Post on 17-Jan-2023
PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA MATERI BILANGAN ROMAWI PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV
SDN LONGKA KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Muhammadiyah Askari
NIM 10540 9649 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammadiyah Askari
NIM : 10540 9649 15
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Judul Skripsi : Penerapan Model Direct Instruction terhadap Hasil Belajar Siswa
Materi Bilangan Romawi pada Pembelajaran Matematika Kelas IV
SDN Longka Kabupaten Gowa
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh
siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila
pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 09 Juni 2019
Yang Membuat Pernyataan
Muhammadiyah Askari
1054 09649 15
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammadiyah Askari
NIM : 10540 9649 15
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai peyususnan skripsi ini, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 09 Juni 2019
Yang Membuat Perjanjian
Muhammadiyah Askari
1054 09649 15
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Orang yang pesimis selalu melihat kesulitan di setiap kesempatan tapi orang
yang optimis selalu melihat kesempatan dalam setiap kesulitan.
(Imam Ali Bin Ali Thalib )
Rasulullah SAW bersabda: “ Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu,
barangsiapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu,
dan barang siapa yang menghendakinya keduanya maka dengan ilmu”.
Allah mengabulkan hambanya di waktu yang tepat. Maka janganlah pernah berhenti
untuk berusaha dengan sepenuh hati dan janganlah pernah berhenti dalam berdoa. Selalu
yakini akan kekuatan doa.
TERSENYUMLAH KETIKA ENGKAU BERTEMU DENGAN SAUDARAMU KARENA
SENYUM ADALAH SEDEKAH PALING MUDAH DAN BERARTI.
Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya ini untuk: Kedua orang tuaku sebagai tanda rasa hormat dan rasa sayangku, yaitu seseorang yang memiliki syurga dibalik telapak kakinya (ibu),seseorang yang tegas dan bijaksana dalam keluargaku (bapak) saudariku, dan sahabatku, atas keikhlasan cinta kasihnya serta dukungan dengan segenap harapan terbaik dan doa untukku. Semoga senantiasa mandapat ridho dan berkah yang berlimpah dari ALLAH SWT Aamiin….
ABSTRAK
Muhammadiyah Askari 2019. Penerapan Model Direct Instruction terhadap Hasil
Belajar Siswa Materi Bilangan Romawi pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD
Negeri Longka Kabupaten Gowa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing I Agustan S dan pembimbing II Andi Ardhila Wahyudi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penerapan model
direct instruction terhadap hasil belajar siswa materi bilangan Romawi pada
pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri Longka Kabupaten Gowa. Penelitian
ini adalah penelitian pra eksperimental design yaitu suatu jenis penelitian yang hanya
melibatkan satu kelas eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok
pembanding. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one-group
pretest-posttest design karena hanya melibatkan satu kelas eksperimen yang diawali
dengan pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD KKG Wilayah II Kec Parigi
dengan jumlah seluruh populasi 66 orang yang terdiri dari 5 sekolah. Sedangkan
sampel dalam penelitian ini yaitu kelas IV SDN Longka yang terdiri dari 11
perempuan dan 15 laki-laki.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, hasil penelitian menunjukan bahwa:
(1) sebelum penerapan model pembelajaran direct instruction skor rata-rata siswa
yaitu 55,80 tergolong dalam kategori rendah, sedangkan setelah penerapan model
pembelajaran explicit instruction skor rata-rata siswa yaitu 89,08 tergolong dalam
kategori sangat tinggi dan persentase ketuntasan siswa yaitu 100% dengan jumlah
ketuntasan seluruh siswa yaitu 26 orang, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar
siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran direct intruction berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran Matematika materi bilangan Romawi kelas IV SD Negeri Longka
Kabupaten Gowa.
Kata kunci: penerapan, model direct instruction, materi bilangan Romawi, dan
pembelajaran matematika
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas izin dan petunjuk Allah SWT. Karena berkat
Rahmat, Taufik, dan Hidayah dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Pengaruh
Penerapan Model Direct Instruction terhadap Hasil Belajar Siswa Materi
Bilangan Romawi pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri Longka
Kabupaten Gowa”. Tak lupa juga shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan pada Nabi kita Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya serta pada
Tabi`in-tabi`atnya.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tuaku bapak Askari dan ibu Nismawati yang tiada batas memberi
harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak berpamrih serta
saudara- saudara, nenek, kakek, dan teman yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini. Seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis
dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi
ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih banyak
disampaikan dengan hormat kepada ; Prof Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM.,
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Dekan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,
Aliem Bahri, S. Pd., M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Makassar, Ma‟ruf, S.Pd.,M.Pd., Penasehat Akademik,
Dr. Agustan S, M. Pd. Pembimbing I dan Andi Ardhila Wahyudi, S. Pd., M. Pd.
Pembimbing II, Amri Amal, S.Pd., M.Pd yang telah memberikan ruang kepada
penulis untuk senantiasa belajar di lingkup Laboratorium IPA PGSD serta seluruh
dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis
dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada
Kepala Sekolah, guru, staf SDN Longka, dan Ibu Rahmatiah Daha, S.Pd.I., selaku
wali kelas IV di sekolah tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk
melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Nur Atika
yang selalu menyinari cahaya kesabaran dan keikhlasan untuk terus memberikan
semangat, dan kepada Fachri Darmawan Takdir yang selalu memberikan motivasi
dan bantuan serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Revability Angkatan 2015 lebih khusus Kelas C, teman-teman P2K KC Longka atas
segala kebersamaan, motivasi, saran, kerja samanya selama ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa SAKTI dan rekan-rekan
asisten laboratorium IPA PGSD.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah SWT penulis
menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini bernilai
ibadah disisi-Nya Aamin…
Makassar, 09 Juni 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN............................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Direct Instruction.................................................. 8
B. Hasil Belajar ..................................................................... 18
C. Pembelajaran Matematika ................................................ 19
D. Materi Bilangan Romawi ................................................. 22
E. Penelitian yang Relevan .................................................. 26
F. Kerangka Pikir ................................................................. 28
G. Hipotesis ........................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ....................................................... 31
B. Populasi dan Sampel ........................................................ 32
C. Defenisi Operasional Variabel ......................................... 33
D. Instrumen Penelitian......................................................... 34
E. Tehnik Pengumpulan Data ............................................... 34
F. Tehnik Analisis Data ........................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Belajar dengan Analisis Statistik Deskriptif .... 40
2. Pengujian Hipotesis ................................................... 47
B. Pembahasan
1. Hasil Belajar Siswa ................................................... 49
2. Verifikasi Hipotesis atau Penelitian .......................... 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................... 56
B. Saran ............................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design................................ 32
3.2 Subjek Populasi Siswa Kelas IV SD KKG Wilayah II Kec Parigi .............. 32
3.3 Kategori Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 36
3.4 Kriteria Interpertasi Indeks Gain .................................................................. 38
4.1 Distribusi Nilai Statistik Pretest Hasil Belajar Siswa kelas IV SD Negeri
Longka Kabupaten Gowa………………………………………………..41
4.2 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar pada Pretest.................... 41
4.3 Distribusi Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar pada Pretest .......................... 42
4.4 Distribusi Nilai Statistik Hasil belajar Siswa kelas IV SD Negeri
Longka Kabupaten Gowa ........................................................................... 43
4.5 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar Posttest ........................... 43
4.6 Distribusi Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar pada Pretest .......................... 44
4.7 Perbandingan Distribusi Nilai Statistik Hasil Belajar Siswa kelas IV SD
Negeri Longka Kabupaten Gowa ................................................................ 44
4.8 Perbandingan Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar
Pretest dan Posttest .................................................................................... 45
4.9 Perbandingan Distribusi Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Pretest
dan Posttest ................................................................................................ 46
4.10 Indeks Gain ................................................................................................ 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Alur/ Pola Penelitian ................................................................................... 30
4.1 Distribusi Perbandingan Statistik nilai belajar pretest dan posttest ............. 50
4.2 Distribusi perbandingan kategori hasil nilai pretest dan posttest................. 51
4.3 Perbandingan tingkat ketuntasan hasil nilai pretest dan posttest ................. 52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu
menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya
antara hakikat anak dan hakikat matematika ( Karso, 2008). Untuk itu diperlukan
adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut.
Anak usia SD sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya. Ini
karena tahap berpikir mereka masih belum formal, para siswa SD di kelas-kelas
rendah bukan tidak mungkin sebagian dari mereka berpikirnya masih berada
pada tahapan pra konkret.
Matematika di sisi lain adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hierarkis,
abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya sehingga para ahli
matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika. Mengingat
adanya perbedaan karakteristik itu maka diperlukan kemampuan khusus dari
seorang guru menjembatani antara dunia anak yang belum berpikir secara
deduktif agar dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.
Dunia matematika yang merupakan sebuah sistem deduktif telah mampu
mengembangkan model-model yang merupakan contoh dari sistem ini. Model-
model matematika sebagai interpretasi dari sistem matematika ini kemudian
dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. Manfaat lain
yang menonjol dari matematika dapat membentuk pola pikir matematis yang
sistematis, logis, dan kritis dengan penuh kecermatan. Namun sayangnya,
pengembangan sistem atau model matematika itu tidak selalu sejalan dengan
perkembangan berpikir anak terutama pada anak-anak usia SD (Karso, 2008).
Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para ahli dan apa yang dapat diterima
oleh orang yang berhasil mempelajarinya, merupakan hal yang tidak masuk akal
dan membingungkan bagi anak-anak. Hal ini pulalah yang menyebabkan
pembelajaran matematika di SD selalu menarik untuk dibicarakan.
Matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup pada
lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari
ilmu-ilmu yang kemudian. Kegunaan atau manfaat matematika bagi para siswa
SD adalah sesuatu yang jelas dan tidak perlu dipersoalkan lagi, lebih-lebih pada
era pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Materi matematika di sekolah dasar bidang teori bilangan salah satunya
adalah bilangan Romawi (Jannah, 2018:15). Materi bilangan Romawi di sekolah
dasar ini hanya diajarkan satu kali yaitu di kelas IV semester genap. Bilangan
Romawi hanya diajarkan satu kali dalam sekolah dasar dan tidak banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi biasa kita temui, seperti dalam
penomoran bab pada buku, menamai tingkat kelas, penamaan jalan, dan masih
banyak lagi. Jadi, bilangan Romawi juga penting untuk diajarkan kepada siswa.
Pelaksanaan pembelajaran materi bilangan Romawi di SD masih banyak
mengalami kendala. Misalnya sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam
memahami dan menuliskan lambang bilangan Romawi (Jannah, 2018:16). Hal ini
juga terjadi di SDN Longka dimana dari hasil observasi wawancara kepada guru
diperoleh informasi bahwa sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam
memahami dan menuliskan lambang bilangan Romawi. Dari hasil wawancara
dengan Ibu Rahmatia selaku wali kelas IV, diperoleh informasi bahwa beberapa
siswa masih belum menguasai simbol-simbol dasar bilangan Romawi dan belum
paham dalam hal aturan-aturan penempatan bilangan Romawi. Hal ini disebabkan
karena mata pelajaran matematika dikalangan siswa terutama di sekolah dasar
merupakan salah satu mata pelajaran yang susah dan ditakuti oleh kebanyakan
siswa. Hal inilah yang membuat siswa pasif, tidak tertarik dan tidak termotivasi
dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga siswa susah memahami materi
pembelajaran yang diajarkan. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar pada
mata pelajaran matematika rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.
Matematika sering kali hanya dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit
sehingga banyak siswa yang kurang menyukainya. Bagi siswa pelajaran
matematika dianggap pelajaran yang paling sulit, menakutkan, menjenuhkan, dan
sangat tidak menyenangkan, sehingga hasil prestasi matematika sangat kurang,
belum sesuai dengan harapan baik harapan guru, orang tua maupun siswa sendiri.
Prasetyono (Nurchasanah, 2010) mengatakan bahwa “banyak siswa yang
beranggapan bahwa matematika itu sulit.” Matematika tidaklah sulit, tetapi
mengapa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling tidak
disukai oleh anak-anak. Matematika juga merupakan mata pelajaran yang menjadi
momok. Selain masalah persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika yang
buruk, rendahnya hasil belajar juga disebabkan karena antara lain, guru masih
terpaku hanya pada buku pelajaran ( Jannah, 2018:4).
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dibutuhkan
model pembelajaran yang bisa memberikan isi materi dan urutan informasi,
menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi
siswa, menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan konsep serta memungkinkan
guru untuk menyampaikan ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran yang akan
disampaikan. Ada berbagai macam jenis model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk memperbaiki masalah tersebut, salah satunya dengan
menggunkan model direct instruction.
Model direct instruction merupakan alternatif perbaikan pembelajaran
yang tepat. Hal ini didukung oleh pendapat Majid (Pratiwi, 2016:11), model
direct instruction pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan
aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural
(pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan
deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah
demi selangkah. Melalui model direct instruction ini pembelajaran matematika
dengan materi bilangan Romawi siswa akan diajar secara berurutan atau
sistematis mulai dari pengenalan angka dasar bilangan Romawi, bagaimana cara
membaca dan bagaimana cara menuliskan bilangan Romawi serta aturan-aturan
dalam bilangan Romawi, juga memberikan latihan dan membimbing pelatihannya
serta memberikan latihan secara mandiri.
Model pembelajaran direct instruction ini sesuai digunakan pada
pembelajaran matematika materi bilangan Romawi karena dalam pengajaran
materi bilangan Romawi harus diajarkan secara tersruktur dan harus diberi
penguatan agar materi yang diajar dapat mengendap dan bertahan lama dalam
memori siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Heruman (Nurchasanah, 2010: 3)
dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu
segera diberi penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa
sehingga akan melekat pada pola pikir dan pola tindakannya.
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian yang berjudul : “Penerapan Model Direct Instruction terhadap Hasil
Belajar Siswa Materi Bilangan Romawi pada Pembelajaran Matematika Kelas IV
SDN Longka Kabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka permasalahan
yang akan diteliti adalah “Apakah ada pengaruh penerapan model direct
instruction terhadap hasil belajar siswa pada materi bilangan romawi pada
pembelajaran matematika kelas IV SDN Longka Kabupaten Gowa ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu “untuk mengetahui pengaruh
penerapan model direct instruction terhadap hasil belajar siswa pada materi
bilangan romawi dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN Longka
Kabupaten Gowa”
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan pemahaman terhadap guru-guru dalam upaya
mengembangkan dan meningkatkan proses pembelajaran matematika
materi bilangan Romawi dengan memanfaatkan dan menggunakan model
pembelajaran direct instruction.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Guru
a) Memberikan masukan kepada guru-guru tentang pentingnya
penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi bilangan
Romawi dalam proses pembelajaran matematika .
b) Mengembangkan proses pembelajaran matematika materi bilangan
Romawi yang dapat membangkitkan semangat belajar dan keaktifan
siswa.
b. Manfaat bagi Siswa
a) Dengan penggunaan model pembelajaran direct instruction
memungkinkan siswa meningkatkan hasil belajar siswa karena proses
pembelajaran berlangsung secara sistematik.
b) Siswa memperoleh pemahaman yang konkret tentang materi bilangan
Romawi dan dapat membantu dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakat.
c. Manfaat bagi Sekolah
Sebagai motivasi untuk guru dalam menerapkan variasi pembelajaran
dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi
pembelajaran, sebagai motivasi dalam rangka mengefektifkan
kemampuan, pembinaan dan pengembangan bagi guru agar dapat lebih
profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga mutu
pendidikan di sekolah dapat ditingkatkan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Direct Instruction
1. Pengertian Model Direct Instruction
Model direct instruction adalah suatu model pembelajaran yang
bersifat teacher centered. Model ini merupakan suatu model pembelajaran
yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Model direct instruction sering diungkapkan dengan berbagai macam istilah.
Istilah model direct instruction memiliki arti yang identik dengan istilah
model pembelajaran langsung, explicit instruction, training model, model
pembelajaran aktif (active teaching model), mastery teaching model. Istilah
direct instruction sendiri dikemukakan oleh Rosenshine dan Stephen pada
tahun 1986 (Mastika, dkk, 2013: 3).
Model pembelajaran langsung atau direct instruction adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan diajarkan setahap
demi setahap. Yang dimaksud pengetahuan prosedural adalah pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu (misalnya keterampilan psikomotor)
dan memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan secara berurutan.
Sedangkan pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu
(misalnya keterampilan kognitif) dan terstruktur baik dan diajarkan tahap
demi tahap. Menurut Runtukahu (Pratiwi, 2016: 232-234) pembelajaran
langsung menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Memberi arah belajar secara terperinci untuk meyakinkan
bahwa terjadi pembelajaran, memberi kesempatan kepada anak
untuk membangun pengetahuan sistematis mulai dari tugas-
tugas sederhana sampai pada kompleks. Menyediakan cara-
cara kognitif dimana desain pembelajaran dijabarkan dalam
langkah-langkah jelas bagi anak yang sekaligus mempunyai
dua keuntungan, yakni memungkinkan guru langsung
memperbaiki kesalahan dan menghapus secara berangsur-
angsur langkah-langkah yang terperinci sehungga pada
akhirnya anak sendiri menyelesaikan tugas-tugas matematika
yang diberikan.
Menurut Majid (Pratiwi, 2016:11), model direct instruction pada
umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar
siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif
(pengetahuan tentang sesuatu yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi) yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
Menurut Depdiknas (2010: 24), pembelajaran langsung atau direct
instruction dapat didefinisikan sebagai “model pembelajaran di mana guru
mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada
peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh
guru”. Menurut Archer dan Hughes (Pujiyati, 2017: 21), strategi direct
instruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa. Strategi ini berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dan dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang beratahap, selangkah demi selangkah.
Startegi ini dikenal dengan model pengajaran langsung.
Menurut Killen (Afandi. dkk, 2013: 16-17), pembelajaran langsung
atau direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori
(pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya
melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh
kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam
hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat
terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta didik, dan mempertahankan
fokus pencapaian akademik. Menurut Kardi (Pujiyati, 2017: 21), direct
instruction dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik dan
kerja kelompok. Strategi ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Dari beberapa defenisi model direct instruction di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model direct instruction adalah model pembelajaran
dimana guru mentransformasikan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural secara langsung kepada peserta didik secara terstruktur dan dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang beratahap, selangkah demi selangkah.
2. Tujuan dan Karakteristik Model Direct Instruction
Depdiknas (2010: 23), menyebutkan bahwa tujuan utama model
pembelajaran langsung atau model direct instruction adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik. Beberapa temuan
dalam teori perilaku diantaranya adalah pencapaian peserta didik yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh peserta didik dalam belajar
atau mengerjakan tugas dan kecepatan peserta didik untuk berhasil dalam
mengerjakan tugas sangat positif. Model direct instruction dirancang untuk
menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian
akademik. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan
tugasnya guru dapat menggunakan berbagai media. Informasi yang
disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural
(yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau
pengetahuan deklaratif (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi).
Karakteristik model direct instruction menurut Depdiknas (2010: 24),
yaitu :
a. Transformasi dan keterampilan secara langsung.
b. Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu.
c. Materi pembelajaran yang telah terstruktur.
d. Lingkungan belajar yang telah terstruktur.
e. Distruktur oleh guru.
3. Langkah-Langkah Model Direct Instruction
Majid (Pratiwi, 2016: 12) menguraikan langkah-langkah model
pembelajaran direct instruction sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan proses.
c. Membimbing pelatihan.
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran direct instruction
menurut Slavin (Pratiwi, 2016:12-13) sebagai berikut.
a. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada
siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus
dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
b. Mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru
mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan
yang telah dikuasi siswa.
c. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan
materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh,
mendemonstrasikan konsep.
d. Melaksanakan bimbingan.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belatih.
f. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan
tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Menurut Bruce dan Weil (Afandi. dkk, 2013: 18-19), tahapan model
direct instruction adalah sebagai berikut :
a. Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat
menolong peserta didik jika guru memberikan kerangka pelajaran dan
orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi
dapat berupa:
a) Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
b) Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran.
c) Memberikan penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran.
d) Menginformasikan kerangka pelajaran.
b. Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa
konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:
a) Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat
dikuasai peserta didik dalam waktu relatif pendek.
b) Pemberian contoh-contoh konsep.
c) Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau
penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas.
d) Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
c. Latihan Terstruktur
Pada fase ini guru memandu peserta didik untuk melakukan
latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah
memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dan memberikan
penguatan terhadap respon peserta didik yang benar dan mengkoreksi
tanggapan peserta didik yang salah.
d. Latihan Terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga
digunakan oleh guru untuk menilai kemampuan peserta didik untuk
melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan
memberikan bimbingan jika diperlukan.
e. Latihan Mandiri
Pada fase ini peserta didik melakukan kegiatan latihan secara
mandiri. Fase ini dapat dilalui peserta didik jika telah menguasai tahap-
tahap pengerjaan tugas.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Direct Instruction
Model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing, begitu pula dengan model direct instruction memiliki
kelebihan dan kelemahan. Menurut Kardi (Pratiwi, 2016: 13-14) model direct
instruction memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
a. Kelebihan Direct Instruction, yaitu:
a) Guru bisa memberikan isi materi dan urutan informasi yang diterima
oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus apa yang harus
dicapai oleh siswa.
b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
e) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep-konsep
keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
f) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak
dalam waktu yang relatif singkat dan dapat diakses secara setara oleh
seluruh siswa.
g) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi
mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat
merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa.
b. Kelemahan Direct Instruction, yaitu:
a) Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan
informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat,
sementara tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal
tersebut, sehingga guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
b) Kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya
belajar, atau ketertarikan siswa.
c) Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal yang baik.
d) Kesuksesan strategi ini hanya bergantung pada penilaian dan
antusiasme guru di ruang kelas.
e) Adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat
struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran,
yang menjadi karakteristik strategi Direct Instruction, dapat
berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah,
kemandirian, dan keingin tahuan siswa.
Selain kelebihan dan kelemahan model direct instruction seperti yang
diuraikan oleh Kardi di atas, terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan
lainnya menurut Majid (Pratiwi, 2016: 14-15), yaitu:
a. Kelebihan Direct Instruction, yaitu:
a) Dapat memberikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh
siswa, sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang
harus dicapai oleh siswa.
b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c) Merupakan cara paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
berprestasi rendah.
d) Menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga
membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
e) Siswa yang dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi
apabila model direct instruction digunakan secara efektif.
b. Kelemahan Direct Instruction, yaitu:
a) Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan pengetahuan
awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau
ketertarikan siswa.
b) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat aktif,
sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
c) Karena guru memainkan peran pusat, kesuksesan strategi direct
instruction ini begantung pada image guru. Jika guru tidak tampak
siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa
dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran
mereka akan terhambat.
d) Model direct instruction sangat bergantung pada gaya komunikasi
guru.
e) Jika model direct instruction tidak melibatkan siswa, siswa akan
kehilangan perhatian setelah 10-15 menit, dan hanya akan mengingat
isi materi yang disampaikan.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu „hasil‟ dan „belajar‟. Dalam KBBI
hasil memiliki beberapa arti: 1) sesuatu yang diadakan oleh usaha, 2) pendapatan;
perolehan; buah. Sedangkan belajar dalam KBBI adalah perubahan tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Gagne (Baharuddin,
2016: 2), belajar dapat didefenisiskan sebagai suatu proses dimana suatu
organissasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Howard L. Kingsleny (Baharuddin, 2016: 2) mendefenisikan belajar
sebagai: learning is the process by which behavior (in the broader sense) is
originated or changed through practice or training (belajar adalah proses ketika
tingkah laku [dalam arti luas] ditimbulakan atau diubah melalui praktik atau
latihan). James O. Wittaker (Baharuddin, 2016: 2) mendefenisiskan belajar
sebagai proses ketika tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
American Heritage Psychology (Baharuddin, 2016: 2) secara lebih luas
memerinci belajar sebagai:
1. To gain knowledge, comprehension, or mastery through experience or study
(bertambahnya pengetahuan dan keahlian melalui pengalaman belajar).
2. To fix in the mind or memory: memorize (perpaduan antara berpikir dan
mengingat, menghafalkan).
3. To acquire through experience, kesiapan untuk memperoleh pengalaman.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar
berlangsung, yang dapat memberikan perubahan pengetahuan maupun
pemahaman siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
C. Pembelajaran Matematika
Menurut Putra (Hamzah, 2014: 42), kata pembelajaran diambil dari kata
intruction yang berarti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Mulyasa
(Baharuddin, 2016: 183), pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku
kearah yang lebih baik. Menurut Degeng (Hamzah, 2014: 42) dalam suatu
defenisi, pembelajaran dikatakan upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan
memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal
untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Ada lima komponen pembelajaran yaitu: interaksi,
peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar. Menurut Gagne
(Hamzah, 2014: 42), suatu pembelajaran tidak hanya stimulus awal saja, tetapi
merupakan kumpulan berbagai jenis stimulasi eksternal dan internal yang
menimbulkan aktivitas dan memengaruhi sejuamlah proses belajar yang berbeda.
Sistem pembelajaran merupakan pengelolaan sumber dan prosedur yang dapat
meningkatkan belajar siswa.
Menurut Hadimiarso (Hamzah, 2014: 45), pembelajaran lebih menaruh
perhatian pada bagaimana „pembelajaran siswa‟ bukan pada „apa yang dipelajari
siswa‟. Ciri-ciri pembelajaran, yaitu:
1. Pembelajaran adalah proses berpikir.
2. Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak.
3. Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat.
Bruce Weil (Sanjaya, 2011: 217-218) mengemukakan tiga prinsip penting
dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat
membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa.
2. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari.
3. Proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan social.
Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan,
mathanein artinya berpikir/belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Menurut Ismail. dkk (Hamzah, 2014: 48), matematika adalah ilmu yang
membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah
numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola bentuk dan
struktur sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.
Mathematical Sciences Education Board (Walle, 1989: 51) sebagai sesuatu
yang sifatnya praktis, matematika merupakan ilmu tentang pola dan urutan.
Matematika tidak membahas tentang molekul atau sel, tetapi membahas tentang
bilangan, kemungkinan, bentuk, algoritma, dan perubahan. Sebagai ilmu dengan
objek yang abstrak, matematika tergantung pada logika, bukan pada pengamatan
sebagai standar kebenarannya, meskipun menggunakan pengamatan, simulasi,
dan bahkan percobaan sebagai alat untuk menemukan kebenaran. Menurut
NCTM (National Council 0f Teachers of Mathematics, organisasi guru dan
pendidik matematika di Amerika Serikat) mengajar matematika yang efektif
memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui dan perlukan untuk
belajar dan kemudian memberi tantangan dan mendukung mereka untuk
mempelajarinya dengan baik (Walle, 2000: 20).
Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi, karena
matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep, simbol-simbol yang
abstrak, tersusun secara hierarkis dengan penalaran deduktif aksiomatis. Bahasa
matematika merupakan simbol yang padat, akurat, abstrak, dan penuh arti.
Memahami suatu konsep matematika pada umumnya perlu memahami konsep-
konsep sebelumnya. Belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara
sistematis serta didasarkan pada pengalaman belajar yang lalu. Pengalaman
belajar yang lalu akan mempengaruhi proses belajar berikutnya.
Menurut Nurhidayati (2013: 9) matematika memiliki banyak karakteristik
yang menjadi pembeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Berikut ini beberapa
karakteristik umum matematika, yaitu: “1) memiliki objek kajian abstrak, 2)
bertumpu pada kesepakatan, 3) berpola pikir deduktif, dan 4) konsisten dalam
sistemnya.
D. Materi Bilangan Romawi
Selain bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, satu lagi himpunan
bilangan yang akan pelajari adalah bilangan Romawi. Sebelum membahas tentang
bilangan Romawi, ada baiknya kita mengetahui dahulu apa yang dimaksud
dengan bilangan dan lambang bilangan. Bilangan adalah sesuatu yang penting
dalam matematika karena semua pelajaran tidak bisa terlepas dari bilangan.
Bilangan dan lambang bilangan adalah berbeda. Perkataan bilangan biasanya
dimaksudkan untuk menyatakan jumlah atau banyaknya sesuatu. Sedangkan
lambang bilangan adalah simbol atau gambar yang melambangkan suatu
bilangan. Lambang bilangan itu disebut juga angka. Sistem angka atau lambang
bilangan itu bermacam-macam, ada angka Cina, Mesir, Yunani, Hindu-Arab,
Romawi dan sebagainya.
Secara umum ada tujuh angka dasar bilangan Romawi, yaitu:
I = 1 V = 5
X = 10 L = 50
C = 100 D = 500
M = 1000
Bilangan Romawi tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita perhatikan contoh-contoh penggunaan bilangan Romawi berikut:
1. Marbun tinggal bersama orang tuanya di jalan Nuri III nomor 9.
2. Daerah istimewa Jogjakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.
3. Memasuki abad XXI, kita dituntut untuk lebih menguasai teknologi.
Pada sistem bilangan Romawi tidak dikenal bilangan 0 (nol). Untuk
membaca bilangan Romawi, kamu harus hafal dengan benar ketujuh lambang
bilangan dasar Romawi dan mengetahui aturan-aturan dalam bilangan Romawi.
Aturan-aturan dalam membaca lambang bilangan Romawi, yaitu:
1. Aturan penjumlahan bilangan Romawi
Aturan pertama dalam membaca lambang bilangan Romawi sebagai
berikut:
a. Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka
lambang-lambang Romawi tersebut dijumlahkan.
Contoh:
XIII = X + I + I+I LXVII = L + X + V + I + I
= 10 + 1 + 1+1 = 50 +10 + 5 + 1+1
= 13 = 67
Jadi, XIII dibaca 13. Jadi, LXVII dibaca 67.
b. Penambahnya paling banyak tiga angka, tetapi ada angka-angka tidak
boleh ditulis berjajar lebih dari satu kali yaitu V, L, dan D.
Contoh:
4 ditulis IV dan bukan IIII
400 ditulis CD bukan CCCC
LLL ini salah = (50 + 50 + 50) = 150. Penulisan 150 yang benar yaitu 100
+ 50 = C + L = CL.
2. Aturan Pengurangan Bilangan Romawi
Aturan kedua dalam membaca lambang bilangan Romawi sebagai
berikut:
a. Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di sebelah kiri,
maka lambang-lambang bilangan Romawi tersebut dikurangkan.
b. Pengurangan paling banyak satu angka, dengan syarat:
I hanya dapat dikurangkan dari V dan X.
X hanya dapat dikurangkan dari L dan C.
C hanya dikurangkan dari D dan M.
Contoh:
IV = V – I XC = C - X
= 5 – 1 = 100 - 10
= 4 = 90
Jadi, IV dibaca 4. Jadi, XC dibaca 90.
XXD ini salah, karena pengurangan hanya boleh satu angka dan X hanya
dapat dikurangkan dari L dan C, yang benar XL atau XC.
3. Aturan Gabungan
Contoh:
MCMLXXXIII = M + (M – C) + L + X + X + X + I + I + I
= 1000 + (1000 -100) + 50 + 10 + 10 + 10 + 1 + 1 + 1
= 1000 + 900 + 50 + 30 + 3
= 1983
Jadi, MCMLXXXIII dibaca 1983.
Aturan-aturan dalam menuliskan lambang bilangan Romawi sama
dengan yang telah kalian pelajari di depan. Mari kita perhatikan contoh
berikut ini:
35 = 30 + 5 40 = 50 – 10
= (10 + 10 + 10) + (5) = L-X
= (X + X + X) + (V) = XL
= XXXV Jadi, 40 ditulis XL
Jadi, 35 ditulis XXXV
142 = 100 + 40 + 2
= 100 + (50-10) + (1+1)
= C + (L-X) + (I+I)
= CXLII
Jadi, 142 ditulis CXLII
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian menggunakan model direct intruction pada pembelajaran
matematika materi bilangan Romawi ini terinspirasi dari penelitian yang
dilakukan oleh:
1. Sri Faridah Pujiyati pada tahun 2017 yang berjudul “Penerapan Model
Explicit Intruction Berbantuan Media Petak Perkalian dalam Materi Ajar
Kelipatan dan Faktor suatu Bilangan”. Hasil penelitian yang diperoleh oleh
Sri Faridah Pujiyati menggunakan model explicit intruction ini, yaitu
perolehan persentasi ketuntasan siswa pada siklus 1 sebesar 39,13% dan pada
siklus 2 meningkat menjadi 82,61%. Hal ini dibuktikan dengan jumlah siswa
yang tuntas pada siklus pertama sebesar 9 siswa dan pada siklus 2 meningkat
menjadi 19 siswa. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 81%
dan pada siklus 2 meningkat menjadi 91%.
2. Rina, Hendri Marhadi dan Jessi Alexander pada tahun 2015 yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VB SD Negeri 62 Pekanbaru”. Hasil penelitian yang
diperoleh oleh Rina. dkk menggunakan model pembelajaran langsung atau
model Direct Instruction ini, yaitu dengan model pembelajaran langsung
dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas V di SDN 62 Pekanbaru.
3. Sudirman, Ahmad Yani T dan Nanang Heryana pada tahun 2013 yang
berjudul “Meningkatkan Aktifitas Belajar Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Langsung di Kelas II SDN 07 Sungai Bakah”. Hasil penelitian
yang diperoleh oleh Sudirman. dkk menggunakan model pembelajaran
langsung atau model Direct Instruction ini, yaitu dengan model pembelajaran
langsung dalam proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa, baik itu aktivitas fisik, mental maupun aktivitas
emosional.
4. Miftahul Jannah. 2018. Pengaruh Penerapan Model Explicit Instruction
terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Bilangan Romawi pada Pembelajaran
Matematika Kelas IV SD Inpres Kapasa. Hasil penelitian yang didapatkan
oleh Miftahul Jannah setelah penerapan model pembelajaran Explicit
Instruction skor rata-rata siswa yaitu 83,29 tergolong dalam ketegori tinggi
dan persentase ketuntasan siswa yaitu 92,86% dengan jumlah siswa yang
tuntas yaitu 26 orang dengan jumlah keseluruhan siswa 28 orang, maka dapat
dikatan bahwa hasil belajar siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan hasil
belajar secara klasikal.
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penerapan model direct
instruction atau pembelajaran langsung sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran matematika. Pada penelitian ini berbeda dengan
penelitian di atas letak perbedaannya yaitu subjek yang akan diteliti siswa Kelas
IV di SDN Longka yang terletak di Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk menggunakan model
pembelajaran direct instruction atau model pembelajaran langsung untuk
diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan romawi di SDN
Longka Kabupaten Gowa.
F. Kerangka Pikir
Pelaksanaan pembelajaran bilangan Romawi selama ini masih banyak
mengalami kendala. Misalnya sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam
memahami dan menuliskan lambang bilangan Romawi (Jannah,2018:16). Hal ini
juga terjadi di SDN Longka Kabupaten Gowa dimana dari hasil observasi
wawancara kepada guru diperoleh informasi bahwa sebagian siswa masih
mengalami kesulitan dalam memahami dan menuliskan lambang bilangan
Romawi. Beberapa siswa masih belum menguasai simbol-simbol dasar bilangan
Romawi dan belum paham dalam hal aturan-aturan penempatan bilangan
Romawi. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran matematika dikalangan siswa
terutama di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang susah dan
ditakuti oleh kebanyakan siswa, selain itu guru masih terpaku hanya pada buku
pelajaran.
Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dibutuhkan model
pembelajaran yang bisa memberikan isi materi dan urutan informasi, menekankan
poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa, menjadi
cara yang efektif untuk mengajarkan konsep serta memungkinkan guru untuk
menyampaikan ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran yang akan
disampaikan. Ada berbagai macam jenis model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk memperbaiki masalah tersebut, salah satunya dengan
menggunakan model direct instruction.
Model direct instruction merupakan alternatif perbaikan pembelajaran
yang tepat. Model direct instruction adalah model pembelajaran dimana guru
mentransformasikan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural secara
langsung kepada peserta didik secara terstruktur dan dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang beratahap, selangkah demi selangkah.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika materi bilangan
Romawi menggunakan model direct instruction, siswa akan diajar secara
berurutan atau sitematis mulai dari pengenalan tujuh angka dasar bilangan
Romawi, bagaimana cara membaca dan bagaimana cara menuliskan bilangan
Romawi serta aturan-aturan dalam bilangan Romawi, juga memberikan latihan
dan membimbing pelatihannya serta memberikan latihan secara mandiri serta
setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi
penguatan agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa sehingga
akan melekat pada pola pikir dan pola tindakannya.
Melalui model direct instruction ini dalam pembelajaran matematika
materi bilangan Romawi diharapkan hasil belajar matermatika siswa materi
bilangan Romawi dapat berhasil sehingga tujuan pembelajaran matematika
materi bilangan Romawi dapat tercapai dan kualitas pendidikan akan lebih maju.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian ini, maka digambarkan alur
berpikir peneliti sebagai berikut:
Gambar 2.1 Alur/ Pola Penelitian
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teoritik di atas, maka dapatlah dibuat hipotesis
sebagai berikut: “ada pengaruh penerapan model pembelajaran Direct Instruction
terhadap hasil belajar siswa pada materi bilangan Romawi dalam pembelajaran
matematika”.
Tes Hasil Belajar Siswa
Deskripsi Pengaruh Model Direct Intruction
Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kegiatan Belajar Mengajar
Guru Model Direct
Intruction
Identifikasi Terkait
Kesulitan dalam
Memahami dan
Menuliskan bilangan
Romawi dalam
Pembelajaran
Matematika Kelas IV
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV Tahun ajaran 2018-2019 di
SDN Longka Kabupaten Gowa. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Direct Instruction
pada pembelajaran matematika materi bilangan Romawi terhadap hasil belajar
siswa. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimental design. Pra eksperimental
design yaitu suatu jenis penelitian yang hanya melibatkan satu kelas
eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dengan
tujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh penggunaan model
pembelajaran direct instruction terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika materi bilangan Romawi.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one-
group pretest-posttest design karena hanya melibatkan satu kelas eksperimen
yang diawali dengan pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah
diberikan perlakuan, desainnya yaitu:
Tabel 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design
O1 X O2
Dengan :
O1 = hasil belajar siswa sebelum diajar menggunakan model pembelajaran
Direct Instruction (pre-test).
X = mengajar materi bilangan romawi dengan menggunakan model
pembelajaran Direct Instruction.
O2 = hasil belajar siswa setelah diajar menggunakan model pembelajaran
Direct Instruction (post-test).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV KKG Wilayah
II Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa yang berjumlah 66 orang yang terdiri
dari 5 sekolah dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.2 Subjek Populasi Siswa Kelas IV SD KKG Wilayah II Kec
Parigi
Sekolah Laki-Laki Perempuan Jumlah Siswa
SDI Paranglabbua 4 1 5
SDN Longka
SDI Pattallassang
15
6
11
6
26
12
SDN Raulo
SDI Raulo
7
5
7
4
14
9
Jumlah Seluruh Populasi 66
Sumber: KKG Wilayah II Kecamatan Parigi, 2019
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasi. Sampel dalam penelitian
ini adalah Kelas IV dari satu sekolah yaitu kelas IV SDN Longka yang terdiri
dari 26 orang siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan dengan menggunakan Teknik pengambilan sampel yaitu simple
random sampling. Dikatakan simple karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.
C. Defenisi Operasional Variabel
Secara operasional, variabel yang digunakan dalam penelitian dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran direct instruction adalah salah satu model pembelajaran
yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah. Selain itu model direct instruction ditujukan pula
untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memeperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
2. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses
belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan pengetahuan maupun
pemahaman siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tujuan
pembelajaran ranah kognitif pada tingkat pengetahuan adalah kemampuan
untuk mengingat akan informasi yang diterima, misalnya informasi mengenai
fakta, konsep, maupun rumus.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes
hasil belajar matematika. Tes hasil belajar matematika dibuat oleh peneliti dalam
bentuk soal isian dan uraian. Jumlah soal untuk mengetes hasil belajar siswa ini
terdiri dari 10 soal dalam aspek kognitif. Pemberian skor pada uji coba instrumen
untuk soal isian adalah skor dua untuk tiap jawaban yang benar, skor satu untuk
tiap jawaban yang salah, dan skor nol untuk tiap jawaban yang kosong sedangkan
untuk uraian skor sepuluh untuk jawaban benar, skor 5 untuk jawaban sebagian
benar, skor 3 untuk jawaban salah, dan skor nol untuk jawaban yang kosong.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk soal essay yang akan digunakan
sebagai instrumen pada pembelajaran matematika pada materi bilangan Romawi.
Instrumen ini berupa pretest dan posttest. Pretest diberikan kepada siswa pada
awal pertemuan yaitu sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction pada pembelajaran matematika bilangan Romawi
yang terdiri dari 10 item soal dan posttest diberikan pada pertemuan terakhir atau
setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction pada pembelajaran matematika bilangan Romawi yang terdiri dari 10
item soal. Soal untuk pretest sama dengan soal yang digunakan untuk posttest
tetapi urutan soal harus diacak pada soal posttest agar mengetahui secara jelas
perbedaan tingkat hasil belajar sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan
perlakuan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
analisis deskriptif dan analisis inferensial.
1. Teknik statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil
belajar siswa pada pembelajaran matematika yang diperoleh siswa sebelum
diajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction dan
sesudah diajar dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction
pada pembelajaran matematika materi bilangan Romawi. Untuk kepentingan
tersebut, maka dilakukan perhitungan rata-rata tentang hasil belajar siswa
setelah mengikuti pelajaran matematika materi bilngan Romawi, dengan
rumus:
=
Keterangan:
= Nilai rerata
∑x = Jumlah
N = Banyaknya subjek
Hasil belajar sebelum dan sesudah dengan model pembelajaran direct
instruction. dianalisis dengan teknik analisis presentase dengan rumus sebagai
berikut:
P =
x 100%
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi yang dicari persentasenya
N = Jumlah subjek eksperimen
Selanjutnya untuk kategori hasil belajar siswa digunakan teknik
kategori standar yang dimodifikasi dari Depdikbud, sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori Hasil Belajar Siswa
Interval Nilai Kategori
85 – 100 Sangat Tinggi
65 – 84 Tinggi
55 – 64 Sedang
35 – 54 Rendah
0 – 34 Sangat Rendah
Sumber; Depdikbud,2009
Hasil belajar matematika siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil
belajar secara individual dan klasikal. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas
apabila memiliki nilai paling sedikit 70 dari skor ideal 100 sesuai dengan
KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah,
sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 75% siswa di kelas
tersebut telah mencapai skor paling sedikit 65.
Persentase ketuntasan hasil belajar klasikal dapat dihitung dengan
rumus:
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang
telah diajukan. Untuk maksud tersebut, maka pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji-t berkorelasi uji pihak kanan. Dengan hipotesis statistik
yang digunakan sebagai berikut teknik pengujian yang digunakan adalah uji-t
dengan = 0,05.
t =
√
Keterangan :
t = Perbedaan Dua Mean
Md = Mean dari Perbedaan Pretest dengan Posttest (Posttest – Pretest)
= Jumlah Kuadrat Deviasi
= Jumlah Subjek pada Sampel
Perhitungan indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai
pretest dan posttest. Dalam penelitian ini, indeks gain akan digunakan apabila
rata-rata nilai sebelum dan setelah perlakuan berbeda. Rumus indeks gain (d)
adalah sebagai berikut:
1
12)(OmungkinyangmaksimumSkor
OOdgain
Keterangan :
O1 = hasil pengukuran pretest
O2 = hasil pengukuran posttest
Tabel 3.4 Kriteria Interpertasi Indeks Gain
Besarnya “d” Gain Interpretasi
d 0,7
0,3 d < 0,7 d < 0,3
Indeks gain tinggi
Indeks gain sedang
Indeks gain rendah
Sumber; Hake, 1999
Untuk keperluan pengujian hipotesis di atas digunakan uji pihak
kanan, dirumuskan sebagai berikut:
Ho: µ1 < µ2 dan H1: µ2> µ1
Ho = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Direct Instruction lebih kecil atau sama dengan rata-rata
hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran
direct instruction.
H1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Direct Instruction lebih besar dari rata-rata hasil belajar
siswa yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran direct
instruction.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada siswa kelas IV SD
Negeri Longka Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupataen Gowa, dimana
penelitian ini dimulai pada hari Senin 06 Mei sampai hari Sabtu 18 Mei 2019
tentang hasil belajar Matematika materi Bilangan Romawi dengan menggunakan
model pembelajaran direct instruction maka hasil penelitian dapat dikemukakan
sebagai berikut..
1. Hasil Belajar dengan Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif, data yang diolah yaitu data pretest dan posttest
siswa kelas IV yang diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran
explicit instruction pada pembelajaran matematika materi bilangan Romawi,
maka peneliti memberikan pretest dan posttest berupa soal isian sebanyak 5
nomor dan soal uraian sebanyak 5 nomor.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas IV SD
Negeri Longka Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupataen Gowa,
peneliti telah mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen pretest
dan posttest, sehinggga di peroleh hasil belajar siswa sebelum dan setelah
diberikan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction pada pembelajaran matematika materi bilangan Romawi adalah
sebagai berikut :
a. Pretest
1) Nilai Statistik Hasil Belajar
Tabel 4.1 Distribusi Nilai Statistik Pretest Hasil Belajar Siswa kelas
IV SD Negeri Longka Kabupaten Gowa
No. Kategori Nilai Statistik Nilai Pretest
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
Standar deviasi
26
83
38
55,80
13,67
Sumber: Data Primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan
dan diberikan pretest diperoleh nilai maksimum hasil belajar adalah 83
dan skor terendah adalah 38 dari skor ideal 100. Rata-rata skor yang
diperoleh 55,80 dengan standar deviasi 13,67.
2) Kategori Hasil Belajar
Tabel 4.2 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar pada Soal
Pretest
No. Interval
Nilai Kategori
Pretest
F %
1.
2.
3.
4.
5.
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85-100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
20
0
6
0
0%
76,92%
0%
23,08%
0%
Jumlah 26 100%
Sumber: Data Primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa nilai pretest
siswa pada saat sebelum adanya perlakuan terdapat 20 siswa atau
76,92% pada kategori rendah, terdapat 6 siswa atau 23,08% pada kategori
tinggi.
3) Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar
Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar pada Soal
Pretest
Skor Kategori Pretest
F %
0 – 69 Tidak Tuntas 20 76,92%
70-100 Tuntas 6 23,08%
Jumlah 26 100%
Sumber; Data primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa pada nilai
pretest siswa pada saat setelah diberi tindakan menggunakan model
pembelajaran direct instruction pada pembelajaran matematika materi
bilangan Romawi terdapat 20 siswa dengan persentase 76,92% mencapai
kategori tidak tuntas dan 6 siswa dengan persentase 23,08% mencapai
kategori tuntas.
b. Posttest
1) Nilai Statistik Hasil Belajar
Tabel 4.4 Distribusi Nilai Statistik Hasil belajar Siswa Kelas IV SD
Negeri Longka Kabupaten Gowa
No. Kategori Nilai Statistik Nilai Posttest
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
Standar deviasi
26
100
72
89,08
8,694
Sumber: Data Primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa setelah diberikan perlakuan
dengan menggunanakan model pembelajaran direct instruction pada
pembelajaran matematika materi bilangan Romawi dan diberikan posttest
diperoleh nilai maksimum hasil belajar adalah 100 dan skor terendah
adalah 72 dari skor ideal 100. Rata-rata skor yang diperoleh adalah 89,08
dengan standar deviasi 8,694.
2) Kategori Hasil Belajar
Tabel 4.5 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar pada Soal
Posttest
No. Interval
Nilai Kategori
Posttest
F %
1.
2.
3.
4.
5.
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 – 100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
0
0
10
16
0%
0%
0%
38,46%
61,54%
Jumlah 26 100%
Sumber: Data Primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai postest
siswa pada saat setelah adanya perlakuan tidak terdapat siswa atau 0%
pada kategori sangat rendah dan rendah, terdapat siswa 0% pada kategori
sedang, terdapat 10 siswa atau 38,46% pada kategori tinggi, dan terdapat
16 siswa atau 61,54% pada kategori sangat tinggi.
3) Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar pada Soal Pretest
Skor Kategori Pretest
F %
0 – 69 Tidak Tuntas 0 0%
70-100 Tuntas 26 100
Jumlah 26 100%
Sumber; Data primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa pada nilai
pretest siswa pada saat setelah diberi tindakan menggunakan model
pembelajaran direct instruction pada pembelajaran matematika materi
bilangan Romawi semua siswa tuntas dengan persentase 100% tuntas.
c. Perbandingan antara pretest dan posttest
1) Nilai Statistik Hasil Belajar
Tabel 4.7 Perbandingan Distribusi Nilai Statistik Hasil Belajar Siswa
Kelas IV SD Negeri Longka Kabupaten Gowa
No. Kategori Nilai
Statistik Nilai Pretest Nilai Posttest
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
Standar deviasi
26
83
38
55,80
13,67
26
100
72
89,08
8,694
Sumber: Data Primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan dan
diberikan pretest diperoleh nilai maksimum hasil belajar adalah 83 dan skor
terendah adalah 38 dari skor ideal 100. Rata-rata skor yang diperoleh 55,80
dengan standar deviasi 13,67. Sedangkan nilai yang diperoleh setelah
diberikan perlakuan dan diberikan posttest diperoleh nilai maksimum 100 dan
nilai minimum sebesar 72 dari skor ideal 100. Rata-rata skor yang diperoleh
adalah 89,08 dengan standar deviasi 8,694. Kesimpulan dari Tabel 4.7 dapat
dikatakan bahwa siswa yang diberikan perlakuan yakni dengan menggunakan
model pembelajaran direct instruction pada pembelajaran matematika materi
bilangan Romawi yang menunjukkan hasil belajar lebih tinggi dari hasil tes
sebelumnya yaitu sebelum diberikan perlakuan.
2) Kategori Hasil Belajar
Tabel 4.8 Perbandingan Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar
Pretest dan Posttest
No. Interval
Nilai Kategori
Pretest Posttest
F % F %
1.
2.
3.
4.
5.
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
85 -100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
20
0
6
0
0%
76,92%
0%
23,08%
0%
0
0
0
10
16
0%
0%
0%
38,46%
61,54%
Jumlah 26 100% 26 100%
Sumber: Data Primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai pretest siswa
pada saat sebelum adanya perlakuan terdapat 20 siswa atau 76,92% pada kategori
rendah dan terdapat 6 siswa atau 23,08% pada kategori tinggi.Tabel tersebut juga
menunjukkan bahwa hasil belajar setelah diberikan perlakuan (posttest) yakni
penerapan model pembelajaran direct instruction pada pembelajaran matematika
materi bilangan Romawi tidak terdapat siswa atau 0% pada kategori sangat
rendah dan rendah, terdapat 10 siswa atau 38,46% pada kategori tinggi dan
terdapat 16 siswa atau 61,54% pada kategori sangat tinggi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan memahami pembelajaran setelah diberikan
penerapan model pembelajaran direct instruction pada pembelajaran matematika
materi bilangan Romawi tergolong tinggi.
3) Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar
Tabel 4.9 Perbandingan Distribusi Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Pretest
dan Posttest
Skor Kategori Frekuensi Persentase
Pretest Posttest Pretest Posttest
0 – 69 Tidak Tuntas 20 0 76,92% 0%
70-100 Tuntas 6 26 23,08% 100%
Jumlah 26 26 100% 100%
Sumber; Data primer 2019, diolah dari lampiran
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa adanya perubahan
signifikan yakni nilai pretest siswa pada saat sebelum diberi tindakan
menggunakan model pembelajaran direct instruction pada pembelajaran
matematika materi bilangan Romawi terdapat 20 siswa dengan persentase 76,92%
siswa mencapai kategori tidak tuntas. Sedangkan pada saat diberi tindakan
(posttest) yakni menggunakan model pembelajaran direct instruction pada
pembelajaran matematika materi bilangan Romawi terdapat 26 siswa pada
kategori tuntas dengan presentase 100%, artinya ketuntasan belajar memuaskan
secara klasikan karena telah mencapai nilai diatas rata-rata dan dinyatakan telah
mencapai nilai KKM yang diharapkan.
2. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji-t
berkorelasi uji pihak kanan untuk menguji kebenaran hipotesis. Hipotesis
yang akan diuji adalah:
Ho = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction lebih kecil atau sama dengan rata-rata
hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran
direct instruction.
H1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction lebih besar dari rata-rata hasil belajar
siswa yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran direct
instruction.
Kriteria pengujian hipotesis tersebut adalah H1 diterima jika thitung >
tTabel, jika thitung < tTabel maka HO diterima dengan taraf signifikan α = 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t
berkorelasi uji pihak kanan seperti yang disajikan pada lampiran, diperoleh
nilai thitung sebesar 13,68 sedangkan nilai tTabel pada taraf signifikansi α = 0,05
dan derajat kebebasan (dk) = 26 – 1 = 25 adalah sebesar 2,060.
Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa nilai thitung > tTabel (13,68>
2,060). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1 (H1 : µ2 > µ1)
diterima dan HO ditolak, jadi terdapat pengaruh antara hasil belajar
matematika materi bilangan Romawi siswa sebelum dan setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction.
Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest
maka digunakan indeks gain. Indeks gain dari penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Indeks Gain (d)
Rata-Rata
Pretest
Rata-Rata
Posttest
Skor
Maksimum
Indeks Gain
(d) Kategori
55,80 89,08 100 0,752 Tinggi
Sumber: Data Primer 2019
Hasil analisis diatas yang menunjukkan pengaruh model pembelajaran
direct instruction sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan. Berdasarkan
Perhitungan indeks gain (d) diperoleh bahwa indeks gain yang diperoleh dari
penelitian ini sebesar 0,752 dimana besarnya gain d> 0,7 berada dalam
kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan model
pembelajaran direct instruction terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika materi bilangan Romawi.
B. Pembahasan
1. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah yang diperoleh seseorang setelah melewati
berbagai macam tantangan berdasarkan ruang lingkup masalah yang
dihadapinya, besarnya hasil belajar yang diperoleh seseorang tergantung dari
seberapa besar dan seberapa kuat ia untuk memperolehnya. Melalui
penggunaan model pembelajaran direct instruction, pada siswa kelas IV SD
Negeri Longka Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa dapat meningkatkan hasil
belajar mereka yang diketahui dari instrumen berupa sejumlah pertanyaan
dalam bentuk pretest dan posttest.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai perbandingan
nilai statistik menunjukkan bahwa sejumlah sampel 26 siswa, nilai pretest
untuk nilai terendah adalah 38 dan nilai tertinggi adalah 83 dari skor ideal
100. Nilai Posttest untuk nilai terendah 72 dan nilai tertinggi adalah 100 dari
skor ideal 100. Rata-rata pretest 55,80 dan posttest 89,08. Secara detail, dapat
dilihat pada grafik berikut ini :
Gambar 4.1 Distribusi Perbandingan Statistik Nilai Belajar Pretest dan
Posttest
Grafik di atas menunjukkan bahwa distribusi nilai siswa mengalami
peningkatan dan berpengaruh setelah diberikan tindakan yaitu berupa model
pembelajaran direct instruction pada pembelajaran matematika materi
bilangan Romawi. Strategi ini bisa berpengaruh karena siswa melihat dan
memahami serta nyata yang dipelajari. Namun demikian diperlukan adanya
kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan model
pembelajaran yang ada.
Perbandingan kategori hasil belajar berdasarkan hasil distribusi
persentase skor nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah penggunaan
model pembelajaran direct instruction pada pembelajaran matematika materi
bilangan Romawi menunjukkan bahwa persentase kategori nilai siswa; (1)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
PRETEST POSTTEST
Tuntas
Tidak Tuntas
kategori sangat rendah (0–34), persentase pada pretest sebanyak 0% dan
persentase pada posttest sebanyak 0%, (2) kategori rendah (35–54), persentase
pada pretest sebanyak 76,92% dan persentase pada postest sebanyak 0%, (3)
kategori sedang (55–64), persentase pada pretest sebanyak 0% dan persentase
pada posttest sebanyak 0%, (4) kategori tinggi (65–84), persentase pada
pretest sebanyak 23,08% dan presentase posttest sebanyak 38,46%, (5)
kategori tinggi (85–100), persentase pada pretest sebanyak 0% dan pada
posttest sebanyak 61,54%.
Dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 4.2 Distribusi Perbandingan Kategori Hasil Nilai Pretest dan
Posttest
Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase hasil belajar siswa
setelah belajar matematika materi bilangan Romawi dengan menggunakan
model pembelajaran direct intruction, dengan kata lain bahwa strategi tersebut
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
PRETEST POSTTEST
Tuntas
Tidak Tuntas
berpengaruh terhadap proses belajar siswa yang berdampak baik pada hasil
belajarnya.
Perbandingan tingkat ketuntasan berdasarkan klarifikasi ketuntasan
hasil belajar siswa dimana mulai nilai 70–100 dinyatakan tuntas dan 0–69
dinyatakan tidak tuntas, menunjukkan bahwa persentase kategori ketuntasan
hasil belajar siswa pada proses pembelajaran matematika materi bilangan
Romawi dengan penerapan model pembelajaran direct intruction; (1) siswa
yang berada pada kategori tidak tuntas pada pretest sebanyak 20 siswa
dengan persentase 76,92% ,(2) siswa yang berada pada kategori tuntas pada
posttest sebanyak 26 siswa dengan persentase 100%.
Dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 4.3 Perbandingan Tingkat Ketuntasan Hasil Nilai Pretest dan
Posttest
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
PRETEST POSTTEST
Tuntas
Tidak Tuntas
Grafik pada gambar 4.3 perbandingan tingkat ketuntasan pada
pembelalajaran matematika materi bilangan Romawi sebelum perlakuan dan
pemberian pretest lebih besar ketidak tuntasannya dari pada tuntasnya dan
sebaliknya pada tingkat ketuntasan sesudah perlakuan dan pemberian posttest
semua siswa berada pada kategori tuntas.
Setelah diadakan pretest dan posttest pada kelas IV siswa SD Negeri
Longka Kabupaten Gowa, dari 26 siswa semuanya sudah tuntas setelah
mengerjakan soal posttest.
2. Verifikasi Hipotesis atau Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai perbandingan
nilai statistik menunjukkan bahwa jumlah sampel 26 siswa, nilai pretest untuk
nilai terendah adalah 38 dan nilai tertinggi 83 dari skor ideal 100. Nilai
posttest untuk nilai terendah 72 dan nilai tertinggi 100 dari skor ideal 100.
Rata-rata pretest 55,80 dan rata-rata posttest 89,08.
Perbandingan kategori hasil belajar berdasarkan hasil distribusi
persentase skor nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah penggunaan
model pembelajaran direct instruction pada mata pelajaran matematika
materi bilangan Romawi menunjukkan bahwa persentase kategori nilai siswa;
(1) kategori sangat rendah (0–34), persentase pada pretest sebanyak 0% dan
persentase pada posttest sebanyak 0%; (2) Kategori rendah (35–54),
persentase pada pretest sebanyak 76,92% dan persentase pada posttest
sebanyak 0%; (3) Kategori sedang (55–64), persentase pada pretest sebanyak
0% dan persentase posttest sebanyak 0%; (4) kategoti tinggi (65-84),
persentase pada pretest sebanyak 23,08% dan persentase pada posttest
sebanyak 38,46%; (5) kategori sangat tinggi (85-100), persentase pada pretest
sebanyak 0% dan pada posttest sebanyak 61,54%.
Perbandingan tingkat ketuntasan menunjukkan bahwa presentase
kategori ketuntasan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran matematika
materi bilangan Romawi dengan menggunakan model pembelajaran direct
intruction diterapkan; (1) siswa yang berada pada kategori tidak tuntas pada
pretest sebanyak 20 siswa dengan persentase 76,92% dan 6 siswa yang tuntas
dengan persentase 23,08%, dan (2) Tidak ada siswa yang berada pada kategori
tidak tuntas pada posttest dengan persentase 0% dan siswa yang tuntas pada
posttest sebanyak 26 siswa dengan persentase 100%.
Dari hasil pengujian hipotesis tersebut terlihat bahwa nilai thitung > tTabel
(13,68 > 2,060). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1
diterima dan H0 ditolak, jadi terdapat pengaruh antara hasil belajar
matematika materi bilangan Romawi siswa sebelum dan setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction.
Dengan demikian rata-rata hasil belajar pretest siswa lebih kecil dari rata-rata
hasil belajar posttest siswa setelah diajarkan model pembelajaran direct
instruction.
Berdasarkan Perhitungan indeks gain (d) diperoleh bahwa indeks gain
yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 0,752 dimana besarnya gain d> 0,7
berada dalam kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
penerapan model pembelajaran direct instruction terhadap hasil belajar siswa
pada pembelajaran matematika materi bilangan Romawi.
56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
belajar sebelum penerapan model pembelajaran direct instruction diterapkan pada
murid kelas IV SD Negeri Longka Kabupaten Gowa diperoleh rata-rata hasil
belajar pada pembelajaran matematika materi bilangan Romawi yaitu 55,80
berada pada kategori rendah. Setelah penerapan model pembelajaran direct
instruction diterapkan pada murid kelas IV SD Negeri Longka Kabupaten Gowa
diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi
bilangan Romawi yaitu 89,08 berada pada kategori sangat tinggi.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan rumus Uji-t, dapat diketahui
bahwa nilai tHitung sebesar 13,68 dengan frekuensi (dk) sebesar 26 – 1 = 25, pada
taraf signifikan 0,05 diperoleh tTabel = 2,060. Jadi diperoleh tHitung > tTabel atau
14,391 >2,052 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran direct intruction dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi bilangan
Romawi kelas IV SD Negeri Longka Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, diajukan beberapa saran upaya meningkatkan
mutu pendidikan, antara lain:
1. Bagi sekolah,
Hendaknya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar agar siswa
lebih termotivasi dalam belajar.
2. Bagi Guru
Hendaknya sebelum mengajar guru sebaiknya memilih model
pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam
pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipilih
adalah model pembelajaran direct instruction.
3. Bagi peneliti yang akan datang
Hendaknya lebih memantapkan hasil penelitian ini. Perlu dilakukan
penelitian yang sejenis dengan populasi yang lebih luas dan melibatkan
faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil belajar serta dengan
menggunakan metode pengumpulan data lainnya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M. dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang:
Unissula Press.
Baharuddin. 2016. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Cet. 5). Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan. 2010. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: Depdiknas.
Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Score. Indiana : Indiana University
Hamzah, M.A. & Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika (Cet. 2). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jannah, M.2018. Pengaruh Penerapan Model Explicit Instruction Terhadap Hasil
Belajar Siswa Materi Bilangan Romawi Pada Pembelajaran Matematika
Kelas IV SD Inpres Kapasa. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Karso, dkk. 2008. Materi Pokok Pendidikan Matematika I PGSD2303/3SKS/Modul
1-9. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mastika, A.D. dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction
Berbantuan Media Gambar terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SDGugus I
KecamatanBuleleng(Online).(http://download.portalgaruda.org/article.php?a
rticle=105404&val=1342diakses 30 Januari 2019).
Nurchasanah, F. 2010. Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Dan
Pembagian Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri Gendingan 5 Widodaren Ngawi. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Nurhidayati, A. 2013. Tak Sulit Belajar Matematika. Bandung: CV Media Sarana
Cerdas.
Pratiwi, U.A. 2016. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS menggunakan
Model Explicit Instruction pada Kelas IV SD Negeri 2 Metro Selatan.
Skripsi tidak diterbitkan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Pujiyati, S.F. 2017. Penerapan Model Direct Instruction Berbantuan Media Petak
Perkalian dalam Materi Ajar Kelipatan dan Faktor Suatu Bilangan. Jurnal
penelitian Tindakan Kelas, (Online), Vol 18, No. 1, (http://www.i-
rpp.com/index.php/didaktikum/article/view/665/0 diakses 07 Februari
2019).
Rina, dkk. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VB SD Negeri 62 Pekanbaru,
(Online), (https://media.neliti.com, diakses pada 28 Januari 2019).
Sanjaya, W. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Cet. 4). Jakarta: Kencana.
Sudirman, dkk. 2013. Meningkatkan Aktifitas Belajar Matematika Menggunakan
Model Pembelajaran Langsung di Kelas II SDN 07 Sungai Bakah, (Online),
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/5562/pdf,
diakses pada 01 Februari 2019).
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Alfabeta: Bandung.
Suhartono, S. 2016. Filsafat Pendidikan (Cet. 2). Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.
Syahza, A. & Mitri I. 2008. Model-Model Pembelajaran. Makalah disajikan dalam
PLPG 2008 Rayon V di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau.
Tim Penyusun Pusat Bahasa (Mendikbud). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Eds).
Jakarta: Balai Pustaka.
Walle, J.A. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
3. Tes Hasil Belajar Pretest dan Posttest SD Negeri Longka
4. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar
5. Rubrik Tes Hasil Belajar
6. Daftar Nama Siswa Kelas IV SD Negeri Longka
7. Tabel Skor Tes Hasil Belajar pada Saat Pretest dan Posttest
8. Lembar Tes Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa
9. Analisis Skor Pretest dan Posttest
10. Analisis T-Test
11. Tabel Distribusi T-Tabel
12. Dokumentasi
13. Persuratan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SDN LONGKA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : IV (Empat) /2 (dua)
Alokasi waktu : 4 x 35 menit
A. Standar Kompetensi :
7. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
7.1 Mengenal lambang bilangan Romawi
C. Tujuan Pembelajaran**
Peserta didik dapat :
Menerapkan Lambang Bilangan Romawi dalam kehidupan sehari-hari
Membaca dan menuliskan lambang bilangan Romawi
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ),
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence ) dan Tanggung jawab
( responsibility )
D. Materi Ajar
Lambang Bilangan Romawi
E. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Direct Instruction
Metode Pembelajaran : Ceramah, Penugasan, dan demonstrasi
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
Guru memberikan salam kepada siswa dan mengajak
semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing, untuk mengawali
pelajaran.
Guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti
10 Menit
pelajaran.
Guru bertanya kepada siswa tentang pelajaran yang
sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru meminta siswa membaca “Kelas IV B” dan
memberitahu bahwa “IV” ini adalah salah satu
bilangan Romawi.
Guru memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran kita hari ini.
Kegiatan Inti
Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok.
Guru menyampaikan materi bilangan Romawi
mulai dari pengenalan angka dasar bilangan
Romawi, yaitu I, V, X, L, C, D, dan M serta
menghubungkannya dalam kehidupan sehari-
hari..
Guru menyampaikan cara membaca dan menulis bilangan Romawi serta aturan-aturan dalam
bilangan Romawi, yaitu:
- Jika lambang yang menyatakan angka lebih
kecil terletak di kanan, maka lambang-
lambang Romawi tersebut dijumlahkan.
- Penambahnya paling banyak tiga angka,
tetapi ada angka-angka tidak boleh ditulis
berjajar lebih dari satu kali yaitu V, L, dan D.
- Jika lambang yang menyatakan angka lebih
kecil terletak di sebelah kiri, maka lambang-
lambang bilangan Romawi tersebut
dikurangkan.
- Pengurangan paling banyak satu angka,
dengan syarat:
I hanya dapat dikurangkan dari V dan X.
X hanya dapat dikurangkan dari L dan C.
C hanya dikurangkan dari D dan M
Guru mencontohkan langkah membaca dan menuliskan Lambang Bilangan Romawi.
Guru mencontohkan langkah membaca dan menuliskan lambang bilangan Romawi ke
bilangan Cacah beitu juga sebaliknya membaca
dan menuliskan lambang bilangan Cacah ke
bilangan Romawi.
Guru membimbing latihan membaca dan
menuliskan Lambang Bilangan Romawi.
Guru mengecek pemahaman siswa tentang bilangan Romawi serta memberikan umpan
180
Menit
balik.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk latihan lanjutan secara mandiri.
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan.
Guru bersama siswa membahas soal yang telah
dikerjakan siswa.
Guru memberikan penguatan kepada siswa yang tercepat menyelesaikan soal dan memiliki nilai
tertinggi.
Kegiatan
Penutup
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi
bilangan Romawi yang telah dipelajari selama
pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian
Indikator Pencapaian Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari.
Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
20 Menit
G. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika Penekanan pada Berhitung untuk Sekolah
Dasar Kelas 4,
Matematika SD untuk Kelas IV,
H. Penilaian
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen Instrumen/ Soal
o Menerapkan
Lambang Bilangan
Romawi dalam
kehidupan sehari-
hari
o Membaca dan
menuliskan
lambang bilangan
Tugas
Individu
Laporan
buku
pekerjaan
rumah
o Terapkan Lambang Bilangan
Romawi dalam kehidupan sehari-
hari
o Bacakanlah dan Tuliskan lambang
bilangan Romawi
Romawi
Format Kriteria Penilaian
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
Pengetahuan
Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
Lembar Penilaian
No Nama Siswa
Performan
Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
Remedial.
Gowa, 15 Mei 2019
Mahasiswa
Muhammadiyah Askari
Nim.10540964915
Mengetahui
Kepala Sekolah Wali Kelas IV
Hj. Minarti Tama, S.Pd Rahmatia Daha, S.Pd.I
NIP.19650315 198611 2 001 NIP.19840808 201410 2 001
KISI-KISI SOAL PRETEST
Standar Kompetensi : Menggunakan Pecahan dalam pemecahan Masalah
No Kompetensi Dasar Indikator Bentuk
Soal
Nomor
Soal
1. 7.1 Mengenal
lambang bilangan
Romawi
1.Menerapkan Lambang
bilangan Romawi dalam
kehidupan sehari-hari
2.Menuliskan lambang
bilangan Romawi
Isian
Uraian
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
KISI-KISI SOAL POSTTEST
Standar Kompetensi : Menggunakan Pecahan dalam pemecahan Masalah
No Kompetensi Dasar Indikator Bentuk
Soal
Nomor
Soal
1. 7.1 Mengenal
lambang bilangan
Romawi
1.Menerapkan Lambang
bilangan Romawi dalam
kehidupan sehari-hari
2.Menuliskan lambang
bilangan Romawi
Isian
Uraian
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
TES HASIL BELAJAR (PRETEST)
SDN LONGKA
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA Nama :
POKOK BAHASAN : BILANGAN ROMAWI Kelas :
Petunjuk : 1. Tulis Nama dan Kelas
2. Kerjakan Soal dalam Waktu 60 Menit
3. Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu
A. Isian
1. Aisyah adalah salah satu murid di kelas III. Bilangan cacah dari angka
romawi III adalah…
2. Dika sedang membaca buku matematika bab VII. Bilangan cacah dari
angka romawi VII adalah…
3. Rumah Najwa terletak di jalan cempaka nomor LIV. Nomor LIV jika
diubah ke bilangan cacah menjadi…
4. Alif adalah seorang siswa yang duduk di bangku kelas 4. Bilangan romawi
dari angka 4 adalah…
5. Rumah Firzha terletak di jalan mawar nomor 23. Nomor 23 jika diubah ke
bilangan romawi adalah …
B. Uraian
Selesaikanlah soal-soal berikut dengan menuliskan langkah-langkah
penyelesaiannya
1. Lambang bilangan Romawi dari
2800…
Jawab:
2. Lambang bilangan dari 2019…
Jawab:
3. Lambang bilangan cacah dari
MMMX…
Jawab:
4. Lambang bilangan cacah dari
CCLXX…
Jawab:
5. Lambang bilangan Romawi dari
210…
Jawab
TES HASIL BELAJAR (POSTTEST)
SDN LONGKA
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA Nama :
POKOK BAHASAN : BILANGAN ROMAWI Kelas :
.
Petunjuk : 1. Tulis Nama dan Kelas
2. Kerjakan Soal dalam Waktu 60 Menit
3. Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu
A. Isian
1. Alif adalah seorang siswa yang duduk di bangku kelas 4. Bilangan romawi
dari angka 4 adalah…
2. Rumah Firzha terletak di jalan mawar nomor 23. Nomor 23 jika diubah ke
bilangan romawi adalah …
3. Rumah Najwa terletak di jalan cempaka nomor LIV. Nomor LIV jika
diubah ke bilangan cacah menjadi…
4. Aisyah adalah salah satu murid di kelas III. Bilangan cacah dari angka
romawi III adalah…
5. Dika sedang membaca buku matematika bab VII. Bilangan cacah dari
angka romawi VII adalah…
B. Uraian
Selesaikanlah soal-soal berikut dengan menuliskan langkah-langkah
penyelesaiannya
1. Lambang bilangan cacah dari
CCLXX…
Jawab:
2. Lambang bilangan cacah dari
MMMX…
Jawab:
3. Lambang bilangan Romawi dari
210…
Jawab
4. Lambang bilangan dari 2019…
Jawab:
5. Lambang bilangan Romawi dari
2800…
Jawab:
KUNCI JAWABAN PRETEST
A. ISIAN
1. 3
2. 7
3. 54
4. IV
5. XXIII
B. URAIAN
1. 2800 = 1000 + 1000 + 500 + 100 + 100 + 100
= M + M + D + C + C + C
= MMDCCC
2. 2019 = 1000 + 1000 + (10-1)
= M + M + ( X-I)
= MMIX
3. MMMX = M + M + M + X
= 1000 + 1000 + 1000 + 10
= 3010
4. CCLXX = C + C + L + X + X
= 100 + 100 + 50 + 10 + 10
= 270
5. 210 = 100 + 100 + 10
= C + C + X
= CCX
KUNCI JAWABAN P0STTEST
A. ISIAN
1. IV
2. XXIII
3. 54
4. 3
5. 7
B. URAIAN
1. CCLXX = C + C + L + X + X
= 100 + 100 + 50 + 10 + 10
= 270
2. MMMX = M + M + M + X
= 1000 + 1000 + 1000 + 10
= 3010
3. 210 = 100 + 100 + 10
= C + C + X
= CCX
4. 2019 = 1000 + 1000 + (10-1)
= M + M + ( X-I)
= MMIX
5. 2800 = 1000 + 1000 + 500 + 100 + 100 + 100
= M + M + D + C + C + C
= MMDCCC
RUBRIK TES HASIL BELAJAR
Jenis
Soal Soal Aspek yang dinilai Skor
Skor
Maksimal
I
S
I
A
N
1
Jika jawaban benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
2
1
0
2
2
Jika jawaban benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
2
1
0
2
3
Jika jawaban benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
2
1
0
2
4
Jika jawaban benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
2
1
0
2
5
Jika jawaban benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
2
1
0
2
U
R 1
Jika jawaban benar
Jika jawaban sebagian benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
10
5
3
0
10
A
I
A
N
2
Jika jawaban benar
Jika jawaban sebagian
benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
10
5
3
0
10
3
Jika jawaban benar
Jika jawaban sebagian benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
10
5
3
0
10
4
Jika jawaban benar
Jika jawaban sebagian benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
10
5
3
0
10
5
Jika jawaban benar
Jika jawaban sebagian benar
Jika jawaban salah
Jika tidak menjawab
10
5
3
0
10
Jumlah 60
Keterangan:
Rumus menghitung skor nilai =
x 100%
DAFTAR NAMA SISWA KELAS IV SD N LONGKA
No. Nama Siswa Jenis Kelamin
1. Aruni Soraya P
2. Zulfikar L
3. St. Aisyah Khairunnisa P
4. Indah Cahyana P
5. Athallah Muzaddaq L
6. Muh. Rezki Maulana L
7. Saipul L
8. Nur Aini P
9. Anaya Rifani P
10. Muh. Akram Maulidah L
11. Muh. Sahmil L
12. Muh. Apriansyah L
13. Muh. Adlil Dzil Ikram L
14. Syukri Al Fahri L
15. Andira Pratiwi P
16. Rezki Zulfadli L
17. Nurul Qalbi Mutmainna P
18. Muh. Irzad Al Syarif L
19. Nur Nabila P
20. Nur Nailah P
21. Muh. Fahri L
22. Muh. Zahrir L
23. Nur Hidayah P
24. Amanda Cahyani Putri P
25. Alif Ahmad Fahrezi L
26. Rahmatullah L
Keterangan: L = Laki-Laki
P = Perempuan
TABEL SKOR TES HASIL BELAJAR PADA SAAT PRETEST
No. Nama Siswa Skor/Nilai Kategori
1. Aruni Soraya 43 Rendah
2. Zulfikar 53 Rendah
3. St. Aisyah Khairunnisa 53 Rendah
4. Indah Cahyana 83 Tinggi
5. Athallah Muzaddaq 82 Tinggi
6. Muh. Rezki Maulana 53 Rendah
7. Saipul 53 Rendah
8. Nur Aini 83 Tinggi
9. Anaya Rifani 47 Rendah
10. Muh. Akram Maulidah 52 Rendah
11. Muh. Sahmil 50 Rendah
12. Muh. Apriansyah 53 Rendah
13. Muh. Adlil Dzil Ikram 47 Rendah
14. Syukri Al Fahri 50 Rendah
15. Andira Pratiwi 47 Rendah
16. Rezki Zulfadli 50 Rendah
17. Nurul Qalbi Mutmainna 47 Rendah
18. Muh. Irzad Al Syarif 53 Rendah
19. Nur Nabila 77 Tinggi
20. Nur Nailah 72 Tinggi
21. Muh. Fahri 42 Rendah
22. Muh. Zahrir 38 Rendah
23. Nur Hidayah 50 Rendah
24. Amanda Cahyani Putri 77 Tinggi
25. Alif Ahmad Fahrezi 43 Rendah
26. Rahmatullah 53 Rendah
Jumlah 1451
Rendah Rata-Rata 55,80
Nilai Tertinggi 83
Nilai Terendah 38
Sumber: Data Primer 2019, daftar skor hasil belajar pretest
TABEL SKOR TES HASIL BELAJAR PADA SAAT POSTTEST
No. Nama Siswa Skor/Nilai Kategori
1. Aruni Soraya 92 Sangat Tinggi
2. Zulfikar 92 Sangat Tinggi
3. St. Aisyah Khairunnisa 82 Tinggi
4. Indah Cahyana 100 Sangat Tinggi
5. Athallah Muzaddaq 100 Sangat Tinggi
6. Muh. Rezki Maulana 83 Tinggi
7. Saipul 83 Tinggi
8. Nur Aini 100 Sangat Tinggi
9. Anaya Rifani 72 Tinggi
10. Muh. Akram Maulidah 72 Tinggi
11. Muh. Sahmil 83 Tinggi
12. Muh. Apriansyah 82 Tinggi
13. Muh. Adlil Dzil Ikram 92 Sangat Tinggi
14. Syukri Al Fahri 90 Sangat Tinggi
15. Andira Pratiwi 82 Tinggi
16. Rezki Zulfadli 92 Sangat Tinggi
17. Nurul Qalbi Mutmainna 77 Tinggi
18. Muh. Irzad Al Syarif 92 Sangat Tinggi
19. Nur Nabila 100 Sangat Tinggi
20. Nur Nailah 100 Sangat Tinggi
21. Muh. Fahri 90 Sangat Tinggi
22. Muh. Zahrir 88 Sangat Tinggi
23. Nur Hidayah 100 Sangat Tinggi
24. Amanda Cahyani Putri 82 Tinggi
25. Alif Ahmad Fahrezi 92 Sangat Tinggi
26. Rahmatullah 98 Sangat Tinggi
Jumlah 2316
Sangat Tinggi Rata-Rata 89,08
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 72
Sumber: Data Primer 2019, daftar skor hasil belajar posttest
ANALISIS SKOR PRETEST DAN POSTTEST
No. XI (Pre-Test) X2 (Post-test) d = X2 – X1 d2
1. 43 92 49 2401
2. 53 92 39 1521
3. 53 82 29 841
4. 83 100 17 289
5. 82 100 18 324
6. 53 83 30 900
7. 53 83 30 900
8. 83 100 17 289
9. 47 72 25 625
10. 52 72 20 500
11. 50 83 33 1089
12. 53 82 29 841
13. 47 92 45 2025
14. 50 90 40 1600
15. 47 82 35 1225
16. 50 92 42 1764
17. 47 77 30 900
18. 53 92 39 1521
19. 77 100 23 529
20. 72 100 28 784
21. 42 90 48 2304
22. 38 88 50 2500
23. 50 100 50 2500
24. 77 82 5 25
25. 43 92 49 2401
26. 53 98 45 2025
Jumlah 865 32623
ANALISIS T-TEST
1. Hasil Rata-rata Pre Test
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dengan nilai 𝛴x = 1451
=
=
= 55,80
Jadi, rata-rata daya serat murid yaitu 55,80
2. Hasil Rata-Rata Post test
Berdasarkan tabel distribusi fkekuensi dengan nilai 𝛴ƒx = 2316
=
=
= 89,08
a. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus :
Md =
=
= 33,27
b. Mencari harga “𝛴X2d” dengan menggunakan rumus :
𝛴X2d = 𝛴d
2
= 32623
= 32623
= 32623 – 28778
= 3845
TABEL DISTRIBUSI T-TABEL
Dk 0,25 0,10 0,05 0,02 0,01 0,005
1 1,000 3,078 12,706 12,706 31,821 63,657
2 0,816 1,886 4,303 4,303 6,965 9,925
3 0,765 1,638 3,182 3,182 4,541 5,841
4 0,741 1,533 2,776 2,766 3,747 4,604
5 0,727 1,476 2,571 2,571 3,365 4,032
6 0,718 1,440 2,447 2,447 3,143 3,707
7 0,711 1,415 2,365 2,365 2,998 3,499
8 0,706 1,397 2,306 2,306 2,896 3,355
9 0,703 1,383 2,262 2,262 2,821 3,250
10 0,700 1,372 2,228 2,228 2,764 3,169
11 0,697 1,363 2,201 2,201 2,718 3,106
12 0,695 1,356 2,178 2,178 2,681 3,055
13 0,694 1,350 2,160 2,160 2,650 3,012
14 0,692 1,345 2,145 2,145 2,624 2,977
15 0,691 1,341 2,132 2,132 2,623 2,947
16 0,690 1,337 2,120 2,120 2,583 2,921
17 0,689 1,333 2,110 2,110 2,567 2,898
18 0,688 1,330 2,101 2,101 2,552 2,878
19 0,688 1,328 2,093 2,093 2,539 2,861
20 0,687 1,325 2,086 2,086 2,528 2,845
21 0,686 1,323 2,080 2,080 2,518 2,831
22 0,686 1,321 2,074 2,074 2,508 2,819
23 0,685 1,319 2,069 2,069 2,500 2,807
24 0,685 1,318 2,064 2,064 2,492 2,797
25 0,684 1,316 2,060 2,060 2,485 2,787
26 0,684 1,315 2,056 2,056 2,479 2,779
27 0,684 1,314 2,052 2,052 2,473 2,771
28 0,683 1,313 2,048 2,048 2,467 2,763
29 0,683 1,311 2,045 2,045 2,462 2,756
30 0,683 1,310 2,042 042 2,457 2,750
Dokumentasi
Pemberian Pretest sebelum perlakuan
Mengajar Materi Bilangan Romawi dengan menggunakan Model Direct Instruction
RIWAYAT HIDUP
Muhammadiyah Askari. Dilahirkan di Pulau Masalima
pada tanggal 23 Mei 1997, dari pasangan Bapak Askari dan
Ibunda Nismawati Penulis masuk sekolah dasar pada tahun
2003 di SD Negeri 14 Pulau Massalima dan tamat pada
tahun 2009, Pada tahun yang sama (2009) penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Liukang Kalmas
dan tamat pada tahun 2012. Selanjutnya, masih di tahun yang sama (2012) penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 PANGKEP dan tamat pada tahun 2015.
Pada tahun yang sama (2015), penulis melanjutkan pendidikan pada program Strata
Satu (S1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2019.