Post on 19-Feb-2023
KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU
I. Divisi Psilotophyta
A. Nama spesies : Psilotum nudum atau Paku Purba
B. Deskripsi : Di Jawa, tumbuh dua psilotum yang dikenal
dengan nama simbar ganyoh ( Psilotum camplanatum ) dan kumpai
sapu ( Psilotum nudum ). Perbedaan keduanya terlihat dari segi
kegepengan batang dan cara menempelnya pada pohon. Jenis kumpai
sapu lebih mudah di jumpai di alam daripada simbar ganyoh.
Kumpai sapu tumbuh baik di daerah dataran rendah maupun dataran
tinggi (pegunungan). Dari contoh herbariumnya dapat disimpulkan
bahwa ketinggian tempat untuk tumbuh paku tersebut berkisar
antara 0-1830 m di atas permukaan laut. Jenis paku ini selain
tumbuh menempel pada batang atau sela-sela dahan, tumbuh pula
di atas tanah yang berhumus, di batuan kapur atau tanah berbatu
di sekitar pantai. Di Pulau Aru jenis ini dijumpai menempel
pada pohon bakau dan di P. Handeuleun serta P. Panaitan tumbuh
di daerah pantai pada batuan karang yang sudah tua. Tumbuhnya
tidak hanya di hutan-hutan primer dan sekunder saja, tetapi
jenis paku ini banyak tumbuh di sekitar perkampungan, ladang
dan kebun. Apabila diperhatikan, tumbuhnya sering berasosiasi
dengan jenis tumbuhan lain yang memang tumbuh epifit seperti
paku-pakuan lain. Ciri-ciri yang nampak adalah paku ini
bercabang banyak dan bila diperhatikan, percabangannya selalu
menggarpu, tinggi yang dapat dicapai sekitar 0,6 m, batang
tersebut berbentuk bulat sampai segitiga, warnanya hijau sampai
hijau muda. Bila sudah dewasa, batang yang bercabang banyak
tumbuh berjumbai. Akar rimpangnya pendek dan menjalar. Kantong
sporanya berupa benjolan-benjolan yang bundar, bersegitiga,
dan berwarna kuning cerah serta tumbuh tidak bertangkai,
bergaris tengah 2-3 mm. Daunnya berukuran kecil sekali yang
tersusun 2-3 baris.
C. Manfaat : Sebagai tanaman hias
D. Literatur :
http://www.freewebs.com/arl_ipb_2006/deskripsi/pakuan.pdf
II. Divisi Lycopodophyta
Nama Spesies :
a. Licopodium serratum
Deskripsi : Tumbuhan ini banyak di temukan di daerah hutan
tropis dan sub tropis. Lycopodium serratum ini tumbuh menempel
di pohon (epifit), namun ada pula yang hidup bebas di tanah,
pada bebatuan, dan tebing sungai. Batang naik atau agak
menjalar di dasar, dengan tegak bercabang cabang dicotomously
beberapa kali bagian atas beberapa kali bantalan gemmae dekat
apex.leaves eliptic untuk sempit, acuminate di puncak,
petiolate, irregullarly bergerigi di urat margin yang berbeda,
dibesarkan di atas; chartaceous twexture tipis, dalam hijau.
sporophylls lanset, kecil, 3-5 mm panjang, konstan pada bagian
atas tanaman, tetapi tidak membentuk kerucut yang berbeda.
b. Licopodium squarrosum
Deskripsi : Jenis ini termasuk dalam suku Lycopodiaceae.
Mempunyai sinonim Huperzia squarrosa (G. Forster) Trevisan dan
Phlegmaria squarrosus (G. Forster) Löve &Löve. Biasa disebut
dengan rock tassel fern, water tassel fern atau ikur-ikur
biang. Tumbuhan ini merupakan jenis epifit, berukuran sedang,
berumpun, menjuntai atau tegak.Batang panjang mencapai 1,5 m,
lebar 1,5-2,5 cm, selalu hijau, beberapa kali bercabang dan
percabangannya khasyaitu setiap cabang bercabang dua lagi. Daun
steril bundar telur menyempit sampai memanjang menggaris,
panjang 1,5-2 cm, mirip kawat tetapi tidak kaku, tersusun
rapat, tersebar kecuali di bagian ujung batang. Daun fertil
mirip dengan daun steril. Strobili terdapat di ujung cabang,
tidak bercabang, panjang mencapai 20 cm. Strobili ini mudah
dibedakan dengan batang yang berdaun karena ukurannya lebih
kecil. L. squarrosum biasanya tumbuh epifit di pohon-pohon
besar dan menempel pada humus yang tebal. Jenis ini umumnya
terdapat di tempat yang agak ternaung sampai terbuka, pada
ketinggian 1.440 m dpl. Jenis ini tersebar di Afrika, Asia, New
Guinea, Australia, dan Polinesia. Perawakannya yang menawan
menjadikan jenis ini berpotensi sebagai tanaman hias.
Masyarakat Karo di Sumatera Utara memanfaatkannya untuk angin-
angin (mengusir setan atau membebaskan diri dari pengaruh
santet).
c. Licopedium cernuum L.
Deskripsi : Tumbuhan paku ini hidup di tanah. Jenis ini di
kenal dengan nama paku kawat karena batangnya yang kecil
menjalar, kaku seperti kawat. Batang tersebut bercabang-cabang
tak beraturan. Daunnya kecil dan tumbuh rapat menutupi batang.
Banyak dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga.Tidak halnya paku-
pakuan pada umumnya, paku kawat mempunyai daun yang subur yng
tersusun dalam bentuk bulir yang disebut strobilii. Daun
strobilii tumbuh pada akhir percabangan. Strobil ini letaknya
tegak dan bentuknya seperti bumbung. Akhir-akhir ini paku kawat
telah mulai di budidayakan karena kegunaanya sebagai tanaman
hias. Disamping itu dapat pula dipakai sebagai obat batuk dan
obat sesak nafas dengan cara meminum air rebusannya. Selain
itu, abu paku kawat untuk menyembuhkan kulit yang terserang
bisul, dengan cara mencampurnya dengan cuka.dapat pula
dimanfaatkan sebagai pengisi bantal atau pengganti bantal. Paku
kawat ini mudah dijumpai karena tumbuhan ini banyak terdapat di
daerah tertutup atau terbuka. Bahkan, tumbuhan ini masih bisa
tumbuh di daerah kering dan di tanah yang kurang subur.
d. Lycopodium nummularifium L
Deskripsi : Lycopodium nummularifium jenis tumbuhan paku
perrenial dan hidup sebagai epifit di bawah dan melekat pada
batang pohon-pohon pada habitat aslinya, yaitu hutan tropis.
Dibandingkan dengan kerabat Lycopodium lain yang tumbuh
merumpun (menggerombol), spesies ini cenderung bertipikal
tumbuh menjalar, memanjang atau menggantung. Batang berbentuk
bulat, kecil, keras dan memanjang seperti kawat (wiry stem).
Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada ujung
batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi
cabang-cabang baru. Cabang-cabang kemudian dapat tumbuh hingga
mencapai tanah dan menjalar membentuk system perakaran baru
(rhizoma). Rhizoma berakar adventif merupakan bentuk modifikasi
batang yang berfungsi selain sebagai alat trasport air dan
nutrient untuk proses photosynthesis, juga sebagai alat perekat
tanaman pada tempat tumbuhnya. Tergantung pada tempat
tumbuhnya, rizhoma berakar adventif dapat menjalar di atas
maupun di bawah media tempat tumbuhnya hingga mencapai
kedalaman 5 – 15 cm. Rizhoma-rhizoma ini pun berpotensi untuk
membentuk tunas baru yang kemudian dapat tumbuh menjadi tanaman
baru (vegetative reproduction). Daun kecil (microphyll)
berwarna hijau, berbentuk bulat hingga oval lonjong/lanceolate
(scale-like leaves), pipih dengan satu tulang daun yang berada
di tengah helaian. Daun melekat pada segmen-segmen batang yang
mirip buku dengan susunan duduk daun berpasangan dengan sedikit
alternasi (opposite, slightly alternate). Sudut duduk daun
berjarak seragam pada batang. Susunan daun-daun pada batang
tanaman overlap linier dengan daun yang lain pada buku yang
berikutnya, sehingga membentuk suatu rangkaian radial mirip
mata rantai dengan bidang datar yang rata. Tanaman ini
diperkirakan berasal dari Asia Tenggara beriklim tropis, dengan
pusat endemik di sekitar semenanjung Melayu, di Malaysia bagian
timur, Indonesia di sekitar Kalimantan hingga Filipina bagian
selatan, Irian dan Papua nugini. Beberapa penelitian eskplorasi
akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa Lycopodium
nummularifolium juga diketemukan tumbuh secara alami di hutan-
hutan sebelah timur Papua nugini hingga bagian utara Australia.
Penyebaran secara alami diperkirakan dengan menggunakan spora
yang ringan dan dapat terbang terbawa oleh angin serta dapat
bertahan lama hingga mencapai tempat tumbuh yang kondusif untuk
berkecambah.Kerabat-kerabatnya dalam satu genus, mempunyai area
dispersal yang luas hingga ke daratan Amerika yang beriklim
tropis. Dahulu spora Lycopodium yang dikeringkan sering
digunakan pada acara teaterikal. Spora kering ini digunakan
untuk memberikan efek seperti kobaran api. Spora dapat terbakar
dengan cepat dan terang, tetapi dengan panas yang rendah dan
aman. Selain spora, bentuk segar tanaman baik berupa untaian
batang potong atau tanaman dalam pot digunakan sebagai tanaman
hias, sebagai filler atau suplemen dalam rangkaian bunga atau
tanaman hidup dalam pot maupun pada taman. Beberapa spesies
Lycopodium juga digunakan salah satu bahan pembuat pembungkus
pil/kapsul obat-obatan hingga saat ini. Untuk bahan obat-obatan
spesies ini dijual dalam bentuk tepung. Spesies-spesies
tertentu oleh suku Aborigin juga digunakan sebagai bahan obat-
obatan untuk penyakit (homeophatic). Pada pengobatan modern
spesies Lycopodium masih digunakan digunakan untuk homeophatic.
Homeophatic merupakan suatu sistem pengobatan yang aman dan
efektif serta tanapa efek samaping. Cara ini membantu mendorong
tubuh untuk melakukan penyembuhan baik secara fisik, mental
maupun emosional Kandungan bahan/sifat fisik/kimia bagian
tanaman Nuansa terang karena daya terbakar spora yang cepat
dengan suhu rendah pada efek teateritikal. Untuk reproduksi
seksual, tanaman ini membentuk organ yang disebut strobilus
yang biasanya tumbuh pada dasar duduk daun (microphyll axils).
Sporangium sebagai sebagai tempat sel induk spora terdapat pada
strobilus, berbentuk seperti ginjal. Pada fase gametofit, spora
akan membentuk organ-organ gametangia, seperti arkegonium dan
anteridium sebagai penghasil gamet-gamet jantan dan betina.
e. Licopodium phlegmaria L
Deskripsi : Jenis paku ini sangat tahan kekeringan. Dari
namanya dapat diketahui bahwa masih termasuk satu marga dengan
kumpai. Seperti jenis-jenis marga Lycopodium pada umumnya,
kumpai pure tumbuh menumpang. Batangnya tumbuh bergantung dan
percabangannya khas yaitu setiap cabang bercabang lagi menjadi
dua. kadang- kadang tumbuhan ini dapat mencapai panjang 0.9 m.
Jenis ini mudah di bedaka dari jenis lainnya dalam marga
lycopedium Karen adaunnya kasar, berbentuk bulat dengan
ujungnya yang runcing. Berbeda dengan kumpai, strobilii kumpai
pure membentuk percabangan yang khas seperti batangnya. Panjang
strobilii tersebut mencapai 20 cm. dapat dibedakan dengan
batang yang berdaun dan ukurannya yang lebih kecil sporofilnya
pendek dan bentuknya menyirip. Pada tumbuhan ini mengandung
saponin yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan mecuci rambut
serta dapat digunakan untuk hiasan kebun.
f. Lycopodium carinatum
Deskripsi : Batang pendoulus panjangnya dapat mencapai lebih
dari 50 cm. kadang- kadang memiliki diameter 2-3 mm. Daunnya
pendek berbentuk lancet Subulate di pucuk, penyempitan ke arah
dasar, sesil sampai 1,3 panjang, lebar 1,3 mm, seluruh; vena
tidak jelas, tekstur chartaceous. Sporophylls sedikit berbeda
dari tropophills, oblong subdeltoid, sampai 5 mm, 1,5 luas,
ditempatkan hanya pada bagian apikal atau kadang ke bawah ke
bagian tengah, tidak membentuk kerucut yang berbeda. Ephypitic
pada batang pohon berlumut di hutan evergen padat sampai dengan
900 m.
g. Licopodium hamiltonii
Deskripsi : Batang biasanya gantung, 20-50 cm, bercabang
dikotomis beberapa kali, 1-1,5 mm beberapa kali, 1-1,5 mm
diameter pangkalan dekat. Batang biasanya gantung, 20-50 cm,
bercabang dikotomis beberapa kali, 1-1,5 mm diameter dasar
dekat. naik daun, jarang subpatent, lanset, melainkan variabel
dalam bentuk dan ukuran, akut untuk berkumpul di pucuk,
penyempitan terhadap sessile atau setiap dasar segera stalkeed,
mereka pada bagian tengah atau lebih rendah yang terbesar, 1-
1,5 cm panjang, 2-5 mm luas, seluruh; vena lebih atau kurang
jelas di bawah; tekstur lembut chartaccous untuk lebih tebal,
hijau ke hijau kekuningan. biasanya lebih kecil daripada
tropophylls sporophills, untuk 7 mm, 1.5mm luas, yang konstan
yang berkumpul di bagian apikal, tidak membentuk kerucut yang
berbeda, fertille batang biasanya sekitar 1 / 3 di ketebalan
yang sterille yang lain.
h. Licopodium piscium
Deskripsi : Mirip dengan L. hamiltonii tetapi dapat dibedakan
dari: daun sangat sempit, linier, paling 1,5 mm luas, margin
seringkali rumit; ramping porsi subur, sekitar 1 mm,
sporophylls jauh lebih kecil daripada tropophills.
i. Licopodium clavatum
Deskripsi : Batang utama menjalar, bawah tanah, bercabang
tidak teratur, bantalan daun sempit jarang berdiameter 3-4 mm;
udara naik ke batang tegak, percabangan dikotomus beberapa
kali, bantalan denses daun 0,5 -1 cm diameter termasuk daun.
Daun sebenarnya, melengkung di bagian atas, linier-lanceoplate,
berkumpul di pucuk berakhir di setae membranosus panjang
canucosus, 4-6 mm panjang, 0.5-1 mm luas, seluruh, sessile;
urat nyaris tidak terlihat; tekstur seperti kulit, hijau atau
hijau kekuningan. kerucut tegak tangkai 7-15 cm, dengan daun
linier jarang tampak lurus, menghasilkan beberapa kerucut di
setiap pucuk dengan tangkai pendek; kerucut silinder, tegak, 3-
8 cm panjang, 4-5 mm; sporophylls lonjong bulat telur,
berkumpul di pucuk dengan membran setaceous, tepi transparan,
membran, dentate, sekitar 2,5 mm, 1,5 mm luas.
Manfaat : secara umum lycopodium banyak dimanfaatkan sebagai
hiasan dikebun dan karangan bunga. Dahulu spora Lycopodium yang
dikeringkan sering digunakan pada acara teaterikal. Spora
kering ini digunakan untuk memberikan efek seperti kobaran api.
Spora dapat terbakar dengan cepat dan terang, tetapi dengan
panas yang rendah dan aman. Selain spora, bentuk segar tanaman
baik berupa untaian batang potong atau tanaman dalam pot
digunakan sebagai tanaman hias, sebagai filler atau suplemen
dalam rangkaian bunga atau tanaman hidup dalam pot maupun pada
taman. Beberapa spesies Lycopodium juga digunakan salah satu
bahan pembuat pembungkus pil/kapsul obat-obatan hingga saat
ini. Untuk bahan obat-obatan spesies ini dijual dalam bentuk
tepung. Spesies-spesies tertentu oleh suku Aborigin juga
digunakan sebagai bahan obat-obatan untuk penyakit
(homeophatic). Pada pengobatan modern spesies Lycopodium masih
digunakan digunakan untuk homeophatic. Homeophatic merupakan
suatu sistem pengobatan yang aman dan efektif serta tanapa efek
samaping. Cara ini membantu mendorong tubuh untuk melakukan
penyembuhan baik secara fisik, mental maupun emosional
Kandungan bahan/sifat fisik/kimia bagian tanaman Nuansa terang
karena daya terbakar spora yang cepat dengan suhu rendah pada
efek teateritikal. L. Cernuum, yang di Jawa Barat banyak
digunakan dalam pembuatan karangan bunga L. Clavatum, yang
sporanya dikumpulkansebagai serbuk likopodium (pulvis
licopodii) yang dipergunakan sebagai pembalut pil agar tidak
lengket satu sama lain. Juga dipergunakan dalam percobaan Kundt
untuk mengukur panjang gelombang suara.
Literatur :
http://hiddennumb.wordpress.com/2011/04/30/lycopodium/
j. Selaginella plana
Deskripsi : di tempat yang teduh biasanya daunnya menjadi
kebiruan sehingga menambah indahnya tumbuhan ini. Perawakan
maupun bentuknya serupa rane halus (Selaginella willdenowii).
Hanya saja ukuran daun lebih lebar. Daunnya kecil-kecil dan
tersusun melingkari batangnya. Berbeda dengan rane halus
(Selaginella willdenowii) daun-daun suburnya lebih lancip.
Susunannya pun lebih rapat. Batangnya terletak di permukaan
tanah dan kadang-kadang berakar membentuk tanaman baru. Di
daerah yang cocok tumbuhan ini mencapai panjang 1 m. Di antara
tumbuhan rasam yang tidak lebat di lereng-lereng bukit di Jawa
Barat, sering dijumpai jenis paku lain yang disebut rane biru.
Tumbuhan ini hanya terdapat di daerah yang lembap dan teduh.
Selain sebagai tanaman hias, rane biru ini telah lama dikenal
sebagai obat penasak darah dan obat ulu hati.
Manfaat : Menurut Setyawan AD. (2011) dalam jurnalnya
menyatakan bahwa manfaat dari Genus Selaginella
(Selaginellaceae) adalah :
1. Selaginella adalah bahan baku obat yang potensial, yang
mengandung beragam metabolit sekunder seperti alkaloid, fenolik
(flavonoid), dan terpenoid.
2. Spesies ini secara tradisional digunakan untuk
menyembuhkan beberapa penyakit terutama untuk luka, nifas, dan
gangguan haid. Biflavonoid, suatu bentuk dimer dari flavonoid,
adalah salah satu produk alam yang paling berharga dari
Selaginella, yang meliputi sekurang-kurangnya 13 senyawa, yaitu
amentoflavone, 2′,8”-biapigenin, delicaflavone, ginkgetin,
heveaflavone, hinokiflavone, isocryptomerin, kayaflavone,
ochnaflavone, podocarpusflavone A, robustaflavone, sumaflavone,
dan taiwaniaflavone.
3. Secara ekologis, tumbuhan menggunakan biflavonoid untuk
merespon kondisi lingkungan seperti pertahanan terhadap hama,
penyakit, herbivora, dan kompetisi, sedangkan manusia
menggunakan biflavonoid secara medis terutama untuk
antioksidan, anti-inflamasi, dan anti karsinogenik.
4. Selaginella juga mengandung trehalosa suatu disakarida
yang telah lama dikenal untuk melindungi dari pengeringan dan
memungkinkan bertahan terhadap tekanan lingkungan hidup yang
keras. Senyawa ini sangat berpotensi sebagai stabilizer molekul
dalam industri berbasis sumberdaya hayati.
Literatur : http://ayrinz-keea-selaginella.blogspot.com/
III. Divisi Equisetophyta
Nama spesies :
1. Tumbuhan bambu air (Equisetum hyemale)
Deskripsi : termasuk anggota genus Equisetum, familia
Equisetaceae dari ordo Equisetales yang merupakan satu-satunya
anggota kelas Equisetinae atau Equisetopsida dari subfilum
Sphenopsida yang masih dapat ditemukan dalam keadaan hidup saat
ini. Ordo lainnya seperti Sphenophyllales dan Calamitales telah
punah sehingga hanya dapat dilihat dari fosil yang terbentuk.
Genus Equisetum memiliki anggota kurang lebih 25 spesies. Kata
Equisetum berasal dari kata equus yang berarti kuda dan saeta
yang berarti rambut tebal dalam bahasa Latin. Sehingga tumbuhan
yang termasuk genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies
dari genus ini umumnya tumbuh di lingkungan yang basah seperti
kolam dangkal, daerah pinggiran sungai, atau daerah rawa.
Tumbuhan ini rata-rata berukuran kecil dengan tinggi sekitar 25
– 100 cm dan diameter batang tidak pernah lebih dari 3 cm,
meskipun beberapa anggotanya yang hidup di Amerika yang
beriklim tropis ada yang bisa tumbuh mencapai 6 hingga 8 m
(contohnya adalah Equisetum giganteum dan Equisetum
myriochaetum). Anggota dari genus ini dapat dijumpai di seluruh
dunia kecuali Antartika.
Manfaat : Karena kandungan silikatnya yang cukup tinggi
pada bagian batangnya, tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan penyikat. Akhir-akhir ini, Equisetum hyemale sangat
populer digunakan sebagai tanaman hias dan beberapa spesies
dari Equisetum juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Literatur :
http://aprilisa.wordpress.com/bio-inside-2/bio-inside/
2. Equisetum pratense
Deskripsi : disebut juga ekor kuda padang rumput, ekor
kuda rindang atau ekor kuda gelap, merupakan spesies tumbuhan
milik divisi paku ekor kuda (Equisetophyta). Spesies ini dapat
ditmukan di hutan yang memiliki tumbuhan tinggi atau dedaunan
yang amat tebal yang dapat memberi keteduhan. Tumbuhan ini
cenderung tumbuh lebih dekat dan lebat di sekitar sungai atau
kolam. Sinonim : Equisetum umbrosum, Equisetum ehrhartii,
Equisetum drummondii Hook, Equisetum amphibolium, Allostelites
pretense.
Manfaat : sebagai tanaman hias
Literatur :
http://id.wikipedia.org/wiki/Equisetum_pratense
IV. Divisi Pteridophyta
Nama spesies :
a) Resam atau rasam (Dicranopteris linearis syn. Gleichenia linearis)
Deskripsi : merupakan jenis paku yang besar yang biasa tumbuh
pada tebing-tebing di tepi jalan di pegunungan. Tumbuhan ini
mudah dikenal karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar
dua dan tangkainya bercabang mendua (dikotom). Resam dikenal
sebagai tumbuhan invasif di beberapa tempat karena mendominasi
permukaan tanah menyebabkan tumbuhan lain terhambat
pertumbuhannya. Tumbuhan ini dapat ditemukan di hampir semua
daerah tropik dan subtropis di Asia dan Pasifik. Habitatnya
adalah tebing teduh dan lembap mulai pada ketinggian 200m
hingga 1500m di atas permukaan laut. Dulu tangkai daunnya
dipakai sebagai pena. Dalam bahasa Melayu, kata "resam" juga
berarti "kebiasaan" atau "adat", seperti dalam perumpamaan
Resam air ke air, resam minyak ke minyak, yang berarti biasanya
orang lebih suka bergaul kepada bangsanya sendiri daripada
dengan bangsa lain atau bila terjadi perselisihan maka biasanya
orang akan berpihak pada bangsanya, sukunya atau kawannya.
Manfaat : tangkai daunnya dipakai sebagai pena
Literatur : http://id.wikipedia.org/wiki/Resam
b) Semanggi atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata Presl.
Deskripsi : adalah tanaman yang termasuk kedalam famili
Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku flora (Steenis,dkk. 2005)
( terjemahan)) adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau
dalam berkas, menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan
tegak, panjang 2-30 cm, anak daun menyilang, berhadapan,
berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul, dengan
panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk
kipas, pada air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di
temukan di sawah, selokan dan genangan air dangkal.
Manfaat : Tanaman semanggi ini terkadang di konsumsi oleh
sebagian orang sebagai lalapan. Bagi mahasiswa pengikut mata
kuliah Botani Tumbuhan Rendah sering kali di gunakan sebagai
salah satu sampel praktikum untuk topik Tumbuhan Paku.
Literatur : http://bionetter.blogspot.com/2010/06/marsilea-
crenata.html