LAPORAN PRAKTIK LAPANG BAGAN PERAHU DI DESA TONYAMAN KECAMATAN BINUANG SULAWESI BARAT

66
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sulawesi Barat merupakan salah satu daerah yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan laut yang kaya akan sumberdaya alam. Kabupaten Polewali Mandar memiliki panjang garis pantai sekitar 89,07 km² sebagai salah satu kabupaten yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup tinggi yaitu dengan jumlah produksi perikanan 40.666,54 ton per tahun dan khusus dari sektor perikanan tangkap jumlah produksinya mencapai 24.313,23 ton per tahun (Tahir, 2013). Tiga jenis ikan yang terbanyak didaratkan di Kabupaten Polewali Mandar adalah ikan Kembung, Tembang dan Layang. Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah bergantung pada bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara dilakukan dalam upaya penangkapan diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon dan cahaya lampu.

Transcript of LAPORAN PRAKTIK LAPANG BAGAN PERAHU DI DESA TONYAMAN KECAMATAN BINUANG SULAWESI BARAT

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sulawesi Barat merupakan salah satu daerah yang

sebagian besar wilayahnya adalah perairan laut yang kaya

akan sumberdaya alam. Kabupaten Polewali Mandar memiliki

panjang garis pantai sekitar 89,07 km² sebagai salah satu

kabupaten yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan laut

yang cukup tinggi yaitu dengan jumlah produksi perikanan

40.666,54 ton per tahun dan khusus dari sektor perikanan

tangkap jumlah produksinya mencapai 24.313,23 ton per tahun

(Tahir, 2013). Tiga jenis ikan yang terbanyak didaratkan di

Kabupaten Polewali Mandar adalah ikan Kembung, Tembang dan

Layang.

Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi

penangkapan sangatlah bergantung pada bagaimana mendapatkan

daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan

bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara

dilakukan dalam upaya penangkapan diantaranya dengan

menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu

penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan

ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon dan

cahaya lampu.    

2

Salah satu bentuk teknologi penangkapan ikan yang

dianggap sukses dan berkembang dengan pesat pada industri

penangkapan ikan sampai saat ini adalah penggunaan alat

bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan dalam proses

penangkapan.

Bagan merupakan salah satu jaring angkat yang

dioperasikan di perairan pantai pada malam hari dengan

menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan

(Takril, 2008). Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan

oleh nelayan Bugis Makassar pada tahun 1950-an. Beberapa

tahun kemudian bagan ini tersebar dan terkenal di seluruh

perairan Indonesia. Dalam perkembangannya bagan telah banyak

mengalami perubahan baik bentuk maupun ukurannya yang

dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan daerah

penangkapan. Berdasarkan cara pengoperasian, bagan

dikelompokkan kedalam jaring angkat (lift net). Karena

menggunakan cahaya untuk mengumpulkan ikan maka metode

penangkapan ikan dengan bagan disebut light fishing (Subani dan

Barus, 1989).

Bagan termasuk kedalam light fishing yang menggunakan

lampu sebagai alat bantu untuk merangsang atau menarik

perhatian ikan untuk berkumpul di bawah cahaya lampu,

3

kemudian dilakukan penangkapan dengan jaring yang telah

tersedia (Ayodhyoa, 1981).

Untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya perikanan khususnya teknik operasi dan

pengelolaan usaha yang baik dari bagan perahu, maka

diperlukan tenaga yang terampil dan cekatan. Oleh karena

itu, praktik kerja lapang yang dilakukan pada bagan perahu

di perairan Polewali Mandar adalah sebagai suatu bekal

keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa perikanan

sebagai perpaduan antara teori dan aplikasi di lapangan

sehingga akan menghasilkan tenaga yang terdidik dan siap

pakai.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk

memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja di lapangan

tentang teknik operasi dan pengelolaan usaha bagan perahu.

Adapun kegunaan dari kegiatan praktik kerja lapang ini

yaitu sebagai bahan informasi dalam pengembangan usaha

perikanan tangkap dan sekiranya dapat menjadi wadah

pengembangan diri yang pada akhirnya dapat dijadikan

pengalaman ketika berada di tengah-tengah masyarakat.

II. METODE PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANG

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang dirangkaikan dengan

Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan selama 40 hari sejak

tanggal 22 Juni 2013 sampai dengan 1 Agustus 2013

dengan 11 kali pengambilan data dengan cara ikut trip/melaut

bersama para nelayan Bagan Perahu. Kegiatan ini dilaksanakan

pada alat tangkap Bagan Perahu yang dioperasikan di

Perairan Tonyaman, desa Tonyaman, Kecamatan Binuang,

Kabupaten Polewali Mandar.

B. Alat dan Kegunaan

Ada beberapa jenis alat yang digunakan pada saat

pengambilan data di lokasi praktik sebagaimana dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Daftar Alat yang Digunakan

pada Saat Praktik

No Alat Kegunaan

1 Kamera digital Untuk mengambil gambar kapal,

alat tangkap, mesin dan seluruh

proses kegiatan penangkapan

dengan menggunakan bagan perahu

2 Alat tulis Untuk mencatat hasil wawancara

5

dengan nelayan

3 Jam Untuk mencatat waktu tiap

aktifitas yang dilakukan oleh

nelayan

4 Global Position System

(GPS)

Untuk menentukan daerah Fishing

Ground

C. Metode Praktik

Metode praktik yang digunakan dalam praktik kerja

lapang ada 2, yaitu:

1. Metode wawancara (interview) yakni penulis melakukan

wawancara (tanya jawab) dengan pihak terkait yang

dianggap mampu memberikan informasi dalam hal ini

adalah nelayan dan pemilik kapal (Papalele).

2. Metode Dokumentasi, yakni penulis melakukan

pengambilan gambar kegiatan nelayan mulai dari

persiapan menuju fishing ground sampai tiba kembali ke

fishing base.

Selain metode praktik juga digunakan metode

pengambilan data, dimana metode pengambilan data yang

6

digunakan pada praktik ini juga berasal dari 2 sumber,

yaitu data primer dimana penulis melakukan pengamatan

langsung mengenai tahapan dalam proses pengoperasian

bagan perahu dan juga melakukan wawancara kepada para

nelayan diantaranya nahkoda kapal, pemilik kapal dan

para sawi bagan perahu serta mencatat waktu dalam

berbagai aktifitas yang dilakukan oleh nelayan. Selain

data primer, didapatkan pula data sekunder yakni

pengambilan beberapa referensi dari internet.

III. HASIL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANG

A. Keadaan Umum Lokasi Praktik

Gambar 1. Peta Desa Tonyaman Lokasi Praktik Kerja

Lapang

Kabupaten Polewali Mandar adalah salah satu Kabupaten

di Propinsi Sulawesi Barat yang mempunyai batas dan wilayah

yaitu :

1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa

2 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang

3 Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar

4 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene

8

Luas wilayah Polewali Mandar adalah 2.022,30 km2, dan

secara administrasi kepemerintahan, Polewali Mandar terbagi

menjadi 16 kecamatan. dengan 109 Desa dan 23 Kelurahan,

sehingga jumlah total desa dan kelurahan yang ada yaitu 132.

Dari 132 desa dan kelurahan yang ada tersebut terdapat 509

dusun dan 107 lingkungan.

Kabupaten Polewali Mandar terletak antara 3o 40’ 00” –

3o 32’ 00 LS dan 118o 40’ 27” – 119o 32’ 27” BT. Selain kawasan

daratan dan pegunungan, Kabupaten polewali Mandar juga

merupakan daerah yang berada di kawasan maritim. Dengan

garis pantai sepanjang sekitar 89,07 kilometer dan luas

perairan 86.921 km2, masyarakat pesisir Polewali Mandar

telah menciptakan kebudayaan bahari yang sangat khas. Salah

satu upaya pemanfaatan perairan Mandar adalah aktivitas para

nelayan dalam menangkap ikan atau membudidayakan potensi

laut lainnya.

Desa Tonyaman adalah salah satu desa dari 10 desa yang

terletak di Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar,

Provinsi Sulawesi Barat dan berada disepanjang  garis pantai

dan satu pulau ( Pulau Batoa). Desa Tonyaman adalah salah

satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya perikanan di

Kabupaten Polewali Mandar dan Mayoritas mata pencaharian

9

masyarakat yang ada di sana adalah nelayan yang menggunakan

Bagan Perahu.

B. Deskripsi Kegiatan Penangkapan

1. Nelayan

Tenaga kerja/ sumberdaya manusia pada perikanan

bagan adalah unsur yang paling menentukan karena

segala kegiatan operasi penangkapan tidak akan berjalan

tanpa adanya tenaga kerja atau nelayan. Nelayan bagan

di Polewali Kabupaten Polewali Mandar memiliki tingkat

pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai

Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA). Mereka berusia

antara 15-50 tahun.

Bagan perahu ini diikuti oleh 11 nelayan yang

tugas dan keahliannya berbeda-beda sebagaimana

dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Keahlian dan Tugas/Jabatan Anggota Nelayan

Bagan Perahu

No Keahlian Jumlah Tugas

1 Nahkoda 1 (orang) Menjalankan kapal (Juru Mudi),

mengontrol semua proses kegiatan

penangkapan diatas kapal, menjual

ikan, mengatur pengelolaan

10

keuangan usaha Bagan Perahu

(pemasukan dan

pengeluaran),menurunkan dan

menaikkan jaring.

2 Juru Mesin 1 (orang)

Menyalakan mesin induk dan mesin

lampu, memperbaiki mesin jika ada

kerusakan, dan menurunkan dan

menaikkan jaring.

3Juru

Jangkar

2

(orang)

Membuang jangkar pada saat tiba

di Fising Ground dan pada saat tiba

di dermaga Fishing Base dan

menurunkan dan menaikkan jaring.

4 Juru Masak 1 (orang)

Memasak untuk makan malam para

nelayan dan menurunkan dan

menaikkan jaring.

5 Sawi 6 (orang)

Menarik tali jangkar, Menurunkan

dan menaikkan jaring dan

melakukan penanganan hasil

tangkapan

2. Kapal

11

Adapun spesifikasi kapal bagan perahu yang

digunakan pada saat pengambilan data Praktik Kerja

Lapang di desa Tonyaman adalah sebagai berikut

(Lampiran 5) :

Jenis Kapal : Bagan Perahu

Panjang Kapal (LOA) : 16 m

Lebar Kapal (BOA) : 1,6 m

Dalam/ Tinggi Kapal (D) : 1,15 m

12

Gambar 2. Kapal Induk (St Nurul Nahdyah,

2013)

Kapal bagan perahu yang digunakan pada saat praktik

di lapangan terdiri dari 2 perahu yaitu perahu utama

(main boat) dan perahu pengantar.

Gambar 3. Perahu Pengantar (St Nurul

Nahdyah, 2013)

Perahu utama berfungsi sebagai penyangga bangunan

bagan dan tempat semua proses penangkapan dilakukan.

Sedangkan perahu pengantar digunakan untuk mengangkut

13

nelayan dari daratan (Fishing Base) ke atas perahu utama,

pengangkut hasil tangkapan, dan membawa bahan dan

perlengkapan kebutuhan operasional bagan perahu.

3. Mesin

Ada 2 jenis mesin yang digunakan pada kapal bagan

perahu di Polman, yaitu mesin utama yang berfungsi

sebagai sumber tenaga penggerak kapal dan mesin lampu

yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik untuk

menyalakan lampu-lampu diatas kapal. Mesin utama bukan

jenis Marine Engine karena mesin yang digunakan berasal

dari mesin mobil truk Hino. Jadi merek mesin pada

kapal tersebut dinamakan Hino, yaitu merek Hino dengan

6 Silinder dengan kekuatan 260 HP (Lampiran 5).

14

Gambar 4. Mesin Utama Kapal (St Nurul Nahdyah, 2013)

Mesin lampu berfungsi sebagai sumber tenaga

untuk menyalakan lampu. Tipe mesin yang digunakan

yaitu tipe mesin diesel yang menggunaan bahan bakar

solar. Adapun ketahanan kapal yaitu 2400 Rpm. Mesin

utama dan mesin bantu/mesin lampu diletakkan pada

bagian tengah badan kapal. Mesin bantu tersebut

digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan

menggunakan generator sebagai sumber tenaga listrik

untuk menyalakan lampu-lampu diatas kapal selama

penangkapan. Mesin bantu tersebut bermerk Jiandong.

15

Gambar 5. Mesin Lampu (St Nurul

Nahdyah, 2013)

4. Alat Bantu

Terdapat berbagai jenis alat bantu penangkapan yang

digunakan oleh nelayan guna memudahkan dalam proses

penangkapan, baik dalam penangkapan ikan, pengumpulan

ikan, mencari keberadaan ikan, maupun dalam menentukan

daerah penangkapan.

Adapun jenis alat bantu yang digunakan pada kapal

bagan perahu di kabupaten Polewali mandar adalah sebagai

berikut :

a. Serok

Serok merupakan salah satu alat bantu

penangkapan pada pengoperasian bagan perahu yang

berfungsi untuk memindahkan hasil tangkapan dari

jaring bagan perahu ke atas bangunan bagan untuk

selanjutnya di lakukan penyortiran hasil

tangkapan. Serok digunakan apabila hasil tangkapan

banyak, tetapi jika hasil tangkapan kurang maka

ikan hasil tangkapan akan diangkut ke atas kapal

bersamaan dengan jaring.

16

Gambar 6. Serok (St Nurul Nahdyah,

2013)

b. Keranjang

Keranjang merupakan salah satu alat bantu

penangkapan pada pengoperasian bagan perahu yang

berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah ikan

disortir.

17

Gambar 7. Keranjang (St Nurul

Nahdyah, 2013)

c. Sterofoam

Sterofoam merupakan salah satu alat bantu

penangkapan pada pengoperasian bagan perahu yang

berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil tangkapan

sebelum ikan diangkut ke daratan.

Gambar 8. Sterofoam (St Nurul Nahdyah,

2013)

5. Alat Tangkap

18

Jenis alat tangkap yang digunakan adalah Bagan

Perahu dimana ukuran panjang dari jaring bagan tersebut

adalah 16 m, lebar 16 m dan kedalam jaringnya 13 m.

Gambar 9. Alat Tangkap (St Nurul Nahdyah,

2013)

Pada alat tangkap bagan perahu terdapat rangka

bagan yang dirangkai pada sisi kiri dan kanan kapal

utama. Jaring yang digunakan pada bagan perahu

berbentuk segi empat dan berwarna hitam dimana setiap

sudut jaring diberi pemberat agar tidak terbawa arus.

Bingkai jaring merupakan suatu kerangka yang berbentuk

persegi panjang terbuat dari kayu di sambung menjadi

satu dan diikat dengan menggunakan tali. Ukuran

19

bingkai jaring sama dengan ukuran jaring yang

berfungsi sebagai tempat bergantungnya jaring,

pemberat, dan tali penggantung yang dihubungkan dengan

roller jaring.

a. Bagian-bagian Alat Tangkap

1) Perahu

Gambar 10. Perahu (St

Nurul Nahdyah, 2013)

Perahu yang digunakan memiliki ukuran

panjang 16 m, lebar 1,6 dan dalam/tinggi kapal

1,15 m. Kapal bagan perahu yang digunakan pada

saat praktik di lapangan terdiri dari 2 perahu

yaitu perahu utama (main boat) dan perahu

20

pengantar. Perahu utama berfungsi sebagai

penyangga bangunan bagan dan tempat semua proses

penangkapan dilakukan. Sedangkan perahu pengantar

digunakan untuk mengangkut nelayan dari daratan

(Fishing Base) ke atas perahu utama, pengangkut

hasil tangkapan, dan membawa bahan dan

perlengkapan ke perahu utama.

2) Rangka

Gambar 11. Rangka Bagan Perahu (St

Nurul Nahdyah, 2013)

Rangka bagan perahu dirakit pada sisi kanan

dan kiri kapal. Fungsi dari rangka adalah : 1)

tempat menggantungkan jaring, 2) menjaga

keseimbangan perahu, 3) tempat untuk melakukan

21

setting dan hauling, 4) tempat menggantungkan

lampu, 5) tempat dudukan roller.

3) Jaring

Gambar 12. Jaring (St Nurul

Nahdyah, 2013)

Jaring yang digunakan memiliki ukuran

panjang 16 m, lebar 16 m dan tinggi/ kedalaman

yaitu 13 m dengan ukuran mesh size 0,5 cm

sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini

:

22

Gambar 13. Jaring dengan ukuran mesh size

0,5 cm

4) Pemberat

Gambar 14.

Pemberat

23

Pemberat yang digunakan berupa batu yang

diikatkan dengan tali yang berjumlah 4 buah

terdapat pada tiap sisi terluar pada rangka

kapal, 2 buah pada sisi kanan dan kiri pada ujung

tiap rangka kapal dimana fungsi pemberat tersebut

adalah untuk membuat jaring tidak mudah terbawa

arus.

5) Tali Penarik

Gambar 15. Tali Penarik (St Nurul

Nahdyah, 2013)

Tali penarik digunakan untuk menurunkan

jangkar pada saat kapal ingin disandarkan dan

pada saat kapal tiba di daerah fishing ground.

6) Lampu

24

(a) (b)

Gambar 16. (a) Lampu Fokus, (b) LampuJenis Mercury

Jenis lampu yang digunakan pada bagan perahu

ada 2 yaitu lampu jenis pijar dan sering disebut

sebagai lampu fokus dengan daya 500 watt sebanyak

2 buah yang akan diturunkan pada bagian kanan dan

kiri kapal, selain itu juga terdapat lampu jenis

mercury yang berwarna putih yang terdapat pada

rangka kapal dengan daya 250 watt. Jumlah lampu

keseluruhan yang digunakan yaitu 50 buah ditambah

dengan 2 buah lampu fokus. Fungsi dari lampu

tersebut silinder agar cahaya lampu terfokus pada

perairan.

7) Roller

25

(a) (b)

Gambar 17. (a) Roller pada Bagan perahu (b)

Posisi penepatan roller diatas kapal

Keberhasilan penangkapan dengan menggunakan

bagan perahu sangat tergantung pada kecepatan

penangkatan jaring ke permukaan air saat hauling.

Oleh karena itu, roller berfungsi untuk menurunkan

jaring pada saat setting dan menarik kerangka

jaring pada saat hauling. Roller yang digunakan pada

bagan perahu ada yang ukurannya besar dan ada

pula yang ukurannya kecil. Roller besar berjumlah

4 buah yang terdapat pada sisi kiri kapal dan

terdapat 8 tempat tali roller sedangkan roller kecil

berjumlah 2 buah yang masing-masing berada pada

bagian sisi kanan dan kiri kapal. Fungsi dari

roller besar adalah untuk menarik dan menurunkan

26

jaring sedangkan roller kecil digunakan untuk

menarik dan menurunkan tali jangkar.

6. Rumpon

a. Definisi Rumpon

Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Aggregation Device

(FAD) yaitu sebagai alat bantu penangkapan yang

berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam

suatu catchable area. Rumpon merupakan suatu bangunan

yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya atau

mencari makan bagi ikan-ikan kecil. Rumpon memiliki

komponen utama yaitu atraktor (pemikat) berupa daun

kelapa, dimana daun kelapa tersebut di lakukan

pergantian setiap 2 bulan sekali.

b.Posisi Rumpon

27

Gambar 18. Rumpon (St Nurul Nahdyah,

2013)

Posisi rumpon yang berada pada daerah fishing ground

ditandai dengan pelampung tanda berupa gabus sehingga

dapat diketahui dimana posisi letak rumpon tersebut.

Dari posisi letak rumpon dapat ditentukan tempat

pengoperasian bagan perahu. Jenis rumpon yang

digunakan pada pengoperasian bagan perahu yaitu berupa

daun kelapa yang digunakan untuk menarik ikan agar

berkumpul disekitar area yang menjadi tempat fishing

ground.

C. Operasi Penangkapan Bagan Perahu

1.Persiapan

Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum

kegiatan operasi penangkapan dilaksanakan diantaranya :

a. Pengisian Bahan Bakar

28

Pengisian bahan bakar dilakukan selama 5 menit

(Lampiran 2) yakni nelayan mengangkut jeregen solar

sebanyak 5 jeregen dengan menggunakan perahu sampan

menuju kapal bagan perahu. Solar tersebut digunakan

sebagai bahan bakar untuk mesin lampu dan juga mesin

induk. Penggunaan solar dalam sekali trip adalah 2

jeregen.

Gambar 19. Pengangkutan Bahan Bakar (St Nurul Nahdyah,

2013)

29

Gambar 20. Pengisian Bahan Bakar diatas Kapal (St Nurul

Nahdyah, 2013)

b.Pengisian Es ke dalam Palka

Pengisian es ke dalam palka dilakukan selama 5

menit (Lampiran 2) dimana es tersebut diangkut dari

daratan menuju kapal bagan dengan menggunakan perahu

sampan. Jumlah es yang dibawa sekali trip sebanyak 10

balok dalam sekali trip kadang kala es tersebut lebih

maupun kurang tergantung dari hasil tangkapan yang

didapat nantinya.

30

Gambar 21. Pengisian Es ke dalam Palka (St Nurul

Nahdyah, 2013)

c. Pengisian Air Tawar

Pengisian air tawar dilakukan dengan cara nelayan

melakukan pengangkutan 4 jeregen yang berisi air tawar

dengan menggunakan perahu sampai menuju kapal bagan.

Air tawar tersebut akan digunakan oleh para nelayan

sebagai air minum, untuk membuat kopi, keperluan

masak-memasak dan sebagai pendingin mesin kapal.

Gambar 22. Jeregen Air Tawar (St Nurul

Nahdyah, 2013)

31

d. Persiapan Konsumsi

Persiapan Konsumsi dilakukan selama 5 menit

yaitu dilakukan pengangkutan beberapa jenis makanan

seperti beras, kopi, gula, biskuit, minyak goreng

dan rokok untuk keperluan konsumsi nelayan diatas

pada saat berada dilautan. Pengangkutan tersebut

dilakukan dengan cara menggunakan perahu sampan

menuju perahu bagan.

Gambar 23. Pengangkutan Konsumsi (St

Nurul Nahdyah, 2013)

32

e. Penangangkutan Nelayan

Para nelayan menggunakan perahu sampan

sebagai alat transportasi menuju kapal bagan. Hal

ini terjadi karena disekitar tepi pantai terdapat

banyak karang sehingga mengakibatkan kapal bagan

perahu akan kandas jika letak posisi

penyandarannya terlalu dekat ke tepi, oleh karena

itu para nelayan harus menggunakan perahu sampan

apabila hendak ke kapal bagan. Proses pengangkutan

nelayan tersebut dilakukan selama 10 menit.

Gambar 24. Pengangkutan Nelayan (St Nurul

Nahdyah, 2013)

f. Pemeriksaan Kondisi Kapal, Mesin, Alat tangkap dan

Lampu

33

Sebelum berangkat menuju fishing ground nelayan

terlebih dahulu melakukan pemeriksaan kondisi kapal,

mesin, alat tangkap dan lampu sehingga pada saat

pemeriksaan terdapat kerusakan nelayan dapat

mengantisipasi lebih awal dengan cara melakukan

perbaikan. Pemeriksaan kondisi kapal, mesin, alat

tangkap dan lampu ini dilakukan selama 30 menit.

Gambar 25. Pemeriksaan diatas Kapal (St Nurul

Nahdyah, 2013)

g. Penarikan Tali Jangkar

Sebelum kapal meninggalkan fishing base terlebih

dahulu nelayan akan menarik tali jangkar lalu mesin

34

kapal akan dinyalakan kemudian kapal mulai bergerak

meninggalkan fishing base. Penarikan tali jangkar

tersebut dilakukan oleh semua sawi dan dilakukan

selama 5 menit.

Gambar 26. Penarikan Tali Jangkar (St Nurul

Nahdyah, 2013)

2. Pengoperasian

Dalam pengoperasian bagan perahu terdapat

beberapa urutan kegiatan yang dilakukan oleh para

nelayan, diantaranya :

a. Penentuan Daerah Penangkapan

Dalam penentuan posisi daerah penangkapan

digunakan GPS sebagai alat untuk melihat posisi

letak fishing ground maupun posisi letak fishing base.

35

Adapun tampilan monitor GPS yang didapatkan pada

saat praktik, dapat dilihat pada gambar berikut

ini :

(a) (b)

Gambar 27. (a) Tampilan GPS Daerah Fishing Base (b) TampilanGPS Daerah Fishing Ground (St Nurul Nahdyah,2013)

Letak posisi daerah penangkapan bagan perahu

yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar

perairan Pajalele Kabupaten Pinrang. Posisi

letak fishing base berada pada posisi 3ᶹ 37,0196’ LS

dan 119ᶹ 27,8284’ BT sedangkan posisi fishing ground

36

berada pada posisi 3ᶹ 29,7394’ LS dan 119ᶹ

24,0150’ BT

Daerah penangkapan bagan perahu ini berada di

sekitar rumpon, nelayan tersebut menggunakan

rumpon sebagai salah satu alat bantu penangkapan

ikan. Rumpon tersebut ditandai dengan adanya

pelampung tanda yakni jeregen kosong yang

mengapung pada dasar perairan. Perjalanan dari

fishing base menuju fishing ground yaitu ke daerah

rumpon tersebut memerlukan waktu 1 jam 18 menit

(lampiran 2) dengan kecepatan rata-rata 18,6

km/jam.

b. Penurunan Jangkar

Pada saat nelayan tiba di daerah fishing

ground yakni di sekitar rumpon maka jangkar akan

diturunkan oleh juru jangkar. Penurunan jangkar

ini menggunakan roller kecil sebagai alat bantu

dalam penurunan jangkar dan setelah jangkar

diturunkan maka mesin kapal akan dimatikan.

37

Gambar 28. Penurunan Tali Jangkar (St Nurul Nahdyah,

2013)

c. Penyalaan Lampu

Proses penyalaan lampu dimulai dari rangka

bagan bagian luar ke rangka bagan bagian dalam,

proses penyalaan lampu tersebut dilakukan selama

10 menit. Lampu yang dinyalakan adalah lampu yang

berwarna putih jenis mercury yang terdapat pada

rangka kapal sedangkan lampu fokus atau lampu

jenis pijar akan dinyalakan beberapa jam setelah

lampu jenis mercury dinyalakan, yakni sekitar 20

menit sebelum dilakukannya pengangkatan jaring

38

Gambar 29. Penyalaan Lampu (St Nurul

Nahdyah, 2013)

Setelah lampu dinyalakan maka nelayan akan

melakukan proses penungguan (Soaking), selama

proses penungguan nelayan akan melakukan berbagai

aktifitas diantaranya memancing, makan malam dan

ada pula yang bermain domino. Ikan hasil

pancingan nelayan akan dijadikan lauk untuk makan

malam mereka.

39

Gambar 30. Salah satu Aktivitas ABK di atasKapal (St Nurul Nahdyah, 2013)

d. Penurunan Jaring

Penurunan Jaring dilakukan sekitar 3 – 4

jam setelah lampu dinyalakan, dimana awal

penurunannya nelayan akan terlebih dahulu

mengikat tali jaring di beberapa sisi rangka

bagan, setelah itu nelayan akana memutar roller

besar yang terdapat di sisi kiri kapal guna

menurunkan tali jaring selanjutnya nelayan akan

menurunkan jaring-jaring tersebut melalui celah

bagan sebagainya dapat di lihat pada gambar

berikut ini:

40

Gambar 31. Proses Penurunan Jaring

Dalam proses penurunan jaring seluruh

anggota nelayan baik nahkoda, juru mesin, juru

jangkar, juru masak maupun sawi semua akan turut

berpartisipasi, saling membantu dan bekerja sama

dalam hal penurunan tali jaring dengan cara

menggunakan roller.

Gambar 32. Penurunan Jaring dengan

Bantuan Roller

e. Penyalaan lampu fokus

41

Setelah jaring diturunkan sekitar 3 - 4

jam dan sekitar 15 menit sebelum dilakukan

penarikan jaring maka nelayan akan menyalakan

lampu fokus lalu dimana lampu fokus tersebut

diturunkan di sebelah kiri dan kanan kapal

guna mengkonsentrasikan ikan di daerah yang

lebih dekat ke kapal bagan tersebut.

f. Pemadaman Lampu

Berselang kurang lebih 20 menit setelah

lampu fokus diturunkan maka lampu - lampu yang

berada pada rangka bagan akan dipadamkan

secara bertahap mulai dari lampu terluar

sampai yang terdekat guna menghindari

kaburnya ikan karena terkejut dengan

pencahayaan yang secara tiba-tiba menghilang.

Pemadaman lampu dimulai dari lampu

bagian luar ke lampu bagian dalam guna

menggiring ikan masuk ke areal tangkap.

g. Pengangkatan Jaring

Tali pada Jaring akan ditarik dengan cara

memutar roller sehingga tali tersebut akan

terangkat ke permukaan. Pemutaran roller

42

dilakukan serentak oleh para nelayan dan

diusahakan dilakukan dengan cepat agar

gerombolan ikan yang ada di areal tangkap

tidak meloloskan diri. Waktu yang dibutuhkan

sampai tali bingkai jaring terangkat ke

permukaan tergantung kecepatan arus dan

kedalaman perairan. Waktu yang digunakan oleh

nelayan bagan perahu dalam pengangkatan jaring

yaitu selama 15 – 20 menit.

Gambar 33. Pengangkatan Jaring dengan

Menggunakan Roller

43

Setelah bingkai waring terangkat sampai

rangka bagan maka lampu yang berada pada

rangka bagan akan dinyalakan kembali dan

proses selanjutnya adalah menggiring ikan yang

berada pada sisi kiri kapal menuju ke sisi

kanan kapal karena proses pengangkatan hasil

tangkapan berada di sisi kanan kapal.

h. Pengangkatan Hasil Tangkapan

Pengangkatan jaring dilakukan pada bagian

sisi kanan kapal. Jaring yang berada pada

bagian sisi kiri kapal akan ditarik oleh

nelayan ke bagian kanan kapal selain itu ikan

yang sudah terkumpul pada jaring bagian sisi

kiri kapal juga akan digiring ke bagian sisi

kanan kapal, kemudian ikan hasil tangkapan

akan naikkan ke atas kapal dengan menggunakan

serok. Ikan tersebut akan diletakkan pada

jaring yang terdapat pada palka kapal guna

memisahkan ikan hasil tangkapan dengan air

laut.

44

Gambar 34. Proses Pengangkatan Jaring pada SisiKanan Kapal (St Nurul Nahdyah, 2013)

3. Penanganan Hasil Tangkapan

Penanganan ikan segar bertujuan mempertahankan

kesegaran ikan dalam waktu selama mungkin, atau

setidaknya kondisi ikan masih cukup segar pada saat

sampai ke tangan konsumen. Jadi setelah ikan

tertangkap dan diangkut ke atas kapal harus secepat

mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati.

(Moeljanto, 1994). Penanganan ikan diatas kapal adalah

tahap awal dari perlakuan terhadap produksi perikanan

yang sangat menentukan mutu dan minat konsumen (Rahmat

Hamci, 2010) oleh karena itu penanganan diatas kapal

sangatlah penting guna mempertahankan mutu ikan karena

45

hal tersebut sangat mempengaruhi penanganan di darat

dan pengolahan selanjutnya.

Pada kapal bagan perahu musdalifah terdapat

beberapa tahap dalam penanganan ikan diatas kapal,

diantaranya :

a. Penghancuran es

Pada proses penanganan ikan diatas kapal hal

pertama yang dilakukan adalah penghancuran es balok

yang akan digunakan dalam proses pendinginan ikan.

Ada 2 proses pendingan ikan yang dilakukan oleh

nelayan yaitu proses pendinginan dengan cara

bercampur (es + air + ikan) dan dengan cara bersusun

(es + ikan + es). Ikan yang didinginkan dengan cara

campuran adalah ikan teri sedangkan ikan yang

didinginkan dengan cara bersusun adalah ikan kembung,

tembang dan layang.

b. Penyortiran hasil tangkapan

Penyortiran hasil tangkapan yang dilakukan oleh

nelayan adalah menyortir ikan berdasarkan jenis ikan

hasil tangkapan, ikan-ikan yang sejenis akan

disatukan ke dalam satu wadah yang sama yaitu cool box.

Ikan - ikan teri akan disatukan dalam wadah yang

46

sama kemudian dilakukan proses pendinginan dengan

cara bercampur antara es dan air. Sama hal dengan

ikan teri, ikan kembung juga akan disatukan dalam

satu wadah yang sama dan proses pendinginannya adalah

dengan cara bersusun.

(a)

47

(b)

Gambar 35. (a) Penghancuran Es (b) Penyortiran Ikan Hasil

Tangkapan

selain Penanganan di atas kapal juga terdapat

penanganan selanjutnya yakni penanganan di darat, dimana

ikan yang dibeli oleh pengumpul akan dikeringkan terlebih

dahulu. Sama halnya dengan istri-istri nelayan yang menerima

ikan dari pada suami mereka yaitu hasil pembagian tiap -

tiap nelayan diatas kapal, mereka juga sering mengeringkan

ikan tersebut.

4.Hasil tangkapan

a. Jenis hasil tangkapan

Selama 11 trip bersama para nelayan terdapat 4

jenis hasil tangkapan yang tertangkap oleh waring

bagan perahu di desa tonyaman, diantaranya:

1) Ikan Teri (Stolephorus spp.)

2) Ikan Tembang (Sardinella sp.)

3) Ikan Kembung (Rastrelliger sp.)

4)Ikan Layang (Decapterus spp.) (Tabel 3)

b. Jumlah hasil tangkapan

48

Jumlah hasil tangkapan tiap jenis ikan perharinya

beragam tergantung dari arus, apabila arus kencang

maka jumlah hasil tangkapannya berkurang begitupun

sebaliknya. Selama 11 kali trip jumlah hasil

tangkapan berbeda-beda tiap jenisnya sebagaimana

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Jenis dan jumlah Hasil Tangkapan Selama 11

Kali Trip

No Tanggal Jenis dan Jumlah HasilTangkapan

Berat HasilTangakapan

(Kg)

1 2/7/2013

- 9 Cool box Ikan Teri(Stolephorus spp.)

- 1 Cool box Tembang

300

2 3/7/2013- 2 Cool box Ikan Teri

(Stolephorus spp.) 60 g

3 4/7/2013

- 4 Cool box IkanTembang (Sardinellasp.)

- 1 Cool box IkanKembung (Restrelligersp.)

150

4 5/7/2013- 6 Cool box Ikan

Tembang (Sardinellasp.)

180

5 17/7/2013 - 2 Cool box IkanKembung (Restrelligersp.)

- 5 Cool box Ikan

210

49

Tembang (Sardinella sp.)

6 18/7/2013

- 6 Cool box IkanKembung (Restrelligersp.)

- 1 Cool box Ikan Layang (Decapterus spp.)

210

7 19/7/2013- 1 Cool box Ikan

Kembung (Restrelligersp.)

30 Kg

8 27/7/2013

- 15 Cool box Ikan Tembang (Sardinella sp.)

- 1 Cool box IkanKembung (Restrelligersp.)

- 2 Cool box Ikan Layang (Decapterus spp.)

540 Kg

9 28/7/2013- 6 Cool box ikan Ikan

Tembang (Sardinella sp.)

180

10 29/7/2013- 1 Cool box Ikan

Kembung (Restrelligersp.)

30 Kg

11 30/7/2013 Tidak ada hasiltangkapan -

5. Pemasaran Hasil Tangkapan

Pemasaran hasil tangkapan dilakukan pada saat

kapal tiba diratan, para pembeli ikan (pedagang

pengumpul) menuju ke kapal bagan tersebut lalu mereka

50

akan melakukan transaksi jual beli ikan di atas kapal

bagan. Para pembeli ikan tersebut merupakan pedagang

pengumpul yang nantinya akan mereka jual ikan ke

pedagang pengecer lalu pedagang pengecer yang akan

menjual ke pasar dan selanjutnya akan diterima oleh

konsumen. Adapun rantai pemasaran hasil tangkapan

dapat dilihat pada skema berikut ini :

Gambar 36. Rantai Pemasaran Hasil Tangkapan Bagan

Perahu

Hasil tangkapan

Pedagang pengumpul

Pedagang pengecer

Ke Pasar

Konsumen

51

(a)

(b)

Gambar 37. (a) Proses Jual Beli diatas Kapal oleh NelayanPengumpul

(b) Ikan yang Telah Dibeli akan Diangkut denganPerahu Sampan (St Nurul Nahdyah, 2013)

52

6. Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil tangkapan dilakukan pada saat

setelah penyortiran dan pengemasan ikan ke dalam

sterofoam. Ikan-ikan hasil tangkapan akan dipisahkan

sebagian untuk dijual dan sebagian untuk dibagikan

kepada tiap-tiap ABK. Dan setiap akhir bulan, akan

dilakukan perhitungan ongkos dan jumlah pemasukan oleh

nahkoda kapal selaku bendahara dalam usaha bagan perahu

tersebut, setelah mengakumulasi jumlah pendapatan dan

jumlah pengeluaran maka nahkoda tersebut akan membagi

jumlah pendapatan separuh bagian untuk para nelayan dan

separuh bagian untuk pemilik kapal (papalele) dan hasil

dari pendapatan nelayan tersebut tersebut akan dibagi

12 bagian dan nahkoda kapal akan mendapatkan 2 bagian

sedangkan 10 ABK lainnya kan mendapat masing-masing 1

bagian.

53

Gambar 38. Pembagian hasil tangkapan kepada

nelayan

IV. PENUTUP

A. RANGKUMAN

Satu unit Bagan Perahu terdiri dari beberapa

bagian yang memiliki desain khusus seperti kapal

bagan, jenis lampu yang terdiri dari 2 jenis yakni

jenis pijar dan jenis mercury juga menggunkan mesin 6

silinder yang berasal mesin mobil truk hino.

Pengoperasian bagan perahu dimulai dari persiapan

yakni pengisian bahan bakar, pengisian es ke dalam

palka, pengisian air tawar, persiapan ransum,

pengangkutan nelayan, pemeriksaan kondisi kapal,

mesin, alat tangkap dan lampu dan penarikan tali

jangkar. Setelah persiapan dilanjutkan dengan

pengoperasian alat tangkap, penanganan hasil

tangkapan, adapun hasil tangkapannya terdiri dari Ikan

Teri (Stolephorus spp.), Ikan Tembang (Sardinella sp.), Ikan

Kembung (Rastrelliger sp.) dan Ikan Layang (Decapterus spp.),

selanjutnya pemasaran hasil tangkapan dan sistem bagi

hasil.

B. SARAN

55

Untuk peningkatan hasil tangkapan, sebaiknya

nelayan menggunakan peralatan yang lebih modern dalam

menentukan daerah penangkapan (fishing ground) agar hasil

tangkapan dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri.Bogor. 81 hal.

Hamci, Rahmat. 2010. Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Bagan Perahudi Perairan Desa Takkalasi Kecamatan Balusu Kabupeten BarruSulawesi Selatan. Laporan Praktik Kerja Lapang. JurusanPerikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan PerikananUniversitas Hasanuddin. Makassar.

Moeljanto, 1994. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. KaryaIlmiah Fakultas Perikanan Bogor.

Subani W dan HR. Barus. 1989. Alat Penangkap Ikan Dan Udang Laut DiIndonesia (Fishing Gears for marine Fish and Shrimp in Indonesia).No.50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. JurnalPenelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian PerikananLaut. Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian. Jakarta. 248 hal.

Tahir, 2013. Analisis Pendapatan, Pola Hubungan Kerja dan Sistem BagiHasil nelayan Telur Ikan Terbang (Pa’torani) di Desa PambusuangKecamatan Balanipa Kabupaten Polman. Skripsi. JurusanPerikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan PerikananUniversitas Hasanuddin. Makassar

Takril, 2008. Kajian Pengembangan Perikanan Bagan Perahu di Polewali,kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tesis. SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

57

58

Lampiran 1. Jurnal Daftar Kegiatan

No Hari/ Tanggal Jam Kegiatan

1 Sabtu , 22 Juni2013

2 Senin , 1 Juli2013

3 Selasa , 2 Juli2013

15.30 – 06.55 Melaut bersamaNelayan

4 Rabu, 3 Juli 2013 16.00 – 07.03 Melaut bersamaNelayan

5 Kamis, 4 Juli2013

15.30 – 06.43 Melaut bersamaNelayan

6 Jumat , 5 Juli2013

16.00 – 06.59 Melaut bersamaNelayan

7 Sabtu, 6 Juli 2013

8 Selasa, 9 Juli2013

9 Rabu, 17 Juli2013

16.20 – 07.05 Melaut bersamaNelayan

10 Kamis, 18 Juli2013

16.10 – 06.50 Melaut bersamaNelayan

11 Jumat, 19 Juli2013

16.25 – 07.12 Melaut bersamaNelayan

12 Sabtu, 20 Juli2013

13 Minggu, 21 Juli2013

14 Sabtu, 27 Juli2013

16.05 – 07.15 Melaut BersamaNelayan

15 Minggu, 28 Juli 16.00 – 07.34 Melaut Bersama

59

2013 Nelayan

16 Senin, 29 Juli2013

16.25 – 07.12 Melaut BersamaNelayan

17 Selasa, 30 Juli2013

16.20 – 07.20 Melaut BersamaNelayan

Mengetahui, Dosen Pembimbing Lapangan

BudiMustari, A.Pi, MMA

NIP.19611203 198603 1 020

Lampiran 2. Jenis aktivitas yang dilakukan selama Proses Pengoperasian

No. Jenis Aktivitas

Waktu yg

dibutuhka

n

Jadwal

Kegiatan

Tenag

a

kerja

yang

terli

bat

(oran

g)

Mula

i

Seles

ai

1 Persiapan di DaratPengisian Bahan Bakar 5

menit

15.0

0

15.05 3

Pengisian es ke dalam

palka

5menit

15.0

5

15.10 3

Persiapan ransum 5menit

15.1 15.15 3

60

0Pengisian air tawar 5

menit15.1

5

15.20 1

Pemeriksaan kondisi

kapal

5

menit

15.2

0

15.25 1

Pemeriksaan kondisi

mesin

5

menit

15.2

5

15.30 1

Pemeriksaan lampu 5menit

15.3

0

15.35 1

Pemeriksaan kabel

listrik

3menit

15.3

5

15.38 1

Pemeriksaan jaring 5menit

15.3

8

15.43 1

Penyusunan alat tangkap 5

menit

15.4

3

15.48 3

Penyalaan Mesin Kapal 7

menit

15.4

8

15.55 1

Penarikan Tali Jangkar 5

menit

15.5

5

16.00 3

2 Perjalanan menuju FG 1 jam

18 menit

16.2

0

17.38 11

3 Penurunan Jangkar di FG 5

menit

17.5

0

18.00 3

4 Penyalaan Lampu Kapal 10 menit 18.1

3

18.23 2

5 Makan Malam 1 jam 20.0

0

21.00 3

6 Penurunan Jaring 30 menit 22.1

7

22.47 6

7 Proses Penungguan 6 jam 22.1 04.50

61

(Soaking) 33 menit 78 Penurunan Lampu Fokus 5 menit 04.1

0

04.15 1

9 Pemadaman lampu selainlampu fokus

10 menit 04.3

5

04.45 2

10 Pengangkatan Jaringdengan menggunakan roller

5

menit

04.5

0

04.55 11

11 Pengangkatan Lampu Fokus 2

menit

04.5

8

05.00 1

12 Pengangkatan jaring oleh

ABK

15 menit 05.0

0

05.15 11

13 Proses penangan ikan di

atas kapal

20 menit 05.1

5

05.35 6

14 Penarikan jangkar 5 menit 05.3

5

05.40 3

15 Penyalaan mesin kapal 5 menit 05.4

0

05.45 1

16 Perjalanan pulang 1 jam

45 menit

05.4

5

07.30

17 Kapal merapat ke dermaga 10 menit 07.3

0

07.40 1

18 Proses Jual Beli diatas

Kapal

15 menit 07.4

0

07.55 3

19 Proses pembersihan

geladak dan palka kapal

45 menit 07.5

5

08.4

0

4

62

Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan Praktik Kerja Lapang

63

persiapan sebelum melakukan berangkat menuju fishing ground

Proses Penurunan Jaring

64

Proses Penanganan di Atas Kapal

65

Foto para Nelayan Bagan Perahu

“Musdalifah”

Lampiran 4. Foto jenis hasil tangkapan

Ikan Tembang (Sardinella sp.) Ikan Kembung

(Rastrelliger sp.)

66

Ikan Teri (Stolephorus sp.) Ikan Layang (Decapterus spp.)