perencanaan dan perancangan bekasi art center di kota ...

179
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BEKASI ART CENTER DI KOTA JABABEKA SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur Pada Program Studi Arsitektur Disusun Oleh : DIAN FEBY ARDIANTI NIM : 32121003 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA BEKASI 2018

Transcript of perencanaan dan perancangan bekasi art center di kota ...

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BEKASI ART CENTER DI KOTA JABABEKA

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Pada Program Studi Arsitektur

Disusun Oleh :

DIAN FEBY ARDIANTI

NIM : 32121003

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA

BEKASI 2018

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa, saya yang

bertandatangan di bawah ini :

Nama : Dian Feby Ardianti

NIM : 32121003

Program Studi : Arsitektur

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa Hak Bebas Noneksklusif (Non-exclusive

Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “PERENCANAAN

DAN PERANCANGAN BEKASI ART CENTER DI KOTA JABABEKA”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak paten royalty

noneksklusif ini Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa berhak menyimpan,

mengalihmedia / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bekasi

Pada Tanggal : 28 September 2018

Yang Membuat Pernyataan,

Dian Feby Ardianti

NIM. 32121003

vi

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BEKASI ART CENTER DI KOTA JABABEKA

Oleh :

DIAN FEBY ARDIANTI – 32121003 – ARSITEKTUR

ABSTRAK

Seni merupakan bentuk dari ekspresi seseorang yang memiliki sifat kreatifitas,

emosional, individual, abadi dan universal. Di Indonesia sendiri memiliki

berbagai macam seni, seperti seni rupa, seni teater, seni musik, dan seni tari. Kota

Jababeka merupakan kota yang sedang berkembang, terletak di sebelah timur kota

Jakarta dan merupakan bagian dari Kabupaten Bekasi. Dengan adanya

perencanaan Bekasi Art Center di Kota Jababeka ini diharapkan menjadi salah

satu bentuk upaya pengembangan seni dan pengetahuan atau pendidikan informasi

tentang seni kepada masyarakat serta dapat menjadi wadah untuk

mengapresiasikan seni, memelihara, menjaga dan memamerkah hasil karya dari

para seniman. Dan dapat menciptakan tempat yang mampu menyatukan,

mewadahi aktifitas kesenian, dan dapat menjadi tempat yang menyenangkan

sebagai salah satu alternatif tempat hiburan yang mendidik.

Perencanaan dan perancangan bangunan ini menerapkan konsep High-tech

building.

Kata Kunci : seni, high-tech building, bangunan, seniman, Jababeka, art center.

vii

PLANNING AND DESIGN

BEKASI ART CENTER IN JABABEKA CITY

By :

DIAN FEBY ARDIANTI – 32121003 – ARSITEKTUR

ABSTRACT

Art is a form of expression of someone who has the characteristics of creativity,

emotional, individual, eternal and universal. In Indonesia, there are various kinds

of art’s, such as fine art, theater, music, dance. Jababeka City is a developing

city, located east of Jakarta and is part of Kabupaten Bekasi. With the planning of

the Bekasi Art Center in Jababeka City, it is hoped that it will become one of the

forms of efforts to develop art and knowledge or education of information about

art to the community and can be a forum for appreciating art, maintaining, and

displaying the works of artists. And can create a place that is able to unite,

accommodate artistic activities, and can be a pleasant place as one of the

educational entertainment venues.

Planning and designing this building applies the High-tech building concept

Keywords: art, high-tech building, buildings, artists, Jababeka, art center.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga saya dapat melaksanakan Tugas

Akhir serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa adanya

halangan yang berarti. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan apa yang telah saya

pelajari di kampus Pelita Bangsa, yang beralamat di Jl. Inspeksi Kali Malang –

Tegal Danas, Arah Deltamas, Cikarang Selatan – Bekasi,17530.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus ditempuh

dalam Program Studi Arsitektur. Selain untuk menuntaskan program studi yang

saya tempuh, tugas akhir ini ternyata banyak memberikan manfaat kepada saya

baik dari segi akademik maupun pengalaman yang tidak dapat saya temukan saat

berada di bangku kuliah. Dalam penyusunan tugas akhir ini saya banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya ingin

mengungkapkan rasa terimakasih kepada :

1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, hidayah dan perlindungan-Nya

kepada saya.

2. Ibu Dra. Koes Indrati Prasetorini, M.M selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi

Teknologi Pelita Bangsa.

3. Bapak Dr. Ir. Supriyanto, M.P. selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Pelita

Bangsa.

4. Ibu Retno Fitri Astuti, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Arsitektur

Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.

5. Bapak Akhmad Akromusyuhada, S.T.,M.Pd.I. selaku Dosen Pembimbing I

yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam

melaksanakan tugas akhir (skripsi) ini Arsitektur.

6. Bapak Windi,S.Pd.,M.M. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan tugas

akhir (skripsi) ini Arsitektur.

ix

7. Ibu Lia Amelia M. S.Pd. M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan tugas

akhir ini.

8. Bapak Ahmad Aguswin, S.T., M.M. selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan

tugas akhir ini.

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Teknik Arsitektur yang telah memberikan

pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

10. Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian

skripsi ini

11. Hasrul Hidayat, yang telah membantu dan memberikan semangat setiap

harinya dalam penyelesaian skripsi ini

12. Sahabat – sahabatku Ivena, Kukun, Nisa, dan Irfan terimakasih atas

dorongan semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan.

13. Sahabat – sahabatku Farah, Hilima dan Endah terimakasih atas dorongan

semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan

14. Seluruh teman – teman seangkatan yang selalu mengisi hari – hari menjadi

menyenangkan

15. Tak lupa pula saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak –

pihak terkait lainnya yang telah banyak membantu

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini mungkin terdapat kesalahan,

baik dari segi penyusunan, tata bahasa maupun data – data yang dilaporkan. Oleh

karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang membangun guna melengkapi

dan menyempurnakan Tugas Akhir ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat

memberikan banyak manfaat bagi kita semua.

Bekasi, 28 September 2018

Penyusun,

Dian Feby Ardianti

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………. i

Lembar Persetujuan Skripsi ……………………………………………… ii

Lembar Pengesahan Sidang Skripsi ………………………………………. iii

Lembar Pernyataan Keaslian ……………………………………………... iv

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk

Kepentingan Akademik …………………………………………………… v

Abstrak ……………………………………………………………………. vi

Abstract ………………………………………………………………… vii

Kata Pengantar …………………………………………………………… viii

Daftar Isi ………………………………………………………………… x

Dafar Gambar ……………………………………………………………. xv

Daftar Tabel dan Skema …………………………………………………. xxii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1

1.2 Identifikasi, Rumusan dan Pembatasan Masalah ……………………. 2

1.2.1 Identifikasi Masalah ..………………………………………… 2

1.2.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 3

1.2.3 Batasan Masalah ………………………………………………. 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ………………………………………. 3

1.3.1 Tujuan …………………………………………………………. 3

xi

1.3.2 Manfaat ……………………………………………………….. 3

1.4 Metode Pengumpulan Data ………………………………………….. 5

1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………………….. 5

BAB II TINJAUAN UMUM …………………………………………….. 7

2.1 Tinjauan Umum Bekasi Art Center ……………………………………. 7

2.1.1 Pengertian Art Center …………………………………………. 7

2.1.2 Tipologi Art Center …………………………………………… 17

2.1.3 Fungsi Bangunan Art Center …………………………………. 20

2.1.4 Prinsip Perancangan Art Center ………………………………. 20

2.1.5 Tinjauan Terhadap Bangunan Sejenis ………………………… 28

2.2 Tinjauan Kawasan …………………………………………………… 54

BAB III Tinjauan Khusus ………………………………………………… 62

3.1 Pengertian Arsitektur High-Tech …………………………………….. 62

3.2 Sejarah Arsitektur High-Tech ………………………………………… 63

3.3 Karakteristik Arsitektur High-Tech ………………………………… 64

3.4 Penerapan Tema High – Tech Pada Beberapa Bangunan ……………. 68

3.4.1 Penggunaan Material Kaca ……………………………………. 68

3.4.2 Penggunaan Struktur Baja ……………………………………... 71

3.4.3 Building Automation System …………………………………… 72

3.4.4 Warna Pada Utilitas …………………………………………… 74

3.4.5 Penggunaan ETFE ……………………………………………. 74

xii

3.4.6 Penggunaan Dinding Panel polyfoam …………………………. 75

3.4.7 Intelligent Building System (IBS) ………………………………. 76

3.4.8 Penggunaan photovoltaic/solar cell …………………………… 77

3.5 Studi Kasus Arsitektur High-Tech …………………………………… 79

3.5.1 Cybertecture Egg (Mumbai) …………………………………… 79

3.5.2 Singapore Edge Green Complex ………………………………. 81

3.5.3 Kesimpulan Studi Kasus ……………………………………….. 84

BAB IV Analisa Perencanaan …………………………………………… 85

4.1 Analisa Manusia ……………………………………………………… 85

4.1.1 Analisa Kegiatan ……………………………………….……… 85

4.1.2 Analisa Pelaku Kegiatan ………………………………………. 85

4.1.3 Analisa Pola Kegiatan ………………………………………… 87

4.2 Analisa Tapak ………………………………………………………… 91

4.2.1 Proses Penentuan Pemilihan Lokasi …………………………… 91

4.2.2 Analisa Ketentuan Tapak ……………………………………… 93

4.2.3 Analisa Lingkungan Sekitar …………………………………… 94

4.2.4 Analisa View Bangunan ……………………………………….. 95

4.2.5 Analisa Matahari ………………………………………………. 96

4.2.6 Analisa Hujan …………………………………………………. 96

4.2.7 Analisa Kebisingan ……………………………………………. 98

4.2.8 Analisa Sirkulasi ………………………………………………. 100

xiii

4.3 Analisa Ruang ……………………………………………………… 102

4.3.1 Analisa Kebutuhan Ruang ….………………………………… 102

4.3.2 Analisa Program Ruang ……………………………………….. 106

4.3.3 Analisa Pengelompokan Ruang ……………………………….. 110

4.3.4 Analisa Hubungan Ruang ……………………………………… 112

4.3.5 Analisa Kebutuhan Besaran Ruang …………………….……. 113

4.3.5.1 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Luar …………………. 113

4.3.5.2 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Dalam ………………. 114

4.4 Analisa Bentuk dan Bangunan ……………………………………… 117

4.4.1 Analisa Bentuk Bangunan …………………………………….. 117

4.4.2 Analisa Gubahan Massa ………………………………………. 118

4.5 Analisa Sirkulasi Pada Bangunan ……………………………………. 121

4.6 Analisa Struktur Banguan ……………………………………………. 122

4.7 Analisa Utilitas ……………………………………………………… 124

4.7.1 Analisa Sistem Air …………………………………………….. 124

4.7.2 Analisa Jaringan Listrik ……………………………………….. 126

4.7.3 Analisa Sistem Penghawaan …………………………………… 127

7.7.4 Analisa Pengelolaan Sampah …………………………………. 128

4.7.5 Analisa Penangkal Petir ……………………………………….. 129

4.7.6 Analisa Sistem Pencahayaan …………………………………… 129

4.7.7 Analisa Akustik ………………………………………………… 130

xiv

4.7.8 Analisa Sistem Komunikasi …………………………………… 130

4.7.9 Analisa Sistem Keamanan …………………………………… 130

BAB V Analisa Perencanaan …………………………………………… 138

5.1 Konsep Bentuk Massa Bangunan …………………………………… 138

5.2 Konsep Teknologi ……………………………………………………. 139

5.3 Hasil Perancangan ……………………………………………………. 144

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 147

LAMPIRAN …………………………………………………………….. 149

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pencahayan Alami …………………………………………... 23

Gambar 2.2 Pencahayaan Buatan ………………………………………… 24

Gambar 2.3 Jarak Pandang Manusia ……………………………………… 25

Gambar 2.4 Jarak Pandang Manusia ……………………………………… 26

Gambar 2.5 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung ……………………… 28

Gambar 2.6 Pintu Utama Selasar Sunaryo ……………………………….. 29

Gambar 2.7 Ruang Galeri A ……………………………………………… 30

Gambar 2.8 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung ……………………. 30

Gambar 2.9 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung ………………………. 31

Gambar 2.10 Denah ……………………………………………………… 32

Gambar 2.11 Tampak Selatan ……………………………………………. 32

Gambar 2.12 Ruang Galeri A ..………………………………………….. 32

Gambar 2.13 Ruang Galeri A .......……………………………………….. 33

Gambar 2.14 Ruang Galeri B …………………………………………….. 33

Gambar 2. 15 Ruang Sayap …..…………………………………………. 33

Gambar 2.16 Stone Garden …..…………………………………………. 34

Gambar 2.17 Bale Handap ……………………………………………… 34

Gambar 2.18 Bale Tonggoh …………………………………………… 34

xvi

Gambar 2.19 Bamboo House ……………………………………………. 35

Gambar 2.20 Pustaka Selasar ……………………………………………. 35

Gambar 2.21 Amphiteater ……………………………………………… 35

Gambar 2.22 Cinderamata …………………………………………….. 36

Gambar 2.23 Soorim Art Center, Seoul, Korea Selatan ………………….. 36

Gambar 2.24 B2F Plan (existing) ………………………………………. 38

Gambar 2.25 B1F Plan (existing)…………………………………………. 38

Gambar 2.26 1F Plan (existing)…………………………………………… 38

Gambar 2.29 B2F Plan …………………………………………………. 39

Gambar 2.28 Rooftop Plan (existing) …………………………………… 39

Gambar 2.27 3F Plan (existing) ………………………………………… 39

Gambar 2.30 B1F Plan ………………………………………………… 40

Gambar 2.31 1F Plan …………………………………………………… 40

Gambar 2.32 2F & 3F Plan ………………………………………………. 40

Gambar 2.33 Rooftop Plan ……………………………………………. 41

Gambar 2.34 Section ……….……………………………………………. 41

Gambar 2.35 South Elevation ……………………………………………. 41

Gambar 2.36 West Elevation ……………………………………………. 42

Gambar 2.37 Skin System …………………………………………….…. 42

Gambar 2.38 Façade …………………………………………………..…. 42

ambar 2.39 Façade ……………………………………………. 43

xvii

Gambar 2.40 Interior ……………….……………………………………. 43

Gambar 2.41 Interior ……………….……………………………………. 43

Gambar 2.42 Interior ……………….……………………………………. 44

Gambar 2.43 Art Gallery ………….……………………………………. 44

Gambar 2.44 Art Gallery ………….……………………………………. 44

Gambar 2.45 Concert Hall ………….……………………………………. 45

Gambar 2.46 Ciputra Artpreneur ………….…………………………. 45

Gambar 2.47 Ciputra Artpreneur Theater ……………………………… 46

Gambar 2.48 Beauty and The Beast Show ……………………………… 46

Gambar 2.49 Ciputra Artpreneur Museum ……………………………… 47

Gambar 2.50 Theater Floor Plan ………………………………………… 47

Gambar 2.51 Theater Ceiling Plan ……………………………………… 48

Gambar 2.52 Ciputra Artpreneur Section ………………………………… 48

Gambar 2.53 Lobby …………………………………….………………… 48

Gambar 2.54 Interior Ciputra Artpreneur ………………………………… 49

Gambar 2.55 Hall ………………………………………………………… 49

Gambar 2.56 Selasar ……………………………………………………… 49

Gambar 2.57 Gallery ……………………………………………………. 50

Gambar 2.58 Façade ……………………………………………………. 50

Gambar 2.59 Pompidou Centre ………………………………………….. 51

Gambar 2.60 Pompidou Centre ………………………………………….. 51

xviii

Gambar 2.61 Pengeksposan Me ………………………………………….. 52

Gambar 2.62 Pengeksposan Me ………………………………………….. 53

Gambar 2.63 Interior Pompidou …………………………………………. 54

Gambar 2.64 Interior Pompidou …………………………………………. 54

Gambar 2.65 Peta Wilayah Kabupaten Bekasi …………………………… 55

Gambar 2.66 Peta Kota Jababeka ……………………………………… 59

Gambar 2.67 Indonesia Movieland …..…………………………………. 60

Gambar 3.1 Georges Pompidou Center, Paris (1972-7) …………………. 63

Gambar 3.2 Inside Out …………………………………………………. 65

Gambar 3.3 celebration of process …………………………………….. 66

Gambar 3.4 Transparan, pelapisan dan pergerakan ……………………… 66

Gambar 3.5 a light weight filigree of tensile members …………………. 67

Gambar 3.6 Optimistic confidence in a scientific cultura. ……………… 67

Gambar 3.7 Double Glass ………………………………………………. 69

Gambar 3.8 Kaca Reflective ……………………………………………. 69

Gambar 3.9 Kaca Bening/Polos …………………………………………. 70

Gambar 3.10 Self Cleaning Glass ……………………………………… 70

Gambar 3.11 Rayban Glass ……………………………………………. 71

Gambar 3.12 Struktur Baja ………………………………………………. 72

Gambar 3.13 Building Automation System ……………………………. 74

Gambar 3.14 Warna Pada Utilitas ……………………………………. 74

xix

Gambar 3.15 Ethylene Tetrafluoroethylene (ETFE) …………………… 75

Gambar 3.16 Panel Polyfoam ………………………………………..…. 76

Gambar 3.17 Intelligent Building System ………………………………… 76

Gambar 3.18 photovoltaic/solar cell ……………………………….…… 78

Gambar 3.19 Cybertecture Egg ………………………………………… 79

Gambar 3.20 Cybertecture Egg ……………………………………….. 79

Gambar 3.22 Teras Lobi …………………………………………………. 80

Gambar 3.23 Interior Lobi ………………………………………………. 80

Gambar 3.24 Toilet ………………………………………………………. 81

Gambar 3.25 Perspektif ………………………………………………….. 81

Gambar 3.26 Edge Green Complex ……………………………………… 81

Gambar 3.27 Singapore Edge Complex ………………………………… 82

Gambar 3.28 Day View …………………………………………………… 83

Gambar 3.29 Singapore Edge Complex ….……………………………… 83

Gambar 3.30 Night View …………………………………………………. 84

Gambar 4.1 Lokasi Site ………………………………………………….. 92

Gambar 4.2 GSB Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi ……. 93

Gambar 4.3 Analisa Lingkungan Sekitar ………………………………… 94

Gambar 4.4 Analisa View Bangunan …………………………………… 95

Gambar 4.5 Analisa Matahari ……………………………………………. 96

Gambar 4.6 Analisa Hujan ……………………………………………… 97

xx

Gambar 4.7 Sumur Resapan ……………………………………………… 98

Gambar 4.8 Analisa Kebisingan ………………………………………… 98

Gambar 4.9 Alternatif Meminimalisir Kebisingan ……………………… 99

Gambar 4.10 Sirkulasi ………………………………………………… 100

Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi 1 ……………………………………… 100

Gambar 4.12 Analisa Sirkulasi 2 ………………………………………... 101

Gambar 4.13 Shilouete Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi ………………... 119

Gambar 4.14 Transformasi gubahan massa ……………………………. 120

Gambar 4.15 Pondasi Tiang Pancang ………………………………… 123

Gambar 4.16 Building Automatic system ……………………………. 131

Gambar 4.17 Card Lock ……………………………………………….. 132

Gambar 4.18 Metal Detector ……………………………………………. 132

Gambar 4.19 Kamera CCTV ……………………………………………. 133

Gambar 4.20 Fire hydrant ……………………………………………… 134

Gambar 4.21 Fire sprinkler ……………………………………………. 135

Gambar 4.22 Fire Extinguisher ………………………………………… 136

Gambar 4.23 Smoke Detector …………………………………………… 136

Gambar 4.24 Fire Alarm ………………………………………………… 137

Gambar 5.1 Shilouete Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi ………………… 138

Gambar 5.2 Transformasi Bentuk ……………………………………….. 139

Gambar 5.3 Double Glass ……………………………………………….. 140

xxi

Gambar 5.4 Self Cleaning Glass …………………………………………. 140

Gambar 5.5 Struktur Baja ……………………………………………….. 141

Gambar 5.6 Intelligent Building System ………………………………… 142

Gambar 5.7 photovoltaic/solar cell ……………………………………….. 143

Gambar 5.8 EFTE ………………………………………………………... 144

Gambar 5.9 Siteplan ……………………………………………………. 144

Gambar 5.10 Tampak Depan …………………………………………… 145

Gambar 5.11 Tampak Samping ………………………………………… 145

xxii

DAFTAR TABEL DAN SKEMA

Gambar 2.1 Pencahayan Alami …………………………………………... 23

Tabel 2.1 Kesimpulan Definisi Art Center ……………………………… 10

Tabel. 2.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bekasi …… 56

Tabel. 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Kabupaten

Bekasi Tahun 2013 ………………………………………………………. 57

Tabel. 2.4 To Kota Jababeka …………………………………………….. 59

Skema 4.1 Analisa Kegiatan Pengunjung ……………………………… 87

Skema 4.2 Analisa Kegiatan Seniman ………………………………… 87

Skema 4.3 Analisa Kegiatan Pengelola Utama ………………………… 88

Skema 4.4 Analisa Kegiatan Pengelola ………………………………… 88

Skema 4.5 Analisa Kegiatan Administrasi ……………………………… 89

Skema 4.6 Analisa Kegiatan Objek Koleksi …………………………… 89

Skema 4.7 Analisa Kegiatan Dapur …………………………………… 89

Skema 4.8 Analisa Kegiatan Kurator …………………………………… 90

Skema 4.9 Analisa Kegiatan Penunjang ………………………………… 90

Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang Utama …………………………… 103

Tabel 4.2 Analisa Kebutuhan Ruang Pendidikan ……………………… 104

Tabel 4.3 Analisa Kebutuhan Ruang Penunjang ……………………….. 105

Tabel 4.4 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola dan Service …………….. 106

xxiii

Skema 4.10 Analisa Program Ruang Makro …………………………… 106

Skema 4.11 Analisa Program Ruang Pengunjung ……………………. 107

Skema 4.12 Analisa Program Ruang Peneliti …………………………. 107

Skema 4.13 Analisa Program Ruang Seniman …………………………… 108

Skema 4.14 Analisa Program Ruang Kurator …………………………… 108

Skema 4.15 Analisa Program Ruang Pengelola ………………………… 109

Skema 4.16 Analisa Program Ruang Utiliti ……………………………… 109

Skema 4.17 Hubungan Ruang …………………………………………… 112

Tabel 4.5 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Utama …………….. 114

Tabel 4.6 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Pengelola …………. 115

Tabel 4.7 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Pendidikan ……… 115

Tabel 4.8 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Penunjang ……….. 116

Tabel 4.9 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Service …………… 116

Tabel 4.10 Analisa Kebutuhan Total Luas Ruang ……………………… 117

Tabel 4.11 Analisa Pertimbangan Bentuk ……………………………… 117

Tabel 4.12 Analisa Penilaian Bentuk ………………………………… 118

Tabel 4.13 Jenis Sirkulasi Vertikal …………………………………... 121

Tabel 4.14 Jenis Sirkulasi Horizontal ………………………………… 122

Skema 4.18 Sistem Air Bersih …………………………………………. 124

Skema 4.19 Sistem Air Kotor Cair ……………………………………… 124

Skema 4.20 Sistem Air Kotor Padat ……………………………………... 125

xxiv

Skema 4.21 Sistem Air Hujan …………………………………………… 126

Skema 4.22 Jaringan Listrik …………………………………………… 127

Skema 4.23 Analisa Pengelolaan Sampah ………………………………. 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni merupakan bentuk dari ekspresi seseorang (seniman) yang memiliki

sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah

satu sifat seni yaitu kreatif, maka seni sebagai kegiatan manusia selalu

melahirkan kreasi-kreasi yang baru, mengikuti nilai-nilai yang berkembang di

masyarakat. Berkesenian merupakan salah satu ekpresi proses kebudayaan

manusia. Saat ini seni bukanlah hanya sebuah kegiatan yang bersifat individu

melainkan juga kegiatan yang bersifat tim atau kerjasama. Seni juga

membutuhkan sebuah ruang yang difungsikan sebagai ruang pamer dan ruang

pertunjukan serta ruang pelatihan. Maka dari itu sangatlah dibutuhkan suatu

fasilitas yang dapat mewadahi kreatifitas para seniman.

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau.

Indonesia memiliki 34 provinsi yang tersebar dari Sabang hingga Marauke

dari Mianggas hingga pulau Rote, Indonesia terdiri berbagai suku bangsa,

bahasa dan agama, hal inilah yang membuat Indonesia kaya akan seni dan

budaya. Jawa Barat merupakan Provinsi terbesar urutan 19 berdasarkan pulau

di Indonesia dan menempati urutan ke-2 berdasarkan daftar Provinsi terluas

di Pulau Jawa, dengan luas wilayah sebesar 37,173,970 km persegi

(Permendagri Nomor 39 Tahun 2015). Jawa Barat memiliki 5.778 kelurahan,

558 kecamatan, 9 kota dan 18 kabupaten. Diantaranya Kabupaten Bekasi,

terletak tepat disebelah timur Jakarta dengan koordinat 1060 48’ 28” Bujur

Timur 1070 27’ 29” dan 6 0 10’ 6” Lintang Selatan.

Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang fasilitas – fasilitas

pendukungnya dapat dikatakan sudah sangat lengkap, seperti trasportasi,

pendidikan, fasilitas bisnis, bahkan pariwisata dan Kabupaten Bekasi juga

2

kaya akan seni dan budaya, akan tetapi fasilitas-fasilitas yang menunjang

kreatifitas para seniman dalam berkarya untuk menghasilkan seni masih dapat

dikatakan sangat kurang. Salah satu daerah yang berada dalam Kabupaten

Bekasi adalah Kota Jababeka, Kota Jababeka adalah sebuah industrial

township terintegrasi yang menjadi tempat bagi kawasan industri,

perumahan, kompleks ruko dan business distric, jaringan transportasi publik,

pusat perbelanjaan¸golf country and club, universitas, pusat hiburan dan

leisure, hingga infrastruktur industri seperti dry port¸ pembangkit listrik, dan

fasilitas pengelolaan air bersih sehingga Kota Jababeka menjadi lokasi yang

strategis untuk dibangunnya Bekasi Art Center, guna demi memenuhi

kebutuhan akan suatu tempat yang dapat menjadi wadah dalam kegiatan

kesenian. Dengan adanya Bekasi Art Center ini diharapkan bisa menjadi

wadah untuk para seniman dalam menghasilkan karya-karyanya. Sehingga

diharapkan dapat terjadi sebuah kolaborasi yang membentuk sebuah karya

seni yang baru serta mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap

seni. Dan dengan adanya Bekasi art center ini diharapkan dapat menjadi

media penyalur bakat dan minat generasi muda, serta dapat menciptakan

wadah yang mampu menyatukan, mewadahi aktifitas kesenian, dapat menjadi

tempat yang menyenangkan sebagai salah satu alternatif tempat hiburan yang

mendidik.

1.2 Identifikasi, Rumusan dan Pembatasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang dihadapi pada kasus ini diantaranya:

1. Belum terbangunnya sarana hiburan yang sekaligus dapat mendidik

khususnya di daerah Kota Jababeka.

2. Masih minimnya sarana atau tempat yang dapat menampung dan

memenuhi tuntutan akan adanya suatu wadah untuk kegiatan

berkesenian di Kota Jababeka.

3

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi diatas, maka rumusan masalah pada kasus ini adalah

:

1. Bagaimana merancang suatu tempat hiburan yang dapat mendidik seperti

art cnter di Kota Jababeka ?

2. Bagaimana menciptakan sebuah bangunan art center dengan menerapkan

konsep high – tech building ?

1.2.3 Batasan Masalah

Menyadari atas keterbatasan waktu, tenaga, dan kemampuan penulis, maka

dalam laporan ini penulis membatasi pembahasan pada kasus proyek ini

memiliki batasan dalam hubungan yang mengenai tata ruang dan letak

pengaplikasian konsep high-tech pada bangunan Bekasi art center ini.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan

Tujuan dalam penulisan laporan skripsi ini adalah untuk :

1. Memenuhi persyaratan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana

arsitektur pada program studi arsitektur.

2. Mengetahui bagaimana karakterikstik bangunan art center.

3. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan

si Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa prodi Arsitektur.

4. Mengetahui lebih lanjut tentang high tech building.

5. Meningkatkan kinerja penulis agar lebih mampu dalam bereksperimen

dalam melakukan pola berfikir agar lebih baik lagi.

1.3.2 Manfaat

Dalam penulisan laporan skripsi ini dikemukakan beberapa manfaat, yaitu :

4

1. Bagi penulis

a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat

mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh

selama perkuliahan.

b. Sebagai wahana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan

dalam bidang perancangan, serta menambah wawasan dan

pengetahuan penulis tentang high-tech building.

2. Bagi Institusi

a. Dapat digunakan untuk referensi selanjutnya oleh

mahasiswa/mahasiswi yang berkaitan dengan perancangan sebuah

tempat hiburan yang mendidik.

b. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijaksanaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Terutama

untuk memberikan masukan dan tambahan informasi serta

menyampaikan saran yang mungkin bermanfaat bagi Prodi

Arsitektur Pelita Bangsa.

c. Diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi

studi arsitektur STT-Pelita Bangsa.

3. Bagi Masyarakat

a. Sebagai bahan masukan bagi pengembang (dalam hal ini Jababeka

dan Pemerintah Kabupaten Bekasi) dalam merencanakan dan

merancang bangunan art center.

b. Memberikan informasi tentang bangunan art center.

c. Sebagai pedoman atau referensi bagi peneliti-peneliti lain yang

beminat terhadap judul yang penulis tulis.

1.4 Metode Pengumpulan Data

1. Pengamatan Langsung

5

Pengamatan dan pengenalan langsung ke lokasi atau site yang dipilih pada

lokasi proyek akan dibangun, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

lokasi yang sebenarnya, mengenal potensi-potensi dan kendala-kendala

yang ada, baik yang dimanfaatkan maupun yang harus dihindari.

2. Studi Literatur

Untuk pemahaman yang lebih dalam pokok persoalan, diambil referensi

dari literatur yang berhubungan dengan proyek yang direncanakan guna

melengkapi data yang diperlukan melalui bacaan-bacaan berupa buku-

buku, artikel yang masih relevan dan mendukung proyek.

3. Studi Banding

Studi banding dilakukan terhadap fasilitas yang memiliki fungsi yang

sama dan mirip dengan perancangan Bekasi art center, untuk memperoleh

gambaran secara objektif tentang arah perancangan yang berhubungan

dengan proyek yang akan dibuat dengan cara melakukan pengamatan

secara tidak langsung.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan

dan manfaat, identifikasi masalah serta metodologi dan sistematika

pembahasan yang disajikan secara ringkas untuk menjelaskan isi

keseluruhan dari buku.

BAB II TINJAUAN UMUM

6

Pada bab ini merupakan tinjauan umum yang didalamnya

membahas mengenai Bekasi Art Center dengan pemaparan hasil

studi gambaran umum proyek dan tinjauan judul proyek secara

teoritis.

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Pada bab ini membahas tentang pengertian konsep tema yang

diambil dari penerapan teori-teori arsitektur secara teoritis terhadap

persoalan sesuai tema yang diambil.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Pada bab ini membahas tentang analisa perencanaan mengenai

analisa-analisa yang terdiri dari (analisa manusia, analisa

lingkungan, analisa tapak, dan analisa bangunan) untuk kebutuhan

ruang Bekasi Art Center berdasarkan kegiatan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Berisikan tentang konsep dasar perancangan, konsep (manusia,

tapak, bangunan), konsep perancangan bangunan dan perlengkapan

bangunan Bekasi Art Center di Kota Jababeka.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan Umum Bekasi Art Center

2.1.1 Pengertian Art Center

Art center merupakan sebuah perpaduan antara art gallery dan

exhibition center.

a. Art Atau Seni

Aristoteles mengemukakan bahwa seni merupakan tiruan terhadap alam,

namun sifatnya harus ideal atau sempurna. Sedangkan Plato dan Rousseau,

seni adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya. Dalam bahasa

Indonesia “art” berarti seni. Menurut Ki Hajar Dewantara seni merupakan

hasil dari keindahaan yang dapat menggerakan perasaan seseorang tentang

keindahan bagi yang melihatnya. Seni sendiri berasal dari bahasa

sansekerta (sani) yang berarti ‘pemujaan, persembahan dan pelayanan’.

Sehingga kata tersebut punya kaitan yang erat dengan upacara keagamaan

yang disebut juga dengan ‘kesenian’. Padmapusphita berpendapat bahwa,

seni itu berasal dari kata ‘genie’ (bahasa Belanda) yang dalam bahasa latin

berarti ‘genius’, artinya seni adalah kemampuan luar yang dibawa sejak

lahir. Menurut Irma Damayanti, seni dapat dilihat melalui intisari ekspresi

dari berbagai kreatifitas manusia. Seni memang sangat sulit untuk

diungkapkan, dijelaskan juga sulit untuk dinilai, bahwa setiap individu

artis memilih sendiri parameter yang menuntunnya dalam pekerjaannya.

Sartono Kartodirdjo juga berpendapat bahwa Seni merupakan sebuah

sistem yang koheren, karena bisa menjalankan komunikasi secara efektif,

yaitu melalui bagiannya saja bisa menunjukkan secara universal.. ‘Art’

juga bisa diartikan sebagai artivisual dari suatu benda yang melakukan

suatu kegiatan tertentu.

b. Gallery

8

Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, A.S Hornby, edisi

kelima, Great Britain: Oxford University Press, (1995) : “Gallery: A room

or building for showing works of art”. Menurut Djulianto Susilo seorang

arkeolog, Galeri berbeda dengan museum. Galeri adalah tempat untuk

menjual benda / karya seni, sedangkan Museum tidak boleh melakukan

transaksi karena museum hanya merupakan tempat atau wadah untuk

memamerkan koleksi benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan langka

(Koran Tempo, 2013). Menurut Encyclopedia of American Architecture

(1975), Galeri diterjemahkan sebagai suatu wadah untuk menggelar karya

seni rupa. Galeri juga dapat diartikan sebagai tempat menampung kegiatan

komunikasi visual di dalam suatu ruangan antara kolektor atau seniman

dengan masyarakat luas melalui kegiatan pameran. Sebuah ruang yang

digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah area memajang

aktifitas publik, area publik yang kadangkala digunakan untuk keperluan

khusus (Dictionary of Architecture and Construction, 2005).

Amri Yahya berpendapat bahwa galeri seni adalah suatu tempat

pemajangan benda-benda seni atau benda-benda kebudayaan lainnya

(termasuk benda sejarah) yang diseleksi secara ketat oleh suatu team atau

seorang ahli yang memang memiliki kualitas. Hal ini diperlukan sebagai

jaminan kualitas. Menurut Surosa, Art Gallery adalah suatu ruang atau

bangunan tempat kontak fungsi seni antara seniman dan masyarakat yang

dipergunakan bagi wadah kegiatan kerja visualisasi ungkapan daya cipta

manusia. Dapat disimpulkan bahwa Art Gallery berarti bangunan atau

gedung kesenian.

c. Exhibition Center

Kata ‘exhibition’ memiliki arti pameran, sedangkan ‘center’ berarti pusat.

Exhibition Center berarti suatu bangunan gedung yang berfungsi

mewadahi kegiatan pameran, meliputi pameran seni, produk,

keterampilan, aktivitas, dll. Exhibition Center secara umum merupakan

9

gedung multifungsi yang memadukan fungsi eksibisi dan konferensi yang

di dalamnya menawarkan area yang cukup untuk mengakomodasi ribuan

pengunjung. Exhibition Center menyewakan ruang untuk pertemuan

seperti konferensi perusahaan, pameran perdagangan industri, hiburan

tarian formal, dan konser. Exhibition center merupakan gabungan yang

harus mewadahi 3 fungsi yaitu pertemuan (meeting), konferensi

(conference), dan pameran (exhibition). (Lawson, Congress, convention &

Exhibition Facilities, 2000).

10

Tabel 2.1 Kesimpulan Definisi Art Center

No

.

Kriteria Kata

Kunci

Kesimpulan Kata Kunci Studi Presden

Art/ Seni

1

2

3

4

Aristoteles

Seni merupakan tiruan

terhadap alam, namun sifatnya

harus ideal atau sempurna.

Plato dan Rousseau

seni adalah hasil peniruan alam

dengan segala seginya

Ki Hajar Dewantara

Seni merupakan hasil dari

keindahaan yang dapat

menggerakan perasaan

seseorang tentang keindahan

bagi yang melihatnya.

Padmapusphita

Tiruan,

ideal

Peniruan

Keindah

an

Tiruan : perbuatan meniru,

duplikat

Ideal : sempurna

Tiruan : perbuatan meniru,

duplikat

Keindahan : keadaan yang

enak dipandang, cantik,

bagus, benar atau elok.

Contoh Bangunan Tiruan & ideal

1. The Lotus Building,

Bangunan ini mengambil bentuk dari bunga teratai

yang sedang mekar dengan formalitas yang paling

ideal dan memukau Di dalam dan luar struktur

ditutupi dengan mosaik ubin heksagonal, struktur

dipenuhi dengan cahaya warna-warni sehingga

seperti penampilan bunga teratai.

11

5

6

Seni itu berasal dari kata

‘genie’ (bahasa Belanda) yang

dalam bahasa latin berarti

‘genius’, artinya seni adalah

kemampuan luar yang dibawa

sejak lahir.

Irma Damayanti

Seni dapat dilihat melalui

intisari ekspresi dari berbagai

kreatifitas manusia.

Sartono Kartodirdjo

Seni merupakan sebuah sistem

yang koheren, karena bisa

menjalankan komunikasi

Kemamp

uan,

genius

Kreatifit

as

Komunik

asi,

universal

Kemampuan : kapasitas

seorang individu untuk

melakukan beragam tugas

dalam suatu pekerjaan.

Genius : jenius

Kreatifitas :kemampuan

untuk menciptakan sesuatu

yang baru untuk memberi

ide kreativ dalam

memecahkan masalah atau

sebagai kemampuan untuk

melihat hubungan-hubungan

yang baru antara unsur-

unsur yang sudah ada

sebelumnya.

Komunikasi: suatu proses di

mana seseorang atau

beberapa orang, kelompok,

2. Cybertecture Egg ( Mumbai )

Cybertecture Egg terletak di Mumbai, India. Yang

dirancang James Law Cybertecture International

telah merancang sebuah bentuk baru arsitektur,

ditandai oleh bahan berwujud baru teknologi,

multimedia, kecerdasan dan interaktivitas. Vijay

Associate merupakan konsultan yang ditunjuk oleh

James.

12

secara efektif, yaitu melalui

bagiannya saja bisa

menunjukkan secara universal.

organisasi, dan masyarakat

menciptakan, dan

menggunakan informasi

agar terhubung dengan

lingkungan dan orang lain.

Universal: bersifat umum

Galeri

1

2

Oxford Advanced Learner’s

Dictionary, A.S Hornby.

Gallery: A room or building

for showing works of art

Djulianto Susilo seorang

arkeolog.

Galeri berbeda dengan

museum. Galeri adalah tempat

untuk menjual benda / karya

seni, sedangkan Museum tidak

boleh melakukan transaksi

karena museum hanya

Room,

building

Museum

Room: ruangan

Building: bangunan

Museum: tempat atau

wadah untuk memamerkan

koleksi benda-benda yang

memiliki nilai sejarah dan

langka

1. Ruang galeri, Ciputra Artpreneur

13

3

4

merupakan tempat atau wadah

untuk memamerkan koleksi

benda-benda yang memiliki

nilai sejarah dan langka (Koran

Tempo, 2013)

Amri Yahya

galeri seni adalah suatu tempat

pemajangan benda-benda seni

atau benda-benda kebudayaan

lainnya (termasuk benda

sejarah) yang diseleksi secara

ketat oleh suatu team atau

seorang ahli yang memang

memiliki kualitas.

Surosa

Art Gallery adalah suatu ruang

atau bangunan tempat kontak

fungsi seni antara seniman dan

masyarakat yang dipergunakan

Pemajan

gan

Ruang

atau

banguna

n

Pemajangan : memajang

benda-benda

Ruang : uatu tempat tertutup

dengan langit-langit yang

berada di rumah atau bentuk

bangunan lainnya.

2.Pingshan performing art center

14

bagi wadah kegiatan kerja

visualisasi ungkapan daya cipta

manusia.

Bangunan : struktur buatan

manusia yang terdiri atas

dinding dan atap yang

didirikan secara permanen

di suatu tempat.

Exhibition Center

1 Lawson, Congress, convention

& Exhibition Facilities, 2000

Exhibition center merupakan

gabungan yang harus

mewadahi 3 fungsi yaitu

pertemuan (meeting),

konferensi (conference), dan

pameran (exhibition).

Pertemua

n,

konferen

si,

pameran

Pertemuan : merupakan

alat/media komunikasi

kelompok yang bersifat

tatap muka dan sangat

penting, diselenggarakan

oleh banyak organisasi, baik

swasta maupun pemerintah

untuk mendapatkan mufakat

melalui musyawarah untuk

pengambilan keputusan.

Konferensi : rapat atau

pertemuan untuk berunding

atau bertukar pendapat

1. Pertemuan

15

mengenai suatu masalah

yang dihadapi bersama.

Pameran : adalah suatu

kegiatan penyajian karya

seni rupa untuk

dikomunikasikan sehingga

dapat diapresiasi oleh

masyarakat luas.

2. Konferensi

3. Pameran

16

Berdasarkan pengertian diatas Sehingga Bekasi Art Center dapat dikatakan sebagai suatu bangunan gedung yang berfungsi untuk

mewadahi kegiatan-kegiatan dalam bidang kesenian.

17

2.1.2 Tipologi Art Center

Art center masuk kedalam bangunan dengan tipologi bangunan gedung

pameran/galeri, hiburan dan pendidikan, magnet school atau sekolah informal

karena selain bangunan ini berfungsi sebagai tempat pameran juga dapat

menambah pengetahuan dan pendidikan dalam bidang seni. Galeri

merupakan selasar atau tempat, sedangkan bangunan pendidikan adalah

bangunan yang digunakan untuk kegiatan pendidikan atau sejenisnya

(sekolah-sekolah, gedung-gedung lembaga pendidikan, bengkel latihan atau

praktek, laboratorium, dan sebagainya). Tinjauan obyek studi yang dipakai

adalah tinjauan tipologi yang mengacu pada perancangan bangunan

pameran/galeri. Tinjauan ini diambil karena gedung pameran/galeri dan art

center memiliki fungsi utama yang sama, yaitu sebagai tempat untuk

memamerkan hasil karya dari para seniman.

Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003),galeri

merupakan selasar atau tempat, dapat pula diartikan sebagai tempat yang

memamerkan karya seni 3 (tiga) dimensi karya seseorang atau kelompok

seniman atau dapat juga dikatakan sebagai ruangan atau tempat untuk

memamerkan benda atau karya seni. Galeri merupakan suatu ruangan panjang

terlindungi / tertutup, berupa koridor, baik itu didalam maupun di eksterior

bangunan, atau koridor diantara bangunan yang berfungsi sebagai tempat

kegiatan pameran kerja seni. Galeri pada awalnya merupakan bagian dari

museum yang berfungsi sebagai ruang pameran. Menurut Robillard (1982),

ruang publik pada museum dibagi menjadi 4 bagian :

1. Entrance hall.

2. Jalur sirkulasi.

3. Galeri.

4. Lounge (ruang duduk).

18

Galeri merupakan ruangan yang paling utama karena berfungsi

mewadahi karya-karya seni yang dipamerkan. Pada perkembangan

selanjutnya, galeri berdiri sendiri dan terlepas dari museum. Fungsi dari galeri

pun mulai berkembang, tidak hanya sebagai ruang untuk memajang atau

memamerkan saja, melainkan juga berkembang sebagai ruang untuk

mempelajari tentang seni, menjual karya seni atau proses transaksi barang

seni.

Menurut Ghirarado (1996) galeri dibagi menjadi dua, yaitu Shrine dan

Warehouse.

a. Shrine

Shrine berarti tempat suci atau terawat. Yang menempatkan seni diatas

banyak hal lain. Koleksinya sangat terpilih, ditata pada ruang yang

memungkinkan pengunjung melakukan kentemplasi (memandang

dengan penuh perhatian). Nilai kolektif dan penghargaan terhadap seni

pada galeri sangat tinggi sehingga pemilihan koleksi relatif sangat

selektif.

b. Warehouse

Pada galeri ini mewadahi berbagai koleksi yang bernilai; sedemikian

beragamnya koleksi yang ditampung sehingga wadahnya pun memiliki

fleksibilitas yang sangat tinggi untuk menanggapi perubahan dan

perkembangan di dalamnya yang dinamis. Tipe Warehouse sangat

populer dalam berbagai bentuk dan strategi perancangan.

Sebenarnya belum ada klasifikasi yang jelas mengenai macam-macam

galeri seni terlebih akan materi khusus yang dipublikasikan akan tetapi

dengan pendekatan bentuk,sifat dan isinya yang menonjol,maka akan

digolongkan sebagai berikut :

1. Galeri seni berdasarkan bentuk

19

a. Traditional art gallery yaitu suatu galeri yang aktivitasnya

diselenggarakan pada selasar-selasar atau lorong-lorong panjang.

Walaupun bentuk galeri ini tradisional namun belum tentu juga

karya yang dipamerkan berupa karya-karya yang dinilai kuno

sehingga berkesan tradisional.

b. Modern art gallery yaitu suatu galeri dengan perencanaan ruang

secara modern atau merupakan kompleks bangunan. Kompleks

bangunan ini biasanya terdiri dari beberapa ruang pameran. Sebagai

contoh adalah Galeri Nasional Indonesia yang memiliki beberapa

massa bangunan dengan fungsi sebagai ruang pameran dan kegiatan

pendukung lainnya. Karya-karya seni yang modern atau

kontemporer. Sehingga hal ini sesuai dengan perencanaan ruang.

2. Galeri seni berdasarkan sifat kepemilikan

a. Private art gallery merupakan suatu galeri milik perseorangan atau

kelompok orang. Pada galeri ini biasanya karya-karya yang

dipamerkan adalah karya pemilik galeri ini sendiri yang juga

merupakan seorang seniman. Pemilik lain privat galeri ini biasanya

merupakan sebuah institusi dimana karya-karya yang dipamerkan

berasal dari institusi itu sendiri.

b. Public art gallery yaitu suatu galeri yang merupakan milik

pemerintah dan terbuka untuk umum. Karya-karya yang dipamerkan

pada galeri ini bermacam-macam sesuai dengan keinginan seniman.

Sehingga karya yang dipamerkan biasanya sesuai dengan kondisi

atau trend pada saat itu. Pengguna dari galeri ini dari berbagai

macam bentuk aliran yang dianutnya.

3. Galeri seni berdasarkan isi atau materi seni

a. Gallery of primitive art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan

aktivitas di bidang seni primitive. Hal ini biasanya untuk

mempertahankan budaya suatu bangsa yang muncul ketika zaman

prasejarah hingga dikenal sampai luar negeri.

20

b. Gallery of classic art yaitu suatu galeri yang menyelanggarakan

aktivitas dibidang seni klasik. Seni ini menggambarkan bentuk-

bentuk budaya tradisional di suatu bangsa

c. Gallery of modern art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan

aktivitas di bidang seni modern.

2.1.3 Fungsi Bangunan Bekasi Art center

Gedung pertunjukan atau pagelaran seni sebagai wadah di dalam

kegiatan masyarakat mempunyai fungsi, antara lain (Universitas Katholik

Parahyangan, 1976):

1. Sebagai sarana dan wadah dalam meningkatkan kreativitas dan apresiasi

seni.

2. Sebagai sarana pendidikan yang bersifat hiburan.

3. Sebagai sarana bertukar pikiran antara seniman dengan masyarakat

sehingga terjadi suatu penilaian dan komunikasi.

4. Sebagai tempat untuk menampung seni pertunjukan yang merupakan

hasil dari suatu kebudayaan masyarakat.

Art Center sendiri berfungsi sebagai :

• Gedung pameran.

Fungsi utama dari Art Center adalah sebagai gedung pameran kesenian.

Pada area pameran ini juga dapat terjadi kegiatan jual-beli barang-barang

seni yang sedang dipamerkan.

• Fasilitas pendidikan

Sanggar seni yang terdapat pada Art Center ini berfungsi sebagai area

pendidikan seni. Pada sanggar ini, pengunjung Art Center dapat belajar

mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang kesenian.

2.1.4 Prinsip Perancangan Art Center

21

Karena bangunan art center termasuk kedalam tipologi bangunan galeri,

maka prinsip perancangan art center diambil dari prinsip perancangan galeri.

Swastika Poppy Sari (201), bagian yang terpenting dalam sebuah galeri

adalah pada bagian ruang pamernya. Ruang pamer dalam sebuah galeri

memerlukan perhatian yang lebih khusus, karena ruang pamer merupakan

jantung dari sebuah galeri. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada sebuah ruang pamer :

a. Desain ruang lantai dan sirkulasi

Ruang pamer pada galeri harus memiliki kondisi visual sekitar yang

bersih dan tertata. Hal yang harus diperhatikan dalam penanganan ruang

dalam adalah luas ruangan, dinding, plafon, lantai, kusen, langit-langit,

pintu, dan jendela. Pada umumnya, tinggi minimum display pada galeri

adalah 3,7 meter, untuk kefleksibelan bagi pameran seni, tinggi yang

dibutuhkan hingga plafon adalah mencapai 6 meter. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam mendesain ruang pamer karya yang terkait dengan

display, antara lain sebagai berikut.

1. Estetika perletakan.

2. Hubungan antar karya, menjaga jarak, mencari hubungan yang khas,

seperti aliran gaya, komposisi warna, dan konsep lainnya.

3. Penulisan teks dan perletakan label (labelisasi) keterangan karya,

seperti ukuran, judul perupa dan lain-lain.

Dalam ruang juga diperlukan fasilitas lain seperti panel (skesel) atau

dinding pembatas bongkar pasang (dinding temporary), agar tidak

memunculkan ruang-ruang sisa. Luas minimal dari pembagian dinding

temporary adalah sekitar 12-15 meter. Dalam pertimbangan dan

penekanan desain pola sirkulasi, dibutuhkan dua pintu keluar untuk

semua ruang pameran.

b. Lighting (pencahayaan)

22

Cahaya merupakan sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang disebut

radiasi. Cahaya yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan manusia

adalah cahaya yang berada pada Panjang gelombang antara 400-700

nanometer (nm), cahaya ini biasa disebut visible light ( cahaya tampak ),

sedangkan cahaya yang berada pada Panjang gelombang dibawah 400

nm disebut cahaya ultraviolet dan yang berada diatas 700 nm adalah

cahaya inframerah. Jenis cahaya yang umum ditemukan di galeri adalah

sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang berasa dari matahari (sunlight),

cahaya siang (daylight) ataupun cahaya buatan (artificial light) seperti

lampu tabung (fluoresens), lampu pijar atau lampu halogen. Cahaya

buatan digunakan untuk menerangi pameran, sedangkan sinar matahari

langsung tidak akan jatuh pada hasil karya seni yang dipamerkan setiap

saat. Pada karya yang ada pada galeri kerusakan akibat cahaya karena

adanya faktor – faktor sebagai berikut:

1. Adanya sejumlah cahaya ultraviolet dalam sumber cahaya yang sering

disebut nilai UV dengan satuan microwatt per lumen (μW/lumen).

Nilai ini tergantung dari sejumlah cahaya yang digunakan. Nilai UV

tertinggi berasal dari cahaya matahari (sunlight) dan cahaya siang

(daylight).

2. Adanya nilai intensitas iluminasi cahaya, yaitu terang tidaknya cahaya

yang mengenai koleksi. Nilai ini dinyatakan dalam satuan lux

(lumen/cm2). Makin tinggi intensitas cahaya maka nilai lux akan

makin tinggi. Berdasarkan sensitifitas koleksi cahaya, terdapat tiga

kelompok koleksi, yaitu :

a. Koleksi sangat sensitive, yaitu tekstil, kertas, lukisan cat air, foto

berwarna. Kekuatan terhadap cahaya adalah 50 lux untuk 3000

jam pameran/tahun atau 150 lux untuk 250 jam/tahun.

b. Koleksi sensitive : yaitu koleksi cat minyak, foto hitam putih,

tulang, kayu. Kekuatan terhadap cahaya adalah 200 lux untuk

3000 jam pameran/tahun.

23

c. Koleksi kurang sensitive yaitu, koleksi batu, logam, gelas,

keramik. Koleksi jenis ini tahan terhadap cahaya.

3. Lamanya waktu paparan cahaya yang bersifat kumulatif pada koleksi,

yang akan mempercepat terjadinya kerusakan. Makin sering koleksi

terkena cahaya, berarti makin banyak intensitas cahaya yang

mengenai koleksi, maka koleksi makin rusak. Perubahan tempratur

secara ekstrem perlu mendapatkan perhatian yang khusus, seperti

halnya galeri. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan lampu

pada tata ruangan, antara lain :

a. Lampu harus difokuskan pada objek, kecuali pada kasus tertentu

yang memfokuskan lampu pada dinding dan lantai.

b. Sudut sekitar 30-45° arah vertical untuk menciptakan tekanan

yang efektif dengan penonjolan dan pola bayangan yang alami.

c. Jika memungkinkan menggunakan pencahayaan silang dari arah

kiri dana arah kanan atau pencahayaan dari arah depan, dengan

tujuan menciptakan penonjolan dan bayangan serta meninggikan

bentuk tiga dimensi dari objek.

d. Penanganan pencahayaan jangan sampai menyilaukan mata

penonton. Spotlight harus segera difokuskan kembali apabila

lokasi display diubah.

Gambar 2.1 Pencahayaan Alami

24

Gambar 2.2 Pencahayaan Buatan

c. Temperatur

Temperatur rendah lebih baik untuk hasil karya seni yang dipamerkan,

yaitu sekitar 20°C-21°C. Beberapa galeri seni memperbolehkan transisi

yang lambat untuk temperatur dan pengaturan titik kelembaban, dengan

lebih mentolerir variasi temperatur daripada variasi kelembapan udara

(RH), sehingga temperatur harus diseting lebih daripada RH.

d. Kelembaban

Material dan koleksi karya seni dibuat secara khas dan sangat sensitif

terhadap perubahan sekecil apapun pada RH, maka dari itu kelembapan

udara yang direkomendasikan secara konstan yaitu 50% RH level per

tahun. 50% merupakan standar yang tinggi, dalam perancangannya

desain harus menggunakan ruang lainnya, seperti sirkulasi utama publik

dan ruang pada lobi, disamping itu membutuhkan perawatan untuk

mengurangi atau menghindari tingkat kebocoran volume udara single.

e. HVAC

Ruang dan lokasi yang membutuhkan sistem HVAC harus

dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum proses mendesain. Lokasi

penempatan unit pengatur udara akan berpengaruh pula pada desain.

25

Lokasi pemasok udara harus jauh dari tempat bongkar-muat barang,

jalanan, exhaust restoran, exhaust bangunan, exhaust peralatan dan

kimiawi, serta lubang angin dan sistem plumbing bangunan. Sistem

HVAC harus mempunyai tenaga listrik darurat untuk mengoperasikan

pada saat tidak mendapatkan pasokan tenaga.

f. Jarak pengamat terhadap objek

Menurut Julius Panero (2003) dalam bukunya yang berjudul Dimensi

Manusia dan Ruang Interior, untuk mengetahui jarak pengamat harus

mengetahui beberapa hal terlebih dahulu, diantaranya :

1. Tinggi rata-rata orang Indonesia adalah 160cm ± 8 cm, dengan tinggi

mata rata-rata ± 148cm

2. Tinggi mata para pengguna kursi roda ±110cm.

Gambar 2.3 Jarak Pandang Manusia

Berikut ini adalah jarak pengamat terhadap objek amatannya dan juga

jarak antar frame.:

1) Jarak pengamat ukuran frame kecil (ukuran 50 x 50 cm) adalah 110

cm.

2) Jarak pengamat ukuran frame sedang (ukuran 100 x 100 cm) adalah

153 cm.

3) Jarak pengamat ukuran frame sedang 2 (ukuran 200 x 200 cm)

adalah 240 cm.

4) Jarak pengamat ukuran frame besar (ukuran 300 x 300 cm) adalah

326 cm.

26

5) Jarak antar objek ukuran frame kecil (ukuran 50 x 50 cm) adalah 19

cm.

6) Jarak antar objek ukuran frame sedang 1 (ukuran 100 x 100 cm)

adalah 37 cm.

7) Jarak antar objek ukuran frame sedang 2 (ukuran 200 x 200 cm)

adalah 74 cm.

8) Jarak antar objek ukuran frame besar (ukuran 300 x 300 cm) adalah

110 cm.

Gambar 2.4 Jarak Pandang Manusia

Berdasarkan Ernst Neufert (Neufert, 1999), ruang untuk memperagakan

hasil karya seni, benda-benda budaya dan ilmu pengetahuan harus memenuhi

persyaratan berikut:

1. Benar-benar terlindung dari pengrusakan, pencurian, kebakaran,

kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu.

2. Setiap peragaan harus mendapat pencahayaan yang baik

3. Biasanya ruang pamer hasil karya dibagi berdasarkan dengan koleksi

yang ada.

4. Peragaan benda-benda hendaknya dapat dilihat tanpa kesulitan Sudut

pandang manusia biasanya 54o atau 27o dari ketinggian mata sehingga

dapat disesuaikan dengan hasil karya yang diberi cahaya pada jarak 10

m.

27

5. Tempat untuk menggantung lukisan yang menguntungkan adalah antara

9m pada ketinggian ruangan 6.70 m dan 2.13 m untuk lukisan yang

panjangnya 3.04 sampai 3.65 m.

6. Kebutuhan luas tempat lukis 3-5 meter persegi tempat hiasan gantung.

Menurut Neufert (1996), Ruang pamer pada galeri sebagai tempat untuk

memamerkan atau mendisplay karya seni harus memenuhi beberapa hal

yaitu: Terlindung dari kerusakan, pencurian,kelembaban, kekeringan, cahaya

matahari langsung dan debu. Persyaratan umum tersebut antara lain :

a. Pencahayaan yang cukup

b. Penghawaan yang baik dan kondisi ruang yang stabil

c. Tampilan display dibuat semenarik mungkin dan dapat dilihat dengan

mudah

Terdapat tiga macam penataan atau display benda koleksi menurut

Patricia Tutt dan David Adler (The Architectural Press,1979), yaitu :

a. In show case

Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan suatu tempat

display berupa kotak tembus pandang yang biasanya terbuat dari kaca.

Selain untuk melindungi, kotak tersebut terkadang berfungsi untuk

memperjelas atau memperkuat tema benda koleksi yang ada.

b. Free standing on the floor or plinth or supports

Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar sehingga

diperlukan suatu panggung atau pembuatan ketinggian lantai sebagai

batas dari display yang ada. Contoh: patung, produk instalasi seni, dll.

c. On wall or panels

Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan karya seni 2 dimensi

dan ditempatkan di dinding ruangan maupun partisi yang dibentuk untuk

membatasi ruang. Contoh: karya seni lukis, karya fotografi, dll.

28

Ada beberapa syarat tentang cara pemajangan benda koleksi seni yang

ada antara lain adalah dengan cara berikut :

a. Random Typical Large Gallery

Penataan benda yang dipamerkan disajikan dengan acak, biasanya

terdapat pada galeri yang berisi benda-benda non klasik dan bentuk galeri

yang asimetris, ruang-ruang yang ada pada galeri dibentuk mempunyai

jarak atau lorong pembatasan oleh pintu. Jenis dan media seni yang ada

dicampur dan menguatkan kesan acak. Contoh: menggabungkan display

benda 2 dimensi dan 3 dimensi seperti seni lukis dan seni patung.

b. Large Space With An Introductory Gallery

Pengolahan ruang pamer dengan pembagian area pamer sehingga

memperjelas tentang benda apa yang dipamerkan didalamnya,

pembagian dimulai pada suatu ruang utama kemudian dengan

memperkenalkan terlebih dahulu benda apa yang dipajang didalamnya.

2.1.5 Tinjauan Terhadap Bangunan Sejenis

1. Selasar Sunaryo Art Space

Gambar 2.5 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung

Selasar Sunaryo Art Space terletak di Jl. Bukit Pakar Timur No.100,

Bandung – 40198 West Java – Indonesia. Selasar Sunaryo dibangun

selama empat tahun (1993-1997) oleh Sunaryo dan BaskoroTedjo, Selasar

29

Sunaryo Art Space dibuka untuk umum sejak September 1998. Selasar

Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan organisasi nirlaba

yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan pengkajian seni

dan kebudayaan visual di Indonesia. Selasar Sunaryo Art Space dibuat

untuk menampilkan karya-karya seni dari Sunaryo.

Gambar 2.6 Pintu Utama Selasar Sunaryo

Sunaryo adalah seorang seniman kontemporer kelahiran Banyumas,

Jawa Tengah 15 Mei 1943 ini, yang akif berpameran sejak tahun 1970

sampai sekarang baik di luar maupun didalam negeri. Berlatar belakang

pendidikan Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (1962-1969)

dan Studi Patung Marmer di Marble Technology, Carrara, Italia. Sunaryo

telah banyak menerima berbagai penghargaan seni dan karya-karyanya

tersebar di berbagai kota di Indonesia dan ikut serta dalam merencanakan

estetik elemen untuk paviliun Indonesia dalam Expo’85 di Tsakuba,

Jepang (1985). Menjadi koordinator estetik elemen untuk paviliun

Indonesia dalam Expo’86 di Vancouver, Kanada (1986). Mempunyai

museum seni merupakan cita-citanya ketika masuk di jurusan seni rupa

ITB tahun 1962. Ia memimpikan adanya tempat umum di mana terjadi

interaksi antar seniman dan khalayak. Tahun 1989, ia membeli sebidang

lahan dikawasan perbukitan Bukit Pakar. Tahun 1993, lahan itu mulai

30

dibangun. Tahun 1995, cita-citanya terwujud, ia membuka museum yang

ia namakan Selasar Sunaryo Art Space.

Gambar 2.7 Ruang Galeri A

Sunaryo bekerjasama dengan seorang arsitek, Baskoro Tedjo. Dalam

merancang bangunan ini 2 dimensi bertemu yaitu, 3 prinsip responsive

arsitek dan 3 kriteria yang diberikan oleh seniman Sunaryo, yaitu :Tidak

membongkar lahan lebih dari keperluan. Tujuan yang ingin dicapai adalah

suatu ruang seni yang seolah menyeruak dan menyembul dari karaktek

lahan yang tidak rata dan cenderung curam.Memiliki sifat karakter budaya

sunda yang banyak dicerminkan pada disain landskap. Semua elemen

desain di 1 sisi dapat mencerminkan karya Sunaryo, dan di sisi lain mampu

berfungsi sebagai ruang berkesenian.

Gambar 2.8 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung

31

Bangunan ini memakai pendekatan pelanar, yaitu membentuk ruang

hanya dari bidang-bidang datar yang tidak memiliki detail. Sama sekali

tidak terdapat unsur-unsur arsitektur yang menurut Baskoro tidak perlu,

bahkan pintu dan jendela yang biasa terdapat pada bangunan tradisional

sunda pada umumnya diolah sedemikian rupa menjadi hanya bukaan saja,

hal ini supaya tidak mengalahkan karya seni yang ada. Ruang pamer yang

bentuk dasarnya polos adalah untuk membuat karya seni yang dipamerkan

lebih menonjol tidak kalah dengan bangunan. Program ruang dan sirkulasi

dibuat berdasarkan karakter labirin yang membiarkan orang bergerak

bebas didalamnya.

Gambar 2.9 Selasar Sunaryo Art Space, Bandung

Bangunan Selasar Sunaryo ini banyak menggunkan kaca, guna untuk

memanfaatkan cahaya alami. Fasilitas di Selasar Sunaryo Art Space ini

diantaranya :

a. Ruang Gallery

b. Kopi Selasar

c. Cinderamata Selasar

d. Amphiteather

e. Musholla

f. Bamboo House

32

Gambar 2.10 Denah

Gambar 2.11 Tampak Selatan

Gambar 2.12 Ruang Galeri A

33

Gambar 2.13 Ruang Galeri A

Gambar 2.14 Ruang Galeri B

Gambar 2. 15 Ruang Sayap

34

Gambar 2.16 Stone Garden

Gambar 2.17 Bale Handap

Gambar 2.18 Bale Tonggoh

35

Gambar 2.19 Bamboo House

Gambar 2.20 Pustaka Selasar

Gambar 2.21 Amphiteater

36

Gambar 2.22 Cinderamata

2. Soorim Art Center

Gambar 2.23 Soorim Art Center, Seoul, Korea Selatan

Soorim Art Center terletak di Hongneung, Seoul, Korea Selatan. Pada

awalnya tempat ini merupakan sebuah kantor pusat dewan film korea di

Hongneung, kemudian tempat ini direnovasi menjadi Soorim Art Center,

lengkap dengan ruang memorial, galeri seni, dan ruang konser. Pada

awalnya bangunan ini tidak memiliki cukup cahaya dan udara alami yang

masuk kedalam bangunan, sehingga tujuan utama dari renovasi ini adalah

untuk mengekspos ruang agar cahaya alami dan udara dapat masuk

kedalam ruangan, dan juga untuk memperbesar ruang utama.

37

Awalnya pintu masuk utama dari struktur yang ada adalah 1,2 meter di

atas permukaan jalan dan hanya bisa diakses melalui tangga sempit, yang

pada gilirannya terhalang oleh tangga lain. Dengan demikian dibongkar

tangga ekstra tersebut, disesuaikan tingkat lantai dan menciptakan sebuah

jembatan yang menghubungkan ruang ke area terbuka yang berubah

menjadi Heesoo Kim Memorial Hall, untuk menghormati pendiri Soorim

Arts Center. Sebelumnya, lantai utama di ruang ini adalah daerah tertutup

dengan kurangnya ventilasi dan cahaya alami. Dalam rangka untuk

membuat ruang lebih tiga-dimensi, dibukalah bagian dari lantai slab untuk

memperkenalkan cahaya alami dan udara segar. Juga, dipasang lift

tambahan di aula utama untuk jalan akses ke lantai atas. Ruang

pembangunan Film yang luas dengan langit-langit setinggi 5,5 meter

diubah menjadi sebuah galeri seni. Hal ini dikarenakan untuk

memanfaatkan dari tingkat lantai yang berbeda, diperkenalkan cahaya

dengan membuka dinding selatan dengan penggunaan Kalwall dan

menciptakan dinding pameran fleksibel dengan penggunaan dua dinding

bergerak berlapis. Kami meningkatkan parkir dan seni daerah

penyimpanan dengan efisien mengurangi ukuran area pemeliharaan.

Sebuah kotak skylight digunakan agar cahaya dapat masuk ke kebun.

Pada ruang duduk di lantai pertama, kaca dan aluminium dinding berpola

segitiga masing-masing dirancang berbeda berdasarkan arah dan paparan

sinar matahari mereka. Tangki air di atap diubah menjadi sebuah

observatorium dan terbuka untuk umum.

38

Gambar 2.24 B2F Plan (existing)

Gambar 2.25 B1F Plan (existing)

Gambar 2.26 1F Plan (existing)

39

Gambar 2.27 3F Plan (existing)

Gambar 2.28 Rooftop Plan (existing)

Gambar 2.29 B2F Plan

40

Gambar 2.30 B1F Plan

Gambar 2.31 1F Plan

Gambar 2.32 2F & 3F Plan

41

Gambar 2.33 Rooftop Plan

Gambar 2.34 Section

Gambar 2.35 South Elevation

42

Gambar 2.36 West Elevation

Gambar 2.37 Skin System

Gambar 2.38 Facade

43

Gambar 2.39 Facade

Gambar 2.40 Interior

Gambar 2.41 Interior

44

Gambar 2.42 Interior

Gambar 2.43 Art Gallery

Gambar 2.44 Art Gallery

45

Gambar 2.45 Concert Hall

3. Ciputra Artpreneur

Gambar 2.46 Ciputra Artpreneur

Ciputra Artpreneur terletak di kawasan pusat bisnis segitiga emas

ibukota Jakarta, Ciputra Artpreneur menempati lantai teratas dari mall

Ciputra World Jakarta yang merupakan sebuah kompleks besar yang

mencakup perkatoran, hotel, pusat perbelanjaan dan apartemen. Ciputra

Artpreneur berdiri diatas area dengan luas sekitar 10.000 m2, adalah suatu

tempat yang didedikasikan untuk seni yang memiliki fasilitas seperti

museum seni, galeri, teater dengan standar internasional, dan ruang

serbaguna serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya.

46

Gambar 2.47 Ciputra Artpreneur Theater

Di buka pada akhir Juli 2014, Ciputra Artwork telah menyelenggarakan

berbagai pilihan acara local maupun internasional. Mulai dari wedding

festival, peluncuran produk, pertemuan perusahaan, peragaan busana,

seminar dan lokakarya, hingga konser music dan pertunjukan teater. Dan

menjadi rumah bagi broadway atau musikal internasionoal di Indonesia,

seperti Beauty and The Beast, Shrek The Musical, Annie, Shaolin Warrior,

Vienna Boys Choir, dan Stars of The West End.

Gambar 2.48 Beauty and The Beast Show

47

Ciputra Artpreneur galeri merupak sebuah ruang serbaguna yang dapat

digunakan untuk beragam acara, dengan luas 1.500 m2 ini memiliki

fasilitas layar proyeksi yang memenangkan award dati MURI untuk

system proyeksi audio visual terpanjang di Indonesia dengan ukuran 60 x

12 m. Ciputra Artpreneur museum menampilkan lebih dari 20 karya

koleksi pribadi Ir. Ciputra. Di dalam museum terbagi menjadi 2 area, di

mana area pertama berisi karya seni kontemporer, sementara di area kedua

menampilkan karya-karya Hendra Gunawan.

Gambar 2.49 Ciputra Artpreneur Museum

Gambar 2.50 Theater Floor Plan

48

Gambar 2.51 Theater Ceiling Plan

Gambar 2.52 Ciputra Artpreneur Section

Gambar 2.53 Lobby

49

Gambar 2.54 Interior Ciputra Artpreneur

Gambar 2.55 Hall

Gambar 2.56 Selasar

50

Gambar 2.57 Gallery

Gambar 2.58 Façade

4. Pompidou Centre

Centre Georges Pompidou dibangun dalam kurun waktu 1971 – 1977

dan dikenal sebagai “Pompidou Centre”, yang terletak di Beabourg, kota

Paris. Pembangunan bangunan ini merupakan gagasan dari Presiden

Georges Pompidou yang ingin menciptakan sebuah pusat Institusi

Kebudayaan yang didedikasikan untuk seni modern dan kontemporer.

51

Gambar 2.59 Pompidou Centre

Dibangun pada masa pemerintahan Presiden Georges di Perancis

dengan tujuan membuat pusat kebudayaan. Pada tahun 1969 dibuka

sayembara yang kemudian dimenangkan oleh seorang arsitek tidak

terkenal (Richard Rogers, yang kemudian terkenal karena proyek ini) dan

Renzo Piano. Karena hanya bangunan ini yang menggunakan setengah

dari seluruh lahan yang tersedia. Lahan tersebut dulunya

hanyalah carpark. Bangunan ini kemudian dirancang terinspirasi

dari archigram.

Gambar 2.60 Pompidou Centre

52

Richard Rogers, arsitek asal Inggris mengungkapkan bahwa elemen

kunci pada Centre Pompidou di Prancis, yang ia desain bersama arsitek

Italia Renzo Piano sangat terpengaruh oleh pemikiran radikal tahun 1960-

an. Bangunan tersebut rampung pada 1977. Meski dibangun dan rampung

selepas tahun 1960-an, namun secara politis bangunan tersebut masih

mengenang protes keras dari pelajar dan pekerja di tahun 1968. Rogers

berkomentar, "Momen tersebut hampir mengubah sejarah, khususnya bagi

Eropa. Tampaknya hampir seperti revolusi. Pada kenyataannya, hal

tersebut tidak terjadi. Namun kami menangkap sesuatu dari hal tersebut

bagi bangunan ini." Rogers menambahkan, tahun-tahun tersebut

merupakan periode politik yang sangat aktif. Anda dapat berargumen

bahwa hal tersebut bagian dari konsep (bagi bangunan ini). Ini merupakan

periode dinamis, periode perubahan, namun pihaknya ingin menangkap

apa yang terjadi pada saat itu.

Gambar 2.61 Pengeksposan Me

Bangunan ini memiliki konsep kejujuran strutur dan utilitas. Rangka

awal bangunan ini adalah dua kolom di ujung yang dihubungkan oleh truss

dan ditabilkan oleh kolom metal yang ditanamkan ke dalam tanah.

Kemudian rangka tersebut dibuat menjadi lima tingkat dan pada bagian

terluar diberi rangka silang untuk fasade sekaligus penghubung antar trave

53

dan lantai. Bangunan ini memliki luas sebesar 70.800 m2 tanpa kolom di

bagian tengah tiap lantainya.

Semua Mechanical, Electrical, dan Plumbing diekspos dengan setiap

saluran diberi warna berbeda, termasuk

juga elevator khusus loading barang. Hal tersebut dimaksudkan untuk

member kesan playful. Walaupun utilitas diekspos, hal tersebut justru

tidak memberikan kesan ‘berantakan’ pada bangunan ini, karena setiap

ruangan dengan fungsi berbeda diberika perlakuan berbeda terhadap

desainnya yang responsive terhadap kejujuran utilitas. Untuk bagian

administrasi, privacy tetap terjaga dengan adanya partisi antar ruang kerja

setiap pegawai. Untuk perpustakaan seluas 15.000m2, partisinya hanyalah

rak buku. Untuk museum, bagian dalamnya sudah diberi partisi berwarna

putih polos dan ruangnya sudah dirancang dengan prototype

gallery atau museum, sehingga nantinya curator hanya perlu merancang

sendiri arsitektur bagian dalam pada setiap pamerannya. Walauppun

banyak partisi, pada bagian museum atau gallery ini tetap mengefisienkan

energi dengan cahaya langsung dari matahari melalui roof top window.

Untuk balkon di setiap lantainya, terutama di lantai paling atas, sangat

memanfaatkan keindahan kota Paris, sehingga dapat langsung melihat

pemandangan ikon kota-nya, yaitu Eiffel Tower.

54

Gambar 2.62 Pengeksposan Me

Gambar 2.63 Interior Pompidou

Gambar 2.64 Interior Pompidou

2.2 Tinjauan Kawasan

Secara geografis Kabupaten Bekasi terletak berada pada posisi 6º 10’ 53” -

6º 30’ 6” Lintang Selatan dan 106º 48’ 28” -107º 27’ 29” Bujur Timur.

Topografinya terbagi atas dua bagian, yaitu dataran rendah yang meliputi

sebagian wilayah bagian utara dan dataran bergelombang di wilayah bagian

selatan. Ketinggian lokasi antara 6 – 115 meter dan kemiringan 0 – 250. Posisi

55

tersebut menempatkan Kabupaten Bekasi berada disebelah barat wilayah

Provinsi Jawa Barat yang memanjang dari utara ke selatan.Kabupaten Bekasi

mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh jalur regional yang menjadi

perlintasan antara ibu kota provinsi dan ibu kota negara.

Gambar 2.65 Peta Wilayah Kabupaten Bekasi

Dengan luas 127.388 Ha yang didominasi wilayah pertanian, Kabupaten

Bekasi adalah sebuah wilayah yang terus berkembang. Saat ini, Kabupaten

Bekasi terbagi atas empat pembagian Wilayah Pengembangan (WP), meliputi

23 Kecamatan, 182 desa, dan 5 kelurahan. Secara administrative Kabupaten

Bekasi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Laut Jawa

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor

- Sebelah Barat : DKI Jakarta dan Kota Bekasi

56

- Sebelah Timur : Kabupaten Karawang

Tabel. 2.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupatn Bekasi

Kabupaten Bekasi sebagai penyangga Ibukota Negara mengalami

pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan peningkatan dan

pengembangan sarana dan prasarana yang ada, maka bermunculanlah

kawasan-kawasan industri sehingga Kabupaten Bekasi dapat dikatakan sebagai

salah satu sentra industri terbesar yang ada di wilayah Jawa Barat bahkan se-

Asia Tenggara. Kabupaten Bekasi merupakan wilayah yang tumbuh semakin

dinamis, baik secara ekonomis maupun kependudukan. Saat ini Kabupaten

Bekasi tidak hanya menjadi tujuan ekonomi, namun juga tempat tinggal.

57

Mengingat posisinya yang berada di antara wilayah administrative lain,

penduduk Kabupaten Bekasi terdiri dari multi etnis, beragam suku dari hamper

seluruh daerah di Indonesia, dengan membawa serta adat istiadat, social

budaya dan agama daerahnya masing-masing. Pada tahun 2013 jumlah

penduduk Kabupaten Bekasi telah mencapai 3.002.112 jiwa, mengalami

peningkatan 13% dari hasil sensus penduduk tahun 2010.

Tabel. 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Kabupaten

Bekasi Tahun 2013

58

Setelah wilayah Bekasi dimekarkan menjadi kota dan kabupaten, Cikarang

ditetapkan menjadi ibukota dari kabupaten Bekasi berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 1998 tentang Pemindahan

Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi. Pemindahan Ibukota Kabupaten

Bekasi dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi ke Kota Cikarang

yang berada di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi, sdengan pusat

pemerintahan di Desa Sukamahi.

Kabupaten Bekasi kaya akan seni dan budaya, berbagai kreatifitas seni lahir

dari masyarakat bekasi. Namun sayangnya, hingga saat ini Bekasi belum

memiliki ruang untuk mengekspresikan kreatifitas seni dan budaya tersebut.

Sehingga, kreatifitas itu tertahan oleh minimnya ruang untuk berekspresi.

Ahmad Syaikhu (wakil wali kota Bekasi) mengakui, di Bekasi saat ini masih

minim ruang untuk mengekpresikan seni dan budaya. Hal ini dibuktikan

dengan belum adanya pusat kesenian dan budaya di Bekasi. Menurut Syaikhu,

di Bekasi ini banyak lahir seniman maupun budayawan. Namun, keberadaan

mereka belum difasilitasi dengan baik, karena tidak adanya tempat untuk

mengekspresikan kreatifitas yang dimilikinya. Dalam hal ini Bekasi art center

sangat diperlukan guna untuk mewadahi segala bentuk kegiatan kesenian.

Dede Jusuf, sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat dalam pembukaan Jababeka

International Cultural Festival ke-3 mengatakan, potensi yang kita miliki dalam

mengembangkan industri kreatif ternyata sangat besar, sehingga dibutuhkan

dukungan semua pihak termasuk dari kalangan pengembang seperti Jababeka.

59

Gambar 2.66 Peta Kota Jababeka

Kota Jababeka terletak 35 kilometer sebelah timur dari pusat bisnis Jakarta

dan termasuk ke daerah Cikarang, yang merupakan bagian dari Kabupaten

Bekasi. Kota Jababeka dapat diakses dengan mudah dari jalan tol Bekasi -

Cikampek (jalan raya) dan dilayani oleh gerbang tol Cikarang Barat &

Lemahabang kilometer 31 (pintu keluar jalan tol di kilometer 28). Waktu jarak

tempuh antara Kota Jababeka dan Jakarta Pusat dengan mobil adalah sekitar 1

– 1,5 jam.

Tabel. 2.4 To Kota Jababeka

From Distance Est. Commuting Time Road

Jakarta CBD (Semanggi

Interchanges) 35 Km

40 - 50 minutes Highway

Jakarta Cawang Interchanges 31 Km 35 - 40 minutes Highway

Soekarno-Hatta International

Airport 65 Km

1 hour 30 minutes Highway

Tanjung Priok International

Seaport 55 Km

1 hour 15 minutes Highway

City of Bekasi 10 Km 15 - 20 minutes Highway

60

Kota Jababeka adalah daerah pemukiman dengan kawasan industri yang

mandiri dimana kini telah mempunyai sekitar 1.650 perusahaan nasional dan

multinasional dari 30 negara (diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Perancis,

Jerman, Belanda, Australia, Jepang, China, Taiwan, Singapura, Malaysia, dll)

dan telah mempekerjakan lebih dari 700.000 pekerja dan 4.300 ekspatriat.

Perseroan memiliki tenant yang terdiri dari perusahaan multinasional seperti

Loreal, ICI Paints, Mattel, Samsung, Unilever, United Tractors, Akzo Nobel,

dan Nissin Mas.

Jababeka memikili kawasan hunian seluas 1.130 hektar, termasuk

pengembangan yang telah ada seperti Jababeka Golf & Country Club (80

hektar), Education Park (80 hektar), Business Park (16 hektar), serta beberapa

cluster perumahan yang memenuhi segmen pendapatan rendah, menengah dan

tinggi, serta perumahan atau komersial lainnya. Pada waktu yang akan datang

kawasan pengembang akan dialokasikan untuk beberapa hunian cluster, area

komersil, Medical City (74 hektar) dan projek Indonesia Movieland (36

hektar).

Gambar 2.67 Indonesia Movieland

Di seluruh wilayah seluas 80 hektar, education park akan menampung

banyak institusi pendidikan dari berbagai tingkat, mulai dari sekolah dasar

61

sampai sekolah menengah dan dari politeknik hingga universitas. Beberapa

institusi pendidikan negeri sudah ada di Jababeka, tidak hanya itu terdapat pula

institusi pendidikan swasta seperti Al-Azhar, BPK Penabur, President

Boarding School, Politekni ATMI – Cikarang, President University.

Dengan demikian demi dapat mewadahi kreatifitas-kreatifitas dari para

seniman Kota Jababeka dinilai merupakan lokasi yang tepat untuk

dibangunnya sebuah fasilitas hiburan yang mendidik dalam hal ini Bekasi Art

Center. Dikarenakan fasilitas – fasilitas yang sudah ada dapat menjadi fasilitas

yang sangat mendukung untuk didirikannya Bekasi art center.

62

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Pengertian Arsitektur High – Tech

Dalam ensiklopedia Nasional Indonesia, arsitektur adalah ilmu dan seni

merancang bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang

fungsional, sturktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika

(Ensiklopedia Nasional Indonesia 1990). Secara umum pengartian High

Tech: High tech berasal dari kata bahasa inggris yaitu High Technology

yang berarti teknologi tinggi dalam bukunya High Tech Architecture, Colin

Davies menyatakan pengertian high tech dalam arsitektur berbeda dengan

pengertian high tech dalam industri. Bila dalam industri pengertian high tech

diartikan sebagai teknologi canggih seperti elektronik, komputer, robot,

chips, dan sejenisnya. Sedangkan dalam arsitektur, high tech diartikan

sebagai suatu aliran gaya arsitektur yang bermuara pada ide gerakan

arsitektur modern yang membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi

suatu bangunan.

Dari penjabaran diatas, maka diperoleh pengertian bahwa Arsitektur

High-Tech adalah gaya perancangan suatu bangunan atau lingkungan

binaan dengan beberapa standar tertentu yang kemudian ditata dan diatur

agar pemecahan masalah yang ada berhasil dicapai dengan pemakaian

bahan bangunan yang fungsional dan estetis. Arsitektur high tech juga dapat

dikatakan sebagai suatu gaya arsitektur yang dalam penerapannya

mengembangkan kecanggihan teknologi dan menggunakan elemen-elemen

struktural yang sangat dominan dengan material fabrikasi. Dalam dunia

arsitektur sangat banyak digunakan istilah high tech untuk

menginterpretasikan sebuah sistem teknologi yang digunakan pada suatu

bnagunan dan semakin populer digunakan pada awal 1970 untuk

63

menggambarkan keberhasilan teknologi canggih yang dicapai pada saat itu

seperti yang terlihat pada arsitektur Pusat Georges Pompidou, Paris (1972-

7) karya Renzo piano dan Richard rogers yang memperlihatkan penggunaan

material-material kaca dan logam dengan mengekspose secara transparan

bentuk bentuk jaringan dalam bangunan serta berbagai fungsi-fungsi

layanan seperti escalator, walkways dan ornamen-ornamen diluar gedung.

Gambar 3.1 Georges Pompidou Center, Paris (1972-7)

Perkembangan lebih lanjut arsitektur high tech bukan saja tercemin dari

struktur bangunan tetapi juga pada sistem bangunan, sehingga muncul

istilah smart building dengan karakter-karakter high tech architecture.

3.2 Sejarah Arsitektur High – Tech

High-tech merupakan sebuah fenomena pada abad 20 dalam bidang

industry bangunanyang berpengaruh pada dunia arsitektur dan desain.

Istilah high tech adalah sebuah penemuan pada tahun 1970 terhadap

perancangan bangunan dan objek untuk rumah dan menjadi popular setelah

Joan Kroon dan Suzanne slesin menulis buku yang berjudul “High

Tech”;the industrial style and source book for the home”. Dalam buku

tersebut dikatakan bahwa high-tech merupakan istilah arsitektural yang

digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan

64

pengeksposan struktur dan elemen-elemen lainnya yang terbuat dari bahan-

bahan fabrikasi yang biasa digunakan unuk membangun gudang dan pabrik.

Pada buku ini Suzanne Slesin dan Joan Kron juga mengikutsertakan tren

pararel dalam design interior penggunaan peralatan industri di rumah ke

dalam pengertian high-tech. Menurut Kenneth Frampton, arsitektur high

tech dimulai dari transformasi secara teknik-teknik struktural (structural

engineering (1955-1959) yang kemudian berkembang pada tahun 1962.

Menurut Vittorio Magnagno Lampaugnani pada late-rationalism, dimana

high tech tersebut telah diterapkan dibandingkan dengan early-rationalism

yang masih rancu dan dapat dibedakan dengan baik. Kemudian setelah itu

mulai berkembang ke arah Contemporary Movement yang memiliki

karakter: peningkatan ekonomi, industrialisasi, pertumbuhan penduduk,

perkembangan teknologi, perkembangan budaya dan krisis energi.

Setelah mengalami perkembangan yang dilalui dengan masing-masing

jamannya tersebut, maka semakin dikenal gaya tersebut dengan sebutan

“Arsitektur High Tech”. Hal ini disebabkan dengan perkembangan

teknologi yang memang sangat maju pada zaman tersebut, yang ditandai

dengan adanya pendaratan pertama dibulan oleh Neil Amstrong pada tahun

1969 sehingga masyarakat pada waktu itu mulai berfikir kedepan dan

menyukai perubahan-perubahan yang di dapat dari teknologi pada suatu

bangunan

3.3 Karakteristik Arsitektur High Tech

Menurut Charles Jenks dalam tulisannya mengenai arsitektur High-tech,

“The Battle of High-tech, Great Building with Great Fault”. Charles Jenks

juga menuliskan 6 karakteristik High-tech building, yang intinya sebagai

berikut:

a. Inside out.

65

Bagian interior yang diperlihatkan keluar dengan penggunaan material

penutup yang transparan, seperti kaca. Fungsi-fungsi yang umumnya

tertutup atau ditutupi namun ditonjolkan keluar, seperti fungsi servis dan

utilitas.

Gambar 3.2 Inside Out

b. Celebration of process.

Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya

bagaimana, mengapa, dan apa dari suatu bangunan, sehingga

muncul suatu pemahaman dari seorang awam ataupun seorang

ilmuwan. Sebagai catatan yang ditulis oleh Charles Jenks mengenai

Norman Foster, yaitu ciri khas dari pekerjaan Norman Foster yang

terkesan dapat mengungkapkan sesuatu yang lebih daripada arsitek

manapun dalam cara penyelesaian dengan ide-ide cemerlangnya

yang mengembangkan suatu rancangan sesuai dengan zamannya

sehingga kegunaan dan tampak dari bangunan tersebut merupakan

suatu mekanisme yang sempurna.

66

Gambar 3.3 celebration of process

c. Transparan, pelapisan dan pergerakan.

Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan secara

dramatis tanpa terkecuali, kegunaan yang lebih luas dari kaca yang

transparan dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran,

tangga dan struktur, serta penekanan pada escalator dan lift sebagai

suatu unsur yang bergerak merupakan karateristik dari bangunan

high-tech.

Gambar 3.4 Transparan, pelapisan dan pergerakan.

d. Pewarnaan yang cerah dan merata.

Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas mengenai

jenis struktur dan utilitas, juga untuk mempermudah para teknisi

67

dalam membedakannya dan memahami penggunaannya secara

efektif.

e. A light weight filigree of tensile members.

Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari High-tech

building, sekelompok kabel-kabel baja penopang dapat membuat

mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-

gaya pada struktur.

Gambar 3.5 a light weight filigree of tensile members.

f. Optimistic confidence in a scientific cultura.

High-tech building adalah janji masa depan dari dunia yang menanti

untuk ditemukan. Bangunan yang dapat mewakili

kebudayaan/peradaban masa depan yang serba scientific, sehingga

pada saat itu tetap bisa dipakai dan tidak ketinggalan zaman.

Hasilnya lebih mendalam pada suatu metode kerja, perlakuan pada

material, warna-warna dan pendapatan, dibandingkan dengan

prinsip-prinsip komposisi.

Gambar 3.6 Optimistic confidence in a scientific cultura.

68

Sedangkan menurut Collin Davies High-tech merupakan pendekatan

tema yang :

1. Mengutanakan fungsi, fleksibilitas dan kemudahan operasional antar

ruang

2. Plug in fod, merupak suatu wadah atau fasilisator yang bisa dipasang,

berupa modul-modul yang diproduksi secara masal perunit di pabrik

dengan mutu dan presisi yang terkontrol.

3. System bangunan yang berteknologi tinggi.

4. Penggunaan bahan-bahan yang berteknologi canggih.

5. Berdasarkan teknologi industri tetapi bukan hanya tradisi beraksitektur.

6. Menampilkan struktur bangunan dan bagian elektrikal utilitas

bangunannya.

3.4 Penerapan Tema High Tech Pada Beberapa Bangunan

3.4.1 Penggunaan Material Kaca

Kaca merupakan materi bening dan transparan (tembus pandang) yang

biasanya di hasilkan dari campuran silikon atau bahan

silikon dioksida(SiO2), yang secara kimia sama dengan kuarsa (bahasa

Inggris: kwarts). Kaca dapat diaplikasikan seperti; botol, kaca mata, gelas.

Kaca memainkan peran penting dalam ilmu pengetahuan dan industri.

Karena struktur kimianya, fisik, dan khususnya sifat optik kaca cocok untuk

aplikasi optik dan bahan Optoelektronik, peralatan laboratorium, isolator

termal, bahan penguat, dan seni kaca (seni, kaca studio).

Adapun jenis-jenis kaca diantaranya :

1. Double Glass

Double atau Dobel Glassing merupakan dua buah kaca yang

digabungkan dengan terciptanya ruang antara panel yang memiliki

ketebalan beberapa millimeter. Ruang antara panel tersebut bersifat

69

kedap suara dan memiliki kelembaban yang rendah, sehingga

pemasangan kaca double glassing pada sebuah ruangan menyebabkan

ruangan tersebut kedap suara dan suhu ruangan dapat terjaga dengan

baik/stabil.

Gambar 3.7 Double Glass

2. Kaca Reflective

Kaca Relective adalah kaca yang hanya memiliki daya tembus

pandang satu arah (One Way), sehingga dari bagian luar tidak dapat

melihat bagian dalam suatu ruangan. Kaca Relective biasanya digunakan

untuk eksterior gedung.

Gambar 3.8 Kaca Reflective

3. Kaca Bening/polos

Kaca ini merupakan kaca yang paling banyak ditemui pada

perumahan karena sifatnya yang membaur dengan ruang luar, kaca jenis

ini juga ekonomis dari segi harga.

70

Gambar 3.9 Kaca Bening/Polos

4. Self Cleaning Glass

Sistem self cleaning glass merupakan teknologi terbaru, dengan

menggunakan teknologi nano yang merupakan salah satu terobosan baru

teknologi, sehingga jenis kaca ini dapat membersihkan air secara

otomatis. Teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau

satu per miliar meter merupakan lompatan teknologi untuk mengubah

dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya. Dengan

demikian penggunaan nano teknologi adalah penggunaan teknologi

terbaru dimana sesuai dengan karakteristik arsitektur high tech yang

menurut Collin Davies yaitu penggunaan bahan-bahan berteknologi

tinggi.

Gambar 3.10 Self Cleaning Glass

5. Rayban Glass

Dalam istilah teknis, kaca jenis ini disebut tinted glass. Kaca ini

merupakan kaca float yang diberi lapisan warna yang terbuat dari

campuran logam, terdapat berbagai jenis warna seperti hitam, biru gelap,

71

biru kehijauan, abu-abu gelap, dan hijau gelap. Kaca warna mampu

menyerap panas sinar matahari sampai 55% sehingga dapat mengurangi

beban pendingin ruangan dan memberikan kenyamanan pada

penghuninya. Selain itu, karakteristiknya yang tidak tembus pandang

dapat memberi dan menjaga privasi penghuni. Kaca Rayban ini hanya

tersedia ukuran 5mm dan 6mm. Kaca rayben bersifat sulit dilihat dari sisi

luar & mampu menyerap cahaya . Kaca jenis ini biasa digunakan pada

kaca film mobil sampai kaca film gedung bertingkat. Secara umum kaca

rayben digolongkan menjadi beberapa bagian yakni Rayben Hitam,

Panasap, Rayben Warna (Biru, Hijau, dan Coklat).

Gambar 3.11 Rayban Glass

3.4.2 Penggunaan Struktur Baja

Baja merupakan logam campuran yang terdiri dari besi (Fe) dan karbon

(C), sehingga baja berbeda dengan besi, alumunium, seng, tembaga dan

titanium yang merupakan logam murni. Fungsi karbon pada baja adalah

untuk meningkatkan kualitas baja itu sendiri, yaitu daya tarik dan tingkat

kekerasannya. Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr),

nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain

sesuai dengan aplikasi dilapangan seperti anti korosi, tahan panas, dan tahan

temperature tinggi.

72

Struktur baja merupakan struktur yang terbuat dari kombinasi

terorganisir dari baja struktural yang diatur dan dirancang khusus untuk

memenuhi kebutuhan arsitektur dan teknis pemakai. Jenis struktur ini

banyak digunakan dalam proyek konstruksi berskala menengah dan besar

(pre-engineered building) oleh kegunaan fitur baja itu sendiri. Struktur baja

meliputi sub-struktur atau bagian dalam sebuah bangunan yang terbuat dari

baja struktural. Baja struktural adalah bahan konstruksi baja yang dibuat

dengan bentuk dan komposisi kimia tertentu sesuai dengan spesifikasi pada

proyek tersebut. Baja struktural dibuat dari canai panas maupun canai dingin

atau dibuat dengan pengelasan antara plat datar atau plat tekuk, tergantung

pada spesifikasi yang berlaku pada setiap proyek. Baja struktural memiliki

beberapa bentuk, ukuran dan alat ukur. Bentuk umumnya termasuk balok I,

talang, dan siku.

Gambar 3.12 Struktur Baja

3.4.3 Building Automation System (BAS)

Building Automation System (BAS) dideskripsikan sebagai sebuah

fungsi canggih dari sebuah sistem di bangunan. BAS merupakan contoh dari

sistem kontrol terdistribusi. Sistem kontrol itu sendiri adalah komputerisasi,

jaringan pintar dari alat elektronik yang didesain untuk memonitor dan

mengkontrol sistem mekanikal, elektrikal, dan penerangan dari bangunan.

73

BAS direferensikan sebagai sebuah transistor berdasarkan sistem elektrikal

yag digunakan untuk mengkontrol pemanasan, pendinginan, dan sistem

ventilasi bangunan. BAS juga mengontrol penerangan indoor dan outdoor,

keamanan, alarm kebakaran, dan semua yang bersifat elektrik pada

bangunan tersebut.

Building Automation System adalah program dan perangkat komputer

yang mengatur dan memonitor seluruh mesin dan perangkat listrik seperti

pompa, AC, lift, escalator, lampu dll. Pengontrolan dilakukan secara

otomatis, baik berdasarkan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya,

misalnya AC hidup 60 menit dan mati 15 menit untuk saving energi,

maupun berdasarkan kondisi, misalnya AC mati kalau suhu ruangan sudah

cukup dingin. Seluruh aktifitas akan tercatat dan seluruh permasalahan akan

dilaporkan ke komputer dan tercatat secara lengkap waktu, kejadian, dan

kondisi pada saat berlangsung. Hampir semua perangkat yang ada dalam

gedung dapat dikontrol secara otomatis dari satu komputer dan semua data

aktivitas yang terjadi dalam gedung dapat dikirmkan ke komputer lain

melalui jaringan Ethernet atau LAN.

Keuntungan menggunakan Building Automation System (BAS):

a. Memonitor dan mengontrol satu atau beberapa fasilitas.

b. Menurunkan down time peralatan saat setelah alarm, dan kemudahan

pengambilan tindakan dari lokasi pengontrolan.

c. Menurunkan tingkat komplain dari tenant / karyawan / pemilik took.

d. Menurunkan tingkat penggunaan energi.

e. Penurunan waktu dan biaya saat penyelesaian masalah dengan

memodifikasi sistem.

f. Memperbaiki tingkat diagnosa perbaikan dengan preventive

maintenance yang dilakukan sebelum peralatan mengalami kerusakan.

74

g. Tingkat return of investment 2-5 tahun.

Gambar 3.13 Building Automation System

3.4.4 Warna Pada Utilitas

Salah satu karakteristik high tech adalah pewarnaan cerah pada utilitas,

dimana diekspos secara langsung system utilitasnya dengan cara pemberian

warna sesuai dengan standar pada pipa-pipa di bangunan. Penekan warna

pada system utilitas bangunan high tech telah banyak diterapkan pada

bangunan-bangunan di dunia, seperti pompidou dalam pemberian warna

sebagai pembeda pada system utilitasnya menjadikan bnagunan dapat

bercerita dengan warna, warna juga dapat memberikan efek dinamis pada

bangunan.

Gambar 3.14 Warna Pada Utilitas

3.4.5 Penggunaan Ethylene Tetrafluoroethylene (ETFE)

Thylene Tetrafluoroethylene adalah singkatan dari ETFE. ETFE sendiri

merupakan suatu material yang berbasis polymer fluorokarbon (suatu

75

fluoropolymer) atau semacam plastik. Nama dagangnya adalah "Tefzel"

yang dirancang untuk memiliki hambatan korosi yang tinggi dan

mempunyai kekuatan untuk suatu daerah dengan suhu yang tinggi. Sebagai

tambahan, material ini tidak memancarkan racun ketika digunakan. Daya

dan Beban ETFE merupakan evolusi balon-balon / imajinasi yang berisi

angin dari konsep-konsep untuk lingkungan yang ideal.

Keuntungan material ETFE :

▪ Cukup kuat untuk membawa 400 berat/beban kali sendiri

▪ Dapat diregangkan kepada tiga panjangnya kali nya tanpa kehilangan

Elastisitas

▪ mempunyai suatu permukaan yang tak dapat lengket

▪ Dapat bertahan sepanjang 50 tahun

Gambar 3.15 Ethylene Tetrafluoroethylene (ETFE)

3.4.6 Penggunaan Dinding Panel Polyfoam

Polyfoam masih termasuk kedalam jenis sterofoam yang sangat ringan

dan mudah patah, bahan ini menjadi salah satu material konstruksi

bangunan. Bahan polyfoam ini dipadupadankan dengan sebuah kawat baja

yang telah di galvanis (dicat khusus agar tidak berkarat) dan diletakkan di

kedua sisi polyfoam tersebut, kedua bahan ini membentuk sebuah material

baru yang dapat diaplikasikan untuk material bangunan.

76

Bahan polyfoam tidak beracun, tidak berbahaya, tidak mudah terbakar,

dan tidak memiliki bahan kimia aktif. Bahan ini juga dapat didesain dengan

kepadata dan ketebalan yang berbeda tergantung dari jenis bangunan yang

akan digunakan.

Gambar 3.16 Panel Polyfoam

3.4.7 Intelligent Building System (IBS)

Intelligent Building System atau smart building adalah konsep

bangunan pintar menggunakan sistem otomatisasi/Buliding Automation

System (BAS). Sistem otomatisasi pada smart building mengacu pada

penggunaan teknologi untuk mengendalikan peralatan dalam bangunan

tersebut.

Gambar 3.17 Intelligent Building System

77

3.4.8 Penggunaan photovoltaic/solar cell

Sel Surya atau Solar Cell adalah suatu perangkat atau komponen yang

dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan

menggunakan prinsip efek Photovoltaic. Yang dimaksud dengan Efek

Photovoltaic adalah suatu fenomena dimana munculnya tegangan listrik

karena adanya hubungan atau kontak dua elektroda yang dihubungkan

dengan sistem padatan atau cairan saat mendapatkan energi cahaya. Oleh

karena itu, Sel Surya atau Solar Cell sering disebut juga dengan Sel

Photovoltaic (PV). Efek Photovoltaic ini ditemukan oleh Henri Becquerel

pada tahun 1839. rus listrik timbul karena adanya energi foton cahaya

matahari yang diterimanya berhasil membebaskan elektron-elektron dalam

sambungan semikonduktor tipe N dan tipe P untuk mengalir. Sama seperti

Dioda Foto (Photodiode), Sel Surya atau Solar Cell ini juga memiliki kaki

Positif dan kaki Negatif yang terhubung ke rangkaian atau perangkat yang

memerlukan sumber listrik. Pada dasarnya, Sel Surya merupakan Dioda

Foto (Photodiode) yang memiliki permukaan yang sangat besar. Permukaan

luas Sel Surya tersebut menjadikan perangkat Sel Surya ini lebih sensitif

terhadap cahaya yang masuk dan menghasilkan Tegangan dan Arus yang

lebih kuat dari Dioda Foto pada umumnya. Contohnya, sebuah Sel Surya

yang terbuat dari bahan semikonduktor silikon mampu menghasilkan

tegangan setinggi 0,5V dan Arus setinggi 0,1A saat terkena (expose) cahaya

matahari.

Prinsip kerja dari solar cell ini adalah, Sinar Matahari terdiri dari

partikel sangat kecil yang disebut dengan Foton. Ketika terkena sinar

Matahari, Foton yang merupakan partikel sinar Matahari tersebut

meghantam atom semikonduktor silikon Sel Surya sehingga menimbulkan

energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron dari struktur

atomnya. Elektron yang terpisah dan bermuatan Negatif (-) tersebut akan

bebas bergerak pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor.

Atom yang kehilangan Elektron tersebut akan terjadi kekosongan pada

78

strukturnya, kekosongan tersebut dinamakan dengan “hole” dengan muatan

Positif (+). Daerah Semikonduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif

dan bertindak sebagai Pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut

dengan Semikonduktor tipe N (N-type). Sedangkan daerah semikonduktor

dengan Hole bersifat Positif dan bertindak sebagai Penerima (Acceptor)

elektron yang dinamakan dengan Semikonduktor tipe P (P-type). Di

persimpangan daerah Positif dan Negatif (PN Junction), akan menimbulkan

energi yang mendorong elektron dan hole untuk bergerak ke arah yang

berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi daerah Negatif sedangkan

Hole akan bergerak menjauhi daerah Positif. Ketika diberikan sebuah beban

berupa lampu maupun perangkat listrik lainnya di Persimpangan Positif dan

Negatif (PN Junction) ini, maka akan menimbulkan Arus Listrik.

Gambar 3.18 photovoltaic/solar cell

3.5 Studi Kasus Arsitektur High-tech

79

3.5. 1 Cybertecture Egg ( Mumbai )

Gambar 3.19 Cybertecture Egg

Cybertecture Egg terletak di Mumbai, India. Yang dirancang James

Law Cybertecture International telah merancang sebuah bentuk baru

arsitektur, ditandai oleh bahan berwujud baru teknologi, multimedia,

kecerdasan dan interaktivitas. Vijay Associate merupakan konsultan yang

ditunjuk oleh James. Konsep bangunan ini terinspirasi dengan melihat dunia

seperti halnya melihat planet sebuah ekosistem dimana memungkunkan

untuk berkembangnya kehidupan. Konsepnya adalah bangunan ini seolah-

olah seperti planet bumi, dimana mempertimbangkan dunia sebagai

ekosistem berkelanjutan berasal dari cybertecture terpadu yang berkembang

untuk memberikan bangunan yang terbaik bagi penghuninya.

Gambar 3.20 Cybertecture Egg

Cybertecture Egg akan menjadi sebuah bangunan yang berkelanjutan

dan ramah lingkungan karena menggunakan panel photovoltaic dan turbin

80

angina surya diatas atap. Sistem pendingin atau penghawaan bangunan

didapatkan dari sebuah taman yang terdapat pada rooftop. Konsep struktur

bangunan ini adalah menciptakan sesuatu yang belum pernah dilakukan

dalam arsitektur konvensional, menciptakan sebuah struktur dalam bentuk

sebuah shell yang mampu mendukung plat lantai tanpa membutuhkan

kolom. Hal ini akan memumgkinkan ruang komersial tidak memiliki

penghalang untuk menggunakan ruang dan menjadi fleksibel.

Gambar 3.22 Teras Lobi

Gambar 3.23 Interior Lobi

81

Gambar 3.24 Toilet

Gambar 3.25 Perspektif

3.5. 2 Singapore Edge Green Complex

Gambar 3.26 Edge Green Complex

82

Firma arsitektur Foster dan Partners memenangkan kompetisi

internasional untuk merancang sebuah kompleks hijau yang akan mengisi

seluruh blok kota di pusat kota Singapura. Kompleks ini akan menjadi pionir

termuka dari rancangan desain hijau (green design). Bangunan ini akan

menggabungkan array dari solar sel pada fasad bangunan. Pada bagian

kanopi (juga ditutupi dengan thin-film solar sel) dan akan mulai di bangun

dari dasar bangunan, dan memunculkan ketinggian elevasi padi bagian

timur dan barat dari menara, di mana mereka membentuk serangkaian kisi-

kisi vertikal. Ini akan menyaring sinar matahari dan akan mengubah menara

menjadi serangkaian ruang hijau yang terhubung secara vertical dengan

ruang hijau. Fasad miring bangunan berorientasi untuk menangkap angin

yang ada dan aliran udara langsung ke bawah untuk mendinginkan ruang

permukaan tanah

.

Gambar 3.27 Singapore Edge Complex

Fungsi dari kanopi ini akan melindungi serangkaian jalan internal,

halaman yang cekung dan taman serta toko-toko dan kafe yang berada

disekitar area. Terdapat taman yang subur di bagian paling atas menara.

83

Gambar 3.28 Day View

Banyak unsur hijau lainnya yang dimasukkan ke dalam kompleks ini,

diantaranya: ada sistem penampungan air hujan, sistem pemanas geotermal,

balok dan langit-langit dingin, dan masih banyak lagi.

Gambar 3.29 Singapore Edge Complex

84

Gambar 3.30 Night View

3.5. 3 Kesimpulan Studi Kasus

Berdasarkan studi kasus diatas, penerapan arsitektur High Tech pada

bangunan adalah :

a. Cybertecture Egg,Mumbai, India

1. Menggunakan struktur baja

2. Menggunakan photovoltaic/solar cell

3. Menggunakan atap turbin untuk menghasilkan listrik

b. Singapore Edge Green Complex

1. Menggunakan photovoltaic/solar cell sebagai sumber utama energi

bangunan tersebut

2. Menggunakan material baja dan kaca

Dari studi Kasus diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep

high-tech pada suatu bangunan memiliki penampilan dan sistem yang

berbeda-beda, perbedaan ini dapat terjadi akibat faktor lingkungan

disekitarnya. Serta Pola pikir sang arsitek yang berbeda-beda dan

memikirkan dampak dari penerapan arsitektur high tech pada lingkungan

dapat diterapkan pada bangunan tersebut.

85

Bab IV

Analisa Perencanaan

4.1 Analisa Manusia

4.1.1 Analisa Kegiatan

Analisa kegiatan dalam Bekasi art center ini, yaitu :

a. Kegiatan Utama

Pengelompokkan kegiatan utama ini ialah kegiatan memamerkan atau

menampilkan hasil karya-karya dari para seniman lokal maupun

internasional.

b. Kegiatan Pendidikan

Kelompok kegiatan yang bertujuan untuk mempelajari tentang seni, seperti

workshop lukis dan yang lainnya.

c. Kegiatan Penunjang

Kelompok kegiatan ini merupakan hal-hal yang dapat menunjang kegiatan

di dalam bangunan ini.

d. Kegiatan Pengelola

Pengelompokkan kegiatan pengelola ini merupakan kegiatan yang

berhubungan dengan pengelola bangunan ini, agar bangunan ini berjalan

sesuai dengan fungsinya.

e. Kegiatan Leisure Park

Pengelompokkan kegiatan ini terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dapat

dilakukan di luar gedung.

f. Kegiatan Service

4.1.2 Analisa Pelaku Kegiatan

Pelaku Kegiatan di Bekasi art center ini diantaranya :

1. Kelompok kegiatan pengunjung Bekasi art center

86

Kelompok ini merupakan pengunjung yang paling mendominasi. Kelompok

ini biasanya memiliki motivasi dua arah yaitu umum dan detail. Mereka juga

memiliki motivasi untuk berekreasi dan memanfaatkan liburan dengan

aktivitas yang dapat merangsang kreativitas.

2. Kelompok kegiatan peneliti

Yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah para peneliti ilmiah, dan

untuk hal-hal yang langsung digunakan untuk kegiatan sehari-hari.

Kelompok ini terdiri dari perorangan, kecuali bila sedang diadakan seminar

yang menyangkut benda koleksi/pameran.

3. Kelompok kegiatan seniman

Pengelompokkan kegiatan seniman bertujuan untuk mengatur segala

kegiatan yang berlangsung sejak dari para seniman datang hingga selesai

pertunjukan. Seniman merupakan hal yang paling menentukan

kelangsungan kegiatan dari art center ini. Para seniman sangat

memperhatikan detail yang dipamerkan.

4. Kelompok kegiatan kurator

Kelompok ini bertanggung jawab akan segala macam kegiatan yang

berlangsung di Bekasi art center ini. Terdiri dari para orang-orang yang

memiliki pengetahuanlebih di bidang seni dan bertugas memberikan

informasi bagi pengunjung, menilai dan menganalisa suatu karya seni,

mengatur dan mengorganisir acara-acara yang diadakan di art center ini.

5. Kelompok kegiatan pengelola art center

Pengelompokkan kegiatan pengelola bertujuan untuk mengelola dan

mengkoordinasi segala manajemen yang berlangsung dalam kawasan

Bekasi art center.

6. Kelompok kegiatan penunjang

Pengelompokkan kegiatan penunjang bertujuan untuk memberikan

pelayanan pendukung yang dimanfaatkan dan digunakan oleh pengunjung.

Serta menjadi investasi tambahan bagi pengelola.

87

4.1.3 Analisa Pola Kegiatan

Berikut merupakan analisa pola kegiatan yang dilakukan di dalam Bekasi art

center berdasarkan analisa pelaku kegiatan, sbb :

a. Pengunjung

Pengunjung adalah masyarakat setempat maupun dari luar kota jababeka.

Skema 4.1 Analisa Kegiatan Pengunjung

b. Seniman

Skema 4.2 Analisa Kegiatan Seniman

88

c. Pengelola

Merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan atau

perawatan bangunan , yang menyangkut keamanan, kenyamanan, dan

termasuk dalam pelayanan dalam Bekasi art center. Pengelola terbagi

menjadi beberapa pengelola antara lain :

a. Pengelola Utama

Skema 4.3 Analisa Kegiatan Pengelola Utama

b. Pegawai

Skema 4.4 Analisa Kegiatan Pengelola

89

d. Administrasi

Skema 4.5 Analisa Kegiatan Administrasi

e. Objek Koleksi

Skema 4.6 Analisa Kegiatan Objek Koleksi

f. Dapur

Skema 4.7 Analisa Kegiatan Dapur

90

g. Kurator

Skema 4.8 Analisa Kegiatan Kurator

h. Penunjang

Skema 4.9 Analisa Kegiatan Penunjang

91

4.2 Analisa Tapak

4.2.1 Proses Penentuan Pemilihan Lokasi

Analisa bertujuan untuk mendapatkan lokasi dan site perencanaan di

wilayah kota Jababeka yang sesuai untuk perencanaan dan perancangan Bekasi

art center yang direncanakan serta mampu mendukung fungsi bangunan

tersebut.

Kriteria pemilihan lokasi, antara lain:

1. Jarak Pencapaian.

Pencapaian yang baik dapat membuat kemudahan bagi setiap orang untuk

menuju ke lokasi tapak art center, bahkan dengan kendaraan umum

pencapaian ke lokasi tapak dapat dicapai.

2. Luas Lahan yang tersedia.

Tersedianya luas lahan yang dibutuhkan untuk art center untuk mewadahi

segala fasilitasnya dan memiliki ruang terbuka hijau yang sesuai dengan

peraturan pemerintah.

3. Kondisi Tapak.

Kondisi tapak yang baik, akan memudahkan proses perencanaan dan

perancangan art center dengan memanfaatkan potensi di sekitar tapak.

4. Lingkungan Tapak.

Pemilihan lokasi tapak juga dilihat dari kelestarian lingkungan tapak.

Maka atas dasar kriteria di atas ditentukan tapak yang dipilih adalah

lahan terbuka yang terletak pada Jl. H. Usmar Ismail, yang merupakan

bagian dari daerah fasilitas umum .Site merupakan lahan dengan luasan 5.9

hektar.

92

Gambar 4.1 Lokasi Site

93

Site memiliki kontur yang relatif datar, dengan kondisi sekitarnya berupa

bangunan dengan ketinggian 2 hinga 4 lantai. Suasana di sekitar site relatif

ramai. Hal tersebut merupakan potensi dalam pembentukan sifat ruang publik

dari Bekasi art center yang direncanakan.

4.2.2 Analisa Ketentuan Tapak

Analisa tapak berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Bekasi sebagai

berikut :

GSB = 4 m

Gambar 4.2 GSB Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi

KDB = 60%

KLB = 0.6

Luas Lahan = 6 H

Topografi = Relatif Datar

Perhitungan.

Total Luas Bangunan = 11.712 m2

94

Total Luas Parkir = 1.326 m2

Luas Dasar Bangunan (LDB) = 60% x Luas Lahan

= 60% x 60.000 m2

= 36.000 m2

Luas Lantai Bangunan (LLB) = 1.5 x Luas Lahan

= 1.5 x 60.000 m2

= 90.000 m2

Jumlah Kantai = LLB / LDB

= 90.000 m2 ÷ 36.000 m2

= 2.5 ( dibulatkan menjadi 3 lantai )

4.2.3 Analisa Lingkungan Sekitar

Gambar 4.3 Analisa Lingkungan Sekitar

Berikut hasil analisa lingkungan di sekitar tapak, diantaranya :

95

Disebelah Utara : Terdapat bangunan kantor pelayanan pajak pratama

cikarang utara, Jababeka Convention Center, president

university.

Disebelah Timur : Terdapat Jl. H. Usmar Ismail yang merupakan jalan

utama dan akan dibangun Plaza Indonesia.

Disebelah Selatan : Horison Hotel, Pt. Jababeka, Tbk, Beverly Hills, Rodeo

Drive, Hollywood Junction, Jababeka Convention

Center,

Disebelah Barat : Terdapat sungai dan permukiman warga.

4.2.4 Analisa View Bangunan

Gambar 4.4 Analisa View Bangunan

Keterangan :

96

1. View sangat baik karena bangunan menghadap kearah jalan raya yang

merupakan jalan utama di sekitar bangunan

2. View baik karena menghadap ke Boulevard Arcade.

3. View kurang baik karena mengarah ke lahan kosong dan sungai.

4. View cukup baik karena view bangunan mengarah ke Jababeka Convention

Center dan area retail.

4.2.5 Analisa Matahari

Gambar 4.5 Analisa Matahari

Matahari bergerak dari timur ke arah barat, efek dari sinar matahari langsung

sangat mempengaruhi kenyamanan dan pencahayaan pada bangunan. Cahaya

sinar matahari sangat baik untuk penerangan bangunan namun sinar matahari

langsung bisa sangat mengganggu, oleh karna itu bangunan dikelola agar dapat

menentukan ruangan apa saja yang membutuhkan penerangan dari sinar matahari

tanpa menggangu kenyamanan pengguna bangunan.

4.2.6 Analisa Hujan

97

Keadaan iklim di Indonesia yaitu memiliki iklim tropis, dimana hanya

memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Saat cuaca ekstrim

yang tidak terprediksi seperti hujan lebat dapat mengakibatkan genangan –

genangan air.

Gambar 4.6 Analisa Hujan

Untuk mencegah agar tidak timbul genangan-genangan air yang

diakibatkan dari hujan, maka dapat dilakukan antara lain :

1. Meninggikan kontur tanah pada bangunan untuk mencegah air tergenang

disekitar lokasi tapak.

2. Membuat saluran pembuangan disekeliling lokasi tapak yang langsung

diarahkan ke riol kota.

3. Membuat sumur resapan sebagai tempat penampungan air.

98

Gambar 4.7 Sumur Resapan

4.2.7 Analisa Kebisingan

Gambar 4.8 Analisa Kebisingan

99

Keterangan :

1. Kebisingan tinggi berasal dari bagian tmur karena terdapat jalan utama yaitu

Jl. H. Usmar Ismail.

2. Kebisingan sedang terdapat pada bagian utara karena terdapat bangunan

Jababeka Convention Center.

3. Kebisingan kecil berasal dari bagian barat tapak karena terdapat sungai.

4. Kebisingan sedang dari arah selatan bagian tapak karena terdapat bagunan

penunjang lainnya seperti boulevard arcade.

Kesimpulan :

Peletakkan ruang-ruang harus sesuai dengan tingkat kebisingan sehingga

segala tingkat kebisingan yang terjadi tidak akan mengganggu zona lain, untuk

mengatasi kebisingan yang disebabkan dari luar bangunan maka pada tapak

dibuat pagar dan ditanami pepohonan tinggi, tetapi tidak melebihi dari tinggi

bangunan art center agar tampilan art center dapat terlihat jelas dan untuk

mengatasi kebisingan yang ditimbulkan dari dalam bangunan maka di dalam

tapak akan ditanami pohon yang dapat meredam suara dan debu.

Gambar 4.9 Alternatif Meminimalisir Kebisingan

100

4.2.8 Analisa Sirkulasi

Gambar 4.10 Sirkulasi

Sirkulasi pada jalur utama yakni Jl. H. Usmar Ismail merupakan jalur dua arah

yang dibatasi oleh median, jalan ini cukup ramai dan memiliki lebar jalan yang

cukup lebar. Berdasarkan pertimbangkan keadaan sirkulasi kendaraan pada

site maka diadakan beberapa analisa sirkulasi untuk dapat menemukan

sirkulasi yang terbaik terhadap bangunan Bekasi art center diantaranya :

Analisa 1

Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi 1

101

Keterangan :

= In

= Out

Keuntungan :

1. Posisi pintu masuk berada satu jalur dengan jalan utama.

Kerugian :

1. Jalur masuk dapat mengakibatkan kemacetan, karena kendaraan melaju

perlahan.

2. Jalur keluar dapat mengakibatkan kemacetan karena berada di posisi yang

sama dengan jalur masuk.

Analisa Sirulasi 2

Gambar 4.12 Analisa Sirkulasi 2

102

Keterangan :

= In

= Out

Keuntungan :

1. Posisi pintu masuk berada satu jalur dengan jalan utama.

2. Jalur keluar tidak mengganggu jalur jalan raya.

3. Jalur keluar berada di jalan yang berbeda, sehingga tidak menimbulkan

macet.

Kerugian :

1. Jalur masuk dapat mengakibatkan kemacetan, karena kendaraan

(pengunjung hotel) melaju perlahan.

2. Jalur keluar dapat mengakibatkan kemacetan terutama bagi kendaraan yang

akan berbelok kiri.

Berdasarkan analisa di atas maka analisa sirkulasi yang digunakan untuk

perencanaan bangunan Bekasi art center ini adalah analisa sirkulasi 2.

4.3 Analisa Ruang

4.3.1 Analisa Kebutuhan Ruang

Analisa kebutuhan ruang berdasarkan analisa kegiatan, yaitu :

103

Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang Utama

104

Tabel 4.2 Analisa Kebutuhan Ruang Pendidikan

105

Tabel 4.3 Analisa Kebutuhan Ruang Penunjang

106

Tabel 4.4 Analisa Kebutuhan Ruang Pengelola dan Service

4.3.2 Analisa Program Ruang

Berikut analisa program ruang dari Bekasi Art Center :

Skema 4.10 Analisa Program Ruang Makro

107

a. Pengunjung

Skema 4.11 Analisa Program Ruang Pengunjung

b. Peneliti

Skema 4.12 Analisa Program Ruang Peneliti

108

c. Seniman

Skema 4.13 Analisa Program Ruang Seniman

d. Kurator

Skema 4.14 Analisa Program Ruang Kurator

109

e. Pengelola

Skema 4.15 Analisa Program Ruang Pengelola

f. Utility

Skema 4.16 Analisa Program Ruang Utiliti

110

4.3.3 Analisa Pengelompokan Ruang

Analisa pengelompokkan ruang didasari atas pelayanannya, yang

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Kelompok umum (publik), yaitu yang berkaitan dengan masyarakat umum,

sehingga ruang-ruang yang direncanakan menuntut pencapaian yang

mudah, jelas sirkulasinya, tidak membingungkan dan memiliki kebebasan

untuk bergerak.

b. Kelompok Semi Publik, yaitu yang berkaitan secara tidak langsung dengan

masyarakat umum, namun terbatas pada pengunjung tertentu yang

membutuhkan pelayanan yang khusus.

c. Kelompok privat yaitu, yang tidak diperuntukkan untuk umum, hanya untuk

pengelola dan orang-orang yang memiliki tujuan yang khusus untuk datang

ke Bekasi art center.

d. Kelompok servis, yaitu yang berkaitan dengan sarana dan tempat yang

dibutuhkan untuk kebutuhan pribadi para pengguna bangunan art center

yang terdiri dari unit-unti ruang servis.

Dari analisa fungsi berdasarkan pelaku dan kegiatan yang terdapat pada

bangunan Bekasi art center . Maka pengelompokkan ruang-ruangnya adalah :

1. Publik

a) Lobby

b) Loket tiket

c) Cafetaria

d) Art shop

e) Tempat penitipan barang

f) Pusat informasi

g) Amphiteather

h) Perpustakaan/ruang baca

2. Semi publik

a) Ruang pertunjukan/auditorium

111

b) Studio workshop pengunjung/peserta workshop

c) Ruang pameran/gallery

d) Ruang serbaguna

e) Ruang diskusi

f) Ruang persiapan

3. Privat

a) Ruang ganti seniman dan pelatih

b) Ruang latihan

c) Ruang kerja pengelola

d) Ruang pelatih

e) Kantor/ruang kuratorial

f) Studio workshop khusus seniman

g) Loker

h) Ruang admin

i) Ruang program

j) Ruang informasi dan penelitian

k) Ruang keamanan dan perawatan

l) Ruang arsip

m) Ruang rapat

n) Ruang Kepala bagian

o) Ruang staff

p) Ruang tamu

4. Service

a) Toilet/lavatory

b) Pantry

c) Ruang pos jaga

d) Gudang alat kebersihan

e) Gudang alat seni

f) Musholla

g) Loading dock

h) Ruang ME

112

i) Ruang utilitas

j) Ruang atm

4.3.4 Analisa Hubungan Ruang

Analisa hubungan ruang berdasarkan pengelompokan ruang, yaitu :

Skema 4.17 Hubungan Ruang

113

4.3.5 Analisa Kebutuhan Besaran Ruang

4.3.5.1 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Luar

a) Parkir

Luasan parkir berdasarkan kendaraan, yaitu 35% mobil, 40% motor,

5% bus, 20% kendaraan umum.

1. Parkir Mobil

30% x jumlah pengunjung = 30% x 1100 (termasuk

pengelola)

= 330 mobil

1 mobil diasumsikan memuat 6 orang = 330 : 6

= 55 mobil

1 mobil luasnya 13.2 m2 (architecture handbook) termasuk sirkulasi.

Total = 13.2 m2 x 55 mobil

= 726 m2

2.Parkir Motor

40% x jumlah pengunjung = 40% x 1100 (termasuk

pengelola)

= 440 motor

1 motor diasumsikan memuat 2 orang = 440 : 2

= 220 motor

1 motor luasnya 2 m2 (architecture handbook) termasuk sirkulasi.

Total = 2 m2 x 220 motor

= 440 m2

3.Parkir Bus

5% x jumlah pengunjung = 5% x 1000 (tidak

termasuk pengelola)

= 50 bus

1 bus diasumsikan memuat 50 orang = 50 : 50

= 1 bus

1 bus luasnya 40 m2 (architecture handbook) termasuk sirkulasi.

Total = 40 m2 x 1 bus

= 40 m2

114

4.Taman Reduksi

Di asumsikan untuk taman reduksi sebesar 10% dari total luas lahan

parkir :

= 10% x 1.206 m2

= 120.6 m2

Jadi total luas lahan parkir = 726 m2 + 440 m2 + 40

m2 + 120.6 m2

= 1.326,6 m2

4.3.5.2 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Dalam

Analisa kebutuhan luas ruang dalam yang dibagi berdasarkan analisa

kegiatan.

Tabel 4.5 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Utama

Tabel 4.6 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Pengelola

115

Tabel 4.7 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Pendidikan

116

Tabel 4.8 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Penunjang

Tabel 4.9 Analisa Kebutuhan Luas Ruang Kegiatan Service

Keterangan :

N : Data Arsitek ( Neufert )

DG : Design Guide for Arts & Crafts Centre

TSS : Time Saves Standards for Builing Types

HD : Human Dimension

SP : Studi Presden

117

4.3.5.3 Analisa Kebutuhan Seluruh Ruang

Berdasarkan analisa di atas maka diperoleh kebutuhan besaran ruang

keseluruhan, yaitu :

Tabel 4.10 Analisa Kebutuhan Total Luas Ruang

4.4 Analisa Bentuk dan Bangunan

4.4.1 Analisa Bentuk Bangunan

Tabel 4.11 Analisa Pertimbangan Bentuk

Tabel 4.12 Analisa Penilaian Bentuk

118

Keterangan :

1 : Kurang

2 : Cukup

3 : Baik

Berdasarkan analisa yang dilakukan diatas, maka bentuk dasar yang dipilih

adalah bentuk dasar dari persegi dan lingkaran.

4.4.2 Analisa Gubahan Massa

Analisa gubahan massa bangunan dilakukan untuk mengetahui bentuk dasar

dari bangunan yang akan didesain, dengan memperhatikan masing-masing

fungsi pengaplikasian bentuk dasar bangunan tersebut terhadap

perancangan Bekasi Art Center dan dapat menyesuaikan penerapan tema

arsitektur high tech terhadap bangunan.

Konsep yang akan diterapkan pada Bekasi art center ini mengambil dari

bentuk shilouete dari tugu perjuangan rakyat Bekasi.

119

Gambar 4.13 Shilouete Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi

120

Untuk mempermudah dalam menyusun transformasi bentuk, pada gambar

shilouete tugu perjuangan rakyat Bekasi ini akan di bagi menjadi 2 bagian;

Gambar 4.14 Transformasi gubahan massa

121

4.5 Analisa Sirkulasi Pada Bangunan

1. Sirkulasi Horizontal

Tabel 4.13 Jenis Sirkulasi Vertikal

Kesimpulan :

Berdasarkan kriteria sirkulasi diatas maka sirkulasi radial terpilih

sebagain sirkulasi yang akan dipakai di dalam bangunan, karena sesuai

dengan fungsi bangunan yang dibutuhkan dimana jalan yang

berkembang dimulai atau berhenti pada sebuah titik pusat bersama, dan

sirkulasi linier digunakan sebagai sirkulasi pada area yang dibutuhkan

guna sebagai pembatas kegiatan proivat dan publik secara tidak

langsung.

122

2. Sirkulasi Vertikal

Tabel 4.14 Jenis Sirkulasi Horizontal

Kesimpulan :

Berdasarkan jenis-jenis sirkulasi vertikal diatas maka keempat sirkulasi

tersebut yaitu tangga, eskalator, lift, dan ramp akan digunakan pada

bangunan art center, karena memang sesuai dengan fungsi dan sesuai

kebutuhan yang ada di dalam bangunan tersebut.

4.6 Analisa Struktur Bangunan

Sistem struktur dan konstruksi yang digunakan;

123

1. Sub Structure

Merupakan struktur terbawah yang berhubungan langsung dengan tanah

yang berfungsi sebagai menahan dan mengalirkan bebam ke tanah.

Pemilihan pondasi didasarkan pada pertimbangan ketinggian lantai

bangunan dan kebutuhan atas bebas bangunan cukup besar dan

bentangan yang cukup lebar, maka dipilihlah pondasi tiang pancang.

Gambar 4.15 Pondasi Tiang Pancang

2. Mid Structure

Struktur tengah atau dinding menggunakan struktur rangka bantang

dengan perpaduan kolom dan balok dengan pola. Sistem pola tertentu

dapat memudahkan dan mengoptimalkan penyaluran beban secara

efektif.

3. Upper Structure

Untuk struktur atas, pemilihan sistem struktur didasarkan pada

pertimbangan bentang yang digunakan, bentuk atap dan citra yang ingin

124

di tampilkan. Sistem konstruksi menggunakan konstruksi baja

spaceframe dan beton.

4.7 Analisa Utilitas

4.7.1 Analisa Sistem Air

a. Air Bersih

Penggunaan air bersih pada bangunan menggunakan air dari

perusahaan air minum PAM. Dengan menggunakan sistem

pendistribusian air bersih menggunakan sistem down Feed, karena bila

listrik padam, air tetap dapat disalurkan dengan bantuan gravitasi bumi.

Sistem down Feed yaitu air ditampung di bak penampung, kemudian

dipompa ke reservoir atas dan dialirkan ke bangunan.

Skema 4.18 Sistem Air Bersih

b. Air Kotor

1. Sistem air kotor cair

Air kotor cair berasal dari toilet (shower, urinoir), pantry, tempat

wudhu. Air kotor ini akan di tamping di bak control menuju STP

dan kemudian disalurkan ke pembuangan saluran kota

Skema 4.19 Sistem Air Kotor Cair

125

2. Sistem air kotor padat

Air kotor padat atau biasa yang disebut dengan air limbah/air tinja

memerlukan tempat bak penampungan air limbah yang disebut

septic-tank, kemudian air kotor padat akan diolah kembali menjadi

pupuk dengan bantuan bakteri. Prosesnya adalah mula-mula air

kotor padat dari toilet mengalir melalui pipa menuju tanki

penampungan, setelah itu masuk ke penampungan berisi bakteri dan

akan menghasilkan pupuk yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman.

Skema 4.20 Sistem Air Kotor Padat

c. Air Hujan

Curahan hujan dari atap disalurkan pada drainase tapak disekitar

bangunan yang mampu membantu penyerapan air kedalam tanah.

Sedangkan sisa penggunaan air hujan disalurkan ke system

pembuangan drainase yang terdapat pada sekeliling tapak. Air hujan

dapat dimafaatka untuk kebutuhan toilet, kebakaran dan untuk

penyiraman tanaman.

126

Skema 4.21 Sistem Air Hujan

4.7.2 Analisa Jaringan Listrik

Pada bangunan ini menggunakan tiga sumber listrik, yaitu :

a. PLN

Sebagai sumber listrik utama pada bangunan ini, listrik akan disalurkan

menuju gardu utama dan trafo, kemudian akan didistribusikan ke panel

Kontrol yang terdapat pada bangunan ini.

b. Genset

Sebagai sumber listrik cadangan yang dapat bekerja otomatis apabila

listrik PLN padam.

127

c. Photovoltaic/solar sell

Sebagai sumber energy alternatif yang akan digunakan pada system

bangunan.

Skema 4.22 Jaringan Listrik

4.7.3 Analisa Sistem Penghawaan

a. Penghawaan alami

Penghawaan alami merupakan sistem penghawaan yang memanfaatkna

udara alami. Dengan cara memasukan udara alam ke bangunan melaui

ventilasi atau cela - cela yang terdapat pada bangun.

b. Penghawaan buatan

Penghawaan buatan digunakan untuk ruangan yang membutuhkan

pengkondisian udara buatan, yaitu dengan menggunakan AC sentral

atau sistem split package.

128

4.7.4 Analisa Pengelolaan Sampah

Berdasarkan hasil pengamatan pada fasilitas umum, yang tingkat

keramaiannya tinggi sampah menjadi masalah yang cukup serius, oleh

karena itu harus tersedianya tempat penampungan sampah. Sampah dibagi

menjadi dua :

a. Sampah organik

Sampah yang dapat membusuk dan menimbulkan aroma yang tidak

sedap, biasanya berasal dari sampah makanan ataupun minuman

b. Sampah anorganik

Sampah yang sulit membusuk dan bersifat kering, seperti plastik dan

bahan-bahan buatan lainnya.

Proses pembuangan sampah yang pertama, sampah pada tiap-tiap tempat

sampah dalam ruangan dikumpulkan sambil dipisahkan sampah basah dan

kering pada bak penampungan sementara pada container sampah yang

berasal dari tiap bak sampah, selanjutnya diangkut oleh kendaraan dinas

kebersihan daerah sekitar.

Skema 4.23 Analisa Pengelolaan Sampah

129

4.7.5 Analisa Sistem Penangkal Petir

Sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan ini adalah sistem

franklin, karena biaya lebih murah, mudah dalam pemasangannya, dan

efisien dalam penggunaanya serta radius penggunaannya dapat disesuaikan

kebutuhan bangunan.

4.7.6 Analisa Sistem Pencahayaan

Terdapat 2 sistem pencahayaan, yaitu :

a. Pencahayaan Alami

Penerangan alami pada bangunan ini memanfaatkan sinar matahari

yang akan memberikan pencahayaan alami dari pagi hingga sore hari,

pencahayaan alami didapatkan melalui bukaan yaitu berupa jendela

yang lebar atau pintu kaca. Namun pemanfaatan sinar matahari harus

memperhatikan berbagai persayaratan seperti :

1. Cahaya matahari yang masuk ke bangunan tidak mengganggu

kenyamanan para pengunjung yang sedang beraktifitas.

2. Sistem pencahayaan merata ke bagian-bagian ruangan yang

memanfaatkan sinar matahari.

b. Pencahayaan Buatan

Penerangan buatan pada bangunan ini digunakan pada ruang-ruang

yang tidak mendapatkan pencahayaan alami. Keuntungan dalam

menggunakan penerangan buatan pada bangunan yaitu :

1. Sistem jenis lampu dapat disesuaikan dengan kebutuhan ruang yang

ada.

2. Intensitas cahaya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ruangan.

130

3. Penempatan posisi lampu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan

pengguna ruangan.

4.7.7 Analisa Akustik

Pengaturan akustik dilakukan guna untuk meminimalisir gangguan bunyi

baik dari dalam ruangan maupun dari luar ruangan. Ganggunan bunyi dari

luar yaitu gangguan dari lingkungan dan kebisingan suara kendaraan,

sedangkan gangguan bunyi dari dalam berupa bunyi peralatan atau mesin,

langkah kaki, suara pintu ll. Pengaturan ini dapat dilakukan melalui bebrapa

cara, yaitu :

a. Pemakaian unsur vegetasi sebagai peredam kebisingan lingkungan.

b. Pantulan bunyi yang terjadi didalam ruang teater dengan model “black

box” diatasi dengan cara penggunaan material dinding akustik mineral

wool lapis gypsum dan di perkuat dengan material akustik yang bersifat

“diffuser” pada dinding, agar gelombang suara tak sepenuhnya diserap

oleh material dinding akustik.

4.7.8 Analisa Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi pada sebuah bangunan dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :

a) Komunikasi internal, komunikasi yang terjadi antara suatu tempat

dengan tempat lainya masih dalam satu bangunan dengan peralatan

yang digunakan adalah Intecom, HT, Speaker/sound system dan car calt

, Local Area Network (LAN)

b) Komunikasi Eksternal, komunikasi dari dan keluar bangunan, berupa :

Telepon ,Faximile dan Private automatic Brand Exchange System

(PABX).

4.7.9 Analisa Sistem Keamanan

a. Keamanan terhadap manusia

131

Keamanan terhadap manusia pada bangunan akan menggunakan

beberapa sistem, yaitu :

1. Penggunaan BAS (Building Automatic system)

Pengendalian operasional bangunan dengan cara menggunakan

teknologi komputer pada area Bekasi art center. Meliputi sistem

pengudaraan, sistem pencahayaan dan sistem jaringan komputer.

Gambar 4.16 Building Automatic system

2. Keamanan IBS (Intelligent Building System)

Bangunan ini akan menggunakan Intelligent Building System

diseluruh bangunan, mulai dari pintu masuk hingga auditorium yang

menerapkan high technology yaitu sistem sensor, sensor yang

digunakan meliputi :

a. Pintu akses

Merupakan sistem keamanan yang terdapat pada pintu untuk

ruangan – ruangan yang memiliki alasan keamanan tersendiri.

132

Biasanya diletakan di dinding samping pintu masuk ruangan,

dengan menggunakan kartu, sensor mata, sensor wajah dll.

Gambar 4.17 Card Lock

b. Metal detector

Merupakan sistem keamanan pada pintu masuk menuju

bangunan, sistem ini untuk mendeteksi barang – barang bawaan

setiap pengunjung.

Gambar 4.18 Metal Detector

133

c. Kamera CCTV

Bangunan ini juga menggunakan keamanan kamera CCTV

(closed circuit television) pada setiap sudut ruangan untuk

memantau atau mengawasi seluruh kegiatan yang berada di area

bangunan.

Gambar 4.19 Kamera CCTV

b. Keamanan terhadap kebakaran

1. Sistem Proteksi Pasif

Sistem proteksi pasif adalah material pendukung yang bersifat

menghambat proses kebakaran, dikatakan pasif yaitu karena alat ini

selalu hidup dan tidak perlu diaktifkan untuk melakukan perannya

sebagai alat proteksi. Material ini disertakan sebagai bagian dari

tatanan bangunan, contohnya sebagai tambahan dinding, lantai dan

pintu yang tahan api. Misalnya, dinding tahan api dibangun

menggunakan panel kemudian diperkuat dengan semen dan

lembaran baja yang terikat disetiap sisi. Tidak seperti jenis aktif,

134

sistem proteksi kebakaran pasif tidak pernah berusaha untuk

memadamkan kobaran api.

2. Sistem Proteksi Aktif

a. Fire hydrant

Fire Hydrant System adalah suatu sistem pemadam api yang

dioperasikan secara manual oleh operator (manusia) dengan

menggunakan media pemadamnya air dan disepanjang instalasi

pempipaan mengandung air bertekanan sampai pada titik

Hydrant Valve, Hose reel, Hydrant Pillar atau perangkat lainnya.

Alat ini akan diletakkan di setiap lantai.

Gambar 4.20 Fire hydrant

b. Fire sprinkler

Sprinkler adalah alat yang berguna untuk memadamkan api

secara otomatis dan alat ini merupakan bagian

dari fire sprinkler system yang akan mengeluarkan debit air

ketika terdeteksi ada api, atau ketika telah melampaui suhu yang

telah ditentukan.

Cara kerja fire sprinkler :

• Saat terjadi kebakaran, api memanaskan cairan yang ada

dalam tabung kaca (close-head glass bulb).

135

• Apabila panas sudah mencapai suhu tertentu (+/- 68 Celcius)

maka tabung kaca akan pecah

• Setelah tabung kaca pecah, maka air akan keluar dari mulut

pipa.

Gambar 4.21 Fire sprinkler

c. Fire extinguisher

Fire Extinguisher yang umumnya di Indonesia disebut sebagai

Alat Pemadam Kebakaran. Fire Extinguisher atau dibaca “fire

ex·tin·guish·er” merupakan pemadam api portabel yang dapat

mengeluarkan air, busa, gas, dan media lainnya yang mampu

untuk memadamkan api penyebab dari kebakaran. Setiap negara

memiliki spesifikasi atau ketentuan tertentu untuk setiap alat

pemadam api yang digunakan. Dapat dikatakan standar setiap

negara berbeda-beda. Hal tersebut disesuaikan pula dengan

kondisi lingkungan di sebuah negara. Namun umumnya Fire

Extinguisher atau Extinguisher berbentuk seperti tabung yang

memiliki beragam berat. Semakin berat alat pemadam api maka

area jangkauan atau cakupan untuk memadamkan api semakin

luas.

136

Gambar 4.22 Fire Extinguisher

d. Smoke detector

Alat pendeteksi kebakaran yang bekerja bila ada asap dan suhu

didalam ruangan berkisar antara 40º-50º celcius dengan jarak

pelayanan 92 m².

Gambar 4.23 Smoke Detector

e. Fire alarm

Fire Alarm adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk

membaca sebuat input dan output dari sensor yang di desain

untuk membantu atau mendukung sistem pemadam

137

kebakaran fire alarmyang biasanya diaplikasikan pada sistem

semi addressable atau full addressable. Control Module Fire

Alarm Untuk penentuan lokasi sebuah kontrol modul harus

disesuaikan dengan sistem pemadam itu sendiri. Sehingga

dibutuhkan kesesuaian antara modul dan sistem pemadam yang

dipilih. Jenis modul yang beredar dipasaran juga sangat banyak.

Gambar 4.24 Fire Alarm

138

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1 Konsep Bentuk Massa Bangunan

Konsep yang akan diterapkan pada Bekasi art center ini mengambil dari

bentuk shilouete dari tugu perjuangan rakyat Bekasi.

Gambar 5.1 Shilouete Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi

Untuk mempermudah dalam menyusun transformasi bentuk, pada gambar

shilouete tugu perjuangan rakyat Bekasi ini akan di bagi menjadi 2 bagian;

139

Gambar 5.2 Transformasi Bentuk

5.2 Konsep Teknologi

a. Penggunaan material kaca

1. Double Glass

Double atau Dobel Glassing merupakan dua buah kaca yang

digabungkan dengan terciptanya ruang antara panel yang memiliki

140

ketebalan beberapa millimeter. Ruang antara panel tersebut bersifat

kedap suara dan memiliki kelembaban yang rendah, sehingga

pemasangan kaca double glassing pada sebuah ruangan menyebabkan

ruangan tersebut kedap suara dan suhu ruangan dapat terjaga dengan

baik/stabil.

Gambar 5.3 Double Glass

2. Self Cleaning Glass

Sistem self cleaning glass merupakan teknologi terbaru, dengan

menggunakan teknologi nano yang merupakan salah satu terobosan baru

teknologi, sehingga jenis kaca ini dapat membersihkan air secara

otomatis. Teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau

satu per miliar meter merupakan lompatan teknologi untuk mengubah

dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya. Dengan

demikian penggunaan nano teknologi adalah penggunaan teknologi

terbaru dimana sesuai dengan karakteristik arsitektur high tech yang

menurut Collin Davies yaitu penggunaan bahan-bahan berteknologi

tinggi.

Gambar 5.4 Self Cleaning Glass

141

b. Penggunaan Struktur Baja

Baja merupakan logam campuran yang terdiri dari besi (Fe) dan karbon

(C), sehingga baja berbeda dengan besi, alumunium, seng, tembaga dan

titanium yang merupakan logam murni. Fungsi karbon pada baja adalah

untuk meningkatkan kualitas baja itu sendiri, yaitu daya tarik dan tingkat

kekerasannya. Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr),

nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain

sesuai dengan aplikasi dilapangan seperti anti korosi, tahan panas, dan tahan

temperature tinggi.

Gambar 5.5Struktur Baja

c. Penggunaan Intelligent Building System

Intelligent Building System atau smart building adalah konsep

bangunan pintar menggunakan sistem otomatisasi/Buliding Automation

System (BAS). Sistem otomatisasi pada smart building mengacu pada

penggunaan teknologi untuk mengendalikan peralatan dalam bangunan

tersebut.

142

Gambar 5.6 Intelligent Building System

d. Penggunaan Photovoltaic/Sollar Cell

Prinsip kerja dari solar cell ini adalah, Sinar Matahari terdiri dari

partikel sangat kecil yang disebut dengan Foton. Ketika terkena sinar

Matahari, Foton yang merupakan partikel sinar Matahari tersebut

meghantam atom semikonduktor silikon Sel Surya sehingga menimbulkan

energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron dari struktur

atomnya. Elektron yang terpisah dan bermuatan Negatif (-) tersebut akan

bebas bergerak pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor.

Atom yang kehilangan Elektron tersebut akan terjadi kekosongan pada

strukturnya, kekosongan tersebut dinamakan dengan “hole” dengan muatan

Positif (+). Daerah Semikonduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif

dan bertindak sebagai Pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut

dengan Semikonduktor tipe N (N-type). Sedangkan daerah semikonduktor

dengan Hole bersifat Positif dan bertindak sebagai Penerima (Acceptor)

elektron yang dinamakan dengan Semikonduktor tipe P (P-type). Di

persimpangan daerah Positif dan Negatif (PN Junction), akan menimbulkan

energi yang mendorong elektron dan hole untuk bergerak ke arah yang

berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi daerah Negatif sedangkan

Hole akan bergerak menjauhi daerah Positif. Ketika diberikan sebuah beban

berupa lampu maupun perangkat listrik lainnya di Persimpangan Positif dan

Negatif (PN Junction) ini, maka akan menimbulkan Arus Listrik.

143

Gambar 5.7 photovoltaic/solar cell

e. Penggunaan Ethylene Tetrafluoroethylene (EFTE)

Thylene Tetrafluoroethylene adalah singkatan dari ETFE. ETFE sendiri

merupakan suatu material yang berbasis polymer fluorokarbon (suatu

fluoropolymer) atau semacam plastik. Nama dagangnya adalah "Tefzel"

yang dirancang untuk memiliki hambatan korosi yang tinggi dan

mempunyai kekuatan untuk suatu daerah dengan suhu yang tinggi. Sebagai

tambahan, material ini tidak memancarkan racun ketika digunakan. Daya

dan Beban ETFE merupakan evolusi balon-balon / imajinasi yang berisi

angin dari konsep-konsep untuk lingkungan yang ideal.

Keuntungan material ETFE :

▪ Cukup kuat untuk membawa 400 berat/beban kali sendiri

▪ Dapat diregangkan kepada tiga panjangnya kali nya tanpa kehilangan

Elastisitas

▪ mempunyai suatu permukaan yang tak dapat lengket

▪ Dapat bertahan sepanjang 50 tahun

144

Gambar 5.8 EFTE

5.3 Hasil Perancangan

Siteplan

Gambar 5.9 Siteplan

145

Tampak Depan

Gambar 5.10 Tampak Depan

Tampak Samping

Gambar 5.11 Tampak Samping

147

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, The Architect’s Handbook, Singapore.

Davies, Colin. 1998. High Tech Architecture, New York: Rizolli.

De Chiara, J; J.Crosbie, M, 2001. Time-Saver Standards For Building Types –

Fourth Edition. Singapore: Mc Graw Hill

D.K. Ching, Francis, 1996, ARCHITECTURE: FORM, SPACE, AND ORDER,

New York: John Wiley and Sons, Inc.

D.K.Ching, Francis. 1999. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Cetakan

ke-7. Jakarta: Erlangga.

Franchis, D.K.F, 1996, Form, Space, and Order, United States of America.

Francis D.K. Ching dan Cassandra Adams, Ilustrasi Konstruksi Bangunan.

Erlangga, Jakarta

Hadi Sasrawan, Seni Rupa, http://hedisasrawan.blogspot.co.i

d/2014/01/senirupa-artikellengkap.html, 08 Januari 2017

Hyunjun Mihn, MMCA Museum, http://www.archdaily.com/77573 8/museum-

of-modern-andcontemporary-art-mp-artarchitects-plus-siaplanconsortium,

diakses 24 Februari 2017

Ines Wardini, Seni Abstrak Ekspresionisme, http://ineswardani.blogspot.co.id/

2012/05/seni-abstrakekspresionisme.html, 19 Februari 2017

Irfan Uwan, Seni Lukis Ekspresionisme, http://irpan 130 Iskandar, Nugraha,

Pusat Seni senibudaya.blogspot.co.id/2013/1 0/seni-lukisekspresionisme_5.

html, 20 Fe-bruari 2017

Jakartyula Sebestyen, New Architecture and Technology, Architectural Press,

Oxford

148

Lawson, Fred. (1981), Conference, Convention And Exhibition Facilities.

Architecture press

Mediastika, Christina Eviutami, 2005, Akustika Bangunan, Jakarta, Erlangga.

Neufert, Ernst, 1994, Data A rsitekjilid 1, Jakarta, Erlangga.

Neufert, Ernst, 1999, Data A rsitekjilid 2, Jakarta, Erlangga.

Neufert, Ernst, 1999, Data A rsitekjilid 3, Jakarta, Erlangga.

Panero, Julius, 1979, Human Dimension and Interior Space, New York, The

Architectural Press Ltd.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No: 29/PRT/M/2006 Tentang Bangunan

Gedung.

Rush, Richard D. (Ed), The Building Systems Integration Handbook, New York,

The AmericanInstitute of Architects, John Wiley &Sons, 1986.

Subiantoro, Aiko, D. 2015. Rumah Seni Rupa Kontemporer Surabaya. Paper

and Presentations, Architecture, ITS library: Surabaya

Surosa, 1971, Art Gallery of Modern Art, Tugas Akhir, UGM

SANAA, New Art Museum, http://www.archdaily.com/70822/ new-art-museum-

sanaa, 24 Februari 2017

Zaha Hadid Architects, Glasgow Riverside Museum,

http://www.archdaily.com/14127, diakses 24 Februari 2017