Post on 19-Jan-2023
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, No 1, Juni 2019 | 79
ANTONIMITAS DALAM AL QURAN
(ANALISIS LAFADH ANTONIM PADA Q.S AL HASYR
PERSPEKTIF M. ALI AL-KHULI)
Fuji Lestari
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI)
Sendangagung Paciran Lamongan
kuliahpendidikan@gmail.com
Abstrak
Ayat-ayat al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia di bumi. Oleh
karena itu al-Qur’an menggunakan bahasa manusia dimana mereka hidup. Nabi
Muhammad terpilih sebagai utusan untuk mensyiarkan agama Islam dengan pilar
al-Qur’an sesuai lughah yang dipakai. Memahami al-Qur’an tidak cukup dengan
membacanya saja, walaupun setiap bacaannya ada ganjarannya. Lebih daripada
itu pemahaman pada bahasa yang disampaikan al-Qur’an patut dijadikan
perhatian lebih guna mendapatkan pemahaman secara komprehensif dalam
segala aspek petunjuk yang diperuntukan seluruh alam ini. Pemahaman secara
linguistik seperti antonim dalam al-Qur’an atau dila>lah dalam Q.S al-Hasyr ini
akan dibahas dalam artikel ini guna mencari antonim dalam surah tersebut
berdasarkan kisaran makna dan jenis dari antonim perspektif semantik AL-Khulli.
Adapun metode dalam tulisan ini dengan menggunakan semantik al-Khulli
dengan berpacu pada teorinya tentang sembilan jenis antonim dalam bahasa
Arab. Akan tetapi, dalam Q.S Hasyr. Dari kesimpulan nya terdapat lima jenis
antonim yaitu: Binary/ تضاد حاد, Bagian/ تضاد جزئى, Affinity/ تضاد انتسابي, Graded/
.تضاد عكس / Conversense ,تضاد مترج
Kata Kunci : Antonim, Linguistik, lafadh, al-Hasyr
Fuji Lestari
80 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
A. Pendahuluan
Dewasa ini ada banyak kajian tentang al-Qur’an dari berbagai macam
perspektif. Tidak hanya itu saja, pendekatan demi pendekatan semakin banyak
menggunakan semua disiplin ilmu. Hal ini disebabkan karena kebutuhan terhadap
al-Qur’an sebagai problem solving di setiap generasi dan era semakin meningkat.
Secara historis, al-Qur’an yang selalu ditentang banyak kalangan modern karena
tidak masuk dalam idealisme ilmiah, namun saat ini pandangan tersebut sudah
terbantahkan dengan seiring zaman. Daya tarik al-Qur’an terhadap pengkajinya
selalu membuat kagum dan menimbulkan kecanduan untuk menelaah lebih dalam
kandungan al-Qur’an.
Berangkat dari Q.S al-Hujurat ayat 11:
ا ن ي اء م ل نس نهم و يرا م ى ا ن يكونوا خ ن ق وم ع س ر ق وم م نوا ل ي سخ م ا الذين ا ى ا ن يكن يه اء ع س ن س
ل ت ن اب زوا بال لق اب بئس الس كم و ا ا نفس ل ت لمزو و نهن يرا م ىك هم خ
ن لم ي تب ف اول م ان و يم م الفسوق ب عد ال
١١ - الظلمون
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik
dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan
(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah
kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”
Bahwa seluruh manusia harus siap mendengarkan kenyataan yang tidak
enak awalnya dengan menuai kontroversi atau bahkan menolak mentah tentang
disiplin kajian dan pendekatan. Ungkapan tersebut sama halnya kajian antonim
dalam rana semiotik al-Qur’an. Kajian ini mengungkap bahwa siapapun itu kalo
masih berjenis manusia pastilah terbatas dan bisa saja keliru.1
1 Fahridin Faiz, Hermeneutika Al-Qur’an, Yogyakarta: Kalimedia,2015,Xviii.
Antonimitas dalam...
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 81
Al-Qur’an akan membawa kemukjizatannya di sepanjang zaman sesuai
fenomena yang terjadi dan hal itu relevan. Sumbangsih disiplin ilmu sebagai pisau
analisis dalam membaca al-Qur’an semakin menjadikan al-Qur’an lebih mudah
dipahami berbagai kalangan. Munculnya pendekatan ini tidak serta merta berjalan
sendiri, namun tetap melibat ulumul Qur'an dalam menjembatani disconnect
dalam memahami lafadh al-Qur’an
Salah satu kajian lafadh al-Qur’an dalam penelitian ini adalah mencoba
untuk mengkaji ayat al-Qur’an dalam suratnya dengan fokus pada klasikal lafadh
dan maknanya. Pemahaman terhadap lafadh memang dirasa tidak cukup dalam
memperoleh pemahaman yang komprehensif. Interpretasi al-Qur’an bagi umat
Islam, merupakan tugas yang tak kenal henti. Ia merupakan upaya dan ikhtiar
memahami pesan Ilahi. Namun demikian, sehebat apapun manusia, ia hanya bisa
pada derajat pemahaman relatif dan tidak bisa mencapai derajat absolut. Pesan
Tuhan yang tertulis rapi dalam al-Qur’an ternyata juga tidak dipahami sama dari
waktu ke waktu. Selalu mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Salah
satu keistimewaan dalam al-Qur’an adalah kata dan kalimatnya yang singkat
dapat menampung sekian banyak makna. Bahasa al-Qur’an mengandung bahasa
yang tinggi, memiliki makna yang berkaitan dan saling mengisi ketika berada
dalam berbagai ayat.
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar di kalangan para Rasul. Dalam segi
Bahasa, ungkapan, sastra, ilmu, keindahan, dan lainya tidak terkalahkan oleh
karya tulis manapun sebelumnya. Dan bahkan sampai saat ini, di masa ilmu
pengetahuan membumbung tinggi dan menggema tak terhenti, tidak mampu
menandingi nilai estetik yang termuat dalam Al-Qur’an. Hal seperti ini
mengundang banyak sekali disiplin ilmu seperti linguistik antonim untuk
mendalami ayat-ayat al-Qur’an. Berupaya membuka tabir rahasia dibalik lafadh-
lafadh indah al-Qur’an, ternyta banyak ditemukan antonim dalam lafadh-lafadh
Qur’an, seperti dalam Q.S al-Hasyr.
Salah satu yang melandasi munculnya antonim dalam al-Quran adalah
adanya relasi makna dengan banyak bentuk antonim pada lafadh satu dengan
Fuji Lestari
82 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
lainnya. Maka artikel ini akan membahas bagaimana pencarian antonim dalam
lafadh Q.S al-Hasyr.
B. Definisi Antonim
Antonim menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah berlawan makna
atau lawan kata. Jika mencari sebuah kata maka antonim adalah lawan dari kata
tersebut. Seperti baik antonimnya buruk. Arti lain antonim adalah leksem yang
berpasangan secara antonimi. Kata berantonim berlawanan dengan kata
bersinonim. Bentuk kebahasaan tertentu akan dapat dikatakan berantonim kalau
bentuk itu memiliki makna yang tidak sama dengan makna lainnya. Dalam
linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukkan bentuk-bentuk kebahasaan itu
memiliki relasi antar makna yang wujud logisnya berbeda atau bertentangan
antara satu dengan lainnya.2
Secara bahasa, kata antonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onama
yang berarti ‘nama’, dan anti artinya ‘melawan’. Secara lafadh antonim berarti
nama lain dari benda lain pula. Menurut Vehaar dalam Chaer (2009;89),
memaknai antonim sebagai ungkapan baik berupa kata, frasa, atau kalimat yang
maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.
Dalam bahasa arab antonim disebut dengan term األضداد atau التضاد, األضداد
merupakan bentuk jamak dari kata ضد yang bermakna berlawanan dengan
lainnya. Seperti contoh األسود (hitam) berantonim dengan األبيض (putih). الحي
(hidup) berantonim dengan الموت (mati), dst.3
Sedangkan para pakar bahasa Arab mengungkapkan antonim dengan
bermacam-macam. Namun hal itu mengacu pada satu definisi yang sepakat.
Seperti mengistilahkan antonim dengan menggunakan satu kata atau dua kata
pengertian yang berlawanan. Seperti menurut Dr.Amil Badi’ Ya’kub, Hal ini
antonim masuk dalam kategori homonimi (المشترك اللفظي). Setiap antonim termasuk
homonim namun tidak sebaliknya. Seperti misalnya: المولى yang bermakna العبد
2 Ubaid Ridho,
https://www.researchgate.net/publication/328660639_Sinonim_dan_Antonim_dalam_Al-Qur'an, diakses 9 april 2021. 3 Abu Hilal Aksari , al-Furuq fi al-Lugah, Beirut: Dar al-Afaq al-Jiddah Mnzur,1973. 45.
Antonimitas dalam...
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 83
(hamba) dan pula السيد (tuan). Kemudian الجون yang bisa berarti األبيض (putih) dan
juga األسود (hitam). Pada akhirnya pakar linguistik Arab kebanyakan menggunakan
lafadh al-Tad{ad dengan arti yang kedua.
Seiring berjalannya waktu pandangan tentang penolakan adanya antonim
pada al-Qur’an mulai longgar karena tidak sedikit pula kalangan yang pro dengan
adanya antonim ini ketika mengkaji al-Qur’an. Pandangan ini sebagaimana
adanya konsep antonim dengan mustat}ik lafdzi adalah berbeda. Perbedaan ini
ketara jelas pada kajian makna yang “bertentangan”. Para pakar bahasa yang pro
dengan antonim ini menganggap bahwa antonim adalah konsep relasi makna
sendiri, banyak sedikitnya ini disebabkan oleh al-Qur’an sendiri yang berisi
tentang banyaknya macam-macam kata yang berpola sebagai antonim. Dan
pandangan mereka ini menjelaskan bahwa konsep antonim merupakan satu bukti
yang valid, karena linguistik dalam al-Qur’an sangat berbeda dengan yang
lainnya, serta pembahasan ini dalam al-Qur’an sangat kompleks dan komplit.
Lagi-lagi kita diingatkan dengan ungkapan bahwa al-Qur’an itu shahih li kulli
zaman wa makan, al-Qur’an akan selalu menakjubkan para pengkajinya
meskipun telah dibaca sekali dan sampai berulang-ulang kali, masih tetap saja
menemukan permata yang tidak kita sadari kehadirannya.
Berdasarkan relasi semantik tidak hanya antonim saja, ada pula beberapa
relasi makna lainnya, yakni kegandaan makna (polisemi atau ambiguitas),
ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), dan kelebihan
makna (redundansi).4 Namun peneliti tidak bermaksud melebar pembahasan,
maka tulisan ini hanya akan fokus pada penjelasan antonim karena sebagai pisau
analisis dalam menelaah kajian makna dalam ayat-ayat al-Qur’an (Q.S.al-Hasyr).
Antonim yang bermakna lawan kata atau bertentangan ini jika ditelusuri
dalam kajian lafadh al-Qur’an maka ditemukan ada lafadh 5ضدا yang berarti
(musuh). Terdapat pada Q.S Maryam ayat 83 dengan ayat ك ل ن بعب اد تهمف فروف س ي كف
همف ضدا ل يف ن ع نوف ي كوف sama sekali tidak, kelak mereka (sesembahan) itu akan) و
4 Tajudin Nur, Semantik Bahasa Arab Pengantar Studi Ilmu Makna, Bandung: Universitas
Padjajaran, 2017.68-86. 5 Ilmi Zadeh Fu’ad Abd Al—Baqiy, Fathur Rahman Li Thalabil Ayatil Qur’an, Surabaya:Al-Hidayah.
264.
Fuji Lestari
84 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
mengingkari penyembahan mreka terhadapnya. dan aka menjadi musuh bagi
mereka).6
C. Macam-Macam Antonim
Pembagian antonim menurut Muhammad Ali AL-Kulli dibagi menjadi
sembilan yaitu:7
binary antonymy, antonim jenis ini menutup adanya/ تضاد حاد .1
kemungkinan oposisi lain secara mutlak. Seperti misal kata حي (hidup) dan ميت
(mati) diantara keduanya terdapat perbedaan yang mutlak. Misal kata lain اعزب
(bujang) dan متزوج (menikah) diantara keduanya terdapat pembatas yang mutlak.
Oleh sebab itu antonim ini tidak mungkin bertingkat.
converseness, antonim ini merupakan sifatnya saling /تضاد عكس .2
melengkapi antara satu kata dengan kata lain. Seperti kata اشتري (membeli) dan باع
(menjual) karena setiap ada orang yang menjual pasti ada orang yang membeli,
atau seperti kata والدة (perempuan yang beranak), maka pasti ada kata مولود (anak
yang dilahirkan), karena akan mustahil jika ada والدة (perempuan yang beranak)
tanpa adanya yang dilahirkan (مولود).
graded antonym, antonim jenis ini berupa pasangan yang /تضاد مترج .3
saling berposisi. Akan tetapi masih bergradasi, jenjang, atau tingkatan. Jadi kata
antonim jenis ini bisa berupa kata-kata nama santun, ukuran (berat, panjang, dan
isi), nama satuan, hitungan, penanggalan, atau nama jenjang kepangkatan. Contoh
lafadh (سهل) mudah antonim nya adalah (صعب) sulit. Akan tetapi dua kata ini
masih memiliki tingkatan-tingkatan, contoh: سهل جدا (sangat mudah). Perbedaan
antara antonim biner adalah dapat menerima tingkatan, sedangkan antonim biner
tidak memiliki tingkatan, seperti contoh kata حي (hidup) dan ميت (mati), tidak
mungkin lafadh ini menerima gradasi seperti حي جدا (sangat hidup) atau ميت قليل (
agak mati).
vertical antonymy, antonim jenis ini memiliki / تضاد عمودي .4
pasangan kata yang menunjukkan dua arah yang vertikal (menyamping) tidak
lurus,contoh kata شمال utara antonimnya شرق timur. Karena bisa saja antonimnya
6 Q.S Maryam ayat 82.
7 Mohammad Matsa , Kajian Semantik Arab Klasik Dan Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2016. 33.
Antonimitas dalam...
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 85
barat. Karena sifat dari antonim ini hubungannya tidak satu arah غريب dan شمال
saja.
extensional antonymy, antonim ini apabila pasangan / تضاد امتدادى .5
kata yang menunjukkan dua arah yang bersifat ekstensional (garis lurus). Seperti
kata شمال dan جنوب , atau kata امام di depan dan وراء dibelakang, atau kata فوق
diatas danتحت dibawah.
antonim bagian, maksudnya adalah jika kata yang saling /تضاد جزئى .6
berlawanan itu merupakan bagian darinya. Contoh lafadh كتاب antonimnya غلف
sampul. Sedangkan lafadh سيارة antonimnya مقود setir. Sehingga antara sampul
merupakan bagian dari kitab, dan setir merupakan bagian dari mobil. Karena
termasuk bagian dari antonim maka disebut جزئى yaitu bagian.
cyclic antonymy, jika antonim sebuah kata memiliki / تضاد دائرى .7
hubungan putaran, contoh lawan kata hari senin adalah selasa, atau juga lawan
kata dari musim kemarau adalah musim hujan. Karena senin dan selasa
merupakan perputaran atau kata kemarau dan hujan merupakan putaran musim.
rank antonymy, sifat dari lawan kata ini jika / الرتبي تضاد .8
antonimnya beranking untuk memahaminya perhatikan kata مشير : jendral besar –
mayor. Dari beberapa kata tersebut لواء-letnan jenderal فريق -jendral فريق اول
menunjukkan antonim kata akan masih dalam tataran kepangkatan militer.
Sehingga masih dalam satu tataran urutan maka jenis antonim ini dinamakan rank
antonymy.
affinity antonymy, maksudnya adalah antonim setiap /تضاد انتسابي .9
kata merupakan kelompok dari jenis yang sama. Contoh kata موز pisang- تفاح apel-
jeruk, dari beberapa kata ini merupakan dari satu kelompok jenis yang sama برتقال
yaitu jenis فاكهة buah-buahan.
D. Biografi Muhammad Ali Al-Khuli
Muhammad Ali Al-Khulli lahir pada tanggal 23 November 1938 di kota
Manufiyah. Al-Khulli tergolong pakar linguistik di Kota Mesir, banyak karya
tulisnya berkisar tentang linguistik. Al-Khulli sebagai penulis, peneliti, dan
penerjemah. AL-Khuli juga seorang jurnalis, konsultan dan juga pemateri di radio
maupun media cetak lain, baik di Arab maupun Eropa. Kepiawaiannya dalam
Fuji Lestari
86 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
bidang linguistik mengantarkannya menjadi anggota komite penerjemah dalam
kementrian kebudayaan di Mesir. Gelarnya sebagai sarjana BA jurusan bahasa
asing sebagai modal utama menjadi penerjemah di PBB (Perserikatan Bangsa
Bangsa).8
E. Sekilas Tentang Q.S Al Hasyr
Surah al-Hasyr terdiri atas 24 ayat dari surah ke 101 dalam mushaf uthmani.
Penamaan al-Hasyr dalam surah ini berdasarkan ayat yang kedua lafadh شر ٱلح
yang bermakna “pengusiran”. Hal ini sebagai tanda secara historis bahwa adanya
pengusiran terhadap Bani Nad}ir dari besaran kaum Yahudi yang melanggar
perjanjian dan memusuhi Islam. Sehingga nama lain dari surah ini adalah surat
Bani Nad}ir. Mengacu pada kaidah ilmu makkiyyah dan madaniyyah maka surah
al-Hasyr termasuk dalam ciri-ciri surah madaniyyah.
Banyak pengkaji al-Qur’an ketika menelaah surah ini tertarik pada tiga ayat
terakhir. Ayat tersebut berisikan tentang lafadh asma al-Husna Allah yang
dijadikan do’a dan diyakini sebagai doa ampunan yang mustajab. Hal ini tidak
heran karena berlandaskan isi kandungan dari Q.S al-Hasyr membahas tentang
bagaimana Bani Nad}ir. kaum Yahudi melakukan perbuatan keji terhadap kaum
Mukmin. Dalam surah ini juga secara detail dijelaskan apa saja balasan yang
diperoleh kaum munafik. Terlepas dari hal tersebut, berdasarkan riwayat tentang
tiga ayat terakhir banyak kalangan ulama menetapkan bahwa hadits tersebut yang
menjelaskan demikian statusnya dhaif. Namun, kedhaifan dalam menggunakan
sebuah dalil masih bisa ditolerir selagi penggunaannya sebagai motivasi atau
syi’ar. Jika dalil tersebut membahas tentang hukum maka riwayat dhaif ditolak.
Berdasarkan kaidah Asba>b an-Nuzu>l, Q.S al-Hasyr ini tidak memiliki Asba>b
an-Nuzu>l dari keseluruh ayatnya, namun dari 24 ayat ada tujuh saja yang didapati
Asba>b an-Nuzu>l. Yaitu pada ayat ke 1- 4 , ayat 8, ayat 10, ayat 11, dan ayat 13.9
Adapun pada ayat 1 ا فى السم م كيم س بح لل هو الع زيز الح ا فى ال رض و م ت و و – ١
8 Miftahul Arifin, https://media.neliti.com/media/publications/283223-antonim-dalam-al-quran-
perspektif-ali-al-8e454a2e.pdf, diakses 08 April 2021. 9 Asbab An-Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Badung:CV Penerbit
Diponegoro.555.
Antonimitas dalam...
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 87
“Bertasbihlah kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
ج الذين ك ف روا من ا ا نهم هو الذي ا خر نو ظ ن نتم ا ن يخرجوا و ا ظ شر م ل الح ب من دي ارهم ل و ا هل الكت
ق ذ ف في قلوبهم الر يث ل م ي حت سبوا و من ح ىهم الل ف ا ت ن الل انع تهم حصونهم م يوت هم با يديهم عب يخربون ب م
ار اولى ال بص ا يدى المؤمنين ف اعت بروا ي ٢ -و
“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari
kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak
menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, benteng-benteng
mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah
mendatangkan (siksaan) kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-
sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka; sehingga
memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan
orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran,
wahai orang-orang yang mempunyai pandangan”
ة ع ذ اب النار خر ل هم فى ال ء ل ع ذب هم فى الدني ا و ل ل يهم الج ع ا ن ك ت ب الل ل ول ٣ - و
“Dan sekiranya tidak karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap
mereka, pasti Allah mengazab mereka di dunia. Dan di akhirat mereka akan
mendapat azab neraka.
لك با ن الل ف ان الل ش ديد العق اب ذ ن يش اق م سول ه و ر اقوا الل و ٤ -هم ش
“Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah, maka sesungguhnya Allah sangat
keras hukuman-Nya”.
سقي ليخزي الف و ا ف باذن الل ى اصوله ل ة ع كتموه ا ق اىم ن ل ين ة ا و ت ر ا ق ط عتم م ٥ -ن م
“Apa yang kamu tebang di antara pohon kurma (milik orang-orang kafir)
atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (itu terjadi)
dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-
orang fasik”.
Fuji Lestari
88 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kira-kira enam bulan setelah
perang Badar, segolongan kaum Yahudi Bani Nad}ir yang bertempat tinggal dan
berkebun kurma di wilayah Madinah, dikepung oleh Rasulullah saw mereka diusir
ke luar Madinah, dan hanya dibolehkan membawa harta kekayaannya sekedar
yang dipikul oleh unta mereka dan mereka pun tidak dibenarkan membawa
senjata. Ayat ini turun pada peristiwa tersebut. Yang melukiskan bahwa orang
yang berkhianat akan mendapat balasannya. (Diriwayatkan oleh al-Hakim, dan
dishahihkannya, yang bersumber dari Aisyah).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah saw. Pernah membakar
pohon-pohon kurma bani Nad}ir dan menebang sebagian lagi ayat ini turun sebagai
keterangan bahwa tindakan Rasulullah bersama para sahabatnya, yang dilukiskan
khusus terhadap Bani Nad}ir itu dibenarkan Allah SWT. (Diriwayatkan oleh al-
Bukhari dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu ‘Umar).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah pernah memberi izin
menebamg pohon-pohon kurma, tapi kemudian melarangnya dengan keras. Para
sahabat menghadap Rasulullah dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah kami ini
berdosa karena telah menebang sebagian pohon kurma dan membiarkan
sebagiannya lagi?” ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. Yang
membenarkan tindakan mereka. (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad
yang dhaif, yang bersumber dari Jabir).
Dalam riwayat lain dikemukakan, ketika Rasulullah SAW. Sampai ke
tempat bani Nad}ir, mereka telah bersembunyi di dalam benteng Rasulullah saw.
Memerintahkan menebang pohon kurma dan membakarnya (sehingga berasap).
Bani Nad}ir berteriak-teriak memanggil Rasulullah SAW. : Hai Muhammad!
Engkau telah melarang membuat kerusakan di bumi dan mencela orang yang
membuat kerusakan, akan tetapi mengapa engkau menebang pohon kurma dan
membakarnya” ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, membenarkan
Rasulullah dalam memusnahkan kaum fasik (Diriwayatkan oleh ibnu ishaq yang
bersumber dari Yazid bin Ruman. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang
bersumber dari Qatadah dan Mujahid).
Pada Q.S al-Hasyr ayat 9:
Antonimitas dalam...
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 89
ل ي جدون في صد ر ال يهم و ن ه اج ان من ق بلهم يحبون م يم ال ءو الدار و الذين ت ب و ا و م ة م اج ورهم ح
ن يوق شح م ة و اص ص ل و ك ان بهم خ ى ا نفسهم و ل يؤثرون ع ىك هم المفلحون اوتوا و
ن فسه ف اول - ٩
“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah
beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang
yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan
mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga
memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung.”
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Anshar berkata: “Ya
rasulullah, bagilah dua tanah ini untuk kami (kaum Anshar) dan kaum muhajirin.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak! Penuhi sajalah keperluan mereka dan
bagilah buah kurmanya tanah ini tetap milikmu.” Mereka menjawab: “kami ridho
atas keputusan itu!” maka turunlah ayat ini (Q.S 59 al-Hasyr:9) menggambarkan
sifat-sifat kaum Anshar yang tidak mementingkan diri sendiri.(Riwayat lain oleh
Ibnu Mundzir yang bersumber dari Yazid al-Asham).
. Dalam riwayatnya dijelaskan bahwa seorang laki-laki menghadap
Rasulullah SAW. Dan berkata: ya Rasulullah! Saya lapar” Rasulullah meminta
makanan dari istri-istrinya, akan tetapi ternyata tak ada makanan sama sekali,
kemudian Rasulullah bersabda: “siapa diantara kalian yang malam ini bersedia
memberi makanan kepada tamu ini? Mudah-mudahan Allah memberi Rahmat
kepadanya.” Seorang Anshar menjawab: “saya, ya Rasulullah.” Ia pun pergi
kepada istrinya dan berkata:’ suguhkan makanan yang ada pada tamu Rasulullah”
istrinya menjawab: “demi Allah, tidak ada makanan kecuali sedikit untuk anak-
anak.” Suaminya berkata: “Biarlah mereka makan, tidurkan mereka dan
padamkan lampunya. Biarlah kita tahan lapar pada malam ini.” Istrinya
melaksanakan apa yang diminta suaminya. Keesokkan harinya Rasulullah SAW.
Bersabda: “Allah kagum dan gembira karena perbuatan suami-istri itu.” Ayat ini
turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan perbuatan orang
yang memperhatikan kepentingan orang lain.10
10
Diriwayatkan oleh Bukhari yang bersumber dari Abu Hurairah.
Fuji Lestari
90 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
Dalam riwayat lainnya dikemukakan bahwa salah satu seorang sahabat
Rasulullah diberi kepala kambing. Dalam hatinya sahabat itu berkata: “mungkin
orang lain lebih memerlukan daripada aku.” Seketika itu juga kepala kambing itu
dikirimkan kepada kawannya, tapi oleh kawannya itu dikirimkan lagi kepada lain,
sehingga kepala kambing itu berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya
(sampai tujuh rumah). Pada akhirnya kepala kambing itu kembali lagi yang
pertama. Ayat ini turun berkenaan tentang setiap umat Islam selalu
memperhatikan nasib sesamanya.11
Asbabun-Nuzul ayat ke 11 yakni:
ب ل ىن اخر انهم الذين ك ف روا من ا هل الكت خو ل ا ل م ت ر ال ى الذين ن اف قوا ي قولون ل ع كم و ن م جتم ل ن خرج
ان دا ا ب دا و ذبون نطيع فيكم ا ح د انهم ل ك ي شه الل نكم و قوتلتم ل ن نصر - ١١
“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang munafik yang berkata
kepada saudara-saudaranya yang kafir di antara Ahli Kitab, “Sungguh, jika
kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-
lamanya tidak akan patuh kepada siapapun demi kamu, dan jika kamu diperangi
pasti kami akan membantumu.” Dan Allah menyaksikan, bahwa mereka benar-
benar pendusta.”
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa beberapa orang bani Quraiz}ah
masuk Islam, tetapi diantara mereka terdapat orang-orang munafik. Orang-orang
munafik itu berkata kepada bani Nad}ir: “ Sekiranya kalian diusir, kami pun akan
keluar bersamamu.” Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut yang
menggambarkan sifat-sifat orang munafik yang selalu berdusta.12
F. Antonim dalam QS Al Hasyr
Guna memperjelas tentang antonim pada Q.S al-Hasyr, maka Berikut tabelnya:
No No.
Ayat
Teks ayat Jenis antonim
11
Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Muharib bin Ditsar yang bersumber dari Ibnu ‘Umar. 12
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi.
Antonimitas dalam...
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 91
1 Ayat
1
ا فى م ت س بح لل و ا فى ٱلسم م كيم ٱأل رض و هو ٱلع زيز ٱلح تضاد /Binary و
حاد
2 Ayat
2
ج ٱلذين شر ك ف روا هو ٱلذى أ خر ل ٱلح رهم أل و ب من دي من أ هل ٱلكت
هم ف أ ت ى ن ٱلل انع تهم حصونهم م ا أ نهم م ظ نو ا ظ ن نتم أ ن ي خرجوا و م
عب يخربون ق ذ ف فى قلوبهم ٱلر يث ل م ي حت سبوا و من ح بيوت هم ٱلل
أ يدى ٱ لى ٱأل بص لمؤمنين بأ يديهم و أو ف ٱعت بروا ي
Binary/ تضاد
حاد
3 Ayat
3
ء ل ع ذب هم فى ل ل يهم ٱلج ع أ ن ك ت ب ٱلل ل ول ل هم فى ٱلدني او ة ٱأل و خر
ٱلنار ع ذ اب
Binary/ تضاد
حاد
Bagian/ تضاد
جزئى
4 Ayat
6
ل يه من فتم ع ا أ وج سولهۦ منهم ف م ل ى ر ع ا أ ف اء ٱلل م يل و ل خ رك اب و
ل ى كل ش ىء ق دير ع ٱلل ن ي ش اء و ل ى م ل ط رسل هۥ ع كن ٱلل يس ل و
Affinity/ تضاد
ابيانتس
5 Ayat
7
لذى ٱلقرب ى سول و للر ى ف لله و سولهۦ من أ هل ٱلقر ل ى ر ع ا أ ف اء ٱلل م
ى م ٱلي ت كين و س ٱلم ب ين و
ٱبن ٱلسبيل ك ى ل ي كون دول ة ٱأل غني اء و
ا م كم منكم و ات ى س ء ٱتقوا ٱلل خذوول ف ٱلر كم ع نه ف ٱنت هوا و ى ا ن ه م ه و
إن ٱلل ش ديد ٱلعق اب
Graded/ تضاد
مترج
Conversense /
تضاد عكس
6 Ayat
9
ٱلذين ءوو ن ه ت ب و ن من ق بلهم يحبون م يم ٱل ر ٱلدار و ل اج إل يهم و
ل و أ نفسهم و ل ى يؤثرون ع ا أوتوا و م ة م اج ي جدون فى صدورهم ح
ئك هم ٱلمفلحون ل ن يوق شح ن فسهۦ ف أو م ة و اص ص ك ان بهم خ
Binary/ تضاد
حاد
7 Ayat
12
ل ئن ل ئن أخرجوا ل ي خر ع هم و ل ئن ي نصرون ه وا ل قوتل جون م م و
رو ر ثم ل نص لن ٱأل دب رون هم ل يو ينص
Binary/ تضاد
حاد
8 Ayat
14
تلون كم ميعاا يق اء جدر ب أسهم ج ر و من و ن ة أ ص ح إل فى قرى م
بهم ديد ت حس ميعاب ين هم ش قلوبهم ج لك بأ نهم ق وم ل ي عقلون ش تى و ذ
Graded/ تضاد
مترج
9 Ayat
22
ه إل هو إل ٱلذى ل لم ٱ هو ٱلل د ة ع ٱلشه حيم لغ يب و ن ٱلر حم تضاد /Binary هو ٱلر
حاد
Fuji Lestari
92 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
Dalam ayat 1 terdapat antonim yaitu ت و .(bumi) ٱأل رض dan (langit) ٱلسم
Lafadh ini dikategorikan jenis antonim binary/ تضاد حادatau antonim mutlak.
Apabila ada langit jelas ada bumi. Lafadh ini bukan termasuk antonim bertingkat
karena mustahil ada kata sangat langit dan kurang langit.dan lafadh ini juga tidak
termasuk antonim bagian karena langit bukan bagian dari bumi atau sebaliknya.
Allah menggunakan lafadh jamak dari ت و Dan .سماء dari kata dasar tunggal ٱلسم
menggunakan lafadh tunggal ٱأل رض yang artinya satu bumi.
Pada ayat ke 2 menunjukkan adanya antonim yaitu ك ف روا (kafir) dan ٱلمؤمنين
(orang mukmin). Lafadh ini terkategorikan jenis antonim binary/ تضاد حاد, sebab
lafadh kafir memiliki lawan kata yaitu mukmin. Secara tekstual, kedua lafadh ini
tidak menggunakan jenis kata dasar yang sama-sama isim maupun fi’il. Tetapi
yang satu fi'il madhi dan satunya isim fail. Tetapi jika ditelusuri lafadh sebelum
adalah isim maushul yang menjadi fa’il dari fi’il tersebut, sehingga susunan ك ف رو
dua lafadh tersebut menjadi sebuah kata subyek (fa’il) dan bermakna orang-orang
kafir.
Pada ayat ke 3 mengandung antonim lafadh ٱلدني ا (dunia) dengan ة خر ٱأل
(akhirat). lafadh ini termasuk dalam jenis antonim binary/ تضاد حاد. Hal ini
menunjukkan bahwa jika ada dunia maka ada akhirat. Redaksi ayat menggunakan
jenis lafadh sama-sama isim mufrad baik ( ٱلدني ا ) دني.ج maupun ة خر Lafadh ini . ٱأل
bukan termasuk antonim bertingkat karena mustahil ada kata sangat dunia dan
kurang akhirat. Tetapi dalam ayat ini lafadh ة خر memiliki jenis antonim lain ٱأل
yaitu dengan lafadh ٱلنار (neraka). Kedua lafadh tersebut tergolongan jenis antonim
Bagian/ تضاد جزئى, karena lafadh ٱلنار (neraka) adalah bagian dari ة خر .(akhirat)ٱأل
Ayat ke-6 terdapat antonim pada lafadh يل yang (unta) رك اب dan (kuda) خ
termasuk jenis antonim Affinity/ تضاد انتسابي. Hal ini disebabkan kedua lafadh
tersebut berasal dari jenis yang sama yakni macam-macam hewan.
Ayat ke7 mengandung antonim pada lafadh كين س dan (orang-orang miskin) ٱلم
lafadh ٱأل غني اء (orang-orang kaya). Jenis antonim pada lafadh tersebut adalah
Graded/ تضاد مترج, merupakan antonim berupa pasangan yang saling berposisi.
Namun masih bergradasi, jenjang, atau tingkatan. Jadi antonim jenis ini dapat
berupa kata-kata nama santun, ukuran (berat, panjang, dan isi), nama satuan,
hitungan, penanggalan, atau nama jenjang kepangkatan. Seperti pada lafadh
Antonimitas dalam...
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 93
كين س كين masih bisa bertingkat levelnya seperti (orang-orang miskin) ٱلم س جدا ٱلم
(orang-orang sangat miskin). Selain dua lafadh tersebut, pada ayat ini terdapat
lafadh lain yang berjenis antonim lain yakni pada lafadh كم ات ى dan (diberikan) ء
lafadh ف خذوه (terima). Antonim ini masuk pada jenis antonim Conversense / تضاد
Bahwa jika ada yang memberi maka ada yang menerima. Dua lafadh ini .عكس
saling berkaitan satu sama lain. Berdasarkan lafadh tersebut menggunakan jenis
dasar kata yang berbeda yang كم ات ى ف خذوه menggunakan fi’il madhi dan (diberikan) ء
(terima) berupa fi’il amar menandakan seruan untuk melakukan sesuatu.
Ayat ke-9 terdapat antonim pada lafadh ءو ر dan lafadh (menempati) ت ب و ه اج
(berhijrah/berpidah). Jenis antonim adalah Binary/ تضاد حاد. Bahwa ada yang
bermukim/ bertempat di suatu tempat maka ada pula yang berhijrah. Lafadh ini
menggunakan jenis suku kata yang sama yaitu isim fi’il namun hanya berbeda
dalam imbuhan saja. Dua lafadh ini tidak termasuk antonim تضاد عكس/conversense
karena orang yang menempati satu wilayah bukan harus ada yang berhijrah. Dan
dua lafadh ini tidak memiliki ketergantungan konteks, sehingga antonim biner
yang sangat relevan dalam menggolongkan lafadh tersebut.
Ayak ke -12 terdapat antonim pada lafadh قوتلوا (diperangi) dan lafadh
رون روهم , ينص /Antonim ini termasuk dalam jenis Binary .(menolong) ي نصرون هم , نص
.Dua lafadh tersebut memiliki makna yang jauh dan saling bertentangan .تضاد حاد
Dua jenis lafadh ini berasal dari jenis kata yang sama yakni fi’il madhi baik madhi
ma’lu>m ataupun majhu>l.
Ayat ke-14 terdapat antonim pada lafadh ميعا dan lafadh (bersama-sama) ج
dua ,تضاد مترج /Antonim pada lafadh ini adalah Graded .(terpecah belah) ش تى
lafadh yang menjadi sifat dari sebuah tindakan dan masih bertingkat.
Ayat ke-22 pada lafadh ٱلغ يب (ghaib) dan lafadh د ة lafadh ini ,(nyata)ٱلشه
termasuk jenis antonim Binary/ تضاد حاد yakni antonim mutlak. Tidak bisa
dikategorikan bertingkat karena lafadh ini berhubungan dengan pengetahuan
Allah yang mengetahui atas segala yang gaib dan yang nyata juga mustahil ada
istilah sangat gaib dan sedikit gaib ataupun sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa dalam Q.S al-Hasyr
mengandung beberapa jenis antonim. Jika disesuaikan dengan pembagian antonim
menurut Al-Khulli yang sembilan macam, maka dalam Q.S AL-Hasyr terdapat
Fuji Lestari
94 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
lima macam antonim yaitu: Binary/ تضاد حاد, Bagian/ تضاد جزئى, Affinity/ تضاد
,dengan urutan ayat pertama تضاد عكس / Conversense ,تضاد مترج /Graded ,انتسابي
kedua, ketiga, keenam, ketujuh, sembilan, dua belas, empat belas, dan dua puluh
dua. Tidak ada satupun lafadh yang diulang kembali namun hanya ditemukan
model lafadh yang berbeda dalam segi susunan kata.
G. Urgensi Memahami Antonim dalam Al Quran
Sekalipun antonim dalam kajian al-Qur’an menuai perbedaan pandangan
dikalangan para ulama. Namun dalam praktiknya antonim masih tetap
memberikan sumbangsih dalam memahami al-Qur’an, seperti berikut:
1. Konsep relasi makna ayat al-Qur’an, sedikit banyaknya disebabkan
redaksi al-Qur’an yang terdapat banyak bentuk lafadh yang berjenis
anatomi. Pandangan ini bahwa konsep linguistik dalam al-Qur’an lebih
komplek dan linguistik di dalamnya lebih komplit dibanding yang lain.
2. Penggunaan antonim dalam kajian al-Qur’an sebagai tanda kebesaran dari
mukjizat al-Qur’an, jika ayat-ayat al-Qur’an dilantunkan maknanya akan
jelas, namun jika dibaca lagi maka akan ditemukan makna-makna lainnya
yang berbeda dari bacaan sebelumnya.dan seterusnya.sehingga bisa
ditemukan pula berbagai macam makna yang tetap relevan seiring
masanya.
3. Sebagai pendekatan dalam menelaah al-Qur’an. Sehingga memahami
antonim dalam Q.S al-Hasyr bisa ditemukan keragaman lafadh yang
sekaligus diiringi lafadh antonim. Hal ini sebagai petunjuk pula bahwa
dalam memahami isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an tidak hanya memiliki
munasabah ayat yang lafadhnya serupa namun juga menggunakan lafadh
yang berlawanan namun masih dalam satu pembahasan. Upaya memahami
kandungan al-Qur’an akan terasa sedikit mudah dengan menggunakan
metode ini, selagi masih relevan dengan ayat yang akan dicari antonimnya.
Karena tidak semua ayat secara utuh dalam satu surat bisa ditemukan
lafadh berantonim sekaligus.
Antonimitas dalam...
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 95
H. Kesimpulan
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Q.S al-Hasyr
merupakan surah madaniyah yakni surah yang turun setelah nabi Muhammad
Hijrah. Berdasarkan ciri dan macam kaidah ilmu makiyyah madaniyyah, Dalam
Q.S al-Hasyr berjumlah 24 ayat yang seluruhnya termasuk ayat madaniyah.
Analisa terhadap antonimitas perspektif semiotika Al-Khulli Q.S al-Hasyr
didapatkan 5 jenis antonim yaitu: Binary/ تضاد حاد, Bagian/ تضاد جزئى, Affinity/
.تضاد عكس / Conversense ,تضاد مترج /Graded ,تضاد انتسابي
Daftar Pustaka
Arifin, Miftahul https://media.neliti.com/media/publications/283223-antonim-
dalam-alquran-perspektif-ali-al-8e454a2e.pdf, diakses 08 April 2021.
Aksari, Abu Hilal. Al-Furuq Fi Al-Lugah. Beirut: Dar al-Afaq al-Jiddah Mnzur,
1973.
Asbab An-Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an,
Badung: CV Penerbit Diponegoro (Tanpa tahun).
Al Baqiy, Ilmi Zadeh Fu’ad Abd. Fathur Rahman Li Thalabil Ayatil Qur’an.
Surabaya: Al Hidayah (Tanpa Tahun).
Al-Qur’an Kemenag RI
Faiz, Fahridin, Hermeneutika Al-Qur’an. Yogyakarta: Kalimedia, 2015.
Matsa, Mohammad. Kajian Semantik Arab Klasik Dan Kontemporer, Jakarta:
Kencana, 2016.
Nur, Tajudin. Semantik Bahasa Arab Pengantar Studi Ilmu Makna, Bandung:
Universitas Padjajaran, 2017.
Ubaid,https://www.researchgate.net/publication/328660639_Sinonim_dan_Antoni
m_dalam Al-Qur'an, diakses 9 april 2021.