PERILAKU KEPODANG KUDUK HITAM (Oriolus chinensis) DI LINGKUNGAN KAMPUS IPB DARMAGA
Pengaruh Rasio Kedelai Hitam Dengan Komak Hitam Terhadap Mutu Kecap Manis Yang Dihasilkan
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of Pengaruh Rasio Kedelai Hitam Dengan Komak Hitam Terhadap Mutu Kecap Manis Yang Dihasilkan
Pengaruh Rasio Kedelai Hitam DenganKomak Hitam Terhadap Mutu Kecap Manis
Yang Dihasilkan
PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
Disusun oleh
Zainal Arifin
12. 28. 32. 80. 0624
Universitas widyagama Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami Panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan jalan untuk menyelesaikan proposal penelitian
sehingga kami dapat penyelesaikan penelitian dengan judul
“Pengaruh Rasio Kedelai Hitam Dengan Komak Hitam Terhadap Mutu Kecap
Manis Yang Dihasilkan”.
Penyusaunan proposal ini dapat selesai tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan kali ini
kami dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Ir. Sukamto, MS yang telah membimbing kami dengan
penuh kesabaran, sehingga saya bisa menyelesaikan proposal
penelitian ini.
2. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Pertanian yang telah memberikan
dukungan, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini.
3. Teman-teman program studi Teknologi Hasil Pertanian yang
telah memberikan dukungan, sehingga saya bisa menyelesaikan
proposal penelitian ini.
Saya menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan
tetapi saya berharap upaya untuk mengembangkan Pemanfaatan
Ekstrak Lengkuas (Lenguas Galanga L) Sebagai Bahan Anti Mikroba
“Pengaruh Rasio Kedelai Hitam Dengan Komak Hitam Terhadap
Mutu Kecap Manis Yang Dihasilkan”.
Saya mohon kritik dan saran agar proposal penelitian
ini benar-benar bermanfaat untuk kita semua. Amin.
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki ketersediaan pangan yang semakin
banyak dari tahun- ketahun. Namun demikian berdasarkan data
dari pusat statistic laju pertumbuhan pennduduk Indonesia
1,49% pertahun selama tahun 1990 sampai dengan tahun 2000
dan rata-rata 1,31% pertahun selama 2000 sampai dengan tahun
2005. Jumlah penduduk Indonesia pertahun 2005 sebesar
218.868.791 jiwa menjadi 227.516.212 jiwa pada tahun 2008.
Disisilain produksi padi 54.151.000 ton ditahun 2005.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui rasio antara
jumlah penduduk produksi padi terhadap jumlah penduduk pada
tahun 2005 adalah 247,4 kg/kapita/tahun atau 0,7
kg/kapita/hari. Pada tahun 2008 dengan jumlah produksi padi
sebesar 59.877.000 ton maka rasio tersebut menjadi 263,2
kg/kapita/tahun atau 0,7 kg/kapita/hari. Perhitungan ini
menunjukkan bahwa sebenarnya ketersediaan beras di Indonesia
masih memadai. Namun demikian oleh karena semakin banyaknya
alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan-lahan lain
(perumahan, bisnis, dan lain-lain) menyebabkan rasio
tersebut menjadi terganggu (hanani, 2009).
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman
pangan yang penting sebagai sumber protein nabati.
Permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi
dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya pemerintah
masih mengimpor. Impor ini pun dari tahun ke tahun terus
meningkat (Manwan dan Sumarno, 1991). Kebutuhan nasional
untuk kedelai mencapai 2,2 juta ton per tahun. Namun
demikian, baru 20 sampai 30 persen saja dari kebutuhan
tersebut yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Sementara 70 sampai 80 persen kekurangannya, bergantung pada
impor. Ketergantungan terhadap impor ini membuat instansi
terkait sulit untuk mengontrol harga kedelai
(http://www.setneg.go.id, 2009).
Kedelai hitam (Glycine max L.) termasuk dalam keluarga
leguminosa, telah banyak digunakan sebagai bahan makanan.
Teori pengobatan tradisional Cina berpendapat bahwa kedelai
hitam telah digunakan sebagai komponen dalam pembuatan obat-
obatan tradisional untuk diabetes, hipertensi, antiaging,
kosmetik dan penghitam rambut. Kedelai hitam juga digunakan
untuk meningkatkan jumlah sel darah putih pada pasien
penderita penyakit leukopenic. Terdapat kandungan antosianin
pada kulit biji sebagai penangkal radikal bebas, sehingga
kedelai hitam efektif dalam pencegahan penyakit
aterosklerosis dan berbagai jenis kanker.
Kedelai (Glycine max L. Merr.) merupakan salah satu
tanaman palawija yang penting, karena kandungan proteinnya
yang tinggi. Dengan kandungan protein yang tinggi, kedelai
diperlukan oleh masyarakat dalam upaya pemenuhan akan
protein nabati yang murah dan mudah untuk dikembangkan.
Kedelai mengandung tiga nutrisi makro (protein, karbohidrat
dan lipid) dan kandungan vitamin dan mineral yang lengkap
(Hui 1998). Lemak kedelai terdiri atas 86% asam lemak tidak
jenuh, terutama asam linoleat dan oleat, sehingga bermanfaat
bagi kesehatan (Ginting 2010).
Menurut Standar Industri Indonesia (SII No. 32 th
1974), kecap adalah cairan kental yang mengandung protein
yang diperoleh dari rebusan kedelai yang telah diragikan dan
ditambahkan gula, garam serta rempah-rempah (Anonim, 2006b).
SII No. 0174-1978 menyatakan bahwa kecap manis adalah produk
berbentuk kental dan berwarna merah kehitaman hasil
fermentasi kacang kedelai (koji) dan fermentasi air garam
(moromi), kemudian diolah dengan gula dan bumbu-bumbu serta
bahan pengawet jika diperlukan (Anonim, 2006a).
Di Indonesia dikenal dua macam kecap, yaitu kecap manis
dan kecap asin. Kecap asin adalah kecap yang diperoleh dari
filtrat hasil ekstraksi tanpa atau ditambah sedikit gula,
sedang kecap manis diperoleh dari pengenceran dengan
penambahan gula sehingga diperoleh rasa yang manis. Kecap
manis dipermanis dengan gula kelapa dan digunakan sebagai
suatu bumbu. Viskositas dari kecap manis adalah kental dan
sama sekali tidak asin dan mempunyai rasa kaya gula
berkaramel (Anonymous, 2006b).
Kecap dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kecap
Jepang dan kecap Cina. Perbedaan utama kedua jenis kecap ini
adalah bahan baku utama yang digunakan. Kecap Jepang
biasanya menggunakan campuran antara kedelai kuning dan
gandum dengan perbandingan 1:1, memiliki viskositas yang
rendah dan warna kecap yang kurang gelap jika dibandingkan
dengan kecap Cina. Sementara itu, pada kecap Cina biasanya
hanya menggunakan kedelai saja. Kecap Cina memiliki
viskositas yang lebih tinggi dengan warna kecap yang lebih
gelap (Rose, 1982).
Tidak banyak jenis tanaman yang dapat ditanam dilahan
kering, salah satu tanaman yang mempunyai toleransi tinggi
pada kondisi ini adalah komak hitam. Di Jawa Timur, komak
banyak dibudidayakan di daerah Madura dan pantai utara Jawa
Timur, dan daerah lain yang mempunyai curah hujan yang
rendah dan pendek. (sukamto, 2013).
Komak mempunyai nama – nama daerah spesifik seperti
Lablab, Benevist, Egyption, Chinese flowering, Pharao,
Shink, Val, Wild Field, dan India bean (Subagio, 2006).
Dalam kondisi bobot kering kandungan protein pada komak
domestic berfariasi antara 18% dan 47%. Biji komak hitam
mengandung karbohidrat yang dapat dimakan lebih dari 60%
karbohidrat sebagian besar berupa pati dan berada dalam
kotiledon. Jumlah pati dalam biji komak dipengruhi oleh
kematangan biji. Biji komak hitam berbeda dengan biji
kedelai dan kacang tanah dalam hal ini kandungan lemak komak
hitam memiliki kandungan lemak yang sangat rendah jumlahnya
sekitar 1,49%, sementara pada kedelai kandungan lemaknya
sangat tinggi mencapai sekitar 18% sedangkan pada kacang
tanah bisa mencapai 54% (sukamto, 2005).
I.2. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh terhadap penambahan
komak hitam.
Untuk mengurangi penggunaan kedelai hitam dengan penambahan
komak hitam sehingga masyarakat tidak kesulitan dalam
memproduksi kecap yang biasanya menggunakan kedelai hitam.
Untuk mengetahui kualitas kecap kedelai hitam yang diberikan
campuran komak hitam.
I.3. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui pengaruh penambahan komak dalam pembuatan kecap
kedelai hitam.
Produk kecap tersebut diharapkan dapat dijadikan alternative
penambahan dalam pembuatan kecap kedelai hitam yan bahan
bakunya masih impor dengan harga yang relative tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kecap
Kecap adalah produk cair yang diperoleh dari hasil
fermentasi atau cara kimia (hidrolisis) kacang kedelai
(Glycine max L.) dengan atau tanpa penambahan bahan makanan
lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (SNI 01-3543-
1994). Kecap merupakan salah satu bentuk pangan tradisional
dari kedelai. Kecap telah terkenal di negara Asia sejak
lebih dari seribu tahun yang lalu. Kecap berasal dari Cina
dan dikenal di berbagai negara dengan nama yang berbeda-
beda, misalnya shoyu di Jepang, chiang-yu di Cina, kan jang
di Korea, dan di Indonesia disebut dengan kecap (Rose,
1982).
Kecap yang biasanya dibuat dari kedelai
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kecap kedelai manis dan
kecap kedelai asin (SNI 01-3543-1994). Penelitian sebelumnya
telah dilakukan terhadap sifat kimia dari beberapa jenis
kecap oleh (Judoamidjojo et al, 1985). Penelitian dilakukan
terhadap 8 kecap di Indonesia dari daerah Sumatera, Jawa,
dan Celebes dengan klasifikasi sebagai berikut: 4 kecap
manis, 3 kecap asin, dan 1 kecap kental. Parameter yang
diukur adalah protein kasar, lemak, abu, karbohidrat, total
Nitrogen, formol Nitrogen, dan kadar garam. Hasil dari
penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia beberapa kecap di Indonesia (%)
Jenis
Kecap
Daerah Prote
in
Lemak
(%)
Abu
(%)
Karbo
Hidra
t (%)
Total
N
Formo
l
NaCl
(%)
Kasar
(%)
(%) N (%)
Manis
Manis
Manis
Manis
Asin
Asin
Asin
Kenta
l
Sumater
a
Sumater
a
Cilebes
Jawa
Sumater
a
Jawa
Cilebes
Jawa
1,19
1,43
0,80
1,46
1,84
6,55
3,44
3,42
0,25
0,13
0,29
0,14
0,39
0,35
0,21
0,29
6,10
5,82
6,20
7,64
19,81
18,48
21,65
10,78
47,91
65,45
26,27
61,16
19,35
10,78
3,84
42,81
0,21
0,25
0,14
0,26
0,32
1,14
0,59
0,60
0,09
0,05
0,02
0,07
0,17
0,65
0,33
0,17
5,17
4,37
3,30
6,27
19,69
18,43
20,80
10,04
Sumber: Judoamidjojo et al. (1985)
Menurut Standar Industri Indonesia (SII No. 32 th 1974),
kecap adalah cairan kental yang mengandung protein yang
diperoleh dari rebusan kedelai yang telah diragikan dan
ditambahkan gula, garam serta rempah-rempah (Anonim, 2006b).
SII No. 0174-1978 menyatakan bahwa kecap manis adalah
produk berbentuk kental dan berwarna merah kehitaman hasil
fermentasi kacang kedelai (koji) dan fermentasi air garam
(moromi), kemudian diolah dengan gula dan bumbu-bumbu serta
bahan pengawet jika diperlukan (Anonim, 2006a)
II.2. Fermentasi Kapang (Proses Koji)
Koji merupakan kultur campuran yang diambil dari
pembuatan kecap sebelumnya atau kultur murni yang
ditumbuhkan tersendiri. Substrat untuk pertumbuhan dari
starter ini bermacam-macam, walaupun sering digunakan
campuran kedelai, dan gandum yang telah dipecah atau dedak
gandum yang telah dipanaskan. Bahan-bahan ini diinokulasikan
spora Aspergillus oryzae, ditebarkan pada nampan-nampan kecil dan
disimpan pada suhu 25°C sampai 30°C untuk selama 3 hari
sampai terlihat kapang tumbuh (Buckle et al., 1985).
Menurut Koswara (1992), selama fermentasi kapang,
mikroba yang berperan selain Aspergillus oryzae adalah A. flavus, A.
niger, dan Rhizopus oligosporus. Kapang akan memproduksi enzim-
enzim seperti protease, lipase, dan amilase yang akan
memecah protein, lemak, dan pati menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Enzim-enzim ini akan mendegradasi molekul besar
menjadi molekul kecil, diantaranya protein terlarut,
peptida, asam amino, asam lemak, atau komponen lainnya yang
lebih sederhana (Rahayu dan Sudarmajdi, 1989).
Menurut Prasetyo (1996), fermentasi koji yang
biasanya terjadi di pabrik kecap Indonesia umumnya dilakukan
selama 3-20 hari (umumnya 1 minggu) pada suhu kamar. Kapang
akan mulai tumbuh pada permukaan biji karena sengaja
diinokulasi atau terkontaminasi dari udara atau wadahnya
(tampah). Selama fermentasi ini protein dan karbohidrat pada
kedelai akan didegradasi oleh kapang. Protein dirombak
menjadi polipeptida dan peptida rantai pendek, sedangkan
karbohidrat dirombak menjadi gula-gula sederhana. Pada
fermentasi ini juga dihasilkan asam tetapi pada akhir
fermentasi pH koji sebesar 7,1. Hal ini diakibatkan oleh
aktivitas proteolitik dan proses deaminasi asam-asam amino
oleh kapang yang ditandai dengan dengan timbulnya bau amonia
pada koji (Rahayu dan Sudarmadji, 1989).
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan kecap manis cara
fermentasi (Prasetyo, 1996).
II.3. Fermentasi Garam (Proses Moromi)
Pada fermentasi ini kedelai yang telah mengalami
proses koji dicampur dengan larutan garam dan difermentasi
selama 1 minggu sampai 4 bulan (Panghegar, 1989). Selama
fermentasi garam, mikroba yang berperan adalah
Zygosaccharomyces dan Hansenula (khamir) serta Lactobacillus
(bakteri) (Koswara, 1992). Konsentrasi garam yang digunakan
biasanya sekitar 20-25% (Krisno, 1990). Selama proses moromi
biasanya selalu dilakukan proses pengadukan setiap harinya
(Suriadi, 1992). Hal ini dilakukan untuk menjaga keseragaman
konsentrasi garam, merangsang pertumbuhan bakteri, dan
mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba yang tidak
diinginkan, terutama mikroba pembusuk (Wibowo, 1990).
Pada fermentasi garam terjadi perubahan-perubahan
fisik dan kimia yang merupakan lanjutan dari proses koji.
Enzim yang dikeluarkan oleh kapang masih bekerja terus,
sedangkan kapangnya sendiri mati dalam lingkungan garam.
Aktifitas enzim ini memengaruhi kandungan protein, kadar
nitrogen terlarut, dan gula pereduksi pada moromi yang
dihasilkan. Total nitrogen terlarut dan formol nitrogen
mengalami peningkatan selama satu bulan fermentasi. Apabila
fermentasi dilanjutkan ternyata tidak menunjukkan banyak
perubahan (Wijaya, 1988).
II.4. Kedelai Hitam
Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.)
Kedelai mempunyai susunan genom diploid (2n) dengan 20
pasang kromosom, beberapa jenis liar kedelai juga mempunyai
20 pasang kromosom. Kedelai yang ditanam sekarang
diperkirakan berasal dari jenis liar Glycine soja = Glycine
ussuriensis. Glycine soja mempunyai bentuk polong dan biji yang
hampir sama dengan kedelai biasa, tetapi tumbuhnya merambat
dan kulit bijinya sangat tebal, sehingga embrio dan keping
bijinya terlindungi dengan baik (Departemen Pertanian,
1990).
Kedelai hitam memiliki keunggulan tersendiri karena
kandungan gizinya yang cukup tinggi, terutama protein dan
karbohidrat. Asam amino yang terdapat pada kedelai hitam
adalah leusin dan lisin. Keduanya merupakan asam amino yang
sangat diperlukan oleh enzim pemecah kedelai untuk
menghasilkan kecap dengan cita rasa yang enak, lezat dan
khas. Selain warna, kedelai hitam berukuran lebih kecil
daripada kedelai kuning, tetapi tidak ada perbedaan
komposisi gizi di antara keduanya
(http://cyberhealth.aspx.htm, 2009).
Kedelai hitam memiliki kandungan asam amino glutamat
yang sedikit lebih tinggi daripada kedelai kuning, sehingga
kedelai hitam memiliki rasa yang lebih gurih. Kedelai hitam
mengandung sekitar 15% lemak dan 85% dari jumlah tersebut
terdiri dari asam lemak tak jenuh rangkap (PUFA) yang
memiliki efek hipokolesterolemik. Dalam lemak kedelai
terkandung beberapa fosfolipida yang penting yaitu lesitin,
sepalin dan lipositol (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi (1985). lesitin dapat melarutkan lemak dan
mengekskresikan keluar tubuh (Theodore and Labuza, 1977).
Selain lesitin, kandungan lain dalam lemak kedelai
hitam yang tidak kalah penting adalah anthocyanin. Kedelai
mengandung anthocyanin yang berfungsi sebagai antioksidan
(Takahashi et al., 2005). Berdasarkan penelitian dari
Takahashi, et al. 2005, kedelai hitam memiliki kandungan
polyphenol yang lebih tinggi 29 ± 0,56 mg/g dibandingkan
dengan kedelai kuning 0,45 ± 0,02 mg/g. Perbedaan ini
terutama disebabkan karena kandungan anthocyanin pada
kedelai hitam lebih tinggi dibandingkan pada kedelai kuning.
Di dalam protein kedelai juga terkandung isoflavon (Harborne
and Mabry, 1982) dan dikatakan dapat menurunkan absorpsi
kolesterol dan TG oleh usus, juga mengurangi reabsorpsi asam
empedu yang dapat menyebabkan peningkatan sekresi sterol
netral dan asam empedu dalam feses (Beynen, 1990).
Kandungan kedelai selain senyawa yang berguna di atas,
terdapat senyawa anti gizi dan senyawa penyebab off flavour.
Senyawa anti gizi yang mempengaruhi mutu produk olahan
kedelai yaitu antitripsin, hemaglutinin, asam fitat, dan
oligosakarida penyebab flatulesi (kembung), sedangkan senyawa
penyebab off flavour yaitu glukosida, saponin, estrogen, dan
senyawa penyebab alergi. Senyawasenyawa ini pada proses
pengolahan harus dihilangkan atau dinonaktifkan (Koswara,
1992), caranya dapat dengan dipanaskan pada suhu tertentu
atau dengan penambahan suatu bahan seperti NaHCO3 0,25%
(Soedjono, 1992).
II.5. Komak Hitam
Komak dapat diklasifikasikan termasuk bagian dari
Famili : Leguminosiae
Sub Famili : Papilineodae
Ordo : Dolicos
Spesies : Dolicos lablab
Nomenklatur lain yang sering digunakan adalah Lablab Porpereus
(L) dan Lablab Niger (Subagio, 2006). Tanaman ini bisa tumbuh
merumput maupun melilit dan bercabang-cabang dengan panjang
1,6-6meter.
Biji komak hitam setelah dipanen memiliki kadar air
20-25%. Biji tersebut mempunyai bau yang sangat langu karen
mempunyai kandungan asam sianida. Hasil analisis kimia
terhadap komponen dalam biji komak hitam seperti pada tabell
Tabel 1.0 hasil analisa kimia terhadap komposisi kimia dalam
biji komak hitam domestic (sukamto, 2005)
komak hitam mempunyai kelebihan
karena memiliki anti oksidan yang cukup tinggi dan kandungan
asam askorbatnya (vitamin C) 10 kali lipat. Selama ini
masyarakat memanfaatkan kacang-kacangan komak sebagai sayur.
Di Nus tenggara Barat sejak dulu sudah mengkonsumsi tempe
dari bahan biji komak. Di Cina komoditas ini dimanfaatkan
sebagai bahan campuran obat kuat karena mengandung zat
aprodisiak. Masyarakat menggunakan daun komak sebagai
hijauan, pakan ternak, dan bahkan daun yang muda banyak
memanfaatkan sebagi sebagai sayuran untuk konsumsi. Buah
muda (polong) juga dimanfaatkan sebagi sayuran seperti
No Komponen Jumlah1.
2.
3.
4.
5.
Bahan
Kering
Abu
Protein
Serat
Lemak
89,60
3,78
20,86
10,79
1,49
kacang kapri (kacang polong). Biji kacang yang tua digunakan
sebagi campuran makanan yang bersantan atau campuran nasi
ketan yang dapat meningkatkan kandungan protein.(sukamto,
2013)
Biji komak hitam mengandung karbohidrat yang dapat
dimakan lebih dari 60%. karbohidarat sebagian besar berupa
pati dan berada pada katiledon. Jumlah pati dalam biji komak
dipengaruhi oleh kematangan biji (susanto, 1990)
Biji komak hitam berbeda dengan biji kedelai dan kacang
tanah dalam hal ini kandungan lemak komak hitam memiliki
kandungan lemak yang sangat rendah jumlahnya sekitar 1,49%,
sementara pada kedelai kandungan lemaknya sangat tinggi
mencapai sekitar 18% sedangkan pada kacang tanah bisa
mencapai 54% (sukamto, 2005).
Biji komak hitam juga mengandung vitamin A, B, dan C
yang cukup tinggi. Biji tanaman ini mengandung tanin,
pylate, dan trypsin inhibitors, kandungannya sangat beragam
tergantung varietasnya, namun dengan perendaman atau
pemanasan akan menghilangkan aktifitas dari senyawa ini
(setyorini, 2008 dalam suharjanto, 2010)
III. HIPOTESA
1. Adanya pambaham kualitas dalam pembuatan
kecap baik dari nilai gizi ataupun .
2. Mengurangi penggunaan kedelai hitam dalam
pembuatan kecap yang saat ini masih dikatagorikan inport
dari negara luar.
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksana di Laboratorium Kimia, Jurusan
ateknologi Hasil Pertanian, Fakultas pertanian,Universitas
Widyagama Malang.
Penelitian ini dimulai pada tanggal 1 Juli 2012 hingga
tanggal 30 agustus 2014.
4.2 Alat dan bahan penelitian
Alat yang digunakan dalam pembuatan kecap kedaelai hitam dan
komak hitam ini adalah sebagi berikut:
1. Daun pisang
2. Dandang
3. Kompor
4. Baskom
5. Sendok kayu
6. Timbangan
7. Nyiru
8. Kain saring
9. Inkubator
4.2.1 Bahan
1. Kedelai hitam : 24 gram
2. Komak hitam : 30 gram
3. Air : secukupnya
4. Inokulum ragi (bubuk lipi) : 1kg bahan: 1gr ragi
5. Bumbu (daun salam, daun jeruk, Lengkuas, kemiri, wijen)
4.2.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data yang diperoleh
dianalisis dengan analisis statistika berupa uji t untuk
mengetahui perbedaan kualitas kecap yang menggunakan
perlakuan perbandingan bahan antara kedelai hitam dan komak
hitam.
a. kedelai hitam 600 gram + 100 gram komak hitam
b. kedelai hitam 600 gram + 200 gram komak hitam
c. kedelai hitam 600 gram + 600 gram komak hitam
d. komak hitam 600 gram, tanpa kedelai hitam
e. komak hitam 600 gram + 200 gram kedelai hitam
f. komak hitam 600 gram + 400 gram kedei hitam
4.2.3 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
kedelai hitam dan komak hitam dari Probolinggo. Sedangkan
sampel yang digunakan yaitu perbandingan jumlah rasio
kedelai hitam dan komak hitam.
4.2.4 Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penambahan
komak hitam dalam pembuatan kecap kedei. Variabel terikatnya
adalah kedelai hitam yang menjadi bahan utama dalam
pembuatan kecap kedelai dengan memberikan penambahan komak
hitam sebagai perlakuan untuk menentukan kualits dari
pembuatan kecap . Variabel kontrolnya meliputi suhu,
kelembaban udara dan intensitas cahaya untuk menjaga micro
organisme supaya tetap tumbuh pada media.
4.2.5 Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang
bertujuan untuk mengetahui Pengaruh penambahan komak hitam
pada pembuatan kecap kedelai hitam. Prerlakuan yang
diberikan ada 6 perlakuan yang masing-masing perlakuan
mempunyai rasio jumlah kedelai hitam dan komak hitam.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK).
4.2.6 Prosedur kerja
1. Menimbang kedelai hitam sebanyak 2400 gram dan komak hitam
sebanyak 3000 gram yang sudah dipisahkan dan benda asing
seperti krikil, ranting, dan kotoran lainnya sesuai dengan
perlakuan yang akan kita amati.
2. Mencuci kedelai hitam dan komak hitam dengan air jernih
sampai bersih.
3. Merendam kedelai hitam dan komak hitam dengan air masing-
masing sebanyak 3 liter atau hingga bahan terendam simpan
pada suhu kamar selama 1 malam.
4. Memperhatikan dan mengamati adanya buih dan bau yang timbul
pada kedua bahan kedelai hitam dan komak hitam.
5. Membuang air rendaman, ganti dengan air yang baru sampai
kedelai hitam dan komak hitam hingga masing-masing bahan
terendam kira-kira 1 cm dibawah permukaan air dan panaskan
sampai tepat mendidih. (Pemanasan dimaksudkan untuk
menguatkan tekstur biji sehingga tidak mudah pecah waktu
pengupasan).
6. Membuang air rebusannya dan kupas kedelai hitam dan komak
hitam, rendam dengan meremas – remas menggunakan tanggan
yang bersih, buang kulitnya untuk mendapatkan kedelai hitam
dan komak hitam yang bersih. Kulit perendaman dan pembilasan
dengan air harus dilakukan beberapa kali.
7. Mengukus selama 30 menit.
8. Mengangkat dan mentiriskan dengan tampah untuk didinginkan
sampai merata.
9. kenudian mulailah 6 perlakuan yang akan kita uji
a. kedelai hitam 600 gram + 100 gram komak hitam
b. kedelai hitam 600 gram + 200 gram komak hitam
c. kedelai hitam 600 gram + 600 gram komak hitam
d. komak hitam 600 gram, tanpa kedelai hitam
e. komak hitam 600 gram + 200 gram kedelai hitam
f. komak hitam 600 gram + 400 gram kedei hitam
11. Menambahkan masing – masing inokulum tersebut pada kedelai
hitam dan komak hitam yang telah ditiriskan dan sudah
diberikan perlakuan tersebut kemudian aduk samapai rata.
12. Mengikubasikan pada ingkubator selama kurang lebih 5 hari.
13. Mengamati perubahan yang terjadi.
4.2.7 Analisis Protein
Analisis protein kecap manis terdiri dari 2 metode, yaitu
metode Kjeldahl untuk protein (N) total (Sudarmaji dkk.,
1984) dan metode Lowry-Folin untuk protein terlarut pendek
(Alexander dan Griffiths, 1992). Secara rinci metode
Kjeldahl adalah sebagai berikut. Sampel kecap manis (5 g)
dimasukkan dalam labu Kjeldahl dan ditambah 3 g campuran
CuSO4 dan K2SO4 (1:9; b/b) dan 20 mL H2SO4 pekat. Labu Kjedahl
dipanaskan sampai warna larutan menjadi putih, kemudian
didinginkan. Larutan sampel ditambah 3 tetes indikator
fenolftalen dan didestilasi. Destilat ditambah 50 mL larutan
asam borat 2% dan 5 tetes indikator Tashiro dan ditambah
NaOH sampai larutan sampel menjadi alkalis. Sampel dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai larutan sampel menjadi merah muda.
Metode Lowry-Folin adalah sebagai berikut. Sampel kecap
manis (5 g) ditambah 5 mL akuades, kemudian disentrifugasi
pada kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit. Bagian cair
(supernatan) diambil dan ditambah akuades sampai mencapai
volume 100 mL. Sampel diambil 1 mL dan ditambah 1 mL reagen
Lowry D (campuran reagen Lowry A, B, dan C; 20:1:1 v/v),
kemudian dikocok dengan vortex dan dibiarkan pada suhu kamar
selama 15 menit. Larutan sampel ditambah 3 mL reagen Lowry
E, kemudian dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 45
menit. Larutan sampel diambil 1 mL dan diukur nilai
penyerapan cahaya (OD) pada panjang gelombang 590 nm dengan
UV-VIS spektrofotometer. Nilai OD590 dikonversi ke kadar
protein terlarut berdasarkan kurva standar protein BSA.
4.2.8 Tingkat Kesukaan Konsumen
Skor aroma dan cita rasa 4 kecap manis, yaitu 2 kecap
manis hasil penelitian dan 2 kecap manis bermerk (Lombok
Gandaria dan Bango) masing-masing diukur oleh 30 responden.
Skor cita rasa dan aroma adalah 1: sangat tidak suka, 2:
tidak suka, 3: cukup suka, 4: suka, dan 5: sangat suka.
4.2.9 Analisis Data
Data kandungan protein total dan protein terlarut keenam
kecap manis hasil penelitian dianalisis statistik dengan
anava satu arah. Jika diperoleh perbedaan signifikan, maka
dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan
antar-perlakuan. Data kandungan protein terlarut keenam
kecap manis dibandingkan dengan kandungan standar protein
kecap manis kedelai hitam yang mempunyai rasio lebih banyak
dibandingkan dengan komak hitamnya, dan komak hitam yang
mempunyai rasio perbandingan lebih besar dibandingkan dengan
kedelai hitamnya dengan uji rerata satu sampel. Data tingkat
kesukaan konsumen dianalisis dengan uji statistik non-
parametrik, yaitu uji Kruskal Wallis. Semua analisis
statistik menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander R.R. dan J.M. Griffiths, 1992, ed ke-2, BasicBiochemical Methods, Wiley-Liss, New York.Anonim, 2006. Laporan kemajuan kegiatan Primatani diMagelang tahun 2006. Balai Penghkajian Teknologi Pertanian.Jawa Tengah. Beynen, A.C. 1990. Influence of dietary protein on serumcholesterol and atherosclerosis. Gizi Indonesia. 15(1):55 –60.Buckle, K.A, Edwards, R>A, Fleet, G.H dan Wootton, M. 2009.Ilmu Pangan. Buku terjemah (hari purnomo dan Adiono). Bukuasli terbit tahun 1985. Direktorat Gizi Depkes RI, 1996, Daftar komposisi bahan makanan,Bharata, Jakarta.Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhandi,1984, ed ke-2, Analisis untuk bahan makanan dan pertanian, Alumni,BandungDepartemen Pertanian, 1990. Upaya Peningkatan ProduksiKedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara, Medan. Ginting, E. 2010. Petunjuk Teknis Produk Olahan Kedelai(Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Balai PenelitianKacang dan Umbi-Umbian Malang.Harborne, J.B. Mabry, T.J. and Mabry, H. (eds). 1975, Theflavanoids, Chapman and Hall, London.Hanani N., 2009. Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015. MakalahWorkshop II Ketahanan Jawa Timur.http://www.setneg.kebutuhan.kedelai.nasional.go.id, (Juni2011, pukul 15.00 WIT).Judoamidjojo, RM. (1985). Studies on Chemical andMicrobiological Aspect of Kecapas Fundamental to Improve ITSQuality. Kumpulan Seminar Bioteknologi Pertanian.PAUBioteknologi, IPB. Bogor.Koswara, S. 1992. Teknologi pengembangan kedelai menjadikanmakanan bermutu. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.Krisno, 1990. Pengaruh karakteristik gula merah dan proses.Dalam : Melly kusmadewi. 2012. Karakteristik sifatfisikokimia kecap manis komersi. Bogor : Institut PertanianBogor.Manwan. I., dan Sumarno. 1991. Kebijakan Penelitian Bagipengembangan Produksi Kedelai. Seminar dan WorkshopPengembangan Produksi Kedelai Puslitbang. Tanaman Pangan danPAU Bioteknologi IPB, Bogor.
Panghegar. (1989). Aspek-aspek Teknologi Pengolahan Kecappada Perusahaan KecapZebra dan Bemo. Laporan praktik lapangFakultas Teknologi Pertanian, InstitutPertanian Bogor. Prasetyo AB. 1996. Production and microbilogy of traditionalindonesia kecap. Memoirs of the tokyo univ agri 28: 100 -59.Rose, AH. (1982). Fermented Foods, Economic MicrobiologyVolume 7. AcademicPress Inc. London.Rahayu, K dan Sudarmadji, S. (1989). Mikrobiologi Pangan. PAUPangan dan GiziUniversitas Gadjah Mada. YogyakartaSharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata McGraw HillPoblishing Company Limited, New Delhi. Setyorini D, 2008. Komak: Sumber Protein Nabati untuk DaerahKering. Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun 2008,BPTP Jawa TimurSoedjono, 1992. Sari Industri Pertanian Kacang-kacangan.Bandung Penerbit P.T. Remaja Kosda KaryaSubagio, A., 2006. Characterization Of Hyacinth Bean (Lablab Purpureus(L.) sweet seeds from indoneia and their protein. Food chem ., 95 : 65-70Sukamto, 2005. Mempelajari sifat fungsional interaksi gum xanthan denganisolat protein iso elektrik biji komak hitam yang di induksi oleh kekuatan NaCl.Laporan penelitian tidak dipublikasikan. UniversitasWidyagama Malang.Sukamto. 2013. protein komak hitam dan pengembangannya sebagaiingredien produk pangan. Selaras Perum .personal Gria Asri A-II.Malang. 172 : 25-30Susanto. T. 1990. The Utilization of Lablab beans for humanfood. Brawijaya University. Malang.Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhandi, 1984, Analisis untukBahan Makanan dan Pertanian, Penerbit Alumni, BandungStandar Nasional Indonesia (SNI 01-3543-1999). (1999). KecapKedelai. PusatStandarisasi Industri, DepartemenPerindustrian. Jakarta.Theodore, P and Labuza. 1977. Food and you, well being.University of Minnesota West Publishing Co, pp 72.Takahashi, R. Ohmori, R. Kiyose, C. Momiyama, Y. Ohsuzu, F.Kondo, K. 2005. Antioxidant activities of black and yellowsoybeans againts Low Density Lipoprotein oxidation. J. AgricFood Chem. 53: 4578 – 82.Y.H. Hui. 1983. Essential of Nutrition And Diet Therapy. USAWibowo, F. (1990). Mempelajari Aspek-Aspek TeknologiPengolahan Kecap di PT.ABC Central Food. Laporan praktiklapang Fakultas Teknologi Pertanian, InstitutPertanianBogor. Bogor ).