METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM LAMPIRAN ...

114
METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN KONTEMPORER DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Naily Azizin Nuha NIM: 11150340000006 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM LAMPIRAN ...

METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM

LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN

KONTEMPORER DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Naily Azizin Nuha

NIM: 11150340000006

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM

LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN

KONTEMPORER DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Di Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Naily Azizin Nuha

NIM: 11150340000006

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Naily Azizin Nuha

NIM: 11150340000006

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul METODE

MENGHAFAL AL-QURAN DALAM LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN KONTEMPORER DI INDONESIA adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyususnannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia

melakukan proses yang semestinya sesuai peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau seluruhnya merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 19 April 2020

Naily Azizin Nuha

NIM. 11150340000006

iii

METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM

LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN

KONTEMPORER DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Naily Azizin Nuha

NIM: 11150340000006

Di bawah Bimbingan:

Dr. Eva Nugraha, M.Ag

NIP. 197102171998031002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN KONTEMPORER DI INDONESIA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Januari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 26 April 2021

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag

Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 1 99803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA

Hasanuddin Sinaga, M.A NIP. 19560221 199603 1 001 NIP. 19701115 199703 1 002

Pembimbing,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag NIP. 19710217 1 99803 1 002

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. penulis panjatkan atas berkah, nikmat,

dan kasih sayangnya penelitian dengan judul “METODE MENGHAFAL

AL-QURAN DALAM LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN

KONTEMPORER DI INDONESIA” dapat terwujud meski masih terdapat

banyak kekurangan. Shalawat dan salam tercurahkan Nabi Muhammad

Saw. sebagai Nabi akhir zaman dan wasilah dalam berdoa kepada Allah

Swt. dalam kelancaran mengerjakan skripsi ini.

Berkat semangat, informasi, tenaga, dan kesempatan baik secara

langsung maupun tidak langsung dapat mengajak penulis agar terus

melanjutkan tulisan ini. Karena itulah dengan terwujudnya skripsi ini

penulis merasa berhutang budi kepada berbagai pihak dan sudah

sepatutnya penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A,

selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A, selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Kusmana, M.A, Ph.D, selaku Wakil Dekan 1 yang banyak

memberikan arahan dan semangat agar terus menyelesaikan

skripsi ini yang juga ditulis saat penulis telah bekerja.

4. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.A, selaku Kaprodi Ilmu Al-Quran

dan Tafsir yang juga menjadi Dosen Pembimbing bagi penulis

dengan sabarnya mengarahkan, membimbing, dan memberikan

kesempatan meski harus meluangkan waktu istirahatnya hingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

vi

5. Bapak Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., selaku Sekprodi Ilmu Al-

Quran dan Tafsir.

6. Dosen penasihat akademik, Bapak Dr. Ahsin Sakho bin

Muhammad Asyrofuddin, M.A., yang telah memberikan nasihat

dan ilmu kepada penulis selama studi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, M.A., selaku dosen

pembimbing proposal hingga saran sebagai penguat dalam

melanjutkan skripsi.

8. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir yang

dengan tulus memberikan pengetahuan kepada penulis.

9. Para Staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin,

terimakasih untuk referensi yang ada dan pelayanannya yang

sangat ramah dan baik sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan amat nyaman.

10. Keluarga PT Almahira mbak Ratna, selaku bagian Direksi

Almahira, PT Cordoba Bapak Restu, selaku Market dan

Komunikasi Cordoba, Ketua Yayasan Sidogiri, Admin Toserba

Muslim yang telah bersedia meluangkan waktu, menanggapi,

dan memberikan informasi kepada penulis tentang proses

penerbitan Quran Hafalan yang ia miliki dan tentunya menjadi

sangat berguna dan berharga bagi penulis dari segi penulisan

dan pengalamannya.

11. Keluarga besar Nenek, Tante, Om, Bude, Pakde, para tetangga

,dan seluruhnya terima kasih atas segala pertanyaannya yang

mendorong penulis memiliki niat untuk lulus.

vii

12. Sahabatku, keluarga rantau ku Nasyiatul Laily Noer Dinny, Sri

Fajri Yanti, Afrohul Ishmah Harahap, Nur Jannah, Aisyah

Fadilah, Alidayasa, dan Naily Hilmya yang banyak memberi

sumbangsih dengan bentuk dorongan, kasih sayang dan

bantuannya dalam proses penulisan skripsi ini, kalian

segalanya!!!.

13. Seluruh sahabatku bolo umbelen, Sofi, Atiqoh, Ira, Salwa, dan

lainnya yang selalu memberikan semangat dengan jarak jauh.

Sahabatku Faradillah, yang memberi segala saran dan

semangatnya sejak MTs, kamu luar biasa! Yuk! Lulus, Yuk!.

14. Keluarga, alumni, dan sahabat Pondok Pesantren Nurul Islam

yang selalu ada kapan pun dan di mana pun penulis berada yang

bersedia bertukar informasi dengan penulis bahkan

mengantarkan penulis sejak awal penulis berada di Universitas

ini, terutama KH. Muhyiddin Abdusshomad, Nyai Hj.

Khodaifah, Gus Robith Qashidi, Lc., Ning Lailatu Happy Dian,

Gus Abduh, Ning Balqis, Gus Rahmat, Ning Khalid, beserta

jajaran keluarganya, juga Marthania Rizqy Amalia dan teman-

teman IKSAN lainnya.

15. Semua teman-teman kelas Billingual, senantiasa menemani

proses belajar dan pendewasaan ku, juga teman-teman lainnya

yang juga selalu memberikan informasinya, termasuk

Muhammad Sairi yang telah mengajak untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

16. Terimakasih Diana, Fajri, Bunda Imas, Sofi, Erna, Affan, yang

bersedia disibukkan dalam mencari tanggapan tentang Mushaf

Hafalan yang penulis teliti.

viii

Abah Ibu, dan Adik yang selalu mendoakan dan mendorong

segala yang baik untuk saya, termasuk kelulusan S1 ini. Besar harapan

penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan bagi semua

yang berkepentingan.

Jakarta, 19 April 2020

Penulis

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan

bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin

dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf arab Nama Huruf latin Nama

ا

alif tidak

dilambangkan

tidak

dilambangkan

ba b be

ta t te

ṡa ṡ es (dengan titik

diatas)

jim j je

ḣ ḣ

ha (dengan titik

diatas

kha kh ka dan ha

dal d de

żal ż zet (dengan titik

diatas)

ra r er

zai z zet

sin s es

x

syin sy es dan ye

Șad Ș es (dengan titik

di bawah)

ḍad ḍ

de (dengan titik

di bawah)

ṭa ṭ

te (dengan titik

di bawah)

ẓa

ẓ zet (dengan titik

di bawah)

‘ain ‘__

apostrof terbalik

gain g ge

fa f ef

qof q qi

kaf k ka

lam l el

mim m em

nun n en

wau w we

ha h ha

hamzah __’ apostrof

ya y ye

xi

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa

diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis

dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf latin Nama

kasrah i i ا fatḥah a a ا

ḍammah u u ا

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan

antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf latin Nama

fatḥah dan ya ئي

ai a dan i

fatḥah dan wau au a dan u ئو

Contoh:

haula : ه ول kaifa : يف ك

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat

dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

xii

Harkat dan

Huruf

Nama Huruf dan tanda Nama

ى | ... ا ...

fatḥah dan

alif atau ya

ā a dan garis di atas

kasrah dan ya ī i dan garis di atas ى

و

ḍammah dan

wau

Ū u dan garis di atas

Contoh:

mātā : مات

رمى : ramā

قيل : qīla

يوت :yamūtu

4. Ta marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah

yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah,

transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau

mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,

maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

الطف

األ

ة

rauḍah al-aṭfāl : روض

ة

المدين

ة

ضيل

الف :al-madīnah al-fāḍilah

xiii

al-ḥikmah : الحكمة

5. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( ا ), dalam transliterasi ini

dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi

tanda syaddah..

Contoh:

بن ا rabbanā : ر

ين ا najjaīnā : ن ج

ق al-haqq : الح

ج al-ḥajj : الح

م nu“ima : ن ع

aduwwun‘ : ع د و

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh

huruf kasrah ( ا ا ى ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i>).

Contoh:

Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)‘ : ع لي

بي Arabī (‘Arabiyy atau ‘Araby)‘ :ع ر

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

huruf (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata

sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf

syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi

huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata

xiv

yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contohnya:

-al-syamsu (bukan asy : الشمس

syamsu)

لة لز al-zalzalah : الز

al-falsafah : الف لس ف ة

al-bilādu : البال د

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya

berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila

hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan

Arab ia berupa alif. Contohnya:

ون ta’ murūna : ت أم ر

’al-nau : النوء

syai’un : ش يء

umirtu : أ مرت

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,

istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,

istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari

pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan

bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas.

xv

Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan

umum.

Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks

arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh:

Fiẓilāl al-Qur’ān

Al-Sunnah qabl al-tadwīn

Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab

9. Lafẓ al-Jalālah (هللا)

Kata Allah yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf

lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal),

ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:

billāh : بالل dīnullāh : دين للا

Adapun ta marbuṭāah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ

al-jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

ة للا حم ه م في ر : hum fī raḥmatillāh

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps),

dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang

penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia

yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan

huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada

xvi

permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A

dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan

yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang

didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun

dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).

Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wuḍi‘a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan

Ṣyahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān

Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī

Abū Naṣr al-Farābī

Al-Gazālī

Al-Munqiż min al-ḍalāl

xvii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING….………………………...iii

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI………………………………..iv

KATA PENGANTAR.............................................................................v

PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………ix

DAFTAR ISI.....................................................................................................xvii ABSTRAK…………………………………………………………….....xix

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….1

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah………………………6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………............6

D. Tinjauan Pustaka……………………………………………………7

E. Metodologi Penelitian……………………………………….............11

F. Sistematika Penulisan……………………………………………….12

BAB II GAMBARAN UMUM MUSHAF HAFALAN…………….......15

A. Pengertian Mushaf Hafalan…………………………………………15

B. Sejarah Mushaf Hafalan………………………………………….17

C. Mushaf Hafalan yang Beredar di Indonesia…...…………………...18

1. Mushaf Hafalan pada abad ke 19-20…............................18

2. Mushaf Hafalan pada abad ke 21 .............. ......................20

D. Konsep Menghafal al-Quran ................................................……...22

1. Syarat Menghafal al-Quran........................……………...23

2. Metode dalam Menghafal al-Quran .......... ……………....26

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hafalan al-

Quran………………………………………………………………28

1. Faktor Internal .......................................... ..........................29

2. Faktor Eksternal ...................................................................................32

BAB III METODE DALAM MUSHAF HAFALAN……………........35

A. Mushaf Hafalan Almahira…………………………………….............35

xviii

B. Mushaf Hafalan Cordoba………………………………….......37

C. Mushaf Hafalan Syaamil Quran……………………………......39

D. Mushaf Hafalan Maana Publishing…………………………......41

E. Mushaf Hafalan Tiga Serangkai……………………………........42

F. Mushaf Hafalan Sidogiri................................................................................ ..43

BAB IV KOMPONEN METODE HAFALAN PADA MUSHAF………………………………………………………...45

A. Komponen Dasar Penyusunan Metode…………………………45

1. Pijakan Argumen ................................................................... .................45

2. Tujuan Penyusunan ............................................. ...............49

3. Kompetensi Penyusunan Metode ....................... ..............53

B. Deskripsi Metode Hafalan dalam Mushaf Hafalan……………...57

1. Nama Mushaf dan Nama Metode dalam Mushaf.................58

2. Panduan Penjelas dalam Metode Mushaf........... ...............61

C. Instrumen Mushaf Hafalan ...............................................................................64

1. Instrumen Umum dalam Mushaf Hafalan ..................................65

2. Instrumen Hafalan dalam Mushaf Berdasarkan Penerbitnya………………………………………………....68

D. Kelebihan dan Kekurangan Mushaf Hafalan ........................................... ..70 1. Kelebihan Mushaf Hafalan…………………………………..70

2. Kekurangan Mushaf Hafalan……………………………….72

E. Tipologi Produsen………………………………………….…..74

1. Formalis………………………………………………….74

2. Fungsionalis……………………………………………...75

3. Pragmatis Ekonomis……………………………………..75

BAB V PENUTUP……………………………………………………..77

A. Simpulan…………………………………………………………..77

B. Saran……………………………………………………….......78

Daftar Pustaka…………………………………………………...81 Lampiran…….……………………………………………….........87

xix

ABSTRAK

NAILY AZIZIN NUHA

METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM LAMPIRAN

MUSHAF HAFALAN KONTEMPORER DI INDONESIA

Berbagai macam metode dalam mushaf hafalan menyebabkan

pengguna merasa kebingungan dalam menerapkannya. Sembilan dari sepuluh pengguna memilih hanya menerapkan 2 metode dari 12 metode

yang tercantum. Bahkan beberapa pemilik mushaf hafalan masih belum mengetahui fungsi dari metode tersebut.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode dalam

Mushaf Hafalan merupakan metode yang telah di uji dan bagaimana pandangan pengguna dan respons penghafal al-Quran. Di mana Mushaf

Hafalan yang mencantumkan alat bantu menghafal pada setiap halamannya kini telah banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat, terutama bagi yang berminat untuk menghafalkan al-Quran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan mengambil 10 Mushaf Hafalan dari 6 penerbit yang memiliki metode

berbeda-beda di dalamnya. Kemudian dilakukan juga wawancara kepada pengguna Mushaf Hafalan dan penghafal al-Quran untuk mencari respons konsumen dan masyarakat tentang metode yang dicantumkan di

dalamnya. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) metode dalam Mushaf

Hafalan telah diuji sebelum diterbitkan dengan melibatkan berbagai tangan, yaitu tim penerbit, masyarakat pecinta al-Quran, hingga penghafal

al-Quran. Di mana prosesnya sendiri melalui beberapa tahapan, yaitu; 1) survei; 2) wawancara; 3) diskusi; 4) inovasi; dan 5) konsultasi pada ahlinya.

Mushaf Hafalan yang telah diuji coba ini memiliki pandangan yang beragam dari berbagai sisi. Dari pengguna yang belum atau hanya

memiliki sedikit hafalan dipandang memudahkan meski di sisi lain terdapat kesulitan. Sedangkan bagi pengguna dengan hafalan lebih dari lima juz lebih dipandang membingungkan.

Kata Kunci: Mushaf Hafalan, penerbit, pandangan, pengguna,

penghafal al-Quran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menghafalkan al-Quran adalah kegiatan yang sudah tidak asing di

Pesantren Nurul Islam, tempat penulis belajar tingkat MTs dan MA. Saat

tingkat MA, penulis mulai mengikuti program menghafal al-Quran dan

berlanjut saat kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

mengikuti program dari LTTQ Fathullah di semester VI. Kemudian,

dimulai sejak semester VII penulis kembali menambah kegiatan dengan

mengajar di SDIT Permata Madani yang menerapkan program menghafal

al-Quran dimulai dari juz paling belakang.

Masing-masing lembaga yang penulis temui memiliki aturan,

metode, dan fasilitas yang berbeda dalam membimbing penghafal al-

Quran. Inilah salah satu alasan penelitian ini penulis lakukan. Di samping

itu, melihat semakin banyaknya lulusan penghafal al-Quran di Indonesia.

Beberapa diantaranya, di Pondok Pesantren Hamalatul Quran, Kabupaten

Jombang, Jawa Timur pada tahun ini mampu menyelenggarakan wisuda

ke-VI dengan jumlah 91 wisudawan.1 Pondok Pesantren Tahfiz Al-Quran

Islahul Ummah Subang, Jawa Barat hingga saat ini mampu meluluskan

1000 santri penghafal al-Quran.2 PPIT (Pondok Pesantren Islam Terpadu)

Jamiyah Tahfidz Quran di Situbondo, Jawa Timur tahun ini mampu

melaksanakan wisuda taḣfīẓ dengan jumlah 101 peserta.3 Hal ini

1 Affan Musaddad Abdullah (Santri penghafal al-Quran di PP Hamalatul

Quran), diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ambulu, 30 September, 2020, Jember.

Dan PP. Hamalatul Quran, Prosesi Wisuda Hafidh VI PP Hamalatul Quran , diakses, 16

Juli 2020, https://youtube/wVvJ7PWFEGE. 2Budi Yanto, Pomdok Pesantren Tahfidz Al-Quran Islahul Subang, diakses,

20 Desember, 2020,

https://www.google.com/amp/www.tintahija u.com/event/ka,pus/18357-pondok-

pesantren-tahfidz-al-quran-islahul-ummah-subang-amp. 3Yayasan Jamiyah Tahfidz Quran, Beranda , diakses, 27 Mei, 2020,

https://tahfidz.id/ .

2

menunjukkan cukup tingginya antusias masyarakat muslim Indonesia

dalam menghafal al-Quran, meskipun pada awalnya kegiatan menghafal

al-Quran hanya eksis di Pulau Jawa dan Sulawesi saja. Hingga pasca

MHQ 1981 mulailah kegiatan menghafal ini tersebar luas ke seluruh

Indonesia, bahkan dikatakan bagaikan air bah yang tidak dapat

dibendung.4

Dalam proses menghafalnya, pihak lembaga maupun individu

perlu memiliki startegi yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah

pemilihan waktu yang tepat untuk menghafal, setoran hingga kegiatan

pengulangannya. Selain itu, penghafal al-Quran juga membutuhkan

metode dalam menghafalkan al-Quran.5 Hal ini akan berpengaruh dalam

kenyamanan dan percepatan menghafalnya. Dimana pada dasarnya,

metode menghafalkan al-Quran secara klasik ada beberapa macam,

diantaranya: Talqīn yakni metode dengan cara membaca yang di tuntun

oleh guru; Talaqqi adalah santri menyetorkan hafalan kepada gurunya

langsung; mu’âradah yaitu masing-masing murid saling bergantian

membaca; dan murâja’ah dimana murid mengulang atau membaca

kembali hafalannya.6

Sedangkan, metode dalam proses menghafalkan al-Qurannya

sendiri telah banyak dibahas dalam kegiatan dakwah oleh para ahli. Di

antaranya, Adi Hidayat7 dalam daurahnya mengungkapkan beberapa

4 Nurul Hidayah, “Jurnal Strategi Pembelajaran Tahfidz al-Quran di Lembaga

Pendidikan”. Ta’allum,vol. 04, no. 01, (2019): 63-64. 5 Pemilihan cara menghafal ini sering penulis temukan tidak hanya dalam

buku-buku yang menuliskan tentang metode menghafal al-Quran saja, tetapi juga sering

penulis jumpai dalam lingkungan sekitar penghafal al-Quran. Nurul Hidayah, “Strategi

Pembelajaran Tahfidz al-Quran di Lembaga Pendidikan”: 71. 6 MN Cahyono, “Metode Menghafal al Quran dalam Mewujudkan Kualitas

Hafalan” (Skripsi S1., UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2017), 47. 7 Kelahiran 11 September 1984, seorang pendakwah, penghafal al-Quran,

menguasai ilmu hadis, dan memiliki yayasan program menghafal a -Quran, juga telah

menerbitkan Quran Hafalan miliknya.

3

metode dalam menghafal al-Quran, yaitu: (1) mengingat kode ayat (awal

dan nomor ayat); (2) mengulang hafalan; (3) memahami makna ayat; (4)

menulis hafalan nya.8 Lalu, Ali Saleh Mohammed Ali Jaber9 saat ditanya

salah seorang pesertanya tentang cara agar mudah menghafal al-Quran

dan tidak mudah lupa, ia menjawab beberapa metode yang dapat

digunakan. Yaitu, (1) menentukan target yang dihafalkan setiap harinya;

(2) mengulangi hafalan setiap waktu (saat salat, kegiatan, dan

mendengar); (3) posisi membaca al-Quran yang benar.10

Pembahasan ini juga dituliskan dalam buku, artikel, dan beberapa

penelitian oleh para sarjana. Dalam buku yang ditulis oleh Ahsin W Al

Hafidh, lima metode dalam menghafal al-Quran adalah: (1) Wahdah

(Menghafal satu persatu ayat; (2) Kitābah (menulis ayat yang

dihafalkan); (3) Simā’i (mendengar ayat yang dihafalkan); (4) Gabungan

(metode pertama dan kedua; (5) Jama’ (kolektif).11 Sedangkan dalam

buku yang dituliskan oleh Taqiyul Islam Qori dan Abdul Muhsin Al-

Qasim menuliskan beberapa metodenya: (1) membaca ayat 20x; (2)

mengulang 20x; (3) mengulang hafalan setiap kelipatan lima juz.12

Kemudian beberapa penelitian tentang penunjang hafalan al-

Quran oleh Lilik Indri Purwati: (1) motivasi diri; (2) menentukan jadwal

8 Al-Hujjah Channel Islam, Cara Mudah Menghafal Al-Quran II Ust. Adi

Hidayat, Lc, 28 Agustus 2019 https://www.youtube.com/watch?v=fy4bb5rya2I. 9 Kelahiran 03 Februari 1976. Biasa dikenal dengan Syekh Ali Jaber, seorang

Pendakwah dan Ulama yang juga menjadi juri di ajang pencarian bakat penghafal al-

Quran di berbagai stasiun televisi. 10 Motive Islam,Cara Menghafal Al-Quran dengan Cepat Agar Tidak Mudah

Lupa I Syekh Ali Jaber, 20 Maret 2020

https://www.youtube.com/watch?v=MMmOROh8MEE. 11 Ahsin W Al Hafidh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran (Jakarta: Bumi

Aksara, 2004), 41-42. 12 Abdul Muhsin Al Qasim, Ashal Thariqah li Hifdhi al-Quran al-Karim, terj.

Abu Ziyad, Cara Praktis Menghafal Al-Quran (Islamhouse: Maktab Dakwah dan

Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), 1-2. Dan lihat M Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah

Menghafal Al-Quran (Jakarta: Gema Insani, 1998).

4

menghafal dan murāja’ah; (3) memahami makna ayat; dan (4) fasilitas.13

Oleh Darlimatul Fitriah: (1) motivasi; (2) manajemen waktu; (3) target

hafalan; (4) wahdah; dan (5) murāja’ah.14. Oleh Heri Saptadi: (1)

motivasi; (2) memahami makna ayat; (3) peraturan; (4) fasilitas; dan (5)

aplikasi.15

Berbagai metode ini, sejak tahun 2010 menjadi ilmu bantu

tambahan dalam Mushaf Al-Quran dan kini dikenal dengan Quran

Hafalan. Rupanya mushaf jenis ini lebih banyak diminati dibandingkan

mushaf konvensional.16 Diantara metode yang tertulis di atas memiliki

persamaan yakni dalam motivasi, memahami makna ayat, penentuan

target menghafal, dan pengulangan. Metode-metode tersebut juga dapat

dimasukkan sebagai ikon dalam Quran Hafalan. Juga beberapa metode

lainnya yang dapat menjadi metode tambahan dalam penunjang hafalan

penghafal al-Quran, seperti mengingat kode ayat al-Quran.

Mushaf jenis ini cukup berbeda dengan mushaf konvensional,

baik dari tampilan luar, dalam, hingga penerapan penggunaannya. Dan

hasil penelitian Arizki Widyaningrum penelitian salah satu sarjana

Fakultas Ushuluddin Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah bahwa

mushaf hafalan telah dikenal oleh kebanyakan orang terutama dikalangan

Mahasiswa Tafsir Hadis.17 Dan setelah penulis telusuri kembali memang

13 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro” (Skripsi S1., IAIN

Metro, 2018), 71-72. 14 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal al-

Quran antara Santri Mukim dan Non-Mukim di Pesantren Zaidatul Maarif Kauman

Parakan Temanggung” (Skripsi S1., IAIN Walisongo, 2008), 98-99. 15 Heri Saptadi, “Bimbingan Konseling”. Bimbingan Konseling, vol 1, no. 2

(2012), 117- 121. 16 Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci: Studi

Kasus Usaha Penerbitan Mushaf Al-Quran di Indonesia Kontemporer” (Disertasi S2.,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), 370. 17 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia” (Skripsi S1., UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2017), 80.

5

para penghafal al-Quran yang sudah lebih dulu maupun pemula mengerti

keberadaan Mushaf hafalan tersebut.

Sayangnya, di antara 9 dari 10 penghafal al-Quran tidak

memasukkan keseluruhan metode yang harusnya ada tersebut. Ada yang

hanya memasukkan 1-2 metode saja, sehingga menjadikan al-Quran yang

diterbitkan menjadi tidak maksimal. Bahkan, ada yang menambahkan

banyak metode di dalamnya, termasuk metode yang tidak dibutuhkan

dalam menghafalkan al-Quran, seperti tajwid berwarna dan tiga metode

penunjang untuk memahami makna ayat yang menumpuk dalam satu

halaman.

Hasil dari observasi yang dilakukan oleh Dudung Abdul Karim

bersama dua orang lainnya berjudul al-Quran Yadain li Taḣfīẓ al-Quran

di Desa Maniskidul Kuningan Bandung Jawa Barat, salah satu Quran

Hafalan dengan 12 metode di dalamnya kepada para santri yang

melakukan karantina. Dikatakan bahwa metode tersebut memiliki

penerapan yang sulit termasuk dalam metode yang ditonjolkannya yaitu

tadabur ayat, bahkan sebagian besar santri hanya menggunakan 2 dari 12

metode yang ada.18

Dari sini terlihat bahwa masih minimnya pengaplikasian metode

oleh penghafal al-Quran. Sehingga perlunya dipertanyakan apakah

metode dalam mushaf tersebut memang berguna, bahkan telah diuji

ataukah tidak, atau bahkan hanya sekedar strategi pasar yang

dimanfaatkan untuk merauk untung yang banyak. Terlebih lagi saat

mempromosikan Mushaf at-Taisirnya Adi Hidayat mengatakan sendiri

bahwa biasanya para penghafal al-Quran hanya membutuhkan bimbingan

18 Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,

“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal

al-Quran di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)”. Studia Quranika, vol. 4, no. 2

(2019), 194-198.

6

menghafal pada penggunaan pertama, lalu ia akan menemukan

metodenya sendiri sesuai dengan pengalaman dan kemampuannya.

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menemukan

beberapa permasalahan yang perlu di identifikasi dalam penulisan ini,

yaitu:

a. Awal mula adanya Mushaf al-Quran dalam bentuk cetakan di

Indonesia;

b. Faktor komodifikasi atau proses pengkomersialan Mushaf al-

Quran di Indonesia oleh penerbit;

c. Proses tematisasi Mushaf al-Quran di Indonesia;

d. Perkembangan Mushaf hafalan di Indonesia;

e. Uji coba metode Mushaf hafalan di Indonesia bagi pengguna;

f. Pandangan dan respons pengguna dan penghafal al-Quran tentang

Mushaf hafalan.

2. Rumusan Masalah

Dari identifikasi di atas, maka penulis mengambil poin e dan f

sebagai rumusan masalah. Dengan rumusan masalahnya adalah

“Bagaimana para penerbit menyajikan metode menghafal sebagai bagian

dari lampiran mushaf hafalan?”

3. Batasan Masalah

Agar penelitian dapat terarah dan tidak melenceng dari tema yang

diangkat, maka penulis membatasi masalah dengan mengkaji proses uji

coba metode-metode yang ada pada mushaf hafalan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian yang hendak

penulis capai dalam skripsi ini adalah:

7

1. Mengetahui dan menganalisis uji coba metode Mushaf hafalan

di Indonesia oleh penerbit, tentang pemilihan metode yang

dilakukan penerbit hingga pencantuman dalam mushaf

hafalannya;

2. Menginformasikan fungsi dari ilmu bantu menghafal yang

tercantum dalam mushaf hafalan;

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan mushaf hafalan.

Dari tujuan penelitian yang ditetapkan diatas, maka manfaat

penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Secara Teori:

a. Melengkapi tulisan Eva Nugraha dan Arizki Widyaningrum

tentang mushaf di Indonesia.

b. Sebagai acuan dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya,

khususnya penelitian terkait mushaf hafalan di lingkungan

akademik Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Secara Praktis:

a. Bahan pertimbangan dalam pemilihan metode pembuatan mushaf

hafalan berikutnya.

b. Pertimbangan bagi penghafal yang ingin menggunakan mushaf

hafalan dengan label.

c. Sebagai salah satu bahan ajar dalam program dan pembelajaran

taḣfīẓ al-Quran di Fakultas Ushuluddin hususnya, juga bagi

Pesantren dan lembaga lain yang menerapkan hafalan al-Quran.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan perbandingan bagi penulisan dan mendukung

kevalidan skripsi ini, maka penulis mempelajari beberapa mushaf hafalan

yang dibutuhkan, diantaranya:

8

1. Terbitan Almahira (Al-Quran, 2010).19 Mushaf ini merupakan

mushaf hafalan dengan tambahan ilmu bantu awal ayat dan

kertas penutup;

2. Terbitan Cordoba (Al-Quran, 2016-2018).20 Cordoba

menerbitkan tiga mushaf hafalan dengan sasaran yang berbeda

disetiap jenisnya, dengan menyajikan 8-10 ilmu bantu di

dalamnya;

3. Terbitan Syaamil (Al-Quran, 2015-2019).21 Menerbitkan dua

mushaf dengan alat bantu yang berbeda, yaitu fokus pada

pengulangan disetiap prosesnya dan metode jari-jari ayat.

4. Terbitan Maana Publishing (2019).22 Mushaf yang

mencantumkan 9 alat bantu dalam mushafnya dan menggunakan

standar Timur Tengah;

5. Terbitan Tiga Serangkai (2018).23 Mencantumkan ilmu bantu

yang diklaim merupakan metode langsung dari al-Quran;

6. Terbitan Sidogiri (2019).24 mushaf hafalan terbaru yang

menyajikan metode berbeda dengan lainnya, yakni pendekatan

warna untuk setiap ilmu bantunya.

Selain itu, penulis juga mengkaji beberapa karya yang berkaitan.

Berikut diantaranya penulis paparkan beberapa karya yang berhubungan

dengan ilmu bantu menghafal yang berada dalam mushaf hafalan:

19 Quran Hafalan (Jakarta: Al-Mahira, 2010). 20 Mushaf al-Hafidz. (Bandung: Cordoba, 2016); Mushaf Huffaz (Bandung:

Cordoba, 2017); Al-Quran Hafalan Tahfiz Junior (Bandung: Cordoba, 2018). 21 al-Quran Tikrar, (Cicalengka: PT Sygma Examedia Arkalenka, 2015); Al-

Quran Yadain, (Cicalengka: PT Sygma Examedia Arkalenka, 2019). 22 Mushaf hafalan Usmani Madinah, (Depok: Maana Publishing, 2019). 23 Mushaf At-Taisir, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018). 24 Mushaf Al-Miftah Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019).

9

1. Eva Nugraha (Disertasi, 2018).25 Dalam disertasi ini membahas

tentang gambaran umum enam penerbit dan proses komodifikasi

mushaf serta dampaknya;

2. Arizki Widyaningrum (Skripsi, 2017).26 Skirpsi ini membahas

tentang kaidah-kaidah yang masih tetap digunakan dalam

percetakan mushaf hafalan dan sejauh mana mushaf jenis ini

populer dikalangan penghafal al-Quran;

3. Ahmad Faqihudin (Skripsi, 2015).27 Skripsi ini membahas

tentang faktor apa saja yang menjadi daya tarik bagi mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menghafal al-

Quran;

4. Darlimatul Fitriyah (Skripsi, 2008).28 Skripsi ini membahas

faktor yang mempengaruhi kecepatan menghafal al-Quran pada

santri mukim di Pondok Pesantren Zaidatul Maarif Kauman

Parakan Temanggung;

5. Lilik Indri Purwati (Skripsi, 2018).29 Membahas tentang

pelaksanaan program menghafal al-Quran di Pondok Pesantren

Darussalam Metro, faktor apa saja yang mendukung dan

25 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci: Studi

Kasus Usaha Penerbitan Mushaf Al-Quran di Indonesia Kontemporer. (Disertasi,

Konsentrasi Al-Quran dan Tafsir, Pascasarjana, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018). 26 Arizki widyaningrum, Mushaf hafalan Indonesia. (Skripsi, Jurusan Tafsir

Hadis, Fakultas Usluddin, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017). 27 Ahmad Faqihuddin, Faktor-Faktor Ketertarikan Menghafal al-Quran pada

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta. (Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama

Islam dan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015). 28 Darlimatul Fitriyah, Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal al-

Quran antara Santri Mukim dan Non-Mukim di Pesantren Zaidatul Maarif Kauman

Parakan Temanggung. (Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah,

IAIN Walisongo, 2008). 29 Lilik Indri Purwati, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro . (Skripsi, Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Metro, 2018).

10

menghambat santri dalam menghafal, serta solusi yang

diberikan bagi hal yang menghambat santri;

6. Abdul Muhsin al-Qasim (Buku, 2007).30 Tulisan ini membahas

tentang kiat-kiat yang memudahkan dalam proses menghafal al-

Quran, muraja’ah ayat yang telah dihafalkan, dan ketentuan

dalam menghafal;

7. Heri Saptadi (Jurnal, 2012).31 Penelitian ini membahas tentang

faktor-faktor pendukung hafalan al-Quran santri di Pondok

Pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Semarang;

8. Eva Nugraha (Jurnal, 2015).32 Penelitian ini membahas tentang

tren penerbitan mushaf al-Quran yang terjadi baik dari sisi

bentuk dan tampilan hingga tema-tema yang diberikan dalam

setiap mushafnya;

9. Nurul Hidayah dan Royana Afwani (Jurnal, 2019).33 Penelitian

ini membahas tentang penggunaan Metode At-Taisir yang

dicetuskan oleh Adi Hidayat serta bagaimana pengaplikasian

metode tersebut dalam bentuk software;

10. Dudung Abdul Karim dkk (Jurnal, 2019).34 Penelitian ini

membahas tentang aplikasi Metode Yadain di yayasan

30 Abdul Muhsin Al Qasim, Ashal Thariqah Li-Hifdhi al-Qur’an al-Karīmm

Terj. Eko Abu Ziyad, Cara Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Fariq al-Indonesia,

2007). 31 Heri Saptadi, “Bimbingan Konseling”. Bimbingan Konseling 1, No. 2

(2012). 32 Eva Nugraha, “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodifikasi al-Quran di

Indonesia”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015). 33 Nurul Hidayah dan Royana Afwani, “Rancang Bangung Aplikasi Bantu

Hafal Al-Quran Metode at-Taisir Berbasis Android”. J-Cosine, vol. 3, no. 1 (2019). 34 Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,

“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal

al-Quran di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)”. Studia Quranika, vol 4, no. 2

(2019).

11

Karantina Taḣfīẓ Nasional serta kekurangan dan kelebihan

dalam metode tersebut.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu

dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan

pengamatan langsung dan memaparkan sesuai data yang didapat.35

2. Sumber Data

Teknik pengumulan data yang akan penulis dapatkan adalah

dokumen, literatur-literatur, artikel, dan data-data yang berkaitan sebagai

sumber pendukung. Sedangkan, sumber primernya penulis memperoleh

dari beberapa Mushaf hafalan, hasil wawancara, dan dokumentasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Tiga cara dalam teknik pengumpulan data yang penulis gunakan

dalam penelitian ini:

a. Observasi

Dalam hal ini, penulis menanyakan secara langsung dan tidak

langsung (daring) tentang metode dalam Mushaf hafalan pada penghafal

al-Quran yang menggunakan mushaf hafalan dan yang tidak

menggunakannya

b. Wawancara

Wawancara sebagai salah satu yang digunakan untuk

mendapatkan informasi dari informan dengan cara bertanya. Disebabkan

wabah covid-19 penulis mewawancarai secara langsung dua penerbit dan

dua lainnya secara tidak langsung (daring). Penulis mewawancarai

dengan alat elektronik seperti handphone, record, dan catatan penulis.

35Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2004), 4.

12

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan agar mendapatkan data yang berkaitan

dengan penelitian, seperti lampiran dan metode yang terdapat mushaf

hafalan.

4. Metode Analisis Data

Analsis data ini menggunakan deskriptif analitik dengan

menggambarkan bentuk metode dalam mushaf hafalan. Selain itu,

penulis juga menganalisis data terkumpul dengan membaginya ke dalam

unit-unit yang koheren.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan penelitian ini dapat disajikan secara tersusun

dan teratur, penulis membagi pembahasan menjadi beberapa bab sebagai

berikut,

Bab pertama penulis akan mendeskripsikan mengapa memilih

pembahasan mengenai mushaf hafalan menurut Penghafal al-Quran,

dengan menempatkannya pada latar belakang, lalu identifikasi, rumusan

dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,

mtode penulisan hingga sistematika penulisannya.

Bab kedua mengulas lebih detail tentang mushaf hafalan dan mushaf

hafalan yang telah beredar di Indonesia sejak abad ke-19 sampai abad ke-

21, beserta metode yang tercantum di dalamnya dengan menjelaskan

kembali faktor-faktor yang mempengaruhi penghafal al-Quran dalam

prosesnya.

Bab ketiga berisi tentang metode menghafalkan al-Quran dalam mushaf

hafalan yang beredar di masyarakat beserta profil setiap penerbitnya.

13

Bab keempat adalah hasil wawancara yang meliputi pembentukan

komponen-komponen dalam mushaf hafalan dan pandangan pengguna

serta respons penghafal al-Quran mengenai mushaf hafalan itu sendiri.

Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang

di akhiri oleh daftar pustaka.

14

15

BAB II

GAMBARAN UMUM MUSHAF HAFALAN

A. Pengertian Mushaf Hafalan

Mushaf hafalan terdiri dari dua suku kata, yakni mushaf dan

hafalan. Mushaf berasal dari Bahasa Arab فصاح ج م ف صح م secara bahasa

berarti kitab atau buku.1 Dalam kamus Mu’jām al-Ma’anī yang berarti

muhaf, kitab al-Quran.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mushaf

berarti bagian naskah al-Quran yang bertulis tangan.3 Sedangkan dalam

bahasa sehari-hari lazimnya dimengerti sebagai kitab suci al-Quran,

sehingga sering disebut juga Al-Musḥāf Al-Syarīf berarti al-Quran yang

mulia.4

Penyebutan mushaf sebagai naskah juga sudah disebutkan dalam

al-Quran hingga 8 kali. Salah satunya dalam Qs. al-Bayyinah/98:2:

رة مطهه (2) رسول من الله ي ت لو صحفا

“Seorang Rasul utusan Allah yang membacakan beberapa lembar

kitab suci (al-Quran).” (Qs. al-Bayyinah/98:2)

Bahkan penamaan mushaf pada al-Quran sudah terjadi sejak zaman

sahabat Abu Bakar yang saat itu terinspirasi dari Salim bin Ma’qil yang

kemudian terkenal dengan penyebutan Al-Musḥāf Al-Syarīf.5 Dari sini

terlihat mushaf dapat didefinisikan sebagai salinan al-Quran secara

1 Lenni Lestari, “Mushaf al-Quran Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal”. At-Tibyan, vol. 1, no. 1, (2016): 174. 2 Tim Penyusun Kamus Al-Maani, Aplikasi Almaany Kamus Arab Indonesia

(2016), https://play google.com/store/apps/dteails?.id=com.almaany.arid. 3 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 987. 4 Lenni Lestari, “Mushaf al-Quran Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal”, At-Tibyan, vol. 1, no. 1, (2016): 174. 5 Annabel Teh Gallop, The Art of The Qur’an in Southest Asia, terj. Ali Akbar,

“Lektur”. Jurnal Seni Mushaf di Asia Tenggara 2, No. 2, 2004, 123.

16

keseluruhan yang mencakup teks al-Quran, iluminasi, hingga jenis kertas,

tinta, ukuran, dan lainnya.6

Beralih pada suku kata kedua mushaf hafalan. Hafalan merupakan

ف ج اظح فظاح –ظ يحف –ظ حف yang artinya memelihara, menjaga,

menghafalkan.7 Sedangkan kata hafalan sendiri adalah sesuatu yang

dihafalkan dan merupakan masdar atau bentuk bentuk nomina dari kata

فظا yakni ,حف ظ atau pelakunya adalah sebagai (حاف ظ) Di mana isim fā’il 8.ح

penghafalnya dan biasa digunakan sebagai julukan penghafal al-Quran

yang sudah mencapai 30 juz.

Sehingga, jika disatukan mushaf hafalan adalah al-Quran yang

digunakan sebagai media menghafal oleh penghafal al-Quran. Yakni

Mushaf dengan ciri khas dan fungsi yang sesuai bagi penghafal al-Quran.

Dahulunya, mushaf ini disebut dengan Mushaf Bahriyah atau Mushaf

Pojok hingga seiring berkembangnya zaman, pembeda Mushaf Bahriyah

dengan Mushaf Konvensional pada tahun 70-an adalah: Asmaul Husna;

sambutan menteri Agama RI; maklumat; tanda tashih; keutamaan al-

Quran; adab membaca al-Quran; setiap halaman terdiri dari 15 baris,

setiap ayat berakhir di setiap halaman.9 Kemudian sejak tahun 20-an

penerbit mulai aktif memberikan konten-konten tambahan pada Mushaf

al-Quran hingga terjadilah tematisasi dalam mushaf.10 Salah satunya

6 Hasrul, “Kajian Mushaf al-Quran di Indonesia” (Institut Perguruan Tinggi

Ilmu Al-Quran Jakarta, 2013), 2. 7 A.W. Munawwir Muhammad Fairuz, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia

(Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), 302. 8 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 501. 9 Eva Nugraha, “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodifikasi al-Quran di

Indonesia”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015): 307. Dan Ali Akbar, “Mushaf al-

Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018, https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-

mushaf-al-quran-standar-bahriyah. 10 Eva Nugraha, “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodifikasi al-Quran di

Indonesia”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015): 311.

17

konten berbagai metode menghafal yang kini lebih dikenal dengan mushaf

hafalan.11

B. Sejarah Mushaf Hafalan

Mushaf yang dikhususkan bagi penghafal al-Quran memiliki nama

Mushaf Bahriyah yang merupakan reproduksi dari mushaf terbitan Turki

(1951 M). Terbitan ini dinaungi oleh KH. Arwani Amin yang

diperolehnya saat melaksanakan ibadah haji (1969/1970 M).12 Variasi

mushaf ini memang tidak ada yang diubah dari cetakan aslinya, mengikuti

pesan KH. Arwani Amin. Sayangnya bentuk orisinal mushaf ini telah

terbakar saat terjadi kebakaran di PT. Menara Kudus (2000-an M).13

Dengan penghabisan ayat disetiap pojoknya menjadikan mushaf jenis ini

juga dikenal dengan mushaf pojok/mushaf sudut dalam bahasa Turki

disebut āyet ber-kenār.14 Mushaf ini kemudian dicetak di Menara Kudus,

sehingga juga dikenal dengan Quran Kudus.15

Pemberian nama Mushaf Bahriyah ditentukan sejak Muker

(Musyawarah Kerja) Ulama al-Quran I tahun 1974 hingga Muker pada

tahun 1984. Pemberian namanya diambil dari nama penerbitnya yaitu

Bahriyah Istanbul Turki.16 Menurut Ahmad Damanhuri, Malang, mushaf

jenis ini sudah ditoleransi dikalangan Ulama di berbagai negara.17

11 Hal ini adalah salah satu efek dari tematisasi al-Quran yang salah satunya

adalah Mushaf hafalan (terkadang juga disebut dengan Quran Hafalan). 12 Ali Akbar, ““Quran Kudus” Quran dari Turki”, Diakses, 20, Maret, 2013,

http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html 13 Afrizal Qosim, “Mengenal Mushaf Pojok: Sejarah Perkembangan dan

Karakteristik”, Diakses, 9, Februari, 2020, https://www.almunawwir.com/mengenal-

mushaf-pojok-sejarah-perkembangan-dan-karakteristik/ 14 Ali Akbar, Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia (Bahriyah) 1991, Diakses,

02, November, 2012, http://quran-nusantara.blogspot.com/search?q=quran+hafalan 15 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia” (Skripsi S1., UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2017), 37. 16 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia”, 37. 17 Ali Akbar, “Mushaf al-Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018,

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-mushaf-al-quran-standar-bahriyah.

18

Naskahnya sendiri mulai dituliskan oleh Muhammad Abdurrazaq Muhlili

seorang kaligrafer kenamaan Indonesia yang selesai pada tahun 1988/1408

H.18

Mushaf Bahriyyah sendiri mushaf di tulis berdasarkan edisi Turki

adalah hasil tulisan gabungan dari rasm imlai dan rasm usmânî.

Pembedanya dengan Mushaf Usmânî sendiri adalah teridiri dari 15 baris

pada setiap halaman, mad tabi’inya idgham, iqlab, dlamir yang masih

belum menggunakan tanda-tanda seperti umumnya sekarang.19

Perkembangan ini berlangsung terus-menerus, hingga tahun 2010

muncullah Quran Hafalan milik Almahira, lalu menginspirasi banyak

penerbit lainnya. Nama inilah yang kemudian menjadi nama yang

sekarang lebih dikenal penyebutannya.

C. Mushaf Hafalan yang Beredar di Indonesia

Mushaf yang dikhususkan bagi penghafal al-Quran ini telah hadir

sejak tahun 70-an. Kini dikenal dengan mushaf hafalan. Dari tahun ke

tahun mushaf ini mengalami perubahan yang sangat signifikan.

Diantaranya dari pewarnaan teks al-Qurannya, hingga iluminasinya.

1. Mushaf Hafalan pada abad ke 19-20

Mushaf hafalan terbentuk sejak Muker I tahun 1974.20 Namun

sebelum itu, mushaf hafalan pertama kali hadir dalam bentuk cetakan

berasal dari Singapura dengan metode litograf (cetak offset) dan ditulis

oleh Muhammad Salih bin Sardin (1285 H/1868M). Dengan

18 Ali Akbar, “Mushaf al-Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018,

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-mushaf-al-quran-standar-bahriyah. 19 Ali Akbar, “Mushaf al-Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018,

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-mushaf-al-quran-standar-bahriyah. 20 Abdul Hakim, “Al-Quran Cetak di Nusantara”. ¢u¥uf, vol. 5, no. 02, (2012):

233.

19

menggunakan hiasan warna-warni pada bagian awal, tengah, dan akhir

mushaf pada kertas Eropa dengan cap kertas.21

Selanjutnya, cetakan Singapura yang hadir dalam kisaran waktu

yang tidak jauh berbeda. Bahan yang di gunakannya masih sama, yaitu

menggunakan bahan kertas Eropa; tinta merah dalam awal surat dan hitam

dalam penulisan ayat; berdimensi 30x20x6 cm; di jilid menggunakan

benang; sampul berbahan kulit dengan hiasan sederhana; bingkai berwarna

kuning; iluminasi dengan motif floral pada awal, tengah, dan akhir

berwarna merah, kuning, dan hijau dengan setiap halamannya terdiri dari

15 baris. Cetakan ini sudah menggunakan konsep ayat pojok, meskipun

masih menggunakan tanda juz, nisf dan bulatan saja untuk pemisah ayat.

Meskipun jika di teliti lebih detil, terdapat kesalahan seperti dalam

penempatan ayat yang terkadang masih tidak tepat, dan kata alihannya

belum menggunakan tanda waqaf.22

Selajutnya al-Quran yang juga hadir dengan khas pojoknya adalah

dari Mesir dan India yang lebih di kenal dengan “Al-Quran Istanbul”

(1881) yang kemudian menjadi rujukan untuk penulisan “Al-Quran Ayat

Sudut” yang menjadi standar Mushaf Bahriyah. Al-Quran ini hadir dengan

mesin cetak yang modern dan sudah mulai menuliskan nama dan logo

penerbitnya, salah satunya yang terkenal adalah Matba’ah Musthafa al-

Bābī al-Ṭalabi, Mesir.

Gambar 2.3: Isi al-Quran Istanbul, 1881,

suhuf alquran cetak indonesia (Gambar di ambil da ri

dokumen Abdul Hakim, “¢u¥uf”, Al-Quran Cetak di

Nusantara, V, No. 02, (2012))

21 Al-Quran ini masih bisa di temui di beberapa tempat, di antaranya di Bayt a l-

Qura, Museum Istiqlal Jakarta, dan Masjid Agung Surakarta. 22 Abdul Hakim, “Al-Quran Cetak, 237-238.

20

Ciri-ciri dari al-Quran ini sendiri adalah didominasi warna hitam;

rasm usmani; ayat pojok; setiap halaman 15 baris dengan 610 halaman;

menggunakan penanda ruku’, ayat sajdah, juz, rubu’, dan sumun; doa

khatam al-Quran; dan tanggal selesainya percetakan al-Quran. Al-Quran

ini lebih kecil dibandingkan al-Quran yang beredar sebelum-sebelumnya,

yakni dengan ukuran sekitar 2x1,5x1 cm. 23

Selanjutnya pada abad ke-20 mulai terlihat perkembangan dalam

percetkan mushaf al-Quran, diantaranya cetakan Matba’ah Al-Islamiyah,

Menara Kudus, dan lain-lain.24 Tidak hanya para penerbit al-Quran,

penerbit yang dahulunya hanya fokus pada penerbitan buku-buku agama

saja, kini merambah ke dunia penerbitan mushaf.

Menara Kudus sendiri merupakan percetakan tertua di Indonesia,

dalam pemilihan mushaf cetakannya mereka konsisten terhadap Al-Quran

Pojok yang di peroleh dari Kiai Arwani Amin, Pengasuh Pesantren

Yanbu’ul Quran dan dituliskan oleh Mustafa Nazif yang ditashihkan oleh

Hai’ah Tahqiq al-Masahif al-Syarifah pemerintah Turki di Percetakan

Usman Bik.25 Perkembangan penerbitan Mushaf Bahriyah ini juga diiringi

dengan penggunaan masyarakat Indonesia.

2. Mushaf Hafalan pada abad ke 21

Mushaf pada tahun ini sering disebut dengan mushaf kontemporer

(2002-sekarang).26Selain menjadi pilihan penghasilan yang menjanjikan

dan majunya teknologi komputer yang memudahkan modifikasi al-Quran.

23 Abdul Hakim, “Al-Quran Cetak, 239-240. 24 Bahkan sejak saat itu, di Indonesia yang suda h mencapai 11 mushaf al-Qura n

cetakan dalam rentang waktu 1933-1983. Dan selanjutnya hingga awal abad ke-21 suda h

terdapat 6 mushaf yang beredar. 25 Lenni Lestari, “Mushaf Al-Quran, 185-187. 26 Fathu Rozi Hasrul, “Kajian Mushaf Kontemporer; 2004-sekarang” (Intitut

Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran Jakarta), 3, Diakses, 06 , Mei, 2013, http://rul-

sq.info/2013/05/kajian-mushaf-kontemporer-2004-sekarang.html

21

Pada abad ini percetakan mushaf al-Quran semakin berkembang pesat.

Mushaf hafalan yang sudah banyak beredar menjadi incaran bagi

masyarakat yang ingin menghafal al-Quran.27

Mushaf hafalan yang dimodifikasi dengan dasar Quran

Pojok/Mushaf Bahriyah menawarkan metode menghafal dianggap

memudahkan penghafal al-Quran.28 Diantara mushaf hafalan yang sudah

banyak dikenal masyarakat adalah al-Quran Pojok, Quran Hafalan,

Mushaf al-Hafīẓ, Mushaf al-Huffāẓ, dan Mushaf At-Taisīr.29

Gambar 2.4: Tampilan isi dari mushaf hafalan dari Al-

Mahira (Gambar di ambil dari Arizki widyaningrum,

Mushaf Hafalan Indonesia, (Skripsi, Jurusan Tafsir Hadis,

Fakultas Usluddin, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017))

Mushaf yang kemudian muncul dengan menggunakan nama yang

lebih tegas dalam tema yang digunakan adalah “Quran Hafalan” cetakan

Al-Mahira. Dengan variasi metode menghafalnya metode awal ayat

dengan warna merah. Posisinya sendiri diluruskan dengan ayat utamanya

agar penghafal al-Quran menebak ayat lanjutannya.30

Kemudian muncul Mushaf al-Hafīẓ dan Mushaf al-Huffāẓ yang di

cetak oleh satu penerbit, namun dalam periode yang berbeda. Dalam

percetakan mushaf yang pertama Cordoba juga menghadirkan awal dan

akhir ayatnya sebagi kata kunci. Mushaf al-Hafīẓ (Hafal Satu Halaman

dalam Tiga Jam) dengan variasi pemberian tiga warna berbeda (kuning,

hijau, dan biru) bahkan dalam mushaf inii ditambahkan kolom

27 Lenni Lestari, “Mushaf Al-Quran, 188. 28 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia, 42-43. 29 Lihat Quran Pojok al-Quran al-Karim milik Menara Kudus. 30 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia, 45-46.

22

murāja’ah.31 Sebagai perkembangannya, terbitlah Mushaf al-Huffāẓ yang

hanya ditambahkan blok warna, terjemahan. 32

Gambar 2.5: Tampilan isi al-Quran Al-Hafidz,

2016, (Gambar di ambil dari dokumen pribadi

penulis)

Terakhir adalah Mushaf At-Taisir yang di cetak dan langsung

diampu oleh Adi Hidayat. Dalam aplikasinya, mushaf ini akan di

dampingi dengan buku yang berjudul 30 Hari Hafal 30 Juz yang berfungsi

sebagai panduan menghafalnya. Meskipun pada dasarnya dalam

mushafnya sendiri sudah ada cara menggunakan dan kode-kode yang

diberikan.33

D. Konsep Menghafal Al-Quran

Melalui gambaran umum tentang mushaf hafalan di atas, terlihat

perbedaan penyajian metode dari setiap penerbit. Sejatinya, menghafal al-

Quran di pandang sulit oleh sebagian orang, terutama bagi orang yang

sudah memasuki usia lansia karena kemampuan mengingatnya sudah

berkurang. Kesulitan menghafal al-Quran juga terjadi dikalangan muda

bahkan anak-anak, sebagaimana pengalaman Imam Syafi’i yang tercantum

dalam kitab I’anatuth Tholibin mengatakan;

“aku pernah mengadukan kepada Waki’ (guru) tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau mengatakan untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah

tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.”

31 Lihat Mushaf al-Hafiz (Bandung: Cordoba, 2016). 32 Lihat Mushaf Huffaz (Bandung: Cordoba, 2016). 33 Lihat Mushaf at-Taisir (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2014).

23

Karena itulah dalam menghafal al-Quran perlu ada beberapa hal yang

diperhatikan, ditambah lagi al-Quran yang telah dihafalkan perlu di jaga

dengan terus mengulang-ulangnya.

1. Syarat Menghafal Al-Quran

Dalam hal ini Ahsin W. Al-Hafidz dalam bukunya Bimbingan

Praktis Menghafal Al-Quran mencantumkan beberapa syarat menghafal

al-Quran, yaitu:

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran, teori, ataupun

permasalahan yang mengganggu proses hafalan.34

b. Niat yang ikhlas

Niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh akan menjadi benteng

terhadap kendala yang dapat menjadi rintangan dalam hal yang

ditujukan oleh seseorang.35 Sebagaimana arti dari niat dalam hadis

yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim adalah

berkehendak atas sesuatu yang disertai dengan kegiatan.

c. Memiliki keteguhan dan kesabaran

Dalam proses menghafal sering kali terjadi kendala, seperti jenuh,

lingkungan yang tidak memungkinkan, atau karena sedang

menghafalkan ayat yang di rasa sangat sulit.36 Sebab itulah

Rasulullah selalu menekankan agar penghafal al-Quran agar

bersungguh-sungguh dalam menjaga hafalannya.37

d. Istiqamah

Seorang penghafal al-Quran dalam masa menghafal maupun

penjagaannya diperlukan istiqamah atau konsisten, baik lisan, hati,

34 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Menghafal Al-Quran (Jakarta: Bumi Aksara,

2004), 49. 35 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Tangerang, Lentera Hati, 2009), 461. 36 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, 50. 37 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab (Tangerang, Lentera Hati, 2012), 49.

24

maupun perbuatannya.38 Pengaruhnya sendiri akan dirasakan

dalam waktu yang berkepanjangan, bahkan sampai akhir usia.

Seperti yang tertulis dalam Tafsir Al-Lubab karya M. Quraish

Shihab bahwa istiqamah dengan ucapan “Tuhan kami ialah Allah”

memiliki derajat yang lebih tinggi di banding ucapan itu sendiri.39

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Fushshilat/41:30

حتزنوا ختافوا ول الذين قالوا رب نا هللا مث الستقموا تتنز لو عليهم املالئكة ال إن

۞شروا ابجلن ة ال ىت كنتم توعدونوأب

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka

Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu takut, dan janganlah akmu merasa sedih, dan bergembiralah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah

kepadamu” (Qs. Fushshilat/41:30) e. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela

Perbuatan yang tidak baik ini tidak hanya perlu dilakukan oleh

penghafal al-Quran saja, tetapi juga oleh seluruh umat Islam.

Bahkan menurut Imam Ghazali, tingkah laku yang demikian akan

membawa seseorang kepada kebinasaan dan kehancuran diri.

Dengan arti seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu

yang bertentangan dengan fitrah-Nya.40 Terutama untuk penghafal

al-Quran, menjauhi sikap ini sangat diperlukan agar mampu

menjaga istiqamah dan konsentrasinya.41

38 Usman Al-Khaibawi, Durrotun Nasihin Mutiara Muballigh (Semarang: al-

Munawar, 11), 47. 39 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab (Tangerang, Lentera Hati, 2012), 512. 40 Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), 197. 41 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, hal. 53.

25

f. Izin orang tua, wali atau suami

Kerelaan orang-orang tersebut diperlukan karena dapat menjadi

dorongan moral dalam menyelesaikan hafalannya. Setidaknya

dorongan moral yang diperoleh adalah kekuatan batin penghafal

al-Quran sehingga proses menghafal akan menjadi lebih lancer.42

g. Mampu membaca dengan baik

Sebagai penghafal al-Quran sudah sewajarnya memiliki ilmu

taḣsin yang diamalkannya dengan baik. Contoh yang diberikan

oleh sebagian besar ulama akan mempersilahkan anak didiknya

menghafal al-Quran jika telah selesai mengkhatamkan al-Quran bi

al-naẓar (dengan membaca).

h. Menentukan target hafalan43

Target atau sebuah kerangka yang dibuat agar penghafal memiliki

alokasi waktu yang lebih pasti, bukan untuk paksaan. Setidaknya

penghafal perlu memperhitungkan waktu menghafal dan

mengulang hafalannya sesuai dengan waktu yang tersedia di sela

kegiatan penghafal.44 Hal ini akan berdampak pada waktu

penyelesaian dan kekuatan hafalannnya. Meskipun target yang

ditentukan melebihi batasan waktu, bisa dipastikan penghafal al-

Quran akan melebihi batas waktu yang tidak jauh dari yang sudah

ditentukan. Namun, jika seseorang menghafal al-Quran tanpa

target, bisa jadi ia akan memperlambat hafalannya hingga satu

tahun atau bahkan lebih.45

42 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, 54. 43 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, 49. 44 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, 77-78. 45 Yedi Iryadi, Pusat Karantina Tahfidz Al Quran Nasional, Mushaf Standar

Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an, Diakses, 25, Janua ri,

2017, https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o.

26

Syarat-syarat tersebut juga sejalan dengan yang diungkapkan

Sa’dullah saat mengisi seminar metode menghafal al-Quran yang digelar

oleh Pengurus Cabang Jamiyah Qurra Wal Huffadz di Sumedang.46 Hal

ini berguna agar penghafal al-Quran besungguh-sungguh baik sejak proses

menghafalnya, maupun dalam proses penjagannya.

2. Metode dalam menghafal al-Quran

Dalam kegiatan menghafal, setiap orang tidak akan lepas dari

mencari cara termudah. Sebagaimana menghafalkan al-Quran, dengan

banyaknya metode yang hadir akan memudahkan penghafal al-Quran

dalam memilih metode yang cocok atau di anggap mudah dan

memudahkan. Setidaknya Ahsin W. Alhafidz menuliskan dalam bukunya

diantara metode yang biasanya dipakai oleh penghafal al-Quran adalah,

metode wahdah47, metode kitābah48, metode simā‘ī49, metode gabungan50,

dan metode jama‘51. Meskipun sejatinya, metode apapun dalam

menghafalkan al-Quran tidak akan lepas dari mengulang-ulang hafalan.52

46 Ericadmin, Radae Sumedang. H’ Sa’dullah: Ada Lima Syarat Menghafal Al-

Quran dengan Baik, Diakses, 19, Oktober, 2019,

https://sumedang.radarbandung.id/berita -utama/2019/10/19/h-sadulloh-ada-lima-syara t -

menghafal-al-quran-dengan-baik/. 47 Dilakukan oleh penghafal al-Quran dengan cara mengulang-ngulang ayat

sampai lancar untuk kemudian melanjutkan ke ayat berikutnya. Ahsin W. Al-Hafidz.

Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 63-66. 48 Penghafal akan menulis terlebih dahulu ayat yang akan dihafalkannya, lalu

ayat tersebut akan di baca hingga lancar. Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis

Menghafal Al-Qur’an, 63-66. 49 Dengan mengulang-ngulang ayat yang hendak dihafalkan, biasanya metode

ini akan dilakukan oleh orang yang memiliki gaya belajar auditori. Ahsin W. Al-Hafidz.

Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 63-66. 50 Gabungan dari metode wahdah dan kitabah, namun k itabah disini hanya

berfungsi sebagai uji coba hafalannya. Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis

Menghafal Al-Qur’an, 63-66. 51 Penghafal melakukaknnya dengan kolektif, yakni ayat yang di baca akan

dihafalkan secara bersama-sama sesuai dengan instruksi dari pemimpinnya. Ahsin W. Al-

Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 63-66. 52 Yadi Iryadi, Pusat Karantina Tahfidz Al Quran Nasional, Mushaf Standar

Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an, Diakses, 25, Janua ri,

2017, https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o.

27

Seperti jika melihat dalam buku-buku yang khusus membahas cara

menghafal al-Quran pasti mencantumkan sedikitnya 20x (dua puluh kali)

pengulangan dalam proses menghafal al-Quran. Contohnya, buku Cara

Mudah Menghafal Al-Quran milik M. Taqiyul Islam Qori, Cara Praktis

Menghafal Al-Quran ciptaan Abdul Muhsin Al-Qasim (buku ini sudah

diterjemahkan oleh Tim Indonesia), Bimbingan Praktis Menghafal Al-

Quran oleh Ahsin W. Al-Hafidz, dan lainnya.

Begitu juga dalam menjaga hafalannya, penghafal al-Quran perlu

meluangkan waktu untuk kembali mengulang-ngulang hafalannya baik

dengan cara mengingat (bi al-ra’yi) atau melihat (bi al-nadhar). Hal ini

perlu dilakukan secara terus-menerus, dengan tujuan hafalan yang dimiliki

dalam jangka pendek mampu menjadi memori dalam bentuk jangka

panjang.53 Karena itulah proses pengulangan ini memiliki kontribusi besar

dalam kekekalan hafalan di dada.54 Di samping itu, hal yang

mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menghafal al-Quran juga

bergantung pada kelancaran dalam menghafal al-Quran. Yakni, seorang

penghafal al-Quran perlu siap saat menghafal dan menjaganya. Selain itu

juga diperlukan kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid, baik dari

segi Makhārij al-ḣuruf, ṣifat al-ḣuruf, aḣkām al-ḣuruf, dan aḣkamul wa al-

53 Memori jangka pendek adalah proses menghafal yang cepat, namun cepat

pula lupa. Sedangkan memori jangka panjang adalah proses menghafal yang

membutuhkan jangka waktu lama, namun mampu menyimpang informasi dalam ja ngka

waktu yang panjang pula . Abdul Muhsin et al, Orang Sibuk pun Bisa Menghafal Al-

Quran (Rahasia, Cara dan Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran),

(Solo: PQS PUBLISHING, 2014), h. 57. Lilik indri Purwati, Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam

Metro, (Skripsi, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Metro, 2018), 21-22. 54 Proses mengulang ini juga menjadi sangat penting, karena pada dasarnya

seorang penghafal al-Quran mendapat pahala dari banyaknya dia mengulang. Bukan da ri

banyaknya hafalannya. Yedi Iryadi, Pusat Karantina Tahfidz Al Quran Nasional, Musha f

Standar Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an,

https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o. Lilik indri Purwati, “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren

Darussalam Metro” (Skripsi S1., IAIN Metro, 2018), 21.

28

qaṣr. Lalu, Faṣahah yang meliputi ketepatan berhenti dan memulai bacaan

al-Quran, menjaga murā‘at al-ḣurf wa al-harākat, menjaga dan

memelihara murā’ah al-ayat wa al-kalimat .55

Faktor lainnya yang juga diperlukan dalam menghafal al-Quran

adalah motivasi dari diri sendiri maupun hal lainnya, memahami makna

ayat, menentukan target, jadwal menghafal, hingga fasilitas yang

digunakan.56 Terhitung dari metode menghafalnya yang beragam, dapat di

lihat jika dalam menghafal al-Quran yang diperlukan tidak hanya faktor

internal saja, melainkan perlunya faktor eksternal sebagai dukungan dalam

prosesnya.57

Rumusan-rumusan ini dahulunya hanya ada dalam buku-buku

panduan menghafal al-Quran yang diproduksi oleh para penerbit buku

islami. Namun, seiring berjalannya waktu penerbit buku islami

memberikan inovasi baru pada dunia al-Quran. Yakni, dengan

menggabungkan panduan-panduan dan hal-hal yang dirasa perlu oleh

penghafal al-Quran ke dalam mushaf.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hafalan al-Quran

Menghafal al-Quran merupakan usaha untuk mengingat al-Quran

30 juz tanpa melihat mushaf. 58 Dalam usahanya sendiri memiliki memiliki

banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalannya.

Diantaranya terdapat faktor internal dan faktor eksternal.

55 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro”, (Skripsi S1., IAIN

Metro, 2018), 12-14. 56 Heri Saptadi, “Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling”. Bimbingan Konseling, vol. 1, no. 2

(2012):121. 57 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al-

Qur’an antara Santri Mukim dan Nonmukim Di Pesantren Za<Idatul Ma’a<Rif Ka um a n

Parakan Temanggung” (Skripsi S1., IAIN Walisongo, 2008), 4. 58 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal, 7.

29

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari pribadi santri.59

Beberapa faktor yang menjadi penunjang mudahnya menghafal serta

murajaah penghafal al-Quran antara lain:

a. Mujāhadah

Mujahadah atau kesungguhan tekat dnegan mencurahkan segala

kemampuan jiwa dengan sungguh-sungguh baik dalam pencapaian

menghafalnya maupun melawan hawa nafsu.

b. Minat dan bakat

Minat merupakan ketertarikan terhadap sesuatu. Dengan artian

seorang penghafal berkeinginan menghafal tanpa adanya

paksaan.60 Sedangkan bakat merupakan kemampuan yang dimiliki

masing-masing individu. Individu yang memiliki bakat penghafal

akan lebih mudah menghafal al-Quran.61

c. Keinginan

Keinginan sebagai dorongan untuk memantapkan menghafal al-

Quran dari diri sendiri. hal ini berfungsi sebagai kesadaran dan

rasa tanggungjawab atas hafalan yang dimiliki penghafal.62

d. Motivasi

Motivasi mendorong timbulnya suatu perbuatan. Berguna sebagai

pengarah dan penggerak

59 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal, 57. 60 Darlimatul Fitriyah, Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al-

Qur’an antara Santri Mukim dan Nonmukim Di Pesantren Za<Idatul Ma’a<Rif Kauman

Parakan Temanggung, 81. 61 Sering juga disebut dengan bakat terpendam. Terkait dengan bakat, penghafal

al-Quran perlu digali dan dikembangkan. Sehingga penghafal al-Quran dapat menghafal

sesuai dengan bakat yang dimilikinya. 62 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri dalam Menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Tahfidul Quran

Sunan Giri Wonosari” (Skripsi S1., UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), 17.

30

e. Menjauhi maksiat

Menghafal kitab suci perlu menjauhi larangan Allah. Karena pada

dasarnya al-Quran tidak mungkindiriripkan kepada orang yang

hatinya kotor dan banyak maksiatnya.63

d. Manajemen waktu yang baik64

Perlu memprioritaskan waktu untuk menghafal, dan dilain sisi juga

perlu mengukur kemampuan pribadi dalam mengelola waktu yang

dimiliki. Karena menghafal al-Quran tidak sebatas berhenti pada

mengingat saja, namun juga penjagaan hafalan kedepannya.65

Di samping itu, banyak penghafal al-Quran yang juga mengalami

hambatan dalam proses maupun murajaahnya, antara lain:

a. Maksiat

Hal ini menjadi faktor penghambat karna dapat membuat

penghafal lupa diri dan al-Quran, bahkan dapat membutakan

hatinya dari mengingat Allah SWT.66

b. Kesadaran diri

Menghafal al-Quran yang semakin lama semakin besar tanggung

jawabnya. Hal ini menjadikan tantangan bagi penghafal agar selalu

meningkatkan fokusnya pada menghafal dan murajaahnya.

Namun, tidak jarang penghafal yang kemudian kurang sadar untuk

perlu meningkatkan kemampuan menghafalnya.67

63 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri, 26. 64 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro” (Skripsi S1., IAIN

Metro, 2018), 75-76. 65 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri, 7. 66 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri, 26. 67 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal, 64.

31

c. Niat yang kurang istiqomah

Terkadang penghafal al-Quran lupa tentang maksud dan tujuannya

dalam menghafal, atau maksud dan tujuannya berubah ditengah

jalan.

d. Malas

Perlunya kerja keras dan kesabaran terus-menerus tidak jarang juga

menjadikan penghafal malas bahkan jenuh. Sehingga menjadikan

penghafal tidak ingin kembali mengulang dan memperdengarkan

hafalannya.68

e. Kurangnya motivasi diri sendiri

Tidak memiliki dorongan atau penggerak akan menjadikan

penghafal sulit mencapai tujuan.69

f. Mudah menyerah

Sebab kurangnya beberapa hal di atas, bisa menjadikan penghafal

merasa tidak mampu sehingga tidak melanjutkan hafalannya.

g. Tidak memiliki target hafalan70

Menghafal dengan sesukanya akan menjadikan penghafal tidak

istiqomah dan memperlambat waktunya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan hal lain yang mempengaruhi

kemudahan menghafal, diantaranya:

a. Muṣrīf (pembimbing)

Pembimbing berguna untuk memotivasi dan meningkatkan

kedisiplinan penghafal. Siap saat penghafal akan setor hafalannya

68 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri, 26. 69 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri, 24-25. 70 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal, 76.

32

juga akan menjadikan penghafal lebih merasa bertanggungjawab

atas hafalannya.71

b. Mushaf

Mushaf sebagai media hafalannya lebih baiknya menggunakan

yang husus bagi penghafal. Karena dalam prosesnya pengahfal

akan mengingat baris letak dan gambaran tulisan yang dibaca.

c. Lingkungan

Memiliki teman atau keluarga yang selalu mengingatkan baik dari

ajakan atau sikapnya akan menambah motivasi penghafal.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sarana yang ditempati penghafal akan menambah

kenyamanan penghafal dalam prosesnya.

e. Peraturan72

Selain target sebagai peraturan pribadinya, peraturan dari

lingkungan yang dimiliki akan menambah rasa tnggungjawab

penghafal.

Dalam menghafal al-Quran, faktor eksternal juga mampu menjadi

hambatan bagi penghafal al-Quran. diantara hal yang menghambat di

lingkungan sekitar antara lain:

a. Aktifitas dan kesibukan

Memiliki kegiatan yang terlalu padat dapat menyebabkan

kurangnya waktu untuk meghafal dan murajaah. Hal ini dapat

menjadikan kegiatan menghafal al-Quran menjadi terhambat.73

71 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro, 60-61. 72 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussala m Metro, 75-76. 73 Lihat Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal, 75.

33

b. Alat komunikasi

Penggunaan alat komunikasi yang kurang bijak dapat mengalihkan

fokus penghafal.

c. Kurang motivasi

Selain motivasi dari diri sendiri, penghafal membutuhkan motivasi

dari lingkungan sekitar sebagai dorongan dan ajakannya.

d. Manajemen waktu yang kurang baik74

Penggunaan waktu yang teratur akan membuat penghafal mudah

memanfaatkan sela-sela waktunya. Namun, kurangnya

memanfaatkan waktu yang ada menjadikan waktu yang tersisa

menjadi sia-sia.75

Hal lain yang menjadi faktor yang mempengaruhi hafalan juga

dijelaskan dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karangan Ibrahim bin Ismail,

antara lain: kesungguhan kontinyu, mengurangi makan, melaksanakan

shalat malam, membaca al-Quran, shalawat Nabi, dan berdoa. Selain itu,

ia juga menyarankan minuman yang dapat menguatkan hafalan adalah

madu, kandar (sejenis susu), dan 21 zabib merah. Faktor-faktor ini dapat

menjadi acuan penghafal al-Quran saat memilih metode dan praktiknya

saat menghafal. Dengan demikian, penerbit mushaf hafalan juga dapat

menjadikan hal ini sebagai pertimbangan dalam pencantuman metode

dalam mushafnya.

74 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro, 76. 75 Lihat Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro, 77.

34

35

BAB III

METODE DALAM MUSHAF HAFALAN

Pada dasarnya dalam menghafal al-Quran merupakan proses yang

panjang dan membutuhkan waktu luang, kesungguhan, dan keseriusan.1

Oleh karena itu, dalam menghafal al-Quran seseorang perlu menyiapkan

diri dengan sebaik mungkin, baik dalam strategi yang digunakan maupun

metode yang diterapkannya. Namun, tidak sedikit orang yang

membutuhkan bantuan agar mendapatkan metode yang tepat.

Hal ini dapat menjadi salah satu jawaban mengapa mushaf hafalan

yang berada di pasaran dengan berbagai metode yang ditawarkan memiliki

peminat yang cukup banyak. Kepopuleran mushaf hafalan sendiri telah

terbaca sejak pertama kali munculnya Quran Hafalan terbitan Almahira.2

Hingga kemudian penerbit lainnya juga menerbitkan al-Quran dengan

konten hafalan, atau biasa disebut dengan mushaf hafalan. Diantara

seluruh mushaf hafalan hadir, berikut profil mushaf hafalan yang beredar

di masyarakat.

A. Mushaf Hafalan Almahira

Almahira yang merupakan penerbit buku agama pada awalnya

hanya bergerak di bidang penerbitan buku ilmu pengetahuan Islam

berlandaskan al-Quran dan asunnah. Memiliki Visi ‘menjadikan Almahira

sebagai penerbit buku-buku rujukan masyarakat di bidang ilmu

pengetahuan’, dan misinya menghadirkan buku rujukan berkualitas,

khususnya di bidang keislaman ke tengah-tengah masyarakat Indonesia

1 Darlimatur fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al-

Quran Antara Santri Mukim dan Non Mukim di Pesantren Zaidatul Maarif Kauman

Parakan Temanggung” ( Skripsi S1., IAIN Walisongo, Semarang, 2008), 13. 2 Ratna Nur Rahmawati (Redaktur PT. Almahira), diwawancarai oleh Naily

Azizin Nuha, Bekasi, 28 November 2019, Jakarta Timur.

36

khususnya, dan masyarakat internasional

pada umumnya.3 Salah satu tujuannya sendiri adalah

menjalankan syiar dan dakwah di tengah masyarakat

global. Hal ini dibuktikan dengan berbagai karya

yang diluncurkan. Hingga akhirnya tahun 2010

Almahira merambah pada terbitan al-Quran dalam

terbitan pertamanya, mencetak jenis Mushaf

Bahriyah dengan dinamakan Quran Hafalan.4

Kehadiran al-Quran cetakan yang pertama kali menamakan dirinya

dengan Quran Hafalan berhasil mendobrak pasar Indonesia melalui

warna-warni pada covernya. Tawaran metode yang diberikanpun mampu

menarik perhatian penghafal al-Quran yang menghafal menggunakan

metode klasik.

Tabel 3.1: Profil mushaf hafalan pada Quran Hafalan Al-Mahira

No. Profil Mushaf Keterangan

1. Nama Mushaf Quran Hafalan

2. Penerbit Almahira

3. Tahun Terbit 2010

4. Tahun Tashih 2010

5. Metode Kode awal ayat

6. Bentuk Metode Kode awal ayat dengan penutup halaman

7. Halaman Tabel menghafal al-Quran, Tiga cara

menghafal al-Quran, Cara menggunakan

Quran Hafalan, dDoa khatm al-Quran

8. Jumlah

Halaman

604+

3 Almahira, “Profil Almahira Mewarnai Dunia dengan Ilmu”. Profil, Diakses 25

Februari, 2018, https://almahira.id/profil.html. 4 Almahira Mewarnai Dunia dengan Ilmu, https://almahira.id/profil.html.

Gambar 3.1: Tampilan

cover pada Quran Hafalan

al-Mahira (Gambar di ambil dari

dokumen pribadi penulis)

37

B. Mushaf Hafalan Cordoba

Cordoba merupakan penerbit

yang berdiri sejak 2011 ini memiliki

fokus pada terbitan al-Quran dan sudah

mampu mencetak 41 macam konten

dalam al-Quran.5 Penyajiannya yang

selalu memberikan warna baru bagi al-

Quran, mampu menghadiahkan piagam

penghargaan sebagai penerbit al-Quran

“terinovatif” bagi PT. Cordoba di tahun 2019.6 Dengan tagline “Now

everyone can read Quran; Sekarang semua orang bisa membaca al-Quran

dengan mudah dan benar”.7

Sesuai dengan tagline tersebut, Cordoba memberi didesain agar

pengguna mudah membaca, mempelajari, dan mendalami al-Quran, juga

menyenangkan. Sehingga Cordoba melakukan berbagai inovasi dari segi

tampilan dan penyajian produknya.8 Terlihat dalam konten hafalan saja,

Cordoba menyajikan tiga mushaf dengan target yang berbeda-beda.

mushaf hafalan yang pertama diterbitkan adalah Mushaf al-Hafīẓ.

Tabel 3.3: Profil mushaf hafalan pada Mushaf al-Hafīẓ Cordoba

No. Profil Mushaf Keterangan

1. Nama Mushaf Mushaf al-Hafīẓ

2. Penerbit Cordoba

3. Tahun Terbit 2016

5 Ratna Nur Rahmawati, Wawancara. 6Quran Cordoba, “LPMQ KEMENAG RI Memberikan Penghargaan Sebagai

Penerbit Al-Qur’an Terinovatif 2019 Kepada Penerbit Cordoba ”. Beranda (2019),

http://qurancordoba.com/home/. 7 Quran Cordoba, “Quran Cordoba Now Everyone Can Read Quran”. Tentang

Kami (2018), http://qurancordoba.com/elementor-3321/. 8 Quran Cordoba, “Quran Cordoba Now Everyone Can Read Quran” (2018).

Gambar 3.3: Tampilan cover dan

kata pengantar pada Mushaf al-Hafīẓ

Cordoba (Gambar di ambil dari

dokumen pribadi penulis)

38

4. Tahun Tashih 2017

5. Metode 3 Jam Hafal 1 Halaman Al-Quran

6. Bentuk Metode 40 menit menghafal setiap blok warna, 20

menit mengulang, tema ayat, dan fokus-

rileks-tidak pegang hp, dan kolom

murajaah

7. Halaman

8. Jumlah Halaman 604+

Selanjutnya pada tahun

2017 Cordoba kembali

menerbitkan mushaf hafalan yang

di sebut dengan Mushaf al-Huffāẓ.

Mushaf ini memiliki metode yang

sedikit berbeda dengan Mushaf

al-Hafīẓ.9 Menjadi inovasi kedua

Cordoba, mushaf ini diterbitkan

sebagai perkembangan dari Mushaf al-Hafīẓ.

Versi terbaru dari Cordoba dalam

mushaf hafalannya adalah Al-Quran Hafalan

Tahfīẓ Junior. Sesuai namanya, mushaf ini

diperuntukkan bagi anak-anak, hususnya anak

di usia Sekolah Dasar.10 Pemberian warna-

warni pada setiap halamannya dan gamabar-

gambar lucu akan memanjakan mata anak dan

senang memperhatikan mushafnya. Slogan

9 Restu Kurniawan, (Market and Communication PT. Cordoba), diwawancara i

oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019, Jakarta Timur. 10Lihat Al-Quran Hafalan Tahfīẓ Junior (Bandung: Cordoba, 2018).

Gambar 3.5: Tampilan cover dan kata

pengantar pada Mushaf al-Huffāẓ Cordoba

(Gambar di ambil dari dokumen pribadi

penulis)

Gambar 3.7: Tampilan cover

dan kata pengantar pada Al-

Quran Hafalan Tahfīẓ Junior

Cordoba

(Gambar di ambil dari

dokumen pribadi penulis)

39

yang di pakai sendiri sama dengan Mushaf al-Huffāẓ, yaitu “5 Waktu

dalam 1 Hari”.11

Ketiga mushaf tersebut memiliki ciri yang berbeda. Sesuai dengan

tagline dan sasaran pengguna pada masing-masing mushaf. Mushaf ini

dapat dipilih pengguna berdasarkan kebutuhan dan kemampuannya.12

C. Mushaf Hafalan Syāmil Quran

Memudahkan dan menyenangkan,

tagline dari Syāmil Quran yang banyak

disajikan dengan berbagai inspirasinya.

Konten yang terlahir berdasarkan riset

melalui berbagai kebutuhan umat muslim

di Indonesia hususnya, lalu dilanjutkan

oleh tim redaksi yang menyusun konsep

dalam konten agar tersusun rapi. Dengan

tujuan mendapathasil yang lebih baik, sebagaimana umumnya percetakan

diadakan pula proses editing, design, dan layout hingga sampai pada

proses QC. Jika lolos selanjutnya akan dicetak yang tentunya tetap

menjaga adab-adabnya.13

Syāmil Quran yang rajin melakukan diskusi kini telah

menghasilkan lebih dari 10 konten mushaf. Diantara mushaf yang dicetak

tersebut tentunya tidak akan tertinggal cetakan mushaf hafalan.

Diantaranya yang penulis temukan adalah Mushaf Tikrār dan Al-Quran

11 Lihat Al-Quran Hafalan Tahfīẓ Junior (Bandung: Cordoba, 2018). 12 Restu Kurniawan, Wawancara . 13 Al-Quran yang sangat di hormati oleh orang muslim tentunya untuk

memgangnya saja telah di atur oleh Islam. Syaamil Quran satu-satunya percetakan

al_Quran yang telah memiliki mesin percetakan sendiri sudah sewajarnya harus

memperhatikan dan menjaga adabnya. Syaamil Quran, Proses Menakjubkan Mencetak

Mushaf Syaamil Quran. Syaamil Quran, Proses Menakjubkan Mencetak Mushaf Syaamil

Quran, Diakses, 25, Maret, 2016, https://www.youtube.com/watch?v=kuEIOAS6tlY.

Gambar 3.9: Tampilan cover dan

kata pengantar pada Mushaf

Tikrār Syaamil Quran

(Gambar di ambil dari dokumen

pribadi penulis)

40

Yadain. Pertama Mushaf Tikrār, yang hadir lebih dahulu dibandingkan al-

Quran Yadain, yakni pada tahun 2015.

Tabel 3.9: Profil mushaf hafalan pada Mushaf Tikrār Syaamil Quran

No. Profil Mushaf Keterangan

1. Nama Mushaf Mushaf Tikrār

2. Penerbit Sygma Media Inovasi

3. Tahun Terbit 2015

4. Tahun Tashih -

5. Metode Menghafal al-Quran tanpa menghafal

6. Bentuk Metode 40x tilawah, tikrar dan murajaah, awal ayat,

dan persamaan ayat dengan halaman lainnya

7. Halaman Rasm usmani standar depag, penghafal al-

Quran paling tua, blok warna pembagian

hafalan, evaluasi hafalan (kolom penanda

tilawah= 24 kolom, kolom tikrar=168 kolom,

penanada murajaah=32 kolom), kata kunci

awal dan akhir maqtha', ayat yang mirip yang

dicantumkan beserta ayatnya pada halaman lain

8. Jumlah Halaman 604+

Kedua, al-Quran produk Syāmil Quran

dengan konten ini adalah al-Quran Yadain.

Awalnya mushaf ini disajikan husus bagi

penghafal yang di karantina selama satu bulan

saja dan kini sudah hadir di pasaran untuk di

perjual-belikan meskipun belum terlalu bebas

sebab masih belum memiliki tanda taṣhih.14

14 Hal ini di perliatkan dari cetakan mushaf yang diberikan label “untuk

kalangan sendiri”.

Gambar 3.11: Tampilan cover

dan kata pengantar pada Al-Quran Yadain Syaamil Quran

(Gambar di ambil dari dokumen pribadi penulis)

41

D. Mushaf Hafalan Maana Publishing

Mushaf “Untuk Kalangan Sendiri”

yang menggunakan khat standar usmani

lengkap dengan tanda bacanya dan

mencantumkan terjemahan ayat sebagai

bahan renungan dan tadabbur bagi yang

menggunakan. Dalam mushaf hafalan ini

juga mencantumkan tajwid, asbāb al-

nuzūl, hadis, dan panduan menghafalkan

al-Quran yang di murāja‘ah oleh

Muhammad Taqiyuddin.15

Tabel 3.13: Profil mushaf hafalan pada Mushaf Hafalan Usmani Maana

Publishing

No. Profil Mushaf Keterangan

1. Nama Mushaf Mushaf Hafalan Uṡmānī

2. Penerbit Maana Publishing

3. Tahun Terbit 2019

4. Tahun Tashih -

5. Metode

6. Instrumen Hafalan

7. Bentuk Metode Halaman ditutup dengan kertas bawaan,

lalu melihat kata kunci saat menghafal dan

murajaah, dan melihat ayat agar ingat ayat

berapa yang sedang dihafalkan

8. Halaman Panduan hafalan, kata kunci awal dan

akhir ayat, terjemah standar Depag, Rasm

15 Dalam profil penerbit ini, cukup sulit ditemukan dikarenakan tidak adanya

blog pribadi danhanya memiliki laman penjualan di facebook. Lihat Mushaf Hafalan

Madinah, Riview Buku Islam-Toserba Muslim, Quran Hafalan Utsmani Madinah

(Baru), 09, Mei, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=po8vSctpJuA.

Gambar 3.13: Tampilan cover

dan kata pengantar pada Mushaf

Hafalan Uṡmānī Ma‘ana

Publishing

(Gambar di ambil dari dokumen

pribadi penulis)

42

Usmani, Tajwid warna, Kutipan ayat

pertama halaman selanjutnya, asbab an-

nuzul, fadhilah ayat, hadis seputar ayat

9. Jumlah Halaman 604+

E. Mushaf Hafalan Tiga Serangkai

Berawal dari pusat bimbingan

yang menyajikan konsep Islam dengan

cara lebih mudah, cepat, dan solutif

dengan lembaga Quantum Akhyar

Institute. Di bawah asuhan Adi Hidayat

lembaga ini memiliki beberaoa program,

yakni Sekolah Terbuka UAH, Kaderasasi

Ulama, Umroh dan Tour, Beasiswa, dan

At-Taisir Learning Center. Dalam

program at-Taisir sendiri dipecah kembali dengan program TFT (Training

for Trainer), BerBaQ (Berantas Buta Baca Quran), Kelas Profesi (kelas

bimbingan ayat-ayat al-Quran yang di bagi berdasarkan profesi pengkaji),

dan HaTi (Hafalan At-Taisir).

Dalam program HaTi inilah Adi Hidayat menyusun program

menghafal al-Quran menggunakan metode yang kemudian dituangkan

dalam mushaf hafalannya, yakni Mushaf At-Taisīr.16 Muhaf ini sejatinya

merupakan materi panduan menghafal al-Quran yang telah disampaikan

saat daurāhnya, lalu dituliskan dalam sebuah buku, dan akhirnya

16Quantum Akhyar Institute,. “Sekilas Program At-Taisir Learning Center”,

Program At-Taisir Learning Center TFT, https://quantumakhyar.com/alc/.

Gambar 3.15: Tampilan cover dan

kata pengantar pada Mushaf At-

Taisīr Tiga Serangkai

(Gambar di ambil dari dokumen

pribadi penulis)

43

digabungkan langsung dalam al-Qurannya yang di beri nama Mushaf at-

Taisīr sebagai mushaf yang berkonten hafalan.17

Tabel 3.15: Profil mushaf hafalan pada Mushaf At-Taisīr Tiga Serangkai

No. Profil Mushaf Keterangan

1. Nama Mushaf Mushaf At-Taisīr

2. Penerbit Tiga Serangkai

3. Tahun Terbit 2018

4. Tahun Tashih -

5. Metode Menghafal dengan metode langsung dari

al-Quran

6. Instrumen Hafalan

7. Bentuk Metode Kode awal ayat beserta nomor ayat

8. Halaman Panduan menggunakan mushaf, kiat

menghafal mushaf (waktu menghafal dan

mengulang, adab menghafal, dan cara

menjaga hafalan), kolom murajaah,

keutamaan membaca al-Quran

9. Jumlah Halaman 604+

F. Mushaf Hafalan Sidogiri

Sidogiri adalah Pondok Pesantren dari Cirebon Jawa Barat yang

telah berdiri sejak tahun 1158 H/1745 M.18 Dengan berbagai

perkembangannya baik dari pesebaran Pesantrennya di beberapa daerah,

Surabaya dan Pasuruan. Hingga banyak lembaga yang berdiri di bawah

naungan Pesantren ini. Termasuk perkembangannya juga berupa berbagai

17 Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisir!!! Ustadz Adi Hidayat, diakses, 11

Oktober, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=7GPWtBFfh3U. 18Catatan ini ditanda tangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie,

KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.

44

karya tulis, seperti majalah, buku

keagamaan, sampai akhirnya

menghasilkan buku panduan belajar kitab

kuning.19

Setelah berhasil menerbitkan

metode belajar kitab kuning, tahun 2019

Sidogiri kembali memberikan inovasi

dalam proses belajar santri yakni metode

dalam menghafal al-Quran.20 Sesuai dengan tempat terbitnya, mushaf ini

dinamakan Mushaf al-Miftāḣ. Bahkan dalam cetakan pertamanya mushaf

ini sudah laku terjual hingga 2000 eksemplar dan sedang dalam proses

cetak ulang bersama revisinya.21

Tabel 3.17: Profil mushaf hafalan pada Mushaf al-Miftāḣ Sidogiri

No. Profil Mushaf Keterangan

1. Nama Mushaf Mushaf al-Miftāḣ

2. Penerbit Sidogiri

3. Tahun Terbit 2019

4. Tahun Tashih -

5. Metode Menghafal 30 juz serasa dua lembar

6. Instrumen Hafalan

7. Bentuk Metode Metode warna

8. Halaman Pendahuluan

9. Jumlah Halaman 604+

19 Pondok Pesantren Sidogiri, “Sejarah- Pondok Pesantren Sidogiri”. Beranda,

diakses, 22 Mei, 2014, https://sidogiri.net/sejarah/. 20 Lihat Mushaf Al-Miftāḣ Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019). Lih. Mushaf Al

Miftāḣ, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan, diakses,

8, Oktober, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=CEmlo8QYORg&t=7s. 21 Qusyairi ismail, (Direktur PT. Almiftah) diwawancarai oleh Naily Azizin

Nuha melalui WhatsApp, 28 April 2020.

Gambar 3.17: Tampilan cover dan

kata pengantar pada Mushaf al-

Miftāḣ (Gambar di ambil dari

dokumen pribadi penulis)

45

BAB IV

KOMPONEN METODE HAFALAN PADA MUSHAF HAFALAN

Berdasarkan beberapa hal yang telah dibahas sebelumnya, penulis

menemukan beberapa hal terkait penyajian metode mushaf hafalan.

Diantaranya sebagaimana yang telah diklasifikasikan (lihat bagan 4.1:

Komponen Penyusunan Metode Hafalan). Paparan tersebut tidak lepas dari

komponen metode (bagian dari keseluruhan metode) dalam mushaf

hafalan yang diberikan oleh penerbit.

Bagan 4.1: Komponen Penyusunan Metode Hafalan

A. Komponen Dasar Penyusunan Metode

Dalam kegiatan menghafal, setiap orang tidak akan lepas dari

mencari cara termudah. Sebagaimana menghafalkan al-Quran, dengan

banyaknya metode yang hadir akan memudahkan penghafal al-Quran

dalam memilih metode yang cocok atau di anggap mudah dan

memudahkan. Didasari dengan hal-hal yang sudah dibahas sebelumnya,

penerbit berlomba-lomba mewujudkan mushaf hafalan yang menarik bagi

penghafal al-Quran.

Struktur Penyusunan Metode

Komponen dasarNilai, Tujuan, Kompetensi

Tim

Deskripsi isiPenamaan, panjuan

Penjelas

InstrumenTadabur, Kode Ayat, Blok

Warna, Tabel

Karakteristik Kelebihan, Kekurangan

Tipologi Produsen

Formalis,Fungsionalis, Pragmatis Ekonomis

46

Tabel 4.1: Komponen Dasar Penyusunan Metode

Komponen Unsur Keterangan

Pijakan Argumen Quran Qs. Al-Qamar:17/ Faṭir:29/

al-Isrā:41

Hadis/ Riwayat Hadis Pentingnya murāja‘ah

HR Al-Bukhari dan Abu

Daud/ Hadis metode

murāja‘ah famibisyauqin

Hasil Riset Survei Pengguna

Tujuan Penyusunan Syiar Semua mushaf

Kemudahan Hafal Semua mushaf

Profit Semua mushaf

Kompetensi Tim Pegiat Program Cetakan Cordoba, Syaamil

Quran, Tiga Serangkai,

Maana Publishing, dan

Sidogiri

Penghafal Almahira dan Cetakan

Cordoba

Pecinta Quran Cetakan Cordoba

1. Pijakan Argumen

Menyusun mushaf hafalan, penerbit menggunakan beberapa

pijakan yang dicantumkan dalam lembaran mushafnya, diantaranya;

a. Ayat Quran

كر القران يسرناولقد دكر من فهل للذ (17)م

“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan,

maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Qs. l-

Qamar/ 54:17)

Ayat inilah yang menjadi dasar bagi penerbit Cordoba dan Maana

Publishing dalam membentuk mushaf hafalan.1Sedangkan pada susunan

metodenya Cordoba merujuk pada Qs. al-Isrā/ 17:41. Hal ini dicantumkan

dalam lembar panduan menghafalnya;

فنا في هذا القرآن ليذكروا وما يزيدهم إل نفورا ) (41ولقد صر

1 Lihat Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-Huffāẓ, Quran

Hafalan Junior, (Bandung: Cordoba). dan Mushaf hafalan Usmānī Madinah, (Depok:

Maana Publishing, 2019).

47

“Dan sesungguhnya dalam Al-Quran ini Kami telah ulang-ulangi

(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan

peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari

kebenaran) (QS al-Isrā,17:41)”2

Kemudian Adi Hidayat yang mengklaim bahwa metode dalam

mushafnya adalah empat metode yang langsung dari al-Quran.3 Namun,

penulis hanya menemukan satu ayat saja yang memiliki korelasi dengan

metode yang ia gunakan. Tercantum pada lembar belakang mushaf yaitu

Qs. Fāṭir/ 35:29:

وأقامواإن ٱلذين يتل ب ٱلل لوة ون كت ا وأنفقوا ٱلص هم مم ا رزقن وعلنية سر

رة يرجون (29)تبور لن تج

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami

anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-

terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan

merugi” (Qs. Faṭir/ 35:29)4

Dimana pada ayat ini menjelaskan pentingnya membaca. Sedangkan

empat metode lainnya Adi Hidayat penulis tidak mendapatkan ayat yang

mendasarinya.

b. Hadis/ Riwayat

Dasar kedua ini banyak digunakan oleh penerbit. Almahira

mencantumkan hadis riwayat Imam Bukhari dan Abu Daud tentang

pentingnya mengulang-ulang bacaan.

و رضي هللا عنه عن النبى صلى هللا عليه وسلم ق بن عمر ال: عن عبد للا

فإن الدنيا فى ترت ل كنت كما ورت ل وارتق اقرأ القرآن لصاحب يقال

منزلتك عند آخر آية تقرأ بها

2 Lihat Kata Pengantar, Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-

Huffāẓ, Quran Hafalan Junior, (Bandung: Cordoba). 3 lihat penjelasan Adi Hidayat mengenai Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisīr!!!

Ustaz Adi Hidayat, diakses, 11 Oktober, 2019,

https://www.youtube.com/watch?v=7GPWtBFfh3U 4 Lihat Mushaf At-Taisir, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018).

48

“Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amar RA dari Nabi SAW beliau

bersabda: "Pada hari kiamat nanti akan dikatakan kepada pembaca

al-Qur'an: bacalah dan naiklah sebagaimana engkau terus menerus

meningkat dalam membaca al-Qur'an di dunia. Kedudukanmu di

akhirat ini setinggi bacaan al-Qur'anmu". (HR. Tirmizi dan Abu

Daud)5

Cordoba mencantumkan riwayat Imam Bukhari tentang pentingnya

murajaah.

بل في عقله يا من ال تعاهدوا القرآن فوالذي نفسي بيده لهو أشد تفص

“Biasakanlah kalian membaca al-Qur’an, Demi Allah yang

nyawaku ada ditangan-Nya, hafalan al-Qur’an itu lebih mudah

lepas dari seekor onta dari ikatannya.”(HR. Imam Bukhari)6

Hadis ini juga digunakan Syaamil pada Mushaf Tikrārnya, bahkan

dalam lembar cara penggunaannya juga dicantumkan kesaksian Abo Omar

dan hasil penelitian kesehatan modern yang menguatkan pentingnya

repitition (pengulangan) dalam proses menghafal.

Selain itu, terdapat al-Quran Yadain sebagai metode dalam

memelihara hafalan yang didasari oleh metode yang telah digunakan sejak

zaman sahabat. Menggunakan metode famibisyauqin. Yakni, metode

murajaah yang membagi 30 juz menjadi 7 (tujuh) bagian.Diantara sahabat

yang menggunkan metode ini adalah Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin

Mas'ud, Tamim Ad-Dari, dan Zaid bin Tsabit.7

c. Observasi

Tiga mushaf cetakan Cordoba juga menggunakan dasar ini. Yakni,

bersama masyarakat yang dilakukan oleh Tim Lapangannya. Sebagaimana

pernyataan yang diberikan saat wawancara, “Jadi metode itu kita bentuk

5 Lihat Kata Pengantar, Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-

Huffaz, Quran Hafalan Junior. 6Lihat Kata Pengantar, Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-

Huffaz, Quran Hafalan Junior. 7Jiyanto dan Desti Widiani, “Studi al-Qur’an”, Jurnal Implementasi Metode

Famibisyauqin dalam Memelihara Hafalan Al-Quran pada Huffaāz di Ma’had Tahfidzul

Quran Abu Bakar Ash-Shidiq Muhammadiyah Yogyakarta 15, No. 2 (2019): 190.

49

dari pengumpulan Tim Lapangan. Tim Lapangan sendiri dapat dari

usulan-usulan masyarakat yang datang ke kajian Quran kita”

Sidogiri didasari dengan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi)

melalui buku dan training seputar menghafal al-Quran. Sebagaimana

jawaban dari pihak Sidogiri saat penulis wawancarai;

“Metode tersebut terbentuk melalui analisa dan survei dari buku-

buku tentang panduan menghafal serta training tentang metode

menghafal. Istilahnya kita ATMlah, yaitu amati, tiru, dan

modifikasi. Di mana modifikasi yang kita hasilkan adalah metode

warna”.

2. Tujuan Penyusunan Metode

a. Kemudahan Penghafal

Mushaf hafalan dengan metode yang tersusun sedemikian rupa

bertujuan agar memudahkan pengguna dalam proses menghafal.8 Seperti

wawancara yang penulis lakukan dengan pihak redaksi Almahira, konsep

Quran Hafalan disajikan dengan metode awal ayat saja. Hal ini

diharapkan pengguna terbantu dalam prosesnya. Sebagaimana pernyataan

pihak Almahira, “Jadi kita coba dari sekian banyak metode yang ada, yang

nggak ribet dan dibutuhin penghafal Quran. Kita pikir “Apa sih, yang

menjadi kesulitan terbesar dalam menghafal Al-Quran?” akhirnya

muncullah awal ayat”.9 Begitu juga wawancara bersama pihak Marcom

(Market and Communication) mengatakan, ”Jadi kita ada kajian-kajian

bareng masyarakat. Di situ kita tanyakan setiap kesulitan waktu

menghafal dan kita tampung lalu kita diskusikan. Jadi yang ada metode itu

datang dari masyarakat untuk masyarakat biar mereka mudah kalau mau

8Tetapi disisi lain juga terdapat keinginan berbagi ilmu pengetahuan. Jurnal

Tren Penerbitan Mushaf hafalan dalam Komodifikasi al-Quran di Indonesia 18, 391. Hal

ini sejalan dengan hasil wawancara bersama beberapa penerbit (Almahira, Cordoba, dan

Almiftah). 9 Ratna Nur Rahmawati (Redaktur PT. Almahira), diwawancarai oleh Naily

Azizin Nuha, Bekasi, 28 November 2019, Jakarta Timur.

50

menghafal.”10 Sedangkan Adi Hidayat yang menuliskan dalam lembar

pengantar, mencoba membagikan ilmunya dalam menghafal al-Quran

yang biasanya sering dibawakan saat kegiatan daurahnya.

”Mushaf ini sejatinya lahir dari dauroh hafalan al-Quran yang

pernah kami sampaikan di Masjid al-Ihsan PTM-VJS. Inti dari

materi dauroh adalah seputar manhaj al-Quran yang terdapat

dalam al-Quran sendiri. Bukan satu metode temuan, tapi al-Quran

sendiri yang mengisyaratkan bagaimana ia mesti diingat. Manhaj

inilah yang kemudian disajikan langsungdalam bentuk mushaf agar

mudah diaplikasikan langsung. Kini, anda tidak harus membuka

mushaf dan belajar metode secara terpisah, namun dapat

melakukannya bersamaan.”11

Kemudian mushaf yang masih baru hadir dari Pesantren Sidogiri

Jawa Timur, yaitu Mushaf al-Miftāḣ. Jika mushaf lainnya dari awal

memang diperuntukkan bagi masyarakat umum, berbeda dengan Mushaf

al-Miftāḣ yang pada awalnya hanya ditujukan bagi santri-santri Sidogiri

agar mampu menghafal al-Quran dengan baik. Sebagaimana penuturan

pihak Sidogiri melalui Voice Note pada aplikasi WhatsApp bahwa metode

yang dinilai telah berhasil diterapkan dalam belajar membaca kitab

kembali diterapkan dalam praktik menghafal al-Quran. Mushaf yang

ditujukan agar santrinya mampu menghafal al-Quran sebelum belajar

kitab. Meskipun saat di lapangan lebih dulu tercipta buku belajar

membaca kitab.

“Mushaf al-Miftāḣ mudah menghafal. Almiftah merupakan suatu

brand rumah metode, yang dari Almiftah terbentuk beberapa

metode ilmu agama. Yang muncul pertama kali adalah Almiftah

belajar membaca kitab, dimana anak usia SD atau SMP sudah bisa

membaca kitab. Setelah Almiftah berjalan kurang lebih 5 tahun

kita merealisasikan Mushaf al-Miftāḣ. Sebenarnya lebih dulu ada

niatan menggarap mushaf hafalan, tapi yang ditakdirkan terealisasi

terlebih dahulu adalah metode mudah belajar baca kitab. Akhirnya

setelah booming kita luncurkan mushafnya. Tujuannya, anak

10 Restu Kurniawan (Market and Communication PT. Cordoba), diwawancarai

oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019, Jakarta Timur. 11 Lihat Kata Pengantar pada Mushaf At-Taisīr, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018).

51

sebelum bisa membaca kitab mereka sudah hafal al-Quran dulu.

Makanya urutannya sebenarnya terbalik. Jadi bukan karena

permintaan dari masyarakat”12

Mushaf dengan berbagai konten ini rupanya lebih diminati oleh

masyarakat. Ditambah lagi dengan banyaknya umat Islam yang semakin

berminat menghafal al-Quran adalah peluang bagi orang-orang yang

bergerak di bidang bisnis. Dimana ribuan cetakan pertama mushaf hafalan

dari tiga penerbit yang penulis wawancarai mampu terjual habis hanya

dalam hitungan waktu kurang dari satu tahun.

b. Syiar Islam

Tujuan selanjutnya, banyak penulis temukan di pendahuluan atau

kata pengantar dalam beberapa mushaf hafalan. Seperti, Cordoba dalam

muqaddimahnya menuliskan harapannya; “Harapan terbesar kami, semoga

AL-QUR’AN HAFALAN ini dapat diterima oleh umat dan semakin

memudahkan umat untuk mengaplikasikan Al-Qur’an sebagai tujuan

pembentukan pribadi-pribadi qur’ani”

Syaamil dalam Mushaf Tikrār mencantumkan tujuan syiarnya pada

halaman pendahuluan;

“Melalui mushaf ini, para penghafal Al-Qur’an juga in sya Allah

akan mendapat kebaikan dan keutamaan pahala membaca Al-

Qur’an dengan berlipat ganda. Mushaf ini adalah sarana untuk

mencintai al-Qur’an. Akan tetapi, secara sadar kami nyatakan

bahwa produk ini bukanlah tanpa kekurangan dan kesalahan”

Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah terbitan Maana Publishing

dalam pendahuluannya mencantumkan, “Beruntunglah siapa yang

menjadikan Al-Qur’an itu baginya sebagai teman dekat yang

menemaninya di kubur dengan kelembutannya di akhirat sebagai syafaat

penyelamat dari neraka dan pemimpin dan penunjuk jalan surga.”

12 Dikatakan dalam promosinya, mushaf ini merupakan permintaan dari

masyarakat karena suksesnya terbitan belajar membaca kitab. Namun, setelah melakukan

tanya jawab, ternyata konsep mushaf ini sudah ada bahkan sebelum terbentuknya metode

belajar tersebut. Wawancara 28 april 2020.

52

Yang tersebut adalah contoh yang tertulis dan hal ini cukup

menjadi contoh tujuan syiar bagi setiap penerbit. Sekalipun penerbit yang

tidak mencantumkan tujuan syiarnya ini dalam mushafnya. Sebagaimana

Adi Hidayat yang membentuk mushafnya dan menyebarkannya secara

cuma-cuma dengan harapan syiar.

c. Keuntungan Ekonomi

Dalam hal ini, sesuai dengan yang dituliskan oleh Eva Nugraha

dalam tesisnya bahwa terdapat aspek profit (keuntungan) yang kadang

terbungkus wadah religiustas dalam mushaf.13 Sebagaimana hasil

wawancara bersama pihak Almahira yang mengatakan, “Keuntungan

bukan hal yang kita utamakan, meskipun perlu diakui, ya. Kita memang

butuh itu, tapi bukan menjadi tujuan utama kita. Itu tujuan yang

kesekianlah setelah mencari rida Allah, memudahkan masyarakat, bau

keuntungan.”14 Hampir senada dengan pernyataan tersebut, Cordoba

menuturkan, “Selain ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat,

tentunya ada lah, ya perhitungan untung dan rugi. Karna ini adalah

pergerakan bisnis yang memang perlu ‘itu’ untuk terus berjalan.”15

Begitu juga dari Pesantren Sidogiri yang bertujuan memudahkan para

santrinyapun mengandung aspek profit dalam tujuannya. Pasalnya mushaf

ini kini diperjualbelikan ke masyarakat hingga menghabiskan 2000

eksemplar dan masih akan cetak ulang.

Pernyataan dari ketiga penerbit ini cukup menjadi contoh bagi

penerbit lainnya yang kemudian memasarkan mushafnya menggunakan

13 Eva Nugraha, “Jurnal Tren Penerbitan Mushaf hafalan dalam Komodifikasi al-

Quran di Indonesia”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015): 317. 14 Ratna Nur Rahmawati, Wawancara. 15 Restu Kurniawan (Market and Communication PT. Cordoba), diwawancarai

oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019, Jakarta Timur.

53

berbagai platform media yang tersedia saat ini.16 Harga yang diberikan

dapat dikatakan cukup murah dengan kisaran 50-150 ribuan sesuai

ukurannya. Begitu juga dengan penerbit lainnya yang memasarkan

produknya dengan iklan yang dibuat semenarik mungkin. Seperti

taglinenya “Metode hafal al-Quran tanpa menghafal” pada Mushaf Tikrār

dan “Mushaf Standar Karantina Sebulan” pada al-Quran Yadain milik

Syaamil,17pada Mushaf at-Taisīr “Ini metode dari al-Quran langsung

bagaimana al-Quran dihafalkan”,18 dan “Menghafal 30 juz seperti

menghafal enam jilid” bahkan dalam beberapa promosi dikatakan

“Menghafal 30 juz serasa dua lembar”19. Tagline inilah yang kemudian

digunakan sebagai promosinya agar masyarakat tertarik membeli mushaf

hafalannya.

3. Kompetensi Penyusun Metode

Penyusunan mushaf merupakan proses yang panjang, sebagaimana

yang telah dipaparkan Eva Nugraha dalam tesisnya. Begitu pula dalam

proses menyusun metode yang digunakan sebagai alat bantu

menghafalkannya. Dimana hal ini merupakan proses inti dalam pembuatan

mushaf hafalan.Butuh waktu berbulan-bulan dan melibatkan masyarakat

pecinta al-Quran dan ahli didalamnya, guna menentukan metode yang

akan dicantumkan dalam mushaf hafalannya.

16 Jika dulu pembelian hanya dapat ditemukan di tokotoko buku seperti

Gramedia, di Tanah abang atau toko buku lainnya. Kini jenis-jenis Mushaf hafalan ini

sangat mudah ditemukan dalam aplikasi jual beli yang banyak digunakan orang-orang

saat ini. Seperti, pada aplikasi Shopee, Tokopedia, BliBli, Olx dan lainnya. 17 Lihat Mushaf Tikrār, (Bandung: Sygma Media Inovasi, 2015). 18 Lihat Mushaf At-Taisīr, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018). 19 Lihat Mushaf Al-Miftāh Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019). Lih. Mushaf Al

Miftah, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan, diakses,

8 Oktober, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=CEmlo8QYORg&t=7s.

54

a. Pegiat Program

Penerbit Cordoba yang sudah meluncurkan tiga mushaf dalam

konten mushaf hafalan.20 Yakni, Quran Al-Hāfiẓ, Quran Tahfīz atau al-

Huffāz, dan al-Quran Hafalan Tahfīẓ Junior. Dalam pendahuluannya

dijelaskan Abdul Aziz Abdur Rauf21 sebagai tombak dalam pembentukan

mushaf hafalannya.22 Terbukti saat wawancara yang penulis lakukan,

pihak Cordoba mengakui kebenaran tulisan tersebut. Dengan

pernyataannya, “Metode yang sudah dikumpulkan oleh Tim lapangan itu

kita konsultasikan ke Ustad Abdul Aziz. Kalau beliau bilang bagus ya kita

masukkan, kadang juga ada yang tidak perlu ya tidak kita cantumkan”

Kemudian Syaamil Quran dengan Mushaf Tikrārnya menjelaskan

dalam kata pengantarnya mengajak Hamim Tohari23 sebagai salah satu

pelopor terbentuknya mushaf hafalan ini. Dalam halaman cara

menggunakan mushaf ini dijelaskan bahwa awal mula tersusunnya metode

ini berdasarkan pengamalan para penghafal al-Quran sejak dahulu,

beberapa hadis riwayat Al Bukhari, dan penelitian dari kesehatan modern

yang menyimpaikan bahwa “pengulangan merupakan kunci dari hafalan”.

Bahkan untuk memperkuat pemasarannya juga dituliskan kesaksian dari

20 Penerbit ini mendapatkan penghargaan sebagai Penerbit Al-Quran Terinovatif

pada tahun 2019. Terlihat dari semua terbitan mushafnya yang sudah memiliki sebanyak

300 konten. Restu Kurniawan, Wawancara. Quran Cordoba, “LPMQ KEMENAG RI

Memberikan Penghargaan Sebagai Penerbit Al-Qur’an Terinovatif 2019 Kepada Penerbit

Cordoba”. Beranda, diakses 2019, http://qurancordoba.com/home/. 21 Salah satu penggiat program menghafal al-Quran dari surabaya. Restu

Kurnawan, Wawancara. Ali Hidayah, “Pena Hidayah”. Biografi Al-Hafifzh: Ust. Abdul

Aziz Abdur Rauf, diakses, 2 April, 2010,http://alihidayah.blogspot.com/2010/04/biografi-

al-hafizh-ustabdul-azis-ar.html. 22 Dalam pendahuluannya dituliskan bahwa tambahan motivasi dan tips dalma

menghafal al-Quran diberikan oleh Abdul Aziz Abdur Rauf. Lih. Mushaf Al-Hāfiẓ.

(Bandung: Cordoba, 2016). 23 Tribun kaltim, “Risalah”. Seorang penggiat program menghafal al-Quran dan

Da’i dari Kabupaten Kutai Timur (2015), https://kaltim.tribunnews.com/2015/11/20/pria-

ini-gagas-meta-rubaiyat-menghafal-al-quran-tanpa-menghafal.

55

Abo Omar Al Iraqy bahwa di Masjid Nabawi dan Haram Makkiy dalam

menghafal melakukan pengulangan sebanyak 40 kali.24

Mushaf kedua Syaamil adalah al-Quran Yadain yang digunakan

dalam program karantina selama sebulan. Dijelaskan dalam tulisan

Dudung, Hafid, dan Ali,25 mushaf ini pembentukan metodenya sendiri

telah ada sejak 2014 yang muncul dari pemikiran Ma’mun Al-Qurtuby26

bersama muridnya Yadi Iryadi27 dengan bimbingan Ahsin Sakho

Muhammad.28 Hingga akhirnya tahun 2019 metode ini dibentuk dalam

sebuah mushaf dan disebarluaskan.

Selanjutnya Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah yang mengikuti

standar UṡmānīMadinah metodenya telah dimurajaah oleh Muhammad

Taqiyuddin.29 Milik Adi Hidayat yakni Mushaf At-Taisīr. Dalam

pengantarnya sendiri mengungkapkan bahwa metode ini sudah sering

diutarakan saat daurah di Masjid al-Ihsan, yaitu merupakan “metode yang

langsung diambil dari al-Quran bagaimana cara al-Quran di ingat”.30

24 Lihat Mushaf Tikrar, (Bandung: Sygma Media Inovasi, 2015). 25 Penulis jurnal tentang pengaplikasian Metode Yadain yang dikembangkan di

sebuah yayasan karantina penghafal al-Quran di Kuningan.Jurnal yadain. Dudung Abdul

Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin, “Metode Yadain li Tahfizh Al-

Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal al-Quran di Desa Maniskidul

Kuningan Jawa Barat)”, Studia Quranika, vol. 4, no. 2 (2019): 184. 26 Seorang pengajar Multazam Kuningan. 27 Santri Tahfiz Quran angkatan ke-1 di Pondok Pesantren Multazam Kuningan 28 Al-Hafiz, pakar al-Quran yang ahli di bidangnya. 29 Lihat Mushaf hafalan Madinah, Riview Buku Islam-Toserba Muslim, Quran

Hafalan Utsmani Madinah (Baru), diakses 9 Mei, 2019,

https://www.youtube.com/watch?v=po8vSctpJuA,. 30 Ucap Adi Hidayat dalam salah satu daurohnya yang di dokumentasi dalam

Youtube. Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisir!!! Ustaz Adi Hidayat, diakses, 11 Oktober,

2019, https://www.youtube.com/watch?v=7GPWtBFfh3U. Bahkan, saat ini sudah

terdapat beberapa platform social media yang digunakan oleh Adi Hidayat, seperti

Instagram, Youtube, Web Blog resmi maupun akun-akun lain yang memposting tentang

metode dalam Mushaf At-Taisir.

56

b. Penghafal Quran

Almahira yang melakukan Trial and Error bersama delapan orang

redaksinya hingga berbulan-bulan. Yang mana beberapa diantaranya telah

menghafal al-Quran dan sebagiannya masih dalam proses.31

“Kita uji bersama orang-orang redaksi di sini. Karna kan memang

idenya muncul secara spontan aja, jadi kita langsung eksekusi karna

kebetulan memang orang-orang di sini itu adalah satu background

“dari pesantren” beberapa sudah hafal al-Quran dan sisanya lagi

sedang proses menghafal, gitu”.

c. Masyarakat Pencinta Quran

Seperti yang tertulis sebelumnya, metode tiga mushaf cetakan

Cordoba adalah hasil dari survei tim lapangan. Dimana survei tersebut

dilakukan dengan mencari usulan dari masyarakat. Yakni, melalui kajian

gratis yang sering diadakannya, juga melalui survei tim lapangannya yang

selalu aktif mencari inovasi dari kebutuhan masyarakat.32 Sebagaimana

pihak Cordoba mengatakan, “Jadi metode itu kita bentuk dari

pengumpulan tim lapangan. Tim lapangan sendiri dapat dari usulan-usulan

masyarakat yang datang ke kajian Quran kita. Barulah metode itu kita

diskusikan ke Ustad Abdul Aziz”

Lalu Mushaf Al-Miftāḣ yang terbentuk melalui berbagai survei dan

analisis dari buku tentang mushaf hafalan, pelatihan, juga study banding.

Hingga terbentuk metode pendekatan warna yang diusulkan langsung oleh

Qusyairi Ismail.33

“Jadi proses pemilihan metode. Istilahnya sebenarnya bukan

memilih, ya,. Tapi menciptakan kan karena In sya Allah ini

pertama kali, ya. Dan sebenarnya untuk konsep memilah satu juz

jadi lima warna itu, itu murni dari Ustad Qusyairi ismail, Guru

Besar kami. Jadi murni tidak mendompleng dari siapapun, itu

muncul dari Tim Al-Miftah sendiri”

31 Ratna Eka Rahmawati, Wawancara. 32 Restu Kurnawain, Wawancara. 33 Qusyairi Ismail, (Direktur PT. Almiftah), diwawancarai oleh Naily Azizin

Nuha melalui aplikasi WhatsApp, 28 april 2020.

57

Dari berbagai mushaf hafalan di atas, dapat disimpulkan bahwa

alat bantu dalam mushaf hafalan yang beredar di pasaran adalah bentuk

metode yang telah melalui proses dengan panjang. Dan dalam proses yang

bervariasi tersebut mampu menghasilkan berbagai metode yang tidak akan

jauh dari siapa dan bagaimana pembentukan metode tersebut.

B. Deskripsi Metode Hafalan dalam Mushaf Hafalan

Proses yang panjang dalam pembentukan mushaf tidak berhenti

pada penentuan alat bantu sebagai metode menghafal dalam mushaf.

Penentuan nama mushaf dan metodenya juga merupakan tahapan penting

yang dilakukan bagi penerbit.

Tabel 4.2: Deskripsi Metode Hafalan

Komponen Unsur Keterangan

Penamaan Nama Mushaf Konten, Pengguna, Metode,

dan Tidak Berkorelasi

Nama Metode Fokus alat bantunya

Panduan Penjelas Terperinci Quran Hafalan dan Muhsaf

Tikrar

Perinci dan

Gambar

Cetakan Cordoba, al-Quran

Yadain, Mushaf hafalan

Uṡmānī Madinah, Mushaf at-

Taisīr, dan Mushaf al-Miftāḣ

1. Nama Mushaf dan Nama Metode Dalam Mushaf

Pemberian nama mushaf dan nama metode merupakan salah satu

proses yang menjadi penting bagi penerbit. Pasalnya, nama-nama ini yang

nantinya akan digunakan sebagai salah satu media promosi.

a. Pemberian Nama Mushaf

Setidaknya penulis menemukan terdapat empat faktor yang

menjadi dasar penerbit dalam memberi nama mushafnya. yaitu;

1) Bentuk Konten

Almahira menamakan mushafnya dengan Quran Hafalan dan

Maana Publishing dengan nama Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah. Dalam

58

wawancara yang penulis lakukan penamaan mushaf oleh Almahira

memang disesuaikan dengan kontennya dan tempat persebaran

mushafnya, sehingga dinamakanlah Quran Hafalan agar lebih masyhur

bagi masyarakat Indonesia.

“Nama mushaf kita ambil saja sesuai dengan kontennya, ya. Dan

gak ribet-ribet, yang harus pakai percampuran Bahasa Arab atau

Bahasa Inggris. Sesuaikan saja dengan bahasa keseharian kita,

Bahasa Indonesia. Ya udah Quran Hafalan, gitu”34

Lalu Pada Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah, dapat diperhatikan

dari penulisan khat dan tanda bacanya yang menggunakan standar umum

Timur Tengah. Hal ini sesuai dengan yang tertulis pada kata pengantar

mushaf, “MUSHAF HAFALAN USMANI MADINAH yang berada di

tangan anda ini adalah Al-Quran dengan penulisan khat standar umum

Timur Tengah dengan Rasm Uṡmānī lengkap dengan seluruh tanda

bacanya”.35

2) Sisi Pengguna

Cordoba. Dapat dilihat dari ketiga mushafnya yang memiliki

konten mushaf hafalan dinamakan Mushaf al-Hāfiẓ, Mushaf al-Huffāẓ dan

al-Quran Hafalan Junior.36 Hal ini diperkuat dengan wawancara bersama

pihak Cordoba yang mengatakan, “Nama masing-masing mushaf hafalan

yang kita bentuk telah kita diskusikan bersama-sama. Sesuai hasilnya kita

sepakat dengan menamakannya sesuai dengan siapa yang

menggunakannya.”37

34 Ratna Eka Rahmawati, Wawancara. 35 Lihat Kata Pengantar pada Mushaf hafalan Usmani Madinah. 36 Lihat mushaf cetakan cordoba, dan dikuatkan dengan pengakuan pihak

marcom cordoba 37 Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.

59

3) Bentuk Metode

Syaamil dan Tiga Serangkai dengan penamaan mushaf

berdasarkan metode yang dicantumkan. Dapat diperhatikan dari Penerbit

Syaamil memiliki dua terbitan konten mushaf hafalan, yaitu Mushaf

Tikrāryang memiliki metode berfokus pada pengulangan ayat dan al-

Quran Yadainnya dengan metode yang memanfaatkan jari-jari dalam

proses menghafalnya. Lalu penerbit Tiga Serangkai yang menamakan

Mushaf Taisīr bagi mushafnya karena menggunakan metode langsung dari

al-Quran, sehingga dianggap dapat memudahkan penggunanya.

Sebagaimana pernyataannya, “Jika ingin menghafal al-Quran maka

gunakan mushaf hafalan, seperti sekarang yang ada di tangan saya adalah

Mushaf at-Taisīr. Mushaf ini akan memudahkan penggunanya seperti

namanya taisīr, in sya Allah”38

4) Tidak Berkolerasi

Mushaf al-Miftāḣ yang merupakan mushaf hafalan terobosan baru

dari Pesantren Sidogiri. sebagaimana pernyataan dari pihak Sidogiri,

mushaf ini dinamakan dengan al-miftāḣ sesuai nama rumah yang

digunakan. Dengan kata lain, penamaan ini dianggap akan menjadikan

pengguna mudah mempercayai metode dalam mushaf karena mengaca

suksesnya diciptakan dalam membaca kitab al-miftāh. Sebagaimana

pernyataan dari pihak Sidogiri:

“Mushaf ini dinamakan Mushaf al-Miftāḣ. Jadi al-Miftah itu

adalah nama rumah yang di dalam rumah tersebutlah terbentuk

berbagai metode ilmu agama. Seperti yang telah terbit sebelum

Mushaf al-Miftāḣ ini ada buku al-Miftāḣ li al-Ulum Mudah Belajar

Membaca Kitab”39

38 Restu Kurniawan, Wawancara. 39 Qusyairi Ismail, Wawancara.

60

b. Pemberian Nama Metode

Dalam penamaan metodenya sendiri penerbit lebih berdasarkan

fokus alat bantu menghafal dari masing-masing mushaf hafalan.Dimana

Quran Hafalan milik Almahira dengan nama Metode Awal Ayat. Pada

cetakannya sendiri terdapat dua versi, pertama tercantum alat bantu awal

ayat saja sedang yang kedua awal ayat dan terjemah. Dan keduanya

berfokus pada metode awal ayatnya.Hal ini seperti yang dituturkan oleh

pihak Almahira yang mengatakan, “Pemilihan namanya kita gak ribet, ya.

Kita ambil dari metode yang kita fokuskan untuk para penghafal al-Quran.

Jadi kita kenalkan saja dengan nama Metode Awal Ayat”40

Lalu Cordoba yang memiliki delapan sampai sembilan alat bantu

menghafal dalam mushafnya berfokus pada blok warna yang diberikan

sebagai pembagian waktu dalam menghafalnya. Seperti Mushaf Al-Hāfiẓ

nya yang metodenya bernama 3 Jam Hafal 1 Halaman Al-Quran, lalu

Mushaf Al-Huffāẓ dan Al-Quran Hafalan Tahfīẓ Juniornya dengan nama

metode 5 Jam Hafal 1 Halaman Al-Quran. Hal ini juga dikuatkan dengan

pernyataan dari pihak Cordoba yang mengatakan, “Nama metode kita pilih

dari pembagian menghafalnya. Jadi di mushaf kita bisa lihat ada

pembagian blok warna untuk waktu menghafal. Di situ adalah fokus

mushaf kita”41

Dan Mushaf al-Miftāḣ yang memiliki Metode Pendekatan Warna

berfokus pada berbagai macam warna sebagai macam-macam kode yang

digunakan. Sebagaimana penuturan dari pihak Sidogiri yang mengatakan;

“Untuk metode yang diusung adalah Pendekatan Warna, jadi otak

kanan yang di pakai. Pertama ciri khasnya, adalah pemilahan 30

juz menjadi 6 bagian. Kedua pemilahan setiap dua lembar, di mana

40 Ratna Eka Rahmawati, Wawancara. 41 Restu Kurniawan, Wawancara.

61

terdapat lima warna yang setiap dua halaman ada pergantian

warna”42

Dan Mushaf at-Taisīr dengan Metode at-Taisīr yang memiliki alat

bantu menghafal dengan metode langsung dari al-Quran sehingga

dianggap memudahkan. Sebagaimana pernyataan dari Adi Hidayat, “Ini

bukan metode yang ditemukan oleh seseorang, ini metode dari al-Quran

langsung bagaimana al-Quran dihafalkan, al-Quran memberi petunjuk

bagaimana al-Quran dihafalkan”43

Begitu juga melalui pengamatan yang penulis lakukan pada

mushaf lainnya. Mushaf Tikrār dengan nama metode Pengulangan Ayat

dengan fokusnya pada alat bantu yang berbentuk kolomsebagai catatan

pengulangan dalam menghafal dan murāja‘ahnya. Al-Quran Yadain

dengan Metode Jari Ayat yang menyimbolkan setiap ayat dalam hitungan

jari sesuai dengan simbol jari pada samping halamannya.

Dari seluruh nama-nama metode oleh berbagai penerbit di atas,

dapat disimpulkan bahwa pemberian nama metode adalah satu hal yang

penting bagi penerbit.Nama metode yang diambil berdasarkan apa yang

menjadi fokus pada metodenya. Hal ini berguna juga bagi pengguna dalam

mencari kebutuhan mushaf hafalan yang dibutuhkan.

2. Panduan Penjelas dalam Metode Mushaf

Metode dalam mushaf hafalan terbentuk dalam berbagai kode yang

seringnya berbeda dari setiap penerbit. Perbedaan tersebut bisa dari segi

warna, bentuk kolom, hingga penempatan kode tersebut. Agar

memudahkan penggunanya, penerbit menyajikan lembar khusus sebagai

petunjuk penggunaan metode yang terdapat dalam mushaf hafalan.

42 Ratna Eka Rahmawati, Wawancara. 43 Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisir!!! Ustaz Adi Hidayat (2019).

62

a. Panduan Penjelasan Terperinci

Almahira termasuk yang menjelaskan secara terperinci tanpa

mencantumkan gambar dari alat bantu yang dimaksud. Penjelasan terletak

pada lembar belakang mushaf. Panduan yang diberikan untuk tiga alat

bantu dibahas hampir satu halaman.44 Karena lugasnya kalimat yang

digunakan, menjadikan pengguna tetap mudah memahami alat bantu yang

dimaksudkan dalam panduannya.

Kemudian Penerbit Syaamil pada Mushaf Tikrārnyajuga hanya

menjelaskan panduannyasecara rinci. Panduan penjelas yang diletakkan

pada permulaan mushaf tertulis sebanyak dua halaman untuk lima alat

bantu menghafal.45 Dikarenakan Mushaf Tikrar hanya berfokus pada

pengulangan baik dari menghafal hingga pengulangannya, hal ini

menjadikan panduan penjelas mudah dimengerti.

b. Panduan Penjelasan Terperinci dan Gambar

Dengan mencantumkan lengkap setiap fungsi alat bantu menghafal

yang terbentuk dengan berbagai macam kode. Sebagaimana Cordoba

dalam ketiga mushaf hafalannya menjelaskan setiap aturannya dengan

begitu rinci, mulai dari berapa waktu yang dibutuhkan dalam setiap blok

warnanya hingga kegiatan yang dilakukan agar menghafal dapat lancar

sesuai dengan target yang diberikan. Bahkan dengan delapan alat bantunya

Cordoba menuliskan hingga lima halaman yang dipenuhi dengan gambar

alat bantunya. Cordoba juga menambahkan satu halaman cara penggunaan

mushaf hafalan secara ringkas yang berisi gambar dan tanda panah yang

menunjukkan kegunaannya.46

44 Lihat Quran Hafalan, Almahira. 45 Lihat Mushaf Tikrar, Tiga Serangkai. 46 Lihat Panduan Menghafal pada Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf al-Huffaz,dan al-

Quran Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba.

63

Pemberian gambar halaman dan tanda panah ini sama seperti yang

dilakukan oleh Maana Publishing dalam Mushaf Hafalan Uṡmānīnya.

Namun, dalam pemberian panduan penggunaannya untuk 10 alat bantu

yang tercantum, hanya dituliskan satu halaman saja.47 Selanjutnya al-

Quran Yadain milik Syaamil yang menjelaskan 12 alat bantu

menghafalnya dengan tiga halaman. Dan satu gambar halaman beserta

tanda panah yang menerangkan kegunaan dari alat bantunya.48

Kemudian Mushaf at-Taisīr yang menjelaskan lima alat bantunya

pada satu halaman panduan menggunakan mushaf. Untuk lebih

lengkapnya, juga dicantumkan dua halaman yang berisi gambar beserta

keterangan dari kode alat bantu yang tercantum.49 Sedangkan untuk

panduan menghafal dari Mushaf al-Miftāḣ selain dari mushafnya sendiri,

penerbit juga membuatkan panduan yang berbentuk video dan disebarkan

melalui Youtube.50

Membuat panduan mengenai metode mushaf hafalan yang ada,

merupakan hal yang penting, terutama bagi calon penggunanya. Di mana

penulis pernah menemui beberapa pemilik Mushaf al-Huffāẓ milik

Cordoba yang membeli hanya karna tertarik dengan warnanya. Saat

ditanya tentang kode-kode yang ada dalam mushaf tersebut, pemiliki

justru kebingungan dan menganggap kalau kolom-kolom yang ada

merupakan hiasan mushaf agar menarik saja. Dengan kalimat yang hampir

sama, “Memangnya kolom ini ada gunanya? Kirain cuma hiasan gitu.

47 Lihat Panduan Mneghafal pada Mushaf hafalan Usmani Madinah, Maana

Publishing. 48 Lihat Al-Quran Yadain, Syaamil Quran. 49 Lihat Mushaf at-Taisir, Tiga Serangkai. 50 Lihat Mushaf Al-Miftah Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019). Lih. Mushaf Al

Miftah, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan (2019).

64

Soalnya beli Cuma karna buat penghafal katanya, terus lihat isinya

menarik, gitu.”51

C. Instrumen Mushaf Hafalan

Setiap penerbit memiliki cara masing-masing dalam menyajikan

metodenya. Baik dalam pemilihan kode dan instrumen menghafalnya

hingga warna-warna di dalamnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan

ciri khas para penerbit, sehingga orang akan mudah mengenali setiap

penerbit hanya dengan melihat mushafnya.

Tabel 4.3: Instrumen mushaf hafalan

Komponen Unsur Keterangan

Instrumen Tadabur Ayat Terjemah Ayat, Terjemah Perkata,

Tema Ayat

Kode Ayat Awal Ayat, Akhir Ayat, Nomor Ayat

Blok Warna Menghafal, Ayat yang Mirip, Awal

dan Akhir Ayat

Tabel Menghafal, Murāja‘ah, dan Ayat

Mirip

Motivasi Singkat dan Terperinci

Instrumen

dalam

Mushaf

Almahira Awal Ayat, Kertas Penutup, dan

Terjemahan

Cordoba Awal, Akhir, Nomor Ayat, Blok

Warna, Tajwid Warna, Tabel

Menghafal, Murāja‘ah, Tema Ayat,

Motivasi, dan Kertas Penutup

Syaamil (Mushaf Tikrār) Kode Awal, Akhir,

Nomor Ayat, Blok Warna, Tabel

Membaca, Menghafal, Murāja‘ah,

Ayat Yang Sama. (al-Quran

Yadain)Terjemahan, Kode Awal,

Akhir, Nomor Ayat, Tema Ayat,

Asbāb al-Nuzūl, dan Famibisyauqin

sebagai alat bantu murāja‘ah

Maana Terjemahan, Kode Awal, Akhir,

51 Hafidz Al-Farisi, (Pengguna Mushaf Al-Huffāẓ) diwawancarai oleh Naily

Azizin Nuha, Gunung Sindur, 29 Juli 2019, Bogor, dan Sofi, Ciputat Timur, 26 Juli 2019,

Tangerang Selatan.

65

Publishing Nomor Ayat, Tajwid Warna, Fadilat

Ayat, Hadis Yang Bersangkutan

Dengan Ayat, Asbāb al-Nuzūl, Dan

Kertas Penutup

Tiga Serangkai Kode Awal, Nomor Ayat, Tabel

murāja‘ah, Dan Buku sebagai alat

murāja‘ah

Sidogiri Kode Nomor Ayat, Nomor Halaman,

Tabel Murāja‘ah, Tema Ayat,

Pembagian Jilid, dan Berbagai Blok

Warna

1. Instrumen Umum dalam Mushaf Hafalan

Melalui sampel dari beberapa mushaf yang penulis pilih,

setidaknya terdapat 12 (dua belas) bentuk kode sebagai simbol alat bantu

menghafal yang digunakan penerbit. Diantaranya adalah kode awal, akhir

dan penomoran ayat, terjemahan, tema ayat, blok warna, tabel menghafal,

murajaah, motivasi, tabel ayat yang mirip, kode jari ayat, dan kertas

penutup.Berikut rinciannya berdasarkan fungsi dari setiap bentuk kode;

a. Tadabur Ayat

Lalu terjemahan ayat, pada kode ini terdapat beberapa versi dari

beberapa penerbit. Ada yang mencantumkan terjemahnya secara

keseluruhan, yakni di setiap halaman pada samping penulisan ayat al-

Quran. Juga, ada pula yang mencantumkan terjemah perkatanya. Dan jika

sudah tercantum pada kata di halaman sebelumnya, maka tidak akan

dicantumkan lagi pada halaman selanjutnya. Pada dasarnya, kode ini

sudah sering digunakan dalam mushaf bahkan sebelum adanya

penambahan alat bantu dalam mushaf.

Namun, beberapa mushaf hafalan mencantumkannya karena

berguna dalam mengetahui arti ayat dan memahami makna ayat yang

66

sedang dihafalkan.52 Sedangkan yang tidak menggunakan, menggantinya

dengan tema ayat. Dimana kode ini memiliki kesamaan dengan terjemah

ayat, hanya saja lebih ringkas dan pengguna perlu media lain jika ingin

mengetahui arti dari kata yang sedang dihafalkan. Lebih unik lagi pada

mushaf terbitan Syaamil kedua mencantumkan tambahan tadaburnya

dengan metode kedua tangan (yadain), dimana tangan kanan untuk ayat

yang bahagia dan tangan kiri untuk ayat tentang kesedihan.53

b. Kode Ayat

Pada kode awal ayat sebagaimana wawancara yang penulis

lakukan bersama pihak Almahira, berguna mengingatkan kata (lafaż) awal

ayat yang sering kali menjadi kendala bagi penghafal al-Quran saat

murajaah. Begitupun kode akhir dan nomor ayat yang juga berguna

sebagai fokus saat menghafal. Bahkan agar lebih fokus lagi, warna yang

digunakan adalah warna-warna yang mudah ditangkap oleh mata.

Mengutip kalimat dari pihak Almahira:

“Untuk warna awal ayatnya sendiri, memang sengaja diberi warna

merah, agar penghafal setiap menghafal al-Quran fokus dengan awal

ayatnya. Dan mengapa dipilihnya warna merah?, Ya karena itu adalah

salah satu warna mudah ditangkap mata”54

c. Blok Warna

Kemudian blok warna, merupakan kode pembagian hafalan dalam

satu warna perlu dihafalkan dalam satu waktu. Penggunaan kode ini

bervariasi, baik dari segi warnanya hingga segi jumlahnya. Ada pula

penerbit yang menggunakan blok warna ini sebagai penanda kelipatan

52 Ahsin W. Al-Hafiz, Bimbingan Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara,

2004),49. 53 Penjelasan dari Ahsin Sakho Muhammad selaku pembimbing penerbitan

metode yadain. 54 Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.

67

setiap lima ayat, penandaan awal ayat yang sama, juga pembeda setiap dua

halaman.

d. Tabel

Dan tabel-tabel yang tercantum digunakan untuk mengontrol

hafalan, hingga murajaah per hari atau bahkan per minggunya.

Pencantumannya sendiri dari segi warna, posisi, dan jumlahnya bervariasi

dari setiap penerbit.

e. Motivasi

Motivasi yang dicantumkan penerbit berfungsi untuk menambah

semangat menghafal pengguna. Kebanyakan penerbit mencantumkannya

di akhir halaman mushaf, namun ada juga yang mencantumkannya di

setiap halamannya dengan harapan menjaga stabilitas menghafal

pengguna.55 Dan juga kertas penutup sebagai penghalang lembar ayat

yang bisa digunakan agar pengguna fokus terhadap murāja‘ah nya.

Itulah beberapa metode dan manfaat setiap alat bantu yang umum

digunakan dalam mushaf hafalan.Selain itu, beberapa penerbit juga

berinovasi dengan berbagai kode. Seperti mencantumkan tabel ayat yang

mirip, tertulis lengkap dengan juz dan nomor dari ayat yang hampir sama

dengan halaman tersebut. Kode ini berguna agar penghafal mengetahui

dan menghindari tertukarnya ayat yang sedang dihafalkan dengan ayat

lainnya.56 Lalu kode jari ayat yang digambarkan di samping kode awal

ayat, guna mengingat nomor ayatnya. Bahkan ada pula yang

mencantumkan kode tajwid warna agar pengguna tidak salah saat

membaca al-Quran. Juga asbāb al-nuzūl, faḋīlah ayat, hadis yang

berkaitan dengan ayat sebagai pelengkap mushaf hafalannya, meskipun

terkesan sedikit memaksakan dalam konten yang digunakannya.

55 Lihat Panduan Menghafal Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf al-Huffaz, dan al-Quran

Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba. 56 Lihat Panduan Menghafal pada Mushaf Tikrār, Syaamil Quran.

68

2. Instrumen Hafalan dalam Mushaf Berdasarkan Penerbitnya

Tidak semua penerbit kemudian menggunakan seluruh kode dalam

mushaf terbitannya.Sehingga, kode-kode tersebut terbentuk dalam sebuah

instrumen yang menjadikan pengguna atau penggemar mengenali setiap

terbitannya. Instrumen yang tercantum pada setiap halaman, tepatnya di

samping atau sekeliling ayat. Diantara mushaf-mushaf yang telah penulis

kumpulkan, berikut instrumen hafalan dalam mushafnya;

a. Almahira

Quran Hafalan (2010) milik Almahira dengan dua macam cetakan.

Cetakan pertama mencantumkan kode awal ayat dengan warna merah dan

kertas penutup. Lalu jenis cetakan keduanya menambahkan terjemahan

ayat.57

b. Cordoba

Penerbit Cordoba dengan tiga jenis cetakan mushaf hafalan. Jenis

cetakan pertama, Mushaf Al-Hāfiẓ (2016) dengan instrumen hafalan; kode

awal, akhir, nomor ayat, tiga blok warna (kuning, hijau, dan biru), tajwid

warna, tabel menghafal, murāja‘ah, tema ayat, motivasi, dan kertas

penutup.58 Jenis cetakan kedua, Mushaf al-Huffāẓ (2017) dengan

tambahan instrumen terjemahan dan blok warna menjadi lima (kuning,

hijau, biru, merah muda, dan kuning tua).59 Dan jenis cetakan ketiganya

adalah Al-Quran Hafalan Taḣfīẓ Junior (2018) yang memiliki instrumen

hafalan sama dengan Mushaf al-Huffāz, hanya saja memiliki tampilan

dasar halaman yang lebih menarik.60

57 Lihat Quran Hafalan, Almahira. 58 Lihat Mushaf Al-Hāfiẓ, Cordoba. 59 Lihat Mushaf al-Huffaz, Cordoba. 60 Lihat al-Quran Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba.

69

c. Syaamil

Dua jenis mushaf hafalan terbitan Syaamil yaitu Mushaf Tikrār

(2015) dengan instrumen hafalan; kode awal, akhir, nomor ayat, blok

warna, tabel membaca, menghafal, murajaah, ayat yang sama.61 Dan al-

Quran Yadain (2019) memiliki instrumen hafalan; terjemahan, kode awal,

akhir, nomor ayat, tema ayat, asbāb al-nuzūl, dan famibisyauqin sebagai

alat bantu murāja‘ah.62

d. Maana Publishing

Mushaf Hafalan Uṡmānī (2019) terbitan Maana Publishing dengan

instrumen hafalan; terjemahan, kode awal, akhir, nomor ayat, tajwid

warna, faḋīlah ayat, hadis yang bersangkutan dengan ayat, asbāb al-nuzūl,

dan kertas penutup.63

e. Tiga Serangkai

Mushaf At-Taisīr (2018) milik Adi Hidayat dengan instrumen

hafalan; kode awal, nomor ayat, tabel murāja‘ah, dan buku sebagai alat

murāja‘ah secara tulisan.64

f. Sidogiri

Terakhir Mushaf al-Miftāḣ (2019) terbitan Sidogiri dengan

instrumen hafalan terdiri dari: kode nomor ayat, nomor halaman, tabel

murajaah, tema ayat, pembagian jilid, dan berbagai blok warna.65

Dari penjabaran di atas, terlihat alat bantu yang banyak digunakan adalah

kertas penutup, kode awal, akhir dan penomoran ayat. Dan pelopor dari

penggunaan kertas penutup dan awal ayat ini adalah Almahira. Hal ini

sesuai dengan tahun terbit dan pernyataan dari pihak Almahira.

61 Lihat Mushaf Tikrar, Syaamil Quran. 62 Lihat al-Quran Yadain, Syaamil Quran. 63 Lihat Mushaf hafalan Usmani Madinah, Maana Publishing. 64 Lihat Mushaf at-Taisir, Tiga Serangkai. 65 Lihat Mushaf al-Miftah, Sidogiri.

70

“Waktu itu adalah sedang masanya berbagai konten dalam mushaf.

sampai kita terpikir untuk membuat mushaf hafalan dan

terbentuklah metode kode awal ayat ini. Waktu itu belum ada

konten mushaf hafalan sama sekali, jadi kita hanya melihat

panduan-panduan menghafal dari buku dan kita coba-coba mana

sih kira yang paling dibutuhkan penghafal al-Quran”66

Sedangkan pelopor yang melengkapi kode awal ayat menjadi kode akhir

dan penomoran ayat adalah Syaamil dalam Mushaf Tikrārnya yang

tercatat telah diterbitkan sejak 2015.

D. Kelebihan dan Kekurangan Mushaf Hafalan

Mushaf hafalan yang telah hadir sejak tahun 2010 lalu, kini banyak

dikenali oleh masyarakat, terutama di kalangan penghafal al-Quran,

sebagaimana penelusuran yang dilakukan oleh Arizki Widyaningrum pada

kalangan mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah.67 Konten

mushaf hafalan yang mulanya hanya mencantumkan dua hingga tiga alat

bantu saja, kini dikembangkan hingga sebelas alat bantu yang tercantum

dalam satu halaman.

Tabel 4.4: Pandangan Pengguna Mushaf Hafalan

Komponen Unsur Keterangan

Kelebihan dan

kekurangan

Kelebihan Terbantu dengan Metodenya

Kekurangan Punya Cara Sendiri,

Menumpuk, Fokusnya terbagi

1. Kelebihan Mushaf Hafalan

Nyatanya, mushaf yang disajikan agar mempermudah penghafal al-

Quran ini memiliki banyak pandangan dihadapan target pasarnya.

Menurut Diana (30 juz) dan Sri (20 juz) dua orang mahasiswi Ushuluddin

mengatakan bahwa Quran Hafalan milik Almahira menjadi mushaf yang

66 Ratna Eka Rahmatai, Wawancara. 67 Lihat rizki widyaningrum, Mushaf hafalan Indonesia, (Skripsi, S1., UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017).

71

paling memudahkan karena membantu dalam proses murajaah dan

menghafal jika lupa awal ayatnya.

“Bagus mushafnya, kalau lupa banget bisa lihat. Jadi kebantu”,

kata Diana.68 Dan kata Sri tentang mushaf ini adalah “lebih

memudahkan. Jadi kita kalau lupa, lagi murāja‘ah gitu bisa enak

sambil pake mushafnya. Kalau lupa lihat dulu tapi gak perlu

khawatir nyontek”69

Sedangkan Mushaf al-Hāfiẓ milik Cordoba mendapat tanggapan

positif oleh penggunanya. Akan tetapi dengan target yang terlalu banyak

dalam sekali waktu menghafalnya menjadikan pengguna merasa kesulitan

dan seringnya tidak mencapai target yang sesuai. Hal ini didapatkan

langsung oleh pihak Cordoba dalam kegiatan kajian rutinnya yang

diadakan di Bandung. Sehingga pihaknya memutuskan untuk kembali

menerbitkan mushaf hafalan dengan target yang lebih ringan dan

ditambahkan motivasi di setiap halamannya. Sebagaimana yang beredar

saat ini yaitu Mushaf al-Huffāz. Sesuai dengan penuturan pihak Cordoba,

“Alhamdulillah banyak yang suka dengan metode yang ada di Mushaf al-

Hāfiẓ. Cuma beberapa juga ada yang tidak mampu dengan target sebanyak

itu akhirnya kita coba ciptakan lagi dengan target yang lebih ringan”70

Bahkan kehadiran Mushaf al-Huffāẓ sendiri juga lebih banyak

diminati oleh masyarakat. Dimana mushaf ini sudah digunakan lebih dari

tiga Madrasah dan Pesantren yang memiliki program menghafal al-Quran,

salah satunya Sekolah Dasar Islam Diponegoro Semarang.71. Bahkan,

banyak penjual yang kemudian meminta cetakan mushaf ini namun diubah

dengan sampul milik si penjual tersebut. Sebagaiman penuturuan pihak

68 Rohmatul Maulidiana Aulia (Hafidhah 30 juz) diwawancarai oleh Naily

Azizin Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan. 69 Sri Fajri Yanti (Hafidhah 30 juz), diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha,

Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan. 70 Restu Kurniawan, Wawancara. 71 Quran Cordoba, LPMQ KEMENAG RI Memberikan Penghargaan Sebagai

Penerbit Al-Qur’an Terinovatif 2019 Kepada Penerbit Cordoba,

diakses 08 April 2019 http://qurancordoba.com/pelatihan-al-quran/

72

Cordoba, “Peminatnya lebih banyak Mushaf al-Huffāẓ, ya. Sampai

mushaf ini sudah dipakai banyak sekolah, kalau tiga lebih. Dan beberapa

orang juga sampai ada yang jadi reseller kita. Biasanya mereka akan

custom al-Quran lalu minta ganti covernya”72

Begitu juga tanggapan dari Ifta (2 juz) dan Imas (1 juz) yang

mengaku senang menggunakan Mushaf al-Huffāẓ karena warnanya yang

menarik dan targetnya yang pasti.

“Saya suka sama mushafnya, bagus. Apa lagi ada target-targetnya

itu, karna saya orangnya model orang yang terkonsep banget jadi

saya seneng, gitu. Tinggal coret di samping halamannya kalau

udah”, pernyataan dari Ifta.73 Dan dari Imas mengatakan, “Bagus,

kok. Lengkap metodenya jadi gampang pakainya.74

2. Kekurangan Mushaf Hafalan

Namun menurut Sofi (5 juz), alat bantu dalam mushaf terlalu

banyak sampai menumpuk dalam halamannya. Hal ini membuat sulit

untuk menggunakan karena seperti memaksakan agar semua kodenya

masuk tapi justru membuat bingung. Sehingga agar tetap merasa nyaman

saat menghafal, ia hanya menggunakan ayat al-Quran, terjemah, kode

awal, dan akhir ayatnya saja jika dibutuhkan. Sebagaimana pengakuannya,

“Saya hanya pakai yang bagian terjemah, kode awal, akhir, penomoran

ayat, dan ayatnya pastinya. Karena bingung terlalu banyak, kayak nggak

berguna banyak banget kode-kodenya.”75 Lalu tanggapan dari Erna (5 juz)

yang juga menggunakannya, mengaku senang dengan mushaf yang ia

gunakan karena tidak membosankan.Namun, dengan banyaknya alat bantu

yang ada terlalu membingungkan sehingga dalam aplikasinya ia sering

menggunakan caranya sendiri karena dianggap lebih mudah. Bahkan

72 Restu Kurniawan, Wawancara. 73 Ifta Athiyah (Pengguna Quran Al-Hufaz), diwawancarai oleh Naily Azizin

Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan. 74 Imas Masruroh (Pengguna Mushaf Al-Hufaz, diwawancarai oleh Naily Azizin

Nuha, Gunung Sindur, 26 Juli 2019, Bogor. 75 Sofi (penghafal al-Quran) diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ciputat

Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.

73

motivasi yang tercantum dalam setiap halamannya hanya dibaca sewaktu-

waktu saja, dan justru motivasi dari lingkungan sekitar lebih mendukung.

Dengan mengatakan, “Karena saya sudah punya cara sendiri untuk

menghafal, ya. Jadi kodenya ya berguna hanya beberapa aja. Dan motivasi

ini saya suka, tapi gak selalu saya baca, karna lebih kuat motivasinya

kalau datang dari sekeliling”76

Perbedaan tanggapan ini juga terjadi pada pengguna al-Quran

Yadain. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Dudung, Hafid, dan Ali

dalam jurnalnya mengenai tanggapan penggunanya.77Dimana sudah

terdapat 8 (delapan) ribu lebih penggunanya yang kini telah lulus sesuai

dengan target yang ada dalam mushaf. Meskipun beberapa penggunanya

memilih untuk meringkas 12 tahapannya menjadi 2 tahapan saja, yakni

membaca berulang-ulang kemudian membaca terjemahannya saja.

Ditambah lagi dengan terjemahan yang dihilangkanjika telah muncul pada

kata sebelumnya, menjadikan fokus pengguna menjadi terbagi.Begitu pula

pengguna yang telah memiliki cara sendiri dalam menghafal, mereka lebih

memilih menggunakan metode yang mereka miliki karena dianggap lebih

mudah.78

Dari berbagai tanggapan keempat mushaf di atas, dapat dijadikan

sampel bagaimana tanggapan dari pengguna mushaf hafalan lainnya.

Dimana dapat disimpulkan bahwa pengguna yang telah memiliki hafalan

sebelumnyadengan berbagai alat bantu tersebut akan memilih untuk tidak

menggunakan metode yang ada dalam mushaf. Sedangkan bagi pengguna

76 Erna (Penghafal Al-Quran), diwawancarai oleh Naily Aziizn Nuha, Ciputat

Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan. 77 Lihat Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,

“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal

al-Quran di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)”. Studia Quranika, vol. 4, no. 2

(2019): 194. 78 Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,

“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran, 196.

74

baru akan lebih dimudahkan dengan adanya alat bantu yang tercantum

dalam mushaf hafalan. Meskipun beberapa diantaranya merasa tidak

nyaman karena terlalu banyak tahapan yang harus dipenuhi sebelum

menuju ke hafalan selanjutnya.

E. Tipologi Produsen

Merujuk kepada thesis milik Eva Nugraha, penerbit dapat

dianalisis berdasarkan indikator pemahaman, tindakan, hingga bukti

perilakunya tentang: (1) tujuan usahanya, (2) penjagaan yang dilakukan

berdasarkan ayat yang mengaturnya, dan (3) simbol dan lampiran yang

tercantum dalam mushaf.. Hal ini sesuai dengan nilai dominan yang dianut

penerbit. Berikut pengelompokan tipologi produsen enam penerbit di atas

sesuai dengan hasil wawancara yang penulis dapatkan.79

1. Formalis

Penerbit dengan tipologi ini menyandarkan proses penerbitannya

pada segala sesuatu yang secara resmi umum dipahami oleh masyarakat

yaitu nilai muhāfaẓāh. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah

tercantum di atas, dapat dilihat penerbit yang termasuk pada tipologi ini

adalah Penerbit Almahira.

Penerbit dengan jenis ini akan dikenal oleh masyarakat atas

ketelitian dan sedikit instrumen yang dimilikinya. Meski demikian agar

dapat lebih bersaing dan bertahan di mata masyarakat, penerbit jenis ini

perlu mengembangkan diri menjadi penerbit fungsionalis.80

79 Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci”, (Thesis

S3., UIN Syarif Hidayatullah, 2018), 147-148. 80 Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pula, Penerbit Almahira akan

melakukan inovasi yang lebih baik terhadap mushaf hafalan yang dimilikinya bersama

tim penerbit. Namun, hingga tulisan ini diselesaikan penulis belum menemukan terbitan

baru yang dilakukan terhadap mushaf hafalannya tersebut. Sehingga penulis belum bisa

memastikan bahwa Penerbit Almahira telah berkembang menjadi penerbit fungsionalis.

75

2. Fungsionalis

Tipologi tipe ini mengutamakan kegunaan produk mushaf bagi

kaum Muslim atau pengguna akhir lainnya dengan kecenderungan pada

tadabur (edukasi dan penghayatan). Melihat hasil wawancara dan

observasi yang penulis lakukan, penerbit yang termasuk tipologi produsen

ini adalah Penerbit Cordoba, Syaamil Quran, Tiga Serangkai, dan Sidogiri.

Melihat dari pemasaran dan hasil wawancara bersama penghafal

al-Quran dan pengguna, penerbit jenis ini lebih dikenal dibandingkan

tipologi produsen lainnya. Dengan indikator dan instrumen terhadap

mushaf yang dimiliki penerbit ini akan dapat bertahan lebih lama

kedepannya dibandingkan dengan tipologi produsen lainnya.

3. Pragmatis Ekonomis

Pada penerbit dengan tipologi ini hanya berfokus pada

mendapatkan manfaat dari sisi ekonominya. Setelah mencocokkan

indikator yang dikemukakan Eva Nugraha dalam thesisnya dengan hasil

wawancara dan observasi yang termasuk penerbit jenis ini adalah Maana

Publishing.81 Di samping itu, keseluruhan penerbit juga memiliki fokus

pada keuntungan materialnya, namun tidak memiliki kecenderungan pada

indikator tipologi pragmatis ekonomis ini. Penerbit jenis ini akan lebih

cepat hilang di mata masyarakat. Karena tipenya yang mengikuti zaman

namun kurang memperhatikan kebutuhan dan interaksi dengan

penggunanya.

81 Data tentang penerbit ini hanya berdasarkan observasi penulis terhadap

mushaf dan platform yang dimilikinya.

77

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang mendalam melalui data

hasil penelitian di lapangan, maka penulis menyimpulkan:

1. Metode dalam mushaf hafalan yang beredar di masyarakat telah

diuji kesesuaian dan kemudahannya. Proses uji coba metode

tersebut dilakukan dengan cara yang beragam. Diantarnya,

dilakukan bersama tim penerbit itu sendiri. Ada pula yang

melakukannya dengan menggandeng masyarakat pecinta al-Quran,

hingga penghafal al-Quran itu sendiri. Proses pemilihan metodenya

sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya: 1.) Survei

melalui buku metode menghafal atau kegiatan dauroh menghafal

al-Quran; 2.) Wawancara kepada masyarakat pecinta al-Quran; 3.)

Diskusi bersama pegiat kegiatan menghafal al-Quran; 4.)

Memberikan inovasi dalam metode yang telah terkumpul; 5.)

Konsultasi bersama ahli dalam hal menghafal al-Quran.

2. Tipologi produsen berdasarkan indikator yang dimiliki masing-

masing penerbit. 1.) Formalis adalah Penerbit Almahira; 2.)

Fungsionalis adalah Cordoba, Syaamil Quran, Tiga Serangkai, dan

Sidogiri; 3.) Pragmatis Ekonomis adalah Maana Publishing.

3. Mushaf hafalan lebih berguna bagi pengguna yang membutuhkan

arahan lebih dalam proses menghafalnya. Di sisi lain, penghafal

pemula juga merasa kesulitan dengan mushaf hafalan karena

aturan yang tidak sesuai dengan kemampuan pengguna, dan

memerlukan fokus yang lebih karena harus mengingat beberapa

hal dalam setiap ayatnya. Sedangkan mushaf hafalan yang

memiliki banyak alat bantu akan membingungkan penghafal,

78

karena kebiasaannya menggunakan mushaf konvensional.

Ditambah lagi terlalu banyaknya metode dalam satu halaman,

metode yang berbeda dengan kebiasaan penghafal. Meski

demikian Mushaf Hafalan bukan satu-satunya faktor memudahkan

penghafal, namun pilihan mushaf ini dapat dijadikan salah satu

opsi pengguna.

B. Saran

Merujuk dari temuan penelitian di atas terdapat beberapa saran

yang dapat penulis kemukakan sebagai pertimbangan, yaitu:

1. Bagi penerbit. (a) Saat uji coba metode yang akan dicantumkan

dalam mushaf hafalan, alangkah baiknya dilakukan bersama

pecinta dan penghafal al-Quran dengan beberapa pilihan. Antara

lain: 1.) Masyarakat pecinta al-Quran dengan usia yang beragam,

yakni dari usia dini, remaja, orang tua, hingga lansia, atau; 2.)

Penghafal al-Quran dengan jumlah hafalan yang berbeda, dapat

berdasarkan jangka waktu menghafal atau jumlah hafalan yang

dimilikinya, atau pun; 3.) Masyarakat pecinta atau penghafal al-

Quran yang memiliki tiga kekuatan hafalan yang berbeda, yakni

berkemampuan rendah, pertengahan, dan tinggi. Hal ini berguna

agar pemilihan metodenya tidak terjadi kekurangan atau

penumpukan metode sehingga manfaat mushaf hafalan yang

diterbitkan juga bagus sebagaimana konsep yang diberikan. (b)

Tipologi produsen fungsionalis akan lebih memiliki umur yang

panjang dikalangan masyarakat. Bagi penerbit yang masuk pada

tipologi formalis dan pragmatis ekonomis (sesuai indikator yang

ada) perlu kemajuan dan perbaikan dalam visi misinya.

2. Sedangkan bagi penggunanya sendiri, dapat memilih mushaf

hafalan sesuai ilmu bantu yang dibutuhkan, agar mushaf yang telah

79

dimiliki sempurna manfaatnya, sesuai dengan faktor

pendukungnya yang prioritas bagi masing-masing penggunanya.

Bagi penghafal yang telah menggunakan mushaf konvensional

terlebih dahulu dapat memilih mushaf hafalan yang mencantumkan

sedikit alat bantu agar tidak terjadi perbedaan yang luar biasa

sehingga membingunkan.

Bagi penghafal yang masih pemula dapat memilih mushaf hafalan

sesuai dengan kebutuhannya dengan cara melihat bagian petunjuk

penggunaannya sebelum membeli atau menggunakannya.

80

81

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran

Almahira. Quran Hafalan. Jakarta: Almahira, 2010.

Cordoba. Al-Quran Hafalan Tahfīdz Junior. Bandung: Cordoba, 2018.

Cordoba. Mushaf Al-Hāfīdz. Bandung: Cordoba, 2016.

Cordoba, Mushaf Al-Huffādz, Bandung: Cordoba, 2017.

Maana Publishing. Mushaf Hafalan Usmānī Madinah. Bandung: Maana

Publishing, 2019.

Menara Kudus. Mushaf al-Quran al-Karim. Kudus: Menara Kudus, 1974.

Sidogiri. Mushaf Al-Miftāh. Surabaya: Sidogiri, 2019

Syaamil. Al-Quran Yadain. Bandung: Syaamil, 2019.

Syaamil. Mushaf Tikrār. Bandung: Syaamil, 2015.

Tiga Serangkai. Mushaf At-Taisīr. Bekasi: Tiga Serangkai, 2018.

Buku

Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Quran. Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2005.

Al-Fadhli, Abu Ezra. Tajwidul Quran. Bandung: Online Tajwid

Communities, 2015.

Ihsan, Sawabi. Mengenal Mushaf al-Quran Standar Indonesia. Jakarta:

Departemen Agama RI, 1984.

Kementeri Agama RI. Berita Negara Indonesia Peraturan Agama Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Penerbitan, Pentashihan,

dan Peredaran Mushaf al-Quran. Jakarta: Kementerian Agama RI,

2016.

Madzkur, Zaenal Arifin. Kecenderungan Masyarakat dalam Memilih

Mushaf ak-Quran Standar Indonesia di Pulau Jawa. Jakarta:

Kementerian Agama RI, 2016.

82

Al-Qasim, Abdul Muhsin. Terj. Abu Ziyad, Cara Praktis Menghafal al-

Quran. IslamHouse.com: Mantab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat

Rawah, 2007.

Qasim, Amjad. Meski Sibukpun Bisa Hafal al-Quran. Solo: Al-Kamil

Publishing, 2013.

Qori, Taqiyul Islam. Cara Mudah Menghafal al-Quran. Jakarta: Gema

Insani, 1998.

Shohib, Muhammad. Pedoman Membaca dan Menulis al-Quran Braille.

Jakarta: Lajnah pentashihan Mushaf al-Quran, 2012.

Sya’roni. Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf Al-Qur’an

dengan Rasm Usmânî. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Agama Puslitbang Lektur Agama, 1999.

Jurnal

Akbar, Ali. “Percetakan Mushaf Al-Quran di Indonesia.” Suhuf. Vol. 4, no.

2, (2011): 271-287.

Albin, Michael W.. “ Printing of the Quran.” Encyclopedia of the Quran,

vol. IV, no. 05: 114-122.

Faizin, Hamam. “Pencetakan al-Quran dari Venesia hingga Indonesia.”

Esensia, vol. 07, No. 01, (2011): 133-158.

Hidayah, Nurul. “Strategi Pembelajaran Tahfidz al-Quran di Lembaga

Pendidikan.” Ta’allum, vol. 4, no. 01, (2016): 63-81.

Kaltsum, Lilik Ummi. Menghafal al-Quran dalam Pendidikan Formal

Jurnal. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Karim, Dudung Abdul dkk. Metode Yadain Li Tahfizh Al-Quran

(Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal al-Quran di Desa

Maniskidul Kuningan Jawa Barat). 4, No. 2, (2019): 181-200.

Lestari, Lenni. “Mushaf Al-Quran Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal.” At-Tibyan. vol. I, no. 1, (2016): 173-198.

83

Madzkur, Zaenal Arifin. “Diskursus Ulumul Quran tentang Ilmu Dabi dan

Rasm Usmânî Kritik atas Artikel Karakteristik Mushaf Magribi,

Arab Saudi, dan Indonesia.” Suhuf. vol. VIII, no. 02, (2015): 261-

282.

Muhammad, Ahsin Sakho. Etika Penerbitan al-Quran Jurnal, Jakarta:

Kementerian Agama RI, 2012.

Nugraha, Eva. “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodikasi al-Qur’an di

Indonesia.” Ilmu Ushuluddin. vol. 2, no. 3 (2015), 369-394.

Saptadi, Heri. “Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal al-Quran

dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling.” Bimbingan

Konseling. vol. 1, no. 2, (2012): 117-121.

Sya’roni, Mazmur. “Prinsip-Prinsip Penulisan dalam Al-Quran Standar

Indonesia.” Lektur Keagamaan. vol. V, no.1, (2007): 127-149.

Skripsi

Amin, Muhammad. “PeningkatanKemampuan Membaca Pemahaman

Melalui Media Cerpen dengan Penggunaan Strategi PQ4R

(Preview, question, read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas

VII SMP Raudlatul Falah, Curug, Bojongsari, Depok, Tahun

Pelajaran 2014/2015.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016.

Faizin, Hamim. “Pencetakan al-Quran dari Venesia hingga Indonesia.”

Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Firdausi, Fitriana. “Optimasi Kecerdasan Majemuk sebagai Metode

Menghafal al-Quran (Studi atas Buku “Metode Ilham: Menghafal

al-Quran serasa Bermain Game” karya Lukman Hakin dan Ali

Khosim” Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017.

Fitriyah, Darlimatul. “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal

al-Quran antara Santri Mukin dan Nonmukim di Pesantren Zaidatul

84

Ma’arif Kauman Parakan Temanggung.” Skripsi S1., IAIN

Walisongo Semarang, 2008.

Habibi, Ruslan. “Penerapan Metode Bimbingan dalam Meningkatkan

Kemampuan Menghafal al-Quran bagi Anak-Anak Usia Tahun di

Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor.” Skripsi S1., UIN

syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Imaniyah. “Efektivitas Kedisiplinan Siswa dalam Pembelajaran di SMP

Islamiyah Ciputat.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2010.

Iqbal, Ahmad. “Penggunaan Metode Master dalam Menghafal al-Quran di

Yayasan Askar Kauny.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2018.

Iskandar, Muhammad. “Penerapan Metode al-Qasimi dalam Menghafal al-

Quran di Pondok Pesantren Baitul Quran Garut, Dawung,

Sambirejo Sragen Tahun 2012-2013.” Skripsi S1., Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Jamalulael, Achmad. “Efektivitas Aplikasi Game MR.A dalam Mata

Pelajaran Akidah Akhlak di SMP al-Mubarak Tangerang Selatan.”

Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Jannah, Roudhotul. “Apresiasi al-Quran terhadap Perempuan dalam Surat

al-Nisa’.” Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kurniawan, Ardi. “Evaluasi Pembinaan Tahfidzul Quran di Pesantren

Tahfidz daarul Quran Cipondoh Kota Tangerang.” Skripsi S1.,

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Laila, Nur. “Membaca dan Menghafal al-Quran di Kalangan Mahasiswa

Tafsir Hadis UIN Jakarta Studi Kasus Mahasiswa Tafsir Hadis

Semester 3 dan 5 Tahun 2013.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2014.

85

Marzuki, Ismail. “Analisis Program Acara Indonesia Menghafal di TPI.”

Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Nafi’ah, Rochmatun. “Skripsi Efektivitas Program Tahfidz Al-Quran dalam

Memperkuat Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Islam

Lasem.” Skripsi S1., UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018.

Nugraha, Eva. “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci.”

Thesis S3., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Purwati, Lilik Indri. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro.”

Skripsi S1., IAIN Metro Lampung, 2018.

Rajak, Putri Firda. “Implementasi Program Tahfidz al-Quran Juz 29 di

Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Ciganjur Jakarta Selatan.” Skripsi

S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Rohimin. “Jejak dan Otoritas Pencetakan Mushaf al-Quran di Indonesia.”

Skripsi S1., IAIN Bengkulu, 2016.

Saputro. “Muhammad Endy, Mushaf 2.0 dan Studi al-Quran di Era

“Muslim tanpa Masjid.” Skripsi S1., IAIN Surakarta, 2018.

Umam, Muhammad Najmul. “Strategi Coping dalam Bimbingan

Menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Nahdlatut Thalibin Tayu

Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah.” Skripsi S1., UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2017.

Widyaningrum, Arizqi. “Mushaf Hafalan di Indonesia.” Skripsi S1., UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Yanti, Sri Fajri. “Pemahaman Komunitas Pesantren Nur Assa’adah dan As-

Sunnah di Tasikmalaya terhadap Perintah Berjilbab dalam QS al-

Nur (24):31.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Wawancara

86

Affan Musaddad Abdullah (Santri penghafal al-Quran di PP Hamalatul

Quran). Diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ambulu, 30

September, 2020, Jember.

Ratna Nur Rahmawati (Redaktur PT. Almahira). Diwawancarai oleh Naily

Azizin Nuha, Bekasi, 28 November 2019, Jakarta Timur.

Restu Kurniawan (Market and Communication PT. Cordoba).

Diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019,

Jakarta Timur.

Rohmatul Maulidiana Aulia (Hafidhah 30 juz). Diwawancarai oleh Naily

Azizin Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.

Sri Fajri Yanti (Hafidhah 30 juz). Diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha,

Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.

Ifta Athiyah (Pengguna Quran Al-Hufaz). Diwawancarai oleh Naily Azizin

Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.

Imas Masruroh (Pengguna Mushaf Al-Hufaz). Diwawancarai oleh Naily

Azizin Nuha, Gunung Sindur, 26 Juli 2019, Bogor.

Sofi (penghafal al-Quran). Diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ciputat

Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.

Erna (Penghafal Al-Quran). Diwawancarai oleh Naily Aziizn Nuha, Ciputat

Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.

LAMPIRAN

Surat Persetujuan Informan PT. Almahira

Surat Persetujuan Informan PT. Cordoba

Pertanyaan Wawancara

Foto Bersama Informan PT. Almahira

Foto Bersama MARCMM Manager PT. Cordoba

Tampilan Isi Quran Hafalan Almahira Tapa Terjemah dan beserta

Terjemah

Tampilan Isi Muhsaf al-Hāfidz

Tampilan Isi Mushaf al-Huffādz

Tapilan Isi al-Quran Hafalan Tahfz Junior

Tampilan Isi Mushaf Tikrār

Tampilan Isi Quran Yadain

Tampilan Isi Mushaf Hafalan Usmāni Madinah

Tampilan Isi Mushaf at-Taisir Tanpa Terjemah dan Beserta Terjemah