Post on 05-Apr-2023
TUGAS PAPER
PENGINDRAAN JAUH
“Foto Udara”
OLEH :
BAGUS DARMAWAN
26020111130049
IK-A
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
Fotogrametri
Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari
kata “photos” yang berarti sinar, “gramma” yang berarti
sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron” yang
berarti mengukur. Oleh karena itu “fotogrametri”
berarti pengukuran scara grafik dengan menggunakan
sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983). Dalam
manual fotografi edisi lama, fotogrametri didefinisikan
sebagi ilmu atau seni untuk memperoleh ukuran
terpercaya dengan mengguanakan foto. Di dalam manual
edisi ketiga, definisi fotogrametri dilengkapi dengan
menambahkan interpretasi foto udara kedalamnya dengan
fungsi yang hampir sama kedudukannya dengan penyadapan
ukuran dari foto. Setelah edisi ketiga pada tahun 1996,
definisi fotogrametri diperluas lagi hingga meliputi
penginderaan jauh. (Sutanto, 1983). Sehingga dapat
disimpilkan bahwa Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu,
dan teknik untuk memperoleh data-data tentang objek
fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses
perekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik.
Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari
referensi pengukuran secara terestris, mulai dari
penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga
kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang
diidentifikasi pada peta foto harus diukur di lapangan.
Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh
dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat
terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses
fotogrametri adalah berupa peta foto atau peta garis.
Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan
perencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta
api, jembatan, jalur pipa, tanggul, jaringan listrik,
jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan
perkotaan, dsb.Fotogrametri atauaerial surveying adalah
teknik pemetaan melalui foto udara. Hasil pemetaan
secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat
langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan peta
Foto Udara
Foto Udara adalah citra fotografi hasil perekaman
dari sebagian permukaan bumi yang diliput dari pesawat
udara pada ketinggian tertentu menggunakan kamera
tertentu. Foto udara yang dipergunakan dapat berupa
foto udara metrik, yaitu foto udara yang diambil dengan
kamera udara metrik (biasanya berukuran 23 x 23 cm).
Foto udara jenis ini sangat tinggi ketelitiannya karena
kamera foto dibuat khusus untuk keperluan pemetaan
dengan ketelitian tinggi dan resolusi citra foto yang
sangat baik. Pada kamera metrik dilengkapi dengan
titik-titik yang diketahui koordinatnya (disebut
sebagai titik Fiducial Mark) yang akan dipakai sebagai
acuan / referensi dalam pengukuran dimensi objek. Jenis
foto lainnya adalah foto non-metrik, yaitu foto yang
dihasilkan dari kamera non-metrik (kamera biasa atau
kamera khusus). Biasanya ukuran foto yang dihasilkan
lebih kecil dari foto metrik. Kamera ini biasa dipakai
untuk keperluan pengambilan foto secara umum, dan
pemotretan udara dengan menggunakan pesawat kecil atau
pesawat model. Ketelitian yang diperoleh tidak sebaik
kamera metrik dan daerah cakupan jauh lebih kecil.
Foto udara selanjutnya diklasifikasikan sebagai
foto udara vertikal dan foto udara condong. Foto udara
vertikal, yaitu apabila sumbu kamera pada saat
pemotretan dilakukan benar-benar vertikal atau sedikit
miring tidak lebih dari 3˚. Sebagian besar dari foto-
foto udara termasuk dalam jenis foto udara vertikal.
Tipe kedua dari foto udara yakni foto udara condong
(oblique) yaitu apabila sumbu foto mengalami kemiringan
antara 3˚ dan 90˚ dari kedudukan vertikal. Jika horizon
tidak tampak, disebut condong / miring rendah. Jika
horizon tampak, disebut condong tinggi / sangat miring.
Keuntungan foto udara vertikal dibandingkan dengan foto
udara condong
Skala foto vertikal kira-kira selalu tetap
dibandingkan dengan skala foto condong. Ini
menyebabkan lebih mudah untuk melakukan
pengukuran-pengukuran pada foto dan hasil yang
diperoleh lebih teliti.
Untuk keperluan tertentu foto udara vertikal dapat
digunakan sebagai pengganti peta.
Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi
dari pada foto udara condong. Ini dikarenakan
skala dan obyek-obyek yang lebih tetap bentuknya,
tidak menutupi obyek-obyek lain sebanyak yang
terjadi pada foto udara condong.
Keuntungan foto udara condong dibandingkan dengan foto
udara vertikal
Foto udara condong meliputi kawasan yang lebih
luas dari pada kawasan yang diliput oleh suatu
foto udara vertikal.
Jika lapisan awan seringkali menutupi suatu daerah
yang tidak memungkinkan dilakukan dengan
pemotretan vertikal, maka dapat dilakukan dengan
pemotretan condong.
Beberapa obyek yang tidak dapat dilihat /
tersembunyi dari atas pada foto udara vertikal,
misalnya : obyek dibawah bangunan tinggi, dapat
terlihat pada pemotretan condong.
Pemetaan pada dasarnya dapat ditempuh dari dua
cara atau kelompok, pemetaan cara teristis atau
pemetaan langsung dengan peralatan ukur lapangan, serta
pemetaan lewat media pengambilan data baik dari
pemotretan udara atau menggunakan citra satelit yang
dikenal pemetaan fotogrametrik. Pada mulanya ilmu
fotogrametri diawali dari pengambilan obyek topografi
medan berbukit sulit dipetakan langsung, maka awal
fotografi mulai dimanfaatkan untuk membuat gambar
pertampalan atau stereogram model dari bagian topografi
tersebut, fotogrametri udara (aerial photogrammetry) dimulai
setelah dapat dipergunakannya kamera udara untuk
pemotretan wilayah luas maka cara fotogrametri akan
lebih efisien dan ekonomis tetapi untuk medan yang
tidak luas dan mudah dijangkau cara ukur teristis jauh
lebih mudah dan ekonomis terutama pada kawasan yang
tidak dapat dijangkau potret udara, karena masalah
skala dan variasi skala foto udara, alternatif
pemakaian pemetaan topografi dengan dengan upaya
pemetaan secara teristris masih ada peluang. Namun
untuk wilayah yang terlalu luas untuk peralatan cara
teristris foto udara satu-satunya jawaban untuk
pemetaan. Beberapa alternatif pengambilan data untuk
keperluan pemetaan fotri, kombinasi kamera dan wahana
menghasilkan kelompok pemotretan udara (data
capturing) sebagai berikut :
a. Pesawat berawak + kamera udara dan GPS
navigasi dilibatkan
b. Pesawat berawak + kamera foto non metrik +
GPS navigasi
c. Pesawat Trike dan kamera non metrik
(terbatas luasan medan)
d. Pesawat model (tak berawak/remote kontrol)
+kamera non metrik
e. Citra satelit hasil pengambilan data non
fotografi (dari citra satelit)
Dari berbagai alternatif, kamera udara atau kamera
digital dapat dipakai untuk mendapatkan data awal
(input data) pemetaan secara digital, sehingga dapat
dikelompokkan :
a. Data foto udara (berbagai ukuran) perlu
ditransformasikan ke dalam format digital, secara
penyiaman (scanning) pada ketajaman dpi tertentu
b. Data format digital langsung hasil pemotretan
kamera digital
c. Data format digital dari citra satelit (pada
umumnya format digital)
Pada kualitas hasil penyiaman sangat tergantung
pemakaian alat scanner yang memiliki kemampuan “dpi”
tertentu (dpi = dot per inch) serta pemakaian data dari
negatif atau hasil cetak (hardcopy), disarankan
penyiaman langsung dari data film negatif (data analog
format asli hasil pemotretan). Ukuran scanner juga
bermacam ragam sehingga untuk format kecil lebih banyak
dipakai karena dari kapasitas scanning data maupun
kualitas dpi yang dijanjikan. Perkembangan kamera
digital akan merupakan masa depan pemotretan tersendiri
sebab meskipun banyak kelemahan kamera digital
(terutama pada tingkat resolusi gambar) pada saatnya
nanti peningkatan kemampuan sampai beberapa MB (mega
bites) untuk satu frame foto dapat mengimbangi kamera
optik.
Citra FotoCita foto dibedakan atas dasar spektrum
elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut
lipatan kamera, jenis kamera, warna yang digunakan,
dan sistem wahananya.
1. Citra foto berdasarkan warna yang digunakan
a. Citra Foto Warna Asli
b. Citra Foto Warna Semu
2. Citra foto berdasarkan posisi sumbu kamera
a. Citra Foto Vertikal, yaitu citra foto yang dibuat
dengan posisi sumbu tegak lurus terhadap permukaan bumi
b. Citra Foto Condong, yaitu citra foto yang dibuat
dengan posisi sumbu kamera miring, dengan sudut
kemiringan kamera lebih dari 100. Adadua jenis foto
condong yaitu :
– Citra foto agak condong, yaitu jika cakrawala tidak
tergambar pada foto
– Citra foto sangat condong, yaitu jika cakrawala
tergambar pada foto.
3. Citra foto berdasarkan sudut lipatan kamera
Jenis kamera Sudut Liputan Jenis Foto
Sudut kecil
(narrow angle)< 600 Sudut kecil
Sudut normal
(normal angle)600 – 750
Sudut
normal/sudut
standar
Sudut lebar 750 – 1000 Sudut lebar
(wide angle)
Sudut sangat
lebar
(super-wide
angle)
> 1000Sudut sangat
lebar
4. Citra foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan
a. Citra foto tunggal, citra foto yang dibuat dengan
kamera tunggal
b. Citra foto jamak, citra foto yang dibuat pada
saat yang sama dan menggambarkan obyek liputan
yang sama. Foto jamak dapat dibuat dengan 3
cara :Multikamera, menggunakan beberapa kamera
yang diarahkan secara bersamaan ke satu obyek.
Multilensa, menggunakan satu kamera yang memiliki
banyak lensa
Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai
warna
5. Citra foto berdasarkan sistem wahananya
A. Citra Foto Udara, yaitu citra foto yang dibuat
dengan menggunakan wahan yang bergerak di udara
misalnya pesawat terbang, helikopter dll
B. Citra Foto Satelit, yaitu citra foto yang dibuat
dengan menggunakan wahana satelit yang bergerak di
luar angkasa.
6. Citra foto berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang
digunakan
A. Citra Foto Ultraviolet, yaitu citra foto yang
dibuat dengan menggunakan spektrum Ultraviolet
B. Citra Foto Otokromatik, yaitu citra foto yang
dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari
warna biru hingga sebagian warna hijau
C. Citra Foto Pankromatik, yaitu cira foto yang
dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak
D. Citra Foto Inframerah Asli, yaitu citra foto yang
dibuat dengan menggunakan spektrum infamerah
E. Citra Foto Inframerah Modifikasi, yaitu citra foto
yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah
dan sebagian spektrum tampak dari warna merah dan
sebagian hijau.
DAFTAR PUSTAKA
Dibyosaputro, Suprapto. 1997. geomorfologi Dasar.Yogyakarta : Universitas GadjahMada.
Ejasta, IKM. 1998. Kesesuaian Lahan Kering TanamanPalawija Di Kecamatan Tejakula KabupatenTingkat II Buleleng. Singaraja.Hartono, DEA DESS. 2004. Aplikasi PenginderaanJauh dan SIG di Bidang Pendidikan. UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta.
Kiefer dab Lillisand. 1993. Penginderaan Jauh danInterpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.Suharyadi. 1991. Sistem Informasi Geografi.Universitas Gajdah Mada. Yogyakarta.
Sutanto. 1983. Pengetahuan Dasar Fotogrametri.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada