Post on 26-Apr-2023
139 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
PEMBELAJARAN ALJABAR BERBASIS NILAI-NILAI
AKHLAK UNTUK MEMBENTUK SIKAP
KEBERAGAMAAN MAHASISWA SEMESTER I
UNIT 1 PRODI TADRIS MATEMATIKA
STAIN MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE
T.A 2015/2016
Oleh : Rosimanidar1
1Dosen Prodi TMA Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
Email: rosi_stainmal@ymail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk
pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak agar membentuk
sikap keberagamaan mahasiswa prodi Tadris matematika STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe. Harus diakui bahwa pembelajaran
aljabar selama ini masih mengutamakan pencapaian tujuan
pendidikan matematika yang bersifat material, tetapi kurang
memperhatikan pencapaian tujuan pendidikan matematika yang
bersifat formal, yakni untuk menata nalar mahasiswa dan
membentuk kepribadiannya. Hal ini dapat dilihat dari sikap
keberagamaan mahasiswa yang belum terbentuk dengan baik.
Salah satu penyebabnya adalah mahasiswa masih memberikan
sikap negatif terhadap pembelajaran aljabar, minat mahasiswa
belajar aljabar masih rendah serta masih terjadinya krisis akhlak
di kalangan mahasiswa. Oleh karena itu perlu dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian
praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan memperbaiki praktik
pembelajaran yang ada yang terdiri atas dua tindakan. Subjek
penelitiannya adalah mahasiswa semester I unit 1 Prodi Tadris
Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe TA. 2015/2016.
Pengumpulan data dilakukan melalui angket. Hasil penelitian
diperoleh bahwa pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak
yaitu nilai terkait dengan hablun minannas yaitu nilai tolong
menolong, rasa hormat, dan perhatian, sedangkan nilai yang
Rosimanidar 140
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
berhubungan dengan hablun minannafsi (diri sendiri) yaitu teliti,
hemat, cermat, kerja keras, tekun, jujur, tegas, bertanggung
jawab, pantang menyerah, percaya diri, dan disiplin yang dapat
diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar melalui kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, sehingga sikap
keberagamaan berkriteria baik bagi mahasiswa semester 1 unit 1
Prodi Tadris matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.
Kata Kunci: Pembelajaran Aljabar, Nilai-Nilai Akhlak, Nilai Hablun Minannas,
Nilai Hablun Minannafsi, Sikap Keberagamaan.
Abstract
This study aimed to describe a form of learning algebra-based
moral values in order to form the religious attitudes the of students
Tadris mathematics program STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.
It should be recognized that learning algebra is still a priority for
achievement the goals of mathematics education is materials. The
students still get low motivation to reach the formal form of
mathematics educational process, namely to organize student
reasoning and form a personality. It can be seen from the religious
attitude of students who have not formed properly. One reason is
the student still leave a negative attitude towards learning algebra,
algebra student interest is still low and still the moral crisis among
the students. Therefore, it is necessary to Action Research (PTK).
PTK is a practical research conducted in class and aims to
improve the existing teaching practices consisting of two acts.
Subject of research is the first semester students Prodi Tadris unit
1 Mathematical STAIN Malikussaleh Lhokseumawe TA.
2015/2016. Data collected through questionnaires. The result
showed that the learning of algebra-based moral values is the
value associated with hablun minannas value mutual help, respect,
and attention, while the value associated with hablun minannafsi
(yourself) that is thorough, thrifty, careful, hard work,
perseverance , honest, assertive, responsible, unyielding,
confidence, and discipline that can be internalized in learning
algebra through initial activity, core activities, and the activities of
the cover, so it could live out the criteria of good for students
141 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
Semester 1 unit 1 Prodi Tadris mathematics STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe.
Keywords : Learning Algebra, Values Morals, Hablun Minannas Values, Hablun
Minannafsi Values, Attitudes Religiosity.
A. Pendahuluan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan
tersebut tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat direalisasikan salah satunya
melalui pendidikan di perguruan tinggi sebagaimana yang berlaku pada program
studi (Prodi) Tadris Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
berkompetensi untuk (a). Menghasilkan tenaga pendidik berkarakter Qur’ani yang
kompeten dan profesional dilingkungan masyarakat, madrasah/sekolah, pondok
pesantren dan masyarakat luar sekolah. (b). Menyiapkan tenaga peneliti dan
penulis dalam bidang pendidikan matematika yang diintegrasikan dengan nilai-
nilai Islam dan (c). Menciptakan model pendidikan matematika yang Islami,
relevan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Kompetensi yang dimiliki oleh Prodi Tadris Matematika sangat sesuai
dengan kompetensi yang harus miliki oleh seorang guru dalam Permendiknas no.
16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru yang dikembangkan secara utuh
dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Sehingga ini menjadi tanggung jawab Prodi Tadris Matematika untuk melahirkan
calon-calon guru sesuai kompetensi di atas.
Terkait dengan keempat kompetensi yang dikemukakan di atas, yang
menjadi banyak permasalahan terutama dikalangan mahasiswa adalah kompetensi
profesional dan kompetensi kepribadian. Kompetensi profesional dalam hal
penguasaan materi dan kompetensi kepribadian salah satu aspeknya adalah
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, tegas, manusiawi, bertakwa dan
berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Rosimanidar 142
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
Kompetensi kepribadian yang berakhlak mulia merupakan modal utama
keberhasilan seorang calon guru.
Hal ini dikuatkan dengan pandangan Daniel Goleman, bahwa keberhasilan
seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi
(EQ) dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Seseorang yang
mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan
belajar, bergaul, dan tidak dapat mengontrol emosinya. Sebaliknya para pemuda
dalam hal ini mahasiswa yang berkhlak mulia atau mempunyai kecerdasan emosi
tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh mahasiswa
seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, pembunuhan,
perilaku copy-paste, plagiarisme, sopan-santun, malas belajar dan sebagainya.
Krisis-krisis akhlak tersebut dapat terjadi terutama disebabkan karena rendahnya
sikap keberagamaan seorang mahasiswa. Sikap keberagamaan adalah kemantapan perilaku
seseorang mahasiswa yang terlihat dalam pola kehidupannya dalam melaksanakan
ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya sebagai pedoman hidup, meliputi
keyakinan, peribadatan atau praktik agama, penghayatan, pengamalan dan pengetahuan
agama (Jalaluddin, 2003: 225). Adapun indikator-indikator dari sikap keberagamaan yaitu
keterlibatan tingkat ritual, keterlibatan ideologis, keterlibatan intelektual, keterlibatan
pengalaman dan keterlibatan secara konsisten pada dimensi aqidah, ibadah dan akhlak
(Saifullah, 2010: 18).
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa sikap keberagamaan
melalui akhlak mulia seseorang dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Di
antaranya berdasarkan penelitian di Harvard University, Amerika Serikat, yang
ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya
ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill.
Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak
didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa
mutu pendidikan akhlak sangat urgen untuk ditingkatkan, salah satunya dapat
dintegrasikan dalam pembelajaran yang diberikan selama dua belas tahun dari
sejak SD sampai dengan SMA, porsi jam pembelajaran yang paling banyak yaitu
pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika adalah proses membantu siswa mempelajari matematika
dengan menggunakan perencanaan yang tepat, mewujudkannya sesuai kondisi yang tepat
pula sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Hasil tersebut merupakan tujuan yang telah
dirumuskan dan merupakan akibat dari interaksi antara guru yang mengajar dan murid
yang belajar matematika (Sudjana, 1998: 43).
143 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
Matematika yang dipelajari di sekolah adalah matematika yang materinya
dipilih sedemikian rupa agar mudah dialihfungsikan kegunaannya dalam
kehidupan siswa yang mempelajarinya, salah satu materinya adalah aljabar.
Aljabar adalah bagian dari matematika yang mempelajari hubungan dan sifat-sifat
dari bilangan dengan menggunakan simbol-simbol umum. Operasi yang
merupakan dasar ilmu aljabar dan aritmatika adalah penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian. Dalam ilmu aljabar, huruf dapat digunakan untuk
merepresentasikan bilangan. Dengan menggunakan huruf-huruf dan simbol-simbol
matematis, kita dapat menggunakan ekspresi aljabar yang singkat untuk
menggantikan kalimat verbal yang panjang.
Materi aljabar adalah salah satu kompetensi yang harus dikuasai
mahasiswa saat belajar matematika di Sekolah yaitu pada tingkatan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2013, yaitu
mampu menyelesaikan operasi bentuk aljabar. Di saat belajar aljabar, penguasaan
kompetensi itu sangat penting karena akan menjadi prasyarat utama saat
mahasiswa belajar Aljabar pada tahap-tahap berikutnya, misalnya saat belajar
persamaan, pertisaksamaan, sistem persamaan, fungsi, persamaan garis dan
lainnya. Penguasaan konsep dasar aljabar ini sangat membantu mahasiswa Prodi
Tadris Matematika dalam mengikuti mata kuliah aljabar elementer pada semester 1
(satu) dikarenakan deskripsi mata kuliahnya mencakup matematika sekolah di
tingkat SMP.
Hasil pengalaman peneliti pada saat mengajar aljabar elementer diperoleh
hasil belajar aljabar mahasiswa masih rendah pada penyelesaikan operasi
penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat dan bentuk aljabar,
menerjemahkan kalimat cerita menjadi kalimat matematika dalam bentuk
Persamaan Linier Satu Variabel (PLSV) dan Sistem Persamaan Linier Dua
variabel (SPLDV) serta menyelesaikan persamaan-persamaan tersebut.
Fakta menunjukkan bahwa selama ini, pembelajaran aljabar di sekolah
bahkan di perguruan tinggi lebih mengutamakan pencapaian tujuan pendidikan
matematika yang bersifat material, tetapi kurang memperhatikan pencapaian tujuan
pendidikan matematika yang bersifat formal, yakni untuk menata nalar mahasiswa
dan membentuk kepribadiannya. Hal ini dapat dipahami, mengingat tidak sedikit
dosen yang melaksanakan pembelajaran semata-mata untuk menyampaikan materi
perkuliahan atau transfer pengetahuan. Dosen masih sedikit yang mengetahui
bagaimana pengaruh pembelajaran yang telah dilaksanakan dan bagaimana
merancang pembelajaran aljabar sehingga dapat mengembangkan nilai-nilai aljabar
pada mahasiswa. Bahkan pada umumnya dosen kurang mengetahui adanya nilai-
nilai aljabar. Nilai-nilai aljabar tersebut semestinya juga merupakan bagian dari
Rosimanidar 144
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
nilai-nilai akhlak yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Nilai-nilai akhlak
berbeda halnya dengan nilai-nilai etika dan moral yang merupakan nilai-nilai hasil
pemikiran manusia, adat istiadat atau tradisi atau ideologi yang bersifat lokal dan
situasional. Fenomena yang biasa terjadi, pembelajaran aljabar selama ini terpatri
kebiasaan dengan urutan sajian sebagai berikut: (1) diajarkan
teori/definisi/teorema, (2) diberikan contoh-contoh, (3) diberikan latihan soal.
Pembelajaran tidak diawali dengan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-
hari mahasiswa (Soedjadi,, 2001: 5).
Akibatnya mahasiswa menirukan saja apa yang diajarkan dosen, tanpa
terlibat aktif menemukan rumus/pengertian. Dosen sangat jarang bahkan tidak
pernah menanamkan nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran aljabar. Berikut
ini disajikan salah satu contoh dari nilai akhlak yang terdapat pada pembelajaran
aljabar. Misalkan, ketika menyelesaikan persamaan 83 x , dapat diselesaikan
dengan seperti yang disajikan berikut ini.
83 x (apabila ingin mendapatkan nilai x, tentu 3 pada sebelah
kiri dieliminasi)
3833 x (Kedua ruas ditambahkan dengan 3, ini menunjukkan ada
suatu penanaman sifat adil).
38 x
11 x
Kemudian diperiksa apakah x = 11, merupakan penyelesaian untuk
persamaan 83 x ?. Untuk memeriksa nilai x yang sudah diperoleh dengan cara
mensubstitusi atau memasukkan nilai x = 11 ke persamaan tersebut, sehingga
diperoleh:
83 x
8311?
(?
artinya apakah seharusnya sama dengan)
8=8
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa x = 11 adalah
penyelesaian atau solusi untuk persamaan 83 x . Contoh di atas merupakan
salah satu contoh sikap teliti dan cermat pada menyelesaikan soal matematika
dengan langkah demi langkah sehingga memperoleh hasil yang benar, dan adanya
unsur sikap ini perlu ditanamkan oleh dosen untuk mahasiswa di saat
pembelajaran aljabar. Sehingga besar kemungkinan hasilnya tidak akan ada
kesalahan dan ia mendapat nilai yang memuaskan.
Dengan demikian pembelajaran aljabar sangat tepat berbasis nilai-nilai
akhlak. Hal ini dikarenakan karena nilai-nilai yang termuat pada pembelajaran
145 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
aljabar bagian dari nilai-nilai akhlak. Pembelajaran aljabar memiliki karakteristik
konsisten dalam sistemnya. Nilai konsistensi dalam Islam adalah Istiqamah.
Istiqamah adalah berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser,
karena akar kata Istiqamah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Dalam
kehidupan sehari-hari sangat diperlukan adanya sikap dan nilai istiqamah ini,
sehingga akan tumbuhnya sikap keberanian (Syaja’ah), ketenangan (Ithmi’nan)
dan optimis (Tafa’ul). Jika setiap mahasiswa yang telah terbiasa dengan berpikir
matematika maka akan istiqamah dalam menjalankan kebenaran. Misalkan sikap
istiqamah seorang mahasiswa dalam menutup aurat, seperti pakaian yang
digunakan tidak transparan, kemudian tetap semangat dan tidak malas dalam
belajar matematika, karena mahasiswa tersebut sadar akan pentingnya belajar
matematika dengan tanpa kenal lelah dan tak mengenal kamus menyerah. Oleh
karena itu, setiap materi aljabar harus dapat menanamkan nilai istiqamah ini untuk
membentuk tata nalar dan kepribadian mahasiswa. Sehingga dapat terbentuk
mahasiswa yang mempunyai sikap keberagamaan yang mengarah kepada
pembentukan manusia ahli pikir dan zikir, dapat menjadi uswah hasanah bagi anak
didiknya sehingga tujuan pendidikan nasional dan kompetensi Prodi tadris
Matematika dapat terwujud.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan tujuan untuk mendeskripsikan sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris
matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe melalui pembelajaran aljabar
berbasis nilai-nilai akhlak.
B.Metodologi Penelitian
Tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah mahasiswa Prodi Tadris
Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Pemilihan lokasi ini didasarkan
pada pertimbangan sebagai berikut: (1). Mahasiswa sudah menguasai konsep
aljabar sekolah. (2). Matakuliah agama diberikan pada kurikulum hampir 50%. (3).
Rekutmen awal ada tes baca Al-Qur’an dan (4). Mahasiswa hampir 50% berasal
dari pesantren dan Madrasah Aliyah.
Penelitian ini berusaha mendeskripsikan pembelajaran aljabar berbasis nilai-
nilai akhlak untuk meningkatkan sikap keberagamaan mahasiswa prodi Tadris
Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Data yang dikumpul dalam
penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penjelasan tentang pembelajaran aljabar
berbasis nilai-nilai akhlak untuk meningkatkan sikap keberagamaan mahasiswa
prodi tadris matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Penelitian ini lebih
menekankan pada proses pembelajaran daripada hasil akhir pembelajaran itu
Rosimanidar 146
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
sendiri, maksudnya proses pembelajaran yang baik akan memberikan hasil akhir
yang baik pula. Pembelajaran akan berlangsung dalam setting alami. Data hasil
penelitian berupa kata-kata dan dipaparkan sesuai dengan kejadian dalam
penelitian dan analisis data dilakukan secara induktif. Dalam penelitian ini, peneliti
merencanakan dan merancang pembelajaran aljabar. Peneliti adalah instrumen
utama, karena peneliti yang merencanakan, merancang, mengumpulkan data,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan membuat laporan.
Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini
termasuk kedalam penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan
salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru
dilapangan. Singkatnya penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis
yang dilakukan dikelas dan bertujuan memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah bersumber dari hasil
angket mahasiswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah satu kelas mahasiswa
semester 1 (satu) unit 1 Prodi Tadris Matematika STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe Tahun Akademik 2015/2016. Angket dimaksudkan untuk
mengetahui peningkatan sikap keberagamaan semua mahasiswa terhadap
pembelajaran yang telah mereka ikuti. Angket diberikan setelah semua tindakan
berakhir. Tiap instrumen disediakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju,
setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Untuk skor tiap butir instrumen
berbeda sesuai dengan sifat butir instrumen, yaitu positif atau negatif. Butir-butir
instrumen yang bersifat positif memiliki urutan 4,3,2,1, artinya jika responden
memilih jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Sedangkan untuk instrumen
yang bersifat negatif memiliki urutan 1,2,3,4, artinya jika responden memilih
jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4.
Adapaun teknik analisis data yang digunakan adalah model air (flow
model) meliputi kegiatan(1) mereduksi data.(2) menyajikan data, dan(3) menarik
kesimpulan serta verifikasi. Pengecekan keabsahan data akan digunakan teknik
kriteria derajat kepercayaan yang dikembangkan oleh moleong yaitu(1)
Triangulasi,( 2) Ketekunan pengamatan dan (3) Pemeriksaan sejawat.
Sedangkan tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah (1)
Tahap pra tindakan yang terdiri dari refleksi awal, menetapkan dan merumuskan
jenis tindakan dan (2) Tahap pelaksanaan tindakan. Yang dilakukan pada tahap ini
adalah meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) yang akan membentuk suatu
147 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
siklus. Siklus ini akan dilakukan terus menerus sampai kriteria yang ditetapkan
dalam setiap tindakan tercapai.
Kriteria keberhasilan untuk penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika
sikap keberagamaan dengan kriteria baik.
C.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data yang diperoleh dari penelitian tentang sikap keberagamaan
mahasiswa dari angket adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Skor Angket Sikap Keberagamaan
Mahasiswa
No Responden Skor Klasifikasi
1 AR 49 Baik
2 AF 42 Baik
3 EM 48 Baik
4 JF 45 Baik
5 TR 46 Baik
6 RMS 48 Baik
7 IM 49 Baik
8 DAH 48 Baik
9 Ma 48 Baik
10 RS 50 Sangat Baik
11 HN 49 Baik
12 MU 45 Baik
13 NS 46 Baik
14 Try 45 Baik
15 RR 49 Baik
16 ES 47 Baik
17 RM 51 Sangat Baik
18 Ku 44 Baik
19 Sa 46 Baik
20 RA 44 Baik
21 Zu 44 Baik
Sumber Data: Data Olahan Peneliti, 2015
Instrumen yang dipakai untuk mengukur sikap keberagamaan terdiri dari 15
pertanyaan, yang masing-masing item mempunyai empat alternatif jawaban dengan rentang
skor 4-1 untuk pernyataan positif dan skor 1-4 pernyataan negatif. Skor harapan terendah
Rosimanidar 148
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
adalah 15 sedangkan total skor harapan tertinggi adalah 60. Berdasarkan total skor harapan
tersebut dapat ditentukan interval skor masing-masing kelas atau jenjang yang
menggambarkan sikap keberagamaan mahasiswa yang terdiri dari empat tingkatan yaitu
mampu melaksanakan dengan sangat baik, baik, cukup dan kurang.
Data sikap keberagamaan yang dikumpulkan dari responden sebanyak 21 secara
kuantitatif menunjukkan bahwa skor minimum yang didapat adalah 15 dan skor total
maksimumnya adalah 60. Rentang jumlah skor maksimum yang mungkin diperoleh adalah
60-15= 45. Interval kelas sebanyak empat, maka lebar kelas intervalnya adalah 45 : 4
=11,25=11.
Dari hasil angket, dapat dibuat distribusi frekuensi untuk variabel Sikap
keberagamaan sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Keberagamaan
No Kriteria Interval Jumlah Persentase
(%)
1. Sangat baik 50 -60 2 9,5
2. Baik 39 –49 19 90,5
3. Cukup 28-38 0 0
4 Kurang 15-27 0 0
Total 21 100
Gambar 1. Grafik Sikap Keberagamaan
Data dari tabel 2 dan gambar 1 di atas menunjukkan bahwa 21 responden
90,5% sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe sesudah diterapkan pembelajaran aljabar berbasis
nilai-nilai akhlak dengan kriteria baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
149 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe pada dimensi akhlak diterapkan pembelajaran aljabar berbasis nilai-
nilai akhlak dengan kriteria baik.
Berikut akan iuraikan hasil perhitungan kuesioner sikap keberagamaan mahasiswa
pada dimensi akhlak yaitu nilai hablun minannas, yaitu nilai-nilai yang harus
dikembangkan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan diri sendiri (hablun minannafsi).
1.Akhlak Hablun Minannas
a. Sikap Tolong Menolong
Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai nilai tolong
menolong, rata-rata sikap mahasiswa memiliki persentase tertinggi 90,5% dalam katagori
setuju. Hal ini berarti 90,5% mahasiswa setuju apabila ada teman mendapat kesusahan,
maka ikut merasakan kesedihan teman dan berusaha membantunya.
b.Sikap Rasa Hormat dan Memberi Perhatian
Rata-rata sikap mahasiswa untuk memiliki rasa hormat persentase tertinggi
57,14% dalam katagori setuju. Hal ini berarti 57,14% mahasiswa setuju ketika sedang
asyik mengerjakan tugas kuliah, ibu meminta membelikan sesuatu, maka akan segera
membelikannya.
Sikap memberi perhatian, rata-rata sikap mahasiswa memiliki persentase tertinggi
76,19% dalam katagori sangat setuju. Hal ini berarti 76,19% mahasiswa sangat setuju
memperhatikan dosen disaat menjelaskan materi perkuliahan.
2.Akhlak Hablun Minannafsi
a.Sikap Teliti, Cermat dan Hemat
Rata-rata sikap mahasiswa untuk teliti memiliki persentase tertinggi 52,4% dalam
katagori tidak setuju. Hal ini berarti 52,4% mahasiswa tidak setuju merasa bisa
menyelesaikan soal-soal aljabar, tetapi jawabannya masih salah, dikarenakan terburu-buru
ingin cepat mengumpulkan lembar jawaban. Sedangkan yang sangat setuju dan setuju
totalnya 47,6%, jadi 52,4% mahasiswa sudah terbiasa teliti.
Sikap mahasiswa mengenai sikap cermat, rata-rata sikap mahasiswa untuk
memiliki persentase tertinggi 61,9% dalam katagori setuju. Hal ini berarti 61,9%
mahasiswa setuju bahwa pada saat menyelesaikan soal-soal aljabar, perlu memikirkan dulu
konsep apa yang akan digunakan bisa menyelesaikan soal-soal aljabar.
Sikap mahasiswa mengenai sikap hemat, rata-rata mahasiswa memiliki persentase
tertinggi 57,2% dalam katagori tidak setuju. Hal ini berarti 57,2% tidak setuju dan 9,5%
sangat tidak setuju bahwa setiap tahun membeli sepasang sepatu baru. Jadi ada 66, 7%
mahasiswa terbiasa hidup hemat.
b. Sikap Kerja Keras, Tekun dan Ulet
Rosimanidar 150
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
Hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai sikap kerja keras, rata-
rata sikap kerja keras mahasiswa memiliki persentase tertinggi 61,9% dalam katagori
setuju. Hal ini berarti 61,9% setuju bahwa penasaran kalau ada soal aljabar yang belum
bisa diselesaikan, yang menunjukkan adanya sikap berusaha pantang menyerah terhadap
sesuatu hal.
Sikap mahasiswa mengenai sikap tekun, rata-rata sikap tekun mahasiswa memiliki
persentase tertinggi 57,1% dalam katagori setuju dan 38,1% sangat setuju. Hal ini berarti
95,2 % jika ada soal yang tidak bisa dikerjakan, mahasiswa akan membaca buku dan
berdiskusi dengan teman. Hal ini menunjukkan sikap tekun mahasiswa dalam mengerjakan
sesuatu.
Hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai sikap ulet, rata-rata sikap
ulet mahasiswa memiliki persentase tertinggi 47,6% dalam katagori setuju dan 42,9%
sangat setuju. Hal ini berarti 90,5 % mahasiswa berdo’a dan menyerahkan hasilnya kepada
Allah setelah menyelesaikan soal-soal aljabar. Mahasiswa pada katagori ini telah
menerapkan sikap tawakal dan bersungguh-sungguh dengan usahanya.
c. Sikap Jujur, Tegas dan Tanggung Jawab
Hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai sikap jujur, rata-rata sikap
jujur mahasiswa memiliki persentase tertinggi 76,2% dalam katagori tidak setuju
menyontek jawaban teman kalau ada soal yang tidak bisa diselesaikan.
Sikap tegas mahasiswa memiliki persentase tertinggi 81% dalam katagori setuju
berusaha menyelesaikan tugas kuliah secara sistematis. Sedangkan rata-rata sikap tegas
mahasiswa memiliki persentase tertinggi 66,7% dalam katagori setuju kalau dosen belum
hadir, tetap menunggu dosen sampai selesai jam perkuliahan.
d. Sikap Pantang Menyerah dan Percaya Diri
Sikap mahasiswa mengenai sikap pantang menyerah, rata-rata sikap pantang
menyerah mahasiswa memiliki persentase tertinggi 71,4% dalam katagori setuju setiap soal
aljabar yang diberikan, pasti ada penyelesaiannya. Sedangkan rata-rata sikap percaya diri
mahasiswa memiliki persentase tertinggi 81% dalam katagori setuju setiap tugas kuliah
tidak dikerjakan di kampus.
e. Sikap Disiplin
Hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai sikap disiplin, rata-rata
sikap disiplin mahasiswa memiliki persentase tertinggi 52,4% dalam katagori sangat setuju
sudah hadir ke ruang kuliah sebelum dosen hadir.
Sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe sesudah diterapkan pembelajaran aljabar berbasis
nilai-nilai akhlak dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
aljabar diharapkan tidak hanya mempersiapkan mahasiswa secara kognitif tetapi
juga pembentukan sikap. Pembentukan sikap tersebut yaitu sikap keberagamaan
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-
151 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
rata sikap keberagamaan mahasiswa setelah tindakan dalam katagori baik yang
terkait terkait nilai-nilai akhlak hablun minannas yaitu nilai tolong menolong dan
rasa hormat dan perhatian, sedangkan nilai yang berhubungan dengan hablun
minannafsi (diri sendiri).yaitu teliti, hemat & cermat, kerja keras, tekun & ulet,
jujur, tegas & bertanggung jawab, pantang menyerah & percaya diri serta disiplin.
Pada saat pembelajaran berlangsung mahasiswa termotivasi untuk belajar aljabar
karena lebih terkesan. Meskipun karena jumlah pertemuan terbatas membatasi
mahasiswa dalam memahami nilai-nilai akhlak yang dapat
diinternalisasikan.Penerapan nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran dapat
membentuk kompetensi kepribadian mahasiswa sebagai calon guru yang akan
menjadi teladan bagi anak didiknya kedepan. Sebagaimana tercantum dalam
Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan mata pelajaran matematika di sekolah
khususnya pada jenjang SMP sebagai persiapan calon pendidik bagi mahasiswa, salah
satunya adalah: memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dan tujuan dari pembelajaran aljabar
adalah (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola
pikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan (2) Mempersiapkan siswa
meggunakan aljabar dan pola pikir aljabar dalam kehidupan sehari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan (Soedjadi, 2000: 43).
D.Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan bahwa dapat disimpulkan hal-
hal berikut.
1.Nilai-nilai akhlak terkait dengan hablun minannas yaitu nilai tolong menolong
dan rasa hormat dan perhatian, sedangkan nilai yang berhubungan dengan hablun
minannafsi (diri sendiri).yaitu teliti, hemat & cermat, kerja keras, tekun & ulet,
jujur, tegas & bertanggung jawab, pantang menyerah & percaya diri serta disiplin
yang dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar melalui kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
2.Pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak dapat membentuk sikap
keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe.
Rosimanidar 152
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
3.Sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe melalui pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak dengan
kriteria baik.
Daftar Pustaka
Abdusysyakir. (2007). Ketika Kyai mengajar matematika. Malang:UIN-Malang Press.
Adinawan, M. Cholik & Sugijono.(2000). Matematika untuk SMP Kelas VIII.
Jakarta:Erlangga.
Anni, Catharina Tri. (2005). Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri
Semarang.
Arikunto, Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
As’ari, A. R. 2000. Mengapa Perlu Penelitian Tindakan. Makalah disampaikan dalam
pelatihan Action Research tingkat Nasional bagi srtuktur inti. Jakarta: Cipete.
Asmani, Jamal. M. (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan). Yogyakarta:DIVA Press.
Bakar, Abu Aceh. (1963). Mutiara Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.
Barnett Rich dan Philip A. Schmidt. (2002). Aljabar Elementer Schaum’s outlines. Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Bishop, Alan. dkk. (2000). Values in Mathematics Education: Making Values
Teaching Explisit in the Mathematics Classroom.
Bodiono, Eddy, Mencari Roh PAKEM, Majalah Teachers Guide edisi No. 10 tahun ke
IV,http:// teachers guideonline.blogspot.com, diakses tanggal 8 Oktober 2011.
Chasanah, Siti Uswatul. (2006). Internalisasi Nilai-nilai Agama Islam Dalam Pembinaan
Mental Melalui Pembiasaan Dan Keteladanan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah: UIN
Malang.
Depdiknas. (2007). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran: Mata
Pelajaran Matematika, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Indrawati dkk. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreaktif, Efektif dan Menyenangkan. Jakarta:
PPPPTK IPA Program BERMUTU.
John Bird. (2004). Matematika Dasar (Teori dan Aplikasi Praktis). Edisi Ketiga.
Jakarta:Erlangga.
Lithanta, Agus. Alat Peraga perkalian Model Matrik sebagai media Pembelajaran
Matematika yang Menyenangkan, http://www.docstoc.com, di akses
tanggal 25 juli 2011.
Lusia Riyati Maningrum.(2007). Keefektifan Penerapan Pendekatan PAKEM
dengan Media CD Interaktif Dalam Pembelajaran Matematika Sub Pokok
Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran Pada Siswa Kelas VIII SMP
153 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak
Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016
Pangudi Luhur Giriwoyo Wonogiri. Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Maleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosda
Karya.
Nuharini, Dewi, dkk. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasi untuk /MTs Kelas
VIII. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas.
Rosimanidar. (2010). Pembelajaran Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Melalui
Pendekatan Kontekstual Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP/MTs
Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara. Laporan Penelitian : Dana APBN-P.
STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.
Rahaju, Endah.B, dkk. (2008). Matematika Contextual Teaching and Learning
untuk SMP/MTs Kelas VIII. Edisi 4. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas.
Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung:Alfabeta.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Setiawan. (2004). Pembelajaran Trigonometri Berorientasi PAKEM di SMA.
Penulisan Modul Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: Depdiknas
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika.
Sri Neni. (2012). Penerapan Pembelajaran Model PAKEM untuk Meningkatkan
prestasi Belajar Siswa pada Mata pelajaran Matematika konsep Kubus,
Jurnal UMP.
Supartono. (2006). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik untuk
Materi Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 1 Bubulan Bojonegoro. Mathedu ;
Volume 1 No. 2. Surabaya: Program Studi Pendidikan Matematika PPS-UNESA.
Supinah. (2009). Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Yogyakarta:
Depdiknas.
USAID. (2006). Asyik Belajar Dengan PAKEM: Matematika. Jakarta: Program MBE.