antonimitas dalam al quran (analisis lafadh antonim pada qs ...

17
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, No 1, Juni 2019 | 79 ANTONIMITAS DALAM AL QURAN (ANALISIS LAFADH ANTONIM PADA Q.S AL HASYR PERSPEKTIF M. ALI AL-KHULI) Fuji Lestari Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) Sendangagung Paciran Lamongan [email protected] Abstrak Ayat-ayat al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia di bumi. Oleh karena itu al-Qur’an menggunakan bahasa manusia dimana mereka hidup. Nabi Muhammad terpilih sebagai utusan untuk mensyiarkan agama Islam dengan pilar al-Qur’an sesuai lughah yang dipakai. Memahami al-Qur’an tidak cukup dengan membacanya saja, walaupun setiap bacaannya ada ganjarannya. Lebih daripada itu pemahaman pada bahasa yang disampaikan al-Qur’an patut dijadikan perhatian lebih guna mendapatkan pemahaman secara komprehensif dalam segala aspek petunjuk yang diperuntukan seluruh alam ini. Pemahaman secara linguistik seperti antonim dalam al-Qur’an atau dila>lah dalam Q.S al-Hasyr ini akan dibahas dalam artikel ini guna mencari antonim dalam surah tersebut berdasarkan kisaran makna dan jenis dari antonim perspektif semantik AL-Khulli. Adapun metode dalam tulisan ini dengan menggunakan semantik al-Khulli dengan berpacu pada teorinya tentang sembilan jenis antonim dalam bahasa Arab. Akan tetapi, dalam Q.S Hasyr. Dari kesimpulan nya terdapat lima jenis antonim yaitu: Binary/ تضاد حاد, Bagian/ تضاد جزئى, Affinity/ نتسابيد اتضا, Graded/ ضاد مترجت, Conversense / تضاد عكس. Kata Kunci : Antonim, Linguistik, lafadh, al-Hasyr

Transcript of antonimitas dalam al quran (analisis lafadh antonim pada qs ...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, No 1, Juni 2019 | 79

ANTONIMITAS DALAM AL QURAN

(ANALISIS LAFADH ANTONIM PADA Q.S AL HASYR

PERSPEKTIF M. ALI AL-KHULI)

Fuji Lestari

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI)

Sendangagung Paciran Lamongan

[email protected]

Abstrak

Ayat-ayat al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia di bumi. Oleh

karena itu al-Qur’an menggunakan bahasa manusia dimana mereka hidup. Nabi

Muhammad terpilih sebagai utusan untuk mensyiarkan agama Islam dengan pilar

al-Qur’an sesuai lughah yang dipakai. Memahami al-Qur’an tidak cukup dengan

membacanya saja, walaupun setiap bacaannya ada ganjarannya. Lebih daripada

itu pemahaman pada bahasa yang disampaikan al-Qur’an patut dijadikan

perhatian lebih guna mendapatkan pemahaman secara komprehensif dalam

segala aspek petunjuk yang diperuntukan seluruh alam ini. Pemahaman secara

linguistik seperti antonim dalam al-Qur’an atau dila>lah dalam Q.S al-Hasyr ini

akan dibahas dalam artikel ini guna mencari antonim dalam surah tersebut

berdasarkan kisaran makna dan jenis dari antonim perspektif semantik AL-Khulli.

Adapun metode dalam tulisan ini dengan menggunakan semantik al-Khulli

dengan berpacu pada teorinya tentang sembilan jenis antonim dalam bahasa

Arab. Akan tetapi, dalam Q.S Hasyr. Dari kesimpulan nya terdapat lima jenis

antonim yaitu: Binary/ تضاد حاد, Bagian/ تضاد جزئى, Affinity/ تضاد انتسابي, Graded/

.تضاد عكس / Conversense ,تضاد مترج

Kata Kunci : Antonim, Linguistik, lafadh, al-Hasyr

Fuji Lestari

80 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

A. Pendahuluan

Dewasa ini ada banyak kajian tentang al-Qur’an dari berbagai macam

perspektif. Tidak hanya itu saja, pendekatan demi pendekatan semakin banyak

menggunakan semua disiplin ilmu. Hal ini disebabkan karena kebutuhan terhadap

al-Qur’an sebagai problem solving di setiap generasi dan era semakin meningkat.

Secara historis, al-Qur’an yang selalu ditentang banyak kalangan modern karena

tidak masuk dalam idealisme ilmiah, namun saat ini pandangan tersebut sudah

terbantahkan dengan seiring zaman. Daya tarik al-Qur’an terhadap pengkajinya

selalu membuat kagum dan menimbulkan kecanduan untuk menelaah lebih dalam

kandungan al-Qur’an.

Berangkat dari Q.S al-Hujurat ayat 11:

ا ن ي اء م ل نس نهم و يرا م ى ا ن يكونوا خ ن ق وم ع س ر ق وم م نوا ل ي سخ م ا الذين ا ى ا ن يكن يه اء ع س ن س

ل ت ن اب زوا بال لق اب بئس الس كم و ا ا نفس ل ت لمزو و نهن يرا م ىك هم خ

ن لم ي تب ف اول م ان و يم م الفسوق ب عد ال

١١ - الظلمون

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok

kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik

dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan

(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang

diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah

kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan

gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah

orang-orang yang zalim.”

Bahwa seluruh manusia harus siap mendengarkan kenyataan yang tidak

enak awalnya dengan menuai kontroversi atau bahkan menolak mentah tentang

disiplin kajian dan pendekatan. Ungkapan tersebut sama halnya kajian antonim

dalam rana semiotik al-Qur’an. Kajian ini mengungkap bahwa siapapun itu kalo

masih berjenis manusia pastilah terbatas dan bisa saja keliru.1

1 Fahridin Faiz, Hermeneutika Al-Qur’an, Yogyakarta: Kalimedia,2015,Xviii.

Antonimitas dalam...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 81

Al-Qur’an akan membawa kemukjizatannya di sepanjang zaman sesuai

fenomena yang terjadi dan hal itu relevan. Sumbangsih disiplin ilmu sebagai pisau

analisis dalam membaca al-Qur’an semakin menjadikan al-Qur’an lebih mudah

dipahami berbagai kalangan. Munculnya pendekatan ini tidak serta merta berjalan

sendiri, namun tetap melibat ulumul Qur'an dalam menjembatani disconnect

dalam memahami lafadh al-Qur’an

Salah satu kajian lafadh al-Qur’an dalam penelitian ini adalah mencoba

untuk mengkaji ayat al-Qur’an dalam suratnya dengan fokus pada klasikal lafadh

dan maknanya. Pemahaman terhadap lafadh memang dirasa tidak cukup dalam

memperoleh pemahaman yang komprehensif. Interpretasi al-Qur’an bagi umat

Islam, merupakan tugas yang tak kenal henti. Ia merupakan upaya dan ikhtiar

memahami pesan Ilahi. Namun demikian, sehebat apapun manusia, ia hanya bisa

pada derajat pemahaman relatif dan tidak bisa mencapai derajat absolut. Pesan

Tuhan yang tertulis rapi dalam al-Qur’an ternyata juga tidak dipahami sama dari

waktu ke waktu. Selalu mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Salah

satu keistimewaan dalam al-Qur’an adalah kata dan kalimatnya yang singkat

dapat menampung sekian banyak makna. Bahasa al-Qur’an mengandung bahasa

yang tinggi, memiliki makna yang berkaitan dan saling mengisi ketika berada

dalam berbagai ayat.

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar di kalangan para Rasul. Dalam segi

Bahasa, ungkapan, sastra, ilmu, keindahan, dan lainya tidak terkalahkan oleh

karya tulis manapun sebelumnya. Dan bahkan sampai saat ini, di masa ilmu

pengetahuan membumbung tinggi dan menggema tak terhenti, tidak mampu

menandingi nilai estetik yang termuat dalam Al-Qur’an. Hal seperti ini

mengundang banyak sekali disiplin ilmu seperti linguistik antonim untuk

mendalami ayat-ayat al-Qur’an. Berupaya membuka tabir rahasia dibalik lafadh-

lafadh indah al-Qur’an, ternyta banyak ditemukan antonim dalam lafadh-lafadh

Qur’an, seperti dalam Q.S al-Hasyr.

Salah satu yang melandasi munculnya antonim dalam al-Quran adalah

adanya relasi makna dengan banyak bentuk antonim pada lafadh satu dengan

Fuji Lestari

82 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

lainnya. Maka artikel ini akan membahas bagaimana pencarian antonim dalam

lafadh Q.S al-Hasyr.

B. Definisi Antonim

Antonim menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah berlawan makna

atau lawan kata. Jika mencari sebuah kata maka antonim adalah lawan dari kata

tersebut. Seperti baik antonimnya buruk. Arti lain antonim adalah leksem yang

berpasangan secara antonimi. Kata berantonim berlawanan dengan kata

bersinonim. Bentuk kebahasaan tertentu akan dapat dikatakan berantonim kalau

bentuk itu memiliki makna yang tidak sama dengan makna lainnya. Dalam

linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukkan bentuk-bentuk kebahasaan itu

memiliki relasi antar makna yang wujud logisnya berbeda atau bertentangan

antara satu dengan lainnya.2

Secara bahasa, kata antonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onama

yang berarti ‘nama’, dan anti artinya ‘melawan’. Secara lafadh antonim berarti

nama lain dari benda lain pula. Menurut Vehaar dalam Chaer (2009;89),

memaknai antonim sebagai ungkapan baik berupa kata, frasa, atau kalimat yang

maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.

Dalam bahasa arab antonim disebut dengan term األضداد atau التضاد, األضداد

merupakan bentuk jamak dari kata ضد yang bermakna berlawanan dengan

lainnya. Seperti contoh األسود (hitam) berantonim dengan األبيض (putih). الحي

(hidup) berantonim dengan الموت (mati), dst.3

Sedangkan para pakar bahasa Arab mengungkapkan antonim dengan

bermacam-macam. Namun hal itu mengacu pada satu definisi yang sepakat.

Seperti mengistilahkan antonim dengan menggunakan satu kata atau dua kata

pengertian yang berlawanan. Seperti menurut Dr.Amil Badi’ Ya’kub, Hal ini

antonim masuk dalam kategori homonimi (المشترك اللفظي). Setiap antonim termasuk

homonim namun tidak sebaliknya. Seperti misalnya: المولى yang bermakna العبد

2 Ubaid Ridho,

https://www.researchgate.net/publication/328660639_Sinonim_dan_Antonim_dalam_Al-Qur'an, diakses 9 april 2021. 3 Abu Hilal Aksari , al-Furuq fi al-Lugah, Beirut: Dar al-Afaq al-Jiddah Mnzur,1973. 45.

Antonimitas dalam...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 83

(hamba) dan pula السيد (tuan). Kemudian الجون yang bisa berarti األبيض (putih) dan

juga األسود (hitam). Pada akhirnya pakar linguistik Arab kebanyakan menggunakan

lafadh al-Tad{ad dengan arti yang kedua.

Seiring berjalannya waktu pandangan tentang penolakan adanya antonim

pada al-Qur’an mulai longgar karena tidak sedikit pula kalangan yang pro dengan

adanya antonim ini ketika mengkaji al-Qur’an. Pandangan ini sebagaimana

adanya konsep antonim dengan mustat}ik lafdzi adalah berbeda. Perbedaan ini

ketara jelas pada kajian makna yang “bertentangan”. Para pakar bahasa yang pro

dengan antonim ini menganggap bahwa antonim adalah konsep relasi makna

sendiri, banyak sedikitnya ini disebabkan oleh al-Qur’an sendiri yang berisi

tentang banyaknya macam-macam kata yang berpola sebagai antonim. Dan

pandangan mereka ini menjelaskan bahwa konsep antonim merupakan satu bukti

yang valid, karena linguistik dalam al-Qur’an sangat berbeda dengan yang

lainnya, serta pembahasan ini dalam al-Qur’an sangat kompleks dan komplit.

Lagi-lagi kita diingatkan dengan ungkapan bahwa al-Qur’an itu shahih li kulli

zaman wa makan, al-Qur’an akan selalu menakjubkan para pengkajinya

meskipun telah dibaca sekali dan sampai berulang-ulang kali, masih tetap saja

menemukan permata yang tidak kita sadari kehadirannya.

Berdasarkan relasi semantik tidak hanya antonim saja, ada pula beberapa

relasi makna lainnya, yakni kegandaan makna (polisemi atau ambiguitas),

ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), dan kelebihan

makna (redundansi).4 Namun peneliti tidak bermaksud melebar pembahasan,

maka tulisan ini hanya akan fokus pada penjelasan antonim karena sebagai pisau

analisis dalam menelaah kajian makna dalam ayat-ayat al-Qur’an (Q.S.al-Hasyr).

Antonim yang bermakna lawan kata atau bertentangan ini jika ditelusuri

dalam kajian lafadh al-Qur’an maka ditemukan ada lafadh 5ضدا yang berarti

(musuh). Terdapat pada Q.S Maryam ayat 83 dengan ayat ك ل ن بعب اد تهمف فروف س ي كف

همف ضدا ل يف ن ع نوف ي كوف sama sekali tidak, kelak mereka (sesembahan) itu akan) و

4 Tajudin Nur, Semantik Bahasa Arab Pengantar Studi Ilmu Makna, Bandung: Universitas

Padjajaran, 2017.68-86. 5 Ilmi Zadeh Fu’ad Abd Al—Baqiy, Fathur Rahman Li Thalabil Ayatil Qur’an, Surabaya:Al-Hidayah.

264.

Fuji Lestari

84 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

mengingkari penyembahan mreka terhadapnya. dan aka menjadi musuh bagi

mereka).6

C. Macam-Macam Antonim

Pembagian antonim menurut Muhammad Ali AL-Kulli dibagi menjadi

sembilan yaitu:7

binary antonymy, antonim jenis ini menutup adanya/ تضاد حاد .1

kemungkinan oposisi lain secara mutlak. Seperti misal kata حي (hidup) dan ميت

(mati) diantara keduanya terdapat perbedaan yang mutlak. Misal kata lain اعزب

(bujang) dan متزوج (menikah) diantara keduanya terdapat pembatas yang mutlak.

Oleh sebab itu antonim ini tidak mungkin bertingkat.

converseness, antonim ini merupakan sifatnya saling /تضاد عكس .2

melengkapi antara satu kata dengan kata lain. Seperti kata اشتري (membeli) dan باع

(menjual) karena setiap ada orang yang menjual pasti ada orang yang membeli,

atau seperti kata والدة (perempuan yang beranak), maka pasti ada kata مولود (anak

yang dilahirkan), karena akan mustahil jika ada والدة (perempuan yang beranak)

tanpa adanya yang dilahirkan (مولود).

graded antonym, antonim jenis ini berupa pasangan yang /تضاد مترج .3

saling berposisi. Akan tetapi masih bergradasi, jenjang, atau tingkatan. Jadi kata

antonim jenis ini bisa berupa kata-kata nama santun, ukuran (berat, panjang, dan

isi), nama satuan, hitungan, penanggalan, atau nama jenjang kepangkatan. Contoh

lafadh (سهل) mudah antonim nya adalah (صعب) sulit. Akan tetapi dua kata ini

masih memiliki tingkatan-tingkatan, contoh: سهل جدا (sangat mudah). Perbedaan

antara antonim biner adalah dapat menerima tingkatan, sedangkan antonim biner

tidak memiliki tingkatan, seperti contoh kata حي (hidup) dan ميت (mati), tidak

mungkin lafadh ini menerima gradasi seperti حي جدا (sangat hidup) atau ميت قليل (

agak mati).

vertical antonymy, antonim jenis ini memiliki / تضاد عمودي .4

pasangan kata yang menunjukkan dua arah yang vertikal (menyamping) tidak

lurus,contoh kata شمال utara antonimnya شرق timur. Karena bisa saja antonimnya

6 Q.S Maryam ayat 82.

7 Mohammad Matsa , Kajian Semantik Arab Klasik Dan Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2016. 33.

Antonimitas dalam...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 85

barat. Karena sifat dari antonim ini hubungannya tidak satu arah غريب dan شمال

saja.

extensional antonymy, antonim ini apabila pasangan / تضاد امتدادى .5

kata yang menunjukkan dua arah yang bersifat ekstensional (garis lurus). Seperti

kata شمال dan جنوب , atau kata امام di depan dan وراء dibelakang, atau kata فوق

diatas danتحت dibawah.

antonim bagian, maksudnya adalah jika kata yang saling /تضاد جزئى .6

berlawanan itu merupakan bagian darinya. Contoh lafadh كتاب antonimnya غلف

sampul. Sedangkan lafadh سيارة antonimnya مقود setir. Sehingga antara sampul

merupakan bagian dari kitab, dan setir merupakan bagian dari mobil. Karena

termasuk bagian dari antonim maka disebut جزئى yaitu bagian.

cyclic antonymy, jika antonim sebuah kata memiliki / تضاد دائرى .7

hubungan putaran, contoh lawan kata hari senin adalah selasa, atau juga lawan

kata dari musim kemarau adalah musim hujan. Karena senin dan selasa

merupakan perputaran atau kata kemarau dan hujan merupakan putaran musim.

rank antonymy, sifat dari lawan kata ini jika / الرتبي تضاد .8

antonimnya beranking untuk memahaminya perhatikan kata مشير : jendral besar –

mayor. Dari beberapa kata tersebut لواء-letnan jenderal فريق -jendral فريق اول

menunjukkan antonim kata akan masih dalam tataran kepangkatan militer.

Sehingga masih dalam satu tataran urutan maka jenis antonim ini dinamakan rank

antonymy.

affinity antonymy, maksudnya adalah antonim setiap /تضاد انتسابي .9

kata merupakan kelompok dari jenis yang sama. Contoh kata موز pisang- تفاح apel-

jeruk, dari beberapa kata ini merupakan dari satu kelompok jenis yang sama برتقال

yaitu jenis فاكهة buah-buahan.

D. Biografi Muhammad Ali Al-Khuli

Muhammad Ali Al-Khulli lahir pada tanggal 23 November 1938 di kota

Manufiyah. Al-Khulli tergolong pakar linguistik di Kota Mesir, banyak karya

tulisnya berkisar tentang linguistik. Al-Khulli sebagai penulis, peneliti, dan

penerjemah. AL-Khuli juga seorang jurnalis, konsultan dan juga pemateri di radio

maupun media cetak lain, baik di Arab maupun Eropa. Kepiawaiannya dalam

Fuji Lestari

86 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

bidang linguistik mengantarkannya menjadi anggota komite penerjemah dalam

kementrian kebudayaan di Mesir. Gelarnya sebagai sarjana BA jurusan bahasa

asing sebagai modal utama menjadi penerjemah di PBB (Perserikatan Bangsa

Bangsa).8

E. Sekilas Tentang Q.S Al Hasyr

Surah al-Hasyr terdiri atas 24 ayat dari surah ke 101 dalam mushaf uthmani.

Penamaan al-Hasyr dalam surah ini berdasarkan ayat yang kedua lafadh شر ٱلح

yang bermakna “pengusiran”. Hal ini sebagai tanda secara historis bahwa adanya

pengusiran terhadap Bani Nad}ir dari besaran kaum Yahudi yang melanggar

perjanjian dan memusuhi Islam. Sehingga nama lain dari surah ini adalah surat

Bani Nad}ir. Mengacu pada kaidah ilmu makkiyyah dan madaniyyah maka surah

al-Hasyr termasuk dalam ciri-ciri surah madaniyyah.

Banyak pengkaji al-Qur’an ketika menelaah surah ini tertarik pada tiga ayat

terakhir. Ayat tersebut berisikan tentang lafadh asma al-Husna Allah yang

dijadikan do’a dan diyakini sebagai doa ampunan yang mustajab. Hal ini tidak

heran karena berlandaskan isi kandungan dari Q.S al-Hasyr membahas tentang

bagaimana Bani Nad}ir. kaum Yahudi melakukan perbuatan keji terhadap kaum

Mukmin. Dalam surah ini juga secara detail dijelaskan apa saja balasan yang

diperoleh kaum munafik. Terlepas dari hal tersebut, berdasarkan riwayat tentang

tiga ayat terakhir banyak kalangan ulama menetapkan bahwa hadits tersebut yang

menjelaskan demikian statusnya dhaif. Namun, kedhaifan dalam menggunakan

sebuah dalil masih bisa ditolerir selagi penggunaannya sebagai motivasi atau

syi’ar. Jika dalil tersebut membahas tentang hukum maka riwayat dhaif ditolak.

Berdasarkan kaidah Asba>b an-Nuzu>l, Q.S al-Hasyr ini tidak memiliki Asba>b

an-Nuzu>l dari keseluruh ayatnya, namun dari 24 ayat ada tujuh saja yang didapati

Asba>b an-Nuzu>l. Yaitu pada ayat ke 1- 4 , ayat 8, ayat 10, ayat 11, dan ayat 13.9

Adapun pada ayat 1 ا فى السم م كيم س بح لل هو الع زيز الح ا فى ال رض و م ت و و – ١

8 Miftahul Arifin, https://media.neliti.com/media/publications/283223-antonim-dalam-al-quran-

perspektif-ali-al-8e454a2e.pdf, diakses 08 April 2021. 9 Asbab An-Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Badung:CV Penerbit

Diponegoro.555.

Antonimitas dalam...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 87

“Bertasbihlah kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di

bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”

ج الذين ك ف روا من ا ا نهم هو الذي ا خر نو ظ ن نتم ا ن يخرجوا و ا ظ شر م ل الح ب من دي ارهم ل و ا هل الكت

ق ذ ف في قلوبهم الر يث ل م ي حت سبوا و من ح ىهم الل ف ا ت ن الل انع تهم حصونهم م يوت هم با يديهم عب يخربون ب م

ار اولى ال بص ا يدى المؤمنين ف اعت بروا ي ٢ -و

“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari

kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak

menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, benteng-benteng

mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah

mendatangkan (siksaan) kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-

sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka; sehingga

memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan

orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran,

wahai orang-orang yang mempunyai pandangan”

ة ع ذ اب النار خر ل هم فى ال ء ل ع ذب هم فى الدني ا و ل ل يهم الج ع ا ن ك ت ب الل ل ول ٣ - و

“Dan sekiranya tidak karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap

mereka, pasti Allah mengazab mereka di dunia. Dan di akhirat mereka akan

mendapat azab neraka.

لك با ن الل ف ان الل ش ديد العق اب ذ ن يش اق م سول ه و ر اقوا الل و ٤ -هم ش

“Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan

Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah, maka sesungguhnya Allah sangat

keras hukuman-Nya”.

سقي ليخزي الف و ا ف باذن الل ى اصوله ل ة ع كتموه ا ق اىم ن ل ين ة ا و ت ر ا ق ط عتم م ٥ -ن م

“Apa yang kamu tebang di antara pohon kurma (milik orang-orang kafir)

atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (itu terjadi)

dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-

orang fasik”.

Fuji Lestari

88 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kira-kira enam bulan setelah

perang Badar, segolongan kaum Yahudi Bani Nad}ir yang bertempat tinggal dan

berkebun kurma di wilayah Madinah, dikepung oleh Rasulullah saw mereka diusir

ke luar Madinah, dan hanya dibolehkan membawa harta kekayaannya sekedar

yang dipikul oleh unta mereka dan mereka pun tidak dibenarkan membawa

senjata. Ayat ini turun pada peristiwa tersebut. Yang melukiskan bahwa orang

yang berkhianat akan mendapat balasannya. (Diriwayatkan oleh al-Hakim, dan

dishahihkannya, yang bersumber dari Aisyah).

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah saw. Pernah membakar

pohon-pohon kurma bani Nad}ir dan menebang sebagian lagi ayat ini turun sebagai

keterangan bahwa tindakan Rasulullah bersama para sahabatnya, yang dilukiskan

khusus terhadap Bani Nad}ir itu dibenarkan Allah SWT. (Diriwayatkan oleh al-

Bukhari dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu ‘Umar).

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah pernah memberi izin

menebamg pohon-pohon kurma, tapi kemudian melarangnya dengan keras. Para

sahabat menghadap Rasulullah dan bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah kami ini

berdosa karena telah menebang sebagian pohon kurma dan membiarkan

sebagiannya lagi?” ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. Yang

membenarkan tindakan mereka. (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad

yang dhaif, yang bersumber dari Jabir).

Dalam riwayat lain dikemukakan, ketika Rasulullah SAW. Sampai ke

tempat bani Nad}ir, mereka telah bersembunyi di dalam benteng Rasulullah saw.

Memerintahkan menebang pohon kurma dan membakarnya (sehingga berasap).

Bani Nad}ir berteriak-teriak memanggil Rasulullah SAW. : Hai Muhammad!

Engkau telah melarang membuat kerusakan di bumi dan mencela orang yang

membuat kerusakan, akan tetapi mengapa engkau menebang pohon kurma dan

membakarnya” ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, membenarkan

Rasulullah dalam memusnahkan kaum fasik (Diriwayatkan oleh ibnu ishaq yang

bersumber dari Yazid bin Ruman. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang

bersumber dari Qatadah dan Mujahid).

Pada Q.S al-Hasyr ayat 9:

Antonimitas dalam...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 89

ل ي جدون في صد ر ال يهم و ن ه اج ان من ق بلهم يحبون م يم ال ءو الدار و الذين ت ب و ا و م ة م اج ورهم ح

ن يوق شح م ة و اص ص ل و ك ان بهم خ ى ا نفسهم و ل يؤثرون ع ىك هم المفلحون اوتوا و

ن فسه ف اول - ٩

“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah

beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang

yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam

hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan

mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga

memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah

orang-orang yang beruntung.”

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Anshar berkata: “Ya

rasulullah, bagilah dua tanah ini untuk kami (kaum Anshar) dan kaum muhajirin.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak! Penuhi sajalah keperluan mereka dan

bagilah buah kurmanya tanah ini tetap milikmu.” Mereka menjawab: “kami ridho

atas keputusan itu!” maka turunlah ayat ini (Q.S 59 al-Hasyr:9) menggambarkan

sifat-sifat kaum Anshar yang tidak mementingkan diri sendiri.(Riwayat lain oleh

Ibnu Mundzir yang bersumber dari Yazid al-Asham).

. Dalam riwayatnya dijelaskan bahwa seorang laki-laki menghadap

Rasulullah SAW. Dan berkata: ya Rasulullah! Saya lapar” Rasulullah meminta

makanan dari istri-istrinya, akan tetapi ternyata tak ada makanan sama sekali,

kemudian Rasulullah bersabda: “siapa diantara kalian yang malam ini bersedia

memberi makanan kepada tamu ini? Mudah-mudahan Allah memberi Rahmat

kepadanya.” Seorang Anshar menjawab: “saya, ya Rasulullah.” Ia pun pergi

kepada istrinya dan berkata:’ suguhkan makanan yang ada pada tamu Rasulullah”

istrinya menjawab: “demi Allah, tidak ada makanan kecuali sedikit untuk anak-

anak.” Suaminya berkata: “Biarlah mereka makan, tidurkan mereka dan

padamkan lampunya. Biarlah kita tahan lapar pada malam ini.” Istrinya

melaksanakan apa yang diminta suaminya. Keesokkan harinya Rasulullah SAW.

Bersabda: “Allah kagum dan gembira karena perbuatan suami-istri itu.” Ayat ini

turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melukiskan perbuatan orang

yang memperhatikan kepentingan orang lain.10

10

Diriwayatkan oleh Bukhari yang bersumber dari Abu Hurairah.

Fuji Lestari

90 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

Dalam riwayat lainnya dikemukakan bahwa salah satu seorang sahabat

Rasulullah diberi kepala kambing. Dalam hatinya sahabat itu berkata: “mungkin

orang lain lebih memerlukan daripada aku.” Seketika itu juga kepala kambing itu

dikirimkan kepada kawannya, tapi oleh kawannya itu dikirimkan lagi kepada lain,

sehingga kepala kambing itu berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya

(sampai tujuh rumah). Pada akhirnya kepala kambing itu kembali lagi yang

pertama. Ayat ini turun berkenaan tentang setiap umat Islam selalu

memperhatikan nasib sesamanya.11

Asbabun-Nuzul ayat ke 11 yakni:

ب ل ىن اخر انهم الذين ك ف روا من ا هل الكت خو ل ا ل م ت ر ال ى الذين ن اف قوا ي قولون ل ع كم و ن م جتم ل ن خرج

ان دا ا ب دا و ذبون نطيع فيكم ا ح د انهم ل ك ي شه الل نكم و قوتلتم ل ن نصر - ١١

“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang munafik yang berkata

kepada saudara-saudaranya yang kafir di antara Ahli Kitab, “Sungguh, jika

kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-

lamanya tidak akan patuh kepada siapapun demi kamu, dan jika kamu diperangi

pasti kami akan membantumu.” Dan Allah menyaksikan, bahwa mereka benar-

benar pendusta.”

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa beberapa orang bani Quraiz}ah

masuk Islam, tetapi diantara mereka terdapat orang-orang munafik. Orang-orang

munafik itu berkata kepada bani Nad}ir: “ Sekiranya kalian diusir, kami pun akan

keluar bersamamu.” Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut yang

menggambarkan sifat-sifat orang munafik yang selalu berdusta.12

F. Antonim dalam QS Al Hasyr

Guna memperjelas tentang antonim pada Q.S al-Hasyr, maka Berikut tabelnya:

No No.

Ayat

Teks ayat Jenis antonim

11

Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Muharib bin Ditsar yang bersumber dari Ibnu ‘Umar. 12

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi.

Antonimitas dalam...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 91

1 Ayat

1

ا فى م ت س بح لل و ا فى ٱلسم م كيم ٱأل رض و هو ٱلع زيز ٱلح تضاد /Binary و

حاد

2 Ayat

2

ج ٱلذين شر ك ف روا هو ٱلذى أ خر ل ٱلح رهم أل و ب من دي من أ هل ٱلكت

هم ف أ ت ى ن ٱلل انع تهم حصونهم م ا أ نهم م ظ نو ا ظ ن نتم أ ن ي خرجوا و م

عب يخربون ق ذ ف فى قلوبهم ٱلر يث ل م ي حت سبوا و من ح بيوت هم ٱلل

أ يدى ٱ لى ٱأل بص لمؤمنين بأ يديهم و أو ف ٱعت بروا ي

Binary/ تضاد

حاد

3 Ayat

3

ء ل ع ذب هم فى ل ل يهم ٱلج ع أ ن ك ت ب ٱلل ل ول ل هم فى ٱلدني او ة ٱأل و خر

ٱلنار ع ذ اب

Binary/ تضاد

حاد

Bagian/ تضاد

جزئى

4 Ayat

6

ل يه من فتم ع ا أ وج سولهۦ منهم ف م ل ى ر ع ا أ ف اء ٱلل م يل و ل خ رك اب و

ل ى كل ش ىء ق دير ع ٱلل ن ي ش اء و ل ى م ل ط رسل هۥ ع كن ٱلل يس ل و

Affinity/ تضاد

ابيانتس

5 Ayat

7

لذى ٱلقرب ى سول و للر ى ف لله و سولهۦ من أ هل ٱلقر ل ى ر ع ا أ ف اء ٱلل م

ى م ٱلي ت كين و س ٱلم ب ين و

ٱبن ٱلسبيل ك ى ل ي كون دول ة ٱأل غني اء و

ا م كم منكم و ات ى س ء ٱتقوا ٱلل خذوول ف ٱلر كم ع نه ف ٱنت هوا و ى ا ن ه م ه و

إن ٱلل ش ديد ٱلعق اب

Graded/ تضاد

مترج

Conversense /

تضاد عكس

6 Ayat

9

ٱلذين ءوو ن ه ت ب و ن من ق بلهم يحبون م يم ٱل ر ٱلدار و ل اج إل يهم و

ل و أ نفسهم و ل ى يؤثرون ع ا أوتوا و م ة م اج ي جدون فى صدورهم ح

ئك هم ٱلمفلحون ل ن يوق شح ن فسهۦ ف أو م ة و اص ص ك ان بهم خ

Binary/ تضاد

حاد

7 Ayat

12

ل ئن ل ئن أخرجوا ل ي خر ع هم و ل ئن ي نصرون ه وا ل قوتل جون م م و

رو ر ثم ل نص لن ٱأل دب رون هم ل يو ينص

Binary/ تضاد

حاد

8 Ayat

14

تلون كم ميعاا يق اء جدر ب أسهم ج ر و من و ن ة أ ص ح إل فى قرى م

بهم ديد ت حس ميعاب ين هم ش قلوبهم ج لك بأ نهم ق وم ل ي عقلون ش تى و ذ

Graded/ تضاد

مترج

9 Ayat

22

ه إل هو إل ٱلذى ل لم ٱ هو ٱلل د ة ع ٱلشه حيم لغ يب و ن ٱلر حم تضاد /Binary هو ٱلر

حاد

Fuji Lestari

92 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

Dalam ayat 1 terdapat antonim yaitu ت و .(bumi) ٱأل رض dan (langit) ٱلسم

Lafadh ini dikategorikan jenis antonim binary/ تضاد حادatau antonim mutlak.

Apabila ada langit jelas ada bumi. Lafadh ini bukan termasuk antonim bertingkat

karena mustahil ada kata sangat langit dan kurang langit.dan lafadh ini juga tidak

termasuk antonim bagian karena langit bukan bagian dari bumi atau sebaliknya.

Allah menggunakan lafadh jamak dari ت و Dan .سماء dari kata dasar tunggal ٱلسم

menggunakan lafadh tunggal ٱأل رض yang artinya satu bumi.

Pada ayat ke 2 menunjukkan adanya antonim yaitu ك ف روا (kafir) dan ٱلمؤمنين

(orang mukmin). Lafadh ini terkategorikan jenis antonim binary/ تضاد حاد, sebab

lafadh kafir memiliki lawan kata yaitu mukmin. Secara tekstual, kedua lafadh ini

tidak menggunakan jenis kata dasar yang sama-sama isim maupun fi’il. Tetapi

yang satu fi'il madhi dan satunya isim fail. Tetapi jika ditelusuri lafadh sebelum

adalah isim maushul yang menjadi fa’il dari fi’il tersebut, sehingga susunan ك ف رو

dua lafadh tersebut menjadi sebuah kata subyek (fa’il) dan bermakna orang-orang

kafir.

Pada ayat ke 3 mengandung antonim lafadh ٱلدني ا (dunia) dengan ة خر ٱأل

(akhirat). lafadh ini termasuk dalam jenis antonim binary/ تضاد حاد. Hal ini

menunjukkan bahwa jika ada dunia maka ada akhirat. Redaksi ayat menggunakan

jenis lafadh sama-sama isim mufrad baik ( ٱلدني ا ) دني.ج maupun ة خر Lafadh ini . ٱأل

bukan termasuk antonim bertingkat karena mustahil ada kata sangat dunia dan

kurang akhirat. Tetapi dalam ayat ini lafadh ة خر memiliki jenis antonim lain ٱأل

yaitu dengan lafadh ٱلنار (neraka). Kedua lafadh tersebut tergolongan jenis antonim

Bagian/ تضاد جزئى, karena lafadh ٱلنار (neraka) adalah bagian dari ة خر .(akhirat)ٱأل

Ayat ke-6 terdapat antonim pada lafadh يل yang (unta) رك اب dan (kuda) خ

termasuk jenis antonim Affinity/ تضاد انتسابي. Hal ini disebabkan kedua lafadh

tersebut berasal dari jenis yang sama yakni macam-macam hewan.

Ayat ke7 mengandung antonim pada lafadh كين س dan (orang-orang miskin) ٱلم

lafadh ٱأل غني اء (orang-orang kaya). Jenis antonim pada lafadh tersebut adalah

Graded/ تضاد مترج, merupakan antonim berupa pasangan yang saling berposisi.

Namun masih bergradasi, jenjang, atau tingkatan. Jadi antonim jenis ini dapat

berupa kata-kata nama santun, ukuran (berat, panjang, dan isi), nama satuan,

hitungan, penanggalan, atau nama jenjang kepangkatan. Seperti pada lafadh

Antonimitas dalam...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 93

كين س كين masih bisa bertingkat levelnya seperti (orang-orang miskin) ٱلم س جدا ٱلم

(orang-orang sangat miskin). Selain dua lafadh tersebut, pada ayat ini terdapat

lafadh lain yang berjenis antonim lain yakni pada lafadh كم ات ى dan (diberikan) ء

lafadh ف خذوه (terima). Antonim ini masuk pada jenis antonim Conversense / تضاد

Bahwa jika ada yang memberi maka ada yang menerima. Dua lafadh ini .عكس

saling berkaitan satu sama lain. Berdasarkan lafadh tersebut menggunakan jenis

dasar kata yang berbeda yang كم ات ى ف خذوه menggunakan fi’il madhi dan (diberikan) ء

(terima) berupa fi’il amar menandakan seruan untuk melakukan sesuatu.

Ayat ke-9 terdapat antonim pada lafadh ءو ر dan lafadh (menempati) ت ب و ه اج

(berhijrah/berpidah). Jenis antonim adalah Binary/ تضاد حاد. Bahwa ada yang

bermukim/ bertempat di suatu tempat maka ada pula yang berhijrah. Lafadh ini

menggunakan jenis suku kata yang sama yaitu isim fi’il namun hanya berbeda

dalam imbuhan saja. Dua lafadh ini tidak termasuk antonim تضاد عكس/conversense

karena orang yang menempati satu wilayah bukan harus ada yang berhijrah. Dan

dua lafadh ini tidak memiliki ketergantungan konteks, sehingga antonim biner

yang sangat relevan dalam menggolongkan lafadh tersebut.

Ayak ke -12 terdapat antonim pada lafadh قوتلوا (diperangi) dan lafadh

رون روهم , ينص /Antonim ini termasuk dalam jenis Binary .(menolong) ي نصرون هم , نص

.Dua lafadh tersebut memiliki makna yang jauh dan saling bertentangan .تضاد حاد

Dua jenis lafadh ini berasal dari jenis kata yang sama yakni fi’il madhi baik madhi

ma’lu>m ataupun majhu>l.

Ayat ke-14 terdapat antonim pada lafadh ميعا dan lafadh (bersama-sama) ج

dua ,تضاد مترج /Antonim pada lafadh ini adalah Graded .(terpecah belah) ش تى

lafadh yang menjadi sifat dari sebuah tindakan dan masih bertingkat.

Ayat ke-22 pada lafadh ٱلغ يب (ghaib) dan lafadh د ة lafadh ini ,(nyata)ٱلشه

termasuk jenis antonim Binary/ تضاد حاد yakni antonim mutlak. Tidak bisa

dikategorikan bertingkat karena lafadh ini berhubungan dengan pengetahuan

Allah yang mengetahui atas segala yang gaib dan yang nyata juga mustahil ada

istilah sangat gaib dan sedikit gaib ataupun sebaliknya.

Berdasarkan penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa dalam Q.S al-Hasyr

mengandung beberapa jenis antonim. Jika disesuaikan dengan pembagian antonim

menurut Al-Khulli yang sembilan macam, maka dalam Q.S AL-Hasyr terdapat

Fuji Lestari

94 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347

lima macam antonim yaitu: Binary/ تضاد حاد, Bagian/ تضاد جزئى, Affinity/ تضاد

,dengan urutan ayat pertama تضاد عكس / Conversense ,تضاد مترج /Graded ,انتسابي

kedua, ketiga, keenam, ketujuh, sembilan, dua belas, empat belas, dan dua puluh

dua. Tidak ada satupun lafadh yang diulang kembali namun hanya ditemukan

model lafadh yang berbeda dalam segi susunan kata.

G. Urgensi Memahami Antonim dalam Al Quran

Sekalipun antonim dalam kajian al-Qur’an menuai perbedaan pandangan

dikalangan para ulama. Namun dalam praktiknya antonim masih tetap

memberikan sumbangsih dalam memahami al-Qur’an, seperti berikut:

1. Konsep relasi makna ayat al-Qur’an, sedikit banyaknya disebabkan

redaksi al-Qur’an yang terdapat banyak bentuk lafadh yang berjenis

anatomi. Pandangan ini bahwa konsep linguistik dalam al-Qur’an lebih

komplek dan linguistik di dalamnya lebih komplit dibanding yang lain.

2. Penggunaan antonim dalam kajian al-Qur’an sebagai tanda kebesaran dari

mukjizat al-Qur’an, jika ayat-ayat al-Qur’an dilantunkan maknanya akan

jelas, namun jika dibaca lagi maka akan ditemukan makna-makna lainnya

yang berbeda dari bacaan sebelumnya.dan seterusnya.sehingga bisa

ditemukan pula berbagai macam makna yang tetap relevan seiring

masanya.

3. Sebagai pendekatan dalam menelaah al-Qur’an. Sehingga memahami

antonim dalam Q.S al-Hasyr bisa ditemukan keragaman lafadh yang

sekaligus diiringi lafadh antonim. Hal ini sebagai petunjuk pula bahwa

dalam memahami isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an tidak hanya memiliki

munasabah ayat yang lafadhnya serupa namun juga menggunakan lafadh

yang berlawanan namun masih dalam satu pembahasan. Upaya memahami

kandungan al-Qur’an akan terasa sedikit mudah dengan menggunakan

metode ini, selagi masih relevan dengan ayat yang akan dicari antonimnya.

Karena tidak semua ayat secara utuh dalam satu surat bisa ditemukan

lafadh berantonim sekaligus.

Antonimitas dalam...

p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 | 95

H. Kesimpulan

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Q.S al-Hasyr

merupakan surah madaniyah yakni surah yang turun setelah nabi Muhammad

Hijrah. Berdasarkan ciri dan macam kaidah ilmu makiyyah madaniyyah, Dalam

Q.S al-Hasyr berjumlah 24 ayat yang seluruhnya termasuk ayat madaniyah.

Analisa terhadap antonimitas perspektif semiotika Al-Khulli Q.S al-Hasyr

didapatkan 5 jenis antonim yaitu: Binary/ تضاد حاد, Bagian/ تضاد جزئى, Affinity/

.تضاد عكس / Conversense ,تضاد مترج /Graded ,تضاد انتسابي

Daftar Pustaka

Arifin, Miftahul https://media.neliti.com/media/publications/283223-antonim-

dalam-alquran-perspektif-ali-al-8e454a2e.pdf, diakses 08 April 2021.

Aksari, Abu Hilal. Al-Furuq Fi Al-Lugah. Beirut: Dar al-Afaq al-Jiddah Mnzur,

1973.

Asbab An-Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an,

Badung: CV Penerbit Diponegoro (Tanpa tahun).

Al Baqiy, Ilmi Zadeh Fu’ad Abd. Fathur Rahman Li Thalabil Ayatil Qur’an.

Surabaya: Al Hidayah (Tanpa Tahun).

Al-Qur’an Kemenag RI

Faiz, Fahridin, Hermeneutika Al-Qur’an. Yogyakarta: Kalimedia, 2015.

Matsa, Mohammad. Kajian Semantik Arab Klasik Dan Kontemporer, Jakarta:

Kencana, 2016.

Nur, Tajudin. Semantik Bahasa Arab Pengantar Studi Ilmu Makna, Bandung:

Universitas Padjajaran, 2017.

Ubaid,https://www.researchgate.net/publication/328660639_Sinonim_dan_Antoni

m_dalam Al-Qur'an, diakses 9 april 2021.