Post on 21-Feb-2023
ISOLASI DAN SKRINING FITOKIMIA ISOFLAVON
DARI EKSTRAK METANOL BIJI KEDELAI (Glycine max)
Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Fitofarmasi
yang dibina oleh Ayu Ristamaya Yusuf., A.Md., S.T
OLEH :
RAHAYU WAHYU NINGSIH 12.091
I. PENDAHULUAN
Tanaman merupakan sumber kekayaan alam yang memiliki peran
penting disetiap aspek kehidupan manusia terutama di bidang
kesehatan. Keberagaman tanaman yang tersedia di alam menjadikan
tanaman memiliki manfaat dan khasiat yang beragam pula. Disetiap
bagian tanaman dari akar, daun, batang, bunga, dan biji memiliki
kandungan senyawa-senyawa kimia yang berbeda. Senyawa yang ada
dalam tanaman itulah yang memiliki khasiat obat.
Salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat adalah
kedelai (Glysin max). Bagian tanaman kedelai yang memiliki kandungan
senyawa kimia bermanfaat terbanyak adalah pada bagian bijinya.
Biji kedelai mengandung senyawa-senyawa antioksidan diantaranya
adalah vitamin E, vitamin A, provitamin A, vitamin C dan senyawa
flavonoid golongan isoflavon, genistein dan daidzein. Senyawa
antioksidan terutama dari golongan isoflavon yang memiliki
aktivitas sebagai penangkal radikal bebas dan pencegahan penyakit
kanker.
Konsumsi pangan yang mengandung antioksidan tinggi perlu
ditingkatkan untuk mengurangi jumlah penderita penyakit
degeneratif seperti kanker. Isoflavon dalam biji kedelai
merupakan suatu metabolit sekunder yang berperan sebagai
antioksidan alami yang mampu memberikan perlindungan dan menjaga
kesehatan tubuh, serta mencegah timbulnya berbagai penyakit.
Antioksidan yang terdapat dalam tubuh harus terdapat dalam jumlah
yang memadai. Oleh karena itu, jika terjadi peningkatan radikal
bebas dalam tubuh, dibutuhkan antioksidan dalam jumlah yang lebih
banyak untuk meminimalisasi dan menetralisasi efek radikal bebas.
Kedelai sebagai sumber antioksidan isoflavon telah dijadikan
sebagai primadona karena mudah diperoleh dalam makanan sehari-
hari dan merupakan komoditas yang populer di masyarakat. Berbagai
produk olahan kedelai telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk
mencukupi kebutuhan gizi sebagai bahan makanan. Karena begitu
pentingnya fungsi tanaman ini, serta dugaan terhadap adanya
senyawa golongan flavonoid yang dikandung, maka pada penelitian
ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid
dari biji kedelai (Glycine max).
Serangkaian isolasi dimulai dari preparasi simplisia,
ekstraksi flavonoid biji kedelai dengan metanol, selanjutnya
dipartisi menggunakan HCl dan n-heksan, hingga akhirnya
didapatkan isolat isoflavon. Identifikasi dan pengujian
dilakukan dengan skrining fitokimia dan kromatografi lapis tipis
(KLT). Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif dengan
uji warna untuk menentukan golongan senyawa-senyawa metabolit
sekunder suatu bahan alam dengan menggunakan pereaksi-pereaksi
tertentu. Kromatografi Lapis Tipis perlu dilakukan sebagai
langkah identifikasi lanjut untuk memastikan bahwa isolat yang
dihasilkan merupakan isolat minyak atsiri yang dikehendaki atau
bukan, dengan cara membandingkan nilai Rf dan warna noda dengan
standar.
II. TUJUAN
1. Melakukan uji skrining fitokimia golongan flavonoid
khususnya isoflavon pada biji kedelai
2. Mengisolasi isoflavon dari biji kedelai menggunakan
metode maserasi dengan etanol
3. Melakukan identifikasi isolat isoflavon dengan skrining
fitokimia uji warna dan kromatografi kertas
III. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kedelai
Kedelai merupakan tanaman semusim dengan tinggi berkisar 10–
200 cm, berupa semak rendah, tegak, berdaun lebat, dapat
bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar. Tanaman ini
tumbuh baik pada tanah dengan pH 4.5 dan daerah pertumbuhannya
tidak lebih dari 500 m di atas pemukaan laut. Nama botani kedelai
yang dibudidayakan adalah Glycine max (Gambar 1), dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotylodenae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Kedelai sebagai bahan makanan mempunyai nilai gizi yang cukup
tinggi dan merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan
serat yang paling baik. Kandungan protein kedelai sekitar 30–50%
(b/b), tetapi kadar karbohidratnya hanya sekitar 22–29% (b/b).
Kadar lemaknya antara 16–20% (b/b), sedangkan kadar total gula
sekitar 7.97% (b/b) (Liu 1997). Hasil utama dari kedelai adalah
bijinya. Biji kedelai juga mengandung mineral-mineral kalsium,
fosfor, besi, dan klor. Bentuk biji ada yang bundar, lonjong,
gepeng, dan bulat telur. Warnanya tergantung dari varietas, ada
yang hitam, kuning kehijauan, putih kekuningan, dan kuning
gading.
2. Isoflavon Kedelai
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol terbesar yang
terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna
merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan. Flavonoid memiliki kerangka dasar 15 atom karbon,
terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan oleh rantai
linear tiga karbon dan dapat dinyatakan ke dalam konfigurasi
C6-C3-C6
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi
sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar
ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan
terikat pada gula yang disebut dengan glikosida. (Harborne,
1996)
Pada flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoid
(atau lebih) terikat pada satu gula (lebih) dengan ikatan yang
tahan asam. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan
gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa,
silosa, arabinosa, dan rutinosa. Waktu yang diperlukan untuk
memutuskan suatu gula dari suatu flavonoid O-glukosida dengan
hidrolisis asam ditentukan oleh sifat gula tersebut.
Pada flavonoid C-glikosida, gula terikat pada atom karbon
flavonoid dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada
inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam.
Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6
dan 8 dalam inti flavonoid, misalnya pada orientin. (Markham,
1988) Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat dikelompokkan
berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu :
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-
glikosida, dan aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol,
kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan
antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas
kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol.
Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi
tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya
masih dapat dilakukan.
2. Flavon Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon
tidak terdapat gugusan 3-hidroksi. Hal ini
mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi
warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit
daripada jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum
dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat
warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum
adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada
gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-
glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur
kelompok senyawa flavonoid.
3. Isoflavon Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya
sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung
yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap
serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon
(misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan
sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak
sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi
coklat.
4. Flavanon Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon
terdapat di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida
merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah
jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat
sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian
besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan
tidak berwarna.
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada
tumbuhan berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar
dari ekstrak kental Uncaria gambir dan daun teh kering yang
mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai
antioksidan.
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama
terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat
sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling
tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut
dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu,
merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada
tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan
suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya
terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau
pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau
glikosilasi.
9. Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat
dengan sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat
dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk
glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam
pengembang air. (Harborne, 1996)
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga
tertentu dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna
merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa bercak
kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah
menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)