Post on 24-Jan-2023
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Vesikolithiasis adalah batu dalam kandung kemih dapat terbentuk ditempat
atau berasal dari ginjal masuk ke dalam kandung kemih. Karena kandung kemih
berkontraksi untuk mengeluarkan air kencing maka batu tertekan pada trigonum
yang peka itu, maka menyebabkan sangat sakit. Bisanya terdapat sedikit hematuri
dan infeksi sering menyertai keadaan ini (Pearce, 1999).
Vesikolithiasis adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+
dan fosfat Ca2+. Namun asam urat dan kristal lain pembentuk batu. Meskipun
batu ini dapat berbentuk dimana saja dari saluran perkemihan. Batu ini sering
ditemukan pada pelvis dan koliks ginjal. Batu ini tetap disimpatik sampai keluar
ke dalam uroter maupun kandung kemih sehingga aliran urine terhambat bila
potensia untuk kerusakan ginjal adalah akut. (Doengoes ME, 2000).
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa vesikolithiasis
adalah batu yang terdapat pada kandung kemih yang terdiri atas subtans yang
membentuk kristal seperti kalsium, fosfat kalsium, asam urat dan magnesium.
Batu dapat menyebabkan obstruksi, infkesi atau edema saluran perkemihan
sehingga aliran urine terhambat bila potensial untuk kerusakan ginjal adalah akut.
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Vesika urinaria merupakan kantong muscular yang berfungsi untuk
menampung sementara urine, terletak didalam cavum pelvis, tepat dorsal
6
os pubis. Vesika urinaria dengan os pubis dipisahkan adanya spatium
rotropubic cavum retzii. Di dorsal vesika urinaria, pada laki-laki terdapat
rectum dan pada wanita ada uterus, portio supravaginalis dan vagina.
Bentuk dan ukuran vesika urinaria dipengaruhi oleh derajat pengisian dan
organ di sekitarnya. Vesika urianaria inferior pad wanita berhadapan
dengan diafragma pelvis dan pada laki-laki berhadapan dengan prostate.
Pada permukaan dalam vesika urinaria terdapat dua osteum uorteris
dan satu ostium urethrae. Di antara ke tiga trigonum visicae licin, rata dan
melekat erat dengan banguan yang ada di superficialnya. Di lantai
trigonum visicae terdapat musculus trigonalis, muculus ini merupakan
lanjutan tunika muscularis ureter. Musculus trigonalis ke anterior,
mengadakan kondensasi membentuk uvula visicae pada tepi otium medius
prostate, atau oleh kedua bangunan tersebut secara bersamaan. Di antara
kedua ostium ureteris terdapat plica interuretica yang ditimbulkan oleh
lanjutan stratum longitudinale tunika muscularis ureter.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius :
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus yaitu bagian yang menghadap ke belakang dan bawah. Bagian
ini terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang ke arah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
7
Mukosa kandung kemih terdiri atas lapisan epitel transitional yang
tebal (5-8 lapis sel) dengan sel-sel basal yang berbentuk torak. Permukaan
mukosa lumen kandung kemih ini mensekresi suatu lapisan
clicosaminoglycans, yang merupakan suatu protein yang melindungi
kandung kemih dari infiltrasi bakteri atau zat-zat yang bersifat
karsinogenik. (Tucker, 1993).
Di bawah lapisan mukosa terdapat lapisan tunika propia yang
longgar, di sini sering dijumpai serbukan tunika muskularis yang terdiri
atas otot-otot polos yang tersebar merata dimana pada muara ureter dan
uretra otot ini lebih padat dan membentuk spingter. Lapisan paling luar
adalah lapisan sorosa, yang berupa selaput tipis dan hanya terdapat pada
bagian kandung kemih yang berhubungan dengan peritoneum. Peritoneum
dapat digerakan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih berisi penuh. (Syaifuddin, 1997)
Gambar
8
2. Fisiologi
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis sepertti balon
karet, terletak di belakang simpisis pubis di dalam rongga pangul.
Memiliki 2 fungsi yaitu sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum
meninggalkan tubuh dan dibantu oleh urethra kandung kemih berfungsi
mendorong kemih keluar tubuh.
Proses miksi (rangsangan berkemih) yaitu distensi kandung kemih,
oleh air kemih akan merangsang stress dengan jumlah ± 250 cc sudah
cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi
refleks kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi
relaksasi spinter internus, segera diikuti oleh relaksasi spinter eksterus,
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter internus. Dihantarkan melalui serabut-serabut saraf para
simpatis. Kontraksi spinter eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi, control volunter ini hanya mungkin
bila saraf-sarat yang menangani kandung kemih urethra, medulla spinalis
dan otak masih utuh. Bila ada kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka
akan terjadi inkontensia urine (urine keluar terus-menerus tanpa disadari)
dan retensi urine (kencing tertahan). (Syaifuddin, 1997).
9
C. Etiologi/presipitasi
1. Etiologi
a. Hiperkalsiuria : dimana jumlah kalsium urine berlebihan
- hiperkalsiuria idiopatik (melalui hiperkalsiuria disebabkan
masukan tinggi natrium kalsium dan protein)
- Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium
b. Hiperoxaluria : adalah produksi oksalat yang berlebihan dimana
diantaranya disebabkan oleh :
- Hiperoxaluria primer
- Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C yang berlebihan atau dosis
tinggi dalam waktu yang lama
- Mehaoxyflurane (obat bius)
- Hyperoxaluria ruternik
c. Hiperuritusuria : mempengaruhi pertumbuhan batu kalisum oksalat
d. Penyebab terjadinya batu asam urat
- Asupan protein hewani meningkatkan ekskresi asam urat dan
kalsium
- Obat-obatan seperti : progenicid meningkatkan kadar dan ekskresi
asam urat.
e. Penyebab terjadinya batu sistin jarang terjadi, umumnya herediter, bila
terjadi menyebabkan dekstruksi progresif.
f. Penyebab terjadinya batu struvit
10
- Umumnya terjadi pada wanita, sebagai akibat innfeksi
mikroorganisme proteus dan klebsiela, yang mempoduksi
amonium konsentrasi tinggi dan akan memecah area batu ini khas
membentuk batu staghorn pada pelvis ginjal.
2. Faktor predisposisi
a. Faktor endogen yaitu factor genetic familial, misalnya pada :
- Hiperkalsiura primer : kelainan metabolik dini dapat berupa
hiperabsorbsi kalisum dalam pencernaan atau penurunan
reabsorbsi kalsium dalam tubuli ginjal sehingga terjadi
hiperkalsiurria. Batu karena hiperkalsiura primer in biasanya
didapatkan pada penderita dengan sosial ekonomi yang baik, diet
protein hewani yang tinggi.
- Hiperoxaluria : suatu kelainan herediter yang diturunkan secara
resersif.
- Faktor keturunan : anggota keluarga penderita batu urine lebih
banyak kemungkinan menderita penyakit yang sama dibanding
dengan keluarga bukan penderita batu urine.
- Jenis kelamin : pria lebih banyak menderita batu kandung kemih
dibanding dengan wanita
- Ras : batu kandung kemih lebih sering dijumpai di Asia dan
Afrika, sedangkan di Amerika (baik kulit putih dan kulit hitam)
dan Eropa jarang.
b. Faktor eksogen
11
- Pekerjaan : pekerja kasar dan petani lebih banyak bergerak
dibandingkan dengan pegawai kantor, penduduk kota yang lebih
banyak duduk di waktu bekerja, ternyata lebih sedikit menderita
batu ureter.
- Air : banyak minum dapat menyebabkan diuresis, mencegah
pembentukan batu. Kurang minum mengurangi diuresis, kadar
substansi dalam urine meningkat, mempermudah pembentukan
batu.
- Diet : mempunyai resiko terjadinya batu
- Keadaan sosial ekonomi : di negara maju/industri atau golongan
sosial ekonomi yang tinggi lebih banyak makan protein, terutama
protein hewani, juga karbohidrat dan gula, ini lebih sering
menderita batu urine bagian atas. Sedangkan pada negara
berkembang atau orang yang sering makan vegetarian dan kurang
protein hewani sering menderita urine bagian bawah.
- Suhu, infeksi, obat-obatan
( Soeparman, 1999 :337 )
( Brunner & Suddarth, 2002 :1460 )
( www.google.com )
D. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik
parsial maupun lengkap. Obstruksi yang lengkap dapat berakibat menjadi
hidronefrosis.
12
Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks
seputar, seperti pus, darah, tumor atau urat. Komposisi mineral dari batu
bervarriasi, kira-kira ¾ bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam/urine
dan custine.
Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat dari intake cairan yang
rendah dan juga peningkatan bahan organik akibat ISK atau urine statis,
mesajikan sarang untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi,
meningkatkan lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan
magnesium ammonium fosfat (Long, 1999 : 323).
Teori pembentukan batu menurut (Soeparman, 1999 : 337) antara lain :
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia organic
sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
mempermuah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
2. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin,
asam urat, kalisum oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori presipitasi kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas susbtansi dalam urine
yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya batu saluran kenicng.
13
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala Vesikolithiasis menurut Brunner & Sudarth (2002 : 1460)
dan Soeparman (1999 : 337) adalah :
1. Kencing kurang lancar tiba-tiba terhenti sakit yang menjalar ke penis bila
pasien merubah posisi kencing lama, pada anak-anak mereka akan
berguling-guling dan menarik penis.
2. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda : sistitis, kadang-kadang terjadi
hematuria.
3. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi / teraba adanya urine
yang banyak (retensi).
4. Hanya pada batu besar yang dapat diraba secara bimanual.
5. Pada pria di atas 50 tahun bisanya ditemukan pembesaran prostat.
6. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi segera.
7. Koliks.
8. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing.
F. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengedalikan infeksi dan
mengurangi obstruksi yang terjadi. Adapun penatalaksanaan pada
Vesikolithiasis menurut Soeparman ( 1999) dan Smeltser (2001) antara lain
ialah :
1. Penanganan nyeri
14
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau reteral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan : morfin
diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa.
Mandi air panas atau air hangat di area panggul dapat bermafaat.
2. Terapi nutrisi dan medikasi
Terapi nutrisi berperan penitng dalam mencegah batu renal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang
merupakan bahan utama pembentuk babtu (misal : kalsium) efektif untuk
mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu
yang telah ada.
Beberapa terapi medikasi menurut jenis batunya, antara lain :
a. Batu kalsium dapat diturunkan dengan diet rendah kalsium, amonium
klorida atau asam asetohidroksemik (lithostat)
b. Batu fosfat dapat diturunkan dengan jeli aluminium hidroksida
c. Batu urat / asam urat dapat diturunkan dengan allofurinol (zyloprime).
d. Batu osksalat bisa diturunkan dengan pembatasan pemasukan oksalat,
terapi gelombang kejut ekstrokoproreal, pengangkatan batu perkutan
atau uretroskopi .
3. Litrottipsi gelombang kejut ekstrokoproreal (ESWL) adalah prosedur non
infasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di koliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil, seperti pasir sisa-
sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
15
4. Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengembangkan ahli radiologi dan urologi untuk
mengangkat batu renal tanpa pembedahan.
5. Uretroskopi
Uretroskopi mencangkup visualisasi dan akses ureter dengan memasukan
suatu alat uretroskop melalui sistokop. Batu dapat dihancurkan dengan
mengunakan laser, lithotrispsi elektrohidrolik atau ultrasound kemudian
diangkat.
6. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal : agen pembuat basa (acylabina) dan
pembuat asam (acydifyng). Untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan terapi pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu yang
mudah larut (struvit)
7. Pengangkatan batu pada kandung kemih dengan cara : vesikolitotomi
(pengangkatan batu pada kandung kemih).
G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang mungkin muncul pada penderita
vesikolithiasis adalah :
1. ISK ( infeksi saluran kemih) (Tucker, 1998 : 578)
2. Hidronefrosis (long, 1998 : 323)
3. Hipertensi (Tucker, 1998 : 578)
4. Gagal ginjal (Tucker, 1998 : 578)
16
H. Pengakajian
1. Demografi :
- Usia : paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50
tahun
- Jenis kelamin : banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita
- Suku/bangsa : banyak ditemukan pada bangsa Asia dan Afrika.
- Pekerjaan : orang yang pekerjaan banyak duduk / kurang
aktivitas (sedentary life)
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang se ring terjadi pada klien batu kandung kemih adalah
nyeri pada kandung kemih yang menjalar ke penis, berat ringannya
tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal.
Klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan
dalam eliminasi urine.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yuang mungkin berhubungan dengan batu saluran kemih antara lain
infeksi kemih, hiperparatirodisme, penyakit inflamasi usus, gout, keadaan-
keadaan yang mengakibatkan hiperkaslemia, immobilisasi lama dan
dehidrasi (Carpenito, 2001).
4. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa penyakti atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi
penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan renal
17
tubular acidosis (RTA), cystinuria, xanthinuria, dan dehidroxinadeninuria
(Munver dan Preminger, 2001)
5. Pola fungsional
a. Pola persepsi dan pemerliharaan kesehatan
Klien bisanya tinggal pada lingkungan dengan temperatur panas dan
lingkungan dengan kadar kalsium yang tinggi pada air.
Terdapat riwayat penggunan alkohol, obat-obatan seperti antibiotik,
anti hipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol dan sebagainya.
Aktivitas olah raga tidak penah dilakukan (Doengoes, 1999)
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya asupan dengan diit tinggi purin, kalisum oksalat, dan fosfat.
Terdapat juga ketidakcukupan intake cairan. Klien BSK dapat
mengalami mual/muntah, nyeri tekan abdomen (Doengoes, 1999).
c. Pola eliminasi
Pada klien BSK terdapat riwayat adanya ISK kronis, adanya obtruksi
sebelumnya sehingga dapat mengalami penurunan haluaran urine,
kandung kemih terasa penuh, rasa terbakar saat berkemih, sering
berkemih dan adanya diare (Doengoes, 1999).
d. Pola istirahat tidur
Klien BSK dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul
pada malam hari/saat tidur (Doengoes, 1999).
e. Pola aktivitas
18
Adanya riwayat keterbatasan aktivitas, pekerjaan monoton ataupun
imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit
tak sembuh, cedera medulla spinalis) (Doengeos, 1999).
f. Pola hubungan dan peran
Didapatkan riwayat klien tentang peran dalam keluarga dan
masyarakat. Interaksi dengan keluarga dan orang lain serta hubungan
kerja, adakah perubahan atau ganguan (capernito, 1999).
g. Pola persepsi dan konsep diri
Klein dapat melaporkan adanya keresahan gugup atau kecemasan
yang dirasakan sebagai akibat kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
diagnosa dan tindakan operasi (Engram, 1998).
h. Pola kognitif-perseptual
Didapatkan adanya keluhan nyeri, nyeri dapat akut ataupun kolik
tergantung lokasi batu (Doengoes, 1999)
i. Pola repdoduksi dan seksual
Dikaji tentang pengetahuan fungsi seksual, adakah perubahan dalam
hubungan seksual karean perubahan kondisi yang dialami (Engram,
1998)
j. Pola koping dan penanganan stress
Dikaji tentang mekanisme klien terhadap stress, penyebab stressnya
yang mungkin diketahui, bagaimana mengambil keputusan.
(Capernito, 1999).
k. Pola tata nilai dan kepercayan
19
Bagaimana praktek religius klien (type, frekuensi) dengan apa (siapa)
klien mendapat sumber kekuatan/makna (Capernito, 1999)
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital : peningkatan tekanan dan nadi, peningkatan
suhu bila dijumpai infeksi
b. Kulit : hangat dan kemerahan, pucat
c. Abdomen : adanya nyeri tekan abdomen, distensi abdominal,
penurunan atau tidak adanya bising usus.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah : secarea
umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asa, urat, kalsium
osakat), serpihan, mineral, bakteri, PUS : pH mungkin asam
(peningkatan magnesium, fosfat ammonium / batu kalsium fosfat.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalisum, fosfat, oksalat/sistin
mungkin meningkat.
c. Kusltur urine : mungkin menunjukkan ISK ((Stapylococcus Aureus,
proteus, klebseila, pseudomonas)
d. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalisum, asam urat,
protein, elektrolit.
e. BUN/kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi pada serum / rendah
pada urine) sekunder tingginya batu osbtruksi pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
20
f. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbinat menunjukkan tarjadinya asidosis tubulus
ginjal
g. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi
/ septilumia.
h. SDM : biasanya normal
i. Hb/Ht : abnormal bila klien dehidrasi berat / polisitenia terjadi
(mendorong presipitasi pemadatan) /anemia (peradarahan,
disfungsi/gagl ginjal)
j. Hormon paratiroid : mungkin meningkat jika gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine
k. Foto rotgen KUB : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomic pada area ginjal dan sepanjang ureter.
l. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomic (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
m. Sistouterkopi : visualisasi langsung kandung kemih dapat
menunjukkan batu /efek-efek obtruksi.
(Doengoes, 1999)
21
I. PATHWAYS
Dehidrasi
Pe↑ konsentrasi larutan urine
Pe↑ bahan organik akibat ISK / urine statis
Pe↑ kalsium, Pe↑ oksalat, Pe↑ekresi asam
urat, Pe↑ ureum
Pembentukan batu
Ginjal
Ureter
Vesika urinaria
Vesikolithiasis
Obstruksi
Pengeluaran urine terganggu
Retensio Urine
Vesika urinaria penuh Perubahan eliminasi urine
Otot detrusor berkontraksi
Urine tidak dapat dikeluarkan karena adanya obstruksi
Kontraksi meningkat
Menekan saraf
Nyeri
Bising usus me
Mual muntah
Resiko kekurangan cairan
Gangguan rasa nyaman nyeri
Gangguan pola tidur
Intoleran aktivitas
Distensi abdominal
Sumber : Doengoes, (1999), Long, (1999), Brunner & Suddarth (2001)
22
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi
atau dorongan kontraksi vesika urinaria (Doengoes, 1999)
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, obtruksi mekanik, inflamasi (Doengoes, 1999)
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
(iritasi saraf (Doengoes, 1999).
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum (Doengoes,
1999)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal :proses penyakit,
stres psikologis, ketidakaktifan (Doengoes, 1999).
K. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap batu
kandung kemih dan spasme otot polos
Tujuan : rasa nyeri berkurang/hilang
KH : Menunjukan nyeri berkurang sampai hilang, ekspresi wajah
rileks, skala nyeri 3.
Intervensi :
a. Catat lokasi, lamanya intensitas nyeri (skala nyeri 0 – 10) dan
penyebarannya
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan kulkus. Nyeri panggul sering menyebar, nyeri
23
tiba-tiba dan hebat dapat mencetuskan ketakutan, gelisah
dan ansietas sampai tingkat berat/panic.
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap
perubahan kejadian/karakteristik nyeri
Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic
sesuai waktu (membantu meningkatkan koping klien dan
dapat menurunkan ansietas.
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan
punggung, lingkungan, dan istirahat.
Rasional : memberikan relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan
meningkatkan koping.
d. Bantu/dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan
aktivitas terapeutik
Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam
relaksasi otot
e. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi
Rasional : biasanya diberikan pada episode akut untuk menurunkan
kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot.
2. Perubahan eleminasi berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, obstruksi mekanik, inflamasi.
Tujuan : klien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa /tidak
ada gangguan
24
KH : jumlah urine 1500 ml/jam dan pola biasa, tidak ada distensi
kandung kemih dan edema
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi, contoh infeksi dan pendarahan.
b. Tentukan pola berkemih norml klien dan perhatikan variasi
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
c. Dorong klien untuk meningkatkan pemasukan cairan
Rasionalnya : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan
debris dan dapat membantu lewatnya batu.
d. Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan kerem ke
laboratorium untuk dianalisa.
Rasionalnya : penemuan batu meningkatkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi.
e. Selidiki keluhan kandungan kemih penuh : palpasi untuk distensi
suprapubik.
Rasionalnya : retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distensi
jaringan (kandung kemih atau ginjal), dan potensial resiko infeksi,
gagal ginjal.
f. Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi : alupurenol (ziloprim),
asetazolamid (diamox)
25
Rasionalnya : meningkatkan pH urine (alkalinitas), untuk
menurunkan batu asam.
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan adekuat
KH : - tekanan darah 120/85 mmHg
- nadi 60-100x/menit
- BB dalam rentang normal
- Membrane mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasionalnya : membantu dalam evaluasi adanya atau derajat statis
atau kerusakan ginjal.
b. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi
muntah/diare, jaga kejadian yang menyertai/mencetuskan
Rasionalnya : pencatatan dapat membantu mengesampingkan
kejadian abdominal lain yang menyebebabkan nyeri atau
menunjukkan kalkulus.
c. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi
jantung.
Rasionalnya : mempertahankan keseimbangan cairan untuk
homeostatis juga tindakan “mencuci” yang dapat membilas batu
keluar.
26
d. Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan
membrane mukosa.
Rasionalnya : indikator hidrasi atau volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
e. Berikan obat sesuai dengan indikasi : antiemetik, contoh :
proklorperazin (compazin)
Rasionalnya : menurunkan mual muntah
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : pola aktivitas terpenuhi
KH : klien menunjukkan pola aktivitas
Intervensi :
a. Kaji kemempuan pasien untuk melakukan tugas
Rasionalnya : mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
b. Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila
diindikasikan.
Rasionalnya : meningkatkan istirahat dan ketenangan
c. Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila perlu,
memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.
Rasionalnya : membantu bila perlu harga diri ditingkatkan bila
pasien melakukan sesuatu sendiri.
d. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
Rasionalnya : meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai
normal dan memperbaiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan.
e. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila nyeri.
Rasionalnya : untuk menurunkan rasa nyeri saat aktivitas
27
5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri abdomen
Tujuan : pasien dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
KH : - Pasien tidur kurang lebih 6-8 jam
- Raut muka segar
Intervensi :
a. Mengkaji kebutuhan tidur dan penyebab kurang tidur
Rasionalnya : mengetahui permasalahan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur
b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi bantal,
guling
Rasionalnya : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologis atau psikologis.
c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misal, mandi hangat
dan masase.
Rasionalnya : meningkatkan efek relaksasi
d. Intruksikan tindakan relaksasi
Rasionalnya : membantu dalam menginduksi tidur
e. Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi
Rasionalnya : perubahan posisi mengubah area tekanan dan
meningkatkan istirahat.
28