
133
c. Kamera CCTV
Bangunan ini juga menggunakan keamanan kamera CCTV
(closed circuit television) pada setiap sudut ruangan untuk
memantau atau mengawasi seluruh kegiatan yang berada di area
bangunan.
Gambar 4.19 Kamera CCTV
b. Keamanan terhadap kebakaran
1. Sistem Proteksi Pasif
Sistem proteksi pasif adalah material pendukung yang bersifat
menghambat proses kebakaran, dikatakan pasif yaitu karena alat ini
selalu hidup dan tidak perlu diaktifkan untuk melakukan perannya
sebagai alat proteksi. Material ini disertakan sebagai bagian dari
tatanan bangunan, contohnya sebagai tambahan dinding, lantai dan
pintu yang tahan api. Misalnya, dinding tahan api dibangun
menggunakan panel kemudian diperkuat dengan semen dan
lembaran baja yang terikat disetiap sisi. Tidak seperti jenis aktif,
134
sistem proteksi kebakaran pasif tidak pernah berusaha untuk
memadamkan kobaran api.
2. Sistem Proteksi Aktif
a. Fire hydrant
Fire Hydrant System adalah suatu sistem pemadam api yang
dioperasikan secara manual oleh operator (manusia) dengan
menggunakan media pemadamnya air dan disepanjang instalasi
pempipaan mengandung air bertekanan sampai pada titik
Hydrant Valve, Hose reel, Hydrant Pillar atau perangkat lainnya.
Alat ini akan diletakkan di setiap lantai.
Gambar 4.20 Fire hydrant
b. Fire sprinkler
Sprinkler adalah alat yang berguna untuk memadamkan api
secara otomatis dan alat ini merupakan bagian
dari fire sprinkler system yang akan mengeluarkan debit air
ketika terdeteksi ada api, atau ketika telah melampaui suhu yang
telah ditentukan.
Cara kerja fire sprinkler :
• Saat terjadi kebakaran, api memanaskan cairan yang ada
dalam tabung kaca (close-head glass bulb).
135
• Apabila panas sudah mencapai suhu tertentu (+/- 68 Celcius)
maka tabung kaca akan pecah
• Setelah tabung kaca pecah, maka air akan keluar dari mulut
pipa.
Gambar 4.21 Fire sprinkler
c. Fire extinguisher
Fire Extinguisher yang umumnya di Indonesia disebut sebagai
Alat Pemadam Kebakaran. Fire Extinguisher atau dibaca “fire
ex·tin·guish·er” merupakan pemadam api portabel yang dapat
mengeluarkan air, busa, gas, dan media lainnya yang mampu
untuk memadamkan api penyebab dari kebakaran. Setiap negara
memiliki spesifikasi atau ketentuan tertentu untuk setiap alat
pemadam api yang digunakan. Dapat dikatakan standar setiap
negara berbeda-beda. Hal tersebut disesuaikan pula dengan
kondisi lingkungan di sebuah negara. Namun umumnya Fire
Extinguisher atau Extinguisher berbentuk seperti tabung yang
memiliki beragam berat. Semakin berat alat pemadam api maka
area jangkauan atau cakupan untuk memadamkan api semakin
luas.
136
Gambar 4.22 Fire Extinguisher
d. Smoke detector
Alat pendeteksi kebakaran yang bekerja bila ada asap dan suhu
didalam ruangan berkisar antara 40º-50º celcius dengan jarak
pelayanan 92 m².
Gambar 4.23 Smoke Detector
e. Fire alarm
Fire Alarm adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk
membaca sebuat input dan output dari sensor yang di desain
untuk membantu atau mendukung sistem pemadam
137
kebakaran fire alarmyang biasanya diaplikasikan pada sistem
semi addressable atau full addressable. Control Module Fire
Alarm Untuk penentuan lokasi sebuah kontrol modul harus
disesuaikan dengan sistem pemadam itu sendiri. Sehingga
dibutuhkan kesesuaian antara modul dan sistem pemadam yang
dipilih. Jenis modul yang beredar dipasaran juga sangat banyak.
Gambar 4.24 Fire Alarm
138
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
5.1 Konsep Bentuk Massa Bangunan
Konsep yang akan diterapkan pada Bekasi art center ini mengambil dari
bentuk shilouete dari tugu perjuangan rakyat Bekasi.
Gambar 5.1 Shilouete Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi
Untuk mempermudah dalam menyusun transformasi bentuk, pada gambar
shilouete tugu perjuangan rakyat Bekasi ini akan di bagi menjadi 2 bagian;
139
Gambar 5.2 Transformasi Bentuk
5.2 Konsep Teknologi
a. Penggunaan material kaca
1. Double Glass
Double atau Dobel Glassing merupakan dua buah kaca yang
digabungkan dengan terciptanya ruang antara panel yang memiliki
140
ketebalan beberapa millimeter. Ruang antara panel tersebut bersifat
kedap suara dan memiliki kelembaban yang rendah, sehingga
pemasangan kaca double glassing pada sebuah ruangan menyebabkan
ruangan tersebut kedap suara dan suhu ruangan dapat terjaga dengan
baik/stabil.
Gambar 5.3 Double Glass
2. Self Cleaning Glass
Sistem self cleaning glass merupakan teknologi terbaru, dengan
menggunakan teknologi nano yang merupakan salah satu terobosan baru
teknologi, sehingga jenis kaca ini dapat membersihkan air secara
otomatis. Teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau
satu per miliar meter merupakan lompatan teknologi untuk mengubah
dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya. Dengan
demikian penggunaan nano teknologi adalah penggunaan teknologi
terbaru dimana sesuai dengan karakteristik arsitektur high tech yang
menurut Collin Davies yaitu penggunaan bahan-bahan berteknologi
tinggi.
Gambar 5.4 Self Cleaning Glass
141
b. Penggunaan Struktur Baja
Baja merupakan logam campuran yang terdiri dari besi (Fe) dan karbon
(C), sehingga baja berbeda dengan besi, alumunium, seng, tembaga dan
titanium yang merupakan logam murni. Fungsi karbon pada baja adalah
untuk meningkatkan kualitas baja itu sendiri, yaitu daya tarik dan tingkat
kekerasannya. Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr),
nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain
sesuai dengan aplikasi dilapangan seperti anti korosi, tahan panas, dan tahan
temperature tinggi.
Gambar 5.5Struktur Baja
c. Penggunaan Intelligent Building System
Intelligent Building System atau smart building adalah konsep
bangunan pintar menggunakan sistem otomatisasi/Buliding Automation
System (BAS). Sistem otomatisasi pada smart building mengacu pada
penggunaan teknologi untuk mengendalikan peralatan dalam bangunan
tersebut.
142
Gambar 5.6 Intelligent Building System
d. Penggunaan Photovoltaic/Sollar Cell
Prinsip kerja dari solar cell ini adalah, Sinar Matahari terdiri dari
partikel sangat kecil yang disebut dengan Foton. Ketika terkena sinar
Matahari, Foton yang merupakan partikel sinar Matahari tersebut
meghantam atom semikonduktor silikon Sel Surya sehingga menimbulkan
energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron dari struktur
atomnya. Elektron yang terpisah dan bermuatan Negatif (-) tersebut akan
bebas bergerak pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor.
Atom yang kehilangan Elektron tersebut akan terjadi kekosongan pada
strukturnya, kekosongan tersebut dinamakan dengan “hole” dengan muatan
Positif (+). Daerah Semikonduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif
dan bertindak sebagai Pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut
dengan Semikonduktor tipe N (N-type). Sedangkan daerah semikonduktor
dengan Hole bersifat Positif dan bertindak sebagai Penerima (Acceptor)
elektron yang dinamakan dengan Semikonduktor tipe P (P-type). Di
persimpangan daerah Positif dan Negatif (PN Junction), akan menimbulkan
energi yang mendorong elektron dan hole untuk bergerak ke arah yang
berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi daerah Negatif sedangkan
Hole akan bergerak menjauhi daerah Positif. Ketika diberikan sebuah beban
berupa lampu maupun perangkat listrik lainnya di Persimpangan Positif dan
Negatif (PN Junction) ini, maka akan menimbulkan Arus Listrik.
143
Gambar 5.7 photovoltaic/solar cell
e. Penggunaan Ethylene Tetrafluoroethylene (EFTE)
Thylene Tetrafluoroethylene adalah singkatan dari ETFE. ETFE sendiri
merupakan suatu material yang berbasis polymer fluorokarbon (suatu
fluoropolymer) atau semacam plastik. Nama dagangnya adalah "Tefzel"
yang dirancang untuk memiliki hambatan korosi yang tinggi dan
mempunyai kekuatan untuk suatu daerah dengan suhu yang tinggi. Sebagai
tambahan, material ini tidak memancarkan racun ketika digunakan. Daya
dan Beban ETFE merupakan evolusi balon-balon / imajinasi yang berisi
angin dari konsep-konsep untuk lingkungan yang ideal.
Keuntungan material ETFE :
▪ Cukup kuat untuk membawa 400 berat/beban kali sendiri
▪ Dapat diregangkan kepada tiga panjangnya kali nya tanpa kehilangan
Elastisitas
▪ mempunyai suatu permukaan yang tak dapat lengket
▪ Dapat bertahan sepanjang 50 tahun
147
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, The Architect’s Handbook, Singapore.
Davies, Colin. 1998. High Tech Architecture, New York: Rizolli.
De Chiara, J; J.Crosbie, M, 2001. Time-Saver Standards For Building Types –
Fourth Edition. Singapore: Mc Graw Hill
D.K. Ching, Francis, 1996, ARCHITECTURE: FORM, SPACE, AND ORDER,
New York: John Wiley and Sons, Inc.
D.K.Ching, Francis. 1999. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Cetakan
ke-7. Jakarta: Erlangga.
Franchis, D.K.F, 1996, Form, Space, and Order, United States of America.
Francis D.K. Ching dan Cassandra Adams, Ilustrasi Konstruksi Bangunan.
Erlangga, Jakarta
Hadi Sasrawan, Seni Rupa, http://hedisasrawan.blogspot.co.i
d/2014/01/senirupa-artikellengkap.html, 08 Januari 2017
Hyunjun Mihn, MMCA Museum, http://www.archdaily.com/77573 8/museum-
of-modern-andcontemporary-art-mp-artarchitects-plus-siaplanconsortium,
diakses 24 Februari 2017
Ines Wardini, Seni Abstrak Ekspresionisme, http://ineswardani.blogspot.co.id/
2012/05/seni-abstrakekspresionisme.html, 19 Februari 2017
Irfan Uwan, Seni Lukis Ekspresionisme, http://irpan 130 Iskandar, Nugraha,
Pusat Seni senibudaya.blogspot.co.id/2013/1 0/seni-lukisekspresionisme_5.
html, 20 Fe-bruari 2017
Jakartyula Sebestyen, New Architecture and Technology, Architectural Press,
Oxford
148
Lawson, Fred. (1981), Conference, Convention And Exhibition Facilities.
Architecture press
Mediastika, Christina Eviutami, 2005, Akustika Bangunan, Jakarta, Erlangga.
Neufert, Ernst, 1994, Data A rsitekjilid 1, Jakarta, Erlangga.
Neufert, Ernst, 1999, Data A rsitekjilid 2, Jakarta, Erlangga.
Neufert, Ernst, 1999, Data A rsitekjilid 3, Jakarta, Erlangga.
Panero, Julius, 1979, Human Dimension and Interior Space, New York, The
Architectural Press Ltd.
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No: 29/PRT/M/2006 Tentang Bangunan
Gedung.
Rush, Richard D. (Ed), The Building Systems Integration Handbook, New York,
The AmericanInstitute of Architects, John Wiley &Sons, 1986.
Subiantoro, Aiko, D. 2015. Rumah Seni Rupa Kontemporer Surabaya. Paper
and Presentations, Architecture, ITS library: Surabaya
Surosa, 1971, Art Gallery of Modern Art, Tugas Akhir, UGM
SANAA, New Art Museum, http://www.archdaily.com/70822/ new-art-museum-
sanaa, 24 Februari 2017
Zaha Hadid Architects, Glasgow Riverside Museum,
http://www.archdaily.com/14127, diakses 24 Februari 2017