Post on 23-Apr-2023
1
PENGARUH POINT OF PURCHASE (POP) TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI TOKO LUWES
NUSUKAN SURAKARTA TAHUN 2013
Ichwan Adhi Pamungkas
Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Email: marvelic_wan@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)
Pengaruh point of purchase secara bersama-sama terhadap
keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (2)
Pengaruh in store media terhadap keputusan pembelian
konsumen di Luwes Nusukan. (3) Pengaruh signage terhadap
keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (4)
Pengaruh display terhadap keputusan pembelian konsumen
di Luwes Nusukan.
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis untuk
mencapai tujuan tersebut adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa
kuesioner. Populasi penelitian ini adalah konsumen
Luwes Nusukan. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quota sampling dan incidental sampling.
Berdasarkan penghitungan menggunakan rumus Supramono
2
dan Haryanto, diperoleh sampel sebanyak 96,04 dan
dibulatkan menjadi 100 responden. Teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier
berganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
(1) Adanya pengaruh point of purchase terhadap keputusan
pembelian konsumen. Hal ini dibuktikan dari hasil uji F
diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Sehubungan
dengan nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05;
maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel point of purchase yang terdiri
dari: in store media, signage dan display berpengaruh secara
simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Luwes
Nusukan. (2) Hasil perhitungan data untuk variabel in
store media memiliki tingkat signifikansi 0,019; variabel
signage memiliki tingkat signifikansi 0,036 dan variabel
display memiliki tingkat signifikansi 0,008 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel in store media, signage, dan
display memilki pengaruh secara parsial terhadap
keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (3)
Berdasarkan hasil perhitungan data nilai Adjusted R Square
sebesar 0,432 sehingga dapat diartikan bahwa 43,2%
keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan
dipengaruhi oleh point of purchase (POP) yang terdiri dari in
store media, signage, dan display, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain.
3
Kata kunci: point of purchase (POP), keputusan pembelian.
Abstract: This study aimed to determine The (1) Effect
of point of purchase together on consumer purchasing
decisions in Luwes Nusukan. (2) Effect of in store
media on consumer purchasing decisions in Luwes
Nusukan. (3) The effect of signage on consumer
purchasing decisions in Luwes Nusukan. (4) The effect
of display on consumer purchasing decisions in Luwes
Nusukan.
This type of research is used by the author to achieve
that goal is descriptive quantitative method of data
collection techniques such as questionnaires. The
population was Luwes Nusukan consumers. The sampling
technique used in this study is quota sampling and
incidental sampling. Based on the calculation using the
formula Supramono and Haryanto, obtained a sample of
96,04 and rounded to 100 respondents. The data analysis
technique used is multiple linear regression analysis
techniques.
Based on the results of this study concluded that (1)
The influence point of purchase on consumer purchasing
decisions. It is evident from the results obtained by
the F test probability value of 0,000. In connection
with a probability value of 0,000 is smaller than 0,05;
then Ho is rejected and Ha accepted, so it can be
concluded that the variable point of purchase
4
consisting of: in store media, signage and display
simultaneous influence on consumer purchasing decisions
in Luwes Nusukan. (2) The calculation of the variable
in the data store for the media has a significance
level of 0,019; variable has a significance level of
0,036 signage and display variable has a significance
level of 0,008; it can be concluded that the variables
in store media, signage, and displays have the effect
of partially on consumer purchasing decisions The Luwes
Nusukan. (3) Based on calculations of data Adjusted R
Square of 0,432 so that it can be interpreted that
43,2% of consumer purchasing decisions in Luwes Nusukan
influenced by the point of purchase ( POP ) which
consists of in store media, signage, and display, while
the remaining affected by other factors.
Keywords: Point of purchase (POP), purchasing
decisions.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini bisnis ritel di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang
sangat pesat itu dapat mengalahkan pasar tradisional
yang telah ada sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
konsumen lebih banyak membelanjakan uangnya pada bisnis
ritel modern dibandingkan pasar tradisional. Menurut
5
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)
memproyeksikan, nilai penjualan (omset) ritel modern
tumbuh 20% menjadi Rp 135 triliun pada tahun 2012,
sedangkan pada tahun 2013 ini penjualan (omset)
diperkirakan mencapai Rp. 150 triliun. Konsumen memilih
suasana berbelanja yang nyaman dan menyenangkan,
misalnya dengan penyediaan pilihan produk yang lebih
banyak, area parkir yang luas, kualitas produk yang
baik, terdapat lantunan musik, rapi, bersih, ber-AC,
tidak ada tawar menawar, dan lain sebagainya. Berbeda
halnya dengan pasar tradisional yang identik dengan
lingkungan yang kumuh, area parkir yang tidak nyaman,
serta konsumen yang harus melakukan tawar menawar
dengan pedagang (Wordpress.com yang diakses tanggal 18
Desember 2013). Perilaku konsumen yang seperti inilah
menjadi salah satu penyebab semakin berkembangnya usaha
ritel modern di Indonesia.
Kota Surakarta sendiri dalam 10 tahun terakhir
sudah banyak berkembang bisnis ritel modern. Misalnya
Solo Paragon Mall, Solo Square, Solo Grand Mall, Superindo Mart, Luwes
Group, Makro Supermarket, Assalam Hypermart, Carefour, Singosaren
Plaza, dan masih banyak lagi yang lainya. Berdasarkan
contoh tersebut diketahui bahwa semakin berkembangnya
bisnis ritel, sehingga dikhawatirkan akan mematikan
pasar tradisional yang lebih dulu ada sebelumnya di
Surakarta. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah
6
pusat mengeluarkan aturan tentang dibatasinya bisnis
ritel modern hanya diijinkan di kota-kota tertentu saja
misalnya di Ibu Kota Provinsi, Kabupaten, Kota Madya,
dan Kecamatan sehingga harus dibatasi pembangunan
bisnis ritel yang baru. Selain itu, Walikota Surakarta
Ir. H. Joko Widodo dalam sambutan tertulis yang
dibacakan oleh Wakil Walikota Surakarta FX Hadi
Rudyatmo menyatakan bahwa setelah semua pembangunan
ritel modern maka tidak akan diberikan izin untuk usaha
ritel yang baru (Kompas, 2005 yang diakses 22 Januari
2013). Berdasarkan pernyataan Walikota tersebut maka
pemerintah Surakarta mengeluarkan pembatasan bisnis
ritel yang baru.
Tabel 1 Nama dan Jumlah Usaha Ritel di Surakarta
No Nama Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Solo Paragon Mall
Solo Square
Solo Grand Mall
Superindo Mart
Luwes Group
Makro Supermarket
Assalam Hypermart
1
1
1
1
6
1
1
7
8
9
Carefour
Singosaren Plaza
1
1
(Sumber, data sekunder diolah, 2013)
Data dalam tabel 1 menunjukkan bahwa di Surakarta
banyak berkembang bisnis ritel modern. Dalam Era Pasar
Bebas Asia Pasific atau APEC tahun 2010 dan pasar bebas
dunia tahun 2030, menciptakan iklim bisnis yang semakin
kompetitif di Surakarta. Oleh karena itu, untuk menarik
konsumen yang sebanyak-banyaknya perusahaan ritel harus
bersaing menawarkan keunggulan-keunggulan tempat bisnis
mereka. Salah satunya adalah Luwes Group di Surakarta.
Pada saat ini jumlah Luwes yang ada di Surakarta
mencapai 6 cabang, yaitu : Ratu Luwes Pasar Legi, Sami
Luwes Jl. Slamet Riyadi, Luwes Gading, Luwes Mojosongo,
Luwes Lojiwetan, Luwes Nusukan.
Tabel 2 Jumlah Member Toserba Luwes Surakarta AkumulasiSampai Bulan Mei 2013
No Toserba Luwes Jumlah Member
1
2
3
4
Luwes Gading
Ratu Luwes
Sami Luwes
Luwes Loji Wetan
32.020 orang
30.176 orang
27.485 orang
24.923 orang
8
5 Luwes Nusukan 20.802 orang
(Sumber data sekunder diolah, 2013)
Data dalam tabel 2 menunjukkan adanya kesenjangan
jumlah member yang cukup signifikan diantara kelima
Luwes tersebut. Dari kelima Luwes yang ada, Luwes
Gading memiliki jumlah pengunjung yang paling banyak,
hal ini terlihat dari jumlah member yang dimilikinya,
sedangkan Luwes Nusukan memperoleh jumlah member paling
sedikit. Luwes Mojosongo tidak memiliki data tentang
jumlah member.
Pengetahuan tentang bagaimana perilaku konsumen
dalam memutuskan untuk berbelanja sangat penting
diketahui oleh pihak pemasar agar dapat memenangkan
kompetisi. Salah satu upaya untuk merumuskan strategi
pemasaran yang dapat menarik perhatian calon konsumen
serta meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian
adalah dengan cara memperhatikan salah satu strategi
pemasaran yakni dengan mengoptimalkan point of purchase
(POP) yang terdiri dari in store media, signage dan display.
Menurut Costrow dan Smith (1985) dalam Nyken
Widiyastuti dan Retno Tanding Suryandari (2004:139)
menyatakan bahwa “Point of purchase (POP) sebagai tanda-
tanda dalam kegiatan promosi dan display-display interior,
yang seringkali diletakkan pada saat penjualan
9
dilakukan atau diletakkan disepanjang display-display
diantara barang dagangan”.
Point of purchase yang terdiri dari 3 komponen dasar,
yaitu: in store media (media yang digunakan untuk
menciptakan suasana di dalam toko), signage (perangkat
advertising yang memberikan informasi tentang produk
tertentu), dan display (penataan barang dengan manajemen
rak). Oleh karena itu, sangatlah penting bagi peritel
untuk memahami point of purchase (POP) dalam mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian.
Tabel 3 Wawancara Pengunjung Luwes Nusukan Surakarta Tentang Penerapan Point of Purchase (POP)
Variabel (X) Indikator Baik
Kurangbaik
Jumlah
In Store Media(X1)
Penerapan musik Arsitektur toko Pencahayaan
ruangan
121411
181619
303030
Signage (X2) Pemasangan labelharga
Pemasangan papanpromosi
1314
1716
3030
Display (X3) Penerapan interiordisplay
Penerapan eksteriordisplay
1313
1717
3030
(Sumber data primer diolah, 2013)
Dalam tabel 3 menunjukkan hasil wawancara dengan
konsumen Luwes Nusukan. In store media terdiri dari tiga
10
indikator yaitu penerapan musik, arsitektur toko dan
pencahayaan ruangan. Signage terdiri dari dua indikator
yaitu pemasangan label harga dan pemasangan papan
promosi. Display terdiri dari dua indikator yaitu interior
display dan eksterior display. Berdasarkan hasil wawancara
yang peneliti lakukan pada tanggal 10 dan 11 Agustus
2013 maka peneliti dapat menyimpulkan penerapan point of
purchase (POP) di Luwes Nusukan Surakarta kurang baik. In
store media dengan indikator penerapan musik 18 konsumen
mengatakan bahwa penyajian musik di Luwes Nusukan
kurang bervariasi, sehingga konsumen tidak mau berlama-
lama di dalam toko Luwes Nusukan. Seharusnya untuk
penyajian musik di dalam toko Luwes Nusukan harus lebih
bervariasi sehingga konsumen betah berada di dalam
toko. Musik merupakan bagian dari tata suara yang akan
menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi konsumen,
sehingga mereka bisa lebih lama berbelanja dan membeli
barang. Signage dengan indikator pemasangan label harga
17 konsumen mengatakan bahwa pemasangan label harga di
Luwes Nusukan kurang jelas, sehingga konsumen kesulitan
untuk mencari barang yang mereka inginkan. Seharusnya
signage (informasi mengenai produk) harus terpasang
dengan jelas agar konsumen tidak kesulitan dalam
mencari produk yang diinginkan. Ternyata konsumen lebih
mempertimbangkan informasi yang mereka peroleh dalam
toko dibandingkan di luar toko. Dengan informasi
11
tersebut, konsumen akan lebih mudah mendapat informasi
dan mencocokkan dengan barang yang dibutuhkan. Display
dengan indikator interior display dan eksterior display 17
konsumen mengatakan bahwa pendisplaian di Luwes Nusukan
kurang rapi, sehingga konsumen tidak mengetahui mana
barang yang baru dan mana barang yang lama. Seharusnya
untuk pendisplaian yang benar yaitu merek barang
menghadap ke depan, artikel tidak tebalik, pengisian
barang dari belakang dengan metode first in frist out (FIFO)
jika perlu turunkan barang di rak terlebih dahulu, rata
depan display mulai dari bibir rak, selalu cek expired
date, dan jaga selalu kerapian display barang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
tertarik untuk mengambil judul penelitian: "Pengaruh
Point of Purchase (POP) Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Di Toko Luwes Nusukan Surakarta Tahun 2013".
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah variabel in store media,
signage, dan display secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013.
2. Untuk mengetahui apakah variabel in store media
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
12
pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta
tahun 2013.
3. Untuk mengetahui apakah variabel signage
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta
tahun 2013.
4. Untuk mengetahui apakah variabel display berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013.
Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup penelitian yang dibahas dalam
penelitian ini adalah Pengaruh Point of Purchase (POP)
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Luwes
Nusukan Surakarta Tahun 2013.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Tinjauan Tentang Keputusan Pembelian
Philip Kotler (2002), keputusan pembelian adalah
tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak
terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau
jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan
kualitas, harga dan produk yang sudah dikenal oleh
masyarakat. Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli,
biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih
13
dahulu yaitu, (1) pengenalan masalah, (2) pencarian
informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan
membeli atau tidak, (5) perilaku pasca pembelian.
Setiadi (2003:16) menyatakan bahwa “Pengambilan
keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan
memilih satu diantaranya”. Oleh karena itu, pengambilan
keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses
pemilihan salah satu dari beberapa alternatif
penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata.
Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan
dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil
selanjutnya.
Model Perilaku Konsumen
Model adalah sebuah penyederhanaan gambaran dari
kenyataan. Bentuk model dapat bermacam-macam seperti
uraian secara verbal, atau dengan menggunakan simbol
yang sistematis. Philip Kotler dan Kevin Keller
(2007:225-226) menyebutkan bahwa, “Perilaku konsumen
berupa rangsangan dan tanggapan”. Rangsangan dan
tanggapan ini dilakukan unutk mengetahui reaksi
konsumen terhadap berbagai bentuk rangsangan yang
dilakukan perusahaan. Rangsangan-rangsangan tersebut
14
antara lain rangsangan pemasaran dan rangsangan
lingkungan. Seperti gambar di bawah ini :
Gambar 1 Model Perilaku Konsumen
Stimulus
Pemasara
n
Stimulus
LainnyaKotak Hitam Pembeli
Keputusan
Pembeli
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Ekonomi
Teknolog
i
Politik
Budaya
Karakteri
stik
Pembeli
Proses
Pengambil
an
Keputusan
Pembeli
Pemilihan
Produk
Pemilihan
Merek
Pemilihan
Dealer
Waktu
Pembelian
Jumlah
Pembelian
Sumber: Kotler dan Keller (2007)
Gambar 1 model perilaku konsumen dalam melakukan
keputusan pembelian dibagi menjadi tiga yaitu: (1)
Stimulus pemasaran dan stimulus lain, (2) Kotak hitam
pembeli dan (3) Respons pembeli.
1) Stimulus Pemasaran dan Stimulus Lain
a) Stimulus Pemasaran merupakan rangsangan yang
terdiri atas komponen-komponen bauran pemasaran
yaitu: produk, harga, distribusi dan promosi.
15
b) Stimulus Lainnya merupakan rangsangan yang terdiri
atas ekonomi, teknologi, politik dan budaya.
2) Kotak Hitam Pembelian
Gambar 1 menunjukkan bahwa pemasaran dan rangsangan
lainnya memasuki kotak hitam konsumen dan
menghasilkan tanggapan tertentu. Orang pemasaran
harus menebak apa yang ada dalam kotak hitam
pembeli. Rangsangan pemasaran terdiri dari empat P:
product, price, place, dan promotion (produk, harga,
distribusi dan promosi). Rangsangan lainnya mencakup
kekuatan dan peristiwa besar dalam lingkungan
pembeli: ekonomi, teknoligi, politik dan budaya.
Seluruh rangsangan ini memasuki kotak hitam pembeli,
lalu di sana diubah menjadi satu susunan tanggapan
pembeli yang dapat diselidiki: pilihan produk,
pilihan merek, pilihan dealer, waktu membeli dan
jumlah pembelian. Para pemasar ingin memahami
bagaimana rangsangan tersebut berubah menjadi
tanggapan-tanggapan di dalam kotak hitam konsumen,
yang memiliki dua bagian: pertama, karakteristik
pembeli yang mempengaruhi bagaimana dia bersikap dan
bereaksi terhadap rangsangan; kedua, proses
keputusan pembeli itu sendiri yang mempengaruhi
perilaku pembelian.
3) Respon Pembeli
16
Tahap ketiga dalam memahami perilaku konsumen adalah
tahap di mana keputusan pembelian dibuat. Respons
pembeli adalah proses di mana terjadinya suatu
keputusan untuk membeli suatu produk dengan pilihan
produk yang diinginkan, pilihan merek, pilihan
tempat untuk membeli, waktu untuk membeli dan jumlah
barang yang akan dibeli.
Proses Keputusan Pembelian
Gambar 2 Proses Keputusan Pembelian
Sumber: Kotler dan Keller (2007)
Gambar 2 menunjukan bagaimana proses pengambilan
keputusan pembelian suatu produk yang mencakup sejumlah
tahapan yang biasanya dilalui konsumen ketika akan
melakukan pembelian. Konsumen melewati lima tahap dalam
proses pengambilan keputusan, tahapan tersebut
meliputi: pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi
pasca pembelian.
Tinjauan Tentang Promosi
Philip Kotler (2006:28) menyatakan bahwa “Promosi
merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan antar
Pengenalan
masalah
Perilaku pasca
pembelian
Keputusan
pembalian
Evaluasi
alternatif
Pencarian
informasi
17
perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari
produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar
membelinya”. Menurut Basu Swastha (1999:237) menyatakan
bahwa “Promosi merupakan arus informasi atau persuasi
satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau
organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran
dalam pemasaran”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli,
pada dasarnya memiliki maksud yang sama, yaitu
memperkenalkan produknya baik berupa barang maupun jasa
kepada masyarakat, sehingga terwujud kesadaran untuk
membeli produk yang ditawarkan. Bagi perusahaan yang
menghasilkan produk atau jasa maka interaksi yang
terjadi antara perusahaan dengan konsumen hanya
terwujud melalui proses komunikasi. Oleh karena itu,
manager pemasaran harus memperhatikan kegiatan promosi
tersebut dan selalu mengkomunikasikannya kepada
pembeli.
Tinjauan Tentang Promosi Penjualan
Philip Kotler (2004:509) menyatakan bahwa “Sales
promotion adalah insentif jangka-pendek untuk mendorong
pembelian atau penjualan dari suatu produk atau jasa”.
18
Nickles dalam Basu Swastha (1999:279) menyatakan bahwa
“Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran selain
personal selling, periklanan, dan publisitas, yang
mendorong efektifitas pembelian konsumen dan pedagang
dengan menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran,
demonstrasi, dan sebagainya”. Oleh karena itu, promosi
penjualan merupakan salah satu program promosi untuk
menarik konsumen dan melakukan pembelian.
Hendri Ma’aruf (2005), sales promotion adalah program
promosi peritel dalam rangka mendorong terjadinya
penjualan atau untuk meningkatkan penjualan atau dalam
rangka mempertahankan minat pelanggan untuk tetap
berbelanja padanya. Jenis-jenis promosi penujualan
meliputi: point of purchase, kontes, kupon, frequent shopper
program (program pelanggan setia), hadiah langsung,
samples, demonstrasi, refeal gifts (hadiah untuk rujukan),
souvenir dan special events (acara-acara khusus).
Tinjauan Tentang Point of Purchase (POP)
Nyken Widyastuti dan Retno Tanding Suryandari
(2004), point of purchase (POP) dapat juga disebut sebagai
suatu produk/ pelayanan yang tercangkup dalam kegiatan
promosi termasuk display, signage dan in-store media yang
digunakan oleh pemasar untuk menarik konsumen dalam
melakukan pembelian. Aspek penting dari point of purchase
(POP) adalah satu-satunya alat komunikasi yang
19
digunakan oleh pemasar di mana konsumen, alat pembelian
produk, dan keputusan pembelian terjadi secara bersama
pada tempat pembelian. Oleh kerena itu, point of purchase
(POP) juga memberikan dukungan bagi perdagangan itu
sendiri, khususnya pengecer dalam upaya menjual atau
mendorong produk keluar/ terjual dengan segera. Dengan
demikian, point of purchase (POP) mewakili kesempatan
menjangkau konsumen, memberi informasi persuasif kepada
konsumen untuk melakukan pembelian.
In store media
Nyken Widyastuti dan Retno Tanding Suryandari
(2004:141), menyatakan bahwa “in store media merupakan
perangkat point of purchase (POP) yang paling baru”. Di
mana perangkat atau variabel point of purchase (POP)
tersebut yang memanfaatkan video atau radio di dalam
toko. Salah satu komponen utama yang digunakan dalam in
store media ini adalah musik yang memainkan peran penting
dalam pembuatan keputusan pembelian konsumen. Oleh
karena itu, musik memiliki peranan penting dalam
mempengaruhi konsumen melakukan pembelian.
Berdasarkan Terence A. Shimp (2003:487) menyatakan
bahwa “Musik, jingle, musik latar, nada-nada popular,
dan arasemen klasik digunakan untuk menarik perhatian,
menyalurkan pesan-pesan penjualan, menentukan emosional
untuk iklan dan mempengaruhi suasana hati para
20
pendengar”. Menurut Ujang Sumarwan (2002:280)
menyatakan bahwa “Musik merupakan bagian dari tata
suara yang akan menimbulkan suasana yang menyenangkan
bagi konsumen, sehingga mereka bisa lebih lama
berbelanja dan membeli barang”. Dengan demikian, musik
memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
melakukan pembelian.
Musik dapat diperdengarkan dengan tempo cepat atau
lambat. Namun keduanya memiliki pengaruh yang berbeda
dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Menurut penelitian Blackwell dan Miniard (1995) dalam
Ujang Sumarwan (2002:280) menyatakan bahwa ”Musik dalam
tempo lambat yang diperdengarkan di supermarket
menyebabkan waktu berbelanja lebih lama dan jumlah uang
yang dikeluarkan lebih banyak dibandingkan jika
diperdengarkan musik dengan tempo yang lebih cepat“.
Jadi, musik dapat diperdengarkan dengan tempo cepat
maupun lambat. Namun, musik dengan tempo yang lambat
lebih banyak mempengaruhi konsumen dalam melakukan
pembelian.
Signage
21
Signage merupakan perangkat point of purchase (POP) yang
berupa tanda-tanda tentang suatu produk yang berada di
dalam toko seperti: informasi harga, keunggulan suatu
produk tertentu dan lain-lain. Dengan informasi
tersebut, konsumen akan lebih mudah mendapat informasi
dan mencocokkan dengan barang yang dibutuhkan. Signage
terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
a) Poster adalah gambar-gambar untuk menarik
perhatian konsumen di dalam toko dan menunjang
penataan barang lebih memikat.
b) Label harga, adalah informasi tentang harga suatu
produk, yang membuat konsumen dapat
mempertimbangkan dengan mudah untuk membeli.
c) Papan promosi, digunakan untuk mengumumkan
sesuatu. Biasanya diletakkan di depan toko.
d) Papan petunjuk letak produk, digunakan untuk
memudahkan konsumen dalam mendapatkan produk yang
diinginkan. Selain itu, papan petunjuk juga
digunakan sebagai salah satu bentuk komunikasi
yaitu promosional sign, locational sign, dan institutional sign.
Display
Sopiah dan Syihabudhin (2008:238) menyatakan bahwa
“Display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang
yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat
dan membeli”. Display merupakan pemajangan atau tata
22
letak barang dagangan untuk menarik minat beli konsumen
agar terciptanya pembelian. Berdasarkan Bob Faster
(2008:72) menyatakan bahwa “Display adalah keinginan
membeli sesuatu, yang tidak didorong oleh seseorang
tapi didorong oleh daya tarik, ataupun oleh
penglihatan, ataupun oleh perasaan lainnya”. Dengan
demikian hanya dengan melihat barang dagangan disertai
dengan penataan barang yang bagus maka konsumen akan
tertarik serta memudahkan konsumen dalam memilih barang
yang diinginkan.
Bentuk-bentuk display menurut Devi Puspitasari
(2006:613), yaitu:
a) Window display adalah pemajangan barang dagangan di
etalase atau jendela kegiatan usaha. Tujuan window
display adalah untuk menarik minat konsumen sekaligus
menjaga keamanan barang dagangan. Window display hanya
memperlihatkan barang dagangan yang ditawarkan saja,
tanpa dapat disentuh oleh konsumen, sehingga
pengamanan menjadi lebih mudah. Bila konsumen ingin
mengetahui lebih lanjut, maka ia dipersilahkan untuk
lebih masuk dan memperjelas pengamatannya.
b) Interior display adalah pemajangan barang dagangan di
dalam toko. Interior display banyak dipergunakan untuk
23
barang-barang yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat.
c) Eksterior display adalah pemajangan barang dagangan di
tempat tertentu di luar kegiatan usaha yang biasa
digunakan. Pemajangan sistem ini banyak digunakan
untuk promosi barang, pengenalan produk baru,
penjualan istimewa seperti cuci gudang, discount dan
sejenisnya.
Kerangka Berfikir Teoritis
Gambar 3 Kerangka Berfikir
Keterangan := Hubungan parsial= Hubungan
simultan
Perumusan Hipotesis
Point of Purchase (X)
In Store Media (X1)
Signage (X2)
Display (X3)
Keputusan Pembelian (Y)
H1
H2
H3
H4
24
H1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
in-store media, signage dan display secara simultan
terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes
Nusukan Surakarta.
H2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
in-store media terhadap keputusan pembelian konsumen
di Toko Luwes Nusukan Surakarta.
H3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
signane terhadap keputusan pembelian konsumen di
Toko Luwes Nusukan Surakarta.
H4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
display terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko
Luwes Nusukan Surakarta.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian diskriptif kuantitatif.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini merupakan populasi
infinit atau populasi yang tidak diketahui jumlah
populasinya secara pasti. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh konsumen Luwes Nusukan Surakarta tahun
2013.
Sampel
25
Dalam penelitian ini penentuan besarnya sampel
menggunakan rumus Supramono dan Haryanto (2003:62)
sebagai berikut:
Keterangan:
n = jumlah sampel
Zα = nilai standar normal yang besarnya tergantung α,
bila α = 0,01 → Z = 1,96
p = estimasi proporsi populasi
q = 1 – p
d = penyimpangan yang ditolelir sebesar 10%
Untuk memperoleh n (jumlah sampel) yang besar dan
nilai p belum diketahui, maka dapat digunakan p = 0,5
dengan α = 0,01.
Dengan demikian, jumlah sampel (n) yang mewakili
populasi dalam penelitian ini adalah:
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dibulatkan menjadi 100 konsumen Luwes Nusukan
Surakarta.
Teknik Pengambilan Sampel
26
Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik penarikan Nonprobability Sampling Design yaitu dengan
menggunakan Sampling Kuota dan Sampling Incidental. Menurut
Sugiyono (2010:124), sampling kuota adalah teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-
ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan/
insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data. Oleh karena itu
sampel yang diambil adalah konsumen Toko Luwes Nusukan
Surakarta tahun 2013. Dalam mengumpulkan data, peneliti
menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri
populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek
tersebut selama masih dalam populasi. Biasanya yang
dihubungi adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga
pengumpulan datanya mudah. Hal yang penting untuk
diperhatikan di sini adalah terpenuhinya jumlah
(quotum) yang telah ditetapkan.
Analisis Data
Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi
27
Analisis regresi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi berganda
dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Keterangan:
Y = Keputusan Pembelian Konsumen
X1= In store media
X2= Signage
X3= Display
Pengukuran.
a = Bilangan konstanta
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan
ataupun penurunan).
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui variabel
bebas secara bersama-sama mempunyai berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat.
Adapun langkah-langkah dari uji F adalah
sebagai berikut :
1) Hipotesis
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0
Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama variabel independen (point of purchase)
terhadap variabel dependen (keputusan pembelian
konsumen).
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0
28
Berarti ada pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama variabel independen (point of purchase)
terhadap variabel dependen (keputusan pembelian
konsumen).
2) Tingkat signifikasi ( ) = 5 %
3) Rumus uji F
F =
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah observasi
k = Jumlah variabel
4) Kriteria pengujian
Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung F tabel
atau probabilitas nilai F atau signifikan
0,05.
Ho ditolak dan Ha diterima apabila F hitung Ft
abel atau probabilitas nilai F atau
signifikansi 0,05.
Uji F dalam penelitian ini menggunakan
software SPSS 17, yaitu dengan melihat tabel ANOVA
dalam kolom sig, jika probabilitas < 0,05; maka
dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama variabel bebas (point of purchase)
terhadap variabel terikat (keputusan pembelian
29
konsumen) dan model regresi bisa dipakai untuk
memprediksi variabel terikat.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial
masing-masing variabel. Adapun langkah-langkah dari
uji t adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0
Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara
parsial variabel independen (point of purchase)
terhadap variabel dependen (keputusan pembelian
konsumen).
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0
Berarti ada pengaruh yang signifikan secara
parsial variabel independen (point of purchase)
terhadap variabel dependen (keputusan pembelian
konsumen).
2) Tingkat signifikasi ( ) = 5%
3) Rumus uji t
Keterangan:
= Koefisien regresi
30
= Standar error koefisien regresi
4) Kriteria pengujian
Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung t
tabel atau probabilitas nilai t atau signifikan
0,05.
Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung t
tabel atau probabilitas nilai t atau
signifikansi 0,05.
Uji t dalam penelitian ini menggunakan
software SPSS 17, yaitu dengan melihat tabel
coefficients pada kolom sig. Jika probabilitas nilai t
atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara
variabel bebas (point of purchase) terhadap variabel
terikat (keputusan pembelian konsumen).
d. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat dilihat
pada output Model Summary. Pada kolom Adjusted R2
dapat diketahui berapa prosentase yang dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat. Dan sisanya dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Regresi Ganda
Tabel 4 Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.032 2.729 1.477 .143
In store media(X1)
.289 .122 .258 2.380 .019
Signage (X2) .247 .116 .238 2.131 .036
Display (X3) .487 .179 .276 2.730 .008
a. Dependent Variable: keputusan pembelian (Sumber: data primer yang diolah 2013)
Berdasarkan tabel coefficients di atas, maka
persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Y = 4,032 + 0,289 X1 + 0,247 X2 + 0,487 X3
Keterangan :
Y : Keputusan Pembelian KonsumenX1 : In Store MediaX2 : Signage
32
X3 : Display
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
a. Konstanta/ intersep sebesar 4,032 secara matematis
menyatakan bahwa jika nilai variabel bebas X1, X2,
dan X3 sama dengan nol maka nilai Y adalah 4,032.
Dalam penelitian ini nilai variabel bebas X1, X2,
dan X3 tidak mungkin sama dengan nol dan nilai Y
tidak mungkin negatif. Nilai 4,032 dalam
penelitian ini artinya Luwes Nusukan tanpa
menerapkan point of purchase sudah memiliki keputusan
pembelian sebesar 4,032 dari faktor lain.
b. Koefisien regresi variable in store media (X1)
sebesar 0,289 artinya in store media mempunyai
pengaruh yang positif terhadap variabel keputusan
pembelian konsumen. Sedangkan koefisien 0,289
berarti bahwa peningkatan satu unit variabel in
store media dengan asumsi variabel bebas lain
konstan akan menyebabkan kenaikan keputusan
pembelian konsumen sebesar 0,289 unit.
c. Koefisien regresi variabel signage (X2) sebesar
0,247 artinya signage mempunyai pengaruh yang
positif terhadap variabel keputusan pembelian
konsumen. Sedangkan koefisien 0,247 berarti bahwa
peningkatan satu unit variabel signage dengan
asumsi variabel bebas lain konstan akan
33
menyebabkan kenaikan keputusan pembelian konsumen
sebesar 0,247 unit.
d. Koefisien regresi variabel display (X3) sebesar
0,487 artinya display mempunyai pengaruh yang
positif terhadap variabel keputusan pembelian
konsumen. Sedangkan koefisien 0,487 berarti bahwa
peningkatan satu unit variabel display dengan
asumsi variabel bebas lain konstan akan
menyebabkan kenaikan keputusan pembelian konsumen
sebesar 0,487 unit.
Uji F
Tabel 5 Anova
ANOVAb
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 Regression 639.976 3 213.325 26.054.000a
Residual 786.024 96 8.188
Total 1426.000 99a. Predictors: (Constant), display, in store media, signageb. Dependent Variable: keputusan pembelian (Sumber: Data primer yang diolah, 2013)
Berdasarkan tabel ANOVA di atas bisa dilihat bahwa
nilai probabilitas dalam kolom Sig. adalah 0,000; di
mana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Maka bisa
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara
34
simultan (bersama-sama) antara variabel point of purchase
(POP) yang terdiri dari tiga sub variabel yaitu in store
media (X1), signage (X2), display (X3) terhadap keputusan
pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta (Y).
Uji t
Tabel 6 Coefficients
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.032 2.729 1.477 .143
In store media(X1)
.289 .122 .258 2.380 .019
Signage (X2) .247 .116 .238 2.131 .036
Display (X3) .487 .179 .276 2.730 .008
a. Dependent Variable: keputusan pembelian (Sumber: Data primer yang diolah, 2013)
1) Nilai probabilitas in store media (X1) adalah 0,019.
Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 dan
nilai t hitung lebih besar dari t tabel
(2,380>1,985). Tabel distribusi t dicari pada α =
0,05 dengan df 96 (n-k-1 atau 100-3-1), maka Ho
ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan
secara parsial antara variabel in store media (X1)
terhadap variabel keputusan pembelian konsumen (Y).
35
2) Nilai probabilitas signage (X2) adalah 0,036. Nilai
probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung lebih besar dari t tabel (2,131>1,985). Tabel
distribusi t dicari pada α = 0,05 dengan df 96 (n-k-
1 atau 100-3-1), maka Ho ditolak, sehingga terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial antara
variabel signage (X2 ) terhadap variabel keputusan
pembelian konsumen (Y).
3) Nilai probabilitas display (X3) adalah 0,008. Nilai
probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung lebih besar dari t tabel (2,730>1,985). Tabel
distribusi t dicari pada α = 0,05 dengan df 96 (n-k-
1 atau 100-3-1), maka Ho ditolak, sehingga terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial antara
variabel display (X3) terhadap variabel keputusan
pembelian konsumen (Y).
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Tabel 7 Model summary
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
1 .670a .449 .432 2.861 1.772
a. Predictors: (Constant), display, in store media, signageb. Dependent Variable: keputusan pembelian(Sumber: Data primer yang diolah, 2013)
36
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat nilai Adjusted R
Square sebesar 0,432 atau 43,2 %. Hal ini berarti besar
pengaruh variabel bebas yaitu in store media, signage dan
display terhadap variabel terikat yaitu keputusan
pembelian konsumen sebesar 43,2 %, sedangkan selebihnya
dipengaruhi oleh faktor lain.
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh secara signifikan antara penerapan
Point of Purchase (POP) secara simultan (bersama-sama)
terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes
Nusukan Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel in store media, signage, dan display yang
diterapkan dengan baik akan mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta.
2. Variabel in store media (X1), signage (X2), dan display
(X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan
Surakarta diterima atau terbukti kebenarannya. Untuk
variabel in store media (X1) diwakili oleh 4 indikator
diantaranya: musik, arsitektur, penampilan penjual,
dan pencahayaan; variabel signage (X2) diwakili oleh
4 indikator diantaranya: poster, label harga, papan
37
promosi, dan papan petunjuk letak produk; variabel
display (X3) diwakili oleh 3 indikator diantaranya:
window display, interior display, dan eksterior display.
3. Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga variabel bebas
yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
keputusan pembelian konsumen (Y) adalah variabel
display (X3) dan sedangkan variabel yang mempunyai
pengaruh paling lemah yaitu variabel signage (X2).
Implikasi
Implikasi yang dapat dikemukakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa variabel
in store media yang diukur dengan indikator musik,
arsitektur, penampilan penjual, dan pencahayaan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.
Hasil penelitian tersebut memberikan dampak pada
keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan
Surakarta. Oleh karena itu, Luwes Nusukan Surakarta
harus senantiasa mempertahankan in store media yang
berhubungan dengan suasana di dalam toko seperti
pemutaran musik, desain dan interior toko,
penampilan dan keramahan penjual, serta pencahayaan
di dalam toko karena akan berdampak positif terhadap
keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan
Surakarta.
38
2. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa variabel
signage yang diukur dengan indikator poster, label
harga, papan promosi, dan papan petunjuk letak
produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen. Hal ini berarti ketikan konsumen berada di
dalam toko Luwes Nusukan sangatlah memperhatikan
signage (informasi mengenai suatu produk) yang ada
pada toko Luwes Nusukan Surakarta. Hasil penelitian
tersebut memberikan dampak pada keputusan pembelian
konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta. Oleh
karena itu, toko Luwes Nusukan Surakarta harus
senantiasa mempertahankan signage dengan
memperhatikan pemasangan poster/ gambar di dalam
toko, pemberian label harga pada setiap produk yang
dipajang, pemasangan papan promosi apabila terdapat
promosi yang dilakukan Luwes Nusukan, dan pemasangan
papan letak petunjuk produk yang memudahkan konsumen
dalam membeli dan mencari produk, yang pada akhirnya
akan berdampak positif terhadap keputusan pembelian
konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta.
3. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa variabel
display yang diukur dengan indikator window display,
interior display, dan eksterior display secara keseluruhan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.
Hasil penelitian tersebut memberikan dampak pada
keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan
39
Surakarta. Oleh karena itu, Luwes Nusukan Surakarta
harus senantiasa mempertahankan penerapan display
dengan memperhatikan memajang barang dagangan
dibagian depan toko yang biasa disebut dengan
etalase (window display), memajang barang dagangan di
dalam toko misalnya di lantai, di meja, dan di rak-
rak kegiatan usaha (interior display), dan memajang
barang dagangan di tempat tertentu diluar kegiatan
usaha biasanya pada saat hari raya, natal dan tahun
baru (eksterior display) yang pada akhirnya akan
berdampak positif terhadap keputusan pembelian
konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta.
Saran
1. Manajemen Luwes Nusukan Surakarta diharapkan
menerapkan in store media dengan penyajian musik yang
kreatif. Misalnya dengan pemberian lagu-lagu vaforit
saat ini, banyak pilihan musik pop, jezz, dangdut
dan lain sebagainya. Penyajian musik tersebut akan
mempengaruhi suasana hati konsumen sehingga
diharapkan konsumen dapat berlama-lama di dalam
toko, melihat-lihat dan melakukan pembelian. Untuk
indikator penampilan penjual dengan item pernyataan
karyawan Luwes Nusukan ramah memiliki nilai paling
rendah. Seharusnya manajemen Luwes Nusukan
menegaskan kepada setiap karyawan untuk bersikap
40
lebih ramah kepada para konsumen, karena keramahan
penjual akan membuat hati konsumen menjadi nyaman
dan nantinya akan berbelanja lagi di Luwes Nusukan.
2. Manajemen Luwes Nusukan Surakarta diharapkan
memperhatikan dan memberikan berbagai informasi
signage mengenai produk, seperti informasi harga
barang, letak barang, informasi promosi barang,
serta poster-poster yang dapat menambah daya tarik
barang dan kualitas barang. Berbagai informasi
tersebut akan mempermudah konsumen dalam mencari
barang yang dibutuhkan sehingga dapat mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen. Untuk indikator papan
petunjuk letak produk dengan item pernyataan
konsumen mudah mencari produk karena adanya papan
petunjuk letak produk memiliki nilai paling rendah
karena papan petunjuk letak produk di Luwes Nusukan
kurang jelas. Seharusnya untuk papan petunjuk letak
produk dicetak dan dipasang dengan benar sesuai
dengan produk yang dipajang agar konsumen mudah
mencari barang yang diinginkan.
3. Variabel display merupakan faktor yang mempunyai
pengaruh paling besar dalam keputusan pembelian
konsumen di Luwes Nusukan dibanding dengan variable
lainnya. Untuk itu manajemen Luwes Nusukan
seharusnya senantiasa menjaga dan meningkatkan
pendisplayan yang baik, menarik, kreatif dan mudah
41
dijangkau oleh konsumen untuk mempengaruhi keputusan
pembelian. Misalnya dengan penataan produk (display)
dengan menggunakan rak, etalase, lemari, dan lain
sebagainya. Selain itu, dalam pendisplaian hendaknya
dengan memberikan variasi pilihan produk sehingga
konsumen dapat memilih dan menentukan produk mana
yang akan dibeli.
DAFTAR REFERENSI
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia. (2013). OmsetPenjualan Ritel Modern. Diperoleh 22 Januari 2013 darihttp://mindcommonline.com/omzet-penjualan-ritel-modern-2013-bisa-mencapai-rp-150-triliun/
Basu Swastha. (1999). Asas-Asas Pemasaran. Edisi Ketiga.Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Devi Puspitasari. (2006). Menata Produk. Jakarta: CVArya Duta.
Faster, Bob. (2008). Manajemen Ritel. Bandung: Alfabeta.
Hendri Ma’ruf. (2005). Pemasaran Ritel. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Kompas. 2005. Ritel Modern Di Solo Dibatasi, yangdiakses pada tanggal 22 Januari 2013.
Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran. EdisiMillennium. Jilid 1. Jakarta: PT. Prenhalindo.
. (2004). Manajemen Pemasaran.Edisi milenium. Jakarta: PT Prenhallindo.
42
. (2006). Prinsip-prinsip pemasaran.Alih bahasa: bob sabran edisi keduabelas. Jilid 2.Jakarta: PT Erlangga.
Kotler, Philip dan Kevin Keller. (2007). ManajemenPemasaran 1. Edisi keduabelas. Indonesia: PT.Indeks.
Maynardo’s Blog. (2013). Perbedaan Pasar Tradisional dan PasarModern. Diperoleh 18 Desember 2013 darihttp://a67532.wordpress.com/2010/05/13/ perbedaan- antara-pasar-modern-dan-pasar-tradisional/
Nyken Widyastuti dan Retno Tanding Suryandari. (2004).Pengaruh Point Of Purchase (POP) Dalam PerilakuPembelian Konsumen Ritel. Journal of Fokus ManajerialVol. 2 pp. 138-149
Setiadi. (2003). Prakiraan Bisnis: Pendekatan Analisis KuantitatifUntuk Antisipasi Bisnis. Jakarta: Kencana.
Shimp, Terence A. (2003). Periklanan Promosi. Jilid 1.Jakarta: Erlangga.
Sopiah dan Syihabudin. (2008). Manajemen Bisnis Ritel.Yogyakarta: Andi Offsets.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Supramono dan Haryanto. (2003). Desain Proposal PenelitianStudi Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.
Ujang Sumarwan. (2002). Perilaku Konsumen “Teori danPenerapannya dalam Pemasaran”. Bogor: GhaliaIndonesia.