Post on 21-Jan-2023
i
PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM
PEMBINAAN MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP
KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK
DI PAROKI SANTO MIKAEL
PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Fx. Adswi Fransibena
NIM: 141124018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk seluruh TNI Katolik di Paroki St. Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto, untuk Universitas Sanata Dharma, untuk kedua
orang tua dan adikku Yosafat Christorin serta, tak lupa sahabat-sahabatku Retno
Wulandari, Korbinianus Fritz Cahya Nugraha, Andreas Sigit Kurniawan,
Andrianus Heriskurniawan, Sirniko dan seluruh teman-teman angkatan 2014
serta Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang sudah sangat membantu memberikan dukungan, semangat serta
pertolongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini
Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
(Yes 41: 10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM
PEMBINAAN MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN
HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL
PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan
kecintaan penulis terhadap instansi TNI. Idealnya TNI Katolik sebagai rasul awam
dapat mengabdi dan memberikan pelayanan bagi Gereja dan bangsa. Tidaklah
mudah untuk mencapai keadaan ideal tersebut. Oleh karena itu penulis memiliki
keprihatinan kepada TNI Katolik terhadap keterlibatannya dalam kehidupan
menggereja sebagai rasul awam dikarenakan kesibukan dan waktu mereka yang
sangat terbatas. Namun dalam kenyataannya TNI Katolik di Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto setiap minggunya selalu mengikuti Pembinaan
Mental Rohani Katolik. Harapannya para TNI Katolik yang ikut serta dalam
Pembinaan Mental Rohani Katolik semakin memaknai panggilannya, hingga
terlibat aktif dalam hidup menggereja. Oleh karena itu penulis ingin mencari tahu
sejauh mana pengaruh keterlibatan TNI Katolik dalam Pembinaan Mental Rohani
Katolik terhadap keterlibatan mereka dalam hidup menggereja.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menemukan bagaimana pengaruh
keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan
hidup menggereja dan usaha apa yang dibutuhkan untuk membantu meningkatkan
keterlibatan hidup menggereja bagi TNI Katolik di Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis
menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Penelitian
kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan data dengan cara penulis membagikan
angket kepada 30 prajurit dan melakukan wawancara kepada 7 prajurit diantara
mereka.
Hasil akhir menunjukkan bahwa Pembinaan Mental Rohani Katolik
memiliki pengaruh terhadap pengetahuan iman dan keterlibatan hidup menggereja
TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Namun
dalam pelaksanaan Pembinaan Mental Rohani Katolik penulis masih menemukan
fakta bahwa seringkali masih banyak yang belum ikut serta. Penulis juga masih
menemukan responden yang mengatakan bahwa masih belum terlibat dalam hidup
menggereja dan adapula yang menyatakan keinginan untuk pengemasan kegiatan
lebih sistematis atau menarik. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini penulis
memberikan usulan kegiatan sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik sebagai
upaya untuk membantu TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto lebih giat ikutserta dalam Pembinaan Mental Rohani hingga mereka
dapat semakin menghayati iman akan panggilannya sehingga pada akhirnya
prajutit TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto dapat
terlibat dalam pelayanan hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis is titled THE EFFECT OF PARTICIPATION IN THE MENTAL
DEVELOPMENT OF SPIRITUAL CATHOLIC ON LIVING ENGAGEMENT IN
CHURCH OF CATHOLIC ARMY IN PARISH OF SAINT MICHAEL
INDONESIAN NATIONAL ARMY AIR FORCE BASE ADISUTJIPTO. The title of
this thesis was chosen based on the author's love for Indonesian National Army
agencies. Ideally the Catholic Indonesian National Army as a lay apostle can
serve and provide services to the Church and nation. That’s not easy to achieve
this ideal. Therefore the author has concern for the Catholic Indonesian National
Army for their involvement in the life of the church as a lay apostle due to their
busy and very limited time. But in reality the Catholic Indonesian National Army
in the Parish of Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base
Adisutjipto every week always participates in Catholic Spiritual Mental. The hope
is that the Catholic Indonesian National Army who participated in the Catholic
Spiritual Mental Development increasingly interpreted his vocation, to be actively
involved in the life of the church. Therefore the author wants to find out the extent
of the influence of the involvement of the Catholic Indonesian National Army in
the Catholic Spiritual Mental Development on their involvement in the life of the
church.
The main problem in this thesis is to find out influence participation in
Catholic Spiritual Mental Development on church life involvement and what
efforts are needed to help increase life involvement church for the Catholic
Indonesian National Army in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air
Force Base Adisutjipto. To answer these questions the author uses qualitative
research with descriptive analytical methods. This qualitative research aims to
obtain data by means of distributing questionnaires to 30 soldiers and conducting
interviews with 7 soldiers among them.
The final results show that Catholic Spiritual Mental Development has an
influence on the knowledge of faith and Catholic Indonesian National Army life
involvement in the Catholic Church in Parish Saint Michael Indonesian National
Army Air Force Base Adisutjipto. But in the implementation of Catholic Spiritual
Mental Development the author still found the fact that often there were still many
who did not participate. The authors also found respondents who said that they
were still not involved in the church life and those who expressed the desire to
package activities more systematically or interestingly. To follow up on the results
of this study the authors gave a proposal for the activities of Catholic Spiritual
Mental Development as an effort to help the Catholic Indonesian National Army
in Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto
actively participate in Spiritual Mental Development so that they can increasingly
live the faith of their vocation so that Catholic Indonesian National Army in
Parish Saint Michael Indonesian National Army Air Force Base Adisutjipto can
be involved in the ministry of living in the church.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN
MENTAL ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP
MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL
PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas
Sanata Dharma. Skripsi ini disusun atas dasar kecintaan penulis terhadap instansi
TNI. Skripsi ini juga disusun berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kesulitan
TNI Katolik untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dikarenakan
kesibukan atau waktu yang sangat terbatas. Oleh karena itu penulis ingin
menyumbangkan hasil penelitiannya yaitu apakah keikutsertaan dalam kegiatan
Pembinaan Mental Rohani Katolik berpengaruh terhadap keterlibatan hidup
menggereja para tentara Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto dan juga penulis ingin menyumbangkan usulan kegiatan bagi para
TNI Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto supaya mereka
semakin giat mengikuti kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik sehingga
dengan begitu mereka dapat semakin terlibat dalam kehidupan menggereja
sebagai kaum awam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati
penuh syukur mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. B. A. Rukiyanto SJ selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama
Katolik yang telah bersedia membantu penulis demi kelancaran pelaksanaan
ujian skripsi bagi penulis.
2. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si sebagai dosen pembimbing utama
yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan dengan penuh
kesabaran serta kemurahan hati membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd sebagai dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen penguji II telah bersedia membantu penulis ketika
menemukan kesulitan, meluangkan waktu, membaca, mempelajari,
memberikan kritik dan masukan yang membangun serta mendampingi
penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Y.H. Bintang Nusantara, SFK.,M.Hum sebagai dosen penguji III yang telah
bersedia membaca, mempelajari, memberikan kritik dan masukan yang
membangun serta mendampingi penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan
Katolik yang telah mendidik dan membimbing penulis selama ini serta
membantu seluruh proses penulisan sampai terselesaikannya skripsi ini
sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan studi di Program Studi
Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
6. Staf sekretariat Program Studi Keagaaman Katolik Universitas Sanata
Dharma, Anastasia Wulan yang membantu dalam mengurus administrasi
skripsi.
7. Romo Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, Romo
A. R. Yudono Suwondo, Pr beserta Romo Paroki sebelumnya, Romo Letkol
Sus Yos Bintoro, Pr yang telah memberi motivasi, masukan, dan kesempatan
untuk melakukan penelitian di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto Yogyakarta kepada penulis.
8. Umat khususnya TNI Katolik dan sekretariat Paroki St. Mikael Pangkalan
TNI AU Adisutjipto Yogyakarta yang telah terbuka menerima penulis dan
membantu demi terlaksananya kegiatan penelitian penulis hingga selesai.
9. Letkol FX. Sunardiyana dan Mayor Fajar Pramono yang telah memberi
motivasi, dukungan dan bantuan demi terlaksananya penelitian hingga
selesai.
10. Orang tua saya, Bapak M. Sumartono dan Ibu M. Subarini serta adik saya,
Yosafat Christorin yang ikut memberikan dukungan, semangat, perhatian dan
doa baik selama penulisan skripsi saya maupun dalam perkuliahan.
11. Sahabat-sahabat saya Retno Wulandari, Korbinianus Fritz Cahya Nugraha,
Andreas Sigit Kurniawan, Andrianus Heriskurniawan dan Sirniko yang telah
mendorong, mendukung dan senantiasa memberikan bantuan demi
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT ........................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Permasalahan .......................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 7
E. Metode Penulisan .................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 8
BAB II TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI …………………. 11
A. Tentara Nasional Indonesia .......................................................... 11
1. Sejarah Tentara Nasional Indonesia ………………………… 11
2. Visi Tentara Nasional Indonesia ............................................ 12
3. Misi Tentara Nasional Indonesia ........................................... 13
4. Peran Tentara Nasional Indonesia ........................................... 13
5. Fungsi Tentara Nasional Indonesia ......................................... 13
6. Tugas Tentara Nasional Indonesia ........................................... 14
7. Etika Keprajuritan .................................................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
8. Sapta Marga ........................................................................... 16
9. Sumpah Prajurit ...................................................................... 17
10. Delapan Wajib Tentara Nasional Indonesia ............................ 18
11. Sebelas Asas Kepemimpinan ................................................. 19
B. Pembinaan Mental Rohani TNI ..................................................... 21
1. Pembinaan Mental TNI .......................................................... 21
2. Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI .................................. 22
3. Tujuan Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI .................. 22
C. Keterlibatan Hidup Menggereja Sebagai Rasul Awam TNI ........... 23
1. Kaum Awam ........................................................................... 23
2. Tugas Kaum Awam ................................................................ 24
3. Hidup Menggereja ................................................................. 25
4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kehidupan Menggereja
Sebagai TNI ………………………………………………… 28
5. Panggilan dan Misi Kaum Awam Menurut Dokumen Gereja … 31
6. Wujud Kaum Awam TNI Menurut Dokumen Gereja .............. 33
BAB III KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA
KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI
AU ADISUTJIPTO ………….......................…………………… 38
A. Identitas Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto …….. 38
1. Sejarah Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ....... 38
2. Spiritualitas St. Mikael ........................................................... 44
3. Data Spesifikasi Gereja Katolik Santo Mikael Adisutjipto ....... 48
4. Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial Paroki St. Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto ............................................. 49
B. Situasi Pembinaan Mental Rohani di Paroki St. Mikael Pangkalan
TNI AU Adisutjipto ....................................................................... 49
1. Metode yang Dipakai dalam Pembinaan Mental Rohani
Katolik ………………………………………………………. 50
2. Gambaran Pembinaan Mental Rohani Katolik Paroki St.
Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ……………………… 51
C. Penelitian Tentang Pengaruh Keikutsertaan dalam Pembinaan
Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tentara Katolik di Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto ……………………………………………………….. 52
1. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 52
2. Tujuan Penelitian ................................................................... 53
3. Rumusan Permasalahan ......................................................... 54
4. Jenis Penelitian ....................................................................... 54
5. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 55
6. Responden Penelitian ............................................................. 55
7. Teknik Analisis Data ............................................................. 56
8. Variabel Penelitian ................................................................. 57
9. Kisi-Kisi Penelitian ................................................................ 58
D. Laporan Hasil Penelitian ............................................................. 60
1. Penelitian Angket (Purposive Sampling) ................................ 61
2. Penelitian Wawancara (Snowball Sampling) ........................... 71
E. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 74
F. Kesimpulan Penelitian ................................................................ 78
G. Refleksi Kateketis ....................................................................... 79
BAB IV PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN
MENTAL ROHANI UNTUK MENINGKATKAN
KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TNI KATOLIK DI
PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU
ADISUTJIPTO …........................................................................... 82
A. Pentingnya Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani ........... 83
1. Persiapan .................................................................................. 84
2. Kesimpulan ............................................................................. 85
B. Usulan Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani ............... 86
1. Latar belakang usulan kegiatan Pembinaan Mental Rohani ..... 86
2. Tujuan Kegiatan .................................................................... 87
3. Usulan Tema dan Penjelasannya ............................................ 88
4. Peserta .................................................................................... 89
5. Tempat dan Waktu ................................................................. 90
6. Matriks Usulan Kegiatan ........................................................ 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
7. Satuan Pertemuan Sarasehan III ............................................ 97
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 109
A. Kesimpulan .................................................................................... 109
B. Saran ............................................................................................... 112
1. Pusat Pembinaan Mental Tentara Nasional Indonesia ............... 112
2. Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ............... 113
3. Satuan tugas personil TNI Angkatan Udara Katolik ................ 113
4. Prajurit TNI Angkatan Udara Katolik ...................................... 114
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 115
LAMPIRAN …........................................................................................ 117
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ............................................................... (1)
Lampiran 2 : Surat Kterangan Selesai Penelitian ...................................... (3)
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian ............................................................. (4)
Lampiran 4 : Hasil Kuesioner Penelitian .................................................. (8)
Lampiran 5 : Pertanyaan Wawancara ......................................................... (28)
Lampiran 6 : Hasil Wawancara ................................................................. (29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab
Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan
oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi
Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal 8.
Mat : Matius
Kis : Kisah Para Rasul
Yak : Yakobus
Why : Wahyu
Ptr : Petrus
Dan : Daniel
Yes : Yesaya
Yos : Yosua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
B. Singkatan Dokumen Gereja
AA : Apostolicam Actuositatem atau Dekret tentang kerasulan awam
adalah dokumen Konsili Vatikan Kedua. Dokumen ini diresmikan
oleh Paus Paulus VI pada 18 November 1965.
CL : Christifideles Laici, sebuah nasehat Apostolik Paska-Sinode dari
Paus Yohanes Paulus II ditandatangani di kota Roma pada tanggal
30 Desember 1988. Dokumen ini berisi tentang panggilan dan misi
kaum awam dalam Gereja dan dunia.
EN : Evangelii Nuntiandi, sebuah nasehat Apostolik yang membahas
penginjilan dan menegaskan peran tiap umat Kristiani dalam
penyebaran agama Katolik. Diterbitkan pada tanggal 8 Desember
1975 oleh Paus Paulus VI.
GS : Gaudium et Spes atau Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia
Dewasa Ini, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 7 Desember
1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik adalah katekismus yang dipergunakan
dalam Gereja Katolik: penggunaannya diresmikan oleh Paus
Yohanes Paulus II pada tahun 1992.
LG : Lumen Gentium atau Konstitusi Dogmatis tentang Gereja,
diumumkan secara resmi oleh Paus Paulus VI pada 21 November
1964.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
C. Singkatan Lain
1. AAU : Akademi Angkatan Udara
2. Akpol : Akademi kepolisian
3. Alb : Albertus
4. Anm : Anumerta
5. ARDAS : Arah Dasar
6. Art : Artikel
7. AU : Angkatan Udara
8. AURI : Angkatan Udara Republik Indonesia
9. Bintal : Pembinaan Mental
10. Binroh : Pembinaan Rohani
11. BKR : Badan Keamanan Rakyat
12. DANJEN : Komandan Jendral
13. DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
14. Dkk : Dan kawan kawan
15. GKSM : Gereja Katolik Santo Mikael
16. KAS : Keuskupan Agung Semarang
17. Kasad : Kepala Satuan Angkatan Darat
18. KK : Kepala Keluarga
19. KLMTD : Kaum, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel
20. KODIKLAT : Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan
Latihan
21. Komkat KWI : Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
22. Komsos : Komisi Sosial
23. KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
24. Lanud : Landasan Udara
25. LCD : Liquid crystal display
26. Lettu : Letnan Satu
27. Mgr. : Monsignor
28. Mic : Microphone
29. Mudika : Muda-mudi Katolik
30. NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
31. OMP : Operasi Militer Perang
32. OMSP : Operasi Militer Selain Perang
33. Pasmilban : Pasukan Militer Bantuan
34. Polri : Polisi Republik Indonesia
35. PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
36. Pr : Imam Projo / Imam Diosesan / Imam Diosis
37. Pusbintal : Pusat Pembinaan Mental
38. P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
39. RI : Republik Indonesia
40. RT : Rukun Tetangga
41. RU : Responden Umat
42. RW : Rukun Warga
43. SJ : Serikat Yesus
44. Skep : Surat keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
45. Th : Tahun
46. TKR : Tentara Keamanan Rakyat
47. TNI : Tentara Nasional Indonesia
48. TRI : Tentara Republik Indonesia
49. UKP-PIP : Kepala Pelaksanaan Unit Kerja Presiden Pembinaan
Ideologi Pancasila
50. Vikep : Vikaris Episkopal
51. Vikjen : Vikaris Jendral
52. WC : Water Closet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar mendiami 17.840 pulau
nusantara. Indonesia juga memiliki budaya, ras berbeda-beda dan suku serta
bahasa yang berlainan, serta mempunyai kebiasaan yang tidak sama. Selanjutnya
bangsa Indonesia telah mengikrarkan sumpah pemuda, memiliki falsafah
Pancasila, bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kondisi bangsa yang majemuk
tersebut memang memberikan warna kebhinekaan, namun adanya pencetus dan
sedikit dorongan sentimen primordialisme, fanatisme dan sukuisme, akan
menimbulkan rasa permusuhan yang dapat berakibat konflik dan kerusuhan dalam
sekejap (Keputusan DANJEN Akademi TNI, 2016:1).
Negara Indonesia adalah sebuah negara kebangsaan. Ia bukan sebuah
kerajaan, juga bukan sebuah negara agama. Para pendiri bangsa kita mempunyai
visi yang sangat jelas dan jauh ke depan, bahwa mendirikan sebuah Negara
dengan derajat kepelbagaian (pluralitas) yang begitu tinggi hanya mungkin
apabila tidak didasarkan atas pemutlakan agama, suku, rasa atau apapun (Caj J. H.
Maramis, 2011:22).
Dengan berlandaskan Pancasila, tentunya negara Indonesia juga tak
meninggalkan penghayatan mengenai sila-sila di dalamnya, tak terkecuali yaitu
sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap warga negara Indonesia
diwajibkan untuk memeluk suatu keyakinan tertentu, tidak ada yang dikehendaki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2
sebagai Atheis. Sebenarnya bangsa Indonesia memang sungguh menempatkan
Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sayangnya keyakinan yang kuat
tersebut terkadang tidak disertai pengetahuan dan penghayatan yang cukup
mengenai agama masing-masing orang di negara ini. Dengan begitu maka
muncullah fanatisme yang sempit yang tak jarang mengakibatkan orang-orang
saling baku hantam memperjuangkan kebenaran agamanya dan terkadang orang
jadi menjatuhkan keyakinan orang lain. Sudah banyak sekali konflik yang muncul
di Indonesia dengan akar masalah yang berhubungan dengan keyakinan (agama),
suku/ras, dan lain sebagainya. Fanatisme dan radikalisme sebisa mungkin harus
kita hindari seperti dalam artikel majalah pusat pembinaan mental TNI :
“Tetapi radikalisme agama memang menjadi sangat berbahaya apabila
dibarengi dengan munculnya pasukan-pasukan bersenjata. Di sini agama menjadi
sesuatu yang harus dibela mati-matian dari berbagai serangan pihak luar. Tidak
aneh, kalau kadang-kadang pembelaan itu berwujud pada perbuatan teror dan
terorisme” (Maramis, 2011:24). Sesuai dengan Lampiran Keputusan Panglima
TNI nomor Kep/760/XI/2012, Pusbintal TNI (2012: 1) bagian a, tujuan nasional
Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lebih lanjut kemudian di
bagian b dijelaskan, dalam melaksanakan tugas sebagai alat pertahanan negara
TNI berfungsi sebagai penangkal, penindak, dan pemulih yang merupakan
komponen utama dalam sistem pertahanan negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
3
Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan bergantung pada pelaku, pengendali,
dan pengelolanya yaitu para prajurit TNI. Dalam melaksanakan tugas TNI sebagai
alat pertahanan negara mengandalkan kualitas prajurit TNI dengan semangat dan
tekad sebagai “Pejuang yang tidak mengenal menyerah”. Tugas membangun
pribadi Prajurit TNI bermental tangguh diemban oleh pengemban fungsi Bintal.
Bintal bertugas menyiapkan kemampuan dan kekuatan prajurit TNI sebagai insan
hamba Tuhan, insan warga negara yang nasional dan insan prajurit TNI yang
militan. Tentunya sebagai aparatur negara, TNI seharusnya tidak menjadi orang-
orang yang mudah tersulut emosi, menjadi orang-orang yang dangkal dan minim
pengetahuannya tentang agama. Oleh karena itu selaras dengan pernyataan
sebelumnya, dibutuhkanlah upaya meningkatkan pengetahuan dan penghayatan
bagi TNI dan juga keluarganya. Upaya ini telah terlaksana dalam kegiatan Bintal
Rohani (Pembinaan Mental Rohani).
Para TNI yang beragama Katolik, tentunya juga menjadi warga Gereja,
menjadi anggota Gereja tanpa terkecuali. Sebagai anggota Gereja, tentunya TNI
Katolik tidak luput dari segala aktivitas Gerejani. Para TNI Katolik perlu semakin
memperluas cakrawala berpikir dan cara mengasihinya sesuai dengan tradisi
Gereja dan sesuai dengan ajaran Guru sejati yaitu Yesus Kristus. Mungkin
beberapa anggota TNI yang beragama Katolik seringkali tidak ke gereja atau
terlibat segala aktivitas di gereja karena memang pekerjaan TNI yang sungguh
melelahkan setiap harinya, waktu yang mungkin kurang banyak dan masih harus
dibagi demi hadir untuk keluarga tercinta. Mungkin ada juga anggota TNI yang
kurang menganggap keterlibatan di dalam Gereja itu kurang penting dan kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
4
menarik karena mungkin merepotkan. Sebenarnya sama halnya tugas yang ada
dalam dunia militer, keterlibatan dalam Gereja tentunya juga merupakan tugas
atau kewajiban umat beriman Katolik di dalam Gereja.
Menurut Letkol Caj Heru SW, menghadapi iman berarti “bagaimana saya
sebagai orang beriman melaksanakan tugas dan kewajiban itu”. Iman mendorong
agar manusia melaksanakan tugas dan kewajiban itu dengan sungguh-sungguh.
Bila tidak demikian, manusia melalaikan tugas dan kewajiban. Menghayati iman
berarti “bagaimana saya sebagai orang beriman melaksanakan tugas atau
kewajiban itu”. Iman kita mendorong agar kita melaksanakan tugas dan kewajiban
itu dengan sungguh-sungguh. Bila tidak demikian, kita dapat dikatakan
melalaikan tugas dan kewajiban. Anggota TNI menghayati imannya justru dengan
melaksanakan tugasnya sebagai tentara, sekalipun bentuknya latihan. Di sini
tampaklah perlunya semakin memperdalam penghayatan akan makna cinta kasih.
Tanpa memperdalam penghayatan itu manusia akan mengalami kesukaran dalam
menemukan bagaimana mewujudkan cinta kasih.
Melalui kegiatan Pembinaan Mental Rohani, para TNI dilatih terus-
menerus dan diajak untuk mengembangkan kerohanian mereka. Apakah
fungsinya? Menurut Buku Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI Pinaka
Baladika, (2012:58) Pembinaan mental rohani berfungsi menyelenggarakan
pembinaan mental rohani bagi personel TNI dan keluarganya dengan tujuan
mewujudkan mental yang dimiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta
berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
5
Anggota militer sebagai anggota Gereja juga warga negara yang memiliki
panggilan khusus merupakan rasul awam yang hidup di tengah-tengah
masyarakat. Seperti halnya semboyan Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto sendiri ialah Pro Ecclesia et Patria dan semboyan Mgr.
Soegijapranata yakni 100% Katolik 100% Indonesia. Dari semboyan tersebut
terkhusus TNI DI Paroki Santo Mikael diharapkan dapat menunjukkan ke
Katolikkanya sebagai TNI, menunjukkan sebagai warga Gereja dan warga negara
yang serta memiliki mental keimanan kepada Tuhan. Anggota militer sebagai
umat kristiani yang telah dibaptis memiliki tugas dan hak atas kerasulan sebagai
awam yang diserahi tugas mulia agar warta ilahi sekitar keselamatan dikenal dan
diterima oleh manusia. Dalam Apostolicam Actuositatem art. 2 ditegaskan bahwa
awam ikut ambil bagian tugas perutusan.
Kaum awam dipanggil Allah untuk menunaikan kerasulannya yang hidup
di tengah dunia dan urusan urusan duniawi sebagai ragi di dalam dunia, dengan
semangat kristen yang berkobar-kobar. Dengan tugas sebagai rasul awam di
tengah-tengah dunia juga sebagai prajurit militer diharapkan mampu memahami
dan memiliki keterlibatan hidup menggereja yang lebih menampakkan iman
dalam hidup sehari-hari melalui usaha dan tindakan nyata kepada sesama. Umat
Paroki Santo Mikael terkhusus TNI, dalam realitas kehidupanya memiliki tugas
kedinassan yang padat, oleh karna itu kegiatan rohani rutin perlu ditekankan agar
mereka semakin terpanggil juga untuk aktif dalam hidup menggereja. Hidup
menggereja yang perlu ditekankan dalam kehidupan TNI disini ialah bagaimana
mereka dapat berperan sebagai kaum awam bersama hirarki mewujudkan Panca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
6
Tugas Gereja yang meliputi Koinonia, Liturgia, Kerygma, Diakonia dan
Martyria. Dengan permasalahan yang sering dirasakan di lapangan dan
bagaimana seharusnya yang terjadi (bagaimana idealnya) oleh karena itu penulis
skripsi mengambil judul yaitu:
PENGARUH KEIKUTSERTAAN DALAM PEMBINAAN MENTAL
ROHANI KATOLIK TERHADAP KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA
TENTARA KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU
ADISUTJIPTO.
.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Menurut latar belakang masalah di atas, maka karya tulis ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Pembinaan Mental Rohani Katolik di lingkungan TNI ?
2. Bagaimana TNI Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto
memahami keterlibatan hidup menggereja?
3. Apa makna dan harapan TNI Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto dalam keterlibatan hidup menggereja?
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI
2. Mengetahui bagaimana tentara Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI
AU Adisutjipto memahami keterlibatan hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
7
3. Mengetahui makna dan mewujudkan harapan dalam keterlibatan hidup
menggereja.
D. MANFAAT PENULISAN
Penulisan ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Membantu prajurit TNI Katolik untuk semakin menghidupi nilai luhur ajaran
agamanya, nilai kasih, dan tanggung jawab sebagai eleman masyarakat
sehingga apa yang didapat dari pembinaan mental rohani Katolik dan hidup
menggereja dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membantu Gereja dan paroki pangkalan TNI Adisutjipto untuk mengevaluasi
sejauh mana Bintal Katolik sungguh memiliki kekuatan dan daya ubah yang
memberi dorongan bagi prajurit TNI untuk bertindak berdasarkan iman
gerejawi dan memiliki keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam.
3. Bagi penulis, penulisan ini memberikan sumbangan nyata dari ilmu
pengetahuan kan keterlibatan bersama umat selama menempuh pendidikan,
sehingga dengan rasa cintanya terhadap TNI penulis dapat memperluas
wawasan dan refrensi dalam kehidupan menggereja militer.
E. METODE PENULISAN
Skripsi ini menggunakan metode penulisan deskripsi analisis dan
penelitian kualitatif. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berupa
kegiatan yang telah berlangsung sebagai kajian utama. Teknik pengumpulan data
yang akan diusahakan untuk melaksanakan penelitian yaitu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
8
mewawancarai responden. Fokus penelitian ini ingin melihat adanya pengaruh
keikutsertaan dalam Pembinaan Mental rohani Katolik dengan keterlibatan hidup
menggereja di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Tulisan ini mengambil judul “Pengaruh Keikutsertaan dalam Pembinaan
Mental Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja Tentara Katolik
di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto” dan dikembangkan
menjadi Bab:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini berisi gambaran umum tentang isi karya tulis yang
terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.
BAB II: TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI
Dalam bab ini disajikan mengenai pengertian TNI yang dijelaskan dalam
sub-sub yaitu sejarah, visi, misi, peran, fungsi, tugas, etika keperajuritan, sapta
marga, sumpah prajurit, delapan wajib TNI, dan sebelas asas kepemimpinan.
Pembinaan mental rohani Katolik dijelaskan dalam sub-sub yaitu pembinaan
mental TNI, pembinaan mental rohani Katolik, dan tujuan pembinaan mental
rohani Katolik. Keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
9
dijelaskan dalam sub-sub yaitu kaum awam, tugas kaum awam, hidup
menggereja, dan keterlibatan kaum awam dalam hidup menggereja sebagai TNI.
Bab III: KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI
PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO
Dalam bab ini berisi pemaparan mengenai tempat penelitian, yang berisi
sub-sub yaitu sejarah singkat paroki, visi misi dan tujuan, serta situasi umum
paroki. Pada bagian metodologi penelitian akan di uraikan tentang latar belakang
penelitian, tujuan penelitian, rumusan masalah, jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, responden, teknik analisis data dan variabel. Pada akhir bab ini berisi
laporan pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian dan refleksi kateketis.
Bab IV: PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN MENTAL
ROHANI UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP
MENGGEREJA TNI KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN
TNI AU ADISUTJIPTO
Dalam bab ini akan dibahas bagaimana pengaruh keikutsertaan dalam
pembinaan mental rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja tentara
Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto dan juga usulan
program. Usulan program akan diuraikan dalam sub-sub yang terdiri dari
pentingnya kegiatan sarasehan, latar belakang program, tujuan program, usulan
program, bentuk program, matriks program, dan satuan persiapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
10
Bab V: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang menjelaskan apakah ada atau tidak
pengaruh dari Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap hidup menggereja dan
saran serta usul kepada kepada Paroki berdasarkan penulisan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
11
BAB II
TNI DAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI
Bab kedua ini menguraikan tentang pembinaan mental Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan peranannya terhadap hidup menggereja sebagai rasul awam
TNI. Uraian teori terlebih dahulu mengenai penjabaran TNI. TNI dibagi menjadi
beberapa poin untuk memberi gambaran dan konsep pembinaan mental.
Penjabaran TNI diuraikan menjadi sejarah singkat TNI, visi, misi, peran, fungsi,
tugas, etika keprajuritan, Sapta Marga, sumpah prajurit, delapan wajib TNI, dan
sebelas asas kepemimpinan. Setelah penguraian mengenai TNI tersebut,
selanjutnya disajikan pemaparan mengenai pembinaan mental TNI, pembinaan
mental rohani Katolik, dan tujuan pembinaan mental rohani Katolik yang
diuraikan untuk memberi konsep dasar terhadap tindak lanjutnya. Berikutnya
mengenai keterlibatan hidup menggereja sebagai rasul awam TNI yang diuraikan
dalam poin-poin : kaum awam, tugas kaum awam, hidup menggereja, keterlibatan
kaum awam dalam kehidupan menggereja sebagai TNI, serta panggilan dan misi
kaum awam menurut dokumen Gereja.
A. Tentara Nasional Indonesia
1. Sejarah Tentara Nasional Indonesia
Berdasarkan buku Religiositas TNI berikut dipaparkan sejarah singkat
dibentuknya TNI (Asren, 2003; 97). Pada tanggal 17 Agustus 1945 Negara
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan yang dilakukan dalam suatu upacara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
12
di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta
memproklamirkan proklamasi atas nama bangsa indonesia yang telah menyatakan
diri sebagai bangsa yang merdeka. Bangsa indonesia pada awal kemerdekaan
membentuk suatu Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk dalam sidang
PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden pada tanggal
23 Agustus 1945. Pada tanggal 5 Oktober 1945 (saat ini di peringati sebagai hari
kelahiran TNI) pemerintah RI mengeluarkan maklumat yang menyatakan
pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Tanggal 18 Desember 1945
Jendral Besar Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR, dengan pangkat
Jenderal. Pada tanggal 7 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat berganti nama
menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian pada 26 Januari diubah lagi
menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Karena pada saat itu di Indonesia
terdapat laskar-laskar yang dibentuk oleh golongan atau partai politik tertentu,
maka pada tanggal 15 Mei 1947 Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan
untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan
bersenjata tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyatuan itu
terjadi dan diresmikan pada tanggal 3 Juni 1947.
2. Visi Tentara Nasional Indonesia
Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia
(https://tni.mil.id/pages-1-visi-dan-misi-tni.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut
dipaparkan Visi TNI yang berbunyi demikian :
Visi TNI adalah terwujudnya Pertahanan Negara yang Tangguh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
13
3. Misi Tentara Nasional Indonesia
Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia
(https://tni.mil.id/pages-1-visi-dan-misi-tni.html, diakses 3 Oktober 2018), berikut
dipaparkan Misi TNI yang berbunyi demikian :
Misi TNI adalah menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta Keselamatan Bangsa.
4. Peran Tentara Nasional Indonesia
Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia
(https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018),
berikut dipaparkan peran TNI yang berbunyi demikian :
TNI berperan sebagi alat negara di bidang pertahanan yang dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.
5. Fungsi Tentara Nasional Indonesia
Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia
(https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018),
berikut dipaparkan fungsi TNI yang berbunyi demikian :
a. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai;
1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersencata
dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
14
2) penindak terhadap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat
(1); dan
3) pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan
keamanan.
b. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI
merupakan komponen utama sistem pertahanan negara.
6. Tugas Tentara Nasional Indonesia
Berdasarkan website resmi Tentara Nasional Indonesia
(https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober 2018),
berikut dipaparkan tugas TNI yang berbunyi demikian :
a. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
b. Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada poin a dilakukan dengan:
1) Operasi militer untuk perang
2) Operasi militer selain perang, yaitu untuk:
a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata;
b) Mengatasi Pemberontakan bersenjata;
c) Mengatasi aksi terorisme;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
15
d) Mengamankan wilayah perbatasan;
e) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis;
f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri;
g) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;
h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini
sesuai dengan sistem pertahanan semesta;
i) Membantu tugas pemerintahan di daerah;
j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang;
k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan
pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia;
l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian
bantuan kemanusiaan;
m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue);
serta
n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
7. Etika Keprajuritan
Berdasarkan buku Religiositas TNI berikut dipaparkan Etika Keprajuritan
(Asren, 2003; 101). Setiap anggota Prajurit TNI harus senantiasa sadar akan
Identitasnya, yaitu sebagai Pejuang dan Prajurit Profesional. Karakter disiplin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
16
dalam tata kehidupan dan penghidupan perlu diwujudnyatakan dalam perbuatan
nyata serta hidupi oleh Prajurit TNI. Disiplin hidup TNI merupakan nilai-nilai
etika dalam kehidupan tugas seorang TNI yang berkaitan dengan kepentingan
Negara dan Bangsa Indonesia. Hidup dalam panggilan seorang TNI merupakan
ungkapan dari janji setia kepada amanat Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa
Indonesia, Kemerdekaan Indonesia, dan Rakyat Indonesia. Dalam hal ini ada
empat nilai-nilai utama terkait regiositas yang memiliki pengaruh pemikiran dan
prinsip keberagamanya dalam rumusan Etika Keprajuritan yang meliputi Sapta
Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, dan Sebelas asas kepemimpinan
TNI. Nilai-nilai dalam kedisiplinan dan Etika Keprajuritan merupakan pedoman
hidup TNI dalam rangka perjuangan mempertahankan dan mengisi Kemerdekaan
Indonesia melalui iman yang mendasar dalam kehidupan TNI yang dibuktikan
melalui perbuatan nyata yang merupakan buah dari ketaatan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam hal ini Panglima Besar Jendral Sudirman (1992: 14)
mengatakan bahwa “Apabila perjuangan kita sudah kita dasarkan atas kesucian,
maka perjuangan inipun akan berwujud antara kekuatan lahir melawan kekuatan
batin, dan kita percaya, bahwa kekuatan batin inilah yang akan menang.”
8. Sapta Marga
Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI
(Pusbintal 2012: 528-545) Sapta Marga di artikan sebagai tujuh jalan/pedoman.
Berikut juga isi dari Sapta Marga tersebut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
17
a. Kami warga negara Kesatuan Republik Indonesia, yang Bersendikan
Pancasila.
b. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara, yang
bertanggung jawab dan tidak kenal menyerah.
c. Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.
d. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan
Bangsa Indonesia.
e. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin patuh
dan taat kepada pimpinan, serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan
prajurit.
f. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia mengutamakan keperwiraan di
dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada
Negara dan Bangsa.
g. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta
sumpah prajurit.
9. Sumpah Prajurit
Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI
(Pusbintal 2012: 589-595) Sumpah Prajurit bertujuan agar setiap prajurit TNI
mempunyai sikap, perilaku dan amal perbuatan yang sesuai dengan nila dan
norma dan kaidah yang terkandung dalam sumpah prajurit. Berikut juga isi dari
Sumpah Prajurit tersebut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
18
a. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945.
b. Bahwa saya tuntuk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan
Tentara.
c. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau
putusan.
d. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung
jawab pada Tentara dan Republik Indonesia.
e. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.
10. Delapan Wajib TNI
Berdasarkan Buku Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI
(Pusbintal, 2012: 624-632), Berikut juga isi dari Delapan Wajib TNI tersebut :
a. Bersikap ramah terhadap rakyat.
b. Bersikap sopan santun terhadap rakyat
c. Menjunjung tinggi kehormatan wanita.
d. Menjaga kehormatan diri dimuka umum.
e. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya.
f. Tidak sekali-kali merugikan rakyat.
g. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
h. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasikesulitan
rakyat seklilingnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
19
11. Sebelas Asas Kepemimpinan
Berdasarkan Buku Reliogisitas TNI (Asren, 2003: 122-129), Berikut isi
dari Sebelas Asas Kepemimpinan tersebut :
a. Takwa
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya. Seorang
prajurit yang takwa merupakan prajurit yang beriman dan taat kepada Tuhan Yang
Maha Esa sehingga jati diri seorang prajurit itu sendiri memiliki jiwa yang kuat
pada wawasan dan tindakan kebangsaan, kemasyarakatan serta memiliki
spiritualitas hidup.
b. Ing Ngarsa Sung Tuladha
Seorang pemimpin yang dapat memberikan contoh kepada yang dipimpin,
dapat membimbing dan menjadi teladan. Pemimimpin merupakan orang yang
menjadi panutan sehingga dari depan diharapkan dapat memberikan teladan
melaksanakan tanggung jawab dan visi misi bersama.
c. Ing Madya Mangun Karsa
Di tengah Berbuat Keseimbangan dan dapat menjalin kebersamaan,
memotivasi, memberi semangat serta mengayomi yang dipimpinya. Seorang
pemimpin harus mampu membaawa semangat dan pengaruh positif dalam
tugasnya mau menerima kritik serta saran untuk mencapai tujuan bersama.
d. Tut Wuri Handayani
Mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
Dengan memberi dorongan dari belakang diharapkan seorang pemimpin dapat
mendidik dan mengembangkan orang-orang yang dipimpinya. Pemimpin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
20
baik adalah pemimpin yang mampu menyiapkan pemimpin selanjutnya oleh
karena itu dengan memberikan dorongan dari belakang diharapkan pemimpin juga
dapat menciptakan proses regenerasi.
e. Waspada Purba Wisesa
Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada anak
buah.
f. Ambeg Parama Arta
Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
g. Prasaja
Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
h. Satya
Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan dan dari
bawahan terhadap atasan dan ke samping.
i. Gemi Nastiti
Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran
segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.
j. Belaka
Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakannya.
k. Legawa
Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan
tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
21
B. Pembinaan Mental Rohani TNI
1. Pembinaan Mental TNI
Munculnya pembinaan mental diawali oleh prinsip Jendral Besar
Soedirman yang ingin menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan TNI.
Dalam hal ini Asren Nasution (2003: 130) mengatakan :
Nilai-nilai agama yang dipahami Jendral Besar Soedirman sangat banyak
menjadi acuan dalam pembentukan lembaga Pembinaan mental yang
berdasarkan Skep Kasad Nomor: Skep/691/VII/1986 tanggal 30 November
1986 ditetapkan hari jadinya jatuh pada tanggal 25 Mei 1946, dengan tugas
pokok mempertinggi moral dan moril tentara melalui, antara lain:
mengadakan pidato-pidato keagamaan, memberi keterangan-keterangan
keagamaan tertulis, mengadakan pelajaran-pelajaran dan kursus-kursus
keagamaan, yang semuanya itu diperuntukkan dan ditjukkan kepada
segenap anggota angkatan perang.
Menurut kutipan tersebut, pembinaan mental TNI merupakan kegiatan
yang melekat dan dilakukan terus menerus guna menanamkan kesadaran dan
ketahanan mental sehingga menjadikan prajurit TNI yang bertakwa, nasional dan
militan. Pokok-pokok dalam pembinaan mental TNI meliputi hakikat peran,
tugas-tugas, fungsi, azas-azas, dan sifat pembinaan. Hakikat pembinaan mental
TNI merupakan proses pembentukan pengembangan, pendayagunaan watak dan
kepribadian personel TNI dan keluarganya sebagai prajurit sapta marga yang
dapat mendukung pelaksanaan OMP dan OMSP. Pembinaan mental TNI berperan
di bidang pembinaan, pemeliharaan, dan peningkatan kesadaran, sikap dan
perilaku personel TNI beserta keluarganya dan lingkungan tugasnya guna
mendukung pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan TNI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
22
2. Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI
Pembinaan mental rohani adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, mempertinggi moral/akhlak yang luhur baik dalam hubungan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan sesamanya, maupun
dengan diri pribadi dan lingkunganya. Dalam pelaksanaan Bintal Rohani antara
lain dilaksanakan pembinaan dan pelayanan ibadah agama Katolik bagi prajurit
dan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Pembinaan itu diselenggarakan
melalui pendekatan pemahaman, pendalaman dan pelaksanaan ajaran agama
Katolik dengan ibadat, sehingga diharapkan nilai-nilai luhur ajaran agama tersebut
dapat melandasi jiwa dan semangat serta moralitas setiap prajurit dalam pelaksaan
tugas.
3. Tujuan Pembinaan Mental Rohani Katolik TNI
Dalam buku petunjuk induk Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika
(2012:8) dikatakan tujuan Tujuan Pembinaan Mental Rohani ialah Mewujudkan
mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta berbudi pekerti
luhur (berakhlak mulia). Pelaksanaan Bintal Rohani Katolik terdiri dari
pembinaan, pelayanan ibadah Katolik bagi prajurit beserta keluarganya. Bintal
Rohani Katolik dilaksanakan melalui pendekatan pemahaman, pendalaman dan
pelaksanaan ajaran agama Katolik dengan ibadat. Melalui Pembinaan Mental
Rohani Katolik diharapkan nilai-nilai luhur ajaran agama Katolik dapat melandasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
23
jiwa dan semangat serta moralitas setiap prajurit dalam pelaksanaan tugas.Dengan
menetapkan keimanan dan katakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan
melalui Bintal rohani Katolik ini para prajurit yang juga anggota Gereja ini dapat
semakin meningkatkan kesetiaan, tanggung jawab serta pengabdian yang tulus
kepada bangsa dan negara dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.
C. Keterlibatan Hidup Menggereja Sebagai Rasul Awam TNI
1. Kaum Awam
Istilah “kaum awam” berasal dari terminologi latin, yaitu laicus. Dan kata
ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu laikós, yang berarti termasuk dalam rakyat,
anggota umat. Kata laikós berhubungan dengan laós, yang berarti rakyat, umat.
Kata laós telah banyak dipergunakan untuk menunjukkan beberapa arti yang
berbeda. Beberapa di antaranya, yaitu: Pertama: dalam Septuaginta, kata laós
digunakan untuk menyebut “bangsa Israel.” Kedua: dalam Perjanjian Baru, istilah
ini diartikan sebagai “umat Israel berhadapan dengan bangsa-bangsa.” Tetapi, di
tempat lain, kata laós digunakan sebagai sebutan untuk “Jemaat Kristen” (Blasius
Bane, 2008. Peran Kaum Awam dalam Pelayanan Gereja Pasca Konsili Vatikan
II,http://sapereaudenias.blogspot.co.id/2008/08/peran-kaum-awam-dalam
pelayanan-gereja.html, 19 April 2018).
Dari dokumen Konsili Vatikan II, melalui Lumen Gentium juga di jelaskan
tentang istilah awam. Dijelaskan bahwa kaum awam ialah semua orang beriman
kristiani, kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang
diakui dalam gereja (LG art 31). Dalam hal ini kaum awam dapat diartikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
24
sebagai jemaat Kristen yang juga merupakan sebagai umat Allah maupun juga
sebagai anggota Gereja. Awam sebagai umat Allah dan anggota umat Gereja
memiliki unsur kesamaan dan kebersamaan dalam tugas perutusanya. Kristianto
(2010: 64) mengatakan kaum awam adalah orang beriman yang sudah menjadi
warga penuh Gereja melalui pembaptisan, penguatan dan komuni. Kaum awam
memiliki tugas dalam tatanan Gereja untuk bersama-sama baik juga dengan
hierarki untuk mewujudkan panca tugas Gereja.
2. Tugas Kaum Awam
Dalam LG 1 dikatakan bahwa Gereja adalah “sakramen,” artinya tanda
dan alat kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia.
Sebagai tanda dan sarana kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh
umat manusia, Gereja menghimpun seluruh umat dari berbagai tempat dan
wilayah dan menjadikannya satu sebagai umat Allah yang bersatu hati, seiman
dan sepenanggungan dalam membangun Gereja. Dari sini dapat kita simpulkan
bahwa dengan demikian Gereja mau tidak mau berada dalam dunia. Gereja yang
berada di dunia ini semakin ditegaskan dalam LG 40. Konsili Vatikan II melalui
LG 40 mengatakan bahwa Gereja sudah ada di dunia ini, dihimpun dari manusia,
yaitu anggota masyarakat dunia, yang dipanggil untuk membentuk di dalam
sejarah umat manusia itu sendiri, keluarga putra-putri Allah, yang senantiasa
harus diperluas sampai kedatangan Tuhan. Gagasan Lumen Gentium di atas
menghantar kita pada suatu pemahaman bahwa tugas pengembangan Gereja di
dunia tidak hanya diletakkan kepada para klerus, tetapi juga diletakkan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
25
para awam sebagai umat Allah yang dikuduskan berkat Sakramen Pembaptisan
yang mereka terima. Peran kaum awam dalam membangun tugas pelayanan
Gereja di dunia semakin ditegaskan dalam Dekrit tentang Kerasulan Awam. Di
sana dikatakan bahwa “dalam melaksanakan tugas perutusan Gereja kaum awam
menunaikan kerasulan mereka baik dalam Gereja maupun di tengah masyarakat,
baik di bidang rohani maupun di bidang duniawi (Apostolicam Actuositatem, Art.
5). Pernyataan Konsili yang mengatakan bahwa kaum awam mengembangkan
tugas pelayanan Gereja dalam sifatnya yang khas duniawi, itu berarti bahwa peran
kaum awam dalam pelayanan Gereja diwarnai oleh pengalaman konkrit mereka di
tengah dunia. Dan justru karena pengalaman konkrit inilah keterlibatan mereka
dalam segala urusan gerejani sangat penting bagi Gereja, agar Gereja dapat
memahami dan menghayati hakikatnya sendiri.
3. Hidup Menggereja
Hidup menggereja adalah tugas panggilan hidup kita sebagai umat Katolik.
Hidup menggereja juga merupakan pelayanan dan pewartaan bagi sesama, hal ini
dapat dilakukan melalui kerjasama kaum awam dalam dalam Hierarki.
Berdasarkan buku Pengajaran Iman Katolik (2017) dan dari Lima Pilar Pelayanan
Gereja (henkesfallo.blogspot.com), penulis menguraikan lima pilar hidup
menggereja sebagai berikut:
a. Persekutuan (Koinonia)
“Koinonia” adalah bahasa Yunani, berasal dari kata “koin” yang berarti
mengambil bagian. Persekutuan berarti ikut serta dalam persaudaraan paguyuban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
26
dalam membawa kabar gembira mewartakan dan melaksanakan sabda Tuhan.
Pelaksanaan Sabda Allah dapat berupa aktivitas pewartaan, liturgi, pelayanan,
kesaksian dan berjuang untuk hidup dalam semangat rukun-guyub dan aktif dalam
melakukan solidaritas. Solidaritas paguyuban ini dapat diwujudkan dalam
penghayatan hidup menggereja baik di lingkup lingkungan, stasi, wilayah, paroki
maupun keuskupan. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya :
kegiatan rekreatif bersama dan membangun komunikasi lewat dunia digital.
b. Liturgi (Leitourgia)
Liturgi berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata “Leitourgian” (leos
artinya rakyat dan ergon artinya kerja) yang berarti bekerja untuk kepentingan
umum, kerja bakti atau gotong royong. Liturgi juga dapat diartikan sebagai
keterlibatan aktif dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus
dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Karena pada umumnya Ekaristi di pusat
paroki umat sepantasnya mewujudkan partisipasi aktifnya dengan cara memimpin
Ibadat Sabda, Doa Bersama, Pendalaman iman dilingkungan dan aktif,
mewujudkan makna ekaristi dalam hidup sehari-hari, ikut kegiatan sarasehan
untuk meningkatkan kepentingan hidup rohani dll.
c. Pewartaan (Kerygma)
“Kerygma” berasal dari bahasa Yunani yang berarti karya pewartaan
Kabar Gembira. Landasan kokoh tndakan pewartaan ini adalah Tuhan Yesus
Sendiri. Demikian juga umat beriman Kristiani di mana semua diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
27
kepercayaan, dipanggil dan diutus Tuhan Yesus untuk mengambil bagian dalam
tugas pewartaan Kabar Gembira (LG art 35). Dalam hal ini Franz Magnis Suseno
(2017: 160) mengatakan bahwa “Gereja tidak dipanggil untuk mengajak orang
menjadi Katolik, melainkan untuk mengajak mereka bertobat, artinya untuk
berpaling dari sikap egois, kebencian, dan kerakusan ke kesediaan untuk memberi
ruang kepada kasih, kerahiman, dan kegembiraan akan segala apa yang positif.”
Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : katekese katekese
calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainya.
d. Pelayanan (Diakonia)
Diakonia berasal dari bahasa Yunani yakni “diakon” yang berarti
melayani. Tugas pelayanan yang dilaksanakan gereja bersifat sukarela dan tanpa
menuntut karena tujuan utamanya adalah supaya Gereja tumbuh dan berkembang
kearah yang semakin membebaskan dan menyelamatkan umat manusia. Dengan
pelayanan diharapkan umat beriman semakin menyadari akan hidup dalam kasih
kepada sesamanya. Sikap hidup dalam kasih inilah yang nantinya akan
menggerakkan keterbukaan diri dengan penuh empati, partisipasi dan ketulusan
untuk berbagi bagi sesama demi kepentingan seluruh jemaat (Kis 4:32-35).
Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : melakukan kegiatan
sosial karitatif bersama warga lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
28
e. Kesaksian (Martyria)
Martyria berasal dari kata bahasa Yunani yakni “marturion” yang artinya
kesaksian.Kesaksian ini berarti menjadi saksi kristus bagi dunia. Setiap warga
Gereja diutus oleh Yesus untuk menjadi saksi-Nya (Kis. 1:8). Murid Yesus
diharapkan memberi kesaksian dalam hidup sehari-harinya di manapun ia berada
bersama orang lain, sehingga diharapkan umat beriman dapat menjadi garam dan
terang di tengah masyarakat. Memberikan kesaksian juga dapat dilakukan melalui
contoh pengalaman hidup. Umat diharuskan memberikan contoh pengalaman
hidup bahwa dengan mengikuti Yesus Kristus mereka selamat dan bebas dari
kebencian, nafsu, tidak memegahkan diri, positif dan penuh kasih. Beberapa karya
yang termasuk dalam bidang ini, misalnya : aktif dalam kegiatan RT, RW, di
mana lingkungan itu berada. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti kerja bakti,
gotong royong dll.
4. Keterlibatan Kaum Awam Dalam Kehidupan Menggereja Sebagai TNI
Dalam lingkup TNI, memang bukan hanya kaum awam saja yang menjadi
anggota TNI. Ada juga kaum religius yang menjadi anggota TNI. Akan tetapi
pertama-tama pembahasan ini akan berfokus terlebih dulu pada keterlibatan kaum
awam karena pada kenyataannya tentunya kaum awam yang menjadi anggota TNI
pasti lebih banyak daripada kaum religius yang menjadi anggota TNI. Menurut
Yoseph Kristianto, dkk, kata “awam” atau dalam bahasa Yunani “laity” (umat)
adalah orang beriman yang sudah menjadi warga penuh Gereja melalui
pembaptisan, penguatan, dan komuni (1 Ptr 2:9-10), tetapi tidak menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
29
tahbisan suci dan menjadi klerus (Kristianto, 2010: 56). Lumen Gentium artikel.
30 menegaskan bahwa :
Seusai menguraikan tugas hirarki, konsili suci dengan rela mengar ahkan
perhatianya kepada status kaum beriman kristiasni yang disebut awam.
Segala sesuatu yang telah dikatakan tentang umat Allah, sama-sama
dimaksudkan bagi kaum awan, pria maupun wanita , mengingat
kedudukan dan perutusan mereka.
Konsili suci menggambarkan awam sebagai orang yang memiliki martabat
yang sama dengan para hierarki atau kaum rohaniwan-rohaniwati. Lumen
Gentium artikel 31 menjelaskan tentang awam, yaitu:
Yang dimaksud dengan istilah awam di sini ialah semua orang beriman
kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius
yang diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat Baptis
telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah,
dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan
rajawi Kristus, dan enggan demikian sesuai dengan kemampuan mereka
melaksanakan perutusan segenap Umat Kristiani dalam Gereja dan di
dunia.
Menurut Komkat KWI dalam buku Iman Katolik, dengan istilah “awam”
dimaksudkan semua orang beriman Kristen yang tidak termasuk golongan
tahbisan suci dan status kebiaraan yang diakui dalam Gereja. Mereka adalah
orang-orang yang dengan pembaptisan menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus,
dijadikan Umat Allah dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas
Kristus sebagai imam, nabi dan raja, dankarena itu sesuai dengan peranan mereka
dijalankan perutusan seluruh umat Kristen dalam Gereja dan dunia.
Kaum awam tidak menjalankan tugas pelayanan suci atau menerimakan
sakramen-sakramen, dan juga tidak hidup dalam tata dan kondisi kebiaraan.
Dengan kata lain, kaum awam menghayati panggilan hidupnya sebagai anggota
Gereja dengan menjalankan tugas-tugas yang berciri duniawi (tata dunia) (Yoseph
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
30
Kristianto, dkk, 2010:58). Yoseph Kristianto (2010:58) juga mengatakan bahwa
harus disadari pada akhirnya, kerasulan dalam Gereja akan bermuara kepada
dunia juga. Sebab, Gereja sendiri ada bukan untuk dirinya sendiri, melainkan
untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun dan mewartakan Kerajaan Allah di
dunia ini. Dua bentuk kerasulan: kerasulan di tengah-tengah masyarakat (ke dalam
tata dunia) dan kerasulan dalam Gereja.
Kerasulan di tengah-tengah masyarakat dimengerti bahwa kaum awam
dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan-kegiatan penginjilan dan
pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam
tata dunia. Dengan demikian, kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan
kesaksian tentang Kristus dan melayani keselamatan manusia.
Sedangkan tugas kerasulan dalam Gereja sesungguhnya menjadi porsi atau
tanggungjawab hierarki, yang memiliki fungsi utama sebagai pemersatu dan
pemimpin jemaat. Keterlibatan awam dalam tugas membangun Gereja ini bukan
karena menjadi perpanjangan tangan hierarki atau ditugaskan oleh hierarki,
melainkan oleh pembaptisan mereka mendapat tugas dari Kristus sendiri. Tanpa
menonjolkan kekatolikan, kita harus berani menyucikan dunia sebagai ungkapan
perbuatan iman kita akan tugas khas kaum awam (Suharyo, 2009:59). Awam
hendaknya turut berpartisipasi dalam tri tugas Kristus, yaitu tugas kenabian, yaitu
dengan menerima sabda Kristus dan mewartakannya kepada dunia melalui
kesaksian hidup, kata-kata, tindakan, dan katekese; tugas imamat yaitu khususnya
melalui Ekaristi, dengan mempersembahkan hidup mereka dalam seluruh
pekerjaan, doa dan usaha kerasulan dalam kehidupan keluarga dan jerih payah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
31
sehari-hari, melalui beban hidup yang ditanggung dengan sabar dan penghiburan
bagi jiwa dan badan sebagai sebuah kurban rohani yang “karena Yesus Kristus,
berkenan kepada Allah” (1 Ptr 2:5); dan tugas rajawi yaitu dengan melaksanakan
bermacam-macam tugas pelayanan bagi komunitas serta mengisi kegiatan-
kegiatan temporal dan kelembagaan dalam masyarakat dengan nilai-nilai moral.
5. Panggilan Dan Misi Kaum Awam Menurut Dokumen Gereja.
Kaum awam sebagai anggota umat Allah memiliki kekhasan dalam hidup
di duanianya, berbeda pula dengan hidup rohaniwan maupun biarawan. Sebagai
umat Allah dan aggota Gereja tentu kaum awam memiliki panggilan dan tugas
dalam perutusan karya dalam hidupnya. Panggilan dan misi kaum awam tersebut
tertulis pada pokok-pokok ajaran iman Katolik maupun Dokumen Gereja. Ajaran
tentang panggilan kaum awam untuk merasul dalam Dokumen Konsili Vatikan II
menyatakan bahwa :
Gereja diciptakan untuk menyebarluaskan kerajaan Kristus dimana-mana
demi kemuliaan Allah Bapa, dan dengan demikian mengikutsertakan
semua orang dalam penebusan yang membawa keselamatan, dan supaya
melalui mereka seluruh dunia sungguh-sungguh diarahkah kepada Kristus.
Semua kegiatan Tubuh Mistik, yang mengarah kepada tujuan itu disebut
kerasulan. Kerasulan itu dilaksanakan oleh Gereja melalui semua
anggotanya, dengan pelbagai cara.
Para rasul serta para pengganti mereka oleh Kristus diserahi tugas
mengajar, menyucikan dan memimpin atas nama dan kuasa-Nya.
Sedangkan kaum awam ikut serta mengemban tugas imamat, kenabian dan
rajawi Kristus, menunaikan bagian mereka dalam perutusan segenap Umat
Allah dalam Gereja dan di dunia.(Apostolicam Actuositatem Art. 2)
Dalam Dokumen Magisterium Gereja Christifideles Laici Paus Yohanes
Paulus II mengajarkan bahwa tugas panggilan dan misi kaum awam adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
32
persekutuan dengan Kristus (CL 8). Kaum awam diajak untuk mengidupi imanya
melalui perbuatan nyata melalui persekutuan dalam keterlibatan hidup
menggereja. Pelaksanaan tugas panggilan kaum awam pada dasarnya merupakan
partisipasi kaum awam dalam ketiga misi Kristus sebagai imam, nabi, dan raja
(CL 14) serta sebagai langkah nyata yang dilaksanakan untuk dapat bertumbuh
dalam kekudusan yang menjadi panggilan semua umat Kristen (CL 16-17). Kaum
awam juga mempunyai panggilan dan misi untuk mewartakan Injil ( CL 33).
Panggilan dan misi kaum awam juga mengarah pada tugas evangelisasi, melalui
tugas ini diharapkan semakin terbentuknya komunitas iman, sehingga Gereja
sebagai persekutuan semakin setia pada Sabda Tuhan.
Tentang tugas kerasulan awam, Katekismus mengajarkan demikian:
KGK 900 : Kaum awam, seperti juga semua umat beriman, telah
menerima dari Allah tugas kerasulan berkat Pembaptisan dan Penguatan;
karena itu mereka mempunyai hak dan kewajiban, baik sendiri-sendiri
maupun dalam persekutuan dengan orang lain, intuk berusaha supaya
semua manusia di seluruh dunia mengenal dan menerima berita
keselamatan ilahi. Kewajiban ini lebih mndesak lagi, apabila orang
tertentu hanya melalui mereka dapat menerima injil dan mengenal Kristus.
Dalam persekutuan gerejani kegiatan mereka sekian penting, sehingga
kerasulan pastor sering tidak dapat berkembang sepenuhnya tanpa mereka.
KGK 910 : Kaum awam dapat juga merasa dirinya terpanggil atau dapat
dipanggil, untuk bekerja sama dengan para gembala mereka dalam
melayani persekutuan gerejani, demi pertumbuhan dan kehidupan
persekutuan itu. Dalam pada itu mereka dapat mengambil alih pelayanan
yang sangat berbeda-beda, sesuai dengan rahmat dan karisma yang Tuhan
anugerahkan kepada mereka (EN 73).
Dapat disimpulkan bahwa melalui beberapa dokumen gereja seperti
Apostolicam Actuositatem, Christifideles Laici, Evangeli Nutiandi dan
Katekismus Gereja Katolik, secara keseluruhan kaum awam memiliki panggilan
dan misi yang sama. Kaum awam dipanggil dengan misi untuk ikut ambil bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
33
tugas perutusan, membangun persekutuan dengan Kristus, dan ikut berpartisipasi
dalam ketiga misi Kristus sebagai imam, nabi, dan raja. Lebih spesifik juga pada
KGK panggilan dan misi kaum awam
6. Wujud Kaum Awam TNI Menurut Dokumen Gereja
Setiap anggota Tentara Nasional Indonesia harus memiliki profesionalitas
sebagai seorang prajurit dan pejuang serta sadar akan identitasnya yang
mengabdikan diri bagi tanah air yang memiliki disiplin dalam tata kehidupan.
Sebagai Bhayangkari bangsa Indonesia, setiap prajurit TNI memiliki tugas dan
kewajiban serta cita-cita yang ingin dicapainya, oleh karena itu setiap prajurit TNI
dalam hidupnya memiliki tanggungjawab dan memegang teguh disiplin TNI serta
Sapta Marga. Disiplin hidup TNI yang dihidupi setiap anggota terdiri dari nilai-
nilai penting dibagi menjadi dua bagian yaitu Tri-Setia dan Tri-Matra. Dengan
demikian Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman (1992:2) menuliskan
bahwa, disiplin hidup TNI terdiri :
Tri-Setia
a. Setia kepada Amanat Tuhan Yang Maha Esa.
b. Setia kepada Amanat Jiwa Kemerdekaan Indonesia
c. Setia kepada Amanat Penderitaan Rakyat
Tri-Matra
a. Taat/Patuh kepada atasan dengan tidak pernah membantah perintah
atau putusan
b. Setia kawan kepada sesama teman seperjuangan dan senantiasa
menjunjung harkat dan martabat jiwa korsanya.
c. Tanggung-jawab kepada bawahan.
Dengan menghidupi disiplin TNI dalam tata kehidupan, diharapkan setiap
anggota dapat menjadi prajurit yang profesional yang berjuang membertahankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
34
kedaulatan negara sesuai kewajibanya. Pada hakikatnya TNI memiliki identitas
sebagai pejuang dan prajurit profesional, oleh karena itu dalam Tri-Setia nilai
yang pertama dan utama harus di hidupi ialah “Setia kepada Amanat Tuhan Yang
Maha Esa”. Adapun dalam Sapta Marga juga ditekankan dalam nilai nomor tiga
mengenai ketuhanan yang berbunyi “Kami ksatria Indonesia, yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan
keadilan”. Dalam hal ini jika dilihat bahwa dalam disiplin TNI dan Sapta Marga
ditemukan sejumlah nilai yang mengandung religiositas, oleh karena itu setiap
prajurit harus memiliki iman akan Tuhan dalam melaksakan tugas dan
perutusanya. Prajurit yang menyertakan Tuhan dalam setiap tugasnya merupakan
perwujudan iman melalui perbuatan untuk menjaga kedaulatan dan membela
kemerdekaan bangsa Indonesia. Menjadi seorang prajurit tidaklah mudah baik
dalam tugas dan tanggung jawabnya, oleh karena itu keyakinan terhadap Tuhan
yang Maha Esa ditanamkan dari awal terbentuknya TNI oleh Jendral Besar
Soedirman yang diwariskan kepada setiap prajurit TNI. Seperti yang disampaikan
Jendral Soedirman pada 18 Desember 1945 di Yogyakarta, ia mengatakan
“Hendaknya perjuangan kita harus didasarkan atas kesucian, dengan demikian
perjuangan kita lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci, dan kami
percaya, bahwa perjuangan suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan”
(Pusbintal ABRI, 1992: 13). Untuk membentuk prajurit yang memiliki keimanan
dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan taat menjalankan ibadah
sesuai ajaran agamanya serta berakhlak mulia maka dibentuklah pembinaan
mental rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
35
Melalui pembinaan mental rohani inilah personel TNI beserta keluarganya
diberikan pembinaan meliputi bimbingan, penyuluhan, dan perawatan yang
berhubungan dengan pembinaan mental rohani. Keimanan yang kuat dalam TNI
merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan iman prajurit percaya
akan Tuhan, TNI beserta keluarganya dapat melaksanakan tujuan hidup untuk
melayani, mengasihi Tuhan dan sesama. Profesi sebagai TNI merupakan wujud
kerja sebagai manusia untuk mencari nafkah, namun sebagai TNI juga harus sadar
bahwa makna kerja harus berhubungan dengan tujuan hidup manusia yang
sesungguhnya. Dalam Docat dituliskan bahwa “tujuan hidup manusia bukanlah
demi uang atau reputasi, tetapi untuk mencapai kehidupan kekal bersama Tuhan
melalui doa, penyembahan, dan mengasihi sesama manusia” (Docat, 2016: 138).
Dalam menanggapi tugas perutusan sebagai TNI Katolik tidak hanya cukup
berdoa dan bertugas sebagi seorang prajurit namun juga, setiap anggota TNI
Katolik sebagai rasul awam diajak untuk menggembalakan domba-domba.
Menggembalakan domba-domba yang dimaksud ialah aktif dalam keterlibatan
hidup menggereja dengan menjadi gembala bagi kawanan domba sesuai tugas
perutusanya. Wujud kaum awam menurut dokumen gereja dijelaskan dalam
dokumen Konsili Vatikan II :
Kaum awam menunaikan kerasulan mereka yang bermacam-ragam dalam
Gereja maupun masyarakat. dalam kedua tata hidup itu terbukalah pelbagai
bidang kegiatan merasul. (AA art. 9).
Terbukalah gelanggang kerasulan yang tak terduga luasnya di tingkat
nasional maupun internasional, terutama bagi kaum awam, untuk
mengabdikan diri kepada kebijaksanaan kristiani. Dalam berbakti kepada
bangsa dan dalam menunaikan tugas-tugas kewarganegaraan dengan setia,
umat katolik hendaknya menyadari kewajibanya untuk memajukan
kesejahteraan umun yang sejati. (AA art. 14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
36
Hidup menggereja berarti menjalankan kerasulannya dengan kegiatan-
kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan
memantapkan semangat Injil ke dalam dunia. “Ciri khas dan istimewa kaum
awam yakni sifat keduniaanya” (LG art. 31). Disinilah kaum awam TNI dapat
berperan mengambil bagian dalam tugas kenabian dengan cara menerima dan
mewartakan Sabda Kristus melalui kesaksian hidup, kata-kata, tindakan serta
ketekese. Pentingnya kesaksian hidup juga dijelaskan dalam Evangeli Nutiani (EN
art. 21) bahwa sebagai seorang kristen kita dipanggil untuk memberikan kesaksian
dengan membagikan kisah hidup yang memancarkan iman. Dengan hidup
menggereja TNI diharuskan untuk mengambil peran penting dalam pembangunan
jemaat atas dasar iman sejati yang membawa berkat bagi sesama sehingga dalam
pelaksanaanya memiliki rasa kegembiraan, persaudaraan, kekeluargaan dan cinta
kasih. TNI Sebgai warga negra Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila
dan juga sebagai warga Gereja memiliki peran yang harus dilaksanakan terkait
nilai-nilai dalam Pancasila dan nilai dasar Iman Katolik.
Ada sebuah titik temu yang mendasar antara Pancasila dan Iman Katolik,
Dalam hal ini Yudi Latif, Kepala Pelaksanaan Unit Kerja Presiden Pembinaan
Ideologi Pancasila (UKP-PIP) menulis dalam bukunya: “Semua sila (dalam
Pancasila) dipersatukan oleh cinta kasih. Semangat cinta kasih itulah yang dalam
kata kerjanya disebut Bung Karno dengan istilah “gotong royong”. Menurutnya
gotong royong adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari pada
kekeluargaan” (Widharsana, 2018:19). Umat Katolik juga harus dapat
membangkitkan persatuan di Indonesia, umat Katolik sebagai bagian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
37
masyarakat bangsa dan negara, bukan hidup sendiri melainkan dalam komunitas,
maka hendaknya harus ikut ambil bagian dan mengungkapkan cinta kasih dalam
hidup bersama (Suyadi, 2018: 13). Oleh karena itu wujud kaum awam TNI
sebagai warga negara dan umat Katolik bisa dikatakan sungguh dapat menyentuh
eksistensi dasar hidup beriman jika menghidupi prinsip 100% Katolik dan 100%
Indonesia melalui keterlibatannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
dengan inspirasi iman Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
38
BAB III
KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA TENTARA KATOLIK DI
PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU ADISUTJIPTO
A. Identitas Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto
1. Sejarah Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto
Perjalanan Paroki Santo Mikael Pangkalan dari masa perintisan sejak 1962
hingga menjadi paroki mandiri pada tahun 2009 dipaparkan dalam buku kenangan
lustrum ke-1 yang berjudul “Pro Ecclesia et Patria”. Berikut pemaparan sejarah
awal tahap perintisan Paroki Santo Mikael Pangkalan (2014: 24-26) hingga
menjadi paroki mandiri (2014: 85-86) :
a. Tahap Perintisan
Pada mulanya Gereja Santo Mikael Pangkalan muncul sebagai cikal bakal
sejak terbentuknya komunitas Katolik di lingkungan Kompleks Pangkalan Udara
AURI Adisutjipto pada tahun 1962. Sebanyak 17 kepala keluarga (KK) Katolik
hijrah dari pusat pendidikan penerbang Angkatan Udara Republik Indonesia
(AURI) Pangkalan Udara Kalijati Jawa Barat ke tempat pendidikan penerbang
AURI yang baru di Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta. Dengan hanya
difasilitasi rumah kecil untuk beribadah dari dinas AURI, umat katolik perdana ini
dengan setia bertekun dalam doa, peneguhan, penghiburan dan kebersamaan
sebagai kelompok pionir-pionir katolik. Dua tahun kemudian (seputar tahun 1967)
permohonan umat akan hadirnya pastor bagi pelayanan rohani direspon dinas
AURI. Sesuai permintaan umat akan kebutuhan pelayanan rohani dan pendidikan
agama Katolik Marsekal Pertama TNI A. Alamsyah (1967) selaku Gubernur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
39
Akademi Angkatan Udara (AAU) melayangkan surat permohonan kepada Romo
Paroki Kota Baru agar lingkungan Pangkalan Adisutjipto dan pendidikan calon
perwira di AAU mendapat pelayanan rohani sekaligus pengajar agama Katolik.
Pastor khusus (pastor militer bantuan/pasmilban) yang kemudian melayani umat
di lingkungan Karboll AAU dan Kompleks Pangkalan TNI AU2, Adisutjipto
adalah Romo Van Heusden SJ. Secara rutin beliau menjalankan pelayanan umat
TNI AU sampai tahun 1971.
Romo van Heusden SJ memberikan pelayanan ekaristi di kompleks
Pangkalan. Oleh Romo Van Heusden SJ "kapel" pertama Pangkalan yang
menggunakan kelas dinamai Santo Mikael. Nama pemimpin malaikat balatentara
surgawi itu juga dipakai menjadi nama pelindung lingkungan umat Katolik di
dalam kompleks. Meski tanpa plang/papan nama umat fasih dan terbiasa
menyebut Kapel tersebut: Santo Mikael.
Pelayanan pastoral kemudian dilanjutkan oleh Romo Harry Stolk SJ yang
tinggal di Realino menggantikan Romo van Heusden, SJ. Meskipun bukan imam
khusus yang diminta resmi TNI AU, tugas ini dilaksanakan secara tekun dan rutin
selama kurun waktu 1971-1989. Pada zaman Romo Stolk SJ dinas TNI AU
memberikan perhatian kepada umat Katolik dan jemaat Protestan dibangun
sebuah bangunan baru di samping Wisma Adisutjipto sebagai tempat ibadah
bersama. Setiap Minggu pagi digunakan jemaat Protestan, sore hari digunakan
untuk umat Katolik. Cukup lama umat kompleks Pangkalan Adisutjipto mendapat
binaan Romo Stolk SJ. Tata cara liturgi Katolik amat hidup pada saat Romo Stolk
SJ bertugas. Pendekatan personal dan pastoral rumah tangga rupanya menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
40
perhatian Romo Stolk SJ. Tak heran jika tidak sedikit dari pada kaum muda
Gereja Pangkalan tertarik pada kehidupan membiara dan berkeinginan untuk
menjadi imam/biarawan dan suster. Selama masa pelayanan Romo Stolk SJ, ada 2
orang katekis tangguh, yakni Pak Pujo dan Pak Manumpil (pensiunan AURl) yang
menjadi penggerak kehidupan iman umat karena setia dengan tugas pelayanan
umat menyiapkan baptisan baru dan komuni pertama. Tumbuhnya panggilan
hidup menjadi imam dan hidup membiara yang berasal dari reksa pastoral di
Gereja Santo Mikael Pangkalan dapat memberi gambaran awal bahwa kekatolikan
mulai mengakar dalam kehidupan beriman umat. Kemudian Romo Petrus
Soeprijanto, Pr. yang menjabat pastor Paroki Baciro melanjutkan tugas khusus
kategorial Romo Stolk SJ (lalu pindah tugas ke unit Skolastik Jesuit di Kampung
Ambon, Jakarta th. 1989). Romo Soeprijanto, Pr. Ini - sebagaimana dulu terjadi
pada Romo van Heusden, SJ - menerima surat permohonan mengajar di AAU dari
Gubernur AAU Marsekal Muda TNl I Gusti Nyoman Danendra (1989-1991).
Berkat lobby Romo Pri kepada Gubernur AAU inilah sejarah Gereja Indonesia
mencatat bahwa AAU ditetapkan Panitia Kunjungan Paus ke
Indonesia/Sekretariat Negara Republik Indonesia sebagai tempat yang paling
aman sekaligus paling representatif bagi kunjungan pastoral dan Perayaan Ekaristi
Bapa Suci Yohanes Paulus II di Yogyakarta.
Petugas pastoral berikutnya dilanjutkan oleh Romo Bernardinus Saryanto
Wiryoputro, Pr. yang menempati tugas sebagai pastor Paroki Bintaran (tahun
1992-1997). Romo Saryanto, Pr. dengan setia memberikan bimbingan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
41
para Karbol Katolik setiap Kamis malam dan juga menjadi dosen Agama Katolik
bagi seluruh Karbol tingkat I (satu) setiap tahunnya, mulai dari tahun 1992.
Seiring dengan perjalanan waktu, pelayanan teritorial gereja Pangkalan
tidak menjadi eksklusif milik dinas TNI AU saja, tetapi makin terasa
kehadirannya turut menyentuh rohani umat di sekitar Pangkalan. Sejak tahun 1986
sebutan "stasi" Pangkalan mulai melekat pada ingatan umat. Mengapa? Karena
pelayanan rutin dan berkesinambungan di ”stasi" Pangkalan ini, terlebih ketika
Romo Utoyo, Pr (pastor kepala Paroki Baciro) memasukkan ”stasi" Pangkalan ini
ke dalam pelayanan pastoral Paroki Baciro.
Pada masa ini rentang tahun 1986-1994 atap Kapel Pangkalan roboh
sampai tiga kali. Peristiwa ini membuat umat Katolik dan Protestan yang
memakai Kapel secara bergantian mesti mengungsi di bekas gudang senjata yang
kotor dan tidak terawat. Pada kali ketiga sesudah atap roboh direnovasi, umat
Katolik tetap menempati ruangan bekas gudang senjata itu sementara jemaat
Protestan kembali ke kapel lama. Sejak saat itu umat Katolik memasang plang
bertuliskan ”Gereja Santo Mikael Pangkalan” pada gudang bekas penyimpanan
senjata (tahun 1996) pada saat Marsekal Pertama TNI Lambertus F. Silooy
menjadi Komandan Pangkalan Adisutjipto.
b. Paroki Mandiri
Pada tanggal 28 Juli 2007, satu hari sebelum Hari Bakti TNI AU ke 60,
Mgr Ignatius Suharyo selaku Uskup TNI Polri dan Komandan Lanud Adisutjipto,
Marsekal Pertama TNI Benyamin Dandel, S IP, memberkati dan meresmikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
42
seluruh kompleks Gereja Santo Mikael Pangkalan. Peresmian ini juga ditandai
dengan Pembukaan selubung ”h1 Memoriam” Marsekal Muda (Anm.) Agustinus
Adisutjipto beserta foto-foto kenangan pada Ruang Serba Guna Agustinus
Adisutjipto. Termasuk juga pembukaan selubung Panti Gereja ”Marsma TNI
Ignatius Dewanto". Panti Gereja dibangun untuk menambah fasilitas pendukung
berupa gudang, ruang katekese, ruang Mudika dan Komsos, ruang Bina lman
Anak, ruang Pelayanan Sosial Ekonomi/P3K, WC /Kamar Mandi.
Pada tanggal 11 Desember 2007, seusai gladi kotor pelantikan perwira
remaja di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Romo Yos Bintoro Pr bersama
Mayor Sus Martinus Prayitno menghadap Bapak Uskup di Keuskupan untuk
memberi laporan lisan kegiatan umat Pangkalan, sekaligus mengawali pemberian
laporan tahunan tertulis/resmi 1 bulan sesudahnya kepada Bapak Uskup selaku
Uskup Keuskupan Militer dan Uskup Keuskupan Agung Semarang. Setelah 2
buah bundel Laporan Tahunan 2007 yang menggambarkan laporan lengkap
kondisi lapangan baik fisik maupun kegiatan beriman umat yang bergabung dalam
Gereja Santo Mikael Pangkalan disampaikan kepada
Keuskupan, pada tanggal 1-3 Februari 2008 telah dilakukan kunjungan tim
supen/isi KAS bersama Romo Vikjen / Romo Pujasumarta, Pr, Romo
Ekonomat/Romo FA Sugiarta, SJ yang menghasilkan resume rapat:
1) Annual Report 2007 dan pertemuan Kuria KAS dengan unsur perwakilan
umat dalam lingkungan pelayanan Gereja Santo Mikael Pangkalan telah
memberikan gambaran pada Kuria KAS mengenai dinamika umat, dalam tumbuh,
berkembang dan mengarah siap untuk mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
43
2) Ada lampu hijau dari Bapak Uskup bahwa Gereja Santo Mikael Pangkalan
sangat memungkinkan dikembangkan menjadi Paroki Mandiri.
3) Tentunya dengan adanya perkembangan dan perubahan status nantinya umat
harus Iebih siap menghadapi segala konsekuensinya. Dan hal ini akan dilihat
perkembangannya oleh Kuria Keuskupan.
4) Untuk hal tersebut perlu adanya komunikasi yang kontinyu dengan Bapak
Uskup dan Paroki setempat untuk mempersiapkan perkembangan gereja Santo
Mikael menjadi Gereja (Paroki) yang mandiri.
Pada tanggal 21 Februari 2009 Romo Yos Bintoro, Pr telah dilantik oleh
Vikep DIY, Romo B. Saryanto W, Pr sebagai penanggung jawab karya sekaligus
Ketua Pengurus Gereja Santo Mikael Pangkalan yang bertanggung jawab atas 7
lingkungan sesuai koordinasi dan kesepatakan Pastor Paroki / Ketua Dewan
Paroki Kristus Raja Baciro dengan bukti penyerahan tertulis dari masing-masing
unsur ketua dari ketujuh lingkungan di bawah koordinasi pelayanan Gereja Santo
Mikael Pangkalan.
Pada tanggal 28 April 2009, Pengurus Gereja Santo Mikael Pangkalan a.n
Romo Yos telah mengirimkan bundel dokumentasi statuta ”Menuju Gereja
Mandiri” ke Bapak Uskup baik selaku Uskup Umat Katolik di Lingkungan TNI
Polri maupun selaku Uskup Keuskupan Agung Semarang. Dalam dokumen
tersebut telah digambarkan kepengurusan Gereja Santo Mikael Pangkalan yang
telah dikoordinasikan dengan Paroki Baciro, data statistik umat dan notulensi-
notulensi rapat pengurus gereja menuju gereja mandiri. Sementara itu setiap
bulannya Gereja Santo Mikael Pangkalan secara rutin telah mengirim laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
44
keuangan pastoran, keuangan gereja dengan format baru. Termasuk sejak Januari
2009 Gereja Santo Mikael telah melaksanakan kewajiban mengirimkan kolekte
khusus ke Keuskupan Agung Semarang. Secara sistematis dan cermat
(terdokumentasi) perjalanan gereja Pangkalan sebagai gereja yang mengemban
tugas ganda selalu dikerjakan baik. Ada dokumentasi sisi pengelolaan tata
organisasi, administrasi dan keteraturan teknis kewilayahan/teritorial; Ada
dokumentasi pada sisi yang sifatnya khusus yang membawa misi Gereja turut
berpartisipasi membentuk jiwa keprajuritan, membawa pandangan gereja Katolik
dalam pergaulan antar komponen masyarakat sebagai salah satu anak bangsa,
menangani keamanan manusia yang tentunya memberi warna positif bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara di tanah air tercinta.
2. Spiritualitas Santo Mikael
Panglima bala tentara Tuhan, yang dijumpai oleh Yosua pada tahap-tahap
awal peperangannya di tanah perjanjian (Yos 5: 13-15) mempunyai ciri-ciri
sebagai Malaikat Mikael Penghulu Malaikat, sebagai utusan surgawi yang tidak
disebutkan namanya yang bersifat adikodrati, dan kudus. Mikael adalah panglima
malaikat atau pemimpin bala tentara surga yang disebut dalam kitab Wahyu 12:7-
9. Dalam Kitab Daniel 10:21; 12:1; disebutkan malaikat Mikael datang menolong
malaikat Gabriel dalam pergumulanya melawan dewa-dewa Persia dan membela
Israel. Dalam tradisi Talmud, menerangkan bahwa Mikael berarti dia yang seperti
El (Allah) secara harfiah berarti serupa dengan Allah. Mikael adalah salah satu
malaikat utama dalam tradisi Abrahamik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
45
Akhir Abad pertengahan Santo Gregorius memilih Malaikat Mikael
menjadi pelindung kaum Ksatria dan pelindung ordo ksatria di Perancis, Ordo
Santo Mikael 1469. Di Britania juga dibentuk ordo ksatria 1818 menggunakan
nama Order of Santo Michel and Santo George. Seni lukisan sebagai buah
renungan mengenai Malaikat Mikael diekspresikan sebagai seorang prajurit muda
yang kuat. Ia memegang sebuah perisai, berbaju zirah dan sebilah pedang serta
menginjak setan di kakinya. Renungan tentang malaikat Mikael yang hendak
diekspresikan adalah seorang prajurit yang memiliki kekuatan besar, karena
keberaniannya dan hikmat di hadirat Allah. Malaikat Mikael dihayati juga sebagai
panglima yang bertanggung jawab terhadap legion-legion malaikat yang terlibat
dalam peperangan yang sengit melawan setan dan roh-roh jahat. Peperangan ini
berlanjut sampai akhir dunia ini sampai pada kedatangan Yesus dalam kemulian-
Nya didampingi seluruh malaikat-Nya.
Spiritualitas Santo Mikael Malaikat Agung sebagaimana dapat di
renungkan dari doa Yesus dan semangat rasul Paulus juga dari keterangan yang
bisa kita peroleh tentang peran malaikat dalam Kitab Suci serta peran Mikael
sendiri kiranya menjadi konkret dalam semboyan Pro Ecclesia at Patria. Malaikat
Mikael yang selalu sujud berdoa dan menyembah Allah dan selalu menyertai
Yesus Tuhan mewujudkan Kerajaan Allah untuk hidup manusia, menuntun gerak
kehidupan beriman seluruhnya agar diresapi dengan kehadiran Allah. Malaikat
Mikael selalu menjaga agar yang jahat tidak memisahkan kita kasih Allah dalam
Yesus Tuhan. Orang-orang yang percaya akan Yesus Tuhan berkumpul bersama
beribadah memuliakan Allah mewujudkan Gereja. Menjadi jelas bahwa realitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
46
Gereja/Paroki adalah perkumpulan beriman yang beribadah untuk memuliakan
Allah. Mengabaikan ibadah untuk memuliakan Allah pastinya menghilangkan
realitas Gereja/Paroki. Kita ” hanya akan menjadi sekumpulan orang pada
umumnya yang mungkin hanya berorientasi pada apa yang dipikirkan atau
direncanakannya dengan kekuatan akal insaninya. Atau mungkin hanya menjadi
sekelompok pelayan sosial yang sibuk dengan proyek sosialnya. Dalam
peziarahan rohani inilah Santo Mikael Malaikat pelindung paroki kita menuntun
agar kita selalu tetap pada ibadah memuliakan Tuhan bersama Yesus Sang
Junjungan kita.
Dalam kebersamaan dengan warga negara lainnya yang juga memuliakan
Allah, dalam semangat Santo Mikael kita membangun bangsa yang kita cintai ini.
Mengingatkan kita akan ideologi bangsa kita Pancasila dengan sila pertama yang
menegaskan perihal Ketuhanan Yang Maha Esa. Ibadah untuk memuliakan Allah
menjadi pilar utama dalam membangun kehidupan bersama untuk bangsa kita.
Semangat Santo Mikael yang menuntun bangsa terhindar dari yang jahat entah
atas nama fanatisme, radikalisme atau apa pun yang merusak toleransi ibadah
untuk memuliakan Allah. Memuliakan kehadiran Allah dalam kehidupan beriman
sebagaimana yang diperjuangkan Santo Mikael membangun bangsa berarti
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, yang meliputi spiritual,
psikologis, intelektual, sosial, kultural, ekonomi dan politis. Semua aspek
kehidupan ini tercakup dalam 3 nilai Kerajaan Allah yang kita amini dengan iman,
harapan, dan kasih. Implementasinya dalam nilai kehidupan menjadi adil, damai,
dan sukacita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
47
Keadilan adalah relasi yang harmonis antara pribadi, sesama, dan alam
semesta. Relasi ini mengalir dari relasi dengan Allah Sang Sumber dan Pencipta
kehidupan. Relasi menjadi kekuatan utama dalam keadilan, dalam relasi yang
harmonis menurut spiritualitas Santo Mikael, yang selalu menyembah Allah
berarti orang selalu mencintai, menghormati yang lain baik dalam tutur kata
maupun dalam tindak-tanduknya. Spiritualitas Santo Mikael menumbuhkan
semangat kepedulian akan keberadaan yang lainnya penuh cinta dan hormat.
Konkret kepedulian adalah menolong mereka yang tersingkir dan tertindas.
Kepedulian inilah yang dikembangkan dalam hidup paroki kita sesuai dengan
ARDAS KAS 2011-2015 yang disebut dengan pelayanan Kaum Kecil Lemah
Miskin Tersingkir dan Difabel (KLMTD).
Spiritualitas Santo Mikael, yang selalu sujud menyembah Allah
menghadirkan suasana surgawi yang kita kenal dengan kedamaian. Kedamaian
adalah situasi kehidupan di mana tidak ada lagi penindasan dan penghisapan oleh
yang kuat terhadap yang lemah, tidak ada permusuhan maupun peperangan.
Suasana surgawi nyata dalam kehidupan bukan suatu yang jauh dari kehidupan
jika beriman hidup dalam semangat Santo Mikael.
Sukacita adalah situasi di mana orang diterima dan dihargai sesuai dengan
keunikannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensinya
untuk kemudian disumbangkan demi kesejahteraan bersama. Sukacita yang
terbangun dalam spiritualitas Santo Mikael pelindung paroki kita mengarahkan
selalu akan kegembiraan surgawi, yakni sujud dan sembah kepada Allah yang
tampak dalam Yesus Tuhan penebus dan penyelamat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
48
3. Data Spesifikasi Gereja Katolik Santo Mikael Adisutjipto
Data Spesifikasi Gereja diambil berdasar data yang diperoleh buku
kenangan Lustrum ke 1 dan profil paroki halaman 88.
Tabel. 2 Data Spesifikasi Gereja
Nama Gereja Gereja Katolik Santo Mikael (GKSM)/ Paroki
Pangkalan Adisutjipto
Alamat Jl. Lettu TPT Sapardal no.1 Pangkalan Udara
Adisutjipto, Kode Pos. 55198
Jadwal Pelayanan
Perayaan Ekaristi
Misa Harian : Senin – Jumat Pkl. 05.45 Wib
Misa Mingguan : Sabtu Sore Pkl. 16.30 Wib
: Minggu Pagi Pkl. 08.00 Wib
Misa Khusus : Jumat Pertama Pkl. 12.00 Wib untuk
Dinas TNI AU Pkl. 17.00 Wib untuk
umum dengan Adorasi
Pemberkatan
Gereja
19 Agustus 2001 oleh Vikep DIY Rm Jayasewaya, Pr
Peresmian
Kompleks Gereja
28 Juli 2007, oleh Mgr. Ignatius Suharyo/ Uskup TNI –
Polri dan Marsekal Pertama TNI Benyamin Dandel,
S.Ip/ Dan Lanud Adisutjipto
Pesta Nama
Gereja
29 September (Perayaan Malaikat Mikael)
Dikukuhkan
sebagai Paroki
20 September 2009 oleh Mgr. Ignasius Suharyo dengan
kekhususan berkat angka keberuntungan yang cantik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
49
Mandiri 20.09.2009
Semboyan Gereja “Pro Ecclesia et Patria” (Bagi Gereja dan Bangsa)
4. Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial Paroki Santo Mikael Pangkalan
TNI AU Adisutjipto.
Data Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial Paroki diambil berdasarkan
data yang diperoleh buku kenangan Lustrum ke 1 dan profil paroki halaman 149.
Tabel. 3 Jumlah Umat Teritorial dan Kategorial tahun 2014
No. Lingkungan/Ketegorial Jumlah Umat
1 Santo Pius X Pelem 198
2 Santo AR. Wonocatur Timur 146
3 Mgr. Alb. Soegijapranata 94
4 Rafael Pangkalan 137
5 Petrus Faber Gatak 170
6 Ignatius Loyola Karangjambe 76
7 Fransiskus Karangjambe 107
8 AAU (2014) 49
9 Lanud Adi (2014) 75
10 Alumni AAU (1997-2014) 103
11 Purnawirawan 284
Total 1439
B. Situasi Pembinaan Mental Rohani di Paroki Santo Mikael Pangkalan
TNI AU Adisutjipto.
Berkaitan dengan tujuan Pembinaan Mental Rohani yaitu mewujudkan
mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
taat menjalankan ibadah dan berakhlak mulia maka Pembinaan Mental Rohani ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
50
dibagi menjadi tiga pola yaitu : Melalui jalur pendidikan, jalur satua, dan jalur
keluarga. Pembinaan Mental Rohani yang dilaksanakan di Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto diberikan bagi para personel TNI dan
Keluarganya serta Taruna Akedemi Angakatan Udara. Dengan adanya pembinaan
kerohanian dan pembetukan karakter bagi para Taruna Akademi Angkatan Udara,
Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ikut serta dalam menyiapkan
calon pemimpin bangsa yang memiliki spiritualitas dalam kecintaannya terhadap
Negara Indonesia.
Sebagai paroki yang memiliki basis pelayanan kategorial dan teritorial
Paroki Santo Mikael Pangkalan juga bersungguh-sungguh menyiapkan pemimpin
bangsa masa depan dengan menumbuhkan iman para TNI sehingga
mencerminkan slogan lingkungan Pangkalan yaitu 100% Katolik 100% Indonesia.
Pembinaan Mental Rohani di lingkungan Paroki Santo Mikael Pangkalan
Adisutjipto biasa disebut sebagai binroh atau pelajaran agama Katolik bagi
Tarunan Akademi Angkatan Udara. Kegiatan Binroh ini merupakan kegiatan rutin
yang memiliki jadwal tetap namun berbeda-beda di setiap satuan. Kegiatan Binroh
yang rutin dilakasanakan seperti salah satu contohnya pada kesatuan KODIKLAT
yaitu pada hari Kamis pagi pukul 07.30 WIB di Gereja Paroki.
1. Metode yang dipakai dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik
Dalam Buku Petunjuk Induk Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika
(2012:6) dituliskan bahwa metode yang digunakan dalam Pembinaan Mental TNI
meliputi :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
51
a. Bimbingan. Bimbingan merupakan metode pembinaan mental melalui kegiatan
pengasuhan, tuntunan, memberi petunjuk, penjelasan dan cara mengerjakan
sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pembinaan mental rohani.
b. Penyuluhan. Penyuluhan merupakan metode pembinaan mental melalui
kegiatan pemberian penerangan, memberi petunjuk, penjelasan dan cara
melakukan perbuatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohani.
Perawatan. Perawatan merupakan metode pembinaan mental melalui kegiatan
pemeliharaan, pengurusan, menjaga, perbuatan merawat yang berhubungan
dengan pembinaan mental rohani.
2. Gambaran Pembinaan Mental Rohani Katolik Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto
Penting bahwa pembinaan mental rohani katolik perlu dilaksanakan secara
rutin dan wajib bagi TNI. Pembinaan mental rohani katolik sendiri memiliki peran
penting bagi penanaman jiwa seorang prajurit yang memiliki spirtitualitas dalam
tugasnya. Oleh karena itu perlunya langkah lanjutan untuk mengevaluasi sejauh
mana peran pembinaan mental rohani katolik memberikan kontribusi nyata bagi
kualitas prajutit TNI secara personal. Berdasarkan tujuan dari pembinaan mental
rohani sendiri yakni mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama
yang dianutnya serta berbudi pekerti luhur. Oleh karena itu hal yang menjadi
dasar dan utama dalam kaitanya Pembinaan Mental Rohani Katolik di Paroki
Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto ini adalah keikutsertaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
52
keterlibatan. Keikutsertaan dan keterlibatan yang dimaksud adalah keikutsertaan
dalam hal Pembinaan Mental Rohani dan Keterlibatan dalam hidup menggereja.
Dua hal ini perlu dilakukan evaluasi terus menerus untuk mencari tahu apakah
setiap prajurit TNI AU di Paroki Santo Mikael Pangkalan ini sungguh benar-benar
menghayati panggilannya secara profesional untuk melayani kepada sesama dan
negara yang berdasarkan pada nilai ke-Tuhanan.
Sejauh penulis mengamati kegiatan, Pembinaan Rohani Katolik di
lapangan merupakan kegiatan yang diwadahi sebagai forum doa dan sharing
bersama tentang pengalaman spiritual dan pengalaman pergulatan sebagai anggota
TNI AU. Oleh karena itu penting bahwasannya jika kegiatan Pembinaan Mental
Rohani Katolik ini menjadi sebuah kegiatan yang menjadi wadah sharing baik
pengalaman hidup, panggilan, dan spiritual serta kesaksian iman. Berdasarkan
pengamatan di lapangan penulis menemukan masih adanya anggota militer yang
tidak bisa mengikuti kegiatan karena beberapa alasan, oleh karena itu pentingnya
keikutsertaan dalam kegiatan Pembinaan Mental Rohani ini perlu dievaluasi
kembali oleh Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto sebagai pelayanan pada
umat Kategorial.
C. Penelitian Tentang Pengaruh Keikutsertaan Dalam Pembinaan Mental
Rohani Katolik Terhadap Keterlibatan Hidup Menggereja tentara
Katolik Di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto
1. Latar Belakang Penelitian
Menjadi prajurit TNI Katolik merupakan sebuah panggilan khusus. Setiap
prajurit TNI Katolik memiliki tugas sebagai warga negara Indonesia dan Warga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
53
Gereja. Tugas sebagai warga negara ialah menjadi anggota militer yang menjaga
kedaulatan bangsa. Tugas menjadi warga Gereja ialah mereka di panggil menjadi
rasul awam yang hidup di tengah-tengah masyarakat untuk menggembalakan
domba. Dalam hidup sebagai anggota TNI ada banyak nilai-nilai yang penting dan
harus dihidupi untuk menjadi prajurit yang profesional serta beriman kepada
Tuhan yang Maha Esa. Dalam hal demikian ditegakkannya religiositas TNI
melalui rumusan Etika Keprajuritan yang terdiri dari Sumpah prajurit, Sapta
Marga, Delapan Wajib TNI dan Sebelas Asas Kepemimpinan TNI. Oleh karena
itu dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui kontribusi secara langsung
anggota TNI yang telah atau sedang menjalani Pembinaan Mental Rohani
terhadap keterlibatan kehidupan menggereja sebagai rasul awam.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui pelaksanaan Pembinaan Mental Rohani Katolik terhadap
keterlibatan hidup menggereja?
b. Mengetahui sejauh mana keterlibatan tentara Katolik Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto dalam hidup menggereja sebagai rasul awam.
c. Mengemukakan sumbangan pemikiran atau usulan yang dapat diberikan
untuk meningkatkan Pembinaan Mental Rohani Katolik kedepannya demi
memupuk semangat hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
54
3. Rumusan Permasalahan
Menurut latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimana TNI Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto
memahami keterlibatan hidup menggereja?
b. Apakah keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik berpengaruh
terhadap keterlibatan hidup menggereja?
c. Apakah makna dan harapan dalam keterlibatan hidup menggereja?
4. Jenis Penelitian
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif analisis. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berupa kegiatan
yang telah berlangsung sebagai kajian utama. Dalam hal ini Sugiyono (2016:15)
Mengatakan :
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Teknik pengumpulan data yang akan diusahakan untuk melaksanakan
penelitian yaitu dengan memberikan kuesioner kepada responden. Penulis
menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Sugiyono mengatakan
bahwa “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
55
untuk dijawab” (Sugiyono, 2010: 199). Fokus penelitian ini ingin melihat adanya
pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan Mental rohani Katolik dengan
keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto.
5. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penulis mengadakan penelitian yang dilaksanakan di Paroki Pangkalan
Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta. Waktu penelitian
dilaksanakan Pada bulan Februari 2019.
6. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah Umat Kategorial yang berprofesi
sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara yang bertempat
tinggal di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Terhitung dari
data umat kategorial yang diperoleh jumlah personel Katolik di Lingkungan Dinas
Aktif per September 2014 berjumlah 511 personel. Personel yang berjumlah 511
tersebut terdiri dari Purnawirawan berjumlah 284, Alumni AAU berjulah 103,
Lanud Adi berjumlah 75 dan AAU berjumlah 49 personel (data 2014). Karena
situasi di lapangan tidak memungkinkan untuk mengambil data dari responden
sesuai kesatuan masing-masing, Maka dari keseluruhan jumlah personel, dipilih
30 personel dari berbagai kesatuan yang berbeda serta mampu memberikan data
yang diharapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
56
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling dan Snowball Sampling. Penggunaan Purposive Sampling ini
berdasarkan pertimbangan tertentu, dalam hal ini Sugiono (2016:300) mengatakan
bahwa “Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan
pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang
apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Teknik
Snowball Sampling digunakan untuk lebih mendapatkan sampel data yang
lengkap dan besar seperti halnya bola salju yang menggelinding semakin menjadi
besar. Sugiono (2016:300) mengatakan bahwa “Snowball Sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-
lama menjadi besar karena sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu
memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dpat
digunakan sebagai sumber data.”
7. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema.
(Moleong 2011: 280). Penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa
kuesioner. Sugiyono mengatakan bahwa “kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab” (Sugiyono, 2010: 199).
Penggunaan kuesioner ini dapat lebih efisien dan objektif bagi responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
57
Pemberian kuesioner dilengkapi dengan wawancara singkat dengan tiga
pertanyaan untuk mendapatkan data dari reponden yang lebih mendalam
(Sugiyono, 2016: 194). Setelah mendapat data, penulis melaporkan data
persentase dalam bentuk deskripsi. Sebagai tahap terakhir, penulis melakukan
pemeriksaan data kembali setelah itu menafsirkan data dan memaknai dalam
bentuk teori yang sesungguhnya berdasarkan hasil penelitian (Moleong, 2011:
247).
Penulis memperoleh persentase suara responden dengan cara membagi
frekuensi suara masuk (F) dengan jumlah responden keseluruhan (N) kemudian
dikalikan dengan 100% atau dengan rumus:
𝐹
𝑁 X 100%
Keterangan
F : Suara Masuk 100% : Nilai Konstanta
N : Jumlah Responden
8. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memiliki dua variabel yang akan dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulanya. Sugiyono (2016: 61) mengatakan bahwa
“variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
58
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.” Berikut adalah pengelompokan
jumlah soal berdasar variabel yang akan diteliti :
Tabel. 4 Item soal berdasarkan aspek variabel
No. Aspek Variabel Item Soal
Pernyataan Jumlah
1. Keikutsertaan Pembinaan Mental
Rohani Katolik
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13,
14.
14
2. Keterlibatan Hidup Menggereja
sebagai rasul Awam
15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 27, 28, 29.
15
Jumlah 29
9. Kisi-Kisi Penelitian
Kisi-kisi penelitian dijabarkan dalam tabel untuk dibagi menjadi item-soal,
penjabaran berdasarkan pembagian dalam variabel judul skripsi. Dari variabel –
variabel yang sudah ditentukan, penulis mengngelompokkan kembali berdasarkan
indikator. Kemudian dari indikator yang telah ditentukan dapat dibagi menjadi
beberapa item soal seperti pada tabel berikut :
Tabel. 5 Kisi-kisi Penelitian
No. Variabel Indikator No. Item Soal
Pernyataan Jumlah
1. Keikutsertaan
Pembinaan Mental
Rohani Katolik
1. Pemahaman
Pembinaan Mental
Rohani Katolik
1, 2, 3, 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
59
2. Tujuan
Pembinaan Mental
Rohani Katolik
5, 6, 7, 8 4
3. Makna
Pembinaan Mental
Rohani Katolik
9, 10, 11, 12 4
4. Harapan untuk
Pembinaan Mental
Rohani Katolik
13 & 14 2
2. Keterlibatan Hidup
Menggereja
1. Pemahaman
Keterlibatan Hidup
Menggereja
15, 16, 17, 18 4
2. Tujuan
Keterlibatan Hidup
Menggereja
19, 20, 21, 22 4
3. Makna
Keterlibatan Hidup
Menggereja
23, 24, 25, 26 4
4. Harapan dalam
keterlibatan Hidup
Menggereja
27, 28 & 29 3
Jumlah Item Soal Pernyataan 29
Pada pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan teknik
Purposive Sampling, kemudian penulis menambah teknik pengumpulan data
dengan melakukan wawancara. Sehingga pengumpulan data yang dilakukan di
lapangan menggunakan dua teknik yang digabungkan yaitu Purposive Sampling
dan Snowball Sampling. Penambahan teknik pengumpulan data dengan
wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
60
mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil (Sugiyono, 2016: 194). Selain itu
juga penambahan teknik pengumpulan data wawancara ini di latarbelakangi
karena dalam pengisian angket, responden cenderung objektif dan kaku sesuai
kekhasan pribadi sebagai seorang prajurit. Oleh karena itu untuk mendapatkan
data yang lebih lengkap dan mendalam, penulis melakukan pengumpulan data
dengan melakukan interview (wawancara) kepada 7 responden dengan 3
pertanyaan yang di uraikan sesuai indikator yang di tentukan.
D. Laporan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dilaporkan hasil penelitian melalui metode angket
dan wawancara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari 2019 di Gereja
Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto. Responden penelitian berjumlah 30
orang, masing-masing di antaranya merupakan anggota militer aktif yang
berbeda-beda pangkat, tugas dan kesatuan namun tetap berdomisili di wilayah
Pangkalan Paroki Santo Mikael Adisutjipto.
Penelitan yang dilakukan menggunakan teknik sampling Purposive
Sampling dan Snowball Sampling dalam bentuk Angket dan wawancara. Hasil
penelitian dari 30 responden di Paroki Santo Mikael Pangkalan tertera pada tabel
berikut di bawah ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
61
1. Penelitian Angket (Purposive Sampling)
a. Realita Pengaruh Keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani Katolik di
Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto.
Keterangan :
Tabel. 6 Keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani Katolik N = 30
No. Pernyataan Jumlah
Total STS TS N S SS
1. Keikutsertaan
Pembinaan Mental
Rohani merupakan
kewajiban yang harus
dijalani TNI
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
12
(40%)
18
(60%) 100%
2. Saya memahami
pentingnya
keikutsertaan dalam
Pembinaan Mental
Rohani
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
15
(50%)
15
(50%) 100%
3. Dalam Pembinaan
Mental Rohani
Katolik saya semakin
memahami ajaran
agama Katolik
0
(0%)
0
(0%)
1
(3%)
8
(27%)
21
(70%) 100%
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
62
No. Pernyataan Jumlah
Total STS TS N S SS
4. Dalam Pembinaan
Mental Rohani
Katolik saya semakin
memahami nilai luhur
agama dan semangat
serta moralitas prajurit
dalam menjalankan
tugas
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
11
(37%)
19
(63%) 100%
5. Melalui Pembinaan
Mental Rohani
Katolik saya dapat
mewujudkan mental
yang memiliki
keimanan dan
ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha
Esa
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
10
(33%)
20
(67%) 100%
6. Pembinaan Mental
Rohani hanya sebagai
formalitas TNI
sebagai umat
beragama
15
(50%)
12
(40%)
0
(0%)
2
(7%)
1
(3%) 100%
7. Pembinaan Mental
Rohani Katolik
bertujuan agar TNI
taat menjalankan
ibadah sesuai ajaran
agama yang dianutnya
0
(0%)
0
(0%)
1
(3%)
7
(23%)
22
(73%) 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
63
No. Pernyataan Jumlah
Total STS TS N S SS
serta berbudi pekerti
luhur (berakhlak
mulia)
8. Pembinaan Mental
Rohani bertujuan
hanya sekedar
meningkatkan
keimanan kepada
Tuhan
7
(23%)
18
(60%)
0
(0%)
3
(10%)
2
(7%) 100%
9. Keikutsertaan dalam
Pembinaan Mental
Rohani Katolik
Memiliki makna
spiritual dalam hidup
saya
0
(0%)
1
(3%)
0
(0%)
18
(60%)
11
(37%) 100%
10. Pembinaan Mental
Rohani Katolik
mempertinggi moral
dan akhlak yang luhur
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
12
(40%)
18
(60%) 100%
11. Pembinaan Mental
Rohani Katolik
bermakna bagi
hubungan manusia
dengan Tuhan saja
4
(13%)
18
(60%)
1
(3%)
2
(7%)
5
(17%) 100%
12. Pembinaan Mental
Rohani sebagai usaha
untuk memelihara dan
meningkatkan
0
(0%)
1
(3%)
0
(0%)
13
(43%)
16
(53%) 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
64
No. Pernyataan Jumlah
Total STS TS N S SS
keimanan kepada
Tuhan
13. Saya berharap
Pembinaan Mental
Rohani Katolik dapat
dikemas dengan lebih
menarik agar
mencapai kedalaman
iman bagi setiap
anggota
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
17
(57%)
13
(43%) 100%
14. Saya berharap
Pembinaan Mental
Rohani semakin
Memiliki kontribusi
yang lebih dalam
membatu sesama
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
13
(43%)
17
(57%) 100%
Tabel di atas memperlihatkan mengenai sejauh mana pengaruh
keikutsertaan prajurit TNI Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto. Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari pernyataan no 1. Penulis
melihat bahwa 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju bahwa
keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani merupakan kewajiban yang harus
dijalani TNI. Pada pernyataan no. 2, terdapat 15 (50%) reponden menyatakan
setuju dan 15 (50%) lainya menyatakan sangat setuju bahwa responden
memahami pentingnya keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani.
Pernyataan no. 3, terdapat sebanyak 21 (70%) responden menyatakan sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
65
setuju bahwa dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik responden semakin
memahami ajaran agama Katolik.
Kemudian pada pernyataan no. 4 terdapat 19 (63%) responden menyatakan
sangat setuju bahwa dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik responden semakin
memahami nilai luhur agama dan semangat serta moralitas prajurit dalam
menjalankan tugas. Pernyataan no. 5 terdapat 20 (67%) responden menyatakan
sangat setuju bahwa melalui Pembinaan Mental Rohani Katolik responden dapat
mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Pada pernyataan no.6 terdapat 15 (50%) menyatakan sangat tidak
setuju apabila Pembinaan Mental Rohani hanya sebagai formalitas TNI sebagai
umat beragama. Sedangkan pada pernyataan no. 7 terdapat sebanyak 22 (73%)
menyatakan sangat setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani Katolik bertujuan
agar TNI taat menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya serta
berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia).
Kemudian pada pernyataan no. 8 terdapat 18 (60%) responden menyatakan
tidak setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani bertujuan hanya sekedar
meningkatkan keimanan kepada Tuhan. Pada pernyataan no. 9 terdapat sebanyak
18 (60%) responden menyatakan setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani
bertujuan hanya sekedar meningkatkan keimanan kepada Tuhan. Kemudian pada
pernyataan no. 10 terdapat 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju bahwa
Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur.
Sedangkan pada pernyataan no. 11 terdapat sebanyak 18 (60%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
66
hubungan manusia dengan Tuhan saja. Dalam pernyataan no. 12 ada 16 (53%)
responden menyatakan sangat setuju dengan Pembinaan Mental Rohani sebagai
usaha untuk memelihara dan meningkatkan keimanan kepada Tuhan. Kemudian
pada pernyataan no. 13 dan no. 14 terdapat sama-sama 17 responden yang
menjawab setuju 57% pada no. 13, dan sangat setuju 57% pada no. 14.
b. Keterlibatan hidup menggereja Tentara Katolik di Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto
Keterangan :
Tabel. 7 Keterlibatan Hidup menggereja N = 30
No. Pernyataan Jumlah
Total STS TS N S SS
15. Wujud dari
Pembinaan Mental
Rohani merupakan
keterlibatan dalam
hidup menggereja
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
16
(53%)
14
(47%) 100%
16. Keterlibatan hidup
menggereja atas dasar
cinta kasih yang nyata
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
11
(37%)
19
(63%) 100%
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
67
No. Pernyataan Jumlah
Total STS TS N S SS
17. Sebagai TNI Katolik
saya sudah terlibat
dalam hidup
menggereja
0
(0%)
0
(0%)
1
(3%)
15
(50%)
14
(47%) 100%
18. TNI Katolik
memahami
pentingnya
keterlibatan hidup
menggereja
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
13
(43%)
17
(57%) 100%
19. Tujuan dari hidup
menggereja juga
merupakan tujuan dari
Pembinaan Mental
Rohani Katolik
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
17
(57%)
13
(43%) 100%
20. Hidup menggereja
sebagai panggilan dan
perutusan umat
beragama
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
17
(57%)
13
(43%) 100%
21. Keterlibatan hidup
menggereja bertujuan
untuk mengajak TNI
ikut ambil bagian
dalam karya
keselamatan Allah
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
13
(43%)
17
(57%) 100%
22. Keterlibatan hidup
menggereja
sepenuhnya saya
jalani atas dasar iman
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
12
(40%)
18
(60%) 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
68
No. Pernyataan Jumlah
Total STS TS N S SS
kepada Tuhan
23. Saya memaknai
keterlibatan hidup
menggereja
merupakan tugas
sebagai rasul awam
0
(0%)
2
(7%)
3
(10%)
15
(50%)
10
(33%) 100%
24. Dalam hidup
menggereja, saya
dapat memaknai
paggilan sebagai TNI
0
(0%)
0
(0%)
1
(3%)
17
(57%)
12
(40%) 100%
25. Dengan hidup
menggereja saya
memaknai hubungan
manusia dengan
Tuhan dan manusia
dengan sesama
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
8
(27%)
22
(73%) 100%
26. Makna dari hidup
menggereja bagi TNI
Katolik mampu
membentuk mental
rohani dan semakin
beriman dewasa
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
12
(40%)
18
(60%) 100%
27. Dengan hidup
menggereja saya dapat
memberikan
kontribusi atas dasar
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
12
(40%)
18
(60%) 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
69
No. Pernyataan Jumlah
Total STS TS N S SS
iman dalam bentuk
pelayanan murah hati
28. Keterlibatan hidup
menggereja sebagai
sebuah kewajiban bagi
TNI beragama Katolik
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
15
(50%)
15
(50%) 100%
29. Pentingkah
meningkatkan
keterlibatan hidup
menggereja bagi TNI
di masa depan
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
12
(40%)
18
(60%) 100%
Dari tabel di atas pada no. 15 di ketahui bahwa wujud dari Pembinaan
Mental Rohani merupakan keterlibatan dalam hidup menggereja terdapat 16
(53%) responden menyatakan setuju. Pada pernyataan no. 16 ada 19 (63%)
responden menyatakan sangat setuju bahwa dalam menjalani keterlibatan hidup
menggereja atas dasar cinta kasih yang nyata. Kemudian pada pernyataan no. 17
terdapat 15 (50%) menyatakan setuju bahwa sebagai TNI Katolik responden
sudah terlibat dalam hidup menggereja. Pernyataan no. 18 terdapat 17 (57%)
responden menyatakan sangat setuju bahwa TNI Katolik memahami pentingnya
keterlibatan hidup menggereja.
Kemudian pada pernyataan no. 19 dan no. 20 terdapat perolehan data
jumlah dan responden dan persentase yang sama yakni dari 17 (57%) responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
70
menyatakan setuju bahwa no. 19 tujuan dari hidup menggereja juga merupakan
tujuan dari Pembinaan Mental Rohani Katolik, dan pada no. 20 setuju bahwa
hidup menggereja sebagai panggilan dan perutusan umat beragama. Pada
pernyataan no. 21 terdapat 17 (57%) responden menyatakan sangat setuju bahwa
keterlibatan hidup menggereja bertujuan untuk mengajak TNI ikut ambil bagian
dalam karya keselamatan Allah. Pada no. 22 responden menyatakan sangat setuju
bahwa keterlibatan hidup menggereja sepenuhnya responden jalani atas dasar
iman kepada Tuhan, terdapat sebanyak 17 (60%) responden. Kemudian pada
pernyataan no. 23 ada 15 (50%) responden menyatakan setuju bahwa responden
memaknai keterlibatan hidup menggereja merupakan tugas sebagai rasul awam.
Sedangkan pada pernyataan bahwa dalam hidup menggereja, responden dapat
memaknai paggilan sebagai TNI no. 24, terdapat 17 (57%) pernyataan setuju dari
responden.
Pada pernyataan no. 25, terdapat sebanyak 22 (73%) responden menyatakan
sangat setuju bahwa dengan hidup menggereja responden memaknai hubungan
manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesama. Kemudian pada pernyataan
no. 26 mengenai makna dari hidup menggereja bagi TNI Katolik mampu
membentuk mental rohani dan semakin beriman dewasa, terdapat 18 (60%)
responden menyatakan sanagat setuju. Selanjutnya pada pernyataan no. 27
terdapat 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju bahwa dengan hidup
menggereja responden dapat memberikan kontribusi atas dasar iman dalam bentuk
pelayanan murah hati. Pada pernyataan no. 28 terdapat data yang sama yakni 15
(50%) responden menyatakan setuju dan 15 (50%) responden menyatakan sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
71
setuju. Kemudian pada pernyataan terakhir no. 29 mengenai pentingnya
meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi TNI di masa depan mendapat
pernyataan setuju dari 18 (60%) responden.
2. Penelitian Wawancara (Snowball Sampling)
Pada bagian ini akan di laporkan hasil wawancara langsung dengan
responden umat yang berstus TNI aktif. Responden umat TNI aktif yang di
wawancarai ini berjumlah 7 orang yang berbeda pangkat maupun kesatuan.
Interview (wawancara) dilakukan dengan 3 pertanyaan yang telah ditentukan
berdasarkan indikator dari variabel penelitian. Teknik pengumpulan data ini
bermaksud supaya penulis mendapatkan data yang lebih banyak, lengkap dan
mendalam. Berikut Instrumen Pertanyaan wawancara dan hasil jawaban dari
reponden umat:
a. Instrumen Pertanyaan
Tabel. 8 Instrumen Pertanyaan
No Instrumen Pertanyaan
1. Makna Pembinaan Mental Rohani bagi bapak/ibu sebagai prajurit TNI?
2. Apakah dengan adanya Pembinaan Mental Rohani bapak/ibu semakin
terlibat dalam hidup menggereja? Mengapa?
3. Apa harapan bapak/ibu kepada Paroki Santo Mikael terkait kegiatan
Pembinaan Mental Rohani di Pangkalan TNI Adisutjipto?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
72
b. Hasil Wawancara Responden Umat
Berdasarkan hasil wawancara RU dapat menjawab pertanyaan mengenai
pemahaman makna Pembinaan Mental Rohani pada soal pertanyaan nomor 1.
RU1 memaknai Pembinaan Mental Rohani sebagai sarana untuk ambil bagian
dalam karya gereja. Menurut RU1 TNI diberi kesempatan beribadah sesuai agama
dan kepercayaan dalam waktu tertentu, rata-rata seminggu sekali sehingga dalam
pembinaan itu tentara Katolik bisa berkumpul dan saling meneguhkan iman.
Menurut RU2, RU3, RU5 dan RU7 Pembinaan Mental Rohani Katolik dimaknai
sebagai sarana untuk mempertebal dan menguatkan iman.
Pembinaan Mental Rohani Katolik juga dimaknai sebagai sistem
pengendalian diri seorang prajurit sehingga dapat melayani dan menghindari
penyimpangan. Pembinaan Mental Rohani Katolik dimaknai sebagai sarana
menambah wawasan iman hidup menggereja oleh RU4 dan RU6. RU4 dan RU6
mengungkapkan bahwa selama bergulat sebagai TNI terlalu banyak kegiatan yang
menyita waktu, oleh karena itu dengan Pembinaan Mental Rohani Katolik ini
merupakan kesempatan bagi RU4 dan RU6 untuk dapat membantu menambah
pengetahuan iman dari keterbatasanya waktu.
Pada pertanyaan nomor 2, RU menjawab dan menjelaskan mengenai
pengaruh Pembinaan Mental Rohani terhadap RU apakah semakin terlibat dalam
hidup menggereja. Menurut RU1 dengan adanya Pembinaan Mental Rohani RU1
semakin terpanggil dalam hidup menggereja. RU1 juga megatakan di manapun
kita berada kita sebagai minoritas, RU1 sebagai senior harus mampu memberi
contoh dan mampu menggerakkan junior. RU2, RU5, dan RU7 mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
73
bahwa dengan adanya Pembinaan Mental Rohani mereka lebih terlibat dan senang
melayani.
Bagi mereka, terlibat untuk melayani merupakan relevasi dari ajaran
agama selain itu juga RU7 mengungkapkan bahwa dalam melayani juga tidak
itung-itungan karena dengan sepenuh hati dan siap melaksanakan. RU3
menjelaskan bahwa dengan adanya Pembinaan Mental Rohani RU3 semakin giat
dalam hidup menggereja karena ada tambahan-tambahan ilmu dari teman atau
katekis yang membimbing. Selain itu RU3 juga mendapat semangat dan lebih
dalam merasul atau melayani. Menurut RU4 dengan adanya Pembinaan Mental
Rohani, RU4 akan lebih-lebih lagi dalam hidup menggereja. RU4 mengatakan
bahwa hidup menggereja tidak hanya aktif tugas di gereja tetapi juga ikut serta
dalam kegiatan anjangsana terhadap saudara di panti asuhan dan panti jompo.
RU6 mengungkapkan bahwa dalam hidup menggereja secara pribadi belum
maksimal, namun dengan adanya kegiatan Pembinaan Mental Rohani RU6
mengatakan lebih tau dan tertarik dalam hidup menggereja.
Pada soal pertanyaan nomor 3, RU mengungkapkan harapan kepada
Paroki Santo Mikael terkait kegiatan Pembinaan Mental Rohani di Pangkalan TNI
AU Adisutjipto. RU1 dan RU2 mengungkapkan harapannya bahwa paroki dapat
memberi perhatian kepada anggota TNI AU yang tinggal di komplek. Romo
paroki sebagai gembala umat dapat menembus sekat senior dan junior di tentara
untuk dapat terlibat kedalam pergumulan supaya semakin banyak anggota yang
datang. Harapan RU3 untuk paroki Santo Mikael agar umat Katolik di Paroki
Pangkalan semakin giat dan rajin kegiatan menggereja dan semakin percaya diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
74
terhadap Yesus Kristus sebagai juru selamat kita dan memberikan kesejukan iman
terhadap perajurit, karyawan dan masyarakat sekitarnya. RU4, RU5, dan RU7
mengungkapkan harapannya yaitu supaya paroki dapat lebih maju, dalam
menggembalakan umat-Nya, menjadi sarana bagi TNI yang menggerakkan untuk
saling mewujudkan tindakan kasih nyata, dan menjadi garam bagi yang lainnya.
RU4 dan RU7 juga mengungkapkan harapannya agar paroki lebih giat
dalam mengadakan kegiatan kerohanian, memberi wawasan realitas hidup secara
injili kepada umat dan menjadi sumber inspirasi serta sistem kontrol untuk hal-hal
yang tidak baik. Berbeda dengan harapan RU lainya, RU6 mengharapkan kepada
paroki agar Pembinaan Mental Rohani lebih terprogram kembali. Dengan
terprogram kembalinya Pembinaan Mental Rohani RU6 mengharapkan agar
materi yang akan dibahas dalam Pembinaan Mental Rohani lebih terjadwal
sehingga tentara Katolik tidak asal berangkat dan sharing, melainkan juga
memiliki materinya dan dapat menyiapkan materi yang akan disharingkan.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner dan Wawancara
Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data dari penelitian angket
dan wawancara mengenai sejauh mana pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan
Mental Rohani Katolik terhadap keterlibatan hidup menggereja di Paroki Santo
Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto sebagai rasul awam. Dalam hal
keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani, dari data yang diperoleh terdapat 18
(60%) responden menyatakan sangat setuju dan 12 (40%) menyatakan setuju
bahwa keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani merupakan kewajiban yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
75
dijalani TNI. Dari data ini disimpulkan bahwa semua responden menyadari
kewajiban mereka untuk ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani sebagai umat
beragama yang memiliki kewajiban beribadah dalam lingkup panggilannya
sebagai prajurit TNI.
Dengan ikut serta Pembinaan Mental Rohani, diharapkan setiap prajurit
TNI juga dapat memahai pentingnya keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani
bagi kebutuhan hidup beragamanya. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai
pemahaman pentingnya keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani terdapat jumlah
persentase yang sama yakni setuju dan sangat setuju berjumlah 15 (50%)
reponden.
Hidup beragama yang utama ialah meliputi keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa inilah yang menjadi tujuan
dari Pembinaan Mental Rohani, seperti yang tertulis dalam buku petunjuk induk
Pembinaan Mental TNI Pinaka Baladika (2012:8) dikatakan bahwa tujuan
Pembinaan Mental Rohani ialah mewujudkan mental yang memiliki keimanan
dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan tujuan tersebut
terdapat jumlah data yang menunjukkan bahwa 20 (67%) responden menyatakan
sangat setuju dan sisanya 10 (33%) menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa semua responden paham tujuan dari Pembinaan Mental Rohani itu sendiri.
Selain memiliki pemahaman pentingnya keikutsertaan dan tujuan dari Pembinaan
Mental Rohani, responden juga diharapkan dapat memaknai Pembinaan Mental
Rohani itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
76
Dari data yang diperoleh di lapangan terdapat perolehan 18 (60%)
responden menyatakan setuju bahwa Pembinaan Mental Rohani memiliki makna
spiritual dalam hidup responden. Makna spiritual dalam hidup inilah yang disebut
hidup rohani atau dalam penerapanya kepada keterlibatan dalam hidup
menggereja. Dikarenakan setiap prajurit TNI khususnya yang Katolik memiliki
waktu terbatas untuk beribadah sebab banyak kegiatan yang menyita waktu, oleh
karena itu dengan adanya Pembinaan Mental Rohani Katolik merupakan
kesempatan menambah wawasan serta pengetahuan iman sehingga dapat
mempertebal dan menguatkan iman. Selain untuk menambah pengetahuan iman,
agar imanya semakin kuat, Pembinaan Mental Rohani juga dimaknai sebagai
sistem pengendalian diri untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dan
ikut ambil bagian dalam karya gereja.
Dengan ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani tentara Katolik
diharapkan dapat berpengaruh dalam kehidupan menggereja. Oleh karena itu
sebagai paroki diharapkan menjadi wadah bagi umat kategorial TNI AU untuk
berkumpul dalam persekutuan umat Allah sehingga dapat berbuat kasih melayani
Tuhan dan sesama. Dengan demikian 17 (57%) responden menyatakan sangat
setuju bahwasannya mereka memiliki harapan terhadap Pembinaan Mental
Rohani agar semakin memiliki kontribusi yang lebih dalam membantu sesama.
Dengan harapan paroki sebagai tempat bersekutunya umat Allah khususnya
tentara Katolik, yang nantinya hidup dalam kasih dan melayani perlu dievaluasi
sejauhmana keterlibatan hidup menggereja sudah menjadi bagian dalam karya
hidup prajurit TNI AU Katolik. Dalam hal keterlibatan hidup menggereja penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
77
memperoleh data sebanyak 15 (50%) responden menyatakan setuju bahwa sebagai
TNI Katolik responden sudah terlibat dalam hidup menggereja.
Dari data tersebut dapat diartikan masih ada yang belum terlibat sepenunya
ada pula yang sudah terlibat dalam hidup menggereja. Responden yang sudah
terlibat dalam hidup menggereja mengungkapkan alasanya karena merasa
semakin terpanggil dalam melayani dengan sepenuh hati. Hidup menggereja juga
dimaknai oleh responden sebagai relevansi ajaran agama yaitu cinta kasih dengan
melayani. Selain itu hidup menggereja juga merupakan relevansi dari Sapta Marga
nilai ke 3 yang berbunyi “Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan”. Terdapat 17
(57%) responden menyatakan sangat setuju bahwa keterlibatan hidup menggereja
bertujuan untuk mengajak TNI ikut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah.
Sebagai seorang prajurit TNI Katolik juga merupakan hidup dalam panggilan
khusus, panggilan untuk mengabdikan diri bagi Gereja dan bangsa. Diharapkan
dengan panggilan ini setiap prajurit TNI yang ikut serta dalam keterlibatan hidup
menggereja semakin memaknai panggilannya.
Dalam hal pemaknaan panggilan sebagai TNI Katolik kaitanya dengan
hidup menggereja terdapat 17 (57%) responden menyatakan setuju bahwasannya
sebagian dari mereka memaknai panggilan perutusannya. Dengan ikut serta dalam
Pembinaan Mental Rohani Katolik hingga relevansinya pada keterlibatan hidup
menggereja, setiap prajurit TNI AU Katolik memiliki harapan untuk lebih terlibat
dalam hidup menggereja. Dalam wawancara responden mengungkapkan
harapannya kepada paroki maupun romo paroki agar memberi perhatian kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
78
anggota TNI AU yang tinggal di komplek untuk dapat menggembalakan umatnya,
sehingga paroki lebih maju dalam menggembalakan umatnya hingga akhirnya
menjadi paroki sebagai garam bagi yang lainnya. Harapan kepada paroki dengan
kaitannya kegiatan Pembinaan Mental Rohani ini ialah agar paroki semakin giat
dan rajin dalam mengadakan kegiatan kerohanian, memberi wawasan realitas
hidup secara Injili. Sehingga umat yang aktif dalam kegiatan menggereja dapat
semakin percaya diri terhadap Yesus Kristus sebagai juru selamat kita dan
mendapatkan kesejukan iman terhadap prajurit dalam panggilannya, karyawan
dan masyarakat sekitarnya.
Hal ini juga ditunjukkan berdasarkan data yang diperoleh sesuai pada
pernyataan terakhir dalam angket mengenai pentingnya meningkatkan keterlibatan
hidup menggereja bagi TNI di masa depan mendapat pernyataan setuju dari 18
(60%) responden.
F. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Keikutsertaan TNI AU Katolik dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik di
Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto berpengaruh terhadap
semangat hidup menggereja. Dengan adanya kegiatan Pembinaan Mental Rohani
Katolik, Tentara Katolik semakin terpanggil untuk melayani dalam kehidupan
menggereja. Ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani juga berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
79
terhadap bertambahnya ilmu pengetahuan dan wawasan iman dari teman, katekis
maupun romo.
2. Keterlibatan tentara Katolik Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU
Adisutjipto dalam hidup menggereja sebagai rasul awam sudah baik dan sudah
mulai tumbuh benih-benih kesadaran lebih terlibat untuk melayani. Meski belum
semua dapat terlibat dalam hidup menggereja, banyak di antaranya tentara Katolik
sadar akan tugas dan kewajibanya sebagai rasul awam.
3. Tentara Katolik mengemukakan bahwa mereka ingin lebih diperhatikan oleh
paroki maupun romo. Yang dimaksudkan dengan ingin lebih diperhatikan ini
ialah, harapannya paroki lebih maju dan giat mengadakan kegiatan kerohanian
agar menjadi gembala umatnya guna memberi wawasan hidup secara Injili. Selain
itu juga berdasar data yang diperoleh dari angket 12 (40%) responden menyatakan
setuju dan 18 (60%) responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan
pentingnya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi TNI di masa depan.
Responden juga mengungkapkan perlunya Pembinaan Mental Rohani yang lebih
terprogram lagi, demi tercapainya Pembinaan Mental Rohani yang ideal dan baik
bagi semangat hidup menggereja Tentara Katolik.
G. Refleksi Kateketis
Sebagai prajurit TNI yang profesional, setiap prajurit harus selalu
menghidupi disiplin TNI dalam tata kehidupan. Dalam disiplin TNI terdapat Tri-
Setia yang pada nilai pertama harus dihidupi ialah “setia kepada amanat Tuhan
Yang Maha Esa”. Adapun dalam Sapta Marga juga ditekankan dalam nilai yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
80
ketiga mengenai ke-Tuhanan yang berbunyi “Kami kesatria Indonesia, yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan
keadilan”. Pernyataan dalam Disiplin TNI dan Sapta Marga tersebut mengandung
nilai religiositas yang harus dijalankan dalam kehidupan sebagai seorang prajurit
TNI oleh karena itu setiap prajurit harus memiliki iman akan Tuhan dalam setiap
tugas perutusannya. Sebagai prajurit TNI Katolik yang profesional, mereka harus
sadar akan tugasnya untuk mengabdikan diri bagi Gereja dan bangsa. Sikap
prajurit TNI Katolik yang selalu menyertakan Tuhan dalam setiap tugas
perutusannya merupakan perwujudan iman dari tugas mereka untuk mengabdikan
diri bagi Gereja dan bangsa.
Tugas sebagai warga negara sudah dijalankan dengan menjadi prajurit
TNI. Demikian juga halnya sebagai warga Gereja, TNI menjalankan tugasnya
sebagai rasul awam. Sebagai rasul awam yang baik, TNI Katolik diharapkan
memahami kewajibannya untuk ikut serta dalam pembinaan mental rohani.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, keikutsertaan dalam pembinaan
mental rohani berpengaruh terhadap spiritualitas TNI Katolik. Semakin mereka
aktif mengikuti pembinaan mental rohani, iman mereka semakin diteguhkan,
pengetahuan iman mereka semakin luas, dan semakin memahami isi dari Kitab
Suci.
Dengan pengetahuan iman yang semakin luas, mereka disadarkan akan
tujuan hidup mereka yaitu untuk mengasihi Tuhan dan sesama seperti sabda
Tuhan Yesus, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat 22:37) dan “kasihilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
81
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39). Dengan kasih yang
semakin mendalam, mereka semakin sadar dan mau memenuhi kewajiban mereka
sebagai rasul awam untuk terlibat dalam kehidupan menggereja. Bentuk dari
kehidupan menggereja itu misalnya mau menjadi prodiakon, ketua lingkungan,
katekis dan juga mau terlibat dalam tugas-tugas gerejawi lainnya. Keterlibatan itu
menjadi salah satu wujud konkret dalam mengasihi serta melayani Tuhan dan
sesama manusia. Dengan terlibat dalam hidup menggereja TNI Katolik dapat
dikatakan ikut ambil bagian dalam mewujudkan panca tugas Gereja yang terdiri
dari Persekutuan (Koinonia), Peribadahan (Leitourgia), Pewartaan (Kerygma),
Pelayanan (Diakonia), Kesaksian (Martyria).
Oleh karena itu untuk menjadi prajurit TNI Katolik yang baik, diharapkan
mereka dapat terus terlibat dalam kegiatan menggereja misalnya ikut serta dalam
Pembinaan Mental Rohani Katolik hingga akhirnya dapat terlibat dalam
pelayanan maupun aktif dalam kegiatan menggereja lainya. Keterlibatan dalam
hidup menggereja merupakan ungkapan dari iman seperti yang dikatakan oleh
Rasul Yakobus “Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu akan mati” (Yak 2:17). Dengan ikut serta dalam
Pembinaan Mental Rohani Katolik, setiap prajurit menjadi semakin peka hati
nuraninya. Dengan begitu, mereka semakin mampu hidup dipimpin oleh Roh
dalam tugas dan perutusannya dalam terang iman Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
82
BAB IV
PROGRAM KEGIATAN SARASEHAN PEMBINAAN MENTAL ROHANI
UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA
TNI KATOLIK DI PAROKI SANTO MIKAEL PANGKALAN TNI AU
ADISUTJIPTO
Pada bab III penulis telah memaparkan hasil dan pembahasan penelitian
mengenai pengaruh keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik
terhadap keterlibatan hidup menggereja. Berdasarkan penelitian dapat dilihat
bahwa responden yang ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik
semakin terpanggil untuk melayani dan terlibat dalam kehidupan menggereja.
Pembinaan Mental Rohani juga berpengaruh terhadap bertambahnya ilmu
pengetahuan dan wawasan iman dari teman, katekis maupun romo. Sehingga
tentara Katolik yang ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik semakin
sadar akan tugas dan kewajibanya sebagai rasul awam. Responden juga
mengungkapkan harapannya kepada paroki agar lebih maju dan giat mengadakan
kegiatan kerohanian serta perlunya Pembinaan Mental Rohani yang lebih
terprogram lagi.
Pada bab IV ini, penulis memberikan usulan kegiatan sebagai tindak lanjut
dari hasil penelitian yang diperoleh. Harapannya usulan kegiatan ini dapat
membantu tentara Katolik semakin aktif ikut serta dalam Pembinaan Mental
Rohani Katolik sehingga dapat semakin juga terlibat dalam hidup menggereja.
Pada Bab IV ini terdiri dari latar belakang pemilihan kegiatan, tujuan kegiatan,
usulan kegiatan, usulan tema, matriks dan penjabaran proses kegiatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
83
A. Pentingnya Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani
Berdasarkan hasil penelitian dan juga menanggapi kebutuhan dari
responden, maka penulis memberikan usulan program Sarasehan Pembinaan
Mental Rohani Katolik. Oleh karena itu untuk lebih memahami kegiatan
Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik penulis memaparkan uraian
pentingnya kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Sarasehan
merupakan kegiatan pertemuan yang baik dilaksanakan untuk mendengarkan
informasi dari seorang yang ahli dalam sebuah forum pembicaraan yang disertai
sharing untuk membahas topik kegiatan kerohanian. Kegiatan kerohanian yang
dimaksud dalam hal ini dikemas sebagi Sarasehan Pembinaan Mental Rohani
Katolik. Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik berisikan kegiatan yang
memberi informasi pengetahuan iman Katolik dari berbagai sumber guna
mengembangkan iman TNI Katolik akan panggilannya mengenai tugas dan
kewajiban sebagai warga Gereja dan negara.
Pentingnya kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik dalam
konteks lingkungan militer ialah yang pertama dari segi waktu yang lebih efisien.
Pengadaan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik dari segi waktu
dapat mengikuti jadwal kegiatan Pembinaan Mental Rohani pada umumnya sesuai
jadwal kegiatan di kesatuan tugas masing-masing. Pentingnya Sarasehan
Pembinaan Mental Rohani Katolik yang kedua ialah pengemasan kegiatan yang
lebih sistematis, padat, jelas dan menarik sesuai kebutuhan umat. Selain itu juga
dengan kegiatan ini dapat dipastikan umat lebih tertarik untuk ikut serta secara
mendalam karena dalam pelaksanaan, umat sudah tahu atau memiliki jadwal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
84
proses jalannya kegiatan berdasarkan sesi dan materi. Umat juga dibagikan lembar
materi sesuai sesi agar umat dapat mengikuti jalannya kegiatan dengan lebih
mendalam. Dengan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik ini
juga diharapkan umat dapat semakin memaknai panggilannya dalam terang iman
Katolik sehingga semakin terlibat aktif dalam hidup menggereja.
1. Persiapan
Hal yang perlu dipersiapkan oleh paroki terkait kegiatan Sarasehan
Pembinaan Mental Rohani Katolik ialah materi, jadwal dan komunikasi ke
masing-masing satuan tugas TNI AU Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan
Adisutjipto. Persiapan materi dapat dibicarakan bersama dalam periode tertentu
mengikuti kebutuhan paroki atau kalender liturgi. Dalam hal ini materi yang akan
diberikan bersifat situasional, namun perlu persiapan yang matang baik juga untuk
sarana dan bahan yang diperlukan.
Hal lain yang perlu dipersiapkan ialah jadwal pelaksanaan kegiatan
Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Jadwal dapat ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama baik paroki maupun satuan tugas, namun dapat
digarisbawahi bahwa kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik
hanya dapat menggantikan jadwal kegiatan Pembinaan Mental Rohani atau yang
biasa mereka sebut Binroh yang dilaksanakan secara rutian biasanya. Jadwal
kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik dapat menggantikan
kegiatan Binroh dikarenakan jadwal kegiatan prajurit TNI sangatlah padat.
Bahkan berdasarkan hasil penelitian responden menyatakan bahwa dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
85
kegiatan Binroh ini mereka lebih terbantu dalam menambah pengetahuan iman
selain dalam Ekaristi, karena Binroh ini merupakan kesempatan yang baik dibalik
jadwal kegiatan mereka yang begitu padat.
Selain itu persiapan lain juga merupakan komunikasi, untuk merancang
kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik kedepannya membutuhkan
pertemuan yang harus dilaksanakan guna membahas persiapan. Komunikasi yang
dimaksudkan ialah dalam bentuk kesepakatan bersama yang dikomunikasikan
oleh romo paroki, dewan paroki, bidang katekese, maupun bidang Binroh atau
siapapun yang memiliki kehendak dalam hal pelaksanaan kegiatan ini. Dalam
pelaksanaannya komunikasi ini juga dilakukan untuk menyamaratakan penentuan
tema umun kegiatan di setiap satuan tugas TNI AU dalam Paroki Santo Mikael
Pangkalan Adisutjipto.
2. Kesimpulan
Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik sangat penting bagi
kebutuhan TNI AU Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto saat ini.
Kegiatan ini perlu dipersiapkan dengan baik apabila akan dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh untuk kepentingan hidup spiritual TNI Katolik. Kegiatan ini
juga merupakan tanggapan atas apa yang dibutuhkan umat TNI Katolik saat ini
juga sehingga dapat memberi kesejukan iman terhadap prajurit. Dengan demikian
Sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik juga dapat menjadi sarana bagi
Gereja untuk dapat membangkitkan semangat Pro Ecclesia et Patria bagi TNI
Katolik di Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
86
B. Usulan Kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani
1. Latar belakang usulan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani
Sebagai warga negara sekaligus warga Gereja umat paroki Santo Mikael
pangkalan Adisutjipto memiliki semboyan 100% Katolik 100% Indonesia.
Menjadi warga negara, umat kategorial di Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI
AU Adisutjipto tentu sudah menjalankan kewajiban dalam tugas sebagai TNI.
Profesi sebagai TNI Katolik merupakan tugas panggilan khusus yang memiliki
tanggung jawab besar dalam tatanan kehidupan. Tugas, kewajiban dan tanggung
jawab sebagai TNI Katolik sangatlah banyak, oleh karena itu dalam kehidupan
TNI ada tatanan norma dalam sikap dan tindakan. Sikap dan tindakan dalam
kaitannya sebagai warga Gereja tentu bukan hanya hubungan secara baik saja
terhadap manusia, namun juga hubungan baik dengan Tuhan. Hubungan baik
manusia dengan Tuhan maupun manusia dengan manusia perlu dibangun oleh
sikap dasar cinta kasih yang tumbuh dari iman. Iman inilah yang tumbuh dari
kebiasan-kebiasaan hidup rohani sebagi TNI.
Dalam kenyataannya hidup rohani TNI Katolik turut diperhatikan melalui
kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Kegiatan Pembinaan Mental Rohani
Katolik ini harapannya dapat lebih diminati melalui keikutsertaan yang aktif oleh
semua TNI Katolik. Dengan ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik,
TNI Katolik dapat semakin memaknai panggilannya dan aktif dalam kegiatan
menggereja dalam terang iman kristiani. Data yang penulis peroleh, dari hasil
penelitian dapat dipastikan bahwa banyak responden yang aktif dalam kegiatan
hidup menggereja serta responden juga menyatakan keterlibatannya dalam hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
87
menggereja masih kurang namun masih dalam proses. Oleh karena itu
berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis mengusulkan kegiatan untuk
membantu umat agar lebih disiplin ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani
dan terlibat dalam hidup menggereja yaitu dengan kegiatan Sarasehan Pembinaan
Mental Rohani.
Kegiatan sarasehan ini dipilih sebagai upaya dalam membantu TNI
Katolik untuk lebih menyegarkan iman akan panggilannya melalui informasi-
informasi pengajaran iman, kisah-kisah inspiratif, video dan sharing. Dengan
penyegaran iman kembali TNI Katolik diajak untuk lebih sadar akan tugas dan
panggilannya sebagai kaum awam hingga kewajibannya dalam keterlibatan hidup
menggereja. Harapannya dengan kegiatan Sarasehan Pembinaan Mental Rohani
Katolik ini juga TNI semakin menghayati iman dalam panggilan hingga
keterlibatannya sebagai warga masyarakat. Hendrianto (2018; 18) Mengatakan
bahwa menghayati iman dalam keterlibatan dapat dilakukan dengan praktik atau
karya personal yang baik, praktik personal seorang Katolik di dalam keseharian
merupakan buah pengalaman dan pengendapannya atas berbagai ajaran Gereja
maupun praktik laku kerohanian Katolik.
2. Tujuan Kegiatan
Untuk lebih memahami maksud “Sarasehan Pembinaan Mental Rohani” penulis
menjabarkan tujuan kegiatan sebagai brikut :
1. Agar TNI Katolik semakin aktif terlibat dalam pembinaan mental rohani
Katolik untuk mengembangkan imannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
88
2. Agar TNI Katolik semakin memaknai panggilannya yang khusus juga sebagai
rasul awam yang berkarya bagi gereja dan bangsa.
3. Agar TNI Katolik semakin terlibat dalam pelayanan maupun aktif kegiatan
menggereja.
3. Usulan Tema dan Penjelasannya
Dalam merancang usulan kegiatan, penulis menyusun langkah-langkah
kegiatan beserta penjelasannya agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.
Langkah pertama dimulai dengan tema umum yang dijelaskan sehingga menjadi
acuan untuk sub tema per kegiatan sarasehan.
Tema Umum : Dipanggil menjadi berkat untuk membangun NKRI
dalam terang iman Katolik
Tujuan Umum : TNI Katolik semakin menyadari panggilannya dalam
terang iman Katolik. Dengan mengahayati panggilan,
diharapkan TNI Katolik semakin aktif dalam hidup
menggereja sehingga dapat mewujudkan budaya
kasih dalam hidup serta menjalankan tugas sebagai
pengabdian sekaligus pelayanan secara profesional.
Tema Sarasehan I : Menghayati panggilan dalam terang iman Katolik
Tujuan : Menghayati panggilan terrmasuk juga dalam
menjalakan tugas dan tanggung jawab sebagai umat
Katolik. TNI Katolik semakin terlibat dalam kegiatan
Pembinaan Mental Rohani yang menjadi ruang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
89
menghayati panggilan dan komunikasi iman.
Tema Sarasehan II : Keterlibatan menggereja sebagai ungkapan iman
yang nyata.
Tujuan : TNI Katolik dapat mewujudkan imannya melalui
tindakan nyata dalam pelayanan dan terlibat dalam
kegiatan menggereja demi tercapainya Kerajaan
Allah.
Tema Sarasehan III : Menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia
Tujuan : Mewujudkan Cinta Kasih sebagai identitas ajaran
iman Katolik dalam hidup sehari melalui tindakan
nyata. Dalam terang iman Katolik mengamalkan
Pancasila demi mewujudkan kesejahteraan bersama.
4. Peserta
Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah Umat Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto terkhusus TNI Katolik. Pada dasarnya kegiatan
rutin Pembinaan Mental Rohani terlaksana dengan jadwal yang berbeda-beda
sesuai kesatuan di Pangkalan TNI AU. Oleh karena itu penentuan peserta juga
mengacu pada ketentuan Romo paroki terkait situasi dan kondisi yang
memungkinkan. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan
campuran satuan TNI AU Katolik di wilayah Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI
AU Adisutjipto.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
90
5. Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan kegiatan di Aula Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI
AU Adisutjipto. Waktu pelaksanaan pada bulan Agustus 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
6. Matriks usulan kegiatan
Tema Umum : Dipanggil menjadi berkat untuk membangun NKRI dalam terang iman Katolik.
Tujuan Umum : TNI Katolik semakin menyadari panggilannya dalam terang iman Katolik, sehingga dapat mewujudkan
budaya kasih dalam hidup serta menjalankan tugas sebagai pengabdian sekaligus pelayanan secara profesional.
No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
1. 1 Agustus
2019
08.00 -
10.00
WIB
Menghayati
panggilan dalam
terang iman
Katolik
TNI Katolik semakin
terlibat dalam
kegiatan Pembinaan
Mental Rohani yang
menjadi ruang dalam
menghayati panggilan
dan komunikasi iman.
Video
“Lentera
Indonesia –
Kepak Sayap
Garuda di
Mancanegara
Lebanon.”
Sharing
Sharing
Informasi
Dialog
Video
Mic
Speaker
LCD
Laptop
Hand
Out
Pengalaman
hidup peserta.
Apostolicam
Actuositatem Art
2, 4, 14, 16.
Christifideles
Laici Art 8, 24,
33, 40 dan 42.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
Materi
menghayati
panggilan
sebagai TNI
Memahami
Panggilan dan
Misi Kaum
Awam.
Katekismus
Gereja Katolik.
Art 900 dan 910
Kitab Suci
Yes 6:8
Mat 28:18-20
2. 8 Agustus
2019
08.00 -
10.00
WIB
Keterlibatan
menggereja sebagai
ungkapan iman
yang nyata.
TNI Katolik dapat
mewujudkan imanya
melalui tindakan nyata
dalam pelayanan dan
terlibat dalam
Video “Aku
Mau, Aku
Bisa (Film
Dokumenter
Kegiatan
Informasi
Video
Dialog
Sharing
Mic
Speaker
LCD
Laptop
Hand
Pengalaman
hidup peserta.
Johannes
Dijkstara, S.J
Buku Menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
kegiatan menggereja
demi tercapainya
Kerajaan Allah.
Orang Muda
Katolik Gereja
San Inigo
Dirjodipuran)”
Sharing
Mengenal
perutusan
Gereja
Menjadi garam
dunia sejati
Keterlibatan
hidup
menggereja
Out garam dunia
sejati. Halaman
1-8
Nota Pastoral,
KWI (2018).
Panggilan
Dalam Hidup
Berbangsa.
Halaman 19-22.
Franz Magnis
Suseno (2017).
Buku Katolik itu
apa. Halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
sebagai
ungkapan
iman.
178
Kitab Suci
Kis 2:41-47
3. 15
Agustus
2019
08.00 -
10.00
WIB
Menjadi 100%
Katolik dan 100%
Indonesia.
Mewujudkan Cinta
Kasih sebagai
identitas ajaran iman
Katolik dalam hidup
sehari melalui
tindakan nyata. Dalam
terang iman Katolik
mengamalkan
Pancasila demi
mewujudkan
Video “Mgr.
Soegijapranata
- 100%
Katolik, 100%
Indonesia.”
Sharing
Materi
menghayati
semangat
Santo Mikael
Informasi
Dialog
Sharing
Mic
Speake
r
LCD
Laptop
Hand
Out
Buku Lustrum ke
1 Paroki Santo
Mikael
Adisuttjipto. Hal.
12
Artikel oleh Linus
Ngaba (2015).
Agustinus
Adisutjipto
Seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
kesejahteraan
bersama.
Menghayati
semangat
Agustinus
Adisutjipto.
Membangun
NKRI dalam
terang iman
Katolik.
Profesional Sejati
https://diataka.blo
gspot.com/2015/1
2/agustinus-
adisutjipto-
seorang.html
Yulius Kardinal
Darmaatmaja, SJ
(2019). Umat
Katolik
Dipanggil
Membangun
NKRI. Halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
81-87 dan 102.
Kitab Suci
Mat. 22: 37-39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
7. Contoh Satuan Pertemuan Sarasehan III
a. Tema : Menjadi 100% Katolik 100% Indonesia
b. Tujuan : Mewujudkan cinta kasih sebagai identitas ajaran iman
Katolik dalam hidup sehari-hari melalui tindakan nyata,
sehingga dalam terang iman Katolik dapat
mengamalkan Pancasila demi mewujudkan
kesejahteraan bersama.
c. Materi : Video Soegijapranata - 100% Katolik, 100% Indonesia,
menghayati semangat Santo Mikael, menghayati
semangat Agustinus Adisutjipto dan Materi
Membangun NKRI dalam terang Iman Katolik.
d. Metode : Sharing Pengalaman, Informasi, Dialog dan Video
e. Sumber Bahan : Video, Buku Lustrum Paroki, artikel Agustinus
Adisutjipto, Buku Umat Katolik dipanggil membangun
NKRI.
f. Sarana : Mic, speaker, LCD dan laptop.
g. Pemikiran Dasar :
Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto merupakan paroki dengan dua
dimensi pelayanan yakni dalam teritorial dan kategorial. Arah gerak utama Gereja
paroki adalah menggembalakan umatnya agar dapat menjalankan tugas dan
panggilannya berdasarkan inspirasi iman Katolik. Didasari motto semangat Uskup
pertama KAS Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ yakni 100% Katolik 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Indonesia, paroki hadir untuk mengembangkan iman prajurit TNI Katolik. Dengan
demikan peran iman Katolik dalam panggilan sebagai prajurit TNI dapat
diwujudnyatakan dalam kesungguhan melayani masyarakat dengan cinta kasih.
Harapannya dengan hadirnya karya pelayanan paroki dalam bentuk kegiatan ini
baik Pembinaan Mental Rohani Katolik, setiap prajurit TNI Katolik semakin
terlibat dalam kehidupan menggereja.
1) Pengantar (08.00 WIB-08.05 WIB)
Bapak/ibu dan saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada
pagi hari ini kita berkumpul di tempat ini oleh karena rahmat dan kasih-Nya yang
senantiasa mengalir dalam seruluh hidup kita. Pada kesempatan ini, bersama-sama
kita akan belajar untuk lebih memaknai moto 100% Katolik 100% Indonesia.
Menjadi seorang prajurit TNI tentunya kita harus benar-benar menunjukkan
identitas kita sebagai warga negara dan warga Gereja melalui karya keterlibatan
dan pelayanan kepada semua orang. Oleh karena itu melalui kesempatan
pertemuan terakhir ini kita bersama-sama nantinya akan menonton video,
mengahayati semangat Santo Mikael dan Agustinus Adisutjipto serta membangun
NKRI dalam terang iman Katolik.
2) Doa Pembukaan (08.05 WIB-08.10 WIB)
Allah Bapa yang Maha Baik dan Maha Kasih, kami bersyukur dan
berterimakasih karena pada pagi hari ini kami dapat berkumpul untuk
h. Pengembangan Langkah-langkah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
melaksanakan kegiatan sarasehan pertemuan ke tiga ini. Tuhan, kami mohon
ampuni segala dosa kami agar kami pantas hidup dalam pernyertaanmu di setiap
tugas kami serta kuatkanlah kami dalam kelemahan kami sebagai prajurit TNI AU
Katolik. Ya Tuhan, pada kesempatan ini kami hendak belajar bersama untuk
mewujudkan cinta kasih sebagai identitas ajaran iman Katolik dalam tugas
maupun hidup kami sehari-hari. Kami mohon berkatmu Tuhan untuk seluruh
rangakaian kegiatan ini serta semua orang yang terlibat di dalamnya, semoga
engkau menerangi kami dengan Roh Kudus-Mu sehingga kami dapat
melaksanakan kegiatan kami dengan baik. Semua ini kami mohon dengan
pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
3) Menonton Video 100% Katolik 100% Indonesia (08.10 WIB-08.35 WIB)
Pendamping mengajak peserta untuk menonton video tentang Mgr.
Soegijapranata dengan slogannya 100% Katolik, 100% Indonesia. Peserta diajak
sungguh-sungguh menyimak peristiwa dalam video agar dapat memaknai nilai-
nilai iman kristiani yang dapat dipetik.
4) Sharing Pengalaman Umat (08.35 WIB-08.55 WIB)
Peserta dipersilahkan untuk sharing singkat berdasarkan video yang telah
ditonton bersama dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut :
- Nilai-nilai apa yang Anda dapatkan terkait iman Katolik?
- Bagaimana Anda memaknai 100% Katolik 100% Indonesia dalam hidup
sehari?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
5) Sharing Pengalaman Pendamping (08.55 WIB-09.00 WIB)
Pendamping memberikan tambahan sharing untuk berbagi kisah kesaksian
pengalaman iman. Pendamping juga memberi tanggapan dan meringkas hasil
sharing bersama.
6) Peneguhan dari Pendamping
Pendamping memberikan peneguhan singkat atas apa yang telang
disharingkan bersama. Peneguhan berisi poin-poin pokok dari kesaksian
pengalaman iman bersama yang menjadi sumber semangat dalam panggilan.
7) Materi Menjadi 100% Katolik 100% Indonesia (09.00 WIB-09.30 WIB)
- Menghayati semangat Santo Mikael
Spiritualitas Santo Mikael Malaikat Agung sebagaimana dapat di
renungkan dari doa Yesus dan semangat rasul Paulus juga dari keterangan yang
bisa kita peroleh tentang peran malaikat dalam Kitab Suci serta peran Mikael
sendiri kiranya menjadi konkret dalam semboyan Pro Ecclesia at Patria. Malaikat
Mikael yang selalu sujud berdoa dan menyembah Allah dan selalu menyertai
Yesus Tuhan mewujudkan Kerajaan Allah untuk hidup manusia, menuntun gerak
kehidupan beriman seluruhnya agar diresapi dengan kehadiran Allah. Malaikat
Mikael selalu menjaga agar yang jahat tidak memisahkan kita kasih Allah dalam
Yesus Tuhan. Orang-orang yang percaya akan Yesus Tuhan berkumpul bersama
beribadah memuliakan Allah mewujudkan Gereja. Menjadi jelas bahwa realitas
Gereja/Paroki adalah perkumpulan beriman yang beribadah untuk memuliakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Allah. Mengabaikan ibadah untuk memuliakan Allah pastinya menghilangkan
realitas Gereja/Paroki. Kita hanya akan menjadi sekumpulan orang pada
umumnya yang mungkin hanya berorientasi pada apa yang dipikirkan atau
direncanakannya dengan kekuatan akal insaninya. Atau mungkin hanya menjadi
sekelompok pelayan sosial yang sibuk dengan proyek sosialnya. Dalam
peziarahan rohani inilah Santo Mikael Malaikat pelindung paroki kita menuntun
agar kita selalu tetap pada ibadah memuliakan Tuhan bersama Yesus Sang
Junjungan kita.
Dalam kebersamaan dengan warga negara lainnya yang juga memuliakan
Allah, dalam semangat Santo Mikael kita membangun bangsa yang kita cintai ini.
Mengingatkan kita akan ideologi bangsa kita Pancasila dengan sila pertama yang
menegaskan perihal Ketuhanan Yang Mahaesa. Ibadah untuk memuliakan Allah
menjadi pilar utama dalam membangun kehidupan bersama untuk bangsa kita.
Semangat Santo Mikael yang menuntun bangsa terhindar dari yang jahat entah
atas nama fanatisme, radikalisme atau apa pun yang merusak toleransi ibadah
untuk memuliakan Allah. Memuliakan kehadiran Allah dalam kehidupan beriman
sebagaimana yang diperjuangkan Santo Mikael membangun bangsa berarti
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, yang meliputi spiritual,
psikologis, intelektual, sosial, kultural, ekonomi dan politis. Semua aspek
kehidupan ini tercakup dalam 3 nilai Kerajaan Allah yang kita amini dengan iman,
harapan, dan kasih. Implementasinya dalam nilai kehidupan menjadi adil, damai,
dan sukacita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Keadilan adalah relasi yang harmonis antara pribadi, sesama, dan alam
semesta. Relasi ini mengalir dari relasi dengan Allah Sang Sumber dan Pencipta
kehidupan. Relasi menjadi kekuatan utama dalam keadilan, dalam relasi yang
harmonis menurut spiritualitas Santo Mikael, yang selalu menyembah Allah
berarti orang selalu mencintai, menghormati yang lain baik dalam tutur kata
maupun dalam tindak-tanduknya. Spiritualitas Santo Mikael menumbuhkan
semangat kepedulian akan keberadaan yang lainnya penuh cinta dan hormat.
Konkret kepedulian adalah menolong mereka yang tersingkir dan tertindas.
Kepedulian inilah yang dikembangkan dalam hidup paroki kita sesuai dengan
ARDAS KAS 2011-2015 yang disebut dengan pelayanan Kaum Kecil Lemah
Miskin Tersingkir dan Difabel (KLMTD).
Spiritualitas Santo Mikael, yang selalu sujud menyembah Allah
menghadirkan suasana surgawi yang kita kenal dengan kedamaian. Kedamaian
adalah situasi kehidupan di mana tidak ada lagi penindasan dan penghisapan oleh
yang kuat terhadap yang lemah, tidak ada permusuhan maupun peperangan.
Suasana surgawi nyata dalam kehidupan bukan suatu yang jauh dari kehidupan
jika beriman hidup dalam semangat Santo Mikael.
Sukacita adalah situasi di mana orang diterima dan dihargai sesuai dengan
keunikannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensinya
untuk kemudian disumbangkan demi kesejahteraan bersama. Sukacita yang
terbangun dalam spiritualitas Santo Mikael pelindung paroki kita mengarahkan
selalu akan kegembiraan surgawi, yakni sujud dan sembah kepada Allah yang
tampak dalam Yesus Tuhan penebus dan penyelamat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
- Menghayati Semangat Agustinus Adisutjipto
Jika melihat riwayat hidup dan latar belakang waktu kehidupan
Adisutjipto, kita dapat membayangkan bagaimana situasi dan kenyataan yang
dihadapi oleh Adisutjipto pada waktu itu. Hal pertama yang kita pikirkan yakni
bagaimana mungkin seorang tokoh yang beragama Katolik bisa menjadi sosok
sentral dalam perjuangan kemerdekaan saat itu, khususnya di kalangan Tentara
Nasional Angkatan Udara. Kita tentunya tahu bahwa penjajah yaang dihadapi
bangsa ini merupakan orang–orang Belanda yang juga beragama Kristen. Dengan
demikian menjadi jelas bahwa seorang yang beragama Kristen akan dianggap dan
dipandang sebagai sosok penjajah atau sekurang–sekurangnya antek penjajah.
Namun kita patut bangga akan seorang Adisutjipto, meskipun beliau adalah
seorang Katolik beliau tetap diterima oleh bangsa ini. Tentunya ini tidak lepas dari
prinsip yang dipegang oleh beliau yakni berjuang demi bangsa dan Gereja. Prisip
ini pulalah yang menjadikan beliau dikenal sebagai sosok yang tenang dan sigap
dalam menjalankan tugasnya.
Hal lain pula mengapa beliau diterima dengan tangan terbuka dalam usaha
merebut kemerdekaan saat itu yakni adanya visi dan misi yang sama di kalangan
anak bangsa, visi dan misi untuk secepatnya memperoleh dan menghirup udara
kebebasan. Semangat ini pulalah yang mendorong anak bangsa untuk tidak
mempedulikan latar belakang dan status sosial seseorang. Situasi dan kenyataan
kelam yang dihadapi saat itu membuat anak bangsa menjadi bangsa yang senasib
dan sepenanggungan. Dengan demikian di sana tidak ada lagi diskrimansi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
pembeda–bedaan kelompok. Seluruh anak bangsa bersatu padu memperjuangkan
cita–cita yang sama dan luhur yakni kemerdekaan. Cita–cita inilah yang
menjadikan bangsa ini tidak lagi mudah diperalat dan diadu domba oleh bangsa
penjajah. Ini tentunya sangat berbeda dengan kenyataan hari–hari ini. Jika
mengikuti pemberitaan di media elektronik maupun media cetak kita akan
menemukan bagaimana para petinggi bangsa kita menggunakan kekuasaan yang
mereka miliki untuk memperjuangkan dan mengusahakan kepentingan pribadi
dan kepentingan kelompok serta golongan. Kepentingan bangsa yang seharusnya
mereka prioritaskan dan merupakan sebab mereka dipanggil menjadi kepentingan
yang kesekian yang mereka bidik setelah kepentingan pribadi dan golongan
terpenuhi.
Di lain pihak, penulis juga berpikir bahwa keKatolikan yang tertanam
dalam diri Adisutjipto merupakan salah satu aspek lain yang menjadikan beliau
sebagai pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar serta setia pada
hal tersebut. Hal ini dibuktikan oleh Adisutjipto dalam pengabdiannya terhadap
bangsa ini. Sebagai seorang tentara Adisutjipto sadar betul akan tantangan dan
resiko yang akan dihadapinya, apalagi pada saat itu ketika bangsa ini berada
dalam situasi genting yang menentukan sejarahnya. Namun itu tidak membuat
beliau gentar dan takut. Iman Katolik yang kuat menjadikan beliau sebagai pribadi
yang siap menghadapi setiap kenyataan hidup. Iman Katolik yang tertanam dalam
diri beliau menjadikannya sosok yang berserah kepada Tuhan. Hal ini juga
tetntunya berbeda dengan kenyataan sekarang ini, di mana lebih banyak orang
yang mengandalkan kekuatan dan dayanya sendiri. Apa yang menurut mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
berharga akan mereka perjuangkan dengan sekuat tenaga, meskipun itu
mengorbankan sesamanya.
Sebagai anak bangsa yang lahir pada zaman ini seharusnyalah kita
menjadikan Adisutjipto sebagai sosok yang patut untuk diteladani. Salah satu
pelajaran penting yang dapat kita petik dan jadikan pegangan dalam hidup adalah
prinsip hidup beliau yakni menjadi pejuang bagi bangsa dan Gereja. Prinsip ini
sangat penting jika menilik kenyataan yang sedang kita hadapi saat ini, di mana
kita hidup sebagai minoritas di tengah mayoritas. Kenyataan ini tentunya
menuntut profesionalitas dari kita yakni profesinalitas dalam tugas dan keyakinan
(iman). Dalam hal ini kiranya Adisutjipto menjadi acuan yang tepat bagi kita
dalam mengusahakan profesionalitas sejati, hingga kelak akhirnya kita dapat
menjadi seorang professional sejati yang dapat membedakan mana kepentingan
bangsa dan mana kepentingan Gereja.
- Materi Membangun NKRI dalam terang Iman Katolik
Untuk mewujudkan semboyan dari Mgr Albertus Soegijapranata SJ yang
berbunyi 100% Katolik 100% Indonesia kita bersama-sama harus
memperjuangkan iman Katolik dengan Indonesia agar menjadi kesatuan. Melalui
bukunya Kardinal Yulius memberikan penjabaran bagaimana membangun NKRI
serta mengamalkan Pancasila dalam terang iman Katolik. Melalui bukunya kita
bersama-sama akan memaknai panggilan hidup kita agar kita semua dapat
semakin mewujudkan kesejahtraan umum (bonum commune).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Keterlibatan penuh kaum awam dapat kita pelajari bersama pada halaman
81. Kaum awam secara khas memiliki tugas kewajiban dalam kegiatan
keduaniaan. Dalam terang Injil dan iman, kaum awam bahkan wajib terlibat
secara penuh dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik (GS 43). Kaum awam
dalam hidupnya dapat menghayati semua keterlibatan keduniaan dalam terang
iman Katolik yang merupakan kewajiban istimewa bagi mereka (AA 7). Dalam
LG 31 juga dijelaskan bahwa kaum awam memiliki ciri khas yang istimewa yaitu
dipanggil untuk hidup di dunia sebagai terang dan ragi, mereka harus dan wajib
menyucikan dunia dari dalam. Dalam bukunya Yulius Kardinal (2019; 87)
mengatakan “umat Katolik yang menghayatai hidup berbangsa dan bernegara
dengan dasar Pancasila berarti: “Dalam Terang Iman Katolik Menggapai Damai
Sejahtera Dunia Akhirat dengan Pancasila”.
Menghidupi Pancasila merupakan tindakan iman yang nyata dalam karya
mewujudkan kesejahteraan bersama (bonum commune). Pancasila dapat dikatakan
implementasi dari iman karena melalui pancasila kita bersama mewujudkan
kesejahteraan dalam bentuk gotong royong kekeluargaan yang dinamis sehingga
terwujudnya cinta kasih. Ajaran hukum kasih inilah (Mat. 22: 37-39) yang
menjadi dasar untuk mewujudkan terciptanya kedamainya bersama.
8) Tanya jawab (09.30 WIB-09.45 WIB)
Peserta dipersilakan bertanya dan memberikan tanggapan perihal materi
yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
9) Pertanyaan Evaluasi
Pendamping memberikan pertanyaan evaluasi untuk mengetahui sejauh
mana pelaksanaan dapat berjalan sesuai tujuan. Pada pertanyaan evaluasi juga
pendambing mencari tahu sejauh mana pemahaman dari keseluruhan hal yang
dibahas telah didapat oleh peserta, apakah sesuai tujuan pelaksaan atau belum.
10) Penegasan Singkat (09.45 WIB-09.55 WIB)
Pendamping memberikan penegasan singkat dan kesimpulan singkat akan
keseluruhan proses sarasehan.
11) Doa Penutup (09.55 WIB-10.00 WIB)
Tuhan Allah kami, kami bersyukur atas segala rahmat yang kau
anugerahkan kepada kami dalam kegiatan sarasehan yang telah terlaksana untuk
beberapa hari ini. Kami juga bersyukur atas semangat kehadiran yang engkau
tumbuhkan sehingga kami dapat berkumpul bersama untuk mengembangkan iman
panggilan kami dalam tugas. Oleh karena itu kami mohon kepada-Mu Tuhan, agar
Engkau senantiasa menyertai kami dalam setiap tugas dan perutusan selalu
mengutaman iman kami akan Engkau.
(Pendamping mengajak peserta mendoakan doa dalam kesatuan TNI AU
bersama-sama dengan buku Doa Katolik TNI – POLRI)
Marilah kita bersama-sama mendoakan doa kesatuan Tentara Angkatan Udara.
Allah Bapa Penguasa langit dan bumi, Engkau senantiasa menyertai kami
sebagai prajurit TNI Angkatan Udara untuk mempertahankan kedaulatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kami bersyukur kepada-Mu atas
semua itu.
Semoga kami mampu mengemban tugas itu dengan berusaha sungguh-
sunggu menjadi prajurit yang profesional, efektif, efisien, dinamis, dan dapat
diandalkan. Semoga kami mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
kepada kami dengan penuh tanggung jawab, bekerja sama dengan pihak-pihak
yang berkepentingan untuk memberikan bantuan kemanusiaan, demi terciptanya
suasana kondusif bagi terwujudnya keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
Bantulah kami untuk terus belajar dan membina diri menjadi manusia
beriman dengan segala konsekuensinya.
Ke dalam tangan-Mu kami serahkan seluruh hidup dan karya kami, dengan
pengantaraan Kristus, Tuhan Kami. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
BAB V
PENUTUP
Bab V terdiri dari dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. Bagian pertama
yaitu kesimpulan, penulis menyimpulkan keseluruhan dari Bab I terkait rumusan
permasalahan hingga Bab IV. Pada bagian kedua penulis memberikan saran untuk
beberapa pihak terkait peranan Pembinaan Mental Rohani hingga terwujudnya
kontribusi terhadap keterlibatan hidup menggereja.
A. KESIMPULAN
TNI sebagai warga negara memiliki pedoman hidup nasionalis yang harus
dilaksanakan demi profesionalitas prajurit. Pedoman hidup yang harus wajib
dilaksanakan ialah sebagaimana yang tertera pada Visi dan Misi TNI, peran TNI,
fungsi TNI, tugas TNI, etika keprajuritan, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, delapan
wajib TNI serta sebelas asas kepemimpinan. Dari semua pedoman hidup terkait
segala sesuatu yang harus dijalani seperti yang dituliskan sebelumnya, jika
dicermati terdapat nilai-nilai ke-Tuhanan atau kerohanian yang menjadi pedoman
hidup utama prajurit. Dalam menjalankan kepenuhan profesionalitas hidup TNI,
iman setiap prajurit merupakan dasar dan kekuatan spiritual yang dimiliki masing-
masing pribadi dalam bertugas. Meski memperjuangkan dan mempertahankan
kedaulatan NKRI termasuk salah satu iman, namun demikian iman yang membuat
setiap prajurit dekat dengan Tuhan dan sesamanyalah yang harus terus
dikembangkan. Oleh karena itu dalam menanggapi hidup religiositas TNI,
dibentuklah Pembinaan Mental Rohani. Dibentuknya pembinaan mental rohani
seperti yang dituliskan pada buku petunjuk induk Pembinaan Mental TNI Pinaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Baladika (2012:8) bertujuan mewujudkan mental yang memiliki keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah sesuai ajaran
agama yang dianutnya serta budi pekerti luhur (berakhlak mulia).
Tentara yang beragama Katolik dalam hal Pembinaan Mental Rohani ini
diharapkan memiliki keikutsertaan secara aktif. Pembinaan Mental Rohani
Katolik inilah yang menjadi suatu ruang untuk mengalami perjumpaan dengan
Allah dan sesama. Kegiatan ini mengajak setiap peserta khususnya TNI Katolik
untuk semakin menggumuli pengalaman hidup dalam panggilannya. Oleh karena
itu pentingnya keikutsertaan dalam Pembinaan Mantal Rohani ini sangatlah
berpengaruh bagi perkembangan iman prajurit hingga penerapannya ke dalam
kehidupan sehari-harinya.
Berdasarkan hasil penelitian hampir semua responden mengungkapkan
bahwa keikutsertaan TNI AU Katolik dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik di
Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto berpengaruh terhadap
semangat hidup menggereja. Semangat inilah yang menggerakkan masing-masing
prajurit untuk ikut berkarya dan melayani sebagai warga Gereja. Meski belum
semua dapat terlibat dalam hidup menggereja, banyak di antaranya tentara Katolik
sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai rasul awam. Dari keikutsertaan inilah
mereka mulai menumbuhkan niat-niat untuk lebih terlibat dalam hidup
menggereja, terlibat dalam berkarya dan melayani. TNI Katolik semakin sadar
bahwa dengan adanya Pembinaan Mental Rohani, mereka semakin mampu
menambah pengetahuan injili serta wawasan iman dari teman, katekis maupun
romo. Dari penelitian ini penulis juga mendapatkan hal baru mengenai kepenuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
hidup yang dipelajari dari TNI Katolik. Mereka mengigatkan kembali akan
pentingnya hidup sebagai warga negara yang beragama secara total. Menjalani
hidup dalam perutusan merupakan panggilan setiap orang yang telah di
selamatkan oleh Tuhan, oleh karena itu dalam hidup idealnya juga harus
memberikan keselamatan dalam bentuk karya cinta kasih dan pelayanan. TNI
Katolik harus sadar akan panggilan perutusanya sebagai kaum awam yang
memiliki ciri khas untuk menyucikan dunia sebagai terang dan ragi
(Darmaatmaja, 2019: 82). Menyucikan dunia sebagai terang dan ragi misalnya
dengan melayani melalui cinta kasih baik bagi sesama maupun bagi Tuhan dapat
diwujudkan dalam keterlibatan hidup menggereja dengan semangat persekutuan
umat beriman.
Untuk lebih tercapainya idealitas sebagai TNI Katolik dengan segala
kewajibannya serta sebagai warga Gereja, perlunya upaya lanjutan guna
terwujudnya keterlibatan hidup menggereja. Upaya yang dapat membantu TNI
Katolik dalam semakin memaknai keikutsertaan Pembinaan Mental Rohani
Katolik hingga terwujudnya keterlibatan hidup menggereja ialah dengan
sarasehan Pembinaan Mental Rohani Katolik. Kegiatan sarasehan ini dapat
dilaksanakan berdasarkan tema yang sudah ditentukan yang juga berdasarkan dari
hasil penelitian dan kebutuhan TNI Katolik. Oleh karena itu harapannya tujuan
dari sarasehan ini bahwa TNI Katolik semakin menyadari panggilannya dalam
terang iman Katolik dapat tercapai. Dengan mengahayati panggilan, diharapkan
TNI Katolik semakin aktif dalam hidup menggereja sehingga dapat mewujudkan
budaya kasih dalam hidup serta menjalankan tugas sebagai pengabdian sekaligus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
pelayanan secara profesional. Seperti halnya yang ditulis buku Pengajaran Iman
Katolik (2017: 692) bahwa “orang Katolik memang harus semakin hari semakin
dekat dengan Kristus lewat berbagai kegiatan rohani-religius. Namun mereka
tidak boleh lupa bahwa mereka adalah garam dan terang .”
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis memberikan
saran mengenai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja yang didasari
kegiatan Pembinaan Mental Rohani. Saran ini ditujukan oleh penulis kepada
prajurit TNI Katolik, Satuan tugas personil TNI Katolik, dan Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto.
1. Pusat Pembinaan Mental Tentara Nasional Indonesia
Bagi Pusbintal harapanya dapat terus membangun pribadi prajurit TNI
yang bermental tangguh dan beriman sebagai insan hamba Tuhan. Oleh karana itu
penulis memberikan saran agar Pusbintal terlebih pada kegiatan Pembinaan
Mental Rohani dapat terus dilaksanakan kegiatan rutinitas kerohanianya,
dievaluasi untuk mencari tahu apa yang kurang dan memperbaiki, serta
dikembangkan kegiatan kerohanianya agar membuat prajurit semakin giat untuk
ikut serta. Dengan demikian Pembinaan Mental Rohani dapat sungguh-sungguh
mewujudkan mental prajurit TNI yang memiliki keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama yang dianutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
2. Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto
Paroki Santo Mikael Pangkalan TNI AU Adisutjipto diharapkan dapat
memperhatikan secara lebih kebutuhan hidup rohani para anggota TNI AU yang
beragama Katolik. Paroki sebagai persekutuan umat dapat semakin berupaya
mengembangkan realitas 100% Katolik 100% Indonesia melalui pengembangan
iman prajurit TNI hingga relevansinya kepada hidup sehari-hari. Oleh karena itu
penulis memberikan saran melalui kegiatan sarasehan Pembinaan Mental Rohani
Katolik untuk semakin menyegarkan kembali iman prajurit, menambah wawasan
iman dan sebagai sarana komunikasi iman. Harapan saya dengan diperhatikannya
kebutuhan hidup rohani Tentara Katolik secara lebih dapat terciptanya
keterlibatan bagi umat dalam membangun Gereja sebagai persekutuan tubuh
Kristus dalam hidup menggereja.
3. Satuan tugas personil TNI Angkatan Udara Katolik
Dalam satuan personil dapat melaksanakan kegiatan Pembinaan Mental
Rohani secara rutin dan dikemas dengan menarik dan ditambahkan pengetahuan
iman. Pelaksanaan kegiatan Pembinaan Mental Rohani Katolik juga diharapkan
lebih sistematis dalam artian sudah terjadwal dan materi atau bahan yang akan
diberikan juga dimiliki oleh setiap prajurit sehingga dalam pelaksanaan setiap
prajurit dapat mengikuti dengan baik. Selain itu juga penyiapan bahan maupun
materi dalam masing-masing pertemuan oleh satuan juga membantu prajurit untuk
menyiapkan bahan pertanyaan maupun sharing pengalaman kesaksian hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
untuk ditanggapi bersama. Dengan demikian harapanya jika Pembinaan Mental
Rohani dikemas dengan lebih sistematis dan menarik dapat lebih membangkitkan
semangat TNI AU di Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto lebih giat
ikutserta hingga membuahkan keterlibatan dalam hidup menggereja tiap prajurit.
4. Prajurit TNI Angkatan Udara Katolik
Para prajurit TNI Angkatan Udara yang beragama Katolik berusaha untuk
semakin membuka diri untuk lebih rajin ikut serta dalam Pembinaan Mental
Rohani Katolik secara disiplin. Keikutsertaan dalam Pembinaan Mental Rohani
ini sangatlah penting bagi perkembangan iman dalam karya perutusan setiap
prajurit TNI. Oleh karena itu dengan ikut serta dalam Pembinaan Mental Rohani
Katolik setiap prajurit dalam semakin aktif dalam hidup menggereja. Hidup
menggereja juga merupakan tugas utama dalam karya hidup sebagai rasul awam.
TNI Katolik dalam hidupnya diharapkan terus menjalankan tugas dan terus
berkarya sebagai warga negara Indonesia dan berkarya bagi Gereja dalam nama
Tuhan dan untuk sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
DAFTAR PUSTAKA
Danan Widharsana, Petrus. (2018). Mengamalkan Pancasila dalam terang Iman
Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
DANJEN Akademi TNI. (2016). Karakter Berkepribadian Bangsa/Revolusi
Mental. Bahan Ajar untuk Taruna Akademi TNI dan Akademi Kepolisian
(DIKSAR Integrasi Kemitraan).
Darmaatmaja, SJ. (2019). Umat Katolik dipanggil Membangun NKRI.
Yogyakarta: Kanisius.
Depatermen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Wali Gereja Indonesia.
(1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: OBOR
________ (2013). Apostolicam Actuositatem (Kegiatan Merasul). Terjemahan
oleh R. Hardawijana, SJ. Jakarta: Dokpen KWI.
________ (2017). Evangeli Nutiandi (Mewartakan Injil). Terjemahan oleh J.
Hadiwikarta, Pr. Jakarta: Dokpen KWI.
Dijkstra, Johanes. (2013). Menjadi Garam Dunia Sejati. Yogyakarta: Kanisius.
Docat. (2016). Docat Indonesia (Apa yang harus dilakukan?). Yogyakarta:
Kanisius.
Gereja Santo Mikael. (2014). Pro Ecclesia Et Patria, Bagi Gereja dan Bangsa.
Yogyakarta: Paroki Pangkalan TNI AU Adisutjipto
Hendrianto, Antonius. (2018). Menghayati Iman dalam Keterlibatan. Majalah
Rohani. Yogyakarta: Kanisius
Komkat KWI. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Kristianto, Yoseph dkk. (2010). Menjadi Murid Yesus untuk SMA/K Kelas XI.
Yogyakarta: Kanisius.
Latif, Yudi. (2017). Revolusi Pancasila. Bandung: Mizan Media Utama.
Lembaga Alkitab Indonesia. (2014). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia
Maramis, Mayor Caj J. H. (2011). Peran Agama Kristen Protestan dalam
Menanggulangi Radikalisme di Kalangan Prajurit TNI. Pinaka Baladika
Utama Majalah Pusat Pembinaan Mental TNI.
Martasudjita, E. (2003). Sakramen-Sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
Moleong, Lexy J. (2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Nasution, Asren. (2003).Religiositas TNI Refleksi Pemikiran dan Kepribadian
Jendral Besar Soedirman. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Nota Pastoral Konferensi Wali Gereja Indonesia. (2018). Panggilan Gereja
Dalam Hidup Berbangsa. Jakarta: OBOR
Pusat Pembinaan Mental ABRI. (1992). Wawasan Kejuangan Panglima Besar
Jendral Sudirman. Jakarta: Yayasan Kejuangan Panglima Besar Jendral
Sudirman.
Pusat Pembinaan Mental, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia. (2012).
Himpunan Materi Pokok Pembinaan Mental TNI. Jakarta: PUSBINTAL TNI.
Staf Dosen IPPAK. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta. IPPAK
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
ALFABETA
_______. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
ALFABETA
Suharyo, Ignatius. (2009). The Catholic Way, Keindonesiaaan dan Kekatolikan
kita. Yogyakarta: Kanisius.
Suyadi, Antonius. (2018). Kita Bhineka Kita Indonesia. Majalah Hidup 7 Januari
2018. Jakarta: PT Gramedia
Suseno, Franz Magnis. (2017). Katolik Itu Apa?. Yogyakarta : Kanisius
Suwondo, Yudono. (2018). Doa Katolik Para Prajurit TNI – Polri. Yogyakarta:
Kanisius
SW, Letkol Caj Heru. (2012). Semangat Juang dan Solidaritas menurut sudut
pandang Mgr. Albertus Soegijapranata SJ. Majalah Pusat Pembinaan Mental
TNI : Pinaka Baladika Utama.
Widharsana, Petrus Danan, dan Victorius Rudy Hartono. (2017) Pengajaran Iman
Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Internet
Amalia, Fika. (2010). Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif.
(http://rafamaliaik.blogspot.co.id/2010/12/langkah-langkah-penelitian-
kualitatif.html, diakses 19 April 2018, 17:49).
Baene, Blasius. (2008). Peran Kaum Awam dalam Pelayanan Gereja Pasca
Konsili Vatikan II. (http://sapereaudenias.blogspot.co.id/2008/08/peran-kaum-
awam-dalam-pelayanan-gereja.html, diakes 19 April 2018, 16:49).
Fallo, Cornel. (2014). Lima Pilar Pelayanan Gereja.
(http://henkesfallo.blogspot.com/2014/11/lima-pilar-pelayanan-gereja.html,
diakses 31 Agustus 2018, 23:39)
Listiati, I. & Tay, S. (2018). Tentang Panggilan dan Misi Kaum Awam.
Katolisitashttp://www.katolisitas.org/tentang-panggilan-dan-misi-kaum-
awam/,diakses 31 Agustus 2018, 23:59)
Ngaba,Linus.(2015).Agustinus Adisutjipto Seorang Profesional Sejati.
(https://diataka.blogspot.com/2015/12/agustinus-adisutjipto-seorang.html ,
diakses 5 Mei 2019, 20:22)
Puspen TNI. (2018). Visi dan Misi TNI.
(https://tni.mil.id/pages-1-visi-dan-misi-tni.html , diakses 3 Oktober 2018)
Puspen TNI. (2018). Peran, Fungsi dan Tugas TNI.
(https://tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html, diakses 3 Oktober
2018)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
Nama :
Pangkat / NRP :
Satuan :
Petunjuk Pengisian angket :
1. Bacalah dengan seksama pernyataan-pernyataan yang ada sebelum
menjawab.
2. Ada lima alternatif jawaban yang tersedia untuk menjawab pernyataan
yang terdapat dalam tabel antara lain :
STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju
N : Netral
Silahkan memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan dan
situasi yang anda alami atau rasakan dengan memberi tanda ( √ ) pada kolom
yang anda pilih,
Contoh :
No. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
1. Pembinaan Mental Rohani Katolik
berguna bagi perkembangan iman TNI
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Instrumen Penelitian
Pengaruh Keikutsertaan Dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Terhadap
Keterlibatan Hidup Menggereja Tentara Katolik di Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisucipto
No. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
1. Keikutsertaan Pembinaan Mental
Rohani merupakan kewajiban yang
harus dijalani TNI
2. Saya memahami pentingnya
keikutsertaan dalam Pembinaan Mental
Rohani
3. Dalam Pembinaan Mental Rohani
Katolik saya semakin memahami ajaran
agama Katolik
4. Dalam Pembinaan Mental Rohani
Katolik saya semakin memahami nilai
luhur agama dan semangat serta
moralitas prajurit dalam menjalankan
tugas
5. Melalui Pembinaan Mental Rohani
Katolik saya dapat mewujudkan mental
yang memiliki keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
6. Pembinaan Mental Rohani hanya
sebagai formalitas TNI sebagai umat
beragama
7. Pembinaan Mental Rohani Katolik
bertujuan agar TNI taat menjalankan
ibadah sesuai ajaran agama yang
dianutnya serta berbudi pekerti luhur
(berakhlak mulia)
8. Pembinaan Mental Rohani bertujuan
hanya sekedar meningkatkan keimanan
kepada Tuhan
9. Keikutsertaan dalam Pembinaan Mental
Rohani Katolik Memiliki makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
No. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
spiritual dalam hidup saya
10. Pembinaan Mental Rohani Katolik
mempertinggi moral dan akhlak yang
luhur
11. Pembinaan Mental Rohani Katolik
bermakna bagi hubungan manusia
dengan Tuhan saja
12. Pembinaan Mental Rohani sebagai
usaha untuk memelihara dan
meningkatkatkan keimanan kepada
Tuhan
13. Saya berharap Pembinaan Mental
Rohani Katolik dapat dikemas dengan
lebih menarik agar mencapai
kedalaman iman bagi setiap anggota
14. Saya berharap Pembinaan Mental
Rohani semakin Memiliki kontribusi
yang lebih dalam membatu sesama
15. Wujud dari Pembinaan Mental Rohani
merupakan keterlibatan dalam hidup
menggereja
16. Keterlibatan hidup menggereja atas
dasar cinta kasih yang nyata
17. Sebagai TNI Katolik saya sudah terlibat
dalam hidup menggereja
18. TNI Katolik memahami pentingnya
keterlibatan hidup menggereja
19. Tujuan dari hidup menggereja juga
merupakan tujuan dari Pembinaan
Mental Rohani Katolik
20. Hidup menggereja sebagai panggilan
dan perutusan umat beragama
21. Keterlibatan hidup menggereja
bertujuan untuk mengajak TNI ikut
ambil bagian dalam karya keselamatan
Allah
22. Keterlibatan hidup menggereja
sepenuhnya saya jalani atas dasar iman
kepada Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
No. Uraian Pernyataan STS TS N S SS
23. Saya memaknai keterlibatan hidup
menggereja merupakan tugas sebagai
rasul awam
24. Dalam hidup menggereja, saya dapat
memaknai paggilan sebagai TNI
25. Dengan hidup menggereja saya
memaknai hubungan manusia dengan
Tuhan dan manusia dengan sesama
26. Makna dari hidup menggereja bagi TNI
Katolik mampu membentuk mental
rohani dan semakin beriman dewasa
27. Dengan hidup menggereja saya dapat
memberikan kontribusi atas dasar iman
dalam bentuk pelayanan murah hati
28. Keterlibatan hidup menggereja sebagai
sebuah kewajiban bagi TNI beragama
Katolik
29.
Pentingkah meningkatkan keterlibatan
hidup menggereja bagi TNI di masa
depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(28)
Lampiran 5 : Pertanyaan Wawancara
Pengaruh Keikutsertaan Dalam Pembinaan Mental Rohani Katolik Terhadap
Keterlibatan Hidup Menggereja Tentara Katolik di Paroki Santo Mikael
Pangkalan TNI AU Adisutjipto
No Instrumen Pertanyaan
1. Makna Pembinaan Mental Rohani bagi bapak/ibu sebagai prajurit TNI?
2. Apakah dengan adanya Pembinaan Mental Rohani bapak/ibu semakin
terlibat dalam hidup menggereja? Mengapa?
3. Apa harapan bapak/ibu kepada Paroki Santo Mikael terkait kegiatan
Pembinaan Mental Rohani di Pangkalan TNI Adisutjipto?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
Lampiran 6 : Hasil Wawancara
Kode : RU 1
Pak Sunar (Letnan Kolonel)
1. “Sebagai sarana untuk ambil bagian dalam karya gereja, karna di TNI itu
kan kita diberi kesempatan untuk beribadah sesuai agama dan kepercayaan
masing-masing dalam waktu tertentu, rata-rata seminggu sekali. Dengan
adanya pembinaan itu kan kita bisa berkumpul, berkumpul sehingga bisa
saling meneguhkan iman walaupun kita memang minoritas.”
2. “Karna semakin terpanggil, karna dimanapun kita berada kita minoritas,
sehingga dengan adanya kegiatan pembinaan itu. Apalagi kalau didalam
tentara ada senior dan junior, sehingga sebagai senior harus bisa jadi
contoh dan penggerak karna lebih mudah untuk menggerakkan junior,
kalau senior sudah memerintahkan junior akan mudah bergerak.”
3. “Harapanya paroki memberi perhatian kepada anggota TNI AU khususnya
yang tinggal di komplek, perhatiannya dalam arti jika ada anggota yang
malas ke gereja, anggota yang jarang muncul ke gereja, romo bisa terlibat
di dalam pergumulan itu. karna romo akan bisa menembus skat junior
senior di tentara itu karna dipandang lebih sebagai romonya, romo sebagai
gembala itu sehingga di militer pun penghormatan kepada romo itu seperti
di umat yang lain pada umumnya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(30)
Kode : RU 2
Pak Yudi (Kapten)
1. “Pertama, Mempertebal keimanan sebagai seorang prajurit Katolik.
Kedua. Karna iman sudah tertanam, bisa mendukung kelancaran tugas jadi
anggota TNI sehingga bisa menghindari penyimpangan-penyimpangan
aturan yang telah dittapkan oleh TNI tentu saja aturan tersebut kan erat
sekali dengan pengajaran, pengetahuan agama yang di ikuti.”
2. “Ingin seperti yang di ajarkan dalam agama, yakni melayani.”
3. “Semakin banyak anggota yang datang.”
Kode : RU 3
Pak Budiantoro (Letnan Satu)
1. “Pertama, makna dari pembinaan mental yaitu menguatkan iman bagi
prajurit TNI dan PNS dalam mempercayai Kristus juru selamat kita.
Kedua, penyejuk dalam susana atau tindakan kita dalam melaksanakan
suatu pekerjaan. Ketiga, merefres kita untuk pengajaran iman gerejani.”
2. “Dengan adanya keterlibatan kegiatan itu, hidup menggereja saya makin
giat karna ada tambahan-tambahan ilmu terutama dari teman atau katekis
yang membimbing kita. Kita juga mendapat semangat dan lebih dalam
merasul atau melayani.”
3. “Harapan untuk paroki Santo Mikael agar umat katolik di Paroki
Pangkalan semakin giat dan rajin kegiatan menggereja dan semakin
percaya diri terhadap Yesus Kristus sebagai juru selamat kita dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(31)
memberikan kesejukan iman terhadap perajurit, karyawan dan masyarakat
sekitrnya.”
Kode : RU 4
Pak Agustinus (Pembantu Letnan Satu)
1. “Menambah wawasan dalam hidup menggereja, karna selama bergulat di
TNI terlalu banyak kegiatan yang tentunya akan banyak menyita waktu
maupun kadang untuk menyisihkan waktu saja susah.”
2. “Dengan adanya Pembinaan Mental Rohani, akan lebih-lebih lagi dalam
hidup menggereja, hidup menggereja kan tidak hanya istilahnya sebagai
prodiakon ataupun tugas lain misalnya sebagai lektor, yang kemarin belum
terlibat dalam paduan suara dan doa lingkungan lebih terlibat aktif lagi
untuk mengadakan anjangsana terhadap saudara-saudara panti asuhan
maupun di panti jompo.”
3. “Paroki dapat lebih maju, dalam menggembalakan umatnya, lebih giat
dalam mengadakan kegiatan kerohanian, memberi wawasan realitas hidup
secara injili kepada umat.”
Kode : RU 5
Pak Heru (Pembantu Letnan Dua)
1. “Sarana mempertebal iman sebagai seorang prajurit supaya bisa
melayani.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(32)
2. “Lebih terlibat dalam hidup menggereja, karna melalui hidup menggereja
yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan nyata sehingga pelayanan dapat
lebih efektif.”
3. “Menjadi sarana bagi TNI yang menggerakkan untuk saling mewujudkan
tindakan kasih yang nyata.”
Kode : RU 6
Pak Victor (Sersan satu)
1. “Menambah wawasan keimanan bagi anggota TNI yang beragama
khususnya katolik, untuk memperdalam supaya pengetahuan tentang arti
iman Katolik tentang Kitab Suci, isi dan mknanya dibahas setiap hari
kamis yang diadakan dari TNI AU khususnya seksi bintal. Itu sangat
membantu kami bagi iman Katolik TNI, yang selama ini tidak tau menjadi
tau.”
2. “Kalau untuk hidup menggereja, kami secara pribadi belum maksimal,
Cuma karna adanya pembinaan ini kami akan lebih tau dan tertarik untuk
lebih terjun kedalam kehidupan menggereja.”
3. “Harapanya lebih terprogram kembali, supaya ada jadwal yang istilahnya
terjadwal tidak asal kita brangkat, lalu apa yang ada masalah kita utarakan
tetapi kita siapkan materi-materi yang perlu dibahas sehingga kita pun
secara masing-masing punya materi dan siap kita sharingkan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(33)
Kode : RU 7
Pak Santo (Sersan satu)
1. “Makna pembinaan mental bagi prajurit TNI itu sangat penting skali,
karna di sisi lain TNI itu potensi terhadap hal-hal yang kegiatan yang
bersifat radikal dikit dan hal yang kearah negatif itu banyak makanya
dengan pembinaan mental itu akan menjadi sistem pengendalian diri di
dalam setiap kegiatan terutama masalah kedinasan. Itu perihal kedinasan,
dalam hal keluarga kita akan lebih intensif lagi bahwa hidup menggereja,
pendalamn iman, ataupun makna sebuah lingkup dalam sebuah komunitas
keimanan akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. dan pada intinya
orang hidup sekrang itu sangu, sangu apa itu, ya sangu dalam hal
kebaikan, sangu yang abadi, menabung yang abadi itu ya itu, mengabdi
kepada Tuhan.”
2. “Yang saya rasakan secara pribadi, lebih senang melayani dan lebih iklas
bahwa kepada Tuhan tidak itung-itungan. Untuk Tuhan itu tidak ada itung-
itungan dan siap melaksanakan, orang jawa bilang sendiko dawoh saja
atau dengan sepenuh hati.”
3. “Tanggapan saya secara pribadi, Paroki Santo Mikael ini, walaupun
parokinya kecil tetapi kecil-kecil cabe rawit. Kecil tapi bisa menjadi garam
bagi yang lainya. Yang artinya disini, parokinya kecil tetapi mempunyai
suatu power keimanan yang besar, dan justru yang kecil-kecil seperti
inilah mulai dari hal yg kecil-kecil seperti ini Paroki Santo Mikael harapan
saya menjadi paroki yang betul-betul mengimani arti sebuah iman Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
itu seperti apa. Apa lagi di lingkungan militier yang penuh dengan
kegiatan-kegiatan yang boleh dikatakan ke arah kemanusiaan itu dapat
dikatakan bisa dihitung dan kebanyakan aroma yang arogan, tetapi dengan
adanya gereja ini betul-betul yang saya rasakan bisa menjadi sumber
inspirasi kita, sumber untuk sistem kontrol kita untuk hal-hal yang tidak
baik.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI