Post on 09-Jan-2023
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Barat merupakan salah satu daerah yang
sebagian besar wilayahnya adalah perairan laut yang kaya
akan sumberdaya alam. Kabupaten Polewali Mandar memiliki
panjang garis pantai sekitar 89,07 km² sebagai salah satu
kabupaten yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan laut
yang cukup tinggi yaitu dengan jumlah produksi perikanan
40.666,54 ton per tahun dan khusus dari sektor perikanan
tangkap jumlah produksinya mencapai 24.313,23 ton per tahun
(Tahir, 2013). Tiga jenis ikan yang terbanyak didaratkan di
Kabupaten Polewali Mandar adalah ikan Kembung, Tembang dan
Layang.
Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi
penangkapan sangatlah bergantung pada bagaimana mendapatkan
daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan
bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara
dilakukan dalam upaya penangkapan diantaranya dengan
menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu
penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan
ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon dan
cahaya lampu.
2
Salah satu bentuk teknologi penangkapan ikan yang
dianggap sukses dan berkembang dengan pesat pada industri
penangkapan ikan sampai saat ini adalah penggunaan alat
bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan dalam proses
penangkapan.
Bagan merupakan salah satu jaring angkat yang
dioperasikan di perairan pantai pada malam hari dengan
menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan
(Takril, 2008). Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan
oleh nelayan Bugis Makassar pada tahun 1950-an. Beberapa
tahun kemudian bagan ini tersebar dan terkenal di seluruh
perairan Indonesia. Dalam perkembangannya bagan telah banyak
mengalami perubahan baik bentuk maupun ukurannya yang
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan daerah
penangkapan. Berdasarkan cara pengoperasian, bagan
dikelompokkan kedalam jaring angkat (lift net). Karena
menggunakan cahaya untuk mengumpulkan ikan maka metode
penangkapan ikan dengan bagan disebut light fishing (Subani dan
Barus, 1989).
Bagan termasuk kedalam light fishing yang menggunakan
lampu sebagai alat bantu untuk merangsang atau menarik
perhatian ikan untuk berkumpul di bawah cahaya lampu,
3
kemudian dilakukan penangkapan dengan jaring yang telah
tersedia (Ayodhyoa, 1981).
Untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan khususnya teknik operasi dan
pengelolaan usaha yang baik dari bagan perahu, maka
diperlukan tenaga yang terampil dan cekatan. Oleh karena
itu, praktik kerja lapang yang dilakukan pada bagan perahu
di perairan Polewali Mandar adalah sebagai suatu bekal
keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa perikanan
sebagai perpaduan antara teori dan aplikasi di lapangan
sehingga akan menghasilkan tenaga yang terdidik dan siap
pakai.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja di lapangan
tentang teknik operasi dan pengelolaan usaha bagan perahu.
Adapun kegunaan dari kegiatan praktik kerja lapang ini
yaitu sebagai bahan informasi dalam pengembangan usaha
perikanan tangkap dan sekiranya dapat menjadi wadah
pengembangan diri yang pada akhirnya dapat dijadikan
pengalaman ketika berada di tengah-tengah masyarakat.
II. METODE PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANG
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang dirangkaikan dengan
Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan selama 40 hari sejak
tanggal 22 Juni 2013 sampai dengan 1 Agustus 2013
dengan 11 kali pengambilan data dengan cara ikut trip/melaut
bersama para nelayan Bagan Perahu. Kegiatan ini dilaksanakan
pada alat tangkap Bagan Perahu yang dioperasikan di
Perairan Tonyaman, desa Tonyaman, Kecamatan Binuang,
Kabupaten Polewali Mandar.
B. Alat dan Kegunaan
Ada beberapa jenis alat yang digunakan pada saat
pengambilan data di lokasi praktik sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Daftar Alat yang Digunakan
pada Saat Praktik
No Alat Kegunaan
1 Kamera digital Untuk mengambil gambar kapal,
alat tangkap, mesin dan seluruh
proses kegiatan penangkapan
dengan menggunakan bagan perahu
2 Alat tulis Untuk mencatat hasil wawancara
5
dengan nelayan
3 Jam Untuk mencatat waktu tiap
aktifitas yang dilakukan oleh
nelayan
4 Global Position System
(GPS)
Untuk menentukan daerah Fishing
Ground
C. Metode Praktik
Metode praktik yang digunakan dalam praktik kerja
lapang ada 2, yaitu:
1. Metode wawancara (interview) yakni penulis melakukan
wawancara (tanya jawab) dengan pihak terkait yang
dianggap mampu memberikan informasi dalam hal ini
adalah nelayan dan pemilik kapal (Papalele).
2. Metode Dokumentasi, yakni penulis melakukan
pengambilan gambar kegiatan nelayan mulai dari
persiapan menuju fishing ground sampai tiba kembali ke
fishing base.
Selain metode praktik juga digunakan metode
pengambilan data, dimana metode pengambilan data yang
6
digunakan pada praktik ini juga berasal dari 2 sumber,
yaitu data primer dimana penulis melakukan pengamatan
langsung mengenai tahapan dalam proses pengoperasian
bagan perahu dan juga melakukan wawancara kepada para
nelayan diantaranya nahkoda kapal, pemilik kapal dan
para sawi bagan perahu serta mencatat waktu dalam
berbagai aktifitas yang dilakukan oleh nelayan. Selain
data primer, didapatkan pula data sekunder yakni
pengambilan beberapa referensi dari internet.
III. HASIL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANG
A. Keadaan Umum Lokasi Praktik
Gambar 1. Peta Desa Tonyaman Lokasi Praktik Kerja
Lapang
Kabupaten Polewali Mandar adalah salah satu Kabupaten
di Propinsi Sulawesi Barat yang mempunyai batas dan wilayah
yaitu :
1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa
2 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang
3 Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar
4 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene
8
Luas wilayah Polewali Mandar adalah 2.022,30 km2, dan
secara administrasi kepemerintahan, Polewali Mandar terbagi
menjadi 16 kecamatan. dengan 109 Desa dan 23 Kelurahan,
sehingga jumlah total desa dan kelurahan yang ada yaitu 132.
Dari 132 desa dan kelurahan yang ada tersebut terdapat 509
dusun dan 107 lingkungan.
Kabupaten Polewali Mandar terletak antara 3o 40’ 00” –
3o 32’ 00 LS dan 118o 40’ 27” – 119o 32’ 27” BT. Selain kawasan
daratan dan pegunungan, Kabupaten polewali Mandar juga
merupakan daerah yang berada di kawasan maritim. Dengan
garis pantai sepanjang sekitar 89,07 kilometer dan luas
perairan 86.921 km2, masyarakat pesisir Polewali Mandar
telah menciptakan kebudayaan bahari yang sangat khas. Salah
satu upaya pemanfaatan perairan Mandar adalah aktivitas para
nelayan dalam menangkap ikan atau membudidayakan potensi
laut lainnya.
Desa Tonyaman adalah salah satu desa dari 10 desa yang
terletak di Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar,
Provinsi Sulawesi Barat dan berada disepanjang garis pantai
dan satu pulau ( Pulau Batoa). Desa Tonyaman adalah salah
satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya perikanan di
Kabupaten Polewali Mandar dan Mayoritas mata pencaharian
9
masyarakat yang ada di sana adalah nelayan yang menggunakan
Bagan Perahu.
B. Deskripsi Kegiatan Penangkapan
1. Nelayan
Tenaga kerja/ sumberdaya manusia pada perikanan
bagan adalah unsur yang paling menentukan karena
segala kegiatan operasi penangkapan tidak akan berjalan
tanpa adanya tenaga kerja atau nelayan. Nelayan bagan
di Polewali Kabupaten Polewali Mandar memiliki tingkat
pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai
Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA). Mereka berusia
antara 15-50 tahun.
Bagan perahu ini diikuti oleh 11 nelayan yang
tugas dan keahliannya berbeda-beda sebagaimana
dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Keahlian dan Tugas/Jabatan Anggota Nelayan
Bagan Perahu
No Keahlian Jumlah Tugas
1 Nahkoda 1 (orang) Menjalankan kapal (Juru Mudi),
mengontrol semua proses kegiatan
penangkapan diatas kapal, menjual
ikan, mengatur pengelolaan
10
keuangan usaha Bagan Perahu
(pemasukan dan
pengeluaran),menurunkan dan
menaikkan jaring.
2 Juru Mesin 1 (orang)
Menyalakan mesin induk dan mesin
lampu, memperbaiki mesin jika ada
kerusakan, dan menurunkan dan
menaikkan jaring.
3Juru
Jangkar
2
(orang)
Membuang jangkar pada saat tiba
di Fising Ground dan pada saat tiba
di dermaga Fishing Base dan
menurunkan dan menaikkan jaring.
4 Juru Masak 1 (orang)
Memasak untuk makan malam para
nelayan dan menurunkan dan
menaikkan jaring.
5 Sawi 6 (orang)
Menarik tali jangkar, Menurunkan
dan menaikkan jaring dan
melakukan penanganan hasil
tangkapan
2. Kapal
11
Adapun spesifikasi kapal bagan perahu yang
digunakan pada saat pengambilan data Praktik Kerja
Lapang di desa Tonyaman adalah sebagai berikut
(Lampiran 5) :
Jenis Kapal : Bagan Perahu
Panjang Kapal (LOA) : 16 m
Lebar Kapal (BOA) : 1,6 m
Dalam/ Tinggi Kapal (D) : 1,15 m
12
Gambar 2. Kapal Induk (St Nurul Nahdyah,
2013)
Kapal bagan perahu yang digunakan pada saat praktik
di lapangan terdiri dari 2 perahu yaitu perahu utama
(main boat) dan perahu pengantar.
Gambar 3. Perahu Pengantar (St Nurul
Nahdyah, 2013)
Perahu utama berfungsi sebagai penyangga bangunan
bagan dan tempat semua proses penangkapan dilakukan.
Sedangkan perahu pengantar digunakan untuk mengangkut
13
nelayan dari daratan (Fishing Base) ke atas perahu utama,
pengangkut hasil tangkapan, dan membawa bahan dan
perlengkapan kebutuhan operasional bagan perahu.
3. Mesin
Ada 2 jenis mesin yang digunakan pada kapal bagan
perahu di Polman, yaitu mesin utama yang berfungsi
sebagai sumber tenaga penggerak kapal dan mesin lampu
yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik untuk
menyalakan lampu-lampu diatas kapal. Mesin utama bukan
jenis Marine Engine karena mesin yang digunakan berasal
dari mesin mobil truk Hino. Jadi merek mesin pada
kapal tersebut dinamakan Hino, yaitu merek Hino dengan
6 Silinder dengan kekuatan 260 HP (Lampiran 5).
14
Gambar 4. Mesin Utama Kapal (St Nurul Nahdyah, 2013)
Mesin lampu berfungsi sebagai sumber tenaga
untuk menyalakan lampu. Tipe mesin yang digunakan
yaitu tipe mesin diesel yang menggunaan bahan bakar
solar. Adapun ketahanan kapal yaitu 2400 Rpm. Mesin
utama dan mesin bantu/mesin lampu diletakkan pada
bagian tengah badan kapal. Mesin bantu tersebut
digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan
menggunakan generator sebagai sumber tenaga listrik
untuk menyalakan lampu-lampu diatas kapal selama
penangkapan. Mesin bantu tersebut bermerk Jiandong.
15
Gambar 5. Mesin Lampu (St Nurul
Nahdyah, 2013)
4. Alat Bantu
Terdapat berbagai jenis alat bantu penangkapan yang
digunakan oleh nelayan guna memudahkan dalam proses
penangkapan, baik dalam penangkapan ikan, pengumpulan
ikan, mencari keberadaan ikan, maupun dalam menentukan
daerah penangkapan.
Adapun jenis alat bantu yang digunakan pada kapal
bagan perahu di kabupaten Polewali mandar adalah sebagai
berikut :
a. Serok
Serok merupakan salah satu alat bantu
penangkapan pada pengoperasian bagan perahu yang
berfungsi untuk memindahkan hasil tangkapan dari
jaring bagan perahu ke atas bangunan bagan untuk
selanjutnya di lakukan penyortiran hasil
tangkapan. Serok digunakan apabila hasil tangkapan
banyak, tetapi jika hasil tangkapan kurang maka
ikan hasil tangkapan akan diangkut ke atas kapal
bersamaan dengan jaring.
16
Gambar 6. Serok (St Nurul Nahdyah,
2013)
b. Keranjang
Keranjang merupakan salah satu alat bantu
penangkapan pada pengoperasian bagan perahu yang
berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah ikan
disortir.
17
Gambar 7. Keranjang (St Nurul
Nahdyah, 2013)
c. Sterofoam
Sterofoam merupakan salah satu alat bantu
penangkapan pada pengoperasian bagan perahu yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil tangkapan
sebelum ikan diangkut ke daratan.
Gambar 8. Sterofoam (St Nurul Nahdyah,
2013)
5. Alat Tangkap
18
Jenis alat tangkap yang digunakan adalah Bagan
Perahu dimana ukuran panjang dari jaring bagan tersebut
adalah 16 m, lebar 16 m dan kedalam jaringnya 13 m.
Gambar 9. Alat Tangkap (St Nurul Nahdyah,
2013)
Pada alat tangkap bagan perahu terdapat rangka
bagan yang dirangkai pada sisi kiri dan kanan kapal
utama. Jaring yang digunakan pada bagan perahu
berbentuk segi empat dan berwarna hitam dimana setiap
sudut jaring diberi pemberat agar tidak terbawa arus.
Bingkai jaring merupakan suatu kerangka yang berbentuk
persegi panjang terbuat dari kayu di sambung menjadi
satu dan diikat dengan menggunakan tali. Ukuran
19
bingkai jaring sama dengan ukuran jaring yang
berfungsi sebagai tempat bergantungnya jaring,
pemberat, dan tali penggantung yang dihubungkan dengan
roller jaring.
a. Bagian-bagian Alat Tangkap
1) Perahu
Gambar 10. Perahu (St
Nurul Nahdyah, 2013)
Perahu yang digunakan memiliki ukuran
panjang 16 m, lebar 1,6 dan dalam/tinggi kapal
1,15 m. Kapal bagan perahu yang digunakan pada
saat praktik di lapangan terdiri dari 2 perahu
yaitu perahu utama (main boat) dan perahu
20
pengantar. Perahu utama berfungsi sebagai
penyangga bangunan bagan dan tempat semua proses
penangkapan dilakukan. Sedangkan perahu pengantar
digunakan untuk mengangkut nelayan dari daratan
(Fishing Base) ke atas perahu utama, pengangkut
hasil tangkapan, dan membawa bahan dan
perlengkapan ke perahu utama.
2) Rangka
Gambar 11. Rangka Bagan Perahu (St
Nurul Nahdyah, 2013)
Rangka bagan perahu dirakit pada sisi kanan
dan kiri kapal. Fungsi dari rangka adalah : 1)
tempat menggantungkan jaring, 2) menjaga
keseimbangan perahu, 3) tempat untuk melakukan
21
setting dan hauling, 4) tempat menggantungkan
lampu, 5) tempat dudukan roller.
3) Jaring
Gambar 12. Jaring (St Nurul
Nahdyah, 2013)
Jaring yang digunakan memiliki ukuran
panjang 16 m, lebar 16 m dan tinggi/ kedalaman
yaitu 13 m dengan ukuran mesh size 0,5 cm
sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini
:
23
Pemberat yang digunakan berupa batu yang
diikatkan dengan tali yang berjumlah 4 buah
terdapat pada tiap sisi terluar pada rangka
kapal, 2 buah pada sisi kanan dan kiri pada ujung
tiap rangka kapal dimana fungsi pemberat tersebut
adalah untuk membuat jaring tidak mudah terbawa
arus.
5) Tali Penarik
Gambar 15. Tali Penarik (St Nurul
Nahdyah, 2013)
Tali penarik digunakan untuk menurunkan
jangkar pada saat kapal ingin disandarkan dan
pada saat kapal tiba di daerah fishing ground.
6) Lampu
24
(a) (b)
Gambar 16. (a) Lampu Fokus, (b) LampuJenis Mercury
Jenis lampu yang digunakan pada bagan perahu
ada 2 yaitu lampu jenis pijar dan sering disebut
sebagai lampu fokus dengan daya 500 watt sebanyak
2 buah yang akan diturunkan pada bagian kanan dan
kiri kapal, selain itu juga terdapat lampu jenis
mercury yang berwarna putih yang terdapat pada
rangka kapal dengan daya 250 watt. Jumlah lampu
keseluruhan yang digunakan yaitu 50 buah ditambah
dengan 2 buah lampu fokus. Fungsi dari lampu
tersebut silinder agar cahaya lampu terfokus pada
perairan.
7) Roller
25
(a) (b)
Gambar 17. (a) Roller pada Bagan perahu (b)
Posisi penepatan roller diatas kapal
Keberhasilan penangkapan dengan menggunakan
bagan perahu sangat tergantung pada kecepatan
penangkatan jaring ke permukaan air saat hauling.
Oleh karena itu, roller berfungsi untuk menurunkan
jaring pada saat setting dan menarik kerangka
jaring pada saat hauling. Roller yang digunakan pada
bagan perahu ada yang ukurannya besar dan ada
pula yang ukurannya kecil. Roller besar berjumlah
4 buah yang terdapat pada sisi kiri kapal dan
terdapat 8 tempat tali roller sedangkan roller kecil
berjumlah 2 buah yang masing-masing berada pada
bagian sisi kanan dan kiri kapal. Fungsi dari
roller besar adalah untuk menarik dan menurunkan
26
jaring sedangkan roller kecil digunakan untuk
menarik dan menurunkan tali jangkar.
6. Rumpon
a. Definisi Rumpon
Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Aggregation Device
(FAD) yaitu sebagai alat bantu penangkapan yang
berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam
suatu catchable area. Rumpon merupakan suatu bangunan
yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya atau
mencari makan bagi ikan-ikan kecil. Rumpon memiliki
komponen utama yaitu atraktor (pemikat) berupa daun
kelapa, dimana daun kelapa tersebut di lakukan
pergantian setiap 2 bulan sekali.
b.Posisi Rumpon
27
Gambar 18. Rumpon (St Nurul Nahdyah,
2013)
Posisi rumpon yang berada pada daerah fishing ground
ditandai dengan pelampung tanda berupa gabus sehingga
dapat diketahui dimana posisi letak rumpon tersebut.
Dari posisi letak rumpon dapat ditentukan tempat
pengoperasian bagan perahu. Jenis rumpon yang
digunakan pada pengoperasian bagan perahu yaitu berupa
daun kelapa yang digunakan untuk menarik ikan agar
berkumpul disekitar area yang menjadi tempat fishing
ground.
C. Operasi Penangkapan Bagan Perahu
1.Persiapan
Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum
kegiatan operasi penangkapan dilaksanakan diantaranya :
a. Pengisian Bahan Bakar
28
Pengisian bahan bakar dilakukan selama 5 menit
(Lampiran 2) yakni nelayan mengangkut jeregen solar
sebanyak 5 jeregen dengan menggunakan perahu sampan
menuju kapal bagan perahu. Solar tersebut digunakan
sebagai bahan bakar untuk mesin lampu dan juga mesin
induk. Penggunaan solar dalam sekali trip adalah 2
jeregen.
Gambar 19. Pengangkutan Bahan Bakar (St Nurul Nahdyah,
2013)
29
Gambar 20. Pengisian Bahan Bakar diatas Kapal (St Nurul
Nahdyah, 2013)
b.Pengisian Es ke dalam Palka
Pengisian es ke dalam palka dilakukan selama 5
menit (Lampiran 2) dimana es tersebut diangkut dari
daratan menuju kapal bagan dengan menggunakan perahu
sampan. Jumlah es yang dibawa sekali trip sebanyak 10
balok dalam sekali trip kadang kala es tersebut lebih
maupun kurang tergantung dari hasil tangkapan yang
didapat nantinya.
30
Gambar 21. Pengisian Es ke dalam Palka (St Nurul
Nahdyah, 2013)
c. Pengisian Air Tawar
Pengisian air tawar dilakukan dengan cara nelayan
melakukan pengangkutan 4 jeregen yang berisi air tawar
dengan menggunakan perahu sampai menuju kapal bagan.
Air tawar tersebut akan digunakan oleh para nelayan
sebagai air minum, untuk membuat kopi, keperluan
masak-memasak dan sebagai pendingin mesin kapal.
Gambar 22. Jeregen Air Tawar (St Nurul
Nahdyah, 2013)
31
d. Persiapan Konsumsi
Persiapan Konsumsi dilakukan selama 5 menit
yaitu dilakukan pengangkutan beberapa jenis makanan
seperti beras, kopi, gula, biskuit, minyak goreng
dan rokok untuk keperluan konsumsi nelayan diatas
pada saat berada dilautan. Pengangkutan tersebut
dilakukan dengan cara menggunakan perahu sampan
menuju perahu bagan.
Gambar 23. Pengangkutan Konsumsi (St
Nurul Nahdyah, 2013)
32
e. Penangangkutan Nelayan
Para nelayan menggunakan perahu sampan
sebagai alat transportasi menuju kapal bagan. Hal
ini terjadi karena disekitar tepi pantai terdapat
banyak karang sehingga mengakibatkan kapal bagan
perahu akan kandas jika letak posisi
penyandarannya terlalu dekat ke tepi, oleh karena
itu para nelayan harus menggunakan perahu sampan
apabila hendak ke kapal bagan. Proses pengangkutan
nelayan tersebut dilakukan selama 10 menit.
Gambar 24. Pengangkutan Nelayan (St Nurul
Nahdyah, 2013)
f. Pemeriksaan Kondisi Kapal, Mesin, Alat tangkap dan
Lampu
33
Sebelum berangkat menuju fishing ground nelayan
terlebih dahulu melakukan pemeriksaan kondisi kapal,
mesin, alat tangkap dan lampu sehingga pada saat
pemeriksaan terdapat kerusakan nelayan dapat
mengantisipasi lebih awal dengan cara melakukan
perbaikan. Pemeriksaan kondisi kapal, mesin, alat
tangkap dan lampu ini dilakukan selama 30 menit.
Gambar 25. Pemeriksaan diatas Kapal (St Nurul
Nahdyah, 2013)
g. Penarikan Tali Jangkar
Sebelum kapal meninggalkan fishing base terlebih
dahulu nelayan akan menarik tali jangkar lalu mesin
34
kapal akan dinyalakan kemudian kapal mulai bergerak
meninggalkan fishing base. Penarikan tali jangkar
tersebut dilakukan oleh semua sawi dan dilakukan
selama 5 menit.
Gambar 26. Penarikan Tali Jangkar (St Nurul
Nahdyah, 2013)
2. Pengoperasian
Dalam pengoperasian bagan perahu terdapat
beberapa urutan kegiatan yang dilakukan oleh para
nelayan, diantaranya :
a. Penentuan Daerah Penangkapan
Dalam penentuan posisi daerah penangkapan
digunakan GPS sebagai alat untuk melihat posisi
letak fishing ground maupun posisi letak fishing base.
35
Adapun tampilan monitor GPS yang didapatkan pada
saat praktik, dapat dilihat pada gambar berikut
ini :
(a) (b)
Gambar 27. (a) Tampilan GPS Daerah Fishing Base (b) TampilanGPS Daerah Fishing Ground (St Nurul Nahdyah,2013)
Letak posisi daerah penangkapan bagan perahu
yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar
perairan Pajalele Kabupaten Pinrang. Posisi
letak fishing base berada pada posisi 3ᶹ 37,0196’ LS
dan 119ᶹ 27,8284’ BT sedangkan posisi fishing ground
36
berada pada posisi 3ᶹ 29,7394’ LS dan 119ᶹ
24,0150’ BT
Daerah penangkapan bagan perahu ini berada di
sekitar rumpon, nelayan tersebut menggunakan
rumpon sebagai salah satu alat bantu penangkapan
ikan. Rumpon tersebut ditandai dengan adanya
pelampung tanda yakni jeregen kosong yang
mengapung pada dasar perairan. Perjalanan dari
fishing base menuju fishing ground yaitu ke daerah
rumpon tersebut memerlukan waktu 1 jam 18 menit
(lampiran 2) dengan kecepatan rata-rata 18,6
km/jam.
b. Penurunan Jangkar
Pada saat nelayan tiba di daerah fishing
ground yakni di sekitar rumpon maka jangkar akan
diturunkan oleh juru jangkar. Penurunan jangkar
ini menggunakan roller kecil sebagai alat bantu
dalam penurunan jangkar dan setelah jangkar
diturunkan maka mesin kapal akan dimatikan.
37
Gambar 28. Penurunan Tali Jangkar (St Nurul Nahdyah,
2013)
c. Penyalaan Lampu
Proses penyalaan lampu dimulai dari rangka
bagan bagian luar ke rangka bagan bagian dalam,
proses penyalaan lampu tersebut dilakukan selama
10 menit. Lampu yang dinyalakan adalah lampu yang
berwarna putih jenis mercury yang terdapat pada
rangka kapal sedangkan lampu fokus atau lampu
jenis pijar akan dinyalakan beberapa jam setelah
lampu jenis mercury dinyalakan, yakni sekitar 20
menit sebelum dilakukannya pengangkatan jaring
38
Gambar 29. Penyalaan Lampu (St Nurul
Nahdyah, 2013)
Setelah lampu dinyalakan maka nelayan akan
melakukan proses penungguan (Soaking), selama
proses penungguan nelayan akan melakukan berbagai
aktifitas diantaranya memancing, makan malam dan
ada pula yang bermain domino. Ikan hasil
pancingan nelayan akan dijadikan lauk untuk makan
malam mereka.
39
Gambar 30. Salah satu Aktivitas ABK di atasKapal (St Nurul Nahdyah, 2013)
d. Penurunan Jaring
Penurunan Jaring dilakukan sekitar 3 – 4
jam setelah lampu dinyalakan, dimana awal
penurunannya nelayan akan terlebih dahulu
mengikat tali jaring di beberapa sisi rangka
bagan, setelah itu nelayan akana memutar roller
besar yang terdapat di sisi kiri kapal guna
menurunkan tali jaring selanjutnya nelayan akan
menurunkan jaring-jaring tersebut melalui celah
bagan sebagainya dapat di lihat pada gambar
berikut ini:
40
Gambar 31. Proses Penurunan Jaring
Dalam proses penurunan jaring seluruh
anggota nelayan baik nahkoda, juru mesin, juru
jangkar, juru masak maupun sawi semua akan turut
berpartisipasi, saling membantu dan bekerja sama
dalam hal penurunan tali jaring dengan cara
menggunakan roller.
Gambar 32. Penurunan Jaring dengan
Bantuan Roller
e. Penyalaan lampu fokus
41
Setelah jaring diturunkan sekitar 3 - 4
jam dan sekitar 15 menit sebelum dilakukan
penarikan jaring maka nelayan akan menyalakan
lampu fokus lalu dimana lampu fokus tersebut
diturunkan di sebelah kiri dan kanan kapal
guna mengkonsentrasikan ikan di daerah yang
lebih dekat ke kapal bagan tersebut.
f. Pemadaman Lampu
Berselang kurang lebih 20 menit setelah
lampu fokus diturunkan maka lampu - lampu yang
berada pada rangka bagan akan dipadamkan
secara bertahap mulai dari lampu terluar
sampai yang terdekat guna menghindari
kaburnya ikan karena terkejut dengan
pencahayaan yang secara tiba-tiba menghilang.
Pemadaman lampu dimulai dari lampu
bagian luar ke lampu bagian dalam guna
menggiring ikan masuk ke areal tangkap.
g. Pengangkatan Jaring
Tali pada Jaring akan ditarik dengan cara
memutar roller sehingga tali tersebut akan
terangkat ke permukaan. Pemutaran roller
42
dilakukan serentak oleh para nelayan dan
diusahakan dilakukan dengan cepat agar
gerombolan ikan yang ada di areal tangkap
tidak meloloskan diri. Waktu yang dibutuhkan
sampai tali bingkai jaring terangkat ke
permukaan tergantung kecepatan arus dan
kedalaman perairan. Waktu yang digunakan oleh
nelayan bagan perahu dalam pengangkatan jaring
yaitu selama 15 – 20 menit.
Gambar 33. Pengangkatan Jaring dengan
Menggunakan Roller
43
Setelah bingkai waring terangkat sampai
rangka bagan maka lampu yang berada pada
rangka bagan akan dinyalakan kembali dan
proses selanjutnya adalah menggiring ikan yang
berada pada sisi kiri kapal menuju ke sisi
kanan kapal karena proses pengangkatan hasil
tangkapan berada di sisi kanan kapal.
h. Pengangkatan Hasil Tangkapan
Pengangkatan jaring dilakukan pada bagian
sisi kanan kapal. Jaring yang berada pada
bagian sisi kiri kapal akan ditarik oleh
nelayan ke bagian kanan kapal selain itu ikan
yang sudah terkumpul pada jaring bagian sisi
kiri kapal juga akan digiring ke bagian sisi
kanan kapal, kemudian ikan hasil tangkapan
akan naikkan ke atas kapal dengan menggunakan
serok. Ikan tersebut akan diletakkan pada
jaring yang terdapat pada palka kapal guna
memisahkan ikan hasil tangkapan dengan air
laut.
44
Gambar 34. Proses Pengangkatan Jaring pada SisiKanan Kapal (St Nurul Nahdyah, 2013)
3. Penanganan Hasil Tangkapan
Penanganan ikan segar bertujuan mempertahankan
kesegaran ikan dalam waktu selama mungkin, atau
setidaknya kondisi ikan masih cukup segar pada saat
sampai ke tangan konsumen. Jadi setelah ikan
tertangkap dan diangkut ke atas kapal harus secepat
mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati.
(Moeljanto, 1994). Penanganan ikan diatas kapal adalah
tahap awal dari perlakuan terhadap produksi perikanan
yang sangat menentukan mutu dan minat konsumen (Rahmat
Hamci, 2010) oleh karena itu penanganan diatas kapal
sangatlah penting guna mempertahankan mutu ikan karena
45
hal tersebut sangat mempengaruhi penanganan di darat
dan pengolahan selanjutnya.
Pada kapal bagan perahu musdalifah terdapat
beberapa tahap dalam penanganan ikan diatas kapal,
diantaranya :
a. Penghancuran es
Pada proses penanganan ikan diatas kapal hal
pertama yang dilakukan adalah penghancuran es balok
yang akan digunakan dalam proses pendinginan ikan.
Ada 2 proses pendingan ikan yang dilakukan oleh
nelayan yaitu proses pendinginan dengan cara
bercampur (es + air + ikan) dan dengan cara bersusun
(es + ikan + es). Ikan yang didinginkan dengan cara
campuran adalah ikan teri sedangkan ikan yang
didinginkan dengan cara bersusun adalah ikan kembung,
tembang dan layang.
b. Penyortiran hasil tangkapan
Penyortiran hasil tangkapan yang dilakukan oleh
nelayan adalah menyortir ikan berdasarkan jenis ikan
hasil tangkapan, ikan-ikan yang sejenis akan
disatukan ke dalam satu wadah yang sama yaitu cool box.
Ikan - ikan teri akan disatukan dalam wadah yang
46
sama kemudian dilakukan proses pendinginan dengan
cara bercampur antara es dan air. Sama hal dengan
ikan teri, ikan kembung juga akan disatukan dalam
satu wadah yang sama dan proses pendinginannya adalah
dengan cara bersusun.
(a)
47
(b)
Gambar 35. (a) Penghancuran Es (b) Penyortiran Ikan Hasil
Tangkapan
selain Penanganan di atas kapal juga terdapat
penanganan selanjutnya yakni penanganan di darat, dimana
ikan yang dibeli oleh pengumpul akan dikeringkan terlebih
dahulu. Sama halnya dengan istri-istri nelayan yang menerima
ikan dari pada suami mereka yaitu hasil pembagian tiap -
tiap nelayan diatas kapal, mereka juga sering mengeringkan
ikan tersebut.
4.Hasil tangkapan
a. Jenis hasil tangkapan
Selama 11 trip bersama para nelayan terdapat 4
jenis hasil tangkapan yang tertangkap oleh waring
bagan perahu di desa tonyaman, diantaranya:
1) Ikan Teri (Stolephorus spp.)
2) Ikan Tembang (Sardinella sp.)
3) Ikan Kembung (Rastrelliger sp.)
4)Ikan Layang (Decapterus spp.) (Tabel 3)
b. Jumlah hasil tangkapan
48
Jumlah hasil tangkapan tiap jenis ikan perharinya
beragam tergantung dari arus, apabila arus kencang
maka jumlah hasil tangkapannya berkurang begitupun
sebaliknya. Selama 11 kali trip jumlah hasil
tangkapan berbeda-beda tiap jenisnya sebagaimana
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Jenis dan jumlah Hasil Tangkapan Selama 11
Kali Trip
No Tanggal Jenis dan Jumlah HasilTangkapan
Berat HasilTangakapan
(Kg)
1 2/7/2013
- 9 Cool box Ikan Teri(Stolephorus spp.)
- 1 Cool box Tembang
300
2 3/7/2013- 2 Cool box Ikan Teri
(Stolephorus spp.) 60 g
3 4/7/2013
- 4 Cool box IkanTembang (Sardinellasp.)
- 1 Cool box IkanKembung (Restrelligersp.)
150
4 5/7/2013- 6 Cool box Ikan
Tembang (Sardinellasp.)
180
5 17/7/2013 - 2 Cool box IkanKembung (Restrelligersp.)
- 5 Cool box Ikan
210
49
Tembang (Sardinella sp.)
6 18/7/2013
- 6 Cool box IkanKembung (Restrelligersp.)
- 1 Cool box Ikan Layang (Decapterus spp.)
210
7 19/7/2013- 1 Cool box Ikan
Kembung (Restrelligersp.)
30 Kg
8 27/7/2013
- 15 Cool box Ikan Tembang (Sardinella sp.)
- 1 Cool box IkanKembung (Restrelligersp.)
- 2 Cool box Ikan Layang (Decapterus spp.)
540 Kg
9 28/7/2013- 6 Cool box ikan Ikan
Tembang (Sardinella sp.)
180
10 29/7/2013- 1 Cool box Ikan
Kembung (Restrelligersp.)
30 Kg
11 30/7/2013 Tidak ada hasiltangkapan -
5. Pemasaran Hasil Tangkapan
Pemasaran hasil tangkapan dilakukan pada saat
kapal tiba diratan, para pembeli ikan (pedagang
pengumpul) menuju ke kapal bagan tersebut lalu mereka
50
akan melakukan transaksi jual beli ikan di atas kapal
bagan. Para pembeli ikan tersebut merupakan pedagang
pengumpul yang nantinya akan mereka jual ikan ke
pedagang pengecer lalu pedagang pengecer yang akan
menjual ke pasar dan selanjutnya akan diterima oleh
konsumen. Adapun rantai pemasaran hasil tangkapan
dapat dilihat pada skema berikut ini :
Gambar 36. Rantai Pemasaran Hasil Tangkapan Bagan
Perahu
Hasil tangkapan
Pedagang pengumpul
Pedagang pengecer
Ke Pasar
Konsumen
51
(a)
(b)
Gambar 37. (a) Proses Jual Beli diatas Kapal oleh NelayanPengumpul
(b) Ikan yang Telah Dibeli akan Diangkut denganPerahu Sampan (St Nurul Nahdyah, 2013)
52
6. Sistem Bagi Hasil
Sistem bagi hasil tangkapan dilakukan pada saat
setelah penyortiran dan pengemasan ikan ke dalam
sterofoam. Ikan-ikan hasil tangkapan akan dipisahkan
sebagian untuk dijual dan sebagian untuk dibagikan
kepada tiap-tiap ABK. Dan setiap akhir bulan, akan
dilakukan perhitungan ongkos dan jumlah pemasukan oleh
nahkoda kapal selaku bendahara dalam usaha bagan perahu
tersebut, setelah mengakumulasi jumlah pendapatan dan
jumlah pengeluaran maka nahkoda tersebut akan membagi
jumlah pendapatan separuh bagian untuk para nelayan dan
separuh bagian untuk pemilik kapal (papalele) dan hasil
dari pendapatan nelayan tersebut tersebut akan dibagi
12 bagian dan nahkoda kapal akan mendapatkan 2 bagian
sedangkan 10 ABK lainnya kan mendapat masing-masing 1
bagian.
IV. PENUTUP
A. RANGKUMAN
Satu unit Bagan Perahu terdiri dari beberapa
bagian yang memiliki desain khusus seperti kapal
bagan, jenis lampu yang terdiri dari 2 jenis yakni
jenis pijar dan jenis mercury juga menggunkan mesin 6
silinder yang berasal mesin mobil truk hino.
Pengoperasian bagan perahu dimulai dari persiapan
yakni pengisian bahan bakar, pengisian es ke dalam
palka, pengisian air tawar, persiapan ransum,
pengangkutan nelayan, pemeriksaan kondisi kapal,
mesin, alat tangkap dan lampu dan penarikan tali
jangkar. Setelah persiapan dilanjutkan dengan
pengoperasian alat tangkap, penanganan hasil
tangkapan, adapun hasil tangkapannya terdiri dari Ikan
Teri (Stolephorus spp.), Ikan Tembang (Sardinella sp.), Ikan
Kembung (Rastrelliger sp.) dan Ikan Layang (Decapterus spp.),
selanjutnya pemasaran hasil tangkapan dan sistem bagi
hasil.
B. SARAN
55
Untuk peningkatan hasil tangkapan, sebaiknya
nelayan menggunakan peralatan yang lebih modern dalam
menentukan daerah penangkapan (fishing ground) agar hasil
tangkapan dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri.Bogor. 81 hal.
Hamci, Rahmat. 2010. Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Bagan Perahudi Perairan Desa Takkalasi Kecamatan Balusu Kabupeten BarruSulawesi Selatan. Laporan Praktik Kerja Lapang. JurusanPerikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan PerikananUniversitas Hasanuddin. Makassar.
Moeljanto, 1994. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. KaryaIlmiah Fakultas Perikanan Bogor.
Subani W dan HR. Barus. 1989. Alat Penangkap Ikan Dan Udang Laut DiIndonesia (Fishing Gears for marine Fish and Shrimp in Indonesia).No.50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. JurnalPenelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian PerikananLaut. Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian. Jakarta. 248 hal.
Tahir, 2013. Analisis Pendapatan, Pola Hubungan Kerja dan Sistem BagiHasil nelayan Telur Ikan Terbang (Pa’torani) di Desa PambusuangKecamatan Balanipa Kabupaten Polman. Skripsi. JurusanPerikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan PerikananUniversitas Hasanuddin. Makassar
Takril, 2008. Kajian Pengembangan Perikanan Bagan Perahu di Polewali,kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tesis. SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
58
Lampiran 1. Jurnal Daftar Kegiatan
No Hari/ Tanggal Jam Kegiatan
1 Sabtu , 22 Juni2013
2 Senin , 1 Juli2013
3 Selasa , 2 Juli2013
15.30 – 06.55 Melaut bersamaNelayan
4 Rabu, 3 Juli 2013 16.00 – 07.03 Melaut bersamaNelayan
5 Kamis, 4 Juli2013
15.30 – 06.43 Melaut bersamaNelayan
6 Jumat , 5 Juli2013
16.00 – 06.59 Melaut bersamaNelayan
7 Sabtu, 6 Juli 2013
8 Selasa, 9 Juli2013
9 Rabu, 17 Juli2013
16.20 – 07.05 Melaut bersamaNelayan
10 Kamis, 18 Juli2013
16.10 – 06.50 Melaut bersamaNelayan
11 Jumat, 19 Juli2013
16.25 – 07.12 Melaut bersamaNelayan
12 Sabtu, 20 Juli2013
13 Minggu, 21 Juli2013
14 Sabtu, 27 Juli2013
16.05 – 07.15 Melaut BersamaNelayan
15 Minggu, 28 Juli 16.00 – 07.34 Melaut Bersama
59
2013 Nelayan
16 Senin, 29 Juli2013
16.25 – 07.12 Melaut BersamaNelayan
17 Selasa, 30 Juli2013
16.20 – 07.20 Melaut BersamaNelayan
Mengetahui, Dosen Pembimbing Lapangan
BudiMustari, A.Pi, MMA
NIP.19611203 198603 1 020
Lampiran 2. Jenis aktivitas yang dilakukan selama Proses Pengoperasian
No. Jenis Aktivitas
Waktu yg
dibutuhka
n
Jadwal
Kegiatan
Tenag
a
kerja
yang
terli
bat
(oran
g)
Mula
i
Seles
ai
1 Persiapan di DaratPengisian Bahan Bakar 5
menit
15.0
0
15.05 3
Pengisian es ke dalam
palka
5menit
15.0
5
15.10 3
Persiapan ransum 5menit
15.1 15.15 3
60
0Pengisian air tawar 5
menit15.1
5
15.20 1
Pemeriksaan kondisi
kapal
5
menit
15.2
0
15.25 1
Pemeriksaan kondisi
mesin
5
menit
15.2
5
15.30 1
Pemeriksaan lampu 5menit
15.3
0
15.35 1
Pemeriksaan kabel
listrik
3menit
15.3
5
15.38 1
Pemeriksaan jaring 5menit
15.3
8
15.43 1
Penyusunan alat tangkap 5
menit
15.4
3
15.48 3
Penyalaan Mesin Kapal 7
menit
15.4
8
15.55 1
Penarikan Tali Jangkar 5
menit
15.5
5
16.00 3
2 Perjalanan menuju FG 1 jam
18 menit
16.2
0
17.38 11
3 Penurunan Jangkar di FG 5
menit
17.5
0
18.00 3
4 Penyalaan Lampu Kapal 10 menit 18.1
3
18.23 2
5 Makan Malam 1 jam 20.0
0
21.00 3
6 Penurunan Jaring 30 menit 22.1
7
22.47 6
7 Proses Penungguan 6 jam 22.1 04.50
61
(Soaking) 33 menit 78 Penurunan Lampu Fokus 5 menit 04.1
0
04.15 1
9 Pemadaman lampu selainlampu fokus
10 menit 04.3
5
04.45 2
10 Pengangkatan Jaringdengan menggunakan roller
5
menit
04.5
0
04.55 11
11 Pengangkatan Lampu Fokus 2
menit
04.5
8
05.00 1
12 Pengangkatan jaring oleh
ABK
15 menit 05.0
0
05.15 11
13 Proses penangan ikan di
atas kapal
20 menit 05.1
5
05.35 6
14 Penarikan jangkar 5 menit 05.3
5
05.40 3
15 Penyalaan mesin kapal 5 menit 05.4
0
05.45 1
16 Perjalanan pulang 1 jam
45 menit
05.4
5
07.30
17 Kapal merapat ke dermaga 10 menit 07.3
0
07.40 1
18 Proses Jual Beli diatas
Kapal
15 menit 07.4
0
07.55 3
19 Proses pembersihan
geladak dan palka kapal
45 menit 07.5
5
08.4
0
4
65
Foto para Nelayan Bagan Perahu
“Musdalifah”
Lampiran 4. Foto jenis hasil tangkapan
Ikan Tembang (Sardinella sp.) Ikan Kembung
(Rastrelliger sp.)