Post on 11-Apr-2023
ESENSI BUKU
Mengungkap konsep non-mainstream mengenai kemampuan survival dari sebuah gerakan civil society komunitas marginal. Umumnya, kemampuan survive itu merupakan manifestasi kebersatuan dari mereka yang ditekan oleh berbagai pihak. Pilihan JAI dengan kekuatan budaya dan nilai-nilai keberadaban (civility) ternyata mampu menjadikannya eksis, bahkan mampu menjadi kekuatan masyarakat sipil tanpa penonjolan atribut organisasinya. Nilai dan budaya organisasi JAI secara sosiologis merupakan simbol keberadaban masyarakat, meski termarginalkan faktanya tetap survive.
STRUKTUR BUKU
Cover : Simbolik Kebhinekaan Indonesia Pengantar oleh Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA Disusun dalam 7 Bab Dilengkapi daftar pustaka, lampiran-lampiran,
indeks dan riwayat singkat Penulis
SINOPSIS BAB I
Menyajikan latar belakang penulisan buku, isue-isue konsepsi civil society dan gambaran ringkas masyarakat madani di Indonesia, serta informasi mengenai metode pengambilan data, sumber-sumber yang digunakan, dan kajian-kajian terdahulu. Bagian ini memuat hal-hal :
Konsep Civil Society di Indonesia
Kajian-kajian terdahulu tentang Ahmadiyah
Sumber Data, serta
Isi Buku
SINOPSIS BAB II
Menyajikan teori dan model pemikiran civil society dengan keberagaman perspektif, sekaligus konstruksi nilai-nilai keberadaban dalam civil society dan kategorisasinya. Beberapa bagian yang dikaji adalah : Civil Society sebagai Sistem Kenegaraan Civil Society sebagai Etika Bermasyarakat Civil Society sebagai Diametral Negara Civil Society sebagai Bagian Kekuasaan Negara Civil Society sebagai Penyeimbang Kekuatan Negara Masyarakat Beradab ‘ala Eropa Masyarakat Beradab ‘ala Islam
SINOPSIS BAB III
Mengulas tentang masuk dan berkembangnya ajaran Ahmadiyah di Indonesia. Bab ini juga menguraikan konteks budaya dari civil society JAI yang berbasis pada adab yang diyakininya, termasuk posisi JAI sebagai global civil society. Bagian-bagian yang dikaji adalah :
Masuknya Ahmadiyah di Hindia Belanda Lahir dan Berkembangnya JAI Kontroversi Ahmadiyah di Indonesia Legitimasi dan Legalitas JAI Misi Mencapai Kemenangan Islam Model Keberadaban Masyarakat JAI Gerakan Humanism ‘Ala Ahmadiyah : “Love for All, Hatred for None”
SINOPSIS BAB IV
Mengungkap tentang konstruksi civility (keberadaban) atau civil society budaya dari komunitas Islam marginal di beberapa negara. Pada bab ini akan diulas mengenai sampel-sampel komunitas yang termarginalkan di Iran dan Turki. Dua negara tersebut dipilih karena memiliki latar belakang politik Islam yang berbeda, yakni religius dan sekuler. Dengan melihat realitas yang terjadi pada komunitas-komunitas di dua negara itu, dapat diketahui pula bagaimana dampak sistem politik religius dan sekuler memberi peran pada komunitas marginal. Bagian-bagian tersebut adalah :
Negara Islam Iran : Dominasi Syi’ah & Marginalisasi Sunni Negara Sekuler Turki : Sekte Mayoritas, Fungsional dan Tertindas Ahmadiah Qadian : Contoh Komunitas Islam Marginal di Indonesia
SINOPSIS BAB V
Memberikan paparan mengenai fakta-fakta JAI sebagai komunitas Islam marginal di Indonesia, juga realitas gerakan civil society komunitas Islam marginal, dengan mengungkapkan posisi JAI sebagai civil society sekaligus efektivitas gerakan mereka sebagai komunitas Islam marginal. Bagian-bagian pada bab ini adalah :
Relasi Jemaat Ahmadiyah Indonesia terhadap Pemerintah Pro Kontra SKB “Tiga Menteri” Ahmadiyah, Negara dan Komunitas Lainnya
SINOPSIS BAB VI
Mendiskusi antara fakta-fakta penelitian dengan realitas teoretis gerakan civil society komunitas Islam marginal. Pada poin ini dapat dibangun pemikiran gerakan civil society komunitas marginal dengan mencakup motif dan orientasi gerakan, sekaligus model pemikiran yang berkembang, serta nilai-nilai budaya fundamental dari civil society. Bagian bab ini mengungkap :
Persoalan JAI dan Kritik terhadap Pendekatan Dichotomis The Excluding Others : Mereka Yang Tersingkir dari Dunia Islam Model Interaksi Inklusif : Menuju Masyarakat Beradab Nilai Fundamental Civil Society Keindonesiaan Kepribadian Ahmadi dan Karakter Global Civil Society
Musyawarah dan Muba>halah Strategi Gerakan Komunitas Islam Marginal
SINOPSIS BAB VII
Menyajikan kesimpulan-kesimpulan relevan, sekaligus rekomendasi yang rasional, di antaranya adalah :
Interaksi civil society JAI mencerminkan subordinasi Negara didukung oleh institusi otoritas keagamaan (Islam) dan kelompok Islam mainstream; faktanya eksistensi JAI tetap melembaga, bahkan beberapa respon JAI menunjukkan ‘perlawanan’ kendatipun tidak secara terbuka;
Dalam kasus JAI, pola relasional dalam civil society membuktikan adanya interaksional dikhotomis sebagai akibat dari adanya bias mayoritas dalam keputusan Negara/Pemerintah;
JAI identik dengan global civil society, memberikan pengkayaan budaya
civil society berbasis kepribadian Ahmadi, yaitu : ‘adab’ illa>hiyah (at-
tammadun al-illa>hiyah) dan pranata muba>halah, yakni berhakim kepada Tuhan untuk memecahkan persoalan akibat perbedaan paham/keyakinan.
Catatan Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA
JAI sebagai komunitas muslim minoritas di Indonesia mampu menunjukkan diri sebagai contoh pilar civil society dalam masyarakat. Penulisnya, juga dengan baik memaparkan bagaimana JAI membangun kepercayaan (trust), jaringan (network), nilai-nilai yang dianut bersama (shared value), yang berguna untuk mewujudkan budaya keberadaban. Penelitian ini sangat penting untuk melihat bagaimana ajaran agama dalam bentuknya yang paling doktrinal sekalipun, bisa dikelola untuk pengembangan modal sosial (social capital building).