Isolasi Isoflavon Kedelai

16
ISOLASI DAN SKRINING FITOKIMIA ISOFLAVON DARI EKSTRAK METANOL BIJI KEDELAI (Glycine max) Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Fitofarmasi yang dibina oleh Ayu Ristamaya Yusuf., A.Md., S.T OLEH : RAHAYU WAHYU NINGSIH 12.091

Transcript of Isolasi Isoflavon Kedelai

ISOLASI DAN SKRINING FITOKIMIA ISOFLAVON

DARI EKSTRAK METANOL BIJI KEDELAI (Glycine max)

Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Fitofarmasi

yang dibina oleh Ayu Ristamaya Yusuf., A.Md., S.T

OLEH :

RAHAYU WAHYU NINGSIH 12.091

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANGOktober 2013

I. PENDAHULUAN

Tanaman merupakan sumber kekayaan alam yang memiliki peran

penting disetiap aspek kehidupan manusia terutama di bidang

kesehatan. Keberagaman tanaman yang tersedia di alam menjadikan

tanaman memiliki manfaat dan khasiat yang beragam pula. Disetiap

bagian tanaman dari akar, daun, batang, bunga, dan biji memiliki

kandungan senyawa-senyawa kimia yang berbeda. Senyawa yang ada

dalam tanaman itulah yang memiliki khasiat obat.

Salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat adalah

kedelai (Glysin max). Bagian tanaman kedelai yang memiliki kandungan

senyawa kimia bermanfaat terbanyak adalah pada bagian bijinya.

Biji kedelai mengandung senyawa-senyawa antioksidan diantaranya

adalah vitamin E, vitamin A, provitamin A, vitamin C dan senyawa

flavonoid golongan isoflavon, genistein dan daidzein. Senyawa

antioksidan terutama dari golongan isoflavon yang memiliki

aktivitas sebagai penangkal radikal bebas dan pencegahan penyakit

kanker.

Konsumsi pangan yang mengandung antioksidan tinggi perlu

ditingkatkan untuk mengurangi jumlah penderita penyakit

degeneratif seperti kanker. Isoflavon dalam biji kedelai

merupakan suatu metabolit sekunder yang berperan sebagai

antioksidan alami yang mampu memberikan perlindungan dan menjaga

kesehatan tubuh, serta mencegah timbulnya berbagai penyakit.

Antioksidan yang terdapat dalam tubuh harus terdapat dalam jumlah

yang memadai. Oleh karena itu, jika terjadi peningkatan radikal

bebas dalam tubuh, dibutuhkan antioksidan dalam jumlah yang lebih

banyak untuk meminimalisasi dan menetralisasi efek radikal bebas.

Kedelai sebagai sumber antioksidan isoflavon telah dijadikan

sebagai primadona karena mudah diperoleh dalam makanan sehari-

hari dan merupakan komoditas yang populer di masyarakat. Berbagai

produk olahan kedelai telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk

mencukupi kebutuhan gizi sebagai bahan makanan. Karena begitu

pentingnya fungsi tanaman ini, serta dugaan terhadap adanya

senyawa golongan flavonoid yang dikandung, maka pada penelitian

ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa golongan flavonoid

dari biji kedelai (Glycine max).

Serangkaian isolasi dimulai dari preparasi simplisia,

ekstraksi flavonoid biji kedelai dengan metanol, selanjutnya

dipartisi menggunakan HCl dan n-heksan, hingga akhirnya

didapatkan isolat isoflavon. Identifikasi dan pengujian

dilakukan dengan skrining fitokimia dan kromatografi lapis tipis

(KLT). Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif dengan

uji warna untuk menentukan golongan senyawa-senyawa metabolit

sekunder suatu bahan alam dengan menggunakan pereaksi-pereaksi

tertentu. Kromatografi Lapis Tipis perlu dilakukan sebagai

langkah identifikasi lanjut untuk memastikan bahwa isolat yang

dihasilkan merupakan isolat minyak atsiri yang dikehendaki atau

bukan, dengan cara membandingkan nilai Rf dan warna noda dengan

standar.

II. TUJUAN

1. Melakukan uji skrining fitokimia golongan flavonoid

khususnya isoflavon pada biji kedelai

2. Mengisolasi isoflavon dari biji kedelai menggunakan

metode maserasi dengan etanol

3. Melakukan identifikasi isolat isoflavon dengan skrining

fitokimia uji warna dan kromatografi kertas

III. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kedelai

Kedelai merupakan tanaman semusim dengan tinggi berkisar 10–

200 cm, berupa semak rendah, tegak, berdaun lebat, dapat

bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar. Tanaman ini

tumbuh baik pada tanah dengan pH 4.5 dan daerah pertumbuhannya

tidak lebih dari 500 m di atas pemukaan laut. Nama botani kedelai

yang dibudidayakan adalah Glycine max (Gambar 1), dengan

klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotylodenae

Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill

Kedelai sebagai bahan makanan mempunyai nilai gizi yang cukup

tinggi dan merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan

serat yang paling baik. Kandungan protein kedelai sekitar 30–50%

(b/b), tetapi kadar karbohidratnya hanya sekitar 22–29% (b/b).

Kadar lemaknya antara 16–20% (b/b), sedangkan kadar total gula

sekitar 7.97% (b/b) (Liu 1997). Hasil utama dari kedelai adalah

bijinya. Biji kedelai juga mengandung mineral-mineral kalsium,

fosfor, besi, dan klor. Bentuk biji ada yang bundar, lonjong,

gepeng, dan bulat telur. Warnanya tergantung dari varietas, ada

yang hitam, kuning kehijauan, putih kekuningan, dan kuning

gading.

2. Isoflavon Kedelai

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol terbesar yang

terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna

merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan dalam tumbuh-

tumbuhan. Flavonoid memiliki kerangka dasar 15 atom karbon,

terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan oleh rantai

linear tiga karbon dan dapat dinyatakan ke dalam konfigurasi

C6-C3-C6

Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi

sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar

ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan

terikat pada gula yang disebut dengan glikosida. (Harborne,

1996)

Pada flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoid

(atau lebih) terikat pada satu gula (lebih) dengan ikatan yang

tahan asam. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan

gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa,

silosa, arabinosa, dan rutinosa. Waktu yang diperlukan untuk

memutuskan suatu gula dari suatu flavonoid O-glukosida dengan

hidrolisis asam ditentukan oleh sifat gula tersebut.

Pada flavonoid C-glikosida, gula terikat pada atom karbon

flavonoid dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada

inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam.

Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6

dan 8 dalam inti flavonoid, misalnya pada orientin. (Markham,

1988) Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat dikelompokkan

berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu :

1. Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-

glikosida, dan aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol,

kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan

antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas

kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol.

Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi

tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya

masih dapat dilakukan.

2. Flavon Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon

tidak terdapat gugusan 3-hidroksi. Hal ini

mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi

warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit

daripada jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum

dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat

warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum

adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada

gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-

glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur

kelompok senyawa flavonoid.

3. Isoflavon Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya

sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung

yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap

serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya

tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon

(misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan

sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak

sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi

coklat.

4. Flavanon Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon

terdapat di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida

merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah

jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan

hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

5. Flavanonol

Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat

sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian

besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan

tidak berwarna.

6. Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada

tumbuhan berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar

dari ekstrak kental Uncaria gambir dan daun teh kering yang

mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai

antioksidan.

7. Leukoantosianidin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama

terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat

sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.

8. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling

tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut

dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu,

merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada

tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan

suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya

terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau

pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau

glikosilasi.

9. Khalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat

dengan sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat

dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk

glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam

pengembang air. (Harborne, 1996)

10. Auron

Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga

tertentu dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna

merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa bercak

kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah

menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)