Post on 28-Oct-2021
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AUTENTIKASI KRIM SARANG BURUNG
WALET DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SDS-PAGE
SKRIPSI
M.A.W.KHAIRURRIJAL
1111102000102
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
OKTOBER 2015
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AUTENTIKASI KRIM SARANG BURUNG
WALET DENGAN MENGGUNAKAN METODE
SDS-PAGE
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
M.A.W.KHAIRURRIJAL
1111102000102
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
OKTOBER 2015
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : M.A.W. Khairurrijal
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Autentikasi Krim Sarang Burung Walet dengan
Menggunakan Metode SDS-PAGE
Salah satu produk kosmetik sebagai pencerah kulit yang beredar dan banyak
digunakan dimasyarakat adalah krim sarang burung walet. Krim sarang burung
walet dipasaran memiliki harga yang bervariatif, maka tidak menutup
kemungkinan tindak kecurangan seperti pemalsuan dalam penggunaan sarang
burung walet yang digunakan untuk sediaan krim. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keaslian kandungan sarang burung walet dalam produk krim sarang
burung walet yang beredar dimasyarakat menggunakan metode SDS-PAGE.
Tahap awal penelitian, penyiapan sampel krim sebanyak 6 buah sampel dan
pembuatan krim pembanding. Ekstraksi protein dari sediaan krim dengan metode
partisi menggunakan kloroform dan presipitasi dengan aseton. Hasil ekstraksi
protein di uji kualitatif protein yang selanjutnya dianalisis dengan SDS-PAGE
untuk menentukan berat molekulnya. Hasil penelitian memperlihatkan tiga pita
protein pada sampel krim C1 dengan bobot molekul sebesar 130,7296 kDa,
114,1799 kDa, dan 87,1005 kDa serta krim pembanding memperlihatkan enam
pita protein dengan bobot molekul sebesar 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, 53,5053
kDa, 43,0864 kDa, 38,6646 kDa, dan 14,2006 kDa, sedangkan 5 sampel yang lain
tidak memperlihatkan pemisahan pita protein. Berdasarkan hasil tersebut sampel
krim C1 diduga mengandung sarang burung walet.
Kata kunci : krim sarang burung walet, SDS-PAGE, ekstraksi, protein
vii
ABSTRACT
Name : M.A.W.Khairurrijal
Study Program : Pharmacy
Title : The Walet’s Bird Nest Cream Authentication Test using SDS-
PAGE Method
The Walet’s Bird Nest Cream is a cosmetic skin lightening product that has
widely been used by people. In the market, such cream has a varying price which
makes it possible that there has been made some counterfeiting modifications in
the contents of making the cream. This study aims to determine the authenticity of
the content in the walet’s bird nest cream that has widely been used in the
community using the SDS-PAGE method. First of all, a total of 6 cream
preparation samples were made for comparison. The protein extract from the
cream using the partition method used chloroform 3 x 15 ml and precipitation
with acetone. The protein extract result on the next protein qualitative test was
analyzed using SDS-PAGE to etermine the molecular weight. The results showed
that there were 3 protein bands on the C1 cream sample with a molecular weight
of 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, and 87,1005. While the comparison cream had 6
protein bands with a molecular weight of 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, 53,5053
kDa, 43,0864 kDa, 38,6646 kDa, and 14,2006 kDa, the other 5 samples didn’t
show any separation of protein bands. Based on the results of the C1 cream
samples, it has been suspected that it contains bird nest
Keywords: The walet’s bird nest cream, SDS-PAGE, extraction, protein
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan salam untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
petunjuk bagi umat manusia. Skripsi dengan judul “Uji Autentikasi Krim Sarang
Burung Walet dengan Menggunakan Metode SDS-PAGE” ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak,dari masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini terasa sangat sulit
bagisaya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkanterima kasih kepada :
1. Ibu Lina Elfita, M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama dan Ibu Nelly
Suryani Ph.D., Apt. selaku pembimbing kedua, yang memiliki andil besar
dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi saya ini, semoga segala
bantuan dan bimbingan Ibu mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya.
2. Bapak Dr.H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yardi, Ph.D., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama
saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepada kedua orang tua penulis Bapak Asep Saepulrohman dan Ibu Iim
Pupun Maspupah,serta keluarga besar penulis yang selalu memberikan
dukungan moril, materil, dan spiritual hingga selesainya skripsi ini. Tiada
apapun di dunia ini yang dapat membalas semua kebaikan yang telah kalian
berikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan surga-Nya.
ix
6. Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Apt., Ph.D. selaku pembimbing akademik yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan segala persoalan terkait akademik
selama perkuliahan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada Kak Yaenap, Kak Eris, Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Rahmadi, dan
Mbak Rani yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis selama
penelitian di kampus.
8. Rahmi Sertiana dan Ageng Hasna Fauziyah, teman seperjuangan meneliti
sarang burung walet, yang saling menguatkan disaat sulit dan tempat bertukar
pikiran selama penelitian.
9. Untuk sahabat-sahabat “The Kont” yang selalu mendukung, memberi
masukan, dukungan doa, dan semangat. Tidak lupa juga untuk Aska, Sutar,
Ida Ayu, Ati, Oci, Ambar, Dijah, Happy, Fajrina, Galih, dan Ipul.
10. Teman-teman seperjuangan “Beng-beng” dan seluruh keluarga besar Farmasi
angkatan 2011, atas kebersamaan, persaudaraan, dan pengalaman indah
selama menempuh perkuliahan.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, dan masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya ilmu dan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan ke masa mendatang.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan semoga
segala bantuan yang telah diberikan penulis akan mendapat balasan, rahmat dan
ridho dari Allah SWT, serta dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan para
pembaca umumnya, Aamiin.
Wassalamu’alaikum Waromatullahi Wabarokatuh
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
HALAMAN PERETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ......................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1 Krim ............................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Krim ................................................................. 5
2.1.2 Macam-Macam Krim......................................................... 5
2.1.3 Pencerah Kulit Wajah ........................................................ 6
2.1.4 Preformulasi ....................................................................... 7
2.2 Sarang Burung Walet Putih(Collocalia fuciphaga) .................... 11
2.2.1 Klasifikasi Sarang Burung Walet Putih (Collocalia
fuciphaga) .......................................................................... 11
2.2.2 Sarang Burung Walet ......................................................... 12
2.2.3 Penelitian Ilmiah Khasiat Ekstrak Sarang Burung Walet... 13
2.2.4 Kandungan Sarang Burung Walet ...................................... 14
2.3 Protein............................................................................................ 15
2.3.1 Struktur Protein .................................................................. 15
2.3.2 Analisis Kualitatif Protein ................................................. 16
2.3.3 Analisis Profil Protein Dengan Elektroforesis ................... 17
xii
2.3.4 Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrilamide Gel
Electrophoresis (SDS-PAGE) ........................................... 18
2.4 Teknik Sampling ........................................................................... 20
2.4.1 Definisi Sampel dan Sampling .......................................... 20
2.4.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 20
BAB 3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 23
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 23
3.2.1 Alat Penelitian .................................................................... 23
3.2.2 Bahan Penelitian ................................................................. 23
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 23
3.3.1 Perolehan Sampel Krim ..................................................... 23
3.3.2 Determinasi Sarang Burung Walet .................................... 24
3.3.3 Preparasi Sarang Burung Walet ......................................... 24
3.3.4 Ekstraksi Protein Pada Sarang Burung Walet ................... 24
3.3.5 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet ............... 25
3.3.6 Pembuatan Krim Pembanding dari Sarang Burung Walet 25
3.3.6.1 Pembuatan Bahan Dasar Krim.............................. 26
3.3.6.2 Pembuatan Krim dari Ekstrak Sarang Burung
.Walet .................................................................... 26
3.3.7 Ekstraksi Protein dari Sediaan Krim ................................. 26
3.3.8 Analisis Kualitatif Protein ................................................. 26
3.3.9 Analisis Profil Protein dari Sediaan Krim Menggunakan
SDS-PAGE ........................................................................ 26
3.3.9.1 Penentuan Berat Molekul Protein ......................... 27
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 29
4.1 Determinasi dan Ekstraksi Sarang Burung Walet ......................... 29
4.2 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet .......................... 29
4.3 Pembuatan Krim Sarang Burung Walet ........................................ 32
4.4 Ekstraksi Protein dari Sediaan Krim ............................................. 33
4.5 Uji Kualitatif Protein ..................................................................... 33
4.6 Analisis Protein dengan Metode SDS-PAGE ................................ 35
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 41
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 41
5.2 Saran .............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42
LAMPIRAN ......................................................................................................... 47
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Formulasi Sediaan Krim ............................................................... 25
Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif .................................................................................. 30
Tabel 3. Formulasi Krim Sarang Burung Walet ................................................... 32
Tabel 4. Hasil Uji Kualitatif Reaksi Biuret ........................................................... 34
Tabel 5. Jarak Pita dan Berat Molekul Marker ..................................................... 37
Tabel 6. Jarak Pita dan Berat Molekul Krim Sarang Burung Walet ..................... 38
Tabel 7. Hasil SDS-PAGE Ekstrak Sarang Burung Walet Penelitian Elfita dan
Liu et al. .................................................................................................. 40
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Burung Walet Putih ............................................................................. 12
Gambar 2. Skema SDS-PAGE .............................................................................. 19
Gambar 3. Alur Kerja SDS-PAGE ........................................................................ 20
Gambar 4. Ekstrak Air Sarang Burung Walet ....................................................... 29
Gambar 5. Reaksi Biuret ....................................................................................... 31
Gambar 6. Reaksi Molisch .................................................................................... 31
Gambar 7. Uji Homogenitas ................................................................................. 32
Gambar 8. Hasil Optimasi Gel Elektroforesis....................................................... 36
Gambar 9. Kurva Regresi Linier Gel .................................................................... 37
Gambar 10. Hasil Elektroforesis ........................................................................... 38
xv
DAFTAR ISTILAH
EBN : Edible Bird’s Nest
EGF : Epidermal Growth Factor
SDS-PAGE : Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrilamide Gel Electrophoresis
TEMED : Tetramethylethylenediamine
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alur Penelitian ................................................................................ 46
Lampiran 2. Pengambilan Sampel Krim ............................................................. 47
Lampiran 3. Alur Ekstraksi Sarang Burung Walet ............................................. 48
Lampiran 4. Alur Ekstraksi Protein dalam Krim ................................................ 49
Lampiran 5. Analisis Profil Protein dengan SDS-PAGE ................................... 50
Lampiran 6. Hasil Determinasi Sarang Burung Walet ....................................... 51
Lampiran 7. Perhitungan Rendeman Ekstrak Air Sarang Burung Walet ............ 52
Lampiran 8. Bahan Pereaksi untuk SDS-PAGE ................................................. 53
Lampiran 9. Data Terkait Analisis Profil Protein dengan SDS-PAGE ............... 55
Lampiran 10. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 58
1
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kosmetik saat ini telah menjadi bagian dalam hidup masyarakat. Tujuan
utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk meningkatkan
daya tarik dan rasa percaya diri. Penggunaannya semakin meningkat dalam
dekade terakhir baik itu macam ataupun jumlahnya (Tranggono & Fatma, 2007).
Pencerah kulit adalah produk yang ditujukan untuk mencerahkan atau
menghilangkan pewarnaan kulit yang tidak diinginkan. Produk ini bekerja dengan
cara berpenetrasi ke dalam kulit dan mengganggu produksi pigmen oleh sel kulit.
Di Indonesia produk pencerah kulit sangat disukai dan banyak digunakan serta
bahan–bahan yang dapat digunakan sebagai pencerah banyak diteliti dan
dikembangkan (Purnamasari, 2008). Salah satu bahan pencerah yang beredar di
masyarakat adalah krim sarang walet. Produk krim sarang walet ini sudah banyak
beredar dan banyak digunakan oleh masyarakat. Hal ini karena produk berbahan
baku dari alam mulai diminati penggunaannya oleh masyarakat Indonesia karena
tingkat keamanannya yang lebih baik. Selain dalam bentuk krim, sarang walet ini
telah digunakan dalam produk lotion, masker, mixed congee, dan lain–lain (Zhang
et al., 2012 dalam Marni S. et al., 2014).
Walet merupakan burung yang dapat membuat sarangnya sendiri
menggunakan air liurnya. Sarang yang dihasilkan tersebut bersifat edible nest atau
sarang yang dapat dimakan dan biasa disebut dengan edible bird’s nest (EBN).
EBN terdiri dari komponen glikoprotein yang bernilai tinggi, kaya dengan asam
amino, karbohidrat, kalsium, natrium, dan kalium(Norhayati et al., 2010).
Biasanya, orang mengkonsumsi sarang walet untuk kesehatan, daya tahan tubuh
yang baik dan prestise. Sebagai sumber yang kaya asam amino, karbohidrat, dan
garam mineral, sarang walet juga telah digunakan selama ratusan tahun sebagai
suplemen kesehatan yang penting dalam obat–obatan tradisional Cina.
Penggunaannya termasuk sebagai pengobatan untuk kekurangan gizi,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan metabolisme
tubuh(Zainab etal., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Zainab et al. (2013),
sarang burung walet memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu sekitar 59,8%
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- 65,8%. Selain itu karbohidrat 8,5% - 65,4% dan lemak 0,01% - 0,07%,
sedangkan kadar air dan kadar abu yang dimiliki sarang burung walet sebesar
5,58% - 13,88%.
Di Indonesia, ada 3 jenis burung walet yang dapat mengasilkan EBN yaitu
walet sarang putih (Collocalia fuciphaga), walet sarang hitam (Collocalia
maxima), dan walet linci atau seriti (Collocalia linchi) (Lau dan Melville, 1994;
Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Sarang burung walet yang digunakan dalam
komponen bahan produk kosmetik krim pencerah kulit adalah walet sarang putih
(Collocalia fuciphaga). Sarang putih yang dihasilkan oleh walet Collocalia
fuciphaga merupakan sarang yang paling mahal dibandingkan dengan sarang jenis
lainnya (Soehartono dan Mardiastuti, 2003; Abdul Kadir, 2011). Kelebihan lain
walet putih adalah tidak sukar dirumahkan tidak seperti jenis walet yang
lain(Panduan Lengkap Walet, 2011).
Krim sarang walet yang beredar di pasaran memiliki harga yang bervariatif.
Dengan harga sarang walet putih yang cukup mahal, maka tidak menutup
kemungkinan adanya tindak kecurangan seperti adanya pemalsuan dalam
penggunaan sarang walet putih yang digunakan untuk sediaan krim, sehingga
harus dilakukan analisis lebih lanjut untuk membuktikan hal itu. Oleh karena itu,
peneliti tertarik dalam uji autentikasi pada sediaan krim walet yang beredar di
masyarakat.
Pada penelitian ini, uji autentikasi krim sarang walet dilakukan dengan
menggunakan SDS-PAGE. Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrilamide Gel
Elektroforesis (SDS-PAGE) adalah teknik untuk memisahkan rantai polipeptida
pada protein berdasarkan kemampuannya untuk bergerak dalam arus listrik, yang
merupakan fungsi dari panjang rantai polipeptida atau berat molekulnya (Hemes,
1998). Metode SDS-PAGE digunakan karena kemampuannya untuk menganalisis
sampel yang baik walaupun masih didapati pewarna atau bahan tambahan pada
sampel yang dianalisis (Saputra FR, 2014). Selain itu, penggunaan metode SDS-
PAGE hanya sebatas melihat profil protein sarang burung walet telah dilakukan
oleh penelitian-penelitiaan sebelumnya. Pada penelitian Liu et al. pada tahun 2012
menunjukan bahwa protein dari sarang burung walet yang berasal dari Malaysia,
Thailand, Indonesia, dan Vietnam memiliki berat molekul berkisar antara 128 kDa
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
– 20 kDa. Pada penelitian Elfita tahun 2013 menunjukan bahwa sarang burung
walet yang berasal dari Painan, Sumatera Barat, memiliki protein dengan berat
molekul 147,2 kDa, 142,4 kDa, 133,4 kDa, 73,3 kDa, 66,2 kDa, dan 37,7 kDa.
Begitu pula penelitian Metharezqi tahun 2014 menunjukan bahwa sarang burung
walet yang berasal dari Kediri, Jawa Timur memiliki protein dengan berat
molekul 96,6276 kDa, 67,0907 kDa, 48,5096 kDa, 10,8217 kDa, 9,5826 kDa, dan
7,5137 kDa.
Analisis terhadap krim sarang burung walet dilakukan dengan melihat
karakteristik pemisahan pita protein sarang walet hasil ekstraksi protein dari
sampel sediaan krim, dengan melakukan perhitungan bobot molekul pita-pita
pemisahan protein berdasarkan jarak perpindahannya (Rf) kemudian
dibandingkan dengan profil protein hasil ektraksi protein krim pembanding dan
ekstrak sarang burung walet.
1.2. Rumusan Masalah
Banyaknya manfaat sarang brung walet di bidang kesehatan dan tingginya
permintaan akan sarang burung walet, serta ketersediaan yang terbatas tidak
menutup kemungkinan dilakukan pemalsuan atau pencampuran terhadap produk-
produk sarang burung walet. Oleh karena itu, perlu dianalisis produk-produk
sarang burung walet salah satunya yaitu krim pencerah sarang burung walet.
Analisis tentang autentikasi terhadap krim sarang walet belum pernah dilakukan
sebelumnya, sehingga peneliti akan menganalisis tentang autentikasi produk krim
sarang burung walet yang beredar di masnyarakat dengan menggunakan metode
SDS-PAGE.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keaslian kandungan sarang
burung walet yang terdapat dalam produk kosmetik sediaan krim sarang burung
walet yang beredar di masyarakat.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.4. Manfaat Penelitian
Dapat memberikan informasi dan wawasan pengetahuan kepada
masyarakat akan kehati–hatian dalam pembelian dan penggunaan krim pencerah
kulit dari sarang burung walet yang dibeli secara online.
5
5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Krim
2.1.1 Pengertian
Definisi krim menurut Farmakope Indonesia Edisi IV adalah
bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah krim
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi
relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak (A/M) atau
minyak dalam air (M/A) (Depkes RI, 1995).
2.1.2 Macam–Macam Krim
Krim mengandung paling sedikit dua fase yang tidak
bercampur antara satu dengan yang lainnya, yaitu fase hidrofil (air)
dan fase lipofil (minyak). Komponen yang terdistribusi dalam suatu
emulsi dinyatakan sebagai fase terdispersi atau fase dalam.
Komponen yang mengandung cairan terdispersi dinyatakan sebagai
bahan pendispersi atau fase luar atau fase kontinu (Ansel, 1989).
A. Emulsi Minyak dalam Air (M/A)
Ketika fase lipofil (fase minyak) didispersikan sebagai globul–
globul kedalam fase hidrofil (fase air) maka disebut emulsi minyak
dalam air (M/A).
Penerimaan yang tinggi terhadap emulsi M/A didasarkan pada
alasan–alasan berikut:
a. Terasa ringan dan tidak berminyak saat diaplikasikan.
b. Menunjukan penyebaran dan penyerapan pada kulit yang
cukup baik.
c. Memberikan efek dingin karena penguapan fase air
eksternal (Buchman, 2001).
B. Emulsi Air dalam Minyak (A/M)
Ketika fase hidrofil terdispersi dalam fase lipofil maka disebut
emulsi air dalam minyak (A/M). Keuntungan penggunaan emulsi
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jenis air dalam minyak ini antara lain :
a. Melindungi kulit secara efisien dengan membentuk lapisan
minyak pada kulit setelah digunakan.
b. Melembutkan kulit dengan cara mengurangi penguapan air
pada kulit sehingga dapat membentuk penghalang semi
oklusif.
c. Meningkatkan penetrasi ke dalam stratum korneum yang
bersifat lipofilik terutama untuk pembawa zat aktif yang
bersifat lipofilik.
d. Menurunkan resiko pertumbuhan mikroba.
e. Mencair pada suhu yang rendah (khusus untuk produk
olahraga musim dingin) (Paye et al., 2001).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang
dioleskan ke bagian kulit badan. Kelebihan sediaan krim dalam
pengobatan luka, yaitu mudah menyebar secara rata, pemakaian praktis,
mudah dibersihkan atau dicuci, tidak lengket, memberikan rasa dingin.
Kekurangan sediaan krim adalah susah dalam pembuatannya karena
pembuatan krim harus dalam keadaan panas (Irma, 2014).
2.1.3 Pencerah Kulit Wajah
Pencerah kulit adalah produk yang ditunjukan untuk mencerahkan
atau menghilangkan pewarnaan kulit yang tidak diinginkan. Produk ini
didesain untuk bekerja dengan cara berpenetrasi ke dalam kulit dan
mengganggu produksi pigmen oleh sel kulit (Purnamasari, 2008). Prinsip
utama dari produk pencerah kulit ialah menghambat pembentukan
melanin. Tirosinase merupakan enzim yang berfungsi mengatur
biosintesis melanin. Pembentukan melanin dapat dihambat dengan cara
menurunkan sintesis tirosinase, menurunkan transfer tirosinase, dan
menghambat aktivitas tirosinase (Avanti, 2002 dalam Hartanti dan
Setiawan 2009).
Ada beragam jenis bahan aktif pencerah kulit diantaranya,
hidrokuinon, merkuri, bahan–bahan dari alam seperti kojic acid, licorice,
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bearberry, arbutin, paper mulberry, ascorbic acid, melatonin, glycolic
acid, aloesin, niacinamide, azelaic acid, dan bahan lain seperti retinoid
(Draelos, 2005 dalam Nur Hayati, 2013). Dari beberapa bahan ini,
penggunaan hidrokuinon dan merkuri sangat banyak di masyarakat
sebagai krim pencerah. Namun, kadar yang digunakan melebihi batas
normal, tidak sesuai dengan aturan yang dikeluarkan dari BPOM RI.
Sehingga sangat berbahaya bagi kulit yang menyebabkan iritasi kulit
sampai dengan kanker kulit (Dzatir SR, 2013).
Memilih produk kosmetik, terutama kosmetik pencerah, perlu
adanya sikap hati–hati dan teliti, agar tidak terjadi kesalahan yang fatal.
Apabila kosmetik yang sekarang banyak beredar di pasaran, terkadang
tidak mencantumkan informasi yang cukup. Sedangkan kosmetik tersebut
banyak diminati oleh masyarakat pada kalangan menengah ke bawah
karena harganya yang murah dan khasiatnya cepat (BPOM RI, 2007).
2.1.4 Preformulasi
a. Parafin liquidum (sumber: FI III dan FI IV)
1) Sinonim: Parafin cair, liquid paraffin, liquid petrolatum
2) Pemerian: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, cairan kental,
transparan, dan tidak berflouresensi.
3) Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut
dalam kloroform dan dalam eter.
4) Titik lebur: 50o sampai 57
o C
5) Stabilitas: Mudah terurai dengan adanya cahaya dan udara dari luar.
Disimpan pada temperatur kering dan dalam suhu dingin, kohesif.
6) Inkompatibilitas: Ketidakcampuran terurai dengan zat pengoksidasi kuat.
7) Fungsi: Lubrikan, emollient.
b. Asam stearat
1) Sinonim: Acidum stearicum; cetylacetic acid; Crodacid; Cristal G; Cristal
S;Dervacid; E570; Edenor; Emersol; Extra AS; Extra P; Extra S; Extra ST;
1-heptadecanecarboxylic acid; Hystrene; Kortacid 1895; Pearl Steric;
Pristerene; stereophanic acid; Tegostearic.
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2) Pemerian: Keras, berwarna putih atau sedikit kuning, sedikit mengkilat,
kristal padat atau bubuk putih atau putih kekuningan.
3) Kelarutan:Sangat larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan
eter; larut dalam etanol 95%, heksen, dan propilen glikol; praktis tidak arut
dalam air.
4) Stabilitas dan penyimpanan:Asam stearat merupakan bahan yang stabil
terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam
wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk.
5) Inkompatibilitas:Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam
hidroksida dan mungkin tidak sesuai dengan basa, zat pereduksi, dan
oksidator.Basis salep yang dibuat dengan asam stearat dapat menunjukkan
bukti mengering atau lumpiness karena reaksi semacam itu ketika
diperparah dengan seng atau garam kalsium. Sejumlah penelitian
kalorimetri diferensial scanning memiliki menyelidiki kompatibilitas asam
stearat dengan obat-obatan. Meskipun penelitian laboratorium tersebut
telah menyarankan tidak kompatibel, misalnya dengan naproxen, mereka
belum tentu berlaku untuk dirumuskan produk.
6) Fungsi:Agen emulsifikasi, agen solubilisasi.
c. Adeps lanae
1) Sinonim: Lanolin, cera lanae, E913; lanolina; lanolin anhydrous;Protalan
anhydrous; purified lanolin;
2) Pemerian: Lanolin anhidrat berwarna kuning pucat, lengket, berupa
bahan seperti lemak, dengan bau yang khas dan mencair pada suhu 38-
44oC. Lanolin anhidrat cair berwarna jernih atau hampir jernih berupa
cairan berwarna kuning.
3) Kelarutan: Tidak larut dalam air. Sedikit larut dalam etanol (95%) dingin,
lebih larut dalam etanol 95% panas dan sangat larut dalam eter, benzena,
dan kloroform.
4) Stabilitas dan penyimpanan: Lanolin dapat mengalami autooksidasi
selama dalam penyimpanan.
5) Inkompatibilitas: Lanolin mengandung prooksidan
6) Fungsi: Agen emulsifikasi
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. TEA
1) Sinonim: TEA; Tealan; triethylolamine; trihydroxytriethylamine;
tris(hydroxyethyl)amine.
2) Pemerian: Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah
mirip amoniak, dan higroskopik.
3) Kelarutan: Mudah larut dalam air dan dalam etanol 95% P. Larut dalam
kloroform P.
4) Stabilitas dan penyimpanan: Triethanolamine dapat berubah coklat saat
terkena udara dan cahaya. Kehomogenan dapat dikembalikan dengan
pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan. Triethanolamine harus
disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya.
5) Inkompatibilitas: Triethanolamine dapat bereaksi dengan reagen seperti
klorida tionil untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen. Produk
reaksi ini sangat beracun, menyerupai lainnya mustard nitrogen.
Triethanolamine juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk
garam kompleks.
6) Fungsi: Pengawet antimikroba, desinfektan, pelarut, dan penetran kulit.
e. Nipagin
1) Sinonim: E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl p-
hydroxybenzoate.
2) Pemerian: Kristal tak berwarna atau bubuk kristal putih. Tidak berbau atau
hampir tidak berbau dan memiliki rasa sedikit terbakar.
3) Stabilitas dan penyimpanan: Larutan mengandung air dari methyl paraben
pada pH 3 – 6 mungkin disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1200C
selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Methyl paraben menunjukkan
aktivitas antimikroba pH 4 – 8. Efikasi pengawet menurun dengan
meningkatnya pH karena pembentukan anion phenolate. Penyimpanan
wadah yang rapat, sejuk dan kering.
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4) Kelarutan:
5) Inkompatibilitas: Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya
surfaktan nonionik, methyl paraben berubah warna dengan adanya besi
dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat .
6) Fungsi: Pengawet antimikroba
f. Nipasol
1) Sinonim: E218; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl ester; Nipasol M;
propagin; propyl p-hydroxybenzoate; Propyl parasept; SolbrolP; Uniphen
P-23.
2) Pemerian: Propylparabenbubukputih, kristal, tidak berbau, dan hambar.
3) Stabilitas dan penyimpanan: Pada pH 3 – 6, larutan stabil (kurang dari
10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara
larutan pada pH 8 atau lebih terhidrolisis dengan cepat (10% atau lebih
setelah sekitar 60 hari disuhu kamar). Propyl paraben harus disimpan
dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering.
4) Inkompatibilitas: Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya
surfaktan non ionik. Propyl paraben berubah warna dengan adanya besi
dan tunduk pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat.
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5) Kelarutan:
6) Fungsi: Pengawet antimikroba
g. Aquadest
1) Titik lebur: 0oC
2) Titik didih: 100 oC
3) Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
4) Kelarutan: Bercampur dengan sebagian besar pelarut polar.
5) Stabilitas dan penyimpanan: Stabil di semua keadaan fisik (padat, cair,
gas).Untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah yang tepat.
6) Inkompatibilitas: Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan
obat dan berbagai eksipien yang rentan akan hidrolisis (terjadi
dekomposisi jika terdapat air atau kelembaban) pada peningkatan
temperatur. Air dapat bereaksi kuat dengan logam alkali dan bereaksi
cepat dengan logam alkali dan oksidanya. Air juga bereaksi dengan
garam anhidrat menjadi bentuk hidrat dalam berbagai komposisi dan
dengan bahan organik tertentu serta kalsium karbida.
7) Fungsi: Pelarut
2.2 Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga)
2.2.1 Klasifikasi Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga)
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi burung walet
penghasil sarang walet putih adalah sebagai berikut (Panduan Lengkap
Walet, 2011:
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kingdom : Animal
Phylum : Chordata
Class : Vertebrata
Subclass : Aves
Order : Apodiforms
Family : Apodidae
Genus : Aerodramus
Species : Aerodramus fuchipagus (sinonim: Collocalia fuciphaga)
Gambar 1. Burung Walet Putih
Sumber : Panduan Lengkap Walet 2011
2.2.2 Sarang Burung Walet
Walet merupakan burung yang dapat membuat sarang
menggunakan air liurnya. Sarang yang dihasilkan tersebut bersifat edible
nest atau sarang yang dapat dimakan dan bisa disebut dengan edible bird’s
nest (EBN) (Nuroini, 2013). EBN memiliki kandungan glikoprotein yang
tinggi, kaya akan asam amino, karbohidrat, kalsium, natrium, dan kalium
(Norhayati et al., 2010).
Selain itu sebagai bahan makanan, sarang walet juga memiliki
kandungan gizi lainnya yaitu kalori, lemak, vitamin, fosfor, dan mineral.
Asam amino yang dikandung dalam sarang walet juga lengkap, mulai dari
asam amino esensial, asam amino semi esensial, dan asam amino non
esensial. Adapaun zat yang spesifik yang terdapat di dalam sarang walet
yang berpengaruh pada kesehatan manusia adalah zat ODA (9-octadecenoic
acid) dan HAD (hexadecenoic acid) (Panduan Lengkap Walet, 2011).
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.3 Penelitian llmiah Khasiat Ekstrak Sarang Burung Walet
Walaupun telah lama dikenal oleh masyarakat sekitar, ternyata
sarang burung walet belum diteliti secara detail. Kong et al,(1987)
membuktikan bahwa ada unsur yang menyerupai epidermal growth
factor dalam kandungan sarang burung walet. Guo et al, (2006) meneliti
efek antiviral dari ekstrak sarang burung walet dan terbukti ekstrak sarang
burung walet dapat menghambat infeksi virus influenza. Penelitian di
Jepang pada tikus yang telah diovariektomi, dengan suplementasi sarang
burung walet meningkatkan kekuatan tulang dan ketebalan dermal
(Matsukawa et al.,2011).
Penelitian di Korea menunjukan bahwa ekstrak sarang burung walet
dapat mengurangi efek oksidatif stress yang disebabkan oleh terpaparnya
H2O2 dan menghambat ekspresi mmp-1 pada kultur keratinosit (Kim et al.,
2012).
Penelitian di Malaysia dengan tujuan untuk menilai kapasitas
proliferasi dan perubahan fenotif oleh ekstrak sarang burung walet pada
keratosit kornea, mendapatkan hasil bahwa pada konsentrasi tertentu,
ekstrak sarang burung walet secara sinergis mampu meningkatkan
proliferasi sel (Abidin et al, 2011). Aswir dan Nazaimoon (2011) meneliti
pengaruh ekstrak sarang walet pada poliferasi sel dan nekrosis tumor faktor–
alpha (TNF-a) secara in vitro. Hasilnya EBN mampu mempengaruhi
produksi antiinflamasi TNF-a dalam sel makrophage line.
Penelitian di fakultas farmasi Pontianak membuktikan bahwa
pemakaian krim ekstrak sarang walet 10%, 20%, dan 30% dapat
mencerahkan atau memutihkan kulit tikus putih jantan galur wistar,
penelitian ini didukung juga dengan penelitian serupa dengan formulasi
krim yang berbeda (Dzatir, 2013). Salah satu glikonutrien utama pada
sarang walet adalah sialic acid (9%) (Colombo et al., 2003; Kathan dan
Weeks, 1969). Sialic acid memiliki peran penting pada perkembangan
neurologi dan intelektual pada bayi. Selain itu, sialic acid juga
mempengaruhi hambatan aliran lendir untuk mengusir bakteri, virus, dan
mikroba berbahaya (Chau et al., 2003). Ada beberapa penelitian lain
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang sedang ataupun sudah dilakukan akan khasiat dari sarang burung
walet.
2.2.4 Kandungan Sarang Walet
Sarang walet terbuat dari air liur burung walet jantan, karena
memiliki kandungan terbanyak mucinous glycoprotein seperti
chondroitin glucosaminoglycans dan sialylglyco conjugates, serta
mineral-mineral dan protein (Noorhayati et al., 2010; Matsukawa et al.,
2011).
Komponen nutrien utama EBN adalah karbohidrat dan glikoprotein
(Kathan dan Weeks, 1969). Berdasarkan penelitian Marcone (2005)
komposisi EBN dari genus Collocalia Indonesia dan Malaysia terdiri atas
karbohidrat (25,62 - 27,26), protein (62-63%), lipid (0,14-1,28%), dan abu
(2,1%). Salah satu komponen terbesar glikoprotein pada EBN adalah sialic
acid sekitar 9% (Colombo etal., 2003) yang dipercaya dapat meningkatkan
fungsi otak pada bayi (Chau etal., 2003). Selain sialic acid, dalam EBN
juga terdapat glukosamin yang diperkirakan berfungsi sebagai modulasi
sistem imun (Tung etal, 2008). Komponen utama glikoprotein lain yang
terdapat pada EBN adalah 7,2% N-acetylgalactosamine (galNac), 5,3% N-
acetylglucosamine (glcNac), 16,9% galaktosa dan 0,7% fruktosa (Dhawan
dan Kuhad, 2002).
Garam mineral juga ditemukan di sarang burung walet seperti
natrium, kalsium, magnesium, seng, mangan, dan besi. Kathan &
Weeks pada 1969 telah menemukan tiga asam amino non esensial (asam
aspartat, asam glutamat, dan prolin) dan dua asam amino esensial
(treonin dan valin) di sarang burung walet. Mereka memainkan peran
penting dalam memfasilitasi fungsi tubuh menjadi normal atau sehat,
seperti memperbaiki dan memberikan kekebalan tubuh (Abidin et al.,
2011).
Protein pembentuk glikoprotein merupakan komponen tertinggi,
setelah karbohidrat, lemak, dan air. Protein berfungsi sebagai zat
pembangun yang membentuk sel–sel dan jaringan baru serta berperan
dalam proses metabolisme. Adanya anggapan kalau sarang walet mampu
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
membuat awet muda juga masuk akal karena kandungan protein dalam
sarang walet berfungsi menggantikan sel–sel yang telah rusak sehingga
kulit yang semula kusam akan segar kembali (Panduan Lengkap Walet,
2011). Menurut Kong et al, (1987) yang dilansir oleh Aswir dan Wan
Nazaimoon (2011) bahwa sarang burung walet mengandung EGF
(Epidermal Growth Factor) yang berfungsi memperbaiki tekstur kulit dan
perbaikan jaringan serta meremajakan kulit. EGF juga berperan dalam
regenearsi sel kulit yang dapat mempercepat metabolisme susunan lapis
kulit serta memperbaiki sel–sel kulit mati dan rusak. Adanya kandungan
EGF pada sarang walet ini dapat mempercepat regenerasi kulit baru.
Pergantian kulit baru ini dapat menyebabkan kulit tampak lebih cerah
(Dzatir, 2013).
2.3 Protein
Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, yang bearti yang
utama atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia
Belanda, Geraldus Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein
adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme (Ellya, 2010).
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi
tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung
unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein
yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, A.K,
2009).
2.3.1 Struktur Protein (Winarno, 2004)
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki yaitu berupa struktur
primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan
kuartener (tingkat empat).
a) Struktur Primer
Susunan linier asam amino dalam protein merupakan struktur primer
yang dibentuk oleh ikatan peptida antar asam amino. Susunan tersebut
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
merupakan suatu rangkaian unik dari asam amino yang menentukan
bentuk struktur sekunder dan tersier.
Bila protein mengandung banyak asam amino dan gugus hidrofobik,
daya kelarutannya dalam air kurang baik dibandingkan dengan protein
yang banyak mengandung asam amino dengan gugus hidrofilik.
b) Struktur Sekunder
Struktur sekunder adalah struktur protein yang merupakan polipeptida
terlipat–lipat, berbentuk tiga dimensi dengan cabang–cabang rantai
polipeptidanya tersusun saling berdekatan. Struktur ini dibentuk oleh
ikatan hidrogen intramolekular yang terjadi di antara oksigen karbonil
dan nitrogen amida pada perangkat peptida (Bintang, 2010). Contoh
bahan yang mempunyai struktur ini adalah bentuk α-heliks pada wol,
bentuk lipatan–lipatan pada molekul–molekul sutera, serta bentuk
heliks pada kolagen.
c) Struktur Tersier
Bentuk penyusunan bagian terbesar rantai cabang disebut struktur
tersier, yaitu susunan dari struktur sekunder yang satu dengan struktur
sekunder bentuk lain. Contohnya beberapa protein yang mempunyai
bentuk α-heliks dan bagian yang tidak berbentuk α-heliks. Biasanya
bentuk–bentuk sekunder ini dihubungkan dengan ikatan hidrogen,
ikatan garam, interaksi hidrofobik, dan ikatan disulfida.
d) Struktur Kuartener
Struktur ini melibatkan beberapa polipeptida dalam membentuk suatu
protein. Ikatan–ikatan yang terjadi sampai terbentuknya protein sama
dengan ikatan–ikatan yang terjadi pada struktur tersier.
2.3.2 Analisis Kualitatif Protein
Analisis protein secara kualitatif yang dilakukan ialah reaksi
warna. Reaksi warna ini berdasarkan adanya ikatan peptida, maupun
adanya sifat–sifat dari asam amino yang dikandungnya.
a. Reaksi Biuret
Jika larutan protein encer yang dibuat basa dengan laruten natrium
hidroksida ditambah dengan beberapa tetes larutan tembaga sulfat
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
encer, larutan tersebut akan terbentuk warna merah muda sampai
violet. Reaksi ini disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang
terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila di tambahkan
larutan natrium hidroksida dan tembaga sulfat. Warna merah muda
atau merah jambu terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki
mempunyai molekul kecil, misalnya proteosa dan pepton. Warna
violet terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki mempunyai
molekul yang besar, misalnya gelatin. Reaksi biuret positif untuk
semua jenis protein dan hasil–hasil antara hidrolisisnya jika masih
mempunyai dua atau lebih ikatan peptida dan negatif untuk asam
amino (Sumardjo, 2008).
b. Reaksi Molisch
Larutan protein majemuk yang mempunyai radikal protetik
karbohidrat, seperti glikoprotein atau mukoprotein, pada
pencampuran secara hati-hati dengan larutan α-naftol dalam alkohol
dan asam sulfat pekat akan terbentuk larutan berwarna violet. Pada
prosesini, glikoprotein atau mukoprotein akan mengalami hidrolisis
menjadi protein sederhana dan karbohidrat. Karbohidrat yang
terbentuk dengan α-naftol dalam alkohol dan asam sulfat pekat
memberikan warna violet (Sumardjo, 2008).
2.3.3 Analisis Profil Protein dengan Elektroforesis
Pemisahan protein merupakan tahap yang harus dilakukan untuk
mempelajari sifat dan fungsi protein. Protein dapat dipisahkan dari protein
jenis lain atau dari molekul lain berdasarkan ukuran, kelarutan, muatan, dan
afinitas ikatan (Nelson, 2004). Salah satu teknik yang digunakan untuk
melihat profil protein dan menentukan bobot molekulnya menggunakan
SDS-PAGE (Stryer,1995).
Elektroforesis adalah suatu metode untuk separasi atau pemisahan
sebuah molekul besar (seperti protein, fragmen DNA, RNA dll) dari
campuran molekul yang serupa. Elektroforesis digunakan untuk
memisahkan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan
tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Sebuah arus listrik
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dilewatkan melalui medium yang mengandung sampel yang akan
dipisahkan. Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan
listrik yang ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan
negatif. Jika molekul yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu
medium (misalnya agarosa), maka molekul tersebut akan bergerak dari
muatan negatif menuju muatan positif. Kecepatan gerak molekul tersebut
tergantung pada rasio muatan terhadap massanya dan bentuk molekulnya
(Yuwono, 2008).
Kegunaan elektroforesis antara lain, (1) menentukan berat molekul,
(2) mendeteksi terjadinya pemalsuan bahan, (3) mendeteksi terjadinya
kerusakan bahan seperti protein dalam pengolahan dan penyimpanan, (4)
memisahkan spesies molekul yang berbeda secara kualitatif maupun
kuantitatif, yang selanjutnya masing-masing spesies dapat dianalisis, dan
(5) menetapkan titik isoelektrik protein (Yuwono, 2008).
2.3.4 Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrilamide Gel Electrophoresis (SDS-
PAGE)
Salah satu jenis elektroforesis yang digunakan secara luas pada saat
ini adalah metode sodium dodecyl sulfate-polyacrilamide gel
electrophoresis (SDS-PAGE). Pemisahan protein dengan metode SDS-
PAGE bertujuan untuk memisahkan protein dalam sampel berdasarkan
berat molekul. Prinsip penggunaan metode ini adalah migrasi komponen
akril amida dengan N,N bisakrilamida. Kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai
saringan molekul sehingga konsentrasi atau rasio akrilamid dengan
bisakrilamid dapat diatur untuk mengoptimalkan kondisi migrasi
komponen protein. Disamping untuk menentukan berat molekul suatu
protein, metode ini juga digunkan untuk memonitor pemurnian protein
(Wilson dan Walker, 2000 dalam Anam, 2009)
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2. Skema SDS-PAGE
Sumber : ww2.chemistry.gatech.edu
SDS-PAGE dilakukan pada pH netral menggunakan SDS dan
beta-merkaptoetanol. SDS (Sodium Dodecyl Sulfat) merupakan detergen
anionik, yang apabila dilarutkan molekulnya memiliki muatan negatif
dalam range pH yang luas. Fungsi utama SDS pada metode SDS-PAGE
yaitu untuk memberikan muatan negatif pada protein yang akan dianalisis,
selain itu SDS dapat mendenaturasi protein, mempermudah menyamakan
kondisi, dan menyederhanakan protein (bentuk, ukuran, dan muatan).
Muatan negatif SDS akan menghancurkan sebagian struktur kompleks
protein dan secara kuat tertarik ke arah anoda bila ditempatkan pada suatu
medan listrik (Anam, 2009).
SDS-PAGE dilakukan pada medan gerak vertikal dan
pembuatannya lebih sulit dibanding elektroforesis gel agarosa, karena
biasanya digunakan poliakrilamid dengan resolusi yang tinggi dan
membutuhkan biaya yang lebih mahal serta preparasi yang lebih lama.
SDS-PAGE dapat memisahkan protein dengan ukuran 5 – 200 kDa
(Konservasi Biodiversitas Raja, 2012).
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 3. Alur Kerja SDS-PAGE
Sumber : biotech.spip.ac-rouen.fr
2.4 Teknik Sampling
2.4.1 Definisi Sampel dan Sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sebagian dari
keseluruhan objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi.
Sedangkan sampling merupakan proses dalam menyeleksi porsi dari
populasi untuk mewakili populasi (Nasution R., 2003).
2.4.2. Teknik Pengambilan Sampel (Setiawan, 2005)
Teknik pengambilan sampel dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu:
1) Random sampling atau sampel acak/ probability sampling
Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasinya
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.
Keuntungan teknik ini adalah:
a) Derajat kepercayaan sampel dapat ditentukan.
b) Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel
dapat diperkirakan.
c) Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.
Lima cara pengambilan sampel secara random, yaitu sebagai
berikut :
i. Sampel random sederhana
Dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada
setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.
Cara ini mempunyai keuntungan prosedur yang lebih
mudah namun membutuhkan daftar seluruh populasi dan
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
biaya transportasi yang cukup besar.
ii. Sampel random sistemik
Proses pengambilan sampel, setiap urutan dari titik awal
yang dipilih secara random. Pengambilan sampel dengan
cara ini membutuhkan perencanaan dan penggunaan yang
mudah karena sampel terbesar pada daerah populasi namun
membutuhkan daftar populasi yang lengkap.
iii. Sampel random berstrata
Populasi dibagi strata-strata (sub populasi), kemudian
pengambilan sampel dilakukan setiap strata baik secara
simple random sampling maupun secara sistematik. Cara ini
bisa mendapatkan taksiran mengenai karakteristik populasi
lebih tepat, namun harus membutuhkan daftar populasi
setiap strata.
iv. Sampel random berkelompok
Dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unit
terdiri dari satu kelompok (cluster) yang setiap individu
dalam kelompok yang dipilih akan diambil sebagai sampel.
Cara pengambilan sampel ini tidak memerlukan daftar
populasi namn prosedur pengambilan tergolong lebih sulit.
v. Sampel bertingkat
Proses pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat,
bertingkat satua ataupun lebih. Cara ini hanya
membutuhkan sedikit biaya transportasi namun mempunyai
prosedur kerja yang sulit dan perencanaan yang lebih
cermat.
2) Non probability sampling (selected sample)
Cara ini dipergunakan apabila biaya sangat sedikit, hasil yang
diminta segera, dan tidak memerlukan ketepatan yang tinggi.
Ada 3 cara sampling ini :
I. Purposive sampling
Atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap unsur-
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel
yang diambil.
II. Accidental sampling
Atas dasar perandaian, tanpa direncanakan terlebih dahulu.
Jumlah sampel yang dikehendaki tidak berdasarkan
pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan, asal
memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh
bersifat kasar dan sementara.
III. Quota sampling
Berdasarkan pertimbangan peneliti, namun besar dan
kriteria sampel telah ditentukan terlebih dahulu. Cara ini
dilakukan jika peneliti benar-benar mengenal daerah dan
situasi dimana penelitian akan dilakukan.
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian II FKIK,
Laboratorium Kimia Obat FKIK, Laboraturium Kesehatan Lingkungan
FKIK, dan Labolatorium Penelitian 1 FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berlangsung sejak bulan Mei sampai September 2015.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Penelitian
Timbangan analitik (Wigger Hauser), pipet tetes, lumpang dan alu,
Satu set alat elektroforesis (Bio-Rad), freeze dry, sentrifuge Eppendorf
5417R beserta tabungnya, mikropipet beserta tip, erlenmeyer, labu ukur,
becker glass, spatula, kaca arloji, batang pengaduk, waterbath, dan tabung
reaksi.
3.2.2 Bahan Penelitian
Sampel krim yang dibeli secara online, sarang burung walet, krim
pembanding yang terdiri dari ekstrak sarang walet, paraffin liquidum,
asam stearat, TEA, adeps lanae, nipagin, nipasol, dan aquadest. Standar
berat molekul protein (PageRuler Unstained Protein Ladder200 kDa – 10
kDa dari Thermo Scientific), commasie brilliant blue, larutan 30%
akrilamid, larutan 0,8% bisakrilamid, buffer Tris-HCl 1,5M pH 8,8, buffer
Tris-HCl 0,5M pH 6,8, larutan 10% amonium persulfat (APS), larutan
10% (w/v) sodium dodesil sulfat (SDS), tetramethylethylenediamine
(TEMED), sample buffer, running buffer, HCl pekat, kloroform, aseton,
aquabidest, dan larutan bromfenol biru 0,5%.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Perolehan Sampel Krim
Produk krim sarang burung walet yang digunakan diperolehan dari
krim yang dijual secara online. Teknik pengambilan sampel yang
23
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan adalah teknik sampel random sederhana. Krim yang diperoleh
dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2
sampel uji. Kelompok pertama dengan harga krim yang rendah (Rp <
70.000) diberi tanda A1 dan A2, kelompok kedua dengan harga krim yang
sedang (Rp 70.000 – 150.000) diberi tanda B1 dan B2, dan kelompok
ketiga dengan harga krim yang tinggi (Rp > 150.000) diberi tanda C1 dan
C2.
3.3.2 Determinasi Sarang Burung Walet
Sarang burung walet yang digunakan adalah sarang burung walet
putih yang diperoleh dari Bogor. Sarang burung walet yang dipilih adalah
sarang yang masih utuh, bentuknya bagus dan tidak mengandung banyak
pengotor. Selanjutnya sarang burung walet dideterminasi di Pusat
Penelitian Biologi-LIPI.
3.3.3 Preparasi Sarang Burung Walet
Sarang burung walet yang telah dideterminasi, dicuci dengan air
dan dibersihkan dari bulu burung walet yang menempel pada sampel
dengan menggunakan pinset. Setelahsampel bersih, sampel dikering
anginkan lalu ditimbang sebanyak 50 gram dan dihaluskan dengan
menggunakan blender.
3.3.4 Ekstraksi Protein pada Sarang Burung Walet
Hasil preparasi sarang burung walet dilarutkan dengan 1,5 L
aquabides lalu dihomogenkan menggunakan stand up stirrer selama 30
menit. Selanjutnya disonikasi selama 30 menit dan disaring menggunakan
kain kasa. Supernatan yang diperoleh dikeringkan denganmetode
pengeringan freeze dry dan disimpan pada suhu -20°C (Liu et al., 2012
modifikasi).
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.5 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet
a. Reaksi Biuret
Sebanyak 1 ml larutan uji ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 M,
kocok perlahan. Lalu tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 0,1 M.
Amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif terjadi perubahan
warna menjadi warna ungu.
b. Reaksi Molisch
Sebanyak 1 ml larutan uji ditambahkan 5 tetes larutan naftol 3%
dalam etanol, dikocok perlahan selama 5 detik, miringkan tabung
dan ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung secara
hati-hati, kemudian tegakkan kembali tabung. Hasil positif terlihat
adanya cincin ungu diperbatasan kedua cairan (Auterhoff, 2002).
3.3.6 Pembuatan Standar Krim dari Sarang Burung Walet
3.3.6.1 Pembuatan Bahan Dasar Krim
Bahan dasar krim, dibuat dengan formulasi sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel Formulasi Sediaan Krim
Nama Bahan Jumlah (gram)
Paraffin liquidum 2
Asam stearat 1
Adeps lanae 0,3
TEA 0,15
Nipagin 0,02
Nipasol 0,012
Aquadest add 10
Pembuatan basis krim dilakukan dengan dengan cara menyiapkan
fase minyak dan fase air. Fase minyak (Paraffin liquidum, asam stearat,
adeps lanae) dan fase air (nipagin, nipasol, TEA, dan Aquadest) masing-
masing dipanaskan di atas water bath pada suhu 60 - 70oC sampai lebur.
Fase air dan fase minyak dicampurkan sekaligus lalu digerus sampai
dingin sehingga terbentuk masa basis krim yang homogen (Irma, 2014).
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.6.2 Pembuatan Krim dari Ekstrak Sarang Burung Walet
Krim sarang walet dibuat dengan cara menambah ekstrak sarang
walet konsentrasi 10% kedalam basis krim. Tuangkan ekstrak walet
dengan konsentrasi yang telah ditentukan kedalam lumpang yang sudah
berisi basis krim sedikit demi sedikit, kemudian digerus hingga homogen.
Lalu masing–masing formula disimpan dalam wadah krim (Irma, 2014
modifikasi).
3.3.7 Ekstraksi Protein dari Sediaan Krim
8 gram sampel krim ditambahkan 1 ml HCl pekat dan 9 ml air
kemudian diaduk dalam becker glass. Lalu dipindahkan ke dalam corong
pemisah dan diekstraksi menggunakan 3 x 15 ml kloroform. Ambil fase
airnya. Tambahkan 30 ml aseton untuk mengendapkan proteinnya lalu di
vortek 10-15 detik dan disentrifugasi 5000 rpm selama 15 menit.
Diperoleh endapan.
3.3.8 Analisis Kualitatif Protein
a. Reaksi Biuret
Sebanyak 1 ml larutan uji ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 M,
kocok perlahan. Lalu tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 0,1 M.
Amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif jika terjadi perubahan
warna menjadi warna ungu.
3.3.9 Analisis Profil Protein dari Sediaan Krim Menggunakan SDS-PAGE
Identifikasi profil protein dari ekstraksi pada sediaan krim
dianalisis menggunakan SDS-PAGE berdasarkan metode Laemmli dalam
Coligan et al. (1995) dengan sistem buffer Laemmli dan konsentrasi gel
poliakrilamid (separating gel) yang digunakan sebesar 12%. Gel
poliakrilamid yang telah dibuat dengan komposisi tertentu (Lampiran 8),
segera tuang larutannya ke dalam plate pembentuk gel menggunakan
mikro pipet (dijaga jangan sampai terbentuk gelembung udara) sampai
batas yang terdapat pada plate. Kemudian ditambahkan perlahan 2-
propanol diatas larutan gel dalam plate agar permukaan gel rata. Setelah
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gel memadat, 2-propanol dibuang dan sisa 2-propanol pada setakan gel
diserap dengan kertas saring. Larutan stacking gel yang telah dibuat,
dimasukan ke dalam cetakan. Pasang sisir ditempat penyuntikan sampel,
kemudian biarkan beberapa lama hingga gel memadat. Setelah gel
memadat, sisir dikeluarkan sehingga terbentuk sumur–sumur pada gel dan
cetakan gel dipindahkan ke perangkat elektroforesis kemudian running
buffer dimasukan ke dalam alat elektroforesis hingga gel terendam.
Ekstrak protein sarang walet dari sediaan krim standar dan sediaan
krim sampel yang telah disiapkan, masing-masing dimasukan ke dalam
tabung Eppendorf dan ditambahkan dengan sample buffer dengan
perbandingan 1:1. Kemudian dipanaskan pada suhu 85oC selama 4 menit.
SDS-PAGE dilakukan dengan cara 5 μl marker protein dimasukan ke
sumur pertama, 10 μl campuran ekstrak protein sarang walet dari krim
standar dengan sampel buffer dimasukan ke sumur kedua, dan 10 μl
campuran ekstrak protein sarang walet dari krim standar dengan sampel
buffer dimasukan ke sumur berikutnya yang telah dicetak pada gel
poliakrilamid, kemudian alat elektroforesis dihubungkan ke power supply
dengan tegangan 200 V hingga sampel mencapai bagian dasar gel. Setelah
selesai, gel dilepaskan dari plate. Gel yang telah dilepaskan, dipindahkan
ke dalam wadah yang telah berisi larutan stain yang berisi pewarna
coommasie briliant blue selama satu setengah jam dan digoyangkan
dengan shaker. Kemudian larutan stain dibuang dan digantikan dengan
larutan penghilang warna (destain). Gel dicuci dengan aquadest kemudian
dilanjutkan dengan menambahkan larutan destaining. Gel direndam
selama 12 jam disertai dengan penggantian larutan destaining sebanyak 2
kali. Selanjutnya dilakukan penentuan berat molekul protein. (Metharezqi,
2014)
3.3.9.1 Penentuan Berat Molekul Protein
Hasil SDS-PAGE yang berupa gambaran pita (band), ditentukan
berat molekulnya dengan cara melihat kesetaraan atau membandingkan
dengan marker protein maupun ditentukan melalui rumus persamaan
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
regresi linier antara mobilitas relatif atau Rf (Retardation Factor) dengan
logaritma dari berat molekul protein marker yang telah diketahui.
Mobilitas relatif protein masing-masing pita (band) dapat diperoleh
dengan cara membandingkan jarak migrasi protein diukur dari garis awal
separating gel sampai ujung pita protein (A) dibandingkan dengan jarak
migrasi warna dari tempat awal (B) atau dengan rumus sebagai berikut
(Rantam, 2003):
Kemudian nilai Rf sampel dimasukan dalam persamaan regresi linier
dengan rumus: Y = ax + b, dengan y = logaritma berat molekul dan x =
nilai Rf sampel.
29
29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4. Ekstrak Air Sarang Burung Walet
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi dan EkstraksiSarang Burung Walet
Sarang burung walet putih yang diperoleh dari Bogor, Jawa barat
dideterminasi di Laboratorium ornithologi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian
Biologi LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil menunjukan bahwa sampel
benar merupakan sarang burung walet putih dari burung walet putih (Collocalia
fuciphaga) Thunberg, 1821. Determinasi dilakukan untuk mengidentifikasi
sampel. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 6.
Sebanyak 50 gram sarang burung walet yang telah dipreparasi, diekstraksi
menggunakan 1,5 L aquabidest, didapatkan ekstrak kering sebanyak 1,196 gram
dengan besar rendemen 2,392%. Karakteristik dari ekstrak air sarang burung
walet adalah berbentuk serbuk, tidak berasa, dan berwarna abu-abu kecokelatan.
Hasil rendemen ini lebih tinggi dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh
Metharezqi yaitu 0,04 %.
4.2 Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet
Uji kualitatif yang dilakukan adalah reaksi biuret dan reaksi molisch.
Kedua reaksi ini dilakukan untuk mengetahui kandungan protein yang berada
dalam ekstrak air sarang burung walet. Hasil uji kualitatif dapat dilihat pada tabel
2.
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif
Uji Kualitatif Hasil Gambar
Reaksi Biuret
Positif, larutan berwarna ungu
seperti yang ditunjukan pada
gambar disamping.
Reaksi
Molisch
Positif, terdapat larutan
berwarna violet
Reaksi biuret merupakan reaksi yang digunakan untuk mengetahui atau
membuktikan keberadaan ikatan peptida pada suatu sampel. Keberadaan ikatan
peptida menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung suatu protein.
Kandungan utama dari sarang burung walet adalah protein, sehingga reaksi biuret
dilakukan untuk identifikasi kualitatif protein dalam ekstrak air sarang burung
walet.
Pada tabel di atas, reaksi biuret menunjukkan hasil yang positif di mana
larutan menjadi berwarna ungu. Hal ini didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+
dan ikatan peptida dalam suasana basa. Warna kompleks ungu menunjukkan
adanya protein. Ion Cu2+
dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein dan
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi ini positif terhadap dua
buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas (Sunarya et
al., 2007).
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5. Reaksi Biuret
(diambil dari http://semuacoretankuliah.blogspot.co.id/2012/12/laporan-kimia-dasar-ii-ikatan-
peptida.html#.VgIZ8bUXVps, tanggal 23 September 2015)
Reaksi molisch pada uji kualitatif ini digunakan untuk larutan protein
majemuk yang mempunyai radikal prostetik karbohidrat, yaitu glikoprotein atau
mukoprotein. Telah diketahui bahwa salah satu kandungan sarang burung walet
adalah glikoprotein yang sangat tinggi, artinya sarang burung walet memiliki
sifat-sifat protein serta karbohidrat (Ma dan Daicheng, 2012). Maka reaksi
molisch dilakukan untuk uji protein yang mempunyai radikal prostetik
karbohidrat.
Pada tabel 2 reaksi molisch menunjukan hasil yang positif dimana larutan
membentuk warna violet. Hal ini dikarenakan, glikoprotein atau mukoprotein
pada saat pencampuran secara hati-hati dengan larutan alfanaftol dalam alkohol
dan asam sulfat pekat akan membentuk larutan berwarna violet. Pada proses ini,
glikoprotein akan mengalami hidrolisis menjadi protein sederhana dan
karbohidrat. Karbohidrat yang terbentuk dengan alfanaftol dalam alkohol dan
asam sulfat pekat memberikan warna violet (Sumardjo, 2008).
Gambar 6. Reaksi Molisch
(diambil dari https://monruw.wordpress.com/2010/03/12/uji-molisch/, tanggal 23 September 2015)
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Pembuatan Krim Sarang Burung Walet
Tabel 3. Formulasi Krim Sarang Burung Walet
Nama Bahan Jumlah (Gram) Fungsi
Paraffin liquidum 2 Emollient
Asam stearat 1 Emulgator
Adeps lanae 0,3 Agen emulsifikasi
TEA 0,15 Emulgator
Nipagin 0,02 Pengawet
Nipasol 0,012 Pengawet
Ekstrak sarang
burung walet
1 Zat Aktif
Aquadest add 10 Pelarut
Pembuatan krim sarang burung walet ini digunakan sebagai pembanding
dengan sampel krim yang beredar di masyarakat. Basis yang digunakan adalah
basis M/A. Hasil sediaan yang didapat dilihat organoleptis dan homogenitasnya.
Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik sediaan yang meliputi
bentuk, warna dan bau. Berdasarkan hasil yang didapat bentuk sediaan berupa
setengah padat, berbau khas dan berwarna abu-abu kecokelatan karena pengaruh
ekstrak sarang walet yang berwarna abu-abu kecokelatan.
Uji homogenitas dilakukan secara visual dengan mengoleskan krim pada
lempeng kaca transparan. Uji ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui
tercampurnya bahan-bahan sediaan krim. Hasil yang didapat adalah homogen atau
fase terdispersi secara merata pada fase pendispernya, seperti yang digambarkan
pada gambar dibawah ini.
Gambar 7. Uji Homogenitas
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4 Ekstraksi Protein dari Sediaan Krim
Ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi cair-cair. Sebanyak 8 gram
krim ditambahkan 1 ml HCl pekat yang bertujuan untuk memisahkan fase minyak
dan air lalu dilakukan pengocokan untuk mempercepat proses pemisahannya.
Kemudian dipindahkan ke corong pemisah dan di ekstraksi dengan kloroform 15
ml tiga kali pengulangan. Kloroform bersifat semipolar sedangkan minyak
bersifat non polar. Namun minyak dapat larut dalam kloroform, sehingga minyak
dapat ketarik oleh kloroform (FI ed.III, 1979).
Fase air di tuang dalam becker glass dan tambah 30 ml aseton yang
bertujuan untuk mengendapkan protein lalu dilakukan pengocokan. Larutan
dipindahkan dalam tube dan sentrifugasi selama 15 menit kecepatan 5000 rpm.
Hal ini bertujuan untuk memisahkan partikel dalam campuran berdasarkan berat
molekul partikel tersebut, sehingga partikel terakumulasi menjadi suatu endapan.
Endapan diambil untuk proses analisis selanjutnya.
4.5 Uji Kualitatif Protein
Uji kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein dalam
endapan yang diperoleh pada poin 4.4. Hasil uji kualitatif dapat diihat pada tabel
4.
Dari tabel 4 hasil kualitatif reaksi biuret menunjukan bahwa krim
pembanding dan krim dengan harga yang tinggi C1 positif mengandung protein,
dimana larutan akan berwarna ungu. Sedangkan krim yang lainnya menunjukan
hasil yang negatif karena larutan tidak berwarna ungu. Hal ini didasarkan pada
reaksi antara ion Cu2+
dan ikatan peptida dalam suasana basa. Warna kompleks
ungu menunjukan adanya protein. Ion Cu2+
dari pereaksi biuret dalam suasana
basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun
protein dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (Sunarya et al., 2007).
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4. Hasil Uji Kualitatif Reaksi Biuret
Jenis Krim Hasil Gambar Keterangan
Krim Pembanding Positif, larutan
berwarna ungu pekat
.
Mengandung
protein
A1 dan A2 Negatif, larutan
berwarna biru.
B1 dan B2
Negatif, larutan
berwarna biru.
C1 dan C2
C1 positif, larutan
berwarna ungu.
C2 negatif, larutan
berwarna biru bening
C1 mengandung
protein
Keterangan: A1 dan A2 ialah krim dengan harga rendah
B1 dan B2 ialah krim dengan harga sedang
C1 dan C2 ialah krim dengan harga tinggi
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6 Analisis Protein dengan Metode SDS-PAGE
Profil protein hasil ekstraksi pada poin 4.4 dianalisis menggunakan SDS-
PAGE. Prinsip dari SDS-PAGE adalah penambahan detergen anionik sodium
dodecyl sulphate dan denaturasi dengan pemanasan yang dilanjutkan dengan
pemisahan molekul protein berdasarkan perbedaan muatan dan berat molekulnya
dengan metode elektroforesis menggunakan gel polyacrylamide yaitu separating
gel dan stacking gel (Kurniati dan Wanadi, 2001). Pada proses persiapan sampel
sebelum elektroforesis, sampel akan ditambahkan suatu buffer yang mengandung
buffer Tris-HCl, SDS 10%, gliserol, bromfenol blue, dan merkaptoetanol.
Ada dua bahan penting yang teradpat dalam buffer sampel yaitu β-
merkaptoetanol dan Sodium Dodecyl Sulphate (SDS). Fungsi β-merkaptoetanol
adalah agent pereduksi untuk memutuskan ikatan disulfida dari protein.
Sedangkan fungsi SDS untuk membungkus rantai protein yang terikat dengan
muatan negatif yang sama membentuk kompleks SDS-protein. Selain itu, perlu
dilakukan pemanasan sampel pada suhu 85oC selama 4 menit untuk membantu
mendenaturasi protein secara sempurna dan menghasilkan molekul linier yang
akan bermigrasi berdasarkan bobot molekulnya (Yepyhardi, 2009; Wijaya dan
Rohman, 2005). Sehingga molekul protein yang berukuran kecil akan bergerak
lebih cepat melintasi gel, sedangkan molekul protein yang berukuran besar akan
bergerak lebih lambat. Pada akhirnya protein dengan BM yang rendah akan
mempunyai Rf (jarak tempuh) yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
berukuran lebih tinggi (Elfita, 2014).
Analisis protein dengan SDS-PAGE dilakukan dengan optimasi
konsentrasi protein dari ekstrak yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi
yang bagus digunakan dalam proses analisis. Variasi konsentrasi yang digunakan
diantaranya 5000 ppm, 500 ppm, dan 50 ppm dengan penimbangan ekstrak
protein dari krim dalam keadaan basah. Konsentrasi gel akrilamid yang digunakan
12%. Hasil optimasi dapat dilihat pada gambar 8.
Dari hasil optimasi diperoleh kondisi optimal konsentrasi sampel yang
digunakan ialah 5000 ppm, walaupun sampel krim pembanding memiliki pita
yang tidak terlalu jelas. Sehingga kondisi ini sebagai acuan untuk meningkatkan
konsentrasi sampel agar pita yang didapat jelas terlihat. Kemudian pada SDS
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PAGE kondisi optimal diperoleh pada waktu running 65 menit dengan tegangan
200 V. Selanjutnya dilakukan perhitungan bobot molekul terhadap pita pemisahan
protein dengan menghitung pemisahan pada protein marker sebagai regresi
liniernya. Pada saat optimasi diperoleh 6 pita dengan bobot molekul.
Gambar 8. Hasil Optimasi Gel Elektroforesis
Keterangan: 1,2,3 dengan konsentrasi 5000 ppm, 4,5,6 dengan konsentrasi 500
ppm, dan 7,8 dengan konsentrasi 50 ppm. MP = marker protein; 1,4,7 = ekstrak
sarang burung walet; 2,5,8 = krim pembanding; 3,6 = sampel krim.
Elektroforesis dilakukan terhadap ekstrak protein sampel krim dengan
ekstrak protein krim pembanding dan ekstrak sarang burung walet menggunakan
standar berat molekul protein (marker protein) PageRuler Unstained Protein
Ladder dari Thermo Scientific. Hasil SDS-PAGE menunjukan bahwa pita protein
dari marker protein terlihat semuanya yaitu 13 pita protein. Analisis diawali
dengan perhitungan regresi linier berdasarkan seri log bobot molekul pita
pemisahan protein marker sebagai sumbu Y dan nilai Rf sebagai sumbu x seperti
pada tabel 5.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
GGambar 9. Kurva Regresi LinierGel
analisis
Kurva regresi linier gel analisis
Tabel 5. Jarak Pita dan Log Berat Molekul Marker
No. Bm Log bm (y) Jarak (mm) Rf (x)
1 200 2,301 3,5 0,060
2 150 2,176 4,5 0,078
3 120 2,079 7,5 0,129
4 100 2 10 0,172
5 85 1,929 12 0,207
6 70 1,845 15 0,259
7 60 1,778 17,5 0,302
8 50 1,699 22 0,379
9 40 1,602 24,5 0,422
10 30 1,477 29,5 0,509
11 25 1,398 36 0,620
12 20 1,301 41,5 0,716
13 15 1,176 47,5 0,819
Hasil regresi linier diatas kemudian digunakan untuk menghitung bobot
molekul pita pemisahan protein sarang burung walet seperti pada tabel 5.
y = -1,3931x + 2,2515 R² = 0,9721
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Log B
ob
ot
mole
ku
l
Nilai Rf
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 6. Jarak Pita dan Berat Molekul Krim Sarang Burung Walet
No.
E. air
SBW
(mm)
KP
(mm)
Krim harga
rendah (mm)
Krim harga
sedang (mm)
Krim harga
tinggi (mm) Bm
(kDa) A1 A2 B1 B2 C1 C2
1 5,5 5,5 - - - - 5,5 - 130,7296
2 8 8 - - - - 8 - 114,1799
3 - - - - - - 13 - 87,1005
4 22 22 - - - - - - 53,5053
5 26 26 - - - - - - 43,0864
6 28 28 - - - - - - 38,6646
7 46,5 46,5 - - - - - - 14,2006
Gambar 10. Hasil Elektroforesis
Keterangan: MP= marker protein, E.SW= ekstrak sarang burung walet,
KP= Krim pembanding, A1 dan A2= krim harga rendah, B1 dan B2= krim harga
sedang,C1 dan C2= krim harga tinggi.
Berdasarkan hasil elektroforesis, ekstrak protein sarang burung walet
menunjukan pemisahan sebanyak enam pita protein sama dengan ektrak protein
dari krim pembanding. Pita-pita protein yang tampak memiliki berat molekul
sebesar 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, 53,5053 kDa, 43,0864 kDa, 38,6646 kDa,
dan 14,2006 kDa. Untuk ekstrak protein dari krim sampel hanya tampak pada C1
yaitu krim dengan harga yang tinggi sebanyak tiga pita protein. Pita-pita protein
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang tampak memiliki berat molekul 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, dan 87,1005
kDa, sedangkan sampel krim yang lain tidak tampak pita proteinnya.
Hasil analisis profil protein dengan menggunakan SDS-PAGE ini
menunjukan kesamaan berat molekul protein yang muncul antara sampel C1
dengan krim pembanding yaitu pada berat molekul 130,7296 kDa dan 114,1799
kDa. Namun, terdapat perbedaan jumlah pita protein yang muncul antara krim
pembanding dengan sampel krim C1. Krim pembanding berjumlah 6 pita protein
sedangkan krim C1 berjumlah 3 pita protein. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
perbedaan cara preparasi ekstrak sarang burung walet yang dilakukaan dan
perbedaan daerah asal.
Penelitian Liu et al. pada tahun 2012 menunjukan bahwa protein dari
sarang burung walet yang berasal dari Malaysia, Thailand, Indonesia, dan
Vietnam memiliki berat molekul berkisar antara 128 kDa – 20 kDa. Preparasi
dilakukan dengan pemisahan protein berdasarkan titik isoelektrik protein dengan
metode Liquid-phase Isoelectric Focusing (LIEF) setelah sampel dikeringkan
dengan metode freeze dry dan dianalisis dengan elektroforesis dua dimensi. Pada
penelitian Elfita tahun 2013 menunjukan bahwa sarang burung walet yang
berasal dari Painan, Sumatera Barat, memiliki protein dengan berat molekul 147,2
kDa, 142,4 kDa, 133,4 kDa, 73,3 kDa, 66,2 kDa, dan 37,7 kDa. Pada saat
ekstraksi menggunakan membran dialisis 3500 cutoff molecular weight sebelum
dikeringkan dengan metode pengeringan freeze dry. Terdapat beberapa persamaan
pita protein yang muncul antara penelitian yang dilakaukan Liu et al. dan Elfita
yaitu munculnya pita protein diantara 150 kDa – 100 kDa, 70 kDa – 50 kDa, dan
40 kDa – 30 kDa. Hal ini menjadi acuan bahwa pemisahan pita protein sarang
burung walet berada dikisaran 150 kDa – 100 kDa, 70 kDa – 50 kDa, dan 40 kDa
– 30 kDa. Namun, sampel C1 tidak menunjukan pita protein antara 70 kDa – 50
kDa dan 40 kDa – 30 kDa. Sehingga sampel C1 diduga mengandung sarang
burung walet. Dilihat dari tabel 7.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 7. Hasil SDS-PAGE Sarang Burung Walet Penelitian Elfita dan
Liuet al.
Penelitian Elfita tahun 2013 Penelitian Liuet al. tahun 2012
MP 1 2
Keterangan: MP = marker
protein, 1 dan 2 = ekstrak sarang
burung walet.
Menggunakan 10 fraksi yang dipisahkan
dengan metode LIEF serta pH yang bervariasi
antara 2 – 10.
Sampel yang lain menunjukan hasil negatif, dimana hasil elektroforesis
dari SDS-PAGE tidak menunjukan pemisahan pita protein. Hal ini disebabkan
krim sampel tidak mengandung ekstrak sarang burung walet. Visualisasi pita
protein menggunakan coomassie brilliant blue bisa mendeteksi protein dengan
kadar 8-10 ng protein/pita (dalam artikel Gbiosciences, 2012). Kalaupun dalam
sampel krim mengandung ekstrak sarang burung walet, itu memungkinkan dalam
kadar yang sangat kecil. Dengan kadarnya yang sangat kecil kemungkinan protein
yang didapat pada proses ekstraksi protein dari sediaan krim tidak maksimal.
Untuk kadar protein yang sangat kecil bisa dilakukan pewarna silver staining.
Dalam artikel yang diterbitkan oleh Thermo Fisher Scientific pewarna silver
staining bisa mendeteksi protein kurang dari 0,5 nanogram protein.
41
41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode SDS-PAGE dapat digunakan untuk proses autentikasi krim
sarang burung walet dengan membandingkan pita protein krim
pembanding dan sampel krim.
2. Pemisahan pita protein ekstrak sarang burung walet dan krim
pembanding memperlihatkan enam pita protein dengan bobot molekul
masing-masing sebesar 130,7296 kDa, 114,1799 kDa, 53,5053 kDa,
43,0864 kDa, 38,6646 kDa, dan 14,2006 kDa. Sedangkan dari sampel
krim hanya krim C1 yang memperlihatkan adanya pemisahan pita
protein. Terdapat 3 pita yang muncul dengan bobot molekul sebesar
130,7296 kDa, 114,1799 kDa, dan 87,1005 kDa.
3. Dengan membandingkan pola pemisahan pita protein diperoleh bahwa
sampel krim C1 diduga mengandung ekstrak sarang burung walet.
Sedangkan sampel krim A1, A2, B1, B2, dan C2 tidak
memperlihatkan adanya pemisahan pita protein.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait metode yang digunakan
untuk autentikasi krim sarang burung walet.
2. Perlu dilakukan optimasi proses ekstraksi protein dari sediaan krim.
3. Perlu adanya marker protein dari sarang burung walet untuk proses
autentifikasi dengan menggunakan metode SDS-PAGE.
42
42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, F. 2011. Good Animal Husbandry Practice for Edible-Nest Swiftlets
Aerodermus Species Ranching and Its Premise. Ministry of Agriculture
Malaysia, Putrajaya, Malaysia.
Abidin, F.Z., Hui, C.K., Luan, N.S., ramli, E.S.M., Hum, L.T., and ghafar, N.A.
2011. Effects of Edible Birds Nest (EBN) on Cultured Rabbit Coneal
Keratocytes.BMC Complementary and Alternative Medicine. 11: 94.
Anam, K. 2009. SDS-PAGE dengan Silver Staining dan Zimogram. Bioteknologi
SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed.IV. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).
Arsih, Metharezqi S. 2014. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang
Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga) dengan Menggunakan SDS-
PAGE dan KCKT. Digital Library Perpusatakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Aswir, A.R. dan Wan Nazaimoon WM,. 2011. Effect of Edible Bird’s Nest on
Cell Proliferation and Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-a) Release In
Vitro. International Food Research Journal 18(3): 1123-1127.
Auterhoff, Harry. 2002. Identifikasi Obat, terbitan ke-5, diterjemahkan oleh N.C.
Sugiarso. Penerbit ITB: Bandung.
Badan POM RI. 2007. Kenalilah Kosmetika Anda, Sebelum Menggunakannya. In:
Info POM, Vol.VII1 No.4. Edisi Juli 2007. Jakarta. Available
from:http://BPOM.org/index5.php?option=com_content&do=1&id=23[
Accessed : 11 April 2010].
Budianto, A. K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan ke-IV. UMM Press:
Malang.
Buletin Konservasi Biodiversitas Raja Edisi 4 Oktober 2012. Universitas Negeri
Papua.
Chan, S.W. 2010. Review of Scientific Research on Edible Bird’s Nest.
Department of Applied Biology and Chemical Technology The Hong
Kong Polytechnic University. Hong Kong, Hal: 1-5.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Chau, Q., S.B. Cantor, E. Caramel, M. Hicks, D. Kurtin, T. Grover dan L.S.
Elting. 2003. Cost Effectiveness of The Bird‟s Nest Filter for Preventing
Pulmonary Embolism among Patients with Malignant Brain Tumors
andDeep Venous Thrombosis of The Lower Extremities. Support Care
Cancer, 11: 795-799.
Cohen, S. 1993. Nobel lecture 1986.Epidermal Growth Factor. In: Physiology or
Medicine 1981-1990: Nobel Lectures, Including Presentation Speeches
and Laureates’ Biographies. T. Frangsmyr and J. Lindsten (eds).World
Scientific Pub Co Inc (May 1993) : 333-345.
Colombo, J.P., Garcia-Rodenas, C., Guesry, P.R., and Rey, J. 2003.Potential
Effects of Supplementation with Amino Acids, Choline or Sialic Acid on
Cognitive Development in Young Infants. Acta Pediatr. Suppl, 46: 92.
Damian, Sumardjo. 2008. Pengantar kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. ECG:Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia ed IV.
Dhawan, S. dan Kuhad, R.C. 2002. Effect of Amino Acids and Vitamins onLaccase
Production by The Bird’s Nest Fungus Cyathus bulleri. Bioresource
Technology. 84:35-38.
Dzatir R.S. 2013. Formulasi Krim Sarang Burung Walet Putih (Aerodramus
fuciphagus) dengan Basis Tipe A/M Sebagai Pencerah Kulit Wajah.
Naskah Publikasi, Portal Jurnal Ilmiah Universitas Tanjungpura.
Dwikarya M. 2003.Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta : PT Kawan Pustaka.
Elfita, Lina. 2014. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang Burung Walet
(Collocalia fuchiphaga) Asal Painan.Valensi Vol. 4 No. 1, (61-69).
Ellya, Eva sibagariang. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi Cetakan Pertama.
Jakarta: TIM.
Hames, B.D. 1998. Gel Electrophoresis of Proteins. Oxford Universoty Press.
New York.
Hartanti, Lanny dan Setiawan, H. K. 2009. Inhibitory Potential Of Some
Synthetic Cinnamic Acid Derivatives Towards Tyrosinase Enzyme.Indo.
J. Chem., 2009, 9 (1), 158 - 168
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Irma. 2014. Pemberian Krim Ekstrak Sarang Walet 10% Meningkatkan
Eppitalisasi pada Penyembuhan Luka Kulit Mencit (Mus
Musculus).
James, A.J., 2009. Skin Lightening and Depigmenting Agents, Available
from:http://emedicine.com/Dermatology/cosmetics. [Accesed 12 April
2010].
Kathan, R.I.I., and weeks, D.I. 1969. Structure Studies of Collocalia mucoid I,
Carbohydrate and Amino Acid Composition. Arch. Biochem. Biphys.,
134: 572-576.
Kurniati, Vita., Wanandi, S.I. (2001). Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta
: Widya Medika.
Kong, Y.C., Keung, W.M., Yip, T.T., Ko, K.M., Tsao, S.W., Ng, M.H.
1987.Evidence that epidermal growth factor is present in swiflet’s
(Collocalia) nest. Comparative Biochemistry and Phisiology 87 : 221-
226.
Lau, A.S.M. dan Melville, D.S. 1994. International Trade in Swiflet Nests with
Special Reference to Hong Kong. TRAFFIC International. Cambridge.
Liu, Xiaoqing, dkk. 2012. Proteomic Profile of Edible Bird’s Nest Proteins.
Journal of Agricultural and Food Chemistry. 60, 12477-12481.
Ma, Fucui., Daicheng Liu. 2012. Sketch of the edible bird’s nest and its
importantbioactivities. Elsevier: China
Marcone, M.F. 2005.Characterization of the Edible Bird’s the “Caviar of the
East”.Food Res Int., 38: 1125 – 1134.
Marni S., et al. 2014. Preliminary Study on free Sialic Acid Content of Edible
Bird Nest from Hohor and Kelantan. Malaysia Journal of Veterinary
Research Vol. 5 No. 1: 9-14.
Matsukawa N, Matsumoto M, Bukawa W, Chiji H, Nakayama K, Hara H,
Tsukahara T. 2011. Improvement of Bone Strength and Dermal
Thickness Due to Dietary Edible Bird’s Nest Extract in Ovariectomized
Rats. Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry. 75 (3): 590-2.
Nasution. 2003. Tekhnik Sampling. FKM : Universitas Sumatera Utara.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nelson, D.L. dan Michael M.Cox. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry.
4th
Edition. NewYork: W.H.Freeman & Company.
Norhayati, M.K., O. Azman and W.M. Wan Nazaimoon. 2010. Preliminary Study
of The Nutritional Content of Malaysian Edible Bird‟s Nest. Malaysian
Journal of Nutrition 16(3): 389-396.
Nuroini, Fitri. 2013. Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Sarang Burung Walet
(Collocalia fuciphaga Thunberg, 1812) Pada Mencit (Mus musculus L.
1758) yang Diinduksi Karagenan. Tesis, Perpustakaan Pusat UGM :
Yogyakarta.
Peye, Marc., Barel, Andre., Maibach, Howard. 2001. Handbook of Cosmeutical
Science and Technology, 151-152.
Purnamasari, D.A. 2008. Hasrat Tubuh, Kosmetik, Kecantikan : Perempuan
Sebagai Kosmos dan Konsumen Citraan. Artikel, diakses 10 Desember
2012.
Purnamawati, S.S. 2009. Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap
Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009. Tesis, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Halaman 16.
Rantam, F. A. 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press. Surabaya.
Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association, London.
Saputra, Fahrur R. 2014. Aplikasi Metode SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate
Polyacrylamide Gel Electrophoresis) untuk Mengidentifikasi Sumber
Gelatin pada Kapsul Keras. Digital Library UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Setiawan, Nugraha. 2005. Teknik Sampling. Universitas Padjadjaran, Inspektorat
Jendral Departemen Pendidikan Nasional.
Sibagariang, Eva Ellya. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Trans Info
Media Pres : Jakarta.
Soehartono, T. dan Mardiastuti, A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di
Indonesia. Japan International Cooperation Agency (JICA). Jakarta.
Stryer, L. 1995. Biokimia. Jakarta: Penerbit EGC. Terjemahan dari Biochemistry.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Suci Asih, Metharezqi. 2014. Analisis Profil Protein dan Asam Amino Sarang
Burung Walet Putih (Collocalia fuciphago) dengan Menggunakan SDS-
PAGE dan KCKT. Laporan Penelitian Akhir FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sunarya, et al. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT Setia Purna
Inves.
Sumardjo, Damian. 2008. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa
kedokteran dan program strata 1 fakultas bioeksakta. ECG:Jakarta.
Thornfeldt C and Bourne K. 2010.The New Ideal in Skin Health : Separating Fact
From Fiction. Allured Business Media, USA, 1.
Tim Penulis PS. 2011. Panduan Lengkap Walet. Jakarta : Swadaya.
TIM redaksi Trubus. 2009. TRUBUS. Majalah Pertanian. Jakarta : PT. Trubus
Media Swadaya.
Tranggono, R.I. dan Fatma L. 2007.Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta, Hal : 8
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
Wilson K. 1994. Protein and enzyme techniques In Practical Biochemistry,
(ed. Wilson K and Walker JM), Cambridge University Press. p.161-
226.
Wijaya, S.K.S., dan L. Rohman. 2005. Fraksinasi dan Karakterisasi protein
Utama Biji Kedelai. Jember: Fakultas MIPA Universitas Jember.
Yanhendri dan Yenny, S.W. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam
Dermatologi.CDK-194, vol.39 no. 6 : 423-430.
Yepyhardi. 2009. Elektroforesis; Pintu Gerbang Penelitian Biologi Molekular.
Jakarta: UI-Press.
Yuwono,T. 2008. Biologi Molekuler. Erlangga. Jakarta.
Zainab, H., J. Sarojini, I. Nur Hulwani, H. Kamarudin, B.-B. Lee and Othman
Hashim. 2013. Commercial Potential of Refined Nutrient-Rich Waste of
Edible Bird Nest (EBN). 24th International Invention Innovation
Technology Exhibition 2013.(ITEX ‟13), KLCC, Kuala Lumpur, Malaysia.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Alur Penelitian
Ekstraksi
Sarang Burung
Walet
Pengambilan
Sampel Krim
sarang walet secara
online
Pembuaatan Krim Standar 10 gram
Pembuatan dasar
krim
Ekstrak sarang walet
dengan konsentrasi 10%
Pencampuran dasar krim
dan ekstrak sarang walet
Pengambilan ekstrak protein dalam
krim
Analisis profil protein dengan
metode SDS-PAGE
Penentuan berat molekul protein
Analisiis kualitatif protein dengan
reaksi biuret dan reaksi molisch
Amati perubahan warna
Determinasi Sarang
Burung Walet
Pembahasan Kesimpulan
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Pengambilan Sampel Krim
Pengambilan sampel krim secara online
dengan teknik rendom sederhana
Pengelompokan sampel krim menjadi
3 kelompok
Kelompok 1
Krim harga rendah
Kelompok 1
Krim harga sedang
Kelompok 1
Krim harga tinggi
Masing-masing kelompok terdiri 2 buah
krim
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Alur Ekstraksi Sarang Burung Walet
Sarang burung walet dibersihkan
dari bulu-bulu burung walet
menggunakan pinset dibawah air
mengalir
Dikeringkan pada suhu ruangan
Dihaluskan menggunakan blender
dan di timbang
Serbuk kemudian dilarutkan
dalam aquabidest dengan
perbandingan 1:30
Disonikasi selama 30 menit
Disaring menggunakan
kain kasa 4 lapis
Supernatan dikeringkan
dengan metode freeze dry
Ekstrak kering
Ditimbang dan dicatat
beratnya
Analisis kualitatif protein
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Alur Ekstraksi Protein dalam Krim
Ambil 8 gram sampel krim
Tambahkan 1 ml HCl pekat dan 9
ml air dan diaduk
Ekstraksi partisi menggunakan
kloroform 3x15 ml dalam corong
pisah
Ambil fase airnya
Tambahkan aseton 30 ml
Vortek 10-15 detik
Sentrifugasi dengan kecepatan
5000 rpm selama 15 menit
Ambil endapannya
Analisis kualitatif protein
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Analisis Profil Protein dengan SDS-PAGE
Gel poliakrilamid dicetak
diantara dua buah lempengan
kaca.
Larutan separating gel yang
telah dibuat, dimasukan ke
dalam cetakan gel dengan
menggunakan mikro pipet
sampai batas tertentu.
Tambahkan 700 ul 2-propanol
agar permukaan gel rata.
Setelah gel mengering, 2-
propanol dibuang dan sisa
dalam cetakan diserap dengan
kertas saring.
Kemudian larutan stacking gel
yang telah dibuat, dimasukan ke
dalam cetakan.
Permukaan gel dipasang sisir
berlubang lalu didiamkan
sampai mengeras.
Setelah gel mengeras, cetakan
gel dipindahkan ke perangkat
elektroforesis.
Preparasi sampel dilakukan
dengan memasukan sampel
yang telah disiapkan
sebelumnya kedalam tabung
effendorf.
Masing-masing di tambahkan
sampel buffer dengan
perbandingan 1:1. Lalu
dipanaskan pada suhu 85oC
selama 4 menit.
Elektroforesis dilakukan
dengan cara sampel dimasukan
ke dalam sumur yang telah
dicetak pada gel poliakrilamid
sebanyak 10 ul.
Elektroforesis dihubungkan ke
power supply dengan tegangan
200 v selama 65 menit.
Penentuan berat molekul protein
berdasarkan migrasinya.
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Hasil Determinasi Sarang Burung Walet
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Perhitungan Rendeman Ekstrak Air Sarang Burung Walet
Sebanyak 50 gram sarang burung walet yang telah dipreparasi diekstraksi
menggunakan 1,5 liter aquabidest, didapatkan ekstrak kering sebanyak 1,196
gram dengan persentase rendemen sebagai berikut:
Berat Sampel Awal : 50 gram
Berat Ekstrak : 1,196 gram
% Rendemen =
=
= 2,392%
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Bahan Pereaksi untuk SDS-PAGE
Pembuatan Larutan Stok 30% akrilamid/0,8% bisakrilamid
Sebanyak 30 gram akrilamid ditambahkan dengan 0,8 gram N’,N’-
metilen bisakrilamid, kemudian dilarutkan dengan aquabidest sampai
volume 100 mL. Setelah itu, larutan disaring dengan kertas saring dan
disimpan pada suhu 4⁰C dalam wadah gelap.
Pembuatan Buffer 4x Tris-HCl/SDS, pH 6,8 (Stacking Buffer)
Sebanyak 6 gram Tris base dilarutkan dalam 60 mL aquabidest. pH diatur
menjadi 6,8 dengan menambahkan HCl 6 N secukupnya. Larutan disimpan
pada suhu 4⁰C.
Pembuatan Buffer 4x Tris-HCl/SDS, pH 8,8 (Resolving/Separating
Buffer)
Sebanyak 18,15 gram Tris dilarutkan dalam 80 mL aquabidest. Atur
pH 8,8 dengan menambahkan HCl 6 N secukupnya. Larutan disimpan
pada suhu 4⁰C.
Pembuatan Buffer Sampel
Larutan dibuat dengan mencampurkan 1,028 mL larutan SDS 10%, 3,6
mL gliserol, 3,5 mL buffer Tris HCl pH 6,8, dan 0,0012 gram bromofenol
blue. Terakhir ditambahkan 0,5 mL 2-merkaptoetanol.(Stock) Ambil 2,3 ml
larutan buffer sampel (Stock) tambahkan aquabides sampai 10 ml
Pembuatan 10x Buffer Elektroforesis (Running Buffer)
Sebanyak 30,3 gram Tris, 144 gram glisin, 10 gram SDS dilarutkan
dalam 1000 mL aquabidest. Larutan disimpan pada suhu 40⁰C.
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembuatan Separating Gel 12%
Larutan separating gel dibuat dengan cara 2 mL larutan stok akrilamid
30% ditambahkan dengan 1,25 mL separating gel buffer (1,5 M Tris HCl
pH 8,8), 1,7 mL aquabidest, 50 u l SDS 10%, 50 ul Ammonium Per
Sulfate (APS) 10%, 3 ul TEMED.
Pembuatan Stacking Gel 4%
Larutan stacking gel dibuat dengan cara 1,4 mL aquabidest, ditambah
0,33 ml larutan stok akrilamid 30% ditambahkan dengan 0,25 mL
stacking gel buffer (1,5 M Tris HCl pH 6,8), 20 ul SDS 10%, 20 ul
Ammonium Per Sulfate (APS) 10%, dan 5 ul TEMED.
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Data Terkait Analisis Profil Protein dengan SDS-PAGE
1. Gambar Katalog PageRuler Unstained Protein Ladderdari Thermo
Scientific.
2. Perhitungan Berat Molekul Protein
No. Bm Log bm (y) Jarak (mm) Rf (x)
1 200 2,301 3,5 0,060
2 150 2,176 4,5 0,078
3 120 2,079 7,5 0,129
4 100 2 10 0,172
5 85 1,929 12 0,207
6 70 1,845 15 0,259
7 60 1,778 17,5 0,302
8 50 1,699 22 0,379
9 40 1,602 24,5 0,422
10 30 1,477 29,5 0,509
11 25 1,398 36 0,620
12 20 1,301 41,5 0,716
13 15 1,176 47,5 0,819
Loading dye (mm) 58
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No.
E. air
SBW
(mm)
KP
(mm)
Krim harga
rendah (mm)
Krim harga
sedang (mm)
Krim harga
tinggi (mm) Bm
(kDa) A1 A2 B1 B2 C1 C2
1 5,5 5,5 - - - - 5,5 - 130,7296
2 8 8 - - - - 8 - 114,1799
3 - - - - - - 13 - 87,1005
4 22 22 - - - - - - 53,5053
5 26 26 - - - - - - 43,0864
6 28 28 - - - - - - 38,6646
7 46,5 46,5 - - - - - - 14,2006
1. Rf = 0,0948
Y = -1,3931x + 2,2515
= (-1,3931*0,0948) + 2,2515
= 2,1163
antilog 2,1163 = 130,7296
2. Rf = 0,1379
Y = -1,3931x + 2,2515
y = -1,3931x + 2,2515 R² = 0,9721
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Lo
g B
ob
ot
mo
lek
ul
Nilai Rf
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
= (-1,3931*0,1379) + 2,2515
= 2,0575
antilog 2,0575= 114,1799
3. Rf = 0,2241
Y = -1,3931x + 2,2515
= (-1,3931*0,2241) + 2,2515
= 1,9400
antilog 1,9400= 87,1005
4. Rf = 0,3793
Y = -1,3931x + 2,2515
= (-1,3931*0,3793) + 2,2515
= 1,7283
antilog 1,7283= 53,5053
5. Rf = 0,4482
Y = -1,3931x + 2,2515
= (-1,3931*0,4482) + 2,2515
= 1,6343
antilog 1,6343= 43,0864
6. Rf = 0,4827
Y = -1,3931x + 2,2515
= (-1,3931*0,4827) + 2,2515
= 1,5873
antilog 1,5873= 38,6646
7. Rf = 0,8017
Y = -1,3931x + 2,2515
= (-1,3931*0,8017) + 2,2515
= 1,1523
antilog 1,1523= 14,2006
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Alat dan Bahan Penelitian
Stand up stirrer
Sonikator
Freeze dry
Wadah Elektroforesis
Corong Pisah
Adapter elektroforesis
Tube
Lumpang dan Alu
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Cetakan Gel
Sampel Krim
Running buffer, aquabidest, sample buffer
Buffer resolving, buffer stacking, acrylamide